23
ASKEP SPONDILITIS TB Definisi: Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycobacterium tuberculosa yang mengenai tulang vertebra (Abdurrahman, et al 1994; 144 ) Etiologi: Spondilitis tuberculosis atau tuberculosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di tempat lain, 90 – 95% disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik ( 2 3 dari tipe human dan 1 3 dari tipe bovin) dan 5 – 10% oleh mikobakterium tuberkulosa atipik. Kuman mycobacterium tuberkulosa bersifat tahan asam, dan cepat mati apabila terkena matahari langsung. Patofisiologi: Infeksi berawal dari bagian epifisial korpus vertebra. Kemudian, terjadi hiperemia dan eksudasi yang menyebabkan osteoporosis dan pelunakan korpus. Selanjutnya terjadi kerusakan pada korteks epifisis, diskus internertebra, dan vertebra sekitarnya. Kemudain eksudat menyebar ke depan, di bawah longitudinal anterior. Eksudap ini dapat menembus ligamen dan berekspansi ke berbagai arah di sepanjang garis ligamen yang lemah. Pada daerah vertebra servikalis, eksudat terkumpul di belakang paravertebral dan menyebar ke lateral di belakang muskulus sternokleidomastoideus. Eksudat dapat

Askep Spondilitis Tb

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nursing

Citation preview

Page 1: Askep Spondilitis Tb

ASKEP SPONDILITIS TB

Definisi:

Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi

granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycobacterium tuberculosa yang

mengenai tulang vertebra (Abdurrahman, et al 1994; 144 )

Etiologi:

Spondilitis tuberculosis atau tuberculosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder

dari tuberkulosis di tempat lain, 90 – 95% disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik

(23

dari tipe human dan 13

dari tipe bovin) dan 5 – 10% oleh mikobakterium tuberkulosa

atipik. Kuman mycobacterium tuberkulosa bersifat tahan asam, dan cepat mati apabila

terkena matahari langsung.

Patofisiologi:

Infeksi berawal dari bagian epifisial korpus vertebra. Kemudian, terjadi hiperemia dan

eksudasi yang menyebabkan osteoporosis dan pelunakan korpus. Selanjutnya terjadi

kerusakan pada korteks epifisis, diskus internertebra, dan vertebra sekitarnya. Kemudain

eksudat menyebar ke depan, di bawah longitudinal anterior. Eksudap ini dapat menembus

ligamen dan berekspansi ke berbagai arah di sepanjang garis ligamen yang lemah. Pada

daerah vertebra servikalis, eksudat terkumpul di belakang paravertebral dan menyebar ke

lateral di belakang muskulus sternokleidomastoideus. Eksudat dapat mengalami protusi ke

depan dan ke dalam faring yang dikenal sebagai abses faringeal.

Perubahan struktur vertebra servikalis menyebabkan spasme otot dan kekakuan leher

yang merupakan stimulus keluhan nyeri pada leher. Pembentukan abses faringeal

menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan menelan sehingga terjadi penurunan asupan

nutrisi dan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan. Kekakuan leher

menyebabkan keluhan mobilitas leher dan risiko tinggi trauma sekunder akibat tidak

optimalnya cara mobilisasi. Tindakan dekompresi dan stabilisasi servikal pada pasca bedah

menimbulkan port de entree luka pasca bedah risiko tinggi infeksi.

Page 2: Askep Spondilitis Tb

Manifestasi klinis:

Secara klinis gejala spondilitis TB hampir sama dengan penyakit TB yang lain, yaitu

badan lemah dan lesu, nafsu makan dan berat badan yang menurun, suhu tubuh meningkat

terutama pada malam hari, dan sakit pada daerah punggung. Pada anak kecil biasanya diikuti

dengan sering menangis dan rewel.

Pada awal gejala dapat dijumpai adanya nyeri radikuler di sekitar dada atau perut,

kemudian diikuti dengan paraparesis yang lambat laun kian memberat. Kemudian muncul

adanya spastisitas, klonus, hiper-refleksia dan refleks babinski bilateral. Pada stadium awal

ini belum ditemukan deformitas tulang vertebra, demikian pula belum terdapat nyeri ketok

pada vertebra yang bersangkutan. Nyeri spinal yang menetap, terbatasnya pergerakan spinal,

dan komplikasi neurologis merupakan tanda terjadinya destruksi yang lebih lanjut. Kelainan

neurologis terjadi pada sekitar 50% kasus, termasuk akibat penekanan medulla spinalis yang

menyebabkan paraplegia, paraparesis, ataupun nyeri radix saraf. Tanda yang biasa ditemukan

di antaranya adalah adanya kifosis (gibbus), bengkak pada daerah paravertebra, dan tanda-

tanda defisit neurologis seperti yang sudah disebutkan di atas. (Harsono,2003)

Komplikasi:

Komplikasi yang paling serius dari spondilitis TB adalah Pott’s paraplegia. Pada

stadium awal spondilitis TB, munculnya Pott’s paraplegia disebabkan oleh tekanan

ekstradural pus maupun sequester atau invasi jaringan granulasi pada medula spinalis dan jika

Pott’s paraplegia muncul pada stadium lanjut spondilitis TB maka itu disebabkan oleh

terbentuknya fibrosis dari jaringan granulasi atau perlekatan tulang ( ankilosing ) di atas

kanalis spinalis.

Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah ruptur dari abses paravertebra torakal ke

dalam pleura sehingga menyebabkan empiema tuberkulosis, sedangkan pada vertebra lumbal

maka nanah akan turun ke otot iliopsoas membentuk psoas abses yang merupakan cold

abcess.

Pemeriksaan penunjang:

a. Pemeriksaan Laboratorium

1. Peningkatan laju endapan darah (LED) dan mungkin disertai mikrobakterium

2. Uji mantoux positif

3. Pada pemeriksaan biakan kuman mungkin ditemukan mikrobakterium

4. Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limpe regional

Page 3: Askep Spondilitis Tb

5. Pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkelPemeriksaan Radiologis

b. Pemeriksaan Radiologis

1. Foto thoraks untuk melihat adanya tuberculosis paru

2. Foto polos vertebra ditemukan osteoporosis disertai penyempitan diskus

intervertebralis yang berada di korpus tersebut

3. Pemeriksaan mieleografi dilakukan bila terdapat gejala-gejala penekanan sumsum

tulang

4. Foto CT Scan dapat memberikan gambaran tulangsecara lebih detail dari lesi,

skelerosisi, kolap diskus dan gangguan sirkumferensi tulang

5. Pemeriksaan MRI mengevaluasi infeksi diskus intervetebra dan osteomielitis

tulang belakang dan adanya menunjukan penekanan saraf.

Penatalaksanaan:

Pada prinsipnya pengobatan tuberkulosis tulang belakang harus dilakukan sesegera

mungkin untuk menghentikan progresivitas penyakit serta mencegah paraplegia.

Prinsip pengobatan paraplegia Pott adalah:

1. Pemberian obat antituberkulosis

2. Dekompresi medulla spinalis

3. Menghilangkan/ menyingkirkan produk infeksi

4. Stabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone graft)

Penatalaksanaan pada pasien spondilitis TB terdiri atas:

1. Terapi konservatif berupa:

Tirah baring (bed rest)

Memberi korset yang mencegah gerakan vertebra /membatasi gerak vertebra

Memperbaiki keadaan umum penderita

Pengobatan antituberkulosa

Standar pengobatan di indonesia berdasarkan program P2TB paru adalah :

a. Kategori 1

Untuk penderita baru BTA (+) dan BTA (-) / rontgen (+), diberikan dalam

2 tahap:

Tahap 1:

Page 4: Askep Spondilitis Tb

Rifampisin 450 mg + Etambutol 750 mg + INH 300 mg + Pirazinamid

1500 mg

Obat ini diberikan setiap hari selama 2 bulan pertama (60 kali).

Tahap 2:

Rifampisin 450 mg + INH 600 mg

Diberikan 3 kali seminggu (intermitten) selama 4 bulan (54 kali).

b. Kategori 2

Untuk penderita BTA(+) yang sudah pernah minum obat selama sebulan,

termasuk penderita dengan BTA (+) yang kambuh/gagal yang diberikan dalam

2 tahap yaitu :

Tahap I

Streptomisin 750 mg + INH 300 mg + Rifampisin 450 mg + Pirazinamid

1500mg + Etambutol 750 mg

Obat ini diberikan setiap hari. Untuk Streptomisin injeksi hanya 2 bulan

pertama (60 kali) dan obat lainnya selama 3 bulan (90 kali).

Tahap 2

INH 600 mg + Rifampisin 450 mg + Etambutol 1250 mg

Obat ini diberikan 3 kali seminggu (intermitten) selama 5 bulan (66 kali).

Kriteria penghentian pengobatan yaitu apabila keadaan umum penderita bertambah

baik, laju endap darah menurun dan menetap, gejala-gejala klinis berupa nyeri dan spasme

berkurang serta gambaran radiologik ditemukan adanya union pada vertebra.

2. Terapi operatif

Indikasi dilakukannya tindakan operasi adalah:

Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau malah

semakin berat. Biasanya tiga minggu sebelum tindakan operasi dilakukan,

setiap spondilitis tuberkulosa diberikan obat tuberkulostatik.

Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara terbuka

dan sekaligus debrideman serta bone graft.

Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi ataupun

pemeriksaan CT dan MRI ditemukan adanya penekanan langsung pada

medulla spinalis.

Page 5: Askep Spondilitis Tb

Walaupun pengobatan kemoterapi merupakan pengobatan utama bagi penderita

tuberkulosis tulang belakang, namun tindakan operatif masih memegang peranan

penting dalam beberapa hal, yaitu bila terdapat cold abses (abses dingin), lesi

tuberkulosa, paraplegia dan kifosis.

a. Abses Dingin (Cold Abses)

Cold abses yang kecil tidak memerlukan tindakan operatif oleh karena

dapat terjadi resorbsi spontan dengan pemberian tuberkulostatik. Pada abses

yang besar dilakukan drainase bedah. Ada tiga cara menghilangkan lesi

tuberkulosa, yaitu:

a. Debrideman fokal

b. Kosto-transveresektomi

c. Debrideman fokal radikal yang disertai bone graft di bagian depan.

Paraplegia

b. Paraplegia

Penanganan yang dapat dilakukan pada paraplegia, yaitu:

a. Pengobatan dengan kemoterapi semata-mata

b. Laminektomi

c. Kosto-transveresektomi

d. Operasi radikal

e. Osteotomi pada tulang baji secara tertutup dari belakang

c. Kifosis

Operasi pada pasien kifosis dilakukan dengan 2 cara:

1. Operasi kifosis

Operasi kifosis dilakukan bila terjadi deformitas yang hebat,.

Kifosis mempunyai tendensi untuk bertambah berat terutama pada

anak-anak. Tindakan operatif dapat berupa fusi posterior atau melalui

operasi radikal.

2. Operasi PSSW

Operasi PSSW adalah operasi fraktur tulang belakang dan

pengobatan tbc tulang belakang yang disebut total treatment.

Page 6: Askep Spondilitis Tb

Metode ini mengobati tbc tulang belakang berdasarkan masalah

dan bukan hanya sebagai infeksi tbc yang dapat dilakukan oleh semua

dokter. Tujuannya, penyembuhan TBC tulang belakang dengan tulang

belakang yang stabil, tidak ada rasa nyeri, tanpa deformitas yang

menyolok dan dengan kembalinya fungsi tulang belakang, penderita

dapat kembali ke dalam masyarakat, kembali pada pekerjaan dan

keluarganya.

Page 7: Askep Spondilitis Tb

Tindakan dekompresi dan stabilisasi

Kompresi diskus dan kompresi radiks saraf di sisinya

Resiko tinggi Infeksi

Invasi hematogen ke korpus dekat diskus invertebra daerah servikal

Kerusakan dan penjalaran ke vertebra yang berdekatan

Perubahan struktur vertebra servikalis

Port de entree

Spasme Otot

kekakuan leher

Nyeri

Gangguan Mobilitas Fisik

Pembentukan abses faringeal

Nyeri tenggorokan dan gangguan menelan

Ketidak seimbangan nurisi : Kurang dari kebutuhan

Gangguan Citra Tubuh

Kurang Pengetahuan

WOC

Page 8: Askep Spondilitis Tb

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Keluhan utama

Keluhan utama pada klien spondiitis TB terdapat nyeri punggung bagian bawah.

Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada awal dapat dijumpai nyeri redikuler yang mengelilingi dada dan perut. nyeri

dirasakan meningkat pada malam hari dan bertambah berat terutama pada saat

pergerakan tulang belakang.

Data Subjektif yang mungkin adalah : badan terasa lemah dan lesu, nafsu makan

berkurang serta sakit pada punggung, pada anak-anak sering disertai dengan menangis

pada malam hari, berat badan menurun, nyeri spinal yang menetap, nyeri radikuler yang

mengelilingi dada atau perut.

Data Ojektif yang mungkin adalah : suhu sedikit meningkat (subfebril) terutama pada

malam hari, paraplegia, paraparesis, kifosis (gibbus), bengkak pada daerah

paravertebra.

Riwayat Kesehatan Dahulu

menurut R. Sjamsu Hidajat, 1997 : 20 tentang terjadinya spondilitis tuberkulosa

biasanya pada klien di dahului dengan adanya riwayat pernah menderita penyakit

tuberculosis paru.

Riwayat Penyakit Keluarga

Salah satu penyebab timbulnya spondilitis tuberkulosa adalah klien pernah atau masih

kontak dengan penderita lain yang menderita penyakit TB atau lingkungan keluarga ada

yang menderita penyakit tersebut

Psikososial

Klien akan merasa cemas, sehingga terlihat sedih dengan kurangnya pengetahuan

mengenai penyakit TB, pengobatan dan perawatannya sehingga membuat emosinya

tidak stabil dan mempengaruhi sosialisasi penderita.

Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi : terlihat lemah, pucat dan pada tulang belakang terlihat bentuk kiposis

b. Palpasi : Sesuai yang terlihat pada inspeksi keadaan tulang belakang terdapat

adanya gibus pada area tulang yang mengalami infeksi

c. Perkusi : Pada tulang belakang yang mengalami infeksi terdapat nyeri ketok

d. Auskultasi : Pada pemeriksaan auskultasi keadaan paru tidak ditemukan kelainaj

Page 9: Askep Spondilitis Tb

e. Review of System (ROS)

1. B1 (Breating).

Inspeksi : batuk, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot

bantu nafas, peningkatn frekuensi pernafasan.

Palpasi : taktil fremitus seimbang kanan dan kiri

Perkusi : resonan pada seluruh lapang paru

Auskultasi : Suara nafas tambahan (ronki pada klien peningkatan produksi

secret)

2. B2 (Blood).

dengan komplikasi paraplegia : Hipotensi ortostatik (penurunan TD sistolik

≤25 mmHg dan diastolik ≤ 10 mmHg ketika klien bangun dari posisi berbaring ke

posisi duduk)

tanpa komplikasi paraplegia : kelainan system kardiovaskular

3. B3 (Brain).

tingkat kesadaran kompos mentis

Kepala : tidak ada gangguan, yaitu normosefalik, simetris, tidak ada penonjolan,

sering didapatkan adanya nyeri belakang kepala.

Leher : pada spondilitis tuberkulosa yang mengenai vertebra servikalis, sering

didapatkan adanya kekakuan leher sehingga mengganggu mobilisasi leher dalam

melakukan rotasi, felksi dan ekstensi kepala.

Wajah : wajah terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi maupun

bentuk. wajah simetris, tidak ada lesi dan edema.

mata : tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis.

telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal, tidak ada lesi atau

nyeri tekan.

Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.

Mulut dan Faring : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,

mukosa mulut tidak pucat.

Pemeriksaan fungsi serebral. status mental : Observasi penampilan dan tingkah

laku klien. biasanya status mental klien tidak mengalami perubahan.

4. B4 (bladder).

Pada spondilitis tuberkulosa daerah torakal dan servikal, tidak ada kelainan pada

system ini.

Page 10: Askep Spondilitis Tb

Pada spondilitis tuberkulosa daerah lumbal, sering didapatkan keluhan

inkontinensia urine, ketidak mampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi

urine.

5. B5 (Bowel).

Inspeksi : Bentuk datar, Simetris, tidak ada hernia.

Palpasi : Turgor baik, tidak ada kejang otot abdomen akibat adanya abses pada

lumbal, hepar tidak teraba.

Perkusi : suara timpani, ada pantulan gelombang cairan.

Auskultasi : peristaltic usus normal ±20 kali/ menit.

Inguinal – genitalia – anus : tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, tidak

ada kesulitan BAB.

Pola nutrisi dan metabolism : pada klien spondilitis tuberkulosa, sering

ditemukan penurunan nafsu makan dan gangguan menelan karena adanya

stimulus nyeri menelan dari abses faring sehingga pemenuhan nutria menjadi

berkurang

6. B6 (Bone).

Look : Kurvatura tulang belakang mengalami deformitas (kifosis) terutama pada

spondilitis tuberkulosa daerah torakal. pada spondilitis tuberkulosa daerah

lumbalis, hampir tidak terlihat deformitas, tetapi terlihat adanya abses pada

daerah bokong dan pinggang. pada spondilitis tuberkulosa daerah servikal,

terdapat kekakuan leher.

Feel : Kaji adanya nyeri tekan pada daerah spondilitis

Move : Terjadi kelemahan anggota gerak (paraparesis dan paraplegia) dan

gangguan pergerakan tulang belakang. pergerakan yang berkurang tidak dapat

dideteksi di daerah toraks, tetapi mudah diamati pada tulang belakang lumbal,

punggung harus diperhatikan dengan teliti, sementara gerakan dicoba. biasanya

seluruh gerakan terbatas dan usaha tersebut meninmbulkan spasme otot.

Pengkajian diagnostic

a. Laboratorium

- Laju Endap darah meningkat

b. Pemeriksaan Diagnostik lain

- Radiologi : terlihat gambaran distruksi vertebra terutama bagian anterior,

sangat jarang menyerang area posterior ; terdapat penyempitan diskus ;

gambaran abses para vertebral

Page 11: Askep Spondilitis Tb

- Tes Tuberkulin : Reaksi Tuberkulin biasanya positif

Diagnosis keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan kompresi radiks saraf servikal, spasme otot servikal

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal dan nyeri

3. Gangguang citra tubuh berhubungan dengan gangguan struktur tubuh

4. Ketidak seimbangan nutrisi : nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

asupan nutrisi tidak adekuat sekunder akibat nyeri tenggorokan dan gangguan

menelan

5. Risiko Infeksi berhubungan dengan port de entrée luka pasca-bedah

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit,

pengobatan dan perawatan

Intervensi

1. Nyeri berhubungan dengan kompresi radiks saraf servikal, spasme otot servikal

Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi dan nyeri berkurang 3 x 24 jam

Kriteria Hasil :

- Klien melaporkan penurunan nyeri

- skala nyeri 0 - 1

- dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau

menurunkan nyeri

- klien menunjukan perilaku yang lebih rileks

Intervensi :

1) kaji lokasi, intensitas dan tupe nyeri sebagi observasi penyebaran nyeri

rasional : nyeri merupakan pengalaman subjek yang hanya dapat di gambarkan

oleh klien sendiri

2) Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologis dan non

invasive

Rasional : Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologis

lainnya telah menunjukan keefektifan dalam mengurangi nyeri.

3) istirahatkan leher, atur posisi fisiologis dan pasang ban leher

rasional : posisi fisiologis akan mengurangi kompresi saraf leher

4) lakukan masase pada otot leher

rasional : masase ringan dapat meningkatkan aliran darah dan membantu suplai

darah dan oksigen ke area nyeri leher

Page 12: Askep Spondilitis Tb

5) Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam ketika nyeri muncul

rasional : meningkatkan asupan oksigen sehingga menurunkan nyeri sekunder

akibat iskemia

6) ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri

rasional : distraksi dapat menurunkan stimulus nyeri

7) Berikan analgesic sesuai terapi dokter dan kaji keefektivitasannya

rasional : analgesic mampu mnegurasngi rasa nyeri; bagaimana reaksi terhadap

nyeri yang diderita klien

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal dan nyeri

Tujuan : klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal dan mampu teradaptasi

dalam waktu 7 x 24 jam

Kriteria Hasil :

- klien dapat ikut serta dalam program latihan

- klien terlihat mampu melakukan mobilisasi secara bertahap

- mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat

optimal

Intervensi

1) kaji kemampuan mobilitas dan observasi terhadap peningkatan kerusakan

Rasional : mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas

2) bantu klien melakukan ROM, dan perawatan diri sesuai toleransi

Rasional : latihan ROM yang optimal mampu menurunkan atrofi otot,

memperbaiki sirkulasi perifer dan mencegah kontraktur

3) pantau keluhan nyeri dan adanya tanda-tanda deficit neurologis

rasional : peran perawat dalam pemantauan dapat mencegah terjadinya hal yang

lebih parah seperti henti jantung – paru akibat kompresi batang otak dan korda

4) kolaborasi dengan dokter untuk pemberian OAT

Rasional : OAT akan mengobati penyebab dasar spondilitis TB

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan gangguan struktur tubuh

Tujuan : Klien dapat mengekpresikan perasaanya dan dapat menggunakan koping

adaptif

Kriteria Hasil :

- Klien dapat mengungkapkan perasaannya dan dapat

menggunakan keterampilan koping yang poeotif dalam

mengatasi perubahan citra

Page 13: Askep Spondilitis Tb

Intervensi :

1) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan.

Rasional : meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling percaya

dengan mengungkapkan perasaan dapat membantu penerimaan diri

2) bersama-sama klien mencari alternatif koping yang positif

Rasional : dukungan perawat pada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri

klien

3) kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien kluarga dan teman serta

berikan aktifitas rekreasi dan permainan guna mengatasi perubahan body image

Rasional : memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang dirinya secara

positif dan tidak merasa rendah diri

4. Ketidak seimbangan nutrisi : nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

asupan nutrisi tidak adekuat sekunder akibat nyeri tenggorokan dan gangguan

menelan

Tujuan : dalam waktu 7 x 24 jam keseimbangan nutrisi dapat terpenuhi

Kriteria Hasil :

- klien terlihat mampu melakukan pemenuhan nutrisi per oral

secara bertahap

- proporsi berat badan dan tinggi badan ideal

Intervensi :

1) pantau persentase asupan makanan yang dikonsumsi setiap makan, timbang berat

badan tiap hari

Rasional : mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari tujuan yang

diharapkan

2) berikan perawatan mulutu tiap 6 jam. pertahankan kesegaran ruangan

Rasional : perasaan tidak nyaman pada mulut dan bau yang tidak nyaman dari

lingkungan dapat mempengaruhi selera makan

3) beri makanan lunak dalam kondisi hangat, sedikit tapi sering

Rasional : peran perawat dalam memberi dukungan sangat diperlukan pada klien

yang membutuhkan energy dan protein untuk proses pengembalian fungsi yang

optimal

4) dorong klien untuk ikut serta dalam pemenuhan nutrisi tinggi kalori dan tinggi

protein

Page 14: Askep Spondilitis Tb

Rasional : peran perawat dalam member dukungan sangat diperlukan pada klien

yang pada fase inflamasi sangat banyak membutuhkan energy dan protein untuk

proses pengembalian fungsi yang optimal

5) kolaborasi dengan ahli diet untuk pemenuhan nutrisi yang ideal

Rasional : dalam kondisi akut, ahli diet dapat mencari jenis makanan yang dapat

membantu klien dalam memenuhi kebutuhan akan energy dan perbaikan

5. Risiko Infeksi berhubungan dengan port de entrée luka pasca-bedah

Tujuan : tidak terjadi tanda-tanda infeksi

Kriteria Hasil :

- terbebas dari tanda atau gejala infeksi

- menunjukan hygiene yang adekuat

- menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi

Intervensi :

1) pantau tanda/ gejala infeksi

Rasional : mengidentifikasi dini infeksi

2) kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi

Rasional : Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi

3) berikan terapi antibiotik, bila diperlukan

Rasional : Mencegah Infeksi

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit,

pengobatan dan perawatan

Tujuan : Klien dan Keluarga dapat memahami cara perawatan di rumah

Kriteria Hasil :

- Klien dapat memperagakan pemasangan dan perawatan brace

atau korset

- mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan

- klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit,

rencana pengobatan dan gejala kemajuan penyakit

Intervensi :

1) Diskusikan tentang pengobatan

Rasional : meminimalisasi kesalahan klien dan keluarga dalam

penggunaan obat

2) Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur

Page 15: Askep Spondilitis Tb

Rasional : Meningkatkan kewaspadaan klien maupun keluarga terhadap

faktor – faktor resiko yang dapat memperparah kondisi klien

3) Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter

Rasional : mendeteksi kondisi perkembangan klien secara dini

Evaluasi

1. Pasien menyatakan nyeri berkurang dan atau hilang

2. pasien menunjukan kondisi yang rileks dan dapat beristirahat

3. pasien berpartisipasi dalam program pengobatan

4. pasien mendiskusikan perannya dalam mencegah kekambuhan

5. pasien mampu mengerti penjelasan yang diberikan tentang proses penyakit dan

pengobatannya

6. pasien mampu mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langka untuk

menghindarinya

7. pasien dapat menggunakan obat yang diresepkan dengan baik

8. pasien dapat melakukan pola hidup sehat dengan baik

Page 16: Askep Spondilitis Tb

Daftar pustaka

Muttaqin, A. (2008). Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal: Aplikasi pada Praktik Klinik

Keperawatan. Jakarta: EGC.

http://qittun.blogspot.com/2008/10/asuhan-keperawatan-dengan-spondilitis.html

http://childfever.blogspot.com/2009/03/askep-muskoskletalspondilitis.html

http://qittun.blogspot.com/2008/10/asuhan-keperawatan-dengan-spondilitis.html  Qittun on Sunday,

October 12, 2008