45
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN MAKALAH ASPEK DAN PERMASALAHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA KEGIATAN PEMBUATAN SEPATU DISUSUN OLEH :

Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Page 1: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN

MAKALAH ASPEK DAN PERMASALAHAN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PADA KEGIATAN PEMBUATAN SEPATU

DISUSUN OLEH :

RIDHO PRATAMA

031211029

Page 2: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin,

banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji

hanya layak untuk Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya

yang tiada terkira besarnya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan

judul ” ASPEK DAN PERMASALAHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA PADA KEGIATAN PEMBUATAN SEPATU ”. Dalam penyusunannya, saya

memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan teman–teman

yang telah memberikan do’a, dukungan dan saran. Dari sanalah semua kesuksesan

ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun

pada langkah yang lebih baik lagi.

Saya berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,

namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan

saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata ini

berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Jakarta, 7 November 2014

Penyusun

Ridho Pratama

Page | i

Page 3: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

Daftar Isi

Kata Pengantar..................................................................................................... i

Daftar Isi............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................1

1.2 Tujuan.................................................................................................2

1.3 Rumusan Masalah..............................................................................3

BAB II Proses Pembuatan Sepatu......................................................................4

2.1 Proses Pembuatan Sepatu.................................................................4

BAB III Identifikasi Permasalahan.....................................................................11

3.1 Indikator Penyebab Kecelakaan Kerja..............................................11

3.2 Permasalahan K3 di Pabrik Sepatu..................................................12

A. Faktor Teknis.........................................................................12

B. Faktor Manusia......................................................................15

BAB IV Pengelolaan K3 di Pabrik Sepatu.........................................................16

4.1 Peraturan Perundangan Terkait tentang Pabrik Sepatu...................16

4.2 Perencanaan Pengelolaan K3 di Pabrik Sepatu...............................17

A. Penetapan Kebijakan K3........................................................17

B. Perencanaan K3....................................................................18

Page | ii

Page 4: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

C. Pelaksanaan Rencana K3......................................................19

D. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3....................................21

E. Peninjauan dan Peningkatan SMK3......................................21

4.3 Pengelolaan Organisasi K3 di Pabrik Sepatu...................................21

A. Kebijakan dan Kepemimpinan...............................................21

B. Administrasi dan Prosedur.....................................................22

C. Panitia Pembina K3...............................................................22

D. Pembinaan dan Pelatihan......................................................23

E. Safe Work Practices...............................................................23

F. Kesehatan Kerja dan Higiene Industri....................................24

G. Promosi dan Kampanye.........................................................24

H. Alat Keselamat Kerja..............................................................25

I. Manajemen Kebakaran..........................................................25

J. Manajemen Lingkungan-B3...................................................26

K. Tanggap Darurat....................................................................26

L. Audit.......................................................................................27

BAB V PENUTUP..............................................................................................28

5.1 Kesimpulan.......................................................................................28

5.2 Saran................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA

Page | iii

Page 5: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu aspek atau unsur kesehatan

yang erat hubungannya dengan lingkungan kerja dan pekerjaan secara

langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas

tenaga kerja atau pekerja.

Menurut Suma’mur, keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk

menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang

bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

Kesehatan dan kerja sangat erat hubungannya, sebab lingkungan kerja dapat

mempengaruhi kesehatan seseorang. Pekerja mungkin saja terpapar dengan

mesin-mesin berbahaya, bahan kimia berbahaya, ataupun situasi kerja penuh

tekanan.

Oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan kesadaran bagi para pekerja

terhadap kesehatan lingkungan kerja yang dapat menyebabkan penyakit akibat

kerja.

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan aspek penting dalam pekerjaan

atau kegiatan hidup lainnya. Kesehatan kerja selalu dijadikan sebagai bahasan

utama ketika berbicara mengenai pekerjaan. Pekerjaan yang dimaksud adalah

segala usaha yang dilakukan manusia baik yang bersifat formal maupun

informal.

Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja memang sudah seharusnya

dipahami secara umum oleh seluruh pekerja, hal ini dikarenakan K3 memegang

peranan penting dalam pelaksanaan dan peningkatan kerja para pekerja.

Page | 1

Page 6: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

Aspek keselamatan kerja memang harus dipahami oleh semua orang sebab

dalam konteksnya, keselamatan kerja ini untuk mencegah terjadinya kejadian

negative/kejadian yang tidak diinginkan dalam kehidupan setiap orang.

Pada aspek kehidupan, kejadian negative atau yang biasa kita sebut dengan

kecelakaan dapat saja terjadi. Hal ini dikarenakan setiap aspek kehidupan

membawa serta ancaman dibalik eksistensinya. Kita harus mewaspadai setiap

kemungkinan yang ada dibalik kondisi yang kita miliki.

Sama halnya pada industri sepatu, berbagai kemungkinan terjadinya kecelakaan

kerja dapat terjadi. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan

pekerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja itu sendiri.

Selain kemungkinan besar terjadinya kecelakaan kerja pada pekerja, penyakit

akibat kerja juga tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada pekerja  apalagi

pada industri. Hal ini disebabkan karena pada biasanya mereka bekerja dengan

peralatan – peralatan yang berbahaya.

Berdasarkan landasan diatas maka timbul pemikiran dan keinginan untuk

mengobservasi kesehatan dan keselamatan kerja pada industri  yaitu industri

sepatu. Selain itu observasi ini juga merupakan salah satu kewajiban untuk

memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Berbagai

Bidang.

1.2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan dari

penulisan makalah ini yaitu :

a. Untuk mengetahui kegiatan atau proses kerja atau suatu operasi yang

ada pada Pabrik Sepatu.

b. Untuk mengetahui permasalahan dan isu-isu K3 yang ada pada Pabrik

Sepatu.

Page | 2

Page 7: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

c. Untuk mengetahui program pengelolaan K3 pada kegiatan pembuatan

sepatu.

d. Untuk mengetahui dasar hukum terkait Pabrik Sepatu.

e. Untuk mengetahui rencana pengelolaan dan organisasi pengelolaan K3

yang ada Pabrik Sepatu.

1.3 Rumusan Masah

Berdasarkan latar belakang dan tujuan diatas maka rumusan masalah dari

makalah ini yaitu ;

a. Bagaimana kegiatan atau proses kerja atau suatu operasi yang ada pada

Pabrik?

b. Apa permasalahan dan isu-isu K3 yang ada pada Pabrik Sepatu?

c. Apa saja program pengelolaan K3 pada kegiatan pembuatan sepatu?

d. Apa saja dasar hukum terkait Pabrik Sepatu?

e. Apa rencana pengelolaan dan organisasi pengelolaan K3 yang ada Pabrik

Sepatu?

Page | 3

Page 8: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

BAB II

PROSES PEMBUATAN SEPATU

2.1Proses Pembuatan Sepatu

Dalam  konstruksi sepatu, beberapa manufacture menggunakan istilah-istilah

yang hampir sama yang menunjukkan elemen-elemen sepatu. Anda bisa lihat

gambar berikut :

Elemen Sepatu

Umumnya konstruksi sepatu terbagi menjadi 2 bagian utama, yaitu :

a. Upper

Upper sepatu adalah bagian sepatu yang terdapat di bagian sisi atas,

mulai dari ujung depan sepatu, sisi kanan dan kiri, bagian lidah (tongue)

sampai dengan bagian belakang. Karakteristik dari upper biasanya

berbahan dasar kain sintetic atau kulit (leather) yang telah dirakit dengan

jahitan (stitching process).

b. Bottom

Page | 4

Page 9: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

Bagian bottom dari sepatu adalah bagian alas atau bagian bawah dari

sepatu. Biasanya orang menyebut bagian sole. Bottom terdiri dari insole,

midsole dan outsole. Dan ada juga yang menggunakanbahan Pu-Puck

(Polyurethane).

Alur Proses Produksi Sepatu

Berikut adalah penjelasan Flow Chart :

Page | 5

Page 10: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

Upper Components Cutting

Cutting process adalah proses pemotongan bahan baku sebelum

dibentuk menjadi upper sepatu. Bahan baku yang berupa kain atau pun

kulit (leather) dipotong membentuk pola-pola ( Cardsboard

patterns ) yang telah ditentukan sebelumnya. Peralatan yang

diperlukan dalam proses ini menggunakan mesin potong

(cutting machine) dan alat potong yang disebut dengan cutting dies

yang bentuk dan ukurannya telah dibuat sesuai dengan pola-pola

potongan yang akan dikerjakan.

Stitching / Sewing

Pada proses ini pola-pola bahan baku yang telah dipotong di cutting

process kemudian dijahit yang kemudian dibentuk menjadi upper

sepatu. Dalam proses penjahitan ini sangat banyak membutuhkan

waktu dalam pengerjaannya. Hal ini dikarenakan tinginya tingkat

Page | 6

Page 11: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

kesulitan dalam menjahit dan juga butuh ketelitian yang sangat tinggi.

Potonganpola dijahit satu persatu sehingga membentuk upper sepatu

yang selanjutnya disatukan di proses perakitan.

Outsole Production

Outsole, merupakan Bagian terbawah dari sepatu yang contact dengan

tanah. Karakteristik outsole yang baik antara lain: Cengkeraman (grip),

daya tahan, dan tahan air. Untuk sebuah sepatu, bahan yang

digunakan pada outsole biasanya merupakan gabungan dari beberapa

bahan untuk menyesuaikan dengan model,warna dan fungsi yang

diinginkan, antara lain berbasis plastik, karet/rubber, sponge. masing

masing jenis bahan tersebut juga bervariasi. misalnya untuk plastic ada

jenis TPR, TPU dll.

Insole production

Insole, merupakan bagian dalam sepatu, tepatnya berada di bawah

kaki. Bahan yang dipakai untuk insole sangat menentukan

kenyamanan saat kita mengenakan sepatu.

Stock Fitting

Page | 7

Page 12: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

Beberapa jenis outsole bisa langsung digunakan pada proses

Assembling, namun ada juga beberapa jenis bottom yang harus

melalui proses stock fitting. Proses ini adalah merupakan proses kerja

yang menggabungkan bagian-bagian dari bottom sepatu, yaitu antara

midsole dan outsole sampai terbentuk menjadi bottom sepatu. Midsole

yang berbahan dasar phylon akan digabungkan dengan outsole yang

berbahan dasar karet (rubbersole) dengan cara mengelem/cementing.

Assembly

Pada bagian inilah perakitan sepatu dikerjakan. Bagian-bagian sepatu

yang masih berupa upper dan bottom digabungkan hingga menjadi

bentuk sepatu. Bagian upper yang diproduksi dari divisi stitching

process sebelumnya dan bagian bottom yang diproduksi di divisi

stockfit dirakit dalam proses ini sampai membentuk sepasang sepatu.

Hal-hal penting dalam proses assembling bisa dilihat dalam detail

berikut.

a. Laste

Saat memasuki proses assembling Upper dan Bottom sudah

berupa pasangan atau “set”, dengan size yang sudah ditentukan.

Untuk membentuk sepatu agar mengikuti kontur kaki digunakan

laste. Setiap Merek memiliki dimensi Laste yang berbeda-beda

Page | 8

Page 13: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

meski dengan size yang sama. Sepatu untuk kaki orang asia

tentunya memiliki laste yang berbeda dengan jenis kaki orang

Eropa.

b. Penyatuan Upper dan Midsole

Beberapa sepatu yang menggunakan Phylon, antara Upper dan

phylon disatukan dengan menggunakan mesin Toelast – Healast.

Toelasting machine menyatukan dengan cara pengeleman dan

Press dibagian ujung / Toe. Sedang Healast machine menyatukan

bagian belakang/heal dengan cara yang sama.

Adapula sepatu jenis stroble, jenis ini tidak menggunakan mesin

toelast-healast karena Upper dan midsole disatukan dengan cara di

jahit.

Setelah proses ini, Upper yang didalamnya sudah terdapat laste

dikenakan proses pemanasan / heating agar bahan upper

( leather/synthetic ) tercetak dengan baik sehingga mengikuti kontur

permukaan laste.

c. Treatment Upper – Bottom

Page | 9

Page 14: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

Sebelum disatukan, permukaan kontak ( contact surface ) Upper

dan Bottom harus di Treatment terlebih dahulu. Pada dasarnya

treatment ini bertujuan untuk membersihkan contact surface,

membuka pori-pori permukaan bottom dengan penyinaran ultra

violet (UV), cementing, dan Heating.

d. Press

Menyatukan bottom dan upper dengan menggunakan mesin press.

e. Finishing

Proses ini merupakan akhir dari semua proses produksi yang

dikerjakan. Sepatu hasil produksi dan telah melewati pemeriksaan

quality kemudian akan di-packing ke dalam dus karton sepatu yang

kemudian disimpan di gudang final product.

BAB III

Page | 10

Page 15: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

3.1 Indikator Penyebab Kecelakaan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk

menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah

tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan

budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur (Mangkunegara, 2002).

Keselamatan Kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana

kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan

yang bersangkutan (Suma’mur 2001).

Menurut Mangkunegara (2002, p.170), bahwa indikator penyebab kecelakaan

kerja adalah:

A. Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:

Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang

kurang diperhitungkan keamanannya.

Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.

Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.

B. Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi:

Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.

Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik

Pengaturan penerangan.

3.2 Permasalahan K3 di Pabrik Sepatu

Page | 11

Page 16: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

A. FAKTOR TEKNIS

1. Pengetahuan Tentang K3

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dapat ditarik

kesimpulan bahwa informan mempunyai sedikit pengetahuan tentang

kesehatan dan keselamatan kerja. Tapi karena faktor kebiasaan, hal

tersebut tidak dihiraukan bahkan tidak diaplikasikan.

2. Kondisi Lingkungan Kerja

a. Lingkungan Fisik

Pada Potensial Hazard Lingkungan Fisik yang dapat menimbulkan

penyakit akibat kerja dilihat dari lingkungan fisik potensi yang dapat

menjadi faktor risiko sesuai dengan hasil observasi antara lain :

Tata Ruang

Dengan tempat industri yang cukup besar tetapi dalam tata

ruang dan penataan perlengkapan kurang maksimal sehingga

hal ini bisa mempengaruhi kenyamanan dan keleluasaan

pekerja.

Lingkungan yang tidak kondusif seperti ini dapat megakibatkan

pekerja sulit mengatur gerak dalam ruangan ditambah lagi

beberapa barang penyimpanan dan meja tempat

pengguntingan, mesin jahit itu sendiri yang ditata kurang

sistematis membuat rungan terlihat sempit.

Ruang kerja yang sempit juga dapat mempengaruhi tingkat

stress pekerja karenan ini dianggap mengancam keamanan dan

kenyamanan mereka dalam bekerja.

Kebisingan

Page | 12

Page 17: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

Setelah melakukan observasi di lokasi industri sepatu, pada

industri ini terdapat 4 mesin jahit yang berjalan dan cukup

menimbulkan suara kebisingan yang dapat mengakibatkan

penurunan kemampuan daya konsentrasi dan daya dengar bila

terjadi dalam waktu yang lama.

Contohnya karena kebisingan, pekerja menjadi tidak konsentrasi

sehingga bisa saja terjadi kesalahan dalam pembuatan sepatu.

Selain itu kemungkinan kecelakaan kerja dapat terjadi sehingga

mengakibatkan luka, baik yang permanen maupun yang tidak.

b. Lingkungan Biologi

Potensial lingkungan biologi pada pekerja adalah dari bahan baku

yang digunakan selama proses kerja seprti bahan imitasi dan bahan

kulit. Didalam serat bahan tidak menutup kemungkinan terdapat

banyak baketri dan jamur yang bersifat pathogen bagi tubuh

manusia. Oleh sebab itu ini dapat mengakibatkan kemungkinan besar

untuk terinfeksi bakteri dan jamur tersebut.

c. Lingkungan Kimia

Bahan kimia yang terkandung dalam lem yang digunakan pekerja

untuk memasang upper dengan sol sepatu mengakibatkan Dalam

proses produksinya, penggunaan lem yang mengandung bahan kimia

berbahya merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Berdasarkan studi

yang dilkukan oleh Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

Fakultas Kesehatan Msyarakat, Universitas Indonesia bekerja sama

dengan Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, diketahui bahwa terdapat

pelarut organik dalam lem berupa toluena lebih dari 70% dan pelarut

benzena sekitar 1-2% (Widjaja, 2008). Kedua pelarut tersebut bersifat

toksik, bahkan benzena bersifat karsinogen, sehingga kontak

langsung dengan manusia sedapat mungkin harus dihindarkan.

sehingga dikhawatirkan pekerja dapat terkena dampak kesehatan

seperti sindroma pelarut (pusing, mual, sulit berkonsentrasi), sakit

paru, liver, dan leukemia. Upaya pencegahan dan perlindunan pada

Page | 13

Page 18: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

pekerja sangatlah penting dilakukan. Salah satu upaya untuk

menurunkan risiko kesehatan pada pekerja adalah dengan

melakukan sosialisasi dalam bentuk penyuluhan dan pelatihan yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai

bahaya kimia pada lem dan cara aman bekerja dengan bahan kimia

lem. Peningkatan pemahaman pekerja tentang bahaya kimia akan

memicu terciptanya perilaku kerja yang aman sehingga dapat

menurunkan risiko munculnya penyakit akibat kerja.

d. Lingkungan Fisiologi

Sikap Tubuh

Para pekerja memang dituntut untuk duduk lebih lama. Kondisi

dominan berada dalam kondisi duduk, kepala menunduk,

punggung membungkuk serta leher menekuk dapat

mengakibatkan penyakit dan kecelakaan kerja.

Misalnya posisi duduk sekalipun pada saat duduk menurut

tegangan pada kaki rendah, sikap tak alami dapat dihindari,

konsumsi energi terkurangi dan kebutuhan peredaran darah

hanya sedikit (Sastrowinoto, 1985). Akan tetapi untuk posisi

duduk yang keliru dan terlalu lama tanpa adanya refleksi otot

punggung dapat mengakibatkan sakit punggung. Selain itu pada

saat duduk otomatis perut mengendor maka ini dapat

mengakibatkan gangguan dalam salauran pencernaan dan paru-

paru.

Penggunaan APD

Pekerja sama sekali tidak menggunakan alat pelindung diri

karena menurutnya hanya dapat memperlambat pekerjaanya dan

mereka jadi terganggu dalam mengerjakan tugasnya. APD yang

harus digunakan pada industri ini adalah:

Masker

Alas kaki

Page | 14

Page 19: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

Sarung tangan

Sarana dan Peralatan Kerja

Peralatan kerja yang digunakan pada industri ini seperti palu,

paku, tang, pisau, gunting dapat berpotensi mengakibatkan

kecelakaan kerja terlebih para pekerja juga tidak memakai alat

pelindung diri. seperti gunting tidak dilengkapi dengan pengaman.

dan banyak peralatan – peralatan tersebut yang berkeliaran

dilantai sedangkan para pekerja tidak memakai alas kaki.

B. FAKTOR MANUSIA

1. Kesehatan Tenaga Kerja

Dari hasil observasi melihat kesehatan pekerja terlihat baik, tetapi

ketidakpedulian para pekerja terhadap hal – hal yang mereka anggap

sepele justru dapat membahayakan kesehatan mereka, seperti pada bau

lem yang mereka hirup terus – menerus. Selain itu pada benda – benda

tajam yang berserakan yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja.

2. Kesesuaian Sikap, Cara dan Sistem Kerja

Para pekerja pada industri sepatu ini setiap hari sekurang – kurangnya

selama 8 jam melakukan pekerjaan dengan duduk, hal ini dapat

menyebabkan beberapa gangguan kesehatan.

Page | 15

Page 20: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

BAB IV

PENGELOLAAN K3 DI PABRIK SEPATU

4.1 Peraturan Perundangan Terkait tentang Pabrik Sepatu

a. Pabrik sepatu merupakan salah satu bidang usaha yang bergerak pada

bidang industri tekstil yang disebutkan pada Surat Keputusan Menteri

Perindustrian Indonesia No.19/M/I/1986 tentang klasifikasi Industri, yakni :

Industri kimia dasar: misalnya industri semen, obat-obatan, kertas,

pupuk, dsb.

Industri mesin dan logam dasar: misalnya industri pesawat terbang,

kendaraan bermotor, tekstil dan lain-lain.

Industri kecil: industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak

goreng curah dan lain-lain.

Aneka industri: industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan

lain-lain.

b. Pasal 21 UU Perindustrian

Perusahaan industri mempunyai kewajiban dalam upaya pencegahan

timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup

sebagaimana telah diatur dalam Pasal 21 UU Perindustrian yang berbunyi:

Perusahaan industri wajib melaksanakan upaya keseimbangan dan

kelestarian sumber daya alam serta pencegahan timbulnya kerusakan

dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri

yang dilakukannya.

Pemerintah mengadakan pengaturan dan pembinaan berupa bimbingan

dan penyuluhan mengenai pelaksanaan pencegahan kerusakan dan

penanggulangan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat

kegiatan industri.

Page | 16

Page 21: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

Kewajiban melaksanakan upaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dikecualikan bagi jenis industri tertentu dalam kelompok industri kecil.

c. Pasal 21 ayat (1) UU Perindustrian

Menurut Penjelasan Pasal 21 ayat (1) UU Perindustrian, perusahaan industri

yang didirikan pada suatu tempat, wajib memperhatikan keseimbangan dan

kelestarian sumber daya alam yang dipergunakan dalam proses industrinya

serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan

hidup akibat usaha dan proses industri yang dilakukan. Dampak negatif dapat

berupa gangguan, kerusakan, dan bahaya terhadap keselamatan dan

kesehatan masyarakat di sekelilingnya yang ditimbulkan karena pencemaran

tanah, air, dan udara termasuk kebisingan suara oleh kegiatan industri.

Dalam hal ini, Pemerintah perlu mengadakan pengaturan dan pembinaan

untuk menanggulanginya.

4.2 Perencanaan Pengelolaan K3 di Pabrik Sepatu

Untuk menentukan arah dan batasan alur dari pelaksanaan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja pada sebuah pabrik sepatu ini diperlukan Perencanaan

Pengelolaan K3 yang biasanya dilakukan oleh Sistem Manajemen K3 yang

nantinya akan memberikan keuntungan besar pada pabrik tersebut.

Perencanaan tersebut dapat meliputi :

A. Penetapan Kebijakan K3

Menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah ditetapkan kepada seluruh

pekerja. Dalam penyusunan kebijakan K3, pengusaha paling sedikit harus:

Melakukan tinjuan awal kondisi K3 yang, meliputi :

a. Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko.

b. Perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang

lebih baik.

c. Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan.

Page | 17

Page 22: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

d. Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang

berkaitan dengan keselamatan.

e. Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.

f. Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus

menerus.

g. Memperhatikan masukan dari pekerja atau serikat pekerja.

h. Kebijakan K3 paling sedikit harus memuat :

Visi

Tujuan perusahaan

Komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan

Kerangka dan program kerja yang mencangkup kegiatan

perushaaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan/atau

operasional.

B. Perencanaan K3

Perencanaan K3 dimaksudkan untuk menghasilkan rencana K3. Rencana K3

ini disusun dan ditetapkan oleh pengusaha dengan mengacu pada kebijakan

K3 yang telah ditetapkan. Dalam menyusun rencana K3 harus melibatkan Ahli

K3, Panitia Pembina K3, wakil pekerja, dan pihak lain yang terkait di

perusahaan. Dalam penyusunan rencana K3, pengusaha harus

mempertimbangkan:

Hasil penelaahan awal.

Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko.

Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya.

Sumber daya yang dimiliki.

Rencana K3 paling sedikit memuat :

Tujuan dan sasaran

Skala prioritas

Upaya pengendalian bahaya

Penetapan sumber daya

Page | 18

Page 23: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

Jangka waktu pelaksanaan

Indikator pencapaian

Sistem pertanggungjawaban

C. Pelaksanaan Rencana K3

Berdasarkan rencana K3 yang telah ditetapkan, dalam pelaksanaannya

pengusaha didukung oleh SDM di bidang K3, sarana dan prasarana. SDM

yang dimaksud harus memiliki:

Kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat.

Kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan ijin kerja dan/atau

surat penunjukan dari instansi yang berwenang.

Sarana dan prasana yang dimaksud minimal harus terdiri :

Organisasi atau unit yang bertanggungjawab di bidang K3.

Anggaran yang memadai.

Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta

pendokumentasian.

Instruksi kerja.

Syarat minimal kegiatan pelaksanaan rencana K3 harus meliputi :

Tindakan pengendalian

Perancangan dan rekayasa

Prosedur dan instruksi kerja

Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan

Pembelian/pengadaan barang dan jasa

Produk akhir

Upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri

serta rencana pemulihan keadaan darurat (dilaksanakan berdasarkan

potensi bahaya, investigasi, dan analisa kegiatan).

Pelaksanaan rencana K3 berdasarkan identifikasi bahaya, penilaian, dan

pengendalian risiko yakni :

Page | 19

Page 24: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

a. Menunjuk SDM yang berkompeten dan berwenang di bidang K3.

b. Melibatkan seluruh pekerja.

c. Membuat petunjuk K3 yang harus dipatuhi oleh semua penghuni

perusahaan.

d. Membuat prosedur informasi yang harus dikomunikasikan ke semua

pihak dalam perusahaan dan pihak luar yang terkait.

e. Membuat prosedur pelaporan yang terdiri:

Terjadinya kecelakaan di tempat kerja.

Ketidaksesuaian dengan peraturan perundang-undangan dan/atau

standar.

Kinerja K3.

Identifikasi sumber bahaya.

Dokumen lain yang diwajibkan berdasarkan peraturan perundang-

undangan.

Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang dilakukan terhadap:

Peraturan perundang-undangan dan standar di bidang K3.

Indikator kinerja K3.

Izin kerja.

Hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko.

Kegiatan pelatihan K3.

Kegiatan inspeksi, kalibrasi, dan pemeliharan.

Catatan pemantauan data.

Hasil pengkajian kecelakaan di tempat kerja dan tindak lanjut.

Identifikasi produk terhadap komposisinya.

Informasi pemasok dan kontraktor.

Audit dan peninjauan ulang SMK3.

Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan

independen terhadap pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan

untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang telah direncanakan

dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di perusahaan.

D. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3

Kegiatannya melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal

SMK3 dilakukan oleh SDM yang kompeten, jika tidak memiliki SDM yang

Page | 20

Page 25: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

kompeten dapat menggunakan jasa pihak lain. Hasil pemantauan dan

evaluasi kinerja K3 dilaporkan kepada pengusaha dan digunakan untuk

melakukan tindakan perbaikan yang dilakukan sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

E. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3

Fungsinya untuk menjamin kesesuaian dan efektivitas penerapan SMK3 yang

dilakukan terhadap kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan

evaluasi untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja dalam hal:

Terjadi perubahan peraturan perundang-undangan.

Adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar.

Adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan.

Terjadi perubahan struktur organisasi.

Adanya perkembangan IPTEK, termasuk epidemiologi.

Adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja.

Adanya pelaporan.

Adanya masukan dari pekerja.

4.3 Pengelolaan Organisasi K3 di Pabrik Sepatu

A. Kebijakan dan Kepemimpinan

Tujuan :

Menetapkan kebijakan K3 yang didukung oleh

komitmen semua unsur dalam perusahaan dan

diimplementasikan dalam setiap kegiatan.

Implementasi :

Mengembangkan dan menetapkan kebijakan HSE

dari manajemen puncak baik ditingkat korporat

maupun unit usaha atau lokasi kegiatan.

Page | 21

Page 26: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

Mensosialisasikan, mengkomunikasikan dan

menterjemahkankebijakan HSE dalam setiap

kebijakan organisasi.

Membudayakan kebijakan HSE di seluruh kalangan

dan tingkatan.

B. Administrasi dan Prosedur

Tujuan :

Meletakkan landasan operasional bagi usaha HSE

dalam perusahaan.

Implementasi :

Adanya organisasi HSE yang mantap.

Adanya kebijakan Manajemen terhadap HSE.

Tersedianyanya SDM untuk mengelola HSE.

Ditetapkannya prosedur, peraturan, dan pedoman

kerja dalam bidang HSE dalam perusahaan.

Adanya Sistem Manajemen HSE yang terintegrasi.

C. Panitia Pembina K3

Tujuan :

Mengembangkan keterlibatan semua unsur dalam

program HSE.

Membantu Manajemen dalam mengimplementasikan

program HSE dalam perusahaan.

Implementasi :

Membentuk komite HSE dalam setiap unit kegiatan.

Menyelenggarakan kegiatan Komite HSE secara

berkala dengan melibatkan semua unsur terkait

dalam perusahaan.

Page | 22

Page 27: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

Menyelenggarakan rapat Panitia secara berkala dan

memberikan masukan kepada manejemen tentang

upaya peningkatn HSE dalam perusahaan.

D. Pembinaan dan Pelatihan

Tujuan :

Untuk meningkatkan kesadaran dan budaya HSE

pada pekerja dan seluruh pihak yang terlibat dalam

operasi perusahaan.

Meningkatkan kualitas manusia sebagai pelaksana

asepek HSE.

Implementasi :

Melakukan Program pelatihan HSE.

Melakukan promosi HSE (Safety Promotion).

Melaksanakan Job Safety Analisys.

Mengembangkan komite HSE sebagai wadah peran

serta pekerja.

E. Safe Work Practices

Tujuan :

Memastikan bahwa semua kegiatan dan pekerjaan

dijalankan dengan cara yang aman dan sesuai

dengan persyaratan.

Memastikan bahwa aspek HSE mendapat perhatian

dan pertimbangan dalam melakukan setiap kegiatan.

Mengembangkan safe work practices untuk semua

kegiatan berbahaya.

Implementasi :

Page | 23

Page 28: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

Mengembangkan, mengkomunikasi dan

mengimplementasikan semua safe work practices

sesuai dengan kebutuhan misalnya :

Welding and cutting

Permit system

Confined space

Start up and shut down etc

F. Kesehatan Kerja dan Higiene Industri

Tujuan :

Mencegah dan menghindarkan terjadinya penyakit

akibat kerja di lingkungan perusahaan

Memastikan bahwa lingkungan kerja telah memenuhi

persyaratan bagi pekerja

Implementasi :

Mengembangkan program higiene industri yang baik dan

efektif seperti ergonomi, kebisingan dll

Melakukan pemantauan dan penanganan semua potensi

penyakit akibat kerja

G. Promosi dan Kampanye

Tujuan :

Memastikan bahwa semua pihak telah memahami

dan menyadari pentingnya HSE dan budaya K3

melalui aktivitas promosi K3 dan kampanye lainnya.

Implementasi :

Page | 24

Page 29: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

Mengembangkan program promosi HSE dan

menerapkannya dalam operasi.

Melakukan kegiatan kapany HSE untuk meningkatkan

kesadaran dan awarenesss emua pihak.

Mengembangkan program-program kampenye HSE

sepertu buletin, poster, rambu-rambu dan bentuk

lainnya.

H. Alat Keselamat Kerja

Tujuan :

Melindungi pekerja dari sumber bahaya melalui

penyediaan alat keselamatan yang sesuai.

Implementasi :

Penyediaan alat keselamatan yang sesuai.

Pemantauan penggunaan alat keselamatan.

I. Manajemen Kebakaran

Tujuan :

Untuk mengelola potensi bahaya kebakaran sejak

tahap pencegahan, pendeteksian, penanggulangan

dan rehabilitasinya.

Implementasi :

Memberlakukan sistem Manajemen Kebakaran yang

baik yang meliputi elemen sebagai berikut :

Komitmen

Organisasi dan administratip

Identifikasi Bahaya Kebakaran

Tinjauan Rancang bangun

Page | 25

Page 30: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

Pembinaan dan Pelatihan

Proteksi Kebakaran

Inspeksi Kebakaran

Tanggap darurat

Penyelidikan Kebakaran

Audit Kebakaran

J. Manajemen Lingkungan-B3

Tujuan :

Mengelola semua bahan B3 yang digunakan,

dihasilkan dan dipasarkan perusahaan dengan aman

dan selamat.

Melindungi tenaga kerja, lingkungan dan masyarakat

luas dari dampak penggunaan bahan B3.

Implementasi :

Menidentifikasi semua B3 yang ada dalam

perusahaan.

Melakukan pengelolaan B3 dengan cara yang benar

dan aman.

Menetapkan prosedur pengelolaan B3.

Mengikuti Program PROPER di seluruh lokasi

kegiatan.

K. Tanggap Darurat

Tujuan :

Page | 26

Page 31: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

Meyakinkan bahwa semua keadaaan darurat dapat

diatasi dengan cepat, tepat dan aman.

Menekan kerugian akibat kejadian yang tidak

diinginkan dengan menanggulanginya sedini

mungkin.

Menjamin Koordinasi dalam penanggulangan

keadaan darurat.

Implementasi :

Prosedur Keadaan Darurat Kebakaran.

Prosedur Keadaan Darurat Kecelakaan/Disaster.

Prosedur Keadaan Darurat Pencemaran/tumpahan

minyak.

Prosedur keadaan Darurat Kegagalan Tenaga.

L. Audit

Tujuan :

Untuk mengetahui adanya penyimpangan dalam

pelaksanaan HSE.

Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan

perusahaan dalam menerapkan HSE.

Sebagai dokumen otentik untuk menghadapi klaim

pihak ketiga.

Dasar pemberian Penghargaan HSE.

Implementasi :

Audit Keselamatan (Safety Audit)

Audit Lingkungan (Environmental Audit)

Audit Kebakaran ( Fire Audit)

Audit Kesehatan Kerja

BAB V

PENUTUP

Page | 27

Page 32: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di industri khususnya di

industri sepatu dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengetahuan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang dimiliki

pekerja di industri ini masih kurang memadai karena pekerja hanya sedikit

memperhatikan tentang kesehatannya saja tanpa memperhatikan aspek

keselamatannya.

2. Kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi terhadap beberapa

potensial hazard. Seperti ; potensial hazard lingkungan fisik (panas),

potensial hazard lingkungan fisiologis ( ergonomi ), serta potensial hazard

lingkungan biologi (debu dan mikroorganisme)

3. Pada penggunaan Alat Pelindung Diri, tidak digunakan karena faktor

kebiasaan.

4. Pencegahan / pengendaliaan kecelakaan kerja di tempat ini yaitu jika

pekerja merasa sudah lelah dia berhenti bekerja kemudian beristirahat

sejenak.Ini dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja akibat kelelahan.

5.2Saran

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di industri khususnya di

industri sepatu diberikan saran sebagai berikut :

1. Pemerintah agar lebih memperhatikan dan menegaskan kepada pengusaha

industri tentang penerapan aspek kesehatan dan keselamatan kerja di

industri tekstil ataupun indusri lainnya.

2. Pengusaha harus mengimplementasikan aspek penerapan kesehatan dan

keselamatan kerja di perusahaannya agar tingkat kecelakaan kerja yang

menimbulkan PAK ataupun Loss sehingga nantinya tidak ada yang merasa

dirugikan.

Page | 28

Page 33: Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu

Daftar Pustaka

http://k3tium.wordpress.com/2012/10/22/penerapan-k3-pada-industri-sepatu/

http://dedylondong.blogspot.com/2012/10/bagaimana-proses-pembuatan-sepatu-

shoes.html

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Perindustrian

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

Pdf-kesehatan dan keselamatan kerja-sektor informal

MODUL HSE MANAGEMENT PROGRAM – SOEHATMAN RAMLI