150
1 ASPEK HUKUM PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA PADA PT. BANK SUMUT Oleh : Agung Yuriandi Medan 2011

Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pemprovsu sebagai penguasa di daerah Sumatera Utara berkewajiban untuk meningkatkan PARD masyarakat daerahnya. Salah satu caranya adalah dengan mendirikan bank pembangunan daerah. Hal tersebut ditempuh agar PARD meningkat, penerimaan PAD juga meningkat.... Namun, yang menjadi kejanggalan adalah DPRD dan Pemprovsu masih bingung ingin menyertakan APBD ke PT. Bank Sumut ataukah membangun sarana dan prasarana rakyat....

Citation preview

Page 1: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

1

ASPEK HUKUM PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

PADA PT. BANK SUMUT

Oleh : Agung Yuriandi

Medan 2011

Page 2: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin berkembangnya kegiatan perekonomian di suatu daerah maka,

diperlukan sumber-sumber penyediaan modal guna membiayai kegiatan usaha.

Dengan demikian modal yang diperlukan untuk kegiatan suatu usaha dapatlah disebut

juga sebagai faktor produksi yang sejajar dengan faktor-faktor produksi lainnya

seperti tenaga kerja, peralatan mesin-mesin, bahan baku, kemampuan teknologi,

manajemen dan lain sebagainya. Adapun sumber utama dari modal tersebut salah

satunya adalah Bank. Aktivitas pertama dalam dunia perbankan adalah menghimpun

dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah funding. Pengertian

menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dari

masyarakat luas. Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat,

maka oleh perbankan dana tersebut disalurkan kembali atau dijualkan kembali kepada

masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit (lending).

Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit

(debitur) dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Sedangkan bagi bank yang

berdasarkan prinsip syariah dapat berdasarkan bagi hasil atau penyertaan modal. 1

Bentuk hukum suatu lembaga yang berusaha di bidang perbankan berdasarkan

ketentuan terakhir, yakni Pasal 21 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, hanya terdiri

1 Hartono Ginting, “ Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Kebijakan Moneter terhadap

Persetujuan Pemberian Kredit Modal Kerja Pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan”, (Medan : Tesis, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2010), hal. 1.

Page 3: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

3

dari : 1). Perseroan Terbatas; 2). Koperasi; dan 3). Perusahaan Daerah.2 Sementara

itu, untuk Bank Pembangunan Daerah dan Bank Perkreditan Rakyat – kecuali bentuk-

bentuk usaha di atas – diberikan ketentuan “bentuk lain yang ditetapkan dengan

peraturan daerah” yang tidak jelas bentuknya, apalagi yang diakui oleh undang-

undang yang berkaitan dengan bentuk hukum perusahaan yang berlaku di Indonesia;

apakah kembali ke bentuk perusahaan dagang biasa (perseorangan), bentuk

komanditer atau kembali lagi ke bentuk persero yang sudah dihindari oleh Undang-

Undang No. 10 Tahun 1998.3

Adapun kata “Persero” dalam Pasal 21 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992

masih ada, dalam undang-undang yang baru (Undang-Undang No. 10 Tahun 1998

tentang Perbankan) juga masih dipertahankan, perkataan “Persero” ini kelanjutan dari

ketentuan Pasal 1 Undang-Undang No. 9 Tahun 1969.4 Banyak dari Bank Milik

Negara sekarang ini menyebutkan namanya sebagai “PT.(Persero)” sebagai akibat

dari perubahan pada Pasal 21 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 (dari yang semula

bentuk hukumnya Perusahaan Negara yang masing-masing berdasarkan undang-

undang khusus dan bilamana diubah lagi akan memerlukan dana dan proses yang

2 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun

1992 tentang Perbankan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790.

3 Gunarto Suhardi, Usaha Perbankan Dalam Perspektif Hukum, (Yogjakarta : Kanisius, 2009), hal. 29.

4 Undang-Undang No. 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 1969 (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2890) tentang Bentuk-B entuk Usaha Negara Menjadi Undang-Undang, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesi a Nomor 2904.

Page 4: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

4

panjang), tampaknya pembentuk undang-undang sekarang ini menganggap “Persero”

tersebut sudah tidak ada artinya lagi.5

Mengenai Perusahaan Daerah sebagai salah satu bentuk hukum perusahaan

yang diizinkan untuk berusaha di bidang perbankan, semula ketentuannya mengacu

pada kewenangan daerah berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 1962, dimana

Peraturan Daerah (Perda) yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) memberikan wewenang pada Pemerintah Daerah (Pemda) untuk mendirikan

Perusahaan Daerah yang berusaha di bidang perbankan.6 Ketentuan ini memperoleh

nuansa yang baru, yakni dengan berlakunya Otonomi Daerah yang ditetapkan dengan

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah 7 dan Undang-

Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah.8

Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

dalam Bagian Menimbang huruf a., menyebutkan :

“bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut azas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

5 Gunarto Suhardi, Loc.cit., hal. 29-30. 6 Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 t entang Ketentuan -Ketentuan Pokok Bank

Pembangunan Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 59. 7 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437.

8 Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438.

Page 5: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

5

Bertolak dari ketentuan di atas secara tersirat ada pemisahan kekuasaan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, maka Pemerintah Daerah perlu berdaya

upaya sendiri untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah. Dalam

ketentuan perimbangan keuangan mengatur tentang hubungan antara pusat dan

daerah agar adil dan selaras. Dalam hal ini, pendirian bank daerah baik milik Pemda

maupun Swasta Daerah sangat bermanfaat bagi daerah, karena selain memperlancar

keuangan daerah juga untuk memperoleh Pendapatan Asli Daerah (PAD).9

Bank Sumut atau dulunya disebut Bank Pemerintah Daerah Sumatera Utara

(BPDSU) adalah sebuah Lembaga Keuangan yang berfungsi untuk mengumpulkan

uang yang ada di daerah, atau dapat juga disebut dengan tempat Pemerintah Daerah

melakukan penyimpanan Anggaran Belanja Pemerintah Daerah (ABPD).10 Usaha

Pemda dalam mendirikan bank-bank daerah dan perusahaan-perusahaan daerah ini

jauh lebih sehat daripada menggantungkan diri untuk memperoleh PAD dari pajak

atau pungutan-pungutan daerah semata, yang terasa membebani rakyat dan pada

tahun 2010 ini justru digalakkan Pemda. Prinsipnya adalah bahwa PAD berasal dari

pajak daerah, maka terlebih dahulu harus ada Pendapatan Asli Rakyat Daerah

(PARD) sebab bagaimana mungkin rakyat membayar pajak daerah kalau tidak ada

pendapatan rakyat terlebih dahulu. Usaha Pemda untuk menggerakkan perekonomian

daerah yang bukan hanya semata-mata menggantungkan diri pada sumber kekayaan

alam daerah adalah hal yang penting. Perekonomian daerah yang berasal dari

9 Gunarto Suhardi, Op.cit., hal. 30. 10 Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355.

Page 6: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

6

kreativitas warga, menarik investor, dan mengembangkan industri teknologi tepat

guna bukan hanya dapat dan menjadi hak daerah, tetapi berdasarkan Pasal 11 ayat (2)

Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 justru menjadi kewajiban daerah. 11

Di dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(PT) dikenal ada 3 (tiga) unsur dari suatu perusahaan yaitu : pengurus perusahaan

(direksi), pengawas perusahaan (komisaris), dan pemegang saham. Permodalan dalam

suatu bank daerah yang sudah pasti berasal dari pemegang saham. Pemegang saham

bertugas untuk menyuntikkan modal yang kegunaannya tidak lain adalah untuk

menunjang operasional bank.12

Modal adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik (pemegang saham)

dalam rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan

usaha bank di samping memenuhi peraturan yang ditetapkan. Dalam perkembangan

kegiatan operasi perusahaan modal tersebut dapat berkurang akibat terjadinya

kegagalan atau kerugian usaha. Pertambahan modal berasal dari keuntungan usaha

atau sumber lainnya yang diperoleh. Selain itu posisi modal juga akan mempengaruhi

keputusan-keputusan manajemen dalam hal pencapaian tingkat laba di satu pihak dan

kemungkinan timbul resiko di pihak lain. Permodalan yang terlalu besar, akan dapat

mempengaruhi jumlah perolehan laba bank. Sedangkan modal yang terlalu kecil di

samping akan membatasi kemampuan ekspansi bank juga akan mempengaruhi

11 Gunarto Suhardi, Loc.cit., hal. 30. 12 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama, 2001), hal. 112-113.

Page 7: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

7

penilaian khsusnya para deposan13, debitor dan juga pemegang saham bank. Dengan

kata lain, besar kecilnya permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan.14

Penggunaan modal bank secara umum adalah untuk memenuhi kebutuhan

berbagai tujuan guna menunjang kegiatan operasional bank. Jumlah modal suatu bank

dianggap tidak mencukupi apabila tidak memenuhi maksud-maksud tersebut. Dalam

manajemen bank umum penetapan jumlah kebutuhan modal merupakan masalah

yang cukup kompleks. Kesulitan tersebut antara lain menentukan penggunaan dan

kebutuhan modal bank. Pada dasarnya memutuskan tujuan modal jauh lebih

sederhana karena tujuan modal bank dengan modal perusahaan non bank dapat

dikatakan tidak jauh berbeda.15

Fungsi utama modal bank umum pada prinsipnya ada 3 (tiga), yaitu fungsi

operasional, fungsi perlindungan, dan fungsi pengaturan. Dari ketiga fungsi utama

tersebut, fungsi modal bank dapat disimpulkan untuk16 :

1. Melindungi deposan dengan menyanggah semua kerugian atau bila terjadi

insolvensi dan likuidasi, terutama bagi sumber dana yang tidak diasuransikan;

2. Untuk memenuhi kebutuhan gedung kantor, inventaris guna menunjang

kegiatan operasional dan aktiva tidak produktif lainnya;

3. Memenuhi ketentuan permodalan minimum, yaitu untuk menutupi

kemungkinan terjadi kerugian pada aktiva yang memiliki resiko yang tidak

13 Deposan adalah orang yang melakukan deposito pada sebuah bank dan boleh mengambil bunganya terhadap uang yang didepositokan setiap bulannya. Sumber : Gunarto Suhardi, Op.cit., hal. 109.

14 Rachmadi Usman, Loc.cit. 15 Ibid. 16 Ibid.

Page 8: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

8

dapat diperkirakan, sehingga operasi bank dapat tetap berjalan tanpa

mengalami gangguan yang berarti;

4. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat mengenai kemampuan bank

memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo dan memberi keyakinan

mengenai kelanjutan operasi bank meskipun terjadi kerugian.

Dengan demikian, modal merupakan salah satu faktor yang penting bagi bank

dalam rangka pembangunan usaha dan menampung resiko kerugian. Oleh karena itu,

Bank Indonesia selaku pemegang otoritas moneter melalui Surat Keputusan Direksi

Bank Indonesia No. 26/KEP/DIR tanggal 29 Mei 1993 mewajibkan semua bank

untuk menyediakan modal minimum sebesar 8% (delapan persen) dari aktiva

tertimbang menurut resiko. Penetapan ini sejalan dengan pedoman permodalan yang

berlaku secara internasional seperti yang ditetapkan Bank for International

Settlement. Penetapan persentase modal minimum bank tersebut mengingat kegiatan

perbankan Indonesia dewasa ini secara bertahap mengikuti globaliasi perbankan.

Agar perbankan Indonesia dapat berkembang secara sehat dan mampu bersaing

dengan perbankan internasional, permodalan bank senantiasa harus mengikuti ukuran

yang berlaku secara internasional seperti yang ditetapkan Bank for International

Settlement, dimana masing-masing negara dapat melakukan penyesuaian dalam

penerapan prinsip-prinsip perhitungan permodalan dengan memperhatikan kondisi

perbankan setempat. Oleh karena itu, dalam penerapan perhitungan modal di

Indonesia terdapat beberapa penyesuaian dengan usaha yang telah dilakukan oleh

Page 9: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

9

dunia perbankan di Indonesia, namun secara umum prinsip-prinsip yang ditetapkan

oleh Bank for International Settlement telah diterapkan.17

Modal standar bank sebagaimana dimaksud oleh Bank for International

Settlement Part 2 : The First Pillar – Minimum Capital Requirements dalam Basel II

: International Convergence of Capital Measurement and Capital Standards : A

Revised Framework – Comprehensive Version June 2006, adalah sebagai berikut18 :

“I. Calculation of minimum capital requirements, in Act No. 40 : Part 2 presents the calculation of the total minimum capital requirements for credit, market and operational risk. The capital ratio is calculated using the definition of regulatory capital and risk-weighted assets. The total capital ratio must be no lower than 8%. Tier 2 capital is limited to 100% of Tier 1 capital”.

Sejalan dengan isi Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tentang

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, pada Pasal 2 ayat 1 yang

mengatakan bahwa : “Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% (delapan

perseratus) dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) terhitung sejak akhir

bulan Desember 2001”.19

17 Ibid., hal. 114. 18 Bank for International Settlement, International Convergence of Capital Measurement and

Capital Standards : A Revised Work June 2006, (Basel : Basel Committee on Banking Supervision Press & Communications, 2006), hal. 12.

19 Dalam perbankan baik Bank Konvensional maupun Bank Syariah ada aturan dari Bank Indonesia yaitu mengenai kemampuan menanggung resiko Bank tersebut terutama terhadap pembiayaan/kredit, pendanaan dan permodalan. Untuk mengukur resiko tersebut dibuatkan aturan dan rasio yang tel ah ditetapkan Bank Indonesia, dan disebut dengan ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko). Dimana perbankan diwajibkan memiliki ATMR minimal 8%, apabila kurang dari 8% maka akan mempengaruhi tingkat kesehatan Bank t ersebut. Kaitannya dengan pembiayaan adalah agar ATMR dikurangi dari 50% menjadi 25%, terkait dengan masalah resiko tersebut, mempengaruhi nilai ATMR dan kesehatan Bank menjadi menurun. Akhirnya akan sangat berpengaruh terhadap modal dan kinerja, karena kalau nilai ATMR menurun terus bisa jadi harus menambah modal disetor ke Bank tersebut. Sumber : Bank Indonesia, International Convergence of Capital Measurement and Capital Standards : A Revised Framework June 2004, Unoffi cial Translation by Directorate of Banking Research and Regulation, (Jakarta : Bank Indonesia, 2004), hal. 16.

Page 10: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

10

Kewajiban penyediaan modal minimum tersebut berlaku bagi semua bank,

termasuk Bank Pembangunan Daerah. Dalam hal bank yang berkantor pusat di

Indonesia, perhitungan modal didasarkan pada laporan keuangan gabungan yang

meliputi semua kantor cabang suatu bank yang berkantor pusat di luar negeri, laporan

keuangan gabungan tersebut meliputi seluruh kantornya di Indonesia. Walaupun

modal bank telah memenuhi minimum sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut

Resiko (ATMR) seperti yang dimaksud di atas, tetapi jika menurut penilaian bank

tersebut atau Bank Indonesia terdapat faktor lain yang dapat menambah resiko di luar

resiko-resiko yang telah dihitung secara kuantitatif, maka bank perlu menyediakan

modal yang lebih dari 8%.20 Faktor lain tersebut maksudnya adalah alasan kenapa

suatu bank butuh penyertaan modal tambahan di dalamnya. Dalam hal PT. Bank

Sumut mengenai faktor lain tersebut adalah terkait dengan tingginya permintaan

kredit/pembiayaan proyek pembangunan pemerintah sehingga modal yang sudah ada

tidak mencukupi untuk penyaluran kredit/pembiayaan tersebut.

Berdasarkan Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 26/KEP/DIR tanggal 29

Mei 1993 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank, yang kemudian

ditindaklanjuti oleh Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/2/BPPP tanggal 29 Mei

1993 perihal Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Perkreditan Rakyat,

pengertian modal bagi bank dibedakan antara modal bank yang didirikan dan

berkantor pusat di Indonesia dan modal kantor cabang dari suatu bank yang

berkedudukan di luar negeri.21

20 Rachmadi Usman, Op.cit. 21 Ibid.

Page 11: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

11

Dalam usaha bank untuk mengumpulkan dana minimal tersebut, sudah barang

tentu bank harus mengenal sumber-sumber dana yang terdapat di dalam berbagai

lapisan masyarakat dengan bentuk yang berbeda-beda pula. Dalam garis besarnya

sumber dana bagi sebuah bank ada 3 (tiga), yaitu22 :

1. Dana yang bersumber dari bank sendiri;

2. Dana yang berasal dari masyarakat luas; dan

3. Dana yang berasal dari Lembaga Keuangan, baik berbentuk bank maupun

non-bank.

Dana yang bersumber dari bank sendiri ini adalah dana berbentuk modal setor

yang berasal dari para pemegang saham dan cadangan-cadangan serta keuntungan

bank yang belum dibagikan kepada para pemegang saham. Dana yang berasal dari

masyarakat luas ini umumnya berbentuk simpanan yang secara tradisional disebut

sebagai Giro, Deposito, dan Tabungan, sedangkan dana yang berasal dari lembaga-

lembaga keuangan pada umumnya diperoleh bank dalam bentuk pinjaman. Sebagai

catatan, perlu diperhatikan bahwa dalam buku Ikhtisar Ketentuan-Ketentuan

Perbankan Indonesia (IKPI) Jilid II yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, sumber

dana yang berasal dari masyarakat dan dari lembaga keuangan tersebut dicakup

sebagai “sumber dana dari pihak ketiga”.23

Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (BPDSU) yang sekarang menjadi

Bank Sumut memiliki pemegang saham yang tidak lain adalah Pemerintah Provinsi

22 Thomas Suyatno, et.al., Kelembagaan Perbankan, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,

1999), hal. 32. 23 Ibid., hal. 32-33.

Page 12: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

12

Sumatera Utara, Pemerintah Kota, maupun Pemerintah Kabupaten.24 Pemerintah

Provinsi, Kota, dan Kabupaten menyetorkan modalnya kepada Bank Sumut sesuai

dengan Anggaran Dasar Rumah Tangga (ADRT) PT. Bank Sumut itu sendiri. Jumlah

besaran modal yang disetorkan berbeda-beda antara satu dengan yang lain tergantung

dengan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) masing-masing daerah. Inilah

yang disebut dengan penyertaan modal. Penyertaan modal yang dilakukan Pemda

disini dimasukkan ke dalam jenis permodalan yaitu : jenis dana yang berasal dari

lembaga keuangan baik bank maupun non-bank.

Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (ASBANDA) menyatakan bahwa upaya

pengembangan modal Bank Pembangunan Daerah (BPD) kerap terhambat oleh

persetujuan pemegang saham. BPD sering kesulitan meyakinkan pemegang saham

bahwa penambahan modal sangat penting.25 BPD merupakan bank milik Pemda.

Dengan demikian, segala tindakan yang dilakukan oleh BPD harus meminta

persetujuan dari pemerintah dan dewan. Hal ini juga dipersulit dengan aturan-aturan

yang berbelit-belit mengenai penambahan modal. Penambahan modal menurut Pasal

3 ayat (1) Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Bank Pembangunan Daerah harus dilakukan dengan cara penerbitan Peraturan

Daerah.26

24 Bank Sumut, “Info Saham”, http://www.banksumut.com/saham.php., diakses pada 16

Februari 2011. 25 Tempointeraktif, “Permodalan BPD Terhambat Pemerintah Daerah”,

http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/09/26/brk,20100926-280664,id.html., diakses pada 16 Februari 2011.

26 Pasal 3 ayat (1), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, yang menyebutkan bahwa : “ Bank didirikan dengan Peraturan Daerah Daswati I yang bersangkutan at as kuasa Undang-Undang ini”.

Page 13: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

13

Bank Indonesia dalam kedudukannya sebagai Bank Sentral yang bertugas

mengawasi setiap gerak-gerik bank-bank yang ada di Indonesia meminta BPD untuk

terus meningkatkan modalnya di atas permodalan minimum yaitu 8% sekitar Rp. 100

miliar. Keinginan BPD untuk menjadi tuan rumah di daerahnya baru bisa terwujud

apabila didukung sepenuhnya terutama dalam hal permodalan. Kontribusi BPD

kepada daerahnya akan lebih signifikan jika modal terus ditambah. Tambahan modal

diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan terhadap nasabah seperti

penyediaan sarana teknologi informasi dan pembukaan cabang-cabang baru.27

Dalam tingkat persaingan usaha sekarang ini, pelayanan nasabah menjadi

perhatian pokok yang sangat penting. Kualitas pelayanan kepada nasabah berasal dari

dukungan sarana Informasi dan Teknologi (IT) yang memadai. Padahal, dalam hal

belanja sarana komunikasi dan informasi teknologi tidaklah murah dan hanya dapat

dilakukan dengan modal yang kuat. Hal ini penting untuk dibicarakan dan dilakukan

oleh Pemda sebagai pemegang saham BPD. Pemegang saham BPD harus disadarkan

dengan pendidikan pengetahuan terhadap dunia perbankan akan menjadi penggerak

yang lebih efektif bagi perekonomian daerah.28

Total aset 26 BPD per Juni 2010 sebesar Rp. 237,9 triliun, tumbuh 18,6% dari

bulan Desember 2009 sebesar Rp. 200,54 triliun. Total kredit mencapai Rp. 132,74

triliun dengan dana pihak ketiga Rp. 198,67 triliun. Laba semester pertama 2010

mencapai Rp. 4,06 triliun.29 Dalam hal Bank Sumut menyertakan modalnya sebesar

Rp. 291,83 miliar pada tahun 2008 dan begitu juga pada tahun 2007. Tambahan

27 Tempointeraktif, “Permodalan BPD Terhambat Pemerintah Daerah”, Loc.cit. 28 Ibid. 29 Ibid.

Page 14: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

14

penyetoran modal tahun 2007 oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara serta seluruh

Pemerintah Kabupaten dan Kota se-Sumatera Utara sebesar Rp. 23,05 miliar telah

disyahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang diselenggarakan pada

tanggal 10 Juni 2008. Modal disetor sampai dengan tahun 2008 sebesar Rp. 468,78

miliar dengan nilai nominal untuk setiap lembar saham sebesar Rp. 10.000,-.30

Penyertaan modal yang dilakukan oleh pemerintah ini didasari oleh Peraturan

Pemerintah No. 35 Tahun 1999.31

Pada tahun 1999, pemerintah menetapkan pada Pasal 2 ayat (2) huruf b

Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1999 bahwa “Nilai penyertaan modal negara

pada Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, sebesar Rp. 302,871 miliar”.

Pelaksanaan penyertaan modal dilakukan dengan aturan yang dibuat oleh Menteri

Keuangan berdasarkan Pasal 3 ketentuan tersebut. Untuk divestasinya dilakukan

dengan Keputusan Menteri Keuangan juga disebut pada Pasal 4. Peraturan pelaksana

untuk penyertaan modal ini juga diatur oleh Menteri Keuangan. Hal inilah yang

mengakibatkan proses penyertaan modal itu berbelit-belit. Walaupun sudah menjadi

kewenangan daerah untuk berusaha sendiri dalam hal peningkatan PAD namun tetap

saja harus meminta Keputusan Menteri Keuangan, artinya tetap berhubungan dengan

pemerintah pusat.

30 Bank Sumut, “ Info Saham”, Op.cit. 31 Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1999 tentang Penyertaan Modal Negara Republik

Indonesia ke dalam Modal Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh, Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Bank Pembangunan Daerah Bengkulu, Bank Pembangunan Daerah Lampung, Bank Pembangunan Daerah-Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah, Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat, Bank Pembangunan Sulawesi Utara, Bank Pembangunan Daerah Maluku, Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat, dan Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur dalam Rangka Program Rekapitalisasi Bank Umum, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 79.

Page 15: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

15

Belum lagi dipermasalahkan dengan persetujuan DPRD. Saling berargumen

antara menambahkan modal untuk PT. Bank Sumut atau untuk rakyat adalah hal yang

paling sering dibicarakan dalam rapat-rapat di DPRD Sumut. Bank Daerah yang

dimiliki oleh pemerintah daerah ini sudah ada sejak tahun 1980-an dan diberikan

keleluasaan untuk menghimpun dana dari masyarakat. Namun, PT. Bank Sumut

belum menunjukkan prestasi yang cemerlang dalam hal memberikan PAD bagi

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Jika, Bank Sumut berargumen penyertaan

modal perlu dilakukan lagi maka DPRD berargumen bahwa pembangunan untuk

rakyat yang perlu ditingkatkan.32

Hal di atas diperburuk oleh kepengurusan perusahaan yang lebih

mengutamakan relasi dan koneksi. Dapat dilihat pada saat mengantri di bank selalu

saja ada yang memotong dengan menyebutkan relasi atau “kenal” dengan pejabat-

pejabat penting di perusahaan tersebut. Kinerja yang seperti inilah yang dapat

mencoreng bank tersebut. Kembali ke sudut pandang DPRD Sumut yang

mengatasnamakan rakyat, namun setiap anggota dewan hanya memikirkan golongan

dan pribadi saja dengan bermain proyek-proyek pembangunan pada setiap instansi

pemerintah seperti Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Jadi, apabila ada

“memo” dari anggota dewan yang bermain tersebut maka pihak-pihak yang

32 Rajawali News, “ Minta Dana Penyertaan Modal Rp. 150 M, Bank Sumut Jangan Bebani

APBD”, http://rajawalinews.com/2011/minta-dana-penyertaan-modal-rp150-m-bank-sumut-jangan-bebani-apbd/., diakses pada 16 Februari 2011.

Page 16: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

16

melaksanakan proyek akan dengan mudah meminta modal untuk melaksanakan

proyek dari SKPD tersebut.33

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka judul penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut : “Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara pada PT. Bank Sumut”.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang yang sudah dipaparkan maka rumusan masalah

dalam tulisan ilmiah ini, antara lain :

1. Bagaimana pengaturan mengenai penyertaan modal yang dilakukan oleh

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara kepada PT. Bank Sumut?

2. Bagaimana tanggung jawab Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sehubungan

dengan penyertaan modal pada PT. Bank Sumut?

3. Bagaimana ketentuan atau kebijakan mengenai pembagian deviden pada PT.

Bank Sumut dari penyertaan modal yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara sebagai pemegang saham setiap tahunnya?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek hukum penyertaan modal

pemerintah daerah dalam hal membangun masyarakat daerahnya melalui penyertaan

modal dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Bertolak dari rumusan

33 Gagah Rezkiawan Sinaga, “ Analisis Penerapan Sistem Antrian pada Proses Transaksi di

PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan”, (Medan : Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, 2010).

Page 17: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

17

masalah yang sudah dipaparkan sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini, antara

lain :

1. Untuk mengetahui pengaturan mengenai penyertaan modal yang dilakukan

oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara kepada PT. Bank Sumut;

2. Untuk mengetahui tanggung jawab Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

sehubungan dengan penyertaan modal pada PT. Bank Sumut; dan

3. Untuk menganalisis ketentuan atau kebijakan pembagian deviden dari

penyertaan modal yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

sebagai pemegang saham setiap tahunnya.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberi manfaat, yaitu :

1. Secara Teoritis

a. Sebagai bahan informasi bagi para akademisi maupun sebagai bahan

pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.

b. Memperkaya khasanah kepustakaan dalam hal literatur mengenai

penyertaan modal yang masih sedikit.

2. Secara Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan

PT. Bank Sumut dalam hal bersinergi dan berkolaborasi untuk

meningkatkan PAD.

Page 18: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

18

b. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat (sebagai nasabah) agar

terbentuk peraturan dan kebijakan yang mampu meningkatkan

pembangunan ekonomi daerah.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran literatur di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

maupun Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Cabang Fakultas Hukum, bahwa

penelitian dengan judul “Peranan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam

Penyertaan Modal di PT. Bank Sumut” belum pernah dilakukan. Namun, jika

ditelusuri dengan kata kunci “penyertaan modal bank sumut” maka hasil yang

didapat, adalah Tesis dengan judul “Penyertaan Modal Sementara Bank Untuk

Mengatasi Akibat Kegagalan Kredit (Debt To Equity Swap)” yang dilakukan di

Medan pada tahun 2005 oleh Syapri Chan dan dibimbing oleh Bismar Nasution,

Zulkarnain Sitompul, dan Ningrum Natasya Sirait.

Penelitian tersebut di atas memiliki rumusan masalah dan kajian yang

berbeda. Penelitian lanjutan ini mengkaji mengenai peranan Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara dalam penyertaan modal di PT. Bank Sumut. Penelitian ini juga

menjunjung tinggi kode etik penulisan karya ilmiah dengan cara mencantumkan pada

footnote seluruh nama pengarang pada tulisan yang dikutip. Oleh karena itu,

penelitian ini adalah benar keasliannya baik dilihat dari materi, rumusan masalah, dan

pengkajian materi juga dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Page 19: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

19

F. Kerangka Teoritis dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori Hukum digunakan untuk memecahkan permasalahan. Teori hukum

adalah pisau analisis untuk judul “Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara pada PT. Bank Sumut” adalah bahwa pemerintah bisa

mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh PT. Bank Sumut. Cara yang

ditempuh oleh pemerintah daerah tersebut adalah dengan mengeluarkan Peraturan

Daerah (Perda). Perda adalah salah satu produk hukum hasil pemerintah daerah yang

apabila Pemda ingin mengeluarkannya harus dengan persetujuan dari DPRD sebagai

lembaga legislatif.

Masalah ini harus disesuaikan dengan sistem hukum yang sudah ada.

Sehubungan dengan sistem hukum tersebut, ada baiknya mengikuti teori yang

dikemukakan oleh Ludwig von Bertalanffy, yakni The General System Theory, dan

teori yang dikemukakan oleh Hans Kelsen dalam Lord Lloyd of Hampstead mengenai

struktur hukum yang sistematis dan hierarkis. Rasionalitas dari pernyataan ini adalah

bahwa tidak mungkin ada satu peraturan hukum yang berdiri sendiri dalam suatu

ruang hampa karena objek yang diaturnya juga tidak mungkin lepas dari pengaruh

norma-norma hukum yang lain. Norma hukum ini harus saling bekerja sama dan

saling menunjang dalam suatu sistem hukum menuju suatu titik tujuan bersama yakni

berupa kesejahteraan seluruh anggota masyarakat. Norma hukum spesifik, yakni

norma hukum moneter dan perbankan, harus sejalan dengan rangkaian norma hukum

lainnya. Dengan kata lain, norma hukum spesifik tersebut haruslah ditetapkan agar

norma tersebut saling menunjang norma hukum lainnya. Apabila terjadi pertentangan

Page 20: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

20

antara norma hukum, maka hakim wajib meluruskan antimoni ini sehingga hukum

tetap dapat bekerja dalam suatu sistem. Itulah sebabnya pembahasan mengenai legal

system menyatakan bahwa suatu proses konvergensi terjadi dalam keseluruhan

hukum yang merupakan suatu sistem yang kompleks, namun teratur dan tertata rapi.34

Untuk menganalisis permasalahan pertama dalam penelitian ini yang dibahas

dalam Bab II, maka pembahasan tersebut adalah hierarki peraturan perundang-

undangan penyertaan modal dimulai dengan Pancasila Sila ke-5 yang mengatakan

bahwa “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dari sila ke-5 Pancasila

tersebut turun lagi ke UUD 1945 pada Pasal 5 ayat (1) yang menyatakan bahwa :

“Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan

Rakyat”. Pada Pasal 20 ayat (1) UUD 1945, “Dewan Perwakilan Rakyat memegang

kekuasaan untuk membentuk Undang-Undang”. Maka dengan dasar itu keluarlah

Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan Pokok Bank Pembangunan

Daerah.

Pada permasalahan kedua yang akan dibahas pada Bab III, maka pembahasan

tersebut adalah dengan adanya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintah Daerah maka setiap daerah dapat mengatur dan mengelola sendiri

keuangannya, begitu juga dengan bank daerahnya. Setiap daerah harus meningkatkan

PARD agar dapat PAD yang tinggi sehingga APBD yang diperoleh menunjukkan hal

yang positif juga. Jadi, daerah-daerah provinsi harus memiliki rencana untuk

membangun sebuah lembaga keuangan di daerahnya. Didukung lagi dengan Undang-

Undang No. 01 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang menginstruksikan

34 Gunarto Suhardi, Op.cit., hal. 14.

Page 21: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

21

agar setiap daerah menyimpan uang kas atau APBD di bank-bank daerah masing-

masing.

Selanjutnya muncullah Peraturan Bank Indonesia No. 03/21/PBI/2001 tentang

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Peraturan tersebut

mangamanatkan agar setiap daerah melakukan penyertaan modal kepada setiap bank-

bank daerahnya. Bank daerah tersebut di dasari dengan Undang-Undang No. 9 Tahun

1969 tentang BUMN. Namun tidak terlepas juga dengan Undang-Undang No. 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dalam hal pengaturan di dalamnya.

Penyertaan modal yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

kepada PT. Bank Sumut tidak terlepas dari kesejahteraan masyarakat. Hal ini

dikarenakan dana yang dipakai adalah Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

(APBD). APBD adalah anggaran untuk mensejahterakan rakyat daerah. Jadi,

pembahasan mengenai “Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara pada PT. Bank Sumut” menggunakan teori hukum mengenai

“peranan hukum dalam pembangunan ekonomi”.

Untuk permasalahan ketiga yang akan dipaparkan pada Bab IV maka teori

yang digunakan adalah teori hukum dalam pembangunan ekonomi pertama sekali

dicetuskan oleh Williams Burg dalam bukunya mengenai hukum dalam

pembangunan terdapat 5 (lima) unsur yang harus dikembangkan supaya tidak

menghambat pertumbuhan ekonomi yaitu stabilitas (stability), prediksi

Page 22: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

22

(predictability), keadilan (fairness), pendidikan (education), dan pengembangan

khusus bagi para sarjana hukum (the special development abilities of the lawyer).35

Burg’s menjelaskan bahwa unsur pertama dan kedua merupakan prasyarat

agar sistem perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Dalam hal ini, stabilitas

berfungsi untuk mengakomodasi dan menghindari kepentingan-kepentingan yang

saling bersaing (conflict of interest), sedangkan prediksi merupakan suatu kebutuhan

untuk bisa memprediksi ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan

perekonomian suatu negara.36 Stabilitas (stability), maksudnya adalah bahwa hukum

itu harus stabil dan tidak cepat berubah. Prediksi (predictability), maksudnya adalah

bahwa setiap ketentuan yang akan keluar berikutnya sudah bisa disikapi dengan baik

oleh masyarakat. Keadilan (fairness), maksudnya adalah bahwa keadilan adalah

tujuan dari hukum itu sendiri. Pendidikan (education), maksudnya adalah bahwa

pendidikan hukum itu penting dalam menjalankan sebuah perusahaan. Lalu,

pengembangan khusus bagi para sarjana hukum ( the special development abilities of

the lawyer), maksudnya adalah bahwa setiap bagian hukum perusahaan tersebut

haruslah memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan yang lainnya.

Stabilitas (stability) pada penyertaan modal disini diartikan bahwa peraturan-

peraturan daerah yang dikeluarkan oleh Pemprovsu dan DPRD agar tidak terus

berubah-ubah seiring dengan perkembangan perekonomian di Sumatera Utara. Jika

Peraturan Daerah yang dikeluarkan memberatkan pengusaha maka akan sulit untuk

mengembangkan usahanya. Dengan begitu akan menghambat para pengusaha untuk

35 Bismar Nasution, “ Modul Perkuliahan : Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi”,

(Medan : Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2009), hal. 36. 36 Ibid., hal. 37-38.

Page 23: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

23

mengambil kredit di Bank Sumut. Selanjutnya jika permohonan kredit menurun dan

penyaluran dana untuk kredit berkurang maka akan memberatkan pemerintah itu

sendiri. Hasilnya pelaku usaha tidak mengembangkan usahanya.

Prediksi hukum (predictability) diartikan bahwa setiap peraturan yang

dikeluarkan itu berlaku bagi masyarakat dan setiap instansi. Keberlakuannya itu harus

bisa diperkirakan bagaimana keadaan masyarakat setelah diaplikasikannya peraturan

tersebut. Hukum itu harus dapat diprediksi terkait dengan penyertaan modal yang

dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara kepada PT. Bank Sumut. Jika

penyertaan modal dilakukan maka PT. Bank Sumut sudah bisa memperkirakan

dananya tersebut akan digunakan untuk kepentingan nasabah-nasabahnya yang tidak

lain adalah masyarakat daerah Sumatera Utara.

Keadilan hukum (fairness) maksudnya adalah bahwa peraturan daerah yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan DPRD harus berdasarkan

atas keadilan hukum. Keadilan tersebut antara pembangunan sarana dan prasarana

bagi rakyat atau penyertaan modal dilakukan kepada PT. Bank Sumut. Dengan

dilakukannya penyertaan modal tersebut, masyarakat daerah Sumatera Utara akan

dapat berusaha melalui kredit lunak atau apapun itu namanya.

Pendidikan hukum (education) adalah bahwa setiap orang harus memiliki

dasar hukum yang baik. Hukum itu berasal dari dalam diri bukan dari intervensi dari

luar. Jika setiap orang yang berhubungan dengan penyertaan modal ini berpendidikan

hukum yang tinggi maka akan tercipta peraturan dan kebijakan yang mengarah

kepada kepentingan rakyat tanpa mengenyampingkan penyertaan modal pada PT.

Bank Sumut.

Page 24: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

24

Pengembangan khusus bagi para sarjana hukum (the special development

abilities of the lawyer), terkait dengan penyertaan modal adalah bahwa antara

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan PT. Bank Sumut harus memiliki Sumber

Daya Manusia (SDM) yang memiliki keahlian khusus di bidang hukum. Contohnya

dalam menyalurkan kredit PT. Bank Sumut harus memiliki orang-orang yang handal

dalam membuat akad kredit.

Dengan terciptanya hukum seperti yang disebutkan di atas, maka akan

tercapai tujuan hukum dalam pembangunan ekonomi yang tidak lain adalah

kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat yang merata akan menciptakan

negara yang makmur (welfare state). Apabila negara makmur maka akan mengangkat

harkat dan martabat bangsa kepada negara lain. Dalam pembangunan ekonomi tidak

terlepas dari ruang lingkup hukum ekonomi.37 Pada negara welfare state, pemerintah

hanya sebagai “penjaga malam” dalam kegiatan perekonomian masyarakat. Jadi,

pemerintah tidak turut campur tangan terhadap bank-bank pembangunan daerahnya.

Bank-bank tersebut dibiarkan untuk bersaing sendiri. Sehingga akan tercipta

persaingan yang ketat antar bank.

Rachmat Sumitro mengemukakan bahwa hukum ekonomi berkembang karena

ikut campurnya pemerintah dalam soal kepentingan pribadi, dengan demikian hak-

hak dan kepentingan pribadi dibatasi demi kepentingan umum dengan pertimbangan

37 Rachmadi Usman, Hukum Ekonomi dalam Dinamika, (Jakarta : Djambatan, 2000), hal. 1,

menjelaskan bahwa hukum ekonomi disebabkan oleh semakin pesatnya pertumbuhan dan perkembangan perekonomian. Dalam hal ini hukum berfungsi mengatur dan membatasi kegiatan -kegiatan ekonomi dengan harapan pembangunan pembangunan perekonomian tidak mengabaikan hak -hak dan kepentingan masyarakat, sebagaimana dikutip Didi Duharsa, “ Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. Bank Sumut)”, (Tesis : Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2009), hal. 36.

Page 25: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

25

untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Maksudnya adalah bahwa

pemerintah sebagaimana tujuannya didirikan suatu negara, berfungsi memberikan

jaminan perlindungan dan keamanan kepada rakyatnya. Sehingga pada saat itu pula

lahir upaya timbal balik dari rakyat yang merasa terlindungi untuk memberikan trust

yang seluas-luasnya sebagai bentuk kompensasi sehingga dapat melakukan apa saja

yang perlu bagi keselamatan rakyat. Disinilah sebenarnya fungsi awal (pelayanan

atau public service) sebuah pemerintahan diwujudkan.38

Dalam memimpin, unsur kepercayaan (trust) memainkan peranan yang

teramat penting. Tidak mungkin seseorang menjalankan sebuah organisasi atau

perusahaan bila di dalamnya tidak ada unsur kepercayaan baik itu kepercayaan

vertikal39, maupun kepercayaan horizontal40. Kepercayaan (trust) didefinisikan

sebagai kemauan untuk bertumpu pada seseorang yang kita percaya dan yakini. 41

Dari pembahasan di atas, yakni mengenai kondisi umum yang melingkupi usaha

perbankan dan berbagai teori hukum yang relevan menuju ke arah kesejahteraan

seluruh anggota masyarakat, maka jelaslah bahwa pembahasan yang dilakukan yakni

pembahasan norma-norma hukum positif baik berupa peraturan perundang-undangan

maupun berupa norma-norma yang berlaku dalam praktek perbankan yang baik

adalah masih dalam kerangka pembahasan ilmu hukum khususnya dalam kerangka

38 Muhadam Labolo, Memahami Ilmu Pemerintahan, Suatu Kajian, Teori, Konsep dan

Pembangunannya, (Jakart a : Raja Grafindo Persada, 2006), hal.7, sebagaimana dikutip Didi Duharsa, Op.cit., hal. 35.

39 Kepercayaan vertikal adalah kepercayaan ant ara masyarakat dengan pemerintah yang berkuasa.

40 Kepercayaan horizontal adalah kepercayaan antar sesama masyarakat dalam hidup rukun bermasyarakat

41 Robby Johan, Leading In Crisis, Praktik Kepemimpinan dalam Merger Bank Mandiri, (Jakart a : Penerbit Bara, 2006), hal 165, sebagaimana dikutip Didi Duharsa, Op.cit., hal. 36.

Page 26: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

26

ketiga lapisan ilmu hukum tersebut. Sehubungan dengan itu, maka pengaturan hukum

bidang ini sudah jelas mutlak diselenggarakan dengan baik. Oleh karenanya, paparan

yang bersifat teknis ekonomis dalam pembahasan ini kiranya juga perlu diikuti

dengan baik untuk memahami karakter berbagai hukum positif yang menyangkut

bidang ekonomi moneter ini.

Selanjutnya untuk mengkaji pandangan mana yang dipakai dalam penulisan

penelitian ini adalah dengan menggunakan Teori Utility oleh Jeremy Bentham yang

mengatakan bahwa kegunaan dari hukum itu adalah demi kemaslahatan rakyat

banyak.42 Sebagai prinsip pedoman kepada kebijakan publik, Bentham mengambil

sebuah pepatan yang telah dikemukakan sejak awal abad 18 oleh seorang filsuf

Skotlandia-Irlandia bernama Francis Hutcheson : “Tindakan yang terbaik adalah yang

memberikan sebanyak mungkin kebahagiaan bagi sebanyak mungkin orang”.

Bentham mengembangkan pepatah ini menjadi sebuah filsafat moral, yang

menyatakan bahwa43 :

“benar salahnya suatu tindakan harus dinilai berdasarkan konsekuensi-konsekuensi yang diakibatkannya (maka motif atau alasan, misalnya : adalah hal yang sama sekali tidak relevan). Konsekuensi yang baik adalah konsekuensi yang memberikan kenikmatan kepada seseorang, sedangkan konsekuensi yang buruk adalah konsekuensi yang memberikan penderitaan kepada seseorang. Maka dalam situasi apapun, pedoman tindakan yang besar adalah arah memaksimumkan kenikmatan dibandingkan penderitaan, atau dengan kata lain, meminimumkan penderitaan dibandingkan kenikmatan”. Filsafat ini lantas dikenal sebagai Utilitarianisme karena filsafat ini menilai

setiap tindakan berdasarkan utilitasnya, yakni kegunaannya dalam membawakan

42 Mardzelah Makhsin, Sains Pemikiran & Etika, (Malaysia, Selangor : PTS Professional

Publishing, 2006), hal. 116. 43 Bryan Magee, The Story of Philosophy : Kisah Tentang Filsafat, (London : Dorling

Kindersley Limited, 2001), hal. 182-184.

Page 27: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

27

konsekuensi-konsekuensi. Para pendukung filsafat ini menerapkan prinsip-prinsip ini

dalam bidang moralitas individu, kebijakan politik, hukum, dan sosial. Filsafat

utilitarian amat kentara mempengaruhi pemerintahan Inggris. The greatest good of

the greataest number, kebaikan terbesar untuk jumlah terbesar, sudah menjadi

ungkapan keseharian yang sangat akrab di telinga setiap orang.44

Prinsip ini cenderung mudah diterima. Satu-satunya kesulitan dalam

penerapan prinsip ini adalah dalam proses pengambilan keputusan yaitu bagaimana

caranya menghitung konsekuensi-konsekuensi itu. Dalam hal ini, berlakulah prinsip

“setiap orang dihitung sebagai satu, dan tidak seorangpun dihitung lebih dari satu”.

Dampak penerapan prinsip Utilitarian cukup khas dibandingkan filsafat lainnya.

Misalnya, kegiatan seksual apapun, sejauh tidak mengakibatkan penderitaan terhadap

orang lain, bukanlah perkara yang bisa dilarang di mata para Utilitarian meskipun

norma hukum pada masa itu menghukum keras aktivitas seksual tersebut. Di lain

pihak, ada banyak praktek bisnis yang mengakibatkan penderitaan berlebihan kepada

banyak orang, bahkan berpotensi merusak, meskipun menurut norma hukum praktek

bisnis itu sepenuhnya sah. Maka tersebarnya ide-ide Utilitarian telah membantu

terciptanya perubahan-perubahan praktis yang penting dalam masyarakat. Dalam hal

penghukumannya, prinsip Utilitarian mengatur agar hukuman harus cukup keras

sehingga menimbulkan efek jera, tetapi tidak boleh lebih keras daripada itu karena

dapat menimbulkan penderitaan yang tidak perlu. Selama pertengahan kedua abad 19,

prinsip-prinsip Utilitarian telah memasuki institusi pemerintahan dan administrasi di

Inggris. Antara lain, inilah yang membedakan Inggris dan Amerika Serikat yang

44 Ibid.

Page 28: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

28

cenderung menekankan hak individu, lebih sulit untuk mengorbankan individu demi

mayoritas, dan lebih tidak rela menerima campur tangan pemerintah.45

Untuk mengatasi kesulitan yang disebutkan di atas maka digunakan teori

Kebijakan Deviden oleh Merton Miller dan Franco Modigliani, yaitu : “kebijakan

dividen tidak berpengaruh baik terhadap harga saham perusahaan maupun terhadap

biaya modalnya (dividen tidak relevan atau irrelevance dividend policy theory).

Dengan kata lain, nilai suatu perusahaan tergantung kepada pendapatan yang

dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi antara

dividen dan laba ditahan (pertumbuhan).46

Apabila menemui kasus yang permasalahannya seperti pedang bermata dua.

Jadi, untuk memilih mana yang paling baik antara pembangunan sarana dan prasarana

demi rakyat ataukah mengalokasikan dana APBD untuk penyertaan modal di PT.

Bank Sumut adalah dengan melihat posisi mana yang lebih banyak diuntungkan Bank

Sumut yang pantas untuk dikembangkan demi meningkatkan PAD atau sarana dan

prasarana rakyat yang diserahkan pengaturannya kepada pemerintah setempat.

Bagaikan pedang bermata dua yang semuanya menguntungkan untuk rakyat.

Jika, APBD dikonsentrasikan untuk pembangunan sarana dan prasarana

masyarakat, hal ini juga demi kepentingan rakyat. Namun, penyertaan modal di bank

daerah dalam hal ini PT. Bank Sumut perlu juga dilakukan agar bank tersebut dapat

menyalurkan kredit kepada masyarakat agar masyarakat lebih mandiri dan dapat

berusaha pada bidangnya masing-masing sehingga perekonomian daerah meningkat

45 Ibid. 46 Merton Miller dan Franco Modigliani, “Teori Kebijakan Deviden”,

http://www.slideshare.net/riswono/dividend-policy-1875607., diakses pada 28 Februari 2011.

Page 29: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

29

dengan baik dan signifikan. Kesadaran pelaku usaha yang meminjam kredit juga

harus tinggi untuk mengembalikan modal yang telah diberikan. Sehingga tidak terjadi

kredit macet yang dapat menyebabkan tidak baiknya angka-angka pada cash flow

keuangan perusahaan.

2. Kerangka Konsep

Dalam melakukan penelitian tesis ini, perlu dijelaskan beberapa istilah di

bawah ini sebagai definisi operasional dari konsep-konsep yang dipergunakan untuk

menghindari kesalahan dalam memaknai konsep-konsep, yaitu :

1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak.47 Bank yang dimaksud dalam penelitian tesis ini adalah

PT. Bank Sumut.

2. Bank Umum adalah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.48

3. Bank Pembangunan Daerah adalah bank-bank yang dibentuk berdasarkan

Peraturan Daerah dan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Didirikan

47 Pasal 1 angka 2, Undang-Undang 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790.

48 Pasal 1 angka 3, Undang-Undang 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

Page 30: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

30

berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah. 49

4. Perseroan Terbatas (PT) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan

modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan

modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan

yang ditetapkan dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas serta peraturan pelaksanaannya.50

5. PT. Bank Sumut adalah suatu usaha Pemerintah Daerah yang bertujuan untuk

menghimpun dana dari masyarakat daerah dan meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah dengan Peraturan Daerah Tingkat I

Sumatera Utara No. 5 Tahun 1965 tentang Bentuk Badan Usaha Diubah

Menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

6. Modal Minimum Bank adalah sebesar 8% (delapan perseratus) dari Aktiva

Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).51

7. Penyertaan Modal adalah suatu usaha untuk memiliki perusahaan yang baru

atau yang sudah berjalan, dengan melakukan setoran modal ke perusahaan

tersebut. Sumber dana dari penyertaan modal adalah Anggaran Pendapatan

Belanja Daerah (APBD) guna menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Atau dengan kata lain, penyertaan modal adalah pemisahan kekayaan Negara

49 Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

50 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4756.

51 Pasal 2 ayat (1), Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum.

Page 31: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

31

dari Anggaran Belanja Pendapatan Negara atau penetapan cadangan

perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan modal BUMN dan/atau

Perseroan Terbatas lainnya, dan dikelola secara korporasi.52 Penyertaan

Modal yang dimaksud dalam tesis ini adalah penyertaan modal Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara kepada PT. Bank Sumut.

8. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh dari

sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintah

daerah. Pendapatan Asli Daerah terdiri atas : 1) hasil pajak daerah; 2) hasil

retribusi daerah; 3) hasil perusahaan milik Daerah, dan hasil pengelolaan

kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan 4) lain-lain Pendapatan Asli Daerah

yang sah.53

9. Pendapatan Asli Rakyat Daerah (PARD) adalah pendapatan yang benar-benar

nyata merupakan perolehan sah tiap-tiap individu rakyat, dan bukan

merupakan hasil perhitungan rata-rata Gross National Product (GNP) atau

Product Domestic Regional Bruto (PDRB) dibagi jumlah penduduk.

10. Rapat Umum Pemegang Saham adalah Organ Perseroan yang mempunyai

wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam

batas yang ditentukan dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas dan/atau Anggaran Dasar Rumah Tangga (ADRT).54

52 Pasal 1 angka 7, Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyert aan

dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesi a Nomor 4555.

53 Pasal 157 huruf a, Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. 54 Pasal 1 angka 4, Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Page 32: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

32

11. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah lembaga legislatif daerah

yang berfungsi sebagai pembuat Peraturan Daerah dan penyeimbang

Pemerintah Daerah berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.55

12. Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala

Daerah.56

13. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang

kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.57

14. Dividen adalah keuntungan terhadap laba positif dari saham yang dimiliki

oleh pemegang saham.58

15. Hasil investasi adalah dapat berupa keuntungan atau kerugian terhadap

perseroan. Hasil investasi sudah jelas berbeda dengan dividen karena dividen

merupakan profit sharing dari saham yang dimiliki sedangkan hasil investasi

dapat berupa kerugian perseroan.59

55 Pasal 1 angka 7, Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389.

56 Pasal 1 angka 7, Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

57 Pasal 1 angka 1, Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 58 Pasal 70 Ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007, menyebutkan bahwa : “ Perseroan

wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih setiap tahun buku untuk cadangan”. 59 Gunarto Suhardi, Op.cit., hal. 109.

Page 33: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

33

16. Modal Awal Bank Umum adalah modal minimum bank, dalam hal penulisan

tesis ini modal awal Bank Pembangunan Sumatera Utara adalah sebesar

Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).60

G. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dengan menggunakan

pendekatan juridis normatif.61 Dengan demikian objek penelitian adalah norma

hukum yang terwujud dalam kaidah-kaidah hukum dibuat dan ditetapkan oleh

pemerintah dalam sejumlah peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang

terkait secara langsung dengan ”Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara di PT. Bank Sumut”.

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif dengan

menggunakan pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) dalam

melakukan pengkajian peranan pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam hal

penyertaan modal di PT. Bank Sumut. Pendekatan tersebut berkaitan dengan

pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan teori hukum murni yang berupaya

membatasi pengertian hukum pada bidang-bidang hukum saja, bukan karena hukum

itu mengabaikan atau memungkiri pengertian-pengertian yang berkaitan, melainkan

60 Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 5 Tahun 1965. 61 Adapun tahap-tahap dalam analisis juridis normatif adalah : merumuskan azas-azas hukum

dari data hukum positif tertulis; merumuskan pengertian-pengertian hukum; pembentukan standar-standar hukum; dan perumusan kaidah-kaidah hukum. Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajawali Press, 2010), hal. 166-167.

Page 34: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

34

karena pendekatan seperti ini menghindari pencampuradukan berbagai disiplin ilmu

yang berlainan metodologi (sinkretisme metodologi) yang mengaburkan esensi ilmu

hukum dan meniadakan batas-batas yang ditetapkan pada hukum itu oleh sifat pokok

bahasannya.62

Sifat penelitian adalah penelitian deskriptif yang ditujukan untuk

menggambarkan secara tepat, akurat, dan sistematis gejala-gejala hukum terkait

Penyertaan Modal Pemerintah Provinsi Sumatera Utara di PT. Bank Sumut.

2. Sumber Bahan Hukum

Penelitian hukum normatif yang menitikberatkan pada penelitian kepustakaan

dan berdasarkan pada data sekunder, maka sumber bahan hukum yang digunakan

dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu :

1. Bahan hukum primer, meliputi seluruh peraturan perundang-undangan yang

relevan dengan permasalahan dan tujuan penelitian, antara lain : Undang-

Undang No. 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah; Undang-Undang No.

13 Tahun 1962 tentang Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah,

Undang-Undang No. 9 Tahun 1969 tentang Badan Usaha Milik Negara

(BUMN), Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-

Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Undang-Undang No.

1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang No. 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1999

62 Hans Kelsen, Teori Hukum Murni : Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif, diterjemahkan

oleh Raisul Muttaqien, disunting oleh Nurainun Mangunsong, Cetakan Ketiga, (Bandung : Nusamedia & Nuansa, 2007).

Page 35: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

35

tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Bank

Pembangunan Daerah Istimewa Aceh, Bank Pembangunan Daerah Sumatera

Utara, Bank Pembangunan Daerah Bengkulu, Bank Pembangunan Daerah

Lampung, Bank Pembangunan Daerah-Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Bank

Pembangunan Daerah Jawa Tengah, Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur,

Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat, Bank Pembangunan Sulawesi

Utara, Bank Pembangunan Daerah Maluku, Bank Pembangunan Daerah Nusa

Tenggara Barat, dan Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur dalam

Rangka Program Rekapitalisasi Bank Umum, Peraturan Bank Indonesia No.

3/21/PBI/2001 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum

dan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.

2. Bahan hukum sekunder digunakan untuk membantu memahami berbagai

konsep hukum dalam bahan hukum primer, analisis bahan hukum primer

dibantu oleh bahan hukum sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber baik

jurnal, buku-buku, makalah, serta karya ilmiah mengenai pasar modal dan

pencucian uang, berita, dan ulasan media, juga sumber-sumber lain yang

relevan dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, penyertaan modal, dan

PT. Bank Sumut.

3. Bahan hukum tertier diperlukan dipergunakan untuk berbagai hal dalam hal

penjelasan makna-makna kata dari bahan hukum sekunder dan bahan hukum

primer, khususnya kamus-kamus hukum dan ekonomi.

Page 36: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

36

3. Teknik Pengumpulan Data

Seluruh bahan hukum dikumpulkan dengan menggunakan tehnik studi

kepustakaan63 (library research) dan studi dokumen dari berbagai sumber yang

dipandang relevan, antara lain instansi terkait seperti Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara dan PT. Bank Sumut. Perpustakaan yang digunakan adalah Perpustakaan

Universitas Sumatera Utara dan Perpustakaan Cabang Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

4. Analisis Data

Bahan hukum primer yang terinventarisasi terlebih dahulu disistematisasikan

sesuai dengan substansi yang diatur dengan mempertimbangkan relevansinya

terhadap rumusan permasalahan dan tujuan penelitian. Kemudian dilakukan

pengelompokan konsep hukum yang lebih umum, yaitu : prediktabilitas hukum,

mencari keadilan hukum, perlindungan hukum, dan lain-lain.64

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika berfikir

deduktif – induktif yaitu dilakukan dengan teori yang digunakan dijadikan sebagai

titik tolak untuk melakukan penelitian. Deduktif artinya menggunakan teori sebagai

63 Menurut Bambang Sunggono, studi kepustakaan dapat membantu peneliti dalam berbagai

keperluan, misalnya : a) Mendapatkan gambaran atau informasi tentang penelitian yang sej enis dan berkaitan dengan permasalahan yang diteliti; b) Mendapatkan metode, teknik, atau cara pendekatan pemecahan permasalahan yang digunakan; c) Sebagai sumber data sekunder; d) Mengetahui historis dan perspekti f dari permasalahan penelitiannya; e) Mendapatkan informasi tent ang cara evaluasi at au analisis data yang dapat digunakan; f) Memperkaya ide-ide baru; dan g) Mengetahui siapa saja peneliti lain di bidang yang sama dan siapa pemakai hasil penelitian tersebut, seperti yang dikemukakan Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajawali Press, 2010), hal. 112-113.

64 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda, 2006), hal. 248, dalam Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Ed. 1, Cet. 3, (Jakarta : Kencana, 2009), hal. 144-145.

Page 37: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

37

alat, ukuran dan bahkan instrumen untuk membangun hipotesis, sehingga secara tidak

langsung akan menggunakan teori sebagai pisau analisis dalam melihat masalah

dalam kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Teorisasi

induktif adalah menggunakan data sebagai awal pijakan melakukan penelitian,

bahkan dalam format induktif tidak mengenal teorisasi sama sekali artinya teori dan

teorisasi bukan hal yang penting untuk dilakukan. Maka deduktif – induktif adalah

penarikan kesimpulan didasarkan pada teori yang digunakan pada awal penelitian dan

data-data yang didapat sebagai tunjangan pembuktian teori tersebut.65

Penerapan deduktif – induktif adalah menggunakan teori yang disebutkan

dalam sub bab kerangka teoritis di atas untuk memecahkan permasalahan mengenai

penyertaan modal yang dilakukan pemerintah. Penyertaan modal dilakukan apabila

sudah diketahui mana yang dipilih antara menyalurkan penyertaan modal ke PT.Bank

Sumut atau membangun sarana dan prasarana daerah dengan

menyalurkan/menambah anggaran pada setiap SKPD (Satuan Kerja Pemerintah

Daerah). Penyaluran anggaran tersebut harus didukung dengan program-program

yang jelas. Program tersebut harus diajukan terlebih dahulu ke DPRD untuk dikaji

ulang apakah baik atau tidak.

65 Ibid., hal. 26-29.

Page 38: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

38

BAB II

PENGATURAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA KEPADA PT. BANK SUMUT

Definisi secara umum penyertaan modal yaitu suatu usaha untuk memiliki

perusahaan yang baru atau yang sudah berjalan, dengan melakukan setoran modal ke

perusahaan tersebut. Penyertaan Modal Negara adalah pemisahan kekayaan negara

dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau penetapan cadangan

perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan sebagai modal BUMN dan/atau

Perseroan Terbatas lainnya, dan dikelola secara korporasi.66 Penyertaan modal

pemerintah pusat/daerah adalah pengalihan kepemilikan barang milik negara/daerah

yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang

dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham negara atau daerah pada

badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum lainnya yang

dimiliki negara.67

Pasal 1 angka 4 Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi

Pemerintah menyatakan Penyertaan Modal adalah bentuk Investasi Pemerintah pada

Badan Usaha dengan mendapat hak kepemilikan, termasuk pendirian Perseroan

Terbatas dan/atau pengambilalihan Perseroan Terbatas. Dalam pengelolaan dan

66 Pasal 1 angka 7 Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan

dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesi a Nomor 4555.

67 Pasal 1 angka 19 Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesi a Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609.

Page 39: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

39

pertanggungjawaban keuangan negara terdapat beberapa jenis penyertaan modal

yaitu, antara lain :

a. Penyertaan modal pemerintah pusat adalah pengalihan kepemilikan Barang

Milik Negara yang semula merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan

menjadi kekayaan negara yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai

modal/saham negara pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha

Milik Daerah (BUMD), atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki

Negara/Daerah.68

b. Dalam APBD, penyertaan modal pemerintah daerah kedalam perusahaan

daerah adalah salah satu bentuk kegiatan/usaha pemda untuk meningkatkan

pendapatan daerah guna mensejahterakan masyarakat. Berdasarkan peraturan

perundang-undangan dinyatakan bahwa setiap penyertaan modal atau

penambahan penyertaan modal kepada perusahaan daerah harus diatur dalam

perda tersendiri tentang penyertaan atau penambahan modal. Perlu diingat

bahwa penyertaan modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila

jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah

ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal daerah

berkenaan. Penambahan penyertaan modal oleh Pemda bersumber dari APBD

tahun anggaran berjalan pada saat penyertaan atau penambahan penyertaan

modal tersebut dilakukan.

68 Lampiran X Peraturan Menteri Keuangan No. 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara.

Page 40: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

40

c. Penyertaan Modal Bank Indonesia : sesuai dengan Pasal 64 Undang Undang

No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir

dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 2009 dan Penjelasannya, Bank

Indonesia hanya dapat melakukan penyertaan modal pada badan hukum atau

badan lainnya yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan tugas Bank

Indonesia dan dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Penyertaan di

luar badan hukum atau badan lain yang sangat diperlukan tersebut hanya

dapat dilakukan apabila telah memperoleh persetujuan Dewan Perwakilan

Rakyat. Dana untuk penyertaan modal tersebut hanya dapat diambil dari dana

cadangan tujuan.

Dalam hal penyertaan modal yang dilakukan Pemerintah Daerah pada Badan

Umum Milik Daerah (BUMD) perlu dilihat modal awal yang dibutuhkan oleh

BUMD tersebut. Adapun aturan-aturannya terdapat di dalam Bank for International

Settlement sebagai lembaga yang dipayungi oleh Bank Dunia. Selanjutnya dapat

dilihat kebijakan dari Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia. Kebijakan Bank

Indonesia tersebut dikeluarkan melalui Peraturan Bank Indonesia yang berlaku pada

Bank-Bank di Indonesia. Antara peraturan Bank Indonesia dengan Bank for

International Settlement adalah tidak boleh bertentangan satu sama lain.

A. Modal Awal Bank Umum

Bagi suatu organisasi atau perusahaan ada istilah yang terkenal yaitu bahwa

uang adalah darah bagi organisasi atau perusahaan tersebut karena tanpa uang

Page 41: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

41

organisasi atau perusahaan tidak akan berjalan, untuk hal ini uang tersebut umumnya

terkonsentrasi pada sisi aktiva. Lain halnya dengan bank, bagi bank dana merupakan

darah, karena tanpa adanya sumber dana, bank tidak akan dapat beroperasi.

Kebalikan dari suatu organisasi atau perusahaan yaitu bahwa sumber dana yang

merupakan darah bagi bank justru terkonsentrasi pada sisi pasiva. Oleh karena itu,

untuk mendapatkan dana guna memenuhi kebutuhan operasional, bank melakukan

penghimpunan dana dari masyarakat (dana pihak ketiga), dari pasar uang atau pasar

modal (dana pihak kedua), maupun dari pemilik (pihak kesatu) melalui pasar modal. 69

Di negara-negara maju bank sudah merupakan kebutuhan utama bagi

masyarakat setiap kali bertransaksi. Mengenai permodalan bank, di setiap negara dan

daerah berbeda-beda. Peraturan tersebut ada yang bersifat internasional dan ada yang

bersifat nasional. Peraturan perbankan yang bersifat internasional dikeluarkan oleh

World Bank, sedangkan yang bersifat nasional dalam konteks Indonesia adalah Bank

Indonesia.

1. Bank for International Settlement (BIS)

Bank for International Settlements (BIS) adalah organisasi internasional yang

meningkatkan kerjasama moneter dan keuangan internasional dan berfungsi sebagai

bank sentral. BIS memenuhi mandat tersebut dengan bertindak sebagai : Forum untuk

mendorong diskusi dan analisis kebijakan di antara bank sentral dan dalam komunitas

keuangan internasional; Pusat untuk riset ekonomi dan moneter; Suatu mitra utama

69 Boy Leon dan Sonny Ericson, Manajemen Aktiva Pasiva Bank Nondevisa : Pengetahuan

Dasar Bagi Mahasiswa dan Praktisi Perbankan, (Jakarta : Grasindo, Tanpa Tahun), hal. 32.

Page 42: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

42

bagi bank sentral dalam transaksi keuangan; dan Agen atau wali amanat sehubungan

dengan operasi keuangan internasional. BIS berkantor pusat di Basel, Swiss dan ada 2

(dua) kantor perwakilan di Hong Kong Daerah Administratif Khusus dari Republik

Rakyat Cina dan di Mexico City. BIS didirikan pada tanggal 17 Mei 1930, BIS

adalah organisasi tertua keuangan dunia internasional.70

Modal standar bank sebagaimana dimaksud oleh Bank for International

Settlement Part 2 : The First Pillar – Minimum Capital Requirements dalam Basel II

: International Convergence of Capital Measurement and Capital Standards : A

Revised Framework – Comprehensive Version June 2006, adalah sebagai berikut71 :

“I. Calculation of minimum capital requirements, in Act No. 40 : Part 2 presents the calculation of the total minimum capital requirements for credit, market and operational risk. The capital ratio is calculated using the definition of regulatory capital and risk-weighted assets. The total capital ratio must be no lower than 8%. Tier 2 capital is limited to 100% of Tier 1 capital”.

Perhitungan kebutuhan modal minimum dalam Act. 40, Part 2 menyajikan

perhitungan kebutuhan modal minimum jumlah kredit, pasar, dan risiko operasional.

Rasio modal dihitung dengan menggunakan definisi modal peraturan dan Aset

Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Rasio modal harus tidak lebih rendah dari 8%.

Bank for International Settlement (BIS) melalui Bank Indonesia mewajibkan setiap

Bank Umum termasuk di dalamnya Bank Sumut harus memiliki ATMR minimal 8%,

apabila kurang dari 8% maka akan mempengaruhi tingkat kesehatan Bank. Kaitannya

70 Bank For International Settlements, “Tentang BIS”, http://www.bis.org/about/index.htm., diakses pada 05 April 2011.

71 Bank for International Settlements, Basel II : International Convergence of Capital Measurement and Capital Standards : A Revised Framework – Comprehensive Version June 2006 The First Pillar – Minimum Capital Requirements, http://www.bis.org/publ/bcbs107b.pdf., diakses pada 04 April 2011.

Page 43: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

43

adalah dengan kredit/pembiayaan agar ATMR dikurangi dari 50% menjadi 25%,

terkait dengan masalah resiko tersebut, mempengaruhi nilai ATMR dan kesehatan

Bank menjadi menurun. Akhirnya akan sangat berpengaruh terhadap modal dan

kinerja, karena kalau nilai ATMR menurun terus bisa jadi harus menambah modal

disetor ke Bank tersebut.72

2. Kebijakan Direksi Bank Indonesia Mengenai Modal Minimum Bank Umum

Kebijakan Direksi Bank Indonesia mengenai modal minimum bank umum

diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tentang Kewajiban

Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, Peraturan Bank Indonesia No.

9/16/PBI/2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 7/15/PBI/2005

tentang Jumlah Modal Inti Minimum Bank Umum.

Dalam latar belakang Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tentang

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum menyebutkan bahwa dalam

rangka menciptakan sistem perbankan yang sehat dan mampu bersaing secara

nasional dan internasional, maka diperlukan penyesuaian struktur permodalan bank

sesuai standar internasional yang berlaku.73 Menurut Pasal 2 peraturan ini

menyebutkan bahwa bank wajib menyediakan modal minimum 8% (delapan

perseratus) dari aktiva tertimbang menurut risiko terhitung sejak akhir bulan

Desember 2001. Sejalan dengan yang disebutkan dalam Act. 40, Part 2 Bank for

72 Bank Indonesia, International Convergence of Capital Measurement and Capital

Standards: A Revised Framework June 2004, Op.cit., hal. 16. 73 Bagian Menimbang, Peraturan B ank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tentang Kewajiban

Penyediaan Modal Minimum Bank Umum.

Page 44: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

44

International Settlement yang menyebutkan rasio modal harus tidak lebih rendah dari

8% (delapan perseratus).

Modal tersebut diambil dari Pemerintah untuk status bank pemerintah. Bank

pemerintah dimaksud adalah bank-bank konvensional maupun syariah. Jika, bank

tersebut tidak bisa memenuhi modal minimum tersebut maka akan ditempatkan

dalam pengawasan khusus maksudnya adalah daftar list dari Bank Indonesia, yaitu

Bank dalam Pengawasan. Modal tersebut terdiri dari modal inti dan modal

pelengkap.74 Besaran dari modal pelengkap ini adalah 100% (seratus perseratus) dari

modal inti. Maksudnya jika modal inti Rp. 100 juta, maka modal pelengkap harus

lebih kecil atau sama dengan Rp. 100 juta juga. Jadi modal bank tersebut sudah ada

kurang dari Rp. 200 juta.

Modal inti terdiri dari 2 (dua) yaitu modal disetor dan cadangan tambahan

modal (disclosured reserve).75 Selanjutnya cadangan tambahan modal dibagi lagi

dalam 8 (delapan) faktor penambah yaitu : agio; modal sumbangan; cadangan umum

modal; cadangan tujuan modal; laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak;

laba tahun berjalan setelah diperhitungkan taksiran pajak sebesar 50% (lima puluh

perseratus); selisih lebih penjabaran laporan keuangan kantor cabang luar negeri; dan

dana setoran modal.76 Ada juga yang disebut faktor pengurang, yaitu : disagio; rugi

tahun-tahun lalu; rugi tahun berjalan; selisih kurang penjabaran laporan keuangan

74 Pasal 3 ayat (1), Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tentang Kewajiban

Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. 75 Pasal 4 ayat (1), Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tentang Kewajiban

Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. 76 Pasal 4 ayat (3) huruf a., Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tentang Kewajiban

Penyediaan Modal Minimum Bank Umum.

Page 45: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

45

kantor cabang luar negeri; dan penurunan nilai penyertaan pada portofolio yang

tersedia untuk dijual.77

Dalam hal perhitungan laba atau rugi sebuah bank harus dikeluarkan terlebih

dahulu hitungan pajak tangguhan.78 Dengan kata lain, setiap pajak harus didahulukan

untuk dibayarkan kepada pemerintah. Pada modal pelengkap terdiri dari : cadangan

revaluasi aktiva tetap; cadangan umum dari penyisihan penghapusan aktiva produktif

setinggi-tingginya 1,25% (seratus dua puluh lima per sepuluh ribu) dari aktiva

tertimbang menurut risiko; modal pinjaman (hybrid/quasi capital); pinjaman

subordinasi setinggi-tingginya sebesar 50% (lima puluh per seratus) dari modal inti;

dan peningkatan nilai penyertaan pada portofolio yang tersedia untuk dijual setinggi-

tingginya sebesar 45% (empat puluh lima per seratus).79

Bank dilarang untuk mendistribusikan modal atau laba jika distribusi tersebut

mengakibatkan kondisi keuangan permodalan bank tidak tercapai rasio 8% (delapan

per seratus) tadi yang dijadikan modal awal sebuah bank. 80 Hal ini menunjukkan

kondisi keuangan bank adalah yang nomor satu harus diprioritaskan. Walaupun

begitu pajak yang timbul harus dibayarkan terlebih dahulu.

77 Pasal 4 ayat (3) huruf b., Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum.

78 Pasal 4 ayat (4), Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum.

79 Pasal 4 ayat (5), Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum.

80 Pasal 5, Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum.

Page 46: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

46

B. Penyertaan Modal Didasarkan Dengan Peraturan Daerah Atas Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Setiap penyertaan modal yang dilakukan Pemerintah dengan menggunakan

APBN maka harus ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Dalam hal PT. Bank

Sumut penyertaan modal yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah harus ditetapkan

dengan Peraturan Daerah yang dalam hal ini adalah Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal PT. Bank

Pembangunan Daerah Sumatera Utara. Karena PT. Bank Sumut merupakan suatu

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) maka Pemerintah Daerah yang berwenang

untuk menetapkan peraturannya. Penyertaan modal yang dilakukan Pemerintah

Daerah dilakukan berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas.

Penyertaan Modal Daerah pada modal saham PT. Bank Sumut antara lain

berasal dari APBD merupakan kekayaan negara yang dipisahkan, Penyertaan Modal

Negara tersebut mengandung arti pemisahan kekayaan negara yang dipisahkan,

dipisahkan dari sistem pengelolaan dan pertanggung jawabkan APBD. Modal yang

telah disetor pada BUMD PT. Bank Sumut akan menjadi harta kekayaan Bank Sumut

selaku badan hukum yang mandiri dan selanjutnya tunduk pada mekanisme

berdasarkan hukum korporasi. Dengan demikian maka modal pemerintah pada PT.

Bank Sumut akan diperlakukan sama seperti investor lain selaku pemegang saham.

Yang mempengaruhi terhadap kontrol perusahaan adalah jumlah saham yang

dimiliki, semakin besar persentase perusahaan adalah jumlah saham yang dimiliki,

semakin besar persentase kepemilikan saham terhadap perusahaan maka akan

Page 47: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

47

semakin besar pula kewenangan untuk mengendalikan perusahaan melalui

mekanisme RUPS.81

1. Sejarah Bank Pembangunan Daerah

Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia-

Belanda. Pada masa itu De Javasche Bank, NV didirikan di Batavia pada tanggal 24

Januari 1828 kemudian menyusul Nederlendsche Indische Escompto Maatschappij,

NV pada tahun 1918 sebagai pemegang monopoli pembelian hasil bumi dalam negeri

dan penjualan ke luar negeri serta terdapat beberapa bank yang memegang peranan

penting di Hindia-Belanda. Bank-bank tersebut, antara lain82 :

1. De Javasche NV;

2. De Post Poar Bank;

3. Hulp en Spaar Bank;

4. De Algemenevolks Crediet Bank;

5. Nederland Handles Maatscappi (NHM);

6. Nationale Handles Bank (NHB);

7. De Escompto Bank NV;

8. Nederlansche Indische Handelsbank.

81 Kusmono, “Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara

Dalam Hal Terjadi Kerugian”, (Tesis : Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2008), hal. 129.

82 Wikipedia, “Bank”, Op.cit.

Page 48: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

48

Di samping itu, terdapat pula bank-bank milik orang Indonesia dan orang-

orang asing seperti dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa. Nama-nama bank tersebut

antara lain83 :

1. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank;

2. Bank Nasional Indonesia;

3. Bank Abuan Saudagar;

4. NV Bank Boemi;

5. The Chartered Bank of India, Australia and China;

6. Hongkong & Shanghai Banking Corporation;

7. The Yokohama Species Bank;

8. The Matsui Bank;

9. The Bank of China;

10. Batavia Bank.

Di zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia bertambah maju dan

berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia.

Bank-bank yang ada di zaman awal kemerdekaan antara lain :

1. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank (saat ini Bank OCBC

NISP), didirikan 04 April 1941 dengan kantor pusat di Bandung;

2. Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 05 Juli 1946 yang sekarang

dikenal dengan BNI ’46;

83 Ibid.

Page 49: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

49

3. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini

berasal dari De Algemenevolks Crediet Bank atau Syomin Ginko;

4. Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur (MAI) tahun 1945 di Solo;

5. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946;

6. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan;

7. Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogjakarta kemudian menjadi

Bank Amerta;

8. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946;

9. Bank Dagang Indonesia NV di Samarinda tahun 1950 kemudian merger

dengan Bank Pasifik;

10. Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari.

Kemudian merger dengan Bank Central Asia (BCA) tahun 1949.

Di Indonesia, praktek perbankan sudah tersebar sampai ke pelosok pedesaan.

Lembaga keuangan berbentuk bank di Indonesia berupa Bank Umum, Bank

Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Umum Syariah, dan juga Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS). Masing-masing bentuk lembaga bank tersebut berbeda karakteristik

dan fungsinya.84

Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara disingkat PT. Bank Sumut

didirikan di Medan pada tanggal 04 November 1961 dalam bentuk Perseroan

Terbatas berdasarkan Akta Notaris Rusli Nomor 22.85 Berdasarkan Undang-Undang

84 Ibid. 85 Bank Sumut, “Tentang Kami”, http://www.banksumut.com/tentang.php., diakses pada 06

April 2011.

Page 50: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

50

No. 13 tahun 1962 tentang Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah dan sesuai

dengan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 5 Tahun 1965, bentuk usaha

diubah menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Modal dasar sebesar Rp. 100

juta dan saham yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan

Pemerintah Tingkat II se-Sumatera Utara. Untuk meningkatkan modal disetor sesuai

dengan kebutuhan dan perkembangannya telah terjadi beberapa kali perubahan

peraturan daerah.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1998 tentang

Bentuk Badan Hukum Bank Pembangunan Daerah, yang diundangkan tanggal 04

Februari 1998, maka untuk mendukung gerak dan kinerja bank serta untuk

menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan perbankan di tanah air dan arah

perkembangan perbankan di masa yang akan datang. Bank Pembangunan Daerah

Sumatera Utara melakukan perubahan kembali dalam bentuk hukum menjadi

Perseroan Terbatas (PT), dengan demikian nama Bank Pembangunan Daerah

Sumatera Utara berubah menjadi PT. Bank Sumut. PT. Bank Sumut dibentuk pada

tanggal tanggal 16 April 1999 sesuai dengan Akte Pendiri Perseroan Terbatas No. 38

Tahun 1999 Notaris Alina Hanum Nst, SH yang telah mendapat izin atas pengesahan

Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor C-8224 HT.01.01. Tahun 1999, dan

telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 54 Tanggal 6 Juli

1999, sebagaimana telah diubah dengan Akta Notaris Pengganti, Marwansyah

Nasution, SH, Nomor 31 tanggal 15 Desember 1999 dan terakhir diubah dengan Akta

Page 51: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

51

Notaris Alina Hanum, SH, Nomor 21 tanggal 9 Mei 2003 yang telah mendapat

persetujuan dari Menteri Kehakiman.86

Dalam perjalanan sejarahnya, PT. Bank Sumut pernah menempati gedung

kantor yang sangat sederhana di jalan Palang Merah Medan. Kemudian pindah ke

jalan Imam Bonjol No.7 Medan. Pada tanggal 20 April 1989 Menteri Dalam Negeri

telah meresmikan penggunaan gedung kantor baru yang cukup megah dan

representatif terletak di jantung kota Medan di Jalan Imam Bonjol No. 18 Medan

yang ditempati hingga saat ini. Visi dari Bank Sumut adalah menjadi Bank andalan

untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan

daerah di segala bidang, serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam

rangka peningkatan taraf hidup rakyat. Dalam menjalankan kegiatannya, PT. Bank

Sumut berusaha untuk mewujudkan visinya dengan cara memberikan bantuan kepada

masyarakat yang kurang mampu berupa bantuan beasiswa kepada anak-anak yatim,

bantuan kepada fakir miskin/dhuafa, berpartisipasi dalam pembangunan rumah

ibadah melalui lembaga amil zakat PT. Bank Sumut dan kegiatan olah raga serta

kegiatan kemasyarakatan yang lainnya.87

Adapun yang menjadi misi PT. Bank Sumut adalah mengelola dana

pemerintah dan masyarakat secara professional yang didasarkan kepada prudential

banking principle. Sebagai alat kelengkapan otonomi daerah di bidang perbankan,

PT. Bank Sumut berfungsi sebagai penggerak dan pendorong laju pembangunan di

Propinsi Sumatera Utara, dan bertindak sebagai pemegang kas daerah yang

86 Ibid. 87 Ibid.

Page 52: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

52

melaksanakan penyimpanan kas milik pemerintah daerah serta sebagai salah satu

sumber pendapatan asli daerah melalui deviden yang diberikan kepada pemerintah

daerah.88

2. Perubahan Perusahaan Daerah dari Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara Menjadi PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara

Perubahan Perusahaan Daerah dari BPDSU menjadi PT. Bank Pembangunan

Daerah Sumatera Utara, terletak pada Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I

Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank

Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan

Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara. Awal mula Bank Sumut

adalah BPDSU yang merupakan Perusahaan Daerah. Dengan dikeluarkannya Perda

tersebut maka seharusnya bentuk hukumnya juga berubah menjadi PT. Bank

Pembangunan Daerah Sumatera Utara.

Pada Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang

Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari

Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah

Sumatera Utara ada mencantumkan kata “Tbk” pada judul Peraturan Daerah tersebut

yang dikeluarkan oleh Pemprovsu. Seharusnya kata “Tbk atau Terbuka” tidak boleh

digunakan pada akhir nama perusahaan apabila perusahaan tersebut belum melakukan

penawaran umum.

88 Ibid.

Page 53: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

53

Dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan

Usaha Milik Negara, menyebutkan bahwa “Privatisasi adalah penjualan saham

Persero, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka

meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan

masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat”.89

Pada Privatisasi, ada tiga elemen penting yang harus dicermati. Pertama,

timing, kalau market tidak kondusif maka penerimaannya rendah. Jadi, timing

mempengaruhi pricing. Pricing adalah elemen kedua. Ketiga, target size, atau

besaran yang hendak dicapai dalam privatisasi.90 Pemerintah Daerah akan berkurang

pendapatan dividennya setiap tahun jika PT. Bank Sumut di privatisasi karena harus

berbagi deviden dengan Pemegang Saham yang lainnya dari sektor swasta. Dari sisi

waktu (timing), PT. Bank Sumut belum dapat bersaing dengan kancah perbankan

Internasional. Ditakutkan nantinya PT. Bank Sumut akan memperoleh harga yang

tidak stabil dan cenderung memiliki grafik menurun. Sudah jelas hal tersebut dapat

merugikan Pemerintah Daerah.

Dari sisi target size, untuk ukuran Bank Pembangunan Daerah, PT. Bank

Sumut memang sudah tergolong besar dan maju. Kemajuan tersebut diukur dari hasil

laba yang diperoleh oleh Pemerintah Daerah. Laba tersebut dapat dilihat pada

Laporan Keuangan Rugi Laba setiap tahunnya yang dikeluarkan oleh PT. Bank

Sumut. Laporan keuangan tersebut juga sudah diaudit oleh Auditor Independen.

89 Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4297.

90 Riant Nugroho Dwijowijoto dan Ricky Siahaan, BUMN Indonesia : Isu, Kebijakan, dan, Strategi, (Jakarta : Gramedia, 2005), hal. 24.

Page 54: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

54

Maka PT. Bank Sumut jika ditinjau dari besaran laba yang didapat adalah belum

memenuhi target yang diharapkan. Pada konteks pricing tingkat saham yang

dikeluarkan oleh PT. Bank Sumut adalah seharga Rp. 10.000,- per lembar sahamnya.

Namun, jika sudah dilakukan privatisasi maka harganya akan berfluktuasi. Tidak

menentu perubahannya bisa cenderung naik bisa juga turun.

PT. Bank Sumut sudah cukup menjadi Bank Pembangunan Daerah saja yang

membangun dan mengelola asset daerah. Dengan begitu Pendapatan Asli Rakyat

Daerah (PARD) akan meningkat pula. PT. Bank Sumut adalah milik masyarakat

daerah. Jadi, tidak perlu diprivatisasi karena PT. Bank Sumut menyimpan hampir

seluruhnya anggaran daerah. Perihal privatisasi PT. Bank Sumut ini merupakan issue

saja, bagaimana mungkin sebuah perusahaan yang menguntungkan Pemerintah

Daerah dilepas begitu saja.91

3. Pengaturan Penyertaan Modal oleh Pemprovsu pada PT. Bank Sumut

Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 5 Tahun 1965 tentang

Pendirian Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara berisikan mengenai aturan-

aturan yang banyak diambil dari ketentuan Undang-Undang No. 13 Tahun 1962

tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah. Perda Tingkat I

Sumatera Utara No. 5 Tahun 1965 tentang Pendirian Bank Pembangunan Daerah

91 Wawancara dengan Bahrein H. Siagian sebagai Pemimpin Divisi Sumber Daya Manusia

PT. Bank Sumut, tanggal 20 April 2011 di Kantor Pusat Bank Sumut.

Page 55: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

55

Sumatera Utara tersebut mengatakan bahwa penyertaan modal yang dilakukan

Pemprovsu pada BPDSU adalah sebesar Rp. 100 juta.92

Dalam laporan tahunan PT. Bank Sumut tahun 2007, Bank Pembangunan

Daerah Sumatera Utara didirikan pada tanggal 4 November 1961 dengan Akta

Notaris Rusli No. 22 dalam bentuk Perseroan Terbatas dengan call name BPDSU.

Pada tahun 1962 berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, bentuknya diubah menjadi

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) melalui Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera

Utara No. 5 Tahun 1965. Modal dasar pada saat itu sebesar Rp. 100 juta dan

sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan Pemerintah

Tingkat II se-Sumatera Utara. Pada tanggal 16 April 1999, berdasarkan Peraturan

Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999, bentuk badan hukum diubah

kembali dengan call name Bank Sumut. Perubahan tersebut dituangkan dalam Akta

Pendirian Perseroan Terbatas No. 38 Tahun 1999 Notaris Alina Hanum

Nasution,SH., dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik

Indonesia dibawah No. C-8224HT.01.01 TH 99 tanggal 5 Mei 1999, serta

diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 54 tanggal 6 Juli 1999.

Modal dasar pada saat itu meningkat menjadi Rp. 400 miliar. Selanjutnya karena

pertimbangan kebutuhan proyeksi pertumbuhan bank, maka pada tanggal 15

Desember 1999 melalui Akta No. 31, modal dasar ditingkatkan menjadi Rp. 500

miliar.93

92 Didi Duharsa, Op.cit., hal. 30-31. 93 Ibid.

Page 56: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

56

Selain penyertaan modal yang menggunakan dana kas APBD, Pemerintah

Daerah juga menetapkan penggunaan penerimaan daerah dari sektor jasa giro yang

ditempatkan juga ke Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara. Peraturan tersebut

adalah Peraturan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara No.

384/4039/K/1987 tentang Penerimaan Hasil Jasa Giro Kas Daerah Tingkat II se-

Sumatera Utara pada Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, mengatakan

bahwa94 :

“Pertama : Pendapatan daerah dari hasil jasa giro kas daerah tingkat II diberikan sebagai perolehan kepada BPDSU, seluruhnya dibukukan sebagai penerimaan daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

Kedua : Dari hasil jasa giro tersebut ditetapkan penggunaannya sebagai berikut :

a. Sebesar 50% untuk Anggaran Pemerintah Daerah Tingkat II yang bersangkutan;

b. Sebesar 50% untuk penambahan setoran Modal Pemerintah Daerah Tingkat II yang bersangkutan di BPDSU.

Ketiga : Penyetoran untuk modal saham sebesar 50% dari jasa giro dilakukan pada awal tahun takwim, sebelum tahun anggaran berjalan berakhir dengan ketentuan :

a. Untuk penyetoran tahun takwim 1988 diperoleh dari hasil jasa giro bulan September 1987 sampai dengan Desember 1987;

b. Untuk penyetoran tahun takwim berikutnya diperoleh dari hasil jasa giro selama tahun takwim sebelumnya.

Keempat : Pelaksanaan setoran modal saham dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang tata cara pengeluaran uang Kas Daerah.

Kelima : Keputusan ini mulai berrlaku sejak bulan September 1987 dan apabila terdapat kekeliruan akan diperbaiki sebagaimana mestinya”.

94 Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 584/4039/K/1987

tentang Penggunaan Hasil Jasa Giro Kas Daerah Tingkat II Se-Sumatera Utara pada B ank Pembangunan Daerah Sumatera Utara.

Page 57: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

57

Dari peraturan yang di atas dapat dilihat bahwa penerimaan daerah dalam

bentuk jasa giro juga ditempatkan kembali ke Bank Pembangunan Daerah Sumatera

Utara. Suntikan dana yang terus menerus inilah yang menjadikan bank tersebut kokoh

ditinjau dari segi permodalannya. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara seperti

anak emas bagi Pemerintah Daerah. Hal ini dikarenakan tidak ada kerugian yang

signifikan jika menginvestasikan dana kas daerah. Selanjutnya dari peraturan tersebut

diperbaharui lagi dengan Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 11 Tahun 2005

tentang Penyisihan Sebagian Dari Hasil Pajak Bumi dan Bangunan yang Merupakan

Penerimaan Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai Penyertaan Modal pada PT. Bank

Sumut.

Pergubsu tersebut memerintahkan agar penerimaan daerah dari hasil pajak

bumi dan bangunan juga dimasukkan dalam penyertaan modal pada PT. Bank Sumut.

Dari penyertaan modal tersebut PT. Bank Sumut mengeluarkan saham-saham kepada

Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Jumlah penyertaan yang dilakukan adalah

5% dari hasil bersih seluruh penerimaan pajak bumi dan bangunan.

a. Pengaturan Penyertaan Modal di dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan mengatur mengenai

Bank pada Pasal 16 ayat (2) yang mengatakan bahwa95 :

“Untuk memperoleh izin usaha Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), wajib dipenuhi persyaratan sekurang-kurangnya tentang : a. Susunan organisasi dan kepengurusan;

95 Pasal 16 ayat (2), Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

Page 58: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

58

b. Permodalan; c. Kepemilikan; d. Keahlian di bidang Perbankan; e. Kelayakan rencana kerja”.

Untuk permodalan diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Bank Indonesia No.

3/21/PBI/2001 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Dalam

penulisan tesis ini, PT. Bank Sumut adalah sebagai Bank Umum. Jadi, peraturan yang

mengatur mengenai permodalan tunduk kepada Undang-Undang No. 10 Tahun 1998

tentang Perbankan dan Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 bukan Undang-

Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas karena PT. Bank Sumut

bergerak dalam sektor perbankan. Selanjutnya yang dimaksud dengan setoran modal

pada PT. Bank Sumut adalah dana yang telah disetor penuh oleh Pemprovsu untuk

tujuan penambahan modal.96

Modal awal minimum bank diperhitungkan sebagai dana setoran modal harus

ditempatkan pada rekening khusus dan tidak boleh ditarik kembali oleh Pemegang

Saham. Penggunaan dana pada rekening khusus tersebut harus dengan persetujuan

Bank Indonesia. Dalam hal dana setoran modal berasal dari calon pemilik Bank maka

jika berdasarkan penelitian Bank Indonesia, calon pemilik Bank atau dana tersebut

tidak memenuhi syarat sebagai pemegang saham atau modal, maka dana tersebut

tidak dapat dianggap sebagai komponen modal, dan dapat ditarik kembali oleh calon

pemilik (dalam hal ini Pemegang Saham).97

96 Penjelasan Pasal 4 ayat (3) angka 8, Peraturan Bank Indonesi a No. 3/21/PBI/2001 tentang

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. 97 Penjelasan Pasal 4 ayat (3) angka 8, Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tentang

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum.

Page 59: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

59

Pada penambahan modal harus dilakukan berdasarkan Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS).98 RUPS dapat menyerahkan kewenangan kepada Dewan

Komisaris untuk menyetujui pelaksanaan keputusan RUPS dalam hal penambahan

modal. Penyerahan kewenangan tesebut dapat ditarik kembali oleh RUPS. 99 Dalam

hal penambahan modal PT. Bank Sumut oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara,

PT. Bank Sumut harus mengadakan RUPS, memanggil Pemegang Saham (Kepala

Daerah se-Sumatera Utara) dan mengutarakan maksud dan tujuannya dalam

undangan RUPS yaitu penambahan modal. Setelah mengundang para Pemegang

Saham selanjutnya PT. Bank Sumut harus menyiapkan dokumen-dokumen rapat,

dalam hal penambahan modal yang menjadi dokumen rapat adalah studi kelayakan

(feasibility study) mengenai penambahan modal tersebut. Isi dari studi kelayakan itu

bisa berupa alasan-alasan penambahan modal, tujuan penambahan modal, dana yang

ditambahkan disalurkan kemana saja.

Jadi, intinya PT. Bank Sumut harus tunduk dan menjalankan Undang-Undang

No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas karena pengaturan mengenai

perusahaan tidak diatur dalam Perda Pendirian Bank Pembangunan Daerah. Dalam

hal pengaturan modal awal digunakan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan dan Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tentang Kewajiban

Penyediaan Modal Minimum Bank. Jika dianalogikan, ketentuan perseroan terbatas

dapat dikatakan sebagai rambu-rambu lalu lintasnya sedangkan PT. Bank Sumut

sebagai mobil yang sedang jalan.

98 Pasal 41 ayat (1), Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 99 Pasal 41 ayat (2) dan ayat (3), Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas.

Page 60: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

60

b. Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah

Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Bank Pembangunan Daerah diundangkan dengan tujuan untuk mempercepat

terlaksananya usaha-usaha pembangunan yang merata di seluruh Indonesia. Untuk

mewujudkan hal tersebut maka perlu adanya pengerahan modal dan potensi di

daerah-daerah untuk pembiayaan pembangunan daerah.100 Di dalam undang-undang

ini juga diatur mengenai fungsi, lapangan kerja, cara mengurus dan cara menguasai

serta bentuk hukum dari Bank Pembangunan Daerah dalam rangka Ekonomi

Terpimpin.101

1. Tujuan Bank Pembangunan Daerah

Tujuan Bank Pembangunan Daerah adalah untuk membangun perekonomian

daerah juga tidak terlepas dari tujuan dari jasa perbankan. jasa bank pada umumnya

terbagi atas 2 (dua) tujuan. Pertama, sebagai penyedia mekanisme dan alat

pembayaran yang efisien bagi nasabah. Untuk itu, bank menyediakan uang tunai,

tabungan, dan kartu kredit. Inilah peran bank yang sangat penting bagi kehidupan

ekonomi. Tanpa adanya penyediaan alat pembayaran yang efisien ini, maka barang

hanya dapat diperdagangkan dengan cara barter yang memakan waktu.102

100 Bagian Menimbang huruf a., Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 t entang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah. 101 Bagian Menimbang huruf d., Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah. 102 Wikipedia, “Bank”, http://id.wikipedia.org/wiki/Bank#Sejarah_Perbankan_di_Indonesia.,

diakses pada 06 April 2011.

Page 61: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

61

Kedua, dengan menerima tabungan dari nasabah dan meminjamkannya

kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti bank meningkatkan arus dana untuk

investasi dan pemanfaatan yang lebih baik produktif. Bila peran ini berjalan baik,

berarti bank meningkatkan arus dana untuk investasi dan pemanfaatan yang lebih

produktif. Bila peran ini berjalan dengan baik maka ekonomi suatu negara akan

meningkat. Tanpa adanya arus dana ini, uang hanya berdiam di saku seseorang, orang

tidak dapat memperoleh pinjaman dan bisnis tidak dapat dibangun karena mereka

tidak memiliki dana pinjaman.103

Jasa perbankan sebenarnya sangat banyak, hanya saja sedikit sekali

masyarakat yang mengetahui. Tujuan dan manfaatnya juga sangat baik bagi para

nasabah. Akan tetapi, banyak yang memanfaatkan untuk tindakan kriminal, seperti

pembobolan Automatic Teller Machine (ATM) pemalsuan buku tabungan dan lain-

lain.104 Dalam hal PT. Bank Sumut, tujuan didirikannya adalah sebagai alat

kelengkapan otonomi daerah di bidang perbankan. PT. Bank Sumut berfungsi sebagai

penggerak dan pendorong laju pembangunan di daerah, bertindak sebagai pemegang

kas daerah yang melaksanakan penyimpanan uang daerah serta sebagai salah satu

sumber pendapatan asli daerah dengan melakukan kegiatan usaha sebagai Bank

umum seperti dimaksudkan pada Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan yang diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan.

103 Ibid. 104 Ibid.

Page 62: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

62

Adapun tujuan Bank Sumut didirikan adalah untuk membiayai pelaksanaan

proyek-proyek pembangunan daerah, sehingga modal pembelanjaannya dapat

diperoleh dari hasil proyek-proyek pembangunan tersebut. Pembiayaan proyek-

proyek daerah dalam rangka Pembangunan Nasional Semesta Berencana maka Bank

Sumut bertugas mengerahkan modal dan potensi di daerah-daerah yang

mengikutsertakan pihak swasta nasional progresip.105 Untuk melaksanakan maksud

tersebut di atas, Bank memberikan pinjaman untuk keperluan investasi, perluasan dan

pembaruan proyek-proyek pembangunan daerah di daerah yang bersangkutan, baik

yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah maupun yang diselenggarakan oleh

Perusahaan-perusahaan campuran antara Pemerintah Daerah dan Swasta. 106 Dengan

kata lain, Bank Sumut bertindak sebagai saluran kredit bagi proyek-proyek

Pemerintah Daerah.107 Tetapi, Bank tidak dapat memberikan untuk keperluan

lainnya.108

PT. Bank Sumut menyimpan deposito uangnya di Bank Indonesia, tidak boleh

di bank lain karena Bank Indonesia adalah bank sentral Indonesia. BPD dapat

menerima uang dari pihak ketiga sebagai deposito tetapi tidak menerima uang giro

dan tidak menjalankan tugas-tugas bank umum. BPD bukanlah bank devisen, jadi

tidak dapat memperdagangkan mata uang asing karena tidak memperoleh surat

105 Bagian Menimbang huruf b dan c., Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah. 106 Pasal 5 ayat (1) huruf a., Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah. 107 Pasal 5 ayat (1) huruf b-c., Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah. 108 Pasal 5 ayat (3), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Bank Pembangunan Daerah.

Page 63: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

63

penunjukan dari Bank Indonesia untuk itu.109 Jika bank devisa maka dapat

menawarkan jasa-jasa bank yang berkaitan dengan mata uang asing tersebut seperti

transfer ke luar negeri, jual beli valuta asing, transaksi ekspor-impor, dan jasa-jasa

valuta asing lainnya. Hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan keuangan daerah,

karena BPD banyak menyimpan dana APBD.

2. Modal, Saham-Saham dan Sumber Keuangan Lain

Modal PT. Bank Sumut berasal dari Pemerintah Daerah. Menurut Pasal 7

Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank

Pembangunan Daerah menyebutkan bahwa besarnya modal BPD ditetapkan dalam

peraturan pendirian Bank dengan ketentuan, bahwa modal yang disetor harus

berjumlah paling sedikit Rp. 20 juta. Dalam penyetoran awal modal PT. Bank Sumut

adalah sebesar Rp. 100 juta. Selanjutnya modal tersebut terbagi dalam saham-saham.

Saham-saham tersebut dibagi kepada Pemerintah Propinsi, Kotamadya, dan

Kabupaten terdiri dari saham-saham prioritas dan saham-saham biasa.110 Saham-

saham tersebut dikeluarkan disebut dengan ”saham atas nama”.111 Jadi dalam konteks

PT. Bank Sumut, sahamnya ada yang bernama Saham Kota Medan, Saham

Kabupaten Langkat, dan lain sebagainya. Namun, untuk pengaturan mengenai saham-

sahamnya diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas.

109 Pasal 6, Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

110 Pasal 8 ayat (1), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

111 Pasal 8 ayat (5), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

Page 64: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

64

Bank dapat mengeluarkan obligasi dan mengadakan pinjaman-pinjaman

lainnya kecuali pinjaman-pinjaman ke luar negeri yang memerlukan izin terlebih

dahulu dari dan pengawasan penggunaannya oleh Pemerintah Pusat.112 PT. Bank

Sumut juga mengggunakan sumber-sumber pembiayaan tertentu yang ditetapkan oleh

Pemerintah Pusat. Pembiayaan tertentu tersebut adalah penyertaan modal yang

dilakukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan otonomi daerah. Tambahan

penyetoran modal tahun 2007 oleh Pemerintah Propinsi Sumatera Utara serta

keseluruhan Pemerintah Kabupaten dan Kota se-Sumatera Utara sebesar Rp. 23,05

miliar telah disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang

diselenggarakan pada tanggal 10 Juni 2008. Modal disetor sampai dengan tahun 2008

sebesar Rp. 486,78 miliar dengan nilai nominal untuk setiap lembar saham sebesar

Rp. 10.000,-. Adapun komposisi kepemilikan saham pada tahun 2007-2008 adalah

sebagai berikut :

112 Pasal 9 ayat (1), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Bank Pembangunan Daerah.

Page 65: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

65

TABEL 1 KOMPOSISI KEPEMILIKAN SAHAM PT. BANK SUMUT

2007-2008 (dalam miliar rupiah)

Pemegang Saham 2008 2007

Modal Disetor Persentase Modal

Disetor Persentase

Pemerintah Provinsi Sumatera U tara 291.83 59,95 291.83 62,42

Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu 19.64 4 ,04 19.64 4 ,27

Pemerintah Kabupaten Asahan 8 .84 1 ,82 8 .84 1 ,92

Pemerintah Kabupaten Deli Serdang 17.40 3 ,57 12.93 2 ,81

Pemerintah kota Medan 18.04 3 ,71 18.04 3 ,92

Pemerintah Kabupaten Simalungun 17.70 3 ,64 13.80 2 ,92

Pemerintah Kabupaten Langkat 7 .47 1 ,53 7 .47 1 ,62

Pemerintah Kota Tapanuli Selatan 26.57 5 ,46 23.10 4 ,78

Pemerintah Kabupaten N ias 8 .86 1 ,82 8 .13 1 ,70

Pemerintah Kabupaten Tap. Tengah 8 .67 1 ,78 7 .86 1 ,65

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara 7 .36 1 ,51 6 .61 1 ,44

Pemerintah Kota Tebing Tinggi 7 .99 1 ,64 7 .39 1 ,47

Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal 4 .91 1 ,01 4 .61 0 ,94

Pemerintah Kota Binjai 3 .41 0 ,70 2 .61 0 ,57

Pemerintah Kota Pematang Siantar 5 .84 1 ,20 5 .27 1 ,09

Pemerintah kota Tanjung Balai 4 .31 0 ,88 3 .91 0 ,85

Pemerintah Kabupaten Dairi 3 .79 0 ,78 2 .95 0 ,64

Pemerintah Kabupaten Karo 2 .81 0 ,58 2 .81 0 ,61

Pemerintah Kabupaten Toba Samos ir 4 .71 0 ,97 3 .96 0 ,86

Pemerintah kota Sibolga 4 .70 0 ,96 4 .53 0 ,98

Pemerintah Kota Padang Sidempuan 4 .95 1 ,02 4 .32 0 ,86

Pemerintah Kabupaten Pakpak Barat 1 .35 0 ,28 0 .85 0 ,18

Pemerintah Kabupaten H. Hasundutan 2 .93 0 ,60 1 .37 0 ,30

Pemerintah Kabupaten N ias Selatan 1 .19 0 ,24 0 .16 0 ,04

Pemerintah Kabupaten Samosir 1 .01 0 ,21 0 .74 0 ,16

Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai 0 .5 0 ,10 - -

J U M L A H 486.78 100,00 463.73 100,00

Sumber : Bank Sumut, ”Info Saham”, http://www.banksumut.com/saham.php., diakses pada 07 April 2011.

Page 66: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

66

Maksud dari pencantuman Tabel 1 di atas mengenai komposisi kepemilikan

saham PT. Bank Sumut adalah untuk melihat besaran saham yang dimiliki oleh

Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota. Jadi, dengan mengetahui besaran saham

tersebut dapat dilihat bahwa saham yang paling besar adalah dimiliki oleh Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp. 291,83 miliar, dengan persentase 62,42%.

Kebijakan yang telah dilakukan selama tahun 2000 hingga tahun 2008 telah

meningkatkan kinerja usaha PT. Bank Sumut dari tahun ke tahun. Target laba yang

telah ditetapkan berhasil dicapai setiap tahunnya, sedangkan asset terus mengalami

pertumbuhan secara signifikan. Peningkatan kinerja usaha tersebut telah menjadikan

PT. Bank Sumut berada pada level yang baik untuk penilaian tingkat kesehatan Bank

sejak tahun 2002 sampai dengan 2007 berdasarkan penilaian Bank Indonesia. Kantor

Akuntan Publik Grant Thornton Hendrawinata, Gani & Hidayat sebagai auditor

independen memberikan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian untuk tahun buku 2003

sampai dengan tahun 2007. Demikian juga Kantor Akuntan Publik Doli, Bambang,

Sudarmadji dan Dadang sebagai auditor independen tahun buku 2008 memberikan

pendapat Wajar Tanpa Pengecualian.113

Kegiatan operasional bank selain dibiayai dengan modal sendiri, juga dari

dana pihak ketiga seperti Giro, Tabungan, dan Deposito. Komposisi dana pihak

ketiga yang dihimpun oleh Bank Sumut pada tahun 2008 terdiri dari Giro sebesar

Rp.3.237 miliar, Tabungan sebesar Rp. 2.567 miliar dan Deposito sebesar Rp. 1.847

miliar. Modal dasar PT. Bank Sumut sesuai dengan Akta Notaris Alina Hanum, SH

No. 31 tanggal 15 Desember 1999 berjumlah Rp. 500 miliar. Anggaran dasar PT.

113 Bank Sumut, ”Info Saham”, Op.cit.

Page 67: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

67

Bank Sumut mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No. 39

tanggal 10 Juni 2008 yang dibuat di hadapan H. Marwansyah Nasution, SH di Medan

berkaitan dengan Akta Penegasan No. 05 tanggal 10 November 2008 yang telah

mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia No. AHU-

87927.AH.01.02 tahun 2008 tanggal 20 November 2008 yang diumumkan dalam

Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 10 tanggal 03 Februari 2009, maka

modal dasar ditambah dari Rp. 500 miliar menjadi Rp. 1 triliun.114

Penyetoran Modal oleh Pemerintah Propinsi Sumatera Utara serta seluruh

Pemerintah Kabupaten dan se-Sumatera Utara sampai dengan tahun 2008 sebesar

Rp.486,78 miliar dan pada tahun 2007 sebesar Rp. 463,73 miliar dengan nilai

nominal untuk setiap lembar saham sebesar Rp. 10.000,-. Rasio Kecukupan

Pemenuhan Modal Minimum atau CAR tahun 2008 sebesar 16,48%. Hal ini sudah

sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh peraturan Bank for Settlement International

(BIS) dan Peraturan Bank Indonesia yaitu sebesar minimal 8%, maka dari itu PT.

Bank Sumut adalah bank yang sehat. Sehatnya keuangan dari PT. Bank Sumut tidak

luput dari peran serta Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota Sumatera

Utara. Peran sertanya berupa penambahan penyertaan modal setiap penerimaan yang

berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan sesuai dengan Peraturan Gubernur Sumatera

Utara No. 11 Tahun 2005 tentang Penyisihan Sebagian Dari Hasil Pajak Bumi dan

114 Ibid.

Page 68: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

68

Bangunan yang Merupakan Penerimaan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota

Sebagai Penyertaan Modal pada PT. Bank Sumut.115

Pada peraturan tersebut memerintahkan bahwa ada dana yang disisihkan dari

penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sebagai penerimaan daerah sebesar 5% setiap

tahun anggaran sebagai penyertaan modal kepada PT. Bank Sumut. Pemerintah

Kabupaten Deli Serdang dari tahun 1998 – 2008 telah menyetorkan dalam bentuk

saham sebesar Rp. 25 miliar lebih. Seperti yang diutarakan Wakil Bupati Deli

Serdang berikut ini116 :

“Sejak tahun 1998 hingga tahun 2008 Pemkab Deli Serdang telah menyertakan modalnya dalam bentuk saham sebesar Rp. 25 miliar lebih sesuai dengan Peraturan Gubsu No. 11 Tahun 2005 tentang Penyisihan Sebagian Dari Hasil Pajak Bumi dan Bangunan Penerimaan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebesar 5% setiap tahun anggaran sebagai penyertaan modal kepada PT. Bank Sumut. Pada tahun 2009, Pemkab Deli Serdang telah mengalokasikan penambahan penyertaan modal kepada PT. Bank Sumut sebesar Rp. 3,5 miliar lebih, namun karena belum memiliki payung hukum berupa Perda, maka penyertaan modal itu tidak bisa direalisasikan. Kemudian, pada tahun 2010 juga telah dianggarkan sebesar Rp. 4,6 miliar lebih, sehingga diharapkan alokasi anggaran penyertaan modal tersebut bisa direalisasikan setelah DPRD menetapkan Ranperda yang diusulkan menjadi Perda sesuai dengan tenggang waktu yang telah ditetapkan. Penyertaan modal pada PT. Bank Sumut ini, di samping berperan aktif bagi peningkatan pertumbuhan dan perkembangan BUMD Sumut, juga berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan daerah dalam bentuk deviden bank yang hingga kini telah tercatat mencapai Rp. 16 miliar lebih”.

Lain halnya dengan Pemerindah Kabupaten Dairi yang menambah penyertaan

modal melalui Peraturan Daerah Kabupaten Dairi No. 11 Tahun 2008 tentang

115 Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 11 Tahun 2005 tentang Penyisihan Sebagian Dari Hasil Pajak Bumi dan Bangunan Yang Merupakan Penerimaan Pemerintah Provinsi Dan Kabupaten/Kota Sebagai Penyertaan Modal Pada PT. Bank Sumut, Berita Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005 Nomor 11 Seri C Nomor 9.

116 Obrolan Ekonomi, ”Saham Pemkab Deli Serdang di Bank Sumut Capai Rp. 25 m”, http://obrolanbisnis.com/saham-pemkab-deli-serdang-di-bank-sumut-capai-rp-25-m/., diakses pada 13 April 2011.

Page 69: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

69

Penambahan Penyertaan Modal Daerah pada PT. Bank Sumut yang langsung

menambahkan modal daerah kepada PT. Bank Sumut.117 Penyertaan modal yang

dilakukan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan jasa perbankan dan

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).118 Nilai penyertaan modal terhitung 4

November 1961 sampai dengan 3 Juli 2008 sebanyak 379.122 lembar saham atau

senilai Rp. 3.791.220.000,-.119 Penambahan tersebut didapat dari 5% dana dari

penerimaan daerah yang berasal dari dana bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan tahun

2007, deviden yang diinvestasikan kembali menjadi saham, dan jasa giro dari

rekening Pemerintah Daerah.120 Penerimaan Daerah yang bersumber dari PT. Bank

Sumut atas penyertaan modal daerah berupa deviden tersebut ditetapkan dalam

APBD dan Penjabaran APBD Tahun Anggaran Berjalan. Penerimaan Daerah tersebut

disetorkan ke rekening kas umum daerah.

Masalah pada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dalam hal penyertaan

modal yang dilakukan pemerintah daerah harus menggunakan Perda sebagai payung

hukumnya. Namun, Ranperda yang diajukan terlalu lama dibahas di DPRD sehingga

dapat menghambat penyertaan modal pada PT. Bank Sumut. Pemerintah Daerah

harus mematuhi ketentuan tersebut sesuai dengan Undang-Undang No. 13 Tahun

1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah. Adanya unsur

kepercayaan antara Pemerintah Daerah dan PT. Bank Sumut dalam hal penyertaan

117 Peraturan Daerah Kabupaten Dairi No. 11 Tahun 2008 tentang Penambahan Penyertaan

Modal Daerah pada PT. Bank Sumut, Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Tahun 2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 133.

118 Pasal 2 ayat (3), Peraturan Daerah Kabupaten Dai ri No. 11 Tahun 2008 tentang Penambahan Penyert aan Modal Daerah pada PT. Bank Sumut, Ibid.

119 Pasal 5, Ibid. 120 Pasal 6 ayat (1), Ibid.

Page 70: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

70

modal disebabkan karena langkah yang diambil Pemda tersebut aman dalam konteks

investasi. Aman maksudnya adalah Pemda tidak perlu takut kehilangan dana

daerahnya karena PT. Bank Sumut membelikannya ke Surat Berharga dengan

mendapatkan selisih keuntungan dari deviden yang dikeluarkan. 121 Hal tersebut dapat

dilihat pada Laporan Perhitungan Laba Rugi Periode 1 Januari – 30 September 2010

dan 2009 di bawah ini :

Tabel 2. Laporan Perhitungan Laba Rugi Periode 1 Januari – 30 September 2010 dan 2009

Sumber : Laporan Keuangan PT. Bank Sumut Bulan September 2010,

http://www.banksumut.com/laporan.php., diakses pada 13 April 2011.

121 Pemda tidak perlu takut kehilangan dana daerahnya maksudnya adalah jika Pemerintah

Daerah menempatkan pada pembangunan sarana tempat wisata misalnya akan membutuhkan waktu yang panjang untuk penerimaan kembali. Hal inilah yang menjadikan penyertaan modal pada PT.Bank Sumut menjadi alternatif yang dipilih oleh Pemerintah Daerah.

POS-POS 30 September. 2010 30 September. 2009

1. Pendapatan Bungaa. Rupiah 1.238.718 1.061.443 b. Valuta Asing - -

2. Beb an Bungaa. Rupiah 372.520 306.789 b. Valuta Asing - - Pendapatan (Beban) Bunga bersih 866.198 754.654

1. Pendapatan Operasional Selain Bungaa. Peningkatan nilai wajar aset keuangan (mark to market )

i . Surat Berharga 8.851 11.981 i i. Kredit - - i ii. Spot dan Derivatif - - i v. Aset Keuangan Lainnya - -

b. Penurunan ni la i wajar kewaj iban keuangan (mark to market ) - - c. Keuntungan penjualan aset keuangan

i . Surat Berharga 5.945 - i i. Kredit - - i ii. Aset Keuangan Lainnya - -

d. Keuntungan t ransaksi spot dan derivatif (realised ) - - e. Dividen, keuntungan dari penyertaan dengan equity method , 8.308 22.580

komisi/prov isi/ fee dan administ rasif . Koreksi atas cadangan kerugian penurunan n ilai, penyisihan 125.974 -

penghapusan aset non produktif, dan peny isihan penghapusan t ransaksirekening administratif

g. Pendapatan Lainnya 49.948 40.425

B. Pendapatan dan Beban Operasion al selain Bunga

(dalam jutaan rupiah)No.

PENDAPATAN DAN BEB AN OPERASIONALA. Pen dapatan dan Beban Bunga

Page 71: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

71

Maksud Tabel 2 tentang Laporan Perhitungan Laba Rugi Periode 1 Januari –

30 September 2010 dan 2009 adalah untuk mengetahui usaha yang dijalankan

PT.Bank Sumut dalam mengembangkan dana yang disertakan oleh Pemerintah

Provinsi, Kabupaten/Kota. Hasil yang didapat adalah setelah menerima pendapatan

melalui penyertaan modal yang dilakukan Pemerintah Daerah selanjutnya PT. Bank

Sumut membelikannya ke surat-surat berharga ataupun melakukan penempatan ke

bank-bank lain untuk mencari keuntungan. Adapun yang dilakukan selain dari

pembelian surat berharga dan penempatan dana ke bank lain, PT. Bank Sumut juga

menjual surat-surat berharga seperti Garansi Bank, cek, giro, dan lain sebagainya. 122

3. Penggunaan dan Pengurusan Bank Pembangunan Daerah

PT. Bank Sumut dipimpin oleh suatu Direksi di bawah pimpinan suatu Badan

Pengawas. Badan pengawas di dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas disebut dengan Komisaris. Badan pengawas terdiri dari 3 (tiga)

orang, dan salah satu komisaris tersebut dinamakan Komisaris Utama. Pada bagian

pengurus perusahaan disebut dengan direksi yang terdiri dari 4 (orang) dan dipimpin

oleh salah satunya disebut Direktur Utama (Presiden Direktur). Seluruh Komisaris

dan Direksi adalah Warga Negara Indonesia.123

Pemberhentian dan pengangkatan direksi maupun komisaris pada PT. Bank

Sumut harus meminta persetujuan dari Kepala Daerah selaku Pemegang Saham

122 Bank Sumut, ”Info Saham”, Op.cit. 123 Komisaris adalah Badan Pengawas dan Pengurus Perusahaan adalah Direksi adalah sesuai

dengan Pasal 11 Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan -Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

Page 72: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

72

melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).124 Pemberhentian juga dapat

diajukan atas permintaan sendiri, melakukan tindakan yang merugikan bank,

melakukan tindakan atau sikap yang bertentangan dengan kepentingan negara. 125

Komisaris dalam hal ini disebut Badan Pengawas yang bertanggung jawab kepada

Kepala Daerah apabila Direksi diduga melakukan tindakan atau sikap yang

bertentangan dengan kepentingan daerah. Atas dugaan yang diajukan secara tertulis

tersebut Kepala Daerah dapat memberhentikan untuk sementara anggota Direksi yang

bersangkutan.126

Pemberitahuan sementara tersebut dilakukan juga secara tertulis kepada

Direksi yang bersangkutan disertai dengan alasa-alasan yang menyebabkan tindakan

tersebut.127 Anggota Direksi yang bersalah tersebut diberikan kesempatan untuk

membela diri pada sidang yang khusus diadakan untuk itu oleh Badan Pengawas

sebagai Komisaris dalam waktu satu bulan sejak anggota Direksi tersebut diberitahu

tentang pemberhentian sementara.128 Pada sidang tersebut dihadiri Kepala Daerah

sebagai Pemegang Saham dan atas permintaan Pemegang Saham dapat pula dihadiri

oleh anggota-anggota Pemerintah Harian dan/atau anggota-anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).129 Badan Pengawas sebagai Komisaris juga

124 Pasal 94 ayat (1), Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 125 Pasal 12 ayat (1), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan -Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah. 126 Pasal 12 ayat (2), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan -Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah. 127 Pasal 12 ayat (3), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan -Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah. 128 Pasal 12 ayat (4) huruf a. dan c., Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah. 129 Pasal 12 ayat (4) huruf b., Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

Page 73: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

73

hadir dan memutuskan pembatalan pemberhentian sementara juga memberitahukan

secara tertulis mengenai hasil dari sidang tersebut kepada Pemegang Saham dalam

hal ini adalah Kepala Daerah.130 Jika Kepala Daerah tidak mengambil keputusan

dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kalender sejak tanggal sidang tersebut

maka dengan sendirinya pemberhentian sementara itu menjadi batal demi hukum,

begitu juga jika Badan Pengawas dalam jangka waktu 1 (satu) bulan setelah

pemberhentian sementara itu diberitahukan kepada Direksi keputusan pemberhentian

sementara tersebut akan menjadi batal demi hukum.131

Jika keputusan Kepala Daerah memuat pemberhentian, anggota Direksi yanag

bersangkutan dapat meminta banding secara tertulis disertai dengan alasan-alasan

dalam waktu 2 (dua) minggu setelah pemberitahuan diterima kepada Menteri

Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah (dalam hal ini Menteri Dalam Negeri).

Keputusan diambil setelah mendengar kebijakan ataupun masukan dari Gubernur

Bank Indonesia dalam waktu 2 (dua) bulan sejak surat banding diterima. 132 Putusan

Menteri atas keberatan tersebut mengikat semua pihak yang bersangkutan. 133

Pemberhentian tersebut dapat dilakukan secara tidak hormat oleh Menteri Dalam

130 Pasal 12 ayat (4) huruf d., Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah. 131 Pasal 12 ayat (4) huruf e. dan ayat (5)., Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 t entang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah. 132 Pasal 12 ayat (6) huruf a., Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah. 133 Pasal 12 ayat (6) huruf b., Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

Page 74: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

74

Negeri jika terbukti telah melanggar ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana dan atau ketentuan pidana lainnya.134

Keanggotaan Direksi Bank Pembangunan Daerah tidak boleh memiliki

hubungan keluarga sampai dengan derajat ketiga, baik menurut garis lurus maupun

garis kesamping, termasuk menantu dan ipar. Jika sesudah pengangkatan ternyata

Direksi diketahui mempunyai hubungan tersebut maka harus mendapatkan izin dari

Kepala Daerah yang bersangkutan dan anggota Direksi tidak boleh rangkap jabatan

tanpa ada persetujuan tertulis dari Kepala Daerah.135 Hal ini dikarenakan Direksi

mewakili Bank di dalam maupun di luar Pengadilan. Direksi juga dapat memberikan

kuasa kepada anggota Direksi lainnya atau kepada staff pegawai bank baik sendir i

ataupun bersama-sama atau kepada orang dan badan hukum lainnya untuk mengurusi

masalah Pengadilan atau masalah lain yang berkaitan dengan pengurusan

perusahaan.136

Kebijaksanaan Bank dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh Direksi menurut

kebijaksanaan umum yang digariskan oleh Badan Pengawas sebagai Komisaris.

Kebijaksanaan umum tersebut biasanya disebut dengan Anggaran Dasar Rumah

Tangga (ADRT) Perusahaan yang disesuaikan dengan Undang-Undang No. 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas. ADRT Perusahaan tadi harus juga diberitakan

134 Pasal 12 ayat (7), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan -Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah. 135 Pasal 13, Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 t entang Ketentuan -Ketentuan Pokok Bank

Pembangunan Daerah. 136 Pasal 14, Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 t entang Ketentuan -Ketentuan Pokok Bank

Pembangunan Daerah.

Page 75: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

75

dalam Berita Negara Republik Indonesia (BNRI) yang disahkan oleh Menteri Hukum

dan Hak Azasi Manusia (Menkumham).137

Hubungan antara pengaturan Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah dengan Undang-Undang

No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah bahwa Undang-Undang No. 13

Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah sudah

tidak digunakan lagi dalam hal pengaturan di dalam PT. Bank Sumut sejak

dikeluarkannya Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999

tentang Perubahan Nama Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara ke PT. Bank

Sumut. Perubahan bentuk badan hukum tersebut adalah demi mengikuti globalisasi

ekonomi dunia. Ketentuan Bank Pembangunan Daerah sudah tidak sesuai lagi dengan

perkembangan dunia usaha perbankan. Setelah melakukan riset penelitian terhadap

Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank

Pembangunan Daerah didapat hasil bahwa adanya ketentuan tersebut tidak

mengakomodir kebutuhan PT. Bank Sumut itu sendiri mengikuti perkembangan

perusahaan yang begitu pesat. Menurut penelitian Didi Duharsa mengenai peranan

reorganisasi PT. Bank Sumut untuk menghindari pembubaran didapat bahwa program

rekapitalisasi perbankan yang telah dilaksanakan ternyata telah berhasil

menyehatkana PT. Bank Sumut.138

137 Pasal 15, Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 t entang Ketentuan -Ketentuan Pokok Bank

Pembangunan Daerah. 138 Didi Duharsa, “ Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari

Pembubaran : Studi Pada PT. Bank Sumut”, (Medan : Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2009), hal. 119.

Page 76: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

76

4. Tanggung Jawab dan Tuntutan Ganti Rugi Pegawai

Tanggung jawab dan tuntutan ganti rugi pegawai diatur dalam Pasal 17

Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank

Pembangunan Daerah. Pasal 17 menyatakan bahwa139 :

(1) “Presiden Direktur dan para Direktur dalam kedudukannya sebagai anggota Direksi serta semua pegawai Bank, yang karena tindakan-tindakan melawan hukum, peraturan Bank atau ketentuan-ketentuan Badan Pengawas, atau yang karena kelalaian kewajiban dan tugas yang dibebankan kepada mereka, dengan langsung ataupun tidak langsung telah menimbulkan kerugian bagi Bank, diwajibkan mengganti kerugian tersebut.

(2) Ketentuan-ketentuan tentang tuntutan ganti rugi terhadap pegawai Daerah berlaku sepenuhnya terhadap Bank”.

Direksi Bank Pembangunan Daerah disebut dengan organ perseroan. Apabila

dalam melakukan pekerjaannya, Bank mengalami kerugian yang disebabkan oleh

pekerjaannya itu maka Direksi tersebut harus dan wajib mengganti seluruh kerugian

yang diderita Bank. Namun, prinsip Business Judgement Rules sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 97 ayat (5) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas dapat dipakai untuk pembelaan Direksi yang menyebabkan

kerugian tersebut apabila dalam hal ini140 :

a. “Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian

untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik laingsung maupun tidak

langsung atas tindakan pengurusan yagn mengakibatkan kerugian; dan d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya

kerugian tersebut”.

139 Pasal 17, Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 t entang Ketentuan -Ketentuan Pokok Bank

Pembangunan Daerah. 140 Pasal 97 ayat (5), Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Page 77: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

77

Benar adanya bahwa pengaturan Bank Pembangunan Daerah (dalam hal ini

PT. Bank Sumut) berdiri atas Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah tapi untuk pengaturan yang

tidak diatur dalam peraturan tersebut dapat dilihat pada Undang-Undang No. 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

5. Rapat Pemilik Saham

Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah, Rapat Umum Pemegang Saham (yang disebut

RUPS dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas).

Namun dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah disebut Rapat Pemilik Saham. Seluruh tata tertib

rapat pemilik saham biasa dan saham prioritet diatur dalam Peraturan Pendirian Bank

yaitu Perda dengan mengingat petunjuk-petunjuk Gubernur Bank Indonesia sebagai

gubernur bank sentral.141 Keputusan dalam rapat pemilik saham diputuskan

berdasarkan mufakat.142

Jika kata mufakat tidak tercapai maka harus disampaikan kepada Kepala

Daerah yang bersangkutan. Kepala Daerah mengambil keputusan (jalan tengah)

dengan mendengarkan pendapat-pendapat dalam rapat terlebih dahulu dan

141 Pasal 18 ayat (1), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan -Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah. 142 Pasal 18 ayat (2), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan -Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah.

Page 78: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

78

memutuskan kebijakan dengan melaporkan ke Gubernur Bank Indonesia. 143 Jika

keputusan tersebut tidak digubris oleh Gubernur Bank Indonesia dalam jangka waktu

1 (satu) bulan maka putusan tersebut harus dilaksanakan. 144

6. Pengawasan

Badan yang bertindak sebagai pengawas pada Bank Pembangunan Daerah

disebut dengan Badan Pengawas, dalam Perseroan Terbatas disebut dengan

Komisaris. Badan Pengawas bertugas untuk menentukan garis kebijaksanaan bank.145

Ketentuan tersebut harus disetujui oleh Kepala Daerah yang bersangkutan dengan

mengingat peraturan Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah yang

ditetapkan dalam peraturan pendirian bank.146 Keanggotaan Badan Pengawas paling

sedikit adalah 3 (tiga) orang dan paling banyak 5 (lima) orang dan diantaranya

diketuai oleh Ketua Badan Pengawas,147 pada saat ini disebut Komisaris Utama.

Seluruh Badan Pengawas harus berkewarganegaraan Indonesia begitu juga

dengan Dewan Direksi.148 Pengangkatan dan pemberhentian dilakukan oleh Kepala

Daerah atas usul DPRD dari daerah yang memiliki saham prioritet (maksudnya

143 Pasal 18 ayat (3) dan (4), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah. 144 Pasal 18 ayat (5), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan -Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah. 145 Pasal 19 ayat (1), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah. 146 Pasal 19, ayat (2), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah. 147 Pasal 20 ayat (1), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan -Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah. 148 Pasal 20 ayat (2), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan -Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah.

Page 79: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

79

saham paling mayoritas).149 Masa jabatan dari Badan Pengawas adalah 3 (tiga) tahun,

namun setelah itu berakhir maka dapat diangkat kembali dengan ketentuan yang

berlaku. Pengawasan teknis dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral

Indonesia.150

7. Rencana Kerja Tahunan

Rencana kerja tahunan tidak terlepas dari tahun tutup buku. Setiap perusahaan

pastilah memiliki buku keuangan. Buku laporan keuangan tersebut ada tahun

bukunya disebut tahun takwim. Dalam Bank Pembangunan Daerah tahun buku bank

adalah tahun takwim.151 Tahun takwim adalah dari tanggal 1 Januari sampai dengan

31 Desember.152 Pada jangka waktu 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku berjalan,

Direksi diwajibkan menyampaikan sebuah rencana kerja tahunan kepada Badan

Pengawas untuk disetujui.153 Setelah diajukan, selanjutnya Badan Pengawas dapat

merubah dan dirundingkan dengan Direksi. Paling lambat 1 (satu) bulan sebelum

tahun berjalan, rencana kerja tersebut sudah sampai ke Pemerintah Pusat untuk

disahkan. Jika pemerintah mengemukakan keberatan atau menolak proyek yang

149 Pasal 20 ayat (3), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan -Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah. 150 Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843. Pasal 8, mengatakan bahwa : “ Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Bank Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut : a. menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter; b. mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; c. mengatur dan mengawasi bank”.

151 Pasal 23, Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 t entang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

152 Pasal 1, Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 t entang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740.

153 Pasal 24 ayat (1), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan -Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

Page 80: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

80

dibuat oleh Direksi dan Badan Pengawas maka rencana kerja tersebut tidak dapat

berjalan dengan semestinya.154

Rencana kerja tahunan yang ditambahkan atau dirubah yang terjadi dalam

tahun buku yang bersangkutan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari

Badan Pengawas dan baru bisa dijalankan setelah mendapat pengesahan dari

Pemerintah Pusat.155 Ada keambiguan peraturan disini, Bank Pembangunan Daerah

dalam hal ini adalah produk dari Pemerintah Daerah. Namun, tetap saja harus

meminta persetujuan pemerintah pusat. Otonomi Daerah memerintahkan agar setiap

Pemerintah Daerah berkewajiban untuk mengelola dan meningkatkan Pendapatan

Asli Daerahnya dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

8. Laporan Perhitungan Hasil Keuangan Berkala dan Kegiatan Bank

Laporan perhitungan hasil keuangan berkala dilakukan oleh Direksi kepada

Badan Pengawas, Kepala Daerah dan Pemerintah Pusat menurut cara dan waktu yang

ditentukan dalam Perda Pendirian Bank.156 Laporan keuangan terdiri dari neraca dan

perhitungan laba-rugi. Perhitungan tersebut diserahkan kepada Badan Pengawas, para

Kepala Daerah dan Pemerintah Pusat menurut cara dan waktu yang ditentukan dalam

154 Pasal 25 ayat (2) huruf a. sampai dengan huruf c., Undang-Undang No. 13 Tahun 1962

tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah. 155 Pasal 24 ayat (3), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan -Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah. 156 Pasal 25, Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 t entang Ketentuan -Ketentuan Pokok Bank

Pembangunan Daerah.

Page 81: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

81

Perda Pendirian Bank Pembangunan Daerah.157 Cara penilaian pos-pos anggaran

dalam perhitungan tahunan juga harus disebutkan dalam laporan keuangan

tersebut.158

Perhitungan Laporan Keuangan Rugi-Laba yang dibuat oleh Direksi disahkan

oleh Kepala Daerah setelah mendengar pendapat dari badan Pengawas.159 Jika dalam

jangka waktu yang telah ditentukan dalam Perda Pendirian BPD tidak ada keberatan

oleh Kepala Daerah maka laporan keuangan rugi-laba tersebut disahkan.160 Setelah

disahkan lalu Direksi diwajibkan mengumumkan kepada publik melalui surat kabar

yang mempunyai peredaran terbanyak dalam daerah usaha Bank yang bersangkutan,

seperti : Harian Waspada atau Harian Analisa.161

9. Penetapan Penggunaan Laba

Setiap perusahaan pastilah memiliki laba ataupun kerugian. Penggunaan laba

bersih setelah dikurangi dengan penyusutan terlebih dahulu, harus dikurangi juga

dengan cadangan dan pengurangan-pengurangan lain yang wajar dalam perusahaan

Bank. Menurut Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang

157 Pasal 26 ayat (1), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan -Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah. 158 Pasal 26 ayat (2), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan -Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah. 159 Pasal 26 ayat (3), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan -Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah. 160 Pasal 26 ayat (4), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan -Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah. 161 Pasal 26 ayat (5), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah.

Page 82: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

82

Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, menyebutkan penetapan

penggunaan laba, antara lain162 :

a. “Untuk dana pembangunan Daswati I yang bersangkutan 15%; b. Untuk para pemilik saham prioritet dan biasa 40% dibagi menurut

perbandingan nilai nominal saham-saham; c. Untuk cadangan umum 25%, sedangkan sisanya dipisahkan untuk

disumbangkan dana pensiun dan sokongan pegawai, pendidikan dan jasa produksi yang jumlah persentasenya masing-masing ditentukan dalam peraturan pendirian Bank”.

Dana pembangunan Daswati I maksudnya adalah pemerintah provinsi. Dalam

konteks PT. Bank Sumut adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara itu sendiri.

Untuk dapat melihat penerimaan Pemprovsu dapat dilihat di Dinas Pendapatan

Provinsi Sumatera Utara ataupun laporan keuangan laba-rugi PT. Bank Sumut pada

tahun berjalan. Pada Februari 2010, laba sebelum Pajak Rp. 130,8 miliar, kredit Rp.

8,4 triliun dan DPK Rp. 9,5 triliun dengan total aset Rp. 11 triliun.163 Laba dari saham

prioritet dimasukkan dalam dana pembangunan daerah yang memiliki saham

prioritet.164 Pada cadangan yang diam dan atau rahas ian tidak boleh diadakan. Cara

mengurus dan menggunakan dana penyusutan dan cadangan tujuan diatur dalam

peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah Tingkat I yaitu Gubernur Sumatera

Utara setelah mendengar pendapat dari Badan Pengawas selaku Komisaris.165

Mengenai dana cadangan umum disimpan untuk pembayaran pensiun dan

tunjangan lainnya. Pensiun dan tunjangan tersebut diberikan kepada staff dan

162 Pasal 27 ayat (1), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan -Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

163 Media SMS, “ Kinerja PT. Bank Sumut Meningkat”, http://media-sms.com/?p=112., diakses pada 15 April 2011.

164 Pasal 27 ayat (2), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan -Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

165 Pasal 27 ayat (3) dan (4), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

Page 83: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

83

karyawan Bank Pembangunan Daerah. Pengelolaan dana cadangan tersebut dilakukan

oleh Bank Pembangunan Daerah itu sendiri.

10. Pembubaran

Pembubaran Bank Pembangunan Daerah dan penunjukan likuidatornya

ditetapkan dalam Perda Tingkat I yang bersangkutan.166 Sisa kekayaan bank setelah

dilikuidasi akan dibagikan kepada para pemilik saham prioritet dan saham biasa

menurut perbandingan nilai nominal saham-saham tersebut.167 Pertanggung jawaban

Likuidator dalam hal likuidasi dilakukan kepada Kepala Daerah yang memberikan

pembebasan tanggung jawab tentang pekerjaan ayng telah diselesaikan oleh

Likuidator.168

Di dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

juga diatur mengenai Likuidasi dalam hal pembubaran perseroan yang diatur dalam

Pasal 142 ayat (2) yang menyatakan bahwa :

“Dalam hal terjadi pembubaran Perseroan sebagaimana dimaksud ayat (1) : a. Wajib diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh Likuidator atau

Kurator; dan b. Perseroan yang tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali

diperlukan untuk membereskan semua urusan Perseroan dalam rangk Likuidasi”.

166 Pasal 28 ayat (1), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan -Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah. 167 Pasal 28 ayat (2), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan -Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah. 168 Pasal 28 ayat (3), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan -Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah.

Page 84: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

84

Nama perusahaan yang dilikuidasi akan berubah menjadi Perseroan Terbatas

Dalam Likuidasi. Kata “Dalam Likuidasi” harus disertakan dalam setiap surat yang

keluar pada stempelnya.169 Pembubaran perseroan terjadi karena :

a. “Berdasarkan keputusan RUPS; b. Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar

telah berakhir; c. Berdasarkan penetapan pengadilan; d. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan keputusan pengadilan niaga

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan;

e. Karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang; dan

f. Karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan melakukan Likuidasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan”.

Pada ketentuan Bank Pembangunan Daerah dan ketentuan Perseroan Terbatas

ternyata proses pembubaran harus melalui tahapan likuidasi. Likuidasi tersebut

dilaksanakan oleh Likuidator. Likuidator tetap ditunjuk oleh Pemegang Saham. Jika

pada BPD ditetapkan oleh Perda dari Gubernur, sedangkan pada Perseroan Terbatas

ditetapkan dalam Keputusan RUPS terdapat dalam Risalah Rapat dan dibuat di depan

Notaris.

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri tahun 1967 tidak ada yang mengatur

mengenai perubahan Bentuk Badan Hukum dari Bank Pembangunan Daerah

Sumatera Utara ke Perseroan Terbatas Bank Pembangunan Daerah Sumatera

169 Pasal 143 ayat (2), Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Page 85: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

85

Utara.170 Adapun Permendagri yang mengatur mengenai badan hukum bank

pembangunan daerah adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1998

tentang Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah.

Pada dasarnya peraturan ini memerintahkan Pemerintah Provinsi untuk

mengubah bentuk badan hukum perusahaan daerah dari Perusahaan Daerah Bank

Pembangunan Daerah Sumatera Utara menjadi PT. Bank Pembangunan Daerah

Sumatera Utara. Perintah tersebut dituangkan di dalam Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank

Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan

Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara.171

Perda Provsu No. 2 Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank

Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan

Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, disahkan oleh Menteri

Dalam Negeri dengan Surat Keputusan No. 584.22-306 pada tanggal 12 April 1999.

Konsekuensi hukumnya adalah bahwa pengaturan perusahaan PT. Bank Sumut harus

berpijak pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas juga

dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan karena PT. Bank

Sumut bergerak di bidang usaha perbankan. Konsekuensi selanjutnya adalah nama

Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara berubah resmi menjadi PT. Bank Sumut.

170 Kementerian Dalam Negeri, “ Katalog Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, dan

Instruksi Menteri Dalam Negeri Dari Tahun 1950 s.d. 2010 Dengan Status/Aspek Legalitasnya”, (Jakart a : Pusdatinkomtel, April 2010), hal. 20-27.

171 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 t entang Perubahan Bentuk Badan Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Tbk., Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Tahun 1999 Nomor 47.

Page 86: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

86

Lalu bentuk perusahaan juga berubah dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan

Terbatas. Jika hanya Perusahaan Daerah maka akan sulit untuk berkembang

sedangkan jika menggunakan Perseroan Terbatas akan cepat berkembang karena

tidak terbatas oleh batas-batas wilayah kekuasaan Pemerintah Daerah.

d. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1999 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal BPD Dalam Rangka Program Rekapitalisasi Bank Umum, termasuk Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara

Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1999 tentang Penyertaan Modal Negara

Republik Indonesia ke dalam Modal Bank Pembangunan Daerah D.I. Aceh, BPD

Sumut, BPD Bengkulu, BPD Lampung, BPD DKI Jakarta, BPD Jateng, BPD, Jatim,

BPD Kalbar, BPD Sulut, BPD Maluku, BPD NTB, dan BPD NTT dalam rangka

Program Rekapitalisasi.172 Pada dasarnya peraturan pemerintah itu merupakan

turunan dari Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan

Pokok Bank Pembangunan Daerah.

Pada Pasal 2 ayat (2) huruf b., ketentuan ini menyebutkan besaran penyertaan

modal yang dilakukan oleh Negara kepada BPD Sumatera Utara, yaitu :

Rp.302.871.000.000,- (tiga ratus dua miliar delapan ratus tujuh puluh satu juta

rupiah).173 Penetapan besaran penyertaan modal ini disesuaikan dengan kemampuan

172 Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1999 tentang Penyert aan Modal Negara Republik

Indonesia ke dalam Modal Bank Pembangunan Daerah D.I. Aceh, BPD Sumut, BPD Bengkulu, BPD Lampung, BPD DKI Jakarta, BPD Jateng, BPD, Jatim, BPD Kalbar, BPD Sulut, BPD Maluku, BPD NTB, dan BPD NTT dalam rangka Program Rekapitalisasi, Lembaran Negara Republik Indonesi a Tahun 1999 Nomor 79.

173 Pasal 2 ayat (2) huruf b., Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1999 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dal am Modal Bank Pembangunan Daerah D.I. Aceh, BPD

Page 87: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

87

daerah masing-masing. Berdasarkan ketentuan peraturan pemerintah inilah

berikutnya dikeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang mengatur

mengenai penyertaan modal. Lain halnya mengenai divestasi dan tata cara penyertaan

modal yang dilakukan ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan. 174

e. Peraturan Daerah Mengenai Penyertaan Modal (Perda Provsu No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara)

Pada Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang

Penyertaan Modal PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara mengatur

mengenai tujuan dari penyertaan modal, asal dana, dan pengelolaan dana yang

disertakan.175

Adapun tujuan dari penyertaan modal menurut Perda ini diatur dalam Pasal 2,

yang menyebutkan bahwa :

“Penyertaan Modal bertujuan : a. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dalam rangka penyelenggaraan

Pemerintah Daerah dan Kesejahteraan masyarakat Sumatera Utara; b. Meningkatkan kemampuan PT. Bank Sumut dalam rangka perluasan

usaha guna meningkatkan perekonomian; c. Memenuhi ketentuan modal PT. Bank Sumut sebagaimana diatur

dalam peraturan perundang-undangan”.

Sumut, BPD Bengkulu, BPD Lampung, BPD DKI Jakarta, BPD Jateng, BPD, Jatim, BPD Kalbar, BPD Sulut, BPD Maluku, BPD NTB, dan BPD NTT dalam rangka Program Rekapitalisasi.

174 Pasal 3, Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1999 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal B ank Pembangunan Daerah D.I. Aceh, BPD Sumut, BPD Bengkulu, BPD Lampung, BPD DKI Jakarta, BPD Jateng, BPD, Jatim, BPD Kalbar, BPD Sulut, BPD Maluku, BPD NTB, dan BPD NTT dalam rangka Program Rekapitalisasi.

175 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 16.

Page 88: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

88

Peningkatan PAD dilakukan dengan cara penyaluran kredit yang dilakukan

oleh PT.Bank Sumut. Namun, penyaluran kredit masih bisa dikatakan belum tercapai

ke seluruh lapisan masyarakat. Karena pihak Bank hanya mengeluarkan kredit kepada

kreditur-kreditur yang mampu saja dalam hal keuangan, tidak kepada kreditur-

kreditur yang benar-benar membutuhkan. Persyaratan pengajuan kredit sudah diatur

dalam Peraturan Bank Indonesia yang berlaku kepada semua Bank. Persyaratan

tersebut haruslah dengan syarat usaha sudah berjalan selama 2 (dua) tahun atau lebih.

Namun, yang menjadi polemik di dalam masyarakat adalah bahwa harus ada agunan

berupa sertifikat kendaraan ataupun sertifikat tanah. Bagaimana dengan kreditur yang

sama sekali tidak punya harta untuk diagunkan, dan tidak punya usaha yang sudah

berjalan karena usahanya baru akan dibuat pada saat pencairan kredit dilakukan.

Tentu saja hal ini ada yang pro dan ada yang kontra. Namun, untuk lebih jelasnya hal

ini dapat dikaji pada penelitian selanjutnya yang membahas mengenai kredit

masyarakat.

Pada pembahasan ini hanya dikaji masalah penyertaan modal saja, jadi tidak

dengan hal-hal lain yang tidak terkait dengan penyertaan modal. Dengan demikian,

penyertaan modal menurut ketentuan Perda ini, hanya diatur pada Pasal 2, Pasal 3,

dan Pasal 4. Pada Pasal 3 mengatur mengenai sumber dana penyertaan modal yang

berasal dari : a. dana bagi hasil dari penerimaan PBB; b. dividen pada PT. Bank

Sumut; c. dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Pada Pasal 4 mengatur

mengenai penyertaan modal yang dilakukan harus berdasarkan RUPS.

Pasal 4 Perda ini sejalan dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas yang mengatakan bahwa penambahan modal harus dilakukan

Page 89: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

89

berdasarkan RUPS. Pada dasarnya RUPS adalah meminta persetujuan dari Pemegang

Saham.

C. Hierarki Peraturan Perundang-Undangan Tentang Penyertaan Modal Pempropsu Pada PT. Bank Sumut

Sejak awal para pendiri bangsa (founding fathers) telah menyadari bahwa

Indonesia sebagai suatu kolektivitas politik tidak memiliki modal yang cukup untuk

melaksanakan pembangunan ekonomi, sehingga Negara yakni Pemerintah

mengambil peranan yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi.176 Hal ini secara

eksplisit diatur dalam Pasal 33 Ayat (2) dan (3) Undang-Undang Dasar 1945, yang

berbunyi sebagai berikut :

(2) “Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Dalam kaitannya di atas, dirasa perlu untuk meningkatkan seluruh kekuatan

ekonomi nasional baik melalui regulasi sektoral maupun kepemilikan Negara

terhadap unit-unit usaha tertentu dengan maksud untuk memberikan manfaat sebesar-

besarnya bagi kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, selama Pasal 33 Undang-Undang

Dasar 1945 Negara Republik Indonesia masih tercantum dalam konstitusi maka

selama itu pula keterlibatan pemerintah dalam perekonomian Indonesia masih

176 Sumi Fratiwi, “ Aspek Hukum Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan

Usaha Milik Negara”, (Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2010), hal. 18.

Page 90: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

90

diperlukan.177 Dalam hal penyertaan modal yang dilakukan pemerintah juga berpijak

dari Pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 ini.

Selanjutnya diatur lagi berdasarkan Pasal 5 ayat (1) bahwa “Presiden

mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat”, dan Pasal

20 ayat (1) yang menyatakan bahwa “Dewan Perwakilan Rakyat memegang

kekuasaan membentuk undang-undang”. Berdasarkan kedua pasal yang disebutkan

tadi, maka diundangkanlah Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah sebagai landasan berpijak dari Bank

Pembangunan Daerah yang ada di setiap daerah wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Banyak sekali peraturan mengenai Bank Pembangunan Daerah ini. Contohnya

mengenai pengelolaan asetnya diatur dalam peraturan pemerintah, selanjutnya

keputusan menteri keuangan mengatur tentang tata cara penyetoran penyertaan modal

bank. Untuk tidak membingungkan mengenai hierarki peraturan perundang-undangan

tentang penyertaan modal pada PT. Bank Sumut dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah

ini mengenai daftar peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Bank

Pembangunan Daerah :

177 Ibid.

Page 91: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

91

Tabel 3. Daftar Peraturan Perundang-Undangan Terkait Dengan PT. Bank Sumut

NO NAMA PERATURAN DIGUNAKAN UNTUK

1. Pancasila & UUD 1945, Pasal 33 Landasan sistem perekonomian di Indonesia yang menggunakan sistem ekonomi Pancasila

2. Undang-Undang No. 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah

Bentuk Bank Pembangunan Daerah berbadan hukum Perusahaan Daerah

3. Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah

Dasar pijakan dari berdirinya Bank Pembangunan Daerah

4. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

Tata kelola perusahaan yang bergerak dalam bidang perbankan

5. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dasar pijakan Pemerintah Daerah untuk mengeluarkan Peraturan Daerah

6. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

Pengawasan PT. Bank Sumut yang dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai Bank Sentral

7. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

Memerintahkan kepada Pemerintah Daerah agar menyimpan Kas Daerah di PT. Bank Sumut

8. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Pengelolaan PT. Bank Sumut berdasarkan Undang-Undang ini karena UU 13/1962 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan perusahaan sekarang ini

9. Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara

Mengatur tentang tata cara menyert akan modal pemerintah kepada PT. Bank Sumut

10. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1999 tentang Penyertaan Modal Negara RI ke dalam modal semua BPD di Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam Rangka Program Rekapitalisasi

Perintah untuk menyertakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ke Bank Pembangunan Daerah dalam hal ini adalah PT.Bank Sumut

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BPD

Merubah bentuk hukum BPDSU menjadi PT.Bank Sumut barulah dikeluarkan Perda

12. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Hukum BPDSU kepada PT. Bank Sumut

Merubah badan hukum BPDSU dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas

13. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 11 Tahun 2005 tentang Penyisihan Sebagian Hasil PBB Sebagai Penyertaan Modal PT. Bank Sumut

Sumber lain penyertaan modal PT. Bank Sumut berasal dari bagi hasil pendapatan PBB sebagai penerimaan daerah Sumatera Utara

14. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal pada PT. Bank Sumut

Melihat anggaran yang disiapkan Pemerintah Daerah kepada PT. Bank Sumut

Sumber : Website Resmi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.

Page 92: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

92

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan, jenjang-jenjang tersebut adalah sebagai berikut 178 :

a. ”UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; c. Peraturan Pemerintah; d. Peraturan Presiden; e. Peraturan Daerah”.

Pancasila adalah sebagai Norma Dasar (grundnorm) dalam Teori Stufenbau,

memperlihatkan bahwa seluruh sistem hukum mempunyai suatu struktur piramidal,

mulai dari yang abstrak (ideologi negara dan undang-undang dasar) sampai yang

konkret (peraturan-peraturan yang berlaku).179 Dalam hal kedudukan Akta Notaris

disini adalah hanya sebagai legalitas bahwa perusahaan tersebut berbentuk badan

hukum. Akta Pendirian harus disahkan di Pengadilan Negeri untuk selanjutnya

mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM agar diumumkan dalam

Lembaran Berita Negara Republik Indonesia.

Pada Pasal 12, Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan menyebutkan bahwa180 :

”Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi”.

178 Pasal 7 ayat (1), Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389.

179 Theo Huijbers, Filsafat Hukum, (Yogjakarta : Kanisius, 1995) hal. 44. 180 Pasal 12, Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

Undangan.

Page 93: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

93

Jadi, berdasarkan ketentuan di atas, seharusnya Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara pada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara tidak diatur

mengenai tata cara penyertaan modal. Cara tersebut sebaiknya diatur lebih konkrit.

Pengaturan mengenai penyertaan modal yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara kepada PT. Bank Sumut jika ditinjau oleh Stufenbau Theory adalah

bahwa pengaturan tersebut belum berdasarkan The General System Theory (Hukum

itu harus sistematis dan hierarkis). Kebijakan PT. Bank Sumut harus berdasarkan

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas karena Undang-

Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan

Daerah sudah tidak mengikuti perkembangan zaman lagi.

Dengan kata lain, dasar pembentukan PT. Bank Sumut yang berdasarkan

Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank

Pembangunan Daerah sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan perusahaan

sekarang ini. Jadi, harus mengikuti Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas baik itu pengaturan mengenai kebijakan dividennya maupun

mengenai pengaturan pengambilan kebijakan dari direksi yang harus berdasarkan atas

RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Adapun pembagian dividen PT. Bank

Sumut adalah disebut dengan pembagian dividen interim.181

Pembagian dividen interim PT. Bank Sumut kepada Pemprovsu harus

dimasukkan di dalam Anggaran Dasar Rumah Tangga (ADRT) PT. Bank Sumut. Hal

181 Pasal 72 ayat (1), Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 t entang Perseroan Terbatas,

mengatakan bahwa : “ Perseroan dapat membagikan dividen interim sebelum tahun buku Perseroan berakhir sepanjang diatur dalam anggaran dasar Perseroan”.

Page 94: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

94

ini dilakukan demi kemaslahatan masyarakat banyak karena dividen interim tersebut

disetorkan ke Kas Daerah agar dapat digunakan untuk pembangunan oleh Pemprovsu.

Pembagian dividen secara interim maksudnya adalah bahwa PT. Bank Sumut dapat

mencicil pembagian dividen kepada Pemprovsu secara menyicil. Penarikan dividen

interim tersebut juga tidak perlu mengadakan RUPS karena cukup dengan Surat

Keputusan Direksi saja dengan persetujuan dari Dewan Komisaris.182

182 Pasal 72 ayat (4), Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Page 95: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

95

BAB III

TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DALAM PENYERTAAN MODAL PADA PT. BANK SUMUT

Mengenai tanggung jawab maka pembahasan selanjutnya adalah mengenai

hak dan kewajiban. Baik itu Pemerintah Daerah maupun PT. Bank Sumut itu sendiri.

Dengan kata lain, jika ada hak dan kewajiban Pemerintah Daerah maka ada juga hak

dan kewajiban PT. Bank Sumut. Selain itu, juga akan dibahas mengenai hubungan

antara Bank Pembangunan Daerah dan Perekonomian Daerah. Eksistensi PT. Bank

Sumut banyak mendapat sorotan dari sejumlah pihak. Persoalan intinya adalah Bank

Pembangunan Daerah dinilai tidak dapat menjadi instrumen bagi peningkatan

pembangunan ekonomi di daerah. Indikasinya adalah tingginya penempatan dana

BPD dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Padahal, dana BPD tersebut

umumnya berasal dari Pemerintah Daerah (Pemda) dan dana Pemda tersebut sebagian

merupakan dari alokasi dari APBN.183

Kaitan BPD dengan Pemerintah Daerah adalah dalam hal Peningkatan Asli

Daerah (PAD) dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Sistem pemerintahan

Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas

pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Untuk mewujudkan

pelaksanaan asas desentralisasi tersebut maka dibentuklah daerah otonom yang

terbagi dalam daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kotamadya yang bersifat

otonom sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang No. 32 Tahun

183 Sunarsip, “Relasi Bank Pembangunan Daerah dan Perekonomian Daerah”, Harian

Republika, Rabu 09 Januari 2008, Rubrik Pareto, hal. 16.

Page 96: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

96

2004 tentang Pemerintah Daerah.184 Menurut Pasal 1 angka 6 dalam ketentuan

tersebut dirumuskan bahwa : ”Daerah Otonom”, adalah kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus

urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pengertian daerah otonom dimaksud agar daerah yang bersangkutan dapat

berkembang sesuai dengan kemampuannya sendiri yang tidak bergantung kepada

pemerintah pusat, oleh karena itu daerah otonom harus mempunyai kemampuan

sendiri untuk menguru dan mengatur rumah tangganya sendiri melalui sumber-

sumber pendapatan yang dimiliki. Hal ini meliputi semua kekayaan yang dikuasai

oleh daerah dengan batas-batas kewenangan yang ada dan selanjutnya digunakan

untuk membiayai semua kebutuhan dalam rangka penyelenggaraan urusan rumah

tangganya sendiri. Jadi agar daerah dapat menjalankan kewajibannya dengan sebaik-

baiknya perlu ada sumber pendapatan daerah, sesuai dengan apa yang dikatakan

Soedjito yaitu185 :

”Semakin besar keuangan daerah, semakin besar pulalah kemampuan daerah untuk menyelenggarakan usaha-usahanya dalam bidang keamanan, ketertiban umum, sosial, budaya dan kesejahteraan pada umumnya bagi wilayah dan penduduknya, atau dengan kata lain semakin besarlah kemampuan daerah untuk memberikan pelayanan umum kepada masyarakat”.

184 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. 185 Soedjito dalam Elita Dewi, “ Identifikasi Sumber Pendapatan Asli Daerah Dalam Rangka

Pelaksanaan Otonomi Daerah”, (Medan : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, 2002), hal. 1.

Page 97: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

97

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan penyelenggaraan

otonomi daerah, seperti yang dikemukakan Ibnu Syamsi sebagai ahli hukum

administrasi negara dalam bukunya Pengambilan Keputusan sebagai berikut186 :

”faktor-faktor tersebut adalah kemampuan struktural organisasinya, kemampuan aparatur daerah, kemampuan mendorong partisipasi masyarakat dan kemampuan keuangan daerah, diantara faktor-faktor tersebut, faktor keuangan merupakan faktor essensial untuk mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya”

Dikatakan demikian, karena pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan

bertanggungjawab harus didukung dengan tersedianya dana guna pembiayaan

pembangunan. Maka daerah otonom diharapkan mempunyai pendapatan sendiri

untuk membiayai penyelenggaraan urusan rumah tangganya, hal ini sejalan dengan

pendapat Suparmi Pamudji, ahli hukum tata negara, yang menyatakan187 :

”Pemerintah Daerah tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan, keuangan inilah merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam urusan rumah tangganya sendiri”.

Pendapat di atas juga didukung oleh D. J. Mamesah sebagai ahli hukum tata

negara, yaitu188 :

”Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengna uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh

186 Ibnu Syamsi, Pengambilan Keputusan (Decision Making), Cet akan Pertama, (Jakart a :

Bina Aksara, 1989). 187 Suparni Pamudji, Pelaksanaan Azas Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Dalam Sistem

Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, Cetakan Pertama, (Jakarta : Yayasan Karya Dharma, 1984).

188 D. J. Mamesah, Sistem Administrasi Keuangan Daerah, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995).

Page 98: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

98

negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Sejalan dengan pemberian urusan kepada daerah termasuk sumber

keuangannya, maka bunyi Pasal 157 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah dicantumkan sumber-sumber pendapatan daerah terdiri atas 189 :

a. ”Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu : 1. Hasil Pajak Daerah; 2. Hasil Retribusi Daerah; 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan 4. Lain-lain PAD yang sah.

b. Dana Perimbangan; dan c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah”.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, sumber keuangan yang berasal dari

Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih penting dibandingkan dengan sumber-sumber di

luar PAD karena PAD dapat digunakan sesuai dengan prakarsa dan inisiatif daerah

sedangkan untuk pemberian pemerintah (NON-PAD) sifatnya lebih terikat. Dengan

penggalian dan peningkatan PAD diharapkan Pemerintah Daerah juga mampu

meningkatkan kemampuannya dalam penyelenggaraan urusan daerah.190

Dalam usaha menggali sumber pendapatan daerah dapat dilakukan dengan

berbagai cara, selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Salah satu sumber PAD yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian

khusus adalah perusahaan daerah. Dalam hal ini adalah mengenai PT. Bank Sumut

sebagai perusahaan daerah Sumatera Utara. Maka dari uraian di atas, ditemukan

189 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. 190 Elita Dewi, “Identifikasi Sumber Pendapatan Asli Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan

Otonomi Daerah”, (Medan : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, 2002), hal. 2.

Page 99: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

99

bahwa ada kewenangan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah untuk

melakukan usaha-usaha (penyertaan modal) meningkatkan PAD. Penyertaan modal

tersebut dilakukan dengan cara mengeluarkan Peraturan Daerah. Untuk mengeluarkan

Perda maka perlu persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

A. Penyertaan Modal

Penyertaan modal adalah suatu usaha untuk memiliki perusahaan yang baru

atau yang sudah berjalan, dengan melakukan setoran modal ke perusahaan tersebut.

Penyertaan Modal Negara adalah pemisahan kekayaan negara dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara atau penetapan cadangan perusahaan atau sumber

lain untuk dijadikan sebagai modal BUMN dan/atau Perseroan Terbatas lainnya, dan

dikelola secara korporasi.191

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sesungguhnya memiliki karakteristik

yang sama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Secara legal, BUMN dan

BUMD sama-sama merupakan bagian dari keuangan negara.192 Perbedaannya terletak

pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Namun, sangat disayangkan meskipun

BUMD memiliki karakteristik yang sama dengan BUMN kinerja BUMD jauh

ketinggalan dibanding BUMN. Salah satu penyebabnya adalah stakeholders BUMD

terlihat kurang responsif dalam mengikuti dinamika yang ada, khususnya pengelolaan

191 Pasal 1 angka 7, Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan

dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas. 192 Pasal 1 angka 5 dan 6, Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286.

Page 100: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

100

(governance) di BUMD. Padahal jika dicermati banyak hal yang berlaku di BUM N

dapat menjadi role model atau benchmark bagi pengelolaan BUMD.193

Pada PT. Bank Sumut, pengelolaan seluruh asset dan penentuan kebijakan

berasal dari Dewan Direksi. Pengawasannya dilakukan oleh Dewan Komisaris dan

pemegang sahamnya adalah Pemerintah Daerah.194 Pada pengelolaan PT. Bank

Sumut belum berdasarkan Good Corporate Governance (GCG),195 dapat dilihat dari

sisi pelayanannya yang dapat memotong antrian; perilaku Pemegang Saham, Direksi

dan Staff Pegawai yang masih melakukan Nepotisme; penerimaan pegawai yang juga

tidak mencerminkan prinsip GCG yaitu dengan adanya “titipan-titipan” dari pejabat-

pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Jika hal

ini dibiarkan terus menerus akan menurunkan kinerja dari perusahaan. 196 Prinsip

GCG tersebut belum diterapkan dengan baik dalam perusahaan. Budaya-budaya

seperti ini perlu diawasi agar dapat meningkatkan pelayanan kepada nasabah. Karena

193 Sunarsip, “Membuka Belenggu BUMD”, dimuat Harian Jawa Pos Group, Jum’at 13 Maret

2009. 194 PT. Bank Sumut memiliki kebijakan dan ketentuan yang mengatur Tata Kelola Perusahaan

yang lengkap melalui Peraturan Direksi Bank Sumut No. 003/Dir./DKMR-CQA/PBS/2007 tanggal 26 Desember 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerapan Good Corporate Governance (GCG) PT.Bank Sumut.

195 Perkembangan t erbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien. Diperlukan instrumen baru, yaitu Good Corporate Governance (GCG) untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Dalam Thomas S. Kaihatu, “ Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia”, (Jurnal Ekonomi Manajemen : Universitas Kristen Petra Surabaya, Tanpa Tahun), hal. 1.

196 Definisi Good Corporate Governance (GCG) menurut Bank Dunia adalah aturan, standar dan organisasi di bidang ekonomi yang mengatur perilaku pemilik perusahaan, direktur dan manajer serta perincian dan penjabaran tugas dan wewenang serta pert anggungjawabannya kepada investor (pemegang saham dan kreditor). Tujuan utama dari GCG adalah untuk menciptakan sistem pengendalian dan keseimbangan (check and balances) untuk mencegah penyalahgunaan dari sumber daya perusahaan dan tetap mendorong terj adinya pertumbuhan perusahaan. Sumber : Ibid.

Page 101: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

101

nasabah adalah salah satu dari sumber dana Bank. Tidak ada nasabah maka tidak ada

bank.197

Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat bagi perbankan di Indonesia

yang merupakan salah satu tugas Bank Indonesia, sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun

1999 tentang Bank Indonesia pada Pasal 8 butir c., implementasi Bank Indonesia

telah menerbitkan berbagai regulasi dalam rangka mengawal operasional Bank, agar

senantiasa memenuhi azas-azas atau prinsip kehati-hatian, manajemen resiko dan

Good Corporate Governance (GCG).198 Sehingga apabila PT. Bank Sumut

menjalankan operasionalnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan tersebut, sepatutnya

Bank tersebut akan sehat dan hidup secara konsisten dan berkesinambungan yang

pada akhirnya bertujuan untuk mengamankan dana simpanan masyarakat pada

PT.Bank Sumut. Harapan ini tentunya dapat terwujud dengan iklim dan kondisi yang

komprehensif mendukung pelaksanaan GCG baik dari internal perusahaan (Peraturan

Direksi Bank Sumut No. 003/Dir./DKMR-CQA/PBS/2007) dan eksternal perusahaan

(PBI No. 8/4/PBI/2006 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Oleh Bank

Umum).199

197 Aso Sentana, Excellent Service & Customer Satisfaction, (Jakarta : Gramedia, 2006), hal.

138-144. 198 Peraturan Bank Indonesi a No. 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi

Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Oleh Bank Umum.

199 Didi Duharsa, “ Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran, Op.cit., hal. 22.

Page 102: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

102

1. Sumber Dana

Bank adalah bisnis keuangan, dimana yang dijual dan dibeli adalah jasa

keuangan. Sebelum melakukan penjualan jasa keuangan, bank harus terlebih dahulu

membeli jasa keuangan yang tersedia di masyarakat dan jasa keuangan tersebut dapat

diperoleh dari berbagai sumber yang ada, terutama sumber dana dari masyarakat.200

Sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana dalam rangka

membiayai kegiatan operasionalnya. Untuk menopang kegiatan bank sebagai penjual

uang (memberikan pinjaman), bank harus lebih dahulu membeli uang (menghimpun

dana) sehingga dari selisih bunga tersebutlah bank dapat memperoleh keuntungan. 201

Kemudian untuk membiayai operasinya dana bank dapat pula diperoleh dari

modal sendiri yaitu dengan mengeluarkan atau menjual saham. Perolehan dana

disesuaikan pula dengan tujuan dari penggunaan dana tersebut. Pemilihan sumber

dana akan menentukan besar kecilnya biaya yang ditanggung. Oleh karena itu,

pemilihan sumber dana harus dilakukan secara tepat. Jika tujuan perolehan dana

untuk kegiatan sehari-hari jelas berbeda sumbernya, dengan jika bank hendak

melakukan investasi baru atau melakukan perluasan suatu usaha. Kebutuhan dana

untuk kegiatan utama bank diperoleh dalam berbagai simpanan, sedangkan kebutuhan

dana digunakan untuk investasi baru atau perluasan usaha diperoleh dari modal

sendiri.202

200 Soetanto Hadinoto, Bank Strategy on Funding and Liability Management, (Jakarta :

Gramedia, 2008), hal. 55. 201 Website Gunadarma, “ Sumber-sumber Dana Bank”,

peni.staff.gunadarma.ac.id/.../files/.../Sumber-sumber+Dana+Bank.ppt., diakses pada 21 April 2011. 202 Soetanto Hadinoto, Bank Strategy on Funding and Liability Management, (Jakarta :

Gramedia, 2008), hal. 55.

Page 103: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

103

Adapun hal terpenting bagi bank adalah memilih dan mengelola sumber dana

yang tersedia dengan menggunakan prinsip Good Corporate Governance (GCG).

Bagi bank pengelolaan sumber dana dari masyarakat, terutama dalam bentuk

simpanan giro, tabungan dan deposito adalah sangat penting. Dalam pengelolaan

sumber dana dimulai dari perencanaan akan kebutuhan dana, kemudian pelaksanaan

pencarian sumber dana dan pengendalian terhadap sumber-sumber dana yang

tersedia. Dengan kata lain pengertian Manajemen Dana Bank adalah suatu kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian terhadap penghimpun dana yang ada di

masyarakat.203

Selain dari dana masyarakat pada PT. Bank Sumut harus bisa menentukan

kemana investasi dari Pemerintah Daerah akan disalurkan dalam hal penyertaan

modal Pemerintah Daerah. Menurut Pasal 3 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera

Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal pada PT. Bank Pembangunan

Daerah Sumatera Utara, menyebutkan bahwa204 :

“Dana Penyertaan Modal bersumber dari : a. Dana bagi hasil dari penerimaan PBB; b. Dividen pada PT. Bank Sumut; c. dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah”.

Penyertaan modal oleh Pemerintah Daerah Sumatera Utara masuk kepada

sumber dana bank yang bersumber dari lembaga lain. Hal ini dikarenakan Pemerintah

Daerah Sumatera Utara adalah sebuah lembaga pemerintahan. Diketahui sumber-

203 Ibid., hal. 55-56. 204 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal

pada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 16.

Page 104: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

104

sumber dana bank, antara lain : a. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri; b. Dana

yang berasal dari masyarakat luas; dan c. Dana yang bersumber dari lembaga lain.205

Dalam praktiknya sumber dana yang berasal dari lembaga lain ini sifatnya merupakan

tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian dana pertama dan kedua di

atas. Pencarian dari sumber dana ini relatif lebih lama dan sifatnya hanya sementara

waktu saja. Kemudian dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk

membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu. Kaitannya dengan penyertaan

modal adalah bahwa dana dari Pemerintah Daerah dilakukan pertama sekali pada saat

Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara tersebut didirikan. Dengan kata lain

disebut juga dengan modal awal bank.

Pada Pasal 4 ayat (4) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun

2009 tentang Penyertaan Modal pada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera

Utara, menyebutkan bahwa206 :

“Penyertaan Modal sebagaimana dimaksud ayat (1) telah terealisasi sebagai berikut : a. Tahun 2001 sebesar Rp. 91.407.800.000,- b. Tahun 2002 sebesar Rp. 90.000,- c. Tahun 2003 sebesar Rp. nihil d. Tahun 2004 sebesar Rp. nihil e. Tahun 2005 sebesar Rp. 113.690.650.000,- f. Tahun 2006 sebesar Rp. 62.487.380.000,- g. Tahun 2007 sebesar Rp. 24.246.880.000,- h. Tahun 2008 sebesar Rp. nihil T O T A L Rp. 291.832.800.000,- ”.

205 Soetanto Hadinoto, Loc.cit., hal. 58. 206 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal

pada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara.

Page 105: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

105

Setelah mendapatkan modal awal melalui penyertaan modal barulah PT. Bank

Sumut selanjutnya mencari tambahan modal dari dana yang bersumber dari

masyarakat luas. Dana yang bersumber dari masyarakat luas berupa tabungan,

deposito, giro, surat-surat berharga, dan lain sebagainya. Surat berharga tersebut

biasanya dalam bentuk referensi bank dan garansi bank. Surat berharga tersebut

digunakan oleh nasabah bank untuk berbagai macam keperluan. Contohnya dalam hal

pengajuan dokumen tender pengadaan barang dan jasa pada instansi pemerintahan

ataupun swasta.207

2. Saham Pemerintah Propinsi, Kotamadya/Kabupaten di PT. Bank Sumut

Saham PT. Bank Sumut dimiliki sepenuhnya oleh Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara dan Kabupaten/Kota. PT. Bank Sumut adalah bank yang 59,95%

sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan 40,05% dimiliki

oleh Pemerintah Kabupaten dan Kota se-Provinsi Sumatera Utara.208 Kantor cabang

PT. Bank Sumut juga tersebar di seluruh daerah Tingkat II dan juga di Jakarta.

Setelah mengeluarkan modal maka perusahaan biasanya memberikan keuntungan

yang disebut dengan dividen. Dividen diatur dalam Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS). RUPS diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas.

Pada laporan keuangan PT. Bank Sumut tidak bisa dilihat saham-saham yang

dimiliki oleh Pemrovsu, Pemkab, maupun Pemko. Begitu juga dengan website resmi

207 Rocky Marbun, Tanya Jawab Seputar Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,

(Jakart a : Visimedia, 2010). 208 Bank Sumut, “ Info Saham”, Op.cit.

Page 106: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

106

PT. Bank Sumut yang tidak menyediakan informasi untuk itu. Dengan kata lain,

saham-saham tersebut tidak diupdate dan dipublikasikan setiap kali terjadi perubahan

saham. Setelah ditanyakan melalui Bagian Umum dan SDM PT. Bank Sumut di

Lantai 3 Gedung Bank Sumut, Jl. Imam Bonjol juga tidak memperoleh hasil yang

memuaskan. Hal ini menyangkut kerahasiaan bank.209 Mengenai ketidakjelasan

informasi dari saham ini, seharusnya pihak PT. Bank Sumut mengutamakan Paragraf

8 Bagian Umum Penjelasan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,

bahwa untuk maksud tertentu (dalam hal ini pendidikan) rahasia bank dapat

dikesampingkan.

B. Pengangkatan dan Pemberhentian Direksi PT. Bank Sumut

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kabupaten/Kota juga

bertanggung jawab dalam hal pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan

Komisaris PT. Bank Sumut. Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah pada Pasal 11 ayat (4) mengatakan

bahwa : “Anggota Direksi diangkat oleh Kepala Daerah Daswati I yang bersangkutan

untuk selama-lamanya 4 tahun; setelah waktu itu berakhir, anggota yang

bersangkutan dapat diangkat kembali”. Untuk pengangkatan dan pemberhentian

Direksi dan Komisaris pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

209 Paragraph 8 Pada Bagian Umum Penjelasan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan, mengatakan bahwa : “ dalam rangka meningkatkan fungsi kontrol sosial terhadap lembaga perbankan, ketentuan mengenai rahasia bank yang selama ini sangat t ertutup harus ditinjau ulang, Rahasia Bank dimaksud merupakan salah satu unsur yang harus dimiliki oleh setiap bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat yang mengelola dana masyarakat, tetapi tidak seluruh aspek yang ditatausahakan bank merupakan hal-hal yang dirahasiakan”.

Page 107: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

107

Terbatas juga mengatakan bahwa pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan

Komisaris harus berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Menurut Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999

tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari

Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas Bank Pembangunan Daerah

Sumatera Utara pada Pasal 13 menyebutkan bahwa210 :

(1) “Bank dipimpin oleh Direksi, yang terdiri dari seorang Direktur Utama dan sebanyak-banyaknya 4 (empat) orang Direktur.

(2) Direksi diangkat oleh RUPS untuk jangka waktu 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya.

(3) Prosedur, persyaratan, pengangkatan, masa jabatan, tugas dan wewenang serta pemberhentian direksi diatur dalam Akta Pendirian”.

Jika dilihat pada Pasal 13 ayat (2) Perda Provsu No. 2 Tahun 1999,

Pengaturan mengenai periode direksi hanya bisa diangkat kembali untuk 1 (satu)

periode berikutnya setelah masa jabatan pada periode pertama telah berakhir. Pada

ketentuan ini melarang direksi untuk menduduki jabatan direksi sebagai pengurus

perusahaan lebih dari 2 (dua) periode. Namun, kedudukan Direktur Utama PT. Bank

Sumut pada tahun 2011 ini sudah memasuki periode ketiga. Hal ini dapat dilihat pada

laporan Khaeruddin sebagai Wartawan Harian Kompas di bawah ini211 :

“Beberapa waktu lalu sempat ada pertemuan informal antara anggota DPRD dan salah seorang unsur Pimpinan DPRD dengan Gus Irawan. Setelah pertemuan itu, tiba-tiba muncul berita di media kalau DPRD dan salah seorang pimpinannya tidak mempermasalahkan jabatan Direksi Bank Sumut

210 Pasal 13, Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang Perubahan

Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, , Lembaran Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Tahun 1999 Nomor 47 Seri D Nomor 47.

211 Khaeruddin, “ Makin Kuat Indikasi Aliran Dana Bank Sumut ke DPRD”, http://tekno.kompas.com/read/2008/05/29/18424227/Makin.Kuat.Indikasi.Aliran.Dana.Bank.Sumut.ke.DPRD., diakses pada 09 Juni 2011. Laporan ini diterbitkan pada 29 Mei 2008.

Page 108: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

108

diperpanjang lagi. Padahal itu sama sekali bukan pertemuan resmi DPRD Sumut. Gus Irawan membantah jika ada aliran dana dari Bank Sumut ke anggota DPRD. Rencana perpanjangan masa jabatan Gus Irawan itu sudah dibahas sejak RUPS tahun 2007 lalu. Tidak ada kaitannya masa jabatan direksi dengan DPRD karena yang memutuskan adalah Pemegang Saham. Sebelumnya pada tanggal 28 Mei RUPS Luar Biasa PT. Bank Sumut mengubah Anggaran Dasar. Salah satunya soal masa jabatan direksi yang sebelumnya ditentukan selama empat tahun untuk maksimal dua periode diubah menjadi tidak terbatas, atau dapat dijabat berkali-kali. Perubahan ini untuk memuluskan Gus Irawan kembali menjabat sebagai Direktur Utama untuk periode ketiga”. Berdasarkan Perda No. 2/1999 periode jabatan direksi maksimal dua kali. Namun dengan alasan Bank Sumut saat ini sudah merupakan perseroan, maka tunduk pada UU Perseroan yang tidak mengatur secara tegas periode jabatan direksi. Menanggapi hasil RUPS Luar Biasa PT. Bank Sumut yang mengubah Anggaran Dasarnya, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) DPRD Sumut mengirimkan Surat ke Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Andi Mattalata, mempertanyakan produk hukum hasil RUPS Luar Biasa tersebut. Ketua FPKS DPRD Sumut, Sigit Pramono Asri mengatakan, tidak ada alasan mengatakan Perda No. 2/1999 bertentangan dengan UUPT. Bahkan jabatan direksi BUMN yang merupakan Perseroan pun tetap dibatasi periodenya berdasarkan UU No. 19/2003 tentang BUMN. Dalam UU ini sangat jelas disebutkan bahwa pembatasan masa jabatan direksi tidaklah diartikan sebagai peniadaan atau mengurangi ketentuan-ketentuan yang mengatur perseroan terbatas. Untuk itulah FPKS DPRD Sumut, lanjut Sigit meminta Menkumham untuk menolak Perubahan ADRT PT. Bank Sumut sebagai hasil RUPS Luar Biasa. Perubahan ketentuan Anggaran Dasar BUMD seperti Bank Sumut harus mendapat persetujuan Menteri. Untuk itu kami mengirimkan surat resmi agar perubahan ditolak. Di sisi lain, Hidayatullah menyesalkan sikap sebagian Anggota DPRD Sumut yang membiarkan saja ketika ada Perda dilanggar. Fungsi Dewan sudah enggak jalan. Berarti kalau jabatan direksi tetap dibiarkan tanpa batas, Perda soal Bank Sumut ini tidak berlaku lagi. Padahal sampai hari ini masih belum ada pencabutan terhadap Perda tersebut”.

Kedudukan Direksi PT. Bank Sumut pada saat sekarang ini jelas kelihatan

sudah menyalahi aturan yang berlaku yaitu Pasal 13 ayat (2) Perda Provsu No. 2

Tahun 1999. Seharusnya pengawasan dan penindakan perlu dilakukan oleh DPRD

Page 109: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

109

Sumut selaku perimbangan kekuasaan dari Lembaga Eksekutif yaitu Pemprovsu yang

notabene adalah sebagai Pemegang Saham PT. Bank Sumut. Adapun pengangkatan

dan pemberhentian direksi harus didasarkan pada RUPS, tetapi RUPS juga tidak

boleh mengabaikan Perda Provsu No. 2 Tahun 1999 yang telah berlaku dan belum

dicabut. Jika dikaitkan dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas pelaksanaan RUPS Luar Biasa tidak menyalahi aturan. Namun,

substansi dari putusan RUPS Luar Biasa itulah yang bertentangan dengan Pasal 13

ayat (2) Perda Provsu No. 2 Tahun 1999.

Hal ini dikarenakan PT. Bank Sumut adalah usaha dari Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara dan Kabupaten/Kota. Dengan begitu yang bertanggung jawab untuk

mengangkat dan memberhentikan Direksi dan Komisaris adalah Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS) yang pemegang sahamnya adalah Kepala Daerah Provinsi

Sumatera Utara dan Kabupaten/Kota. Dalam Pasal 15 ayat (1) huruf h., dijelaskan

bahwa : “Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) memuat

sekurang-kurangnya : h. tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota

Direksi dan Dewan Komisaris”.212 Jadi, dengan kata lain, Undang-Undang No. 13

Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Bank Pembangunan Daerah dan Undang-

Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mengatur mengenai

pengangkatan dan pemberhentian Dewan Direksi dan Dewan Komisaris adalah tidak

bertentangan. Di dalam ketentuan Bank Pembangunan Daerah, Pemegang Saham

disini adalah setiap Kepala Daerah se-Provinsi Sumatera Utara yang melakukan

212 Pasal 15 ayat (1) huruf h., Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 t entang Perseroan

Terbatas.

Page 110: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

110

Rapat Umum Pemegang Saham. Sedangkan dalam Undang-Undang No. 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas, RUPS adalah sebuah acara untuk menentukan

kebijakan-kebijakan perseroan oleh Organ Perseroan yaitu Direksi, Komisaris, dan

Pemegang Saham. Maka dari itu, karena ketertinggalan Undang-Undang No. 13

Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah

digunakanlah Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Memang kedua Undang-Undang tersebut kelihatan tidak bertentangan tapi jika dilihat

lebih lanjut lagi kata-kata atau istilah-istilah yang dipakai pada Undang-Undang No.

13 Tahun 1962 adalah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dunia perbankan.

Dasar pijakannya adalah Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang

Ketentuan-Ketentuan Bank Pembangunan Daerah selanjutnya mengenai tata cara

pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Komisaris diatur oleh Undang-Undang

No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam hal ini dapat dilihat pada

Anggaran Dasar Rumah Tangga PT. Bank Sumut yang sudah diberitakan dalam

Lembaran Negara Republik Indonesia. Kedudukan Anggaran Dasar Rumah Tangga

PT. Bank Sumut berarti harus diselaraskan dengan Undang-Undang No. 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas.

C. Peran Pemprovsu dalam Pengalihan Saham dari Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara ke PT. Bank Sumut

Pemprovsu sangat berperan aktif dalam pengalihan Bank Pembangunan

Daerah Sumatera Utara kepada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (PT.

Bank Sumut). Peran aktif tersebut dikarenakan Pemprovsu memiliki saham terbesar

Page 111: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

111

pada PT. Bank Sumut dibandingkan dengan Pemkab dan Pemko lainnya. Hal ini

dapat dilihat pada Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999

tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari

Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas (PT). Apapun tindakan dari

Pemegang Saham harus dimuat di dalam Akta Notaris yang disahkan dengan

Keputusan Menteri Hukum dan HAM. Namun, dalam hal perubahan bentuk hukum

ini harus dibuat terlebih dahulu Perda pembentukannya sebagai dasarnya selanjutnya

barulah Notaris membuat Akta Pendirian PT. Bank Sumut.

Dalam Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang

Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari

Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas (PT) memerintahkan agar PT. Bank

Sumut menjadi Perusahaan Terbuka. Perusahaan terbuka adalah perusahaan yang

sudah go public. Tujuan dari perusahaan terbuka ini adalah untuk menarik dana dari

masyarakat luas. Namun, hal ini belum tercapai dikarenakan penyertaan modal yang

dilakukan oleh Pemprovsu belum mencapai Rp. 400 miliar.213

Pada Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang

Penyertaan Modal pada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dapat dilihat

pada Pasal 4 ayat (4) bahwa total penyertaan modal yang dilakukan adalah Rp.

291.832.800.000,-. Belum mencapai Rp. 400 miliar makanya PT. Bank Sumut belum

menjadi Perusahaan Terbuka. Jika dibandingkan kedua Peraturan Daerah Provinsi

213 Pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa : “ modal dasar bank untuk pertama kali, ditetapkan

sebesar Rp.400.000.000.000,- (empat ratus miliar rupiah)”. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbat as (PT) Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Tbk.

Page 112: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

112

Sumatera Utara tersebut ada kelihatan ketidakkonsistenan dari Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara. Dapat dilihat pada modal awal pada Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999, Pasal 7 ayat (1) disebutkan modal awal Rp. 400

miliar namun pada Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009,

pada Pasal 4 ayat (4) hanya terkumpul total Rp.291.832.800.000,-. Juga pada bagian

judul peraturan daerah tersebut menyebutkan PT. Bank Pembangunan Daerah

Sumatera Utara, tidak menggunakan PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara,

Tbk. (Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang

Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari

Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Sumatera

Utara, Tbk).

Walaupun Pemprovsu memiliki peran aktif dalam perubahan bentuk hukum

tersebut namun tidak diikuti dengan keseriusan penegakan hukum dari produk hukum

yang dikeluarkan. Setelah melakukan riset untuk memperoleh data berupa peraturan

daerah tersebut juga ditemukan berbagai kesulitan salah satunya adalah masalah

birokrasi yang carut marut. Untuk membalas surat riset yang diberikan kepada

Pemprovsu membutuhkan waktu yang lama dan adanya transaction cost. Hal ini

disebabkan kesadaran hukum para aparatur negara masih rendah.

D. Tanggung Jawab Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam Penyertaan Modal pada PT. Bank Sumut

Jika ada tanggung jawab disitu ada hak dan kewajiban. Pemprovsu

mempunyai tanggung jawab kepada PT. Bank Sumut dalam hal penyertaan modal.

Page 113: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

113

Pemprovsu juga mempunyai hak berupa dividen dari PT. Bank Sumut. Tanggung

jawab tersebut berlangsung selama PT. Bank Sumut masih berdiri begitu juga dengan

hak berupa deviden tersbeut. Hal ini dikarenakan PT. Bank Pembangunan Daerah

Sumatera Utara adalah Badan Usaha Milik Daerah dan merupakan alat kelengkapan

otonomi daerah yang berfungsi sebagai alat pengembangan ekonomi daerah dan

menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah.214

Pemerintah Daerah Sumatera Utara diberikan tanggung jawab oleh Undang-

Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan

Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1999 tentang Penyertaan Modal

Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal Bank Pembangunan Daerah-Daerah

Istimewa Aceh, Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Bank Pembangunan

Daerah Bengkulu, Bank Pembangunan Daerah Lampung, Bank Pembangunan

Daerah-Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah,

Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Bank Pembangunan Daerah Kalimantan

Barat, Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara, Bank Pembangunan Daerah

Maluku, Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat, Dan Bank Pembangunan

Daerah Nusa Tenggara Timur Dalam Rangka Program Rekapitalisasi Bank Umum.

Jadi, tanggung jawab inilah yang menimbulkan peran kepada Pemprovsu untuk

mengatur sepenuhnya mengenai PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara.

Penyertaan modal dipandang perlu karena kesulitan permodalan yang dialami Bank

Pembangunan Daerah pada awal pertama kali berdiri.

214 Bagian Menimbang huruf a., Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009

tentang Penyertaan Modal pada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara.

Page 114: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

114

Menurut The General System Theory, “Struktur Hukum yang Sistematis dan

Hierarkis”, peraturan perundang-undangan mengenai penyertaan modal kepada

PT.Bank Sumut belum baik. Hal ini dikarena banyaknya kata-kata yang salah dalam

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang mengatur mengenai penyertaan

modal ini. Contohnya dapat dilihat pada judul Perda Provsu No. 2 Tahun 1999 yang

kata PT. Bank Sumut sudah menggunakan kata “Tbk” padahal PT. Bank Sumut

belum melakukan privatisasi. Penggunaan kata terbuka tidak boleh dilakukan jika

perusahaan belum melakukan penawaran umum. Selanjutnya, diikuti juga dengan

aparatur yang tidak baik dan budaya hukum yang tidak baik pula maka peraturan

tersebut akan sia-sia. Dalam hal Peraturan Daerah mengenai penyertaan modal bank

sumut, terdapat redaksi yang salah. Inilah substansi hukum yang tidak baik.

1. Hak dan Kewajiban Pemprovsu

Mengenai hak dan kewajiban Pemprovsu dalam hal penyertaan modal.

Pemprovsu berkewajiban menyertakan modal kepada PT. Bank Sumut sebesar Rp.

400 miliar.215 Penyertaan modal tersebut bertujuan untuk : meningkatkan Pendapatan

Asli Daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Kesejahteraan

masyarakat Sumatera Utara; meningkatkan kemampuan PT. Bank Sumut dalam

215 Pasal 7 ayat (1), Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang

Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Tbk.

Page 115: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

115

rangka perluasan usaha guna meningkatkan perekonomian; dan memenuhi ketentuan

modal PT. Bank Sumut sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.216

Pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT. Bank Sumut, Pemprovsu

mempunyai kewajiban untuk menghadiri rapat tersebut.217 Kehadiran Pemprovsu

dalam hal ini Kepala Daerah Tingkat I yaitu Gubernur Sumatera Utara terkait dengan

prinsip duty of care dan duty of loyality.218 Setelah melakukan penyertaan modal dan

menghadiri RUPS maka Pemprovsu mempunyai hak yaitu surat bukti penyertaan

modal berupa Sertifikat Kolektif Saham atas nama Pemerintah Daerah. 219 Saham atas

nama daerah ini disimpan oleh Pemerintah Daerah yaitu Kepala Daerah Sumatera

Utara tepatnya Gubernur Sumatera Utara. Hak pemegang saham atas saham yang

dipegangnya antara lain : hak atas dividen; hak menghadiri Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS); hak mengemukakan pendapat pada RUPS; hak mendapatkan laporan

keuangan tahunan.

216 Pasal 2, Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan

Modal pada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara. 217 RUPS diatur dalam Pasal 75-91, Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas. 218 Duty of Loyality adalah istilah yang digunakan dal am hukum perusahaan untuk

menggambarkan kesetiaan dari pengurus perusahaan yang menhindarkan kepentingan pribadi dibanding kepentingan perusahaan. Intinya pengurus perusahaan harus mengedepankan kepentingan perusahaan. Dalam hal ini adalah RUPS, setiap unsur dari perusahaan harus menghadi ri RUPS untuk menunjukkan bahwa pengurus tersebut memiliki Duty of Loyality. Dalam Beatty Samuelson, Introduction to Business Law, Third Edition, (USA : South Western Cengage Learning), hal. 350., lihat juga Dedy Sutanto, “Penentuan Standar Duty of Loyality dan Duty of Care Dalam Pertanggungjawaban Direktur Perseroan Terbatas”, (Medan : Tesis, Universitas Sumatera Utara, 2006), hal. 69.

219 Pasal 6, Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal pada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara.

Page 116: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

116

2. Hak dan Kewajiban PT. Bank Sumut

Mengenai hak dan kewajiban PT. Bank Sumut, antara lain :

menyelenggarakan RUPS; menerbitkan saham atas nama Pemerintah Daerah; dan

mengeluarkan deviden kepada Pemprovsu. PT. Bank Sumut wajib menerima

penyertaan modal yang dilakukan oleh Pemprovsu karena hal tersebut merupakan hak

dari PT. Bank Sumut sendiri. PT. Bank Sumut juga berhak atas dana bagi hasil dari

penerimaan PBB setiap daerah Sumatera Utara sebesar 5%.220 Namun, penyertaan

modal disesuaikan dengan kemampuan daerah. Dalam hal ini, tidak ada paksaan

kepada daerah mengenai besaran penyertaan modal yang dikeluarkan.

Kewajiban lain PT. Bank Sumut adalah mengelola perusahaan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang No. 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas. Mengenai hasil deviden yang diperoleh Pemerintah

Daerah, PT. Bank Sumut wajib menyetorkan ke Kas Daerah dan disetorkan kembali

sebagai Penyertaan Modal kepada PT. Bank Sumut.221 Dalam ketentuan tersebut

dapat dilihat bahwa ada sebuah siklus perputaran uang Pemprovsu mengeluarkan

penyertaan modal, PT. Bank Sumut membagikan deviden dan membaginya ke Kas

Daerah lalu sisanya kembali ke perusahaan sebagai penambahan penyertaan modal.

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang

Penyertaan Modal PT. Bank Sumut sangatlah singkat hanya mengatur masalah

220 Pasal 4 ayat (1), Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang

Penyertaan Modal pada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara. 221 Pasal 5 ayat (2), Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang

Penyertaan Modal pada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara.

Page 117: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

117

penyertaan modal saja. Tidak mengatur hal-hal yang kompleks. Jadi, hak dan

kewajiban Pemprovsu dan PT. Bank Sumut juga tidak dapat dilihat dengan lengkap.

3. Tanggung Jawab Pemprovsu dalam Penyertaan Modal pada PT. Bank Sumut

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara bertanggung jawab penuh terhadap

penyertaan modal PT. Bank Sumut. Hal ini dapat dilihat dari hierarki peraturan

perundang-undangan mengenai penyertaan modal Bank Sumut. Tanggung jawab

tersebut tersirat dari Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, dan Peraturan Pemerintah No. 35

Tahun 1999 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia kepada Bank

Pembangunan Daerah di Indonesia.

Tanggung jawab Pemprovsu kepada PT. Bank Sumut terhadap penyertaan

modal yang dilakukan dapat dilihat pada pernyataan Wakil Bupati Deli Serdang,

Zainuddin Mars, yang menyatakan bahwa222 :

”Eksistensi PT. Bank Sumut sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan bagian dari tanggung jawab moral dari segenap jajaran Pemerintahan Daerah (Pemda) di Sumatera Utara. Maka itu, sejak tahun 1988 hingga 2008 Pemkab Deli Serdang telah menyertakan modalnya dalam bentuk saham sebesar Rp. 25 miliar lebih. PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, penyertaan modal Pemerintah Daerah dapat dilaksanakan bila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran itu telah ditetapkan dalam Perda. Diperkuat Peraturan Gubernur No. 11 Tahun 2005 tentang Penyisihan sebagian dari hasil Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) penerimaan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebesar 5% setiap tahun anggaran sebagai penyertaan modal kepada PT. Bank Sumut.

222 Waspada Online, “Wabup : Bank Sumut Tanggung Jawab Moral Pemda”,

http://www.waspada.co.id/index.php/images/index.php?option=com_content&view=article&id=99208:wabub-bank-sumut-tanggungjawab-moral-pemda-&catid=15&Itemid=28., diakses pada 06 Mei 2011.

Page 118: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

118

Pada tahun 2009, Pemkab Deli Serdang, telah mengalokasikan penambahan penyertaan modal kepada PT. Bank Sumut sebesar Rp. 3,5 miliar, namun karena belum memiliki payung hukum berupa Perda, maka penyertaan modal itu tidak bisa direalisasikan. Pada tahun anggaran 2010, telah dianggarkan sebesar Rp. 4,6 miliar lebih, diharapkan bisa direalisasikan setelah Dewan terhormat menetapkan Ranperda yang diusulkan menjadi Perda sesuai dengan tenggang waktu yang telah ditetapkan. Penyertaan modal pada PT. Bank Sumut ini, disamping berperan aktif bagi peningkatan pertumbuhan dan perkembangan BUMD Sumut ini, Pemerintah Daerah juga mendapatkan kontribusi pendapatan daerah dalam bentuk dividen Bank, yang hingga kini telah tercatat mencapai Rp. 16 miliar lebih”.

Dari pernyataan di atas, PT. Bank Sumut yang dianalogikan sebagai sebuah

kendaraan yang menuju ke suatu tempat, pengemudinya adalah Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara. Tujuannya adalah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Sumatera Utara. Caranya adalah dengan peningkatan penyaluran kredit

kepada masyarakat dan pembiayaan-pembiayaan proyek Pemerintah Daerah. Jadi,

ada timbal balik disini antara PT. Bank Sumut dengan Pemerintah Daerah yaitu

keuntungan berupa dividen. Dengan demikian sudah pasti Pemerintah Daerah

memelihara kendaraannya agar sampai ke tujuan. Cara memeliharanya diatur dalam

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang

No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Page 119: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

119

BAB IV

KETENTUAN ATAU KEBIJAKAN PEMBAGIAN DIVIDEN PADA PT. BANK SUMUT DARI PENYERTAAN MODAL YANG DILAKUKAN

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

PT. Bank Sumut adalah bank yang sahamnya dimiliki oleh Pemerintah

Daerah Sumatera Utara. PT. Bank Sumut diharapkan dapat menjadi salah satu sumber

Penerimaan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Utara. Selain itu, PT. Bank Sumut

juga diharapkan dapat memberikan dukungan bagi pertambahan ekonomi di Sumatera

Utara. PT. Bank Sumut harus memenuhi tuntutan walaupun menghadapi persaingan

yang sangat ketat yang ditunjukkan dari banyaknya bank yang beroperasi di Sumatera

Utara.

Suatu perusahaan di dalam melakukan aktivitasnya mempunyai tujuan dan

sasaran yang ingin dicapai. Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan suatu

perusahaan adalah memperoleh atau menghasilkan laba, baik itu perusahaan di

bidang jasa, industri maupun di bidang perbankan.223 Berkembangnya suatu

perusahaan sangat ditentukan oleh laba atau pendapatan, sehingga perusahaan

tersebut dalam usaha untuk memperoleh laba pasti akan mengeluarkan beban-beban

yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan tersebut.224 Salah satu bebannya

adalah pembagian deviden kepada investor, dalam hal ini adalah Pemerintah Daerah

Sumatera Utara.

223 Anju Seth mengutarakan bahwa ”tujuan perusahaan adalah memaksimalkan laba”,

sebagaimana dikutip Indra Gunawan, Menelusuri Buku Kehidupan : Sebuah Perjalanan Mencari Keutuhan, (Jakarta : Gramedia, 2004), hal. 50. Lihat juga Gunawan Wijaya, Risiko Hukum sebagai Direksi, Komisaris, dan Pemilik PT, Cetakan Pertama, (Jakarta : Forum Sahabat, 2008), hal. 29.

224 Gunawan Wijaya, 150 Tanya Jawab t entang Perseroan Terbatas, Cetakan Pertama, (Jakart a: Forum Sahabat, 2008), hal. 253.

Page 120: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

120

Beban-beban tersebut dapat dilihat pada Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK), penyajian pada laporan laba rugi atau pengungkapan pada catatan

atas laporan keuangan mencakup hal tersebut tetapi tidak terbatas pada unsur-unsur

pendapatan dan beban berikut ini225 :

1. Pendapatan bunga;

2. Beban bunga;

3. Pendapatan komisi;

4. Beban provisi dan komisi;

5. Pendapatan dividen;

6. Pendapatan operasional lainnya;

7. Beban penyisihan kerugian kredit dan asset produktif lainnya;

8. Beban administrasi umum;

9. Beban operasional lain.

Jika membahas masalah beban tidak terlepas dari Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK). Namun, dalam hal penulisan tesis ini tidak dibahas

mengenai PSAK melainkan peraturan-peraturan tentang kebijakan pembagian dividen

tersebut. Pembagian dividen yang merupakan beban perusahaan ada diatur dalam

hukum perusahaan maupun hukum perbankan. Pada hukum perbankan dapat dilihat

pada Peraturan Daerah mengenai pendirian Bank Pembangunan Sumatera Utara.

Berikutnya akan dibahas mengenai pembagian dividen perusahaan menurut

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan menurut

225 Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Cetakan Kedua, (Jakarta : Salemba Empat, 2008), hal. 78-80.

Page 121: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

121

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan

Modal pada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara juga Peraturan Daerah

Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Hukum bank

Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan

Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara. Pembahasan peraturan

daerah tersebut tidak terlepas dari Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan.

A. Ketentuan Pembagian Dividen dalam Hukum Perusahaan

Kebijakan dividen menyangkut keputusan apakah laba akan dibayarkan

sebagai dividen atau ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan. Kebijakan dividen

merupakan kebijakan yang kontroversial karena : pertama, bila dividen ditingkatkan,

arus kas untuk investor akan meningkat, dengan kata lain akan menguntungkan

investor; dan kedua, jika dividen ditingkatkan, laba ditahan yang direinvestasi dan

pertumbuhan masa depan akan menurun, sehingga merugikan investor.226

Kebijakan dividen yang optimal adalah menyeimbangkan kedua hal tersebut

dan memaksimalkan harga saham. Kebijakan dividen suatu perusahaan dihadapkan

pada dua masalah utama, yaitu227 :

1. Pengaruh dividen; berkaitan dengan pertanyaan apakah jumlah atau tingkat

dividen yang dibayarkan mempengaruhi nilai saham suatu perusahaan atau

hasil yang akan dinikmati oleh pemegang saham.

226 Agnes Sawir, Kebijakan Pendanaan dan Restrukturisasi Perusahaan, (Jakarta : Gramedia,

2004), hal. 138. 227 Ibid.

Page 122: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

122

2. Informasi yang terkandung pada dividen; masalah ini mempertanyakan

apakah kebijakan dividen, terutama perubahan-perubahan kebijakan tersebut

(misalnya membayar dividen berupa saham bonus), memberikan indikasi

kepada pasar mengenai prospek laba di tahun yang akan datang.

Jika kebijakan pembagian dividen tersebut ditahan dan Pemprovsu melakukan

reinvestasi kepada PT. Bank Sumut maka akan dapat disalurkan melalui kredit usaha

kepada masyarakat. Sebaliknya jika tidak dilakukan reinvestasi kepada PT. Bank

Sumut maka Pemprovsu akan memperoleh laba yang dapat digunakan untuk

kemaslahatan rakyat banyak. Namun, dalam hal ini pengelolaan anggaran pemerintah

masih lemah, dan ada baiknya Pemprovsu membagikan ada yang direinvestasikan

dan ada yang diambil ke Kas Daerah. Dengan demikian tercapailah keadilan dan

kemanfaatan dari kebijakan pembagian dividen tersebut.228

Ketentuan pembagian dividen pada PT. Bank Sumut harus tunduk pada

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pada Pasal 15 ayat

(1) menyebutkan bahwa229 :

”Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) memuat sekurang-kurangnya : a. nama dan tempat kedudukan Perseroan; b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan; c. jangka waktu berdirinya Perseroan; d. besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor; e. jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk

tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham;

f. nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris;

228 Pranoto Iskandar dan Yudi Junaidi, Memahami Hukum di Indonesia : Sebuah Korelasi

antara Politik, Filsafat, dan Globalisasi, (Cianjur : IMR Press, 2011), hal. 44. 229 Pasal 15 ayat (1), Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Page 123: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

123

g. penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS; h. tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan

Dewan Komisaris; i. tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen”.

Jadi, setelah melihat ketentuan hukum perusahaan dapat diketahui bahwa tata

cara penggunaan dan pembagian dividen terdapat dalam Anggaran Dasar Rumah

Tangga (ADRT) Perusahaan dalam hal ini adalah PT. Bank Sumut. Berarti terdapat

dalam Akta Notaris perubahan terakhir yang mengubah bentuk hukum perusahaan

dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah

Sumatera Utara. Namun, dapat juga dilihat pada Laporan Keuangan Laba Rugi

PT. Bank Sumut pada tahun berjalan.

Pada Laporan Keuangan Perhitungan Laba Rugi Periode 1 Januari – 30

September 2010 dan 2009 didapat angka dividen, keuntungan dari penyertaan dengan

equity method, komisi/provisi/fee dan administrasi. Pada 30 September 2010 didapat

angkat Rp. 8.308.000.000,- dan pada tahun 2009 sebesar Rp. 22.580.000.000,-.

Penarikan dividen pada PT. Bank Sumut tidak bisa sebanyak 100% atau seluruhnya,

karena mengingat ada penyertaan kembali kepada penyertaan sebagai saham

Pemprovsu.

Ada tiga jenis kebijakan pembayaran dividen yang biasa dilakukan oleh

perusahaan, antara lain230 :

1. Stable Amount Per Share; dividen diberikan dalam nilai rupiah yang relatif

stabil per sahamnya. Alasan untuk memberikan dividen yang stabil adalah :

230 Agnes Sawir, Op.cit., hal. 138.

Page 124: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

124

a. Dividen yang berfluktuasi lebih berisiko daripada dividen yang stabil,

karena itu tingkat diskonto yang lebih rendah akan diterapkan pada

dividen yang stabil sehingga nilai saham lebih tinggi;

b. Pemegang saham yang mengharapkan pendapatan dari penerimaan

dividen akan lebih suka untuk menerima dividen dalam jumlah yang

stabil;

c. Persyaratan listing saham mensyaratkan dividen yang stabil dan tidak

terputus.

2. Constant Payout Ratio; dividen atas dasar persentasi tetap dari laba bersih

perusahaan;

3. Low Regular Dividend Plus Extra; tingkat dividen yang relatif rendah tetapi

sudah pasti jumlahnya ditambah suatu ekstra, yang besarnya disesuaikan

dengan tingkat keuntungan perusahaan.

PT. Bank Sumut melakukan pembagian dividen kepada Pemerintah Daerah

se-Sumatera Utara sebesar Rp. 127 miliar pada tahun 2006. Seperti yang yang

diungkapkan oleh Chaidir Ritonga dalam Harian Waspada sebagai berikut 231 :

“BUMD didisain sama dengan badan usaha atau korporasi lainnya. BUMD bisa bekerja profesional secara bussiness as usual (bisnis yang lazim), sebagaimana swasta lainnya. BUMD juga bisa untung, maju dan tumbuh berkembang bahkan memberikan manfaat yang besar bagi rakyat. Contoh yang sederhana dekat dengan kita sendiri adalah Bank Sumut. BUMD perbankan milik Pemprovsu, Pemkab dan Pemko se-Sumatera Utara itu telah memberikan jawaban atau lebih tepat harapan rakyat terhadap keberadaan setiap BUMD. Tahun 2006 untuk pertama kalinya, Bank Sumut mampu

231 Chaidir Ritonga, “Tantangan Mengelola BUMD”, Kolom Opini, Harian Waspada, Rabu

05 Desember 2007.

Page 125: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

125

memberikan pembagian dividen dari perolehan labanya kepada pemegang saham tidak kurang dari Rp. 127 miliar”.

Berdasarkan keterangan di atas pembagian dividen PT. Bank Sumut

didasarkan dari perolehan laba. Jadi kebijakan pembayaran dividen PT. Bank Sumut

berdasarkan Stable Amount Per Share karena tujuan dari penetapan kebijakan ini

adalah untuk mendapatkan harga saham yang tinggi. Diketahui bahwa harga per

lembar saham PT. Bank Sumut adalah Rp. 10.000,-. Pendapatan Pemprovsu dari

pembagian dividen PT. Bank Sumut adalah stabil sehingga nilai sahamnya tinggi.

Sampai saat ini PT. Bank Sumut belum menjadi Perusahaan Terbuka. Karena belum

melakukan go public, walaupun desas-desus ke arah itu sudah ada dengan

dikeluarkannya Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang

Perubahan Bentuk Hukum bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari

Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah

Sumatera Utara.

B. Ketentuan Pembagian Dividen dalam Hukum Perbankan

Beralih ke hukum perbankan yaitu Undang-Undang No. 7 Tahun 1992

tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun

1998 mengatur tentang laba perusahaan perbankan yaitu bank. Pada Pasal 34 yang

menyatakan bahwa232 :

232 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998.

Page 126: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

126

(1) “Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca dan perhitungan laba/rugi tahunan serta penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

(2) Neraca serta perhitungan laba/rugi tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib terlebih dahulu diaudit oleh akuntan publik;

(3) Tahun buku bank adalah tahun takwim”.

Maksudnya adalah setelah pembagian dividen dilakukan oleh PT. Bank

Sumut dengan menggunakan cara-cara yang disebutkan sebelumnya maka

selanjutnya akan dilaporkan pada Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia.

Berkaitan dengan fungsi dari bank sentral yaitu mengawasi setiap bank-bank yang

ada di Indonesia. Laporan keuangan laba/rugi tersebut menjadi suatu kewajiban bagi

PT. Bank Sumut kepada Bank Indonesia.233

Ketentuan hukum perbankan juga mengatakan agar dilakukan divestasi atau

penarikan kembali saham yang disertakan. Seperti yang tercantum dalam Pasal 7

huruf c., yang menyatakan bahwa234 :

“Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Bank Umum dapat pula : c. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia”.

Penyertaan modal tersebut wajib ditarik kembali apabila : i. Telah melebihi

jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun; atau ii. Perusahaan telah memperoleh

233 Pasal 35, Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah

dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. 234 Pasal 7 huruf c., Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana

diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998.

Page 127: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

127

laba.235 Dalam hal Pemprovsu yang melakukan penyertaan modal kepada PT. Bank

Sumut, Pemprovsu sebagai pemegang saham tidak melakukan penarikan penyertaan

modal tersebut. Hal ini dikarenakan Pemprovsu mempunyai tanggung jawab yang

melekat untuk menyertakan modalnya di PT. Bank Sumut sesuai dengan Undang-

Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan

Daerah.

Dari ketentuan bank pembangunan daerah tersebut, turunannya adalah

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan

Modal PT. Bank Sumut. Pembagian dividen menurut ketentuan penyertaan modal

diatur dalam Pasal 5 ayat (2), yang menyatakan bahwa236 :

“Hasil Dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) disetor ke Kas Daerah Provinsi Sumatera Utara dan pada bulan berikutnya disetorkan sebagai penyertaan modal kepada PT. Bank Sumut”.

Dari ketentuan di atas makna eksplisitnya adalah bahwa pembagian dividen

dilakukan setiap bulannya. Kaitannya dengan pembagian deviden interim menurut

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah bahwa di

dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas membuka

peluang untuk dilakukan pembagian dividen interim melalui Pasal 72 ayat (4) yang

menyatakan bahwa : “Pembagian dividen interim ditetapkan berdasarkan keputusan

Direksi setelah memperoleh persetujuan Dewan Komisaris, ...”. Selanjutnya

kebijakan pembagian dividen interim dirinci kembali dengan membagi antara Kas

235 Penjelasan Pasal 7 huruf c., Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. 236 Pasal 5 ayat (2), Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang

Penyertaan Modal PT. Bank Sumut.

Page 128: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

128

Daerah dan reinvestasi pada Perda Provsu No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan

Modal PT. Bank Sumut. Selanjutnya, walaupun penarikan dividen tidak dapat 100%

dilakukan melainkan dibagi antara dilakukannya penyertaan modal kembali

(reinvestasi) dengan pembagian deviden bulan berikutnya yang disetorkan ke Kas

Daerah. Pada Pasal 4 ayat (2) menyebutkan bahwa237 :

“Penyertaan Modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b., dan huruf c., ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan disesuaikan dengan kemampuan daerah”.

Kemampuan daerah disini adalah berbeda-beda antara Provinsi, Kabupaten,

dan Kota. Sudah jelas Pemerintah Provinsi Sumatera Utara memiliki saham yang

lebih besar dari Kabupaten dan Kota. Dengan demikian pembagian dividennya juga

memperoleh pembagian yang lebih besar pula. Pada Pasal 3 menyebutkan bahwa :

“Dana Penyertaan Modal bersumber dari : a. dana bagi hasil dari penerimaan PBB; b. dividen pada PT. Bank Sumut; c. dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah”.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) lainnya adalah pembagian dana bagi hasil dari

penerimaan jasa giro. Dana penyertaan modal juga dapat diambil dari dividen pada

PT. Bank Sumut. Berarti dividen tersebut digunakan kembali untuk penyertaan modal

kepad PT. Bank Sumut. Pada Pasal 4 ayat (2) menyatakan bahwa “penyertaan modal

... ditetapkan dalam RUPS dan disesuaikan dengan kemampuan daerah”. Ketentuan

RUPS dilihat dari Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Hukum Perusahaan.

RUPS tidak diatur dalam Peraturan Daerah tersebut.

237 Pasal 4 ayat (2), Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal PT. Bank Sumut.

Page 129: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

129

C. Kebijakan Pembagian Dividen pada PT. Bank Sumut

Mengenai kajian hukum antara dividen guna meningkatkan APBD dengan

pembangunan sarana dan prasarana daerah ini terdapat di dalam Peraturan

Pemerintah No. 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan

Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas, Pasal 10

mengatur tata cara penyertaan modal negara, menyebutkan bahwa :

(1) “Penyertaan Modal Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dan huruf b diusulkan oleh Menteri Keuangan kepada Presiden disertai dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan Menteri dan Menteri Teknis.

(2) Rencana Penyertaan Modal Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan atas inisiatif Menteri Keuangan, Menteri atau Menteri Teknis.

(3) Pengkajian bersama atas rencana Penyertaan Modal Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Menteri Keuangan.

(4) Pengkajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat pula mengikutsertakan menteri lain dan/atau pimpinan instansi lain yang dianggap perlu atau menggunakan konsultan independen”.

Pada pasal tersebutlah yang menyebabkan kericuhan yang terjadi pada DPRD

dengan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara. Dapat dilihat pada Kantor Berita

Antara yang memberitakan jurubicara Fraksi Keadilan Sejahtera yaitu Hidayatullah

yang menyatakan238 :

“Pemanfaatan APBD untuk penyertaan modal harus didasarkan pada analisa yang mendalam akan urgensi dan kemanfaatan apalagi APBD Sumut tahun 2009 berada dalam posisi minus atau defisit dalam jumlah yang cukup besar (defisit Rp. 366,976 miliar). Dalam Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada BUMN dan PT, secara tegas dinyatakan pertimbangan penyertaan modal penambahan penyertaan modal harus didasarkan pada suatu kajian oleh kementerian dan instansi terkait atau oleh konsultan independen. Dalam ketentuan tersebut

238 Arvino Zulka, “FKS Pertanyakan Urgensi Penyertaan Modal Bank Sumut”, Kantor Berita

Antara, Jum’at 09 Januari 2009.

Page 130: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

130

menyatakan penyertaan modal dan/atau penambahan penyertaan modal hanya dapat dilakukan bila berdasarkan analisa memang layak dilakukan. Dapat dipahami penyertaan modal pada BUMN dapat menjadi bagian dari pelaksanaan pembangunan daerah untuk mensejahterakan masyarakat. Namun, yang harus ditegaskan adalah kebutuhan dana untuk pembangunan Sumut masih sangat besar, sehingga Sumut harus menentukan skala prioritas dalam pembangunan. Penjelasan dan informasi yang terungkap dalam pembahasan kajian tersebut akan dapat dilihat atau ditentukan skala prioritas mana yang lebih penting, apakah penyertaan modal atau langsung dialokasikan untuk kepentingan masyarakat Sumut. Ranperda yang diajukan ke DPRD juga tidak mencerminkan adanya kepastian hukum, karena Ranperda itu sama sekali tidak memberikan gambaran yang jelas tentang nilai nominal modal yang akan disetujui, apakah Rp. 10 miliar, Rp. 50 miliar, Rp. 100 miliar, Rp. 500 miliar atau justru tidak terhingga. Penyertaan modal itu direncanakan berasal dari 5% penerimaan dana bagi hasil PBB Sumut. Namun, Fraksi Keadilan Sejahtera tidak melihat kejelasan soal jangka waktu pengembalian dana dari bagi hasil PBB tersebut. Apa yang dipahami tentang PBB adalah pungutan yang berasal dari rakyat yang sesegera mungkin juga harus dikembalikan lagi kepada rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Apalagi saat ini rakyat masih membutuhkan pembangunan pada hal-hal yang mendasar seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur”.

PT. Bank Sumut adalah alat atau motor penggerak perekonomian daerah yang

perlu disuntikkan dana agar dapat disalurkan kepada masyarakat.239 Didukung pula

dengan Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan

Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan

Terbatas yang mengisyaratkan apabila perusahaan BUMN atau PT tersebut disertakan

modal oleh Pemerintah Daerah maka harus ada kajian-kajian mendasar yang

dilakukan oleh Menteri Keuangan dan yang lainnya.

239 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal

PT. Bank Sumut.

Page 131: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

131

Disini terlihat urgensi dari penyertaan modal kepada PT. Bank Sumut yang

dilakukan oleh Pemerintah Daerah haruslah melakukan kajian terlebih dahulu.

PT. Bank Sumut harus membuat proposal kepada Pemerintah Daerah untuk diperiksa

dan dibahas. Setelah pembahasan dan pemeriksaan selesai barulah diputuskan atau

dibawa ke DPRD untuk dibahas kembali. Jika anggaran tersebut diserahkan kembali

kepada Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) untuk membangun sektor-sektor

yang membutuhkan seperti Pertanian, Pendidikan, dan lain sebagainya maka akan

sulit untuk melakukan penyertaan modal kepada PT. Bank Sumut yang dirasakan

tidak langsung kepada masyarakat.

Penggunaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang diserahkan

kepada SKPD harus disertai dengan pengawasan yang baik juga. Tidak sedikit

Kepala Dinas yang melakukan korupsi dan bagi-bagi proyek kepada anggota DPRD.

Jika, hal ini terjadi alangkah baiknya ditempuh jalan penyertaan modal kepada

PT.Bank Sumut.

1. Pembagian Dividen dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Pembagian dividen diatur dalam Akta Notaris No. 39 tanggal 10 Juni 2008

yang dibuat di hadapan notaris H. Marwansyah Nasution, SH di Medan. Selanjutnya

Akta Penegasan No. 05 tanggal 10 November 2008 yang telah mendapat pengesahan

dari Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia No. AHU-87927.AH.01.02 tahun 2008

tanggal 20 November 2008 yang diumumkan dalam Tambahan Berita Negara

Page 132: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

132

Republik Indonesia No. 10 tanggal 03 Februari 2009, maka modal dasar ditambah

dari Rp. 500 miliar menjadi Rp. 1 triliun.240

Pembagian dividen pada Akta Notaris tersebut tidak terlepas dari Undang-

Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.241 Pemegang saham yaitu

Pemerintah Daerah berhak untuk menerima dividen.242 Pembagiannya dapat

dilakukan dengan kumulatif atau non-kumulatif. Kumulatif maksudnya adalah hak

pemegang saham preferen untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang

belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya. Dividen

dibagikan kepada Pemegang Saham apabila Perseroan memunyai saldo laba yang

positif.243 Dividen juga dapat dibagikan sebelum tahun buku Perseroan berakhir. 244

2. Kebijakan Pembagian Dividen pada PT. Bank Sumut

Kebijakan pembagian dividen pada PT. Bank Sumut diatur di dalam Akta

Notaris sebagai Anggaran Dasar Perseroan Terbatas. Namun, bisa juga dilihat pada

Perda Provsu No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal PT. Bank Sumut. Pasal 5

menyebutkan bahwa :

(1) ”Penyertaan Modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) disetorkan pada bulan berikutnya sebagai penyertaan modal pada PT. Bank Sumut.

(2) Hasil Dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) disetor ke Kas Daerah Provinsi Sumatera Utara dan pada bulan berikutnya disetorkan sebagai penyertaan modal kepada PT. Bank Sumut.

240 Bank Sumut, ”Info Saham”, Op.cit. 241 Pasal 15 ayat (1) huruf i., Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

yang menyatakan bahwa “ anggaran dasar memuat sekurang-kurangnya : … i. tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen”.

242 Pasal 53 ayat (4) huruf d., Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 t entang Perseroan Terbatas.

243 Pasal 71 ayat (3), Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 244 Pasal 72 ayat (1), Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Page 133: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

133

(3) Dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 butir c., disetorkan sebagai penyertaan modal pada PT. Bank Sumut.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) berpedoman kepada Pengelolaan Keuangan Daerah”.

Pada ketentuan di atas kelihatan bahwa hasil dividen dimasukkan ke Kas

Daerah secara langsung dan sekaligus agar dapat dengan cepat diserap oleh

Pemerintah Daerah. Pada bulan selanjutnya barulah disertakan kembali ke PT. Bank

Sumut sebagai penyertaan modal. Memang benar jika dana yang ada dapat dengan

cepat diserap maka pembangunan akan berjalan, namun korupsi juga berjalan.

Namun, untuk mengikuti globalisasi ekonomi dunia PT. Bank Sumut

menerapkan pembagian dividen interim berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas. Pada Pasal 72 menyebutkan bahwa245 :

(1) ”Perseroan dapat membagikan dividen interim sebelum tahun buku Perseroan berakhir sepanjang diatur dalam anggaran dasar Perseroan.

(2) Pembagian dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan apabila jumlah kekayaan bersih Perseroan tidak menjadi lebih kecil daripada jumlah modal ditempatkan dan disetor ditambah cadangan wajib.

(3) Pembagian dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh mengganggu atau menyebabkan Perseroan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada kreditor atau mengganggu kegiatan Perseroan.

(4) Pembagian dividen interim ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi setelah memperoleh persetujuan Dewan Komisaris, dengan memperhatikan ketentuan pada ayat (2) dan ayat (3).

(5) Dalam hal setelah tahun buku berakhir ternyata Perseroan menderita kerugian, dividen interim yang telah dibagikan harus dikembalikan oleh pemegang saham kepada Perseroan.

(6) Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian Perseroan, dalam hal pemegang saham tidak dapat mengembalikan dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat (5)”.

245 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Page 134: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

134

Pembagian dividen interim yang diterapkan oleh PT. Bank Sumut pada

dasarnya melindungi Pemegang Saham yang telah menyertakan modalnya yaitu

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Alasan menggunakan kebijakan ini adalah

untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara. Gunanya adalah untuk disalurkan kepada setiap SKPD (Satuan Kerja

Perangkat Daerah) agar dapat diserap untuk pembangunan daerah setiap

Kabupaten/Kota sebagai Pemegang Saham. PAD harus dilaporkan setiap 31

Desember setiap tahunnya. Pelaporan PAD tersebut didasarkan pada Undang-Undang

No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Tebatas.246 Dengan kata lain, pelaksanaan

pembagian deviden boleh dibuat oleh Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No.

5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal PT. Bank Sumut. Namun, pelaksanaannya

tetap menggunakan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Pembagian saham menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah bisa dibagikan sebelum

tahun buku takwim tetapi perlu meminta persetujuan dari RUPS. Pada Undang-

Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, pembagian dividen interim

hanya berdasarkan surat keputusan dari Direksi saja. Jadi, PT. Bank Sumut harus

mengikuti Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang

menggunakan persetujuan Direksi untuk pembagian dividen interim. Maka dari itu

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan

246 Pasal 69 ayat (1), Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 t entang Perseroan Terbat as, yang

mengatakan bahwa : “ Persetujuan laporan tahunan termasuk pengesahan laporan keuangan sert a laporan tugas pengawasan Dewan Komisaris dilakukan oleh RUPS”.

Page 135: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

135

Modal PT. Bank Sumut menyebutkan bahwa pembagian dividen ke Kas Daerah

selanjutnya baru reinvestasi kembali tanpa perlu adanya RUPS.

Jika pembagian deviden pertahun maka saham akan menjadi 0 (nol) maka dari

itu agar tidak terjadi kekosongan saham harus dilakukan pembagian dividen

berdasarkan pembagian saham interim. Oleh karena itu, teori kebijakan dividen

menurut Merton Miller dan Franco Modigliani yang mengatakan bahwa : ”Kebijakan

deviden tidak berpengaruh baik terhadap harga saham perusahaan maupun terhadap

biaya modalnya”.247 Pengaruh baik disini artinya bahwa penarikan seluruh deviden

akan menyebabkan hal yang negatif, maksudnya adalah bahwa PT. Bank Sumut akan

kesulitan dalam pengalokasian modalnya. Pengalokasian modal dalam hal

pembangunan cabang-cabang baru dan penyediaan layanan berupa penempatan

ATM, dan lain sebagainya. Jika, dividen ditahan akan menyebabkan kebaikan kepada

PT. Bank Sumut untuk membuka cabang-cabang baru dan peningkatan layanan

karena modal lebih besar dapat digunakan dengan baik.

3. Alokasi Penggunaan Dividen dari Penyertaan Modal Pemerintah Provinsi Sumatera Utara pada PT. Bank Sumut

Mengenai alokasi penggunaan dividen dari penyertaan modal Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara pada PT. Bank Sumut dapat diketahui melalui Dinas

Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara. Selanjutnya, dari hasil dividen yang

dialokasikan untuk pembangunan daerah, diserahkan untuk percepatan pembangunan

247 Merton Miller dan Franco Modigliani, “Teori Kebijakan Deviden”, Op.cit.

Page 136: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

136

daerah. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan R.E. Nainggolan sebagai Sekretaris

Daerah Provinsi Sumatera Utara sebagai berikut 248 :

“Saat ini sebenarnya sudah dalam tahapan pengerjaan proyek, namun belum sampai kepada tahap pembayaran. Karenanya, serapan masih sekitar 54% dan kebanyakan yang belum terserap itu ada pada proyek-proyek fisik di empat SKPD. Empat SKPD tersebut adalah Dinas Tata Ruang dan Pemukiman (Tarukim), Dinas Bina Marga, Dinas Pendidikan (Disdik) dan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA).

Kita berharap percepatan ini memberikan peningkatan terhadap daya serap dan pelaksanaan program juga semakin cepat. Hal ini penting untuk mempercepat pembangunan sehingga bisa cepat dirasakan oleh masyarakat. Dari laporan kepala SKPD serapan anggaran akan besar pada bulan November dan Desember. Agar setiap SKPD mengajukan tahapan kegiatan secepat mungkin. Tahapan dimaksud seperti pengajuan pantian lelang bagi SKPD yang akan melaksanakan tender dan kesiapan lainnya. Sehingga ketika anggaran sudah berjalan, maka proses tender sudah bisa dilaksanakan di awal-awal tahun.

APBD 2011 sudah disetujui, untuk itu SKPD yang akan melaksanakan lelang sudah harus membuat usulan kepanitiaan lelang. Sehingga, pelaksanaan tender bisa lebih cepat dan pada akhirnya serapan juga bisa dipercepat. Tidak lagi di akhir tahun. Serapan anggaran tahun ini sudah lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya”.

Jelas kelihatan bahwa hasil dividen dari PT. Bank Sumut disertakan di dalam

APBD yang disalurkan kepada SKPD untuk menyelenggarakan tender-tender

pemerintahan. Pelaksanaan tender tersebut rentan terhadap korupsi, sehingga

menghambat pembangunan ekonomi. Investor akan sulit masuk ke Sumatera Utara

jika infrastrukturnya tidak baik.

248 Medan Bisnis, “ Sekdaprovsu Desak Empat SKPD Percepat Serap Anggaran”,

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2010/10/27/5282/sekdapropsu_desak_empat_skpd_percepat_serap_anggaran/., diakses pada 06 Mei 2011.

Page 137: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

137

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan pembahasan mengenai ”Aspek Hukum Penyertaan Modal

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara pada PT. Bank Sumut” selanjutnya dapat ditarik

kesimpulan atau benang merah dari permasalahan yang diutarakan pada bab

sebelumnya. Setelah kesimpulan didapat selanjutnya diikuti dengan saran yang

diutarakan pada bab ini.

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian mengenai penyertaan modal Bank Sumut

yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, didapat kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pengaturan mengenai penyertaan modal yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara pada PT. Bank Sumut adalah belum baik dan lengkap

berdasarkan hierarki peraturan perundang-undangan. Menurut Undang-Undang

No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan pada

Pasal 12 menyebutkan bahwa seluruh “materi muatan Peraturan Daerah adalah

seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas

pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut

Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi”, jadi, dengan kata lain materi

muatan dalam Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009

tentang Penyertaan Modal Pemprovsu pada PT. Bank Pembangunan Daerah

Page 138: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

138

Sumatera Utara tidak diatur mengenai tata cara penyertaan modal. Perda tersebut

hanya memuat mengenai besaran dana yang telah direalisasikan dalam penyertaan

modal kepada PT.Bank Sumut. Setelah menyusun ketentuan-ketentuan tentang

penyertaan modal yang terkait dengan menggunakan hierarki peraturan

perundang-undangan didapat bahwa penyertaan modal yang dilakukan tidak bisa

ditarik 100% karena bertentangan dengan ketentuan keuangan negara.

Pertentangan tersebut adalah keharusan Pemprovsu untuk melakukan penyertaan

modal kepada PT. Bank Sumut (dalam hal ini PT. Bank Sumut sebagai tempat

penyimpanan Kas Daerah).

Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank

Pembangunan Daerah sudah tidak mengikuti perkembangan zaman karena tidak

bisa mengarah kepada Globalisasi Ekonomi. PT. Bank Sumut adalah perusahaan

daerah yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah untuk meningkatkan PAD. Oleh

karena itu, Globalisasi Ekonomi yang mengharuskan setiap perusahaan agar

diprivatisasi adalah tidak terpenuhi pada Undang-Undang No. 13 Tahun 1962

tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah. Jadi, peraturan

yang digunakan oleh PT. Bank Sumut adalah Undang-Undang No. 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Tebatas. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara maupun

Kabupaten/Kota pasti tidak akan memprivatisasi PT. Bank Sumut karena

perusahaan tersebut menghasilkan banyak dividen bagi daerah sebagai PAD.

Lagipula, modal awal pembangunan PT. Bank Sumut adalah berasal dari

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara baik itu Pemerintah Kabupaten dan

Pemerintah Kota.

Page 139: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

139

2. Mengenai tanggung jawab Pemprovsu terhadap penyertaan modal pada PT. Bank

Sumut adalah Pemprovsu bertanggung jawab penuh karena telah diberikan

kewenangan dari pemerintah pusat melalui peraturan pemerintah dan undang-

undang. Jadi, kewenangan tersebut berujung pada peran dan fungsi Pemprovsu

terhadap penyertaan modal pada PT. Bank Sumut, antara lain : menyertakan

modal; memegang saham atas nama daerah; menghadiri RUPS; dan lain

sebagainya.

3. Kebijakan pembagian dividen pada PT. Bank Sumut dari penyertaan modal yang

dilakukan oleh Pemprovsu adalah menggunakan jalan tengah yaitu dana dividen

tersebut sebagian dimasukkan ke Kas Daerah sementara sebagian lagi

dimasukkan dalam penyertaan modal kembali ke PT. Bank Sumut. Inilah yang

menggunakan teori kemanfaatan dapat dilihat bahwa kedua-duanya (antara

pembangunan sarana dan prasarana dengan penyertaan modal) sangat dibutuhkan

oleh masyarakat. Pada penyertaan modal efeknya tidak langsung kepada

masyarakat sedangkan pada pembangunan sarana dan prasarana melalui SKPD

efeknya langsung kepada masyarakat. Namun, dalam penambahan anggaran pada

setiap SKPD sangat rentan terhadap korupsi para Pejabat Daerah. Kebijakan

pembagian dividen adalah menggunakan ketentuan hukum perusahaan karena

seluruh RUPS jelas diatur di dalam ketentuan tersebut sedangkan dalam Perda

Penyertaan Modal tidak jelas. Namun kenyataannya pembagian dividen

mengikuti Perda Provsu No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal PT. Bank

Sumut, yang menginstruksikan agar pembagian dividen dilakukan dengan cara

Page 140: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

140

langsung menkreditkan rekening Kas Daerah di Bank itu sendiri. Dengan begitu,

langsung dapat digunakan oleh Pemerintah Daerah guna pembangunan daerah.

B. Saran

Setelah mengetahui kesimpulan dari rumusan masalah yang ada, maka

selanjutnya saran dari penelitian “Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara pada PT. Bank Sumut” antara lain :

1. Sebaiknya peraturan-peraturan mengenai penyertaan modal Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara pada PT. Bank Sumut dilakukan pengkajian ulang.

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sebaiknya dalam mengambil keputusan

harus melalui koridor hukum yang tersedia. Adanya pengkajian terhadap

penyertaan modal tersebut diperlukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara untuk mengetahui latar belakang penyertaan modal yang dilakukan.

Caranya adalah dengan membahas proposal penyertaan modal dari PT. Bank

Sumut melalui RUPS. Jika tidak ada sebaiknya PT. Bank Sumut segera

membuat bahan kajiannya dan dipersentasikan di depan Pemegang Saham

yaitu Kepala Daerah Pemerintahan se-Sumatera Utara.

2. Sebaiknya Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara sebagai pemegang

saham mayoritas harus beriktikad baik untuk menghadiri RUPS yang

diselenggarakan oleh PT. Bank Sumut. Hal ini ditempuh agar terpenuhinya

duty of care dan duty of loyality dari Pemegang Saham yaitu Kepala Daerah

Provinsi Sumatera Utara. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tidak bisa

Page 141: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

141

melepaskan tanggung jawabnya begitu saja dalam hal pengambilan kebijakan-

kebijakan mengenai pengelolaan perusahaan.

3. Kebijakan pembagian dividen sudah baik dan harus diteruskan dengan

konsisten. Dengan begitu tercapailah kemanfaatan hukum dari peraturan

daerah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Jika

kemanfaatan hukum sudah tercapai maka hukum akan dapat meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kemanfaatan hukum adalah peraturan atau

kebijakan yang berkeadilan.

Page 142: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

142

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Rajawali Press, 2010.

Bank for International Settlement, International Convergence of Capital Measurement and Capital Standards : A Revised Work June 2006, Basel : Basel Committee on Banking Supervision Press & Communications, 2006.

Bank Indonesia, International Convergence of Capital Measurement and Capital Standards : A Revised Framework June 2004, Unofficial Translation by Directorate of Banking Research and Regulation, Jakarta : Bank Indonesia, 2004.

Bungin, Burhan., Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Ed. 1, Cet. 3, Jakarta : Kencana, 2009.

Duharsa, Didi., “Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. Bank Sumut)”, Medan : Tesis, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2009.

Dewi, Elita., “Identifikasi Sumber Pendapatan Asli Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah”, Medan : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, 2002.

Dwijowijoto, Riant Nugroho., dan Ricky Siahaan, BUMN Indonesia : Isu, Kebijakan, dan, Strategi, Jakarta : Gramedia, 2005.

Fratiwi, Sumi., “Aspek Hukum Penyertaan Dan Penatausahaan Modal Negara Pada Badan Usaha Milik Negara”, Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2010.

Page 143: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

143

Ginting, Hartono., “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Kebijakan Moneter terhadap Persetujuan Pemberian Kredit Modal Kerja Pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan”, Tesis : Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2010.

Gunawan, Indra., Menelusuri Buku Kehidupan : Sebuah Perjalanan Mencari Keutuhan, Jakarta : Gramedia, 2004.

Hadinoto, Soetanto., Bank Strategy on Funding and Liability Management, Jakarta : Gramedia, 2008.

Huijbers, Theo., Filsafat Hukum, Yogjakarta : Kanisius, 1995.

Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Cetakan Kedua, Jakarta : Salemba Empat, 2008.

Iskandar, Pranoto., dan Yudi Junaidi, Memahami Hukum di Indonesia : Sebuah Korelasi antara Politik, Filsafat, dan Globalisasi, Cianjur : IMR Press, 2011.

Kaihatu, Thomas S., “Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Manajemen : Universitas Kristen Petra Surabaya, Tanpa Tahun.

Kelsen, Hans., Teori Hukum Murni : Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif, diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien, disunting oleh Nurainun Mangunsong, Bandung : Nusamedia & Nuansa, Cet. III, 2007.

Kementerian Dalam Negeri, “Katalog Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, dan Instruksi Menteri Dalam Negeri Dari Tahun 1950 s.d. 2010 Dengan Status/Aspek Legalitasnya”, Jakarta : Pusdatinkomtel, April 2010.

Kusmono, “Tanggung Jawab Direksi Persero Pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Dalam Hal Terjadi Kerugian”, Tesis : Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2008.

Page 144: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

144

Leon, Boy., dan Sonny Ericson, Manajemen Aktiva Pasiva Bank Nondevisa : Pengetahuan Dasar Bagi Mahasiswa dan Praktisi Perbankan, Jakarta : Grasindo, Tanpa Tahun.

Magee, Bryan., The Story of Philosophy : Kisah Tentang Filsafat, London : Dorling Kindersley Limited, 2001.

Makhsin, Mardzelah., Sains Pemikiran & Etika, Malaysia, Selangor : PTS Professional Publishing, 2006.

Mamesah, D. J., Sistem Administrasi Keuangan Daerah, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995.

Marbun, Rocky., Tanya Jawab Seputar Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Jakarta : Visimedia, 2010.

Nasution, Bismar., “Modul Perkuliahan : Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi”, Medan : Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2009.

Pamudji, Suparni., Pelaksanaan Azas Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, Cetakan Pertama, Jakarta : Yayasan Karya Dharma, 1984.

Samuelson, Beatty., Introduction to Business Law, Third Edition, USA : South Western Cengage Learning.

Sawir, Agnes., Kebijakan Pendanaan dan Restrukturisasi Perusahaan, Jakarta : Gramedia, 2004.

Sentana, Aso., Excellent Service & Customer Satisfaction, Jakarta : Gramedia, 2006.

Sinaga, Gagah Rezkiawan., “Analisis Penerapan Sistem Antrian pada Proses Transaksi di PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan”, Medan : Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, 2010.

Page 145: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

145

Suhardi, Gunarto., Usaha Perbankan Dalam Perspektif Hukum, Yogjakarta : Kanisius, 2009.

Sunggono, Bambang., Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : Rajawali Press, 2010.

Sutanto, Dedy., “Penentuan Standar Duty of Loyality dan Duty of Care Dalam Pertanggungjawaban Direktur Perseroan Terbatas”, Tesis : Universitas Sumatera Utara, 2006.

Suyatno, Thomas., et.al., Kelembagaan Perbankan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1999.

Syamsi, Ibnu., Pengambilan Keputusan (Decision Making), Cetakan Pertama, Jakarta : Bina Aksara, 1989.

Usman, Rachmadi., Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Wijaya, Gunawan., 150 Tanya Jawab tentang Perseroan Terbatas, Cetakan Pertama, Jakarta : Forum Sahabat, 2008.

---------------------., Risiko Hukum sebagai Direksi, Komisaris, dan Pemilik PT, Cetakan Pertama, Jakarta : Forum Sahabat, 2008.

ARTIKEL DAN MAJALAH

Bank for International Settlements, Basel II : International Convergence of Capital Measurement and Capital Standards : A Revised Framework – Comprehensive Version June 2006 The First Pillar – Minimum Capital Requirements, http://www.bis.org/publ/bcbs107b.pdf., diakses pada 04 April 2011.

------------------------------------------, “Tentang BIS”, http://www.bis.org/about/index.htm., diakses pada 05 April 2011.

Page 146: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

146

Bank Sumut, “Info Saham”, http://www.banksumut.com/saham.php., diakses pada 16 Februari 2011.

--------------, “Tentang Kami”, http://www.banksumut.com/tentang.php., diakses pada 06 April 2011.

Gunadarma, “Sumber-Sumber Dana Bank”, peni.staff.gunadarma.ac.id/.../files/.../Sumber-sumber+Dana+Bank.ppt., diakses pada 21 April 2011.

Khaeruddin, “Makin Kuat Indikasi Aliran Dana Bank Sumut ke DPRD”, http://tekno.kompas.com/read/2008/05/29/18424227/Makin.Kuat.Indikasi.Aliran.Dana.Bank.Sumut.ke.DPRD., diakses pada 09 Juni 2011.

Media SMS, “Kinerja PT. Bank Sumut Meningkat”, http://media-sms.com/?p=112., diakses pada 15 April 2011.

Miller, Merton., dan Franco Modigliani, “Teori Kebijakan Dividen”, http://www.slideshare.net/riswono/dividend-policy-1875607., diakses pada 28 Februari 2011.

Rajawali News, “Minta Dana Penyertaan Modal Rp. 150 M, Bank Sumut Jangan Bebani APBD”, http://rajawalinews.com/2011/minta-dana-penyertaan-modal-rp150-m-bank-sumut-jangan-bebani-apbd/., diakses pada 16 Februari 2011.

Ritonga, Chaidir., “Tantangan Mengelola BUMD”, Kolom Opini, Harian Waspada, Rabu 05 Desember 2007.

Sunarsip, “Relasi Bank Pembangunan Daerah dan Perekonomian Daerah”, Harian Republika : Rubrik Pareto, Rabu 09 Januari 2008.

----------, “Membuka Belenggu BUMD”, dimuat Harian Jawa Pos Group, Jum’at 13 Maret 2009.

Page 147: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

147

Tempointeraktif, “Permodalan BPD Terhambat Pemerintah Daerah”, http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/09/26/brk,20100926-280664,id.html., diakses pada 16 Februari 2011.

Waspada Online, “Wabup : Bank Sumut Tanggung Jawab Moral Pemda”, http://www.waspada.co.id/index.php/images/index.php?option=com_content&view=article&id=99208:wabub-bank-sumut-tanggungjawab-moral-pemda-&catid=15&Itemid=28., diakses pada 06 Mei 2011.

Wikipedia, “Bank”, http://id.wikipedia.org/wiki/Bank#Sejarah_ Perbankan _di _Indonesia., diakses pada 06 April 2011.

Zulka, Arvino., “FKS Pertanyakan Urgensi Penyertaan Modal Bank Sumut”, Kantor Berita Antara, Jum’at 09 Januari 2009.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 584/4039/K/1987 tentang Penggunaan Hasil Jasa Giro Kas Daerah Tingkat II Se-Sumatera Utara pada Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara.

Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum.

Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Oleh Bank Umum.

Peraturan Bank Indonesia No. 9/16/PBI/2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 7/15/PBI/2005 tentang Jumlah Modal Inti Minimum Bank Umum, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 145 DPNP/DPbS, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4786 DPNP.

Peraturan Daerah Kabupaten Dairi No. 11 Tahun 2008 tentang Penambahan Penyertaan Modal Daerah pada PT. Bank Sumut, Lembaran Daerah

Page 148: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

148

Kabupaten Dairi Tahun 2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 133.

Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 11 Tahun 2005 tentang Penyisihan Sebagian Dari Hasil Pajak Bumi dan Bangunan Yang Merupakan Penerimaan Pemerintah Provinsi Dan Kabupaten/Kota Sebagai Penyertaan Modal Pada PT. Bank Sumut, Berita Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005 Nomor 11 Seri C Nomor 9.

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Tbk., Lembaran Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Tahun 1999 Nomor 47 Seri D Nomor 47.

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal pada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 16.

Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1999 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh, Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Bank Pembangunan Daerah Bengkulu, Bank Pembangunan Daerah Lampung, Bank Pembangunan Daerah-Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah, Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat, Bank Pembangunan Sulawesi Utara, Bank Pembangunan Daerah Maluku, Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat, dan Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur dalam Rangka Program Rekapitalisasi Bank Umum, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 79.

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4555.

Page 149: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

149

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609.

Peraturan Menteri Keuangan No. 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara.

Undang-Undang No. 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10.

Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 59.

Undang-Undang No. 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 1969 (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2890) tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara Menjadi Undang-Undang, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2904.

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790.

Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843.

Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286.

Page 150: Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut_Agung Yuriandi

150

Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4297.

Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355.

Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437.

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740.

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4756.