Aspek Medikolegal aborsi

Embed Size (px)

Citation preview

Edi suyanto Mahasiswa Progam Pasca Sarjana Magister Hukum Kesehatan Unika Soegijapranata

Negeri mayoritas penduduknya muslim sayang sekali ada gejala-gejala memprihatinkan pelaku aborsi jumlahnya juga cukup signifikan. Aborsi problem sosial paham kebebasan (freedom / liberalism) paham sekularisme pemisahan agama dari kehidupan.

Perkiraan BKKBN 2 juta kasus aborsi setiap tahunnya di Indonesia. 9 Mei 2001 Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa angka aborsi saat ini : 2,3 juta setiap tahun meningkat. dr. Boyke Dian Nugraha April 2001 setiap tahun terjadi 750.000 sampai 1,5 juta aborsi di Indonesia.

Hasil survei Chandi Salmon Conrad di Rumah Gaul binaan Yayasan Pelita Ilmu Jakarta : 42 % remaja yang menyatakan pernah berhubungan seks; 52 % di antaranya masih aktif menjalaninya. ( Survei di Rumah Gaul Blok M : 117 remaja 13 - 20 tahun 60 % wanita)

Definisi aborsi Klasifikasi abortus Aborsi menurut sudut pandang pedoman etik POGI Aborsi menurut sudut pandang beberapa agama yang ada di Indonesia Aborsi dilihat dari segi psikososial Aborsi yang diatur dalam undang undang yang berlaku di Indonesia

Definisi Abortus1. Menurut Hukum, Aborsi ialah tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran tanpa melihat usia kandungan 2. Menurut Medis, gugur kandungan atau keguguran dan keguguran itu sendiri berarti berakhirnya kehamilan, sebelum fetus dpt hidup sendiri diluar kandungan. Batasan umur kandungan 28 mgg dan berat fetus kurang 1000gr

KLASIFIKASI ABORTUSabortus provocatus Abortus medisinalis (abortus therapeutica) indikasi medis Abortus kriminalis ilegal abortus spontanea faktor faktor alamiah

Tahun 2003 BAB X : sikap dokter spesialis obstetri dan ginekologi terhadap aborsi

PASAL 32 Dokter spesialis obstetri dan ginekologi hendaknya menyikapi dengan arif agar tidak terjebak dalam pertentangan tajam antara aliran Pro-life yang secara ekstrim menolak aborsi dan aliran Pro-choise yang menghormati hak perempuan untuk secara bebas menentukan apakah akan meneruskan atau menghentikan kehamilannya dengan cara aborsi.

PASAL 33 Aborsi atas indikasi medis (theurapeutic abortion) dapat dilakukan oleh spesialis obstetri dan ginekologi setelah melaui proses Informed Consent dan diputuskan oleh dua orang yang kompeten dalam bidangnya. PASAL 34 Aborsi atas indikasi nonmedis dapat dilakukan pada kasus-kasus tertentu secara selektif setelah melalui konseling yang aman dan dapat dipertanggungjawabkan.

PASAL 35 Sebagai kontrol apakah keputusan aborsi aman dibenarkan secara etis apabila keputusan itu dibuat dengan berat hati karena tidak ada jalan lain yang lebih baik, bukan karena pertimbangan komersial dan hanya pada kehamilan sebelum 12 minggu.

SUDUT PANDANG BEBERAPA AGAMA

PANDANGAN AGAMA ISLAM

Keputusan fatwa musyawarah nasional VI ulama Indonesia No : I / MUNAS VI/ MUI/2000 tentang aborsi. Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar . (QS. AlIsra *17+ : 33).

Melakukan aborsi (pengguguran janin) sesudah nafkh ar-ruh hukumnya adalah haram, kecuali jika ada alasan medis, seperti untuk menyelamatkan jiwa si ibu. Melakukan aborsi sejak terjadinya pembuahan ovum, walaupun sebelum nafkh ar-ruh, hukumnya adalah haram, kecuali ada alasan medis atau alasan medis atau alasan lain yang dibenarkan oleh syariah Islam.

PANDANGAN AGAMA KRISTIANI

1. Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam kandungan itu belum memiliki nyawa. 2. Hukuman bagi para pelaku aborsi sangat keras. 3. Aborsi karena alasan janin yang cacat tidak dibenarkan Tuhan. 4. Aborsi karena ingin menyembunyikan aib tidak dibenarkan Tuhan. 5. Anak-anak adalah pemberian Tuhan. Jagalah sebaik-baiknya.

PANDANGAN AGAMA HINDU1. Aborsi dalam theologi Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut Himsa Karma. 2. Segera setelah terjadi pembuahan di sel telur maka atma sudah ada. 3. Janganlah mengganggu dan mencelakakan bayi. 4. Jangan membunuh bayi yang tiada berdosa. 5. Jangan membunuh manusia dan hewan.

PANDANGAN AGAMA BUDHA

Agama Budha menentang dan tidak menyetujui adanya tindakan aborsi karena telah melanggar pancasila Budhis, menyangkut sila pertama, yaitu panatipata. - Bagi mereka yang menyediakan jasa aborsi tidak resmi dan ketahuan tentu akan mendapat ganjaran menurut hukum negara. Ini sebagai akibat dari perbuatan (karma).-

Studi dari Aida Torres dan Jacqueline Sarroch Forrest (1998) : 1 % kasus aborsi karena pemerkosaan, 3 % karena membahayakan nyawa calon ibu, dan 3 % karena janin akan bertumbuh dengan cacat tubuh yang serius. 93 % kasus aborsi adalah karena alasanalasan takut tidak mampu membiayai, takut dikucilkan, malu, atau gengsi.

PASAL 75(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi. (2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat diatas dapat dikecualikan berdasarkan: indikasi kedaruratan medis kehamilan akibat perkosaan (3) Tindakan diatas hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

PASAL 76Aborsi dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan : 1. Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis; 2. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan 3. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan; 4. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan 5. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat.

PASAL 77Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

PASAL 299 (1) Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang perempuan atau mengerjakan sesuatu perbuatan terhadap seorang perempuan dengan memberitahukan atau menimbulkan pengharapan, bahwa oleh karena itu dapat gugur kandungannya, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun atau denda sebanyak-banyaknya empat puluh lima ribu rupiah.

(2) Kalau sitersalah mengerjakan itu karena mengharapkan keuntungan, dari pekerjaanya atau kebiasaannya dalam melakukan kejahatan itu, atau kalau ia seorang tabib, dukun beranak (bidan), atau tukang membuat obat, hukuman itu, dapat ditambah dengan sepertiganya. (3) Kalau sitersalah melakukan kejahatan itu dalam jabatannya, dapat ia dipecat dari pekerjaannya itu.

PASAL 346Perempuan yang dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun

PASAL 347(1) Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungan seorang wanita tidak dengan izin wanita itu, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua belas tahun. (2) Jika perbuatan itu berakibat wanita itu mati, ia dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun.

PASAL 348(1) Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur

atau mati kandungan seorang wanita dengan izin wanita itu, dipidana dengan pidana penjara selamalamanya lima tahun enam bulan. (2) Jika perbuatan itu berakibat wanita itu mati, ia dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun.

PASAL 349 Jika seorang dokter, bidan, atau juru obat membantu kejahatan tersebut dalam pasal 346, atau bersalah melakukan, atau membantu salah satu kejahatan diterangkan pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah sepertiganya dan dapat dicabut haknya melakukan pekerjaannya yang dipergunakan untuk menjalankan kejahatan itu.

LARANGAN KUHP - abortus provocatus criminalis Pedoman etika POGI tahun 2003 - indikasi non medis tanpa dampak psikososial yang berat UU No.36 tahun 2009 aborsi yang dilarang = Eliminasi Larangan

PENGECUALIAN Abortus non kriminalis Indikasi medis Indikasi non medis Aborsi dengan indikasi kedaruratan medis = Perluasan perkecualian

Membahas aborsi akan melibatkan banyak kalangan. Agama Islam tidak mengijinkan adanya aborsi, kecuali dengan indikasi tertentu. Agama Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha tidak mengijinkan adanya aborsi. Terdapat fakta bahwa sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan tidak diinginkan akan selalu melakukan aborsi. Hal ini berpotensi mengarah pada legalisasi aborsi.

Sekalipun tidak diakomodir liberalisasi aborsi, namun liberalisasi dapat merupakan suatu implikasi dari legalisasi aborsi. Melegalkan aborsi sebenarnya bukan sesuatu hal yang mustahil, asalkan tujuannya adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan para wanita. Hal positif dari pelaksanaan safety abortion adalah eliminasi jumlah kematian ibu.

Pelaksanaan aborsi secara kasuistik cukup diatur dalam pedoman etika yang dekat dengan teknis pelaksanaannya agar permintaan aborsi tidak meningkat tajam. Ingat selalu The Tenth Commendments yang telah diakui sebagai dasar moral umat manusia.