17
“ASPEK MEDIKOLEGAL SERTIFIKAT KEMATIAN” NILAWATI N 111 12 018 PEMBIMBING : dr. ANNISA A.M., S.H., M.Kes., Sp. F BAGIAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA FAK. KEDOKTERAN – UNTAD PALU 2014

Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sertifikat Kematian

Citation preview

Page 1: Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian

“ASPEK MEDIKOLEGAL SERTIFIKAT KEMATIAN”

NILAWATIN 111 12 018

PEMBIMBING :dr. ANNISA A.M., S.H., M.Kes., Sp. F

BAGIAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGALRUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATAFAK. KEDOKTERAN – UNTADPALU2014

Page 2: Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian

PENDAHULUAN

Prosedur medikolegal adalah tata-cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis besar prosedur medikolegal mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran dimana salah satu ruang lingkupnya ialah tentang penerbitan surat keterangan kematian.2

2. Spitz WU. Medicolegal Investigation of Death Guidelines for the Application of Pathology to Crime Investigation. 4th ed. Charles C Thomas Publisher, Ltd. United States: 2006.

Page 3: Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian

Peristiwa penting yang dialami oleh setiap

orang

KEMATIAN

AKTA KEMATIAN

Perlu dicatat dan dikukuhkan

negara

PELAPORAN KEMATIAN

TINJAUAN PUSTAKA

Page 4: Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian

UU No. 23 Tahun 2006

tentang Administrasi

Kependudukan

Dasar Hukum

Peraturan Bersama Menteri

Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 15 Tahun 2010

Kesadaran masyarakat untuk mengurus akta kematian masih

rendah

Kurang pemahama

n?

PELAPORAN

KEMATIAN

3. Lolong DB. Pengembangan Sistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian di Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol.9 No.4. Jakarta: 2010; 1311-9.

Page 5: Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian

Secara medis dan secara hukum pasien dikatakan meninggal saat terjadi kematian otak.5

1. Tenaga Medis Terdaftar (RMP-Registered Medical Practitioner) yang bekerja di rumah sakit di mana telah terjadi kematian otak.

2. Independen RMP – Spesialis

3. Neurologist/ahli bedah saraf yang dicalonkan oleh panel.

4. RMP yang mengobati pasien.

5. Kumar Pathak Manoj, Tripathi S K, Prashant Agrawal, Rajesh Chaturvedi, Sudhir Yadav. Medico-Legal Update Clinical Criteria for Diagnosis of Brain Death and its Medico-Legal Applications (A Review Study). IndMedica Vol.6 No.2. Varanasi: 2006. Di akses dari : http://www.indmedica.com/journals.php?journalid=9&issueid=78&articleid=1015&action=article. pada tanggal 5 September 2014.

Page 6: Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian

Kematian otak adalah penghentian lengkap dan ireversibel semua fungsi otak termasuk batang otak yang dapat ditentukan dengan beberapa cara : 5

1. Tidak ada aktivitas listrik di otak

2. Tidak ada aliran darah ke otak

3. Tidak adanya fungsi semua bagian otak

5. Kumar Pathak Manoj, Tripathi S K, Prashant Agrawal, Rajesh Chaturvedi, Sudhir Yadav. Medico-Legal Update Clinical Criteria for Diagnosis of Brain Death and its Medico-Legal Applications (A Review Study). IndMedica Vol.6 No.2. Varanasi: 2006. Di akses dari : http://www.indmedica.com/journals.php?journalid=9&issueid=78&articleid=1015&action=article. pada tanggal 5 September 2014.

Page 7: Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian

Tugas petugas medis 1

1. Mendiagnosis terjadinya kematian dan menyatakan kematian tersebut.

2. Menentukan penyebab kematian dan sertifikasi

KEMATIAN

3. Lolong DB. Pengembangan Sistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian di Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol.9 No.4. Jakarta: 2010; 1311-9.

1. Kotabagi Lt Col RB, Chaturvedi Col RK, Banerjee Lt Col A. Medical Certification of Cause of Death. MJAFI Vol.60. No.3. India: 2004; 261-72.

Page 8: Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian

Poin-poin yang harus di ingat : 1

Petugas medis seharusnya tidak menunda, untuk alasan apapun, mengeluarkan sertifikat medis penyebab kematian, setelah yakin dengan penyebab kematian.

Petugas medis tidak bisa mengenakan biaya apapun untuk mengeluarkan sertifikat ini.

Petugas medis seharusnya tidak menahan penerbitan sertifikat medis penyebab kematian bahkan jika pembayaran belum diselesaikan oleh kerabat mayat.

Tidak ada petugas medis yang harus menandatangani sertifikat medis penyebab kematian di muka (yaitu sebelum individu meninggal) atau tanpa melihat dan memeriksa mayat secara pribadi.

1. Kotabagi Lt Col RB, Chaturvedi Col RK, Banerjee Lt Col A. Medical Certification of Cause of Death. MJAFI Vol.60. No.3. India: 2004; 261-72.

Page 9: Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian

Sumber : http://whqlibdoc.who.int/publications/9241560622.pdf

Page 10: Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian

Contoh sertifikat kematian

Page 11: Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian
Page 12: Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian
Page 13: Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian
Page 14: Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian

CATATAN

Formulir ini dipakai di rumah–rumah sakit untuk tiap–tiap peristiwa kematian dan kelahiran mati disitu. Formulir – formulir yang telah diisi dikirimkan kepada Departemen Kesehatan Bagian Statistik sebulan sekali memakai surat pengantar yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Bagian Statistik. Duplikat dari surat pengantar tanpa lampiran dikirimkan kepada Inspektur Kesehatan.

Beberapa petunjuk dalam mengisi formulir Untuk mengisi sebab – sebab kematian janganlah disebutkan “caranya” mati (made

of dying) seperti Paralysis Cordis, Cachexia, Deblitas, Astherinia dsb. Tetapi agar disebut nama penyakit, jelas atau komplikasi yang mengakibatkan kematian itu, seperti Occlusioartcria Coronaria, Malnutrition dls.

Sedapat mungkin diagnosa diisi selengkap – lengkapnya umpamanya: Pneumonia laboris, Malatia tertiana, Desentri basili, Neoplasma maligna coli, dls dan janganlah ditulis nomor Klasifikasi saja.

Untuk mengisi ketarangan kematian karena rudapaksa. Jelaskan macam rudapaksa tersebut, apakah itu peristiwa Bunuh diri. Pembunha

atau Kecalakan Mengenai bunuh diri dan pembunuhan jelaskanlah alat apa yang dipakai dan cara

bagaiman dilakukanya. Contoh : membunuh diri dengan menerjunkan diri di sungai ; dipukul kepalanya

dengan besi; dan sebagainya.

Page 15: Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian

Mengenai kecelakaan: jelaskanlah kendaraan apa atau benda-benda apakah yang tersangkut, siapakah penderita kecelakaan tersebut (penumpang mobil, petugas kereta api, orang jalan dan sebagainya dan dalam hal kecelakaan alat pengangkutan, pula dimanakah terjadinya, jalan umum, lingkungan rumah, perusahaandan sebagainya). Contoh : orang berjalan ditubruk mobil di jalan umum.

Setelah disebutkan cara terjadinya kecelakaan, masih perlu ditulis sifat jelas (kerusakan tubuh) sebagai akibat dari kecelakaan tersebut umpamanya : fraktura cranit, fraktur-fraktur pada tabia kanan dan calcenneus kanan dan sebagainya.

Yang dimaksud dengan kelahiran mati ialah janin yang sekurang – kurangnya telahberumur 28 minggu dalam kandunga dan sudah mati sebelum sempurna dikeluarkan dari badan ibu : yang diartikan mati disini ialah tidak mnunjukkan salah satu tanda – tanda hidup seperti bernafas, denyut jantung atau tali pusat, atau gerakan yang nyata dan otot – otot sadar.

Dalam pengisisan umur janin lahir mati janganlah ditulis “baru lahir” tetapi tulislah “lahir mati” karena perkataan “baru lahir” pada ruang umur dapat diartikan adanya kelahiran hidup.

Pada umunya surat keterangan ini; harus ditanda tangani oleh Dokter, hanya pada rumah-rumah sakit yang dipimpin oleh seorang Perawat/Juru rawat/bidan mereka tersebut terakhir ini dapat menandatanganinya.

Page 16: Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian

DAFTAR PUSTAKA 1. Kotabagi Lt Col RB, Chaturvedi Col RK, Banerjee Lt Col A. Medical Certification of Cause of

Death. MJAFI Vol.60. No.3. India: 2004; 261-72.2. Spitz WU. Medicolegal Investigation of Death Guidelines for the Application of Pathology to

Crime Investigation. 4th ed. Charles C Thomas Publisher, Ltd. United States: 2006.3. Lolong DB. Pengembangan Sistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian di

Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol.9 No.4. Jakarta: 2010; 1311-9.4. Isotalo A. Medico-legal Aspect of Medical Sertification of Cause of Death.

Bull.Org.mond.sante. Finland: 1960; 811-4.5. Kumar Pathak Manoj, Tripathi S K, Prashant Agrawal, Rajesh Chaturvedi, Sudhir Yadav.

Medico-Legal Update Clinical Criteria for Diagnosis of Brain Death and its Medico-Legal Applications (A Review Study). IndMedica Vol.6 No.2. Varanasi: 2006. Di akses dari : http://www.indmedica.com/journals.php?journalid=9&issueid=78&articleid=1015&action=article. pada tanggal 5 September 2014.

6. Srivastava PC, Saxena Shikha, Sahai MKB. Medical Sertification of Cause of Death. IJMU Vol.4 No.1. India: 2009. Di akses dari : http://www.akspublication.com/letter01_jan 2009.htm. pada tanggal 5 September 2014.

Page 17: Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian

TERIMA KASIH