32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Religi sesungguhnya tidak mudah diberikan definisi atau dilukiskan, karena Religi mengambil beberapa bentuk yang bermacam-macam diantara suku-suku dan bangsa bangsa di dunia. Watak Religi adalah suatu subyek yang luas dan kompleks yang hanya dapat ditinjau dari pandangan yang bermacam-macam dan membingungkan. Akibatnya, terdapatlah keanekarReligi n teori tentang watak Religi seperti teori antropologi, sosiologi, psikologi, naturalis dan teori kealaman. Sebagai akibat dari keadaan tersebut, tak ada suatu definisi tentang Religi yang dapat diterima secara universal. Kesulitan memahami realitas Religi salah satunya direspon oleh The Encyclopedia of Philosophy dengan memberikan daftar komponen-komponen Religi . Menurut Encyclopedia itu, Religi mempunyai ciri-ciri khas (characteristic features of religion) sebagai berikut : a. Kepercayaan kepada wujud supranatural (Tuhan). 1

Aspek Religi Dalam Masyarakat]

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Aspek Religi Dalam Masyarakat]

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Religi sesungguhnya tidak mudah diberikan definisi atau dilukiskan,

karena Religi mengambil beberapa bentuk yang bermacam-macam diantara suku-

suku dan bangsa bangsa di dunia. Watak Religi adalah suatu subyek yang luas

dan kompleks yang hanya dapat ditinjau dari pandangan yang bermacam-macam

dan membingungkan. Akibatnya, terdapatlah keanekarReligi n teori tentang

watak Religi seperti teori antropologi, sosiologi, psikologi, naturalis dan teori

kealaman. Sebagai akibat dari keadaan tersebut, tak ada suatu definisi tentang

Religi yang dapat diterima secara universal.

Kesulitan memahami realitas Religi salah satunya direspon oleh The

Encyclopedia of Philosophy dengan memberikan daftar komponen-komponen

Religi . Menurut Encyclopedia itu, Religi mempunyai ciri-ciri khas

(characteristic features of religion) sebagai berikut :

a. Kepercayaan kepada wujud supranatural (Tuhan).

b. Pembedaan antara yang sakral (keramat, suci, kerohanian) dan yang

profan (tidak berhubungan dengan Religi ).

c. Tindakan ritual yang berpusat pada obyek sakral.

d. Tuntunan moral yang diyakini ditetapkan oleh Tuhan.

e. Perasaan yang khas Religi (takjub, misteri, harap, cemas, merasa

berdosa, memuja) yang cenderung muncul di tempat sakral atau diwaktu

menjalankan ritual, dan kesemuanya itu dihubungkan dengan gagasan

Ketuhanan.

f. Sembahyang atau doa dan bentuk-bentuk komunikasi lainnya dengan

Tuhan.

g. Konsep hidup di dunia dan apa yang harus dilakukan dihubungkan

dengan Tuhan.

1

Page 2: Aspek Religi Dalam Masyarakat]

h. Kelompok sosial seReligi , seiman atau seaspirasi.

B. Rumusan Masalah

1 Bagaimana Religi dalam Kehidupan Individu ?

2 Apa Fungsi Religi dalam Kehidupan Masyarakat ?

3 Bagaimana Religi dan Pembangunan ?

4 Bagaimana Religi dan Spritualitas

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah tentang “Religi dan Pengaruhnya

Dalam Kehidupan” ini adalah menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan Religi

dan pengaruhnya dalam kehidupan yang para pembaca belum pernah

mengetahuinya menjadi tahu.

2

Page 3: Aspek Religi Dalam Masyarakat]

BAB II

PEMBAHASAN

A. Religi Dalam Kehidupan Individu

Siapapun orangnya, rakyat biasa atau pembesar, dan apapun Religi nya pasti

tidak terlepas dari yang namanya aturan. Tiap Religi menuntut kepada setiap

penganutnya untuk selalu berada dalam aturan Religi yang dianutnya. Karena

itu, Religi memberikan batasan dan mengatur kehidupan penganutnya.

Seseorang yang dalam kesehariannya tidak di batasi dengan adanya aturan,

niscaya hidupnya bagaikan kapas yang tertiup angin. Dalam arti, hidup orang

tersebut tidak mempunyai arahan yang jelas.

Menurut Hafidz Abdurrahman dalam bukunya Islam Politik Dan Spiritual

menyatakan bahwa manusia adalah hewan, sama dengan hewan yang lain. Jika

hewan yang lain mempunyai kebutuhan jasmani dan naluri, maka manusia juga

demikian. Bedanya manusia diberi akal, sedangkan hewan yang lain tidak.

Mengenai bukti-bukti bahwa manusia mempunyai akal, sedangkan hewan

yang lain tidak, nampak dari perbedaan yang terdapat pada kehidupan masing-

masing hewan tersebut.

Dalam ajaran Islam, Nabi Muhammad SAW diutus tidak lain adalah untuk

menyempurnakan akhlak. Sehingga jika kita ingin melihat lebih jauh implikasi

dari akhlak yang baik adalah seseorang akan lebih mengetahui betapa pentingnya

akan adanya aturan dalam Religi , yang sebenarnya adanya aturan dapat

memberikan batasan mana yang harus dikerjakan dan yang harus ditinggalkan.

Karenanya, ketika seorang Muslim yang ingin menikah lagi, yang memang

menurut Islam sendiri itu di perbolehkan namun yang pasti dibalik itu semua

tidak terlepas dari aturan yang adil. Menurut Dr Ahmad Satori, adil itu

mempunyai tiga makna: adil materi, adil hati, adil jatah.

3

Page 4: Aspek Religi Dalam Masyarakat]

Namun, dari sudut pandang Religi Kristen sebagaimana diungkapkan

Rachmat T. Manullang (Pengamat Sosial KeReligi an) hanya menganut paham

Monogami, kalaupun dalam perjanjian lama ada Nabi-nabi yang melakukan

Poligami itu bukan karena kehendak Allah (Baca: Alah) tetapi karena kekerasan

hati manusia itu sendiri.

Memang, selain menjadi identitas diri, Religi juga memberikan kepada setiap

penganutnya ajaran-ajaran, baik yang berhubungan dengan Sang Pencipta ataupun

sesama makhluk hidup. Sehingga apapun pekerjaan yang dilakukan oleh

seseorang baik yang berReligi Islam atau Non-Islam, itu semua tidak terlepas

dari aturan Religi .

Oleh sebab itu, ketika seseorang menyadari akan adanya aturan dalam

kehidupan kesehariannya, ia pasti akan mengatur (mengkonsep) akan kegiatan

sebelum melakukannya. Dan yang pasti hasil antara orang yang sebelumnya

mengatur berbeda dengan sebelumnya tidak mengatur (mengkonsep). Disinilah

peran penting Religi dalam memberikan aturan kepada para penganutnya, yang

jelas-jelas dalam Islam sendiri ketika seseorang ingin bahagia dunia dan akhirat

haruslah mengikuti aturan-aturan yang ada pada Al-Qur’an dan Al-Hadist.

1. Ketika Aturan Di Abaikan

Dalam kehidupan sehari-hari tak jarang seseorang menyimpang dari

aturan Religi . Dan ia hanya mengabiskan waktunya hanya dengan

mengadakan kegiatan-kegiatan yang mungkin jauh dari nilai-nilai kebaikan.

Dan mungkin juga selama ini seseorang ataupun diri kita sendiri, menganggap

aturan adalah sesuatu yang dapat menghalangi keinginan kita dalam

bertindak. Lihat saja ketika sepasang insan yang ingin melakukan hubungan

suami istri yang sah, pastinya ia terikat dengan adanya tali perkawinan.

Namun masalahnya adalah, bagaimana jika seseorang tidak ingin lagi

mengikuti aturan Religi ?

Dan jika kita ingin melihat sejarah raja-raja terdahulu yang mengabaikan

akan adanya aturan Religi , seperti Fir’aun yang tidak mau menyembah

4

Page 5: Aspek Religi Dalam Masyarakat]

kepada Allah SWT. Dan justru ia malah menganggap dirinya sebagai Tuhan

yang merasa paling kuat, paling berkuasa atau Qorun dimana ia juga

menganggap harta yang dimilikinya adalah hasil dari usahanya sendiri yang

katanya Tuhan tidak ikut campur. Tetapi akhirnya ia juga harus merasakan

dahsyatnya azab dari Allah yang dalam meninggalnya jauh dari kewajaran.

Mengenai masalah aturan, aturan juga sangat berpengaruh ketika

seseorang berada dalam suatu organisasi. Dimana setiap ketua sampai kepada

anggotanya dibutuhkan visi dan misi yang sama, sehingga organisasi yang di

kelolanya mempunyai tujuan (arahan) yang jelas.

Namun suatu organisasi bisa saja mengalami kegagalan, jika salah satu

dari anggotanya tidak dapat menjalani aturan yang ada dengan baik. Hingga

dapat dikatakan, betapa pentingnya aturan dalam kehidupan. Karenanya

disadari atau tidak, mau atau tidak memang setiap seseorang harus siap untuk

diatur dalam Religi nya. Dan yakinlah Religi yang kita anut mengatur kepada

penganutnya untuk kebaikan diri kita sebagai penganut Religi yang sejati.

2. Saling Menasehati

Islam adalah Religi rahmatan lil a’lamin, dimana setiap penganutnya di

tuntut untuk selalu menebarkan kasih sayang kepada seluruh makhluk hidup.

Kalaupun ada para penganutnya yang melakukan kesalahan, mengabaikan

akan adanya aturan itu, yang salah adalah orangnya sendiri bukan kesalahan

dari Religi yang dianutnya.

Dalam Islam ketika ada para penganutnya yang melakukan kesalahan,

sepantasnya seseorang yang sudah mengetahui akan ilmunya segera untuk

saling menasehati dalam kebenaran (lihat Qs Al-Ahsr :3).

Begitu indahnya aturan Religi Islam yang mungkin secara tidak langsung

ketika seseorang melakukan kebaikan, itu pasti ada nilai tambah disisi Allah

SWT.

Melihat persoalan sebelumnya yang mungkin sebagian orang menganggap

akan adanya aturan justru itu membebani kepadanya, itu adalah sikap yang

5

Page 6: Aspek Religi Dalam Masyarakat]

sebenarnya harus di perbaiki. Dan karenanya, setiap muslim harus mampu

mengatakan yang benar walaupun itu menyakitkan baginya.

Akhirnya, ketika seseorang sudah mengabaikan aturan Religi yang ada,

maka akan nampaklah kerusakan-kerusakan. Sebagaimana terungkap di media

massa, banyak orang tak mau tunduk lagi pada aturan Religi . Jika aturan

Religi tak lagi diindahkan, pasti akibatnya akan kembali kepada manusia

sendiri.

B. Hakikat Religi Dalam Kehidupan Masyarakat

Dalam kehidupan bermasyarakat, Religi memiliki fungsi yang vital, yakni

sebagai salah satu sumber hukum atau dijadikan sebagai norma. Religi telah

mengatur bagaimana gambaran kehidupan sosial yang ideal, yang sesuai dengan

fitrah manusia. Religi juga telah meberikan contoh yang konkret mengenai kisah-

kisah kehidupan sosio-kultural manusia pada masa silam, yang dapat dijadikan

contoh yang sangat baik bagi kehidupan bermasyarakat di masa sekarang. Kita

dapat mengambil hikmah dari dalamnya. Meskipun tidak ada relevansinya dengan

kehidupan masyarakat zaman sekarang sekalipun, setidaknya itu dapat dijadikan

pelajaran yang berharga, misalnya agar tidak terjadi tragedi yang sama di masa

yang akan datang.

Seperti yang kita semua ketahui, sekarang banyak terdengar suara-suara

miring mengenai Islam. Banyak orang kafir yang memanfaatkan situasi ini untuk

memojokkan umat Islam di seluruh dunia dengan cara menyebarkan kebohongan-

kebohongan. Menghembuskan fitnah yang deras ke dalam tubuh masyarakat

Islam, sehingga membuat umat Islam itu sendiri merasa tidak yakin dengan

keimanannya sendiri.

Kasus terhangat baru-baru ini adalah mengenai pernikahan antara seorang

kyai berusia 40 tahunan yang dikenal sebagai Syeh Puji yang menikahi gadis

berusia 12 tahun! Dalam pandangan Islam, hal ini sah-sah saja. Karena,

Rasulullah SAW sendiri menikahi Aisyah RA saat Aisyah masih berumur 9

6

Page 7: Aspek Religi Dalam Masyarakat]

tahun! Tetapi bagaimana pandangan masyarakat umum saat ini tentang kasus

pernikahan ’unik’ ini? Banyak versi pendapat yang menghiasinya. Ada

masyarakat umum yang memandang peristiwa ini sebagai peristiwa yang

menghebohkan. Bagaimana ini bisa terjadi? Disinilah sebenarnya fungsi Religi

sebagai sumber hukum yang utama dapat diterapkan. Kita boleh saja berbeda

pandangan mengenai peristiwa ini. Tetapi sekali lagi, Religi lah yang harus kita

jadikan rujukan.

Dalam prakteknya fungsi Religi dalam masyarakat antara lain:2

1. Berfungsi edukatif

Para penganut Religi berpendapat bahwa ajaran Religi yang mereka anut

memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran Religi secara yuridis

berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua undur suruhan dan larangan ini

mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya

menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran Religi masing-

masing.

2. Berfungsi penyelamat

Dimanapun manusia berada dia selalu menginginkan dirinya selamat.

Keselamatan yang meliputi bidang yang luas adalah keselamatan yang

diajarkan oleh Religi . Keselamatan yang diberikan oleh Religi kepada

penganutnya adalah keselamatan yang meliputi dua alam yaitu: dinia dan

akhirat.

3. Berfungsi sebagai pendamaian

Melalui Religi seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai

kedamaian batin melalui tuntunan Religi . Rasa berdosa dan rasa bersalah

akan segera menjadi hilang dari batinnya apabila seseorang pelanggar telah

menebus dosanya melalui : tobat, pensucian ataupun penebusan dosa.

4. Berfungsi sebagai social control

Para penganut Religi sesuai dengan ajaran Religi yang dipeluknya terikat

batin kepada tuntunan ajaran tersebut, baik secara pribadi maupun secara

7

Page 8: Aspek Religi Dalam Masyarakat]

kelompok, ajaran Religi oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga

dalam hal ini Religi dapat berfungsi sebagai pengawasan social secara

individu maupun kelompok, karena:

Religi secara instansi, merupakan norma bagi pengikutnya.

Religi secara dogmatis (ajaran) mempunyai fungsi kritis yang bersifat

profetis (kenabian)

5. Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas

Para penganut Religi yang sama secara psikologis akan merasa memiliki

kesamaan dalam satu kesatuan: iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini

akanmembina solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan

kadang-kadang dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh. Pada beberapa

Religi rasa persaudaraan itu bahkan dapat mengalahkan rasa kebangsaan.

6. Berfungsi transformatif

Ajaran Religi dapat merubah kehidupan kepribadian seseorang atau

kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran Religi yang

dianutnya. Kehidupan baru yang diterimanya berdasarkan ajaran Religi yang

dipeluknya itu kadangkala mampu mengubah kesetiaanya kepada adat atau

norma kehidupan yang dianutnya sebelum itu.

7. Berfungsi jreatif

Ajaran Religi mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja

produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga untuk

kepentingan orang lain. Penganut Religi bukan saja disuruh bekerja secara

rutin dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut untuk melakukan

inovasi dan penemuan baru.

8. Berfungsi sublimatif

Ajaran Religi mengkuduskan segala usaha manusia, bukan saja yang

bersifat Religi ukhrawi, melainkan juga yang bersifat duniawi. Segala usaha

manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma Religi , bila

dilakukan atas niat yang tulus, karena dan untuk Allah merupakan ibadah

8

Page 9: Aspek Religi Dalam Masyarakat]

C. Religi dan pembangunan

Prof. Dr. Mukti Ali mengemukakan bahwa peranan Religi dalam pembangunan

adalah:

a. Sebagai etos pembangunan

Maksudnya adalah bahwa Religi menjadi anutan seseorang atau

masyarakat jika diyakini atau dihayati mampu memberikan suatu tatanan nilai

moral dalam sikap.

Selanjutnya, nilai moral tersebut akan memberikan garis-garis pedoaman

tingkah laku seseorang dalam bertindak, sesuai dengan ajaran Religi nya.

Segala bentuk perbuatan yang dilarang Religi dijauhinya dan sebaliknya,

selalu giat dalam menerapakn perintah Religi , baik dalam kehidupan pribadi

maupun demi kepentingan orang banyak.

Dari tingkah laku dan sikap yang demikian tercermin suatu pola tingkah

laku yang etis. Penerapan Religi lebih menjurus keperbuatan yang bernilai

akhlak mulia dan bukan untuk kepentingan lain.

b. Sebagai motivasi

Ajaran Religi yang sudah menjadi keyakinan mendalam akan mendorong

seseorang atau kelompok untuk mengejar tingkat kehidupan yang lebih baik.

Pengamalan ajaran Religi tercermin dari pribadi yang berpartisipasi dalam

peningkatan mutu kehidupan tanpa mengharapkan imbalan yang berlebihan.

Keyakinan akan balasan tuhan terhadap perbuatan baik telah mampu

memberikan ganjaran batin yang akan mempengaruhi seseorang untuk

beebuat tanpa imbalan material. Balasan dari Tuhan berupa pahala bagi

kehidupan akhirat lebih didambakan oleh penganut Religi yang taat.

Peranan-peranan positif ini telah telah mebuahkan hasil yang konkrit

dalam pembangunan, baik berupa sarana maupun prasarana yang dibutuhkan.

Melalui motiasi keagaaan seseorang terdorong untuk berkorban baik

dalam bentuk materi maupun tenaga atau pikiran. Pengorbanan seperti ini

merupakan asset yang potensial dalam pembangunan.

9

Page 10: Aspek Religi Dalam Masyarakat]

Para Religi wan tentu akan yakin, bahwa dengan Religi bangsa ini bisa

dibangun hingga menjadi aman, damai, dan sejahtera. Anggapan tersebut

secara formal telah mendapatkan pengakuan dari negara. Pancasila yamh

selama ini dijadikan sebagai dasar negara, di mana Ketuhanan Yang Maha

Esa diletakkan pada sila pertama sebenarnya menggambarkan tentang

pentingnya faktor Religi itu.

Namun kadang ada saja orang yang tidak berhasil melihat peran Religi

secara jelas dalam kehidupan ini. Sehingga mereka membuat penilaian yang

kurang tepat, misalnya dikatakan bahwa Religi bukan menjadi faktor penting

untuk membangun kedamaian, melainkan justru sebaliknya. Religi dianggap

sebagai faktor penyebab terjadinya disharmoni di tengah masyarakat.

Penglihatan negatif seperti itu didasarkan pada kasus-kasus yang

sebenarnya tidak seberapa jumlahnya. Misalnya terjadi konflik antar penganut

Religi , pembangunan rumah ibadah yang mengalami hambatan, pengrusakan

fasilitas kelompok Religi tertentu, dan sejenisnya. Kasus-kasus seperti itu

memang ada, tetapi sebenarnya jumlahnya tidak terlalu banyak dan belum

seberapa bila dibandingkan dengan fungsi-fungsi positif yang dilahirkan dari

kegiatan keReligi an itu.

Bisa dibayangkan, betapa banyak dan besar manfaat bagi masyarakat dari

kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing Religi . Melalui tempat ibadah,

seperti masjid, gereja, pura, klenteng, wihara dan lain-lain umat beraga

mendapatkan bimbingan secara gratis oleh para pemukanya masing-masing.

Selain itu, masyarakat berReligi memiliki reference person yang diperankan

langsung oleh para pemuka Religi hingga menjadi anutan tentang kehidupan

ideal yang seharusnya dijalankan.

Lebih dari itu, Religi juga memberikan sumbangan pada

pengembangan ilmu pengetahuan, penyelenggaraan pendidikan, kegiatan

sosial, ekonomi, dan lain-lain. Pusat-pusat pengembangan ilmu, sekalipun

masih terbatas jumlahnya, ternyata dilakukan dari motivasi keReligi an. Selain

10

Page 11: Aspek Religi Dalam Masyarakat]

itu, betapa besar jumlah lembaga pendidikan yang dirintis dan dikembangkan

atas dorongan semangat Religi . Munculnya sekolah-sekolah Islam, kristen,

katholik, hindu, budha dan lain-lain, di berbagai tempat adalah bukti konkrit

betapa besar peran dan sumbangan Religi di negeri ini.

Bahkan umpama saja, pemerintah tidak menyelenggarakan pendidikan

maka, kebutuhan pendidikan akan bisa dicukupi oleh lembaga Religi masing-

masing. Ummat Islam akan membuat sekolah, madrasah, pondok pesantren

dan bahkan universitas-universitas di berbagai tempat. Demikian pula

penganut Kristen dan Katholik akan membuat seminari-seminari, sekolah dan

juga perguruan tinggi. Begitu pula Religi -Religi lain akan membuat lembaga

pendidikan serupa.

Hal serupa akan dilakukan dalam kegiatan sosial. Berbekalkan

semangat Religi maka di berbagai kota berdiri panti asuhan anak yatim,

perawatan orang jompo, pembangunan klinik, rumah sakit, gerakan

pengentasan kemiskinan dan lain-lain. Gerakan itu muncul atas inisiatif dan

prakarsa para pemeluk Religi yang dilakukan sebagai bagian dari wujud

ketaatannya terhadap Religi nya. Gerakan itu dirintis dan diselenggarakan

tanpa menunggu bantuan dan pembiayaan dari pemerintah. Religi tidak

cukup hanya dilihat sebagai gerakan ritual, melainkan juga memiliki

kemampuan menggerakkan orang untuk melakukan kegiatan dalam wilayah

yang amat luas.

Memang seringkali terjadi konflik antar pemeluk Religi , baik yang

berskala kecil hingga yang cukup besar. Akan tetapi sebenarnya fenomena

tersebut adalah sebagai bagian dari proses-proses sosial yang selalu ada

dalam kehidupan bermasyarakat. Kompetisi, konflik dan benturan-benturan

lainnya adalah hal wajar, tetapi itu semua sebenarnya dapat dimaknai sebagai

sesuatu yang lazim dalam kehidupan sosial. Kalaupun toh terjadi, fenomena

seperti itu, bilamana berhasil dikelola, justru memberikan sesuatu yang

11

Page 12: Aspek Religi Dalam Masyarakat]

bersifat positif, yaitu sebagai kekuatan untuk menggerakan kelompok-

kelompok yang ada.

Melalui gambaran tersebut, maka bisa dilihat secara jelas peran

strategis berbagai Religi dalam membangun bangsa ini. Memang peran itu

belum maksimal. Masih diperlukan proses yang panjang lagi. Semuanya

masih dalam proses pendewasaan, pengayaan, dan gerakan menuju tingkat

kualitas yang diinginkan oleh mereka masing-masing. Manakala keinginan itu

telah tercapai, sehingga Religi benar-benar telah dihayati sebagai sumber

inspirasi, jalan menuju kualitas hidup yang sebenarnya, pedoman etik dan tata

cara melakukan komunikasi dengan Tuhan dan sesamanya, maka Religi

akan menjadi kekuatan solutif terhadap problem bangsa ini.

Bangsa ini ke depan akan menjadi berperadaban unggul oleh karena

telah memiliki filsafat hidup yang kokoh yang bersumber dari Religi yang

tumbuh dan berkembang di negeri ini. Persoalannya adalah, bagaimana

masing-masing tokoh dan pemuka Religi meningkatkan kualitas keberReligi

an para penganutnya, tanpa harus saling menyinggung dan apalagi

mengganggu antar sesama. Religi mengajarkan kedamaian, budi luhur,

kesejahteraan, dan memberikan konsep tentang kebahagiaan, baik di dunia

maupun di akherat. Oleh karena itu, sangat naif, tatkala ada sementara tokoh

yang memberikan statemen atau penilaian, bahwa Religi tidak memberi

sumbangan apa-apa pada upaya membangun kedamaian dan penyelesaian

problem kehidupan ini. Wallahu a’lam.

D. Religi dan Spritualitas

Sedangkan dalam aspek kepercayaan, masyarakat pada masa

perundagian(zaman logam) juga masih mempercayai akan

adanya kekuatan roh nenek moyang,dan juga percaya akan

adanya kekuatan animisme serta dinamisme. Animisme adalah

12

Page 13: Aspek Religi Dalam Masyarakat]

suatu kepercayaan yang meyakini adanya suatu roh atau jiwa

yanh melekat pada benda-benda, baik pada benda hidup maupun

mati. Benda-benda yang memiliki jiwa atau roh itu bisa berupa

hewan, tumbuhan, batuan, gunung, sungai, dan sebagainya.

Menurut kepercayaan purba, bahwa roh atau jiwa itu terdapat

disekeliling manusia dan juga menjadi roh pelindung, baik

dirumah, desa, ladang, hutan dan sebagainya. Orang-orang yang

berhubungan dengan mereka, diajak berbicara dan bergaul,

namun tidak semua roh itu baik, adapula yang jahat. Menurut

kepercayaan mereka, roh yang baik dapat dijadikan sahabat

sedangkan yang jahat harus diperangi atau dilawan.

Adapun yang dimaksud dengan kepercayaan dinamisme

adalah suatu keyakinan yang menyebutkan bahwa kadangkala

pada benda-benda tertentu, baik benda hidup atau mati, atau

bahkan juga pada benda-benda ciptaan manusia( seperti tombak

dan keris) memiliki kekuatan gaib dan dianggap bersifat

suci( keramat) , sehingga dapat dianggap dapat memancarkan

pengaruh baik ataupun buruk kepada manusia dan dunia

disekitarnya. Dengan demikian apabila orang bertemu dengan

benda-benda tertentu yang memiliki pengaruh tersebut maka ia

harus hati-hati , waspada dan sebagainya. Misalnya saja , di Jawa

ada kepercayaan yang menyebutkan bahwa apabila orang

bertemu atau lewat ditempat yang dianggap “angker”, misalnya

kuburan kuno, pohon beringin besar, dan sebagainya maka harus

hati-hati.  

Orang yang telah mengetahui Allah, mengalami kehadiran-Nya,

merasakancamput tangan-Nya dalam hidup, dan menerima wahyu-Nya, tidak dapat

diam. Karena pengalaman pribadi berjumpa dengan Allah, orang yang mengalami

13

Page 14: Aspek Religi Dalam Masyarakat]

perjumpaan dengan Allah terdorong dari dalam dirinya menceritakan perjumpaan

itu kepada orang lain. Ia menyampaikan pada mereka pengalamannya akan Allah

itu. Ia mewartakan pada orang lain apa hakikat Allah, apa pikiran dan kehendak-

Nya bagi umat manusia dan dunia. Ia berusaha membantu mereka mendapatkan

pengetahuan dan pengalaman tentang Allah seperti yang dialaminya agar hidup

mereka bahagia seperti hidupnya.

Religio pada intinya adalah pengenalan, hubungan, dan ikatan kembali

dengan Allah dikonkretkan dalam Religi . Dengan kata lain, Religi adalah

pelembagaan religiositas oleh masyarakat penganutnya. Menurut Ensiklopedi

Indonesia I (Ed. Hassan Shadily), istilah Religi berasal dari bahasa Sansekerta:

a berarti berjalan tidak, gam berarti pergi atau berjalan dan a yang berarti

bersifat atau keadaan. Jadi, Religi berarti sifat atau keadaan tidak pergi, tetap,

lestari, kekal, tidak berubah. Maka, Religi adalah pegangan atau pedoman

untuk mencapai hidup kekal.

Inti dari sumber Religi adalah religiositas, yaitu perasaan dan kesadaran

akan hubungan dan ikatan kembali manusia dengan Allah kerena manusia telah

mengenal dan mengalami kembali Allah, dan percaya kepada-Nya. Dari

penghayatan kesadaran akan hubungan dan ikatan dengan Allah itu, maka

muncullah Religi dengan empat unsure utamanya yaitu dogma, doktrin, atau

ajaran, ibadat atau kultus, moral atau etika dan lembaga atau organisasi.

Dogma merumuskan hakikat Allah yang dikenal, dialami, dan dipercaya, serta

kehendak-Nya untuk manusia dan dunia. Ibadat menetapkan bagaimana

seharusnya hubungan manusia dengan Allah.

Moral menggariskan pedoman perilaku yang menetapkan perilaku yang

sesuai atau tidak sesuai dengan pengalaman dan kepercayaannya terhadap

Allah dalam hidup. Lembaga mengatur hubungan antara penganut Religi satu

sama lain, dan hubungan mereka dengan pimpinan Religi mereka dalam

rangka penghayatan religiositas secara bersama-sama. Karena Religi

dilepaskan dari religiositas, maka dalam menjalani dan menghayati keempat

14

Page 15: Aspek Religi Dalam Masyarakat]

unsure Religi itu orang berReligi tidak mengaitkan dengan Allah. Karena

dilepaskan dari hakikat Allah dan kehendak-Nya bagi umat manusia dan dunia,

dogma tentang Allah dan kehendak-Nya menjadi rumusan-rumusan tentang isi-

isi pokok Religi yang berdiri sendiri. Seringkali dogma Religi sebagaimana

dirumuskan itu dianggap sudah paling sempurna, maka tidak bias dan tidak

boleh diubah. Orang hanya harus menerima dan mempelajarinya. Bahkan,

penafsirannya pun dibuat resmi dan dianggap baku. Menafsir dogma Religi

secara lain dinilai sombong, berani, memberontak bahkan murtad dari

Religi .karena dogma Religi dianggap sudah sempurna, maka tidak mustahil

bahwa dogma semacam itu mendorong para penganutnya terpeleset dalam

kesombongan Religi .

Ibadat lama-kelamaan menjadi magi dan tabu. Ibadat menjadi magi

manakala rangkaian perbuatan yang dilakukan dan kata yang diucapkan serta

berbagai benda yang digunakan, asal dilakukan dengan baik, dengan sendirinya

akan mendatangkan keberuntungan dan membebaskan orang dari bahaya. Jadi

tujuan ibadat bukan untuk memuja dan menyembah Allah serta mempererat

hubungan dengan-Nya, tapi untuk mendapatkan keberuntungan

ataudihindarkan dari bahaya. Ibadat diperlakukan sebagai hal yang tabu. Ibadat

mempunyai aturan dan tata tertib menurut pemikiran tabu harus dilakukan

dengan cermat dan teliti. Karena diperlakukan sebagai magi dan tabu, ibadat

sudah bukan lagi menjadi sarana untuk berhubungan dengan Allah, melainkan

sebagai perbuatan kramat. Karena dilepaskan dari religiositas, moral Religi

juga dilepaskan dari maksud dan kehendak Allah dan berdiri sendiri, lalu

menjelma menjadi perintah dan larangan. Orang tidak melanggar perintah atau

larangan Religi bukan karena takut menghina Allah dan merusak hubungam

dengan-Nya, tetapi Karena takut hukuman. Berubahnya moral Religi menjadi

peraturan mengakibatkan beberapa akibat.

Pertama, dengan entengnya orang berReligi melanggar perintah Religi .

Kedua, karena perintah Religi menjadi peraturan, orang dapat menjadi

15

Page 16: Aspek Religi Dalam Masyarakat]

munafik. Ketiga, seandainya dengan jujur melaksanakan perintah dan menaati

larangan, orang yang melihat moral Religi hanya sebagai peraturan tidak amat

terbantu dalam penghayatan Religi nya karena sikapnya menjadi sekedar sikap

legalitas. Keempat, tuntutan moral Religi adalah berat. Karena tidak mampu

memenuhi tuntutan moral Religi itu, orang mengakali pelaksanaannya. Dalam

konteks religiositas, lembaga adalah sarana pengembangan dogma, ibadat, dan

moral. Namun bila dilepaskan dari religiositas, lembaga dapat menjadi tujuan

tersendiri. Terkadang Religi dijadikan alat untuk memperkuat identitas, atau

menunjukkan kelebihan Religi nya pada masyarakat agar mendapat pujian.

16

Page 17: Aspek Religi Dalam Masyarakat]

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Siapapun orangnya, rakyat biasa atau pembesar, dan apapun Religi nya

pasti tidak terlepas dari yang namanya aturan. Tiap Religi menuntut kepada

setiap penganutnya untuk selalu berada dalam aturan Religi yang dianutnya.

Karena itu, Religi memberikan batasan dan mengatur kehidupan

penganutnya.

Seseorang yang dalam kesehariannya tidak di batasi dengan adanya

aturan, niscaya hidupnya bagaikan kapas yang tertiup angin. Dalam arti, hidup

orang tersebut tidak mempunyai arahan yang jelas.

Menurut Hafidz Abdurrahman dalam bukunya Islam Politik Dan

Spiritual menyatakan bahwa manusia adalah hewan, sama dengan hewan yang

lain. Jika hewan yang lain mempunyai kebutuhan jasmani dan naluri, maka

manusia juga demikian. Bedanya manusia diberi akal, sedangkan hewan yang

lain tidak.

B. Saran

Dalam makalah ini penulis sadari masih jauih dari kesempurnaan dan

banyak kekurangannya baik dalam bahasa yang belum baku, isi materi yang

dibahas maupun penyusunan kalimatnya. Oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

17

Page 18: Aspek Religi Dalam Masyarakat]

DAFTAR PUSTAKA

Djalaluddin, Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Religi , Kalam Mulia: Jakarta, 1998. cet. Ke-4

Jalaluddin, Psikologi Religi , PT RajaGrafindo Persada: Jakarta, 2004. cet. Ke-8

Mubarrak, Zakky, 2008. MPKT Buku Ajar II: Manusia, Akhlak, Budi Pekerti dan Masyarakat. Depok: Penerbit FEUI

Kaelany, DR, 2009. Islam Religi Universal. Jakarta: Midada Rahma Press

http://peziarah.wordpress.com/2007/02/05/sikap-keReligi an/

18

Page 19: Aspek Religi Dalam Masyarakat]

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah

ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Aspek Religi Pengaruhnya

Dalam Masyarakat

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan

hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.

Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya

mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari

bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat

penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita

sekalian.

Penulis

i 19

Page 20: Aspek Religi Dalam Masyarakat]

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFATR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan masalah................................................................................. 2

C. Tujuan ......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Religi Dalam Kehidupan Individu................................................. 3

B. Hakikat Religi Dalam Kehidupan Masyarakat ............................. 6

C. Religi dan pembangunan .............................................................. 9

D. Aspek Religi Dalam Kehidupan Masyarakat.............................. 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 18

B. Kritik dan Saran ................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... iii

ii

20

Page 21: Aspek Religi Dalam Masyarakat]

21