50
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Selama masa nifas, sangat penting untuk memberikan asuhan yang tepat untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis, melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi, memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari, memberikan pelayanan keluarga berencana serta mendapatkan kesehatan emosi. Program nasional mempunyai suatu kebijakan pada masa nifas yaitu untuk melakukan kunjungan selama masa nifas paling sedikit empat kali yang bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi, melakukan pencegahan terhadap kemungkinan- kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya, mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas serta menangani 1

Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Askeb Nifas

Citation preview

Page 1: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

Selama masa nifas, sangat penting untuk memberikan asuhan yang tepat

untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis,

melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau

merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi, memberikan

pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan

manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari,

memberikan pelayanan keluarga berencana serta mendapatkan kesehatan

emosi.

Program nasional mempunyai suatu kebijakan pada masa nifas yaitu

untuk melakukan kunjungan selama masa nifas paling sedikit empat kali yang

bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi, melakukan

pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan

ibu nifas dan bayinya, mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang

terjadi pada masa nifas serta menangani komplikasi atau masalah yang timbul

dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

      Sebagian besar kejadian kesakitan  dan kematian ibu terjadi selama

empat jam pertama setelah kelahiran bayi yang disebabkan oleh perdarahan

pasca persalinan. Karena alasan ini sangatlah penting untuk memantau ibu

secara ketat segera setelah persalinan. Jika tanda-tanda vital dan kontraksi

uterus masih dalam batas normal selama dua jam pertama pasca persalinan,

mungkin ibu tidak akan mengalami perdarahan persalinan. Sehingga sangat

penting untuk berada di samping ibu dan bayinya selama dua jam pertama

pasca persalinan untuk tetap mengetahui kondisi ibu dan bayi agar tetap

optimal.

1

Page 2: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny “NL”

dengan post partum normal hari pertama dengan manajemen kebidanan 7

Langkah Varney.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan Pengkajian data subjektif dan objektif pada Ny “NL”

dengan post partum normal hari pertama secara sistematis.

2. Mampu merumuskan diagnosa, masalah dan kebutuhan pada Ny “NL”

dengan post partum normal hari pertama secara sistematis.

3. Mampu merumuskan diagnosa dan masalah potensial pada Ny “NL”

dengan post partum normal hari pertama secara sistematis.

4. Mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera pada Ny “NL”

dengan post partum normal hari pertama secara sistematis.

5. Mampu menyusun rencana asuhan pada Ny “NL” dengan post partum

normal hari pertama secara sistematis.

6. Mampu melaksanakan tindakan kebidanan pada Ny “NL” dengan post

partum normal hari pertama secara sistematis.

7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan yang telah

dilaksanakan pada Ny “NL” dengan post partum normal hari pertama

secara sistematis.

1.3 Manfaat

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sarana untuk mendidik mahasiswa agar lebih terampil dan cekatan

dalam memberikan pelayanan terhadap ibu nifas melalui manajemen kebidanan

dengan 7 langkah varney.

2. Bagi Pembimbing Lahan

Dapat dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan mutu pelayanan,

sehingga kebutuhan ibu nifas dapat terpenuhi secara optimal.

2

Page 3: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

3. Bagi Mahasiswa

Dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan pengetahuan dalam

melakukan praktik selanjutnya, dapat meningkatkan kemampuan dan

keterampilan dalam melaksanakan kegiatan post natal care pada ibu nifas.

3

Page 4: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Teori

2.1.1 Gambaran Umum Masa Nifas

Nifas atau masa nifas adalah suatu masa yang dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil, berlangsung kira-kira 6 minggu ( Saifuddin, 2009).

Nifas atau puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya

alat kandungan pada keadaan yang normal dan berlangsung selama 6

minggu atau 42 hari. Dijumpai 2 kejadian penting dalam puerperium yaitu

involusio uterus dan proses laktasi ( Manuaba, 2007 ).

Tahapan masa nifas terbagi menjadi 3, yaitu :

a.    Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri

dan berjalan, serta menjalankan aktifitas layaknya wanita normal

lainya

b.    Puerperiun intermediat, yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat – alat

genitalia yang lamanya sekitar 6 – 8 minggu

c.     Puerperium remote yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan

mempunyai komplikasi ( Nanny, 2012 ).

2.1.2 Fisiologi Nifas

Segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kira-kira sepusat.

Korpus uteri sekarang sebagian besar merupakan miometrium yang

dibungkus serosa dan dilapisi desidua. Dinding anterior dan posterior

menempel dengan tebal masing-masing 4-5 cm. Oleh karena adanya

konraksi rahim, pembuluh darah tertekan sehingga terjadi ischemia. Selama

2 hari berikut uterus tetap dalam ukuran yang sama baru 2 minggu

kemudian turun kerongga panggul dan tidak dapat diraba lagi diatas

symfisis dan memncapai ukuran normal dalam waktu 4 minggu

(Wiknjosastro, 2006 ).

4

Page 5: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

2.1.3 Perubahan Fisiologi dan Psikologi Pada Masa Nifas

A. Perubahan Fisiologi pada masa nifas

a) Uterus (Rahim)

Setelah persalinan uterus seberat ± 1 kg, karena infolusio 1

minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu

kedua menjadi 300 gram dan segera sesudah minggu kedua menjadi

100 gram. Jumlah sel-sel otot tidak berkurang banyak hanya saja

ukuran selnya yang berubah.

Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak pembuluh

darah yang mengalami trombos. Setelah kelahiran, ukuran pembuluh

darah ekstra uteri mengecil menjadi sama atau sekurang-kurangnya

mendekati ukuran sebelum hamil.

Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi.

InvolusiTinggi Fundus Uteri

Berat Uterus(gr)

Diameter Bekas Dekat Plasenta(cm)

Keadaan Serviks

Bayi lahir Setinngi pusat 1000Uri lahir 2 jari dibawah

pusat750 12, 5 Lembek

Satu minggu Pertengahan pusat-simfisis

500 7, 5 Beberapa hari setelah postpartum dapat dilalui 2 jariAkhir minggu pertama dapat memasuki 1 jari

Dua minggu Tak teraba diatas simfisis

350 3 – 4

Enam minggu Bertamabh kecil 50 – 60 1 – 2

Delapan minggu

Sebesar normal 30

b) Serviks (Leher rahim)

Serviks menjadi tebal, kaku dan masih terbuka selama 3 hari.

Namun ada juga yang berpendapat sampai 1 minggu. Bentuk mulut

serviks yang bulat menjadi agak memanjang dan akan kembali

normal dalam 3-4 bulan

c) Vagina

Vagina yang bengkak serta lipatan (rugae) yang hilang akan

kembali seperti semula setelah 3-4 minggu ( Suhermi, 2009 ).

5

Page 6: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

d) Abdomen

Perut akan menjadi lembek dan kendor. Proses involusio pada

perut sebaiknya diikuti olahraga atau senam penguatan otot-otot

perut. Jika ada garis-garis biru (striae) tidak akan hilang, kemudian

perlahan-lahan akan berubah warna menjadi keputihan.

e) Payudara

Payudara yang membesar selama hamil dan menyusui akan

kembali normal setelah masa menyusui berakhir. Untuk menjaga

bentuknya dibutuhkan perawatan yang baik.

f) Kulit

Setelah melahirkan, pigmentasi akan berkurang, sehingga

hiperpigmentasi pada muka, leher, payudara dan lainnya akan

menghilang secara perlahan-lahan.

g) Lochea

Dengan involusio uteri, maka lapisan lapisan luar dari desidua

yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua

yang mati akan keluar bersama-sama dengan sisa cairan, campuran

antara darah yang dinamakan lochea. Biasanya berwarna merah,

kemudian semakin lama semakin pucat, dan berakhir dalam waktu 3-

6 minggu.

1. Lochea Rubra

Sesuai dengan namanya yang muncul pada hari pertama

post partum sampai hari keempat. Warnanya merah yang

mengandung darah dan robekan/luka pada tempat perlekatan

plasenta serta serabut desidua dan chorion.

2. Lochea Serosa

Berwarna kecoklatan, mengandung lebih sedikit darah,

banyak serum, juga lekosit. Muncul pada hari kelima sampai

hari kesembilan.

6

Page 7: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

3. Lochea Alba

Warnanya lebih pucat, putih kekuning-kuningan dan

mengandung leukosit, selaput lendir serviks serta jaringan

yang mati. Timbulnya setelah hari kesembilan ( Suhermi,

2009 ).

h) Laktasi atau pengeluaran ASI

Selama kehamilan hormon estrogen dan progesterone

menginduksi perkembangan alveolus dan duktus lactiverus didalam

payudara dan juga merangsang produksi kolostrum. Namun produksi

ASI akan berlangsung sesudah kelahiran bayi saat kadar hormon

estrogen dan progesterone menurun.

Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin,

rangsangan sentuhan payudara (bayi mengisap) akan merangsang

produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel mioepitel.

Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae melalui

duktus kesinus lactiverus.

Cairan pertama yang diperoleh bayi sesudah ibunya melahirkan

adalah kolostrum, yang mengandung campuran yang lebih kaya akan

protein, mineral, dan antibody daripada ASI yang telah mature. ASI

yang mature muncul kira-kira pada hari ketiga atau keempat setelah

kelahiran.

i) Perubahan system Endokrin

Endokrin diproduksi oleh kelanjar hypofise anterior, meningkat

dan menekan produksi FSH (Folicle Stimulating Hoemone) sehingga

fungsi ovarium tertunda. Dengan menurunnya hormone estrogen dan

progesteron, kondisi ini akan mengembalikan fungsi ovarium kepada

keadaan semula ( Suhermi, 2009 ).

j) Perubahan Tanda-Tanda Vital

a.       Suhu badan

Dalam 24 jam postpartum suhu badan akan meningkat sedikit

(37,50C – 380C)sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan,

kehilangan cairan, dan kelelahan.biasanya pada hari ke-3 suhu badan

7

Page 8: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

akan meningkat lagi karena adanya pembentukan ASI.payudara akan

menjadi bengkak,dan berwarna merah karena banyaknya ASI, bila

suhu tidak turun kemungkinan terjadi infeksi.

b.      Nadi

Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali/menit, denyut nadi

ibu postpartum biasanya akan lebih cepat, bila melebihi 100

kali/menit kadaan ini termasuk abnormaldan keadaan ini

menunjukkan adanya kemungkinan infeksi.

c.       Tekanan Darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah kemungkinan akan lebih

rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan atau yang

lainnya.tekanan darah akan tinggi bila terjadi pre-eklamsi

postpartum.

d.      Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan

denyut nadi,bila suhu dan nadi tidak normal pernafasan juga akan

mengikutinya kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran cerna

(Suhermi, 2009 ).

B. Perubahan Psikologi pada masa nifas

Perubahan psikologi pada masa nifas dibagi dalam beberapa fase yaitu :

1) Fase “Taking In”

a) Perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya, fase ini berlangsung

selama 1-2 hari.

b) Ibu memperhatikan bayinya tetapi tidak menginginkan kontak

dengan bayinya. Ibu hanya memerlukan informasi tentang

bayinya.

c) Ibu memerlukan makanan yang adekuat serta istirahat/tidur.

2) Fase “Taking Hold”

a) Fase mencari pegangan, berlangsung ±10 hari.

b) Ibu berusaha mandiri dan berinisistif.

c) Ibu ingin belajar tentang perawatan diri dan bayinya.

8

Page 9: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

d) Timbul rasa kurang percaya diri.

3) Fase “Letting Go”

a) Ibu merasakan bahwa bayinya terpisah dari dirinya.

b) Ibu mandapatkan peran dan tanggung jawab baru

c) Terjadi peningkatan kemandirian diri dalam merawat diri dan

bayinya.

d) Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga dan bayinya

(Saifuddin, 2009 ).

2.1.4 Kebutuhan Ibu Nifas

a. Nutrisi dan Cairan

Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu

yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi.bila pemberian ASI

berhasil baik, maka berat badan bayi akan meningkat, integritas kulit baik,

tonus otot, serta kebiasaan makan yang memuaskan. Ibu menyusui tidaklah

terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya yang terpenting adalah makanan

yang menjamin pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.

Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan

pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah

susu normal. Rata-rata ibu harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika

menyusui ( Nanny, 2012 ).

Ibu memerlukan tambahan 20gr protein untuk pertumbuhan dan

penggantian sel-sel yang rusak atau mati. Nutrisi lain yang diperlukan oleh

ibu yaitu asupan cairan, ibu dianjurkan minum 2-3 liter per hari dalam

bentuk air putih, susu dan jus buah untuk melindungi tubuh dari serangan

penyakit dan mengatur kelancaran metabolism dalam tubuh.

Pil zat besi (Fe) harus diminum untuk penambahan zat gizi setidaknya

selama 40 hari pasca melahirkan. Serta minum kapsul vitamin A ( 200.000

unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam

setelahnya agar dapat memeberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI

( Nanny, 2012 ).

9

Page 10: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

b.  Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijakan agar secepat mungkin

bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan

membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan.

Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu post partum terlentang ditempat

tidur selama 7-14 hari setelah melahirkan,ibu postpartum sudah

diperbolehkan untuk berjalan-jalan dalam 24-28 jam postpartum.

Keuntungannya Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation,

Faal usus dan kandung kemih lebih baik, Early ambulation memungkinkan

kita mengajarkan ibu cara mearawat anaknya selama ibu masih dirumah

sakit misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan memberi makanan dan

Lebih sesuai dengan keadaan indonesia (sosial ekonomi) menurut penelitian

yang saksama early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk,

tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi

penyembuhan luka episiotomi atau luka jahitan, serta tidak memperbesar

kemungkinan prolapsus uteri (Nanny, 2012 ).

c. Eliminasi

Dalam 6 jam pertama postpartum pasien sudah harus dapat buang air

kecil. Jika semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih, dapat

mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan misalnya infeksi.Bidan

harus dapat meyakinkan pasien bahwa kencing sesegera mungkin setelah

melahirkan akan mengurangi komplikasi postpartum. Berikan dukungan

mental pada pasien bahwa ia pasti mampu menahan sakit pada luka jalan

lahir akibat terkena air kencing karena ia pun sudah berhasil berjuang untuk

melahirkan bayi

Dalam 24 jam pertama postpartum pasien harus sudah dapat buang air

besar karena semakin lama feses tertahan dalam usus ,semakin sulit baginya

untuk buang air besar secara lancar. Semakin lama feses didalam usus, feses

semakin mengeras karena cairan yang terkandung dalam feses akan selalu

10

Page 11: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

terserap oleh usus. Anjurkan pasien untuk makan tinggi serat dan banyak

minum air putih ( Nanny, 2012 ).

d. Kebersihan

Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri ibu

postpartum:

1. Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi kulit

pada bayi

2. Bersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.pastikan ibu mengerti

cara membersihkan diri dari daerah vulva terlebih dahulu, dari depan

kebelakang baru kemudian membersihkan daerah anus

3. Ganti pembalut setiap kali darah penuh atau minimal 2 kali dalam

sehari.apabila dibiarkan dan tidak diganti akan menyebabkan luka pada

daerah vagina menjadi infeksi

4. Cuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai membersihkan

daerah kemaluan ( Nanny, 2012 ).

e. Istirahat dan Tidur

Anjurkan ibu untuk Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan, tidur

siang atau istirahat selagi bayi tidur, kembali ke kegiatan rumah tangga

secara perlahan – lahan serta mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat

menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira – kira 2 jam dan malam

7 – 8 jam ( Nanny, 2012 ).

Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal seperti

mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi

uterus dan memperbanyak perdarahan dan menyebabkan depresi dan

ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri (Saifudin, 2009 ).

f. Aktivitas Seksual

Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu nifas harus memenuhi

syarat berikut ini:

1. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu datah merah

berhenti dan ibu dapat memasukkan satu dua jarinya kedalam vagina

11

Page 12: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

tampa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan

suami istri kapan saja ibu siap.

2.  Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri

sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu

setelah persalinan, keputusan ini bergantung pada pasangan yang

bersangkutan ( Saifuddin, 2009 ).

g. Latihan dan Senam Nifas

Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh

wanita, involusi ini sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan.sebagi

akibat kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya

striae gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan sangat

terganggu.cara untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan

langsung seperti semula adalah dengan melakukan latihan dan senam nifas

(Saifuddin, 2009 ).

2.1.5 Asuhan Pada Masa Nifas

Asuhan pada masa nifas terbagi menjadi 4 tahapan yaitu :

1. Asuhan yang diberikan pada 2 jam pertama masa nifas, yaitu :

- Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus uteri, kandung kemih dan

darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap

30 menit selama satu jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak

normal, tingkatkan frekusensi  observasi dan penilaian kondisi ibu.

- Masase uterus untuk membuat kontaraksi uterus menjadi baik setiap 15

menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua

kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan

frekusensi observasi dan penilaian kondisi ibu.

- Pantau temperatur tubuh setiap jam dalam dua jam pertama

pascapersalinan. Jika meningkat, pantau dan tatalaksana sesuai dengan

apa yang diperlukan.

- Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama

satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala

empat.

12

Page 13: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

- Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan

jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan masase jika uterus

menjadi lembek.

- Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu

mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu

agar nyaman, duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga

agar bayi diselimuti dengan baik. Bagian kepala tertutup baik,

kemudian berikan bayi ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi

ASI.

- Lakukan asuhan esensial bagi bayi baru lahir ( Pusdiknakes, 2004 ).

2. Asuhan yang diberikan pada 6 jam masa nifas, yaitu :

- Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

- Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan

rujukan bila perdarahan berlanjut.

- Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah

perdarahan yang disebabkan atonia uteri.

- Pemberian ASI awal

- Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

- Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.

- Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus

menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau

sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.

3. Asuhan yang diberikan pada 6 hari masa nifas yaitu :

- Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus

berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak

ada perdarahan abnormal.

- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.

- Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.

- Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.

13

Page 14: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-

tanda kesulitan menyusui.

- Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

4. Asuhan yang diberikan pada 6 minggu masa nifas yaitu :

- Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.

- Memberikan konseling KB secara dini ( Pusdiknakes, 2004 ).

2.1.6 Deteksi Dini Tanda Bahaya Pada Masa Nifas

1. Perdarahan Pervaginam      

Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin

didefenisikan sebagai perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa

masalah mengenai defenisi ini :

a. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya,

kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut

bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga

tersebar pada spon, handuk dan kain di dalam ember dan di lantai.

b. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan

kadar haemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan

dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan

berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia

pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.

c. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa

jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.

Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan

terjadinya perdarahan pasca persalinan.

Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang

bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan

pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca bersalin harus

dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan fase persalinan.

14

Page 15: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

2. Infeksi Masa Nifas

Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan, Infeksi

masa nifas masih merupakanpenyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genital

merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran urinary,

payudara, dan pasca pembedahan merupakan salah satu penyebab terjadinya

AKI tinggi. Gejala umum infeksi berupa suhu badan panas, malaise, denyut

nadi cepat. Gejala lokal dapat berupa Uterus lembek, kemerahan dan rasa

nyeri pada payudara atau adanya disuria.

Ibu beresiko terjadi infeksi post partum karena adanya luka pada bekas

pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital termasuk episiotomi pada

perineum, dinding vagina dan serviks, infeksi post SC yang mungkin terjadi.

Penyebab infeksi yaitu bakteri endogen dan bakteri eksogen. Faktor

predisposisi nutrisi yang buruk, defisiensi zat besi, persalinan lama, ruptur

membran, episiotomi, SC. Gejala klinis yaitu endometritis tampak pada hari

ke 3 post partum disertai dengan suhu yang mencapai 39 derajat celcius dan

takikardi, sakit kepala, kadang juga terdapat uterus yang lembek ( Sarwono,

2004 ).

3. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Penglihatan Kabur

Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau

penglihatan kabur.Gejala-gejala ini merupakan tanda-tanda terjadinya

Eklampsia post partum, bila disertai dengan tekanan darah yang tinggi.

4.  Demam, Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih.

Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora

normal perineum. Sekarang terdapat bukti bahwa beberapa galur E. Coli

memiliki pili yang meningkatkan virulensinya.

Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air

kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta

analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga

mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh

episiotomi yang lebar, laserasi periuretra atau hematoma dinding vagina.

15

Page 16: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

Setelah melahirkan terutama saat infuse oksitosin dihentikan terjadi diuresis

yang disertai peningkatan produksi urine dan distensi kandung kemih.

Overdistensi yang disertai kateterisasi untuk mengeluarkan air yang sering

menyebabkan infeksi saluran kemih. 

5. Payudara yang Berubah Menjadi Merah, Panas, dan Terasa Sakit.

Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat dapat menyebabkan

payudara menjadi merah, panas, terasa sakit, akhirnya terjadi mastitis.

Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara

bengkak. BH yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental engorgement.

Kalau tidak disusu dengan adekuat, bisa terjadi mastitis. Penatalaksanaan

yang dilakukan yaitu Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada

payudara yang terkena edema dan sesering mungkin, agar payudara kosong

kemudian pada payudara yang normal. Berilah kompres panas, bisa

menggunakan shower hangat atau lap basah panas pada payudara yang

terkena. Ubahlah posisi menyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi

tiduran, duduk atau posisi memegang bola (football position). Pakailah baju

/BH yang longgar. Istirahat yang cukup , makanan yang bergizi

Dengan cara-cara seperti tersebut di atas biasanya peradangan akan

menghilang setelah 48 jam, jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi apabila

dengan cara-cara seperti tersebut di atas tidaka da perbaikan setelah 12 jam,

maka diberikan antibiotik selama 5-10 hari dan analgesia.

6. Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Yang Lama

Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat mengganggu nafsu

makan,sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang.

Hendaknya setelah bersalin berikan ibu minuman hangat,susu,kopi atau teh

yang bergula untuk mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah

makanan yang sifatnya ringan,karena alat pencernaan perlu istirahat guna

memulihkan keadaanya kembali ( Sarwono, 2004 ).

16

Page 17: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

2.2 Konsep Manajemen Kebidanan

Penatalaksanaan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metoda untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dan rangkaian /

tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada

klien. Penatalaksanaan kebidanaan terdiri dari beberapa langkah yang

berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan

evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang

bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut

bisa dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi

sesuai dengan kondisi klien.

Jadi manajemen kebidanan ini suatu pendekatan pemecahan masalah

yang digunakan setiap bidan dalam pengambilan keputusan klinik pada saat

mengelola klien : ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir dan balita

dimanapun tempatnya. Proses ini akan membantu para bidan dalam

berpraktek memberikan asuhan yang aman dan bermutu.

Langkah I : Pengkajian

Pada langkah pertama ini bidan mengumpulkan semua informasi yang

akurat dan lengkap dari semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, baik dari hasil anamnesa dengan

klien, suami/ keluarga, hasil pemeriksaan, dan dari dokumentasi pasien/

catatan tenaga kesehatan yang lain. Untuk memperoleh data dapat dilakukan

dengan cara :

1. Menanyakan riwayat kesehatan, haid, kehamilan, persalinan, nifas

dan sosial.

2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan.

3. Pemeriksaan khusus.

4. Pemeriksaan penunjang.

5. Melihat catatan rekam medik pasien.

Langkah ini merupakan langkah yang akan menentukan langkah

pengambilan keputusan yang akan diambil pada langkah berikutnya, sehingga

17

Page 18: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses

interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, oleh sebab itu

dalam pendekatan ini harus yang komprehensif meliputi data subjektif,

objektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat mengambarkan kondisi/

menilai kondisi klien yang sebenarnya dan valid.

Langkah II : Merumuskan Diagnosa/ Masalah Kebidanan

Pada langkah ini bidan menganalisa data dasar yang didapat pada

langkah pertama, menginterpretasikannya secara akurat dan logis, sehingga

dapat merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan. Rumusan diagnosa

merupakan kesimpulan dari kondisi klien, apakah klien dalam kondisi hamil,

inpartu, nifas, bayi baru lahir? Apakah kondisinya dalam keadaan normal?

Diagnosa ini dirumuskna menggunakan nomenklatur kebidanan. Sedangkan

masalah dirumuskan apabila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi

pada respon ibu terhadap kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.

Masalah ini terjadi pada ibu tetapi belum termasuk dalam rumusan

diagnosa yang ada, karena masalah tersebut membutuhkan penangan/

intervensi bidan, maka dirumuskan setelah diagnosa. (masalah sering

berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh

bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah tersebut juga sering menyertai

diagnosa). 10 diagnosa dalam kebidanan yaitu :

1. Hamil / Tidak

2. Primi / multi

3. Usia kehamilan

4. Tunggal/ganda

5. Hidup/ mati

6. Intra / ekstra uteri

7. Letak janin / persentasi janin

8. k/u ibu dan janin baik

9. kesan panggul

10. penyerta / penyulit

18

Page 19: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

Langkah III : Mengantisipasi Diagnosa/ Masalah Potensial

Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam melakukan

asuhan kebidanan bidan dituntut untuk mengantisipasi permasalahan yang

akan timbul dari kondisi yan ada/ sudah terjadi. Dengan mengidentifikasi

masalah potensial atau diagnosa potensial yang akan terjadi berdasarkan

diagnosa/ masalah yang sudah ada, dan merumuskan tindakan apa yang perlu

diberikan untuk mencegah atau menghindari masalah/ diagnosa potensial

yang akan terjadi.

Pada langkah ini diharapkan bidan selalu waspada dan bersiap-siap

mencegah/ masalah potensial ini menjadi bener-bener tidak terjadi. Langkah

ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. Langkah ini perlu

dilakukakan secara cepat, karena sering terjadi dalam kondisi emergensi.

Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera

Pada saat ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan, baik tindakan

intervensi, tindakan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, atau

rujukan berdasarkan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan

kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan yang terjadi dalam

kondisi emergensi. Dapat terjadi pada saat mengelola Ibu hamil, bersalin,

nifas dan bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa data, ternyata kondisi

klien membutuhkan tindakan segera untuk menangani atau mengatasi

diagnosa/ masalah yang terjadi.

Pada langkah ini mungkin saja diperlukan data baru yang lebih spesifik

sehingga mengetahui penyebab langsung masalah yang ada, sehingga

diperlukan tindakan segera untuk mengetahui penyebab masalah. Beberapa

data mungkin mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus

bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa Ibu dan anak (misalnya

menghentikan perdarahan). Pada tahap ini mungkin juga klien memerlukan

tindakan dari seorang dokter, misalnya terjadi prolaps tali pusat, sehingga

memerlukan tindakan rujukan dengan segera. Dalam kondisi tertentu seorang

wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan

19

Page 20: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

dokteratau tim kesehatan lainnya. Dalam rumusan ini tindakan segera

meliputi tindakan yang dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.

Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Secara Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi

atau diantisipasi, baik yang sifatnya segera atau rutin. Pada langkah ini

informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi dengan merumuskan

tindakan yang sifatnya mengevaluasi atau memeriksa kembali. Setiap rencana

asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien

agar dapat dlaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan

rencana tersebut.

Langkah VI : Pelaksanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien, efektif dan aman.

Pelaksanaan dapat dilakuakan seluruhnya oleh bidan atau bersama-sama

dengan klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Apabila ada tindakan yang

tidak dilakukan oleh bidan tetapi dilakukan oleh dokter atau tim kesehatan

lain, bidan tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan

kesinambungan asuhan berikutnya.

Langkah VII :Evaluasi

Pada langkah terakhir ini dilakukan keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar

telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana yang telah

diidentifikasikan dalam diagnosa dan masalah. Ada kemungkinan bahwa

sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif.

Mengingat bahwa proses penatalaksanaan ini merupakan suatu kegiatan yang

berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan

yang tidak efektif melalui pengkajian ulang. Proses evaluasi ini dilaksanakan

untuk menilai mengapa proses penatalaksanaan efektif atau tidak serta

melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut ( Varney, 2007 ).

20

Page 21: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

BAB 3

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “NL” DENGAN POST PARTUM NORMAL HARI PERTAMA

DI RUANG BERSALIN RS BHAYANGKARATANGGAL 15 JANUARI 2013

3.1 Pengumpulan Data

Tanggal Pengkajian : 15 Januari 2014

Pukul : 06.00 Wita

3.1.1 Data Subyektif

1. Identitas

Nama Pasien : Ny. “NL” Nama Suami : Tn. “K”

Umur : 27 tahun Umur : 30 tahun

Agama : Hindu Agama : Hindu

Suku/ Bangsa : Bali/Indonesia Suku/ Bangsa : Bali/Indonesia

Pendidikan : Perguruan Tinggi Pendidikan : Perguruan Tinggi

Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Polisi

Alamat : Tohpati Alamat : Tohpati

2. Keluhan utama / Alasan Kunjungan

Ibu mengatakan perutnya terasa mulas.

3. Riwayat Keluhan Utama

Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas setelah melahirkan anak

ketiganya di ruang bersalin RS Bhayangkara pada tanggal 15 januari

2014 pukul 05.50 wita.

4. Riwayat menstruasi

a. Menarche : 12 tahun

b. Siklus : 28 hari

21

Page 22: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

c. Lama : 7 hari

d. Disminorea : Tidak ada

e. Flour albus : Tidak ada

f. HPHT : 15 April 2013

5. Status Perkawinan

a. Berapa kali menikah :1 kali (Sah)

b. Umur pertama kali menikah

Suami : 26 tahun Istri : 21 tahun

c. Lama :6 tahun

6. Riwayat kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Hamil

keUK

Jenis

bersalin

Tempat

bersalinPenolong

KomplikasiJK

BBL

(gr)Ket Usia

H B N

Iater

mnormal RSB bidan - - - L 3500

Hidu

p5 th

IIater

mnormal RSB bidan - - - L 3200

Hidu

p3 th

IIIater

mnormal RSB bidan - - - L 2900

Hidu

p BBL

7. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Sekarang

7.1 Riwayat kehamilan

a. Usia Kehamilan : 38-39 minggu

b. Gerakan Janin : Ibu mengatakan masih merasakan

gerakan janin sampai sekarang

c. ANC : 6 kali

d. Tanda Bahaya/penyulit : Tidak ada

e. Keluhan Umum : Ibu merasa sering sakit pinggang

f. Obat/Jamu yang dikonsumsi : Tidak ada

g. Imunisasi TT : 2 kali (lengkap)

h. Perawatan payudara : Tidak pernah

i. Senam hamil : Tidak pernah

22

Page 23: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

j. Kekhawatiran khusus : Tidak ada

k. Kepercayaan selama hamil : Tidak ada

7.2 Riwayat Persalinan dan Nifas

a. Tanggal bersalin : 15 Januari 2014

b. Jam : 05.50 wita

c. Jenis : Spontan

d. Lama persalinan

Kala I : 8 jam 25 menit, kelainan tidak ada

Kala II : 10 menit, kelainan tidak ada

Kala III : 10 menit, kelainan tidak ada

Kala IV : 2 jam, kelainan tidak ada

e. Plasenta lahir : Lengkap, berat ± 500 gr

f. TFU : 2 jari bawah pusat

g. Kontraksi : Baik

h. Keadaan bayi

BB : 2900 gr

PB : 51 cm

JK : Laki-laki

LIKA : 35 cm

LIDA : 33 cm

LILA : 11 cm

Apgar Score : 7-9

8. Riwayat KB : KB suntik 3 bulan

Rencana KB : KB suntik 3 bulan

9. Riwayat Kesehatan

a. Penyakit Kardiovaskuler : Tidak ada

b. Penyakit Hipertensi : Tidak ada

c. Penyakit Diabetes Millitus : Tidak ada

d. Penyakit Malaria : Tidak ada

23

Page 24: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

e. Penyakit Kelamin HIV/ AIDS : Tidak pernah dilakukan pemeriksaan

f. Penyakit Hepatitis : Tidak pernah dilakukan pemeriksaan

g. Penyakit Campak : Tidak ada

h. Penyakit Tuberkulosis : Tidak ada

i. Penyakit Anemia Berat : Tidak ada

j. Penyakit Ginjal : Tidak ada

k. Penyakit Asma : Tidak ada

10. Riwayat Biopsikososial Spiritual

a. Hubungan dengan keluarga : Akrab

b. Hubungan dengan orang lain : Akrab

c. Ibadah/spiritual : Patuh

d. Respon ibu dan keluarga : Ibu dan keluarga sangat

senang dengan kehamilan ini

e. Dukungan keluarga : Keluarga sangat mendukung

f. Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami

g. Pola sehari-hari :

Tabel 3.1.1.2 Riwayat Biopsikososial Spiritual

No Pola Kebiasaan sehari-hari Selama hamil Sesudah melahirkan

1 a. Nutrisi1) MakanPorsiFrekuensiPantangan

2) MinumPorsiFrekuensiPantangan

2 piring3x sehariTidak ada

1-2 gelas5-6x sehariTidak ada

1/2 piring1x sehariTidak ada

1 gelas1-2x sehariTidak ada

2 b. Eliminasi1) BAB Frekuensi Konsistensi

1x sehariLunak

Belum pernah-

24

Page 25: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

Warna Penyulit

2) BAK Frekuensi Konsistensi Warna Penyulit

KuningTidak ada

6-8x/hriCairKuningTidak ada

--

1-2x/hariCairKuningTidak ada

3 c. Istirahat Siang Malam Penyulit

± 2 jam± 6 jamTidak ada

Belum pernahBelum pernah-

4 d. Personal Hygine Mandi Keramas Gosok gigi Ganti pakaian

2x/hari3x/minggu2x/hari2x/hari

Belum pernah--1x/hari

3.1.2 Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Lemah

b. Kesadaran : Composmentis

c. Keadaan emosional : Kooperatif

d. Tanda-tanda Vital

1) Suhu : 36,7 ºC

2) Nadi : 84 x/menit

3) Pernafasan : 20 x/menit

4) Tekanan Darah : 110/70 mmHg

e. BB : 58 kg

f. TB : 158 cm

g. LILA : 25 cm

25

Page 26: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala

1) Rambut : Bersih, tidak ada luka/lesi, tidak ada

benjolan

2) Wajah : Tidak ada cloasma gravidarum,

tidak ada oedema.

3) Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera

tidak ikterus, reaksi pupil baik.

4) Telinga : Bersih, tidak ada penumpukan

serumen

5) Hidung : Bersih, tidak ada penumpukan

sekret

6) Mulut dan gigi : Tidak ada stomatitis, gusi tidak

pucat, gigi tidak karies

b. Leher

1) Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada

2) Bendungan vena jularis : Tidak ada

3) Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada

c. Payudara

1) Inspeksi : Bentuk payudara simetris, terdapat

hiperpigmentasi pada areola, puting

susu menonjol

2) Palpasi : Tidak ada benjolan, keluar cairan

kolostrum

d. Abdomen

Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi,

terdapat striae albicans, terdapat linea

nigra, perdarahan ± 70cc

TFU : 2 jari bawah pusat

26

Page 27: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

e. Vulva dan vagina

Inspeksi : Lochea rubra, warna darah merah

segar, tidak ada robekan.

f. Ekstremitas

1) Atas : Kuku tidak pucat, tidak ada oedema

2) Bawah : Kuku tidak pucat, tidak ada varises,

tidak ada oedema, refleks patella

normal

3. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium (tanggal 15-01-2014)

1) HB : 10,5 gr%

2) Glukosa urin : (-)

3) Protein urin : (-)

3.2 Interprestasi Data Dasar

1. Diagnosa : P3A0H3, dengan post partum hari pertama k/u ibu lemah.

a. Data Subyektif :

1) Ibu melahirkan normal anak ke-3 tanggal 15-01-2014 pukul 05.50

wita.

2) Ibu mengatakan perutnya masih mulas.

b. Data Obyektif :

1) Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis

2) Tanda-tanda vital: TD: 110/70 mmHg, Nadi: 84 x/menit, Suhu:

36,7C, Respirasi: 20 x/menit

3) TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik perdarahan ± 70cc

2. Masalah : Ketidaknyamanan

3. Kebutuhan : Jelaskan fisiologi nifas pada ibu.

3.3 Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial

Tidak ada

27

Page 28: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera

Mandiri : Tidak ada

Kolaborasi : Tidak ada

Rujukan : Tidak ada

3.5 Rencana Asuhan Menyeluruh

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan

2. Jelaskan pada ibu penyebab ketidaknyamanan yang dirasakan dan cara

mengatasinya.

3. Jelaskan pada ibu tentang perawatan bayi sehari - hari.

4. Ajarkan pada ibu cara merawat tali pusat bayi.

5. Ajarkan pada ibu tentang perawatan payudara ibu nifas.

6. Jelaskan pada ibu tanda-tanda bayi sakit.

7. Jelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya pada masa nifas.

8. Observasi 2 jam post partum

3.6 Pelaksanaan Asuhan

Tanggal : 15 januari 2014 pukul 08.00 wita

1. Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan yang didapat yaitu, ibu dalam

keadaan sehat, TD : 110/70 mmHg, Suhu : 36,7oC, Nadi : 84 kali/menit,

Respirasi : 20 kali/menit.

2. Menjelaskan pada ibu bahwa rasa mulas yang dirasakannya adalah suatu

hal yang wajar atau normal dikarenakan berkontraksinya otot-oto rahim

ibu untuk pengecilan atau kembalinya rahim seperti keadaan sebelum

hamil, cara mengatasinya yaitu dengan menarik nafas panjang lewat

hidung lalu hembuskan melalui mulut atau tekhnik relaksasi.

3. Menjelaskan tentang perawatan bayi sehari – hari seperti :

a.Memandikan bayi dengan air hangat,

b. Tetap menjaga kesehatan bayi dan membungkus bayi dari kepala

sampai kaki untuk mencegah hipotermi,

c.Mengganti pakaian bayi setiap BAB dan BAK.

28

Page 29: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

d. Menganjurkan kepada ibu agar memberikan ASI ekslusif pada bayi

yaitu, memberikan ASI saja pada bayi selama 6 bulan tanpa makanan

dan minuman lainnya kecuali obat dan ada indikasi dokter.

4. Mengajarakan cara perawatan tali pusat dengan cara memakai sabun dan

dibilas dengan air bersih dan tidak boleh diberikan bahan lain seperti

alcohol, betadine, daun sirih. Dari tali pusat popok berada dibawah tali

pusat agar udara bisa masuk dan tali pusat cepat kering.

5. Mengajarkan kepada ibu cara perawatan payudara nifas yaitu, terlebih

dahulu cuci tangan kemudian melicinkan tangan dengan baby oil atau

minyak kelapa, menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian 3

jari kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal

sampai putting, gerakan yang sama dilakukan pada payudara kanan,

lakukan gerakan 20 kali.

Kedua payudara dikompres dengan waslap hangat selama 2 menit dan

diganti dengan waslap dingin selam 1 menit, pengompresan dilakukan

bergantian sebanyak 3 kali berturut-turut dan diakhiri dengan kompres air

hangat, kemudian mengeringkan payudara.

6. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bayi sakit seperti, kurang

aktif, tangisan lemah, tidak mau menetek, badan terasa panas atau dingin,

seluruh tubuhnya kuning, infeksi pada tali pusat seperti tali pusat berbau,

kemerahan dan keluar nanah, nafas cepat, mual muntah, mencret, bila

terjadi tanda-tanda diatas maka dianjurkan untuk segera memeriksakan

bayinya ke petugas kesehatan terdekat.

7. Menjelaskan tanda-tanda bahaya pada ibu nifas yaitu, demam tinggi,

perdarahan aktif, bau busuk pada vagina, mengalami penyulit dalam

menyusui, kram perut yang luar biasa, apabila ada gejala di atas maka

dianjurkan untuk segera memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan

terdekat.

29

Page 30: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

8. Mengobservasi ibu selama 2 jam

Tabel Observasi

Jam

keWaktu

TD

(mmHg)

N

(x/mnt)

S

(oC)TFU Kontraksi Perdarahan

I

06.15 110/70 84

36,8

1 jbp Baik ± 5 cc

06.30 110/70 84 1 jbp Baik ± 5 cc

06.45 110/70 84 1 jbp Baik ± 10 cc

07.00 110/70 84 2 jbp Baik ± 10 cc

II07.30 110/70 82

36,72 jbp Baik ± 20 cc

08.00 110/80 82 2 jbp Baik ± 20 cc

3.7 Evaluasi

Tanggal : 15 januari 2014 pukul 08.15 wita

1. Ibu telah mengetahui keadaan dirinya.

2. Ibu telah mengetahui penyebab ketidaknyamanan yang dirasakannya dan

cara mengatasinya.

3. Ibu mengerti cara merawat bayinya sehari-hari.

4. Ibu mengerti cara merawat tali pusat bayi.

5. Ibu mengerti cara perawatan payudara ibu nifas.

6. Ibu mengerti tanda-tanda bayi sakit.

7. Ibu mengerti tanda-tanda bahaya pada masa nifas.

8. Keadaan ibu telah baik pukul 08.00 wita dengan TD : 110/80 mmHg, N :

82x/mnt, S : 36,7 oC, R : 20x/mnt, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi

uterus baik dan perdarahan ± 70cc.

30

Page 31: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

BAB 4

PEMBAHASAN

Ditinjau dari kasus, didapatkan bahwa perubahan masa nifas yang terjadi

pada Ny. ”NL” berjalan dengan normal. Baik perubahan anatomi dan fisiologi

maupun perubahan fsikis ibu. Perubahan anatomi dan fisiologi meliputi proses

involusi uteri, laktasi maupun pengeluarananya. Perubahan involusi uteri yaitu

pada hari pertama postpartum TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterusnya baik,

hal ini disebabkan karena kandung kemih ibu kosong, pengeluaran berupa lochea

rubra, tidak berbau busuk, perineum utuh, dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.

Sedangkan perubahan psikis ibu berjalan normal. Ibu merasa senang dan bahagia

dengan kelahiran bayinya.

31

Page 32: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada Ny

“I” dengan post partum normal hari pertama secara sistematis.

2. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa pada Ny “NL” dengan post partum

normal hari pertama secara sistematis.

3. Mahasiswa mampu merumuskan masalah potensial pada Ny “NL” dengan post

partum normal hari pertama secara sistematis.

4. Mahasiswa mampu merumuskan tindakan segera pada Ny “NL” dengan post

partum normal hari pertama secara sistematis.

5. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan pada Ny “NL” dengan post

partum normal hari pertama secara sistematis.

6. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan kebidanan pada Ny “NL” dengan

post partum normal hari pertama secara sistematis.

7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Ny “NL” dengan post partum

normal hari pertama secara sistematis.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Instansi

Penulis mengharapkan kepada pihak institusi pendidikan agar lebih

memperhatikan mahasiswanya yang sedang praktik.

5.2.2 Bagi Pembimbing Pendidikan dan Lahan

Diharapkan agar pembimbing untuk dapat lebih meningkatkan intensitas

bimbingannya terutama pada saat mahasiswa menangani pasien.

5.2.3 Bagi Mahasiswa

Diharapkan pada mahasiswi yang sedang melaksanakan praktek lapangan

dapat menerapkan teori-teori yang telah diperoleh dari institusi sebaik-baiknya di

lahan praktek. Karena teori-teori tersebut sangat dibutuhkan dalam memberikan

asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan maksimal dan sistematis.

32

Page 33: Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian nanny Lia. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.Salemba

Medika : Jakarta.

Manuaba, IBG. 2007. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk

Pendidikan Bidan Edisi 2. EGC : Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono. 2004. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo : Jakarta.

Pusdiknakes. 2003. Asuhan Post Partum.

Saifudin. 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta

: YBPSP.

Suhermi. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya.

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4.EGC : Jakarta.

Wikjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo : Jakarta.

33