Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. T DENGAN
PERAWATAN LUKA PERINEUM POST EPISIOTOMI DI
BPM PUJI SETIANI TEGAL MULYO MOJOSONGO
SURAKARTA
TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma D III Kebidanan
Disusun oleh :
YUNNI MEGAWATI
NIM : B10 181
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. T
dengan Perawatan Luka perineum Post Episiotomi di BPM Puji Setiani Tegal
Mulyo Mojosongo Surakarta”.
Karya Tulis Imiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas
akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Karya Tulis Imiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Arista Apriani, S.ST, selaku Pembimbing yang telah memberikan
pengarahan, masukan dan motivasi kepada penulis.
4. Ibu Puji Setiani, Amd.Keb selaku Pimpinan BPM Puji Setiani Tegal Mulyo
Mojosongo Surakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk
pengambilan data dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
v
5. Seluruh Dosen dan Staff Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan.
6. Bagian perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh
referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih
banyak kekurangan, oleh karena saran sangat penulis harapkan demi kemajuan
Studi Kasus selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua
pihak.
Surakarta, 2013
Penulis
vi
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013
Yunni Megawati
10. 181
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. T DENGAN
PERAWATAN LUKA PERINEUM POST EPISIOTOMI DI BPM PUJI
SETIANI TEGAL MULYO MOJOSONGO SURAKARTA
TAHUN 2013
(Xiii + 75 halaman + 1 tabel + 14 Lampiran )
INTISARI
Latar Belakang : Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007
melaporkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Diharapkan pada tahun 2010 AKI menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup.
kematian ibu dengan penyumbang AKI terbesar adalah perdarahan 28%,
eklampsia 24%, infeksi 11%, komplikasi puerperium 8%, dan partus macet 5 %
(Depkes RI, 2008). Berdasarkan studi pendahuluan di BPM Puji Setiani Tegal
Mulyo Mojosongo Surakarta, pada bulan September - Oktober 2012 diperoleh
data jumlah ibu nifas 40 orang, robekan perineum karena tindakan episiotomi
sebanyak 19 orang (47,5%).
Tujuan :. Menerapkan asuhan kebidanan ibu nifas dengan perawatan luka
perineum post episiotomi secara menyeluruh dengan menggunakan manajemen
kebidanan yang terdiri 7 langkah Varney. Dapat menganalisa kesenjangan antara
teori dan kasus nyata dilapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat dan
dapat memberikan alternatif pemecahan masalah.
Metode Laporan Kasus : Pada karya tulis ilmiah ini menggunakan metode
observasional deskriptif. Lokasi pengambilan kasus di BPM Puji Setiani Tegal
Mulyo Mojosongo Surakarta. Subyek kasus adalah Ny. T P1A0 umur 24 tahun
dengan perawatan luka perineum post episiotomi. Waktu studi kasus pada tanggal
10 Maret 2013 – 15 Maret 2013. Dengan teknik pengumpulan data menggunakan
wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil Laporan Kasus : Asuhan Kebidanan pada Ny. T P1A0 dilakukan selama 6
hari dengan menggunakan pendekatan manejemen kebidanan menurut varney
mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Hasil dari pemberian asuhan kebidanan
adalah keadaan umum ibu baik, tidak terjadi perdarahan, kontraksi uterus keras,
luka episiotomi kering, sembuh dan tidak nyeri, tidak terjadi infeksi, ibu bisa
melewati masa nifas dengan baik.
Kesimpulan :. Dari asuhan kebidanan menurut 7 langkah varney terjadi
kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan, yaitu pada perencanaan dan
pelaksanaan perawatan luka perineum dengan menggunakan betadine dan salep
gentamisin 0,1 mg.
Kata kunci : Asuhan Kebidanan, ibu nifas, perawatan luka perineum, post episiotomi
Kepustakaan : 25 literatur ( Tahun 2004 s/d 2011 )
vii
MOTTO
“Kesuksesan adalah hasil usaha kerja keras, ketekunan, kesabaran, kebenaran
dalam tindak dan berfikir. Akhirnya menyerahkan segala sesuatu Kepada
Yang Maha Kuasa”.
(RA. Kartini)
“Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba,
karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun
kesempatan untuk berhasil”.
“Menjadi sukses itu bukanlah suatu kewajiban, yang menjadi kewajiban
adalah perjuangan kita untuk menjadi sukses”.
“Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba,
karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun
kesempatan untuk berhasil”.
viii
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan :
1. Allah SWT yang telah memberi kelancaran dan kemudahan setiap kesulitan
dalam pembuatan karya tulis ilmiah.
2. Ayah dan Ibu tercinta terima kasih atas doa restunya dan support setiap
langkahku.
3. Adikku (Amanda Dwi Banuwati) yang selalu ku sayangi.
4. Seseorang yang telah menempatkan diri dihatiku (Supriyanto, Spd) yang
selalu support dalam semua langkahku.
5. Temanku Evi Astuti yang selalu membantuku dalam hal apapun.
6. Teman – teman yang telah berpartisipasi dalam pembuatan karya tulis ilmiah
ini.
7. Bu Arista Apriani yang sabar membimbing dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini.
8. Almamaterku tercinta.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................... 3
C. Tujuan Studi Kasus ................................................................ 3
1. Tujuan Umum ................................................................. 3
2. Tujuan Khusus ................................................................ 3
D. Manfaat Studi Kasus ............................................................. 4
E. Keaslian Studi Kasus.............................................................. 5
F. Sistematika Penulisan ............................................................ 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis dari Kasus yang Di teliti .................................... 9
1. Nifas ................................................................................. 9
2. Episiotomi ........................................................................ 16
B. Teori Asuhan Kebidanan ....................................................... 20
C. Landasan Hukum .................................................................. 36
xi
BAB III. METODOLOGI
A. Jenis Studi Kasus ................................................................... 38
B. Lokasi Studi Kasus ................................................................ 38
C. Subyek Studi Kasus .............................................................. 38
D. Waktu Studi Kasus ................................................................ 39
E. Instrumen Studi Kasus .......................................................... 39
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 39
G. Alat –alat yang Dibutuhkan .................................................. 43
BAB IV. TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan kasus ........................................................................ 44
B. Pembahasan ............................................................................ 66
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 72
B. Saran ...................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perubahan Uterus Masa Nifas ......................................................... 10
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Studi Kasus
Lampiran 2. Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat ijin penggunaan lahan
Lampiran 4. Surat keterangan pengambilan kasus
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 6. Format Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Lampiran 7. Lembar observasi
Lampiran 8. SAP Perawatan perineum
Lampiran 9. Leaflet perawatan perineum
Lampiran 10. SAP ASI Eksklusif
Lampiran 11. Leaflet ASI Eksklusif
Lampiran 12. SAP KB MAL
Lampiran 13. Leaflet KB MAL
lampiran 14. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 melaporkan
Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Diharapkan pada tahun 2010 AKI menjadi 125 per 100.000 kelahiran
hidup. Menurut data Depkes RI (2008), secara nasional penyebab langsung
kematian ibu dengan penyumbang AKI terbesar adalah perdarahan 28%,
eklampsia 24%, infeksi 11%, komplikasi puerperium 8%, dan partus
macet 5 % (Depkes RI, 2008).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Tengah masih cukup tinggi,
mencapai 128,96 per 100.000 kelahiran hidup selama tahun 2010. Angka
sebanyak itu, jauh lebih tinggi dibandingkan target nasional pada tahun 2010
sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup (Kusumo, 2011).
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal
masa nifas berlangsung selama 6 minggu (Wulandari dan Handayani, 2011).
Episiotomi merupakan istilah untuk suatu insisi di perineum, tidak
semua ibu memerlukan episiotomi untuk kelahiran namun pengalaman
yang matang diperlukan untuk menentukan kapan episiotomi tidak
diperlukan (Liu, 2007).
2
Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptura, atau laserasi
merupakan daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan
kering. Pada masa nifas, seorang ibu akan rentan terhadap infeksi.
Untuk itu, menjaga kebersihan sangat penting untuk mencegah infeksi
(Bahiyatun, 2009). Setelah buang air besar atau buang air kecil perineum
dibersihkan secara rutin. Caranya yaitu dibersihkan dengan air hangat
atau air bersih dan kassa steril (Uliyah, 2008). Sebelum dan sesudah
membersihkan genetalia, ibu harus mencuci tangan sampai bersih. Pada
waktu mencuci luka (episiotomi), ibu harus mencucinya dari arah depan ke
belakang dan mencuci daerah anusnya yang terakhir (Bahiyatun, 2009). Jika
dilakukan perawatan pada luka perineum post episiotomi maka akan
mempercepat penyembuhan, sedangkan jika tidak dilakukan perawatan maka
akan menyebabkan terjadinya infeksi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Berdasarkan studi pendahuluan di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo
Mojosongo Surakarta, pada bulan September - Oktober 2012 diperoleh data
jumlah ibu nifas 40 orang, dengan robekan perineum karena ruptura
sebanyak 12 orang (30%), robekan perineum karena tindakan episiotomi
sebanyak 19 orang (47,5%), dan perineum utuh sebanyak 9 orang (22,5%).
Berdasarkan data diatas kasus ibu nifas dengan post episiotomi masih
tinggi, maka dari itu penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny. T dengan Perawatan
Luka prineum Post Episiotomi di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo
Surakarta” dengan menggunakan pendekatan manajemen Varney.
3
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas dapat dirumuskan yaitu :
“Bagaimana memberikan asuhan kebidanan ibu nifas yang dilakukan pada
Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi di BPM Puji Setiani
Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta dengan menggunakan manajemen
Varney?”.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam
memberikan asuhan kebidanan ibu nifas dengan perawatan luka perineum
post episiotomi dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
menurut Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Diharapkan penulis mampu :
1) Melaksanakan pengkajian secara lengkap yang berkaitan dengan
ibu nifas Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.
2) Menginterprestasikan data serta merumuskan diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan pada ibu nifas Ny. T dengan perawatan
luka perineum post episiotomi.
3) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada ibu nifas
Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.
4
4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi,
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan pada ibu
nifas Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh pada ibu
nifas Ny.T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.
6) Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada ibu nifas
Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.
7) Mengevaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas
Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.
b. Penulis mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktik
dalam asuhan kebidanan ibu nifas Ny. T dengan perawatan luka
perineum post episiotomi.
c. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan masalah pada ibu
nifas Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.
D. Manfaat Studi Kasus
Hasil studi kasus diharapkan dapat memberi manfaat yaitu :
1. Bagi diri sendiri
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan luka Perineum post
episiotomi.
5
2. Bagi profesi
Dapat memberi tambahan ilmu pengetahuan dan pengembangan asuhan
kebidanan serta meningkatkan keterampilan dalam memberikan atau
melaksanakan asuhan kebidanan ibu nifas dengan perawatan luka
perineum post episiotomi.
3. Bagi institusi
a. BPM Puji Setiani
Dapat digunakan sebagai evaluasi dalam memberikan pelayanan pada
ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi di BPM Puji
Setiani Surakarta.
b. Pendidikan
Untuk menambah wacana bagi pembaca di perpustakaan dan informasi
mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan luka
perineum post episiotomi.
E. Keaslian Studi Kasus
Keaslian laporan kasus tentang Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dengan
Perawatan Luka Post Episiotomi dengan menerapkan manajemen menurut
Varney, sudah pernah dilakukan oleh :
1. Indriyatun Wahyu Sari (2006), dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ny.
W Nifas dengan Luka Episiotomi di RSMD Hidayah Kabupaten
Sukoharjo”, indikasi dilakukan episiotomi karena mencegah robekan
perineum kaku pada primipara. Asuhan kebidanan yang di berikan yaitu
6
dengan pemberian terapi Ampicillin 500 mg per oral 4 x/hari, Metronidazol
400 mg per oral 3 x/hari dan dilakukan pengompresan kasa betadine 2
x/hari. Setelah 7 hari luka kering dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
2. Srini (2004), dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. T
dengan Perawatan Luka Post Episiotomi di RSUD Dr. Oen Surakarta”,
indikasi dilakukan episiotomi karena perineum kaku dan primipara, asuhan
yang diberikan yaitu perawatan luka episiotomi, dengan pemberian
kompres betadine yang dilakukan 2 x/hari, dan pemberian terapi Amoxillin
500 mg 3 x 1, Metronidazol 500 mg 3 x 1, Fe 500 mg 1 x 1. Setelah
dilakukan perawatan luka post episiotomi selama 10 hari ibu dapat melalui
masa nifas dengan post episiotomi tanpa komplikasi lebih lanjut dan
masalah dapat diatasi.
3. Widiyatmi A. (2007), dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. P
dengan Luka Perineum Post Episiotomi di Klinik Bersalin Puskesmas
II Baki Sukoharjo”. Dikarenakan luka masih terasa perih dan ibu
belum mengerti cara membersihkan daerah luka pada kemaluannya.
Setelah dilakukan pengawasan pelaksanaan rencana tindakan pada
perawatan luka post episiotomi dengan pemberian kompres betadine
yang dilakukan 2 x sehari dan mengonsumsi terapi berupa Amoxillin
500 mg 3 x 1, Suprabion 500 mg 3 x 1, asam Mefenamat 500 mg
3 x 1. ibu dapat melalui masa nifas dengan baik dan jahitan kering
pada hari ke 5.
7
Perbedaan kasus yang dilakukan penulis pada saat ini dengan kasus yang
terdahulu adalah lokasi, subyek, waktu dan asuhan yng diberikan.
Persamaannya adalah cara perawatan luka perineum.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah secara berurutan meliputi :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan studi kasus, manfaat studi kasus, keaslian studi
kasus, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang landasan teori yang meliputi teori medis dari
ibu nifas, teori episiotomi, dan teori manajemen kebidanan menurut
Varney yang berisi 7 langkah sebagai landasan pembahasan kasus
(pengumpulan data dasar, interpretasi data, diagnosa kebidanan,
masalah, kebutuhan, diagnosa potensial, tindakan segera reencana
asuhan/ intervensi, pelaksanaan asuhan, evaluasi dengan
pendokumentasian menggunakan subjektif, objektif, assesment,
planning (SOAP) serta landasan hukum.
BAB III METODOLOGI
Bab ini berisi tentang jenis studi kasus, lokasi pengambilan, subjek,
dan instrumen kasus, serta teknik pengumpulan data dan alat-alat
yang dibutuhkan dalam pengambilan studi kasus.
8
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang beberapa kesenjangan teori dan praktik
yang penulis temukan sewaktu pengambilan kasus di BPM Puji
Setyani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta dengan pendekatan
Asuhan Kebidanan Varney.
BAB V PENUTUP
Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan
inti pembahasan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dengan
perawatan luka perineum post episiotomi. Saran merupakan
alternatif pemecahan masalah hendaknya bersifat realistis dan
operasional yang artinya saran itupun dapat dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis Dari Kasus yang Diteliti
1. Nifas
a. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
(Saleha, 2009).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-
hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu
(Wulandari dan Handayani, 2011).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan semula (sebelum hamil), masa nifas berlangsung selama kira-
kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009).
b. Tahapan Masa Nifas
Menurut Dewi dan Sunarsih (2011), nifas dibagi menjadi 3 tahapan
yaitu :
1) Puerperium dini
Kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan,
serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.
10
2) Puerperium intermedial
Suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6 – 8
minggu.
3) Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, berbulan-
bulan, atau tahunan.
c. Perubahan-perubahan Normal pada Uterus Selama Nifas
Tabel 2.1. Perubahan Uterus Masa Nifas
Involusi
Uterus
Tinggi
fundus uteri
Berat
uterus
Diameter
uterus
Palpasi
cervik
Plasenta
lahir
Setinggi
pusat
1000 gr 12,5 cm Lembut/
lunak
7 hari
(1 minggu)
Pertengahan
antara pusat
shympisis
500 gr 7,5 cm 2 cm
14 hari
(2 minggu)
Tidak teraba 350 gr 5 cm 1 cm
6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm Menyempit
Sumber : Wulandari dan Handayani (2011)
d. Beberapa Perubahan Lain Pada Masa Nifas
1) Ligamen-ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur angsur
mengecil kembali seperti sedia kala (Dewi dan Sunarsih, 2011).
11
2) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama nifas. Proses keluarnya
darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan yaitu :
a) Lochea rubra / merah (kruenta)
Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar,
jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo
(rambut bayi) dan mekonium.
b) Lochea sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.
Berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
c) Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
serum, laukosit, dan robekan / laserasi plasenta. Muncul pada hari
ke-7 sampai hari ke-14 post partum.
d) Lochea alba / putih
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir
serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba berlangsung
selama 2 sampai 6 minggu post partum
(Wulandari dan Handayani, 2011).
3) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna
serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh
darah (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
12
4) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan yang sangat besar selama
proses persalinan dan kembali secara bertahap dalam 6 – 8 minggu
post partum (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
e. Perawatan Nifas / Post Partum
Perawatan nifas meliputi :
1) Nutrisi dan cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius,
karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan
ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan
harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan
banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus mengonsumsi
tambahan 500 kalori tiap hari. Makan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral, vitamin yang cukup, minum
sedikitnya 3 liter air setiap hari (Saleha, 2009).
2) Ambulasi
Disebut juga early ambulation. Early ambulation adalah kebijakan
untuk selekas mungkin membimbing klien keluar dari tempat
tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin untuk berjalan.
Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24 -
48 jam post partum (Wulandari dan Handayani, 2011).
13
3) Eliminasi
a) Miksi
Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan
setiap 3 - 4 jam. Ibu diusahakan dapat buang air kecil sendiri, bila
tidak dilakukan dengan tindakan dirangsang dengan mengalirkan
air kran di dekat klien atau dengan mengompres air hangat
diatas simpisis, jika tidak berhasil dengan cara diatas maka
dilakukan kateterisasi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
b) Defekasi
Biasanya 2 – 3 hari post partum masih sulit buang air besar.
Jika klien pada hari ke-3 belum juga buang air besar maka
diberikan laksan supositoria dan minum air hangat
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
4) Kebersihan diri
a) Perawatan perineum
Apabila setelah buang air besar atau buang air kecil perineum
dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan dengan sabun yang
lembut minimal 1 x sehari. Membersihkan dimulai dari simpisis
sampai anal sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu diberitahu caranya
mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai
terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor harus
diganti paling sedikit 4 x sehari. Sarankan ibu untuk cuci
tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelaminnya (Wulandari dan Handayani, 2011).
14
b) Perawatan payudara
(1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama
puting susu dengan menggunakan BH yang menyokong
payudara.
(2) Apabila puting susu lecet oleskan colostrum atau ASI
yang keluar pada sekitar puting susu setiap selesai
menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting
yang tidak lecet.
(3) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24
jam, ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan
sendok.
(4) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan paracetamol
1 tablet setiap 4 – 6 jam
(Wulandari dan Handayani, 2011).
5) Istirahat
Seorang wanita yang dalam masa nifas dan menyusui memerlukan
waktu yang lebih banyak untuk istirahat karena sedang dalam
proses penyembuhan terutama organ-organ reproduksi dan untuk
kebutuhan menyusui bayinya. Bayi biasanya terjaga saat malam
hari. Hal ini akan mengubah pola istirahat ibu. Oleh karena itu,
ibu dianjurkan istirahat (tidur) saat bayi sedang tidur. Jika ibu
kurang istirahat akan mengakibatkan berkurangnya jumlah produksi
ASI, memperlambat proses involusi, memperbanyak perdarahan,
15
menyebabkan depresi, dan menimbulkan rasa ketidak-mampuan
merawat bayi (Bahiyatun, 2009).
6) Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah sembuh
maka coitus bisa dilakukan pada 3 - 4 minggu post partum. Secara
fisik aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua
jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, aman untuk melakukan
hubungan suami istri (Wulandari dan Handayani, 2011).
7) Latihan / senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah
melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam
nifas bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, mencegah
timbulnya komplikasi, serta memulihkan dan menguatkan otot-
otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut. Sebaiknya
dilakukan secara bertahap dan terus menerus (kontinyu).
Lakukan pengulangan setiap 5 gerakan dan tingkatan setiap
hari sampai 10 x (Dewi dan Sunarsih, 2011).
f. Tujuan Masa Nifas
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), tujuan asuhan masa
nifas dibagi menjadi dua yaitu :
1) Tujuan umum
Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal
mengasuh anak.
16
2) Tujuan khusus
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun
psikologinya.
b) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati / merujuk bila terjadi komplikasi pada bayinya.
c) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi
dan perawatan bayi sehat.
d) Memberikan pelayanan keluarga berencana.
2. Episiotomi
a. Pengertian Episiotomi
Episiotomi adalah insisi yang dibuat melalui perineum yang
dilakukan sebelum melahirkan yang bertujuan untuk memperluas
jalan keluar bayi hingga dapat mempermudah dalam melahirkan
(Sujiyatini dkk, 2011).
b. Tujuan Episiotomi
Menurut Sujiyatini dkk (2011), tujuan episiotomi adalah :
1) Membuat luka yang lurus sehingga mudah di jahit dan
penyembuhannya lebih baik.
2) Mengurangi tekanan pada kepala anak.
3) Mempersingkat kala II.
4) Mengurangi kemungkinan ruptur perineum totalis pada episiotomi
mediolateral dan median.
17
c. Indikasi Episiotomi
Indikasi episiotomi adalah :
1) Gawat janin.
2) Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presbo,
distosia bahu, ekstraksi forcep, ekstraksi vacum.
3) Jaringan parut atau bekas pada perineum ataupun pada vagina.
4) Perineum kaku dan pendek.
5) Adanya ruptur pada perineum.
(Widiastuti dkk, 2008)
6) Kepala janin besar dan janin besar.
7) Pada primigravida (para).
8) Pimpinan persalinan yang salah.
(Mochtar, 2011)
d. Risiko Episiotomi
Menurut Sujiyatini dkk (2011), risiko episiotomi dibagi 5 yaitu:
1) Kehilangan darah yang lebih banyak.
2) Pembentukan hematoma.
3) Kemungkinan infeksi lebih besar.
4) Introitus lebih lebar.
5) Luka lebih terbuka lagi.
18
e. Jenis Episiotomi
Menurut Benson dkk (2009), sekarang ini hanya ada dua jenis
episiotomi yang di gunakan yaitu :
1) Median
Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus
ke bawah tetapi tidak sampai mengenai serabut sfingter ani.
Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah: perdarahan yang
timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena daerah yang
relatif sedikit mengandung pembuluh darah. Sayatan bersifat
simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan
penyembuhan lebih memuaskan. Sedangkan kerugiannya adalah:
dapat terjadi ruptur perineum tingkat III inkomplet (laserasi median
sfingter ani) atau komplit (laserasi dinding rektum).
2) Mediolateral
Sayatan di sini dimulai dari bagian belakang introitus vagina
menuju ke arah belakang dan samping. Arah sayatan dapat dilakukan
ke arah kanan ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan orang yang
melakukannya. Panjang sayatan kira-kira 4 cm. Sayatan di sini
sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah
ruptura perineum tingkat III. Perdarahan luka lebih banyak oleh
karena melibatkan daerah yang banyak pembuluh darahnya. Otot-
otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar.
19
Dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai
hasilnya harus simetris.
f. Komplikasi Episiotomi
Menurut Sujiyatini dkk (2011), komplikasi episiotomi adalah :
1) Nyeri post partum dan dispareunia. Rasa nyeri setelah melahirkan
lebih sering dirasakan pada pasien bekas episiotomi, garis jahitan
(sutura) episiotomi lebih menyebabkan rasa sakit.
2) Nyeri pada saat menstruasi pada bekas episiotomi.
3) Trauma perineum posterior berat.
4) Trauma perineum anterior.
5) Cedera dasar panggul dan inkontinensia urin dan feses.
6) Infeksi bekas episiotomi
Infeksi lokal sekitar kulit dan fasia superfisial akan mudah timbul
pada bekas insisi episiotomi.
g. Cara Melakukan Tindakan Episiotomi
Menurut Sujiyatini dkk (2011), cara melakukan tindakan episiotomi
adalah :
1) Pegang gunting dengan satu tangan.
2) Letakkan jari telunjuk dan jari tengah diantara kepala bayi dan
perineum, searah dengan rencana sayatan.
3) Tunggu fase puncak his, kemudian selipkan gunting dalam keadaan
terbuka diantara jari telunjuk dan tengah.
20
4) Gunting perineum, dimulai dari komissura posterior 45 derajat
ke lateral (kiri atau kanan).
5) Lanjutkan pimpinan persalinan.
h. Perawatan Luka Perineum (Luka post episiotomi)
Perawatan luka perineum (Luka post episiotomi) adalah sebagai
berikut:
1) Menjaga agar perineum selalu bersih dan kering.
2) Menghindari penggunaan obat-obat trandisional pada perineumnya.
(Wiknjosastro, 2008).
3) Merawat luka perineum dengan teknik septik aseptik yaitu dengan
cara dibersihkan dengan air hangat atau air bersih dan kassa steril
(Uliyah, 2008)
4) Melakukan mobilisasi dini setelah 8 jam/ lebih post partum dengan
cara miring ke kanan atau ke kiri (Saleha, 2009).
5) Memberikan Memberikan obat Ampisilin 2 gr diminum 4 x per hari
selama 5 hari (Thompson, 2008).
6) Melakukan kunjungan ulang dalam seminggu untuk memeriksa
penyembuhan lukanya (Wiknjosastro, 2008).
B. Teori Asuhan Kebidanan Menurut Varney
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode supaya dapat mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, ketrampilan dalam rangkaian/
21
tahapan yang logis agar mengambil keputusan yang terfokus pada klien
(Varney, 2004).
2. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
Proses manajemen menurut varney ada 7 langkah mulai dari pengkajian
sampai dengan evaluasi :
a. Langkah 1 : Pengkajian Data
Dalam langkah pertama ini di kumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien. Agar memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-
tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang
(Varney, 2004).
Proses pengumpulan data dasar mencakup subyektif dan obyektif :
1) Data Subyektif
Adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadan pasien dan mengumpulkan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
pasien (Wulandari dan Handayani, 2011).
a) Biodata pasien
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), pengkajian
biodata antara lain :
(1) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggila sehari-
hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
22
(2) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat - alat reproduksi belum matang,
mental, dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih
dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam
masa nifas.
(3) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien untuk membimbing
atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
(4) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
(5) Suku/ bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari- hari.
(6) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi
pasien tersebut.
(7) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
23
b) Keluhan Utama
Adalah untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan
masa nifas, keluhan pada ibu nifas dengan luka perineum post
episiotomi yaitu nyeri pada jalan lahir karena adanya jahitan
(Alimul, 2006).
c) Riwayat Kesehatan
Menurut Varney (2007), riwayat penyakit kesehatan meliputi :
(1) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui keadaan pasien saat ini dan mengetahui
adakah penyakit lain seperti batuk, pilek, demam.
(2) Riwayat penyakit sistemik
Untuk mengetahui apakah klien pernah menderita jantung,
ginjal, asma/TBC, hepatitis, Diabetes Militus (DM),
hipertensi, epilepsi, dan penyakit lainnya.
(3) Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang
menderita penyakit menurun seperti : jantung, hipertensi, dan
Diabetes Militus dan penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, HIV/AIDS.
(4) Riwayat keturunan kembar
Untuk mengetahui apakah dalam keluarganya dan suaminya
ada yang memiliki keturunan kembar.
24
(5) Riwayat operasi
Untuk mengetahui apakah klien sudah pernah mengalami
operasi apapun.
d) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui saat menarche, siklus, lamanya haid,
banyaknya darah, haid teratur atau tidak, sifat darah (cair atau
ada bekuan, warnanya, baunya), dismenorhoe (Suherni, 2008).
e) Riwayat Keluarga Berencana (KB)
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, ada keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini
dan beralih ke kontrasepsi (Wulandari dan Handayani, 2011).
f) Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah
syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang
jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan
mempengaruhi proses nifas (Wulandari dan Handayani, 2011).
g) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
Menurut Varney (2007), riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas
yang lalu, meliputi :
(1) Kehamilan
Untuk mengetahui berapa umur kehamilan
(2) Persalinan
Spontan/ buatan, ditolong oleh siapa.
25
(3) Nifas
Keadaan klien baik/ tidak, bagaimana proses laktasinya.
(4) Anak
Jenis kelamin, berat badan, panjang badan.
(5) Keadaan anak sekarang
Hidup/ tidak, sehat/ tidak.
h) Pola Kebiasaan Sehari-hari
(1) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan
(Wulandari dan Handayani, 2011).
(2) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang
air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau
serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi warna,
jumlah (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(3) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur, kebiasaan pasien sebelum tidur misalnya
membaca, mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi
obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang.
Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan
istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
26
(4) Keadaan psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap
bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi/
psikososial selama masa nifas sementara ia menyesuaikan
diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukkan
depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi
tersebut sering disebut sebagai post partum blues
(Wulandari dan Handayani, 2011).
(5) Riwayat sosial budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat
istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pada
khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang
makan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(6) Pemakaian obat – obat / perokok
Dikaji untuk mengetahui pemakaian obat-obatan selain dari
bidan atau tidak, klien merokok atau tidak, suami merokok
atau tidak (Alimul, 2006).
2) Data Obyektif
Adalah data yang diambil dari pemeriksaan fisik pada pasien
(Alimul, 2006).
a) Status Generalis
(1) Keadaaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum klien apakah baik, sedang,
buruk (Alimul, 2006).
27
(2) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkatan kesadaran ibu, tingkat kesadaran
ibu seperti composmentis, apatis, somnolen, soporocomatis,
koma (Alimul, 2006).
(3) Tanda – Tanda Vital (TTV)
(a) Tekanan darah
Untuk mengetahui tekanan darah klien, normal 120/80
mmHg (Varney, 2007). Apabila tekanan darah diatas
140/90 mmHg terjadi hipertensi (Wiknjosastro, 2010).
(b) Suhu
Untuk mengetahui ada peningkatan suhu tubuh/ tidak,
normalnya suhu tubuh (36,50C – 37,6
0C) (Perry, 2005).
(c) Nadi
Untuk mengetahui denyut nadi klien dengan menghitung
dalam 1 menit, nadi normal 60 – 100 x/ menit
(Perry, 2005).
(d) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung
dalam 1 menit, respirasi normal 16 – 20 x/ menit
(Perry, 2005).
(4) Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan klien (Perry, 2005).
(5) Berat Badan sebelum hamil
Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan sebelum
hamil (Alimul, 2006).
28
(6) Berat Badan sekarang
Untuk mengetahui berat badan ibu sekarang (Alimul, 2006).
(7) LILA
Untuk mengetahui lingkar lengan atas klien normal/ tidak,
normalnya 23,5 cm, termasuk faktor resiko tinggi (KEK)
penanganannya dengan perbaikan gizi (Perry, 2005).
b) Pemeriksaan Sistematis
(1) Kepala
(a) Rambut
Untuk mengetahui rambut klien bersih/ tidak, ada
ketombe/ tidak, rontok/ tidak (Manuaba, 2009).
(b) Muka
Untuk mengetahui ada oedema atau tidak, pucat atau tidak
(Wiknjosastro, 2008).
(c) Mata
Untuk menilai warna kantung conjungtiva, warna sklera,
mata strabismus (juling) atau tidak (Varney, 2007).
(d) Hidung
Untuk mengetahui simetris/ tidak, ada benjolan/ tidak
(Varney, 2007).
(e) Telinga
Untuk mengetahui simetris/tidak, ada serumen/tidak,
bersih/tidak (Alimul, 2006).
29
(f) Mulut/ gusi/ gigi
Untuk mengetahui ada stomatitis/ tidak, ada caries/ tidak,
berdarah/ tidak (Wiknjosastro, 2008).
(2) Leher
Untuk mengetahui adakah pembesaran pada kelenjar
gondok, tumor/ tidak, kelenjar limfe tidak (Alimul, 2008).
(3) Dada dan Axilla
Dikaji untuk mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan
pada pemeriksaan dada dan axilla meliputi :
(a) Mammae
Ada pembesaran/ tidak, ada benjolan/ tidak, simetris/
tidak, areola hyperpigmentasi/ tidak puting susu menonjol/
tidak kolustrum sudah keluar/ belum (Varney, 2004).
(b) Axilla
Adakah benjolan/ tidak, nyeri tekan/ tidak (Varney, 2004).
(4) Ekstermitas
Atas/ tangan : Apakah ada oedema/ tidak, jari lengkap/
tidak, ada kelainan/ tidak.
Bawah/ kaki : Apakah ada varices/ tidak, oedema/ tidak,
jari lengkap/ tidak, ada kelainan/ tidak.
(Wiknjosastro, 2010).
30
c) Pemeriksaan Khusus Obstetri (Lokalis)
(1) Abdomen
(a) Inspeksi
Adakah pembesaran perut, bentuk perut, linia Alba/nigra,
strie albican/ livide, ada kelainan/ tidak (Varney, 2004).
(b) Palpasi
Untuk mengetahui bagaimana kontraksinya, berapa
tinggi fundus uterinya, kandung kemih kosong/
penuh (Dewi dan Sunarsih, 2011).
(2) Anogenital
(a) Vulva vagina
Untuk mengetahui adakah varices/ tidak, kemerahan/
tidak, nyeri/ tidak, ada benjolan bartholini/ tidak, ada
pengeluaran pervaginam/tidak.
(b) Perineum
Untuk mengetahui adakah bekas luka/ tidak
(Varney, 2007). Pada kasus ibu nifas dengan post
episitomi ditemukan pada perineum ada luka jahitan
yang warnanya merah, pada perineum terdapat odema
ringan dan warnanya kebiruan normal dan ada nyeri
tekan (Ladewig, 2011).
(c) Anus
Untuk mengetahui adakah haemorhoid/ tidak
(Wiknjosastro, 2010).
31
(d) Inspekulo
Pemeriksaan vagina : Ada pembengkakan/ tidak,
ada benjolan/ tidak.
Pemeriksaan porsio uteri : Adakah perlukaan/ tidak,
tertutup cairan/ lendir, ada
kelainan/tidak
(Prawirohardjo, 2005).
d) Pemeriksaan penunjang
Untuk mengetahui hasil pemeriksaan laboratorium dan
penunjang lain (Varney, 2007). Pada kasus perawatan luka
perineum post episiotomi pemeriksaan laboratorim tidak
dilakukan.
b. Langkah II : Interprestasi Data
Menginterprestasikan data agar mengidentifikasikan diagnosa
atau masalah. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik
(Varney, 2004).
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan
(Varney, 2004). Diagnosa kebidanan ibu nifas dengan
perawatan luka perineum post episiotomi :
Ny...P...A...umur...tahun, 2 jam post partum dengan luka
perineum post episiotomi.
32
Data Dasar
a) Data Subjektif
Data Subjektif pada ibu nifas dengan luka perineum post
episiotomi :
Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan (Alimul, 2006).
b) Data Objektif
Data obyektif pada ibu nifas dengan keadaan umum luka
perineum post episiotomi yaitu:
(1) Pada perineum terdapat edema ringan dan warna kebiruan
yang normal.
(2) Terdapat bekas luka post episiotomi yang dijahit yang
warnanya merah.
(3) Adanya nyeri tekan.
(Ladewig, 2011).
2) Masalah
Adalah masalah yang timbul berkaitan dengan pengalaman
klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai
diagnosa (Varney, 2004). Masalah yang sering muncul dalam
kasus ini adalah ibu merasa nyeri pada luka jahitan di perineum
karena post episiotomi (Suherni, 2008).
3) Kebutuhan
Adalah kebutuhan yang dibutuhkan oleh pasien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang didapat dengan
33
melakukan analisa data (Varney, 2004). Kebutuhan yang
diperlukan pada ibu nifas dengan luka post episiotomi adalah
penjelasan tentang rasa nyeri pada perineum karena luka perineum
post episiotomi (Suherni, 2008).
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Merupakan hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa
(Varney, 2004). Diagnosa potensial yang terjadi pada ibu nifas dengan
perawatan luka perineum post episiotomi yang mungkin terjadi
adalah terjadinya infeksi pada luka jahitan perineum (Uliyah, 2006).
d. Langkah IV : Tindakan Segera
Menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus
sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi
kliennya, setelah bidan merumuskan tindakan yang dilakukan untuk
mengantisipasi diagnosa masalah potensial yang sebelumnya
(Varney, 2004). Antisipasi untuk pada kasus perawatan luka perineum
post episiotomi dengan melakukan perawatan luka perineum post
episiotomi yaitu jahitan dirawat dengan cara dibersihkan dengan air
hangat atau air bersih dan kassa steril (Uliyah, 2008). Serta
memberikan obat Amoxillin 500 mg 3 x 1/ tablet, Asam mefenamat
500 mg 3 x 1/ tablet, Vitamin A 200.000 unit 1 x 1 (tablet), Tablet Fe
40 tablet 1 x 1 (Thompson, 2008).
34
e. Langkah V : Rencana Tindakan
Ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya, langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau antispasi
pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi
(Varney, 2004). Rencana asuhan yang diberikan pada ibu nifas dengan
perawatan luka post episiotomi adalah :
1) KIE tentang rasa nyeri pada luka jahitan dan rasa mules pada
perut.
2) Anjurkan ibu untuk menjaga agar perineum selalu bersih dan
kering.
3) Anjurkan ibu untuk menghindari penggunaan obat-obat
trandisional pada perineumnya.
(Wiknjosastro, 2008)
4) Lakukan perawatan luka perineum dengan teknik aseptik dengan
cara menggunakan air hangat atau air bersih dan kassa steril
(Uliyah, 2008).
5) Ajarkan ibu tentang teknik relaksasi (Saleha, 2009).
6) Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene (Suherni, 2008).
7) Berikan terapi obat Amoxillin 500 mg 3 x 1 tablet, Asam
mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet, Vitamin A 200.000 unit 1 x 1,
Tablet Fe 40 tablet 1 x 1 (Thompson, 2008).
8) Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang dalam seminggu untuk
memeriksa penyembuhan lukanya (Wiknjosastro, 2008).
35
f. Langkah VI : Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan yang
menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima,
dilaksaanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat
dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh klien atau tenaga
lainnya (Varney, 2004). Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan perawatan luka post episiotomi sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat.
g. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukaan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar telah dipenuhi sesui dengan kebutuhan sebagaimana
rencana tersebut dapat dianggap efektif dalam pelaksaanaannya
(Varney, 2004).
Evaluasi pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum post
episiotomi adalah :
1) Luka perineum post episiotomi tidak ada nyeri, tidak oedem,
sembuh dan kering, serta tidak ada infeksi (Ledewiq, 2011)
2) Ibu bisa melewati masa nifas dengan baik (Suherni, 2008).
36
Data Perkembangan SOAP
Data perkembangan menggunakan SOAP menurut Varney (2004),
yaitu :
1. Subjektif : Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan
data klien melalui anamnesa.
2. Objektif : Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain
yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
assesment.
3. Assesment : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interprestasi data Subjektif dan Objektif dalam suatu
identifikasi diagnosa/masalah, antisipasi diagnosa/
masalah, perlunya tindakan segera oleh bidan/ dokter dan
konsultasi kolaborasi.
4. Planning : Menggambarkan pendokumentasian dan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi berdasarkan assesment.
C. Landasan Hukum
Dalam Permenkes Nomor HK.02.02/MENKES/1464/2010 pasal 10
tentang penyelenggaraan praktik. Bidan dalam menjalankan praktik,
berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi :
1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a
diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas,
masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.
37
2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c. Pelayanan persalinan normal
d. Pelayanan ibu nifas normal
e. Pelayanan ibu menyusui
f. Pelayanan konseling antara dua masa kehamilan
3. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berwenang untuk :
a. Episiotomi
b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f. Fasilitasi/ bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI eksklusif
g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan post partum
h. Penyuluhan dan konseling
i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j. Pemberian surat keterangan kematian, dan
k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin
(Kepmenkes, 2010).
38
BAB III
METODOLOGI
A. Jenis Studi Kasus
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah menggunakan bentuk laporan studi kasus
dengan menggunakan metode observasional deskriptif. Observasional yaitu
kasus yang dilakukan dengan cara pengamatan / observasi. Deskriptif yaitu
suatu metode yang digunakan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
atau deskriptif tentang suatu keaadaan secara obyektif (Arikunto, 2010). Studi
kasus adalah laporan yang dilaksanakan dengan cara meneliti suatu
permasalahan studi kasus melalui suatu yang terdiri dari unit tunggal
(Notoatmodjo, 2005). Studi kasus ini termasuk asuhan kebidanan 7 langkah
varney dari pengumpulan data sampai evaluasi dan data perkembangan
termasuk SOAP.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi merupakan tempat dimana pengambilan kasus dilaksanakan
(Notoatmodjo, 2010). Pengambilan kasus ini dilakukan di BPM Puji Setiani
Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta.
C. Subjek Studi kasus
Subjek studi kasus adalah subjek yang dituju pada saat pelaksanaan studi
kasus (Notoatmodjo, 2010). Pada studi kasus ini subjeknya adalah ibu nifas
39
Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi di BPM Puji Setiani
Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta.
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan penulis untuk
mencari kasus (Notoatmodjo, 2010). Pada pengambilan kasus dilaksanakan
pada tanggal 10 Maret 2013 – 15 Maret 2013.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penulis dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, lebih cepat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
(Arikunto, 2010). Pada kasus ini penulis menggunakan instrumen berupa
format asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan mengunakan managemen
kebidanan dengan 7 langkah varney.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam menyusun studi kasus ini sebagai pengumpulan data sebagai
berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari
subjek atau objek penelitian oleh perorangan maupun organisasi
(Riwidikdo, 2007). Data primer diperoleh dengan cara :
40
a. Pemeriksaan Fisik
Menurut Nursalam (2009), pemeriksaan fisik digunakan supaya
mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara :
1) Inspeksi
Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilakukan secara
sistematis, observasi dilakukan dengan menggunakan indera
penglihatan, pendengaran dan penciuman sehingga suatu alat
mengumpulkan data. Inspeksi dilakukan secara berurutan mulai dari
kepala sampai kaki. Pada kasus luka perineum post episiotomi
inspeksi yang digunakan adalah melihat, terdapat bekas luka perineum
post episiotomi yang dijahit warnanya merah pada perineum.
2) Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba,
tangan dan jari. Dalam studi kasus ini dilakukan atau memeriksa
keadaan luka perineum post episiotomi. Pada pemeriksaan ini untuk
menentukan Tinggi Fundus Uteri. Pada kasus luka perineum post
episiotomi dilakukan pemeriksaan palpasi mencakup pengkajian
terhadap adanya nyeri tekan dan edema ringan pada luka perineum
post episiotomi.
3) Perkusi
Perkusi adalah suatu pemeriksaan dengan cara mengetuk dan
membandingkan kiri-kanan pada setiap daerah permukaan tubuh
dengan tujuan menghasilkan suara. Perkusi bertujuan mengidentifikasi
41
lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Pada pemeriksaan ini
dengan menggunakan pemeriksaan reflek patella yaitu pada
ekstermitas Bawah / kaki. Pada kasus ibu nifas dengan perawatan
luka perineum post episiotomi tidak perlu dilakukan.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan
suara-suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan
stetoskop. Pemeriksaan pada studi kasus ini dilakukan untuk
mengetahui tekanan darah, bunyi nafas dan jantung pasien. Pada
pemeriksaan ini dengan menggunakan stetoskop dan
spigmomanometer untuk mengetahui tekanan darah. Pada kasus ibu
nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi tidak perlu
dilakukan.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data dimana penulis mendapatkan keterangan secara
lisan dari klien, jadi data tersebut diperoleh langsung dari klien
(Notoatmodjo, 2010). Wawancara dilakukan pada Ny. T, keluarga dan
tenaga kesehatan untuk mendapatkan keterangan yang lengkap.
c. Observasi
Observasi adalah suatu prosedur yang berencana antara lain
meliputi :melihat, mencatat, jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah studi kasus (Notoatmodjo, 2010).
42
Pelaksanaan observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan
langsung pada pasien untuk mengetahui perkembangan dan perawatan
luka pada jahitan perineum post episiotomi yang dilakukan dengan
menggunakan format asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan
luka perineum post episiotomi.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan atau
terapi diperoleh dari keterangan keluarga, lingkungan, mempelajari status
dan dokumentasi pasien, cacatan dalam kebidanan dan studi
(Notoatmodjo, 2005).
Data sekunder diperoleh dengan cara :
a. Studi Dokumentasi
Adalah semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan
dokumen (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan kasus ini menggunakan
catatan yang ada atau status pasien untuk memproleh informasi data
medik yang ada di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo
Surakarta.
b. Studi Kepustakaan
Yaitu memperoleh berbagai informasi baik berupa teori-teori
generalisasi maupun konsep yang dikembangkan oleh berbagai ahli
dan buku-buku sumber yang ada (Notoatmodjo, 2010). Studi kasus
ini diambil dari buku-buku referensi dari tahun 2003 - 2012.
43
G. Alat-alat yang Dibutuhkan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan data antara lain :
1. Alat dan bahan untuk pengambilan data :
a. Format Asuhan Kebidanan ibu nifas
b. Alat tulis (buku, bolpoin, dan penggaris).
2. Alat dan bahan untuk melakukan pemeriksaan fisik dan observasi :
a. Spigmomanometer
b. Stetoskop
c. Termometer
d. Jam tangan
e. Alat pengukur tinggi badan
f. Timbangan berat badan
g. Pita LILA
3. Alat dan bahan untuk medikasi perawatan luka perineum post
episiotomi :
1) Pinset anatomis
2) Gunting
3) Kasa steril
4) Bengkok
5) Pembalut
6) Kapas dan air cebok
44
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS
Ruang : Nifas
Tanggal masuk : 10 Maret 2013
No. Register : -
1. PENGKAJIAN
Tanggal : 10 Maret 2013 Pukul : 12.00 WIB
a. Identitas Pasien Identitas Suami
1) Nama : Ny. T Nama : Tn. P
2) Umur : 24 tahun Umur : 25 tahun
3) Agama : Islam Agama : Islam
4) Suku Bangsa : Jawa, Indonesia Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
5) Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
6) Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
7) Alamat : Sabrangkulon 03/ 35 Mojosongo, Jebres, Surakarta
b. Anamnesa (Data Subyektif)
Tanggal : 10 maret 2013 Pukul : 12. 05 WIB
1) Alasan utama pada waktu masuk : Ibu mengatakan perut kenceng –
kenceng dan mengeluarkan lendir darah dari jalan lahir pada tanggal
10 maret 2013, pukul 06.00 WIB.
45
2) Keluhan : Ibu mengatakan perutnya mules dan nyeri pada luka jahitan
di perineum.
3) Riwayat menstruasi
a) Menarche : Ibu mengatakan pertama kali haid umur 13 tahun.
b) Siklus : Ibu mengatakan jarak haidnya ± 28 hari.
c) Lama : Ibu mengatakan lama haidnya 6 – 7 hari.
d) Banyaknya : Ibu mengatakan 2 – 3 x/ hari ganti pembalut.
e) Teratur/ tidak : Ibu mengatakan haidnya teratur.
f) Sifat darah : Ibu mengatakan darah warna merah segar, encer,
tidak bergumpal.
g) Disminorhoe : Ibu mengatakan nyeri perut saat hari pertama
haid.
4) Riwayat hamil
a) HPHT : Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir
tanggal 3 Juni 2012.
b) HPL : 10 Maret 2013
c) Keluhan – keluhan pada
Trimester I : Ibu mengatakan sering mual – maul kadang
muntah.
Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
Trimester III : Ibu mengatakan merasa pegal – pegal pada
pinggang.
46
d) ANC : Ibu mengatakan 8 kali kunjungan ulang secara
teratur di bidan.
Trimester I : 2 kali, saat umur kehamilan 2, dan 3 bulan.
Trimester II : 3 kali, saat umur kehamilan 4, 5, dan 6 bulan.
Trimester III : 3 kali, saat umur kehamilan 7, 8, dan 9 bulan.
e) Penyuluhan yang pernah di dapat
Ibu mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang tablet zat
besi, gizi ibu hamil, tanda bahaya kehamilan trimester III.
f) Imunisasi TT
Ibu mengatakan pernah mendapat imunisasi TT 2 kali.
TT 1 : Saat akan menikah (capeng)
TT 2 : Saat umur kehamilan 3 bulan
g) Pergerakan janin
Ibu mengatakan sudah merasakan gerakan janin saat umur
kehamilan 4 bulan.
5) Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan sekarang tidak sedang sakit batuk, pilek, dan
demam.
b) Riwayat penyakit sistemik
(1) Jantung : Ibu mengatakan tidak nyeri dada bagian kiri dan
tidak berdebar – debar saat beraktivitas.
47
(2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak nyeri pinggang bagian
bawah dan sakit saat BAK.
(3) Asma : Ibu mengatakan tidak sesak nafas.
(4) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk yang
berkepanjangan lebih dari 3 bulan.
(5) Hepatitis : Ibu mengatakan tidak pernah kuning pada mata,
kulit dan kuku.
(6) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah pusing yang lama,
tekanan darah tidak pernah tinggi, dan tengkuk
kaku.
(7) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang dan
mengeluarkan busa dari mulutnya.
(8) DM : Ibu mengatakan tidak pernah haus, lapar dan
sering BAK saat malam hari.
(9) Lain – lain : Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit lain
seperti HIV/ AIDS.
c) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menular seperti TBC, hepatitis dan penyakit menurun seperti
Hipertensi dan jantung.
d) Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan dari keluarga ibu maupun suami tidak ada yang
memiliki keturunan kembar.
48
e) Riwayat operasi
Ibu mengatakan belum pernah operasi apapun.
6) Riwayat keluarga berencana
Ibu mengatakan belum pernah menjadi akseptor KB apapun.
7) Riwayat perkawinan
a) Status perkawinan : Syah, 1 kali
b) Kawin umur : 23 tahun (istri), 24 tahun (suami)
c) Lamanya : 1 tahun
8) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Hamil sekarang
9) Riwayat persalinan
a) Tempat persalinan : BPM, penolong : bidan
b) Tanggal/ jam persalinan : 10 maret 2013, 10.00 WIB
c) Jenis persalinan : Normal
d) Indikasi dilakukan episiotomi : Perineum kaku dan pendek.
e) Plasenta
1) Ukuran : 400 gram, kotiledon lengkap, jumlah 20
2) Insersi tali pusat : Sentralis, panjang 49 cm
3) Kelainan : Tidak ada
f) Perineum
(1) Ruptur/ tidak : Ya, derajat II, episiotomi mediolateralis.
(2) Dijahit/ tidak : Dijahit dengan teknik jelujur dengan
benang cutget.
49
g) Perdarahan
(1) Kala I 20 cc, kala II 30 cc, kala III 50 cc, kala IV 100 cc
(2) Jumlah perdarahan 200 cc
h) Tindakan lain : Tidak ada tindakan lain
i) Lama persalinan
Kala I : 8 jam - menit
Kala II : - jam 20 menit
Kala III : - jam 10 menit
Kala IV : 2 jam - menit
Total : 10 jam 30 menit
j) Keadaan bayi
BB : 3200 gram
Apgar score : 8/ 9/ 10
Cacat bawaan : Tidak ada
Masa gestasi : 40 minggu
10) Pola kebiasaan
a) Nutrisi
Selama hamil : Ibu mengatakan makan 2 – 3 x sehari,
dengan porsi sedang dengan jenis nasi,
sayur, lauk - pauk, buah – buahan, dan
minum 7 – 8 gelas air putih/ hari.
Setelah melahirkan : Ibu mengatakan setelah melahirkan makan
1 x dengan porsi sedang, dengan jenis nasi,
50
sayur bayam, tahu, tempe, dan minum air
putih dan air teh.
b) Eliminasi
(1) BAB : Ibu mengatakan belum BAB
(2) BAK : Ibu mengatakan sudah BAK 1 x
c) Istirahat/ tidur
Selama hamil : Ibu mengatakan tidur siang ± 1 jam dan tidur
malam ± 8 jam.
Setelah melahirkan : Ibu mengatakan belum beristirahat/ tidur.
d) Keadaan psikologi
Ibu mengatakan senang dengan kelahiran anaknya.
e) Riwayat sosial budaya
(1) Dukungan keluarga : Ibu mengatakan keluarga dan suami
mendukung.
(2) Keluarga lain yang tinggal serumah : Ibu mengatakan tinggal
serumah dengan mertua.
(3) Pantangan makanan : Ibu mengatakan tidak ada pantangan
makanan apapun saat hamil.
(4) Kebiasaan adat istiadat : Ibu mengatakan ada acara mitoni saat
umur kehamilan 7 bulan.
f) Penggunaan obat-obatan/ rokok
Ibu mengatakan tidak merokok dan mengonsumsi obat – obatan
selain dari bidan.
51
c. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)
Tanggal : 10 Maret 2013 Pukul : 12.15 WIB
1) Status Generalis
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV : TD : 120/ 80 mmHg R : 22 x/ menit
S : 37oC N : 88 x/ menit
d) Tinggi Badan : 159 cm
e) Berat Badan sekarang : 51 kg
f) LILA : 23 cm
2) Pemeriksaan sistematis
a) Kepala
(1) Rambut : Hitam, bersih, tidak berketombe,
tidak mudah rontok.
(2) Muka : Tidak pucat, tidak oedema, tidak
ada cloasma.
(3) Mata
a) Oedema : Tidak oedema
b) Conjungtiva : Warna merah muda
c) Sklera : Warna putih
(4) Hidung : Simetris, bersih, tidak ada benjolan
(5) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen
52
(6) Mulut/ gigi/ gusi : Tidak ada stomatitis, tidak ada
caries, tidak berdarah
b) Leher
(1) Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran
(2) Tumor : Tidak ada benjolan
(3) Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
c) Dada dan Axilla
(1) Jantung : Tidak dilakukan
(2) Paru : Tidak dilakukan
(3) Mammae
(a) Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan
(b) Tumor : Tidak ada benjolan
(c) Simetris : Simetris
(d) Areola : Hyperpigmentasi
(e) Puting susu : Menonjol
(f) Kolostrum : Sudah keluar
(4) Axilla
(a) Benjolan : Tidak ada benjolan
(b) Nyeri : Tidak ada nyeri
d) Ekstremitas
(1) Varices : Tidak ada varices
(2) Oedema : Tidak ada oedema
53
(3) Reflek patella : Positif
(4) Betis merah/ lembek/ keras: Betis lembek
3) Pemeriksaan khusus obstetri (lokalis)
a) Abdomen
(1) Inspeksi
(a) Pembesaran perut : Normal
(b) Linea alba/ nigra : Linea nigra
(c) Strie albican/ livide : Strie albican
(d) Kelainan : Tidak ada
(2) Palpasi
(a) Kontraksi : Keras
(b) TFU : 2 jari dibawah pusat
(c) Kendung kencing : Kosong
b) Anogenital
1) Vulva vagina
(a) Varices : Tidak ada
(b) Kemerahan : Tidak kemerahan
(c) Nyeri : Ya
(d) Lochea : Rubra
2) Perineum
(a) Keadaan luka : Masih basah dan terdapat jahitan
(b) Bengkak/ kemerahan : Tidak ada
54
3) Anus
(a) Haemoroid : Tidak ada
(b) Lain – lain : Tidak ada
4) Inspekulo
a) Vagina : Tidak dilakukan
b) Porsio : Tidak dilakukan
5) Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan
4) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksan laboratorium : Tidak dilakukan
b) Pemeriksaan penunjang lain : Tidak dilakukan
2. INTERPRETASI DATA
Tanggal : 10 Maret 2013 Pukul : 12.30 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
Ny. T P1A0 umur 24 tahun, 2 jam post partum dengan luka jahitan
perineum derajat II post episiotomi.
Data Dasar :
Data Subyektif :
1) Ibu mengatakan berumur 24 tahun
2) Ibu mengatakan melahirkan anak pertama pada tanggal 10 maret 2013
pukul 10.00 WIB dan belum pernah keguguran.
3) Ibu mengatakan perutnya mules.
4) Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan.
55
Data Obyektif :
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV : TD : 120/ 80 mmHg R : 24 x/ menit
S : 37oC N : 88 x/ menit
4) ASI sudah keluar.
5) Perineum heating jelujur derajat II post episiotomi mediolateralis.
6) PPV : Lochea rubra, banyaknya 1 pembalut penuh.
7) TFU : 2 jari dibawah pusat.
b. Masalah
1) Nyeri pada luka jahitan perineum post episiotomi.
2) Mules – mules pada perut
c. Kebutuhan
1) Penjelasan tentang nyeri perineum dan cara perawatannya.
2) Penjelasan tentang after pains dan ajarkan teknik relaksasi.
3. DIAGNOSA POTENSIAL
Terjadi infeksi pada luka bekas jahitan.
4. TINDAKAN SEGERA
Pemberian terapi yaitu :
Amoxillin 500 mg 3 x 1/ tablet
Asam mefenamat 500 mg 3 x 1/ tablet
56
Vitamin A 200.000 unit 1 x 1 (tablet)
Tablet Fe 40 tablet 1 x 1
5. PERENCANAAN
Tanggal : 10 Maret 2013 Pukul : 12.40 WIB
1. Beri tahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
2. Jelaskan pada ibu tentang rasa nyeri pada luka jahitan dan rasa mules
pada perut.
3. Anjurkan ibu untuk menjaga agar perineum selalu bersih dan kering.
4. Anjurkan ibu untuk menghindari penggunaan obat – obat tradisional pada
perineumnya.
5. Ajarkan ibu tentang teknik relaksasi
6. Lakukan perawatan luka perineum
7. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene.
8. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
9. Beri ibu terapi obat dan anjurkan untuk meminumnya.
6. PELAKSANAAN
Tanggal : 10 Maret 2013 Pukul : 12.50 WIB
1. Pukul 12.55 WIB Memberi tahu ibu tentang hasil pemeriksaannya.
2. Pukul 13.00 WIB Menjelaskan pada ibu bahwa rasa mules dan nyeri pada
luka perineum bekas jahitan yang dialaminya adalah keadaan yang normal
pada ibu nifas. Rasa mules diakibatkan karena kontraksi uterus yang
57
memproses uterus menjadi normal atau kembali ke semula seperti sebelum
hamil dan nyeri jahitan normal karena jaringan - jaringan yang telah robek
akan membentuk jaringan kembali.
3. Pukul 13.05 WIB Menganjurkan ibu untuk menjaga agar perineum selalu
bersih dan kering.
4. Pukul 13.10 WIB Menganjurkan ibu untuk menghindari penggunaan obat
– obat tradisional pada perineumnya.
5. Pukul 13.15 WIB Mengajarkan ibu tentang teknik relaksasi pada saat
mules yaitu :
a. Ibu menarik nafas panjang.
b. Perlahan – lahan dihembuskan.
c. Ibu bernafas seprti biasa.
d. Apabila ibu merasa nyeri, anjurkan untuk bernafas secara dangkal dan
cepat.
6. Pukul 13.20 WIB Melakukan perawatan luka perineum post episiotomi
dengan teknik aseptik pada daerah genetalia dan sekitarnya dengan cara
membersihkan terlebih dahulu daerah luka kemudian menggunkan air
hangat atau air bersih dan kassa steril lalu di beri betadine dan kassa steril
yang diberi salep gentamisin 0,1 mg yang dioleskan pada daerah luka
jahitan.
7. Pukul 13.25 WIB Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene
yaitu dengan cara sebelum dan sesudah memegang luka cuci tangan
dengan sabun, cebok yang benar dari arah depan dan belakang.
58
8. Pukul 13.30 WIB Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
9. Pukul 13.55 WIB Memberi ibu terapi obat dan menganjurkan ibu untuk
meminumnya.
Amoxillin 500 mg 3 x 1 tablet
Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet
Vit A 200.000 unit 1 x 1 tablet
Tablet Fe 40 tablet 1 x 1
7. EVALUASI
Tanggal : 10 Maret 2013 Pukul : 14. 10 WIB
1. Ibu sudah mengerti dengan hasil pemeriksaannya.
2. Ibu mengerti tentang rasa mules yang dialaminya adalah keadaan
normal.
3. Ibu sudah menjaga perineumnya tetap bersih dan kering.
4. Ibu bersedia untuk tidak menggunakan obat – obatan tradisional pada
perineumnya.
5. Ibu dapat melakukan relaksasi.
6. Perawatan luka perineum sudah dilakukan.
7. Ibu sudah melakukan personal hygiene.
8. Ibu sudah beristirahat selama 25 menit.
9. Ibu bersedia untuk meminum obat.
59
DATA PERKEMBANGAN 1
Tanggal : 10 Maret 2013 Pukul 18.00 WIB
Data Subyektif
1. Ibu mengatakan masih nyeri pada luka jahitan.
2. Ibu mengatakan belum BAB dan sudah BAK 1 kali.
3. Ibu mengatakan ASI sudah keluar sedikit dan sudah menyusui bayinya.
4. Ibu mengatakan sudah bisa duduk dan berjalan – jalan.
Data Obyektif
1. a. Keadaan umum : baik
b. kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 120/ 80 mmHg N : 88 x/ menit
S : 37º C R : 24 x/ menit
2. lochea rubra ± 20 cc, kontraksi uterus keras, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah
pusat, luka jahitan perineum post episiotomi bersih dan masih basah.
3. Puting susu menonjol, ASI sudah keluar, payudara normal, tidak terdapat nyeri
tekan.
Assesment
Ny. T P1A0 umur 24 tahun, 8 jam post partum dengan luka jahitan perineum
derajat II post episiotomi.
60
Planning
Tanggal : 10 Maret 2013 Pukul : 18.30 WIB
1. Pukul 18.35 WIB Mengobservasi pengeluaran pervaginam, kontraksi uterus,
tinggi fundus uteri, dan luka pada perineum post episiotomi.
2. Pukul 18.45 WIB Melihat adanya tanda –tanda infeksi seperti luka perineum
post episiotomi mengalami pembengkakan, terdapat nanah, dan terjadinya
peningkatan suhu tubuh.
3. Pukul 18.50 WIB Melakukan perawatan luka perineum pada post episiotomi
dengan teknik aseptik yaitu :
a. Dengan cara cuci tangan terlebih dahulu sebelum dan sesudah memegang
luka lalu menggunakan alat yang bersih atau steril untuk kontak dengan
luka.
b. Membersihkan daerah luka dengan menggunakan air hangat atau air
bersih.
c. Menggunakan kassa yang diberikaan betadine kemudian kassa steril
diolesi dengan salep gentamisin 0,1 mg dan mengoleskan pada luka
jahitan.
4. Pukul 19.00 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan personal hygiene.
5. Pukul 19.10 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap mengonsumsi makanan
bergizi bagi ibu nifas.
6. Pukul 19.15 WIB Memberi KIE tentang ASI eksklusif
7. Pukul 19.30 WIB Menganjurkan ibu untuk meminum obat yang sudah
diberikan.
61
Evaluasi
Tanggal : 10 Maret 2013 Pukul : 20.00 WIB
1. Pengeluaran pervaginam Lochea rubra ± 20 cc, kontraksi uterus keras, TFU 2
jari dibawah pusat, luka jahitan perineum bersih dan masih basah.
2. Tidak ada tanda – tanda infeksi pada luka jahitan pada perineum.
3. Ibu mengatakan sudah melakukan Personal higiene
4. Ibu bersedia untuk makan – makanan yang bergizi seperti nasi, sayur –sayuran
hijau, tempe, tahu, telur.
5. Perawatan luka perineum bekas jahitan sudah dilakukan.
6. Ibu sudah mengerti dan tahu tentang ASI eksklusif.
7. Ibu bersedia minum obat yang sudah diberikan.
DATA PERKEMBANGAN 2
Tanggal : 11 Maret 2013 Pukul 08.00 WIB
Data Subyektif
1. Ibu mengatakan sudah berkurang nyeri jahitannya.
2. Ibu mengatakan sudah bisa BAB.
3. Ibu mengatakan sudah bisa melakukan perawatan luka perineum sendiri.
4. Ibu mengatakan sudah bisa beristirahat.
5. Ibu mengatakan ingin pulang.
Data Obyektif
1. Observasi KU, TTV, PPV
62
a. Keadaan umum : baik
b. kesadaran : composmentis
c. TTV : TD : 110/ 80 mmHg N : 88 x/ menit
S : 37° C R : 24 x/ menit
d. Pengeluaran pervagina : Lochea rubra ± 10 cc
e. kontraksi uterus keras, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, luka jahitan
perineum post episiotomi bersih dan masih basah.
2. Puting susu menonjol, ASI sudah keluar, payudara normal, tidak terdapat nyeri
tekan.
Assesment
Ny. T P1A0 umur 24 tahun, 1 hari post partum dengan luka jahitan perineum
derajat II post episiotomi.
Planning
Tanggal : 11 Maret 2013 Pukul : 08.15 WIB
1. Pukul 08.20 WIB Mengobservasi pengeluaran pervaginam, kontraksi uterus,
tinggi fundus uteri, dan luka pada perineum post episiotomi.
2. Pukul 08.30 WIB Melihat adanya tanda –tanda infeksi seperti luka perineum
post episiotomi mengalami pembengkakan, terdapat nanah, dan terjadinya
peningkatan suhu tubuh.
63
3. Pukul 08.35 WIB Melakukan perawatan luka perineum pada post episiotomi
dengan teknik aseptik yaitu :
a. Dengan cara cuci tangan terlebih dahulu sebelum dan sesudah memegang
luka lalu menggunakan alat yang bersih atau steril untuk kontak dengan
luka.
b. Membersihkan daerah luka dengan menggunakan air hangat atau air bersih.
c. Menggunakan kassa yang diberikaan betadine kemudian kassa steril diolesi
dengan salep gentamisin 0,1 mg kemudian mengoleskan pada luka jahitan..
4. Pukul 08.50 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan personal hygiene.
5. Pukul 09.00 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap mengonsumsi makanan
bergizi bagi ibu nifas
6. Pukul 09.15 WIB Memberi KIE tentang perawtan luka perineum.
7. Pukul 09.30 Menganjurkan ibu untuk meminum obat yang sudah diberikan.
8. Pukul 09.35 Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang pada tanggal 15 Maret
2013.
9. Pukul 09.40 WIB Mengijinkan ibu untuk pulang.
Evaluasi
Tanggal : 11 Maret 2013 Pukul : 10.00 WIB
1. Pengeluaran pervaginam : Lochea rubra ± 10 cc, kontraksi uterus keras, TFU
2 jari dibawah pusat, luka jahitan perineum bersih dan masih basah.
2. Tidak ada tanda – tanda infeksi pada luka jahitan pada perineum.
3. Ibu mengatakan sudah melakukan personal higiene.
64
4. Ibu bersedia untuk makan – makanan yang bergizi seperti nasi, sayur –sayuran
hijau, tempe, tahu, telur.
5. Perawatan luka perineum bekas jahitan sudah dilakukan.
6. Ibu sudah mengerti dan tahu tentang perawatan luka perineum.
7. Ibu bersedia minum obat yang sudah diberikan.
8. Ibu bersedia untuk kontrol ulang pada tanggal 15 Maret 2013.
9. Ibu di perbolehkan untuk pulang.
DATA PERKEMBANGAN 3 (KONTROL ULANG)
Tanggal : 15 Maret 2013 Pukul 08.30 WIB
Data Subyektif
1. Ibu mengatakan ingin kontrol luka jahitan.
2. Ibu mengatakan obat sudah habis.
3. Ibu mengatakan tidak ada keluhan nyeri luka jahitan.
Data Obyektif
1. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis
TTV : TD : 120/ 70 mmHg S : 36,7ºC
N : 84 x/ menit R : 24 x/ menit
2. Lochea sanguinolenta 5 cc, kontraksi uterus tidak teraba, tinggi fundus uteri 3
– 4 jari di bawah pusat, luka jahitan post episiotomi bersih dan sudah kering.
3. Puting susu menonjol, ASI sudah kelur lancar, payudara normal, tidak
terdapat nyeri tekan.
65
Assesment
Ny. T P1A0 umur 24 tahun, hari keenam post partum dengan perawatan luka
perineum derajat II post episiotomi.
Planning
Tanggal : 15 Maret 2013 Pukul : 08.45 WIB
1. Pukul 08.50 WIB Mengkaji perdarahan, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri
dan luka perineum post episiotomi.
2. Pukul 09.00 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya dengan
benar dan merawat payudara.
3. Pukul 09.10 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap makan yang bergizi.
4. Pukul 09.20 WIB Memberi ibu terapi Etabion 500 mg 1 x 1 (9 tablet)
5. Pukul 09.30WIB memberi KIE tentang KB MAL.
6. Pukul 09.45 WIB Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang jika ada keluhan.
Evaluasi
Tanggal : 15 Maret 2013 pukul : 10.20WIB
1. Perdarahan pervaginam lochea sangunolenta, kontraksi uterus tidak teraba,
tinggi fundus uteri 3 – 4 jari di bawah pusat, luka jahitan post episiotomi
bersih dan sudah kering dan tidak ada tanda – tanda infeksi.
2. Ibu bersedia untuk tetap menyusui bayinya dengan benar 2 jam sekali atau
sesuai kebutuhan dan merawat payudara sebelum mandi.
3. Ibu sudah makan yang bergizi setiap hari misalnya nasi, tahu, tempe, daging
dan buah – buahan.
4. Ibu bersedia minum obat Etabion 500 mg 1 x 1 (9 tablet).
66
5. Ibu sudah mengerti dan tahu tentang cara menyusui yang benar.
6. Ibu sudah mengerti dan tahu tentang KB MAL.
7. Ibu bersedia untuk kontrol ulang jika ada keluhan.
B. PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas Ny. T
dengan perawatan luka perineum post episiotomi dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan varney yang terdiri dari 7 langkah, yaitu :
1. Pengkajian
Data Subyektif adalah mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadan pasien dan mengumpulkan
semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi pasien (Wulandari dan Handayani, 2011). keluhan utama
adalah untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan masa
nifas, keluhan pada ibu nifas dengan luka perineum post episiotomi yaitu
nyeri pada jalan lahir karena adanya jahitan (Alimul, 2006). Data
Obyektif adalah data yang diambil dari pemeriksaan fisik pada pasien
(Alimul, 2006).
Berdasarkan pada kasus Ny. T P1A0 umur 24 tahun, 2 jam post
partum dengan perawatan luka perineum post episiotomi data subyektif
adalah ibu mengatakan merasa nyeri pada luka jahitan pada perineum post
episiotomi dan perut terasa mules setelah melahirkan, sedangkan data
obyektif didapatkan dari pemeriksaan fisik yaitu perineum heating jelujur
derajat II post episiotomi mediolateralis.
67
Pada kasus ini maka dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan kasus.
2. Interpretasi Data
Masalah yang sering muncul dalam kasus ini adalah ibu merasa
nyeri pada luka jahitan di perineum karena post episiotomi
(Suherni, 2008). Kebutuhan yang diperlukan pada ibu nifas dengan luka
post episiotomi adalah penjelasan tentang rasa nyeri pada perineum karena
luka perineum post episiotomi (Suherni, 2008).
Pada kasus Ny.T P1A0 umur 24 tahun nyeri pada luka jahitannya,
ditemukan masalah Nyeri pada luka jahitan perineum post episiotomi dan
Mules – mules pada perut, sehingga kebutuhan yang diberikan adalah
Penjelasan tentang nyeri perineum dan cara perawatannya, Penjelasan
tentang after pains dan ajarkan teknik relaksasi.
Pada kasus ini dapat disimpulkan tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan kasus.
3. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial yang terjadi pada ibu nifas dengan perawatan
luka perineum post episiotomi yang mungkin terjadi adalah terjadinya
infeksi pada luka jahitan perineum (Uliyah, 2006).
68
Pada kasus Ny. T P1A0 umur 24 tahun tidak ditemukan adanya
tanda – tanda infeksi karena luka perineum post episiotomi dilakukan
dengan teknik aseptik,
Pada kasus ini dapat disimpulkan antara teori dan kasus ada
perbedaan.
4. Tindakan segera
Antisipasi untuk pada kasus perawatan luka perineum post
episiotomi dengan melakukan perawatan luka perineum post episiotomi
yaitu jahitan dirawat dengan cara dibersihkan dengan air hangat atau air
bersih dan kassa steril (Uliyah, 2008). Serta memberikan obat Amoxillin
500 mg 3 x 1/ tablet, Asam mefenamat 500 mg 3 x 1/ tablet, Vitamin A
200.000 unit 1 x 1 (tablet), Tablet Fe 40 tablet 1 x 1 (Thompson, 2008).
Tindakan segera pada kasus Ny. T P1A0 umur 24 tahun yaitu
pemberian obat Amoxillin 500 mg 3 x 1/ tablet, Asam mefenamat 500 mg
3 x 1/ tablet, Vitamin A 200.000 unit 1 x 1 (tablet), Tablet Fe 40 tablet 1 x
1.
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan dapat di simpulkan
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
5. Perencanaan
langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah
atau antispasi pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat
69
dilengkapi (Varney, 2004). Rencana asuhan yang diberikan pada ibu nifas
dengan perawatan luka post episiotomi adalah :
1) Beri tahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
2) KIE tentang rasa nyeri pada luka jahitan dan rasa mules pada
perut.
3) Anjurkan ibu untuk menjaga agar perineum selalu bersih dan kering.
4) Anjurkan ibu untuk menghindari penggunaan obat-obat trandisional
pada perineumnya.
(Wiknjosastro, 2008)
5) Lakukan perawatan luka perineum dengan teknik aseptik dengan cara
menggunakan air hangat atau air bersih dan kassa steril
(Uliyah, 2008).
6) Ajarkan ibu tentang teknik relaksasi (Saleha, 2009).
7) Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene (Suherni, 2008).
8) Berikan terapi obat Amoxillin 500 mg 3 x 1 tablet, Asam mefenamat
500 mg 3 x 1 tablet, Vitamin A 200.000 unit 1 x 1, Tablet Fe 40 tablet
1 x 1 (Thompson, 2008).
9) Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang dalam seminggu untuk
memeriksa penyembuhan lukanya (Wiknjosastro, 2008).
Perencanaan pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun
dengan perawatan luka perineum post episiotomi adalah beri tahu ibu
tentang hasil pemeriksaan, Jelaskan pada ibu tentang rasa nyeri pada luka
jahitan dan rasa mules pada perut, anjurkan ibu untuk menjaga agar
70
perineum selalu bersih dan kering, anjurkan ibu untuk menghindari
penggunaan obat – obat tradisional pada perineumnya, ajarkan ibu tentang
teknik relaksasi, lakukan perawatan luka perineum dengan cara teknik
aseptik yaitu pada daerah genetalia dan sekitarnya dengan cara
membersihkan terlebih dahulu daerah luka kemudian menggunkan air
hangat atau air bersih dan kassa steril lalu di beri betadine dan kassa steril
yang diberi salep gentamisin 0,1 mg yang dioleskan pada daerah luka
jahitan, anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene, anjurkan ibu untuk
istirahat yang cukup, beri ibu terapi obat dan anjurkan untuk
meminumnya.
Dalam langkah perencanaan dapat disimpulkan terdapat
kesenjangan antara teori dan kasus.
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan sudah sesuai dengan perencanaan. Pada langkah
pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun
dengan perawatan luka perineum post episiotomi yaitu Beri tahu ibu
tentang hasil pemeriksaan, Jelaskan pada ibu tentang rasa nyeri pada luka
jahitan dan rasa mules pada perut, anjurkan ibu untuk menjaga agar
perineum selalu bersih dan kering, anjurkan ibu untuk menghindari
penggunaan obat – obat tradisional pada perineumnya, ajarkan ibu tentang
teknik relaksasi, lakukan perawatan luka perineum dengan cara teknik
aseptik yaitu pada daerah genetalia dan sekitarnya dengan cara
71
membersihkan terlebih dahulu daerah luka kemudian menggunkan air
hangat atau air bersih dan kassa steril, anjurkan ibu untuk menjaga
personal hygiene, anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, beri ibu terapi
obat dan anjurkan untuk meminumnya.
Pada kasus Ny. T P1A0 umur 24 tahun, pada teori perawatan
luka perineum tidak menggunakan betadine dan salep gentamisin 0,1 mg
sedangkan pada praktik perawatan luka perineum menggunakan betadine
dan salep gentamisin 0,1 mg.
Dalam langkah perencanaan dapat disimpulkan terdapat
kesenjangan antara teori dan kasus.
7. Evaluasi
Menurut Ladewiq (2006) dan ambarwati dan wulandari (2010)
setelah dilakukan observasi keadaan umum ibu baik, tidak terjadi
perdarahan, kontraksi keras, luka perineum post episiotomi kering, sembuh
dan tidak nyeri, tidak terjadi infeksi dan ibu bisa melewati masa nifas
dengan baik.
Pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0, umur 24 tahun , setelah
dilakukan perawatan luka perineum post episiotomi selama 6 hari hasilnya
adalah luka episiotomi kering, sembuh, tidak nyeri dan tidak terjadi
infeksi.
Dengan demikian dilihat dari teori dan pada lahan dapat
disimpulkan tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny.T P1A0 dengan
perawatan luka perineum post episiotomi di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo,
Mojosongo, Surakarta mulai dari pegkajian dan sampai evaluasi dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut varney, maka
penulis menyimpulkan bahwa :
1. Pada pengkajian pada Ny. T P1A0 umur 24 tahun dengan perawatan luka
perineum post episiotomi dilaksanakan dengan mengumpulkan data
subyektif yang diperoleh dari hasil wawancara dimana ibu mengatakan
merasakan nyeri pada luka jahitan pada perineum post episiotomi dan
perut terasa mules setelah melahirkan. data obyektif diperoleh dari
pemeriksaan fisik seperti perineum heating jelujur derajat II post
episiotomi mediolateralis.
2. Interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan yaitu Ny.T P1A0 umur
24 tahun dengan perawatan luka perineum derajat II post episiotomi.
Masalah yang muncul yaitu Nyeri pada luka jahitan perineum post
episiotomi dan Mules – mules pada perut, sehingga kebutuhan yang
diberikan adalah Penjelasan tentang nyeri perineum dan cara
perawatannya, Penjelasan tentang after pains dan ajarkan teknik
relaksasi.
73
3. Diagnosa potensial pada Ny. T P1A0 umur 24 tahun dengan perawatan
luka perineum post episiotomi tidak ditemukan tanda – tanda infeksi karena
luka perineum post episiotomi dilakukan dengan teknik aseptik.
4. Tindakan segera pada Ny. T P1A0 umur 24 tahun tindakan segera pada
kasus Ny. T P1A0 umur 24 tahun yaitu pemberian obat Amoxillin 500 mg
3 x 1/ tablet, Asam mefenamat 500 mg 3 x 1/ tablet, Vitamin A 200.000
unit 1 x 1 (tablet), Tablet Fe 40 tablet 1 x 1.
5. Pada rencana asuhan kebidanan yang akan dilakukan pada ibu nifas Ny.T
P1A0 umur 24 tahun dengan perawatan luka perineum post episiotomi
yaitu beri tahu ibu tentang hasil pemeriksaan, Jelaskan pada ibu tentang
rasa nyeri pada luka jahitan dan rasa mules pada perut, anjurkan ibu untuk
menjaga agar perineum selalu bersih dan kering, anjurkan ibu untuk
menghindari penggunaan obat – obat tradisional pada perineumnya, ajarkan
ibu tentang teknik relaksasi, lakukan perawatan luka perineum dengan cara
teknik aseptik yaitu pada daerah genetalia dan sekitarnya dengan cara
membersihkan terlebih dahulu daerah luka kemudian menggunkan air
hangat atau air bersih dan kassa steril lalu di beri betadine dan kassa steril
yang diberi salep gentamisin 0,1 mg yang dioleskan pada daerah luka
jahitan, anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene, anjurkan ibu untuk
istirahat yang cukup, beri ibu terapi obat dan anjurkan untuk meminumnya.
6. Pelaksanaan pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun dengan
perawatan luka perineum post episiotomi adalah beri tahu ibu tentang hasil
pemeriksaan, Jelaskan pada ibu tentang rasa nyeri pada luka jahitan dan
74
rasa mules pada perut, anjurkan ibu untuk menjaga agar perineum selalu
bersih dan kering, anjurkan ibu untuk menghindari penggunaan obat – obat
tradisional pada perineumnya, ajarkan ibu tentang teknik relaksasi, lakukan
perawatan luka perineum dengan cara teknik aseptik yaitu pada daerah
genetalia dan sekitarnya dengan cara membersihkan terlebih dahulu daerah
luka kemudian menggunkan air hangat atau air bersih dan kassa steril lalu
di beri betadine dan kassa steril yang diberi salep gentamisin 0,1 mg yang
dioleskan pada daerah luka jahitan, anjurkan ibu untuk menjaga personal
hygiene, anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, beri ibu terapi obat dan
anjurkan untuk meminumnya.
7. Evaluasinya adalah Ny. T P1A0 umur 24 tahun, setelah dilakukan
perawatan luka perineum 6 hari post episiotomi, luka perineum post
episiotomi kering tidak muncul tanda – tanda infeksi dan masa nifas dapat
berjalan dengan normal tanpa adanya komplikasi.
8. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. T dengan menerapkan 7
langkah Varney, ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek dan
dilanjutkan dengan data perkembangan menggunakan metode SOAP.
9. Alternatifnya adalah hasil pemeriksaan, KIE tentang rasa nyeri pada
luka jahitan dan rasa mules pada perut, menjaga perineum selalu bersih
dan kering, menghindari penggunaan obat-obat trandisional pada
perineumnya, teknik relaksasi, menjaga personal hygiene, pemberian
terapi obat, kunjungan ulang.
75
B. SARAN
1. Bagi profesi
Diharapkan dapat memberi tambahan ilmu pengetahuan dan
pengembangan asuhan kebidanan serta meningkatkan keterampilan dalam
memberikan atau melaksanakan asuhan kebidanan ibu nifas dengan
perawatan luka perineum post episiotomi.
2. Bagi institusi
a. BPM Puji Setiani
Diharapkan dapat digunakan sebagai evaluasi dalam memberikan
pelayanan pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum post
episiotomi di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta.
b. Pendidikan
Diharapkan untuk menambah wacana bagi pembaca di perpustakaan
dan informasi mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
perawatan luka perineum post episiotomi.
3. Responden/ ibu nifas
Diharapkan ibu nifas dapat melakukan perawatan luka perineum sendiri
dengan memperhatikan teknik aseptik sehingga tidak terjadi infeksi dan
luka dapat sembuh dengan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, H. 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Alimul, H. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ambarwati, E.R, Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogjakarta:
Nuha Medika.
Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Benson, dkk. 2009. Buku Saku Obsetetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
Depkes RI. 2008. Angka Kematian Ibu. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Ibu.
Dewi, V.N.L, Sunarsih, T. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.Jakarta:
Salemba Medika.
Kepmenkes. RI Nomor HK.02.02/MENKES/1464/2010 Tentang Penyelenggaran
Praktek.
Kusumo. 2011. Angka Kematian Ibu. Jawa Tengah (http://infoseputarilmu
kebidanan-zury.com/2011/05/perawatan-perineum-pada-masa-nifas.html)
24 Oktober 2012.
Ladewiq. 2011. Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Ramona
Patricia Kapoh.
Liu, D. 2007. Manual Persalinan. Jakarta: EGC.
Manuaba, I. B. G. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.
Mochtar, S. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Notoadmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoadmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2009. Buku Panduan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Perry, P. 2005. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta: EGC.
Riwidikdo, H. 2007. Statistik Penelitian Kesehatan. Yogjakarta: Pustaka Rihama.
Prawirohardjo,S. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Sari, W. 2006. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Dengan Luka Episiotomi di
RSMD Hidayah Kabupaten Sukoharjo.AKBID Kusuma Husada Surakarta.
Karya Tulis Ilmiah.
Srini, W. 2004. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Post
Episiotomi. AKBID Kusuma Husada Surakarta. Karya Tulis Ilmiah.
Suherni. 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogjakarta: Fitramaya.
Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogjakarta:
Andi.
Sujiyatini, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Yogjakarta : Rohima
Press.
Thompson, F. 2008. Panduan Lengkap Kebidanan. Yogjakarta : PALMAL.
Uliyah, 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba
Empat.
Varney, H. 2004. Ilmu Kebidanan. Bandung: Sekeloa Publisher.
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Widiastuti, dkk. 2008. Kamus Kebidanan. Jakarta: EGC.
Widiyatmi, A. 2009. Asuhan Kebidanan pada Ny. P dengan Luka Perineum Post
Episiotomi di Klinik Bersalin Puskesmas II Baki Sukoharjo. AKBID
Kusuma Husada Surakarta. Karya Tulis Ilmiah.
Wiknjosastro, 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Wiknjosastro, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Wulandari, S.R, Handayani, S. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas.
Yogjakarta: Gosyen Publishing.