34
BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang mengenai setiap pejamu yang rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak. (Behrman, 1992). Definisi Pertusis lainnya adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan yang sangat menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat spasmodic dan paroksismal disertai nada yang meninggi. (Rampengan, 1993). Penyakit ini ditandai dengan demam dan perkembangan batuk semakin berat. Batuk adalah gejala khas dari batuk rejan atau pertusis. Seranagn batuk terjadi tiba-tiba dan berlanjut terus tanpa henti hingga seluruh udara di dalam paru-paru terbuang keluar. Akibatnya saat napas berikutnya pasien pertusis telah kekurangan udara shingga bernapas dengan cepat, suara pernapasan berbunyi separti pada bayi yang baru lahir berumur kurang dari 6 bulan dan pada orang dewasa bunyi ini sering tidak terdengar. Batuk pada pertusis biasanya sangat parah hingga muntah-muntah dan penderita sangat kelelahan setelah serangan batuk. B. Etiologi Pertusis biasanya disebabkan diantaranya Bordetella pertussis (Hemophilis pertusis). Suatu penyakit sejenis 4

Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

  • Upload
    putri

  • View
    86

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah Pertusis

Citation preview

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang mengenai setiap pejamu

yang rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak. (Behrman, 1992).

Definisi Pertusis lainnya adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan

yang sangat menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang

bersifat spasmodic dan paroksismal disertai nada yang meninggi. (Rampengan, 1993).

Penyakit ini ditandai dengan demam dan perkembangan batuk semakin berat.

Batuk adalah gejala khas  dari batuk rejan atau pertusis. Seranagn batuk terjadi tiba-

tiba dan berlanjut terus tanpa henti hingga seluruh udara di dalam paru-paru terbuang

keluar. Akibatnya saat napas berikutnya pasien pertusis telah kekurangan udara

shingga bernapas dengan cepat, suara pernapasan berbunyi separti pada bayi yang

baru lahir berumur kurang dari 6 bulan dan pada orang dewasa bunyi ini sering tidak

terdengar. Batuk pada pertusis biasanya sangat parah hingga muntah-muntah dan

penderita sangat kelelahan setelah serangan batuk.

B. Etiologi

Pertusis biasanya disebabkan diantaranya Bordetella pertussis (Hemophilis

pertusis). Suatu penyakit sejenis telah dihubungkan dengan infeksi oleh bordetella

para pertusis, B. Bronchiseptiea dan virus.

Adapun ciri-ciri organisme ini antara lain :

1. Berbentuk batang (coccobacilus)

2. Tidak dapat bergerak

3. Bersifat gram negative.

4. Tidak berspora, mempunyai kapsul

5. Mati pada suhu 55 º C selama ½ jam, dan tahan pada suhu rendah (0º- 10º C)

6. Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar metakromatik

7. Tidak sensitive terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapi resisten terhdap

penicillin

4

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

8. Menghasilkan 2 macam toksin antara lain :

a. Toksin tidak yahan panas (Heat Labile Toxin)

b. Endotoksin (lipopolisakarida).

C. Patofisiologi

Infeksi diperoleh oleh inhalasi yang mengandung bakteri Bordetella pertusis.

Perubahan inflamasi dipandang sebagai organism proliferasi di mukosa sepanjang

aluran pernafasan, terutama di dalam bronkus dan bronkiolus, mukosa yang padat dan

disusupi dengan neutrofil, dan ada akumulasi lendir lengket dan leukosit di lumina

bronchial. Gumpalan basil terlihat dalam silia epitel trakea dan bronchial, dibawahnya

yang ada nekrosis dari epithelium basiliar. Obstruksi parsial oleh plak lendir di

saluran pernafasan. (Wong, 2004).

Bordetella pertusis setelah ditularkan melalui sekresi udara pernapasan

kemudian melekat pada silia epitel saluran pernapasan. Mekanisme patogenesis

infeksi oleh Bordetella pertusis terjadi melalui empat tingkatan yaitu perlekatan,

perlawanan terhadap mekanisme pertahanan pejamu, kerusakan lokal dan akhirnya

timbul penyakit sistemik.

Filamentous Hemaglutinin (FHA), Lymphosithosis Promoting Factor (LPF)/

Pertusis Toxin (PT) dan protein 69-Kd berperan pada perlekatan Bordetella pertusis

pada silia. Setelah terjadi perlekatan, Bordetella pertussis kemudian bermultiplikasi

dan menyebar ke seluruh permukaan epitel saluran napas. Proses ini tidak invasif oleh

karena pada pertusis tidak terjadi bakteremia. Selama pertumbuhan Bordetella

pertusis, maka akan menghasilkan toksin yang akan menyebabkan penyakit yang

dikenal dengan whooping cough.

Toksin terpenting yang dapat menyebabkan penyakit disebabkan karena

pertusis toxin. Toksin pertusis mempunyai 2 sub unit yaitu A dan B. Toksin sub unit

B selanjutnya berikatan dengan reseptor sel target kemudian menghasilkan subunit A

yang aktif pada daerah aktivasi enzim membrane sel. Efek LPF menghambat migrasi

limfosit dan makrofag ke daerah infeksi.

5

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

Toxin mediated adenosine diphosphate (ADP) mempunyai efek mengatur

sintesis protein dalam membrane sitoplasma, berakibat terjadi perubahan fungsi

fisiologis dari sel target termasuk limfosit (menjadi lemah dan mati), meningkatkan

pengeluaran histamine dan serotonin, efek memblokir beta adrenergic dan

meningkatkan aktifitas insulin, sehingga akan menurunkan konsentrasi gula darah.

Toksin menyebabkan peradangan ringan dengan hyperplasia jaringan limfoid

peribronkial dan meningkatkan jumlah lendir pada permukaan silia, maka fungsi silia

sebagai pembersih terganggu, sehingga mudah terjadi infeksi sekunder (tersering oleh

Streptococcus pneumonia, H. influenzae dan Staphylococcus aureus). Penumpukan

lendir akan menimbulkan plak yang dapat menyebabkan obstruksi dan kolaps paru.

Hipoksemia dan sianosis disebabkan oleh gangguan perukaran oksigenasi

pada saat ventilasi dan timbulnya apnea saat terserang batuk. Terdapat perbedaan

pendapat mengenai kerusakan susunan saraf pusat, apakah akibat pengaruh langsung

toksin ataukah sekunder sebagai akibat anoksia.

Terjadi perubahan fungsi sel yang reversible, pemulihan tampak apabila sel

mengalami regenerasi, hal ini dapat menerangkan mengapa kurangnya efek antibiotik

terhadap proses penyakit. Namun terkadang Bordetella pertusis hanya menyebabkan

infeksi yang ringan, karena tidak menghasilkan toksin pertusis.

6

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

D. PATHWAY

E. Manifestasi Klinis

Pada Pertusis, masa inkubasi 7-14 hari, penyakit berlangsung 6-8 minggu atau lebih

dan berlangsung dalam 3 stadium yaitu :

1. Stadium kataralis / stadium prodomal / stadium pro paroksimal

a. Lamanya 1-2 minggu

7

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

b. Gejala permulaannya yaitu timbulnya gejala infeksi saluran pernafasan bagian

atas, yaitu timbulnya rinore (cairan hidung) dengan lendir yang jernih:

1) Kemerahan konjungtiva, lakrimasi

2) Batuk dan panas ringan

3) Anoreksia kongesti nasalis

c. Selama masa ini penyakit sulit dibedakan dengan common cold

d. Batuk yang timbul mula-mula malam hari, siang hari menjadi semakin hebat,

sekret pun banyak dan menjadi kental dan lengket

2. Stadium paroksimal / stadium spasmodic

a. Lamanya 2-4 minggu

b. Selama stadium ini batuk menjadi hebat ditandai oleh whoop (batuk yang

bunyinya nyaring) sering terdengar pada saat penderita menarik nafas pada

akhir serangan batuk. Batuk dengan sering 5 – 10 kali, selama batuk anak tak

dapat bernafas dan pada akhir serangan batuk anak mulai menarik nafas

denagn cepat dan dalam. Sehingga terdengar bunyi melengking (whoop) dan

diakhiri dengan muntah.

c. Batuk ini dapat berlangsung terus menerus, selama beberapa bulan tanpa

adanya infeksi aktif dan dapat menjadi lebih berat.

d. Selama serangan, wajah merah, sianosis, mata tampak menonjol, lidah

terjulur, lakrimasi, salvias dan pelebaran vena leher.

e. Batuk mudah dibangkitkan oleh stress emosional missal menangis dan

aktifitas fisik (makan, minum, bersin dll).

3. Stadium konvaresens

a. Terjadi pada minggu ke 4 – 6 setelah gejala awal

b. Gejala yang muncul antara lain : Batuk berkurang

c. Nafsu makan timbul kembali, muntah berkurang

d. Anak merasa lebih baik

e. Pada beberapa penderita batuk terjadi selama berbulan-bulan akibat gangguan

pada saluran pernafasan.

8

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

F. Penatalaksanaan

Anti mikroba Pemakai obat-obatan ini di anjurkan pada stadium kataralis yang

dini. Eritromisin merupakan anti mikroba yang sampai saat ini dianggap paling efektif

dibandingkan dengan amoxilin, kloramphenikol ataupun tetrasiklin. Dosis yang

dianjurkan 50mg/kg BB/hari, terjadi dalam 4 dosis selama 5-7 hari. Kortikosteroid

1. Betametason oral dosis 0,075 mg/lb BB/hari

2. Hidrokortison suksinat (sulokortef) I.M dosis 30 mg/kg BB/ hari kemudian

diturunkan perlahan dan dihentikan pada hari ke-8

3. Prednisone oral 2,5 – 5 mg/hari Berguna dalam pengobatan pertusis terutama pada

bayi muda dengan seragan proksimal.Salbutamol

Penatalaksanan Keperawatan

1. Pembersihan jalan nafas.

2. Pemberian oksigen terutama pada serangan batuk yang hebat yang disertai

sianosis.

3. Pemberian makanan dan obat.4. Hindari makanan yang sulit ditelan dan makanan bentuk cair.5. Pemberian terapi suportif.6. Dengan memberikan lingkungan perawatan yang tenang,atasi dehidrasi berikan

nutrisi.7. Bila pasien muntah-muntah sebaiknya diberikan cairan dan elektrolit secara

parenteral

G. Pencegahan

Diberikan vaksin pertusis yang terdiri dari kuman bordetella pertusis yang

telah dimatikan untuk mendapatkan imunitas aktif. Vaksin ini diberikan bersama

vaksin difteri dan tetanus. Dosis yang dianjurkan 12 unit diberikan pada umur 2

bulan. Kontraindikasi pemberian vaksin pertusis :

1. Panas lebih dari 33ºC

2. Riwayat kejang

3. Reaksi berlebihan setelah imunisasi DPT sebelumnya misalnya: suhu tinggi

dengan kejang, penurunan kesadaran, syok atau reaksi anafilatik lainnya.

9

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

H. Komplikasi

1. Pada saluran pernafasan

a. Bronkopnemonia

Infeksi saluran nafas atas yang menyebar ke bawah dan menyebabkan

timbulnya pus dan bronki, kental sulit dikeluarkan, berbentuk gumpalan yang

menyumbat satu atau lebih bronki besar, udara tidak dapat masuk kemudian

terinfeksi dengan bakteri. Paling sering terjadi dan menyebabkan kematian pada

anak dibawah usia 3 tahun terutama bayi yang lebih muda dari 1 tahun. Gejala

ditandai dengan batuk, sesak nafas, panas, pada foto thoraks terlihat bercak-

bercak infiltrate tersebar.

b. Otitis media / radang rongga gendang telinga

Karena batuk hebat kuman masuk melalui tuba eustaki yang menghubungkan

dengan nasofaring, kemudian masuk telinga tengah sehingga menyebabkan

otitis media. Jika saluran terbuka maka saluran eustaki menjadi tertutup dan jika

penyumbat tidak dihilangkan pus dapat terbentuk yang dapat dipecah melalui

gendang telinga yang akan meninggalkan lubang dan menyebabkan infeksi

tulang mastoid yang terletak di belakang telinga.

c. Bronkhitis

Batuk mula-mula kering, setelah beberapa hari timbul lender jernih yang

kemudian berubah menjadi purulen.

d. Atelaktasis

Timbul akibat lender kental yang dapat menyumbat bronkioli.

e. Emphisema Pulmonum

Terjadi karena batuk yang hebat sehingga alveoli pecah dan menyebabkan

adanya pus pada rongga pleura.

f. Bronkhiektasis

Terjadi pelebaran bronkus akibat tersumbat oleh lender yang kental dan disertai

infeksi sekunder.

g. Aktifitas Tuberkulosa

h. Kolaps alveoli paru akibat batuk proksimal yang lama pada anak-anak sehingga

dapat menebabklan hipoksia berat dan pada bayi dapat menyebabkan kematian

mendadak.

10

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

2. Pada saluran pencernaan

a. Emasiasi dikarenakan oleh muntah-muntah berat.

b. Prolapsus rectum / hernia dikarenakan tingginya tekanan intra abdomen.

c. Ulkus pada ujung lidah karena tergosok pada gigi atau tergigit pada saat batuk.

d. Stomatitis.

3. Pada system syaraf pusat Terjadi karena kejang :

a. Hipoksia dan anoksia akibat apneu yang lama

b. Perdarahan sub arcknoid yang massif

c. Ensefalopat, akibat atrof, kortika yang difus

d. Gangguan elektrolit karena muntah

e. Kejang dapat timbul karena gangguan keseimbangan elektrolit akibat muntah-

muntah. Kejang berat bisa terjadi karena penyebab anoksia. Kadang-kadang

terdapat kongesti dan edema otak, serta dapat pula terjadi perdarahan otak

I. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

1) Mengenai semua golongan umur, terbanyak mengenai anak umur 1-5th

2) Lebih banyak anak laki –laki dari pada anak perempuan.

b. Keluhan Utama.

Batuk disertai muntah.

c. Riwayat Penyakit Sekarang.

Batuk makin lama makin bertambah berat dan diikuti dengan muntah terjadi

siang dan malam. Awalnya batuk dengan lendir jernih dan cair disertai panas

ringan, lama–kelamaan batuk bertambah hebat (bunyi nyaring) dan sering,

maka tampak benjolan, lidah menjulur dan dapat terjadi pendarahan sub

conjungtiva.

d. Riwayat Penyakit Dahulu.

1) Adanya gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas.

2) Batuk dan panas ringan, batuk mula-mula timbul pada malam hari,

kemudian siang hari dan menjadi hebat.

11

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

e. Riwayat Penyakit Keluarga.

Dalam keluarga atau lingkungan sekitarnya,  biasanya didapatkan ada yang

menderita penyakit pertusis.

f. Riwayat Imunisasi

JENIS UMUR CARA JUMLAH

BCG 0 – 2 bulan 1C 1x

DPT 2, 3, 4 bulan 1M 3x

Polio 1-5 bulan Refisi 4x

Capak 9 bulan 5C 4x

Heportits 0, 1, 6 bulan 1M 3x

g. Riwayat Antenatal, Natal Dan Postnatal

1) Antenatal

Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah diderita serta upaya

yang dilakukan untuk mengatasi penyakitnya, berapa kali perawatan

antenatal , kemana serta kebiasaan minum jamua-jamuan dan obat yang

pernah diminum serat kebiasaan selama hamil.

2) Natal

Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang menolong, cara

persalinan (spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, section secaria dan

gamelli), presentasi kepala dan komplikasi atau kelainan congenital.

Keadaan saat lahir dan morbiditas pada hari pertama setelah lahir, masa

kehamilan (cukup, kurang, lebih ) bulan. Saat lahir anak menangis spontan

atau tidak.

3) Postnatal

Lama dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang berhubungan dengan

gagguan sistem, masalah nutrisi, perubahan berat badan, warna kulit,pola

eliminasi dan respon lainnya. Selama neonatal perlu dikaji adanya

ashyksia, trauma dan infeksi.

12

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

h. ADL

1) Nutrisi : Muntah, anoreksia.

2) Aktivitas : Pada stadium akut paroksimal terjadi lemas /  lelah

3) Istirahat tidur : Terganggu, akibat serangan batuk panjang dan

berulang-ulang.

4) Personal hygiene         : Lidah menjulur keluar dan gelisah yang berakibat

keluar liur berlebihan.

i. Eliminasi : Sering terberak-berak, terkencing-kencing  bila

sedang batuk

j. Pemeriksaan fisik.

1) Keadaan umum : Saat batuk mata melotot, lidah menjulur, batuk  

dalam waktu yang lama dan berkeringat

2) Kesadaran : Composmetis

3) TTV : Nadi meningkat(120-125x/mnt), respirasi meningkat

(30-35x/mnt)

k. Head to toe

1) Kepala : Tidak ada bekas luka ataupun bengkak.

2) Rambut : Warna rambut hitam, lurus, distribusi merata, tidak

terdapat   ketombe.

3) Wajah : Simetris, bentuk bulat, tidak terdapat kelainan kulit

4) Mata : Sklera berwarna putih,mata tampak menonjol

5) Hidung : Lubang hidung simetris, hidung berair, terdapat

pernafasan cuping hidung.

6) Mulut : Mukosa lembab, lidah menjulur

7) Telinga : Daun telinga simetris, membran timpani putih

mengkilat, tidak ada benda asing.

8) Leher : Tidak terdapat pembesaran JVP, tidak ada tanda-

tanda pembesaran kaku kuduk dan pembesaran

kelenjar tiroid.

9) Dada    

Inspeksi : Terdapat tarikan otot bantu pernafasan dengan

cepat        

Palpasi : Tidak ada krepitasi

Perkusi : Paru sonor, jantung dallnes

13

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

Auskultasi : Wheezing inspirasi

10) Abdomen           

Inspeksi : Terdapat distensi abdomen 

Auskultasi       : Bising usus 9 x/menit

Palpasi             : Tidak terdapat pembesaran lien dan hepar, turgor kulit

bisa menurun bisa normal.

Perkusi             : Perut tidak kembung

l. Ekstremitas

1) Atas : Tidak ada odem, pada bagian kiri terpasang infus.

2) Bawah : Tidak ada odem, tidak ada bekas luka.

m. Genetalia          : Bersih, tidak berbau tak sedap, tidak terdapat varises

atau odem.

n. Anus

Inspeksi : Bersih, tidak terdapat hemoroid, tidak ada perdarahan.

Palpasi : Tidak ada benjolan, massa, ataupun tumor.

2. Diagnosa keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d sekresi yang berlebihan dan kental.

b. Pola napas tidak efektif b/d dispnea

c. Resiko tinggi infeksi terhadap (penyebaran). Factor resiko ketidak adekuatan

pertahanan utama

d. Nyeri

e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

3. Intervensi keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d sekresi yang berlebihan dan kental

Tujuan : Status ventilasi saluran pernafasan baik, dengan cara mampu

membersihkan secret yang menghambat dan menjaga kebersihan jalan nafas.

Kriteria hasil :

1) Rata-rata pernafasan normal

2) Sputum keluar dari jalan nafas

3) Pernafasan menjadi mudah

4) Bunyi nafas normal

14

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

5) Sesak nafas tidak terjadi lagi

Intervensi Rasional

Kaji frekuensi/ kedalaman pernafasan

dan gerakan dada

Takipnea, pernapasan dangkal,dan

gerakan dada tak simetriks sering

terjadi karena ketidak nyamanan

gerakan dinding dada dan/ cairan paru

Auskultasi area paru,catat area

penurunan/tak ada aliran udara dan

bunyi napas atventisius misalnya

krekes,mengi.

Penurunan aliran udara terjadi pada

area konsulidasi dengan cairan. Bunyi

napas bronchial (normal pada

bronkus) dapat juga terjadi pada area

konsulodasi. Krekes,ronki,dan mengi

terdengar pada inspirasi dan/ ekspirasi

pada respon terhadap pengumoulan

cairan, secret .

Bantu pasien latihan napas sering.

Tunjukkan/ bantu pasien melakukan

batuk, misalnya menekan dada dan

batuk efektif.

napas dalam memudahkan ekspansi

maksimum paru-paru/jalan napas

lebih kecil. Batuk adalah mekanisme

pembersihan jalan napas alami,

membantu silia untuk

mempertahankan jalan napas paten.

Penekanan menurunkan

ketidaknyamanan dada dan posisi

duduk memungkinkan upaya napas

lebih dalam dan kuat.

Pengisapan sesuai indikasi merangsang batuk atau pembersihan

jalan napas secara mekanik pada

pasien yang tak mampu melakukan

karena secret yang terlalu berlebihan.

Berikan cairan sedikitnya 2500

ml/hari (kecuali kontraindikasi).

Tawarkan air hangat daripada dingin.

cairan (khususnya yang hangat)

memobilisasi dan mengeluarkan

secret.

15

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

Kolaborasi pemberian obat sesuai

indikasi

untuk menurunkan sekresi secret

dijalan napas dan menurunkan resiko

keparahan

b. Pola napas tidak efektif b/d dispnea

Tujuan : Menunjukkan pola napas efektif dengan frekuensi dan kedalaman

dalam rentang normal dan paru jelas atau bersih

Kriteria hasil:

1) Frekuensi pernapasan normal

2) Bunyi paru jelas/bersih

3) Kedalaman paru dalam rentang normal

4) Bunyi napas normal

5) Pengembangan dada normal antara inspirasi dan ekspirasi

Intervensi Rasional

Kaji frekuensi,kedalaman pernafasan,

ekspansi dada. Catat upaya pernafasan,

termasuk penggunaan otot bantu/

pelebaran masal.

kecepatan biasanya meningkat.

Dispnea dan terjadi peningkatan kerja

napas Kedalaman pernafasan biasanya

bervariasi tergantung derajat gagal

napas. Ekspansi dada terbatas yang

berhubungan dengan atelektasis dan/

nyeri dada pleuritik.

Auskultasi bunyi napas dan catat

adanya bunyi napas adventisius, seperti

krekels, mengi, gesekan pleural.

bunyi napas menurun/ tak ada bila

jalan napas obstruksi sekunder

terhadap perdarahan,bekuan atau

kolaps jalan napas kecil (atelaktasis).

Ronki dan mengi menyertai obstruksi

jalan napas/kegagalan pernafasan

Tinggikan kepala dan bantu mengubah

posisi (semi fowler). Bangunkan pasien

turun tempat tidur dan ambulasi

duduk tinggi memungkinkan ekspansi

paru memudahkan pernafasan.

Pengubahan posisi dan ambulasi

16

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

sesegera mungkin. meningkatkan pengisian udara

segmen paru berbeda sehingga

memperbaiki difusi gas

Observasi pola batuk dan karakter

secret

kongesti alveolar mengakibatkan

batuk kering/iritasi. Sputu berdarah

dapat diakibatkan oleh kerusakan

jaringan (infark paru) atau

antikoagulan berlebihan

Dorong/bantu pasien dalam napas

dalam dan latihan batuk. Pengisapan

peroral atau naso trakeal bila

diindikasikan

dapat meningkatkan/banyaknya

sputum dimana gangguan ventilasi

dan ditambah ketidak nyamanan

upaya bernafas

Kolaborasi dalam pemberian oksigen

tambahan bila diindikasikan.

memaksimalkan bernapas dan

menurunkan kerja napas

c. Resiko tinggi infeksi terhadap ( penyebaran ). Factor resiko ketidak adekuatan

pertahanan utama (penurunan kerja silia).

Tujuan : Tidak terjadi resiko infeksi

Kriteria hasil :

1) Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi

2) Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi

Intervensi Rasional

Pantau tanda vital dengan ketat,khususnya

selama awal terapi.

selama periode waktu ini, potensial

terjadi komplikasi

Anjurkan klien untuk memperhatikan

pengeluaran secret (misalnya

meningkatkan pengeluaran daripada

menelannya) dan melaporkan perubahan

warna, jumlah dan secret.

meskipun pasien dapat

menemukan pengeluaran dan

upaya infeksi atau

menghindarinya, penting bahwa

sputum harus dikeluarkan dengan

cara aman. Perubahan karakteristik

sputum menunjukkan terjadinya

infeksi sekunder.

17

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

Dorong teknik mencuci tangan baik menurunkan resiko penyebaran

infeksi

Batasi pengunjung sesuai indikasi. menurunkan pajanan terhadap

pathogen infeksi lain.

Kolaborasi berikan antimicrobial sesuai

indikasi dengan hasil kultur sputum/darah,

misalnya eritromisin.

obat ini digunakan untuk

membunuh kebanyakan mikrobial

d. Nyeri berhubungan dengan agens cidera

Tujuan : mengurangi rasa nyeri

Kriteria hasil : Nyeri berkurang

Inervensi Rasional

Kaji skala nyeri yang dialami klien. mengetahui tingkat skala nyeri

yang di alami klien

Berikan hiburan untuk mengalihkan rasa

nyeri

nyeri dapat berkurang.

e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor

biologis.

Tujuan : meningkatkan nutrisi dan berat badan menjadi normal.

Kriteria hasil :

1) Berat badan normal

2) Nutrisi terpenuhi

3) Peningkatan nafsu makan

Intervensi Rasional

Pantau berat badan klien timbang berat badan dan catat

peningkatan yang ada.

Berikan makanan yang bernutrisi

kolaborasi dengan nutrien

memenuhi kebutuhan nutrisi klien

Berikan makanan yang menarik

perhatian klien

meningkatkan nafsu makan klien

18

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Kasus

An. A berusia 4 tahun tinggal bersama orang tuanya ditempat yang padat penduduk.

Ibu klien mengatakan An. A mengalami batuk yang timbul mula-mula malam hari

dan memburuk pada siang hari. Ibu klien mengatakan sputum anaknya sulit keluar.

Setiap kali batuk An. A disertai rasa mual, terkadang sampai muntah. Nafsu makan

An. A menurun karena batuknya semakin hebat, ibunya memutuskan untuk dibawa

ke rumah sakit. Saat dilakukan pengkajian terdengar bunyi nyaring (whoop) saat

inspirasi, sputum/lender kental. Dari hasil pengukuran Tanda Tanda Vital S : 380C,

N : 102 x/mnt, TD : 90/60 mmHg, RR : 32 x/mnt. Muka klien terlihat memerah. Klien

tampak lemas, makanan klien tidak habiskan, klien mengalami penurunan berat badan

dari 16 kg menjadi 13kg saat dilakukan penimbangan.

B. Klasifikasi Data

Data Sujektif Data Objektif

- Klien mengatakan tinggal di daerah

padat penduduk

- Ibu klien mengatakan anaknya batuk

yang timbul mula-mula malam hari dan

memburuk pada siang hari.

- Ibu klien mengatakan sputum anaknya

sulit dikeluarkan

- Ibu klien mengatakan nafsu makan

anaknya menurun

- Terdengar bunyi nyaring (whoop)

- Muka klien tampak memerah

- Sputum/lender kental

- Makanan klien tidak dihabiskan

- Klien tampak lemas

- Klien mengalami penurunan berat

bdan 3kg.

- Data penunjang

S          : 380CN         : 102 x/mntTD       : 90/60 mmHgRR       : 32 x/mnt

C. Analisa Data

19

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

Data Problem Etiologi

DS:

- Klien mengatakan tinggal di daerah

padat penduduk

- Ibu klien mengatakan anaknya batuk

yang timbul mula-mula malam hari dan

memburuk pada siang hari.

- Ibu klien mengatakan sputum anaknya

sulit dikeluarkan

DO:

- Terdengar bunyi nyaring (whoop)

- Muka klien tamak memerah

Bersihan jalan napas

tidak efektif

Akumulasi secret

DS:

- Ibu klien mengatakan sputum anaknya

sulit dikeluarkan

DO:

- Muka klien tampak memerah

- Sputum/lender kental

- Data penunjang

S          : 380CN         : 102 x/mntTD       : 90/60 mmHgRR       : 32 x/mnt

Resiko tinggi infeksi

terhadap

( penyebaran )

Ketidak adekuatan

pertahanan utama

(penurunan kerja

silia)

DS:

- Ibu klien mengatakan nafsu makan

anaknya menurun dikarenakan rasa

mual ketika makan.

DO:

- Makanan klien tidak dihabiskan

- Klien tampak lemas

- Penurunan BB 3kg

Perubahan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

Adanya

mual/muntah

D. Perencanaan

20

Page 18: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

DIANGNOSATUJUAN DAN

KRITERIA HASILINTERVENSI RASIONAL

a. Bersihan jalan

napas tidak

efektif b/d

sekresi yang

berlebihan dan

kental

Tujuan :

Status ventilasi saluran

pernafasan baik, dengan

cara mampu

membersihkan secret

yang menghambat dan

menjaga kebersihan

jalan nafas.

Kriteria Hasil :

1. Rata-rata

pernafasan normal

(18-24 x/menit)

2. Sputum keluar

dari jalan nafas

3. Pernafasan

menjadi mudah

4. Bunyi nafas

normal tidak

terdengar bunyi

nafas tambahan

5. Sesak nafas tidak

terjadi lagi

1. Kaji frekuensi/

kedalaman

pernafasan dan

gerakan dada.

2. Auskultasi area

paru

3. Bantu pasien

latihan napas

sering.

Tunjukkan/

bantu pasien

melakukan

batuk,

misalnya

menekan dada

dan batuk

efektif.

4. Berikan cairan

sedikitnya

2500 ml/hari

(kecuali

kontraindikasi)

. Tawarkan air

hangat

daripada dingin

5. Kolaborasi :

pemberian

obat depresan

batuk,

ekspektorant

sesuai indikasi.

1. Takipnea,

pernapasan

dangkal,dan

gerakan dada

tak simetriks

sering terjadi

karena ketidak

nyamanan

gerakan dinding

dada dan/ cairan

paru

2. Penurunan

aliran udara

terjadi pada area

konsulidasi

dengan cairan.

Krekes,ronki,da

n mengi

terdengar pada

inspirasi dan/

ekspirasi pada

respon terhadap

pengumpulan

cairan, secret

3. Nafas dalam

memudahkan

ekspansi

maksimum

paru-paru/jalan

napas lebih

kecil. Batuk

adalah

21

Page 19: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

mekanisme

pembersihan

jalan nafas

alami,

membantu silia

untuk

mempertahanka

n jalan napas

paten.

Penekanan

menurunkan

ketidaknyamana

n dada dan

posisi duduk

memungkinkan

upaya napas

lebih dalam dan

kuat.

4. Cairan

(khususnya

yang hangat)

memobilisasi

dan

mengeluarkan

secret.

5. Untuk

menurunkan

sekresi secret

dijalan napas

dan

menurunkan

resiko

22

Page 20: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

keparahan

Resiko tinggi infeksi

terhadap ( penyebaran

) b/d ketidak

adekuatan pertahanan

utama (penurunan

kerja silia)

Tujuan : Tidak terjadi

resiko infeksi

Kriteria hasil :

1. Mencapai waktu

perbaikan infeksi

berulang tanpa

komplikasi

2. Mengidentifikasi

intervensi untuk

mencegah/menurunk

an resiko infeksi

1. Pantau tanda

vital dengan

ketat,

khususnya

selama awal

terapi.

2. Anjurkan klien

untuk

memperhatikan

pengeluaran

secret

(misalnya

meningkatkan

pengeluaran

daripada

menelannya)

dan

melaporkan

perubahan

warna, jumlah

dan secret.

3. Dorong teknik

mencuci tangan

baik

4. Batasi

pengunjung

sesuai indikasi

5. Kolaborasi

berikan

antimicrobial

sesuai indikasi

dengan hasil

1. Selama periode waktu ini, potensial terjadi komplikasi

2. Meskipun pasien dapat menemukan pengeluaran dan upaya infeksi atau menghindarinya, penting bahwa sputum harus dikeluarkan dengan cara aman. Perubahan karakteristik sputum menunjukkan terjadinya infeksi sekunder.

3. Menurunkan resiko penyebaran infeksi

4. Menurunkan pajanan terhadap pathogen infeksi lain.

5. Obat ini digunakan untuk membunuh kebanyakan mikrobial

23

Page 21: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

kultur

sputum/darah,

misalnya

eritromisin.

Perubahan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh b/d

mual/muntah

Tujuan : meningkatkan

nutrisi dan berat badan

menjadi normal.

Kriteria hasil :

1. Berat badan

normal

2. Nutrisi terpenuhi

3. Peningkatan nafsu

makan

1. Pantau berat

badan klien

2. Berikan

makanan yang

bernutrisi

kolaborasi

dengan nutrient

3. Berikan

makanan yang

menarik

perhatian klien

1. timbang

berat badan

dan catat

peningkatan

yang ada.

2. memenuhi

kebutuhan

nutrisi klien

3. meningkatka

n nafsu

makan klien

BAB IV

PENUTUP

24

Page 22: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis

A. Kesimpulan

Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang mengenai setiap pejamu yang

rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak. (Behrman, 1992).

Penyakit ini ditandai dengan demam dan perkembangan batuk semakin berat. Batuk

adalah gejala khas  dari batuk rejan atau pertusis. Seranagn batuk terjadi tiba-tiba dan

berlanjut terus tanpa henti hingga seluruh udara di dalam paru-paru terbuang keluar.

Akibatnya saat napas berikutnya pasien pertusis telah kekurangan udara shingga

bernapas dengan cepat, suara pernapasan berbunyi separti pada bayi yang baru lahir

berumur kurang dari 6 bulan dan pada orang dewasa bunyi ini sering tidak terdengar.

Batuk pada pertusis biasanya sangat parah hingga muntah-muntah dan penderita

sangat kelelahan setelah serangan batuk.

B. Saran

1. Sebagai Mahasiswa dapat memahami apa itu pertusis.

2. Sebagai Mahasiswa diharapkan mampu untuk  melakukan asuhan keperawatan

terhadap penderita pertusis dan difteri pada praktiknya. Karena seringkali pada

penderita pertusis dan difteri disertai dengan komplikasi. Keadaan ini akan

menyebabkan penderitaan yang berkepanjangan. Oleh karena itu, penyakit batuk

rejan dan difteri perlu dicegah. Cara yang paling mudah adalah dengan pemberian

imunisasi bersama vaksin lain yang biasa disebut DPT dan polio.

25