Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
POLTEKKES KEMENKES PADANG
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
TUBERKULOSIS PARU DI RUANG PARU
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
DWI SARAH RAHMANIAR
NIM : 143110244
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
Poltekkes Kemenkes Padang
2
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
TUBERKULOSIS PARU DI RUANG PARU
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Ahli Madya Keperawatan
DWI SARAH RAHMANIAR
NIM : 143110244
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
Poltekkes Kemenkes Padang
i
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini. Penulisan
KTI ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai Program
Studi D III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari
bahwa, tanpa bantuan dari berbagai pihak, sangat sulit bagi peneliti untuk
menyelesaikan KTI ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
Ibu Ns. NovaYanti, M.Kep, Sp.Kep.MB dan Ibu Ns. Netti, S.Kep, M.Pd selaku dosen
pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan
peneliti dalam penyusunan KTI ini.
Kemudian ucapan terimakasih ditujukan kepada Yth:
1. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
RI Padang.
2. Bapak Dr. dr. Yusirwan, Sp.B, Sp.BA (K), MARS selaku direktur RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Padang.
4. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep M.Kep selaku Ka Prodi D III Keperawatan Padang
Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang.
5. Bapak Ibu Dosen dan Staf yang telah membantu dan memberikan ilmu dalam
pendidikan untuk bekal bagi peneliti selama perkuliahan di Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Padang.
6. Terimakasih kepada Ayah dan Mama yang telah memberikan dukungan serta
semangat yang tidak dapat ternilai serta, terimakasih juga kepada bang Akbar,
ii
Poltekkes Kemenkes Padang
Resa dan Resi yang juga ikut memberikan dukungan kepada saya hingga sampai
saat ini.
7. Spesial kepada para sahabat Rissa Mona Eriksani Amd. Kep, Shania Nabila Amd.
Kep, Nanda Berta Chania Amd. Kep, Lidia Paramita Amd. Kep, Thalhah Gazali
Amd, Kep, Nopebrian Bazar Yulias Amd. Kep yang selalu memberikan motivasi,
tawa, sedih bersama selama tiga tahun ini hingga penyusunan karya tulis ilmiah
sampai kita wisuda nanti.
8. Terimakasih kepada Nice Dolly, rekan-rekankelas III C yang sama-sama berjuang
selama tiga tahun ini, serta terimakasih kepada teman-teman Bp 2014
keperawatanyang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis menyelesaikan KTI ini.
Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi
peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan semoga
segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT, Amin.
Padang, 16 Juni 2017
Peneliti
iii
Poltekkes Kemenkes Padang
iv
Poltekkes Kemenkes Padang
v
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dwi Sarah Rahmaniar
NIM : 143110244
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/07 Februari 1996
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Nama Orang Tua
Ayah : Syahril Syafar
Ibu : Maini
Alamat : Teluk Belibi, Lubuk Alung, Kab. Padang
Pariaman, Prov. Sumatera Barat
Riwayat Pendidikan
No Pendidikan Tahun Ajaran
1 SDN 08 Pagi Lubang Buaya Jakarta Timur 2002-2006
2 SDN 27 Lubuk Alung 2006-2007
3 SMPN 1 Lubuk Alung 2007-2010
4 SMAN 1 Nan Sabaris 2010-2014
5 Prodi Keperawatan Padang, Jurusan
Keperawatan, Poltekkes Kemenkes RI Padang
2014-2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
vi
Poltekkes Kemenkes Padang
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
Karya Tulis Ilmiah, 16 Juni 2017
Dwi Sarah Rahmaniar
“Asuhan Keperawatan Pada Tn. J dan Ny. D Dengan Tuberkulosis Paru DO di
Ruang Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017”
Isi: vi+ 56 halaman + 12 lampiran
ABSTRAK
Morbiditas dan mortalitas penyakit TB paru di Indonesia sangat tinggi dimana
Prevalensi TB paru di Indonesia didapati 62.246 jiwa. Masalah yang sering mucul
pada pasien TB paru yaitu sesak nafas, batuk berdarah, nyeri pada dada, penurunan
berat badan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada
pasien TB paru di ruangan Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
Metode penelitian yang digunakan yaitu studi kasus dalam bentuk deskriptif. Proses
penyusunan dimulai dari bulan Januari sampai Juni 2017 dengan waktu penelitian
selama lima hari. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien dengan diagnose
TB paru di ruang paru RSUP Dr. M. Djamil Padang. Pengambilan sampel penelitian
ini menggunakan metode pasien dengan kriteria inklusi. Cara pengumpulan data
dimulai dari wawancara, pengkuran, observasi dan studi dokumentasi. Analisa yang
digunakan pada penelitian ini menganalisis semua temuan pada tahapan proses
keperawatan.
Hasil pengkajian didapatkan keluhan utama yaitu sesak nafas yang meningkat dengan
aktifitas ringan dan batuk berdahak yang sulit untuk dikeluarkan, nyeri pada dada.
Hasil studi dokumentasi status ditemukan diagnose keperawatan, yaitu gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-kapiler,
ketidakbersihan jalan nafas berhubungan dengan eksudat dalam jalan alveoli,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi tidak adekuat. Rencana keperawatan sesuai dengan Nanda NIC-NOC,
sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat dilaksanakan pada implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan terhadap diagnose keperawatan yang
ditemukan dapat teratasi.
Diharapkan melalui direktur agar dapat memotivasi perawat untuk meningkatkan
untuk lebih giat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien dengan
TB paru, agar lebih meningkatnya kualitas pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien.
Kata kunci :Asuhan Keperawatan, TB paru DO
Daftar Pustaka : 25 (2005-2017)
DAFTAR ISI
vii
Poltekkes Kemenkes Padang
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI............................................................. iv
ABSTRAK........................................................................................................ v
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. vi
DAFTAR ISI..................................................................................................... vii
DAFTAR BAGAN........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................6
C. Tujuan Penulisan..............................................................................6
D. Manfaat Penulisan ...........................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................8
A. Konsep TB paru...............................................................................8
1. Pengertian TB paru....................................................................8
2. Etiologi TB paru........................................................................8
3. Klasifikasi TB paru....................................................................9
4. Patofisiologi.............................................................................11
5. WOC ....................................................................................14
6. Respon Tubuh Terhadap Respon Fisiologis.............................15
7. Penatalaksanaan.......................................................................17
B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis...........................................20
1. Pengkajian Keperawatan..........................................................20
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul ......................25
3. Perencanaan Keperawatan .......................................................26
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................31
A. Desain Penelitian ...........................................................................31
viii
Poltekkes Kemenkes Padang
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................31
C. Populasi dan Sampel......................................................................31
D. Prosedur Pengambilan Data .....................................................….32
E. Alat/Instrumen Pengumpulan Data................................................33
F. Jenis-jenis Data...............................................................................34
G. Rencana Analisis.............................................................................35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………36
A. Hasil……………………………………………………………...36
B. Pembahasan………………………………………………………46
BAB V PENUTUP…………………………………………………………...53
A. Kesimpulan……………………………………………………….53
B. Saran……………………………………………………………...54
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 WOC.................................................................................................... 14
ix
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Pengkajian…………………………..………………………………...37
x
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 1
Lampiran 2 : Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 2
Lampiran 3 : Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 1
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 2
Lampiran 5 : Format Pengkajian Penelitian Partisipan 1
Lampiran 6 : Format Pengkajian Penelitian Partisipan 2
Lampiran 7 : Persetujuan Menjadi Responden (Infonmed Consent) 2 Partisipan
xi
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 8 : SuratIzin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian dari RSUP Dr.M. Djamil Padang
Lampiran 10 : Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 11 : Ganchart
xii
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis atau TB paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama
diparu atau diberbagai organ tubuh lainnya.TB paru dapat menyebar ke setiap
bagian tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe dan lainnya
(Smeltzer&Bare, 2015).Beberapa negara berkembang di dunia, 10 sampai 15%
dari morbiditas atau kesakitan berbagai penyakit anak dibawah umur 6 tahun
adalah penyakit TB paru. Saat ini TB paru merupakan penyakit yang menjadi
perhatian global, dengan berbagaiupaya pengendalian yang dilakukan insidens
dan kematian akibat TB paru telahmenurun, namun TB paru diperkirakan masih
menyerang 9,6 juta orangdan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014
(WHO, 2015).
Centres for Desease Control (CDC) melaporkan pada tahun 2015, dalam laporan
District of Columbia terdapat 9.557 kasus TB Paru, meningkat 1,6% tahun 2014
di Dunia. Dua puluh tujuh negara bagian di dunia dilaporkan peningkatan jumlah
kasus TB paru dari tahun 2014, dan empat negara (California, Texas, New York,
dan Florida) menyumbang 50,6% penderita TB paru dari total kasus nasional di
Amerika Serikat. Tahun 2013, kejadian TB paru terus secara bertahap menurun
antara orang kulit hitam non Hispanik atau Afrika Amerika (-6,4%), kulit putih
non-Hispanik (-12,1%), dan Hispanik atau Latin (-4,0%). Sementara kejadian TB
paru tingkat Asia juga menurun 2013-2015 (-1,0%), pada tahun 2015 tingkat
kejadian TB secara keseluruhan untuk Asia selama tiga kali lebih tinggi. Angka
prevalensi TB paru di Indonesia pada tahun 2014 menjadi sebesar 647 orang dari
100.000 penduduk. Angka penderita TB paru ini meningkat dari tahun 2013,
penderita TB paru pada tahun 2013yang berjumlah 272 dari 100.000 penduduk.
(WHO, 2015)
Kasus TB paru di Sumatera Barat pada tahun 2012-2014 berjumlah 4.686 kasus
sebanyak range 5.75 penduduk.Kabupaten/Kota dengan penurunan angka
1
Poltekkes Kemenkes Padang
2
tertinggi adalah Kota Padang Panjang (menjadi 454.48 per 100.000 penduduk)
dan kenaikan tertinggi adalah Kabupaten Pasaman Barat (menjadi 436.73 per
100.000 penduduk) (Dinas kesehatan provinsi Sumatra Barat, 2014). Sedangkan
untuk kota Padang sendiri pada tahun 2013 jumlah kasus TB paru adalah 1.288
kasus.Kasus TB paru suspek tahun 2013 berjumlah 8.005, sementara TB paru
dengan BTA positif sebanyak 925 kasus, presentase TB paru terhadap suspek
adalah 11,56 % dan untuk kasus TB paru kambuh (Drop Out) pada tahun 2012
ditemukan sebanyak 8 orang penderita. (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2013).
Centres for Desease Control (CDC) melaporkan pada tahun 2015, tingkat insiden
TB paru terus menurun untuk orang <5 tahun dan berusia 15-24 tahun di dunia.
Namun tingkat kejadian untuk orang berusia 45-64 tahun meningkat sedikit 3,5-
3,6 kasus / 100.000 orang. (CDC, 2015) Tingkat insiden untuk semua kelompok
usia lainnya tetap sama dengan tahun 2014 di dunia. Orang dewasa berusia ≥65
tahun memiliki tingkat kejadian 4,8 kasus/100.000, anak-anak berusia 5-14 tahun
memiliki tingkat terendah pada 0,5 kasus/100.000 pada tahun 2015. Menurut
kelompok umur, kasus tuberkulosis pada tahun 2015 paling banyak ditemukan
pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 18,65% diikuti kelompok umur
45-54 tahun sebesar 17,33% dan pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar
17,18% di dunia.
Menurut jenis kelamin pada pasien TB paru, jumlah kasus pada laki-laki lebih
tinggi daripada perempuan yaitu 1,5 kali dibandingkan pada perempuan. Pada
masing-masing provinsi di seluruh Indonesia kasus lebih banyak terjadi pada
laki-laki dibandingkan perempuan (Kemenkes, 2015). Jumlah kasus baru TB
paru BTA positif di Sumatera Barat, laki- laki berjumlah 63,06 % pada
perempuan 36,94 % (Dinas kesehatan provinsi Sumatra Barat, 2014). Jumlah
kasus TB Paru di kota Padang pada tahun 2013 adalah 1.288 kasus, pada
penemuan penderita TB paru BTA positif laki – laki (359 orang) dibandingkan
perempuan penderita TB paru BTA positif sebanyak 269 orang. (Dinas
Kesehatan Kota Padang, 2013)
Poltekkes Kemenkes Padang
3
Centres for Desease Control (CDC) melaporkan 493 kematian di negara Amerika
pada tahun 2014 yang disebabkan TB paru, penurunan 11,2% dari tahun 2013.
TB Paru merupakan penyebab utama morbiditas dewasa dan kematian secara
global. Pada tahun 2012, kematian yang disebabkan oleh TB paru yaitu 1,3 juta
kematian. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium
tuberculosis ini pun tinggi. Tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB paru
(600.000 diantaranya perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus baru TB paru (3,3
juta diantaranya perempuan). Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan
TB paru dimana sebagian besar penderita TB paru adalah usia produktif (15-55
tahun). Angka kematian karena infeksi TB Paru di Indonesia pada tahun 2009
mencapai 62.246 orang. Sedangkan Di Kota Padang tahun 2013, TB Paru
merupakan 10 penyebab kematian terbanyak dengan jumlah kematian perempuan
22 orang dan laki-laki 7 orang. (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2013)
Angka keberhasilan pengobatan pada tahun 2014 sebesar 81,3% sedangkan
WHO menetapkan standar angka keberhasilan pengobatan sebesar 85%.
Sementara Kementerian Kesehatan menetapkan target minimal 88% untuk angka
keberhasilan pengobatan pada tahun 2014.Dengan demikian pada tahun 2014,
Indonesia tidak mencapai standar angka keberhasilan pengobatan pada kasus TB
paru.Berdasarkan hal tersebut, pencapaian angka keberhasilan pengobatan tahun
2014tidak memenuhi target rentra tahun 2014 (Kemenkes RI. 2015).
Terdapat 3 faktor yang menyebabkan tingginya kasus TB paru di Indonesia yaitu,
waktu pengobatan yang relatif lama (6 sampai 8 bulan) menjadi penyebab
penderita TB sulit sembuh karena pasien TB paru berhenti berobat (Drop Out)
setelah merasa sehat meski proses pengobatan belum selesai sehingga
menyebabkan kekambuhan pada penderita TB paru dengan DO. Selain itu,
masalah TB paru diperberat dengan adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS yang
berkembang cepat dan munculnya permasalahan TB Multi Drugs Resistant
(MDR) atau kebal terhadap bermacam obat. Masalah lain adalah adanya
penderita TB paru laten, dimana penderita tidak sakit namun akibat daya tahan
Poltekkes Kemenkes Padang
4
tubuh menurun, penyakit TB paru akan muncul. Sedangkan di kota Padang
sendiri keberhasilan upaya penanggulangan TB paru diukur dengan kesembuhan
penderita. Kesembuhan dapat mengurangi jumlah penderita dan terjadinya
penularan.Untuk itu, obat harus diminum dan diawasi oleh keluarga atau orang
terdekat.Saat ini upaya penanggulangan TB paru dirumuskan lewat Directly
Observed Treatment Shortcourse (DOTS), dimana pengobatan yang disertai
pengamatan langsung. Pelaksanaan strategi DOTS dilakukan di sarana-sarana
Kesehatan Pemerintah dengan Puskesmas sebagai ujung tombak pelaksanaan
program.(Dinas Kesehatan Kota Padang. 2013)
Menurut penelitian Agustina Dewi (2013), gejala pada pasien TB paru di RSUD
Raden Mattaher Jambi berupa gejala respiratorik yang meliputi: batuk 100%,
batuk darah 52,8%, sesak napas 77,8%, nyeri dada 36,1%. Gejala sistemik pada
pasien TB paru meliputi: demam 80,6%, anoreksia 91,7%, penurunan BB 91,7%,
55,6%. Sebagian besar orang yang mengalami infeksi primer tidak menunjukkan
gejala yang berarti.Namun, pada penderita infeksi primer yang menjadi progresif
dan sakit (3-4% dari yang terinfeksi), gejala respiratorik pada pasien TB Paru
berupa batuk kering ataupun batuk produktif, sesak nafas, serta nyeri dada (Arif
Mutaqin, 2012).
Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan pada hari rabu, tanggal 11 Januari
2017 di IRNA Paru RSUP. Dr. M. Djamil Padang, ditemukan 7 orang penderita
TB Paru. Tn. J 43 tahun dengan TB putus obat (DO) keluhan batuk, dahak sulit
dikeluarkan, pasien tampak lemah, pucat akral dingin dan terkadang sesak nafas
frekuensi nafas 32x/menit, pasien menghabiskan makan 5-6 sendok. Tn. S 36
tahun dengan TB DO keluhan batuk, sesak nafas frekuensi nafas 28x/menit dan
mual, pasien menghabiskan makan 3-4 sendok. Tn. B 32 tahun dengan TB MDR
keluhan batuk, sesak nafas frekuensi nafas 34x/i, dahak yang sulit dikeluarkan.
Tn. S 56 tahun dengan TB DO keluhan sesak nafas frekuensi nafas 28x/menit,
batuk, nyeri, pasien menghabiskan makan 3-5 porsi. Tn. N 47 tahun dengan TB
DO keluhan batuk, nyeri, sesak nafas frekuensi nafas 29x/menit, badan terasa
Poltekkes Kemenkes Padang
5
lemah, sulit tidur, dan mual. Tn. K 31 tahun dengan TB MDR keluhan batuk,
dahak yang sulit dikeluarkan, sesak nafas frekuensi nafas 32x/menit, mual dan
muntah. Tn. H 54 tahun dengan TB DO keluhan nyeri pada dada, sesak nafas
frekuensi nafas 27x/menit, pucat, akral dingin, batuk.
Hasil observasi didapatkan keluhan pasien banyak mengalami sesak nafas dan
dahak (secret) yang sulit dikeluarkan, nyeri dada, badan terasa lemah, nafsu
makan menurun.Diagnosa keperawatan yang muncul adalah gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler,
ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mokus dalam jumlah
berlebihan, eksudat dalam jalan alveoli, sekresi bertahan/sisa sekresi,
ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan.
Peran perawat pada pasien TB paru yakni melakukan tindakan keperawatan
untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar pada pasien dan membantu
mengurangi keluhan yang dirasakan, perawat mengatur posisi duduk pasien
dengan semi fowler agar pasien tidak merasakan sesak nafas, selain itu perawat
melakukan nebulizer yang berguna untuk mempermudah pasien untuk
mengeluarkan secretnya. Perawat juga mengontrol pemberian OAT pada pasien
penderita TB paru, selain itu perawat memberikan edukasi mengenai faktor
pemicu TB paru dan menjauhi faktor resiko TB paru serta perawat memberikan
dukungan moril dan motivasi untuk kesembuhan pasien TB paru. Pasien TB paru
bukan hanya membutuhkan perawatan secara fisik akan tetapi juga
membutuhkan perawatan secara psikososial karena pasin TB paru cenderung
mengalami harga diri rendah serta isolasi sosial yang dikarenakan TB paru dapat
menginfeksi siapapun sehingga orang lain cenderung menjauhi atau membatasi
aktivitasnya dengan penderita TB paru.Maka dari itu pentingnya tenaga perawat
untuk melakukan asuhan keperawatan sebagai edukator, motivator dan fasilitator
pada pasien dengan TB paru di Paru RSUP. Dr. M. Djamil Padang.
Poltekkes Kemenkes Padang
6
Berdasarkan uraian diatas maka penelitimelakukan “Asuhan keperawatan pada
pasien dengan TB paru DO di Ruangan Paru RSUP Dr. M.Djamil Padang tahun
2017”
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana penerapan asuhan
keperawatan pada pasien dengan TB Paru DO di ruangan Paru RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2017
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit TB Paru
di Ruangan Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan penyakit
TB Paru di Ruangan Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan penyakit TB Paru di Ruangan Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien dengan
penyakit TB paru di Ruangan Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan
penyakit TB Paru di Ruangan Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan yang pada pasien dengan
penyakit TB paru di Ruangan Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah pengetahuan
dan wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan TB
Paru DO.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pimpinan rumah sakit dapat meneruskan kepada perawat ruangan
dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan TB paru DO di RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
Poltekkes Kemenkes Padang
7
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan yang diperoleh dapat dijadikan sebagai pembelajaran di Prodi
Keperawatan Padang dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien TB
paru DO
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian laporan yang diperoleh ini dapat menjadi data dasar dalam
penerapan asuhan keperawatan pada pasien TB paru DO.
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kasus
1. Pengertian
Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering
mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis.TB paru dapat menyebar ke setiap bagian tubuh, termasuk
meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer&Bare, 2015).Selain itu
TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ
tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Tabrani
Rab, 2010). Pada manusia TB paru ditemukan dalam dua bentuk yaitu: (1)
tuberkulosis primer: jika terjadi pada infeksi yang pertama kali, (2)
tuberkulosis sekunder: kuman yang dorman pada tuberkulosis primer akan
aktif setelah bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi
tuberkulosis dewasa (Somantri, 2009)
Menurut Robinson, dkk (2014),TB Paru merupakan infeksi akut atau kronis
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis di tandai dengan adanya
infiltrat paru, pembentukan granuloma dengan perkejuan, fibrosis serta
pembentukan kavitas.
2. Etiologi
TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat
ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan
organisme.Individu yang rentan menghirup droplet dan menjadi
terinfeksi.Bakteria di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri.Reaksi
inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma,
dan jaringan fibrosa (Smeltzer&Bare, 2015).Ketika seseorang penderita TB
paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah droplet
nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.
9
Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet atau nuklei
tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan
pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam
droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat,
maka orang itu berpotensi terkena bakteri tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012).
Menurut Smeltzer&Bare (2015), Individu yang beresiko tinggi untuk tertular
virus tuberculosis adalah:
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
b. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka
yang dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan
HIV).
c. Pengguna obat-obat IV dan alkhoholik.
d. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan;
etnik dan ras minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan
dewasa muda antara yang berusia 15 sampai 44 tahun).
e. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes,
gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi).
f. Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh.
g. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas
yang beresiko tinggi.
3. Klasifikasi TB Paru
TB paru diklasifikasikan menurut Wahid & Imam tahun 2013 halaman 161
yaitu:
a. Pembagian secara patologis
1) Tuberculosis primer (childhood tuberculosis)
2) Tuberculosis post primer (adult tuberculosis).
b. Pembagian secara aktivitas radiologis TB paru (koch pulmonum) aktif,
non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)
c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
1) Tuberkulosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun
kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
2) Moderately advanced tuberculosis
Poltekkes Kemenkes Padang
10
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat
bayangan halus tidak lebih dari 1 bagian paru.Bila bayangan kasar
tidak lebih dari sepertiga bagian 1 paru.
3) Far advanced tuberculosis
Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately
advanced tuberkulosis.
Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik,
radiologik, dan riwayat pengobatan sebelumnya.Klasifikasi ini penting
karena merupakan salah satu faktor determinan untuk menentukan strategi
terapi.
Sesuai dengan program Gerdunas-TB (Gerakan Terpadu Nasional
Penanggulan Tuberkulosis) klasifikasi TB paru dibagi sebagai berikut:
a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
1) Dengan atau tanpa gejala klinik
2) BTA positif:
mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan
positif satu kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
3) Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
1) Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif.
2) BTA negatif, biakan negatif tapi radiologik positif.
c. Bekas TB Paru dengan kriteria:
1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan
serial foto yang tidak berubah.
4) Ada riwayat pengobatan OAT yang lebih adekuat (lebih mendukung).
4. Patofisiologi
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan,dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB terjadi
Poltekkes Kemenkes Padang
11
melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang – orang yang terinfeksi. TB
adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas diperantarai sel. Sel
efektor adalah makrofag, dan limfosit( biasanya sel T) adalah sel
imunresponsif. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag
yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya.Respons ini
disebut sebagai reaksi hipersensitivitas seluler (lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi
sebagai unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil.Gumpalan basil yang
lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus
dan tidak menyebabkan penyakit.Setelah berada dalam ruangan alveolus,
biasanya dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus bawah,
biasanya dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus bawah,
basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.Leukosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri
namun tidak membunuh organisme tersebut.Sesudah hari- hari pertama,
leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi, dan timbulkan pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau
proses dapat berjalan terus difagosit atau berkembang biak dalam di dalam
sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjer getah
bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang
dan sebagian bersatu sehingga membentuk seltuberkel epiteloid, yang
dikelilingi oleh limfosit.Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai
20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju disebut nekrosis kaseosa.Daerah yang mengalami nekrosis
kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan
Poltekkes Kemenkes Padang
12
fibroblas menimbulkan respons berbeda.Jaringan granulaasi menjadi lebih
fibroblas membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru disebut Fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjr
getah bening regional dan lesi primer disebut Kompleks Ghon.Kompleks
Ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang
kebetulan menjalani pemeriksaan radio gram rutin.Namun kebanyakan
infeksi TB paru tidak terlihat secara klinis atau dengan radiografi.
Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, yaitu
bahan cairan lepas kedalam bronkus yang berhubungan dan menimbulkan
kavitas. Bahan tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke
dalam percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat berulang kembali
dibagian lain dari paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga
tengah atau usus.
Walaupun tanpa pengobatan, kavitas yang kecil dapat menutup dan
meninggalkan jaringan parut fibrosis.Bila peradangan merada, lumen bronkus
dapat menyepit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat denagan
taut bronkus dan rongga.Bahan perkijuan dapat mengental dan tidak dapat
kavitas penu dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul
yang tidak terlepas.Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala demam
waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi
tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos dari kelenjer getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada
berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagaipenyebaran
limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri.Penyebaran hematogen
merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan TB miler, ini
terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak
organisme masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ – organ
tubuh. (Sylvia, 2005)
Poltekkes Kemenkes Padang
13
Poltekkes Kemenkes Padang
5. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis
a. Manifestasi Klinis
Arif Mutaqqin (2012), menyatakan secara umum gejala klinik TB paru
primer dengan TB paru DO sama. Gejala klinik TB Paru dapat dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik (atau gejala organ yang
terlibat ) dan gejala sistematik.
1) Gejala respratorik
a) Batuk
Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan.
b) Batuk darah
Keluhan batuk darah pada klien TB Paru selalu menjadi alasan
utama klien untuk meminta pertolongan kesehatan.
c) Sesak nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas
atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
pneumothoraks, anemia, dan lain-lain.
d) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB Paru termasuk nyeri pleuritik ringan.Gejala
ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena TB.
2) Gejala sistematis
a) Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau
malam hari mirip demam atau influenza, hilang timbul, dan
semakin lama semakin panjang serangannya, sedangkan masa
bebas serangan semakin pendek.
b) Keluhan sistemis lain
Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan, dan malaise.Timbulnya keluhan biasanya
bersifat gradual muncul dalam beberapa minggusampai
bulan.Akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak
nafas.
16
Gejala reaktivasi tuberkulosis berupa demam menetap yang naik dan
turun (hectic fever), berkeringat pada malam hari yang menyebabkan
basah kuyup (drenching night sweat), kaheksia, batuk kronik dan
hemoptisis.Pemeriksaan fisik sangat tidak sensitif dan sangat non spesifik
terutama pada fase awal penyakit.Pada fase lanjut diagnosis lebih mudah
ditegakkan melalui pemeriksaan fisik, terdapat demam penurunan berat
badan, crackle, mengi, dan suara bronkial. (Darmanto, 2009)
Gejala klinis yang tampak tergantung dari tipe infeksinya.Pada tipe
infeksi yang primer dapat tanpa gejala dan sembuh sendiri atau dapat
berupa gejala neumonia, yakni batuk dan panas ringan. Gejala TB, primer
dapat juga terdapat dalam bentuk pleuritis dengan efusi pleura atau dalam
bentuk yang lebih berat lagi, yakni berupa nyeri pleura dan sesak napas.
Tanpa pengobatan tipe infeksi primer dapat sembuh dengan sendirinya,
hanya saja tingkat kesembuhannya 50%. TB postprimer terdapat gejala
penurunan berat badan, keringat dingin pada malam hari, tempratur
subfebris, batuk berdahak lebih dari dua minggu, sesak napas, hemoptisis
akibat dari terlukanya pembuluh darah disekitar bronkus, sehingga
menyebabkan bercak-bercak darah pada sputum, sampai ke batuk darah
yang masif, TB postprimer dapat menyebar ke berbagai organ sehingga
menimbulkan gejala-gejala seperti meningitis, tuberlosis miliar,
peritonitis dengan fenoma papan catur, tuberkulosis ginjal, sendi, dan
tuberkulosis pada kelenjar limfe dileher, yakni berupa skrofuloderma.
(Tabrani Rab, 2016)
b. Komplikasi
Menurut Wahid&Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada
TB paru adalah:
Poltekkes Kemenkes Padang
17
1) Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
3) Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru.
4) Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
5) Penyebaran infeksi keorgan lain seperti otak, tulang, persendian,
ginjal, dan sebagainya.
6) Insufisiensi kardiopulmonar (Chardio Pulmonary Insuffciency).
6. Penatalaksanaan
Menurut Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi
tiga bagian, pengobatan, dan penemuan penderita (active case finding).
1) pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul
erat dengan penderita TB paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes
tuberkulin, klinis dan radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka
pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan
mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif,
berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
2) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-
kelompok populasi tertentu misalnya:
a) Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan.
b) Penghuni rumah tahanan.
3) Vaksinasi BCG
Tabrani Rab (2010), Vaksinasi BCG dapat melindungi anak yang berumur
kurang dari 15 tahun sampai 80%, akan tetapi dapat mengurangi makna pada
tes tuberkulin.
Dilakukan pemeriksaan dan pengawasan pada pasien yang dicurigai
menderita tuberkulosis, yakni:
Poltekkes Kemenkes Padang
18
a) Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia dengan tes Heaf positif dan
pernah berkontak dengan pasien yang mempunyai sputum positif
harus diawasi.
b) Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun tes Heafnya
positif dan pernah berkontak dengan pasien penyakit paru.
c) Yang belum pernah mendapat kemoterapi dan mempunyai
kemungkinan terkena.
d) Bila tes tuberkulin negatif maka harus dilakukan tes ulang setelah 8
minggu dan ila tetap negatif maka dilakukan vaksinasi BCG. Apabila
tuberkulin sudah mengalami konversi, maka pengobatan harus
diberikan.
4) Kemoprofilaksis dengan mengggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri
yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi
yang menyusu pada ibu dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis
sekunder diperlukan bagi kelompok berikut:
a) Bayi dibawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif karena
resiko timbulnya TB milier dan meningitis TB,
b) Anak dan remaja dibawah dibawah 20 tahun dengan hasil tuberkulin
positif yang bergaul erat dengan penderita TB yang menular,
c) Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari negatif
menjadi positif,
d) Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat
immunosupresif jangka panjang,
e) Penderita diabetes melitus.
5) Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis
kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun ditingkat rumah sakit
oleh petugas pemerintah maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan
Pemberantasan Tuberkulosis Paru Indonesia-PPTI). (Mutaqqin Arif,
2012)
Arif Mutaqqin (2012), mengatakan tujuan pengobatan pada penderita TB
paru selain mengobati, juga untuk mencegah kematian, kekambuhan,
resistensi terhadap OAT, serta memutuskan mata rantai penularan. Untuk
Poltekkes Kemenkes Padang
19
penatalaksanaan pengobatan tuberkulosis paru, berikut ini adalah beberapa
hal yang penting untuk diketahui.
Mekanisme Kerja Obat anti-Tuberkulosis (OAT)
a. Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat.
1) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan
Streptomisin (S).
2) Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin dan Isoniazid
(INH).
b. Aktivitas sterilisasi, terhadap the persisters (bakteri semidormant)
1) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rimpafisin dan
Isoniazid.
2) Intraseluler, untuk slowly growing bacilli digunakan Rifampisin dan
Isoniazid. Untuk very slowly growing bacilli, digunakan Pirazinamid
(Z).
c. Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas
bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam.
1) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambutol (E), asam
para-amino salistik (PAS), dan sikloserine.
2) Intraseluler, kemungkinan masih dapat dimusnahkan oleh Isoniazid
dalam keadaan telah terjadi resistensi sekunder.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan).Panduan obat yang digunakan terdiri atas
obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai
dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid,
Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI, 2004)
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu
berdasarkan lokasi TB paru, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologi, apusan sputum dan riwayat pengobatan sebelumnya.Disamping
itu, perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB paru yang dikenal
sebagai Directly Observed Treatment Short Course (DOTSC).
DOTSC yang direkomendasikan oleh WHO terdiri atas lima komponen,
yaitu:
Poltekkes Kemenkes Padang
20
a. Adanya komitmen politis berupa dukungan para pengambil keputusan
dalam penanggulangan TB paru.
b. Diagnosis TB paru melalui pemeriksaan sputum secara mikroskopik
langsung, sedangkan pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan
radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki
sarana tersebut.
c. Pengobatan TB paru dengan paduan OAT jangka pendek dibawah
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO), khususnya
dalam dua bulan pertama di mana penderita harus minum obat setiap hari.
d. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
Pencatatan dan pelaporan yang baku.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Kasus TB Paru
1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru (Irman
Somantri, p.68 2009).
a. Data Pasien
Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai
dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan
perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang
tinggal didaerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya
cahaya matahari kedalam rumah sangat minim. TB paru pada anak dapat
terjadi pada usia berapapun, namun usia paling umum adalah antara 1-4
tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB diluar paru-paru
(extrapulmonary) disbanding TB paru dengan perbandingan 3:1. TB
diluar paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan pada usia<3
tahun. Angka kejadia (pravelensi) TB paru pada usia 5-12 tahun cukup
rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja dimana TB paru
menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas
pada paru-paru).
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul.
Poltekkes Kemenkes Padang
21
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi
untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari
batuk kering sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru-paru.
4) Keringat malam.
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
6) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.
7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian
dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke
sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit nampak bayangan
hitam dan diagfragma menonjol keatas.
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi
merupakan penyakit infeksi menular.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur
4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru
5) Daya tahan tubuh yang menurun
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
7) Riwayat putus OAT.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB
paru.Biasanya ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti
Hipertensi, Diabetes Melitus, jantung dan lainnya.
e. Riwayat Pengobatan Sebelumnya
1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya
2) Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum.
3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan
penyakitnya
4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
Poltekkes Kemenkes Padang
22
f. Riwayat Sosial Ekonomi
1) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja, jumlah
penghasilan.
2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi
dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang
mampu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh
perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa
depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.
g. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat
dan tidur, kebersihan diri.
3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,
pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
h. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: biasanya KU sedang atau burukTD : Normal ( kadang rendah karena kurang istirahat)Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16-
20x/i)Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari.
Suhumungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada
demam1) Kepala
Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak
meringis, konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak
sianosis, mukosa bibir kering, biasanya adanya pergeseran
trakea.2) Thorak
Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan
tarikan dinding dada, biasanya pasien kesulitan saat inspirasiPalpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekakAuskultasi : Biasanya terdapat bronki
3) Abdomen
Poltekkes Kemenkes Padang
23
Inspeksi : biasanya tampak simetrisPalpasi : biasanya tidak ada pembesaran heparPerkusi : biasanya terdapat suara tympaniAuskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar
4) Ekremitas atasBiasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak
ada edema5) Ekremitas bawah
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak
ada edema
i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm
terjadi 48-72 jam).
3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini
tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas;
pada kavitas bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak
bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru
karena TB paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.
j. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Pola aktivitas dan istirahat
Subyektif: rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafas
pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Obyektif: Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak
(tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam
subfebris (40-41oC) hilang timbul.
2) Pola Nutrisi
Subyektif: anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Obyektif: turgor kulit jelek, kulit kering/berisik, kehilangan lemak sub
kutan.
3) Respirasi
Subyektif: batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada.
Poltekkes Kemenkes Padang
24
Obyektif: mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar didaerah apeks
paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural),
sesak nafas, pengembangan pernafasan tidak simetris (effusi pleura),
perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal
(penyebaran bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri
Subyektif: nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Obyektif: berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah,
nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga
timbul pleuritis.
5) Integritas Ego
Subyektif: faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Obyektif: menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah
tersinggung.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mokus dalam
jumlah berlebihan, eksudat dalam jalan alveoli, sekresi bertahan/sisa
sekresi
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, keletihan,
keletihan otot pernapasan
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-kapiler
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
f. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan penyakit
g. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme
regulasi
h. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
i. Resiko perdarahan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kewaspadaan perdarahan
j. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak
k. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
Poltekkes Kemenkes Padang
25
l. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, infeksi/
kontaminan interpersonal, ancaman pada konsep diri
3. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan yang dapat diterapkan pada pasien dengan TB paru
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
berhubungan dengan
mokus dalam jumlah
berlebihan, eksudat
dalam jalan alveoli,
sekresi bertahan/sisa
sekresi
Definisi :
Ketidakmampuan
membersihkan sekresi
atau obstruksi dari
saluran nafas untuk
mempertahankan
bersihan jalan nafas
Batasan karakteristik :
1. Batuk yang tidak
efektif
2. Dyspnea
3. Gelisah
4. Kesulitan verbalisasi
5. Penurunan bunyi
nafas
6. Perubahan frekensi
nafas
7. Perubahan pola nafas
8. Sputum dalam
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapakan status
pernafasan : kepatenan
jalan nafas dengan
kriteria hasil :
a) Frekuensi pernafasan
tidak ada deviasi dari
kisaran normal
b) Irama pernafasan
tidak ada deviasi dari
kisaran normal
c) Kemampuan untuk
mengeluarkan secret
tidak ada deviasi dari
kisaran normal
d) Suara nafas tambahan
tidak ada
e) Dispnea dengan
aktifitas ringan tidak
ada
f) Penggunaan otot
bantu pernafasan
tidak ada
status pernafasan :
ventilasi dengan
Manajemen jalan nafas
a) Bersihkan jalan nafas
dengan teknik chin lift
atau jaw thrust sebagai
mana mestinya
b) Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
c) Identifikasi kebutuhan
aktual/potensial pasien
untuk memasukkan alat
membuka jalan nafas
d) Lakukan fisioterapi
dada sebagai mana
mestinya
e) Buang secret dengan
memotivasi pasien
untuk melakukan batuk
atau menyedot lender
f) Instruksikan
bagaimana agar bias
melakukan batuk
efektif
g) Auskultasi suara nafas
h) Posisikan untuk
meringankan sesak
nafas
Poltekkes Kemenkes Padang
26
jumlah yang
berlebihan
9. Suara nafas tambahan
Faktor yang berhubungan
1. Lingkungan
a) Perokok
b) Perokok pasif
c) Terpajan asap
2. Obstruksi jalan nafas
a) Adanya jalan
nafas buatan
b) Benda asing
dalam jalan nafas
c) Eksudat dalam
alveoli
d) Hyperplasia pada
dinding bronkus
e) Mucus berlebihan
f) Spasme jalan
nafas
3. Fisiologis
a) Disfungsi
neuromuskular
b) Infeksi
kriteria hasil :
a) Frekuensi pernafasan
tidak ada deviasi dari
kisaran normal
b) Irama pernafasan
tidak ada deviasi dari
kisaran normal
c) Suara perkusi nafas
tidak ada deviasi dari
kisaran normal
d) Kapasitas vital tidak
ada deviasi dari dari
kisaran normal
Monitor pernafasan
a) Monitor kecepatan,
irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas
b) Catat pergerakan dada,
catat ketidaksimetrisan,
penggunaan otot bantu
pernafasan dan retraksi
otot
c) Monitor suara nafas
tambahan
d) Monitor pola nafas
e) Auskultasi suara nafas,
catat area dimana
terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi
dan keberadaan suara
nafas tambahan
f) Kaji perlunya
penyedotan pada jalan
nafas dengan auskultasi
suara nafas ronki di
paru
g) Monitor kemampuan
batuk efektif pasien
h) Berikan bantuan terapi
nafas jika diperlukan
(misalnya nebulizer)
Ketidakefektifan pola
nafas berhubungan
dengan hiperventilasi
Definisi :
Batasan karakteristik
1. Bradipnea
2. Dyspnea
3. Penggunaan otot
bantu pernafasan
4. Penurunan kapasitas
kapasitas vital
5. Penurunan tekanan
ekspirasi
6. Penurunan tekanan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan status
pernafasan : ventilasi
dengan kriteria hasil :
a) Frekuensi pernafasan
tidak ada deviasi dari
kisaran normal
b) Irama pernafasan
tidak ada deviasi dari
kisaran normal
c) Suara perkusi nafas
tidak ada deviasi dari
kisaran normal
Manajemen jalan nafas
a) Bersihkan jalan nafas
dengan teknik chin lift
atau jaw thrust sebagai
mana mestinya
b) Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
c) Identifikasi kebutuhan
aktual/potensial pasien
untuk memasukkan alat
membuka jalan nafas
d) Lakukan fisioterapi
dada sebagai mana
Poltekkes Kemenkes Padang
27
inspirasi
7. Pernafasan bibir
8. Pernafasan cuping
hidung
9. Takipnea
Factor yang berhubungan
1. Ansietas
2. Cedera medulla
spinalis
3. Hiperventilasi
4. Keletihan
5. Keletihan otot
pernafasan
6. Nyeri
7. Obesitas
8. Posisi tubuh yang
menghambat
ekspansi paru
d) Kapasitas vital tidak
ada deviasi dari dari
kisaran normal
mestinya
e) Buang secret dengan
memotivasi pasien
untuk melakukan batuk
atau menyedot lender
f) Instruksikan bagaimana
agar bias melakukan
batuk efektif
g) Auskultasi suara nafas
h) Posisikan untuk
meringankan sesak
nafas
Terapi oksigen
a) Pertahankan kepatenan
jalan nafas
b) Siapkan peralatan
oksigen dan berikan
melalui system
humidifier
c) Berikan oksigen
tambahan seperti yang
diperintahkan
d) Monitor aliran oksigen
e) Monitor efektifitas
terapi oksigen
f) Amati tanda-tanda
hipoventialsi induksi
oksigen
g) Konsultasi dengan
tenaga kesehatan lain
mengenai penggunaan
oksigen tambahan
selama kegiatan dan
atau tidur
Gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan
perubahan membran
alveolar-kapiler
Definisi :
Kelebihan atau deficit
oksigenasi dan/atau
eliminasi
karbondioksida pada
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapakan status
pernafasan :
pertukaran gas dengan
kriteria hasil :
a) Tekanan parsal
oksigen di darah arteri
(PaO2) tidak ada
Terapi oksigen
a) Pertahankan kepatenan
jalan nafas
b) Siapkan peralatan
oksigen dan berikan
melalui system
humidifier
c) Berikan oksigen
tambahan seperti yang
Poltekkes Kemenkes Padang
28
membrane alveolar-
kapiler
Batasan karakteristik
1. Diaphoresis
2. Dyspnea
3. Gangguan
penglihatan
4. Gas darah arteri
abnormal
5. Gelisah
6. Hiperkapnia
7. Hipoksemia
8. Hipoksia
9. pH arteri abnormal
10. pola pernafasan
abnormal
11. sianosis
factor berhubungan
1. ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
2. perubahan membrane
alveolar-kapiler
deviasi dari kisaran
normal
b) Tekanan parsial
karbondioksisa di
darah arteri (PaCO2)
tidak ada deviasi dari
kisaran normal
c) Saturasi oksigen tidak
ada deviasi dari
kisaran normal
d) Keseimbangan
ventilasi dan perfusi
tidak ada deviasi dari
kisaran normal
Tanda-tanda vital
dengan kriteria hasil :
a) Suhu tubuh tidak ada
deviasi dari kisaran
normal
b) Denyut nadi radial
tidak ada deviasi dari
kisaran normal
c) Tingkat pernafasan
tidak ada deviasi dari
kisaran normal
d) Irama pernafasan
tidak ada deviasi dari
kisaran normal
e) Tekanan darah sistolik
tidak ada deviasi dari
kisaran normal
f) Tekanan darah
diastolik tidak ada
deviasi dari kisaran
normal
diperintahkan
d) Monitor aliran oksigen
e) Monitor efektifitas
terapi oksigen
f) Amati tanda-tanda
hipoventialsi induksi
oksigen
g) Konsultasi dengan
tenaga kesehatan lain
mengenai penggunaan
oksigen tambahan
selama kegiatan dan
atau tidur
Monitor tanda-tanda
vital
a) Monitor tekanan darah,
nadi, suhu dan status
pernafasan dengan
tepat
b) Monitor tekanan darah
saat pasien berbaring,
duduk dan berdiri
c) sebelum dan setelah
perubahan posisi
d) Monitor dan laporkan
tanda dan gejala
hipotermia dan
hipertermia
e) Monitor keberadaan
nadi dan kualitas nadi
f) Monitor irama dan
tekanan jantung
g) Monitor suara paru-
paru
h) Monitor warna kulit,
suhu dan kelembaban
Identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan
tanda-tanda vital
Sumber : Nanda (2015) : Nursing Intervention Classification (NOC) (2013) :
Nursing Outcome Classification (NIC) (2013)
Poltekkes Kemenkes Padang
29
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah deskriptifdengan bentuk studi kasus. Metode
penlitian deskriptif merupakan suatu metode yang memiliki tujuan utama dengan
memberikan gambaran situasi atau fenomena secara jelas dan rinci tentang apa
yang terjadi (Afiyanti, Yati. 2014). Hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah
melihat asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus TB paru di Ruang Paru
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2017.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruangan Ruang Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2017.Waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan Januari-Juni 2017.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus TB paru DO di Ruang Paru RSUP
Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2017 dilakukan dari tanggal 20 Mei-24 Mei
2017, lima hari untuk masing-masing partisipan.
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi pasien dengan TB paru DO sebanyak 2 orang.
2. Sampel
Sampel yang diambil berjumlah 2 orang yang didapat dari populasi dengan
kriteria inklusi:
a. Pasien dan keluarga bersedia menjadi responden.
b. Pasien di diagnosis TB paru (Drop Out)
c. Pasien compos mentis kooperatif.
Kriteria Ekslusi :
a. Pasien pulang atau meninggal sebelum 5 hari pengambilan data.
b. Pasien pindah rawatan keruang ambun pagi.
D. Prosedur Pengambilan Data
1. Prosedur Administrasi
Prosedur administrasi yang dilakukan peneliti meliputi:
a. Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal penelitian yaitu
Poltekkes Kemenkes Padang
36
Poltekkes Kemenkes Padang
32
b. Meminta surat rekomendasi ke RSUP Dr. M.Djamil Padang
c. Meminta izin ke Kepala RSUP Dr. M.Djamil Padang
d. Meminta izin ke Kepala Keperawatan Ruang Paru RSUP Dr. M.Djamil
Padang
e. Melakukan pemilihan sampel yaitu berdasarkan pasien yang ada waktu
jadwal penelitian. Saat peneliti melakukan observasi partisipan pada
tanggal 19 Mei 2017, ada 5 orang partisipan dengan diagnose TB paru,
setelah melihat buku status keperawatan 3 orang TB paru DO dan 2 orang
TB paru MDR. 1 pasien TB paru DO rencana pulang, peneliti langsung
memilih 2 pasien TB paru DO yang masih dirawat.
f. Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan tentang tujuan
penelitian
g. Keluarga memberikan persetujuan untuk dijadikan responden dalam
penelitian
h. Keluarga diberikan kesempatan untuk bertanya
i. Keluarga dan pasien menandatangani informed concent
j. Selanjutnya peneliti dan keluarga melakukan kontrak waktu untuk
pertemuan selanjutnya.
2. Prosedur Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan yang dilakukan peneliti adalah:
a. Peneliti melakukan pengkajian kepada responden/keluarga menggunakan
metode wawancara observasi dan pemeriksaan fisik.
b. Peneliti merumuskan diagnosis keperawatan yang muncul pada
redponden
c. Peneliti membuat perencanaan asuhan keperawatan yang akan diberikan
kepada responden
d. Peneliti melakukan asuhan keperawatan pada responden
e. Peneliti mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada
responden
Poltekkes Kemenkes Padang
33
f. Peneliti mendokumentasikan proses asuhan keperawatan yang telah
diberikan pada responden mulai dari melakukan pengkajian sampai pada
evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
E. Alat/Instrumen Pengumpulan Data
1. Pengkajian
Menggunakan format pengkajian (format terlampir) yang berisi identitas
pasien, riwayat kesehatan, dan pola kesehatan.
2. Pemeriksaan fisik
Alat yang digunakan yaitu tensimeter, reflek hammer, penlight, thermometer,
stetoskop.
3. Diagnosis keperawatan
a. Analisa data
Analisa data pada kedua partisipan Tn. J dan Ny. D mencakup data
pasien, masalah dan penyebabnya (lampiran 7 dan 8)
b. Diagnosa keperawatan
Format diagnosis keperawatan berisi problem, etiologi, dan symptom,
tanggal ditemukan masalah serta tanggal dipecahkan masalah (lampiran 7
dan 8)
c. Intervensi
Rencana asuhan keperawatan terdiri dari beberapa komponen diantaranya
diagnosis keperawatan, tujuan, kriteria hasil, serta perncanaan
keperawatan (lampiran 7 dan 8)
d. Implementasi
Implementasi keperawatan terdiri dari hari tanggal dilakukan asuhan
keperawatan, diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan berdasarkan
intervensi keperawatan, serta tanda tangan yang melakukan implementasi
keperawatan (lampiran 7 dan 8).
e. Evaluasi
Poltekkes Kemenkes Padang
34
Evaluasi terdiri dari nama pasien, hari tanggal, evaluasi beruapa SOAP,
serta tanda tangan yang membuat evaluasi keperawatan
F. Cara Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi dilakukan pada partisipan 1 dan partisipan 2 dengan wawancara,
pemeriksaan, pengukuran, pendokumentasian selama pasien dirawat.
2. Pengukuran
Pada hari pertama melakukan asuhan keperawatan, didapatkan hasil
pengukuran pada kedua partisipan yaitu Tn. J dan Ny. D,pengukuran yang
dilakukan adalah pengukuran tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu,
pemeriksaan pupil, pemeriksaan nervus cranial, pemeriksaan reflek fisiologis,
reflek patologis serta penilaian kekuatan otot
3. Wawancara
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara bebas
terpimpin.Caranya adalah dengan menanyakan kepada keluarga perihal
kejadian yang sebenarnya terjadi pada partisipan dan riwayat kesehatan
sebelumnya yang berkaitan dengan penyakit yang dialami partisipan saat ini.
4. Dokumentasi
Dokumen berbentuk status pasien serta catatan keperawatan yang di
dokumentasikan ulang menggunakan gambar serta buku kegiatan penelitian.
G. Jenis-jenis Data
1. Data Primer
Data ini meliputi: Identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktifitas
sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap pasien.
2. Data Sekunder
Data sekunder berupa hasol laboratorium, hasil cek sputum, hasil Rontgen,
catatan perkembangan keperawatan
H. Rencana Analisis
Poltekkes Kemenkes Padang
35
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua temuan
pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori
keperawatan pada pasien dengan TB paru DO. Data yang telah didapat dari hasil
melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakkan diagnosis,
merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan
akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan dengan
kasus TB paru DO. Analisa yang dilakukan untuk menentukan apakah ada
kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi pasien.
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP DR.M.Djamil Padang di Ruang Paru,
kapasitas penampungan tempat tidur pasien adalah sebanyak 24 tempat tidur
yang dibagi menjadi 2 tim, yaitu tim A dan tim B, dipimpin oleh seorang
karu, dan dibantu oleh 2 orang katim di masing-masingnya. Diruangan
tersebut ada 19 perawat pelaksana yang dibagi menjadi 3 shif, pagi, siang,
dan malam.Perawat berpendidikan S1 ada 7 orang, sementara untuk perawat
yang berpendidikan D3 adalah sebanyak 11 orang.Selain perawat ruangan
beberapa mahasiswa praktik dari berbagai institusi juga ikut andil dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien.
Penelitian yang dilakukan pada tanggal 20-24 Mei 2017 pada dua partisipan,
yaitu Tn. J dan Ny. D dengan diagnosa medis TB paru DO di Ruang Paru
RSUP Dr. M. Djamil Padang.Asuhan Keperawatan dimulai dari pengkajian,
penegakkan diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi serta
evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan metode wawancara, observasi,
studi dokumentasi serta pemeriksaan fisik.
2. Deskripsi Kasus
Pengkajian keperawatan dimulai pada tanggal 20 Mei 2017 pukul 09.00
WIB, Hasil penelitian tentang pengkajian yang didapatkan peneliti melalui
observasi, wawancara dan studi dokumentasi pada kedua partisipan
dituangkan pada tabel sebagai berikut.
Partisipan I, Tn. J umur 31 tahun, status kawin, agama islam, pendidikan
terakhir SD, tidak bekerja, alamat di Kapujan Bayang Kab. Pesisir Selatan.
Pasien dirawat sejak tanggal 16 Mei 2017 dengan alasan masuk sesak nafas,
diagnosa medis TB paru DO. No. MR: 978727. Penanggung jawab: Tn.U
36
Poltekkes Kemenkes Padang
37
(kakak kandung) pekerjaan petani, alamat di Kapujan Bayang Kab. Pesisir
Selatan.
Partisipan II, Ny. D umur 55 tahun, status kawin, agama islam, pendidikan
terakhir SMP, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat Limau Asam Pasar Baru
Bayang Kab. Pesisir Selatan. Pasien dirawat sejak tanggal 17 Mei 2017
dengan alasan masuk sesak nafas, diagnosa medis TB paru DO. No. MR:
978936. Penanggung jawab: Ny.T (adik kandung) pekerjaan ibu rumah
tangga, alamat Limau Asam Pasar Baru Bayang Kab. Pesisir Selatan.
Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan Partispan 1 dan Partisipan 2
ASUHAN
KEPERAWATANPARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Pasien masuk melalui IGD RSUP
Dr. M.Djamil Padang Rujukan
dari RS Siti Rahmah Padang pada
hari selasa tanggal 16 Mei 2017
pukul 00.20 WIB, dengan
kesadaran kompos mentis
kooperatif, keadaan umum lemah,
disertai dengan keluhan utama
pasien sesak nafas sejak 3 hari
yang lalu, demam tinggi sejak
seminggu yang lalu, nyeri pada
dada, TD: 114/70 mmHg, HR:
110x/menit, RR: 28x/menit,
Suhu: 38,7oC.
Pasien masuk melalui Poliklinik
RSUP Dr. M.Djamil Padang pada
hari rabu tanggal 17 Mei 2017
pukul 12.30 WIB, dengan
kesadaran kompos mentis
kooperatif, keadaan umum lemah,
disertai dengan keluhan utama
pasien batuk berdarah sejak 2
minggu yang lalu, pasien sesak
nafas sejak 4 hari yang lalu, dan
nyeri pada dada, TD: 100/70
mmHg, HR: 98x/menit, RR:
24x/menit, Suhu: 37,1oC.
Riwayat kesehatan
sekarang
Saat dilakukan pengkajian pada
hari sabtu, tanggal 20 Mei 2017
hari rawatan ke 5, dengan
kesadaran kompos mentis
kooperatif, keadaan umum lemah,
pasien mengeluh sesak nafas,
batuk berdahak warna kuning
kecoklatan, nyeri dada, pasien
terpasang Oksigen NRM
10liter/menit
Saat dilakukan pengkajian pada
hari sabtu, tanggal 20 Mei 2017
hari rawatan ke 4, dengan
kesadaran kompos mentis
kooperatif, keadaan umum sedang,
pasien mengeluh sesak nafas,
nyeri dada, batuk produktif masih
terdapat bercak darah, Pasien
terpasang oksigen nasal kanul
3liter/menit.
Riwayat Kesehatan Keluarga mengatakan pasien Keluarga mengatakan pasien
Poltekkes Kemenkes Padang
38
Dahulu pernah dirawat di RSUD Painan
tahun 2016 selama 1 minggu
dengan keluhan sesak nafas serta
nyeri pada dada dan punggung.
Riwayat OAT tahun 2016 selama
2 bulan dan dihentikan sendiri
oleh pasien dengan alasan pasien
mengeluh pusing setelah
meminum OAT, pasien memiliki
kebiasaan merokok.Hipertensi (-),
DM (-).
pernah minum OAT tahun 2016
selama 4 bulan dan dihentikan
sendiri oleh pasien dengan alasan
setelah pasien meminum OAT
pasien mengeluh mual. Keluarga
mengatakan pasien belum pernah
dirawat di RS. Hipertensi (-), DM
(+).
Riwayat Kesehatan
Keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada
anggota keluarga yang tinggal
serumah yang pernah menderita
penyakit TB paru, dan penyakit
keturunan lainnya.
Keluarga mengatakan tidak ada
anggota keluarga yang tinggal
serumah yang pernah menderita
penyakit TB Paru, dan penyakit
keturunan lainnya.
Pola Aktifitas
-Pola Nutrisi Sehat: Pasien mengatakan saat
sehat makan 3x sehari dengan
nasi, lauk, sayur dengan porsi
sedang dan minum air putih
sebanyak 8 gelas.
Sakit: Pasien diberi susu dan
setelah 3 hari pasien diberi
makanan lunak dan makan 3x
sehari, pasien menghabiskan ¼
porsi makanan dan minum air
putih sebanyak 5 sampai 8 gelas
sehari
Sehat: Pasien mengatakan saat
sehat makan 3x sehari dengan
nasi, lauk, sayur dengan porsi
sedang dan minum air putih 8-10
gelas perhari.
Ssakit: Pasien diberi makanan
biasa Diit DM tipe II, pasien
menghabiskan ¼ porsi makanan
saja, minum air putih sebanyak 8
gelas sehari.
-Istirahat dan Tidur Sehat: pasien tidur 7-8 jam
perhari, siang 1-2 jam perhari dan
malam 5-6 jam perhari, kualitas
tidur baik. Sakit: pasien tidur 8-
10 jam perhari, siang 2-3 jam
perhari dan malam 6-7 jam
perhari, pasien sering terbangun
dimalam hari karena
mengeluhkan sesak nafas.
Sehat: pasien tidur 8-9 jam
perhari, siang 2 jam perhari dan
malam 6-7 jam perhari, kualitas
tidur baik. Sakit: pasien tidur 11
jam perhari, siang 3 jam perhari
dan malam 8 jam perhari, pasien
sering mengeluh berkeringkat
pada malam hari.
-Aktifitas dan
Latihan
Sehat: keluarga mengatakan
pasien tidak bekerja, pasien dapat
melakukan kegiatan serta
aktivitas sendiri, pasien
mengkonsumsi narkoba(-), seks
bebas(-).
Sehat: Saat sehat keluarga
mengatakan pasien seorang ibu
rumah tangga, pasien dapat
melakukan kegiatan serta aktivitas
sendiri. Pekerjaan suami sebgai
petani.
Poltekkes Kemenkes Padang
39
Sakit: namun saat sakit ADL
pasien dibantu oleh keluarga dan
perawat
Sakit: namun saat sakit ADL
pasien dibantu oleh keluarga dan
perawat
Pemeriksaan Fisik Dari hasil pemeriksaan di
dapatkan keadaan umum lemah,
kesadaran CMC, TD: 100/70
mmHg, HR: 68x/menit, RR:
28x/menit, suhu: 36,50C. Kepala:
tampak simetris, kepala bersih,
hematom(-), pembengkakan(-).
Wajah:wajah tampak pucat,
wajah tampak simetris. Mata:
tampak simetris, konjungtiva
anemis(-), sklera ikterik (-).
Hidung: hidung simetris,
tampak bersih, pernapasan cuping
hidung(-), lesi (-). Mulut:
kering, tidak pucat, tidak terdapat
lesi. Leher: pembesaran kelenjar
tiroid dan kelenjar getah
bening(-). Dada: penggunaan
otot bantu(+), pergerakan dinding
dada kiri dan kanan sama,
fremitus kiri dan kanan sama,
perkusi sonor dan auskultasi
bronkovasikuler, ronkhi positif.
Pada pemeriksaan kardiovaskuler
di dapatkan ictus cordis tidak
terlihat, serta irama teratur.
Abdomen: pemeriksaan sistem
pencernaan asites(-), bising usus
15x/menit, hepar teraba (-), nyeri
tekan hepar(-), perkusi timpani,
pembesaran kelenjar tiroid dan
kelenjar getah bening(-).
Ekstremitas: Pada ekstermitas
kiri atas terpasang IVFD NaCl,
ekstremitas atas bawah teraba
dingin, sianosis(-), CRT<2dtk.
Dari hasil pemeriksaan di
dapatkan keadaan umum sedang,
kesadaran CMC,TD: 110/70
mmHg, HR: 73x/menit, RR:
26x/menit, suhu: 36,8oC. Kepala:
tampak simetris, kepala bersih,
hematom(-), pembengkakan(-).
Wajah: wajah tampak pucat,
wajah tampak simetris. Mata:
tampak simetris, konjungtiva
anemis(-), sklera ikterik(-).
Hidung: hidung simetris, tampak
bersih, pernapasan cuping hidung
(-), lesi (-). Mulut: kering, tidak
pucat, tidak terdapat lesi. Leher:
pembesaran kelenjar tiroid dan
kelenjar getah bening(-). Dada:
penggunaan otot bantu(-),
pergerakan dinding dada kiri dan
kanan sama, fremitus kiri dan
kanan sama, perkusi sonor,
auskultasi bronkovesikuler,
ronkhipositif. Pada pemeriksaan
kardiovaskuler didapatkan ictus
cordis tidak terlihat dan teraba,
irama teratur. Abdomen:
pemeriksaan sistem pencernaan
asites(-), bising usus 12x/menit,
hepar teraba(-), nyeri tekan
hepar(-), perkusi timpani.
Pembesaran kelenjar tiroid dan
kelenjar getah bening(-).
Ekstremitas: Pada ekstremitas
kiri atas terpasang IVFD NaCl,
ekstremitas atas bawah teraba
hangat, sianosis(-), CRT<2dtk.
Data penunjang Tanggal 16 Mei 2017
pH= 7.28, pCO2= 53 mmHg,
pO2= 81mmHg, HCO3= 21.6
mmol/L, gula darah sewaktu= 86
mg/dl, Albumin= 3.09 g/dl,
Tanggal 22 Mei 2017
Gula darah puasa= 560 mg/dl,
gula darah 2 jam PP= 637 mg/dl,
ureum darah= 29 mg/dl, kreatinin
darah= 1.0 mg/dl, total protein=
Poltekkes Kemenkes Padang
40
Globulin= 3.7g/dl, Hb= 13.6 g/dl,
Leukosit= 12.090 g/dl.
Tanggal 18 Mei 2017
pH= 7,33, pCO2= 46 mmHg,
pO2= 110 mmHg, HCO3= 24.3
mmol/L, total protein= 5,6 g/dl,
albumin= 3,1 g/dl, globulin= 2,5
g/dl
Tanggal 18 Mei 2017
Hb= 12.7 g/dl, Trombosit=
455.000 g/dl, Hematokrit= 40%,
Ureum darah= 278 mg/dl,
Kreatinin Darah= 31.5 mg/dl,
Total protein= 5,9 g/dl, Albumin=
3.1 g/dl, Globulin = 2.5 g/dl
Tanggal 25 Mei 2017
pH= 7.40, pCO2= 50 mmHg,
pO2= 27 mmHg, HCO3= 31
mmol/L
Pada pemeriksaan radiologi paru
didapatkan hasil bahwa terdapat
fibro infiltrat pada kedua paru,
kesan : TB Paru
8.2 g/dl, Albumin= 3.6 g/dl,
Globulin= 4.6 g/dl, Hb= 11.5 g/dl,
Leukosit= 10.440 mg/dl,
Trombosit= 481.000 g/dl
Pada pemeriksaan radiologi paru
didapatkan hasil bahwa terdapat
fibro infiltrat pada kedua paru,
kesan : TB Paru
Terapi pengobatan Terapi pengobatan pada Tn. J
diberikan cairan Nacl 8jam/kolf,
Ceftriaxon 1x2gr, Levoplolaxin
1x750, Ranitidin 2x1,
Dexametason 3x2, Vit B6 1x1,
Combivent 3x1, Drip vascon
2,1cc/jam, terapi OAT
R/H/Z/E=450/300/1000/750mg/d
l
Terapi pengobatan pada Ny. D
diberikan cairan NaCl 12jam/kolf,
Ranitidin 2x1, Dexametason 3x2,
Combivent 3x1, terapi OAT
R/H/Z/E=400/350/950/600mg/dl
Analisa Data 1. DS: Pasien mengatakan
gelisah
DO: Pasien tampak gelisah,
pernafasan pasien tampak
tidak teratur, ekstremitas
teraba dingin, CRT<2dtk.
Hasil AGD= pH: 7.43, pCO2:
48 mmHg, pO2: 160 mmHg.
Masalah : Gangguan
pertukaran gas berhubungan
dengan perubahan membran
alveolar-kapiler
1. DS : Pasien mengeluh batuk
berdahak dan sulit
mengeluarkan dahak
DO : Pasien tampak batuk
produktif, Sekret berwarna
putih kekuning kuningan
bercampur dengan darah,
RR=22x/menit, pasien tampak
sesak nafas.
Masalah : Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
berhubungan dengan eksudat
Poltekkes Kemenkes Padang
41
2. DS : Pasien mengeluh batuk
berdahak dan sulit
mengeluarkan dahak
DO : Batuk produktif, Sekret
berwarna putih kekuning
kuningan kental sedikit cair,
TD=100/70mmHg, nadi =
68x/menit, Pernapasan=
28x/menit, Suhu=36,5oC,
pasien terpasang O2
10liter/menit dengan NRM.
Masalah : Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
berhubungan dengan eksudat
dalam jalan alveoli
3. DS : pasien mengatakan tidak
nafsu makan, makanan terasa
tidak enak
DO : pasien tampak pucat,
makanan habis ¼ porsi, pasien
tampak lemah.
Dari analisa diatas didapatkan
masalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat
dalam jalan alveoli
2. DS : pasien mengatakan tidak
nafsu makan, makanan terasa
tidak enak
DO : pasien tampak pucat,
makanan habis ¼ porsi, pasien
tampak lemah, konjuntiva
anemis, Hb 11.5 g/dl
Dari analisa diatas didapatkan
masalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat
3. DS: keluarga pasien
mengatakan pasien tampak
lemah, pucat, aktivitas hanya
tidur.
DO: pasien tampak pucat dan
lemah, pasien DM tipe II,
dengan glukosa darah 560
mg/dl
Dari analisa diatas didapatkan
masalah resiko ketidakstabilan
kadar gula darah berhubungan
dengan gangguan status
kesehatan fisik
Diagnosa
Keperawatan
1. Gangguanpertukaran gas
berhubungandenganperubahan
membran alveolar-kapiler
2. Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan
dengan eksudat dalam jalan
alveoli
3. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake
nutrisi tidak adekuat
1. Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan
dengan eksudat dalam jalan
alveoli
2. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake
nutrisi tidak adekuat
3. Resiko ketidakstabilan kadar
gula darah berhubungan
dengan gangguan status
kesehatan fisik
Intervensi
Keperawatan
1. Gangguanpertukaran gas
berhubungandenganperubahan
1. Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan
Poltekkes Kemenkes Padang
42
membran alveolar-kapiler
a) Terapi oksigen
b) Tanda vital
Kegiatan keperawatan
terlampir
2. Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan
dengan eksudat dalam jalan
alveoli
a) Manajemen jalan nafas
b) Monitor pernafasan
Kegiatan keperawatan
terlampir
3. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake
nutrisi tidak adekuat
a) Manajemen nutrisi
b) Monitor nutrisi
dengan eksudat dalam jalan
alveoli
a) Manajemen jalan nafas
b) Monitor pernafasan
Kegiatan keperawatan
terlampir
2. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake
nutrisi tidak adekuat
a) Manajemen nutrisi
b) Monitor nutrisi
3. Resiko ketidakstabilan kadar
gula darah berhubungan
dengan gangguan status
kesehatan fisik
a) Manajamen hiperglikemi
Implementasi
Keperawatan
Pada diagnosa keperawatan
gangguanpertukaran gas
berhubungandenganperubahanme
mbran alveolar-kapiler, intervensi
yang diimplementasikan pada
pasien yaitu memberikan terapi
oksigen sesuai order: Oksigen
NRM 10liter/menit, mengukur
tanda-tanda vital pasien, monitor
vital sign.
Pada diagnosa ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan
dengan eksudat jalan nafas
alveoli, intervensi yang
diimplementasikan yaitu
memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi dengan
posisi semifowler, monitor
pernafasan pasien, monitor
keefektifan pasien dalam batuk
efektif.
Pada diagnosa yang
Pada diagnosa ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan
dengan eksudat jalan nafas alveoli,
intervensi yang diimplementasikan
yaitu memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi dengan
posisi semi fowler, memonitor
pernafasan pasien, memonitor
keefektifan pasien dalam batuk
efektif.
Pada diagnosa ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi tidak adekuat, intervensi
yang diimplementasikan yaitu
mengdentifikasi adanya alergi atau
intoleransi makanan yang dimiliki
pasien, kolaborasi dengan ahli gizi
tentang diet yang dibutuhkan,
menganjurkan pasien untuk duduk
pada posisi tegak saat makan,
monitor kecendrungan penurunan
berat badan.
Poltekkes Kemenkes Padang
43
ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake
nutrisi tidak adekuat, intervensi
yang diimplementasikan yaitu
mengdentifikasi adanya alergi
atau intoleransi makanan yang
dimiliki pasien, kolaborasi
dengan ahli gizi tentang diet yang
dibutuhkan, menganjurkan pasien
untuk duduk pada posisi tegak
saat makan, memonitor
kecendrungan penurunan berat
badan pasien
Pada diagnosa resiko
ketidakstabilan kadar gula darah
berhubungan dengan gangguan
status kesehatan fisik, intervensi
yang diimplementasikan yaitu
mengontrol gula darah pasien,
mengtrol diit DM tipe II pasien,
monitor terjadinya peningkatan
gula darah pasien.
Evaluasi
Keperawatan
Pada diagnosa gangguan
pertukaran gas berhubungan
dengan perubahan membran
alveolar-kapiler, didapatkan
evaluasi keperawatan teratasi
pada hari ke 6, dengan hasil
pasien tampak tenang, akral
teraba hangat, pasien sudah tidak
terpasang oksigen NRM, Hasil
AGD= PH = 7.40, PC02 =
50mmHg, PO2 = 27mmHg,
HCO3= 31 Mmol/L, sehingga
mencapai hasil sesuai batasan
karakteristik yaitu tekanan parsal
oksigen di darah arteri (PaO2)
tidak ada deviasi dari kisaran
normal, tekanan parsial
karbondioksisa di darah arteri
(PaCO2) tidak ada deviasi dari
kisaran normal, saturasi oksigen
tidak ada deviasi dari kisaran
normal, keseimbangan ventilasi
dan perfusi tidak ada deviasi dari
kisaran normal
Pada diagnosa keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan
eksudat dalam jalan alveoli,
Pada diagnosa keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan eksudat
dalam jalan alveoli, didapatkan
evaluasi masalah keperawatan
teratasi pada hari ke 3, dengan
kriteria hasil frekuensi pernafasan
pasien dalam batas normal, irama
pernafasan teratur, kedalaman
inspirasi normal, kemampuan
untuk mengeluarkan sekret baik,
suara nafas tambahan tidak ada,
penggunaan otot bantu pernafasan
tidak ada. Pasien diajarkan batuk
efektif dan fisioterapi dada untuk
mempermudah pasien
mengeluarkan dahak saat batuk,
dan pasien mendapatkan oksigen
nasal kanul 3 liter bila terasa
sesak.
Pada diagnosa keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi tidak
adekuat, didapatkan evaluasi
keperawatan teratasi pada hari ke
4, pasien diberikan intervensi
keperawatan seperti kolaborasi
Poltekkes Kemenkes Padang
44
didapatkan evaluasi masalah
keperawatan belum teratasi, hasil
frekuensi pernafasan pasien RR
27x/menit kemampuan untuk
mengeluarkan sekret kurang baik
(pasien lebih memaksakan batuk),
Pasien diajarkan batuk efektif dan
fisioterapi dada untuk
mempermudah pasien
mengeluarkan dahak saat batuk.
Hal ini tidak sesuai dengan
batasan karakteristik yaitu tidak
ada penggunaan otot bantu
pernafasan, frekuensi nafas dalam
rentang normal.
Pada diagnosa keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake
nutrisi tidak adekuat, didapatkan
evaluasi keperawatan teratasi
pada hari ke 5, pasien diberikan
intervensi keperawatan seperti
kolaborasi dengan ahli gizi dalam
menentukan status gizi pasien,
mengidentifikasi adanya alergi
makanan, memonitor kalori dan
asupan makanan, memonitor
adanya penurunan berat badan hal
ini sudah tercapai pada kriteria
hasil yang telah ditentukan seperti
intake makanan adekuat, intake
nutrisi adekuat dan intake cairan
adekuat.
dengan ahli gizi dalam
menentukan status gizi pasien,
mengidentifikasi adanya alergi
makanan, memonitor kalori dan
asupan makanan, memonitor
adanya penurunan berat badan hal
ini sudah tercapai pada kriteria
hasil yang telah ditentukan seperti
intake makanan adekuat, intake
nutrisi adekuat dan intake cairan
adekuat.
Pada diagnosa keperawatan resiko
ketidakstabilan kadar gula darah
berhubungan dengan gangguan
status kesehatan fisik, gula darah
pasien terkontrol sesuai dengan
batasan karakteristik gula darah
pasien dalam batas normal.
B. Pembahasan Kasus
Poltekkes Kemenkes Padang
45
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada 2 orang pasien melalui pendekatan
proses keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, maka pada bab ini peneliti
akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang
ditemukan dalam perawatan TB paru DO pada Tn. J dan Ny. D yang telah
dilakukan pengkajian pada tanggal 20 Mei 2017, dan telah dilakukan asuhan
keperawatan mulai tanggal 20-24 Mei 2017 di ruang Paru RSUP Dr. M.Djamil
Padang, yang dapat di uraikan sebagai berikut :
1. Keluhan utama
Berdasarkan pengkajian yang didapatkan pada Tn. J, pasien mengalami sesak
nafas2 hari sebelum dirujuk ke RSUP Dr. M. Djamil, demam, nyeri pada dada,
batuk produktif. Sedangkan pada Ny. D keluhan utamanya mengalami batuk
berdarah sejak 3 hari sebelum dirujuk ke RSUP Dr. M. Djamil, sesak nafas,
nyeri dada, demam.
Menurut peneliti keluhan utama pada kasus TB paru DO yaitu sesak nafas,
nyeri dada, demam yang ditemukan pada partisipan 1 dan. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Arif Mutaqqin (2012), menjelaskan
bahwa gejala respratorik TB paru DO yaitu: Keluhan batuk, timbul paling
awal dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan, sesak nafas
biasanya keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks,
anemia, dan lain-lain, nyeri dada pada TB Paru termasuk nyeri pleuritik
ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena TB,
keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam hari
mirip demam atau influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin
panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin pendek.
a. Riwayat kesehatan sekarang
Poltekkes Kemenkes Padang
46
Saat dilakukan pengkajian pada Tn. J hari Sabtu 20 Mei 2017, pasien sudah
hari rawatan ke 5, keadaan pasien lemah, tingkat kesadaran kompos mentis
kooperatif, pasien mengeluh sesak nafas, batuk berdahak warna kuning
kecoklatan, nyeri dada. Sedangkan pengkajian pada Ny. D hari Sabtu 20
Mei 2017, pasien sudah hari rawatan ke 4, keadaan umum sedang, tingkat
kesadaran kompos mentis kooperatif, pasien mengeluh sesak nafas, nyeri
dada, batuk produktif masih terdapat bercak darah.
Hasil pengkajian ini sesuai dengan teori Irman Soemantri (2009), bahwa
pasien dengan TB paru DO saat dilakukan pengkajian yang ditemukan
meliputi, batuk yang terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini
terjadi untuk membuang atau mengeluarkan produksi radang yang dimulai
dari batuk kering sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum),
sesak nafas bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru-paru, nyeri dada, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat kesehatan dahulu pasien Tn. J, keluarga mengatakan
pasien pernah dirawat RS Painan dan minum OAT tahun 2016 selama 2
bulan dan dihentikan sendiri oleh pasien karena pasien mengeluh pusing
setelah mengkonsumsi obatnya dan pasien tidak memiliki riwayat DM,
Hipertensi, Penyakit Jantung Koroner. Sementara pada riwayat kesehatan
dahulu pasien Ny. D, keluarga juga mengatakan pasien pernah dirawat RS
Painan dan pernah minum OAT tahun 2016 selama 4 bulan dan dihentikan
sendiri oleh pasien karena pasien mengeluh mual setelah mengkonsumsi
obatnya dan pasien tidak memiliki riwayat DM, Hipertensi, Penyakit
Jantung Koroner.Menurut asumsi peneliti salah satu penyebab TB paru DO
adalah putus obat.
Poltekkes Kemenkes Padang
47
Hal ini sama dengan teori Irman Soemantri (2009), yang berpendapat
bahwa biasanya pasien dengan TB paru DO diakibatkan karena putus obat,
penyebab penderita TB sulit sembuh karena pasien TB paru berhenti
berobat (Drop Out) setelah merasa sehat meski proses pengobatan belum
selesai sehingga menyebabkan kekambuhan pada penderita TB paru
dengan DO.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Data yang didapatkan dari riwayat kesehatan keluarga yaitu tidak ada
keluarga dan orang terdekat yang menderita TB paru.Menurut analisa
peneliti TB paru DO merupakan penyakit yang kambuh akibat pasien putus
obat sehingga menyebabkan kekambuhan atau TB paru yang berulang.
Hal ini tidak sama dengan teori Irman Soemantri (2009), yang berpendapat
bahwa biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB
paru. Biasanya ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti
Hipertensi, Diabetes Melitus, jantung dan lainnya.
d. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik Tn. J yang bermasalah yaitu keadaan umum pasien
lemah, terdapat suara tambahan ronkhi (+), menggunakan otot bantu
pernafasan, wajah tampak pucat, mukosa bibir kering, akral dingin, CRT <
2dtk. Pada pemeriksaan fisik Ny. D yang bermasalah yaitu terdapat suara
tambahan ronkhi (+), wajah tampak pucat, mukosa bibir kering, akral
dingin, CRT < 2dtk.Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien terdapat
suara tambahan ronkhi (+), wajah tampak pucat, mukosa bibir kering, akral
dingin, CRT < 2dtk.
Teori ini ditambahkan oleh Irman Soemantri (2009) yang mengemukakan
bahwa pasien dengan TB paru DO ditemukan keadaan umum lemah,
Poltekkes Kemenkes Padang
48
terdapat suara tambahan ronkhi (+), menggunakan otot bantu pernafasan,
wajah tampak pucat, mukosa bibir kering, akral dingin.
1. Diagnosa keperawatan
Kasus pada partisipan 1 dan partisipan 2 dari hasil studi dokumentasi status
pasien ditemukan 3 diagnosa keperawatan, yaitu gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler yang ditegakkan
pada Tn. J, ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan eksudat
dalam jalan alveoli yang ditegakkan pada kedua pasien, ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutri tidak
adekuat yang ditegakkan pada kedua pasien, dan diagnosa resiko
ketidakseimbangan gula darah yang ditegkkan oleh Ny. D saja.
Hal ini sesuai dengan NANDA 2015, menjelaskan bahwa diagnosa gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler
batasan karakteristiknya adalah gas darah arteri abnormal, gelisah, pH arteri
abnormal, pola pernafasan abnormal, ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan eksudat dalam jalan alveolibatasan karakteristiknya
adalah terdapat sekret, sesak nafas. Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak
adekuatdapat ditegakkan pada partisipan 1 (Tn.J) dan 2 (Ny.D), berdasakan
hasil pemeriksaan fisiknya yaitu pasien menghabiskan makan ¼ porsi, pasien
mengeluh mual, pasien tampak lemas. Menurut peneliti hal ini sesuai dengan
batasan karakteristik diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuatdalam NANDA (2015), yaitu
intake makanan adekuat, intake cairan adekuat, intake nutrisi adekuat.
Teori Irman Soemantri (2009) mengatakan, diagnosa keperawatan pada pasien
TB paru DO ada 13 diagnosa yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan mokus dalam jumlah berlebihan, eksudat dalam jalan
alveoli, sekresi bertahan/sisa sekresi. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan hiperventilasi, keletihan, keletihan otot pernapasan.Gangguan
Poltekkes Kemenkes Padang
49
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kapiler.Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna makanan.Nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera.Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan
penyakit.Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kegagalan
mekanisme regulasi.Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme.Resiko perdarahan berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang kewaspadaan perdarahan.Ketidakefektifan perfusi jaringan
otak.Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum. Ansietas
berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, infeksi/ kontaminan
interpersonal, ancaman pada konsep diri.
2. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 (Tn.J) dan partisipan 2
(NY.D) pada masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan eksudat dalam jalan alveoli adalah kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian nebulizer, kolaborasi dengan dokter dalam memberikan suction,
monitor bersihan jalan nafas dan rencana keperawatan pada masalah
ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi adalah
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen, monitor status pernafasan
pasien berdasarkan NIC (2013).
Menurut peneliti rencana tindakan yang dilakukan pada partisipan 1 (Tn.J) dan
partisipan 2 (Ny.D) hanya pada masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan eksudat dalam jalan alveoli dan ketidakefektifan pola
nafas berhubungan dengan hiperventilasi, sedangkan untukgangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler dan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat tidakdirencanakan tindakannya. Menurut perawat
Poltekkes Kemenkes Padang
50
peruangan kepada peneliti, perawat ruangan membuat rencana tindakan hanya
pada masalah prioritas saja, kemungkinan mereka berpendapat bahwa masalah
selanjutnya akan muncul jika masalah prioritas tidak teratasi.
Hal ini sama dengan teori Haryanto (2007), yang menyebutkan bahwa kategori
prioritas masalah adalah masalah yang memerlukan tindakan cepat dan tepat
agar tidak menimbulkan masalah baru yang dapat memperburuk kondisi
pasien.
Berdasarkan hasil observasi peneliti rencana keperawatan yang dilakukan
sudah sesuai dengan NIC NOC namun ada beberapa rencana keperawatan
yang tidak diberikan oleh perawat ruangan seperti mengajarkan tekhnik nafas
dalam, mengajarkan cara batuk efektif.
3. Implementasi
Implementasi keperawatan harus sesuai dengan perencanaan keperawatan yang
dilandaskan pada teori NANDA NIC-NOC. masalah keperawatan
ketidakbersihan jalan nafas berhubungan dengan eksudat dalam jalan alveoli,
implementasi keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 (Tn.J) dan
partisipan 2 (Ny.D) yaitu berkolaborasi dalam pemberian nebulizer, mengatur
posisi semifowler, memberikan terapi oksigen, dan mengajarkan batuk efektif.
Hal ini sesuai pada NIC tahun 2013 implementasi pada diagnosa
ketidakbersihan jalan nafas yaitu auskultasi suara nafas tambahan, kaji lokasi
eksudat, kolaborasi dalam pemberian nebulizer, mengatur posisi semi fowler.
4. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses yang digunakan untuk
menilai keberhasilan asuhan keperawatan atas tindakan yang diberikan. Pada
teori maupun kasus dalam membuat evaluasi disusun berdasarkan tujuan dan
kriteria hasil yang ingin dicapai.
Poltekkes Kemenkes Padang
51
Evaluasi yang didapatkan dari pada partisipan 1 (Tn.J) yaitu tingkat kesadaran
pasien CMC, keadaan umum sedang, pasien masih merasakan sesak, pada hari
ke-6 hasil AGD pasien dalam batas normal, masalah yang ditemukan teratasi
sebagian dan intervensi dilanjutkan.
Hal ini sesuai dengan NOC tahun 2013, berdasarkan batasan karakteristik
tekanan parsal oksigen di darah arteri (PaO2) tidak ada deviasi dari kisaran
normal, tekanan parsial karbondioksisa di darah arteri (PaCO2) tidak ada
deviasi dari kisaran normal, saturasi oksigen tidak ada deviasi dari kisaran
normal, keseimbangan ventilasi dan perfusi tidak ada deviasi dari kisaran
normal.Pada partisipan 2 (Ny.D) evaluasi yang didapatkan yaitu tingkat
kesadaran pasien CMC, keadaan umum pasien sedang, TTV pasien dalam
rentang normal setiap harinya, pada hari ke 3 pasien mengatakan nafas sudah
tidak sesak lagi. masalah yang ditemukan teratasi sebagian dan intervensi
dilanjutkan. Hal ini sesuai dengan NOC tahun 2013, berdasarkan batasan
karakteristik Frekuensi pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran normal, irama
pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran normal, kemampuan untuk
mengeluarkan secret tidak ada deviasi dari kisaran normal, suara nafas
tambahan tidak ada, dispnea dengan aktifitas ringan tidak ada, penggunaan otot
bantu pernafasan tidak ada.
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan Pada Tn.J dengan TB
Paru DO di Ruang paru RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2017, peneliti
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian pada Tn.J didapatkan pasien sudah hari rawatan ke 5,
keadaan pasien lemah, tingkat kesadaran kompos mentis kooperatif, pasien
mengeluh sesak nafas, batuk berdahak warna kuning kecoklatan, nyeri dada.
Dalam teori masalah keperawatan yang muncul pada kasus TB paru DO adalah
sebanyak 13 masalah keperawatan. Pada partisipan 1 (Tn.J) ditemukan 3
masalah keperawatan yaitu gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran alveolar-kapiler, ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan hiperventilasi, ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan eksudat dalam jalan alveoli. Sedangkan pada partisipan 2 (Ny.D)
ditemukan ada 3 diagnosa yang muncul yaitu ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan eksudat dalam jalan alveoli, ketidakefetifan pola
nafas berhubungan dengan hiperventilasi, ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat.
2. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah keperawatan
yang di temukan yaitu sesuai dengan teori yang telah ada, berdasarkan dengan
Nanda NIC-NOC, namun ruangan hanya menerapkan intervensi pada diagnosa
prioritas saja.
3. Implementasi keperawatan mangacu kepada rencana tindakan yang telah
disusun. implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 20-24 Mei 2017.
Sebagian besar tindakan keperawatan dapat dilaksanakan pada implementasi
keperawatan.
53
Poltekkes Kemenkes Padang
54
4. Hasil evaluasi yang dilakukan selama 5 hari pada tanggal 20-24 Mei 2017
dalam bentuk SOAP. Evaluasi tersebut dilakukan pada masalah keperawatan
gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kapiler, ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan eksudat dalam jalan
alveoli pada partisipan 1 (Tn.J) pada hari ke 5 masalah yang ditemukan belum
teratasi dan intervensi dilanjutkan, sedangkan pada partisipan 2 (An. R) pada
hari ke 3 pasien sudah tidak merasakan sesak nafas sehingga intervensi
pemberian oksigen dihentikan, pasien mampu melakukan batuk yang efektif,
serta pada hari ke 4 pasien mampu menghabiskan makanannya ½ porsi.
B. Saran
1. Bagi Direktur RSUP Dr,M,Djamil Padang
Melalui direktur agar dapat memotivasi perawat untuk meningkatkan untuk
lebih giat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien dengan
TB paru DO, juga pembuatan intervensi, implementasi dan implementasi
tidak terfokus pada masalah prioritas saja, agar lebih meningkatnya kualitas
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data pembanding dalam asuhan
keperawatan pada kasusTB paru DO yang lainnya.
Poltekkes Kemenkes Padang
Daftar Pustaka
Agustina Dewi. 2013. Hubungan Tingkat Kepositifan BTA Dalam Sputum dengan
Gejala Klinis TB Paru BTA (+) Di RSUD Raden Matther. Dari
https://id.portalgaruda.org/index.php?
ref=browse&mod=viewarticle&article=32473
Afriyanti, Yati & Rachmawati, N, I. 2014 Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam
Riset Keperawatan
Centres for Desease Control. 2015. Tuberculosis Data and Statistics. Dari
https://googleweblight.com/?
lite.url=https://www.cdc.gov/tb/statistics/&eiDiakses pada tanggal 30 Januari
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2013. Profil Kesehatan 2013.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat. 2014. Profil Dinas Kesehatan 2014. Badan
Penelitisn dan Pengembangan Kesehatan Sumbar
World Health Organization. 2015. Global Tuberkulosis Report 2015.
Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Mutaqqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan.Jakarta: Salemba Medika
NANDA International.(2015). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017, edisi 10. Jakarta: EGC
Rab, Tabrani. 2016. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Medika
Saryono & Anggreni, MD. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif.Yogyakarta : Nuha Medika
Smeltzer, S.C., and Bare, B.G. (2015).Medical Surgical Nursing (Vol 1). LWW
Somantri Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan.Jakarta: Salemba Medika.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Wahid & Imam, 2013.Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: CV Trans Info Media
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
FORMAT DOKUMENTASI
ASUHANKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identifikasiklien
1) Nama : Tn.J
2) Tempat/tgllahir : Pesisir, 17 April 1986
3) Jeniskelamin : Laki-laki
4) Status kawin : Kawin
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SD
7) Pekerjaan : Tidak bekerja
8) Alamat : Kapujan Bayang Kab. Pesisir Selatan
9) Diagnose medis : TB paru DO
b. Identifikasipenanggungjawab
1) Nama : Tn.U
2) Pekerjaan : Petani
3) Alamat : Kapujan Bayang Kab. Pesisir Selatan
4) Hubungan : Kakak kandung
c. Riwayatkesehatan :
1) Riwayatkesehatansekarang
a) Keluhanutama :
Pasien masuk melalui IGD RSUP dr. M.Djamil Padang Rujukan RS
Siti Rahmah Padang pada hari selasa tanggal 16 Mei 2017 pukul
00.20 WIB, dengan keluhan utama pasien sesak nafas sejak 1 hari
yang lalu sebelum masuk RS, demam sejak 3 hari yang lalu
sebelum masuk RS. Nyeri pada dada dan punggung.
Poltekkes Kemenkes Padang
b) Keluhansaatdikaji (PQRST) :
Saat dilakukan pengkajian pada hari Sabtu tanggal 20 Mei 2017
harirawatanke 5, ditemukan keluhan pasien seperti sesak nafas,
batuk berdahak warna kuning kecoklatan, nyeri dada, nafsu makan
pasien menurun dan terjadi penurunan berat badan yang drastis,
pasien susah tidur. TD: 100/70 mmHg, HR: 68x/menit, RR:
28x/menit, suhu: 36,50C, pasien terpasang Oksigen NRM
10liter/menit
2) Riwayatkesehatandahulu
Keluarga mengatakan pernah dirawat di RSUD Painan selama 1
minggu dengan keluhan sesak nafas serta nyeri pada dada dan
punggung.Riwayat OAT tahun 2016 selama 2 bulan dan dihentikan
sendiri oleh pasien, pasien memiliki kebiasaan merokok.Hipertensi (-),
DM (-).
3) Riwayatkesehatankeluarga
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang tinggal serumah
yang pernahmenderita penyakit TB paru, dan penyakit keturunan
lainnya.
d. Polaaktivitassehari-hari (ADL)
1) Polanutrisi
Makan
- Sehat :pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, lauk, sayur
dengan porsi sedang
- Sakit : pasien diberi makanan lunak dan makan 3x sehari, pasien
menghabiskan ½ porsi makanan dan minum air putih sebanyak 5
sampai 8 gelas sehari
Minum
Poltekkes Kemenkes Padang
- Sehat : minum air putih sebanyak 8 gelas dalam sehari sekitar 1800
cc
- Sakit : pasien diberi susu sekitar 950 cc sehari
2) Polaeliminasi
- Sehat: BAK pasien lancar lebih kurang 5x sehari. BAB lancar.
- Sakit: pasien BAK lebih kurang 5x sehari, dan BAB 1x 2 hari
dengan konsintensi lembek.
3) Polatidurdanistirahat
- Sehat: pasien tidur 7-8 jam perhari, siang 1-2 jam perhari dan
malam 5-6 jam perhari, kualitas tidur baik.
- Sakit: pasien tidur 8-10 jam perhari, siang 2-3 jam perhari dan
malam 6-7 jam perhari, pasien sering terbangun dimalam hari
karena mengeluhkan sesak nafas.
4) Polaaktifitasdanlatihan
- Sehat: keluarga mengatakan pasien seorang petani dan suka
bekerja,
- Sakit: pasien lebih banyak tidur ditempat tidur saja
1. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum :Compos Mentis Cooperatif
b) Tekanan Darah : 100/70 mmHg
c) Nadi : 68 x/menit
d) Pernafasan : 28 x/menit
e) Suhu : 36,5oC
Pemeriksaanhead to toe
a) Kepala :tampak simetris
b) Wajah : tampak pucat
c) Mata : konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik
d) Hidung : tampak simetrisdan tidak ada pernapasan cuping hidung
e) Telinga : simetris kiri kanan
Poltekkes Kemenkes Padang
f) Mulut&gigi: mukosa bibir kering dantidak terdapat karies gigi
g) Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening dan tiroid
h) Dada/ Thorax
Paru-paru
Inspeksi : dinding dada tampak simetris
Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : terdengar bunyi bronkovesikuler, ronkhi (+)
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari RIC 5
Perkusi : pekak
Auskultasi : irama jantung terdengar beraturan
i) Abdomen : tidak tampak adanya pembengkakan dan tidak ada nyeri
tekan, bising usus (+) 15x/menit
j) Ektemitas
Atas : edema (-), akral dingin, CRT < 2 detik
Bawah : edema (-), akral dingin, CRT < 2 detik
h) Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
2. Data Psikologis
a) Status Emosional
Emosional pasien tampak stabil
b) Kecemasan
Pasien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya saat ini
c) Pola Koping
Pola koping pasien tampak cukup baik
d) Gaya komunikasi
Pasien tampak berkomunikasi dengan baik
e) Spiritual
Pasien beragama islam, untuk aktivitas beribadah pasien perlu dibantu
oleh keluarga
3. Data Penunjang
Poltekkes Kemenkes Padang
Tanggal 16 Mei 2017
pH= 7.28, (7.35-7.45)
pCO2= 53 mmHg, (38-42 mmHg)
pO2= 81 mmHg, (75-100 mmHg)
HCO3= 21.6 mmol/L, (22-28 mmol/L)
gula darah sewaktu= 86 mg/dl, (<200 mg/dl)
Albumin= 3.09 g/dl, (3.8-5.0 g/dl)
Globulin= 3.7 g/dl, (1.3-2.7 g/dl)
Hb= 13.6 g/dl, (14-18 g/dl)
Leukosit= 12.090 g/dl.
Tanggal 18 Mei 2017
pH= 7,33, (7.35-7.45)
pCO2= 46 mmHg, (38-42 mmHg)
pO2= 110 mmHg, (75-100 mmHg)
HCO3= 24.3 mmol/L, (22-28 mmol/L)
total protein= 5,6 g/dl, (6.6-8.7 g/dl)
albumin= 3,1 g/dl, (3.8-5.0 g/dl)
globulin= 2,5 g/dl(1.3-2.7 g/dl)
Tanggal 18 Mei 2017
Hb= 12.7 g/dl, (14-18 g/dl)
Trombosit= 455.000 g/dl, (150.000-400.000 /mm3)
Hematokrit= 40%, (40-48 %)
Ureum darah= 278 mg/dl,
Kreatinin Darah= 31.5 mg/dl,
Total protein= 5,9 g/dl, (6.6-8.7 g/dl)
Albumin= 3.1 g/dl, (3.8-5.0 g/dl)
Globulin = 2.5 g/dl (1.3-2.7 g/dl)
Tanggal 25 Mei 2017
pH= 7.40,
pCO2= 50 mmHg,
pO2= 27 mmHg,
HCO3= 31 mmol/L
Pada pemeriksaan radiologi paru didapatkan hasil bahwa terdapat fibro
infiltrat pada kedua paru, kesan : TB Paru
4. Terapi dan pengobatan
Terapi pengobatan pada Tn. J diberikan
- cairan Nacl 8jam/kolf,
- Ceftriaxon 1x2gr,
- Levoplolaxin 1x750,
Poltekkes Kemenkes Padang
- Ranitidin 2x1,
- Dexametason 3x2,
- Vit B6 1x1,
- Combivent 3x1,
- Drip vascon 2,1cc/jam,
- terapi OAT R/H/Z/E=450/300/1000/750mg/dl
2. ANALISA DATA
Data Masalah Etiologi
4. DS: Pasien
mengatakan gelisah
DO: Pasien tampak
gelisah, pernafasan
pasien tampak tidak
teratur, ekstremitas
teraba dingin,
CRT<2dtk. Hasil
AGD= pH: 7.43,
pCO2: 48 mmHg,
pO2: 160 mmHg.
Gangguanpertukaran
gas
Perubahanmembran
alveolar-kapiler
5. DS : Pasien
mengatakan nafas
terasa sesak
DO : KU= Lemah,
Pasien tampak sesak,
TD=100/70mmHg,
nadi = 68x/menit,
Pernapasan=
28x/menit,
Suhu=36,5oC, pasien
terpasang O2
10liter/menit dengan
NRM.:
Ketidakefektifan Pola
Nafas
hiperventilasi
6. DS : Pasien mengeluh
batuk berdahak dan
sulit mengeluarkan
dahak
DO : Batuk produktif,
Sekret berwarna putih
kekuning kuningan
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
eksudat dalam jalan
alveoli
Poltekkes Kemenkes Padang
kental sedikit cair,
TD=100/70mmHg,
nadi = 68x/menit,
Pernapasan=
28x/menit,
Suhu=36,5oC, pasien
terpasang O2
10liter/menit dengan
NRM.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NoDiagnosaKeperawatan Ditemukanmasalah Dipecahkan
Tgl Paraf Tgl Paraf
1. Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan
perubahan membran
alveolar-kapiler
2. Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan
hiperventilasi
3. Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan
dengan eksudat dalam
jalan alveoli
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
N
oDiagnosaKeperawatan NOC NIC
1. Gangguanpertukaran gas
berhubungandenganperubahanmembra
n alveolar-kapiler
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapakan
status
pernafasan :
pertukaran gas
dengan kriteria
hasil :
Terapi oksigen
h) Pertahankan
kepatenan
jalan nafas
i) Berikan
oksigen
tambahan
seperti yang
diperintahkan
j) Monitor
aliran
Poltekkes Kemenkes Padang
e) Tekanan
parsal
oksigen di
darah arteri
(PaO2) tidak
ada deviasi
dari kisaran
normal
f) Tekanan
parsial
karbondioksi
sa di darah
arteri
(PaCO2)
tidak ada
deviasi dari
kisaran
normal
g) Saturasi
oksigen tidak
ada deviasi
dari kisaran
normal
h) Keseimbanga
n ventilasi
dan perfusi
tidak ada
deviasi dari
kisaran
normal
Tanda-tanda
vital dengan
kriteria hasil :
g) Suhu tubuh
tidak ada
deviasi dari
kisaran
normal
h) Denyut nadi
radial tidak
ada deviasi
dari kisaran
normal
oksigen
k) Monitor
efektifitas
terapi
oksigen
l) Amati tanda-
tanda
hipoventialsi
induksi
oksigen
m) Konsultasi
dengan
tenaga
kesehatan
lain
mengenai
penggunaan
oksigen
tambahan
selama
kegiatan dan
atau tidur
Monitor tanda-
tanda vital
i) Monitor
tekanan
darah, nadi,
suhu dan
status
pernafasan
dengan tepat
j) Monitor
tekanan darah
saat pasien
berbaring,
duduk dan
berdiri
k) sebelum dan
setelah
perubahan
posisi
l) Monitor dan
laporkan
tanda dan
Poltekkes Kemenkes Padang
i) Tingkat
pernafasan
tidak ada
deviasi dari
kisaran
normal
j) Irama
pernafasan
tidak ada
deviasi dari
kisaran
normal
k) Tekanan
darah sistolik
tidak ada
deviasi dari
kisaran
normal
l) Tekanan
darah
diastolik
tidak ada
deviasi dari
kisaran
normal
gejala
hipotermia
dan
hipertermia
m) Monitor
keberadaan
nadi dan
kualitas nadi
n) Monitor
irama dan
tekanan
jantung
o) Monitor
suara paru-
paru
Monitor warna
kulit, suhu dan
kelembaban
identifikasi
kemungkinan
penyebab
perubahan
tanda-tanda vital
2. Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan hiperventilasi
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
status
pernafasan :
ventilasi
dengan kriteria
hasil :
e) Frekuensi
pernafasan
tidak ada
deviasi dari
kisaran
normal
f) Irama
Manajemen
jalan nafas
i) Bersihkan
jalan nafas
dengan teknik
chin lift atau
jaw thrust
sebagai mana
mestinya
j) Posisikan
pasien untuk
memaksimalk
an ventilasi
k) Identifikasi
kebutuhan
aktual/potensi
al pasien
untuk
Poltekkes Kemenkes Padang
pernafasan
tidak ada
deviasi dari
kisaran
normal
g) Suara
perkusi nafas
tidak ada
deviasi dari
kisaran
normal
h) Kapasitas
vital tidak
ada deviasi
dari dari
kisaran
normal
memasukkan
alat membuka
jalan nafas
l) Lakukan
fisioterapi
dada sebagai
mana
mestinya
m) Buang secret
dengan
memotivasi
pasien untuk
melakukan
batuk atau
menyedot
lender
n) Instruksikan
bagaimana
agar bias
melakukan
batuk efektif
o) Auskultasi
suara nafas
p) Posisikan
untuk
meringankan
sesak nafas
Terapi oksigen
h) Pertahankan
kepatenan
jalan nafas
i) Siapkan
peralatan
oksigen dan
berikan
melalui
system
humidifier
j) Berikan
oksigen
tambahan
seperti yang
diperintahkan
k) Monitor
Poltekkes Kemenkes Padang
aliran
oksigen
l) Monitor
efektifitas
terapi
oksigen
m) Amati tanda-
tanda
hipoventialsi
induksi
oksigen
n) Konsultasi
dengan
tenaga
kesehatan
lain
mengenai
penggunaan
oksigen
tambahan
selama
kegiatan dan
atau tidur
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan eksudat dalam
jalan alveoli
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapakan
status
pernafasan :
kepatenan jalan
nafas dengan
kriteria hasil :
g) Frekuensi
pernafasan
tidak ada
deviasi dari
kisaran
normal
h) Irama
pernafasan
tidak ada
deviasi dari
Manajemen
jalan nafas
i) Bersihkan
jalan nafas
dengan
teknik chin
lift atau jaw
thrust sebagai
mana
mestinya
j) Posisikan
pasien untuk
memaksimal
kan ventilasi
k) Identifikasi
kebutuhan
aktual/potens
ial pasien
untuk
memasukkan
Poltekkes Kemenkes Padang
kisaran
normal
i) Kemampuan
untuk
mengeluarka
n secret tidak
ada deviasi
dari kisaran
normal
j) Suara nafas
tambahan
tidak ada
k) Dispnea
dengan
aktifitas
ringan tidak
ada
l) Penggunaan
otot bantu
pernafasan
tidak ada
alat
membuka
jalan nafas
l) Lakukan
fisioterapi
dada sebagai
mana
mestinya
m) Buang secret
dengan
memotivasi
pasien untuk
melakukan
batuk atau
menyedot
lender
n) Instruksikan
bagaimana
agar bias
melakukan
batuk efektif
o) Auskultasi
suara nafas
p) Posisikan
untuk
meringankan
sesak nafas
Monitor
pernafasan
i) Monitor
kecepatan,
irama,
kedalaman
dan kesulitan
bernafas
j) Catat
pergerakan
dada, catat
ketidaksimetr
isan,
penggunaan
otot bantu
pernafasan
dan retraksi
Poltekkes Kemenkes Padang
otot
k) Monitor
suara nafas
tambahan
l) Monitor pola
nafas
m) Auskultasi
suara nafas,
catat area
dimana
terjadi
penurunan
atau tidak
adanya
ventilasi dan
keberadaan
suara nafas
tambahan
n) Kaji perlunya
penyedotan
pada jalan
nafas dengan
auskultasi
suara nafas
ronki di paru
o) Monitor
kemampuan
batuk efektif
pasien
p) Berikan
bantuan
terapi nafas
jika
diperlukan
(misalnya
nebulizer)
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No DiagnosaKeperawatan TindakanKeperawatan Paraf
1. Gangguanpertukaran gas
berhubungandenganperubahanmembra
n alveolar-kapiler
- memberikan terapi
oksigen sesuai order:
Oksigen NRM
Poltekkes Kemenkes Padang
10liter/menit
- mengukur tanda-tanda
vital pasien, monitor
vital sign.
- Cek hasil AGD
2. ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan hiperventilasi
- memposisikan pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
- auskultasi suara nafas
pasien
- mengajarkan cara
batuk efektif
- mengajarkan tekhnik
nafas dalam
3. ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan eksudat jalan
nafas alveoli
- posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
- monitor pernafasan
pasien
- monitor keefektifan
pasien dalam batuk
efektif.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl DiagnosaKeperawatan EvaluasiKeperawatan Paraf
20/
5
1. Gangguanpertukaran gas
berhubungandenganperubahanmemb
ran alveolar-kapiler
S : keluarga mengatakan
pasien masih gelisah
O : pasien tampak
gelisah, akral dingin,
pucat, AGD:
A : masalah belum
Poltekkes Kemenkes Padang
teratasi
P :intervensidilanjutkan
2. ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan hiperventilasi
S: pasien mengatakan
nafas masih terasa sesak
O: pasien tampak sesak,
RR: 28x/menit, pasien
terpasang oksigen NRM
10liter/menit
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
3. Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan eksudat
dalam jalan alveoli
S: pasien mengatakan
dahaknya susah keluar
O: pasien tampak batuk
berdahak, pasien tampak
memaksakan batuk,
batuk produktif
berwarna kuning
kecoklatan
A: masalah belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
21/
5
4. Gangguanpertukaran gas
berhubungandenganperubahanmemb
ran alveolar-kapiler
S : keluarga mengatakan
pasien masih gelisah
O : pasien tampak
gelisah, akral dingin,
pucat, AGD:
A : masalah belum
teratasi
P :intervensidilanjutkan
Poltekkes Kemenkes Padang
5. ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan hiperventilasi
S: pasien mengatakan
nafas masih terasa sesak
O: pasien tampak sesak,
RR: 28x/menit, pasien
terpasang oksigen NRM
10liter/menit
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
6. Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan eksudat
dalam jalan alveoli
S: pasien mengatakan
dahaknya susah keluar
O: pasien tampak batuk
berdahak, pasien tampak
memaksakan batuk,
batuk produktif
berwarna kuning
kecoklatan
A: masalah belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
22/
5
7. Gangguanpertukaran gas
berhubungandenganperubahanmemb
ran alveolar-kapiler
S : keluarga mengatakan
pasien masih gelisah
O : pasien tampak
gelisah, akral dingin,
pucat, AGD:
A : masalah belum
teratasi
P :intervensidilanjutkan
8. ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan hiperventilasi
S: pasien mengatakan
nafas masih terasa sesak
O: pasien tampak sesak,
Poltekkes Kemenkes Padang
RR: 29x/menit, pasien
terpasang oksigen NRM
10liter/menit
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
9. Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan eksudat
dalam jalan alveoli
S: pasien mengatakan
dahaknya susah keluar
O: pasien tampak batuk
berdahak, pasien tampak
memaksakan batuk,
batuk produktif
berwarna kuning
kecoklatan
A: masalah belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
23/
5
10. Gangguanpertukaran gas
berhubungandenganperubahanmemb
ran alveolar-kapiler
S : keluarga mengatakan
pasien masih gelisah
O : pasien tampak
gelisah, akral dingin,
pucat, AGD:
A : masalah belum
teratasi
P :intervensidilanjutkan
11. ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan hiperventilasi
S: pasien mengatakan
nafas masih terasa sesak
O: pasien tampak sesak,
RR: 25x/menit, pasien
terpasang oksigen NRM
10liter/menit
Poltekkes Kemenkes Padang
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
12. Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan eksudat
dalam jalan alveoli
S: pasien mengatakan
dahaknya susah keluar
O: pasien tampak batuk
berdahak, pasien tampak
memaksakan batuk,
batuk produktif
berwarna kuning
kecoklatan
A: masalah belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
24/
5
13. Gangguanpertukaran gas
berhubungandenganperubahanmemb
ran alveolar-kapiler
S : keluarga mengatakan
pasien masih gelisah
O : pasien tampak
gelisah, akral dingin,
pucat, AGD:
A : masalah belum
teratasi
P :intervensidilanjutkan
14. ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan hiperventilasi
S: pasien mengatakan
nafas masih terasa sesak
O: pasien tampak sesak,
RR: 23x/menit, pasien
terpasang oksigen NRM
10liter/menit
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Poltekkes Kemenkes Padang
15. Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan eksudat
dalam jalan alveoli
S: pasien mengatakan
dahaknya susah keluar
O: pasien tampak batuk
berdahak, pasien tampak
memaksakan batuk,
batuk produktif
berwarna kuning
kecoklatan
A: masalah belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
FORMAT DOKUMENTASI
ASUHANKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
3. PENGUMPULAN DATA
e. Identifikasiklien
10) Nama :Ny. D
11) Tempat/tgllahir : Pesisir, 01 januari 1962
12) Jeniskelamin : Perempuan
13) Status kawin : Kawin
14) Agama : Islam
15) Pendidikan : SMP
16) Pekerjaan : Ibu rumah tangga
17) Alamat :Limau Asam Pasar Baru Bayang Kab. Pesisir
Selatan
18) Diagnose medis : TB paru DO
f. Identifikasipenanggungjawab
Poltekkes Kemenkes Padang
5) Nama : Ny.T
6) Pekerjaan : Ibu rumah tangga
7) Alamat :Limau Asam Pasar Baru Bayang Kab. Pesisir
Selatan
8) Hubungan : Adik kandung
g. Riwayatkesehatan :
4) Riwayatkesehatansekarang
c) Keluhanutama :
Pasien masuk melalui Poliklinik RSUP Dr. M.Djamil Padang pada
hari rabu tanggal 17 Mei 2017 pukul 12.30 WIB, dengan kesadaran
kompos mentis kooperatif, keadaan umum lemah, disertai dengan
keluhan utama pasien batuk berdarah, pasien sesak nafas, dan nyeri
pada dada, TD: 100/70 mmHg, HR: 98 x/menit, RR: 24 x/menit,
Suhu: 37,1 oC.
d) Keluhansaatdikaji (PQRST) :
Saat dilakukan pengkajian pada hari sabtu, tanggal 20 Mei 2017
harirawatanke 4, dengan kesadaran kompos mentis kooperatif,
keadaan umum sedang, pasien mengeluh sesak nafas, nyeri dada,
batuk produktif masih terdapat bercak darah, makan pasien habis ¼
porsi, keringat malam dan susah tidur. TD: 110/70 mmHg, HR:
73x/menit, RR: 26 x/menit, suhu: 36,8oC. Pasien terpasang oksigen
nasal kanul 3 liter/menit.
5) Riwayatkesehatandahulu
Keluarga mengatakan pasien pernah minum OAT tahun 2016 selama 4
bulan dan dihentikan sendiri oleh pasien.Keluarga mengatakan pasien
belum pernah dirawat di RS.Hipertensi (-), DM (+).
Poltekkes Kemenkes Padang
6) Riwayatkesehatankeluarga
Keluarga mengatakan pasien pernah minum OAT tahun 2016 selama 4
bulan dan dihentikan sendiri oleh pasien.Keluarga mengatakan pasien
belum pernah dirawat di RS.Hipertensi (-), DM (+).
h. Polaaktivitassehari-hari (ADL)
5) Polanutrisi
Makan
- Sehat : Pasien mengatakan saat sehat makan 3x sehari dengan nasi,
lauk, sayur dengan porsi sedang dan
- Sakit: pasien diberi makanan biasa Diit DM tipe II, pasien
menghabiskan ¼ porsi makanan saja,
Minum
- Sehat : minum air putih 8-10 gelas perhari,
- Sakit : minum air putih sebanyak 8 gelas sehari.
6) Polaeliminasi
- Sehat: BAK pasien lancar lebih kurang 7x sehari, pasien BAB
lancar.
- Sakit: pasien BAK lebih kurang 4x sehari, dan BAB 1x 2 hari
dengan konsintensi lembek.
7) Polatidurdanistirahat
- Sehat: pasien tidur 8-9 jam perhari, siang 2 jam perhari dan malam
6-7 jam perhari, kualitas tidur baik.
- Sakit: pasien tidur 11 jam perhari, siang 3 jam perhari dan malam 8
jam perhari, pasien sering mengeluh berkeringkat pada malam hari.
8) Polaaktifitasdanlatihan
- Sehat: Saat sehat keluarga mengatakan pasien seorang ibu rumah
tangga, pasien dapat melakukan kegiatan serta aktivitas sendiri,
Poltekkes Kemenkes Padang
- Sakit: ADL pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
i. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum :Compos Mentis Cooperatif
b) Tekanan Darah : 110/70 mmHg
c) Nadi : 73 x/menit
d) Pernafasan : 26 x/menit
e) Suhu : 36,8oC
Pemeriksaanhead to toe
k) Kepala :tampak simetris
l) Wajah : tampak pucat
m) Mata : konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik
n) Hidung: tampak simetrisdan tidak ada pernapasan cuping hidung
o) Telinga: simetris kiri kanan
p) Mulut&gigi: mukosa bibir kering dan tidak terdapat karies gigi
q) Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening dan tiroid
r) Dada/ Thorax
Paru-paru
Inspeksi : dinding dada tampak simetris
Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : terdengar bunyi bronkovesikuler, ronkhi (+)
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari RIC 5
Perkusi : pekak
Auskultasi : irama jantung terdengar beraturan
s) Abdomen : tidak tampak adanya pembengkakan dan tidak ada
nyeri tekan, bising usus (+) 15x/menit
Poltekkes Kemenkes Padang
t) Ektemitas
Atas : edema (-), akral hangat, CRT < 2 detik
Bawah : edema (-), akral hangat, CRT < 2 detik
Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
5. Data Psikologis
f) Status Emosional
Emosional pasien tampak stabil
g) Kecemasan
Pasien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya saat ini
h) Pola Koping
Pola koping pasien tampak cukup baik
i) Gaya komunikasi
Pasien tampak berkomunikasi dengan baik
j) Spiritual
Pasien beragama islam, untuk aktivitas beribadah pasien perlu dibantu
oleh keluarga
6. Data Penunjang
Tanggal 22 Mei 2017
Gula darah puasa= 560 mg/dl, (70-126 mg/dl)
gula darah 2 jam PP= 637 mg/dl, (<200 mg/dl)
ureum darah= 29 mg/dl, (10.0-50.0 mg/dl)
kreatinin darah= 1.0 mg/dl, (0.6-1.1 mg/dl)
total protein= 8.2 g/dl, (6.6-8.7 g/dl)
Albumin= 3.6 g/dl, (3.8-5.0 g/dl)
Globulin= 4.6 g/dl, (1.3-2.7 g/dl)
Hb= 11.5 g/dl, (14-18 g/dl)
Leukosit= 10.440 mg/dl, (5000-10.000 /mm3)
Trombosit= 481.000 g/dl(150.000-400.000 /mm3)
Pada pemeriksaan radiologi paru didapatkan hasil bahwa terdapat fibro
infiltrat pada kedua paru, kesan : TB Paru
7. Terapi dan pengobatan
Terapi pengobatan pada Ny.D diberikan
- cairan NaCl 12jam/kolf,
- Ranitidin 2x1,
- Dexametason 3x2,
- Combivent 3x1,
Poltekkes Kemenkes Padang
- terapi OAT R/H/Z/E=400/350/950/600mg/dl
4. ANALISA DATA
Data Masalah Etiologi
7. DS: Pasien mengeluh
batuk berdahak dan
sulit mengeluarkan
dahak
DO: pasien tampak
batuk produktif, sekret
berwarna putih
kekuningan bercampur
dengan darah, RR:
26x/menit, pasien
tampak sesak nafas.
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Eksudat dalam jalan
alveoli
8. DS : Pasien
mengatakan nafas
terasa sesak
DO : KU= Lemah,
Pasien tampak sesak,
TD=110/70mmHg,
nadi = 73 x/menit,
Pernapasan=
26x/menit,
Suhu=36,8oC, pasien
terpasang O2
3liter/menit
Ketidakefektifan Pola
Nafas
hiperventilasi
9. DS : pasien
mengatakan tidak
nafsu makan, makanan
terasa tidak enak
DO : pasien tampak
pucat, makanan habis
¼ porsi, pasien tampak
lemah, konjungtiva
anemis, Hb: 11.5 g/dl
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Intake nutrisi tidak
adekuat
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Poltekkes Kemenkes Padang
DiagnosaKeperawatan Ditemukanmasalah Dipecahkan
Tgl Paraf Tgl Paraf
1. Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan
dengan eksudat dalam
jalan alveoli
2. Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan
hiperventilasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat
H. PERENCANAAN KEPERAWATAN
N
oDiagnosaKeperawatan NOC NIC
1. Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan
dengan eksudat dalam jalan
alveoli
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapakan status
pernafasan :
pertukaran gas
dengan kriteria
hasil :
i) Tekanan parsal
oksigen di darah
arteri (PaO2) tidak
ada deviasi dari
kisaran normal
j) Tekanan parsial
karbondioksisa di
darah arteri
(PaCO2) tidak ada
deviasi dari kisaran
normal
Manajemen jalan
nafas
q) Bersihkan jalan
nafas dengan
teknik chin lift
atau jaw thrust
sebagai mana
mestinya
r) Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
s) Identifikasi
kebutuhan
aktual/potensial
pasien untuk
memasukkan alat
Poltekkes Kemenkes Padang
k) Saturasi oksigen
tidak ada deviasi
dari kisaran normal
l) Keseimbangan
ventilasi dan
perfusi tidak ada
deviasi dari kisaran
normal
Tanda-tanda vital
dengan kriteria hasil :
m) Suhu tubuh tidak
ada deviasi dari
kisaran normal
n) Denyut nadi radial
tidak ada deviasi
dari kisaran normal
o) Tingkat pernafasan
tidak ada deviasi
dari kisaran normal
p) Irama pernafasan
tidak ada deviasi
dari kisaran normal
q) Tekanan darah
sistolik tidak ada
deviasi dari kisaran
normal
r) Tekanan darah
diastolik tidak ada
deviasi dari kisaran
normal
membuka jalan
nafas
t) Lakukan
fisioterapi dada
sebagai mana
mestinya
u) Buang secret
dengan
memotivasi
pasien untuk
melakukan batuk
atau menyedot
lender
v) Instruksikan
bagaimana agar
bias melakukan
batuk efektif
w) Auskultasi suara
nafas
x) Posisikan untuk
meringankan
sesak nafas
Monitor pernafasan
q) Monitor
kecepatan, irama,
kedalaman dan
kesulitan
bernafas
r) Catat pergerakan
dada, catat
Poltekkes Kemenkes Padang
ketidaksimetrisan
, penggunaan otot
bantu pernafasan
dan retraksi otot
s) Monitor suara
nafas tambahan
t) Monitor pola
nafas
u) Auskultasi suara
nafas, catat area
dimana terjadi
penurunan atau
tidak adanya
ventilasi dan
keberadaan suara
nafas tambahan
v) Kaji perlunya
penyedotan pada
jalan nafas
dengan auskultasi
suara nafas ronki
di paru
w) Monitor
kemampuan
batuk efektif
pasien
Berikan bantuan
terapi nafas jika
diperlukan (misalnya
nebulizer)
Poltekkes Kemenkes Padang
2. Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan
hiperventilasi
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan status
pernafasan : ventilasi
dengan kriteria
hasil :
i) Frekuensi
pernafasan tidak
ada deviasi dari
kisaran normal
j) Irama pernafasan
tidak ada deviasi
dari kisaran normal
k) Suara perkusi nafas
tidak ada deviasi
dari kisaran normal
l) Kapasitas vital
tidak ada deviasi
dari dari kisaran
normal
Manajemen jalan
nafas
q) Bersihkan jalan
nafas dengan
teknik chin lift
atau jaw thrust
sebagai mana
mestinya
r) Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
s) Identifikasi
kebutuhan
aktual/potensial
pasien untuk
memasukkan alat
membuka jalan
nafas
t) Lakukan
fisioterapi dada
sebagai mana
mestinya
u) Buang secret
dengan
memotivasi
pasien untuk
melakukan batuk
atau menyedot
lender
Poltekkes Kemenkes Padang
v) Instruksikan
bagaimana agar
bias melakukan
batuk efektif
w) Auskultasi suara
nafas
x) Posisikan untuk
meringankan
sesak nafas
Terapi oksigen
o) Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
p) Siapkan
peralatan oksigen
dan berikan
melalui system
humidifier
q) Berikan oksigen
tambahan seperti
yang
diperintahkan
r) Monitor aliran
oksigen
s) Monitor
efektifitas terapi
oksigen
t) Amati tanda-
tanda
hipoventialsi
Poltekkes Kemenkes Padang
induksi oksigen
u) Konsultasi
dengan tenaga
kesehatan lain
mengenai
penggunaan
oksigen
tambahan selama
kegiatan dan atau
tidur
3. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat
Nafsu makan
Kriteria Hasil :
a) Hasrat/keinginan
untuk makan
meningkat
b) Energi untuk makan
meningkat
c) Intake makanan
adekuat
d) Intake nutrisi
adekuat
e) Intake cairan
adekuat
Manajemen nutrisi
a) Tentukan status
gizi pasien dan
kemampuan
pasien untuk
memenuhi
kebutuhan gizi
b) Identifikasi
adanya alergi
atau intoleransi
makanan yang
dimiliki pasien
c) Instruksikan
pasien mengenai
kebutuhan nutrisi
(diet)
d) Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang diet yang
dibutuhkan
e) Ciptakan
lingkungan yang
optimal pada saat
mengkonsumsi
makan ( misalnya
: bersih, santai,
dan bebas dari
bau yang
Poltekkes Kemenkes Padang
menyegat)
f) Lakukan dan
bantu pasien
terkait perawatan
mulut sebelum
makan
g) Anjurkan pasien
untuk duduk
pada posisi tegak
saat makan jika
memungkinkan
h) Monitor kalori
dan asupan
makanan
i) Monitor
kecendrungan
penurunan berat
badan
I. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No DiagnosaKeperawatan TindakanKeperawatan Paraf
1. ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan
eksudat jalan nafas alveoli
- posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
- monitor pernafasan pasien
- monitor keefektifan pasien
dalam batuk efektif.
2. ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan
hiperventilasi
- memposisikan pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
- auskultasi suara nafas
pasien
- mengajarkan cara batuk
efektif
- mengajarkan tekhnik nafas
dalam
Poltekkes Kemenkes Padang
3. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake
nutrisi tidak adekuat
- mengidentifikasi adanya
alergi atau intoleransi
makanan
- kolaborasi dengan ahli gizi
tentang diet yang dilakukan
- monitor kecenderungan
berat badan
J. EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl DiagnosaKeperawatan EvaluasiKeperawatan Paraf
20/
5
16. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
berhubungan dengan eksudat
dalam jalan alveoli
S: pasien mengatakan
dahaknya susah keluar
O: pasien tampak batuk
berdahak, pasien tampak
memaksakan batuk, batuk
produktif, pasien tidak
mampu batuk efektif
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
17. ketidakefektifan pola
nafas berhubungan dengan
hiperventilasi
S: pasien mengatakan
nafas masih terasa sesak
O: pasien tampak sesak,
RR: 26x/menit, pasien
terpasang oksigen 3
liter/menit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
18. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat
S: pasien mengatakan
tidak nafsu makan
O: pasien tampak lemah,
pucat, pasien
Poltekkes Kemenkes Padang
menghabiskan makan ¼
porsi
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
21/
5
19. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
berhubungan dengan eksudat
dalam jalan alveoli
S: pasien mengatakan
dahaknya susah keluar
O: pasien tampak batuk
berdahak, pasien tampak
memaksakan batuk, batuk
produktif, pasien tidak
mampu batuk efektif
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
20. ketidakefektifan pola
nafas berhubungan dengan
hiperventilasi
S: pasien mengatakan
nafas masih terasa sesak
O: pasien tampak sesak,
RR: 24x/menit, pasien
terpasang oksigen
3liter/menit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
21. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat
S: pasien mengatakan
masih tidak nafsu makan
O: pasien tampak lemah,
pucat, pasien
menghabiskan makan ¼
porsi
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
22/
5
22. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
S: pasien mengatakan
dahaknya sudah berkurang
Poltekkes Kemenkes Padang
berhubungan dengan eksudat
dalam jalan alveoli
O: pasien tampak mampu
dalam batuk efektif,
pasien tampak
mengeluarkan sekret
dengan baik
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
23. ketidakefektifan pola
nafas berhubungan dengan
hiperventilasi
S: pasien mengatakan
sudah tidak merasakan
sesak
O: pasien tampak sesak,
RR: 21x/menit,
A :masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
24. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat
S: pasien mengatakan
nafsu makan mulai ada
O: pasien tampak
menghabiskan
makanannya dengan
lahap, pasien
menghabiskan makan ½
porsi
A: masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
23/
5
25. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat
S: pasien mengatakan
nafsu makan mulai ada
O: pasien tampak
menghabiskan
makanannya dengan
lahap, pasien
Poltekkes Kemenkes Padang
menghabiskan makan ½
lebih porsi.
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang