94
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma Keperawatan NUR FITRIYANI A01401935 STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TAHUN AKADEMIK 2016/2017

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH

KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS PADA

PASIEN STROKE HEMORAGIK DI RUANG

INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD

Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk

Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma Keperawatan

NUR FITRIYANI

A01401935

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK

2016/2017

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

ii

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH

KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS PADA

PASIEN STROKE HEMORAGIK DI RUANG

INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD

Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk

Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma Keperawatan

NUR FITRIYANI

A01401935

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK

2016/2017

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

iii

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

iv

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

v

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya serta kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Masalah

Ketidaefektifan bersihan jalan napas Pada Pasien Stroke Hemoragik Di Ruang

Intensive Care Unit (ICU) RSUD Dr. Soedirman Kebumen”. Meskipun banyak

hambatan dalam proses pengerjaannya, tapi penulis berhasil menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini tepat pada waktunya.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh derajat diploma keperawatan pada program studi keperawatan Stikes

Muhammadiyah Gombong. Penyusunan karya tulis ilmiah ini dilakukan dengan

suatu prosedur terstruktur dan terencana. Proses penulisan karya tulis ilmiah

sedikit memenuhi beberapa kesulitan dan hambatan, namun kesulitan dan

hambatan itu Alhamdulillah dapat diatasi berkat adanya bimbingan, niat dan

kemauan dari penyusun sendiri. Penulis menyadari akan keterbatasan karya tulis

ilmiah ini, namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya

proses penyusunan ini dapat terselesaikan, oleh sebab itu penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada :

1. Teristimewa untuk Bapak Dalio dan Ibu Roisah selaku orang tua penulis,

Wahyu Setyawan dan Etik Dwi Setyaningrum selaku kakak penulis serta

seluruh anggota keluarga yang telah memberikan dorongan, baik berupa

moril maupun materil serta doa yang tidak henti – hentinya kepada penulis

dalam mencapai cita – citanya.

2. Ibu Herniyatun, M. Kep, Sp. Mat selaku ketua Stikes Muhammadiyah

Gombong yang memberikan kesempatan penulis dapat menempuh studi di

Stikes Muhammadiyah Gombong.

3. Ibu Isma Yuniar., M.Kep.Ns selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan karya

tulis ilmiah ini sampai menjadi lebih baik.

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

vii

4. Bapak Hendri Tamara Yudha, S. Kep. Ns, M.Kep selaku penguji I yang

telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan karya tulis ilmiah

ini sampai menjadi lebih baik.

5. Terima kasih kepada teman – teman seperjuangan Prodi DIII Keperawatan

yang selalu memberikan semangat dan masukkan kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini sepenuhnya

masih jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan

dari berbagai pihak, demi mengejar kesempurnaan yang tidak ada batasnya. Akhir

kata penulis mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan yang diberikan dari

semua pihak kepada peneliti.

Kebumen, Juli 2017

Penulis

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

viii

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

Karya Tulis ilmiah, Juli 2013

Nur Fitriyani1)

, Isma Yuniar .M, Kep. Ns2)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. K DENGAN MASALAH

KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS

DIRUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD. Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

ABSTRAK

Pendahuluan : Masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah

penderita stroke di Indonesia menduduki urutan pertama di Asia. Di asia khususnya

Indonesia kasus stroke menduduki peringkat pertama, setiap tahun diperkirakan 500 ribu

orang mengalami stroke. Penderita stroke mayoritas mengalami penurunan kesadaran

umumnya mengalami gangguan pernapasan dan gangguan sirkulasi, sehingga akan

mengalami masalah tentang bersihan jalan napas karena akumulasi sekret.

Penanganannya adalah dengan melakukan tindakan penghisapan lendir

(suction).Tujuan:Menganalisis asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien stroke

hemoragik dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas di

Intensive care Unit RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN. Hasil : Masalah yang muncul

dalam asuhan keperawatan yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan

dengan akumulasi sekret dan ketidakefektifan perfusu jaringan serebral berhubungan

dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan lendir /

suction. Evaluasi :Evaluasi dari hasil implementasi yang dilakukan penulis oleh dua

pasienyaitu Tn. K dan Tn. M yaitu pada Tn. K pada tanggal 8 Juli 2017 pukul 14.00 wib

dengan hasil data subyektif tidak terkaji dan data objektif dengan hasil pasien nampak

sesak, terdengar adanya suara napas tambahan, analisa masalah belum teratasi dan pada

Tn. M tanggal 16 Juli 2017 pukul 14.00 wib dengan hasil data subyektif tidak terkaji dan

data objektif dengan hasil sesak berkurang, masih sedikit terdengar suara napas

tambahan, analisa masalah belum teratasi.

Kata Kunci : suction, stroke hemoragik, asuhan keperawatan

1. Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Gombong

2. Dosen STIKes Muhammadiyah Gombong

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

ix

DIII PROGRAM OF NURSING DEPARTMENT

MUHAMMADIYAH HEALTH SCIENCE INSTITUTE OF GOMBONG

Scientific Paper, July 2017

Nur Fitriyani1)

, Isma Yuniar, M. Kep. Ns2)

THE NURSING CARE FOR MR. K HAVING INEFFECTIVE AIRWAY

CLEARANCE IN INTENSIVE CARE UNIT (ICU) OF

DR. SOEDIRMAN HOSPITAL OF KEBUMEN

ABSTRACT

Background: Stroke is an increasingly health problem since the stroke patient of

Indonesia is on the first rank in Asia. Stroke patient usually has consciousness decrease

and respiratory circulation disturbance. These will cause problemsin airway clearance

because of accumulation of secretion. Thesecretioncan be handled by performing mucus

suction.

Objective: To analyze the nursing care forstroke patients, escpecially hemorrhagic stroke

patient with ineffective airway clearance problems in Intensive Care Unit (ICU) of dr.

Soedirman of Kebumen.

Method:This scientific paper is an analytical descriptive with a case study. Data were

obtained through interview, direct observation, physical examination, and documentation

study. The subject was Mr. K, a hemorrhagic stroke patient.

Result:After having nursing care, the airway clearance of the patient was not totally

solvable because there were still shortness of breath and additional breath sound.

Keywords:Hemorrhagic stroke, airway clearance, nursing care, suction

1. Student Muhammadiyah Helath Science Institute Of Gombong

2. Lecturer Muhammadiyah Helath Science Institute Of Gombong

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii

LEMBAR KEASLIAN TULISAN ............................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

ABSTRAK ..................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5

C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 5

D. Manfaat Penulisan ............................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7

A. Stroke Hemoragik ............................................................................... 7

1. Pengertian ...................................................................................... 7

2. Klasifikasi ..................................................................................... 8

3. Etiologi .......................................................................................... 10

4. Manifestasi Klinis ......................................................................... 11

5. Faktor Resiko ................................................................................ 13

6. Komplikasi .................................................................................... 14

7. Penatalaksanaan Medis ................................................................. 14

8. Patofisiologis ................................................................................. 16

B. Asuhan Keperawatan Dalam Ketidakefektifan Berihan Jalan Napas . 18

1. Pengkajian ..................................................................................... 18

2. Diagnosa ....................................................................................... 24

3. Perencanaan ................................................................................... 25

4. Pelaksanaan ................................................................................... 30

5. Evaluasi ......................................................................................... 30

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

xi

C. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas ............................................... 30

1. Definisi .......................................................................................... 30

2. Penanganan ................................................................................... 31

3. Suction ........................................................................................... 34

BAB III METODE STUDI KASUS ............................................................. 39

1. Jenis / Desain / Rancangan Studi Kasus Karya Tulis ................... 39

2. Subyek studi kasus ....................................................................... 39

3. Fokus studi kasus ......................................................................... 40

4. Definisi operasional ...................................................................... 40

5. Instrumen studi kasus ................................................................... 41

6. Metode pengumpulan data ........................................................... 42

7. Lokasi dan waktu studi kasus ....................................................... 43

8. Analisa data dan penyajian data ................................................... 43

9. Etika studi kasus ........................................................................... 44

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN ............................ 47

A. Hasil Studi Kasus ................................................................................ 47

1. Asuhan Keperawatan pada Tn. K .................................................. 47

2. Asuhan Keperawatan pada Tn. M ................................................. 54

B. Pembahasan ......................................................................................... 62

C. Keterbatasan Studi Kasus .................................................................... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 72

A. Kesimpulan ......................................................................................... 72

B. Saran .................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini

sedang mengalami masa peralihan, dari masyarakat agraris menjadi negara

industri. Indonesia juga menghadapi dampak perubahan tersebut dalam

bidang kesehatan. Penyakit tidak menular (PMT) merupakan penyakit kronis.

Empat jenis PMT utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

(penyakit jantung koroner), stroke (cerebrovascular disease), kanker, dan

penyakit pernapasan kronik (asma dan PPOK), dan diabetes (Riset

Kesehatan, 2013).

Cerebrovascular Disease (CVD) atau stroke adalah penyakit yang

menyerang otak yaitu berupa gangguan fungsi saraf lokal dan/global,

munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi saraf pada

stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik :

Gangguan saraf tersebut menimbulkan gejala antara lain : kelumpuhan wajah

atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), mungkin

penurunan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain – lain.

Menurut WHO (2015), kasus stroke di seluruh dunia diperkirakan

mencapai 50 juta jiwa, dan 9 juta diantaranya menderita kecacatan berat, yang

lebih memprihatinkan lagi 10 persen diantaranya mereka yang terserang

stroke mengalami kematian. Tingginya angka kejadian stroke bukan hanya

dinegara maju saja, tetapi juga menyerang negara berkembang seperti

Indonesia karena perubahan tingkah laku dan pola hidup masyarakat.Berbagai

fakta data di Rumah Sakit Umum (RSUD) Raden Matther Jambi

menunjukkan bahwa sampai saat ini, stroke masih merupakan masalah utama

dibidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Di Asia khususnya

Indonesia kasus stroke menduduki peringkat pertama, setiap tahun

diperkirakan 500 ribu orang mengalami serangan stroke. Sekitar 28.5% Klien

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

2

dengan penyakit stroke di Indonesia meninggal dunia dan diperkirakan tahun

2020 penyakit jantung dan stroke menjadi penyebab utama kematian didunia

(Yayasan Stroke Indonesia, 2010). Berdasarkan data yang berhasil

dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia, masalah stroke semakin penting

dan mendesak karena kini jumlah penderita stroke di Indonesia menduduki

urutan pertama di Asia (Yastroki, 2012).

Didalam data rumah sakit menunjukkan bahwa stroke merupakan

penyakitpenyebab utama kematian. Pada tahun 2030 diperkirakan 23,6 juta

orang akan meninggal akibat penyakit jantung dan stroke. Menurut SP2RS

(Sistem Pencatatan dan Pelaporan Rumah Sakit), stroke termasuk dalam 10

peringkat utama penyakit sistem sirkulasi darah rumah sakit di Indonesia. Di

Makasar, data statistik menunjukkan terdapat kecenderungan meningkatnya

jumlah penderita stroke. Dari dua rumah sakit pendidikan (RS umum dan RS

pelamonia)kasus stroke menempati 40% dari semua pasien rawat inap di UPF

Penyakit Saraf, dimana dalam dua tahun terjadi peningkatan sebesar 126

penderita baru (Bustan, 2011).

Stroke hemoragik adalah kondisi medis yang ditandai dengan pecahnya

satu atau lebih pembuluh darah didalam otak. Darah keluar melalui pembuluh

darah yang pecah disekeliling jaringan otak, akumulasi dan menekan jaringan

otak disekitarnya. Terbentuknya gumpalan darah juga dapat menghentikan

suplai darah ke jaringan otak lainnya. Terdapat dua tipe stroke hemoragik dari

lokasi dimana pembuluh darah tersebut pecah yaitu troke intraserebral dan

subarakhnoid (Ikawati, 2011).

Penderita stroke mayoritas mengalami penurunan kesadaran umumnya

mengalami gangguan jalan napas dan gangguan sirkulasi. Pada penderita

stroke dengan penurunan kesadaran akan mengalami masalah tentang

bersihan jalan napas karena akumulasi sekret. Dimana saat mukus menutup

sebagian saluran napas maka terjadi penurunan tidal volume yang berdampak

pada penurunan saturasi oksigen, sehingga tubuh melakukan kompensasi

dengan peningkatan frekuensi pernapasan dan peningkatan denyut jantung

(Potter & Perry, 2010). Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien dengan

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

3

kondisi tersebut yaitu dengan pemberian oksigen (Hudak & Gallo,

2010).Pemenuhan kebutuhan oksigen ditunjukan untuk menjaga

kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan kehidupannya dan

melakukan aktivitas bagi berbagai organ dan sel. Adanya kekurangan oksigen

ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat

menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan

(Anggraini & Hafifah, 2014).

Keadaan tersubut akan muncul masalah bersihan jalan napas dalam

diagnosa keperawatan yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan ketidakmampuan dalam

membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk menjaga

bersihan jalan nafas (Nanda, 2013).

Dikatakan penderita mengalami ketidakefektifan bersihan jalan napas

yaitu dyspnea, orthopnea, sianosis, kelainan suara napas seperti rales,

wheezing, kesulitan berbicara, gelisah, perubahan frekuensi dan irama napas,

produksi sputum, dan batuk tidak efektif atau tidak ada. Pengeluaran dahak

yang tidak lancar akibat ketidakefektifan jalan nafas adalah penderita

mengalami kesulitan bernafas dan gangguan pertukaran gas di dalam paru

paru yang mengakibatkan timbulnya sianosis, kelelahan, apatis serta merasa

lemah. Dalam tahap selanjutnya akan mengalami penyempitan jalan nafas

sehingga terjadi perlengketan jalan nafas dan terjadi obstruksi jalan nafas.

Untuk itu perlu bantuan untuk mengeluarkan dahak yang lengket sehingga

dapat bersihan jalan nafas kembali efektif (Nugroho, 2011). Obsuksi jalan

napas merupakan kondisi yang tidak normal akibat ketidakmampuan batuk

secara efektif, dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebih akibat

penyakit infeksi, imobilisasi, statis sekresi, dan batuk tidak efektif karena

penyakit persyarafan seperti cerebrovaskular accident (CVA).

Penanganan untuk ketidaefektifan bersihan jalan napas akibat

akumulasi sekresi adalah dengan melakukan tindakan penghisapan lendir

(suction) dengan memasukkan selang kateter suction melalui

hidung/mulut/Endotrakheal Tube (ET) yang bertujuan untuk membebaskan

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

4

jalan napas, mengurangi retensi sputum dan mencegah infeksi paru. Secara

umum, pasien yang terpasang ETT memiliki respon tubuh yang tidak baik

sehingga sangat diperlukan tindakan penghisapan lendir (suction).

Kurt (2007) menyatakan dalam jurnalnya yang berjudul “Emergent

Endotracheal Intubation and Mortality in Traumatic Brain Injury” bahwa

penggunaan endotrakhea intubasi pada pasien dapat memperpanjang

kehidupan. Kemudian penulis juga melakukan suction dengan tujuan untuk

membersihkan sekret maupun saliva yang menumpuk pada jalan nafas, agar

oksigen masuk dengan bebas.

Menurut Wiyoto (2010), apabila tindakan suction tidak dilakukan pada

pasien dengan gangguan bersihan jalan nafas maka pasien tersebut akan

mengalami kekuarangan suplai oksigen (hipoksemia), dan apabila suplai

oksigen tidak terpenuhi dalam waktu 4 menit maka dapat menyebabkan

kerusakan otak yang permanen. Cara yang mudah untuk mengetahui

hipoksemia adalah dengan pemantauan kadar saturasi oksigen (SpO2) yang

dapat mengukur seberapa banyak presentasi oksigen yang mampu dibawa

oleh hemoglobin.

Berdasarkan rekap data RSUP Persahabatan, khususnya ruang rawat

melati atas Mei – Juni 2014 ditemukan banyak 16 kasus, yang hampir 90%

mengalami stroke hemoragik dan pasien mengalami ketidakefektifan bersihan

jalan napas dan hampir 100% pasien dilakukan penghisapan lendir.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengangkat kasus stroke ini

dikarenakan melihat dari penderita stroke yang mengalami peningkatan setiap

tahunnya dan tergolong penyakit yang beresiko tinggi. Selain itu, dalam

menangani masalah pasien dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan

napas diperlukan peran perawat untuk menjaga kebersihan jalan napas.

Berdasarkan alasan tersebut penulis mengangkat kasus tentang perawatan

pasien dengan stroke sebagai bahan karya tulis ilmiah dengan judul “ Asuhan

Keperawatan Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Pasien

Stroke Hemoragik Di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Dr. Soedirman

Kebumen”.

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

5

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat

disusun rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah gambaran asuhan

keperawatan dalam masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan

napas pada pasien stroke hemoragik?”.

C. Tujuan Studi Kasus

a. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan pasien dengan masalah

keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien stroke

hemoragik.

b. Tujuan Khusus

1. Mendiskripsikan pengkajian dengan masalah bersihan jalan napas

pada pasien stroke hemoragik.

2. Mendiskripsikan diagnosa keperawatan dengan masalah bersihan

jalan napas pada pasien stroke hemoragik.

3. Mendiskripsikan tindakan keperawatan dengan bersihan jalan napas

pada pasien stroke hemoragik.

4. Menggambarkan asuhan keperawatan masalah ketidakefektifan

bersihan jalan napas.

5. Menggambarkan proses peningkatan bersihan jalan napas

menggunakan suction.

6. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan dengan ketidakefektifan

bersihan jalan napas menggunakan suction.

D. Manfaat Studi Kasus

Karya Tulis ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Masyarakat

Masyarakat dapat merawat penderita stroke dan meningkatkan

pengetahuan tentang gangguan bersihan jalan napas terutama pada pasien

stroke hemoragik.

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

6

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

dalam bersihan jalan napas pada pasien stroke hemoragik.

3. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,

khususnya studi kasus tentang pelaksanaan bersihan jalan napas.

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2011). Gejala, Penyenan, dan Akibat Stroke.[Online]. [Cited 2013 Oct

27] ; [1 sreen]. Avaible from : URL :

www.merkmanual.com/home/seco6/ch086d.html.

Battcaca, B. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan Sitem

Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Berman, A, Synder, S, dan Kozier, B. (2010). Buku Ajar Praktik Keperawatan

Klinis (5th

ed). Jakarta : PT. EGC.

Bustan, MN. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka

Cipta.

Buston, M. (2011). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rinek.

Dapertemen Kesehatan RI (Depkes RI). (2008). Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2007. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengem-bangan

Kesehatan.

Doenges, Moorhose, dan Murr. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman

untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien (3th

ed).

Karisa dan Sumawarti. (2013) (Alih Bahasa).

Garner, Anne & Yogen Amin. Publish online : 2012. The Management of

neuromuscular respiratory failure : A review. Vol. 2. University College

London Hospitals, 394 – 398.

Global Rights, Elsevier. (2013). Nursing Outcames Classification (NOC). (5th

ed.). United Kingdom : CV. Mocomedia.

Hahn. 2010. 10 consideration for Endotracheal Suctioning. Rtmaga=ine.com

melalui http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/19.Diakses pada

tanggal 1/2./2013.

Herdman, T. Heather. (2012). NANDA International DIAGNOSA

KEPERAWATAN Definisi dan Klasifikasi 2012 – 2014. Buku Kedokteran :

EGC.

Herdman, T. Heather. (2015). NANDA International Inc. Nursing Diagnoses :

Definitions & Classification 2015 – 2017 (10th

ed). Buku Kedokteran :

EGC.

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Hockbenberry, M dan Wilson, David. (2013). Wongs Essentials of Pediatric

Nursing (9th

ed). St.lovis Missouri : Elsevier Mosby.

Hudak, C. M. & Gallo, B. M. (2010). Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik,

Vol. 1. Allenidekania, Betty Susanto, Teresa, Yasminn, & monica Ester

(Ahli Bahasa). Jakarta : PT. EGC.

Ikawati, Z. (2011). Penyakit Sistem Terapi dan Tatalaksana Terapinya.

Yogyakarta : Bursa Ilmu

Israr, Yayan A. Stroke. [Online]. 2008 [Cited 2013 Oct 27]; [1 sreen]. Avaible

from :URL :http://yayanakhrar.files.wordpress.com/2009/01/case-s-t-r-o-

k-e.pdf.

Junaidi, I. (2011). Stroke Waspadai Ancamanya. Yogyakarta : CV. Andi.

Kozier dan Erb. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis (5th

ed). Eny

Maliya, Esti Wahyuningsih, Devi Yulianti (Ahli Bahasa). Jakarta : PT.

EGC.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2011). Buku Ajar Findamental

Keperawatan, Konsep Proses dan Praktik. Jakarta : PT. EGC

Kurt. R, Donninghoff. (2007). Emmegent Endotrcheal Intubation and Mortality In

Traumatic Brain Injur. Jurnal Emergency Media. 184 – 189.

Lynda Juall, Carpenito. (2008). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta :

EGC.

Maggiore, S.M. et al,. (2013). Decreasing the Adverse Effect of Endotracheal

Suctioning During Mechanical Ventilation by Changing Practice.

Continuing Respiratory Care Education, Vol 58, 1588-1597.

Medical Record RSUD AWS. (2016). 10 Besar Penyakit, diperoleh dari

http://rsudaws.com/10-besar.html, diunduh tanggal 30 juni 2016

Moleong, Lexy. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.

Remaja Rosda Karya.

Muttaqin, A. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Persayarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika

Nasisi, Denise, (2010). Hemoragic Stroke Emedicine. Medscape, 2010. [diunduh

dari :http://emedicine.medscape.com/artikel/793821-overview].

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

National Institute of Neurological Disorders and Stroke. New tool allows early

predicition of patient’s stroke outcome [intemet]. 2010. [update 2010 May

21; cited 2010 dec 2] Avaible from :

http://www.ninds.nih.gov/news.and.event/news.articles/pressrelease_strok

e. outcome. 063001. html.

Notoatmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT. Rineka

APR.

Notoatmojo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :

Rineka Cipta

Nursalam. (2011). Proses dsn Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika.

Ozden, D & Gorgulu, R. S. (2014). Effect of Open and Close Suction System on

The Haemodynamic Parameters In Cardiac Surgery Patients.Jurnal.

Dipublikasikan. Fakultas Keperawatan Universitas Dokuz. Eylul : Turki

Potter, P.A & Perry, A. G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Buku

3.Edisi : 7. Renata Komalasari, Dian Evriyani, Enie Novieastari, Alfrina

Hany dan Sari Kurnianingsih (Ahli Bahasa). Jakarta : Salemba Medika.

Price, S. A dan Wilson, L. M. (2008). Patofisiologi Konsep Klinis Proses –

Proses Penyakit (6th

ed). Jakarta : EGC.

Pudiastuti, RD. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta : Nuha Medika.

Ratnasari. (2015). Hubungan Penerapan Oksigenasi Pasien Gawat Darurat

Dengan Peningkatan Kesadaran Kuantitatif Pada Pasien Di IGD RSUD

DR Abdoer Rahem Situbondo. Jurnal Keperawatan Rahem Situbondo.

Jurnal Kepwerawatan Fikes UMJ.

Riset Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar, RIS KESDAS. Jakarta :

Balitbang Kemenkes.

Safrizal, Saanin, & Bahtiar. (2013). Hubungan Oxygen Delivery Dengan Outcome

Rawatan Pasien Cedera Kepala Sedang. Padang : Bagian Ilmu Bedah

Fakultas Kedokteran Unand

Schell,H.M & Puntilo, K. A. (2006). Nursing Secrets Series Critical Care Nursing

Secrets. Second Edition. Philadelphina : Mosby Elsevier

Setyopranoto, I. Stroke : Gejala dan Penatalaksanaan. CDK 185/ Vol. 38 no.

4/Mei-Juni 2011.

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Setyopranoto, I. (2011). Stroke : Gejala dan Penatalaksanaan. Artikel Cermin

dunia : Kedokteran 185, vol (38/4) : Mei – Juni p 247 – 250. Diunduh pada

tanggal 24 Juni2014 dari

http://www.kalbe.co.id/foles/cdk/files/05_185strokegejalapenatalaksanaan.

pdf

Smeltzer. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta.

Sudoyo, A. W. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 2 3 (4th

ed).

Internal Publishing. JakartaComprehensive Overview of Nursing theand

interdiscaplinary Care of the AcuteIschemic from The American Heart its

soogton.

Tarwoto dan Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Timby, B. K. (2009). Fundamental Nursing Skill and Concepts. Philadelphia :

Lippincott William & Wilkins.

Weinstock, Doris. (2010). Rujukan cepat di ruang ICU/ CCU. Jakarta : EGC

Whoold Health Organization. (2010). The Top 10 Causa of Death.

http://emedicine.medscape.com/article/196662 - overview. (diakses Juli

2016).

Whoold Health Organization. (2015). Riset Cardiovaskulae Diseases World

Health Organization. Geneva Cited July 15th

2014. Avaibble From URL :

http://www.who.int/cardiovascular_diseases/about_avd/en/accessed on.

Wiyoto. (2010). Hubugan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Prosedur

Suction Dengan Perilaku Dalam Melakukan Tindakan Suction di ICU

Rumah Sakit dr. Kariadi Semarang (Online),

(http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op+read+jtptunimus-

gdl-wiyotog2a2-5560, diakses tanggal 01 November 2013, jam 09.35

WITA).

Yayasan Stroke Indonesia. (2011). Sekilas Tenaga Stroke. Jakarta

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan
Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan
Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan
Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan
Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. K DENGAN MASALAH

KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS PADA

PASIEN STROKE HEMORAGIK DI RUANG INTENSIVE

CARE UNIT (ICU) RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Karya Tulis Imliah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Persyaratan Untuk Menyelesaikan

Program Pendidikan Diploma Keperawatan

NUR FITRIYANI

A01401935

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK

2016/2017

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien

Nama : Tn. K

Temapat, Tanggal lahir : Kebumen, 4 Juli 1940

Umur / Jenis Kelamin : 77 tahun / Laki - laki

Alamat : Lembupurwo, Kebumen

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh

Pendidikan : SD

No. Rekam Medik : 350-296

Tanggal Pengkajian : 6 Juli 2017 pukul 13.00 WIB

Diagnosa Medis : Stroke Hemoragik

2. Identitas Penanggungjawab

Nama : Tn. S

Umur : 51 tahun

Alamat : Lembupurwo, Kebumen

Hubungan dengan pasien : anak kandung

3. Identitas Penanggungjawab

a. Keluhan utama

Pasien nampak sesak dan mengalami penurunan kesadaran.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD Dr. Soedirman Kebumen pada tanggal 5Juli 2017 pukul 21:38

WIB dengan penurunan kesadaran. keluarga mengatakan sebelumnya pasien sempat jatuh

sekitar pukul 09:00 WIB dan pasien beranjak tidur dan tidak sadarkan diri. Pada tanggal 6

Juli 2017 pukul 12:45 WIB pasien dibawa ke ruang ICU. Pada pukul 13:00 WIB dilakukan

pengkajian didapatkan hasil tekanan darah 167/88 mmHg, nadi 167x/menit, RR 38x/menit,

suhu 37.80C, dan SpO2 98%, pasien terpasang mayo ukuran 3, terpasang NRM 10 lpm,

terpasang kateter ukuran 16, dan terpasang NGT. Kesadaran sopor dengan GCS E2M2V1 ,

pasien sesak terdengar suata napas tambahan, bibir sianosis. Pasien sempat kejang, akral

dingin, dan kelumpuhan anggota tubuh bagian kanan. Terpasang infus asering 20 tpm.

c. Riwayat kesehatan dahulu

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Keluarga mengatakan pasien pernah dirawat di RS Depok ±5 tahun yang lalu dengan

keluhan hipertensi. Keluarga mengatakan pasien sering mengeluh nyeri kepala dan berobat

ke puskesmas. Pasien menderita vertigo.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga mengatakan dikeluarganya terdapat riwayat penyakit seperti ini yaitu kak pasien

dan istri pasien. Kakak pasien meninggal ±30 tahun yang lalu dan istri pasien meninggal

sejak ±10 tahun yang lalu. Dikeluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit

menular seperti TBC dan HIV.

e. Genogram

Keterangan :

: Laki – laki : Kawin

: Perempuan : Ikatan Saudara

: Meinggal : Pasien

4. Pola Fungsional Virginia Handerson

a. Pola Napas

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien sering mengeluh nyeri kepala, pasien

tidak mengalami gangguan pernapasan, pasien mengeluh sesak bila

merasa capek.

Saat dikaji : pasien nampak sesak dengan RR 38x/menit, terpasang NRM 10 lpm,

terdengar suara napas tambahan, terdapat sekret disaluran pernapasan.

b. Pola Nutrisi

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien nafsu makan bai, makan 3x sehari

dengan porsi sedang dengan nasi, lauk pauk, dan sayur. Minum 3 – 5

gelas sedang air putih, sering minum kopi 5 gelas sedang sehari, pasien

tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan atau minuman tertentu.

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Saat diakji : Pasien terpasang NGT, pasien dilakukan bilas lambung dan cairan

yang keluar ±300 cc. Cairan berwarna hijau kehitaman.

c. Pola Eliminasi

Sebelum MRS : Kelurarga mengatakan pasien BAB 1 – 2 hari sekali dengan

konsistensi padat, berwarna coklat dan berbau khas. BAK 10 – 12 x/hari

dengan warna kuning pekat dan berbau khas. Pasien tidak ada keluhan

saat BAB dan BAK.

Saat dikaji : Pasien terpasang katetr, urin tertampung ±250cc/6jam, urine berwarna

kuning pekat. Pasien belum BAB sejak 2 hari sebelum masuk rumah

sakit.

d. Pola Istirahat dan Tidur

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien tidur malam pukul 21:00 WIB sampai

03:00 WIB, pasien tidur nyenyak terkadang terbangun karena ingin

BAK. Pasien terkadang sulit tidur. Pasien jaarang tidur siang.

Saat dikaji : Pasien mengalami penurunan kesadaran

e. Pola gerak dan keseimbangan

Sebelum MRS :Keluarga mengatakan pasien dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan

orang lain, pasien berjalan pelan tanpa alat bantu gerak.

Saat dikaji : Pasien mengalami penurunan kesadaran dan mengalami penurunan

kekuatan otot bagian kanan.

f. Rasa aman dan nyaman

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien jarang meggunakan alas kaki saat

melakukan pekerjaan rumah. Keluarga mengatakan takut bila ada benda

yang dapat melukai kaki pasien.

Saat dikaji : Pasien mengalmi penuruann kesadaran dan tempat tidur pasien

terpasang restrain (pelindung tempat tidur).

g. Pola mempertahankan daya suhu tubuh

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien sering menggunakan baju pendek, jika

pasien merasa dingin pasien menggunakan pakaian berlengan panjang

dan selimut.

Saat dikaji : Pasien demam dengan suhu 37.80C. Pasien menggunakan selimut dan

pakaian yang disediakan rumah sakit.

h. Pola belajar

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan bellum begitu mengerti mengenai penyakit yang

dialami pasien.

Saat dikaji : Keluarga nampak cemas, dan sering bertanya – tanya tentang kondisi

pasien.

i. Pola rekreasi

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien suka melakukan kegiatan seperti

berkebun.

Saat dikaji : Pasien mengalami penurunan kesadaran.

j. Pola spirittual

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien selalu menjalankan ibadah shalat 5

waktu. Jika pasien sakit pasien selalu berdoa dan menganggap bahwa

ini adalah peringatan untuknya.

Saat dikaji : Keluarga selalu mendoakan pasien agar lekas sembuh dan keluarga

melantunkan ayat – ayat al-qur’an disisi pasien saat waktu kunjung.

k. Pola komunikasi

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan apsien menggunakan bahasa jawa dan

berkomunikasi dengan baik dan lancar.

Saat dikaji : Pasien mengalami penurunan kesadaran, mulut pasien terpasang mayo

dan NRM 10 lpm.

l. Pola berpakaian

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien mengganti pakaiannya 2x sehari.

Saat dikaji : Pasien mengalami penurunan kesadaran, pakaian pasien diganti

2x/hari disediakan oleh RS.

m. Personal hygiene

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien mandi 2x/hari yaitu pada waktu pagi dan

sore, menggunakan sabun mandi. Pasien jarang menggosok gigi

terkadang tidak pernah menggosok gigi dalam satu hari, menggunakan

pasta dan sikat gigi. Keramas seminggu sekali menggunakan sampo.

Saat dikaji : Pasien diseka oleh perawata 1x/hari yaitu pada pagi hari, tetapi sejak

kemarin pasien belum diseka dan belum dilakukan oral hygiene.

n. Pola bekerja

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien senang berkebun. Bila badan terasa lelah

pasien mearsa sesak.

Saat dikaji : Pasien mengalami penurunan kesadaran

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

5. Pengkajian Kritis ―B6‖

a. B1 / Breathing

Pasien nampak sesak dengan RR 38x/menit, terdapat retraksi dinding dada, terdengar suara

napas tambahan, terdapat sekret di saluran napas, terpasang NRM 10 lpm, dan terpasang

mayo.

b. B2 / Blood

Irama jantung reguler, tidak terdapat bunyi tambahan (s3), tekanan darah 167/88 mmHg,

nadi 167x/menit.

c. B3 / Brain

Kesadaran sopor dengan GCS E2M3V1, reaksi pupil isokor, simetris dengan diameter 2mm

/ 2mm, dan mengalami penurunan kekuatan otot tubuh bagian kanan.

d. B4 / Bladder

Pasien terpasang kateter, urin tertampung sebanyak ±250cc/6jam, urin berwarna kuning

pekat, tidak ada distensi kandung kemih, pemasangan kateter hari kedua.

e. B5 / Bowel

Mukosa bibir pucat, lidah kotor, tidak mengalami distensi abdomen, terpasang NGT,

dilakukan bials lambung cairan yang keluar ±300cc, cairan berwarna hijau kehitaman, tidak

emngalami distensi abdomen.

f. B6 / Bone

Pasien mengalami penurunan kekuatan otot tubuh bagian kanan, tidak ada fraktur atau luka,

turgor kulit buruk, akral dingin, dan CRT >2 sekon.

6. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Lemah

Kesadaran / GCS : Sopor / E2M2V1

Tanda – tanda Vital :

Tekanan darah : 167/88 mmHg Nadi : 167x/menit

RR : 38x/menit Suhu : 37.80C

SpO2 : 97 %

BB / TB : 54 kg / 164 cm

Pemeriksaan Head To Toe

a. Kepala

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Kepala simetris, tidak ada lesi, bersih, rambut pendek berwarna putih, tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid.

b. Wajah

Sklera ikterik, konjungtiva anemis, reflek pupil terahadp cahaya ada, mulut pelo, tidak ada

pernapasan cuping hidung, terpasang NRM 10 lpm, RR 38x/menit, mulut sianosis, terdapat

sekret disalauran napas, mulut terpasang mayo.

c. Dada

Inspeksi : Terdapat retraksi dinding dada, RR 38x/menit, tidak ada polip, simetris

Palpasi : Simetris, tidak ada nteri tekan, ictus cordis pada IC ke tiga

Perkusi : Sonor

Aukultasi : Irama reguler, ronkhi.

d. Abdomen

Inspeksi : simetris, cembung, warna kulit sawo matang, tidak ada bekas luka

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati

Aukultasi : bising usus 12x/menit

e. Extermitas

Atas : Tidak ada oedem, kekuatan otot tangan kiri 4, kanan 1. Terpasang infus

asering 20 tpm

Bawah : Tidak oedem, kekuatan otot kaki kiri 4, kanan 1. Akral teraba hangat.

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Radiologi

Pada tanggal 5 Juli pukul 21:38 WIB

Hasil bacaan : Terdapat infark serebri di kortek sinistra dengan jumlah cairan ±150cc

b. Laboratorioum

Pada tanggal 5 Juli 2017 pukul 21:41 WIB

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

Darah Otomatis

Imoglobin

Leukosit

Hemotokrit

Eritrosit

Trombosit

MCH

MCHC

HCV

Diff Count

L 9.7

H 14.7

L 3.1

L 3.7

188

26

L 31

84

g/dL

10^3/uL

%

10^6/uL

10^3/uL

pg

g/dL

fL

13.2 – 17.3

3.8 – 10.6

40 – 52

4.40 – 5.90

150 – 440

26 – 34

32 – 36

80 – 100

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Eosinofil Basofil

Netrofil

Limfosit

Monosit

Kimia Klinik

Kimia Rutin

GDS

Ureum

Kreatinin

SGOT

PGOT

Elektrolit Kimia

Kalium

Natrium

Chlorida

Sero Imunologi

CRP

Hbs Ag Rapid

L 0.00 0.10

H 82.50

L 11.90

5.50

H 225

25

0.92

H 42

13

4.3

136

104

Negatif

Non Reaktif

% %

%

%

%

mg/dL

mg/dL

mg/dL

µL

µL

mmol/L

mmol/L

mmol/L

2 – 4 0 – 1

50 – 70

22 – 40

2 – 3

80 – 100

10 – 50

0.8 – 1.3

< 37

< 42

3.5 – 5.3

135.0 – 147.0

98.0 – 107.0

Negatif

Non Reaktif

8. Program Terapi

a. Terapi pada tanggal 6 Juli 2017 (diberikan di IGD)

Nama Obat Dosis Rute Waktu Pemberian

Metilprednisolon

Cefotaxime

Omeprazol

Citicolin

Manitol

Asering

62.5 mg

3 x 1gr

1 x 20 gr

2 x 100 mg

2 x 125 cc

20 tpm

Oral

IV

IV

IV

IV

IV

08

08

23

08

08

b. Terapi pada tanggal 7 Juli 2017

Nama Obat Dosis Rute Waktu Pemberian

Manitol

Kalnex

Citicolin

Phenytoin

Ranitidin

Asering

2 x 125 cc

3 x 500

2 x 100

2 x 100

2 x 50

20 tpm

IV

IV

IV

IV

IV

IV

08 18

08 16 24

08 18

08 18

08 18

08 18

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Sonde (DG) 200 cc NGT 08 12 17 22

c. Terapi pada tanggal 8 Juli 2017

Nama Obat Dosis Rute Waktu Pemberian

Manitol

Kalnek

Citicolin

Phenytoin

Ranitidin

Ceftriaxone

Asering

Sonde (DG)

2 x 125 cc

3 x 500

2 x 100

2 x 100

2 x 50

3 x 1000 mg

20 tpm

200 cc

IV

IV

IV

IV

IV

IV

IV

NGT

08 18

08 16 24

08 18

08 18

08 18

08 16 24

08 12 17 24

B. ANALISA DATA

Waktu Analisa Data Problem Etiologi

Tanggal

6 Juli

2017

pukul

13.30

WIB

Ds :

Keluarga mengatakan pasien sering

merasa nyeri pada kepala dan

pernah menderita vertigo.

Do :

- Pasien mengalami penurunan

kesadaran yaitu sopor dengan

GCS E2M2V1

- Mengalami penurunan kekuatan

otot tubuh bagian kanan, akral

hangat

- Terpasang NRM 10 lpm

- Tekanan darah 167/88 mmHg,

nadi 167x/menit, suhu 37.80C,

dan SpO2 97%.

- Hasil radiologi terdapat infrak

serebri dikorteks sinistra

Ketidakefektifan

perfusi jaringan

serebral

Infrak

serebral

Ds : -

Do:

- Pasien nampak sesak dnegan

RR 38x/menit, terdapat retraksi

dinding dada

- Terdapat suara napas tambahan

Ketidakefektifan

bersihan jalan

napas

Akumulasi

sekret

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

- Terdapat sekret disaluran napas - Pasien tidak dapat batuk dan

menelan.

C. PRIORITAS KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan infark serebral.

2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi sekret.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Waktu dx Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi ttd

Tanggal

6 Juli /

pukul

13.30

WIB

1 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 7

jam diharapkan masalah

ketidakefektifan perfusi

jaringan serebral teratasi

dengan kriteria hasil:

Indikator IR ER

- TD sistolik

dan diastolik

- Meningkatny

a tingkat

kesadaran

- Rasa nyeri,

mual,

muntah

3

2

3

4

4

4

Keterangan :

1 : Gangguan ekstrem

2 : Berat

3 : Sedang

4 : Ringan

5 : Tidak ada gangguan

a. Monitoring Neurologis

- Monitor ukuran,

kesimetrisan, reaksi

dan bentuk pupil.

- Monitor tingkat

kesadaran pasien

- Monitor tanda –

tanda vital

- Monitor respon

pasien terhadap

pengobatan

- Hindari aktivitas

jika TIK meningkat

- Observasi kondisi

fisik pasien

b. Terapi oksigen

- Bersihkan jalan

napas dari sekret

- Pertahankan jalan

napas tetap efektif

- Berikan oksigen

sesuai indikasi

- Monitor aliran

oksigen atau kanul

oksigen dan

humidifier

2 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 7

jam diharapkan masalah

bersihan jalan napas

kembali efektif dengan

a. Respiratory

Management

- Pantau rate, irama,

kedalaman, dan

usaha napas.

- Perhatikan gerakan

dada, amati

Page 36: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

kriteria hasil :

Indikator IR E

R

- Frekuensi

dalam batas

normal (16 –

24 x/menit)

- Irama dan

kedalaman

napas

- Kemampuan

untuk

mengeluarka

n sekret

- Suara napas

tambahan

- Akumulasi

sekret

- Penggunaan

otot bantu

napas

2

2

1

2

2

2

4

5

4

5

4

5

Keterangan :

1 : Berat

2 : Cukup

3 : Sedang

4 : Ringan

5 : Tidak ada gangguan

kesimetrisan, penggunaan otot

aksesoris.

- Monitor suara napas

tambahan

- Monitor pola napas :

bradipnea,

hiperventilisasi

b. Airway Management

- Berikan posisi yang

nyaman

- Lakukan

penghisapan lendir

(suction) sesuai

kebutuhan pasien

- Kolaborasi dalam

pemberian

broncodilator

c. Airway Suctioning

- Aukultasi suara

napas sebelum dan

sesudah dilakukan

suction

- Gunakan aliran

rendah untuk

menghilangkan

sekret

- Monitor status

oksigen pasien dan

status hemodinamik.

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Waktu dx Implementasi Respon ttd

Tangga

l 6 Juli

2017

Pukul

13.00

1

- Mengkaji kesadaran

pasien

- Memonitor ukuran,

- S: -

O : Kesadaran pasien

sopor dengan GCS

E2M2V1

Page 37: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

2

kesimetrisan, reaksi pupil dan bentuk pupil

mata pasien

- Memonitor tanda –

tanda vital

- Memberikan oksigenasi

NRM 10 lpm

- Mendengarkan suara

napas tambahan

- Mengobservasi gerakan

dada, rate, kedalaman,

dan usaha respirasi

- S : -

O : Ada reflek pupil

terhadap cahaya, simetris

2mm/2mm

- S :-

O : Tekanan darah

167/88 mmHg, nadi

167x/menit, suhu 37.80C

- S :-

O : Pasien nampak

nyaman, sesak berkurang

- S : -

O : Suara napas ronkhi,

terdapat sedikit sekret

dimulut.

- S : -

O : gerakan dada

simetris, RR 32x/menit,

terdapat retraksi dinding

dada, napas nampak

berat dan dalam.

Tangga

l 7 Juli

2017

pukul

08.00

WIB

1

- Melakukan perawatan

pada pasien : Menyeka

dan oral hygiene.

- Memberikan terapi

sesuai program

- Mengkaji kesadaran

- S : -

O : Pasien nampak bersih,

baju terganti.

- S :-

O: Terapi masuk sesuai

program, tidak ada reaksi

alergi.

- S :-

O: kesadaran sopor

dengan GCS E2M2V1

Page 38: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Pukul

09.00

WIB

Pukul

10.00

WIB

Pukul

10.15

WIB

2

2

2

2

- Memonitor ukuran, kesimetrisam, reaksi

dan bentuk pupil mata

pasien

- Mengaulkultasi suara

napas tambahan

- Memonitor tanda –

tanda vital

- Melakukan

penghisapan lendir

- Memonitor tanda –

tanda vital setelah

suction

- Memposisikan pasien

miring kanan

- Memposisikan pasien

- S: -

O: Ada reflek terhadap

cahaya, simetris dengan

diameter 2mm/2mm.

- S: -

O: Suara napas ronkhi, RR

39x/menit, terdapat sekret

dimulut, pasien tidak

dapat batuk dan menelan.

- S: -

O: Tekanan darah 168/101

mmHg, nadi 127x/menit,

RR 39x/menit, suhu

36.40C, SpO2 97%

- S:-

O: Sesak napas berkurang,

RR 30x/menit, suara

ronkhi berkurang, sekret

berkurang, sekret

berwarna putih encer.

- S:-

O: Tekanan darah 159/112

mmHg, nadi 121x/menit,

RR 29x/menit, suhu

36.40C, SpO2 : 98%

- S:-

O: Setelah 5 menit

kemudian kejang, sesak

bertambah RR 42x/menit

- S: -

Page 39: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Pukul

11.30

WIB

Pukul

13.00

WIB

Pukul

13.15

WIB

1

1

1

2

2

supinasi

- Mengobservasi NGT

dan memberikan diit

- Menghitung balance

cairan

- Memonitor keadaan

dan kesadaran pasien

- Memonitor tanda –

tanda vital

- Memonitor status

oksigenasi

- Mengaukultasi suara

napas tambahan

- Melakukan

penghisapan lendir

O: Kejang berkurang,

sesak berkurang RR

33x/menit

- S: -

O: tidak ada aspirasi,

Sonde masuk 200cc, tidak

ada muntahan.

- S: -

O: Input 320, output 600.

Bc -225cc

- S: -

O: keadaan lemah,

kesadaran koma dengan

GCS E1M1V1

- S: -

O: Tekanan darah 125/101

mmHg, nadi 103x/menit,

RR 32x/menit, suhu

36.00C, SpO2 97%.

- S :-

O: Pasien terpasang NRM

10 lpm, RR 33x/menit,

SpO2 97%

- S :-

O: Suara napas ronkhi,

terdapat sekret dimulut

- S: -

O: Sekret berkurang,

Page 40: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

- Memonitor tanda –

tanda vital setelah

suction

ronkhi tidak terengar, RR

32x/menit.

- S: -

O: Tekanan darah 137/111

mmHg, nadi 128x/menit,

RR 27x/menit, suhu

36.40C, SpO2 91%.

Tangga

l 8 Juli

2017 /

Pukul

08.00

WIB

Pukul

09.00

WIB

1

2

- Menyeka pasien dan

melakukan oral hygiene

- Memberikan terapi obat

sesuai program

- Memonitor kesadaran

dan keadaan umum

pasien

- Memonitor ukuran,

kesimetrisan, reaksi dan

bentuk pupil mata pasien

- Mengobservasi tanda –

tanda vital

- Mengaukultasi suara

napas tambahan

- S : -

O:Pasien nampak bersih,

dan wangi.

- S: -

O: Terapi obat masuk

sesuai program, tidak ada

alergi.

- S: -

- O: Keadaan Umum lemah,

kesadaran koma dengan

GCS E1M1V1

- S: -

O: Pupil isokor, simetris

dengan diameter

1mm/1mm.

- S: -

O: Tekanan darah 98/78

mmHg, nadi 88x/menit,

RR 27x/menit, suhu

36.00C, SpO2 84%.

- S: -

O: Suara napass ronkhi,

terdapat akumulasi sekret.

Page 41: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Pukul

09.30

WIB

Pukul

09.45

WIB

Pukul

11.30

WIB

Pukul

13.00

WIB

2

2

2

1

- Mengobservasi irama, kedalaman, dan usaha

respirasi.

- Melakukan penghisapan

lendir

- Mengobservasi tanda –

tanda vital setelah

suction

- Memberikan sondse

melalui NGT

- Menghitung balance

cairan

- Memonitor kesadaran

pasien

- Memonitor tanda – tanda

vital

- S: -

O: Simetris, terdapat

retraksi dinding dada,

napas tampak dalam.

- S: -

O: Sekret berkurang, suara

napas tambahan berkurang

RR 22x/menit.

- S: -

O: Tekanan darah 121/77

mmHg, nadi 71x/menit,

suhu 36.10C, SpO2 88%.

- S: -

O: Sonde masuk 200cc,

tidak muntah.

- S: -

O: Input 325 cc, output

900cc, bc -525 cc.

- S: -

O: Kesadaran koma

dengan GCS E1M1V1

- S: -

O: Tekanan darah 98/77

mmHg, nadi 74x/menit,

suhu 36.00C, RR

25x/menit, SpO2 81%.

F. EVALUASI KEPERAWATAN

Waktu dx Evaluasi Ttd

Tanggal 1 S:-

Page 42: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

6 Juli

2017 /

Pukul

14.00

WIB

2

O:

Kesadaran pasien sopor E2M2V1, pupil isokor, simetris

dengan diameter 2mm, tekanan darah 167/88 mmHg,

nadi 167x/menit, RR 38x/menit, suhu 37.80C, SpO2 97%,

pasien terpasang NRM 10 lpm, terpasang mayo.

A:

Masalah belum teratasi

P:

Monitoring neurologis, monitor oksigenasi, monitor

hemodinamik.

S:-

O:

Pasien nampak sesak dengan RR 38x/menit, terdapat

sekret pada saluran pernapasan, dilakukan penghisapan

lendir, pernapasan terdengar suara napas tambahan,

terdapat retraksi dinding dada, pasien posisi semifowler.

A:

Masalah belum teratasi

P:

Respiratory Management, Airway Management, dan

Airway Suctioning.

Tanggal

7 Juli

2017 /

Pukul

14.00

WIB

1

S:-

O:

Kesadaran pasien koma dengan GCS E1M1V1, pupil

isokor, simetris dengan diameter 2mm, tekanan darah

132/111 mmHg, nadi 128x/menit, RR 27x/menit, suhu

36.40C, SpO2 91%, pasien kejang saat dimiringkan

kekanan, dan kejang berkurang saat diposisikan supinasi

pasien terpasang NRM 10 lpm.

A:

Masalah belum teratasi

P:

Monitor Neurologis, Monitor status hemodinamik,dan

terapi oksigen.

Page 43: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

2 S: -

O:

Pasien nampak sesak RR 27x/menit, sekret produksi,

dilakukan suction berkala, suara napas tambahan,

terdapat retraksi dinding dada, napas tampak dalam.

A:

Masalah belum teratasi

P:

Monitory respiratory, Airway management, dan airway

suctioning.

Tanggal

7 Juli

2017 /

Pukul

14.oo

WIB

1

2

S:-

O:

Keadaan umum pasien lemah, kesadaran koma dengan

GCS E1M1V1, pupil isokor, simetris dengan diameter

1mm, tekanan darah 90/77 mmHg, nadi 74x/menit, suhu

36.00C, RR 25x/menit, SpO2 81%, pasien terpasang

NRM 10 lpm.

A:

Masalah belum teratasi

P:

Monitor status neurologis, Monitor hemodinamik, dan

monitor terapi oksigenasi.

S: -

O:

Suara napas tambahan, produksi sekret, terdapat retraksi

dinding dada, napas tampak dalam, dilakukan suction,

tanda – tanda vital setelah dilakukan suction yaitu

tekanan darah 90/77 mmHg, nadi 74x/menit, SpO2 81%,

SpO2 81%, RR 25x/menit, bibir sianosis, belum ada

reflek batuk dan menelan.

A:

Masalah belum teratasi

P:

Airway management, hemtikan suction, dan respratory

Page 44: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

management.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. K DENGAN MASALAH

KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS PADA

PASIEN STROKE HEMORAGIK DI RUANG INTENSIVE

CARE UNIT (ICU) RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Karya Tulis Imliah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Persyaratan Untuk Menyelesaikan Program

Pendidikan Diploma Keperawatan

NUR FITRIYANI

A01401935

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

PRODI DIII KEPERAWATAN

2016/2017

Page 45: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien

Nama : Tn. M

Tempat / Tanggal lahir : Kebumen / 1 Juli 1937

Umur / Jenis Kelamin : 80 tahun / Laki - laki

Alamat : Kutowinangun, Kebumen

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SD

Status Perkawinan : Kawin

No. Rekam Medik : 542-360

Tanggal Pengkajian : 14 Juli 2017 Pukul 09.00 WIB

Diagnosa Medis : Stroke Hemoragik

2. Identitas Penanggungjawab

Nama : Ny. S

Umur : 50 tahun

Alamat : Kutowinangun, Kebumen

Hubungan dengan pasien : Anak kandung

3. Riwayat penyakit

a. Keluhan utama

Pasien nampak sesak dan mengalami penurunan kesadaran.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD Dr. Soedirman Kebumen pada tanggal 14 Juli 2017 dengan

penurunan kesadaran. dan dilakukan perawatan bangsal Kenanga, karena kondisi kondisi

pasien mengalami penurunan kesadaran dan adanya gangguan bersihan jalan napas maka

pada tanggal 12 Juli 2017 pukul 10.00 WIB pasien dipindahkan ke ICU. Saat dilakukan

pengkajian pada tanggal 14 Juli 2017 pukul 09.00 WIB didapatkan tekanan darah 112/80

mmHg, nadi 120x/menit, RR 28x/menit, suhu 38.10C, dan SpO2 98%. Pasien sedang

diberikan terapi parasetamol 500 mg, suara napas terdengar ronkhi, terdapat sekret dimulut.

Pasien tidak dapat batuk dan menelan, pasien mengalami mual dan muntah. Pasien

mengalami penurunan anggota gerak tubuh bagian kanan. Kesadaran pasien somnolen

Page 46: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

dengan GCS E4M3V1, terpasang binasal kanul 4 lpm, terpasang kateter no 16, dan urin yang

tertampung ±300cc, terpasang NGT. Pemeriksaan kekuatan oto kiri 5, untuk otot kanan 2

untuk tangan, dan 3 untuk kaki. Tangan kiri terpasang infus parasetamol 60 tpm.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Keluarga mengatakan pasien sebelumnya pernah dirawat di RSUD Kebumen dengan

keluhan yangb sama. Pasien memiliki riwayat hipertensi, riwayat jatuh dari kamar mandi

±12 tahun yang lalu. Keluarga mengatakan pasien jarang minum obat jika sakit hanya

mengoleskan balsem disekitar tubuh yang sakit. Pasien memiliki riwayat stroke ± 1 tahun 3

bulan yang lalu.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga mengatakan didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama

dengan pasien dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti TBC dan HIV.

e. Genogram

Keterangan :

: Laki – laki : Kawin

: Perempuan : Ikatan Saudara

: Meinggal : Pasien

4. Pola Virginia Handerson

a. Pola napas

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki riwayat asma, tidak

mengalami gangguan pernapasan, pasien tidak mengalami sesak.

Saat dikaji : Pasien nampak sesak dengan RR 28x/menit, terdapat seret dimulut,

suara napas ronkhi, terpasang binasal kanul.

b. Pola Nutrisi

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan nafsu makan pasien kurang, makan 2x/hari

dengan porsi kecil dengan syur, lauk pauk, dan nasi. Pasien minum air

Page 47: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

putih sebanyak 5 – 7 gelas sedang perhari, pagi teh manis satu gelas

besar, dam sore minum satu gelas sedang kopi. Pasien tidak memiliki

riwayat alergi terhadap makanan atau minuman tertentu.

Saat dikaji : Pasien terpasang NGT, pasien diberikan sonde diit jantung 4x/hari

sebanyak 200 cc.

c. Pola Eliminasi

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien BAB 2 – 3 hari sekali dengan konsistensi

padat dan berwarna coklat. Pasien BAK 6 – 9x/hari dengan warna

kuning dan berbau khas. Tidak ada keluhan saat BAB ataupun BAK.

Saat dikaji : Pasien terpasang kateter, urin tertampung sejumlah ±300cc/6 jam,

warna kuning jernih. BAB 1 – 2 hari sekali dengan konsistensi cair

berwarna coklat dan berbau khas.

d. Pola Istirahat dan tidur

Sebelum MRS : Keluarga mengtakan pasien tidur malam ±6jam, tidur sering terbangun

pada malam hari karena keluhan ingin BAK dan sering tiba – tiba

terbangun saat dini hari dan pasien jarang tidur siang.

Saat dikaji : Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien terbangun bila sesak

dan merasa mual.

e. Pola gerak dann keseimbangan

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien dapat melakukan kegiatan dan aktivitas

secara mandiri. Pasien dapat berjalan secara pelantanpa alat bantu

gerak.

Saat dikaji : Pasien mengalami kelemahan anggota badan sebelah kanan dengan

kekuatan otot kanan 2 untuk tangan dan 3 untuk kaki, otot kiri 5 untuk

tangan dan kaki.

f. Peronal hygiene

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien mandi 2x/hari menggunakan sabun

mandi. Pasien gosok gigi 1x/hari menggunakan sikat dan pasta gigi.

Keramas 1x seminggu menggunakan shampoo.

Saat dikaji : Pasien diseka oleh perawat setiap pagi, oral hygiene, dan keramas.

g. Berpakaian

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien dapat memilih dan memakai pakaiannya

secara mandiri. Pasien mengganti pakaiannya 2x/hari setiap setelah

mandi.

Page 48: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Saat dikaji : Pasien menggunakan pakaian yang disediakan RS, pakaian diganti 1x

sehari dan diganti jika pakaian basah atau kotor. Pasien dibantu

sepenuhnya oleh perawat.

h. Mempertahankan suhu tubuh

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan jika dingin pasien menggunakan pakaian

panjang dan jika merasa panas pasien mengenakan pakaian tipis dan

pendek.

Saat dikaji : Pasien mengenakan pakaian dari RS. Pasien nampak menggunakan

selimut dan suhu pasien 38.10C.

i. Bahaya lingkungan dan kecelakaan

Sebelum MRS : Pasien selalu menjaga tubuhnya dari bahaya seperti memakai sandal

saat berpegian.

Saat dikaji : Pasien mengalami penurunan kesadaran.

j. Komunikasi

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan dapat bberomunikasi dengan orang lain secara

lancar dan baik dengan menggunakan bahasa jawa.

Saat dikaji : Pasien mengalami penurunan kesadaran.

k. Bekerja

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien menjadi petani, pasien senang melakukan

kegitannya itu. Sehingga pasien lupa makan dan istirahat.

Saat dikaji : Pasien mengalami penurunan kesadaran.

l. Ibadah

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien menjalankan ibadah shalat 5 waktu.

Saat dikaji : Pasien tidak dapat menjalankan ibadah shalat 5 waktu.

m. Rekreasi

Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien mengisi waktu luang untuk berkebun dan

berkumpul bersama keluarganya.

Saat dikaji : Pasien hanya tiduran, keluarga sering menjenguk dan mengajak

berbicara dengan pasien.

n. Belajar

Sebelum MRS :Keluarga mengatakan keluarga sudah sedikit mengerti penyakit yang

diderita pasien karena sebelumnya pasien pernah menderita penyakit

seperti ini.

Saat dikaji : keluarga mengatakan selalu bertanya – tanya tentang penyakit pasien.

Page 49: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

5. Pengkajian Kritis B6

a. B1 / Breathing

Pasien nampak sesak dengan RR 28x/menit, terdapat retraksi dinding dada, terdapat sekret

disaluran napas, terdapat suara napas tambahan, terpasang binasal kanul 4 lpm.

b. B2 / Blood

Irama jantung regular, tekanan darah 112/80 mmHg, nadi 120x/menit.

c. B3 / Brain

Kesadaran somnolen dengan GCS E4M3V1, pupil isokor, simetris dengan ukuran diameter

2mm, mengalmai penurunan kekuatan otot tubuh bagian kanan.

d. B4 / Bladder

Pasien terpasang kateter, tidak ada distensi kandung kemih, pemasangan kateter hari ke

dua.

e. B5 / Bowel

Mukosa bibir kering, tidak mengalmai distensi abdomen, terpasang NGT.

f. B6 / Bone

Pasien mengalami kelemahan anggota tubuh bagian kanan, tidak ada fraktur atau luka,

turgor kulit baik, suhu 38.10C, CRT <2 sekon.

6. Pengkajian Fisik

Keadaan umum : Lemah

Kesadaran / GCS : somnolen E4M3V1

Tanda – tanda vital :

Tekanan darah : 112/80 mmHg Nadi : 120x/menit

RR : 28x/menit suhu : 38.10C

SpO2 : 98%

BB / TB : 57 kg . 169 cm

Pemeriksaan Head To Toe

a. Kepala dan leher

Kepala simetris, tidak ada polip, bersih, tidak ada nyeri tekan, rambut jarang, berwarna

putih, pada leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

b. Wajah

Page 50: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Sklera ikterik, konjungtiva anemis, pupil isokor, simetris dengan diameter 2mm/2mm, tidak

ada pernapasan cuping hidung, hidung terpasang binasal kanul 4lpm, RR 28x/menit,

terdapat mukus dimulut, pasien tidak dapat batuk dan menelan.

c. Dada

Inspeksi : terdapat retraksi dinding dada, simetris, RR 28x/menit, tidak ada bekas luka.

Palpasi : Simetris, tidak ada nyeri tekan, teraba hangat.

Perkusi : Sonor

Aukultasi : Tidak ada auara tambahan (s3), suara napas tambahan (ronkhi)

d. Abdomen

Inspeksi : Simetris, cembung, kulit sawo amtang, bersih.

Aukultasi : Bising usus 13x/menit.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran organ.

Perkusi : Thympani

e. Ektermitas

Mengalami penurunan kekuatan otot tubuh bagian kanan.

Ekstermitas atas : Tidak ada oedem, kekuatan otot kanan 2, kiri 5, dan terpasang infus

parasetamol 60 tpm pada tangan kanan.

Ekstermitas bawah : Tidak oedem, kekuatan otot kanan 3 dan kiri 5.

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Radiologi

1) Pada tanggal 3 Juli 2017 pukul 21:55 WIB

Hasil pemeriksaan rontgen thorak adalah terdapat cardiomegali, oedem paru, dan

adanya pelebaran pada vasculer.

2) Pada tanggal 8 Juli 2017 pukul 20:10 WIB

Hasil pemeriksaan USG adalah terdapat kelainan pada hepar, VU, dan VF.

3) Pada tanggal 10 Juli 2017 pukul 17:11 WIB

Hasil bacaan CT-scan adalah terdapat infark serebri dikortex sinistra dan cairan ±75cc.

b. Pemeriksaan Laboratorium

Pada tanggal 3 Juli 2017 pukul 19:01 WIB

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Darah otomatis

Hemoglobin

Leukosit

Hemotokrit

L 11.9

8.3

L 35

g/dL

10^3/µL

%

13.2 – 17.3

3.8 – 10.6

40 – 52

Page 51: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Eritrosit

Trombosit

MCH

MCHC

MCV

Diff Count

Eosinofil

Basofil

Netrofil

Limfosit

Monosit

Golongan Darah

Kimia Klinik

Kimia Rutin

GDS

Ureum

Kreatinin

SGOT

SGPT

Sero Imunologi

Widal

S. Thypi O

S. Thypi H

S. Parathypi O – A

S. Parathypi O – B

HbsAg

L 38

190

31

34

92

L 0.10

0.20

H 70.50

L 16.20

H 13.00

B

H 133

H 60

H 148

H 44

H 14

Pos1/200

-

-

-

Non Reaktif

10^6/µL

10^3/µL

pg

g/dL

fL

%

%

%

%

%

mg/dL

mg/dL

mg/dL

µL

µL

4.40 – 5.90

150 – 440

26 – 24

32 – 36

80 – 100

2 – 4

0 – 1

50 – 70

22 – 40

2 – 8

80 – 110

10 – 50

0.3 – 1.3

< 37

< 42

Non Reaktif

8. Program terapi

Tanggal 14 Juli 2017

Nama Obat Dosis Rute Waktu Pemberian

Ambroxol 3 x 1 tab Enteral 08 16 24

Page 52: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Uriter

ISDN

Amlodipin

Spinorolactan

Irbesartan

Gentamycin

Ceftriaxone

Ranitidin

Citicolin

Furosemid

Kalnekx

Nebulizer

Parasetamol inf.

Bisolvon

Metilprednisolon

Asering

Sonde DJ

3 x 1 tab

2 x 5 mg

1 x 10 mg

1 x 25 mg

1 x 300 mg

-

2 x 1 gr

2 x 1 ampul

2 x 1 ampul

1 x 1 ampul

2 x 500 mg

3 x 1

4 x 500 mg

3 x 1 ampul

3 x 30 mg

20 tpm

200 cc

Enteral

Enteral

Enteral

Enteral

Enteral

Topikal

Parenteral

Parenteral

Parenteral

Parenteral

Parenteral

Inhaler

Parenteral

Parenteral

Parenteral

Parenteral

NGT

08 16 24

08 20

08

08

08

Mencegah dekubitus

08 20

08 20

08 20

08

08 20

08 16 24

08 14 16 20 24

08 16 24

08 16 24

-

08 12 17 24

Tanggal 15 Juli 2017

Nama Obat Dosis Rute Waktu Pemberian

Ambroxol (Sirup)

Zitanid

Urinter

ISDN

Amlodipin

Spironolactan

Irbesartan

Gentamycin

Ceftriaxone

Ranitidin

Citicolin

Furosemid

Kalnek

Nebulizer

3 x 1 sendok

2 x 1 tab

3 x 1 tab

2 x 5 mg

1 x 10 mg

1 x 25 mg

1 x 300 mg

-

2 x 1 gr

2 x 1 ampul

2 x 1 ampul

1 x 1 ampul

2 x 500 mg

3 x 1

Parenteral

Enteral

Enteral

Enteral

Enteral

Enteral

Enteral

Topikal

Parenteral

Parenteral

Parenteral

Parenteral

Parenteral

Inhaler

08 16 22

08

08 16 22

08 20

08

08

08

Cegah Dekubitus

08 20

08 20

08 20

08

08 20

08 16 20

Page 53: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Parasetamol inf.

Bisolvon

Methylprednisolon

Asering

Clinimix

Sonde DJ

4 x 500 mg

3 x 1 ampul

3 x 30 mg

42 tpm

1000cc/24jam

200 cc

Parenteral

Parenteral

Parenteral

Parenteral

Parenteral

NGT

08 14 16 20

02

08 16 22

-

-

08 12 17 24

Tanggal 16 Juli 2917

Nama Obat Dosis Rute Waktu Pemberian

Methyldopa

Methylprednisolon

ISDN

Ambroxol

Urinter

Amlodipin

Spironolactan

Irbesartan

Gentamycin

Ceftriaxone

Ranitidin

Citicolin

Furosemid

Nebulizer

Bisolvon

Pamol

GG

Zitamid

Asering

Clinimix

Sonde DJ

2 x 20 mg

3 x 30 mg

2 x 5 mg

3 x 1 sdk

3 x 1 tab

1 x 10 mg

1 x 25 mg

1 x 300 mg

-

2 x 1 gr

2 x 1 ampul

2 x 1 ampul

1 x 1 ampul

3 x 1

3 x 1

Ekstra

3 x 1

2x1

42 tpm

1000cc/24jam

200 cc

Enteral

Parenteral

Enteral

Enteral

Enteral

Enteral

Enteral

Enteral

Topikal

Parenteral

Parenteral

Parenteral

Parenteral

Inhaler

Parenteral

Parenteral

Enteral

Enteral

Parenteral

Parenteral

NGT

08 20

08 16 22

08 20

08 16 22

08 16 22

08

08

08

Cegah Dekubitus

08 20

08 20

08 20

08 20

08 16 22

08 16 22

08 16 22

08 20

08 12 17 24

B. ANALISA DATA

Waktu Analisa Data Problem Etiologi

Tanggal Ds: Ketidakefektifan Infark

Page 54: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

14 Juli

2017 /

Pukul

09.00

WIB

Keluarga mengatakan pasien

memiliki riwayat stroke ±3 bulan

yang lalu dan memiliki riwayat

hipertensi.

Do:

- Kesadaran somnolen dengan

GCS E4M3V1

- Mengalami penurunan

kekuatan otot tubuh bagian

kanan

- Terpasang binasal kanul 4 lpm

- Bibir kering, conjungtiva

anemis

- Hasil radiologi : Terdapat

infark serebri dikortex sinistra

dengan jumlah cairan ±75 cc

- Tekanan darah 112/80 mmHg,

nadi 120x/menit, SpO2 98%.

perfusi jaringan

serebral

serebral

Ds : -

Do:

- Pasien nampak sesak dengan

RR 28 x/menit

- Terdapat sekret dimulut, suara

napas ronkhi

- Terdapat retraksi dinding dada

- Pasien tidak dapat abtuk dan

menelan.

- Suhu 38.10C

Ketidakefektifan

bersihan jalan

napas

Akumulasi

sekret

C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan infark serebral

2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi sekret.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Waktu dx Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi ttd

Tanggal

14 Juli /

pukul

13.30

1 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 7

jam diharapkan masalah

ketidakefektifan perfusi

c. Monitoring Neurologis

- Monitor ukuran,

kesimetrisan, reaksi

dan bentuk pupil.

- Monitor tingkat

kesadaran pasien

Page 55: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

WIB jaringan serebral teratasi

dengan kriteria hasil:

Indikator IR ER

- TD sistolik

dan diastolik

- Meningkatny

a tingkat

kesadaran

- Rasa nyeri,

mual,

muntah

3

2

3

4

4

4

Keterangan :

1 : Gangguan ekstrem

2 : Berat

3 : Sedang

4 : Ringan

5 : Tidak ada gangguan

- Monitor tanda – tanda vital

- Monitor respon

pasien terhadap

pengobatan

- Hindari aktivitas

jika TIK meningkat

- Observasi kondisi

fisik pasien

d. Terapi oksigen

- Bersihkan jalan

napas dari sekret

- Pertahankan jalan

napas tetap efektif

- Berikan oksigen

sesuai indikasi

- Monitor aliran

oksigen atau kanul

oksigen dan

humidifier

2 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 7

jam diharapkan masalah

bersihan jalan napas

kembali efektif dengan

kriteria hasil :

Indikator IR E

R

- Frekuensi

dalam batas

normal (16 –

24 x/menit)

- Irama dan

kedalaman

napas

- Kemampuan

untuk

mengeluarka

n sekret

- Suara napas

tambahan

- Akumulasi

sekret

- Penggunaan

2

2

1

4

5

4

d. Respiratory

Management

- Pantau rate, irama,

kedalaman, dan

usaha napas.

- Perhatikan gerakan

dada, amati

kesimetrisan,

penggunaan otot

aksesoris.

- Monitor suara napas

tambahan

- Monitor pola napas :

bradipnea,

hiperventilisasi

e. Airway Management

- Berikan posisi yang

nyaman

- Lakukan

penghisapan lendir

(suction) sesuai

kebutuhan pasien

- Kolaborasi dalam

pemberian

broncodilator

f. Airway Suctioning

- Aukultasi suara

napas sebelum dan

Page 56: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

otot bantu

napas 2

2

2

5

4

5

Keterangan :

1 : Berat

2 : Cukup

3 : Sedang

4 : Ringan

5 : Tidak ada gangguan

sesudah dilakukan suction

- Gunakan aliran

rendah untuk

menghilangkan

sekret

- Monitor status

oksigen pasien dan

status hemodinamik.

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Waktu dx Implementasi Respon ttd

Tanggal 14

Juli 2017

Pukul 08.00

WIB

09.00 WIB

1

- Menyeka pasien dan

melakukan oral hygiene

- Memberika terapi obat

sesuai program

- Memberikan sonde

sesuai diit sebanyak 200

cc melaui via NGT

- Mengkaji kesadaran

pasien

- S: -

O: Pasien nampak

wangi dan bersih

- S: -

O: Terapi obat

masuk sesuai

program, tidak ada

alergi

- S: -

O: Sonde 200 cc

masuk melaui via

NGT, pasien tidak

muntah

- S: -

O: Kesadaran pasien

somnolen dengan

Page 57: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

2

- Memonitor reaksi pupil

- Mengobservasi kondisi

pasien

- Memonitor tanda – tanda

vital

- Mengkaji kekuatan otot

pasien

- Mengobservasi rate,

irama, kedalaman, dan

usaha respirasi.

- Memonitor suara napas

tambahan

GCS E4M3V1

- S: -

O: Pupil isokor,

simetris dengan

diameter 2mm.

- S: -

O: keadaan umum

pasien lemah, akral

hangat.

- S: -

O: tekanan darah

159/79 mmHg, nadi

66x/menit, suhu

37.00C, SpO2 97%.

- S: -

O: Penurunan

kekuatan otot bagian

kanan. Pada bagian

kanan kekuatan pada

tangan 2 dan kaki 3.

- S: -

O: RR 28x/menit,

terdapat retraksi

dinding dada,

simetris, napas

tampak dalam.

- S: -

O: terdapat suara

napas tambahan

(ronkhi), pasien

Page 58: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

11.30 WIB

12.00 WIB

2

2

2

- Memposisikan pasien

semifowler

- Kolaborasi dalam

pemberian obat nebulizer

- Memberikan sonde 200

cc melalui via NGT

- Menghitung balance

cairan pasien

- Memberikan terapi

nebulizer

- Mendengarkan suara

napas pasien

belum dapat batuk

dan menelan, tetapi

sudah ada sedikit

reflek batuk.

- S: -

O: Pasien dalam

posisi semifowler,

pasien nampak

nyaman.

- S: -

O: Menambahkan

terapi fentolin 4x

sehari

- S: -

O: Sonde masuk

melalui via NGT,

tidak ada reflek

muntah.

- S: -

O: Input 700, aoutpu

600, dan bc +100

- S: -

O: Terapi inhalasi

masuk, produksi

mukus bertambah,

pasien sesak

bertambah.

- S: -

O: Suara terdengar

ronkhi, sedikit reflek

Page 59: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

13.00 WIB

14.00 WIB

1

2

1

- Melakukan penghisapan

lendir (suction)

- Mengkaji kesadaran

- Mengkaji reflek pupil

- Mengaukultasi suara

napas pasien

- Mengobservasi tanda –

tanda vital pasien

batuk

- S: -

O: Sesak berkurang,

sekret berkurang,

pasien nampak

nyaman, sekret

berwarna kuning

kental.

- S: -

O: Kesadaran

somnolen dengan

GCS E4M3V1 ,

pasien mulai dapat

membuka mata.

- S: -

O: Pupil isokor,

simetris dengan

diameter 2mm.

- S: -

Suara napas ronkhi,

RR 26x/menit.

- S: -

O: Tekanan darah

124/98 mmHg, nadi

112x/menit, RR

24x/menit, suhu

36.40C, SpO2 99%.

Tanggal 15

Juli 2017

Pukul 08.00

- Menyeka dan melakukan

oral hygiene pada pasien

- S: -

O: Pasien nampak

bersih dan wangi

Page 60: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

WIB

1

2

- Memberikan terapi obat

sesuai program

- Mengkaji kesadaran

pasien

- Mengkaji rekasi pupil

- Memonitor tanda – tanda

vital

- Mengaukultasi suara

napas pasien

- Memberikan terapi

nebulizer

- S: -

O: Pemberian

kalnek dihentikan.

Terapi obat

diberikan sesuai

program.

- S: -

O: Kesadaran pasien

somnolen dengan

GCS E4M3V1,

pasien nampak

tiduran.

- S: -

O: Pupil isokor,

simetris dengan

diameter 2mm.

- S: -

O: Tekanan darah

109/98 mmHg, nadi

127x/menit, RR

27x/menit, suhu

36.70C, SpO2 100%.

- S: -

O: Suara napas

terdengar ronkhi,

terdapat sekret

dimulut.

- S: -

O: Terapi nebu

massuk, produksi

Page 61: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

08.00 WIB

10.30 WIB

11.30 WIB

11.35 WI

2

- Mengaukultasi suara

napas pasien

- Melakukan penghisapan

lendir

- Melakukan ROM pasif

- Memposisikan pasien

miring kekanan ±1.5 jam

- Memberikan sonde

200cc melalui via NGT

- Menghitung balance

sekret, pasien sesak.

- S: -

O: Suara napas

tambahan (ronkhi),

terdapat sekret di

saluran napas, sudah

ada reflek batuk

pada pasien.

- S: -

O: suara napas

tambahan

berkurang, reflek

batuk saat disuction.

- S: -

O: Otot pasien

nampak lemas,

pasein nyeri saat

dimiringkan kekiri,

pasien batuk –

batuk.

- S: -

O: Pasien

dimiringkan

kekanan.

- S: -

O: Sonde 200 cc

masuk melalui via

NGT, tidak ada

muntahan.

- S: -

Page 62: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

12.00 WIB

13.30 WIB

2

1

2

cairan

- Memberikan terapi

nebulizer

- Melakukan penghisapan

lendir

- Mengkaji kesadaran

pasien

- Mengobservasi reflek

pupil

- Memonitor tanda – tanda

vital

O: Input 700, output

750, dan bc -50.

- S: -

O: Terapi inhalasi

masuk, 30 menit

setelah terapi pasien

batuk, produksi

sekret.

- S: -

O: Pasien tidak mau

membuka mulut saat

disuction, paien

nampak dapat

menelan, dan pasien

sudah dapat batuk.

- S: -

O: Kesadaran Pasien

somnolen dengan

GCS E4M3V1.

- S: -

O: Pupil isokor,

simetris dengan

diameter 2mm.

- S: -

O: Tekanan darah

114/97 mmHg, nadi

103x/menit, RR

19x/menit, SpO2

98%, dan suhu

36.10C

Page 63: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

- Mengaukultasi suara napass pasien

- S: -

O: Suara napas

ronkhi, RR

19x/menit

Tanggal 16

Juli 2017

Pukul 08.00

WIB

08.30 WIB

09.00 WIB

2

1

- Menyeka dan melakukan

oral hygiene pada pasien

- Memberikan terapi obat

sesuai program terapi

- Memasukkan sonde 200

cc melalui via NGT

- Memberikan terapi

nebulizer

- Mengkaji kesadaran

pasien

- Mengkaji reflek pupil

- Mengobservasi tanda –

- S: -

O: Pasien nampak

bersih dan rapi.

- S: -

O: Terapi obat

masuk sesuai

program, tidak ada

alergi.

- S: -

O: Sonde DJ 200 cc

masuk, tidak ada

mual muntah.

- S: -

O: Terapi masuk,

sekret produksi,

pasien batuk –

batuk.

- S: -

O: Kesadaran

somnolen dengan

GCS E4M3V1

- S: -

O: Pupil isokor,

simetris dengan

diameter 2mm.

Page 64: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

10.00 WIB

11.30 WIB

12.00 WIB

2

1

2

tanda vital pasien

- Mengaukultasi suara

napas pasien

- Melakukan suction

- Mengkaji kekuatan otot

- Memberikan sonde 200

cc melalui via NGT

- Menghitung balance

cairan

- Memberikan terapi

nebulizer

- S: -

O: Tekanan darah

117/87 mmHg, nadi

98x/menit, RR

21x/menit, suhu

36.30C, SpO2 100%.

- S: -

O: Suara napas

ronkhi, sekret

produksi.

- S: -

O: Ronkhi sedikit

terdengar, sesak

berkurang, pasien

tampak nyaman.

- S: -

O: Penurunan

kekuatan otot tubuh

bagian kanan yaitu 2

kaki dan 3 tangan.

- S: -

O: Sonde 200 cc

masuk, tidak ada

reflek muntah atau

mual.

- S: -

O: Input 400, output

350, dan bc +50

- S: -

O: Pasien sudah ada

Page 65: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

13.30 WIB

1

- Melakukan suction

- Mengkaji kesadaran dan

reaksi pupil

- Mengobservasi tanda –

tanda vital pasien

- Mengaukultasi suara

napas.

reflek batuk dan

menelan dengan

baik, pasien nampak

dapat membuka

mata, produksi

sekret masih

produksi.

- S: -

O: Sekret berkurang,

pasien tampak

nyaman.

- S: -

O: Kesadaran pasien

somnolen E4M3V2,

pupil isokor,

simetris dengan

diameter 2 mm.

- S: -

O: Tekanan darah

108/94 mmHg, nadi

111x/menit, RR

19x/menit,, suhu

36.30C, SpO2 100%

- S: -

O: Suara napas

ronkhi

F. EVALUASI KEPERAWATAN

Waktu dx Evaluasi ttd

Tanggal 14 1 Ds: -

Page 66: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Juli 2017 /

Pukul 14.00

WIB

2

Do:

Kesadaran pasien somnolen dengan GCS E4M3V1,

pupil isokor, simetris dengan diameter 2mm,

mengalami penurunan kekuatan otot tubuh bagian

kanan dengan nilai kekuatan tangan 2 dan kaki 3,

tekanan darah 124/98 mmHg, andi 112x/menit,

RR 24x/menit, suhu 36.40C, SpO2 99%, terpasang

binasal kanul 4 lpm.

A:

Masalah belum teratasi.

P:

Monitor kesadaran pasien, monitor status

hemodinamik, dan monitor terapi oksigen.

Ds :-

Do:

Pasien nampak sesak dnegan RR 24x/menit,

terdapat akumulasi sekret, pasien tidak dapat

batuk dan menelan, terdapat retraksi dinding dada,

terdapat suara napas tambahan, pasien dalam

posisi semifowler.

A:

Masalah belum teratasi

P:

Airway management, respiratory management,

dan airway suctioning.

Tanggal 15

Juli 2017 /

Pukul 14.00

WIB

1

Ds: -

Do:

Kesadaran pasien somnolen dengan GCS E4M3V1

, pupil isokor, simetris dengan diameter 2 mm,

tekanan darah 114/97 mmHg, nadi 103x/menit,

terpasang binasal kanul 4 lpm, penurunan

kekuatan otot tubuh bagian kanan dengan nilai 2

unutk tangan dan 3 untuk kaki.

A:

Page 67: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

2

Masalah belum teratasi

P:

Monitor status neurologis, monitor status

hemodinamik, dan monitor terapi oksigenasi.

Ds:-

Do:

Terdengar suara napas tambahan, terdapat sekret,

pasien sudah ada reflek batuk, belum dapat

menelan, terdapat retraksi dinding dada, RR

19x/menit, dilakukan suction secara berkala.

A:

Massalah belum teratasi

P:

Airway management, respiratory management,

dan airway suction.

Tanggal 16

Juli 2017 /

Pukul 14.00

WIB

1

2

Ds : -

Do:

Kesadaran pasien somnolen dengan nilai GCS

E4M3V2, pupil isokor, simetris dengan diameter

2mm, penurunan kekuatan otot tubuh bagian

kanan dengan nilai 2 untuk tangan dan 3 untuk

kaki, pasien sudah dapat membuka matanya,

terpasang binasal kanul 4 lpm, pasien posisi

supinasi, SpO2 100%.

A:

Masalah belum teratasi

P:

Monitor status neurologis dan status hemodinamik

Ds:-

Do:

Suara napas reguler, produksi sekret, dilakukan

suction secara berkala, terdapat retraksi dinding

dada, RR 19x/menit, pasien nampak nyaman.

A:

Page 68: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Masalah belum teratasi

P:

Airway managemen, respiratory monitoring.

Page 69: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan
Page 70: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Decreasing the Adverse Effects of Endotracheal Suctioning During Mechanical Ventilation by Changing Practice

Salvatore Maurizio Maggiore MD PhD, Franc¸ois Lellouche MD, Claudia Pignataro MD, Emmanuelle Girou PharmD, Bernard Maitre MD, Jean-Christophe M Richard MD PhD,

Franc¸ois Lemaire MD, Christian Brun-Buisson MD, and Laurent Brochard MD

BACKGROUND: Little is known about the incidence of and risk factors for adverse effects from

endotracheal suctioning. We studied the incidence and risk factors, and evaluated the effect of

suctioning practice guidelines. METHODS: During a 3-month period, in 79 mechanically

ventilated subjects, we recorded the adverse effects in 4,506 suctioning procedures. Then practice

guidelines were implemented, and 1 year later, during another 3-month period, in 68 subjects, we

recorded the adverse effects in 4,994 suctioning procedures. RESULTS: In the first period, adverse

effects occurred frequently: oxygen desaturation in 46.8% of subjects and 6.5% of suctionings,

hemor-rhagic secretions in 31.6% of subjects and 4% of suctionings, blood pressure change in

24.1% of subjects and 1.6% of suctionings, and heart rate change in 10.1% of subjects and 1.1% of

suction-ings. After guidelines implementation, all complications, both separately and all together,

were reduced. The incidence of all complications together decreased from 59.5% to 42.6% of

subjects, and from 12.4% to 4.9% of procedures (both P < .05). PEEP > 5 cm H2O was an

independent risk factor for oxygen desaturation. Receiving > 6 suctionings per day was a risk

factor for desaturation and hemorrhagic secretions. The use of guidelines was independently

associated with fewer com-plications. CONCLUSIONS: Endotracheal suctioning frequently

induces adverse effects. Tech-nique, suctioning frequency, and higher PEEP are risk factors for

complications. Their incidence can be reduced by the implementation of suctioning guidelines. Key

words: endotracheal suctioning; closed suctioning system; practice guidelines; mechanical ventilation;

ARDS; PEEP. [Respir Care 2013; 58(10):1588 –1597. © 2013 Daedalus Enterprises]

Introduction

The presence of an artificial airway during mechanical

ventilation makes coughing less effective or not possible. Dr Maggiore is affiliated with the Department of Anesthesiology and

Intensive Care, Agostino Gemelli Hospital, Catholic University of the Sacred

Heart, Rome, Italy. Drs Lellouche, Pignataro, Richard, Lemaire, Brun-

Buisson, and Brochard are affiliated with the Medical ICU; Dr Girou is

affiliated with the Infection Control Unit; and Dr Maitre is affiliated with the

Department of Pulmonology, Henri Mondor University Hospi-tal, Cre t́eil,

France. Dr Lellouche is also affiliated with the Cardiac Sur-gery ICU, Laval

University Hospital, Que´bec City, Canada. Dr Pignataro is also affiliated

with the Department of Anesthesiology and Intensive Care, Lariboisie`re

Hospital, Paris, France. Drs Richard and Brochard are also affiliated with the

Intensive Care Department, University Hospital, University of Geneva,

Geneva, Switzerland. Dr Brochard is also affili-ated with the Institut National

de la Sante ́ et de la Recherche Me´dicale (INSERM) Unit 955, Paris 12

University, Cre t́eil, France.

Endotracheal suctioning is therefore needed to avoid ac-

cumulation of secretions into the lung, and its associated

complications. Nevertheless, endotracheal suctioning is an

invasive procedure, and is not free from hazards and, ex-

ceptionally, from lethal adverse events.1 Numerous side

Dr Maggiore presented a version of this paper at the International

Conference of the American Thoracic Society, held May 17–22, 2002, in

Atlanta, Georgia.

The authors have disclosed no conflicts of interest.

Correspondence: Salvatore Maurizio Maggiore MD PhD, Department of

Anesthesiology and Intensive Care, Agostino Gemelli Hospital, Catholic

University of the Sacred Heart, Largo Agostino Gemelli 8, 00168 Rome,

Italy. E-mail: [email protected].

DOI: 10.4187/respcare.02265

1588 RESPIRATORY CARE OCTOBER 2013 VOL 58 NO 10

Page 71: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

DECREASING THE ADVERSE EFFECTS OF ENDOTRACHEAL SUCTIONING

effects of endotracheal suctioning have been reported.2-11

Some old studies on selected patient populations sug-gested a high frequency of specific adverse events, such

as oxygen desaturation and arrhythmia.1,12

Leur and co-

workers13

reported a relatively low incidence of some en-

dotracheal suctioning adverse events in a selected popu-

lation of surgical patients without ARDS and with a short duration of mechanical ventilation. Thus, the incidence and risk factors of adverse effects of endotracheal suction-ing in a general medical population of critically ill

patients are uncertain.

SEE THE RELATED EDITORIAL ON PAGE 1707

In 2010 the American Association for Respiratory Care

published updated clinical practice guidelines for endo-

tracheal suctioning,9 with the aim of optimizing the pro-

cedure and reducing the hazards. Specific suctioning strat-

egies are not systematically used in ICUs,14

and their

usefulness has not been well assessed. Moreover, the op-

timal approach to reduce endotracheal-suctioning-related

complications has not been fully clarified.15,16

Therefore we

carried out a clinical investigation to evaluate the in-cidence

of endotracheal-suctioning-associated adverse events in

mechanically ventilated patients, and to deter-mine whether

the implementation of practice guidelines could decrease the

rate. Suctioning-induced adverse events before and after the

implementation of practice guidelines were compared using

the same methodology. Practice guidelines for endotracheal

suctioning were drafted inde-pendently from those of the

American Association for Respiratory Care,9 and before their

release.

Methods

Study Location and Subject Population

The study was conducted in the 26-bed medical ICU of

Henri Mondor University Hospital, Cre´teil, France. The

institutional ethics committee approved the study and

waived the requirement for informed consent. All consec-

utive patients needing mechanical ventilation and $ 18 years old were included during two 3-month periods,

from February to April 2000 (period 1) and from April to

June 2001 (period 2). According to clinical requirements,

subjects received sedation by continuous infusion, follow-ing

our local protocol, which was the same in the 2 study

periods. They were mechanically ventilated with volume

controlled continuous mandatory ventilation or pressure

support mode. Heat and moisture exchangers were gener-ally

used. In all subjects, pulse oximetry, electrocardiog-raphy,

and arterial blood pressure were continuously mon-itored,

according to routine practice.

QUICK LOOK Current knowledge

Endotracheal suctioning is associated with various

com-plications, ranging from discomfort to

hemodynamic collapse, but the incidence and severity

of these com-plications has not been systematically

studied. The use-fulness of adherence to suctioning

guidelines has also not been addressed.

What this paper contributes to our knowledge

Adverse effects of suctioning, particularly oxygen de-

saturation and hemorrhagic secretions, were frequent

and were reduced by the implementation of practice guidelines. Factors that increased the risk of

suctioning-related complications included more

frequent suction-ing, requirement for a PEEP of 5 cm

H2O, and the presence of ARDS.

Study Design and Data Collection

Endotracheal-suctioning-related adverse events were

collected daily during the 2 3-month periods. During the

first period, endotracheal suctioning was performed ac-

cording to the usual practice at that time: suctioning pro-

cedures were mainly performed routinely every 2 hours or

more often if secretions were visible in the endotracheal/

tracheostomy tube; subjects were disconnected from the

ventilator; the duration of the procedure, the vacuum pres-

sure (frequently 400 cm H2O), size of the suction cath-

eter, and depth of suctioning were not standardized; saline

was instilled in case of dry, tenacious secretions; no spe-

cial precaution was used in subjects with ARDS; in gen-

eral, closed suction systems were not used. In the 1-year interval between the 2 study periods, clin-

ical practice guidelines for endotracheal suctioning were

developed during the first month based on the available

evidence, and subsequently implemented. The rationale and

the feasibility of each guideline were discussed in depth with

physicians and nurses until a consensus was reached and,

finally, guidelines were described in a written protocol. To

facilitate implementation, repeated meetings were organized

to educate and to instruct the whole per-sonnel about this

protocol. Repeated informal follow-up training was also

performed, and a medical referent was always available for

any questions and technical needs. In the second period, endotracheal suctioning was per-

formed according to practice guidelines. No major change

took place in the unit in between these 2 periods regarding

airway and ventilator management. During the 2 study

periods, nurses were instructed to detect and report daily

RESPIRATORY CARE OCTOBER 2013 VOL 58 NO 10 1589

Page 72: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

DECREASING THE ADVERSE EFFECTS OF ENDOTRACHEAL SUCTIONING

on standardized data collection sheets all adverse events

for each suctioning procedure. During and just after the

intervention period (period 2), adherence to practice

guide-lines was also assessed by respiratory therapists and

phy-sicians not involved in suctioning procedures. They

ran-domly observed suctioning procedures and, for each

procedure, reported if guidelines were followed. A total of

600 observations were performed during night and day.

Nurses were not informed of the observers’ task. Adherence to the study protocol was assessed daily by

investigators and respiratory therapists. This was done by

comparing the number of suctioning procedures reported

on the subject’s daily clinical chart and the number of

procedures reported on the specific daily sheet used for

the study. In addition, in an attempt to validate the reli-

ability of detecting and reporting adverse effects of endo-

tracheal suctioning following the given instructions, one

of the investigators repeatedly observed suctioning pro-

cedures and reported if these instructions were followed.

Reliability in reporting adverse events of suctioning was

calculated as: Number of correctly reported events/number of observations 100

A total of 540 observations were performed: 270 in

each period.

Clinical Practice Guidelines for Endotracheal

Suctioning

The guidelines for endotracheal suctioning were as

follows:

• Frequency of Endotracheal Suctioning. The suctioning

procedures had to be performed according to the sub- ject’s needs, and not routinely.

17 The need for endotra-

cheal suctioning was evaluated based on oscillations on the expiratory part of the flow-time curve

18 and tracheal or

bronchial respiratory sounds.19,20

Ventilator alarms

(increased peak airway pressure during volume controlled

continuous mandatory ventilation, or decreased tidal vol-

ume during pressure-targeted ventilation modes), pres-ence

of secretions in the endotracheal tube or oxygen

desaturation, after excluding other possible causes, were

also considered as later indicators of the need for suc-

tioning. In paralyzed subjects, endotracheal suctioning was

performed every 4 hours, even if the aforemen-tioned signs

were absent. • Disconnection from the ventilator had to be avoided.

The suction catheter was introduced through the swivel

adapter of the catheter mount, or a closed system was

used.6

• Depth of Endotracheal Suctioning. To minimize muco-

sal trauma, shallow suction (limited to the artificial air-

way and the trachea) was performed, instead of deep suctioning.

13 In practice, approximately 8 –10 cm of the

suction catheter was left outside the endotracheal tube.

With a tracheostomy the suction catheter was

introduced up to approximately half its length. In any

case, insertion was stopped if an obstacle was met, and

the suction catheter was withdrawn approximately 1

cm. Suction-ing was then started while gradually

withdrawing the catheter.

• Instillation of saline was avoided.21-23

In case of dry,

tenacious secretions, the heat and moisture exchanger

was replaced by a heated humidifier. Selective suction-

ing under direct visualization by fiberoptic bronchos-

copy was performed if a mucus plug was suspected. • Size of the Suction Catheter. This had to be adapted to

the size of the endotracheal tube, so that the diameter of

the suction catheter was 50% the inner diameter of the

artificial airway.10,11,17,24,25

In practice, 16 French suc-

tion catheters were used with artificial airways with an

inner diameter $ 9 mm, 14 French suction catheters

were used with 8.0-mm or 8.5-mm endotracheal tubes,

and 12 French catheters with 7.0-mm or 7.5-mm endo-

tracheal tubes. • The duration of endotracheal suctioning was limited to

10 –15 seconds.17,26,27

If needed, the suctioning pro-cedure was repeated after a time period sufficient for restoring baseline ventilation and oxygen saturation.

• The suction pressure had to be set between 200 and

250 mm Hg.17,25,27,28

• In subjects with ARDS, to minimize suctioning-induced

lung derecruitment, a closed suction system was used,

and ventilator auto-triggering was allowed during the procedure.

5,6 Closed suctioning systems were changed

in case of mechanical failure or visible soiling only: not routinely.

23,29-31 Recruitment maneuvers were used in

case of persisting hypoxemia after suctioning.4,32

A sterile technique was employed at all times. The sub-

ject’s appearance (eg, sweating, skin color, agitation), vital

signs (oxygen saturation, heart rate, cardiac rhythm, arte-rial

blood pressure), and ventilatory parameters (breathing

frequency, tidal volume, peak inspiratory pressure) were

monitored during the whole suctioning procedure.17,27

Adverse Effects of Endotracheal Suctioning

Adverse effects of endotracheal suctioning were

defined a priori, as follows:

1590 RESPIRATORY CARE OCTOBER 2013 VOL 58 NO 10

Page 73: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

DECREASING THE ADVERSE EFFECTS OF ENDOTRACHEAL SUCTIONING

• Oxygen desaturation: an SpO2 decrease of 5% Table 1. Subjects, Outcomes, and Number of Suctioning Procedures

• Hemorrhagic secretions: blood visible in suctioned se-

Before After

Cretions Guidelines Guidelines P n 79 n 68

• Severe hypertension: an increase in systolic blood pres-sure to 200 mm Hg

• Severe hypotension: a drop in systolic blood pressure to

80 mm Hg • Severe tachycardia: an increase in heart rate to 150

beats/min • Severe bradycardia: a decrease in heart rate to 50 beats/

min • Arrhythmia: any new appearance of sustained supra-

ventricular or ventricular arrhythmia

Statistical Analysis

Results are reported as mean SD, except when oth-

erwise indicated. Incidence density, expressed per 100

ven-tilator days, was calculated according to the formula:

(Number of events/study days) 100

Dichotomous variables were compared with use of the

chi-square test, and continuous variables with the Student

t test. After assessing normality, the continuous variables

were dichotomized using adequate cut-points. Logistic

regression analysis was performed, incorporating all fac-

tors with P .10 in the univariate analysis. A P # .05 in a 2-

tailed test was used to indicate significance. All analyses

were performed using statistics software (StatView 5,

SAS Institute, Cary, North Carolina).

Results

We included 147 subjects, and 9,500 suctioning proce-

dures were recorded during a total of 1,225 ventilator

days. During the pre-intervention 3-month period (period

1), 4,506 suctioning procedures in 79 subjects were

collected during 604 ventilator days. After guidelines

implementa-tion (period 2), 4,994 suctioning procedures,

in 68 sub-jects, were collected during 621 ventilator days. Nurse reliability in detecting and reporting suctioning

adverse effects was 94% overall, varying from 91% in

period 1 to 96% in period 2. The most common errors in

reporting adverse events concerned severe hypotension

(20%) and oxygen desaturation (17%). The comparison

between the number of suctioning procedures reported on

the subject’s daily chart and the number of procedures

reported on the specific daily sheet used for the study

showed that endotracheal suctioning procedures were ad-

Age, y 57.7 17 60.2 15.5 .36

SAPS II at admission 46.1 16.5 50.5 20.3 .16

Admission type, %

Medical 74.7 79.4

Surgical 8.9 5.9 .74

Emergency surgery 16.5 14.7

Diagnoses, %

Respiratory failure 29.1 29.4 .97

Sepsis or septic shock 27.8 17.6 .14

ARDS 13.9 23.5 .13

Heart failure 15.2 5.9 .07

Cardiac arrest 5.1 8.8 .37

Hemorrhagic shock 1.3 7.4 .06

Cerebrovascular disease 2.5 5.9 .31

Pulmonary embolism 1.3 1.5 .91

Neurological disease 3.8 0 .10

Duration of mechanical ventilation, d 10.9 12.2 14.5 19.5 .18

ICU stay, d 17.3 15.4 23.3 32.2 .14

ICU survival, % 65 49 .051

Suctioning procedures, no. 4,506 4,994 .23

Suctioning procedures/subject/d 6.6 2.2 6.7 2.8 .91

Subjects with 6 suctionings/d, % 65.8 51.5 .08

Ventilator days, no. 604 621 .34

Ventilator days/subject 7.7 7.8 9.1 10.8 .34 values are mean SD. SAPS Simplified Acute Physiology Score

equately reported in 95.2% of cases, varying from 94.8%

in period 1 to 95.6% in period 2. As shown in Table 1, the

general characteristics of the subjects, number of

collected suctioning procedures, and outcomes were not

statistically different between the 2 periods.

Adverse Effects of Endotracheal Suctioning Before

Guidelines Implementation

In period 1, 47 subjects (59.5%) experienced at least

one complication from endotracheal suctioning: oxygen

desaturation occurred in 37 subjects, hemorrhagic secre-

tions in 25, hypertension in 14, hypotension in 7, tachy-

cardia in 5, and bradycardia in 4 (Fig. 1). One subject

experienced transient ventricular tachycardia, which re-

solved spontaneously after suctioning. Adverse effects

occurred in 559 procedures (Fig. 2) and 173 ventilator

days (Fig. 3), which calculated to a rate of endotracheal-

suctioning-associated adverse effects of 92.5 per 100 ven-

tilator days. Oxygen desaturation (incidence density of

48.3 per 100 ventilator days) and hemorrhagic secretions

(incidence density of 30 per 100 ventilator days) were the

most frequent adverse effects.

RESPIRATORY CARE OCTOBER 2013 VOL 58 NO 10 1591

Page 74: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

DECREASING THE ADVERSE EFFECTS OF ENDOTRACHEAL SUCTIONING

Fig. 1. Mean percentages of subjects who suffered adverse effects from endotracheal suctioning. The sum of proportions for specific

complications is greater than the percentage for all complications, because several complications could occur with a single procedure. * P

.05. † P 004.

Fig. 2. Mean percentages of suctioning procedures that had complications. The sum of proportions for specific complications is greater

than the percentage for all complications, because several complications could occur during a single procedure. * P .001. † P .006

Effect of Practice Guidelines on Endotracheal-

Suctioning-Associated Adverse Effects

Adherence to practice guidelines was 95.9%. The ef-fects

of guidelines implementation are shown in Figures 1, 2, and

3. Compared to period 1, the proportion of subjects

experiencing any complication from endotracheal suction-ing

was significantly reduced after guidelines implemen-tation

(P .04). Particularly, fewer subjects presented hemorrhagic

secretions (P .004), hypotension (P .04), and, after adjusting

for the duration of mechanical venti-lation, oxygen

desaturation (P .02). No subject pre-sented any form of

arrhythmia during period 2. The rate of complicated

suctioning procedures was reduced by 61% in period 2, with

a rate of endotracheal-suctioning-associated

adverse effects of 39 per 100 ventilator days (P .001).

This reduction concerned all adverse effects, with a de-

crease of 40% for oxygen desaturation (incidence density

of 31.1 per 100 ventilator days) (P .001), 83% for

hemorrhagic secretions (5.5 per 100 ventilator days) (P .001), 78% for hypertension (1.8 per 100 ventilator days)

(P .001), 94% for hypotension (0.3 per 100 ventilator

days) (P .001), 75% for tachycardia (1.8 per 100 ven-

tilator days) (P .001), and 67% for bradycardia (0.6 per

100 ventilator days) (P .006). The proportion of days of

mechanical ventilation with complicated suction-ing

procedures was also significantly reduced in period 2 (P

.001). Oxygen desaturation and hemorrhagic se-cretions

remained the most frequent adverse effects. In period 2

the proportion of subjects with frequent suction-

1592 RESPIRATORY CARE OCTOBER 2013 VOL 58 NO 10

Page 75: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

DECREASING THE ADVERSE EFFECTS OF ENDOTRACHEAL SUCTIONING

Fig. 3. Mean percentages of ventilator days on which suctioning procedures had complications. The sum of proportions for specific

complications is greater than the percentage for all complications, because several complications could occur during a single procedure. *

P .001. † P .01 ‡ P .05.

ing procedures ( 6/d) was lower, albeit not significantly,

than in period 1 (see Table 1).

Risk Factors for Endotracheal-Suctioning-Associated

Adverse Effects

For the analysis, hypertension and hypotension were

grouped together into a ―blood pressure changes‖ cate-

gory, and tachycardia and bradycardia were grouped into

a ―heart rate changes‖ category. The results of the uni-

variate analysis for individual and grouped adverse effects

are shown in Table 2. General characteristics were not

different between subjects with or without endotracheal-

suctioning-associated adverse effects. For all adverse

events, frequency of suctioning was significantly higher

in subjects with adverse effects than those without.

Subjects exhibiting oxygen desaturation during

endotracheal suc-tioning had a higher frequency of

ARDS, were ventilated with a PEEP higher than 5 cm

H2O, and had an FIO2 greater than 0.6 more frequently

than subjects who did not present oxygen desaturation.

Anticoagulation for at least 3 days was more frequent in

subjects with hemor-rhagic secretions than in those who

did not present such complication. The results of the multivariate regression analysis are

shown in Table 3. Only PEEP 5 cm H2O and 6/d

suctioning procedures were independently associated with

an increased risk of oxygen desaturation during suction-

ing. By contrast, not having ARDS and being in period 2

were independent protective factors for desaturation. Fre-

quency of suctioning ( 6/d), but not anticoagulation, was

independently associated with an increased risk of hem-

orrhagic secretions, while period 2 was a protective factor

for this complication. The only independent risk factor for

suctioning-induced blood pressure changes was the occur-

rence of oxygen desaturation.

Discussion

The main results of this study are that: • Endotracheal suctioning was frequently complicated, mainly

by oxygen desaturation and hemorrhagic secretions. • The implementation of practice guidelines reduced the

incidence of all adverse effects.

• Frequent suctioning, PEEP 5 cm H2O, and ARDS were

risk factors for the main adverse events (oxygen desaturation and hemorrhagic secretions).

• Oxygen desaturation was a risk factor for hemodynamic

alterations during endotracheal suctioning.

The first step of our education initiative to reduce ad-verse

effects from endotracheal suctioning was to assess their

incidence during current practice. In this study a large

proportion of mechanically ventilated subjects experienced

adverse events when endotracheal suctioning was not pro-

tocolized. Previous small clinical studies have reported

several complications of endotracheal suctioning.1,3,5,6,12

In

a population of mostly surgical patients with a relatively

short duration of mechanical ventilation (4 –5 d) and with-

out ARDS, Leur et al found that complications of routine

endotracheal suctioning occurred in 38.6% of procedures.13

When a less invasive suctioning technique was adopted

(using a modified suction catheter), complications were

reduced to 28.6%. In the first period of our study (routine

suctioning), we found a smaller incidence of hypertension

and arrhythmia, but a larger incidence of oxygen desatu-

ration than previously reported.13

Differences in the defi-

RESPIRATORY CARE OCTOBER 2013 VOL 58 NO 10 1593

Page 76: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

DECREASING THE ADVERSE EFFECTS OF ENDOTRACHEAL SUCTIONING

Table 2. Univariate Analysis of Complications of Endotracheal Suctioning Subjects Subjects

With Adverse Without Adverse P Events Events

Oxygen desaturation (n 60) (n 87) Age, mean SD 59.6 16.5 58.3 16.3 .65

SAPS II, mean SD 46.3 16.1 49.4 19.9 .32

ICU survival, % 58.3 56.3 .81

ARDS, % 25 13.8 .08

PEEP 5 cm H2O, % 58.3 33.3 .003

FIO2 0.6, % 66.7 41.4 .003

6 suctionings/d, % 81.7 43.7 .001

Period 1/2* 37/23 42/45 .02

Hemorrhagic secretions (n 33) (n 114)

Age, mean SD 56.3 16.7 59.6 16.2 .32

SAPS II, mean SD 44.3 13.9 49.3 19.4 .17

ICU survival, % 60.6 56.1 .65

Anticoagulation 3 days, % 36.4 21.9 .09

6 suctionings/d, % 84.9 51.8 .001

Period 1/2 25/8 54/60 .004

Blood pressure changes† (n 26) (n 121)

Age, mean SD 56.1 16.4 59.4 16.3 .35

SAPS II, mean SD 45 16.1 48.8 18.9 .35

ICU survival, % 73.1 53.7 .07

Oxygen desaturation, % 73.1 33.9 .001

6 suctionings/d, % 80.8 54.5 .01

Period 1/2 19/7 60/61 .03

Heart rate changes‡ (n 13) (n 134)

Age, mean SD 60.6 16.6 58.7 16.4 .69

SAPS II, mean SD 49.1 19.5 48.1 18.4 .85

ICU survival, % 46.2 58.2 .40

Oxygen desaturation, % 76.9 37.3 .006

Hemodynamic changes, % 38.5 15.7 .04

6 suctionings/d, % 92.3 56 .01

Period 1/2 8/5 71/63 .55 * After adjustment for the duration of mechanical ventilation. † The blood pressure changes category includes hypertension and hypotension. ‡ The heart rate changes category includes tachycardia and bradycardia.

SAPS II Simplified Acute Physiology Score II Period 1 before implementation of guidelines

Period 2 after implementation of guidelines

nition of complications, in suctioning techniques, and in

patient population likely explain these discrepancies. In-stead

of relative changes, we used absolute cutoff values for blood

pressure and heart rate modifications, to facili-tate the task of

reporting adverse effects for nurses. As a consequence, we

could have underestimated these compli-cations. Not

surprisingly, we found a greater incidence of oxygen

desaturation than in Leur’s study, in which pa-tients with

severe acute respiratory failure were excluded.13

Our

subjects were sicker, and approximately 20% of them had

ARDS (see Table 1). In particular, their illness severity was

slightly greater, although not significantly, in period 2, as

suggested by the slightly higher Simplified

Acute Physiology Score II and greater incidence of

ARDS. This can probably explain the somewhat longer

duration of mechanical ventilation and ICU stay, and the

trend toward lower ICU survival in period 2 (see Table 1). Our data suggest the usefulness of practice guidelines to

reduce the hazards of endotracheal suctioning.9,11,23

In par-

ticular, our results support the clinical value of the recently

updated clinical practice guidelines of the American As-

sociation for Respiratory Care.9 Our guidelines, indepen-

dently developed on the basis of available evidence, are in

fact very similar, although there may be some differences,

mainly related to the control of the depth of suctioning. Our

method consisted of leaving approximately 8 –10 cm

1594 RESPIRATORY CARE OCTOBER 2013 VOL 58 NO 10

Page 77: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

DECREASING THE ADVERSE EFFECTS OF ENDOTRACHEAL SUCTIONING

Table 3. Multivariate Logistic Regression Analysis Odds

95% CI P Ratio

Oxygen desaturation (n 60) PEEP 5 cm H2O 2.96 1.26–6.95 .01

6 suctionings/d 6 2.54–14.23 .001

FIO2 0.6 2.25 0.99–5.07 .052

No ARDS 0.31 0.1–0.9 .03

Period 2 0.4 0.17–0.93 .03

Hemorrhagic secretions (n 33)

Anticoagulation 3 days 1.45 0.58–3.64 .43

6 suctionings/d 4.25 1.45–12.44 .008

Period 2 0.31 0.13–0.78 .01

Blood pressure changes (n 26)*

Oxygen desaturation 4 1.46–11 .007

6 suctionings/d 1.88 0.6–5.86 .28

Period 2 0.44 0.16–1.17 .09 * The blood pressure changes category includes hypertension and hypotension.

Period 2 After implementation of guidelines

of the suction catheter outside the endotracheal tube, or,

in the extreme case of a too deep insertion of the suction

catheter inside the trachea so that an obstacle was met, of

withdrawing the suction catheter before applying the

negative pressure. This method may be imprecise for de-

termining suction depth, and it does not precisely reflect

the recent clinical practice guidelines of the American

Association for Respiratory Care.9 The use of suction

cath-eters with length marks would be the best solution to

perform shallow suctioning. Unfortunately, we did not

have these catheters available in our ICU, as is still the

case in many ICUs. Our protocol, including the tech-

nique of suctioning, was designed to make the individual

tasks as easy as possible with the available means. Nev-

ertheless, we observed a quite striking decrease in the rate

of hemorrhagic secretions in period 2, suggesting that a

lower rate of mucosal trauma should have occurred after

the implementation of guidelines, and supporting the idea

that the depth of suctioning was indeed reduced in pe-riod

2. The bleeding rate could have been even lower with a

more precise control of the depth of suctioning. Our study

design did not permit us to determine the weight of each

recommendation on the global impact of guide-lines

implementation on adverse effects of endotracheal

suctioning. Endotracheal-suctioning-induced oxygen desaturation

results from lung derecruitment secondary to both the loss of

positive airway pressure due to ventilator disconnection and

the application of negative pressure, particularly in patients

with ARDS.3,5,6,11

The duration of the suctioning procedure,

the level of the applied negative pressure, the size of the

suction catheter, and instillation of saline may

also influence the occurrence of lung derecruitment and

hypoxia.10,11,25-27

Accordingly, the partial prevention of

derecruitment obtained by avoiding ventilator disconnec-

tion or using a closed system in ARDS patients,5,6,11

while limiting the duration of procedure, the level of the

negative suctioning pressure, and the size of the suction

catheter, can explain the observed decrease in oxygen sat-

uration after guidelines implementation. The presence of

blood in suctioned secretions is likely explained by air-

way mucosal trauma caused by repeated introductions of

the suction catheter and application of negative pres-sure.

In agreement with a previous study,13

the reduced depth

of suctioning and the limitation of negative pressure

provided by our protocol can account for the large de-

crease in the rate of hemorrhagic secretions in period 2. A

further limitation of the suction pressure might have been

associated with a further reduction of oxygen de-

saturation and hemorrhagic secretions, but this might have

also reduced the efficacy of suctioning in clearing

secretions. Blood pressure and heart rate modifications

can result from abrupt changes of intrathoracic pres-sure,

the release of endogenous catecholamines sec-ondary to

suctioning-induced stress, hypoxemia, and vagal

stimulation.1,13,33

To our knowledge this is the first study assessing risk

factors for adverse effects of endotracheal suctioning. This

may be useful in identifying patients at increased risk for

suctioning-related complications. We found that subjects

with ARDS, and subjects ventilated with high PEEP, were at

an increased risk of oxygen desaturation (see Table 3). We

have previously shown in ARDS subjects that lung

derecruitment observed after ventilator disconnection was

correlated with the level of applied PEEP.6 Here we could

quantify the degree of hypoxemic risk conferred by PEEP

5 cm H2O (a 196% increase in risk). In addition, we

showed that frequent suctioning procedures ( 6/d) sub-

stantially increase the risk of oxygen desaturation and

hem-orrhagic secretions (see Table 3). No risk factor was

found for heart rate changes, likely because of their low

inci-dence, whereas oxygen desaturation was the only

identi-fied prognostic factor for arterial blood pressure

altera-tions (see Table 3). This confirms previous data

suggesting that hypoxemia plays a key role for the

occurrence of this complication.33

The 2 suctioning procedures were applied sequentially,

in 2 different periods, and not randomized. Although ran-

domization might have allowed a more rigorous study

design, the contemporaneous use of 2 different suctioning

procedures would have been a source of confusion for the

nursing staff, potentially leading to major protocol devia-

tions. In addition, the study was designed as an education

initiative, and the study protocol was designed to make

the individual tasks as easy as possible. The high adher-

ence obtained with this approach may have compensated

RESPIRATORY CARE OCTOBER 2013 VOL 58 NO 10 1595

Page 78: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

DECREASING THE ADVERSE EFFECTS OF ENDOTRACHEAL SUCTIONING

at least in part for the less rigorous study design. We did

not compare directly the efficacy of the 2 suctioning pro-

cedures, which would require a different study design. All

our recommendations were based on the literature, how-

ever, and on our own experiments.6

Conclusions

The adverse effects of endotracheal suctioning, partic-

ularly oxygen desaturation and hemorrhagic secretions,

are frequent and can be reduced by the implementation of

practice guidelines. Several factors can be used to identify

patients at higher risk of airway-suctioning-related com-

plications so that we can pay more attention to high-risk

patients and target future intervention studies toward

those patients most likely to benefit.

ACKNOWLEDGMENTS

We thank Grac¸a Salgueiro and Ve´ronique Morisset (nurses) and Sylvie

Lely and Nicole Jackson (respiratory therapists) for their constant sup-

port, and Je´roˆme Pigeot and Solenne Taille ́(biomedical engineers) for

technical assistance.

REFERENCES

1. Shim C, Fine N, Fernandez R, Williams MH Jr. Cardiac arrhyth-

mias resulting from tracheal suctioning. Ann Intern Med

1969;71(6): 1149-1153. 2. McCauley CS, Boller LR. Bradycardic responses to endotracheal

suctioning. Crit Care Med 1988;16(11):1165-1166. 3. Brochard L, Mion G, Isabey D, Bertrand C, Messadi AA, Mancebo

J, et al. Constant-flow insufflation prevents arterial oxygen de-

saturation during endotracheal suctioning. Am Rev Respir Dis 1991;

144(2):395-400. 4. Lu Q, Capderou A, Cluzel P, Mourgeon E, Abdennour L, Law-

Koune JD, et al. A computed tomographic scan assessment of en-

dotracheal suctioning-induced bronchoconstriction in ventilated

sheep. Am J Respir Crit Care Med 2000;162(5):1898-1904. 5. Cereda M, Villa F, Colombo E, Greco G, Nacoti M, Pesenti A.

Closed system endotracheal suctioning maintains lung volume dur-

ing volume-controlled mechanical ventilation. Intensive Care Med

2001;27(4):648-654. 6. Maggiore SM, Lellouche F, Pigeot J, Taille´ S, Deye N, Durrmeyer

X, et al. Prevention of endotracheal suctioning-induced alveolar

dere-cruitment in acute lung injury. Am J Respir Crit Care Med

2003; 167(9):1215-1224. 7. Lindgren S, Almgren B, Ho¨gman M, Lethvall S, Houltz E, Lundin S, et

al. Effectiveness and side effects of closed and open suctioning: an

experimental evaluation. Intensive Care Med 2004;30(8):1630-1637.

8. Seymour CW, Cross BJ, Cooke CR, Gallop RL, Fuchs BD. Physi-

ologic impact of closed-system endotracheal suctioning in sponta-

neously breathing patients receiving mechanical ventilation. Respir

Care 2009;54(3):367-374. 9. American Association for Respiratory Care. Clinical Practice Guide-

lines. Endotracheal suctioning of mechanically ventilated patients with

artificial airways 2010. Respir Care 2010;55(6):758-764.

10. Tingay DG, Copnell B, Grant CA, Dargaville PA, Dunster KR,

Schibler A. The effect of endotracheal suction on regional tidal ven-

tilation and end-expiratory lung volume. Intensive Care Med 2010;

36(5):888-896.

11. Maggiore SM, Volpe C. Endotracheal suctioning in hypoxemic pa-

tients. Re´animation 2011;20(1):12-18. 12. Adlkofer RM, Powaser MM. The effect of endotracheal suctioning

on arterial blood gases in patients after cardiac surgery. Heart Lung

1978;7(6):1011-1014. 13. Leur JP, Zwaveling JH, Loef BG, Schans CP. Endotracheal suction-

ing versus minimally invasive airway suctioning in intubated pa-

tients: a prospective randomised controlled trial. Intensive Care Med

2003;29(3):426-432. 14. Sole ML, Byers JF, Ludy JE, Zhang Y, Banta CM, Brummel K. A

multisite survey of suctioning techniques and airway management

practices. Am J Crit Care 2003;12(3):220-230. 15. Subirana M, Sola I, Benito S. Closed tracheal suction systems

versus open tracheal suction systems for mechanically ventilated

adult pa-tients. Cochrane Database Syst Rev 2007;(4):CD004581. 16. Grivans C, Lindgren S, Aneman A, Stenqvist O, Lundin S. A Scan-

dinavian survey of drug administration through inhalation, suction-

ing and recruitment maneuvers in mechanically ventilated patients.

Acta Anaesthesiol Scand 2009;53(6):710-716. 17. American Association for Respiratory Care. Clinical Practice Guide-line.

Endotracheal suctioning of mechanically ventilated adults and children

with artificial airways. Respir Care 1993;38(5):500-504. 18. Jubran A, Tobin MJ. Use of flow-volume curves in detecting secre-

tions in ventilator-dependent patients. Am J Respir Crit Care Med

1994;150(3):766-769. 19. Guglielminotti J, Alzieu M, Maury E, Guidet B, Offenstadt G. Bed-

side detection of retained tracheobronchial secretions in patients re-

ceiving mechanical ventilation: is it time for tracheal suctioning?

Chest 2000;118(4):1095-1099. 20. Lucchini A, Zanella A, Bellani G, Gariboldi R, Foti G, Pesenti A, et

al. Tracheal secretion management in the mechanically ventilated

patient: comparison of standard assessment and an acoustic

secretion detector. Respir Care 2011;56(5):596-603. 21. Ackerman MH. The effect of saline lavage prior to suctioning. Am J

Crit Care 1993;2(4):326-330. 22. Hagler DA, Traver GA. Endotracheal saline and suction catheters:

sources of lower airway contamination. Am J Crit Care 1994;3(6):

444-447. 23. Pedersen CM, Rosendahl-Nielsen M, Hjermind J, Egerod I. Endo-

tracheal suctioning of the adult intubated patient—what is the evi-

dence? Intensive Crit Care Nurs 2009;25(1):21-30. 24. Tiffin NH, Keim MR, Frewen TC. The effects of variations in flow

through an insufflating catheter and endotracheal-tube and suction-

catheter size on test-lung pressures. Respir Care 1990;35(9):889-897. 25. Morrow BM, Futter MJ, Argent AC. Endotracheal suctioning: from

principles to practice. Intensive Care Med 2004;30(6):1167-1174. 26. Rindfleisch SH, Tyler ML. Duration of suctioning: an important

variable. Respir Care 1983;28(5):457-459. 27. Hess DR, Kacmarek RM. Technical aspects of the patient-ventilator

interface. In: Tobin MJ, editor. Principles and practice of mechanical

ventilation, 1st edition. New York: McGraw-Hill; 1994:1039-1065. 28. Lasocki S, Lu Q, Sartorius A, Fouillat D, Remerand F, Rouby JJ.

Open and closed-circuit endotracheal suctioning in acute lung

injury: efficiency and effects on gas exchange. Anesthesiology

2006;104(1): 39-47. 29. Kollef MH, Prentice D, Shapiro SD, Fraser VJ, Silver P, Trovillion

E, et al. Mechanical ventilation with or without daily changes of in-

line suction catheters. Am J Respir Crit Care Med 1997;156(2 Pt 1):

466-472. 30. Maggiore SM. Endotracheal suctioning, ventilator-associated pneu-

monia, and costs: open or closed issue? Intensive Care Med 2006;

32(4):485-487.

1596 RESPIRATORY CARE OCTOBER 2013 VOL 58 NO 10

Page 79: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

DECREASING THE ADVERSE EFFECTS OF ENDOTRACHEAL SUCTIONING

31. Lorente L, Lecuona M, Jime´nez A, Mora ML, Sierra A. Tracheal

suction by closed system without daily change versus open system.

Intensive Care Med 2006;32(4):538-544. 32. Heinze H, Eichler W, Karsten J, Sedemund-Adib B, Heringlake M,

Meier T. Functional residual capacity-guided alveolar recruitment

strategy after endotracheal suctioning in cardiac surgery patients. Crit Care Med 2011;39(5):1042-1049.

33. Winston SJ, Gravelyn TR, Sitrin RG. Prevention of bradycardic

responses to endotracheal suctioning by prior administration of neb-

ulized atropine. Crit Care Med 1987;15(11):1009-1011.

This article is approved for Continuing Respiratory Care

Education credit. For information and to obtain your CRCE (free

to AARC members) visit www.rcjournal.com

Page 80: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

RESPIRATORY CARE OCTOBER 2013 VOL 58 NO 10

1

597

-----------------------------------------------------------------------------------------THE SUN Vol. 2(4) Desember 2015

EFEKTIFITAS HIPEROKSIGENASI PADA PROSES SUCTIONING

TERHADAP SATURASI OKSIGEN PASIEN DENGAN VENTILATOR

MEKANIK DI INTENSIVE CARE UNIT

Superdana, G, M1; Retno Sumara

2

Program Studi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan1,2

Universitas Muhammadiyah Surabaya

Email: retnosumara.gmail.com

ABSTRACT

The use of a mechanical ventilator induces the clearance of airway problems, that is, the

increase amount of sputum production so that it is needed appropriate nursing care. One of

the effective nursing interventions is by performing suctioning action. The Suction procedure

is not only mucus is inhaled, but also the supply of oxygen that enters the respiratory tract,

thus allowing it to cause shortly hypoxemia characterized by a decrease in oxygen saturation

(SpO2). Hyperoxygenation is very important in every procedure of inhalation in order to

avoid the decrease of oxygen saturation. This research uses pre-experimental design in the

form of one group pretest-posttest design. Samples were taken 20 patients with mechanical

ventilation in the ICU room of Husada Utama hospital. The respondents were selected using

non probability sampling; sampling saturated. The collection of data itself used is the

observation sheet. And the data is analyzed using statistical test of Wilcoxon Signed Rank

Test.From the results of statistical test with Wilcoxon Signed Rank Test was obtained p-value

$ 0.001 (α <0.05). Based on these results the H1 accepted, it means that hyperoxygenation is

effective in suctioning procedure to saturate oxygen on patients with mechanical ventilation

in the ICU room of Husada Utama Hospital Surabaya. Thus, it is concluded that

hyperoxygenation is effective in suctioning procedure for oxygen saturation.

Keywords: Hyperoksigenation, Suctioning, Oxygen Saturation

PENDAHULUAN

Peranan ventilator mekanik sebagai

salah satu alat terapi gawat nafas sudah

tidak diragukan lagi, sehingga ventilator

mekanik merupakan salah satu alat yang

relatif sering digunakan di unit perawatan

intensif. Masalah utama pasien dengan alat

bantu nafas atau ventilator mekanik yang

sering muncul adalah bersihan jalan nafas

inefektif, salah satu intervensi untuk

masalah tersebut adalah dilakukannya

tindakan suction. Namun pada proses

dilakukan suction tidak hanya lendir yang

terhisap, suplai oksigen yang masuk ke

saluran pernafasan juga ikut terhisap,

sehingga memungkinkan untuk terjadi

hipoksemia sesaat yang ditandai dengan

penurunan saturasi oksigen (SpO2).

Hiperoksigenasi adalah teknik terbaik

untuk menghindari hipoksemia akibat

penghisapan dan harus

digunakan pada semua prosedur

penghisapan (Clark, et al1990).

Berdasarkan studi pendahuluan di

ruang Intensive Care Unit (ICU) di

Rs. Husada Utama pada bulam

Agustus sampai dengan September

2014 sebanyak 30 pasien dengan

pemakaian mesin per-hari 3-5 mesin.

Dengan mode dan diagnosa medis

yang berbeda-beda. Dima-na pasien

tersebut diberi hiperoksigenasi

sebelum suctioning, di dapatkan

bahwa 25 pasien saturasi oksigen

meningkat hingga 100% dan 5 pasien

saturasinya naik sampai dengan 96-

98%. Fenomena di ICU Rs. Husada

Utama masih ada beberapa yang tidak

melakukan hiperoksigenasi pada

Page 81: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

-----------------------------------------------------------------------------

proses suctioning pada pasien pengguna

ventilator sebanyak 25%, sisanya sebanyak 75%

melakukan hiperoksigenasi. Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran

oksigen terhadap karbon-dioksida dalam paru-paru

tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan

pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh.

Hal ini akan menyebabkan tekanan oksigen kurang

dari 50 mmHg (Hipo-ksemia) dan peningkatan

tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg/

hiperkapnia (Smeltzer & Bare, 2004). Beberapa

kasus gagal nafas berakhir dengan pemberian

ventillator mekanik, yang bertujuan untuk membantu

atau mengambil alih fungsi pernafasan. Resiko

pemasangan ventilator mekanik pada pasien yang

mengalami gangguan sistem pernafasan merupakan

hal yang harus dihadapi dalam upaya

menyelamatkan hidup seseorang. Jika ventilator

dapat berfungsi dengan baik maka perlu dipasang

articial airway (jalan nafas buatan) dengan

endotracheal tube atau tracheostomy. Tindakan

invasive dari pemasangan articial airway ini

merupakan masalah yang paling sering terjadi

diantaranya hipoksia, trauma jaringan, meningkatkan

resiko infeksi dan stimulasi vagal dan

bronkoskopasme (Hudak & Gallo, 1998).

Penggunaan alat ventilator mekanik

mempengaruhi munculnya masalah pada bersihan

jalan nafas, di antaranya adalah meningkatnya

produksi sputum sehingga diperlukan tindakan

perawatan yang tepat. Salah satu intervensi

keperawatan yang efektif yaitu dengan melakukan

tindakan suctioning. Suctioning atau penghisapan

merupakan tindakan untuk memper-tahankan jalan

nafas sehingga memung-kinkan terjadinya proses

pertukaran gas yang adekuat dengan cara

mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampu

mengeluarkannya sendiri (Timby, 2009). Pada

proses dilakukan penghisapan tidak hanya lendir

yang terhisap, suplai oksigen yang masuk ke saluran

nafas juga ikut terhisap, sehingga memungkinkan

untuk terjadi hipoksemia sesaat ditandai dengan

penurunan saturasi oksigen (SpO2).

Dalam hal ini diperlukan tindakan

hiperoksigenasi sebelum dan sesudah melakukan

tindakan suction, hiper-oksigenasi diberikan dengan

cara meng-gunakan kantong resusitasi manual atau

melalui ventilator dan dilakukan dengan

meningkatkan aliran oksigen, biasanya sampai 100%

sebelum penghisapan dan ketika jeda antara setiap

penghisapan (Kozier & Erb, 2002). Penelitian

sebelum menyatakan SPO2 pada kelompok preoksigenasi lebih tinggi dari kelompok yang tidak

------------THE SUN Vol. 2(4) Desember 2015

memperoleh hiperoksigenasi (Pritchard, Flenady, & Woodgate , 2001).

Mengingat pentingnya suctioning

pada pasien gagal nafas yang mempunyai

masalah bersihan jalan nafas inefektif

mempunyai dampak hipoksemia sesaat

yang ditandai dengan penurunan saturasi

oksigen, hiperoksigenasi sangat penting

dalam setiap prosedur penghisapan agar

tidak terjadi penurunan saturasi oksigen

yang bermakna. Hal inilah yang telah

mendorong penulis untuk melakukan

penelitian tentang bagimanakah efektifitas

hiperoksigenasi pada proses suctioning

terhadap saturasi oksigen pasien dengan

ventilator mekanik di ICU RS. Husada

Utama.

METODE

Desain penelitian ini adalah pre-

eksperimental design, one group pre test-

post test design. Populasi dalam penelitian

ini adalah keseluruhan pasien yang

menggunakan alat bantu ventilator di ICU

Rs. Husada Utama Surabaya. Jumlah

populasi pasien yang menggunakan

ventilator di ICU Rs. Teknik sampling

yang digunakan adalah non probabilty

sampling dengan total sampling.

Peneliti mengambil sampel seluruh

pasien ICU yang menggunakan ventilator

mekanik kemudian mengadakan pen-

dekatan kepada keluarga pasien.

Pengukuran penelitian menggunkan alat

oxymetri nadi (pulse oxymetri) untuk

mengetahui hasil saturasi oksigen lembar

observasi untuk mengetahui hasil saturasi

oksigen. Pasien yang menggunakan

ventilator setiap waktu sesuai

kebutuhannya dilakukan tindakan suction.

Sebelum dilakukan tindakan suction pasien

diberi terapi nebulizer terlebih dahulu

sesuai advis dari dokter kemudian

dilakukan fisioterapi dada. Sebelum

melakukan suction dan hiperoksigenasi

peneliti melihat hasil saturasi oksigen

terlebih dahulu kemudian melakukan

hiperoksigenasi dilanjutkan dengan suc-

tioning. Kemudian melihat hasil saturasi

oksigen setelah dilakukan hiperoksigenasi

dan suctioning. Dalam penelitian meng-

gunakan uji statistik Wilcoxon Signed

Rank Test dengan confident interval 95%

dan ρ < α (0,05).

Page 82: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

-----------------------------------------------------------------------------------------THE SUN Vol. 2(4) Desember 2015

HASIL

Berdasarkan data diagram pai dibawah

ini didapatkan 10 orang (50%) jenis kelamin

laki-laki dan 10 orang (50%) adalah perempuan.

Berdasarkan gambar 2 didapatkan 10 orang

(50%) berusia 41-60 tahun, 6 orang (30%)

berusia 61-80 tahun, 4 orang (20%) berusia 21-

40 tahun. Dalam data khusus ini akan disajikan

hasil analisa tentang penilaian efektifitas

hiperoksigenasi pada proses suctioning sebelum

dan sesudah terhadap saturasi oksigen pada

pasien dengan ventilator mekanik. Berdasarkan

table 1 hasil PO2 112-180 mmHg, suhu

Gambar 1. Distribusi responden

berdasarkan Jenis Kelamin.

Gambar 2. Distribusi responden

berdasarkan Jenis Kelamin.

Grafik 1. Hasil PO2, suhu tubuh, asam basa, dan 2-3 DPG pada responden

19

Page 83: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

-----------------------------------------------------------------------------------------THE SUN Vol. 2(4) Desember 2015

Tabel 1. 1 Hasil PO2, suhu pasien, Ph, DPG

pasien 36-39, Ph 7,3- 7,5, 2-3 DPG pasien

tidak ada riwayat hipoksia kronis, anemia,

hipertiroid, hipotirois dan transfuse darah

yang multiple

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penilaian

saturasi sebelum dilakukan hiper-

oksigenasi pada prosedur suctioning dari

20 pasien didapatkan 17 pasien (85%)

hasil saturasi oksigennya 95%-100% dan 3

pasien (15%) hasil saturasi oksigennya <

95%. Berdasarkan hasil penilaian saturasi

sesudah dilakukan hiperoksigenasi pada

prosedur suctioning dari 20 pasien

20

didapatkan 18 pasien (90%) hasil saturasi

oksigennya 95%-100% dan 2 pasien (5%)

hasil saturasi oksigennya < 95%. Nilai

saturasi oksigen yang normal untuk orang

dewasa adalah 95-100% (Kozier & Erb,

2009). Berdasarkan hasil penelitian

didapati bahwa hasil saturasi oksigen

setalah dilakukan hiperoksigenasi pada

proses suctioning, saturasi oksigen pasien

meningkat dan ada yang bertahan di nilai

yang sama. penelitian yang dilakukan dari

Pritchard, Flenady, Woodgate (2001)

menyatakan SaO2 pada kelompok pre-

oksigenasi lebih tinggi daripada kelompok

yang tidak memperoleh hiperoksigenasi.

Page 84: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

-----------------------------------------------------------------------------------------THE SUN Vol. 2(4) Desember 2015

Pasien yang mengalami masalah pada

sistem pernapasan terutama iritasi kronis

pada saluran pernapasan dapat

menyebabkan terjadinya peningkatan

jumlah sel-sel globet penghasil

mucus/lendir sehingga dapat

meningkatkan jumlah mucus pada pasien

yang mengalami masalah sistem

pernafasan oleh karena itu sangat

diperlukan tindakan penghisapan lendir.

Saskatoon (2010), mengatakan

bahwa komplikasi yang mungkin muncul

dari tindakan penghisapan lendir salah

satunya adalah hipoksemia/hipoksia. Maggiore et, al. (2013), tentang efek

samping dari penghisapan lendir ETT

salah satunya adalah dapat terjadi penurunan kadar saturasi oksigen lebih

dari 5%. Sehingga pasien yang menderita

penyakit pada sistem pernapasan akan

sangat rentan mengalami penurunan nilai kadar saturasi oksigen yang signifikan

pada saat dilakukan tindakan penghisapan

lendir.Dalam hal ini diperlukan tindakan hiperoksigenasi sebelum dan sesudah melakukan tindakan suction,

hiperoksigenasi diberikan dengan cara

menggunakan kantong resusitasi manual

atau melalui ventilator dan dilakukan

dengan meningkatkan aliran oksigen,

biasanya sampai 100% sebelum

penghisapan dan ketika jeda antara setiap

penghisapan (Kozier & Erb, 2002). Menurut hasil penelitian dan teori

maka pada pasien dengan alat bantu nafas

atau ventilator mekanik biasanya terjadi

penumpukan mucus di daerah bronkus dan

alveoli, intervensi yang efektif adalah

dilakukannya suctioning. Suctioning

mempunyai dampak menurunkan saturasi

oksigen, karena pada proses penghisapan

bukan hanya lendir saja yang terhisap

namun suplai oksigen yang ada disaluran

pernafasan juga ikut terhisap. Dalam hal

ini hiperoksigenasi sangat penting pada

prosedur penghisapan lendir atau

suctioning. Hiperoksigenasi mampu

meningkatkan saturasi oksigen atau bisa

membuat saturasi oksigen tersebut stabil

atau berada pada nilai yang sama pada

proses sebelum penghisapan.

21

Analisis efektifitas hiperoksigenasi

pada jenis kelamin laki- laki sebanyak 9

pasien (90%) saturasinya 95-100% dan

hanya 1 pasien (10%) yang kurang dari

95%. Pada jenis kelamin perempuan

sebanyak 10 pasien (100%) saturasinya

95-100%. Hal ini sesuai dengan proses

suctioning terhadap saturasi oksigen pasien

dengan ventilator mekanik di ICU Rs.

Husada Utama Surabaya.

Hasil yang diperoleh dari penelitian

ini menunjukkan adanya perbedaan kadar

saturasi oksigen sebelum dan sesudah

diberikan tindakan hiperoksigenasi pada

proses suctioning. Hasil menunjukkan

terjadi peningkatan kadar saturasi oksigen

dari responden yaitu adanya selisih nilai

kadar saturasi oksigen sebesar 5%. Selain

itu dari hasil uji statistik Wilcoxon Signed

Rank Test pada responden yaitu terdapat

pengaruh yang signifikan dimana nilai p-

value = 0,001 (α < 0.05). Berdasarkan

hasil tersebut maka H1 diterima yang

artinya hiperoksigenasi efektif pada

prosedur suctioning terhadap saturasi

oksigen pasien dengan ventilator mekanik

di ICU Rs. Husada Utama Surabaya.

Penelitian yang dilakukan oleh

Maggiore et, al. (2013), tentang Decreasing the Adverse Effects of Endotracheal Suctioning During

Mechanical Ventilation by Changing

Practice, dimana 46,8% responden

mengalami penurunan saturasi oksigen dan

6,5% disebabkan karena tindakan suction.

Berdasarkan penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa tindakan suction dapat

menyebabkan terjadi penurunan kadar

saturasi oksigen. Hiperoksigenasi adalah

teknik terbaik untuk menghindari

hipoksemia akibat penghisapan dan harus

digunakan pada semua prosedur

penghisapan. Hal ini dikuatkan dengan

penelitian dari Clark, Winslow, Tyler, dan

White (1990). Saturasi Oksigen atau daya ikat Hb

terhadap oksigen (afinitas) dipengaruhi

oleh beberapa faktor diantaranya: 1)

Tekanan parsial oksigen di dalam arteri

(PO2). Normal tekanan PO2 adalah 80-100

mmHg. Semakin tinggi PO2 dalam darah

Page 85: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

-----------------------------------------------------------------------------------------THE SUN Vol. 2(4) Desember 2015

maka daya ikat hemoglobin (saturasi

oksigen) semakin tinggi pula. Sebaliknya

jika konsentrasi PO2 rendah (hipoksemia)

maka daya ikat Hb terhadap oksigen

semakin rendah dan saturasi O2

mengalami penurunan. Dengan demikian,

konsentrasi PO2 terhadap Hb berbanding

lurus. Berdasarkan hasil penelitian

responden di dapatkan hasil PO2 berkisar

112-180 mmHg maka daya ikat

hemoglobin (saturasi oksigen) semakin

tinggi. Konsentrasi PO2 dipengaruhi oleh

beberapa hal di antaranya volume gas di

dalam paru, cukup tidaknya ventilasi

alveolus (tidal volume / menit volume),

fraksi oksigen (FiO2) yang diberikan,

keadaan difusi dan perfusi antara alveolus

dengan membrane (V/Q), usia seseorang

dan afinitas hemoglobin terhadap oksigen

(status asam basa dalam darah) usia

responden 10 orang (50%) berusia 41-60

tahun, 6 orang (30%) berusia 61-80 tahun,

4 orang (20%) berusia 21-40 tahun. 2)

Suhu tubuh, suhu tubuh mempengaruhi

afinitas hemoglobin terhadap oksigen.

Hipertermi mengakibatkan tingginya

metabolisme dalam sel sehingga oksigen

lebih cepat berdifusi ke dalam plasma

ketimbang dengan Hb.

Dengan demikian semakin tinggi

suhu tubuh akan semakin mudah pelepasan

oksigen dari Hb. Pada hasil penelitian ini

di dapatkan suhu pasien berkisar 36-39,7

pasien tidak ada yang mengalami

hiportermi. 3) Asam Basa, normal PH

darah adalah 7,35 – 7,45. Asam basa

dalam darah mempengaruhi pergeseran

kurva disosiasi oksihemoglobin. Keadaan

asidosis (PH rendah) mengakibatkan

afinitas Hb terhadap O2 menurun

sebaliknya alkalosis (PH tinggi)

mengakibatkan afinitas Hb terhadap O2

meningkat. Pada hasil penelitian ini

didapatkan hasil PH darah 17 pasien 7,3-

7.4 dan 3 pasien alkalosis yaitu 7,5. PCO2

tinggi (asidosis respiratorik) mengaki-

batkan penurunan afinitas Hb Sebaliknya

PCO2 rendah (alkalosis respiratorik)

menyebabkan afinitas Hb terhadap O2

meningkat dan lebih sedikit O2 berikatan

dengan plasma. Dalam hal ini masih

22

banyak pasien yang PH dalam darahnya

normal. 4) 2-3-diphosphoglycrate (2-3-

DPG) adalah subtansi sel darah merah

yang mempengaruhi daya ikat Hb terhadap

oksigen. Keadaan yang dapat menye-

babkan peningkatan 2-3-DPG diantaranya

hipoksia kronis, anemia dan hipertiroid.

Sedangkan situasi yang dapat menurunkan

diantaranya hipotirois dan transfuse darah

yang multiple. Peningkatan konsentrasi 2-

3-DPG akan mengakibatkan penurunan

afinita Hb terhadap O2 sehingga lebih

banyak ikatan oksigen terjadi di dalam

plasma dan kurva bergeser ke kanan.

Dalam hal ini pada penelitian tidak

didapatkan pasien dengan hipoksia kronis,

anemia, hipertiroid, hipotirois dan

transfuse darah yang multiple.

Menurut hasil penelitian dan teori

pasien dengan alat bantu ventilator

mekanik yang dilakukan hiperoksigenasi

pada proses suctioning terbukti mampu

bertahan dan juga meningkat. Mengingat

tindakan suction ini dapat menyebabkan

bahaya, maka sangat diperlukan

kewaspadaan dini, kepatuhan melakukan

tindakan suctioning sesuai dengan SPO

yang benar dan keterampilan yang baik

bagi petugas kesehatan yang melakukan

tindakan tersebut, terlebih khusus bagi

tenaga perawat. Selain itu juga melihat

data penunjang lain sperti Po2, Suhu

Tubuh, Asam Basa, dan 2-3 DPG dimana

apakah pasien ada riwayat hipoksia kronis,

anemia, hipertiroid, hipotirois dan

transfuse darah yang multiple. Sebab tanpa

adanya hal-hal tersebut, dapat memberikan

dampak yang buruk bagi pasien yang

dirawat. Salah satunya bisa terjadi

penurunan kadar oksigen dan jika petugas

kesehatan/perawat tidak peka terhadap

masalah yang muncul bisa mengakibatkan

pasien mengalami gagal nafas bahkan

sampai kepada kematian.

KESIMPULAN

Hiperoksigenasi efektif pada

proses suctioning terhadap saturasi

oksigen pasien dengan ventilator mekanik

di ICU Rs. Husada Utama Surabaya.

Page 86: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

-----------------------------------------------------------------------------------------THE SUN Vol. 2(4) Desember 2015

DAFTAR PUSTAKA

Clark AP, Winslow EH, Tyler DO, White. (1990) Effects of endotracheal

suctioning on mixed venous oxygen

saturation and heart rate in

criticallyill adults. http://www.ncbi.nLm.nih.gov/pubme

d/2211166 Hudak, C. M., & Gallo, B.M. 1998).

Critical Care Nursing : a holistic

approach. Philadelpia : JB.

Lippincott.

Kozier, B., & Erb, G. (2002). Kozier and Erb’s Techniques in Clinical

Nursing 5th

Edition. New Jersey:

Pearson Education.

Kozier & Erb. (2009). Buku Ajar Praktik

Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta : EGC

Maggiore, S.M. et al,. (2013). Decreasing

the Adverse Effects of Endotracheal

Suctioning During Mechanical

Ventilation by Changing Practice.

Continuing Respiratory Care

Education, Vol 58, 1588-1597.

Pritchard M, Flenady V, Woodgate P.

(2001). Preoxygenation for tracheal

suctioning in intubated, ventilated

newborn

infants.http://www.ncbi.nLm.nih.gov

/pubmed/11686960

Saskatoon Health Region Authority (SHRA). (2005), June. Suctioning

Artificial Airways in Adults.

Paper presented at the RN and LPN

Learning Package, Saskatoon, SK.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2004). Brunner & Suddarth’s Textbook of

Medical Surgical Nursing 10th

Edition. Lippincott Williams &

Wilkins.

Timby, B. K. (2009). Fundamental

Nursing Skill and Concepts. Philadelphia: Lippincott William &

Wilkins.

23

Page 87: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

PENGARUH TINDAKAN PENGHISAPAN LENDIR ENDOTRAKEAL

TUBE (ETT) TERHADAP KADAR SATURASI OKSIGEN PADA

PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG ICU RSUP PROF. DR. R. D.

KANDOU MANADO

Berty Irwin Kitong

Mulyadi

Reginus Malara

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Email : [email protected]

ABSTRACT : Success of the treatment in patients with respiratory failure isn’t only depends

of early detection, but also understanding the cause of the mechanism. One of the conditions that can lead to respiratory failure is obstruction of the airway, including obstruction of the

endotracheal tube (ETT). An easy way to know of hypoxemia by monitoring of the oxygen

saturation levels (SpO2). This study aims to determine the effect of Endotracheal Tube (ETT ) slime suction action against Oxygen Saturation Levels In Patients treated at ICU department

of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. This research uses a method of pre experiments

using research design One - Group Pretest - Posttest Design. The samples done by purposive

sampling, with a total sample of 16 people. Data analysis was performed using t - test with 95% confidence interval and the value of α = 0.05. The results obtained from this study

showed a difference in oxygen saturation levels before and after the slime suction action

where there is a difference in value of the oxygen saturation level of 5.174 % and p-value = 0.000 (α < 0.05). The conclusion, there is the influence of the ETT slime suction action of the

oxygen saturation levels. Suggestions, for health personnel in order to ETT slime suction

action done with the standard, For Health Institutions need for supervision of nursing personnel in doing the implementation with the standards and need an inhouse and exhouse

training for the nurses to hone skills and update the new health sciences. Keywords : ETT

Suction, oxygen saturation.

ABSTRAK : Keberhasilan pengobatan pada penderita dengan gagal nafas tidak hanya

tergantung pada deteksi sejak dini, tetapi juga dari pemahaman akan mekanisme

penyebabnya. Salah satu kondisi yang dapat menyebabkan gagal nafas adalah obstruksi jalan nafas, termasuk obstruksi pada Endotrakeal Tube (ETT). Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui Pengaruh Tindakan Penghisapan Lendir ETT terhadap kadar saturasi oksigen

pada pasien yang dirawat di ruang ICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado . Jenis

penelitian ini menggunakan Metode Pre Eksperimen dengan menggunakan rancangan penelitian One-Group Pretest-Posttest Design. Penentuan sampel dilakukan dengan cara

purposive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 16 orang. Analisis data dilakukan

dengan menggunakan uji t-Test dengan confidence interval 95% dan nilai α = 0,05. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan kadar saturasi oksigen

sebelum dan sesudah diberikan tindakan penghisapan lender dimana terdapat selisih nilai

kadar saturasi oksigen sebesar 5,174 % dan nilai p-value =0,000 (α< 0.05). Kesimpulan, ada

pengaruh tindakan penghisapan lendir ETT terhadap kadar saturasi oksigen. Saran, bagi tenaga kesehatan agar tindakan penghisapan lendir ETT dilakukan sesuai dengan standar,

Bagi Institusi Kesehatan perlunya pengawasan terhadap kepatuhan tenaga perawat dalam

melaksanakan tindakan sesuai dengan standard dan perlu diberikan pelatihan baik inhouse maupun exhouse training bagi perawat agar dapat terus mengasah ketrampilan dan bisa meng-

update ilmu-ilmu kesehatan terbaru. Kata kunci : Suction ETT, saturasi oksigen. 1

Page 88: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

PENDAHULUAN

Intensive Care Unit (ICU) merupakan

ruang rawat rumah sakit dengan staf dan perlengkapan khusus ditujukan untuk

mengelola pasien dengan penyakit, trauma atau komplikasi yang mengancam

jiwa. Peralatan standar di Intensive Care Unit (ICU) meliputi ventilasi mekanik untuk membantu usaha bernafas melalui Endotrakeal Tube (ETT) atau trakheostomi. Salah satu indikasi klinik pemasangan alat ventilasi mekanik adalah

gagal nafas (Musliha,2010). Gagal napas terjadi bilamana

pertukaran oksigen terhadap karbon dioksida dalam paru – paru tidak dapat

memelihara laju konsumsi oksigen (O2)

dan pembentukan karbon dioksida (CO2)

dalam sel-sel tubuh. Hal ini mengakibatkan tekanan oksigen arteri kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbon dioksida lebih besar dari 45 mmHg

(Hiperkapnia).Walaupun kemajuan teknik diagnosis dan terapi intervensi telah berkembang dengan pesat, namun gagal napas masih menjadi penyebab angka kesakitan dan kematian yang tinggi di ruang perawatan intensif (Brunner& Suddarth, 2002).

Keberhasilan pengobatan pada

penderita dengan gagal nafas tidak hanya tergantung pada deteksi keadaan ini sejak dini, tetapi juga dari pemahaman akan mekanisme penyebabnya. Langkah pertama yang penting untuk mengenali bakal terjadinya gagal nafas adalah kewaspadaan terhadap keadaan dan situasi yang dapat menimbulkan gagal

nafas (Price& Wilson, 2005). Salah satu kondisi yang dapat

menyebabkan gagal nafas adalah obstruksi jalan nafas, termasuk obstruksi pada Endotrakeal Tube (ETT).Obstruksi jalan nafas merupakan kondisi yang tidak normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif,

dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, statis sekresi, dan batuk tidak efektif karena penyakit persyarafan seperti cerebrovaskular accident (CVA), efek

pengobatan sedatif, dan lain – lain (Hidayat, 2005).

Penangganan untuk obstruksi jalan napas akibat akumulasi sekresi pada Endotrakeal Tube adalah dengan melakukan tindakan penghisapan lendir (suction) dengan memasukkan selang kateter suction melalui

hidung/mulut/Endotrakeal Tube (ETT) yang bertujuan untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi retensi sputum dan mencegah

infeksi paru. Secara umum pasien yang terpasang ETT memiliki respon tubuh yang kurang baik untuk mengeluarkan benda asing, sehingga sangat diperlukan

tindakan penghisapan lendir (suction) (Nurachmah & Sudarsono, 2000).

Menurut Wiyoto (2010), apabila tindakan suction tidak dilakukan pada pasien dengan gangguan bersihan jalan nafas maka pasien tersebut akan mengalami kekurangan

suplai O2(hipoksemia), dan apabila suplai O2

tidak terpenuhi dalam waktu 4 menit maka dapat menyebabkan kerusakan otak yang

permanen. Cara yang mudah untuk mengetahui hipoksemia adalah dengan

pemantauan kadar saturasi oksigen (SpO2)

yang dapat mengukur seberapa banyak

prosentase O2 yang mampu dibawa oleh

hemoglobin. Pemantauan kadar saturasi oksigenadalah dengan menggunakan alat oksimetri nadi (pulse oxymetri). Dengan pemantauan kadar saturasi oksigen yang benar dan tepatsaat pelaksanaan tindakan penghisapan lendir, maka kasus hipoksemia yang dapat menyebabkan gagal nafas hingga mengancam nyawa bahkan berujung pada kematian bisa dicegah lebih dini.

Berdasarkan data peringkat 10 penyakit tidak menular (PTM) yang terfatal menyebabkan kematian berdasarkan Case Fatality Rate (CFR) pada rawat inap rumah sakit pada tahun 2010, angka kejadian gagal napas menempati peringkat kedua yaitu

sebesar 20,98% (Kementerian Kesehatan RI, 2012).

Data yang diperoleh dari buku registrasi pasien ICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado mulai dari bulan Januari-Oktober 2013 total pasien yang dirawat di ICU adalah sebanyak 411 pasien dan yang

Page 89: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

mengalami kejadian gagal napas sebanyak 132 pasien (32,1 %). Rata – rata pasien yang dirawat di ICU adalah 41-42 pasien/bulan dan rata-rata yang mengalami kejadian gagal napas adalah 13-14 pasien/bulan serta 10-11 pasien/bulan meninggal akibat gagal napas. Mengingat pentingnya pelaksanaan tindakan penghisapan lendir (suction) agar kasus gagal nafas yang dapat menyebabkan kematian dapat dicegah maka sangat diperlukan pemantauan kadar saturasi oksigen yang tepat. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang pengaruh tindakan penghisapan lendir Endotrakeal Tube (ETT) terhadap kadar saturasi oksigen pada pasien yang dirawat di ruang ICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode Pre-eksperimen dengan

menggunakan desain penelitian One-Group Pretest-Posttest Design, yang

mengungkapkan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subyek. Suatu

kelompok diberi perlakuan, tetapi sebelumnya diberikan pre-test, setelah itu dilakukan post-test (Wasis, 2006).

Desain penelitian merupakan rancangan bagaimana penelitian dilaksanakan. Desain ini digunakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu ingin mengetahui peningkatan saturasi oksigen setelah diberikan tindakan pengisapan lendir (suction) endotrakeal tube. Dalam penelitian ini akan dilakukan uji statistik untuk mengetahui ada atau tidaknya

pengaruh antara nilai (O2 – O1 ) dengan

menggunakan uji statistik t-test. Penelitian telah dilaksanakan pada

bulan Desember 2013 – Januari 2014 di ICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh penderita di ruang ICU yang sedang terpasang ETT dengan Sampel penelitian adalah penderita yang sedang terpasang ETT dan terdapat lendir.

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini

adalah pasien yang sedang dirawat di ICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado,

terpasang ETT, berlendir/sekret dan akan dilakukan tindakan suction. Sedangkan

kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah pasien yang sedang dilakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi yang terdiri dari identitas umum responden yang

terdapat pada bagian atas lembar observasi. Sedangkan pada bagian bawah terdapat hasil

penilaian pretest dan posttest terhadap tindakan pengisapan lendir (suction) yang dilakukan.

Prosedur dalam penelitian ini, data-data awal tentang kadar saturasi oksigen

dikumpulkan melalui pre test. Meliputi nilai dari hasil pengukuran dengan menggunakan

alat oksimetri. Selanjutnya responden akan diberikan tindakan pengisapan lendir (suction). Setelah melakukan tindakan

melalui perlakuan, data akhir penelitian ini diambil melalui post test meliputi data-data

mengenai kadar saturasi oksigen dengan pemantauan menggunakan alat oksimetri.

Teknik pengolahan data pada penelitian

ini terdiri dari editing, coding, cleaning, tabulating dan describing. Sedangkan analisa data dilakukan dengan pengujian univariat dan bivariat. Setelah mendapat persetujuan kegiatan pengumpulan data bisa dilaksanakan dengan menekankan pada masalah etika penelitian, antara lain Informed Consent,

Anonimity, Confidentiality, Benefinence.

HASIL dan PEMBAHASAN

Tabel 5.1. Karakteristik Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N %

Laki-Laki 12 75 Perempuan 4 25

Jumlah 16 100

Sumber : Data Primer 2013

Tabel 5.2. Karakteristik Responden

Berdasarkan Umur

Umur N %

15-24 Tahun 4 25 25-34 Tahun 1 6

35-44 Tahun 4 25

44-54 Tahun 7 44

Jumlah 16 100 Sumber : Data Primer 2013

Page 90: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Tabel 5.3. Karakteristik

Responden Berdasarkan

Pendidikan Terakhir Tingkat

N % Pendidikan

Tidak Tamat SD - - SD - -

SMP 3 19

SMA 11 69

DIII - -

S1/S2/S3 2 12

Jumlah 16 100

Sumber : Data Primer 2013

Tabel 5.4. Karakteristik Responden

Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Tingkat

N % Pendidikan

PNS 2 12.5 Swasta 3 18.7

Wiraswasta 2 12.5

POLRI 1 6.3

Petani 2 12.5

Buruh 2 12.5

IRT 2 12.5

Pelajar 2 12.5

Jumlah 16 100 Sumber : Data Primer 2013

Tabel 5.5 Nilai Kadar Saturasi Oksigen

Pre dan Post Suction

Responden Saturasi (%)

pre suction post suction

1. 98 94

2. 97 93

3. 98 92

4. 98 93

5. 99 94

6. 97 92

7. 96 93

8. 98 96

9. 100 95

10. 96 90

11. 100 96

12. 99 94

13. 97 90

14. 98 94

15. 99 96

16. 100 96 Sumber : Data Primer 2013

Tabel 5.6. Hasil Uji Statistik Pengaruh Tindakan Penghisapan Lendir Endotrakeal

Tube (ETT) Terhadap Kadar Saturasi

Oksigen Pada Pasien Yang Dirawat Di

Ruang ICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado.

Variabel Mean Std Std.

t P

N Deviation Error Value

Pre

98.13 1.310 .328

16 Suction

14.230 .000

Post

93.63 1.962 .491

16 Suction

Sumber : Data Primer 2013

Penelitian dilakukan di ICU RSUP

Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dan hanya melibatkan satu kelompok

eksperimen yaitu pasien – pasien yang

dirawat di ruangan ICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dan diberikan

intervensi berupa tindakan pengisapan

lendir (suction) ETT sebanyak satu kali

tindakan. Responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 16 orang dengan

menggunakan metode purposive

sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Dari hasil penelitian jumlah

responden terbanyak berjenis kelamin

laki-laki yaitu 12 orang atau 75 % dan

responden perempuan 4 orang atau 25 %. Penelitian ini menunjukkan jumlah

responden terbanyak berumur antara 45-

54 tahun yaitu 7 orang atau 44%, 15–24 tahun 4 orang atau 25%, 35-44 tahun 4

orang atau 25%, dan responden paling

sedikit yaitu dengan umur antara 25-34

tahun yaitu 1 orang atau 6%. Menurut Kozier dan Erb tahun 2009, nilai saturasi

oksigen yang normal untuk orang dewasa

baik laki-laki maupun perempuan adalah 95-100%.

Berdasarkan hasil penelitian ini

didapati bahwa kadar saturasi oksigen setelah dilakukan tindakan suction

mengalami penurunan nilai kadar saturasi

oksigen. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Maggiore, et all (2013) dimana 46,8% responden yang

ditelitinya mengalami penurunan saturasi

oksigen. Maggiore juga menyatakan bahwa tindakan suction ETT dapat

memberikan efek samping antara lain

Page 91: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

terjadi penurunan kadar saturasi oksigen >5%.

Sebagian besar responden yang mengalami penurunan kadar saturasi

oksigen secara signifikan pada saat

dilakukan tindakan penghisapan lendir ETT yaitu terdiagnosis dengan penyakit pada

sistem pernapasan, terlebih pada responden

nomor urut 13 yang mengalami penurunan

sebesar 7% nilai kadar saturasi oksigen terdiagnosis secara medis dengan ―gagal

napas ec. empisema‖.

Price & Wilson (2005) mengatakan bahwa gagal napas merupakan tahap akhir

dari penyakit kronik pada sistem

pernapasan. Pada responden no.13 ini yang

terjadi adalah gagal napas kronik, sebab terjadi akibat dari penyakit paru kronik

yaitu empisema (Muttaqin, 2008). Pasien

yang mengalami masalah pada sistem pernapasan terutama iritasi kronis pada

saluran pernapasan dapat menyebabkan

terjadinya peningkatan jumlah sel-sel

globet penghasil mucus/ lendir sehingga dapat meningkatkan jumlah mucus pada

pasien yang mengalami masalah sistem

pernapasan oleh karena itu sangat diperlukan tindakan penghisapan lendir.

Dalam Saskatoon Health Regional Authority (2010) mengatakan bahwa komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan penghisapan lendir salah satunya adalah hipoksemia/hipoksia. Serta diperkuat

oleh Maggiore et al,. (2013) tentang efek

samping dari penghisapan lendir ETT salah

satunya adalah dapat terjadi penurunan kadar

saturasi oksigen lebih dari 5%. Sehingga

pasien yang menderita penyakit pada sistem

pernapasan akan sangat rentan mengalami

penurunan nilai kadar saturasi oksigen yang

signifikan pada saat dilakukan tindakan

penghisapan lendir.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini

menunjukkan adanya perbedaan kadar

saturasi oksigen sebelum dan sesudah

diberikan tindakan penghisapan lendir. Hasil

menunjukkan terjadi penurunan kadar

saturasi oksigen dari responden yaitu adanya

selisih nilai kadar saturasi oksigen sebesar

5,174 %. Selain itu dari hasil uji statistik t-

Test pada responden yaitu terdapat pengaruh

yang signifikan dimana nilai p-value =0,000

(α< 0.05).

Hasil penelitian ini sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Maggiore, et

al (2013), tentang Decreasing the Adverse

Effects of Endotracheal Suctioning During

Mechanical Ventilation by Changing

Practice, dimana 46,8% responden

mengalami penurunan saturasi oksigen dan

6,5% disebabkan karena tindakan suction.

Berdasarkan penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa tindakan suction dapat

menyebabkan terjadi penurunan kadar

saturasi oksigen.

Adapun hambatan yang terjadi dalam

penelitian ini adalah tidak adanya

keseragaman dalam menggunakan ukuran

kanul suction. Sebab ukuran dapat

mempengaruhi dan memberikan perbedaan

pada nilai saturasi oksigen pada pasien yang

dilakukan tindakan suctioning. Menurut

Muhamat Nofiyanto dalam penelitiannya

tentang ―Perbedaan Nilai Saturasi Oksigen

Berdasarkan Ukuran Kateter Suction Pada

Tindakan Open Suction Di Ruang General

Intensive Care Unit RSUP Dr. Hasan Sadikin

Bandung‖ menyimpulkan bahwa ukuran

kanul suction yang lebih besar (14 Fr) dapat

menurunkan Kadar Saturasi Oksigen lebih

banyak dibandingkan dengan ukuran yang

lebih kecil (12 Fr).

Hambatan lain juga yang penulis temui

dan tidak dibahas secara mendalam dalam

penelitian ini yaitu mengenai tingkat

pendidikan dan masa kerja perawat yang

melakukan tindakan suctioning tidak

memiliki keseragaman. Sebab hal tersebut

bisa memberikan pengaruh secara tidak

langsung terhadap ketrampilan perawat dalam

melakukan suatu tindakan.

Mengingat tindakan suction ini dapat

menyebabkan bahaya, maka sangat

diperlukan kewaspadaan yang dini,

kepatuhan untuk melakukan tindakan sesuai

dengan SPO yang benar dan ketrampilan

yang baik bagi petugas kesehatan yang akan

melakukan tindakan tersebut, terlebih khusus

bagi tenaga perawat. Sebab tanpa hal-hal

tersebut dapat memberikan dampak yang

buruk bagi pasien yang sementara dirawat.

Salah satunya bisa terjadi penurunan kadar

oksigen dan jika petugas kesehatan/ perawat

tidak peka terhadap masalah yang muncul

bisa mengakibatkan pasien mengalami gagal

napas bahkan sampai kepada kematian.

Page 92: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Hal ini dapat terlihat dari penelitian yang dilakukan dimana semua tindakan

penghisapan lendir telah dilakukan sesuai

dengan SPO yang berlaku namun tetap terjadi

penurunan kadar saturasi oksigen yang

signifikan, apalagi ketika petugas kesehatan/

perawat tidak melakukan tindakan sesuai

dengan SPO, tentunya bisa sangat

membahayakan nyawa pasien.

SIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah

terdapat pengaruh tindakan penghisapan lendir endotrakeal tube (ETT) terhadap kadar

saturasi oksigen pada pasien yang dirawat di ruang ICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado serta terdapat perbedaan kadar saturasi oksigen sebelum dan sesudah diberikan tindakan penghisapan lendir.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural

Keperawatan – Konsep dan Aplikasi

Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta :

Penerbit Salemba Medika

Bayuningsih, R. 2011. Efektivitas

Penggunaan Nesting Dan Prone Terhadap Saturasi Oksigen Dan Frekuensi Nadi Pada Bayi Premature Di RSUD Kota Bekasi. Depok : FKUI

BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. 2011.

Standar Prosedur Operasional (SPO)

BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou.

Manado

Boswick, J.A. 1988. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta : EGC

Brooker, C. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Edisi 31. Jakarta : EGC

. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar

Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.

Jakarta : EGC

Djojodibroto, D. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta :

EGC

Dobson, M.B. 1994. Penuntun Praktis Anestesi. Jakarta : EGC

Hidayat, A.A.A. 2005. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Buku 2. Jakarta : Penerbit Salemba Medika

HIPGABI Sulut. 2013. Materi Pelatihan

Emergency Nursing Basic Trauma

Cardiac Life Support. Manado

ICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. 2013. Buku Registrasi Pasien ICU Tahun 2013. BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

_________. 2014. Laporan Tahunan ICU Tahun 2013. BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

International Child Health Review

Collaboration. 2014. Terapi/ Pemberian Oksigen. (http : //www.ichrc.org/107- terapipemberian-oksigen, diakses tanggal 11 maret 2014, jam 22.07 WITA)

Johnson, J.Y, Temple, J.S, Carr, P. 2005. Prosedur Perawatan di Rumah

Pedoman Untuk Perawat. Jakarta : EGC

Kementerian Kesehatan RI. 2012. 10

Penyakit Tidak Menular Yang

Menyebabkan Kematian Tahun 2010.

Jakarta

Kozier & Erb. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5.

Jakarta : EGC

Maggiore, S.M. et al,. 2013. Decreasing the Adverse Effects of Endotracheal

Suctioning During Mechanical Ventilation by Changing Practice. Continuing Respiratory Care Education, Vol 58, 1588-1597.

Page 93: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan

Mattahay, M.A. 2003. Acute Respiratory Distress Syndrome. New

York : Marcel Dekker

Musliha. 2010. Keperawatan Gawat

Darurat. Jakarta : NuMed

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan

Keperawatan Klien Dengan

Gangguan Sistem Pernapasan.

Jakarta : EGC

Nofiyanto, M. Perbedaan Nilai Saturasi Oksigen Berdasarkan Ukuran Kateter

Suction Pada Tindakan Open Suction Di Ruang General Intensive Care Unit RSUP

Dr. Hasan Sadikin Bandung, (Online), (http://www.unpad.ac.id/archieves/12 8770. diakses tanggal 10 Juni 2014, jam 22.15 WITA)

Nurachmah, E., Sudarsono, R.S. 2000.

Buku Saku Prosedur Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

Oman, K.S, McLain, Scheetz. 2008.

Panduan Belajar Keperawatan

Emergensi. Jakarta : EGC

Price, S.A., Wilson, L.M. 2005.

Patofisiologi Konsep Klinis Proses –

Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2.

Jakarta : EGC

PSIK Unsrat. 2013. Panduan Penulisan Tugas Akhir Proposal & Skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan.

Manado

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. 2013. Profil RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. Manado

Sakti, F.M. 2011. Pengaruh dataran tinggi

dan dataran rendah terhadap hemoglobin penduduk. E-library Universitas Brawijaya

Saskatoon Health Region Authority (SHRA). 2005, June. Suctioning Artificial Airways in Adults. Paper presented at the RN and LPN Learning Package, Saskatoon,SK.

Tamsuri, A. 2008. Seri Asuhan

Keperawatan Klien Gangguan

Pernapasan. Jakarta : EGC

Wasis. 2006. Pedoman Riset Praktis Untuk

Profesi Perawat. Jakarta : EGC

Wiyoto. 2010, April. Hubungan Tingkat

Pengetahuan Perawat Tentang

Prosedur Suction Dengan Perilaku

Perawat Dalam Melakukan Tindakan

Suction di ICU Rumah Sakit dr.

Kariadi Semarang (Online),

(http://digilib.unimus.ac.id/

gdl.php?mod=browse&op=read=jtptu

nimus-gdl-wiyotog2a2-5560, diakses

tanggal 01 November 2013, jam

09.35 WITA)

Page 94: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH ...elib.stikesmuhgombong.ac.id/547/1/NUR FITRIYANI NIM. A01401935.pdf · dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan