Upload
mirza-icha-riadiany
View
9
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
gfygjj
Citation preview
1
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
ASUHAN KEPERAWATAN TUBERCULOSIS PARU
Disusun oleh :
1. Dea Rahmayanti P17320312015
2. Hilda Nursaidah P17320312031
3. Mirza Riadiani Surono P17320312041
4. Putri Apriliani P173203120
5. Wildan Maulana H P17320312076
Tingkat II A
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
Jl. Dr. Semeru No. 116 Bogor Barat, Kota Bogor
i
Kata pengantar
Alhamdulillah, penulis mengucapkan puji dan syukur yang sebesar-besarnya
kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya yang berlimpah sehingga
penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini.
Adapun judul dari Makalah ini adalah tentang ASUHAN KEPERAWATAN
TUBERCULOSIS PARU. Penyusunan Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk
melengkapi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.
Dalam menyelesaikan makalah, penyusun mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak baik berupa saran, bimbingan dan dukungan moril dan materil akhirnya makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu penulis pada
kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Febri selaku kepala ruangan Teratai C
2. Teh Tria selaku CI ruangan Teratai C
3. Teh Evi selaku CI ruangan Teratai C
4. Bapak Susmadi M.kep selaku pembimbing
5. Teman-teman tingkat II A yang telah memberikan semangat dan motivasi bagi
penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
penyusun mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri dan semua pihak
yang membacanya.
Penyusun
Kelompok III
i
ii
Daftar Isi
Kata pengantar............................................................................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................................................................... ii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................2
C. TUJUAN........................................................................................................................................2
1. Tujuan Umum...............................................................................................................................2
2. Tujuan Khusus..............................................................................................................................2
D. METODE PENULISAN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA...........................................................3
BAB II...........................................................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI..........................................................................................................................................5
A. Pengertian....................................................................................................................................5
B. Etiologi Tuberculosis Paru............................................................................................................5
C. Tanda dan Gejala Tuberculosis.....................................................................................................6
D. Pemeriksaan Diagnostik...............................................................................................................7
E. Patofisiologi Tuberculosis Paru.....................................................................................................8
F. Komplikasi....................................................................................................................................9
G. Penatalaksanaan Medis..............................................................................................................10
BAB III........................................................................................................................................................12
ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................................................................12
I. PENGKAJIAN...............................................................................................................................12
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh
microbakterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang
terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai oleh sel. Penyakit ini biasanya
terletak diparu, tetapi dapat mengenai organ lain. Dengan tidak adanya pengobatan yang
efektif untuk penyakit aktif, biasa terjadi perjalanan penyakit yang kronik dan berakhir
dengan kematian.
Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya sangat
mudah sekali, yaitu melalui batuk, bersin dan berbicara. Untuk mengurangi bertambahnya
TB paru dan masalah yang ditimbulkan oleh penyakit TB paru, perlu dilakukan
penanganan awal yang dapat dilakukan adalah dilingkungan keluarga. Keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. (Depkes RI,2001). Penyebaran penyakit tuberkulosis paru yang sangat
mudah ini, sangat rentan pada keluarga yang anggota keluarganya sedang menderita
penyakit tersebut. Penyakit dapat menular pada anggota keluarga yang lain. Oleh karena
itu, penyakit tuberkulosis harus mendapat penanganan yang tepat karena penyakit ini
menyerang tidak memandang kelompok usia produktif, kelompok ekonomi lemah dan
berpendidikan rendah. Penyakit TB paru lebih banyak ditemukan di daerah miskin. Karena
faktor lingkungan yang kurang mendukung menjadi penyebab TB paru.
Beberapa faktor yang erat hubunganya dengan terjadinya infeksi basil tuberkulosis
yaitu adanya sumber penularan, jumlah basil yang cukup banyak dan terus menerus
memapar calon penderita, virulensi (keganasan basil serta daya 3 tahan tubuh dimana daya
tahan tubuh ini mempunyai hubungan erat dengan faktor lingkungan, misalnya perumahan
dan pekerjaan,faktor imunologis. Keadaan penyakit yang memudahkan infeksi seperti
diabetes militus dan campak serta faktor genetik. Melihat fenomena pada penyakit TB paru
seperti yang tersebut diatas penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana bentuk
pengelolaan pasien dengan TB paru.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk menulis dan melakukan
asuhan keperawatan dengan judul ”laporan asuhan keperawtan pada Tn. X dengan TBC
paru”
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tuberculosis Paru ?
2. Apa Etiologi dari Tuberculosis Paru ?
3. Apa Tanda dan Gejala Tuberculosis Paru ?
4. Apa saja Pemeriksaan diagnostik Tuberculosis Paru ?
5. Apa Patofisiologi dari Tuberculosis Paru ?
6. Apa saja komplikasi yang terjadi pada penyakit Tuberculosis Paru ?
7. Apa saja penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan pada penyakit
Tuberculosis Paru ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Tuberculosis Paru ?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu mengetahui gambaran pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien
dengan TB Paru.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami definisi pada penyakit TB
b. Mampu memahami etiologi TB
c. Mampu menjelaskan tanda dan gejala TB
d. Mampu menjelaskan patofisiologi pada penyakit TB
e. Mampu menjelaskan pathways keperawatan pada penyakit TB Paru
f. Mampu melakukan pengkajian untuk mengetahui keluhan pasien dan fokus
untuk menentukan masalah yang terjadi pada pasien TB paru.
g. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien TB
paru.
h. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan yang diberikan untuk
mengatasi masalah yang terjadi pada pasien TB paru.
i. Mampu mengimplementasikan tindakan keperawatan yang telah disusun
untuk mengatasi masalah pada pasien TB paru.
j. Mampu mengevaluasi hasil akhir dari implementasi.
D. Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang dipakai dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah dengan
menggunakan penulisan diskriptif yaitu menggambarkan bagaimana suatu proses
keperawatan pada klien dengan TB Paru.
Pendekatan proses keperawatan terdiri dari pengkajian, perencanaan, implementasi,
dan evaluasi. Adapun teknik penulisan yaitu pengumpulan data dengan melakukan
observasi kemudian menggambarkannya dengan memaparkan dalam bentuk Karya Tulis
Ilmiah, sedangkan untuk mengumpulkan data sebagai berikut :
1. Observasi Partisipatif
Dengan menggunakan pengamatan langsung dan berperan serta selama
perawatan yakni dengan mengamati keadaan umum perkembangan penyakit
pasien, penatalaksanaan dan pengobatan berperan serta aktif memberikan
asuhan keperawatan.
2. Wawancara
Melakukan kegiatan untuk mendapatkan keterangan langsung dengan
menggunakan tanya jawab kepada pasien, keluarga pasien, perawat ruangan,
dokter, atau kesehatan lainnya.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan adalah ketrampilan dasar yang digunakan selama pemeriksaan
antara lain inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi yang memungkinkan perawat
mengumpulkan data fisik klien yang luas. Dalam melaksanakannya penulis
mengaplikasikannya pada pasien TB paru.
4. Studi Dokumenter
Pengumpulan data tentang keadaan pesien dari catatan medik, catatan
perawatan, hasil laboratorium, serta pemeriksaan lain.
5. Studi Kepustakaan
Metode pengumpulan data dengan mempelajari sumber tertulis berupa buku
yang ada hubungannya dengan materi yang bersifat dalam pembuatan Karya Tulis
Ilmiah dan melalui akses internet.
BAB IITINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan organisme patogen
maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya strain bovin dan
human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4
μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah (Sylvia A. Price & Wilson,2006).
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya ( Dinkes, 2006 ).
Menurut Christantie effendy ( 2003 ), tuberkulosis adalah infeksi penyakit
menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan
asam yang ditularkan melalui udara. Sebagian kasus, infeksi tuberculosis didapat
melalui inhalasi partikel kuman yang sangat kecil (sekitar 1-5 mm).
TBC Paru adalah Penyakit infeksi yang terutama mengenai jaringan paru dan
dapat menyebar ke bagian tubuh lain yaitu : Otak, ginjal, tulang. Penyebab infeksi
adalah kuman mycobacterium tuberculosa (Brunner & Suddarth 2000).
Jadi dapat disimpulkan TBC (tuberculosis) merupakan suatu penyakit menular
yang disebabkan oleh microbacterium tuberculosis yang ditularkan melalui udara dan
jika tidak ada pengobatan yang efektif dapat mengakibatkan perjalanan penyakit yang
kronis dan bisa menimbulkan kematian.
B. Etiologi Tuberculosis Paru
TB paru disebabkan oleh kuman tahan asam yaitu Mycobacterium Tuberculosa.
Setelah terinfeksi kuman tersebut kira-kira 50% kuman akan berkembang menjadi TBC
aktif dalam satu tahun, sisanya kuman ini akan menyebabkan infeksi laten.
Adapun faktor yang mungkin terjadi antara lain :
- Kontak langsung dengan penderita TBC aktif.
- Menurunnya kekebalan tubuh
- Kurang nutrisi yang adekuat.
- Lingkungan dengan prevalensi TB yang tinggi
- Pengobatan paru yang tidak tuntas.
C. Tanda dan Gejala Tuberculosis
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala
umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak
jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
1. Batuk lebih dari 3 minggu
Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil proses
destruksi paru. Mengingat Tuberculosis Paru adalah penyakit menahun,
keluhan ini dirasakan dengan kecenderungan progresif walau agak lambat.
Batuk pada Tuberculosis paru dapat kering pada permulaan penyakit,
karena sekret masih sedikit, tapi kemudian menjadi produktif.
2. Dahak (sputum)
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit,
kemudian berubah menjadi mukopurulen atau kuning, sampai purulen
(kuning hijau) dan menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan.
3. Batuk Darah
Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah
sampai berupa sejumlah besar darah yang keluar pada waktu batuk.
Penyebabnya adalah akibat peradangan pada pembuluh darah paru dan
bronchus sehingga pecahnya pembuluh darah.
4. Sesak Napas
Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam paru.
Merupakan proses lanjut akibat retraksi dan obstruksi saluran pernapasan
5. Nyeri dada
Rasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi gesekan
pada dinding pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan pleuritis dan
tegangan otot pada saat batuk.
6. Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang disebabkan
oleh sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.
7. Demam dan Menggigil
Peningkatan suhu tubuh pada saat malam, terjadi sebagai suatu reaksi
umum dari proses infeksi.
8. Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang timbul
belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.
9. Rasa lelah dan lemah
Gejala ini disebabkan oleh kurang tidur akibat batuk.
10. Berkeringat Banyak Terutama Malam Hari
Keringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk penyakit
Tuberculosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah
lanjut.
D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kultur sputum
Positif jika ditemukan mikobakterium tuberkulosis dalam stadium aktif pada
perjalanan penyakit.
2. Ziehl-Neelsen (pewarnaan terhadap sputum)
Positif jika ditemukan bakteri tahan asam.
3. Skin test (PPD, Mantoux, Tine, Vollmer patch)
Reaksi positif (area indurasi > 10 mm timbul 48 – 72 jam setelah injeksi antigen
intra kutan) menunjukkan telah terjadinya infeksi dan dikeluarkannya antibodi
tetapi tidak menunjukkan aktifnya penyakit.
4. Elisa/Western Blot
Dapat menunjukkan adanya virus HIV.
5. Rontgen dada
Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan kalsium
dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang menunjukkan
perkembangan tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area fibrosa.
6. Pemeriksaan histologi/kultur jaringan
Positif bila terdapat mikobakterium tuberkulosis.
7. Biopsi jaringan paru
Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan terjadinya
nekrosis.
8. Pemeriksaan elektrolit
Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi, misalnya hipernatremia
yang disebabkan retensi air mungkin ditemukan pada penyakit tuberkulosis kronis.
9. Analisa gas darah (BGA)
Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan jaringan
paru.
10. Pemeriksaan fungsi paru
Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang rugi, meningkatnya rasio residu
udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat
infiltrasi parenkim/fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura (akibat
dari tuberkulosis kronis).
E. Patofisiologi Tuberculosis Paru
Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui tiga tempat
yaitu saluran pernafasan , saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada kulit.
Infeksi kuman ini sering terjadi melalui udara ( airbone ) yang cara penularannya
dengan droplet yang mengandung kuman dari orang yang terinfeksi sebelumnya
( Sylvia.A.Price.1995.hal 754 ).
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan
dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak
dan ludah ada basil TBC-nya , sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin
kemana-mana. Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang
kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang serta berkembangbiak
di paru-paru ( dr.Hendrawan.N.1996,hal 1-2 ).
Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang bisa
muncul yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah bening
atau pembuluh darah. Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar getah bening
dan menuju aliran darah dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ
tubuh yang lain. Basil tuberkolusis yang bisa mencapai permukaan alveolus biasanya di
inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan adanya basil yang
mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas
lobus bawah, maka hal ini bisa membangkitkan reaksi peradangan. Berkembangnya
leukosit pada hari hari pertama ini di gantikan oleh makrofag.Pada alveoli yang
terserang mengalami konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut.
Basil ini juga dapat menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening
regional, sehingga makrofag yang mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih panjang
dan yang sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh
limfosit,proses tersebut membutuhkan waktu 10-20 hari. Bila terjadi lesi primer paru
yang biasanya disebut focus ghon dan bergabungnya serangan kelenjar getah bening
regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami
pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat yang kebetulan menjalani
pemeriksaan radiogram rutin.Beberapa respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis
adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas.Pada proses ini akan dapat terulang kembali dibagian selain paru-paru ataupun
basil dapat terbawa sampai ke laring ,telinga tengah atau usus.(Sylvia.A
Price:1995;754)
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa adanya pengobatan dan dapat
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dengan perbatasan bronkus
rongga. Bahan perkijauan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijauan dan lesi mirip
dengan lesi berkapsul yang tidak lepas.Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala
dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat
peradangan aktif.(Syilvia.A Price:1995;754)
Batuk darah (hemaptoe) adalah batuk darah yang terjadi karena penyumbatan
trakea dan saluran nafas sehingga timbul sufokal yang sering fatal. Ini terjadi pada
batuk darah masif yaitu 600-1000cc/24 jam.Batuk darah pada penderita TB paru
disebabkan oleh terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah pada dinding
kapitas.(Hood Al sagaff dkk:1995;85-86).
F. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu
1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya
jalan napas.
2. Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat
retraksi bronchial.
3. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan
ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
G. Penatalaksanaan Medis
Panduan OAT dan peruntukannya
1. Kategori -1(2 HRZE / 4H3R3)
Diberikan untuk pasien baru
Pasien baru TB paru BTA positif
Pasien TB paru BTA negatif thorak positif
Pasien TB ekstra paru
2. Kategori – 2 (2HRZES / HRZE / 5H3R3E3)
Diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnyaq
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan 3 tahun terputus ( Default)
3. OAT sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti panduan paket untuk taha kategori -1 yang
diberikan selama sebulan ( 28 hari).
Jenis dan dosis obat OAT
1) Isoniasid (H)
Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolic aktif. Dosis
harian yang dianjurkan 5 mg / kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 X
semingggu diberikan dengan dosis 10 mg / kg BB.
2) Rifamisin (R)
Dapat m,embnunuh kuman semi dormanf yang tidak dapat dibunuh isoniasid.
Dosis 10 mg / kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 X
seminggu.
3) Pirasinamid (Z)
Dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis
harian dianjurkan 25 mg / kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 X
seminggu.
4) Streptomisin (S)
Dosis harian dianjurkan 15 mg / kg BB, sedeangkan untuk pengobatan
intermiten 3 X seminggu diberikan dengaqn dosis yang sama. Penderita berumur
sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr/ hari. Sedangkan untuk berumur 60 th atau lebih
diberikan 0,50 gr/ hari. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan
Pada Ny dengan Tuberculosis Paru
Di Ruang Teratai C
RSUD Ciawi Bogor
I. PENGKAJIAN
Hari/ Tanggal :
Pengkaji :
Ruang :
A. Identitas
1. Klien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
Status perkawinan :
Pekerjaan :
No RM :
Diagnosis medis :
Tanggal Masuk :
Tanggal Pengkajian :
2. Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Hubungan keluarga :
B. Keluhan Utama :
C. Riwayat Kesehatan Sekarang :
D. Riwayat Kesehatan yang Lalu
E. Riwayat Kesehatan Keluarga dan Genogram
F. Pemeriksaan Fisik :
1. Tingkat Kesadaran :
a. Kualitas :
b. Kuantitas :
Respon Motorik :
Respon Verbal :
Respon Membuka Mata : +
Jumlah :
2. Tanda-tanda vital :
Suhu :
Nadi :
Pernafasan :
Tekanan Darah :
G. Pemeriksaan Sistematis (Inspeksi,Palpasi,Auskultasi,Perkusi)