Upload
yogi-adi-wayne
View
14
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
asuhan keperawatan sars
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN SARS
Dosen Pengampu :Ni Ketut …
Disusun Oleh :
Dewi Putri U
Dewi Risna Y
I Gusti Ayu Sri W
Ineke Jelita Arsil
AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA 2014
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit
pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran
pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus.
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau Corona Virus Pneumonia
(CVP) adalah Syndroma pernafasan akut berat yang merupakan penyakit infeksi pada
jaringan paru manusia yang sampai saat ini belum diketahui pasti penyebabnya.
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paru-
paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya
pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru).
SARS merupakan kedaruratan medis yang dapat terjadi pada orang yang
sebelumnya mempunyai paru-paru yang normal. Walaupun sering disebut sindroma
gawat pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak.
Secara proposional ada 2 definisi kasus SARS, yaitu “suspect” dan “probable”
sesuai kriteria WHO. Definisi penderita suspect (diduga) mempunyai riwayat sebagai
berikut : Demam tinggi (> 380C / 100,40F) disertai dengan batuk atau mengalami
kesulitan bernafas ditambah dengan adanya satu atau lebih riwayat pajanan dalam 10
hari sebelum timbulnya gejala klinis yaitu :
a. Pernah kontak dekat dengan penderita suspect atau penderita probable SARS
(seperti merawat penderita, tinggal bersama, menangani sekret atau cairan tubuh
penderita).
b. Dan atau adanya riwayat pernah melakukan perjalanan kedaerah yang sedang
terjangkit SARS.
c. Dan atau tinggal didaerah yang sedang terjangkit SARS.
2. Etiologi
Penyebab penyakit SARS disebabkan oleh coronavirus (family paramoxyviridae)
yang pada pemeriksaan dengan mikroskop electron. Virus ini stabil pada tinja dan
urine pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada
penderita diare. Seperti virus lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui
saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Lalu berinkubasi dalam paru-paru
selama 2-10 hari yang kemudian menyebabkan paru-paru akan meradang sehingga
bernapas menjadi sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak langsung
dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah (droplet) saat
pasien bersin dan batuk. Dan kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat yang
terkontaminasi.( Jong, W. 1997).
Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun
tidak langsung yang melukai paru-paru, diantaranya :
a. Pneumonia
b. Tekanan darah yang sangat rendah (syok)
c. Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari lambung)
d. Beberapa transfusi darah
e. Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi
f. Emboli paru
g. Cedera pada dada
h. Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin
i. Trauma hebat
j. Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak).
3. Patofisiologi
Cara penularan : SARS ditularkan melalui kontak dekat, misalnya pada waktu
merawat penderita, tinggal satu rumah dengan penderita atau kontak langsung dengan
secret atau cairan tubuh dari penderita suspect atau probable. Penularan melalui
udara, misalnya penyebaran udara, ventilasi, dalam satu kendaraan atau dalam satu
gedung diperkirakan tidak terjadi, asal tidak kontak langsung berhadapan dengan
penderita SARS. Untuk sementara, masa menular adalah mulai saat terdapat demam
atau tanda-tanda gangguan pernafasan hingga penyakitnya dinyatakan sembuh.
Masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas kesehatan yang kontak
langsung dengan penderita mempunyai risiko paling tinggi tertular, lebih-lebih pada
petugas yang melakukan tindakan pada sistem pernafasan seperti melakukan intubasi
atau nebulasi.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis SARS itu berupa demam dengan suhu badan lebih dari 38oC
terutama pada malam hari, ditambah batuk, sulit bernapas, dan napas pendek-pendek,
nyeri sendi. Gejala-gejala ini memberat beberapa hari kemudian disertai dengan
viraemia, 10 hari setelah onset. Jika sudah terjadi gejala-gejala itu dan pernah
berkontak dekat dengan pasien penyakit ini, orang bisa disebut suspect SARS. Kalau
setelah di rontgen terlihat ada pneumonia (radang paru-paru) atau terjadi gagal
pernapasan, orang itu bisa disebut probable SARS atau bisa diduga terkena SARS.
Gejala lainnya sakit kepala, otot terasa kaku, diare yang tak kunjung henti, timbul
bintik-bintik merah pada kulit, dan badan lemas beberapa hari. Ini semua adalah
gejala yang kasat mata bisa dirasakan langsung oleh orang yang diduga menderita
SARS itu.
Tapi gejala itu tidak cukup kuat jika belum ada kontak langsung dengan pasien.
Tetap diperlukan pemeriksaan medis sebelum seseorang disimpulkan terkena
penyakit ini. Paru-parunya mengalami radang, limfositnya menurun, trombositnya
mungkin juga menurun. Kalau sudah berat, oksigen dalam darah menurun dan enzim
hati akan meningkat. Ini semua gejala yang bisa dilihat dengan alat medis. Tapi
semua gejala itu masih bisa berubah. Penelitian terus dilangsungkan sampai sekarang.
(Brunner & Suddarth. 2002)
5. Manajemen Medis
Terapi supportif umum : meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang
adekuat, pemberian multivitamin dan lain-lain.
a. Terapi oksigen
b. Humidifikasi dengan nebulizer
c. Fisioterapi dada
d. Pengaturan cairan
e. Pemberian kortokosteroid pada fase sepsis berat
f. Obat inotropik
g. Ventilasi mekanis
h. Drainase empiema
i. Bila terdapat gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori cukup
Terapi antibiotik : Agen anti-bakteri secara rutin diresepkan untuk SARS karena
menyajikan fitur non-spesifik dan cepat tes laboratorium yang dapat diandalkan untuk
mendiagnosis SARS-cov virus dalam beberapa hari pertama infeksi belum tersedia.
Antibiotik empiris yang sesuai dengan demikian diperlukan untuk menutupi terhadap
patogen pernafasan Common per nasional atau pedoman pengobatan lokal bagi
masyarakat-diperoleh atau nosokomial pneumonia.
Setelah mengesampingkan patogen lain, terapi antibiotik dapat ditarik. Selain efek
antibakteri mereka, beberapa antibiotik immunomodulatory dikenal memiliki sifat,
khususnya quinolones dan makrolid. Efeknya pada kursus SARS adalah belum
ditentukan. SARS dapat hadir dengan spektrum keparahan penyakit. Sebagian kecil
pasien dengan penyakit ringan pulih baik bentuk khusus tanpa pengobatan atau terapi
antibiotik saja. Antibiotik :
a. Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab.
b. Utama ditujukan pada S.pneumonia, H.Influensa dan S.Aureus
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.
b. Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi
pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali
rendah dan kulit, bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena
kekurangan oksigen).
c. Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :
1) Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang
seharusnya terisi udara)
2) Gas darah arteri
3) Hitung jenis darah dan kimia darah
4) Bronkoskopi.
d. Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
e. Pemeriksaan Bakteriologis : sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau
transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsy
f. Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8
jam dan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody.
7. Komplikasi
Komplikasi meliputi :
a. Abses parub. Efusi pleuralc. Empisemad. Gagal nafase. Perikarditisf. Meningitisg. Atelektasish. Hipotensii. Deliriumj. Asidosis metabolick. Dehidrasil. Penyakit multi lobularm. Septikemin. Superinfeksi dapat terjadi sebagai komplikasi pengobatan farmakologis.
8. PrognosisAngka kematian melebihi 40%. Apabila penyakit tidak ditangani dengan baik
maka kondisi bagian tubuh yang diserang, yakni paru-paru, makin bertambah berat rusaknya. Keadaan pasien yang semula mengalami radang paru dapat berlanjut ke kondisi gagal napas yang berat karena paru sudah tidak dapat berfungsi sebagai alat pernapasan yang menerima oksigen dan membuang karbondioksida. Tanda jasmani tidak begitu kelihatan dan mungkin tidak ada. Beberapa pasien akan mengalami tachypnea dan crackle pada auscultation. Kemudian, tachypnea dan lethargy kelihatan jelas.
Pada penderita yang menjalani terapi ventilator dalam waktu yang lama, cenderung akan terbentuk jaringan parut di paru-parunya. Jaringan parut tertentu membaik beberapa bulan setelah ventilator dilepas.
Penderita yang bereaksi baik terhadap pengobatan, biasanya akan sembuh total, dengan atau tanpa kelainan paru-paru jangka panjang.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
No.
Diagnosa Keperawatan
Hasil yang diharapkan
Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan napas, tidak efektif
Dihubungkan dengan :
Hipoperfusi Peningkatan
jumlah/ viskositas sekret paru
Meningkatnya tahanan jalan napas (edema interstisial)
Menunjukkan hilangnya dispnea
Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih/tak ada ronki
Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki / mempertahankan bersihan jalan napas
Mandiri Catat perubahan upaya
dan pola bernapas
Observasi penurunan ekspansi dinding dada dan adanya/peningkatan fremitus
Catat karakteristik bunyi napas
Penggunaan otot interkostal/abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernapas
Ekspansi dada terbatas atau tak sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema dan sekret dalam seksi lobus. Konsolidasi paru dan pengisian cairan dapat meningkatkan fremitus
Bunyi napas menunjukkan aliran udara melalui pohon trakeobronkial dan dipengaruhi oleh adanya cairan, mukus, atau obstruksi aliran udara lain. Mengi dapat merupakan bukti konstriksi bronkus atau penyempitan jalan napas sehubungan dengan edema. Ronki dapat jelas tanpa batuk dan menunjukkan pengumpulan mukus pada jalan napas.
Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab atau etiologi gagal pernapasan. Sputum, bila adaa
Catat karakteristik batuk (misal, menetap, efektif/tak efektif) juga produksi dan karakteristik sputum.
Pertahankan posisi tubuh/kepala tepat dan gunakan alat jalan napas sesuai kebutuhan.
Bantu dengan batuk/napas dalam, ubah posisi dan penghisapan sesuai indikasi.
Kolaborasi Berikan oksigen
lembab, cairan IV; berikan kelembaban ruangan yang tepat.
Berikan terapi aerosol, nebuliser ultrasonik.
mungkin banyak, kental, berdarah, dan/atau purulen.
Memudahkan memelihara jalan napas atas paten bila jalan napas pasien dipengaruhi, misalnya, gangguan tingkat kesadaran, sedasi, dan trauma maksilofasial.
Pengumpulan sekresi mengganggu ventilasi atau edema paru dan bila pasien tidak diintubasi, peningkatan masukkan cairan oral dapat mengencerkan/meningkatkan pengeluaran.
Kelembaban menghilangkan dan memobilisasi sekret dan meningkatkan transpor oksigen.
Pengobatan dibuat untuk mengirimkan oksigen/bronkodilatasi/kelembababan dengan kuat pada alveoli dan untuk memobilisasi sekret.
Meningkatkan drainase/eliminasi sekret paru ke dalam sentral bronkus, dimana dapat lebih siap dibatukan atau dihisap keluar. Meningkatkan efisiensi penggunaan otot pernapasan dan membantu ekspansi alveoli.
Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret.
Bantu dengan/berikan fisioterapi dada, contoh drainase postural; perkusi dada/vibrasi sesuai indikasi.
Berikan bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol (profentil), isoetarin (bronkosol) dan agen mukolitik, contoh asetikistein (mucomyst), guaifenesin (robitussin).
Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardia, hipertensi, tremor, insomnia.
Memerlukan perubahan dosis/pilihan obat.
2. Kerusakan pertukaran gas
Dihubungkan dengan:
Akumulasi protein dan cairan dalam interstisial/ area alveolar
Hipoventilasi alveolar
Kehilangan
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebeas gejala distress pernapasan.
Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam
Mandiri
Kaji status pernapasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi/ upaya pernapasan atau perubahan pola napas.
Catat adanya/tak adanya bunyi napas dan adanya bunyi tambahan, contoh krekels, mengi.
Takipnea adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan peningkatan upaya pernapasan dapat menunjukkan derajat hipoksemia.
Bunyi napas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit. Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas
surfaktan menyebabkan kolaps alveolar
kemampuan/situasi.
Kaji adanya sianosis
Observasi kecenderungan tidur, apatis, tidak perhatian, geelisah, bingung, somnolen.
Auskultasi frekuensi jantung dan irama.
Berikan periode istirahat dan lingkungan tenang.
Tunjukkan/ dorong penggunaan napas bibir
membran alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti konstriksi bronkus dan / atau penyempitan jalan napas sehubungan dengan mukus/edema.
Penurunan oksigenasi bermakna (desaturasi 5 g hemoglobin) terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral dari “organ” hangat contoh, lidah, bibir, dan daun telinga, adalah paling indikatif dari hipoksemia sistematik. Sianosis perifer kuku/ekstremitas sehubungn dengan vasokonstriksi.
Dapat menunjukkan berlanjutnya hipoksemia dan/atau asidosis,
Hipoksemia dapat menyebabkan mudah terangsang pada miokardium, menghasilkan berbagai distritmia.
Menghemat energi pasien, menurunkan kebutuhan oksigen.
Dapat membantu khususnya untuk pasien yang sembuh dari penyakit lama/berat, mengakibatkan destruksi parenkim paru.
Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran, dengan ttekanan jalan napas positif kontinu.
Meningkatkan ekspansi penuh paru untuk memperbaiki oksigenasi dan untuk
bila diindikasikan.
Berikan oksiogen lembab dengan masker CPAP sesuai indikasi.
Bantu dengan/ berikan tindakan IPPB.
Kaji seri foto dada.
Awasi/ gambarkan seri GDA/ oksimetri nadi.
Berikan obat sesuai indikasi contoh steroid, antibiotik, bronkodilator, ekspektoran.
memberikan obat nebuliser ke dalam jalan napas. Instubasi dan dukungan ventilasi diberikan bila PaO2 kurang dari 60 mmHg dan tidak berespon terhadap peningkatan oksigen murni (FIP2).
Menunjukkan kemajuan atau kemunduran kongesti paru.
Menunjukkan ventilasi atrau oksigenasi dan status asam/basa. Digunakan sebagai dasar evaluasi keefektifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi.
Pengobatan untuk SDPD sangat mendukung lebih besar atau dibuat untuk memperbaiki penyebab SDPD dan mencegah berlanjutnya dan potensial komplikasi fatal hipoksemia. Steroid menguntungkan dalam menunrunkan inflamasi dan meningkatkan produksi surfakta. Bronkodilator/ekspektoran meningkatkan bersihan jalan napas. Antibiotik dapat diberikan pada adanya infeksi paru/sepsis untuk mengobati patogen penyebab.
3. Resiko tinggi terjadi
Menunjukkan volume cairan
Mandiri Awasi tanda vital, Kekurangan/ perpindahan
kekurangan volume cairan.
normal yang dibuktikan oleh TD, kecepatan nadi, berat badan, dan haluaran urin dalam batas normal.
contoh TD, frekuensi jantung, nadi (kesamaan dan volume).
Catat perubahan mental, turgor kulit, hidrasi, membran mukosa, dan karakter sputum.
Ukur/hitung masukan, keluaran, dan keseimbangan cairan. Catat kehilangan tak tampak.
Timbang berat badan tiap hari
Kolaborasi Berikan cairan IV
dalam observasi ketat/dengan alat kontrol sesuai indikasi.
Awasi/ganti elektrolit
cairan meningkatkan frekuensi jantung, menurunkan TD, dan menguragi volume nadi.
Penurunan curah jantung mempengaruhi perfusi/fungsi serebral. Kekurangan ciran juga dapat diidentifikasi dengan penurunan turgoe kulit, membran mukosa kering, dan viskositas sekret kental.
Memberikan informasi tentang status cairan umum. Kecenderungn keseimbangan cairan negatif dapat menunjukkan terjadinya defisit.
Perubahan cepat menunjukkan gangguan dalam air tubuh total.
Memperbaiki/ mempertahankan volume sirkulasi dan tekanan osmotik. Catatan: meskipun kekurangan cairan, pemberian dpat mengakibatkan peningkatan kongesti paru, pengaruh negatif fungsi pernapasan.
Elektrolit khususnya kalium dan natrium mungkin menurun sebagai akibat terapi deuretik.
sesuai indikasi4. Ansietas/
ketakutan.
Dihubungkan dengan :
Krisis situasi
Perubahan status kesehatan; takut mati
Faktor psikologis (efek hipoksemia)
Menyatakan kesadaran terhadap ansietas dan cara sehat untuk mengatasinya.
Mengakui dan mendiskusikan takut.
Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani.
Menunjukkan pemecahan masalah dan penggunaan sumber efektif.
Mandiri Observasi peningkatan
kegagalan pernapasan, agitasi, gelisah, emosi labil.
Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsang. Jadwalkan prawatan dan prosedur untuk memberikan periode istirahat tak terganggu.
Tunjukkan/ bantu dengan teknik relaksasi, meditasi, bimbingan imajinasi.
Identifikasi persepsi pasien terhadap ancaman yang ada oleh situasi.
Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan.
Akui kenyataan stres tanpa menyangkal atau meyakinkan bahwa segalanya akan baik. Berikan informasi tentang tindakan yang akan diambil untuk memperbaiki/menghilangkan kondisi.
Identifikasi teknik yang telah digunakan pasien sebelumnya untuk
Memburuknya hipoksemia dapat menyebabkan atau meningkatkan ansietas.
Menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi dan penghematan energi.
Memberikan kesempatan untuk pasien menangani ansietasnya sendiri dan merasa terkontrol.
Membantu pengenalan ansietas/takut dan mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu untuk individu.
Langkah awal dalam mengatasi perasaan adlah terhadap identifikasi dan ekspresi. Mendorong penerimaan situasi dan kemampuan diri untuk mengatasi.
Membantu pasien menerima apa yang terjadi dan dapat menurunkan tingkat ansietas/ takut karena tak tahu. Salah meyakinkan tidak membantu, karena baik perawat dan pasien mengetahui hasil akhirnya.
mengatasi ansietas.
Bantu orang terdekat untuk berespons positif pada pasien/situasi.
Kolaborasi Berikan sedatif sesuai
indikasi dan awasi efek merugikan.
Fokus perhatian pada ketrampilan pasien yang telah dilalui, meningkatkan rasa kontrol diri.
Meningkatkan penurunan ansietas melihat orang lain tetap tenang. Karena ansietas dapat menular, bila orang terdekat/staf memperlihatkan ansietas mereka. Kemampuan koping pasien dapat dengan mudah dipengaruhi.\
Mungkin diperlukan untuk membantu menangani ansieata dan meningkatkan istirahat. Namun efek samping seperti depresi pernapasan dapat membatasi atau kontraindikasi untuk menggunakannya.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, kebutuhan terapi
Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi.
Menggambarkan/ menyatakan diet, obat, dan program aktivitas.
Mengidentifikasi dengan benar
Mandiri Pacu belajar untuk
memenuhi kebutuhan pasien. Berikan informasi dalam cara yang jelas/ringkas. Kaji potensial kerja sama dalam program pengobatan di rumah. Termasuk orang terdekat sesuai indikasi.
Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat menghambat lingkup perhatian pasien, konsentrasi dan energi untuk penerimaaan informasi/tugas baru. Khususnya orang terdekat memerlukan keterlibatan bila proses penyakit berat atau berubah untuk batasan kesembuhan.
tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medik.
Membuat rencana untuk perawatan lanjut.
Berikan informasi yang berpusat pada penyebab/ timbulnya proses penyakit pada pasien/orang terdekat.
Anjurkan dalam tindakan pencegahan, bila diperlukan. Diskusikan menghindari kerja berlebihan dan pentingnya mempertahankan periode istirahat teratur. Hindari lingkungan dingin dan orang yang sedang terinfeksi.
Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat, contoh tujuan, efek samping, rute, dosis, jadwal.
Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan; kebutuhan makanan tinggi kalori.
Berikan pedoman untuk aktifias.
SDPD adalah komplikasi dari proses lain, bukan diagnosa utama. Pasien/orang terdekat serig bingung dengan terjadinya pada sistem pernapasan “sehat” sebelumnya.
Penurunan tahanan menetap selama periode waktu setelah operasi. Kontrol/menghindari pemajanan pada faktor lingkungan, seperti asap/debu, reaksi alergis, atau infeksi diperlukan untuk menghindari komplikasi lanjut.
Pemberian instruksi penggunaan obat yang aman memampukan pasien untuk mengikuti dengan tepat program pengobatan.
Pasien dengan masalah pernapasan berat biasanya mengalami penurunan berat badan dan anoreksia sehingga memerlukan peningkatan nutrisi untuk penyembuhan.
Pasien harus menghindari terlalu lelah dan mengimbangi periode istirahat dan aktivutas untuk meningkatkan regangan/stamina dan mencegah konsumsi/kbutuhan oksigen berlebihan.
Kondosis lemah dapat mebuat kesulitan untuk pasien
Tunjukkan teknik bernapas adqaptif dan cara menurunkan kebutuhan energi selama melakukan aktifitas sehari-hari.
Diskusikan evalusai perawatan, contoh kunjungan dokter, tes diagnostik fungsi paru, dan tanda/gejala yang memelukan evaluasi/intervensi.
Bantu membuat rencana memenuhi kebutuhan individu setelah pulang. Identifikasi/rujuk ke sumber yang tepat, contoh perawat kunjungan, agen kesehatan di rumah, meal on ‘wheels’,Amblicab.
menyelesaikan tindakan sederhana sekalipun.
Pemahaman alasan dan kebutuhan mengikuti evaluasi perawatan, juga kebutuhan untuk perhtian medik menigkatakan partisipasi pasien dan dapat meningkatkan kerjasama dengan program pengobatan.
Memungkinkan kembali ke rumah sementara tetap memberikan dukungn yang diperlukan selama perio