161
_____________________________________________________________________ Halaman Laporan Tahun 2007 1 LAPORAN SEMESTER 1 (SATU) TAHUN 2008 ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA

”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 1

LAPORAN SEMESTER 1 (SATU) TAHUN 2008

”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA

YANG SEHAT”

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA

Page 2: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 2

KATA PENGANTAR Lahirnya UU No. 5/1999 merupakan antitesa dari kondisi ekonomi pasar yang inefisien. Keadaan tersebut perlu diperbaiki dengan mengimplementasikan UU Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Upaya untuk mengimplementasikan hukum tersebut membutuhkan sebuah lembaga yang mengawasi sekaligus mendorong kondisi perekonomian pasar yang sehat di negeri ini. Internalisasi dan sosialisasi nilai-nilai persaingan usaha, merupakan kerja awal bagi lembaga yang diberi amanat untuk mengawasi pelaksanaan UU No. 5/1999. Upaya advokasi telah dilakukan secara maksimal pada masa-masa awal lahirnya KPPU. Saat ini, diusianya yang kedelapan tahun, KPPU sudah tidak lagi hanya bergerak diwilayah kerja advokasi. Proses penguatan kelembagaan menjadi salah satu tugas besar diusianya yang telah sewindu ini. Peningkatan kinerja dan kredibilitas mendorong pada peningkatan eksistensi KPPU. Hal ini dibuktikan dengan adanya upaya harmonisasi kebijakan persaingan dibeberapa sektor, meningkatnya jumlah saran dan pertimbangan yang diberikan kepada pemerintah, dilakukannya pembahasan UU No. 5/1999 dan penyusunan pedoman pelaksanaannya. Dibidang kerjasama kelembagaan, KPPU berupaya untuk menyusun kebijakan diforum internasional. Kerjasama antar lembaga memberikan kontribusi besar bagi kemajuan lembaga melalui pertukaran ilmu dan informasi. Upaya-upaya yang telah dilakukan KPPU diharapkan dapat menguatkan kelembagaan yang telah dibentuk sejak tahun 2000. Eksistensi dan kinerja KPPU selama sewindu telah dirasakan oleh stakeholder KPPU. Pelaku usaha mulai memahami dan sadar akan hukum persingan usaha. Sejalan dengan pemahaman pelaku usaha terhadap UU No. 5/1999, jumlah laporan/pengaduan masyarakat tentang pelanggaran terhadap Undang-undang tersebut pun kian meningkat. Lebih dari seratus laporan telah diterima KPPU sejak bulan Januari hingga Juni tahun 2008. Beberapa Putusan KPPU telah dilaksanakan dan sejumlah Putusan telah dikuatkan oleh Mahkamah Agung. Disamping itu, konsumen juga telah ikut merasakan manfaat atas keberadaan KPPU. Pilihan atas produk dan jasa yang ditawarkan semakin meningkat, baik dari segi harga maupun kualitas pelayanannya. Indikator tersebut diatas merupakan bukti tingginya kepercayaan masyarakat terhadap KPPU. Tetapi, kedepan tantangan yang dihadapi KPPU akan jauh lebih besar. Kendala yang dihadapi adalah menjaga dan mempertahankan integritas KPPU demi menjaga amanat yang telah diberikan oleh Undang-undang. Tantangan dan kendala tersebut menjadi pendorong lembaga ini untuk bersatu memberikan kinerja secara maksimal bagi masyarakat. Tekad ini harus dibuktikan dalam Tahun Implementasi Persaingan Usaha yang Sehat.

Page 3: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 3

PENDAHULUAN

epat pada tahun ini, KPPU genap berusia 8 (delapan) tahun yang merupakan tahun implementasi persaingan usaha. Dalam usia yang relatif belia untuk sebuah lembaga di Indonesia, KPPU telah memberikan andil yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat,

dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat. Cita-cita mulia ini dipupuk semenjak tahun 2000 silam dimana lembaga ini dibentuk setahun setelah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat disahkan. Sebagai catatan, undang-undang ini merupakan satu-satunya undang-undang yang dihasilkan atas inisiatif DPR. Pada awal pendiriannya, KPPU mengemban tugas yang teramat berat dalam menghadapi dinamisnya dunia usaha dan ditengah situasi krisis multidimensi yang menyelimuti Indonesia waktu itu. Saat itu arus konflik dunia usaha Indonesia sangat kuat. Praktek persaingan usaha yang tidak sehat dianggap jamak dan lumrah. Hal ini diperparah dengan adanya perselingkuhan kekuasaan dan dunia usaha yang marak. Dalam situasi inilah KPPU lahir sebagai pengawas persaingan usaha. Untuk menjalankan tugasnya dengan baik, undang-undang memberikan amunisi berupa kewenangan yang luas kepada KPPU. Selain itu, KPPU juga diberikan rentang waktu yang terbatas dalam menangani suatu perkara, hal ini bertujuan untuk dapat menjamin kepastian berusaha. Dalam pelaksanaan undang-undang ini, KPPU dapat menangani perkara berdasarkan pada dua mekanisme kerjanya yaitu berdasarkan laporan yang masuk ke KPPU ataupun atas inisiatif KPPU dalam melihat fenomena yang terjadi dalam dunia usaha. Keputusan yang dihasilkan KPPU bersifat mengikat, tetapi tidak final, sebab masih dimungkinkan kepada pihak terlapor untuk mengajukan keberatan atas putusan KPPU kepada pengadilan negeri tempat terlapor berdomisili, bahkan proses hukum ini juga dapat berlangsung hingga tingkat Mahkamah Agung. Proses tersebut menunjukkan bahwa terdapat fungsi kontrol yang berimbang dalam mengimplementasikan penegakkan hukum persaingan usaha.

B A B

1

T

Page 4: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 4

Independensi KPPU Jika ditinjau dari struktur kelembagaannya, KPPU merupakan lembaga yang sangat independen yang terbebas dari segala bentuk intervensi dari pihak manapun. Tentu saja hal ini mutlak diperlukan untuk dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menggawangi praktek usaha di Indonesia. Saat ini, KPPU dinakhodai oleh 13 anggota komisioner yang bertugas untuk mengawasi pelaksanaan Undang-undang No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Keanggotaan KPPU, didalamnya sudah termasuk seorang ketua dan wakil ketua yang setiap tahun diadakan pemilihan secara demokratis untuk mengisi kedua posisi tersebut. Dalam melaksanakan tugasnya, KPPU bertanggung jawab langsung kepada Presiden, hasil kerjanya dilaporkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Namun dalam prakteknya, independensi KPPU sering dipertanyakan dan menjadi celah bagi pelaku usaha dalam upaya meloloskan diri dari proses hukum. Sebenarnya Undang-undang nomor 5 tahun 1999 telah dengan sangat rinci membahas tentang status dan independensi KPPU. Dengan demikian, keputusan KPPU mengawasi praktek persaingan usaha serta kasus-kasus yang menjadi perkara sampai adanya suatu putusan atau vonis sebenarnya sangat terukur dengan independensi dan integritas yang tinggi. Tantangan Kedepan Dalam kiprahnya sebagai lembaga pengawas, KPPU menjalankan fungsinya dalam menegakkan hukum persaingan usaha. Upaya penegakan hukum tersebut dilakukan bukan dengan melalui jalan yang mulus dan tanpa hambatan, melainkan melalui tanjakan terjal yang harus ditempuh, terlebih isu hukum persaingan usaha masih terbilang barang baru di negeri ini. Selama delapan tahun ini, KPPU tergolong aktif melaksanakan tugas dan wewenangnya. Tetapi yang perlu dievaluasi secara singkat kali ini adalah dampak UU Antimonopoli yang secara langsung maupun tidak langsung telah dirasakan manfaatnya oleh dunia usaha dan masyarakat luas. Sejarah mencatat bahwa prestasi pertama yang ditorehkan lembaga ini adalah sanggup menghasilkan putusan pada tahun awal berdirinya, dimana untuk ukuran negara maju sekalipun membutuhkan waktu sedikitnya lima tahun untuk dapat memutus satu perkara persaingan usaha. Selain itu, terdapat sederet prestasi emas lain yang pernah ditorehkan KPPU untuk bangsa ini, coba saja kita tengok beberapa kasus besar, diantaranya penjualan saham Indomobil yang sangat menyita perhatian publik pada saat itu, belum lagi berakhirnya era penerbangan ”mahal”, dimana kala itu KPPU memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah tentang industri penerbangan di tanah air yang hasilnya bisa kita rasakan sampai sekarang, yaitu ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan moda tranportasi udara sebagai alternatif melakukan perjalanan yang tentu saja faktor keamanan dan keselamatan tidak boleh diabaikan dengan pengawasan yang ketat dari pemerintah sebagai regulator. Contoh lainnya adalah, terbongkarnya persekongkolan dalam penjualan 2 unit tanker pertamina (VLCC) yang sangat banyak merugikan keuangan negara. Kasus VLCC ini berujung dengan beberapa pejabat negara dalam proses hukum.

Page 5: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 5

Tak kalah hebohnya ketika KPPU berhasil membongkar praktek persaingan usaha tidak sehat dalam industri telekomunikasi yang dilakukan oleh Temasek Holdings yang merupakan salah satu BUMN negara Singapura, Dalam perkara tersebut, Temasek mempunyai kepemilikan silang di dua operator telekomunikasi yang mengakibatkan kerugian bagi konsumen). Perkara lain berupa kartel kesepakatan tarif penggunaan jasa sms (short messaging services) yang dilakukan oleh sejumlah operator telekomunikasi berhasil dibongkar pula oleh KPPU.) Disamping itu, terdapat perkara-perkara yang telah inkracht maupun yang telah dibayar dendanya oleh terlapor kepada negara, diantaranya Carefour dengan trading terms-nya serta exclusive dealing PT. Telkom dan Garuda Indonesia yang pada tahun 2007 menerima dan melaksanakan Putusan KPPU. Kemenangan KPPU atas tiga pemain besar tersebut menambah daftar panjang Putusan KPPU dengan kekuatan hukum tetap. Putusan KPPU No. 02/KPPU-L/2005 terkait dengan perkara Carrefour mengenai pemberlakuan syarat-syarat perdagangan (trading terms). Para pemasok merasa dirugikan atas pemberlakuan trading terms oleh Carrefour karena setiap tahunnya terdapat penambahan jenis item serta menaikkan biaya dan persentase fee trading terms. Carrefour juga tidak membedakan antara pemasok berskala besar dan pemasok berskala kecil dalam hal pemberlakuan syarat-syarat dagang tersebut. Adanya trading terms melahirkan diskriminasi karena terjadi penguasaan pasar yang dilakukan oleh Carrefour. Pelaku usaha lain dihalangi untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan. Oleh karenanya, Majelis Komisi mengenakan Pasal 19 huruf a mengenai Penguasaan Pasar dan mengenakan denda kepada Carrefour sebesar Rp 1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus juta rupiah). Upaya Carrefour mengajukan banding ke Pengadilan Negeri ditolak oleh Majelis hakim. Sama halnya dengan Pengadilan Negeri, Mahkamah Agung pun mematahkan usaha kasasi Carrefour dan kembali menguatkan Putusan KPPU. Sejak saat itu, Carrefour mematuhi Putusan KPPU serta membayarkan hukuman dendanya kepada negara. Pemain besar lainnya yang terjerat pasal oleh KPPU adalah Telkom. Telkom menutup akses layanan kode akses milik operator lain yang ada di wartel dan mengalihkannya ke kode akses 017 miliknya. Telkom terbukti menghalangi provider SLI (Sambungan Langsung Internasional) lainnya untuk masuk bersaing pada pasar bersangkutan yang sama (entry barrier). Berdasarkan pelanggaran tersebut, maka Majelis Komisi melalui Putusan No. 02/KPPU-I/2004 menjerat Telkom dengan Pasal 15 ayat (3) huruf b dan juga Pasal 19 huruf a dan b. Telkom terbukti melakukan perjanjian tertutup dan sekaligus penguasaan pasar sehingga mengakibatkan kerugian bagi konsumen serta pelaku usaha lain. Meskipun upaya banding Telkom ke Pengadilan Negeri dikabulkan, namun upaya kasasi yang dilakukan KPPU ke Mahkamah Agung berhasil membatalkan Putusan Pengadilan Negeri. Kemenangan akhirnya kembali pada pihak KPPU dalam upayanya menegakkan UU No. 5/1999. Berdasarkan hasil Putusan KPPU, Telkom bersedia menbatalkan seluruh perjanjian kerjasama dengan 130.000 penyelenggara wartel. Lain halnya dengan Garuda Indonesia yang dikenai beberapa pasal oleh KPPU, Garuda terbukti bersalah melanggar Pasal 14 mengenai Integrasi Vertikal dan Pasal 15 ayat (2) mengenai Exclusive Dealing. Garuda melakukan perjanjian eksklusif dengan anak perusahaannya (PT. Abacus Indonesia) untuk membangun sistem dual access sehingga menyebabkan pemesanan tiket domestik dan internasional hanya dapat dilakukan dengan menggunakan sistem Abacus. Tindakan Garuda tersebut mengakibatkan sistem reservasi penerbangan yang

Page 6: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 6

lain tidak dapat bersaing di pasar yang sama. Selain pelanggaran tersebut, ditemukan pula bahwa Direksi Garuda Indonesia juga terbukti menduduki jabatan sebagai Komisaris PT. Abacus Indonesia. Hal tersebut tidak diperbolehkan dalam UU No. 5/1999 karena kedua perusahaan itu sama-sama bergerak dibidang penerbangan. Atas pelanggaran ini, KPPU kembali menjerat Garuda dengan Pasal 26 mengenai Jabatan Rangkap. Meskipun upaya keberatan yang diajukan Garuda dikabulkan oleh Pengadilan Negeri, namun pada tingkatan kasasi, Mahkamah Agung menguatkan Putusan KPPU. Pada akhirnya, Garuda Indonesia memenuhi semua sanksi yang dikenakan KPPU dan bersedia membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). Sanksi pemberian denda tidak hanya terhenti pada pemain besar saja. Pada tahun 2007, jumlah denda yang dibayarkan pelaku usaha sebesar Rp 2.642.146.666,- (dua milyar enam ratus empat puluh dua juta seratus empat puluh enam ribu enam ratus enam puluh enam rupiah), sedangkan jumlah denda yang diterima negara sejak awal hingga pertengahan tahun 2008 ini meningkat menjadi Rp 4.160.000.000,- (empat milyar seratus enam puluh juta rupiah). Hal ini membuktikan bahwa dalam perkembangannya Putusan KPPU diterima dan dipatuhi oleh para pelaku usaha. Selain contoh-contoh kasus besar diatas, KPPU juga menangani kasus-kasus yang 70% didominasi oleh perkara tender yang terjadi dihampir seluruh wilayah RI. Dampak UU Antimonopoli sudah sangat terasa bagi pelaku usaha. Dalam hal ini, UU antimonopoli tidak memperbolehkan para plaku usaha menjalankan usaha dengan cara tidak fair atau menjalankan usaha merugikan pesaingnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya pelaku usaha harus serius bersaing secara sehat dengan kompetitornya. Dalam kerangka persaingan usaha yang sehat, setiap pelaku usaha tidak tahu persis apa yang dilakukan oleh kompetitornya. Untuk dapat tetap eksis, maka dalam kondisi ini secara alamiah dan dengan segala kreatifitasnya, setiap pelaku usaha akan melakukan berbagai inovasi dan perbaikan terhadap produknya untuk menghasilkan kualitas yang lebih baik, harga yang lebih murah dan memberikan pelayanan yang terbaik untuk merebut konsumen. Sejalan dengan hal diatas, dampak UU Antimonopoli bagi masyarakat (konsumen) sangat dirasakan khususnya dalam tahun implementasi persaingan usaha ini. Dengan adanya persaingan usaha yang sehat antara pelaku usaha, masyarakat mempunyai posisi tawar yang jauh lebih baik. Dalam mengkonsumsi suatu produk, dengan adanya persaingan, maka akan tersedia produk dengan kualitas terbaik, harga yang wajar dalam berbagai ragam pilihan. Dewasa ini yang perlu disadari, bahwa maju tidaknya perkembangan hukum persaingan usaha di Indonesia juga tergantung kepada proses penanganan perkara baik di KPPU, Pengadilan Negeri, maupun di MA. Jadi, dapat disimpulkan, bahwa selama delapan tahun UU Antimonopoli diberlakukan telah merubah perilaku pelaku usaha dalam menjalankan usahanya, yaitu pelaku usaha didorong menjalankan usahanya secara fair dan melakukan efisiensi dan inovasi-inovasi untuk mampu bersaing dan untuk merebut pasar. Terkait dengan hal tersebut, KPPU bertekad untuk tidak mundur sejengkalpun dalam mengemban amanat untuk memerangi praktek monopoli di Indonesia. sekaranglah waktunya untuk menuntaskan cita-cita mulia ini yang dikemas dalam sebuah integritas yang tinggi demi terciptanya iklim persaingan usaha sehat yang pada akhirnya akan mesejahterakan rakyat.

Page 7: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 7

IMPLEMENTASI HUKUM PERSAINGAN

USAHA DAN KEBIJAKAN

PERSAINGAN

Kebijakan persaingan usaha adalah fondasi awal yang harus dibangun dalam

menggalakkan implementasi hukum persaingan usaha. Selama 8 (delapan) tahun

masa berdirinya, KPPU membangun fondasi tersebut melalui berbagai kegiatan

harmonisasi kebijakan dengan pemerintah.

2.1 Harmonisasi Kebijakan Persaingan

Sebagai bagian dari program harmonisasi kebijakan, KPPU telah terlibat secara

aktif dalam berbagai diskusi kebijakan dengan pemerintah/regulator sektoral.

Secara umum, hasil yang diharapkan dari berbagai diskusi tersebut adalah

peningkatan intensitas komunikasi dan koordinasi antara KPPU dengan regulator

dan atau departemen teknis. Berikut adalah tabel diskusi kebijakan yang telah

dilakukan oleh KPPU selama periode Januari – Juni 2008 beserta instansi terkait

dan informasi ringkas mengenai tema diskusi.

B A B

2

Page 8: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 8

No Tanggal Pelaksanaan

Instansi Pemerintah

Materi Pertemuan

1 23 Mei 2008 Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi

Membahas Peraturan BPH Migas yang berkenaan dengan penyediaan dan pendistribusian Bahan Bakar Minyak penerbangan terutama yang terkait dengan isu persaingan usaha

2 14 Maret dan

27 Maret 2008

14 Juli 2008

Departemen Komunikasi dan Informasi

Membahas mengenai kepemilikan silang lembaga jasa penyiaran

Diskusi mengenai media secara umum dan regulasi periklanan

3 Juli 2008 Menteri Koordinasi Perekonomian

KPPU mempresentasikan mengenai kebijakan industri hilir migas di Indonesia

4 Mei 2008

4-5 Juni 2008

Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia

MoU antara KPPU dengan BRTI dalam hal pengawasan persaingan dalam sektor telekomunikasi

Perumusan Guideline Persaingan dalam Sektor Telekomunikasi

5 Juli 2008 Departemen Perhubungan

Tanggapan pemerintah atas saran KPPU di sektor kepelabuhanan

2.2 Evaluasi Kebijakan Pemerintah dalam Perspektif Persaingan Usaha

dan Analisa Dampak Persaingan

Selama periode Januari – Juni 2008, DKP telah mengagendakan 7 program

evaluasi kebijakan, yaitu:

1. Evaluasi Kebijakan Sektor Ritel

Latar belakang kajian ini adalah dikeluarkannya Perpres Nomor 112 Tahun

2007 tentang Penataan Pasar. Melalui evaluasi kebijakan ini, diharapkan KPPU

dapat melihat dampak kebijakan tersebut dalam perspektif persaingan usaha.

Page 9: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 9

2. Evaluasi Kebijakan Terkait dengan Regulasi Angkutan Darat

Latar belakang kajian ini adalah adanya Rancangan Undang-Undang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan (RUU LLAJ) yang tengah dibahas di DPR. Melalui

kajian ini, KPPU dapat memetakan permasalahan-permasalahan di industri

lalu lintas dan angkutan jalan dan memberikan saran dan rekomendasi

kepada Pemerintah terhadap RUU LLAJ tersebut.

3. Evaluasi Kebijakan Industri Penerbangan Terutama untuk Model KSO

Dalam kajian ini KPPU melakukan analisa dampak kebijakan kerjasama

antara pemerintah daerah dengan maskapai penerbangan. Melalui kajian ini,

diharapkan KPPU dapat melakukan analisa terhadap dampak kebijakan KSO

dari sudut pandang persaingan usaha.

4. Evaluasi Kebijakan Industri Susu Terutama dalam Hubungan Industri

Pengolahan Susu (IPS) dengan Koperasi Peternak

Latar belakang kajian ini adalah adanya fenomena rendahnya harga beli susu

di peternak sementara harga jual susu akhir semakin meningkat. Kondisi

tersebut diduga terkait dengan lemahnya daya tawar dari para peternak

terhadap IPS. Melalui evaluasi kebijakan, diharapkan KPPU dapat

mengidentifikasi faktor-faktor yang melatar belakangi kondisi lemahnya daya

tawar para peternak sapi perah serta beberapa isu kebijakan terkait.

5. Evaluasi Kebijakan Industri Media Khususnya Periklanan dan Media Elektronik

Dalam kajian ini, KPPU melakukan pemetaan struktur industri periklanan

nasional dan melakukan analisa dampak kebijakan Surat Keputusan Bersama

Menteri Komunikasi dan Informatika dan Menteri Budaya dan Pariwisata

tentang Penggunaan Sumber Daya Dalam Negeri Terhadap Produksi Iklan.

6. Evaluasi Kebijakan Sektor Pertanian Khususnya yang Terkait dengan Komoditi

Kedelai

KPPU menganalisis kenaikan harga kedelai impor yang terjadi pada tahun

2007 serta kebijakan impor kedelai. Fenomena tersebut diduga terkait

dengan adanya struktur industri khususnya jalur distribusi kedelai yang

cenderung terkosentrasi pada segelintir distributor yang merangkap importir.

Melalui analisa tersebut, diharapkan KPPU dapat mengidentifikasi dampak

Page 10: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 10

dari kebijakan impor kedelai berikut fluktuasi harganya dalam perspektif

persaingan usaha.

7. Evaluasi Kebijakan Industri Farmasi

Latar belakang kajian ini adalah adanya perbedaan struktur harga obat

generik dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah. Diharapkan kajian

ini dapat melihat struktur biaya obat generik dan perilaku pelaku usaha

produsen obat generik dalam menetapkan harga.

Dalam periode Januari – Juni 2008, KPPU telah melakukan beberapa kegiatan

evaluasi, diantaranya adalah Focus Group Discussion (FGD) dengan narasumber

dan atau pihak terkait, survei lapangan terutama diskusi dengan pelaku di

daerah, analisa terhadap literatur terkait, data, dan informasi yang telah

dikumpulkan.

2.3 Saran dan Pertimbangan kepada Pemerintah

Sebagaimana pada tahun terdahulu, kegiatan pemberian saran pertimbangan

kepada pemeirntah merupakan salah satu tugas pokok KPPU yang strategis bagi

implementasi kebijakan persaingan di Indonesia. Sebagaimana pada tahun-tahun

sebelumnya, pemberian saran pertimbangan merupakan proses lanjutan dari

beberapa kegiatan sebelumnya, seperti kajian persaingan usaha sektor industri

dan perdagangan, diskusi kebijakan dengan pemerintah dan atau kegiatan

evaluasi kebijakan dan dampak persaingan usaha. Berikut adalah beberapa saran

pertimbangan yang dikirimkan KPPU kepada pemerintah/regulator teknis selama

semester pertama tahun 2008:

1. Saran dan Pertimbangan mengenai Kesepakatan Tarif Impor LCL Lini

2 Tanjung Priok

Memberikan saran dan pertimbangan melalui surat Nomor: 38/K/I/2008 tanggal

31 Januari 2008 yang berkaitan dengan kebijakan penetapan tarif lini 2 di

pelabuhan Tanjung Priok yang dilakukan oleh beberapa asosiasi pelaku usaha

yaitu Gabungan Forwarder dan Ekspedisi Indonesia (GAFEKSI), Gabungan

Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI), Gabungan Pengusaha Eksportir

Indonesis (GPEI), Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI), Asosiasi

Page 11: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 11

Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara Indonesia (APTESINDO), dan

Indonesian National Shipowner’s Association (INSA). Kebijakan penetapan tarif

tersebut bukan merupakan solusi yang tepat untuk melahirkan industri jasa

kepelabuhan yang sehat, hal ini terlihat dari beberapa aspek:

• Kemampuan pelaku usaha untuk mengelola usahanya berbeda satu sama

lain, termasuk fasilitas, kualitas, dan tarif yang ditawarkan akan berbeda.

• Konsep kesepakatan tarif hanya menguntungkan pelaku usaha yang tidak

memiliki kemampuan menawarkan tarif rendah (efisien), selain itu, tidak

terdapatnya standar kualitas pelayanan mengakibatkan perusahaan yang

menawarkan kualitas pelayanan yang buruk tetap dibayar sejumlah tarif

yang sama dengan perusahaan yang menawarkan kualitas pelayanan

yang baik.

Memperhatikan beberapa hal di atas, maka KPPU menyarankan kepada

pemerintah agar melakukan pengaturan tarif dan menetapkan standar kualitas

pelayanan sehingga fungsi pemerintah sebagai regulator berjalan secara

maksimal.

2. Saran dan Pertimbangan mengenai Program Restrukturisasi PT

Pengerukan Indonesia oleh Kementrian BUMN

Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah melalui surat Nomor:

39/K/I/2008 tanggal 31 Januari 2008 mengenai keputusan Menteri Negara BUMN

tentang Upaya penyehatan PT Rukindo melalui pemberian eksklusifitas pekerjaan

pengerukan di PT Pelindo I, II, III dan IV. Pemberian pekerjaan secara eksklusif

tersebut memiliki potensi bertentangan dengan prinsip persaingan usaha yang

sehat, karena dapat menyebabkan :

• PT Pelindo I, II, III dan IV kehilangan kesempatan untuk mendapatkan

penyedia jasa pengerukan yang dapat menawarkan harga yang lebih

kompetitif, mengingat penawaran kepada pihak lain sudah tertutup.

• Program penyehatan yang diterapkan Kementrian Negara BUMN telah

menjadi entry barrier bagi pelaku usaha pengerukan selain PT Rukindo.

Akibat dari kondisi tersebut aalah beberapa pelaku usaha tersebut tidak

memiliki akses terhadap pasar, khususnya terhadap pekerjaan yang

diberikan secara langsung kepada PT Rukindo.

Page 12: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 12

• Pemberian pekerjaan dengan cara penunjukkan langsung kepada PT

Rukindo, dalam jangka panjang dapat mereduksi upaya penciptaan

keunggulan kompetitif PT Rukindo melalui efisiensi korporasi dan menjadi

disinsentif bagi pengembangan daya saing PT Rukindo.

Memperhatikan beberapa potensi negatif tersebut, maka KPPU menyarankan

Kementrian Negara BUMN untuk mencari alternatif lain yang sejalan dengan

prinsip persaingan usaha yang sehat dalam upaya penyehatan PT Rukindo.

3. Saran dan Pertimbangan mengenai Keputusan Menteri Perhubungan

No.15 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Tally

di Pelabuhan

KPPU memberikan saran dan pertimbangan melalui surat Nomor 101/K/III/2008

tanggal 17 Maret 2008 berkaitan dengan kesepakatan tarif impor Less Than

Container Load (LCL) Lini 2 Tanjung Priok yang dilakukan oleh beberapa asosiasi

pelaku usaha dengan alasan untuk mereduksi high cost economy. Saran dan

pertimbangan tersebut menyampaikan beberapa hal, yaitu :

a. Kesepakatan tarif yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam hal ini asosiasi

bertentangan dengan UU No. 5 Tahun 1999, oleh karena itu harus

dihentikan.

b. Pemerintah sebaiknya memperbaiki kebijakan dengan mencabut

kewenangan kepada pelaku usaha untuk menetapkan tarif berdasarkan

kesepakatan. Pemerintah harus melaksanakan fungsi regulator, dimana

pemerintahlah yang menetapkan kebijakan tarif sepenuhnya, pelaku

usaha diposisikan sebagai pemberi masukan.

c. Memperhatikan kondisi pentarifan di lini 2, untuk menghindari eksploitasi

konsumen dengan tetap memberikan ruang yang besar kepada

persaingan, KPPU memandang perlu pemerintah melakukan intervensi

kebijakan dengan menetapkan formula tarif yang rinci serta menetapkan

kebijakan batas atas tarif.

d. Terkait dengan upaya meningkatkan kinerja jasa pelayanan lini 2, di

samping kebijakan tarif, KPPU menyarankan agar pemerintah menerapkan

kebijakan standar kualitas minimum pelayanan disertai dengan ketegasan

penegakan aturannya.

Page 13: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 13

4. Saran dan Pertimbangan mengenai Jabatan Rangkap di PT Deraya

dan PT Derazona Air Service

KPPU memberikan tanggapan terhadap surat Direktur Jenderal Perhubungan

Udara No. 40/2159/DAU/509/08 mengenai jabatan rangkap pada dua

perusahaan penerbangan yaitu PT Deraya dan PT Derazona Air Service.

Tanggapan tersebut diberikan melalui Surat Nomor: 318/K/VI/2008 Tanggal 2

Juni 2008

Hasil analisa KPPU terhadap permasalahan tersebut adalah:

a. Jabatan rangkap yang dilakukan saat ini memiliki potensi yang sangat

kecil untuk bisa mempengaruhi persaingan yang ada dalam industri

angkutan udara berjadwal Indonesia. Hal ini diperlihatkan dari kecilnya

pangsa pasar kedua perusahaan penerbangan tersebut, dimana market

size gabungan keduanya hanya mencapai 12 % berdasarkan jumlah

pesawat dan 5,4% berdasarkan jumlah tempat duduk.

b. Pemilik mayoritas kedua perusahaan yang sama dan posisi PT. Derazona

Air Service sebagai anak perusahaan PT. Deraya, memperlihatkan bahwa

sinergi kedua perusahaan telah dilakukan sejak pendiriannya. Dalam hal

ini, jabatan rangkap memang lebih ditujukan untuk mengukuhkan

terjadinya sinergi tersebut. Kondisi ini diperkuat oleh perbedaan segmen

pasar yang menjadi targetnya yakni angkutan udara niaga tidak

berjadwal berbasis pesawat bersayap tetap untuk PT. Deraya dan

pesawat helikopter untuk PT. Derazona Air Service. Berdasarkan hal ini,

maka dapat disimpulkan bahwa kecil kemungkinan terjadinya persaingan

secara langsung antara kedua perusahaan penerbangan tersebut.

c. Alasan dilakukannya jabatan rangkap sebagai langkah awal untuk

memuluskan merger di satu sisi dinilai sangat baik dengan pertimbangan

keduanya sudah dimiliki satu pemilik yang selama ini bersinergi satu

sama lain dan struktur hubungan keduanya memperlihatkan bahwa PT.

Deraya merupakan induk perusahaan dari PT. Derazona Air Service.

Merger yang dilakukan keduanya merupakan merger vertikal, yang akan

menjadi jalan bagi konsolidasi keduanya yang mengarah kepada efisiensi

perusahaan. Secara keseluruhan hal ini sangat baik bagi upaya

konsolidasi industri angkutan udara niaga tidak berjadwal yang saat ini

diperebutkan 34 perusahaan. Efisiensi akibat merger diharapkan akan

Page 14: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 14

terjadi, karena peleburan kedua perusahaan akan melahirkan perusahaan

baru dengan satu manajemen yang lebih ramping dan efisien.

5. Saran dan Pertimbangan mengenai Kepemilikan Silang di Media

Penyiaran Televisi

Memberikan saran dan pertimbangan kepada Bapak Presiden Republik Indonesia

melalui surat Nomor: 338/K/VI/2008 tanggal 5 Juni 2008 sehubungan dengan

penanganan kepemilikan silang di media penyiaran televisi.

Terkait dengan isu tersebut, KPPU menyampaikan beberapa hal:

a. KPPU menilai bahwa pemusatan kepemilikan yang diatur dalam UU No. 32

Tahun 2002 tentang Penyiaran memiliki semangat yang sama dengan UU No. 5

Tahun 1999.

b. KPPU menemukan bukti terdapat kontrol efektif yang dilakukan oleh Media

Nusantara Citra (MNC) Group terhadap stasiun televisi yang dimilikinya. Hal

tersebut didasarkan besarnya kepemilikan saham maupun penempatan

representasi di manajemen di beberapa lembaga penyiaran televisi secara

sekaligus.

c. Dengan mempertimbangkan pasar relevannya berupa jumlah pemirsa dan

pendapatan iklan, hasil penelitian laporan KPPU memperlihatkan bahwa MNC

tidak dapat memenuhi kriteria untuk dikategorikan sebagai pemegang posisi

dominan dalam industri penyiaran televisi, mengingat pangsa pasar

pendapatan iklan kurang dari 50 % (Periode 2004 – 2007) dari total pangsa

pasar industri televisi. Di sisi lain, KPPU juga sampai dengan saat ini belum

menemukan adanya dampak negatif dari pemusatan kepemilikan tersebut.

d. Walaupun demikian KPPU berketetapan untuk terus melakukan monitoring

terhadap perilaku pelaku usaha di industri penyiaran yang dapat

mengakibatkan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

e. Terhadap wacana yang berkembang di masyarakat bahwa pemusatan

kepemilikan tersebut menyebabkan munculnya monopoli informasi, KPPU

berpendapat bahwa hal tersebut sangat mungkin terjadi. Untuk itu diperlukan

dukungan dari regulator sektor penyiaran yaitu Depkominfo dan KPI untuk

mendapatkan data dan analisa mengenai wacana tersebut.

f. Hasil kajian KPPU terhadap UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran,

menunjukkan bahwa undang-undang tersebut menerapkan prinsip single

present policy yang secara tegas dan jelas berupaya mencegah terjadinya

Page 15: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 15

pemusatan kepemilikan baik oleh individu maupun badan hukum manapun

yang bermuara pada terjadinya monopoli informasi. Apabila prinsip tersebut

dijalankan sebagaimana mestinya, maka undang-undang tersebut selaras

dengan UU No. 5 tahun 1999.

g. KPPU juga mencermati bahwa beberapa pengaturan dalam PP No. 50 Tahun

2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta,

penafsirannya dapat bertentangan dengan UU Penyiaran. Oleh karena itu,

KPPU merekomendasikan agar pemerintah melakukan revisi terhadap

peraturan tersebut.

2.4 Kajian Sektor Industri dan Perdagangan

Pada awal tahun terdapat tiga tema kajian yang akan dianalisa oleh KPPU, yaitu:

1. Kajian Industri Farmasi yang difokuskan pada pemetaan dan analisa isu

persaingan dalam jalur distribusi produk farmasi;

2. Kajian Industri Minyak dan Gas Bumi yang difokuskan pada pemetaan dan

analisa isu persaingan dalam akitifitas usaha sektor minyak dan gas bumi di

tingkat hulu;

3. Kajian Industri Transportasi-Logistik yang difokuskan pada pemetaan dan

analisa persaingan usaha sektor logistik untuk beberapa komoditi strategis di

Indonesia;

Tindak lanjut dari pemilihan dan penetapan tiga tema kajian adalah penyusunan

Kerangka Acuan Kerja serta agenda kajian. Selain hal tersebut, KPPU juga

melakukan proses seleksi mitra peneliti yang diambil dari Perguruan Tinggi

Negeri (PTN). Selama proses seleksi, kurang lebih 9 PTN telah diundang untuk

memasukkan profil lembaga penelitian masing-masing, berikut pengalaman

penelitian dalam sektor terkait serta dukungan sumber daya manusia yang

dimiliki. Melalui proses klarifikasi serta pembahasan KPPU, akhirnya ditetapkan

tiga lembaga penelitian PTN untuk dijadikan mitra penelitian. Ketiga lembaga

tersebut adalah LAPI Institut Teknologi Bandung untuk Kajian Persaingan Migas

Hulu, LPFE Universitas Airlangga untuk kajian persaingan sektor farmasi dan

PUSTRAL Universitas Gajah Mada untuk kajian transportasi-logistik.

Page 16: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 16

Selain kegiatan kajian, KPPU juga memiliki program analisa strategi pelaku usaha

dalam perspektif persaingan usaha yang fokus pada upaya elaborasi konsep dan

survei empiris terhadap berbagai strategi bisnis yang berkembang di Indonesia.

Pada tahun 2008, analisa strategi tersebut dipusatkan pada dua analisa strategi

bundling dan strategi integrasi vertikal. Hingga Juni 2008, KPPU telah melakukan

diskusi dengan berbagai narasumber, baik pakar (akademisi) maupun praktisi

dipusat dan daerah. Informasi dari berbagai diskusi berguna untuk membangun

kerangka konspetual dari strategi bundling dan integrasi vertikal. Agenda

selanjutnya adalah pengumpulan dan pengolahan data melalui survei empiris

terhadap beberapa responden terutama para pelaku usaha yang melaksanakan

strategi bundling dan integrasi vertikal

Selain program kajian di KPPU pusat, terdapat juga program kajian yang

pelaksanaannya akan dilakukan oleh KPD di lima wilayah yaitu Batam, Medan,

Makasar, Surabaya dan Balikpapan. Usulan tema kajian datang dari masing

masing KPD yang disesuaikan dengan prioritas industri unggulan di tiap daerah.

Kelima tema tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kajian persaingan usaha untuk Industri Semen di wilayah KPD Medan

2. Kajian persaingan usaha untuk Industri Kelapa Sawit di Propinsi Jambi

untukwilayah KPD Batam

3. Kajian persaingan usaha untuk Industri Tembakau di wilayah KPD Surabaya

4. Kajian persaingan usaha untuk Industri Kakao di wilayah KPD Makassar

5. Kajian persaingan usaha untuk Industri Batubara di wilayah KPD Balikpapan

2.5 Pembahasan Amandemen UU No.5 Tahun 1999

Kegiatan lanjutan pembahasan amandemen untuk tahun ini difokuskan pada

penyelesaian draft amandemen UU No. 5 Tahun 1999 dan naskah akademik yang

berkaitan dengan ketentuan pasal penguatan kelembagaan dan tata cara

penanganan perkara.

Penguatan kelembagaan KPPU meliputi perubahan status kelembagaan yakni

menjadi lembaga negara serta penguatan kelembagaan Sekretariat Komisi.

Dalam draft Amandemen UU No. 5 Tahun 1999 diusulkan pula penambahan

pengaturan mengenai kewenangan KPPU. Salah satu kewenangan yang diusulkan

adalah kewenangan untuk dapat melakukan penggeledahan. Penguatan

Page 17: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 17

kelembagaan KPPU dan Sekretariat KPPU, serta penambahan kewenangan KPPU

dimaksudkan untuk mendorong pelaksaanaan tugas KPPU sehingga lebih efektif

dalam mengawasi pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1999.

Usulan draft amandemen memuat pula revisi pada bagian alat bukti agar dengan

demikian alat bukti dapat meliputi pula berbagai instrument yang dapat menjadi

bukti bahwa telah terjadi pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999. Pengaturan

mengenai tata cara penanganan perkara disesuaikan dengan mengakomodir

PERMA No.3 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan

terhadap Putusan KPPU dan Peraturan Komisi No.1 Tahun 2006 tentang Tata

Cara Penanganan Perkara di KPPU.

2.6 Penyusunan Naskah Pedoman Pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1999

Berkaitan dengan program pengembangan instrumen kebijakan dan hukum

persaingan usaha,KPPU telah melakukan beberapa program dan kegiatan

sebagai berikut:

a. Pasal 50 huruf b

Yakni pengecualian ketentuan UU No. 5 tahun 1999 mengenai Pengecualian

Waralaba. Kegiatan usaha waralaba saat ini sangat marak berkembang dalam

dunia usaha. Waralaba tersebut sangat menjanjikan keuntungan bagi

pengusahanya dan mampu menyediakan berbagai pilihan produk bagi konsumen.

Usaha waralaba yang didasari pada perjanjian waralaba tersebut dalam

prakteknya dapat bersinggungan dengan prinsip persaingan usaha. Untuk

memberikan penjelasan mengenai ketentuan pengecualian waralaba tersebut

maka KPPU menyusun pedoman Pasal 50 huruf b. Dalam draft pedoman tersebut

dijelaskan permasalahan persaingan usaha yang terkait dengan waralaba,

meliputi antara lain perjanjian yang memuat penetapan harga jual kembali,

perjanjian eksklusif, tying dan pembagian wilayah. Penyusunan draft pedoman

tersebut oleh KPPU saat ini telah memasuki tahap akhir, dan untuk selanjutnya

dimintakan masukan melalui Website KPPU.

Page 18: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 18

b. Pasal 51

Pasal 51 membahas mengenai pengecualian monopoli dan atau pemusatan

kegiatan yang terkait dengan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa

yang menguasai hajat hidup orang banyak serta cabang-cabang produksi yang

penting bagi negara. Konstruksi Pasal 51 UU No.5 Tahun 1999 memunculkan

banyak penafsiran dan pendapat. Beberapa hal yang menjadi perhatian adalah

mengenai unsur hajat hidup orang banyak, di mana belum ada definisi yang

disetujui mengenai hal tersebut. Selain itu pemberian monopoli kepada BUMN,

badan atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk pemerintah juga memerlukan

penjelasan lebih lanjut, agar dalam prakteknya tidak bertentangan dengan

persaingan usaha.

Penyusunan Naskah Pedoman Pelaksanaan Pasal 51 telah memasuki tahap akhir,

yakni finalisasi atas Rancangan Pedoman. Kegiatan diskusi telah dilaksanakan

dengan berbagai kalangan yakni akademisi, praktisi serta pemerintah untuk

memperoleh masukan mengenai Pedoman Pasal 51. Output dari kegiatan ini

adalah Pedoman Pelaksanaan Pasal 51 serta Background Paper (Naskah

Akademis) Pedoman Pasal 51.

2.7 Penyusunan Kebijakan Persaingan di Forum Internasional

Kegiatan penyusunan kebijakan Persaingan di Forum Internasional saat ini

sedang menganalisa persaingan usaha dalam iklim perdagangan dengan para

mitra dagang Indonesia. Fokus pada tahun ini adalah perdagangan dengan

ASEAN, Korea, Australia dan New Zealand. Hal-hal yang diperiksa terutama

terkait dengan daya saing Indonesia dan kebijakan perdagangan yang diterapkan

oleh mitra dagang Indonesia, terutama kebijakan-kebijakan yang dapat

menimbulkan hambatan persaingan bagi Indonesia. Dari hasil analisis tersebut

akan disusun saran dan rekomendasi KPPU bagi kebijakan persaingan di Forum

Internasional.

Page 19: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 19

PERKEMBANGAN PENEGAKAN HUKUM

PERSAINGAN Upaya penegakan hukum persaingan usaha dilakukan oleh seluruh entitas yang

ada dalam lembaga KPPU. Pertanggungjawaban khusus dalam upaya mendukung

KPPU sebagai penegak hukum diberikan kepada Direktorat Penegakan Hukum

(DPH). Perkembangan hukum persaingan dapat pula dipantau dari beberapa hasil

kinerja KPPU, berupa monitoring pelaku usaha, penanganan pelaporan,

penanganan perkara, serta litigasi dan monitoring putusan.

Mekanisme kerja KPPU dalam menangani perkara persaingan usaha dilakukan

melalui dua cara. Cara pertama berupa monitoring yang merupakan tindakan

inisiatif KPPU dalam mengawasi pasar dan perilaku pelaku usahanya. Sedangkan

cara kerja kedua datang dari laporan masyarakat atas adanya dugaan

pelanggaran terhadap UU No. 5/1999. Berdasarkan data hingga pertengahan

tahun 2008, KPPU melakukan monitoring terhadap beberapa sektor industri,

diantaranya industri pangan, kimia, jasa dan pelayanan, infrastruktur, film dan

penyiaran. Sedangkan perkara yang masuk berdasarkan laporan masyarakat

didominasi oleh perkara Persekongkolan Tender yang merupakan pelanggaran

berdasarkan kegiatan yang dilarang. Pelanggaran berdasarkan perjanjian yang

dilarang menempatkan perkara Kartel dan Pemboikotan dalam posisi pertama.

Sedangkan pelanggaran berdasarkan penyalahgunaan Posisi Dominan secara

B A B

3

Page 20: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 20

umum menempati posisi pertama dengan diikuti oleh jenis pelanggaran berupa

Pemilikan Saham, Merger, Konsolidasi dan Akuisisi.

Penanganan perkara yang ditindaklanjuti dan telah menghasilkan Putusan oleh

KPPU didominasi oleh perkara persekongkolan tender. Sepanjang tengah tahun

pertama 2008, terdapat dua belas perkara tender dari tujuh belas perkara yang

telah dihasilkan Putusannya oleh KPPU. Hasil Putusan yang telah dikeluarkan

KPPU ditindaklanjuti melalui monitoring Putusan dan litigasi. Terdapat tiga belas

perkara sedang dalam proses keberatan, delapan perkara sedang dalam proses

kasasi, sebelas perkara sedang dalam proses eksekusi, dan delapan perkara

sedang dalam proses monitoring pelaksanaan Putusan.

3.1 PENANGANAN LAPORAN

Laporan yang diterima dari tanggal 7 Januari s.d 26 Juni 2008 sebanyak 147

laporan, berasal dari Pulau Jawa, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTT, dan NTB. Berdasarkan kategori dugaan

pelanggaran yang terjadi, kegiatan yang dilarang menempati posisi terbesar

dalam perkara yang ditangani KPPU. Pelanggaran pada peringkat kedua adalah

perjanjian yang dilarang oleh UU No. 5/1999, disusul dengan pelanggaran yang

terkait dengan posisi dominan. Tabel berikut di bawah ini menjelaskan

prosentase bagian dari kategori dugaan pelanggaran.

Page 21: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 21

Kategori Dugaan Pelanggaran

Kegiatan yang

Dilarang (145)

Perjanjian yang

Dilarang (9)Posisi Dominan (6)

Dugaan Pelanggaran Berdasarkan Kegiatan yang Dilarang

Persekongkolan Tender (123)

Monopoli (8)

Penguasaan Pasar/

Diskriminasi (13)

Persekongkolan Lain (1)

Berdasarkan tabel Dugaan Pelanggaran berdasarkan Kegiatan yang Dilarang

menunjukkan bahwa Persekongkolan Tender paling banyak terjadi. Lebih dari

lima puluh persen bagian dari kegiatan yang dilarang, Persekongkolan Tender

selalu mewarnai perkara-perkara yang ditangani oleh KPPU. Penguasaan

Pasar/Diskriminasi menempati posisi kedua setelah Persekongkolan Tender,

urutan selanjutnya diikuti oleh perkara-perkara yang terkait dengan monopoli

dan persekongkolan jenis lain.

Page 22: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 22

Dugaan Pelanggaran Berdasar Perjanjian yang Dilarang

Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri (1)

Oligopoli (1)

Pemboikotan (3)

Integrasi Vertikal (1)

Kartel (3)

Pada tabel Dugaan Pelanggaran berdasarkan Perjanjian yang Dilarang,

menempatkan perkara Kartel dan Pemboikotan pada posisi awal yang jumlah

prosentasenya sama besar. Integrasi Vertikal, Oligopoli dan Perjanjian dengan

Pihak Luar Negeri berada pada posisi yang sama berdasarkan pada banyaknya

jumlah pelanggaran yang terjadi.

Dugaan Pelanggaran Berdasar Penyalahgunaan Posisi Dominan

Pemilikan Saham (1) Umum (4)

Merger, Konsolidasi, Akuisisi (1)

Tabel tersebut diatas menjelaskan bahwa pelanggaran tidak hanya terjadi pada

Penyalahgunaan Posisi Dominan secara umum, namun pelanggaran yang sering

terjadi berupa Pemilikan Saham dan tindakan Merger, Konsolidasi, serta Akuisisi.

Page 23: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 23

3. 2 MONITORING PELAKU USAHA

Sampai dengan bulan Juli 2008, KPPU Pusat maupun Kantor Perwakilan Daerah

sedang melakukan monitoring terhadap beberapa hal-hal sebagai berikut:

1. Monitoring Dugaan Kartel dan Penguasaan Pasar dalam Industri CPO dan

Minyak Goreng oleh Wilmar Group, PT. Smart Tbk., PT. Musim Mas, Permata

Hijau Sawit Group, PT. Asian Agri, PT. Salim Ivomas, PT. Perkebunan

Nusantara I, PT. Perkebunan Nusantara III, PT. Perkebunan Nusantara V, PT.

Perkebunan Nusantara VI dan PT. Astra Agro Lestari.

Monitoring ini diawali oleh adanya lonjakan harga minyak goreng yang

disebabkan kenaikan harga CPO. Menanggapi hal itu, pemerintah kemudian

mengeluarkan 3 (tiga) kebijakan terkait dengan operasi pasar, pajak ekspor

dan Domestic Market Obligation (DMO). Pada kenyataannya kebijakan

tersebut belum dapat menstabilkan harga CPO di pasar. Naiknya harga CPO

internasional turut memicu pengusaha untuk lebih memilih ekspor daripada

memasok untuk kebutuhan dalam negeri. Fenomera yang cukup ironis

adalah fakta bahwa naiknya harga CPO tersebut ternyata tidak berpengaruh

terhadap pendapatan petani kelapa sawit. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa meskipun terjadi peningkatan produksi CPO dari tahun ke tahun,

namun harga CPO terus melonjak. Selain itu, diketahui bahwa setiap

peningkatan ekspor, Indonesia juga turut menghasilkan lonjakan harga CPO

internasional. Oleh karena itu, timbul kecurigaan terjadinya kartel dan

penguasaan pasar dalam industri CPO dan minyak goreng. Hal ini berdasar

pada karakteristik produsen yang menguasai pasar sehingga menciptakan

posisi dominan dalam pasar yang terintegrasi dengan produsen minyak

goreng. Selain itu, diduga terjadi pula maksimalisasi profit secara tidak wajar

sehingga membentuk double margin baik untuk CPO maupun minyak goreng

di pasar domestik.

Page 24: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 24

2. Dugaan predatory pricing dan integrasi vertikal dalam industri paku dan

kawat paku oleh PT Ispat Wire Products.

Monitoring ini berlatar belakang pada adanya kebijakan salah satu produsen

wire rod terbesar di Indonesia untuk mendirikan anak perusahaan yang

memproduksi paku dan kawat. Kebijakan tersebut ditengarai berpotensi

mengakibatkan terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat dalam industri

yang bersangkutan. Terdapat kecurigaan bahwa harga yang diberikan

produsen wire rod kepada anak perusahaannya justru menciptakan iklim

persaingan usaha yang tidak sehat di lini produsen paku dan kawat.

Akibatnya, hasil produksi kompetitor anak perusahaan produsen wire rod

tersebut tidak dapat bersaing head to head dengan anak perusahaan

produsen wire rod. Sebelumnya anak perusahaan produsen wire rod tersebut

mengkonsentrasikan pasarnya di luar negeri, namun sejak tahun 2000, pasar

anak perusahaan produsen wire rod 100% terkonsentrasi di Indonesia bagian

Timur dan sekarang mulai merambah ke Indonesia bagian Barat.

3. Monitoring Dugaan Kartel, Perdagangan dan Distribusi Kacang Kedelai oleh

PT. Gerbang Cahaya Utama, PT. Cargill Indonesia, PT. Sekawan Makmur dan

PT. Teluk Intan.

Latar belakang monitoring ini adalah adanya pergerakan harga komoditas

kacang kedelai dalam negeri yang mengalami kenaikan secara bersamaan.

Selain itu, fakta bahwa struktur pasar kacang kedelai di Indonesia yang

oligopoli diduga telah mengakibatkan adanya praktik pengaturan harga atau

kartel.

4. Monitoring Dugaan Pelanggaran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dalam

Akuisisi PT. Alfa Retailindo Tbk oleh PT Carrefour Indonesia.

Monitoring ini berawal pada adanya rencana akuisisi yang dilakukan oleh PT.

Carrefour Indonesia atas Alfa Supermarket. Akuisisi tersebut diduga dapat

mengakibatkan adanya praktek penguasaan pasar dan penyalahgunaan

posisi dominan.

Page 25: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 25

5. Monitoring Dugaan Penyalahgunaan Posisi Dominan yang dilakukan oleh PT.

Nusantara Sejahtera Raya (21 Group) di Bidang Industri Perfilman di

Indonesia.

Adanya dugaan telah terjadi persaingan yang tidak sehat dalam industri

perfilman di Indonesia melatarbelakangi dilakukannya monitoring ini. Fokus

dari monitoring ini adalah adanya persaingan yang terjadi antar pelaku usaha

industri perfilman terkait dengan pemasaran film oleh para produser film

Indonesia.

6. Monitoring Terhadap Kepemilikan Silang di Industri Penyiaran Indonesia yang

dilakukan oleh MNC Group, Para Group dan Bakrie Group.

Monitoring ini dilakukan terhadap perilaku grup-grup televisi terrestrial dalam

industri pertelevisian nasional. Adanya kepemilikan silang di industri

pertelevisian nasional, maka menimbulkan adanya indikasi antikompetisi. Hal

tersebut dapat terjadi dengan adanya koordinasi yang dilakukan oleh

beberapa pelaku usaha dalam industri yang bersangkutan. Bahwa suatu TV

terrestrial dapat bersaing untuk memperoleh pendapatan dari iklan jika

ratingnya naik, yang sangat bergantung dari jumlah pemirsa. Semakin

banyak jumlah pemirsa, maka semakin banyak peluang konsumsi atas

produk/jasa perusahaan tersebut, sehingga pemirsa merupakan indirect

consumer. Hal tersebut berbeda dengan TV nonterrestrial, dimana konsumen

menjadi direct consumer dalam pertelevisian nasional. Bahwa dengan

kepemilikan silang tersebut, maka perusahaan dapat menguasai pasar dalam

industri pertelevisian. Dalam hal ini, KPPU akan melihat apakah perilaku anti

kompetisi sebagai akibat dari adanya kepemilikan silang tersebut.

7. Monitoring Dugaan Kartel dan Abuse Of Dominant Position dalam Penetapan

Tarif Jasa Pergudangan di Bandara Soekarno-Hatta yang dilakukan oleh PT.

Angkasa Pura II, Garuda Indonesia, Jasa Angkasa Semesta, Gapura Angkasa,

Unex Inti Indonesia, Wahana Dirgantara, Darma Bandar Mandala.

Adanya kenaikan tarif layanan jasa pergudangan (tarif sewa dan cargo

handling) yang dilakukan oleh operator gudang di Bandara Soekarno-Hatta

diduga menjadi indikasi telah terjadinya kartel yang dilakukan oleh para

Page 26: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 26

operator/pengelola gudang bandara tersebut. Hal ini didukung oleh fakta

bahwa besaran tarif yang ditetapkan adalah sama untuk seluruh gudang

yang ada. Kenaikan tersebut di-claim telah disepakati oleh konsumen dan

pengelola bandara yang bersangkutan.

8. Monitoring Dugaan Monopoli dan Diskriminasi dalam Industri Chlor di

Indonesia yang dilakukan oleh PT. Tjiwi Kimia, Tbk.

Praktek-praktek persaingan tidak sehat diduga terjadi dalam industri chlor di

Indonesia. Hal ini ditengarai dari adanya penetapan harga jual chlor sebagai

disinfektan air oleh salah satu produsen chlor. Penetapan harga jual chlor

tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan harga jual chlor yang

ditetapkan oleh produsen lain. Hal ini menyebabkan tersingkirnya beberapa

produsen chlor dari pasar tersebut. Selain itu, juga berdampak pada

berkurangnya pilihan produk yang bisa dipilih oleh konsumen chlor di

Indonesia.

9. Monitoring Dugaan Diskriminasi dalam Perbaikan dan Rekondisi Turbin Gas

PT. PLN (Persero) yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) Unit Jasa & Jasa

Produksi Citarum dan PT. Kidang Kencana Sakti.

Diduga telah terjadi diskriminasi antara PLN Citarum dengan salah satu

pelaku usaha. Dugaan muncul dikarenakan oleh adanya MoU antara kedua

perusahaan tersebut, dimana MoU selalu diperpanjang setiap tahunnya. Hal

yang perlu dimonitoring adalah penunjukkan pelaku usaha tersebut oleh PLN

Citarum.

10. Monitoring Dugaan Posisi Dominan dalam Pembangunan Blok A Pasar Tanah

Abang oleh PT. Priamanaya Djan Internasional dan PD Pasar Jaya.

Monitoring ini berdasar pada dugaan adanya penyalahgunaan posisi dominan

dalam peremajaan pasar Tanah Abang, yang dilakukan oleh pengelola pasar

Tanah Abang beserta para developer dari masing-masing blok. Dalam hal ini,

pengelola pasar Tanah Abang bekerja sama dengan pihak ketiga. Pengelola

diduga menetapkan syarat-syarat perdagangan yang memberatkan para

pedagang untuk membeli kios-kios di pasar Tanah Abang.

Page 27: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 27

11. Monitoring Dugaan Penguasaan Pasar Pestisida Rumah Tangga (Non-Coil) di

Indonesia yang dilakukan oleh PT. Johnson Home Hygiene Products dan PT.

SC Johnson & Son Indonesia Ltd.

Diduga telah terjadi upaya penguasaan pasar pestisida rumah tangga (non-

coil) di Indonesia. Penguasaan diduga dilakukan oleh beberapa produsen

produk pestisida sehingga menghambat persaingan di dalam industri

tersebut.

12. Monitoring Dugaan Penyalahgunaan Posisi Dominan dalam Pemanfaatan

Gudang di Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar oleh PT Pelindo IV.

Diduga telah terjadi penyalahgunaan posisi dominan dalam pemanfaatan

gudang di pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar. Dugaan atas

penyalahgunaan tersebut dilakukan oleh operator pelabuhan yang

bersangkutan sehingga menimbulkan hambatan persaingan.

13. Monitoring Dugaan Oligopoli, Penetapan Harga dan Diskriminasi dalam

Distribusi Tepung Terigu di Wilayah Indonesia Timur.

Diduga telah terjadi praktek oligopoli, penetapan harga dan diskriminasi

dalam proses distribusi tepung terigu di wilayah Indonesia Timur. Hal in

ditengarai dari adanya kondisi bahwa hanya terdapat satu produsen terigu di

wilayah Indonesia Timur yang hanya menunjuk satu distributor saja.

3.3 PENANGANAN PERKARA

Penanganan perkara yang dilakukan oleh KPPU didominasi oleh Perkara

Persekongkolan dalam Tender. Adapun perkara lainnya terkait dengan penguasan

pasar, monopoli, kartel, penetapan harga dan pembagian wilayah. Penanganan

perkara yang telah selesai diproses melalui beberapa tahap pemeriksaan dan

sidang Majelis, telah menghasilkan beberapa Putusan KPPU. Sepanjang tengah

tahun pertama 2008, KPPU mengeluarkan 17 putusan, yaitu:

Page 28: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 28

1. Perkara No. 10/KPPU-L/2007 tentang Dugaan pelanggaran terhadap

Undang-undang No. 5 tahun 1999 berkaitan dengan Tender Pekerjaan

Lanjutan Pembangunan/Relokasi Rumah Sakit Umum Daerah Ratu

Zalecha Martapura, Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2006.

2. Perkara No. 11/KPPU-L/2007 tentang Dugaan pelanggaran terhadap

Undang-undang No. 5 Tahun 1999 berkaitan denganTender Pekerjaan

Peningkatan Jalan Maccope-Labessi di Kabupaten Soppeng.

3. Perkara No. 12/KPPU-L/2007 Dugaan pelanggaran terhadap Undang-

undang No. 5 Tahun 1999 berkaitan dengan Pengadaan Alat Kesehatan

Penunjang Puskesmas Kegiatan DAK Non DR untuk Kesehatan Kabupaten

Sukabumi Tahun Anggaran 2006.

4. Perkara No. 13/KPPU-L/2007 tentang Dugaan pelanggaran terhadap

Undang-undang No. 5 Tahun 1999 berkaitan dengan Kegiatan Pengadaan

Bibit Kelapa Sawit dalam polibeg Tahun Anggaran 2006 di Dinas

Perkebunan Propinsi Kalimantan Selatan.

5. Perkara No. 14/KPPU-L/2007 tentang Dugaan pelanggaran terhadap

Undang-undang No. 5 Tahun 1999 berkaitan dengan Tender Pekerjaan

Multiyears di Kabupaten Siak, Riau.

6. Perkara No. 15/KPPU-L/2007 tentang Dugaan pelanggaran UU No. 5

Tahun 1999 berkaitan dengan Dugaan Persekongkolan dalam Lelang

Pembangunan Mall Kota Prabumulih.

7. Perkara No. 16/KPPU-L/2007 tentang Dugaan pelanggaran terhadap

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 berkaitan dengan Proses lelang

pengadaan bibit karet, herbisida, dan pupuk tablet PLMT Tahun Anggaran

2006 di Dinas Perkebunan Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.

8. Perkara No. 17/KPPU-L/2007 tentang Dugaan pelanggaran terhadap

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 berkaitan dengan Pelelangan

Saham PT Dharmala Sakti Sejahtera di PT Asuransi Manulife Indonesia.

9. Perkara No. 18/KPPU-L/2007 tentang Dugaan pelanggaran terhadap

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 berkaitan dengan Persekongkolan

Tender dalam Paket Pengadaan TV Pendidikan dan Perlengkapannya di

Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006.

10. Perkara No. 19/KPPU-L/2007 tentang Penguasaan Pasar dan

Persekongkolan yang dilakukan oleh EMI Music South East Asia, PT EMI

Indonesia, Arnel Affandy, S.H, Dewa 19, dan Iwan Sastrawijaya.

Page 29: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 29

11. Perkara No. 20/KPPU-L/2007 tentang Lelang Pengadaan Alat Kesehatan

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Brebes Sumber Dana Belanja

Daerah Kabupaten Brebes Tahun Anggaran 2006.

12. Perkara No. 21/KPPU-L/2007 tentang Lelang Pengadaan Pipa PVC 6”, 4”,

dan 2” oleh Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan, dan Energi Provinsi

Kepulauan Riau.

13. Perkara No. 22/KPPU-L/2007 tentang Dugaan Monopoli Jasa Kargo di

Bandara Hasanuddin Makassar-Sulawesi Selatan

14. Perkara No. 23/KPPU-L/2007 tentang Persekongkolan dalam

Pembangunan Kembali Pasar Melawai Blok M.

15. Perkara No. 24/KPPU-L/2007 tentang Dugaan Persekongkolan dalam

Tender Kegiatan Peningkatan Jalan Lubuk Lancang-Teluk Betung-Tanah

Kering; Pangkalan Balai-Pangumbuh; Pangkalan Balai-Lubuk Saung; Sp

Tanjung Beringin-Rimba Alai; dan SP Rambutan Mendal-Mendil di Dinas

Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Banyuasin Sumber Dana APBD

2006-2008.

16. Perkara No. 26/KPPU-L/2007 tentang Dugaan Pelanggaran Pasal 5

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh PT

Excelcomindo Pratama Tbk, PT Telekomunikasi Seluler, PT Indosat, PT

Telekomunikasi Indonesia, PT Hutchison CP Telecommunication, PT Bakrie

Telecom, PT Mobile-8 Telecom, PT Smart Telecom, dan PT Natrindo

Telepon Seluler.

17. Perkara No. 28/KPPU-L/2007 tentang Dugaan Pelanggaran Pasal 5, Pasal

9, Pasal 17, serta Pasal 19 huruf (a) dan huruf (d) Undang-undang Nomor

5 Tahun 1999 Berkaitan dengan Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam Jasa

Pelayanan Taksi di Batam yang Dilakukan oleh Pelaku Usaha Taksi dan

Pengelola Wilayah.

Page 30: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 30

3.4 MONITORING PUTUSAN DAN LITIGASI

Monitoring putusan dan litigasi merupakan suatu cara yang dilakukan KPPU

dalam mengawasi sekaligus menindaklanjuti perkembangan hasil Putusan yang

telah dihasilkan oleh KPPU. Pengawasan dilakukan terhadap perilaku pelaku

usaha atas Putusan KPPU yang telah dikenakannya. Perubahan perilaku pelaku

usaha merupakan objek dari monitoring atas putusan yang telah berkekuatan

hukum tetap.

Proses Litigasi yang dilakukan KPPU meliputi beberapa perkara yang 13 (tiga

belas) diantaranya sedang dalam proses keberatan di Pengadilan negeri, 8

(delapan) perkara sedang dalam proses kasasi di Mahkamah Agung. Sedangkan

Perkara yang sedang dalam proses eksekusi terdiri dari 11 (sebelas) perkara dan

terdapat 8 (delapan) perkara lain yang sedang dalam proses monitoring

pelaksanaan putusan.

I. PERKARA SEDANG DALAM PROSES KEBERATAN

Perkara yang sedang dalam proses keberatan didominasi oleh perkara yang

terkait dengan Persekongkolan Tender. Jumlah keseluruhan perkara sedang

dalam proses keberatan sebanyak tiga belas, delapan perkara diantaranya

terkait dengan Persekongkolan Tender, yaitu:

1. Perkara No. 20/KPPU-L/2005 tentang PJU-SJU (1);

2. Perkara No. 16/KPPU-L/2006 tentang Tentang Dugaan Pelanggaran terhadap

Pasal 5, 19 huruf d dan Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 berkaitan dengan Tender

Pengerjaan SKTM 20 Kv Paket 4, Paket 9, Paket 20 dan Paket 22 (SKTM);

3. Perkara No. 03/KPPU-L/2007 tentang Tender pengadaan gedung Pengadilan

Negeri Padang Sidempuan;

4. Perkara No. 05/KPPU-L/2007 Tentang Tender di Belawan;

5. Perkara No. 07/KPPU-L/2007 Tentang Temasek;

6. Perkara No. 11/KPPU-L/2007 Tentang Tender pembangunan jalan di Kabupaten

Soppeng, Makassar;

7. Perkara No. 13/KPPU-L/2007 Tentang tender pengadaan polibeg dan kelapa sawit

di Kab. Banjar;

Page 31: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 31

8. Perkara No. 18/KPPU-L/2007 tentang pelanggaran Pasal 22 pada tender

pengadaan TV Pendidikan dan Perlengkapannya di Dinas Pendidikan Nasional

Provinsi Sumatera Utara (Perkara TV Diknas);

9. Perkara No. 19/KPPU-L/2007 tentang dugaan pelanggaran Pasal 23 UU No. 5

Tahun 1999 yang dilakukan oleh EMI Music South East Asia, PT EMI Indonesia,

Arnel Affandi, Dewa 19 dan Iwan Sastra Wijaya;

10. Perkara No. 21/KPPU-L/2007 tentang pelanggaran Pasal 22 pada proses lelang

Pengadaan Pipa PVC 6”, 4”, dan 2” oleh Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan

dan Energi Propinsi Kepulauan Riau, Riau;

11. Perkara No. 22/KPPU-L/2007 tentang pelanggaran Pasal 17 ayat (1), Pasal 19

huruf (a) serta Pasal 25 ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999

berkaitan dengan Praktek Monopoli Jasa Kargo di Bandara Hasanuddin, Makassar

Sulawesi Selatan;

12. Perkara No. 24/KPPU-L/2008 tentang Tender Kegiatan Peningkatan Jalan

Pangkalan Balai-Pengumbuk di Kab. Banyuasin;

13. Perkara No. 26/KPPU-L/2008 tentang kartel SMS.

II. PERKARA SEDANG DALAM PROSES KASASI

Perkara sedang dalam proses kasasi juga didominasi oleh Persekongkolan Tender

sejumlah lima perkara dari delapan perkara, meliputi:

1. Perkara No. 08/KPPU-L/2003 tentang Jasa Audit PT Telekomunikasi oleh Price

Water House Coopers;

2. Perkara No. 05/KPPU-L/2004 tentang Tender Pengadaan Jasa Keamanan di PT

Thames PAM Jaya;

3. Perkara No. 08/KPPU-L/2004 tender Pengadaan Tinta Pemilu Legislatif di KPU

Tahun 2004;

4. Perkara No. 04/KPPU-L/2005 tentang Lelang Barang Bukti berupa Gula dalam

Tindak Pidana Nurdin Halid di Kejaksaan Jakarta Utara;

5. Perkara No. 11/KPPU-I/2005 tentang Kartel Distributor Semen Gresik di Wilayah IV

Jawa Timur;

6. Perkara No. 13/KPPU-L/2005 tentang Pengadaan Alat Kesehatan di RSUD Cibinong;

7. Perkara No. 19/KPPU-L/2005 tentang Tender Pengadaan Gamma Ray Scanner di

Pelabuhan Batu Ampar, Batam;

8. Perkara No. 17/KPPU-L/2006 tentang PJU-SJU (2).

Page 32: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 32

III. PERKARA SEDANG DALAM PROSES EKSEKUSI

Terdapat sebelas perkara sedang dalam proses eksekusi. Sembilan diantaranya juga

terkait dengan perkara Persekongkolan Tender yang meliputi:

1. Perkara No. 07/KPPU-L/2004 tentang Tender VLCC milik Pertamina;

2. Perkara No. 04/KPPU-I/2003 tentang JICT;

3. Perkara No. 06/KPPU-L/2006 tentang Pengadaan Alat Kesehatan di RSUD

Pematang Siantar;

4. Perkara No. 02/KPPU-L/2007 tentang Tender di RSUD Wahab Sya’ranie;

5. Perkara No. 06/KPPU-L/2007 tentang tender pengadaan jasa fogging di DKI

Jakarta;

6. Perkara No. 04/KPPU-L/2007 tentang tender pengadaan LCD di DKI Jakarta;

7. Perkara No. 08/KPPU-L/2007 tentang tender di PJU Bengkulu;

8. Perkara No. 02/KPPU-L/2006 tentang perubahan logo Pertamina;

9. Perkara No. 14/KPPU-L/2007 tentang tender pembangunan jalan di Kab. Siak –

KEPRI;

10. Perkara No. 15/KPPU-L/2007 tentang tender pembangunan mall di Kota

Prabumulih;

11. Perkara No. 16/KPPU-L/2007 tentang tender pengadaan Herbisida, PMLT dan bibit

karet di Kabupaten Banjar Baru;

IV. PERKARA SEDANG DALAM PROSES MONITORING PELAKSANAAN PUTUSAN

KPPU sedang melakukan proses monitoring terhadap delapan pelaksanaan Putusan

yang meliputi:

1. Perkara No. 10/KPPU-L/2005 tentang Kartel Perdagangan Garam ke Sumatera

Utara;

2. Perkara No. 16/KPPU-L/2005 tentang Tender Pengadaan Alat Kendali Emisi di Dinas

Perhubungan Kota Surabaya;

3. Perkara No. 04/KPPU-L/2006 tentang Distribusi Kendaraan Roda Dua Merk Yamaha

di Makassar;

4. Perkara No. 02/KPPU-L/2005 tentang PT Carrefour Indonesia;

5. Perkara No. 01/KPPU-l/2003 tentang PT Garuda Indonesia;

6. Perkara No. 02/KPPU-I/2004 tentang PT. Pemblokiran SLI oleh PT. Telkom

Indonesia;

7. Perkara No. 03/KPPU-L-I/2000 tentang PT. Indomarco Prismatama;

Page 33: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 33

8. Perkara No. 01/KPPU-L/2004 tentang Jasa Bongkar Muat Kelapa Sawit di Pelabuhan

Belawan.

V. PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

1. KASASI atas Putusan KPPU NO. 03/KPPU-L/2006 tentang CIS-RISI;

2. KASASI atas Putusan KPPU NO. 02/KPPU-L/2006 tentang LOGO PERTAMINA;

3. Perkara No. 04/KPPU-L/2005 tentang LELANG BARANG BUKTI BERUPA GULA

DALAM TINDAK PIDANA NURDIN HALID DI KEJAKSAAN JAKARTA UTARA;

4. Kasasi atas Putusan KPPU No. 13/KPPU-L/2005 tentang PENGADAAN ALAT

KESEHATAN DI RSUD CIBINONG.

Page 34: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 34

Page 35: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 35

SOSIALISASI SEWINDU PERSAINGAN

USAHA

4 . 1 . S O S I A L I S A S I

Sampai dengan bulan Juni 2008, KPPU telah melakukan 14 kegiatan

sosialisasi di 11 propinsi. Kegiatan sosialiasi tersebut terdiri dari:

1. Tiga kali Pengembangan Jaringan Media Massa dalam bentuk Forum

Jurnalis di Jakarta yang melibatkan media massa nasional,

2. Seminar Persaingan Usaha di wilayah Kantor Perwakilan Daerah Medan

yang melibatkan Pemda dan Kadin setempat,

3. Penyusunan Standarisasi Materi Advokasi dalam bentuk Forum Diskusi

dengan Akademisi di Gorontalo,

4. Lokakarya Parlemen/Pemerintah di Padang yang melibatkan Pemda dan

Kadin setempat,

5. Lokakarya Parlemen/ Pemerintah di Pangkal Pinang - Bangka Belitung,

6. Seminar Persaingan Usaha di wilayah Kantor Perwakilan Daerah Makassar

yang melibatkan Pemda dan Kadin setempat,

7. Lokakarya dengan Lembaga Publik di Balikpapan – Kalimantan Timur yang

melibatkan Kadin dan akademisi,

B A B

4

Page 36: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 36

8. Lokakarya dengan Lembaga Publik di Bangkalan – Madura yang

melibatkan Pemda dan Kadin setempat,

9. Penyusunan Standarisasi Materi Advokasi dalam bentuk Forum Diskusi

dengan Akademisi di Mataram,

10. Penyusunan Pedoman Advokasi Jaringan Media di Medan yang melibatkan

media massa setempat,

11. Lokakarya Hakim di Palembang yang melibatkan hakim dari pengadilan

negeri dan pengadilan tinggi seluruh propinsi Sumatera Selatan,

12. Kegiatan Lokakarya Parlemen/Pemerintah di Pontianak – Kalimantan Barat

yang juga melibatkan Pemda dan Kadin setempat,

13. Seminar Persaingan Usaha di Jakarta yang melibatkan Menteri Negara

Badan Usaha Milik Negara, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral,

Ketua Komisi VII DPR, Media Massa Nasional, Pelaku Usaha yang bergerak

di bidang migas, CPEES dan IRSA.

Selain mengadakan kegiatan sosialisasi ke berbagai daerah, subdirektorat

advokasi juga menerima beberapa permohonan audiensi dan permohonan

narasumber dari berbagai instansi, seperti GAPENSI, PT. Pembangkitan Jawa

Bali, INKINDO (Ikatan Nasional Konsultan Indonesia), DPD AKLI, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Salatiga, Bappebti (Badan Pengawas

Perdagangan Berjangka Komoditi) dan IFC (International Finance

Corporation), Departemen Pekerjaan Umum Badan Pembinaan Konstruksi

dan SDM, PT. Astra International, Tbk, AN TV, Persatuan Wartawan

Indonesia Reformasi (PWI-R) Korda DKI Jakarta, Fakultas Hukum Universitas

Nasional Jakarta, AKKI (Asosiasi Kartu Kredit Indonesia), Bupati Soppeng,

Investor Daily, Dewan Pengurus LPJK Riau, Yayasan Perspektif Baru,

Perkumpulan PBB Mr, DPRD Kota Sukabumi, Otorita Pengembangan Daerah

Industri Pulau Batam, KPPU dan Universitas Trunojoyo (Madura), serta

NAMPA.

4 . 2 . K E R J A S A M A K E L E M B A G A A N

Perkembangan kegiatan kerjasama kelembagaan dalam forum internasional

dan kerjasama dengan lembaga internasional yang terkait dengan hukum

dan kebijakan persaingan dalam periode Januari – Juni 2008 adalah :

Page 37: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 37

1. OECD

Pada periode 2008, KPPU terus melakukan upaya penguatan eksistensi

kelembagaan KPPU baik melalui perwujudan reformasi regulasi, yaitu

pengadopsian integrated checklist on regulatory reform, peningkatan

kapasitas sumber daya manusia, berbagi ilmu tentang hukum dan

kebijakan persaingan usaha pada forum internasional, pelaksanaan

negosiasi tentang kebijakan persaingan di tingkat internasional, dan

peningkatan peranan KPPU sebagai regular observer pada OECD.

Sesuai dengan agenda OECD-Competition Committee, dalam semester

pertama 2008 ini telah dilakukan dua kali pertemuan Competition

Committee. Pada pertemuan pertama di bulan Februari, KPPU mendapat

kehormatan untuk menjadi salah satu pimpinan sidang yang membahas

isu Residential Water Heaters dan Consumer Choice in Mobile Telephony.

KPPU juga menyampaikan written contribution dengan topik Indonesian

Antitrust Issues in Interlocking Directorate. Isu “interlocking directorate”

dalam Pasal 26 UU No 5/1999. Aturan tersebut juga dilaksanakan

sejalan dengan peraturan pemerintah atau departemen yang terkaitnya

lainnya yaitu antara lain UU No No. 19/2003 mengenai BUMN, Peraturan

Bank Indonesia No 2/7/2000 serta Peraturan Bapepam No. Kep-

45/PM/1997 tanggal 26 Desember 1997.

Selain aktif dalam pertemuan tersebut, KPPU juga melakukan pertemuan

dengan OECD expert terkait dengan kemungkinan bantuan OECD dalam

bentuk technical assistance pemberian pelatihan mengenai implementasi

OECD assessment toolkit. Usulan pelatihan yang direncanakan

dilaksanakan di Indonesia tersebut juga merupakan penjabaran dari

salah satu rekomendasi penting yang dihasilkan dalam APEC Seminar

bulan Juni 2007 di Jakarta yaitu adanya kesepakatan para APEC

economies untuk menemukan cara terbaik (berdasarkan

pengalamannya) dalam mengadopsi competition assessment, reformasi

regulasi, dan kebijakan persaingan. Untuk itu mereka juga menekankan

pentingnya dialog yang kontinyu dan bantuan teknis dalam penerapan

Page 38: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 38

OECD integrated checklist. Sehingga KPPU perlu mempersiapkan

wawasan dan pengetahuan terhadap toolkits tersebut yang sejalan

dengan rencana penerapan dari OECD assessment toolkits.

Sedangkan dalam partisipasi pada pertemuan bulan Juni, KPPU

menunjukkan eksistensi sebagai anggota regular observer OECD (sejak

Desember 2005) melalui penyampaian written contribution pada

pertemuan WP 2 dan WP 3 pada bulan Juni 2008. Namun, KPPU tidak

dapat menghadiri pertemuan tersebut karena bersamaan dengan

penyelenggaraan acara APEC seminar dimana KPPU sebagai host country

penyelenggara acara tersebut. Ketidakhadiran dalam kegiatan tersebut

tidak mengurangi kontribusi aktif KPPU dalam acara tersebut. KPPU tetap

menyampaikan 3 (tiga) written contribution sebagai bahan diskusi dalam

forum tersebut. Materi yang disampaikan tersebut adalah pertama

competition issues in Indonesia construction industry, kedua adalah

bundling in Indonesian competition law dan ketiga adalah market

studies in Indonesian competition agency.

2. OECD – RCC

Wadah sharing experience dan capacity building bagi otoritas pegawai

lembaga persaingan di wilayah Asia Pacific yang merupakan bagian dari

OECD ini yang lebih dikenal sebagai OECD-Korea Regional Center for

Competition (OECD-RCC). Dalam pelatihan tersebut, beberapa materi

tingkat lanjut disampaikan dan dibahas oleh ahli dalam hukum

persaingan usaha yang didatangkan dari kantor pusat OECD di Paris.

KPPU sendiri telah aktif dilibatkan dan bertukar pengalaman dalam

pelatihan tersebut sejak pendirian OECD-RCC, yaitu pada akhir tahun

2004. Pada semester pertama 2008, telah diselenggarakan 3 (tiga)

pelatihan (workshop) yang dilaksanakan di Seoul, Korea Selatan serta di

Singapura. Berbagai teori dan praktek tentang cartel dan leniency

program, penyalahgunaan posisi dominan serta quantitative methods

dalam mengukur kekuatan pasar, merjer dibahas dalam workshop

tersebut. Melalui kapasitas dan keahlian OECD – RCC tersebut, KPPU

merencanakan untuk mengajukan proposal penyelenggaraan pelatihan

Page 39: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 39

tersebut di Indonesia tahun 2009 dengan tujuan untuk memaksimalkan

partisipasi aktif staf KPPU yang dituntut untuk meningkatkan

kemampuan dalam analisa dan aplikasi kasus persaingan usaha.

3. UNCTAD

UNCTAD sebagai salah satu lembaga bagian dari United Nations

khususnya yang membidangi Divisi Competition Law dan Consumer

Policies Branch. Formulasi bantuan technical assistance yang sudah

dirintis sejak akhir 2004 antara KPPU dan UNCTAD, maka tahun 2007

telah dicapai sebuah kerangka kerjasama bilateral antara KPPU dan

UNCTAD untuk periode 2 (dua) tahun kedepan yaitu 2008 - 2009.

Dalam kerjasama tersebut, KPPU diminta secara khusus untuk menjadi

pusat pengembangan hukum dan kebijakan persaingan untuk wilayah

Asia Tenggara. Dalam mewujudkan hal tersebut, UNCTAD akan

memfasilitasi pelaksanaan penerjemahan modul pelatihan UNCTAD ke

dalam bahasa Indonesia dan pelaksanaan training for trainer (ToT) bagi

internal dan eksternal KPPU, sekaligus fasilitasi pelaksanaan workshop

dalam industri telekomunikasi, infrastruktur dan fasilitas esensial lain,

serta potensi penerapan class action dalam penegakan hukum

persaingan usaha di Indonesia. Dalam tahun 2008, kegiatan yang akan

dilaksanakan pada bulan November adalah Workshop Competition and

Regulation in the Telecommunications Sector.

Selain itu kegiatan dalam kerangka kerjasama bilateral tersebut, KPPU

juga berperan aktif dalam pertemuan UNCTAD khususnya dalam Inter-

Governmental Group of Expert (IGE) Meeting on Competition Law and

Policy yang merupakan agenda tahunan UNCTAD yang dilaksanakan di

markas besar UNCTAD di Geneva, Swiss. Dalam tahun 2008, KPPU

menghadiri pertemuan 9th Session of IGE Meeting pada bulan Juli 2008.

Dalam kesempatan ini, KPPU menyampaikan written contribution dengan

topik Indonesian perspective on abuse of dominance selain itu KPPU

juga menjadi salah satu panelist dalam pertemuan Ad-hoc Expert Group

on the Role of Competition Law and Policy in Promoting Growth and

Page 40: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 40

Development yang mendiskusikan tentang posisi dan sikap negara

berkembang terhadap periaku penyalahgunaan posisi dominan.

4. APEC

Dalam semester pertama tahun 2008, KPPU telah menunjukkan peran

dan partisipasi aktif dalam proses penyusunan APEC Individual Action

Plan 2008 (APEC-IAP, Rencana Aksi Individu 2008) dibawah koordinasi

Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian khususnya dalam Chapter

Competition. Terkait dengan penyusunan APEC – IAP 2008 tersebut,

KPPU juga terlibat dalam rencana pelaksanaan APEC Peer Review yang

akan dilaksanakan pada 2009. KPPU telah mengkoordinasikan dengan

Menko Perekonomian mengenai isu hukum dan kebijakan persaingan

yang akan disampaikan dalam Peer Review. Sedangkan APEC–IAP 2008

sendiri membahas gabungan berbagai isu yang terkait dengan kebijakan

ekonomi di suatu negara, antara lain tarif dan non tarif, jasa, investasi,

standarisasi, bea cukai, pengadaan pemerintah, hak kekayaan

intelektual, dan kebijakan persaingan.

Sedangkan sebagai perwujudan keaktifan peran KPPU dalam upaya

mendukung reformasi regulasi yang mulai disosialisasikan pada kalangan

stakeholder terkait, maka KPPU memprakarsai penyelenggaraan dan

sebagai host country acara APEC Seminar for Sharing Experiences in

APEC Economies on Relations between Competition Authorities and

Regulator Bodies (CTI 13/2008T), tanggal 11 – 13 Juni 2008 di Bali.

Seminar tersebut merupakan tindak lanjut dari Seminar APEC yang

dilaksanakan pada bulan Juni 2007 di Jakarta yang salah satu

rekomendasi hasil Seminar APEC pada bulan Juni 2007 adalah perlunya

diskusi dan pertemuan lebih lanjut guna berbagi pengalaman dari

pelaksanaan APEC-OECD Integrated Checklist sebagai bagian dari upaya

mendorong proses Regulatory Reform guna mewujudkan kebijakan

persaingan yang sehat.

Salah satu point dari APEC-OECD Integrated Checklist mengenai

perwujudan membangun kelembagaan yang kuat dan harmonis sebagai

Page 41: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 41

instrument penting untuk mendorong proses Regulatory Reform melalui

kerangka kelembagaan yang harmonis antara lembaga persaingan dan

sektor regulator terkait. Disamping itu, kegiatan ini diharapkan dapat

meningkatkan kesadaran anggota APEC economies atas pentingnya

pengembangan Regulatory Reform khususnya dalam rangka hubungan

antara lembaga persaingan dan regulator sektoral. Sehingga diharapkan

praktek-praktek pelaksanaan dan pemanfaatan OECD Integrated

Checklist dalam harmonisasi kebijakan terutama bagi regulator dan

lembaga persaingan diperlukan agar pembuatan kebijakan dapat

dilakukan secara konsisten sehingga perbaikan kualitas kebijakan

Regulatory Reform dalam bentuk harmonisasi kebijakan dapat

diakselerasikan dan keefektifan biaya dalam pembangunan ekonomi

dapat ditingkatkan. Kesuksesan penyelenggaraan APEC Seminar selama

dua setengah hari tersebut ditunjukkan dengan partisipasi peserta

kurang lebih 100 peserta baik dari perwakilan pemerintah dari Negara-

negara anggota APEC economies sebanyak 13 negara anggota APEC

economies yaitu dari Chili, Jepang, Mexico, Peru, Filipina, Papua New

Guinea, Rusia, Singapura, Thailand, Vietnam, Malaysia, Chinese Taipei

serta Indonesia. Acara tersebut juga dihadiri oleh perwakilan dari

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dan

Internastional Competition Network (ICN). Peserta dari perwakilan

domestik dari departemen terkait juga aktif berpartisipasi dalam acara

tersebut.

Seminar tersebut menghasilkan beberapa rekomendasi dan kesimpulan

yang menciptakan arah yang jelas bagi harmonisasi dan penguatan

kerjasama antara lembaga persaingan dan lembaga regulator sektor

tertentu dalam kerangka pewujudan reformasi regulasi. Rekomendasi

penting yang dihasilkan adalah pemahaman perlunya dukungan politis

untuk membangun sebuah kerangka kebijakan yang sejalan dengan

reformasi regulasi, serta terkait dengan perwujudan harmonisasi

kebijakan antara lembaga persaingan dan lembaga regulator sektor

tertentu maka perlu mempertimbangkan kejelasan dan pembatasan

tugas antara kedua lembaga tersebut. Rekomendasi penting lainnya

adalah usulan mekanisme sistem konsultasi dan koordinasi antara

lembaga persaingan dan lembaga regulator sektor sebelum menyusun

Page 42: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 42

peraturan yang melibatkan tugas dan wewenang kedua lembaga,

misalnya mekanisme penyusunan Memorandum of Understading (MoU)

yang dalam pelaksanaan teknisnya dapat berupa penyusunan joint-

working team, diskusi dan pertemuan regular untuk saling bertukar

informasi dan pengalaman pada isu persaingan dalam sektor yang

menjadi jurisdiksi lembaga regulator sektor tertentu.

Hal penting lain yang perlu ditindaklanjuti Indonesia maupun APEC

economies lainnya adalah proses reformasi regulasi akan berjalan

dengan baik apabila sebuah institusi yang dapat mendukung dan

memelihara proses tersebut dilakukan melalui sebuah institusi yang

memadai baik dari pembiayaan dan pengkoordinasian dalam

penggunaan perangkat manajemen regulasi.

5. ASEAN melalui negosiasi Competition Chapter dengan New

Zealand dan Australia

Sebagai kelanjutan dari partisipasi KPPU dalam pengembangan hukum

dan kebijakan persaingan yang telah menjadi isu pembahasan negosiasi

di tingkat internasional, dimana beberapa negara (khususnya negara

maju) baik melalui organisasi internasional maupun secara bilateral terus

berupaya agar tercipta suatu mekanisme peningkatan peranan kebijakan

persaingan. Sebagaimana tahun 2007 dimana KPPU dilibatkan secara

aktif dalam beberapa negosiasi perdagangan adalah negosiasi ASEAN-

Australia-New Zealand (AANZ) Free Trade Area (FTA). Dalam tahun 2008

ini, KPPU juga menjadi bagian dalam negosiasi dalam Joint Committee

for ASEAN – EU Free Trade Area (JC – AEFTA) dimana KPPU dalam

lingkup ASEAN telah menjadi tolak ukur perkembangan aspek hukum

dan kebijakan persaingan yang sudah cukup maju sehingga diharapkan

peranan KPPU dalam memberikan informasi terkait materi negosiasi

tersebut yaitu penyiapan materi kuesioner perkembangan hukum dan

kebijakan persaingan di Indonesia.

Page 43: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 43

6. ASEAN melalui pembentukan ASEAN Expert Group on Competition

(AEGC)

Dalam upaya membangun kerangka kebijakan persaingan dalam skala

regional yang efektif, maka melalui ASEAN telah disepakati terbentuknya

ASEAN Expert Group on Competition (AEGC) pada bulan Agustus 2007

pada pertemuan ASEAN-Senior Economic Official Meeting (SEOM) untuk

dapat berada di bawah SEOM. Adapun kesepakatan yang berhasil dicapai

dari pertemuan ini adalah bahwa AEGC menyepakati semua negara

anggota ASEAN sudah memiliki hukum persaingan pada 2015, sejalan

dengan berlakunya ASEAN Economic Community (AEC). AEGC dibentuk

dengan tujuan sebagai forum untuk mendiskusikan dan

mengkoordinasikan kebijakan persaingan dengan sasaran

mempromosikan terciptanya lingkungan persaingan usaha di wilayah

ASEAN, setelah sebelumnya ASEAN memiliki Asean Consultative Forum

on Competition (ACFC) yang bersifat sukarela.

Untuk lebih memfokuskan kegiatan dalam ruang lingkup yang menjadi

fokus utama AEGC maka dibentuk 3 (tiga) working group yaitu :

a. Forum for competition policy yang ditujukan sebagai sarana

berdiskusi dan berkoordinasi seputar kebijakan persaingan bagi

negara-negara anggota.

b. Training and capacity building, untuk meningkatkan kemampuan

institusi sehingga diperlukan identifikasi permasalahan dan evaluasi

atas pelaksanaan proyek yang bertujuan memberikan dukungan bagi

pengembangan kebijakan persaingan serta sebagai upaya untuk

mempromosikan kepedulian dan dukungan bagi kebijakan

persaingan itu sendiri. Hal ini terkait pula dengan kondisi tahapan

yang berbeda di setiap negara anggota dalam melakukan

pembangunan kebijakan persaingan. Dalam program ini ditujukan

pelatihan untuk semua negara anggota ASEAN, bekerjasama dengan

para mitra dialog, seperti Amerika, OECD dan Jerman. Materi

Page 44: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 44

pelatihan akan berkisar pada pengembangan kebijakan persaingan,

advokasi dan pelatihan teknik investigasi.

c. Regional Guideline, sebagai best pratice bagi pola pelaksanaan

kebijakan persaingan yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi

regional ASEAN yang didasarkan kepada pengalaman dari masing-

masing negara anggota. Guideline ini nantinya akan menjadi

pegangan bagi semua negara anggota ASEAN dalam menyiapkan

hukum persaingan di negara masing-masing. Guideline itu

diperlukan mengingat hingga saat ini belum semua negara di

kawasan ASEAN memiliki hukum persaingan. Diharapkan, jika

memang pada 2015 kesepakatan belum berhasil tercapai, minimal

untuk beberapa sektor telah memiliki pengaturan hukum persaingan.

Hingga saat ini, negara ASEAN yang telah memiliki hukum

persaingan adalah Indonesia, Singapura, Thailand dan Vietnam.

Diharapkan nantinya guideline tersebut akan membantu proses

lahirnya kebijakan persaingan di tingkat ASEAN. Isi guideline

tersebut diharapkan bisa sejalan dengan kepentingan dunia usaha

ASEAN, sehingga dapat menciptakan suasana persaingan yang sehat

di lingkungan internal ASEAN, yang nantinya akan melahirkan

banyak pengusaha yang siap untuk bersaing di luar ASEAN.

Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan yang dihasilkan dari pertemuan-

pertemuan sebelumnya, diselenggarakanlah pertemuan Asean Expert

Group on Competition (AEGC) ke-1 di Singapura pada tanggal 18-20

Maret 2008. KPPU sebagai otoritas lembaga persaingan Indonesia turut

hadir bersama dengan perwakilan dari negara-negara anggota ASEAN

lainnya, serta perwakilan dari Sekretariat ASEAN. Target dari pertemuan

ini adalah untuk membahas lebih lanjut isu-isu terkait dengan

competition policy di ASEAN.

7. International Competition Network (ICN)

International Competition Network (ICN) merupakan jaringan informal

bagi lembaga persaingan seluruh dunia, didirikan bulan Oktober 2001

Page 45: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 45

dengan tujuan untuk memfasilitasi kesamaan prosedur dan substansi

dalam penegakan hukum persaingan. Anggota ICN mencapai 100

lembaga persaingan dari 88 negara di seluruh dunia (per 1 April 2007).

ICN terdiri dari Steering Group yang bertanggung jawab untuk

pengambilan keputusan serta berbagai kelompok kerja yang berfokus

pada implementasi kebijakan persaingan dan operasional ICN. Kelompok

kerja ini mengadakan workshop dengan tema tertentu terkait dengan

aktifitas kelompok kerjanya. Melalui aktifitas ini, ICN tidak hanya

menyediakan institusi anggota dengan kesempatan untuk mengangkat

isu persaingan tertentu, namun juga memfasilitasi komunikasi antar

institusi anggota. ICN juga melakukan pertemuan tahunan dimana setiap

kelompok kerja melaporkan kegiatannya selama setahun dan berdiskusi

tentang hukum dan kebijakan persaingan usaha.

Untuk tahun ini, The International Competition Network (ICN) Seventh

Annual Conference yang diprakarsai oleh Japan Fair Trade Commission

(JFTC) bertempat di Kyoto International Conference Center (ICC Kyoto).

Konferensi berlangsung dari tanggal 13 – 17 April 2008. Lebih dari 500

peserta yang berasal dari 70 yurisdiksi, termasuk perwakilan dari

lembaga persaingan dan pengamat independent seperti pengacara

dengan spesialisasi dalam hukum persaingan menghadiri konferensi ini.

Para partisipan berdiskusi tentang hukum persaingan dan kebijakan

persaingan terkini yang diterapkan di berbagai negara.

Pada rangkaian pertemuan ICN, perwakilan KPPU dipercaya sebagai

salah seorang Panelis pada salah satu sesi utama (plenary session),

yaitu pada sesi laporan dan Panelisa pada sesi pisah (breakout session).

Melalui seminar ini, Indonesia melalui KPPU diharapkan dapat semakin

aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan Working Group ICN. Dalam

kesempatan ini, KPPU juga mengajukan proposal untuk menjadi host

country penyelenggara ICN Annual Conference selanjutnya. Selain

Indonesia (KPPU) ada 2 (dua) kandidat negara yang mengajukan

proposal sama yaitu Chinese Taipei dan Turki. Melalui pertimbangan

penilaian kesiapan materi dan teknis operasional serta lokasi

penyelenggaraan ICN tahun ini sudah di negara wilayah Asia maka

Page 46: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 46

diputuskan bahwa host country penyelenggaraan ICN 2009 oleh negara

Turki.

Dalam tingkat kerjasama bilateral, KPPU telah dan terus membangun

kerjasama yang sudah terbina dengan lembaga persaingan Negara

sahabat. Kerjasama yang telah terjalin tersebut ditujukan untuk

memperkuat posisi KPPU dalam forum internasional. Dalam kerangka

kerjasama tersebut, KPPU telah memperkuat kerjasama dengan

beberapa lembaga persaingan yaitu :

1. Japan Fair Trade Commission (JFTC)

Kerjasama bilateral dengan JFTC telah dibangun sejak awal

berdirinya KPPU tahun 2000 dan terus menunjukkan perkembangan

yang positif. Kegiatan partisipasi KPPU dalam kerangka kerjasama

bilateral tersebut, KPPU aktif mengikuti rangkaian acara The 4th East

Asia Top Officials Meeting on Competition Law and Policy yang

dilaksanakan di Jepang tanggal 16 April 2008 yang dilaksanakan

secara back-to-back dengan pertemuan tahunan ICN yang

disponsori oleh JFTC. Kegiatan ini merupakan pertemuan tahunan

yang diwakili oleh pejabat senior lembaga persaingan negara-negara

Asia Timur.

Pada pertemuan ini, dibahas mengenai perkembangan penegakan

hukum dan kebijakan persaingan di Korea, Taiwan dan Singapura.

Pertemuan ini juga meresmikan pembentukan Technical Assistance

Task-force yang bertujuan untuk memfasilitasi efisiensi bantuan

teknis kebijakan persaingan di Asia Timur, yang mana mencakup

koordinasi antar negara donor, antara negara donor dan negara

penerima. Koordinasi ini mencakup pertukaran informasi dan opini

antar lembaga-lembaga terkait. Anggota dari Technical Assistance

Task-force adalah individu-individu yang bertanggung jawab

terhadap bantuan teknis pada lembaganya masing-masing.

Page 47: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 47

2. Chinese Taipei Fair Trade Commission

Sebagai bentuk kerjasama bilateral, KPPU menghadiri Regional

Seminar on Competition Issues in Retailing yang diselenggarakan di

Bangkok, Thailand pada tanggal 10 – 11 Juli 2008. Seminar ini

diprakarsai oleh Chinese Taipei Fair Trade Commission (Chinese

Taipei FTC) dengan dukungan dari OECD dalam kerangka

International Co-Operation Program on Competition Policy. Seminar

dihadiri oleh berbagai tenaga ahli dari OECD, ACCC (Australia) serta

perwakilan lembaga persaingan dari 11 negara, termasuk Indonesia.

Tema besar yang diambil dalam seminar ini adalah permasalahan

persaingan berkaitan dengan daya beli pembeli (buyer power), jual

rugi (selling below cost) dan perkembangan hipermarket. Agenda

Roundtable diisi dengan topik pengalaman negara delegasi dalam

menangani kasus Buyer Power in Retailing, Below Cost Retailing dan

kasus lain berkaitan dengan penjualan retail di negara masing-

masing.

Delegasi KPPU membawakan materi presentasi tentang daya beli

Hipermart Carrefour dan Supermarket Indomart dalam sektor retail

Indonesia. Kedua peritel ini ditengarai memiliki posisi dominant

dalam posisi mereka sebagai pembeli produk dan jasa. Pada kasus

Carrefour, KPPU menerima laporan dari supplier bahwa Carrefour

menyalahgunakan posisi dominant yang dimilikinya dengan

memberlakukan minus margin. Aturan ini membuat para supplier

tidak dapat memasok ke pesaing Carrefour, yang mana hal ini

sangat memberatkan dan merugikan para supplier. Sedangkan pada

kasus Indomart, KPPU memberikan saran kepada Pemerintah untuk

melakukan perbaikan dan kontrol pada izin pendirian supermarket

agar tidak membunuh usaha ritel tradisional dan membuka

kesempatan berusaha yang sama bagi perusahaan kecil, menengah

dan besar.

Dari keikutsertaan dalam seminar ini dapat ditarik kesimpulan

bahwa diterapkannya berbagai regulasi di bidang ritel pada negara-

Page 48: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 48

negara peserta oleh pemerintah masing-masing terkadang justru

berdampak kurang baik bagi persaingan, yaitu dengan membatasi

persaingan itu sendiri. Karena permasalahan retail cukup rumit

(mencakup peritel, pemasok dan konsumen), lembaga persaingan

harus cermat dalam mendalami permasalahan retail yang muncul.

KPPU juga berharap agar seminar dengan tema serupa dapat

diselenggarakan di Indonesia agar pemerintah dan stakeholder

terkait dapat memahami isu retail ini secara lebih mendalam.

3. JICA – BAPPENAS

KPPU dan JFTC, dalam kerangka kerjasama JICA, bekerjasama

mengembangkan Project Phase II on Competition Policy and Law,.

yang dijadwalkan mulai pada bulan April 2009 hingga April 2012

dimana Project Phase I telah berakhir bulan April 2008. Tujuan yang

diharapkan adalah untuk meningkatkan implementasi system

kebijakan dan hukum persaingan di Indonesia. Adapun kegiatan

yang diagendakan mencakup training, seminar/workshop, internship

dan kajian, yang berlokasi baik di Jepang maupun di Indonesia. Dari

aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam proyek ini, output yang

diharapkan adalah meningkatnya kemampuan staff KPPU dalam

menangani dan menegakkan UU No. 5 Th. 1999 serta dalam

kegiatan kerja organisasi sehari-hari.

Saat ini KPPU tengah mengajukan program internship bertempat di

Headquarter of JFTC (Tokyo) and JFTC Regional Office yang akan

diikuti oleh 4 staff KPPU terpilih yang telah menguasai bahasa

Jepang. Tujuan dari proyek internship ini adalah untuk

meningkatkan pengetahuan para partisipan atas undang-undang

hukum dan kebijakan persaingan Jepang, memberi pemahaman atas

tata cara dan tata kerja JFTC, serta best practice JFTC sebagai

lembaga persaingan. Diharapkan, setelah mengikuti masa internship

selama 2 bulan, staff KPPU akan memiliki pemahaman yang lebih

baik tentang tata cara kerja organisasi JFTC dan dapat memetakan

Page 49: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 49

best practice JFTC sebagai lembaga persaingan yang sekiranya

dapat diaplikasikan di KPPU Indonesia.

Sementara untuk program long term training, diadakan program

beasiswa untuk tingkat Master dan Doctor bertempat di universitas

nasional Jepang. 4 orang pegawai KPPU akan dikirm ke Jepang pada

setiap tahun akademis untuk dapat menimba ilmu dalam bidang

ekonomi, hukum, pembangunan, kebijakan public dan bidang-bidang

lain yang dapat mendukung pengembangan KPPU. Tujuan dari

program ini adalah untuk meningkatkan kapasitas dari pegawai-

pegawai KPPU serta meningkatkan kemampuan pegawai KPPU untuk

mengembangkan kebijakan dan hukum persaingan di Indonesia

selaras dengan perkembangan di tingkat international. Selain

program long term training, juga diadakan In Country Training yang

diselenggarakan di Jakarta. Training ini direncanakan untuk

diselenggarakan sebanyak 4 kali setiap tahunnya, dengan topic dan

tema yang berbeda sesuai dengan kebutuhan KPPU.

Seluruh rencana kegiatan dalam kerangka project competition

policy and law ini dikoordinasikan dengan BAPPENAS selaku instansi

yang berwenang untuk mengkoordinasikan project – project bantuan

lembaga internasional dalam kerangka kerjasama Government to

Government.

4. GTZ Jerman

Terkait dengan kerjasama trilateral KPPU, GTZ-ICL dan MA yang

memasuki phase II yang dimulai bulan Juli 2008 – Desember 2009

telah dilakukan beberapa kegiatan antara lain workshop hakim di

Bandung dan Batam untuk hakim Pengadilan Negeri dan Pengadilan

Tinggi Negeri. Hal ini diperuntukkan sebagai sosialisasi hukum

persaingan untuk tingkat lanjut bagi hakim pengadilan negeri dan

pengadilan tinggi negeri. Sehingga para hakim tersebut dapat

memahami berita acara hokum persaingan dan cara mengatasi

kasus-kasus yang berkaitan dengan praktek monopoly dan

Page 50: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 50

persaingan usaha tidak sehat. Kemudian kerjasama KPPU dan GTZ-

ICL juga memiliki program beserta I-Radio dalam acara Talkshow

yang membahas perkara-perkara yang berkaitan dengan

pelanggaran UU No. 5 tahun 1999 tentang praktek monopoly dan

persaingan usaha tidak sehat, dengan narasumber dari Komisioner

KPPU. Kegiatan ini dilakukan 2 kali sebulan dengan mengadakan

interaktif dengan para pendengar I-Radio. Kegiatan ini telah

berlangsung 2 kali. Penayangan pertama yaitu pada tanggal 24 Juni

2008 dengan narasumber Bapak Erwin Syahril (Komisioner)

membahas tentang manajemen haji, kemudian tayangan kedua

pada 15 Juli 2008 membahas tentang distribusi LPG di Indonesia.

Tanggapan masyarakat untuk acara ini sangat baik, dengan

demikian KPPU dapat menarik perhatian masyarakat dan

mengembangkan sosialisasinya kepada seluruh masyarakat

Indonesia.

5. Korea Fair Trade Commission (KFTC)

Dalam meningkatkan kredibilitas KPPU memandang perlu untuk

melakukan kerjasama dengan competition agency negara lain, salah

satunya dengan Korea Fair Trade Commission (KFTC). Perumusan

kerjasama secara bilateral tersebut dimulai dengan KPPU

mengajukan proposal dalam penyelenggaraan workshop yang

diagendakan akan diadakan bulan Agustus tahun ini serta pelatihan

di Seoul, Korea pada Maret 2009 nanti. Penyelenggaraan workshop

yang direncanaka di Jakarta bekerjasama dengan expert OECD

dalam pemberian pelatihan dalam meningkatkan pemahaman OECD

Competition Assessment Tool Kit yang diperuntukan untuk staf KPPU

dan beberapa perwakilan instansi terkait lainnya. Kegiatan ini

bertujuan untuk menjalin kerjasama dengan competition agency

yang ada di Korea dan dalam mengembangkan analisis ekonomi

pada saat proses investigasi dan meningkatkan sinergi yang baik

dengan institusi pemerintahan.

Selain penguatan kerjasama tingkat internasional dengan lembaga persaingan

internasional, KPPU juga terus menguatkan kerjasama dengan instansi dan

departemen terkait lainnya di tingkat nasional. Dalam upaya menjalin kerjasama

Page 51: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 51

baik tersebut, KPPU sebagai pengemban amanat rakyat dalam penegak hukum

persaingan di Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang No. 5

Tahun 1999, KPPU telah mengadakan pertemuan dengan beberapa Menteri

Negara dan Lembaga Negara terkait guna menjalin kerjasama antar lembaga

negara dan pemerintah dalam menjalin sinergi yang baik demi penegakan hukum

persaingan. Mulai dari awal Januari 2008 – July 2008 KPPU telah mengadakan

pertemuan diantaranya:

1. Pertemuan dengan Bappenas (12 Maret 2008)

KPPU meminta pendapat Menteri dalam hal makro, yaitu tentang sikap

pemerintah (dalam hal ini BAPPENAS) atas isu/arah kebijakan persaingan

secara nasional.

2. Pertemuan dengan Wakil Presiden RI (28 Maret 2008)

Selain mengirimkan saran dan pertimbangan ke Presiden, KPPU juga meminta

dukungan langsung dari Wakil Presiden dengan mengadakan pertemuan

langsung KPPU dengan wakil presiden. Dalam pertemuan ini KPPU

menyampaikan hasil kinerja KPPU serta beberapa kasus yang telah dan

sedang ditangani. Serta dalam kesempatan tersebut KPPU meminta dukungan

pemerintah untuk dapat melakukan kerjasama yang baik demi tegaknya

hukum persaingan di Indonesia.

1. Pertemuan dengan Menteri Perekonomian (12 April 2008)

KPPU meminta pendapat Menteri tentang sikap pemerintah (dalam hal ini

Koordinator Bidang Perekonomian) atas isu/arah kebijakan persaingan secara

nasional. Hal ini karena dalam kajian-kajian yang ditangani KPPU tidak

sanggup mencakup seluruh sektor ekonomi yang ada, selain itu dibutuhkan

badan-badan regulator yang juga berkaitan dengan isu persaingan untuk

dapat bekerjasama demi penyelesaian isu persaingan yang dijalani.

2. Pertemuan dengan Menteri Perindustrian (21 April 2008)

Penyampaikan kajian-kajian yang tengah ditangani oleh KPPU yaitu bidang

industri pokok yang sangat berpengaruh pada perekonomian, seperti halnya;

industri gula rafinasi, industri baja, industri tembakau dan industri

pulp/kertas.

Page 52: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 52

3. Pertemuan dengan Menteri Pertahanan (21 Mei 2008)

KPPU menyampaikan beberapa permasalahan industri yang menurut

perspektif KPPU berada di bawah Departemen Pertahanan, seperti contohnya

dalam pengelolaan taxi bandara di wilayah enclave sipil serta industri

strategis yang berkaitan dengan pertahanan. Selanjutnya menyangkut

permasalahan industri barang dan jasa yang bersentuhan dengan

Departemen Pertahanan terkait dengan jaminan supply kebutuhan

Departemen Pertahanan.

4. Pertemuan dengan Menteri Perhubungan (20 Juni 2008)

Pertemuan ini membahas tanggapan Menteri Perhubungan dari beberapa

saran pertimbangan yang telah disampaikan oleh KPPU kepada Departemen

Perhubungan, diantaranya Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 15

Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Tally di pelabuhan,

kesepakatan tarif lini dua pelabuhan tanjung priok, dan pelaksanaan

angkutan kontainer roll on-roll off (RoRo) Batam – Singapura.

Selain pertemuan dengan lembaga negara dan pemerintah, KPPU juga menyusun

formulasi penyusunan Memorandum of Understanding (MoU) atau Nota

Kesepahaman dengan Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo)

tentang penanganan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat pada

industri komunikasi dan informatika dan KAPOLRI RI tentang kerjasama dan

koordinasi dalam penanganan perkara praktek monopoly dan persaingan usaha

tidak sehat. Hal tersebut bertujuan untuk menjalin kerjasama dalam penanganan

perkara yang dihadapi oleh KPPU, karena KPPU dalam menangani kasus tentunya

perlu dukungan dan peran serta dari berbagai pihak termasuk pemerintah dan

lembaga negara terkait. Ruang lingkup dari nota kesepahaman KPPU dengan

Depkominfo tersebut antara lain:

1. Pengkajian dan Monitoring perilaku pelaku usaha di industri komunikasi dan

informatika yang berpotensi melanggar UU No.5/1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, sehingga selanjutnya

dapat menjadi bahan bagi KPPU untuk ditindaklanjuti dalam proses

penegakan hukum;

Page 53: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 53

2. Harmonisasi kebijakan persaingan dalam industri komunikasi dan informatika

untuk mencapai hasil guna yang diharapkan dalam industri terkait;

3. Akses data, dan atau informasi baik bersifat proaktif, maupun reaktif;

4. Sosialisasi prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat kepada pemangku

kepentingan industri komunikasi dan informatika.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) khususnya Komisi VI yang membidangi sektor

Perindustrian, Perdagangan, koperasi/usaha kecil dan menengah, Badan Usaha

Milik Negara, Investasi dan Badan Standarisasi Nasional sebagai partner penting

bagi KPPU dalam penyampaian aspirasi serta pertanggung jawaban kinerjanya

dalam kurun waktu 7 (tujuh) bulan ini terhitung sejak Januari 2008 - July 2008

telah mengadakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan DPR RI sebanyak 2

(dua) kali. Pada RDP pertama untuk tahun 2008 yaitu pada tanggal 19 Maret

2008 dengan daftar pertanyaan sebagai berikut: Dari hasil RDP tanggal 19 Maret

2008 dihasilkan beberapa kesimpulan antara lain:

1. Berkaitan dengan banyaknya kasus terkait dengan persaingan usaha tidak

sehat Komisi VI DPR RI mendukung langkah-langkah KPPU dalam upaya

meningkatkan fungsi dan peranannya sesuai dengan amanat UU No. 5 Tahun

1999 tentang larangan praktek monopoly dan persaingan usaha tidak sehat.

2. Komisi VI DPR RI meminta kepda pemerintah untuk melakukan harmonisasi

kebijakan sesuai dengan rekomendasi KPPU dan Komisi VI DPR RI meminta

kPPU untuk menyampaikan hasil kajian yang berkaitan dengan regulasi yang

mengarah pada timbulnya praltek monopoly dan persaingan usaha tidak

sehat kepada Komisi VI DPR RI.

3. Dalam upaya menjaga independesi KPPU sebagai lembaga yang menjalankan

amanat UU no. 5 tahun 1999 maka, Komisi VI DPR RI meminta untuk

menyelesaikan satus kesekretariatan KPPU selanjutnya terkait dengan hal ini

Komisi VI juga akan mengadakan dialog denga Menteri Negara terkait

(Menpan, Mensesneg, Menkeu)

Kemudian RDP kedua yaitu pada tanggal 26 Juni 2008 dengan daftar pertanyaan.

Dari pembahasan dan diskusi yang berlangsung selama RDP tersebut telah

dihasilkan kesimpulan sebagai berikut :

Page 54: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 54

1. Komisi VI mendesak kepada pemerintah cq Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara agar segera menetapkan status pimpinan kesekretariatan

(setingkat eselon 1A) serta meminta kepada Menteri Keungan menetapkan

bagian anggaran sendiri

2. Komisi VI juga meminta kepada pemerintah cq Departemen Keuangan

Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara agar segera

memproses pencairan anggaran KPPU yang dibintangi oleh Ditjen Anggaran

Departemen Keuangan RI

3. Laporan hasil kinerja KPPU beserta dengan hasil putusan perkara yang telah

ditangani maupun penanganan perkara yang sedang ditangani. Kemudian

diskusi seputar permasalahan kelembagaan, terkait didalamnya persoalan

administratif (termasuk didalamnya permaslahan SDM maupun permasalahan

keterbatasan gedung tempat kerja).

4. Komisi VI juga meminta agar KPPU dapat terus meningkatkan kinerjanya

Dari RDP tersebut Komisi VI DPR RI terus mendukung upaya yang telah

dilakukan KPPU dalam menjalankan fungsinya sebagai pengemban amanat UU

No. 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoly dan persaingan usaha

tidak sehat. Serta dari beberapa kajian yang telah dilakukan KPPU Komisi VI

memberikan tanggapan yang positif serta mendorong KPPU untuk terus

melakukan pemantauan terhadap sektor-sektor ekonomi penting yang

melakukan pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999.

Page 55: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 55

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN

KELEMBAGAAN 5.1. PERMASALAHAN KELEMBAGAAN SEKRETARIAT KPPU

Permasalahan kelembagaan Sekretariat KPPU sampai saat ini masih belum dapat

diselesaikan sesuai dengan harapan dan keinginan KPPU. Walaupun untuk

menangani permasalahan tersebut telah dilakukan pembahasan-pembahasan

tingkat interdep namun hingga semester I tahun 2008 belum dapat diselesaikan.

Dalam setiap pembahasan interdep, hampir semua pihak memahami dan

mengerti tentang permasalahan tersebut dan mendukung upaya KPPU, namun

hanya pihak Kantor Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) yang

sejauh ini masih belum dapat menerimanya. Kondisi ini tentunya menjadi

pertanyaan berbagai pihak, KPPU merasakan bahwa Kantor Menpan masih

Kurang memahami peran dan fungsi KPPU. Hal ini berdampak pada kurangnya

dukungan dalam pengembangan dan penguatan kelembagaan KPPU, sehingga

hal tersebut antara lain berdampak pada kedudukan KPPU dalam

ketatanegaraan, dukungan instansi terkait seperti Depkeu dan BKN, kepastian

karir pegawai, dan remunerasi Komisi dan pegawai KPPU

Sebagaimana dimaklumi bahwa dalam UU No.5 Tahun1999 Pimpinan Sekretariat

KPPU tidak disebut sebagai Sekretaris Jenderal, namun Pimpinan Sekretariat

KPPU diatur sepenuhnya oleh Komisi. Keberadaan dan kedudukan Sekretariat

KPPU tersebut membawa konsekuensi sebagai berikut:

B A B

5

Page 56: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 56

1. Pimpinan Sekretariat tidak dianggap sebagai jabatan negeri/pegawai negeri

sipil (PNS) dan tidak menjadi kewenangan Menpan untuk mengatur dan

menyetarakan dengan PNS;

2. Selama 8 (delapan) tahun gaji/honorarium pegawai KPPU tidak dapat diatur

dengan baik mengingat pihak Departemen Keuangan (Depkeu) tidak akan

menyetujui pengaturan gaji/honorarium tersebut apabila tidak ada

tanggapan atau rekomendasi terlebih dahulu dari Menpan;

3. Terhambatnya penyusunan gaji/honorarium berdampak pada karir pegawai

KPPU yang tidak jelas dan tidak pasti. Hal tersebut sangat berpengaruh

dalam pengembangan kelembagaan khususnya dalam pelaksanaan tugas

dan fungsi KPPU;

4. Bagian Anggaran KPPU tidak dapat berdiri sendiri, dan untuk itu sampai saat

ini anggaran KPPU masih menginduk pada Departemen Perdagangan

(Depdag) sebagai satuan kerja KPPU;

5. Pembinaan PNS yang dipekerjakan di KPPU terbengkelai mengingat jabatan

di KPPU tidak dapat disetarakan dengan eselonering PNS.

Upaya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk mendapatkan kejelasan

dan ketetapan atas status kelembagaan Sekretariat KPPU terus dilakukan hingga

memasuki tahun 2008. Dalam semester I tahun 2008, KPPU telah melakukan

berbagai upaya agar permasalahan kelembagaan Sekretariat KPPU dapat segera

dituntaskan sehingga pelaksanaan tugas Sekretariat KPPU dapat dilaksanakan

dengan efektif serta pengembangan kelembagaan, kepegawaian dan keuangan

dapat dilakukan dengan lebih baik.

Adapun upaya yang telah dilakukan KPPU selama kurun waktu semester I tahun

2008 dan proses lainnya terkait antara lain sebagai berikut:

1. Menindaklanjuti pembicaraan terdahulu dengan Menpan (tahun 2007 dan

tahun-tahun sebelumnya), KPPU telah mengirim surat Nomor 34/K/I/2008

tanggal 28 Januari 2008 perihal Status Kelembagaan Sekretariat KPPU

kepada Menpan. Dalam surat dimaksud pada intinya KPPU menyampaikan

hal-hal yang telah dilakukan KPPU dalam penanganan perkara sejak tahun

2000 s.d. 2008, rekomendasi yang telah disampaikan kepada pemerintah,

Page 57: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 57

keadaan sumber daya organisasi, dan permasalahan kelembagaan

Sekretariat KPPU beserta dampaknya terhadap pelaksanaan tugas

Sekretariat KPPU. Terkait dengan permasalahan kelembagaan sekretariat,

KPPU sangat mengharapkan bantuan Menpan untuk memperkenankan KPPU

memiliki struktur Sekretariat yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal

setara dengan Eselon I. Sambil menunggu proses hingga terbitnya

Keputusan atau Peraturan Presiden, KPPU minta agar Menpan dapat

memberikan persetujuan ”sementara” terhadap organisasi Sekretariat KPPU

yang berjalan saat ini, sehingga keberadaannya dapat ”diakui” oleh semua

pihak.

2. KPPU telah melakukan audiensi dengan Presiden RI pada tanggal 14 Februari

2008. Pada kesempatan tersebut Ketua KPPU menyampaikan permasalahan

terkait dengan kelembagaan Sekretariat KPPU dan mengusulkan bahwa

Pimpinan Sekretariat KPPU adalah Sekretaris Jenderal dengan kedudukan

setingkat Eselon 1 a. Usulan tersebut akan menjadi materi usulan perubahan

Keputusan Presiden Nomor: 75 Tahun1999 tentang Komisi Pengawas

Persaingan Usaha. Adapun arahan Presiden atas usulan KPPU tersebut

kepada Mensekneg dan Seskab adalah agar ditindaklanjuti dan dikoordinasi

oleh Sekneg dan Setkab, dan diminta agar dapat diselesaikan sebelum

berakhirnya masa jabatan Presiden Periode 2004 -2009.

3. KPPU telah beberapa kali mengirim surat kepada Menkeu (2007), yang pada

intinya KPPU mengajukan permohonan sebagai berikut:

a. Agar KPPU dapat mempunyai Bagian Anggaran tersendiri yang terpisah

dari Depdag. Hal tersebut dengan tujuan agar pengelolaan anggaran

KPPU dapat efektif dan efisien;

b. Agar dapat dilakukan penyesuaian remunerasi bagi Anggota Komisi

berkaitan dengan tugas, tanggungjawab dan konsekuensinya;

c. Agar dapat dilakukan penyesuaian remunerasi bagi pegawai KPPU yang

sejak tahun 2000 belum bernah ditinjau kembali. Hal tersebut telah

menghambat karir dan kepastian kerja pegawai.

Page 58: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 58

Adapun jawaban Menkeu (Surat Nomor: S-44/MK.02/2008 tanggal 1 Februari

2008 perihal Permohonan Komisi Pengawas Persaingan Usaha) atas surat KPPU

pada intinya sebagai berikut:

a. KPPU dapat memiliki Bagian Anggaran tersendiri setelah organisasi dan

tatakerja Sekretariat KPPU ditetapkan oleh MenPAN. Hal ini menunjukkan

pentingnya dukungan MenPAN untuk mampu memahami peran dan fungsi

Sekretariat KPPU;

b. Usulan penyesuaian Remunerasi Anggota Komisi sebagaimana diatur dalam

Keppres No.6/2002 tentang Honorarium Komisi disarankan untuk menunggu

hasil kajian Tim Remunerasi Nasional;

c. Usulan penyesuaian remunerasi pegawai KPPU, disarankan menunggu

adanya ketetapan Menpan mengenai organisasi dan tatakerja Sekretariat

KPPU.

Menindaklanjuti permintaan KPPU, Menteri Keuangan telah berkirim surat kepada

Menpan yang intinya minta agar kelembagaan Sekretariat KPPU dapat segera

diselesaikan sehingga ada dasar bagi Menkeu untuk memberikan penetapan

terkait dengan bidang tugasnya.

4. Upaya yang telah dilakukan KPPU serta pembahasan-pembahasan yang

selama ini telah dilakukan KPPU dalam rapat interdep, baik yang

diselenggarakan di Kantor Menpan maupun di KPPU, sepertinya tiada arti

dengan keluarnya surat Menpan Nomor: B/534/M.PAN/02/2008 tanggal 26

Februari 2008 yang menjawab surat KPPU tersebut pada butir 1 di atas.

Pada intinya surat Menpan menyatakan bahwa berdasarkan ketentuan Pasal

34 ayat (4) UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat, status kelembagaan Sekretariat KPPU

ditetapkan oleh KPPU yang bersifat independen, sehingga kurang tepat

apabila pemerintah kemudian menetapkan status kelembagaan tertentu

terhadap Sekretariat KPPU. Hal ini dikhawatirkan akan melanggar peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Dengan pertimbangan tersebut, Menpan

menyarankan agar dilakukan perubahan terlebih dahulu terhadap ketentuan-

ketentuan kelembagaan dalam UU Nomor 5 Tahun 1999, dan sampai dengan

diadakannya perubahan ketentuan kelembagaan tersebut, maka

kelembagaan Sekretariat KPPU hendaknya dalam keadaan status quo.

Page 59: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 59

5. Rapat koordinasi dengan instansi terkait yang diprakarsai Sekretaris Kabinet

telah dilaksanakan pada tanggal 29 April 2008 dan dihadiri oleh Sekretaris

Kabinet beserta Deputi dan staf, Ketua, Wakil Ketua, dan beberapa

Komissioner serta Direksi KPPU dan wakil-wakil dari Depkeu, Menpan dan

BKN. Rapat membahas beberapa usulan KPPU dan telah menyetujui

beberapa hal sebagai berikut:

a. Untuk sementara waktu Pimpinan Sekretariat KPPU tidak disetarakan

terlebih dahulu dengan eselonering PNS (eselon 1a).

b. KPPU dapat mempunyai Bagian Anggaran tersendiri.

c. Pembinaan PNS yang dipekerjakan di KPPU dilakukan oleh instansi induk

yang bersangkutan.

Hasil kesepakatan tersebut selanjutnya dituangkan dalam rancangan perubahan

Keppres Nomor 75 Tahun 1999 tentang KPPU dan telah disetujui oleh Seskab dan

saat ini dalam proses memintakan paraf persetujuan dari Menkeu, MenPAN dan

Ketua BKN.

5.2. PENGUATAN TUGAS DAN WEWENANG KANTOR PERWAKILAN KPPU

DI DAERAH

KPPU telah mempunyai 5 (lima) Kantor Perwakilan Daerah KPPU (KPD KPPU)

yaitu di: Medan, Surabaya, Makassar, Balikpapan, dan Batam. Keberadaan

kelima KPD KPPU tersebut sangat mendukung pelaksanaan tugas KPPU,

utamanya dalam hal penanganan laporan yang diterima dari wilayah kerja KPD

KPPU serta dalam hal terdapat perkara yang sedang ditangani oleh KPPU dan

perkara tersebut terkait dengan pelaku usaha di wilayah kerja KPD KPPU

bersangkutan. Pemeriksaan maupun penyelidikan terhadap dugaan pelanggaraan

UU No.5/1999 telah dapat dilakukan bertempat di kantor KPD KPPU, termasuk

kegiatan-kegiatan lainnya yang perlu difasilitasi oleh KPD KPPU.

Mengingat bahwa perkembangan perkara yang masuk banyak berasal dari KPD

dengan ini demikian penguatan tugas dan wewenang KPD KPPU perlu dilakukan.

Page 60: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 60

Untuk itu agar pelaksanaan tugas KPD dapat semakin efektif, pada saat ini

sedang dirumuskan penyempurnaan tugas, fungsi, dan wewenang KPD KPPU.

5.3. PENGUATAN SUMBER DAYA MANUSIA SEKRETARIAT KPPU

1. Pada semester I tahun 2008, pegawai Sekretariat KPPU telah bertambah

sebanyak 40 (empat puluh) orang. Dengan demikian jumlah pegawai yang

aktif sampai akhir semester I tahun 2008 sebanyak 252 orang.

2. Penguatan SDM KPPU perlu dilakukan mengingat bahwa peningkatan kualitas

SDM merupakan faktor penting dalam upaya meningkatkan kinerja KPPU

sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 5 Tahun 1999. Untuk itu, KPPU

telah menyiapkan dan melakukan program peningkatan kualitas SDM KPPU,

baik program jangka pendek (dalam bentuk-bentuk pelatihan-pelatihan yang

telah dilakukan selama ini) maupun program pendidikan jangka panjang

(berupa Studi Program Pascasarjana/S2 untuk bidang Ekonomi dan Hukum

bekerja sama dengan Universitas Indonesia).

3. Dengan semakin meningkatnya beban tugas KPPU, maka dalam semester I

tahun 2008, KPPU sedang menyusun jumlah pegawai yang akan direkrut

untuk mengisi dan memenuhi kebutuhan pegawai, utamanya untuk 5 (lima)

KPD KPPU, serta unit-unit di lingkungan Sekretariat KPPU yang masih

dirasakan kekurangan SDM.

4. Selain dengan merencanakan penambahan pegawai, untuk menyiapkan

system kepegawaian yang ideal pada semester I tahun 2008 sedang

dirumuskan dan dilakukan evaluasi atas peraturan-peraturan kepegawaian

KPPU.

5.4. PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA KPPU

Untuk memberikan dukungan bagi pelaksanaan tugas KPPU dan sesuai dengan

permintaan KPPU, pihak Sekretariat Negara telah memberikan/meminjamkan

gedung kantor eks gedung KPK di Jalan Juanda No. 36 Jakarta, lokasi

bersebelahan dengan gedung kantor KPPU yang ada sekarang, untuk masa 2

(dua) tahun dan dapat diperpanjang.

Page 61: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 61

Dengan penyerahan gedung tersebut diharapkan kebutuhan ruangan-ruangan

yang memadai antara lain ruang kerja untuk Anggota Komisi, Direksi dan

pegawai KPPU, ruang pemeriksaan, ruang rapat, ruang pembacaan putusan,

pelaksanaan dengar pendapat, ruang audio visual, ruang perpustakaan, ruang

publik area dan tempat parkir kendaraan akan dapat terpenuhi.

Sampai dengan akhir semester I tahun 2008, upaya renovasi gedung kantor

dimaksud saat ini masih dalam proses untuk mendapatkan calon perencana dan

pelaksana renovasi. Diharapkan dalam semester II tahun 2008 proses renovasi

telah selesai sehingga dengan demikian gedung tersebut telah dapat digunakan

untuk operasional pelaksanaan tugas KPPU dengan efektif dan optimal.

Untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk

menunjang pelaksanaan tugas KPPU, saat ini masih dilakukan proses pengadaan

alat pengolah data (computer, laptop, printer), sewa gedung kantor, dan lain-

lainnya.

5.5. ANGGARAN KPPU

Hasil kesepakatan dalam rapat interdep (29 April 2008) yang diprakarsai

Sekretaris Kabinet telah menyepakati bahwa KPPU mempunyai Bagian Anggaran

sendiri yang saat ini sedang diproses dengan telah dirumuskannya rancangan

Perarutran Presiden tentang penyempurnaan Keppres Nomor 75 Tahun 1999.

Dalam rancangan Peraturan Presiden (Perpres) diatur bahwa penyusunan

rencana kerja dan anggaran dikelola oleh Ketua Komisi selaku Pengguna

Anggaran di lingkungan KPPU.

Anggaran KPPU untuk tahun 2008 sebesar Rp. 86.939.963.000,- dan dari jumlah

tersebut anggaran yang masih dibintangi oleh Direktorat Jenderal Anggaran

Departemen Keuangan sebesar Rp. 10.863.872.000,-. Terkait dengan anggaran

KPPU tersebut, hasil kesimpulan rapat dengar pendapat Komisi VI DPR RI dengan

KPPU (26 Juni 2008) menyimpulkan antara lain bahwa dalam upaya menjaga

kemandirian dan independensi KPPU, Komisi VI DPR RI mendesak kepada

Page 62: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 62

pemerintah c.q. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara RI agar segera

menepatkan status pimpinan kesekretariatan (setingkat eselon Ia.) KPPU

sekaligus meminta pemerintah c.q. Menteri Keuangan menetapkan bagian

anggaran sendiri. Sedangkan berkaitan dengan besarnya anggaran KPPU yang

masih dibintangi tersebut Komisi VI DPR RI meminta kepada pemerintah c.q

Menteri Keuangan dan Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

agar segera memroses pencairan anggaran tersebut sehingga kinerja KPPU

meningkat secara optimal.

Adapun realisasi anggaran KPPU sampai dengan akhir Mei 2008 (semester I),

realisasinya baru mencapai Rp. 15.353.360.826,- atau mencapai 17,66% dari

pagu anggaran. Untuk meningkatkan realisasi anggaran tersebut, dalam

semester II tahun 2008 KPPU akan berusaha meningkatkan kinerjanya sesuai

dengan kebijakan, program dan kegiatan serta target pencapaian yang telah

direncanakan agar dapat terlaksana dengan baik.

Page 63: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 63

RINGKASAN PERKARA, PUTUSAN,

DAN PENETAPAN

1. Putusan Perkara No. 10/KPPU-L/2007 Tender Pekerjaan Lanjutan

Pembangunan/Relokasi Rumah Sakit Umum Daerah Ratu Zalecha

Martapura Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2006

Perkara No. 10/KPPU-L/2007 merupakan perkara yang dilaporkan oleh pelaku usaha

ke KPPU. Dalam perkara tersebut, Majelis Komisi perlu untuk menilai perilaku para

Terlapor, yaitu Panitia Tender Pekerjaan Lanjutan Pembangunan/Relokasi Rumah

Sakit Ratu Zalecha Martapura Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2006 (Terlapor

I), PT (Persero) Adhi Karya (Terlapor II), PT (Persero) Pembangunan Perumahan

(Terlapor III), PT Yurda Adhi Senggara (Terlapor IV), PT Dewanto Cipta Pratama

(Terlapor V) dalam hal persekongkolan horizontal dan menilai apakah telah terjadi

persekongkolan vertikal antara Terlapor II, III, IV dan V dan Terlapor I.

Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan yang telah disampaikan Tim

Pemeriksan dan Tanggapan/Pembelaan yang telah disampaikan oleh para Terlapor,

Majelis Komisi menilai bahwa:

1. Panitia Tender telah melakukan kelalaian karena tidak menuangkan

perubahan sistem kontrak dari sistem kontrak unit harga satuan menjadi

sistem kontrak lump sum dalam berita acara aanwijzing. Kelalaian tersebut

berakibat terjadinya ketidakpastian aturan dan persyaratan tender sehingga

LAMPIRAN

1

Page 64: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 64

berdampak lanjut pada bervariasinya dokumen penawaran yang disampaikan

pemenang tender.

2. Panitia Tender juga telah melakukan tindakan tidak konsisten dengan

melakukan koreksi aritmatik pada proses tender. Menurut Keppres No. 80

Tahun 2003 dengan sistem kontrak lump sum tidak perlu dilakukan koreksi

aritmatik sebab harga yang mengikat dalam kontrak sistem tersebut adalah

total penawaran harga.

3. Dalam tender tersebut telah terjadi perubahan pada Bill of Quantity akibat

adanya review design. Hal tersebut mengakibatkan adanya perbedaan harga

penawaran dimana peserta tender yang tetap berpatokan pada Bill of

Quantity sebelum perubahan harga penawarannya lebih tinggi dari peserta

tender yang menawarkan dengan Bill of Quantity baru.

4. Kelompok-kelompok yang dokumen penawarannya mirip adalah:

a. PT. Menara Agung Pusaka, PT Nuansa Cipta Pratama Mandiri, PT Sapta

Surya Tosan Talina dan PT Gudang Pembangunan merupakan peserta

tender dengan format penawaran sebagaimana dokumen RKS awal.

b. PT Adhi Karya (Persero), PT Pembangunan Perumahan (Persero), PT

Yurdha Adhi Senggara dan PT Dewanto Cipta Pratama merupakan peserta

tender dengan format penawaran sebagaimana dokumen RKS kedua yaitu

RKS yang dibagikan pada saat berita acara aanwijzing.

c. PT Jaya Wibawaguna, PT Waskita Karya dan PT Nindya Karya merupakan

peserta tender dengan format penawaran yang mengikuti dokumen RKS

kedua, namun dengan perbaikan kesalahan pengetikan.

5. Adanya kemiripan format dokumen pada beberapa peserta tender dalam

tender tersebut menunjukkan adanya akses pada softcopy format dokumen

penawaran. Namun karena softcopy yang digunakan merupakan softcopy

RKS lama mengakibatkan harga penawaran beberapa peserta tender lebih

tinggi daripada peserta lainnya.

6. Adanya pernyataan saksi yang menyatakan permintaan Bupati Banjar saat ini

untuk memenangkan PT Adhi Karya dalam tender tersebut tidak dapat

diabaikan dalam putusan ini, dan perlu dinilai keterkaitannya dengan fakta

hukum yang relevan lainnya.

Page 65: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 65

7. Majelis Komisi tidak menemukan cukup bukti dan relevansi bahwa kemiripan

dokumen antar peserta tender mengarahkan peserta tender tertentu untuk

menjadi pemenang. Hal ini karena adanya versi kemiripan dokumen

penawaran terdapat 3 (tiga) kelompok dokumen penawaran sehingga hal

tersebut menunjukkan bahwa indikasi kerja sama tidak dilakukan oleh

semua peserta tender.

8. Namun Majelis Komisi menilai bahwa tindakan Panitia Tender terkait dengan

perubahan sistem nilai kontrak telah mengakibatkan ketidakpastian

aturan/persyaratan tender yang secara tidak langsung merugikan peserta

tender lain. Tindakan panitia tersebut juga dinilai telah menguntungkan PT

Adhi Karya untuk memenangkan tender.

9. Akan tetapi Majelis Komisi menilai tidak ada bukti kuat adanya interaksi yang

bersifat kerja sama antara Panitia Tender dengan PT Adhi Karya, dengan

tujuan untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender. Hal yang

terjadi adalah upaya aktif dari Panitia Tender yang menginginkan PT Adhi

Karya menjadi pemenang tender dengan cara menfasilitasi untuk menjadi

pemenang tender.

Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai

berikut:

1. Telah terjadi pelanggaran-pelanggaran Keppres No. 80 Tahun 2003 yang

dilakukan Panitia Tender. Pelanggaran-pelanggaran tersebut mengakibatkan

beberapa peserta tender tertentu dirugikan dan PT Adhi Karya (Persero)

diuntungkan karena terfasilitasi menjadi pemenang tender.

2. Panitia telah menggugurkan penawaran terendah dari PT Dewanto Cipta

Pratama dan memenangkan PT Adhi Karya (Persero). PT. Dewanto

digugurkan dengan alasan penawaran tidak ditujukan kepada Panitia Tender

namun kepada Pejabat Pembuat Komitmen. Dengan gugurnya PT. Dewanto

Cipta Pratama yang nilai penawarannya lebih rendah daripada PT Adhi Karya

(Persero), maka negara harus membayar lebih mahal sebesar

Rp.9.286.308.000,- (sembilan milyar dua ratus delapan puluh enam juta tiga

ratus delapan ribu rupiah).

Page 66: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 66

Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan kepada Komisi hal-hal sebagai

berikut:

1. Meminta kepada atasan langsung atau pejabat yang berwenang untuk

menjatuhkan sanksi administratif kepada Panitia Tender;

2. Meminta kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengambil

tindakan terhadap Panitia Tender dan pihak-pihak terkait antara lain Bupati

Banjar saat ini yang telah mengakibatkan potensi kerugian negara sebesar

Rp.9.286.308.000,- (sembilan milyar dua ratus delapan puluh enam juta tiga

ratus delapan ribu rupiah).

Berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) dan

Pasal 47 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang telah diuraikan di atas, maka

Majelis Komisi memutuskan :

Menyatakan bahwa Terlapor I: Panitia Tender, Terlapor II: PT. Adhi Karya (Persero),

Terlapor III: PT. Pembangunan Perumahan (Persero), Terlapor IV: PT. Yurda Adhi

Senggara, dan Terlapor V: PT. Dewanto Cipta Pratama, tidak terbukti melanggar

ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 tahun 1999;

2. Putusan Perkara No. 11/KPPU-L/2007 Tender Pekerjaan Peningkatan

Jalan Macoppe, Labessi di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan

Tahun 2006

Perkara ini diawali dengan adanya laporan yang disampaikan ke KPPU. Laporan

tersebut pada prinsipnya mengenai tender pekerjaan peningkatan jalan Macoppe,

Labessi di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan tahun 2006 yang diselenggarakan

oleh Dinas Prasarana Jalan dan Jembatan Kabupaten Soppeng. Terlapor dalam

perkara ini adalah PT Nei Dua Karya Persada (Terlapor I), PT Hospindo Internusa

(Terlapor II), PT Genytov Fajar (Terlapor III), PT Citra Pribumi Teknik Perkasa

(Terlapor IV), CV Hasnur (Terlapor V), Panitia Lelang Pengadaan Barang dan Jasa

Tahun 2006 Kegiatan Pemerliharaan Periodik ruas Macoppe Labessi (Panitia

Lelang/Terlapor VI).

Tender yang dimenangkan oleh Terlapor I dengan nilai penawaran sebesar Rp

5.002.344.000,- (lima milyar dua juta tiga ratus empat puluh empat ribu rupiah),

Page 67: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 67

pada awalnya diulang karena pada tender pertama tidak ada peserta yang

memenuhi persyaratan administrasi sehingga harus dilakukan tender kedua.

Bahwa Terlapor VI mengulang tender dalam rangka memfasilitasi Terlapor I untuk

mendapatkan keuntungan yang berlebih (excess margin) sebesar Rp 331.003.000,-

(tiga ratus tiga puluh satu juta tiga ribu rupiah), yang merupakan selisih dari

penawaran Terlapor I pada tender pertama dengan tender kedua. Pada tender

kedua, semua peserta tender menurunkan harga penawarannya kecuali Terlapor I.

Berdasarkan hasil penelitian tim, terdapat 2 kelompok peserta yang memiliki

kemiripan dokumen yaitu PT Nei Dua Karya Persada-PT Citra Pribumi Teknik

Perkasa-CV Hasnur (Terlapor I, Terlapor IV, dan Terlapor V), dan PT Hospindo

Internusa-PT Genytov Fajar (Terlapor II dan Terlapor III). Kemiripan dokumen

tersebut mengindikasikan adanya persekongkolan horizontal antar sesama peserta

tender, namun persekongkolan yang dilakukan oleh Terlapor II dan Terlapor III

adalah persekongkolan yang gagal karena tidak didukung oleh Panitia (Terlapor VI).

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa,

Majelis Komisi menilai bahwa:

a. Dalam mengikuti tender pekerjaan pemeliharaan periodik ruas Maccope, Labessi,

dokumen tender termasuk harga penawaran Terlapor I disiapkan oleh Sjafril Jalil.

Dokumen tender Terlapor V disiapkan oleh Rusli.

b. Pada daftar Hadir pemasukan/pembukaan penawaran tender pertama tertera

Sjafril Jalil mewakili Terlapor I, sedangkan pada pembukaan penawaran tender

kedua Sjafril Jalil menandatangani daftar hadir mewakili Terlapor IV.

c. Selanjutnya, untuk memenangkan Terlapor I dalam tender pekerjaan peningkatan

jalan Macoppe, Labessi di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan tahun 2006,

Sjafril Jalil bekerja sama dengan Rusli menyiapkan dan mengatur dokumen

penawaran milik Terlapor I, Terlapor IV, dan Terlapor V.

d. Pada tender kedua, harga penawaran Terlapor I naik sebesar Rp 331.003.000,-

(tiga ratus tiga puluh satu juta tiga ribu rupiah), sedangkan harga penawaran

milik Terlapor lain justru mengalami penurunan.

e. Terdapat keterangan pada Pemeriksaan Pendahuluan, yaitu Direktur Terlapor I

menyatakan bahwa kenaikan tersebut terjadi karena kenaikan harga aspal. Tetapi

pada Pemeriksaan Lanjutan, Direktur Terlapor I menyatakan tidak mengetahui

Page 68: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 68

komponen harga yang diubah, sehingga mengakibatkan kenaikan harga

penawaran.

f. Berdasarkan keterangan saksi yang menyatakan bahwa pada saat tender

dilaksanakan di bulan Agustus 2006, harga aspal tidak mengalami kenaikan,

sehingga Tim menilai alasan kenaikan harga yang disampaikan Terlapor I tidak

beralasan. Harga aspal pada bulan Agustus 2006 masih berada di harga Rp

5.100.000,- (lima juta seratus ribu rupiah) per ton.

g. Dokumen internal Terlapor IV dipergunakan untuk mengikuti tender ini tanpa

sepengetahuan Direktur Terlapor IV. Hal ini sesuai dengan surat Terlapor IV

kepada KPPU No. 102/CPT-Perkasa/VI/2007 tanggal 20 Juni 2007 yang pada

pokoknya menyatakan Terlapor IV tidak pernah mengikuti tender pekerjaan

peningkatan jalan Macoppe, Labessi di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan

tahun 2006.

h. Dalam proses evaluasi, Terlapor VI tidak pernah membandingkan dokumen para

peserta tender. Oleh karena itu Terlapor VI tidak mengetahui ada kesamaan

dokumen antara Terlapor I, Terlapor IV, dan Terlapor V.

i. Terlapor VI tidak pernah melakukan klarifikasi terhadap keaslian dokumen

masing-masing peserta tender, yang memungkinkan lolosnya Terlapor IV yang

faktanya tidak pernah mengikuti tender.

j. Terlapor VI sengaja tidak memeriksa personil yang mewakili perusahaan dalam

mengikuti lelang. Hal ini dibuktikan dengan hadirnya Syafril Jalil sebagai wakil

Terlapor I pada saat Pemasukan / Pembukaan Penawaran Harga tender pertama,

dan kemudian Syafril Jalil menjadi wakil Terlapor IV pada saat Pemasukan /

Pembukaan Penawaran Harga tender kedua.

k. Terlapor VI sengaja meluluskan Terlapor I walaupun terdapat kesamaan Metode

Pelaksanaan antara Terlapor I dan Terlapor IV. Hal ini tidak sesuai dengan

pernyataan Terlapor VI pada saat pemeriksaan lanjutan, dimana Terlapor VI tidak

memperbolehkan adanya kesamaan dokumen antara para peserta tender, apabila

Terlapor VI menemukan ada kesamaan dokumen maka hal tersebut berindikasi

peserta tender tersebut berada dalam satu group atau kelompok dan adanya

pengaturan pemenang tender serta Terlapor VI akan membatalkan proses tender.

Page 69: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 69

l. Terlapor VI menyampaikan tanggapan atas Laporan Hasil Pemeriksaan

Pendahuluan yang pada intinya menyatakan bahwa Terlapor VI menolak adanya

dugaan persekongkolan vertikal karena telah melakukan evaluasi pada tender

pertama sesuai dengan ketentuan dalam Keppres No. 80 Tahun 2003. Terlapor VI

melakukan tender kedua karena semua peserta yang memasukkan penawaran

tidak ada yang memenuhi syarat administrasi.

Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai

berikut:

1. Bahwa Terlapor IV tidak mengetahui bahwa salinan dokumen perusahaannya

digunakan oleh Terlapor I dalam mengikuti tender ini;

2. Bahwa Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor V tidak kooperatif dalam

memenuhi panggilan pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa KPPU;

3. Bahwa terdapat kerugian negara sebesar Rp 331.003.000,- (tiga ratus tiga

puluh satu juta tiga ribu rupiah) yang merupakan selisih harga penawaran

Terlapor I pada tender pertama dan tender kedua.

Sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e UU No.

5/1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan kepada Komisi

hal-hal sebagai berikut:

1. Merekomendasikan kepada atasan langsung Terlapor VI untuk memberikan

sanksi administratif atas keterlibatan Terlapor VI dalam persekongkolan ini.

2. Merekomendasikan kepada Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan untuk

memeriksa dugaan pemalsuan dokumen perusahaan milik Terlapor IV yang

digunakan untuk mengikuti tender ini.

3. Merekomendasikan kepada Badan Usaha Jasa Konstruksi (BUJK) Departemen

Pekerjaan Umum untuk memasukkan Terlapor I dan Terlapor V dalam Daftar

Hitam BUJK Departemen Pekerjaan Umum selama 2 tahun di Sulawesi

Selatan sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap.

4. Merekomendasikan kepada BUJK Departemen Pekerjaan Umum untuk

memasukkan Terlapor II dan Terlapor III dalam Daftar Hitam BUJK

Departemen Pekerjaan Umum selama 1 tahun di Sulawesi Selatan sejak

putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap.

Page 70: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 70

5. Merekomendasikan kepada BUJK Departemen Pekerjaan Umum untuk

mempublikasikan daftar perusahaan yang masuk ke dalam Daftar Hitam

BUJK Departemen Pekerjaan Umum ke seluruh instansi terkait di Sulawesi

Selatan.

6. Merekomendasikan kepada Kejaksaan Negeri Kabupaten Soppeng untuk

melakukan penyidikan atas dugaan korupsi yang dilakukan oleh Terlapor I

dan Terlapor VI.

Berdasarkan alat bukti yang telah diuraikan di atas, maka Majelis Komisi

memutuskan:

1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor V, dan Terlapor VI terbukti melanggar

ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Menyatakan Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV tidak terbukti

melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

3. Menghukum Terlapor I dan Terlapor V untuk tidak mengikuti tender

pengadaan barang dan jasa pemerintah di Provinsi Sulawesi Selatan selama

2 (dua) tahun sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap.

4. Menghukum Terlapor I untuk membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,-

(satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran

pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen

Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas

Negara (KPKN Jakarta I) yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19, Jakarta

Pusat melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491

(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).

3. Putusan Perkara 12/KPPU-L/2007 Alat Kesehatan Penunjang

Puskesmas Kegiatan DAK NON DR Di Dinas Kesehatan Kabupaten

Sukabumi Tahun Anggaran 2006

KPPU selesai melakukan pemeriksaan dan penyelidikan terhadap Perkara No.

12/KPPU-L/2007 tentang dugaan pelanggaran Pasal 22 Undang-undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Page 71: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 71

(selanjutnya disebut UU No. 5/1999), yang dilakukan oleh PT. Karsa Niaga Raya

(Terlapor I), PT. Ramos Jaya Abadi (Terlapor II) dan Panitia Pengadaan Alat

Kesehatan Penunjang Puskesmas Kegiatan Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi

(DAK NON DR) untuk Kesehatan Kabupaten Sukabumi Tahun Anggaran 2006 di

Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi (Terlapor III). Hasilnya, Terlapor I dan

Terlapor II terbukti melanggar Pasal 22 UU No. 5/1999. Selanjutnya kedua pelaku

usaha tersebut diwajibkan membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu

milyar rupiah).

Setelah Tim Pemeriksa melakukan serangkaian pemeriksaan maka Majelis Komisi

menilai bahwa:

1. Adanya kesamaan distributor dan adanya kemiripan-kemiripan dokumen

serta adanya kesamaan harga penawaran sebagian besar item produk antara

Terlapor I dan Terlapor II adalah bukan hal biasa, melainkan suatu tindakan

penyesuaian dokumen administrasi dan pengaturan harga penawaran;

2. Tindakan Terlapor III menggugurkan PT. Bhakti Wira Husada dengan alasan

tidak melampirkan surat keterangan dari pengadilan negeri setempat yang

terbaru adalah tidak tepat dan tidak memiliki dasar yang cukup;

3. Pada pokoknya Majelis Komisi berpendapat meskipun penilaian tersebut tidak

mengubah penilaian akhir namun kesalahan tersebut seharusnya tidak perlu

terjadi, mengingat dokumen jaminan pelayanan purna jual tidak

mencantumkan materi apapun yang layak untuk dinilai lebih selain lamanya

masa jaminan purna jual, sehingga tindakan Terlapor III tersebut tidak dapat

dibenarkan;

Selanjutnya, sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e UU

No. 5/1999, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk memberikan

saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dan Pihak Terkait, sebagai berikut:

1. Memberikan saran kepada Bupati Kabupaten Sukabumi untuk memberikan

sanksi kepada Terlapor III karena lalai dalam menjalankan tugasnya sebagai

Panitia Pengadaan Alat Kesehatan Penunjang Puskesmas Kegiatan DAK NON

DR untuk Kesehatan Kabupaten Sukabumi Tahun Anggaran 2006 di Dinas

Kesehatan Kabupaten Sukabumi;

Page 72: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 72

2. Memberikan saran kepada Bupati Kabupaten Sukabumi untuk lebih

memperhatikan kompetensi panitia pengadaan barang dan/atau jasa dalam

melaksanakan kegiatan pengadaan di lingkungan Pemerintahan Kabupaten

Sukabumi;

3. Memberikan saran kepada Bupati Kabupaten Sukabumi untuk melarang

keikutsertaan perusahaan-perusahaan yang terafiliasi dengan Terlapor I dan

Terlapor II dalam kegiatan pengadaan di lingkungan Pemerintahan

Kabupaten Sukabumi selama kurun waktu 2 (dua) tahun sejak Putusan ini

memiliki kekuatan hukum yang tetap.

Akhirnya, berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43

ayat (3) dan Pasal 47 UU No. 5/1999 yang telah diuraikan di atas, maka Majelis

Komisi memutuskan:

1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, dan Terlapor III terbukti secara sah dan

meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2. Menghukum Terlapor I dan Terlapor II tidak boleh mengikuti tender di

seluruh instansi Pemerintah di Propinsi Jawa Barat selama 2 (dua) tahun

sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;

3. Menghukum Terlapor I dan Terlapor II membayar denda masing-masing

sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar Rupiah) yang harus disetorkan ke

Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang

persaingan usaha Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan

Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan

kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang

Persaingan Usaha), apabila Terlapor I dan Terlapor II melanggar butir 2

(dua) amar putusan ini.

4. Putusan Perkara 13/KPPU-L/2007 Pengadaan Bibit Kelapa Sawit

dalam Polibeg di Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Selatan

Dalam perkara dugaan pelanggaran Pasal 22 UU No. 5/1999 tentang pengadaan

bibit kelapa sawit dalam polibeg, ada empat Terlapor yang diperiksa oleh KPPU,

yaitu CV Borneo Interprises Native (Terlapor I), CV Amarta Jaya Teknik (Terlapor II),

Page 73: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 73

CV Putra Pratama (Terlapor III), dan Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas

Perkebunan Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006, (Terlapor IV).

Setelah Tim Pemeriksa melakukan serangkaian pemeriksaan maka Majelis Komisi

menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Terlapor I CV Borneo Interprises Native, Terlapor II CV Amarta Jaya Teknik,

dan Terlapor III CV Putra Pratama telah melakukan kerjasama untuk

mengatur dan/atau menentukan Terlapor I CV Borneo Interprises Native

sebagai pemenang tender pengadaan bibit kelapa sawit dalam polibeg di Dinas

Perkebunan Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006, sehingga melanggar

Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Bahwa Terlapor IV Panitia

Tender tidak terbukti mengatur dan/atau menentukan Terlapor I CV Borneo

Interprises Native sebagai pemenang tender pengadaan bibit kelapa sawit

dalam polibeg di Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006,

sehingga tidak melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

2. Untuk keperluan usaha pembibitan atau penangkaran kelapa sawit, Dinas

Perkebunan Propinsi Kalimantan Selatan selalu menerbitkan Surat Persetujuan

Penyaluran Benih Kelapa Sawit (SP2B-KS) dengan kuota tertentu. Pihak-pihak

yang menerima SP2B-KS tersebut yang biasa disebut penangkar adalah

Terlapor I CV Borneo Interprises Native, PT Topaz Borneo Utama dan

beberapa koperasi. Hanya para penangkar tersebut yang dapat menyalurkan

dan membuat usaha pembibitan kelapa sawit di Propinsi Kalimantan Selatan,

dan hanya PT Topaz Borneo Utama dan Terlapor I CV Borneo Interprises

Native yang diperbolehkan mengikuti tender pengadaan bibit kelapa sawit di

Propinsi Kalimantan Selatan. Pada tahun 2006, tidak ada satupun penangkar

yang mempunyai kuota untuk bibit sawit lebih dari 200.000 (dua ratus ribu)

batang, termasuk PT Topaz Borneo Utama dan Terlapor I CV Borneo

Interprises Native.

Selanjutnya, sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e UU

No. 5/1999, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk memberikan

saran dan pertimbangan kepada Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan, sebagai

berikut:

1. Melakukan evaluasi ulang pelaksana tender, sehingga semua pelaksana

tender memenuhi kualifikasi yang ditentukan;

Page 74: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 74

2. Melakukan evaluasi pemberian SP2B-KS agar penerima adalah benar-benar

pelaku usaha yang kompeten, serta memberikan kesempatan yang sama

kepada para penangkar tersebut untuk dapat mengikuti tender pengadaan

bibit kelapa sawit;

3. Meninjau kembali pemberian SP2B-KS kepada Koperasi Karya Bersama untuk

mencegah munculnya conflict of interest dalam pengadaan bibit kelapa sawit

di Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Selatan;

4. Melakukan upaya sungguh-sungguh agar dalam pelaksanaan tender di

lingkungan Prop Kalsel tidak terjadi ‘tindakan pinjam bendera’ dan/atau

peserta pendamping, agar terjadi persaingan usaha yang sehat;

Akhirnya, dalam mengambil putusan terhadap perkara ini, Majelis Komisi telah

mempertimbangkan hasil pemeriksaan termasuk keterangan dari seluruh Terlapor

dan saksi-saksi, pembelaan dari para Terlapor dan dokumen-dokumen terkait.

Majelis Komisi kemudian memutuskan:

1. Menyatakan Terlapor I CV Borneo Interprises Native, Terlapor II CV Amarta

Jaya Teknik, dan Terlapor III CV Putra Pratama terbukti melanggar

ketentuan Pasal 22 UU No. 5/1999;

2. Menyatakan Terlapor IV Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Perkebunan

Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 tidak terbukti melanggar ketentuan

Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;

3. Menghukum Terlapor I CV Borneo Interprises Native untuk membayar denda

sebesar Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke

Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang

persaingan usaha Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran

Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN Jakarta I) yang beralamat di

Jalan Ir. H. Juanda Nomor 19, Jakarta Pusat melalui bank Pemerintah dengan

kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang

Persaingan Usaha);

4. Menghukum Terlapor II CV Amarta Jaya Teknik dan Terlapor III CV Putra

Pratama untuk membayar denda masing-masing sebesar Rp 50.000.000,-

(lima puluh juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai

setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha

Page 75: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 75

Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan

dan Kas Negara (KPKN Jakarta I) yang beralamat di Jalan Ir. H. Juanda

Nomor 19, Jakarta Pusat melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan

423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

5. Putusan Perkara No. 14/KPPU-L/2007 Tender Pekerjaan Multi Years

Tahun Anggaran 2006, 2008 Kabupaten Siak, Propinsi Riau

Perkara No. 14/KPPU-L/2007 merupakan perkara yang dilaporkan oleh pelaku usaha

ke KPPU. Terlapor dalam perkara ini adalah Ir. H. Aulia Azis, BE, M.M sebagai Kepala

Dinas Pekerjaan Umum, Permukiman dan Prasarana Wilayah Kabupaten

Siak (Terlapor I); Ir. Irving Kahar Arifin, M.E., sebagai Ketua Panitia Pengadaan

Barang/Jasa Sub Dinas Prasarana Jalan Dinas Pekerjaan Umum Permukiman dan

Prasarana Wilayah Kabupaten Siak Tahun Anggaran 2006 (Multi Years) (Ketua

Panitia/Terlapor II); PT Perwita Karya (Terlapor III); PT Bhina Citra Nusa Konstruksi

(Terlapor IV); PT Wahana Jaya Prima (Terlapor V); PT Deltamarga Adyatama

(Terlapor V); PT Trifa Abadi (Terlapor VII); PT Tamako Raya Perdana (Terlapor

VIII); PT Budi Graha Perkasa (Terlapor IX); PT Pelita Nusa Perkasa (Terlapor X); PT

Pembangunan Perumahan (Persero) (Terlapor XI); Bupati Kabupaten Siak, Propinsi

Riau (Terlapor XII); Asrul Adham (Terlapor XIII); dan Riky Hariansyah (Terlapor

XIV).

Dalam perkara ini, Majelis Komisi perlu untuk menilai perilaku para pelaku usaha

terutama dalam hal persekongkolan horizontal, sedangkan untuk Terlapor I dan

Terlapor II Majelis Komisi perlu menilai apakah pelaksanaan tender telah dilakukan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tidak mengarah pada peserta tender

tertentu.

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa,

Majelis Komisi menilai bahwa:

1. Tujuan pemecahan paket pekerjaan Multi Years Tahun 2006 yang dilakukan

oleh Terlapor I dan Terlapor XII memberikan peluang yang lebih besar bagi

perusahaan-perusahaan yang berminat untuk mengikuti tender dan terdapat 35

(tiga puluh lima) perusahaan yang memasukkan Dokumen Prakualifikasi untuk

seluruh paket pekerjaan sehingga pemecahan paket pekerjaan Multi Years

Page 76: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 76

Tahun 2006 tidak ditujukan untuk memfasilitasi perusahaan tertentu untuk

mengikuti tender;

2. Terlapor II tidak memberikan kesempatan kepada peserta tender yang

digugurkan Terlapor II untuk melengkapi persyaratan tambahan atau dokumen

pendukung, padahal tahap prakualifikasi belum merupakan ajang kompetisi

sebagaimanan diatur dalam Bab V huruf A angka 3 Keppres No. 80 Tahun 2003,

dengan demikian Terlapor II telah lalai dalam menjalankan tugasnya sehingga

menghilangkan asas kompetisi dan mengurangi jumlah peserta tender yang

dapat bersaing dalam Tender Multi Years Kabupaten Siak;

3. Terlapor II mensyaratkan setiap peserta tender untuk melampirkan sertifikat

ISO 9001, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi perusahaan usaha non

kecil, tetapi Terlapor II ternyata menggunakan sertifikat OHSAS, tidak cukup

hanya K3, dalam melakukan evaluasi prakualifikasi, dengan demikian Terlapor II

telah lalai dalam menjalankan tugasnya sehingga mengurangi jumlah peserta

tender yang dapat bersaing dalam tender paket pekerjaan multi years;

4. Terlapor II tidak mempertimbangkan kesalahan penulisan jabatan Direktur

Utama Terlapor X yang ditulis sebagai Direktur Utama Terlapor IX pada

dokumen kualifikasi Terlapor X formulir 1 huruf (g), (h), dan (i) dan tetap

diloloskan ke tahap selanjutnya, dengan demikian Terlapor II telah lalai dalam

mengevaluasi Dokumen Prakualifikasi Terlapor IX dan Terlapor X sehingga lolos

dalam evaluasi Prakualifikasi Tender Multi Years Kabupaten Siak;

5. Terlapor II meloloskan beberapa peserta tender (Terlapor III, VII, VIII)

meskipun tidak memenuhi syarat dalam kelengkapan alat, dengan demikian

Terlapor II telah lalai dalam menjalankan tugasnya dengan meloloskan Terlapor

III, Terlapor VII dan Terlapor VIII dalam dalam evaluasi Kualifikasi Tender Multi

Years Kabupaten Siak;

6. Terlapor II mengugurkan beberapa peserta tender sebelum melakukan

klarifikasi kelengkapan alat, dengan demikian Terlapor II lalai dalam

menjalankan tugasnya sehingga mengurangi jumlah peserta tender yang dapat

bersaing dalam Tender Multi Years Kabupaten Siak;

7. Terlapor I dan Terlapor XII telah menjalankan tugas dan wewenangnya dalam

pelaksanaan Tender Multi Years Kabupaten Siak;

Page 77: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 77

8. Adanya kesamaan sertifikat OHSAS dan ISO Enviromental Management System

tersebut di atas adalah hal yang wajar dalam mempersiapkan kelengkapan

dokumen guna mengikuti tender serta tidak ditemukan bukti yang cukup adanya

komunikasi dan kerjasama antara Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor

V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, dan Terlapor X dalam

rangka mengatur dan memenangkan Tender Multi Years Kabupaten Siak;

9. Adanya hubungan keluarga, kesamaan sertifikat OHSAS dan ISO Enviromental

Management System antara Terlapor III dan Terlapor VI tidak menunjukkan

adanya komunikasi dan kerjasama antara Terlapor III dengan Terlapor VI

dalam rangka mengatur dan memenangkan Tender Multi Years Kabupaten Siak;

10. Adanya hubungan kerjasama antara Terlapor IX dan Terlapor X berdasarkan

kesalahan penulisan jabatan Direktur Utama Terlapor X yang ditulis sebagai

Direktur Utama Terlapor IX menunjukan persaingan semu di antara Terlapor IX

dengan Terlapor X dalam mengikuti proses Tender Multi Years Kabupaten Siak;

11. Penawaran yang besarannya di antara 93,76% - 95,55% tidak merupakan bukti

yang cukup kuat terjadinya pengaturan harga antara Terlapor III, Terlapor IV,

Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, Terlapor X dan

Terlapor XI dalam menentukan pemenang Tender Multi Years Kabupaten Siak.

Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai

berikut:

1. Terlapor IX dan Terlapor X tidak kooperatif selama pemeriksaan di KPPU;

2. Dalam proses pelaksanaan Tender Multi Years Kabupaten Siak terdapat berbagai

kesalahan dan kelalaian yang dilakukan oleh Terlapor II;

Sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e UU No.

5/1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan kepada Komisi

hal-hal sebagai berikut:

1. Meminta atasan Terlapor II untuk mengambil sanksi administratif atas

kesalahan-kesalahan Terlapor II sesuai dengan peraturan perundangan yang

berlaku.

2. Meminta Terlapor XII untuk menginstruksikan kepada instansi dibawahnya

untuk membuat dan melaksanakan aturan tender sesuai ketentuan yang

berlaku dengan memperhatikan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat.

Page 78: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 78

3. Meminta Terlapor XII untuk mengawasi pelaksanaan proses tender di seluruh

instansi pemerintah Kabupaten Siak.

Berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) dan

Pasal 47 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang telah diuraikan di atas, maka

Majelis Komisi memutuskan:

1. Menyatakan Terlapor II, Terlapor IX dan Terlapor X terbukti secara sah dan

meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2. Menyatakan Terlapor I, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI,

Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor XI, Terlapor XII, Terlapor XIII dan

Terlapor XIV tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat;

3. Menghukum Terlapor IX dan Terlapor X membayar denda secara tanggung

renteng sebesar Rp 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah) yang harus

disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di

bidang persaingan usaha Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal

Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah

dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang

Persaingan Usaha);

4. Melarang Terlapor IX dan Terlapor X untuk mengikuti tender yang

dilaksanakan Pemerintah selama 2 (dua) tahun di Kabupaten Siak, Propinsi

Riau terhitung sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum.

6. Putusan Perkara No. 15/KPPU-L/2007 Lelang Pembangunan Mall di

Kota Prabumulih Tahun 2006

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melalui Majelis Komisi telah selesai

melakukan pemeriksaan dan penyelidikan terhadap Perkara No. 15/KPPU-L/2007

tentang dugaan pelanggaran Pasal 22 UU No. 5/1999 yang dilakukan oleh PT. Prabu

Makmur (Terlapor I), PT. Sungai Musi Perdana (Terlapor II), PT. Putra Prabu

(Terlapor III), PT. Makassar Putra Perkasa (Terlapor IV), PT. Alexindo Sekawan

Page 79: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 79

(Terlapor V), PT. Lematang Sentana (Terlapor VI), Ketua Panitia Lelang Barang/Jasa

Pembangunan Mall Kota Prabumulih (Terlapor VII).

Pada pokoknya ditetapkan bahwa hasil lelang pembangunan Mall Prabumulih

dibatalkan dan seluruh peserta tender kecuali PT. Lematang Sentana terbukti

melanggar pasal 22 UU No. 5/1999.

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan perkara tersebut yang telah dilakukan oleh Tim

Pemeriksa, maka Majelis Komisi menilai bahwa:

1. Tindakan Terlapor I memasukkan ketiga perusahaannya dan dua

perusahaan lainnya dengan maksud untuk dapat memenuhi persyaratan sah

jumlah peserta yang mendaftar (minimal 5 perusahaan) adalah bentuk

persekongkolan tender yaitu menciptakan persaingan semu antar peserta;

2. Tindakan Terlapor I yang bekerja sama dengan Terlapor V untuk

mendapatkan dokumen penawaran Terlapor VI sehingga dapat

mendaftarkan dan memasukkan dokumen penawaran Terlapor VI tanpa

sepengetahuan direkturnya adalah bentuk persekongkolan tender yaitu

melakukan manipulasi persyaratan teknis dan administratif;

3. Tindakan Ferry Sulisthio (Direktur dan pemilik PT. Prabu Makmur) yang

menghubungi Plt. Walikota untuk meminta ijin melakukan pemaparan baik di

kantor Pemerintah Kota Prabumulih dan DPRD Kota Prabumulih dan

melakukan pemaparan baik di kantor Pemerintah Kota Prabumulih dan DPRD

Kota Prabumulih merupakan upaya melakukan pendekatan dan

kesepakatan-kesepakatan dengan penyelenggara sebelum pelaksanaan

tender adalah bentuk persekongkolan tender;

Menimbang bahwa sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf

e UU No. 5/1999, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk

memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dan Pihak Terkait, sebagai

berikut:

1. Meminta atasan Terlapor VII untuk memberikan sanksi administratif atas

kesalahan-kesalahan Terlapor VII sesuai dengan peraturan perundangan yang

berlaku;

Page 80: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 80

2. Meminta atasan Terlapor VII untuk merekrut panitia lelang berbasis kompetensi

dan memahami peraturan lelang yang berlaku dan prinsip-prinsip tata kelola

pemerintahan yang baik (Good Governance).

Akhirnya, berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43

ayat (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi memutuskan:

1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, dan

Terlapor VII terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli

dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2. Menyatakan Terlapor VI tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat;

3. Membatalkan hasil lelang pembangunan Mall di Kota Prabumulih tahun 2006;

4. Menghukum Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, dan Terlapor V

untuk tidak mengikuti tender di seluruh instansi Pemerintah Kota Prabumulih

selama 2 (dua) tahun sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;

5. Menghukum Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, dan Terlapor V

untuk membayar denda masing-masing sebesar Rp1.000.000.000,- (satu

milyar rupiah) apabila melanggar butir 4 (empat) amar Putusan ini, yang

harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda

pelanggaran di bidang persaingan usaha, Departemen Perdagangan

Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha

melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan

Denda pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).

7. Putusan Perkara No. 16/KPPU-L/2007 Tender Pengadaan Pupuk PMLT

(Pupuk Majemuk Lengkap Tablet), Herbisida, dan Bibit Karet di Dinas

Perkebunan Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan Tahun 2006

KPPU melalui Majelis Komisi melakukan pemeriksaan dan penyelidikan terhadap

Perkara No. 16/KPPU-L/2007 tentang dugaan pelanggaran Pasal 22 UU No. 5/1999

Page 81: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 81

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, yang

dilakukan oleh:

1. Ketua Panitia Tender Pengadaan Pupuk, Herbisida dan Bibit Karet di Dinas

Perkebunan Kabupaten Banjar (Terlapor I)

2. CV Irma (Terlapor II)

3. CV Yunita (Terlapor III)

4. CV Bina Karya (Terlapor IV)

5. CV Lili (Terlapor V)

6. CV Alya (Terlapor VI)

7. CV Pinang Sandiki (Terlapor VII)

8. CV Sonakarya Perdana (Terlapor VIII)

9. CV Tanjung Makmur (Terlapor IX)

10. CV Mahkota Niaga (Terlapor X)

11. CV Linda (Terlapor XI)

12. CV Dimasona Jaya (Terlapor XII).

Perkara No. 16/KPPU-L/2007 merupakan perkara yang dilaporkan oleh pelaku usaha

ke KPPU. Dalam perkara ini, Majelis Komisi perlu untuk menilai perilaku para pelaku

usaha (Terlapor II - XII) terutama dalam hal persekongkolan horizontal, sedangkan

untuk Terlapor I Majelis Komisi perlu menilai apakah persyaratan dalam RKS

(Rencana Kerja dan Syarat) dan proses evaluasi penentuan pemenang mengarah

pada Terlapor II, III dan IV selaku pemenang tender.

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa,

Majelis Komisi menilai bahwa:

1. Tidak terbukti persekongkolan vertikal antara Terlapor I dengan Terlapor II,

Terlapor III, dan Terlapor IV;

2. Pada Paket Pengadaan PMLT telah terjadi pengaturan harga dan pengaturan

pemenang diantara Terlapor II, V, VI, VII, dan VIII untuk memenangkan

Terlapor II;

Page 82: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 82

3. Pada Paket Pengadaan Herbisida telah terjadi pengaturan harga dan

pengaturan pemenang diantara Terlapor III, VI, XI, dan XII untuk

memenangkan Terlapor III;

4. Pada Paket Pengadaan Bibit Karet telah terjadi pengaturan harga dan

pengaturan pemenang yang dilakukan oleh Terlapor IV dengan dibantu

Terlapor IX dan Ir Taufikuryadin untuk memenangkan Terlapor IV;

5. Persekongkolan horizontal yang dilakukan para Terlapor dalam Tender

Pengadaan PMLT, Herbisida dan Bibit Karet mengakibatkan hilangnya

persaingan sehat diantara peserta tender. Dengan hilangnya persaingan

sehat tersebut mengakibatkan Dinas Perkebunan Kabupaten Banjar tidak

mendapatkan harga yang kompetitif.

Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai

berikut:

1. Bahwa peranan perantara yaitu Mahdiyat, Dedi dan Ir. Taufikuryadin dalam

tender pengadaan PMLT, Herbisida dan Bibit Karet memperpanjang rantai

transaksi yang menambah biaya sehingga mengakibatkan harga penawaran

para peserta tender bukan harga kompetitif;

2. Bahwa perantara juga telah berperan dalam peminjaman perusahaan, saling

menukar dokumen penawaran, pengaturan harga penawaran dan pengaturan

pemenang.

Sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf UU No.

5/1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan kepada Komisi

hal-hal sebagai berikut:

1. Meminta kepada Dinas Perkebunan Kabupaten Banjar untuk menertibkan

peran perantara dalam setiap pelaksanaan tender pengadaan barang dan

jasa di lingkungan Dinas Perkebunan Kabupaten Banjar;

2. Meminta kepada Dinas Perkebunan Kabupaten Banjar meningkatkan

kapasitas sumber daya manusia dalam pengadaan barang dan jasa.

Berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) dan

Pasal 47 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang telah diuraikan di atas, maka

Majelis Komisi memutuskan:

Page 83: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 83

1. Menyatakan Terlapor I dan Terlapor X tidak terbukti secara sah dan

meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2. Menyatakan Terlapor II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, XI dan XII terbukti

melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

3. Menghukum Terlapor II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, XI dan XII tidak

mengikuti tender pengadaan barang dan jasa di lingkungan Dinas

Perkebunan Kabupaten Banjar selama 2 (dua) tahun semenjak putusan ini

memiliki kekuatan hukum tetap;

4. Jika keputusan ini telah memiliki kekuatan hukum tetap dan para pihak tidak

melaksanakan putusan sebagaimana dimaksud dalam angka 3 amar putusan

ini, maka Terlapor II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, XI dan XII dikenakan denda

masing-masing sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) yang harus

disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di

Bidang Persaingan Usaha Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal

Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah

dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang

Persaingan Usaha).

8. Putusan Perkara No. 17/KPPU-L/2007 Lelang Saham PT Dharmala Sakti

Sejahtera Tbk di PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia

Perkara yang berawal dari adanya laporan telah melalui proses Pemeriksaan

Pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 23 Agustus 2007 - 3 Oktober 2007,

dilanjutkan dengan Pemeriksaan Lanjutan sampai dengan 16 Januari 2008, serta

Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan yang berakhir pada tanggal 28 Februari 2008.

Terlapor dalam perkara ini adalah sebagai berikut:

1. The Manufacturers Life Insurance Company sebagai Terlapor I;

2. PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia sebagai Terlapor II;

3. Ari Ahmad Effendi sebagai Terlapor III;

4. International Finance Corporation sebagai Terlapor IV;

Page 84: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 84

5. PT Balai Lelang Batavia sebagai Terlapor V;

6. PT Graha Karya Reksatama sebagai Terlapor VI; dan

7. Kusmartono sebagai Terlapor VII.

Pada penanganan kasus diketahui bahwa lelang 40% atau setara 1800 lembar

saham PT Dharmala Sakti Sejahtera (selanjutnya disebut ”PT DSS”) di PT Asuransi

Jiwa Manulife Indonesia (selanjutnya disebut ”PT AJMI”) dimenangkan oleh Terlapor

I dengan nilai sebesar Rp 170 Milyar (seratus tujuh puluh lima milyar rupiah).

Selanjutnya dugaan pelanggaran dalam perkara ini adalah :

a. Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV diduga bersepakat untuk

menentukan Terlapor I sebagai pemenang lelang;

b. Bahwa Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV bersekongkol dengan

Terlapor V dan Terlapor VII untuk memuluskan MLIC sebagai pemenang lelang;

b. Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV dan Terlapor VI diduga

bersekongkol dalam menentukan nilai saham yang dinilai tidak wajar.

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa,

Majelis Komisi menilai bahwa:

a. Bahwa pelelangan saham PT DSS yang ada di Terlapor II adalah pelelangan

umum sehingga termasuk dalam ruang lingkup yang dapat diperiksa

berdasarkan UU No. 5/1999. Dengan demikian KPPU memiliki yurisdiksi untuk

memeriksa perkara a quo;

b. Bahwa Terlapor IV dapat diperiksa oleh yurisdiksi yang berkompeten di wilayah

dimana Terlapor IV memiliki kantor berdasarkan Article 6 Section 3 dalam

Articles of Agreement of International Finance Corporation, The United Nations

Convention of The Privileges and Immunities of the Specialized Agencies. Majelis

Komisi berpendapat, IFC adalah suatu lembaga nirlaba namun pada saat IFC

melakukan penyertaan saham atau penyertaan modal di Indonesia, maka IFC

telah melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam UU No. 5/1999.

Dengan demikian KPPU memiliki yurisdiksi terhadap Terlapor IV dalam perkara a

quo;

Page 85: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 85

c. Bahwa Terlapor I adalah badan usaha yang tidak didirikan berdasarkan hukum

Indonesia dan tidak berkedudukan di Indonesia. Bahwa dalam perkara a quo,

Terlapor I tercatat sebagai salah satu pemegang saham di Terlapor II sehingga

mempunyai hak suara dalam menentukan kebijakan perusahaan dan susunan

Direksi serta secara langsung ikut menikmati keuntungan atau menanggung

kerugian atas kegiatan usaha yang dilakukan PT Terlapor II. Bahwa sebelum

pelelangan berlangsung, Terlapor I memiliki 51% saham PT Terlapor I.

d. Bahwa setelah menjadi pemenang lelang, kepemilikan saham Terlapor I menjadi

91%, Saat ini, Terlapor I memiliki 95% saham di Terlapor II. Dengan demikian

Terlapor I melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik

Indonesia melalui kepemilikan saham di Terlapor III sehingga Majelis Komisi

berkesimpulan bahwa KPPU memiliki yurisdiksi terhadap Terlapor I dalam

perkara a quo (perkara tersebut);

e. Bahwa Tindakan Terlapor III menunjuk Terlapor V sebagai penyelenggara jasa

pra lelang, tindakan Terlapor VII sebagai Pejabat Lelang dalam melaksanakan

lelang, dan tindakan PT Terlapor V dalam melaksanakan jasa pra lelang adalah

bukan dalam rangka meluluskan Terlapor I sebagai pemenang lelang;

f. Bahwa Tindakan Terlapor VI dalam menentukan nilai saham adalah bukan dalam

rangka mengatur Terlapor I sebagai pemenang lelang;

g. Bahwa Tindakan tersebut bukan merupakan bentuk persekongkolan yang

dilakukan untuk memenangkan Terlapor I dalam lelang saham PT DSS di

Terlapor II, sehingga unsur bersekongkol untuk mengatur dan atau menentukan

pemenang tender, tidak terpenuhi;

h. Bahwa tindakan pelelangan saham PT DSS di Terlapor II telah sesuai dengan

aturan dalam UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dan UU

Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan;

i. Bahwa pelelangan 40% atau setara dengan 1.800 lembar saham PT DSS di

Terlapor II dengan nilai nominal Rp 1.000.000 per lembar, yang dilelang pada

tanggal 26 Oktober 2000 tidak melanggar ketentuan Pasal 22 UU No. 5/1999.

j. Bahwa Sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya

merekomendasikan kepada Komisi untuk memberikan saran dan pertimbangan

Page 86: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 86

kepada Pemerintah dan pihak terkait, dalam hal ini kepada Menteri Hukum dan

HAM, Menteri Keuangan dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), agar

mengatur keikutsertaan badan-badan internasional yang menjadi pemegang

saham di perusahaan-perusahaan Indonesia.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah diuraikan di atas, maka Majelis

Komisi memutuskan: Menyatakan Terlapor I The Manufacturers Insurance

Company, Terlapor II PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, Terlapor III Kurator Ari

Ahmad Effendi, Terlapor IV International Finance Corporation, Terlapor V PT Balai

Lelang Batavia, Terlapor VI PT Graha Karya Reksatama dan Terlapor VII Pejabat

Lelang Kusmartono tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1999.

9. Putusan Perkara 18/KPPU-L/2007 Tender Paket Pengadaan TV

Pendidikan dan Perlengkapannya di Dinas Pendidikan Propinsi

Sumatera Utara Tahun Anggaran 2006

Perkara ini muncul setelah KPPU menerima laporan dari pelaku usaha tentang

adanya dugaan pelanggaran terhadap UU No. 5/1999 berkaitan dengan Tender

Paket Pengadaan TV Pendidikan dan Perlengkapannya di Dinas Pendidikan propinsi

Sumatera Utara Tahun Anggaran 2006. Pelanggaran terhadap UU No.5/1999

tersebut dilakukan oleh :

1. Panitia Pengadaan Barang/Jasa Tahun Anggaran 2006 Dinas Pendidikan

Propinsi Sumatera Utara (Terlapor I)

2. PT. Auna Rahmat (Terlapor II)

3. PT. Hari Maju (Terlapor III)

Berdasarkan hasil rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa,

Majelis Komisi menilai dan menyimpulkan bahwa:

1. Mengenai Kesamaan Dokumen Penawaran Terlapor II dengan

Terlapor III;

a. Kesamaan format dan susunan Dokumen Penawaran, kesamaan proses

pengurusan dokumen administrasi dalam Dokumen Penawaran

Page 87: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 87

menunjukkan adanya kerja sama antara Terlapor II dengan Terlapor III

dalam mempersiapkan Dokumen Penawaran.;

b. Adanya kesalahan melampirkan data/informasi dalam Dokumen

Penawaran menunjukkan komunikasi dan hubungan kuat antara

Terlapor II dengan Terlapor III dalam mengikuti proses tender.

2. Mengenai kesamaan tanda tangan pada Daftar Hadir Rekanan;

a. Bahwa Terlapor II dan Terlapor III adalah 2 (dua) entitas perusahaan

yang berbeda, yang seharusnya berkompetisi dalam tender ini;

b. Bahwa dengan adanya kesamaan tanda tangan orang yang

memasukkan Dokumen Penawaran menunjukkan adanya koordinasi

dan hubungan kerjasama antara Terlapor II dengan Terlapor III dalam

mempersiapkan Dokumen Penawaran dan mengikuti proses tender.

3. Mengenai kesalahan Terlapor I dalam melaksanakan proses tender;

a. Bahwa menurut ketentuan Pasal 18 (3) Keppres 80 Tahun 2003,

seharusnya dengan sistem 2 Sampul, harga penawaran yang termasuk

dalam Sampul 2 tidak perlu dibuka oleh Terlapor I apabila peserta tidak

lulus evaluasi Sampul 1;

b. Bahwa seharusnya Terlapor I melakukan survei pasar mengenai harga

TV dan Perlengkapannya di Propinsi Sumatera Utara dengan tujuan

untuk mendapatkan harga yang wajar dalam penyusunan HPS;

c. Bahwa seharusnya Terlapor I mengumumkan nilai HPS agar peserta

tender dapat mengajukan harga penawaran yang wajar;

d. Bahwa seharusnya Terlapor I tidak perlu melakukan tahapan evaluasi

teknis terhadap peserta yang tidak lulus evaluasi administrasi, dan tidak

perlu melakukan evaluasi harga terhadap peserta yang tidak lulus

evaluasi teknis;

e. Bahwa kesalahan proses evaluasi yang dilakukan oleh Terlapor I

menguntungkan Terlapor II dan Terlapor III yang seharusnya sudah

gugur di tahap administrasi dan teknis;

f. Bahwa tindakan Terlapor I tersebut di atas merupakan tindakan

memfasilitasi Terlapor II dan III untuk menjadi Pemenang dan

Cadangan Pemenang pada Tender Paket Pengadaan TV Pendidikan dan

Page 88: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 88

Perlengkapannya di Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Utara Tahun

Anggaran 2006;

Sebelum memutuskan, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

Bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan (LHPL) dari Tim Pemeriksa

dan alat bukti yang diperoleh dalam proses pemeriksaan, maka Majelis Komisi

menemukan hal-hal yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Mengenai Pelanggaran Terlapor I;

• Bahwa telah terjadi pelanggaran Keppres Nomor 80 Tahun 2003 yang

dilakukan oleh Terlapor I dalam proses tender Paket Pengadaan TV

Pendidikan dan Perlengkapannya di Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera

Utara Tahun Anggaran 2006;

• Bahwa tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh Terlapor I bertujuan

untuk menjadikan Terlapor II dan Terlapor III sebagai Pemenang dan

Cadangan Pemenang tender;

2. Mengenai ketidakhadiran Terlapor II dan Terlapor III selama proses

pemeriksaan;

• Bahwa selama proses pemeriksaan yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa,

Terlapor II dan Terlapor III tidak pernah menghadiri pemeriksaan tanpa

alasan yang jelas;

• Bahwa Majelis Komisi menilai ketidakhadiran Terlapor II dan Terlapor III

selama proses pemeriksaan telah menghambat proses pemeriksaan;

3. Mengenai pendapat atau pembelaan para Terlapor atas LHPL;

• Bahwa pada saat Sidang Majelis, para Terlapor telah diberikan

kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau pembelaannya secara

tertulis paling lambat pada tanggal 24 Maret 2008;

• Bahwa Terlapor I menyampaikan pendapat atau pembelaannya secara

tertulis pada tanggal 31 Maret 2008;

• Bahwa Majelis Komisi tidak mempertimbangkan pendapat atau

pembelaan Terlapor I karena telah melewati jangka waktu yang telah

ditentukan;

Page 89: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 89

• Bahwa Terlapor II dan Terlapor III tidak memberikan pendapat atau

pembelaan atas LHPL yang disampaikan oleh Tim Pemeriksa;

• Bahwa Majelis Komisi menilai dengan tidak adanya tanggapan/pembelaan

dari para Terlapor menunjukan para Terlapor tidak menggunakan haknya

untuk menyampaikan pendapat atau pembelaan atas tuduhan

persekongkolan sebagaimana diuraikan dalam LHPL;

Bahwa sesuai dengan tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35

huruf e UU No. 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi merekomendasikan kepada

Komisi berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan oleh Terlapor I terhadap

Keppres Nomor 80 Tahun 2003, hal-hal sebagai berikut:

1. Meminta kepada atasan langsung atau pejabat yang berwenang untuk

menjatuhkan sanksi administratif kepada Terlapor I;

2. Meminta Gubernur Propinsi Sumatera Utara untuk menginstruksikan kepada

Kepala Dinas Pendidikan berikut instansi dibawahnya untuk membuat dan

melaksanakan aturan tender sesuai ketentuan yang berlaku dengan

memperhatikan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat;

3. Meminta Gubernur Propinsi Sumatera Utara untuk mengawasi pelaksanaan

proses tender di seluruh instansi pemerintah Propinsi Sumatera Utara;

Berdasarkan alat bukti, fakta, serta hasil penilaian, dan mengingat Pasal 43 Ayat

(3) dan pasal 47 UU. No. 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi memutuskan:

1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III terbukti secara sah

dan meyakinkan melanggar Pasal 22 UU No. 5/1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2. Menghukum Terlapor II membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,-

(satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai

Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha,

Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi

Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode

penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang

Persaingan Usaha);

Page 90: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 90

3. Menghukum Terlapor III membayar denda sebesar Rp 300.000.000,-

(tiga ratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai

Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha,

Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi

Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode

penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang

Persaingan Usaha);

4. Melarang Terlapor II dan Terlapor III untuk mengikuti tender yang

dilaksanakan Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara selama 2 (dua)

tahun terhitung sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;

10. Putusan Perkara No. 19/KPPU-L/2007 Penguasaan Pasar dan

Persekongkolan yang Dilakukan oleh EMI Music South East Asia, EMI

Indonesia, Arnel Affandy, S.H, Dewa 19, dan Iwan Sastrawijaya

Perkara ini adalah perkara persaingan usaha yang terkait dengan pembayaran ganti

rugi serta persekongkolan dalam hal rahasia perusahaan. Dugaan pelanggaran

tersebut dilakukan oleh EMI Music South East Asia (Terlapor I), PT EMI Indonesia

(Terlapor II), Arnel Affandy, S.H (Terlapor III), Dewa 19 (Terlapor IV), dan Iwan

Sastrawijaya (Terlapor V). Berdasarkan hukum maka jika pelaku usaha yang

bersangkutan mengajukan ganti rugi, maka identitas Pelapor dalam perkara ini tidak

dirahasiakan oleh Majelis Komisi. Identitas pelapor, yaitu PT Aquarius Musikindo

diperlukan sebagai keterangan yang cukup jelas kepada siapa para Terlapor akan

membayar ganti rugi.

Terkait dengan perkara ini maka PT. Aquarius Musikindo melaporkan terjadinya

dugaan pelanggaran Pasal 23 UU No. 5/1999 yang dilakukan oleh adalah EMI Music

South East Asia, PT EMI Indonesia, Arnel Affandi, SH, dan Dewa 19. Selanjutnya,

sejalan dengan proses pemeriksaan maka dari hasil pemeriksaan lanjutan

direkomendasikan untuk menjadikan Iwan Sastrawijaya sebagai Terlapor V.

Alasannya adalah karena Tim Pemeriksa menemukan bukti awal yang cukup

mengenai keterlibatan Iwan Sastrawijaya dalam perkara ini.

Inti dari perkara ini adalah terjadinya perpindahan Dewa 19 dari PT Aquarius

Musikindo ke EMI Music South East Asia yang melibatkan PT EMI Indonesia, Arnel

Page 91: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 91

Affandi, SH (yang menjabat sebagai General Manager ASIRI pada saat itu), dan

Iwan Sastrawijaya yang mengakibatkan kerugian PT Aquarius Musikindo sebesar Rp

4,2 milyar lebih, walaupun KPPU memiliki perhitungan tersendiri kerugian PT

Aquarius Musikindo.

Pada pemeriksaan lanjutan, Tim Pemeriksa telah memeriksa sejumlah saksi dan ahli

yang juga berprofesi sebagai pengamat musik untuk mendapatkan keterangan yang

tepat. Selanjutnya, dalam Pemeriksaan Lanjutan Tim Pemeriksa menemukan bukti

yang cukup terjadinya pelanggaran Pasal 23 UU No.5/1999 yang dilakukan oleh para

Terlapor.

Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan (LHPL) dan tanggapan/pembelaan

dari para Terlapor tersebut, Majelis Komisi melakukan musyawarah dan memutuskan

perkara ini dalam amar sebagai berikut:

1. Menyatakan EMI Music South East Asia (Terlapor I), PT EMI Indonesia

(Terlapor II), Arnel Affandi, S.H. (Terlapor III), Dewa 19 (Terlapor IV) dan

Iwan Sastra Wijaya (Terlapor V) secara sah dan meyakinkan terbukti

melanggar ketentuan Pasal 23 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Memerintahkan Arnel Affandi, S.H. (Terlapor III), Dewa 19 (Terlapor IV) dan

Iwan Sastrawijaya (Terlapor V) untuk tidak lagi melakukan persekongkolan

dalam bentuk pembocoran informasi rahasia perusahaan yang dapat

mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat;

3. Menetapkan EMI Music South East Asia (Terlapor I) dan PT EMI Indonesia

(Terlapor II) untuk membayar ganti rugi kepada PT Aquarius Musikindo

sebesar Rp 3.814.749.520,- (tiga milyar delapan ratus empat belas juta tujuh

ratus empat puluh sembilan ribu lima ratus dua puluh rupiah);

4. Menghukum EMI Music South East Asia (Terlapor I) dan PT EMI Indonesia

(Terlapor II) untuk membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu

milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran

pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen

Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan

Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755

(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).

Page 92: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 92

Perilaku persaingan tidak sehat yang dilakukan oleh perusahaan industri rekaman

sebagaimana tersebut di atas, merupakan tindakan pelanggaran UU No.5/1999.

KPPU selaku lembaga pengawas UU No.5/1999 mempunyai wewenang untuk

mengawasi terjadinya persaingan usaha tidak sehat dan bertujuan menjamin

kepastian hukum agar perilaku serupa tidak terjadi baik dalam industri rekaman

maupun sektor industri lainnya.

11. Putusan Perkara No. 20/KPPU-L/2007 Pengadaan Alat Kesehatan RSUD

Brebes Tahun Anggaran 2006

Perkara ini muncul setelah KPPU menerima laporan tentang adanya dugaan

pelanggaran terhadap UU No. 5/1999 berkaitan dengan Tender Pengadaan Alat

Kesehatan RSUD Brebes Tahun Anggaran 2006. Pelanggaran terhadap UU

No.5/1999 tersebut dilakukan oleh :

1. dr. Sudjai Sosrodjojo, Pejabat Pembuat Komitmen Lelang Pengadaan Alat

Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Brebes (Terlapor I)

2. Bambang Murahiyanto, Edy Kusmartono, Ziza Tritura Ananda, Moh. Slamet

Fajari merupakan Sekretaris dan Anggota Panitia Lelang Pengadaan Alat

Kesehatan Kabupaten Brebes Sumber Dana Belanja Daerah Kabupaten

Brebes Tahun Anggaran 2006 (Terlapor II)

3. PT. Candi Prambanan (Terlapor III)

4. CV. Usaha Lima Saudara (Terlapor IV)

5. PT. Samudra Citra Persada (Terlapor V)

6. PT. Pamiko Cipta Husada (Terlapor VI)

7. PT. Graha Ismaya (Terlapor VII)

Berdasarkan hasil rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa

dan pembelaan dari para Terlapor, Majelis Komisi menilai dan menyimpulkan

terdapat gabungan persekongkolan horizontal dan vertikal antara sesama peserta

tender dengan pihak lain, dalam bentuk sebagai berikut:

Page 93: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 93

1. Persekongkolan Vertikal yang dilakukan Terlapor I dr. Sudjai Sosrodjojo dan

Terlapor II yaitu Bambang Murahiyanto, Drs. Edy Kusmartono, Ziza Tritura

Ananda, S.H., Kn dan Moh. Slamet Fajari, Amd., untuk mengatur dan atau

menentukan Terlapor III sebagai pemenang tender.

2. Persekongkolan Horizontal yang dilakukan oleh Terlapor III dengan Terlapor

IV, Terlapor V, Terlapor VI, dan Terlapor VII, berupa kerjasama penyusunan

dokumen penawaran untuk memenangkan Terlapor III:

Bahwa sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e Undang-

undang No. 5 Tahun 1999, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk

memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dan Pihak Terkait, sebagai

berikut:

1. Memberikan saran kepada Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Brebes untuk

memberikan sanksi kepada Bambang Murahiyanto dan Moh. Slamet Fajari,

Amd. San karena menyalahgunakan jabatannya sebagai Panitia Pengadaan

Alat Kesehatan Kabupaten Brebes Sumber Dana Belanja Daerah Kabupaten

Brebes Tahun Anggaran 2006 yang mengatur agar Terlapor III ditetapkan

sebagai pemenang tender.

2. Memberikan saran kepada Bupati Brebes untuk memberikan sanksi kepada

Drs. Edy Kusmartono dan Ziza Tritura Ananda, S.H., Kn karena

menyalahgunakan jabatannya dalam menjalankan tugasnya sebagai Panitia

Pengadaan Alat Kesehatan Kabupaten Brebes Sumber Dana Belanja Daerah

Kabupaten Brebes Tahun Anggaran 2006 yang mengatur agar Terlapor III

ditetapkan sebagai pemenang tender.

3. Memberikan saran kepada Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Brebes untuk

lebih memperhatikan kompetensi panitia pengadaan barang dan/atau jasa

dalam melaksanakan kegiatan pengadaan di lingkungan Rumah Sakit Umum

Daerah Brebes.

Sebelum memutuskan, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Bahwa selama proses pemeriksaan yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa

Lanjutan, Terlapor II tidak pernah menghadiri pemeriksaan Lanjutan.

Page 94: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 94

2. Bahwa Majelis Komisi menilai ketidakhadiran Terlapor II selama proses

Pemeriksaan Lanjutan telah menghambat proses pemeriksaan.

Berdasarkan alat bukti, fakta, serta hasil penilaian, dan mengingat Pasal 43 Ayat (3)

dan pasal 47 UU No. 5 /1999, maka Majelis Komisi memutuskan:

1. Menyatakan Terlapor II secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2. Menyatakan Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, dan Terlapor VII

secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat;

3. Menghukum Terlapor III membayar ganti rugi sebesar Rp. 100.000.000,-

(seratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran

Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen

Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan

Usaha melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan

Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

4. Menghukum Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI membayar ganti rugi masing-

masing sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) yang harus

disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di

Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal

Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah

dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang

Persaingan Usaha);

5. Menghukum Terlapor VII membayar ganti rugi sebesar Rp. 250.000.000,- (dua

ratus lima puluh juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai

Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha,

Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas

Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755

(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

Page 95: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 95

12. Putusan Perkara No. 21/KPPU-L/2007 Tender Pengadaan Pipa Polyvinyl

Chloride (PVC) dan High Density Polyethylene (HDPE) oleh Panitia

Pengadaan Barang/Jasa Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT)

Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Propinsi Kepulauan Riau

Tahun Anggaran 2007

Perkara ini muncul setelah KPPU menerima laporan tentang adanya dugaan

pelanggaran terhadap UU No. 5/1999 berkaitan dengan Tender Pengadaan Pipa PVC

oleh Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan, dan Energi Provinsi Kepulauan Riau.

Pelanggaran terhadap UU No.5/1999 tersebut dilakukan oleh:

1. PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi sebagai Terlapor I.

2. PT Harapan Widyatama Pertiwi sebagai Terlapor II.

3. Panitia Pengadaan Barang/Jasa SNVT Pengembangan Kinerja Pengelolaan

Air Minum Propinsi Kepulauan Riau Tahun Anggaran 2007 sebagai Terlapor

III.

Dalam perkara ini, Majelis Komisi perlu untuk menilai perilaku peserta tender

terutama dalam hal persekongkolan horizontal, sedangkan untuk Panitia Tender

Majelis Komisi perlu menilai apakah pelaksanaan tender telah dilakukan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku dan tidak mengarah pada peserta tender tertentu

(indikasi persekongkolan vertikal).

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa,

Majelis Komisi menilai bahwa:

1. Tindakan Panitia Tender yang meluluskan PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi

meskipun tidak melampirkan Jadwal Pelaksanaan Pabrikan adalah bentuk

tindakan memfasilitasi PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi sebagai pemenang

tender;

2. Tindakan Panitia Tender yang menerima tambahan dokumen dari PT Alfatama

Sari Albaqi adalah tindakan post bidding yang bertujuan untuk memfasilitasi PT

Alfatama Sari Albaqi menjadi pemenang tender;

Page 96: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 96

3. Kesalahan Panitia Tender dalam melaksanakan proses klarifikasi/kualifikasi dan

verifikasi telah menguntungkan PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi yang

penawarannya lebih tinggi dari PT Harapan Widyatama Pertiwi, PT Tirta

Masindo Nusantara dan PT Karya Bintan, karena dengan gugurnya ketiga

perusahaan tersebut mengakibatkan PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi menjadi

satu-satunya peserta tender yang lulus dan akhirnya dinyatakan sebagai calon

pemenang;

4. Panitia Tender telah melakukan kesalahan karena menerapkan evaluasi dengan

persyaratan yang tidak dicantumkan dalam RKS dan Dokumen Addenda yang

mengakibatkan gugurnya peserta tender;

5. Dengan evaluasi sistem gugur, peserta tender yang tidak memenuhi

persyaratan administrasi dan teknik harus digugurkan sehingga tidak perlu

dievaluasi pada tahap selanjutnya sehingga menilai Panitia Tender telah salah

dalam melakukan evaluasi sistem gugur pada proses tender;

6. Perbedaan tanggal Surat Undangan Klarifikasi yang diterima oleh

Tim Pemeriksa dari Saksi dengan dari Panitia Tender menunjukkan kesalahan

fatal Panitia Tender dalam menjalankan administrasi pelaksanaan tender;

7. Panitia Tender telah melakukan kesalahan karena tidak menjalankan

kewajibannya untuk menyusun HPS sesuai dengan harga pasar;

8. Kesamaan beberapa dokumen dalam Dokumen Penawaran PT Alfatama

Anugrah Sari Albaqi dengan PT Harapan Widyatama Pertiwi bukan dalam

rangka mengatur dan atau menentukan PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi

sebagai pemenang tender dan tidak ditemukan bukti yang cukup adanya

kerjasama antara PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi dengan PT Harapan

Widyatama Pertiwi dalam rangka mengatur dan atau menentukan pemenang

tender.

Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai

berikut:

1. Panitia Tender telah melakukan kesalahan dalam proses tender yang

mengakibatkan gugurnya beberapa peserta tender yang nilai penawarannya

lebih rendah dari PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi.

Page 97: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 97

2. Panitia Tender melakukan kesalahan karena tidak melakukan survey harga

pasar untuk mendapatkan harga yang wajar dalam menyusun HPS

mengakibatkan tingginya nilai HPS yang dijadikan acuan oleh para peserta

tender dalam menyusun harga penawaran.

3. Kesalahan yang dilakukan oleh Panitia Tender berpotensi merugikan negara

kurang lebih sebesar Rp 505.000.000,00 (lima ratus lima juta rupiah) yang

merupakan selisih antara penawaran PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi sebesar

Rp 1.956.664.600,- (satu milyar sembilan ratus lima puluh enam juta enam

ratus enam puluh empat ribu enam ratus rupiah) dengan penawaran PT Bunga

Ayu Pertiwi yang merupakan penawar terendah sebesar Rp 1.451.476.000,-

(satu milyar empat ratus lima puluh satu juta empat ratus tujuh puluh enam

ribu rupiah.

Atas kesalahan yang dilakukan oleh Panitia Tender sebagaimana diuraikan pada

angka 1 sampai 3 di atas, Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan

kepada Komisi (sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35

huruf e Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999) meminta kepada atasan langsung

dan/atau pejabat yang berwenang agar menjatuhkan sanksi administratif kepada

Panitia Tender sesuai dengan peraturan dan atau ketentuan yang berlaku.

Berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) dan

Pasal 47 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang telah diuraikan di atas, maka

Majelis Komisi memutuskan:

1. Menyatakan PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi (Terlapor I) dan Panitia Tender

(Terlapor III) terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-

undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2. Menyatakan PT Harapan Widyatama Pertiwi (Terlapor II) tidak terbukti

melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

3. Menghukum PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi (Terlapor I) membayar denda

sebesar Rp 505.000.000,00 (lima ratus lima juta rupiah) yang harus disetorkan

Page 98: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 98

ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang

Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja

Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode

penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan

Usaha).

13. Putusan Perkara No. 22/KPPU-L/2007 Dugaan Monopoli Jasa Kargo di

Bandara Hasanuddin Makassar - Sulawesi Selatan

Perkara ini muncul setelah KPPU menerima laporan tentang adanya dugaan

pelanggaran terhadap UU No. 5/1999 berkaitan dengan monopoli jasa kargo di

Bandara Hasanuddin Makassar-Sulawesi Selatan. Pelanggaran terhadap UU

No.5/1999 tersebut dilakukan oleh PT Angkasa Pura I (Persero) (selanjutnya disebut

“PT AP I”).

Pemeriksaan Pendahuluan telah dilakukan pada tanggal 25 September 2007 – 5

November 2007, dilanjutkan Pemeriksaan Lanjutan sampai dengan 20 Februari

2008. Dalam proses pemeriksaan, ditemukan fakta bahwa PT AP I memiliki

kewenangan untuk memonopoli pengelolaan jasa pelayanan kargo di setiap bandara

di bawah naungan PT AP I. Selanjutnya, PT AP I membentuk Strategic Unit Business

(SBU) yaitu Speed and Secure (SSC) Warehousing untuk mengelola jasa pelayanan

kargo di Bandara Hasanuddin, Makassar Sulawesi Selatan. SBU didirikan PT AP I

dengan tujuan menambah sumber pendapatan PT AP I.

Fakta lain yang ditemukan dalam proses pemeriksaan adalah seluruh pengguna jasa

SSC Warehousing tidak puas akan pelayanan dan keamanan yang diberikan oleh

SSC Warehousing. Para EMPU (Ekspedisi Muatan Pesawat Udara) dan PT POS

Indonesia juga diwajibkan membayar jasa pelayanan SSC Warehousing, namun baik

EMPU dan PT POS Indonesia tidak mendapatkan nilai tambah (value added) dari

pelayanan SSC Warehousing.

Ditemukan pula fakta bahwa SSC Warehousing pada tahun 2005 hingga tahun 2007

membukukan tingkat keuntungan yang tinggi dan pada tahun 2007 memiliki Return

on Investment (ROI) dan Return On Equity (ROE) yang sangat besar, namun

Page 99: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 99

pendapatan yang begitu besar tidak sebanding dengan mutu pelayanan dan jaminan

keamanan yang diberikan oleh pihak SSC Warehousing.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang disampaikan Tim Pemeriksa, Majelis Komisi

menilai sebagai berikut:

1. Bahwa dengan peraturan perundangan yang ada, PT AP I berhak untuk

memonopoli jasa pelayanan kargo di Bandara Hasanuddin Makassar Sulawesi

Selatan.

2. Bahwa PT AP I melalui SSC Warehousing berkaitan dengan pelayanan kargo di

Bandara Hasanuddin Makassar tidak memberikan pelayanan dan keamanan yang

sesuai dengan tarif yang dikenakan kepada pengguna jasa dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

3. Bahwa PT AP I melalui SSC Warehousing menikmati tingkat keuntungan yang

tinggi namun tidak diimbangi dengan pelayanan yang baik sehingga SSC

Warehousing tidak memberikan nilai tambah kepada pengguna jasanya.

4. Bahwa beroperasinya SSC Warehousing hanyalah salah satu strategi PT AP I

untuk menambah keuntungan perseroan, namun mengabaikan pelayanan dan

tanggung jawab keamanan dan keselamatan penerbangan sebagaimana

diwajibkan dalam peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan tugas yang dimiliki, KPPU melalui Majelis Komisi memberikan saran dan

pertimbangan sebagai berikut, yaitu:

1. Administrator Bandara Hasanuddin lebih meningkatkan pengawasan di Bandara

Hasanuddin umumnya dan khususnya di wilayah terminal kargo sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

2. Bahwa perlu adanya koordinasi antara Departemen Perhubungan dan

Kementrian BUMN mengenai pelayanan kebandarudaraan dan kewajiban PT AP I

dalam mencari keuntungan.

Bahwa berdasarkan fakta-fakta dan penilaian diatas, Majelis Komisi memutuskan :

1. Menyatakan PT AP I secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 17 Ayat 1

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

2. Menyatakan PT AP I secara sah dan meyakinkan tidak melanggar Pasal 19

huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

Page 100: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 100

3. Menyatakan PT AP I secara sah dan meyakinkan tidak melanggar Pasal 25

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

4. Memerintahkan PT AP I untuk meningkatkan pelayanan dan keamanan dalam

jasa pelayanan kargo di Bandara Hasanuddin Makassar selambat-lambatnya

1 (satu) bulan semenjak keputusan ini memiliki kekuatan hukum tetap.

5. Memerintahkan PT AP I untuk menghitung ulang kembali tarif jasa pelayanan

kargo sesuai dengan harga tingkat keuntungan yang wajar.

6. Memerintahkan PT AP I membayar denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu

milyar rupiah) yang disetor Kas Negara sebagai setoran pendapatan dengan

pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Perdagangan

Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui

Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda

Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).

14. Putusan Perkara No. 23/KPPU-L/2007 Dugaan Persekongkolan dalam

Pembangunan Kembali Pasar Melawai Blok M

Perkara ini muncul setelah KPPU menerima laporan tentang adanya dugaan

pelanggaran terhadap UU No. 5/1999 berkaitan dengan persekongkolan dalam

pembangunan kembali pasar Melawai Blok M. Pelanggaran terhadap UU No.5/1999

tersebut dilakukan oleh :

1. Perusahaan Daerah Pasar Jaya (PD. Pasar Jaya) sebagai Terlapor I.

2. PT. Melawai Jaya Realty sebagai Terlapor II.

3. PT. Wijaya Wisesa sebagai Terlapor III.

4. PT. Cipta Gemilang Sejahtera sebagai Terlapor IV.

5. PT. Santika Tirtautama sebagai Terlapor V.

Terlapor III, Terlapor IV, dan Terlapor V menjadi peserta tender pemilihan calon

developer Pembangunan/ Peremajaan Pasar Melawai Blok M Perusahaan Daerah

Pasar Jaya tahun 2005. Untuk itu Majelis Komisi perlu untuk menilai perilaku para

pelaku usaha (Terlapor III, Terlapor IV, dan Terlapor V) dan peranan Terlapor I dan

Terlapor II dalam persekongkolan tersebut.

Page 101: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 101

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa,

Majelis Komisi menilai bahwa:

1. Terlapor I telah melakukan kelalaian dan kesalahan prosedur dengan tetap

memilih Terlapor III sebagai calon developer untuk Pembangunan Pasar

Melawai Blok M meskipun Terlapor III tidak menyerahkan garansi bank;

2. Majelis Komisi sependapat dengan Tim Pemeriksa yang tidak menemukan

bukti adanya persekongkolan horizontal diantara para calon developer.

Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai

berikut:

1. Bahwa Majelis Komisi berpendapat aturan atau mekanisme pemilihan calon

investor atau pihak ketiga untuk bekerjasama dengan PD Pasar Jaya adalah SK

Gubernur DKI No. 39 Tahun 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan Kerjasama

Perusahaan Daerah Provinsi DKI Jakarta dengan Pihak Ketiga;

2. Bahwa Majelis Komisi berpendapat SK Gubernur DKI No. 39 Tahun 2002 tidak

memberi ruang bagi persaingan usaha yang sehat kepada PD Pasar Jaya dalam

memilih calon investor atau pihak ketiga;

3. Bahwa Majelis Komisi berpendapat pada tahun 2007, Pemerintah telah

menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah yang dalam Pasal 38 ayat 1

huruf b menyebutkan “kerjasama pemanfaatan barang milik daerah dilaksanakan

dengan ketentuan sebagai berikut: (b) mitra kerjasama pemanfaatan ditetapkan

melalui tender/lelang dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5(lima)

peserta/peminat, kecuali untuk kegiatan yang bersifat khusus dapat dilakukan

penunjukan langsung”;

4. Majelis Komisi berpendapat, SK Gubernur DKI No. 39 Tahun 2002 harus dicabut

dan disesuaikan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007

tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah sehingga pemilihan

calon investor atau pihak ketiga yang akan melakukan kerjasama dengan PD

Pasar Jaya dilakukan melalui proses tender/lelang;

Sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e Undang-

undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya

merekomendasikan kepada Komisi hal-hal sebagai berikut:

Page 102: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 102

Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk meminta kepada

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan DPRD DKI Jakarta untuk mencabut SK

Gubernur DKI No. 39 Tahun 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan Kerjasama

Perusahaan Daerah Provinsi DKI Jakarta dengan Pihak Ketiga dan menerbitkan

peraturan baru sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun

2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Berdasarkan alat bukti yang telah diuraikan di atas, maka Majelis Komisi

memutuskan :

Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV dan Terlapor V tidak

terbukti melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

15. Putusan Perkara No. 24/KPPU-L/2007 Tender Kegiatan Peningkatan

Jalan di Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Banyuasin Sumber

Dana APBD 2006-2008

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melalui Majelis Komisi yang terdiri dari

H. Yoyo Arifardhani, SH, MM, LLM (Ketua), Prof. Dr. Ir. H. Ahmad Ramadhan

Siregar, MSc dan Ir. H. Mohammad Iqbal, masing-masing sebagai Anggota, telah

selesai melakukan pemeriksaan dan penyelidikan terhadap Perkara No. 24/KPPU-

L/2007 tentang dugaan pelanggaran Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 yang dilakukan

oleh Panitia Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan Kegiatan Tahun Jamak di

Lingkungan Dinas PU Bina Marga Kabupaten Banyuasin Sumber Dana APBD 2006-

2008 (Terlapor I), PT Chandratex Indo Artha (Terlapor II), PT Anugrah Artha Abadi

Nusa (Terlapor III) dan Kepala Dinas PU Bina Marga Kabupaten Banyuasin, Ir.

Firmansyah M.Sc. (Terlapor IV). Hasilnya, Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III

terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang No. 5

Tahun 1999, dan Terlapor II dikenakan denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu

milyar rupiah), Terlapor III dikenakan denda sebesar Rp 1.200.000.000,- (satu

milyar dua ratus juta rupiah).

Setelah Tim Pemeriksa melakukan serangkaian pemeriksaan maka Majelis Komisi

menilai bahwa:

Page 103: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 103

1. Alasan mengugurkan PT Amen Mulia karena tidak dicantumkannya tanggal

dan tempat pelaksanaan aanwijzing pada Surat Jaminan Penawaran PT Amen

Mulia tidak substansial karena Surat Jaminan Penawaran PT Amen Mulia

yang dikeluarkan oleh PT Asuransi Parolamas adalah sah dan dapat diklaim

bila terjadi wanprestasi dari PT Amen Mulia.

2. Alasan Terlapor I mengugurkan PT Amen Mulia dengan menyatakan PT

Amen Mulia akan gugur dalam evaluasi teknis meskipun lulus dalam evaluasi

adminitratif adalah bentuk tindakan yang tidak relevan, karena PT Amen

Mulia sudah dinyatakan tidak lulus dalam evaluasi administrasi sehingga

Terlapor I terbukti mencari-cari kesalahan untuk menggugurkan PT Amen

Mulia.

3. Terlapor I lalai dalam meneliti dokumen personel inti Terlapor II dan Terlapor

III.

4. Tindakan Terlapor I untuk menggugurkan PT Amen Mulia dan lalai dalam

meneliti adanya kesalahan pada dokumen personil inti Terlapor II dan

Terlapor III menunjukkan bahwa Terlapor I terlibat dalam persekongkolan

vertikal untuk memenangkan Terlapor II dan Terlapor III.

5. Majelis Komisi sependapat dengan hasil Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan

(LHPL) yang menyatakan tidak ditemukan bukti yang cukup keterlibatan

Terlapor IV dalam persekongkolan tender untuk memenangkan Terlapor II

dan Terlapor III.

6. Berdasarkan bukti Bukti Acara Pemeriksaan (BAP) Terlapor II, Terlapor II

mengakui penggunaan fasilitas kantornya oleh Terlapor III.

7. Berdasarkan bukti BAP Terlapor III, Terlapor III mengakui meminta bantuan

karyawan Terlapor II dalam penyusunan dokumen penawaran tender, hal ini

diperkuat adanya bukti dokumen penawaran tender Terlapor II dan Terlapor

III tentang Daftar Personalia Inti yang sama, dan personil yang sama dalam

mendaftarkan perusahaan Terlapor II dan Terlapor III dalam Daftar Hadir

Pendaftaran Pasca Kualifikasi dan Daftar Hadir Pembukaan Dokumen

Penawaran Tender.

Page 104: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 104

8. Hubungan kekeluargaan antara Direktur Terlapor II dan Terlapor III

sebagaimana dicantumkan pada LHPL tidak menjadi pertimbangan untuk

menunjukkan ada atau tidak adanya persekongkolan.

9. Tidak lulusnya Terlapor II pada Tender Peningkatan Jalan Pangkalan Balai -

Pangumbuk karena jadwal pelaksanaan pekerjaan tidak memenuhi syarat

dan tidak lulusnya Terlapor III pada Tender Peningkatan Sp. Rambutan -

Mendal Mendil karena alasan yang sama menunjukkan adanya pengaturan

antara Terlapor II dan Terlapor III dalam bentuk persaingan semu.

10. Adanya peminjaman kantor Terlapor II oleh Terlapor III, adanya kesamaan

daftar personil inti antara Terlapor II dan Terlapor III, adanya personil yang

sama dalam menyusun dokumen penawaran tender serta adanya personil

yang sama dalam mengahidiri proses tender membuktikan adanya kerjasama

antar Terlapor II dan Terlapor III dalam mengikuti tender.

11. Terlapor II dan Terlapor III telah melakukan persekongkolan horizontal untuk

memenangkan kedua paket tender.

Berdasarkan tugas yang dimiliki, KPPU melalui Majelis Komisi memberikan saran dan

pertimbangan sebagai berikut, yaitu:

1. Kepada Atasan Terlapor I untuk memberikan sanksi administratif kepada

Terlapor I atas kelalaian dan keterlibatan dalam persekongkolan tender.

2. Kepada Bupati Banyuasin untuk memperhatikan prinsip-prinsip persaingan

usaha yang sehat dalam pelaksanaan pengadaan barang dan atau jasa di

lingkungan Kabupaten Banyuasin.

Akhirnya, berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43

ayat (3) dan Pasal 47 UU No. 5/1999 yang telah diuraikan di atas, maka Majelis

Komisi memutuskan :

1. Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III terbukti secara sah dan meyakinkan

melanggar Pasal 22 Undang-undang No. 5 Tahun 1999.

2. Menyatakan bahwa Terlapor IV tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-

undang No. 5 Tahun 1999.

3. Terlapor II membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)

yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai sebagai Setoran Pendapatan

Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan

Page 105: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 105

Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui

bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda

Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).

4. Terlapor III membayar denda sebesar Rp 1.200.000.000,- (satu milyar dua

ratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai sebagai

Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha,

Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi

Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode

penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan

Usaha).

16. Putusan Perkara No. 26/KPPU-L/2007 Kartel SMS

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan

dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 26/KPPU-L/2007 yaitu dugaan

pelanggaran terhadap Pasal 5 UU No. 5/1999. Dugaan pelanggaran tersebut adalah

penetapan harga SMS off-net (short message service antar operator) yang dilakukan

oleh para operator penyelenggara jasa telekomunikasi pada periode 2004 sampai

dengan 1 April 2008.

Perkara ini muncul setelah KPPU menerima laporan tentang adanya dugaan

pelanggaran terhadap UU No. 5/1999 berkaitan dengan penetapan harga SMS off-

net. Pelanggaran tersebut dilakukan oleh PT Excelkomindo Pratama, Tbk (Terlapor

I), PT Telekomunikasi Selular (Terlapor II), PT Indosat, Tbk (Terlapor III), PT

Telkom, Tbk (Terlapor IV), PT Huchison CP Telecommunication (Terlapor V), PT

Bakrie Telecom (Terlapor VI), PT Mobile-8 Telecom (Terlapor VII), Tbk, PT Smart

Telecom (Terlapor VIII), dan PT Natrindo Telepon Seluler (Terlapor IX).

Melalui proses pemeriksaan yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa KPPU, diperoleh

fakta-fakta antara lain:

1. Pada periode 1994 – 2004 hanya terdapat tiga operator telekomunikasi

seluler di Indonesia dan berlaku satu tarif SMS sebesar Rp 350,-. Namun

demikian tidak ditemukan adanya kartel diantara operator pada saat itu

karena tarif yang terbentuk terjadi karena struktur pasar yang oligopoli.

Page 106: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 106

2. Pada periode 2004 – 2007 industri telekomunikasi seluler ditandai dengan

masuknya beberapa operator baru dan mewarnai situasi persaingan harga.

Namun demikian harga SMS yang berlaku untuk layanan SMS off-net hanya

berkisar pada Rp 250-350,-. Pada periode ini Tim Pemeriksa menemukan

beberapa klausula penetapan harga SMS yang tidak boleh lebih rendah dari

Rp 250,- dimasukkan ke dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS) Interkoneksi

antara operator sebagaimana dalam Matrix Klausula.

3. Pada bulan Juni 2007, berdasarkan hasil pertemuan BRTI (Badan Regulasi

Telekomunikasi Indonesia) dengan Asosiasi Telepon Seluler Indonesia

(ATSI), ATSI mengeluarkan surat untuk meminta kepada seluruh anggotanya

untuk membatalkan kesepakatan harga SMS yang kemudian ditindaklanjuti

oleh para operator. Namun demikian Tim Pemeriksa melihat tidak terdapat

perubahan harga SMS off-net yang signifikan di pasar.

4. Pada periode 2007 sampai sekarang, dengan harga yang tidak berubah Tim

Pemeriksa menilai kartel harga SMS masih efektif terjadi sampai dengan April

2008 ketika terjadi penurunan tarif dasar SMS off-net di pasar.

Matrix Klausula Penetapan Tarif SMS dalam PKS Interkoneksi

Operator XL Telkomsel Indosat Telkom Hutchison Bakrie Mobile-8 Smart NTS STI

XL - - √

(2005)

(2004)

(2003)

(2006)

(200

1)

-

Telkomsel - - √

(2002)

- √

(2004)

- √

(2007)

(200

1)

-

Indosat - - - - - - - - -

Telkom - √

(2002)

- - - - - - -

Hutchison √

(2005)

- - - - - - - -

Bakrie √ √ - - - - - - -

Page 107: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 107

Berdasarkan fakta-fakta hasil pemeriksaan tersebut Majelis Komisi kemudian melihat

terdapat kerugian konsumen yang dihitung berdasarkan selisih penerimaan harga

kartel dengan penerimaan harga kompetitif SMS off-net setidak-tidaknya sebesar Rp

2.827.700.000.000,- dengan perincian masing-masing operator sebagai berikut:

Tabel 3. Perhitungan Kerugian Konsumen

Berdasarkan Proporsi Pangsa Pasar Operator Pelaku (dalam Milyar Rupiah)

Tahun Telkomsel XL M-8 Telkom Bakrie SMART Total

2004 311,8 53,4 2,6 12,2 5,8 385,8

2005 446,3 62,4 10,2 30,6 7,8 557,4

2006 615,5 93,7 15,9 59,3 17,5 801,9

2007 819,4 136,4 23,6 71,2 31,8 0,1 1.082,5

Total 2.193,1 346,0 52,3 173,3 62,9 0,1 2.827,7

Namun demikian Majelis Komisi tidak pada posisi berwenang untuk menjatuhkan

sanksi ganti rugi untuk konsumen. Majelis Komisi kemudian memperhitungkan hal-

hal yang memberatkan dan meringankan dari masing-masing operator yang

melakukan kartel harga SMS off-net dalam menjatuhkan besaran denda. Denda yang

dijatuhkan bervariasi dari maksimal Rp 25 milyar sampai dengan Smart yang

berdasarkan pertimbangan Majelis Komisi tidak layak untuk dikenakan denda.

Dengan tidak adanya regulasi khusus mengenai SMS mengakibatkan operator

mengambil tindakan untuk mengatur keseimbangan traffic (lalu lintas) SMS antar

(2004) (2004)

Mobile-8 √

(2003)

- - - - - - - -

Smart √

(2006)

(2007)

- - - - - - -

NTS √

(2001)

(2001)

- - - - - - -

STI - - - - - - - - -

Page 108: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 108

operator melalui instrumen harga sehingga menimbulkan kerugian bagi konsumen,

maka Majelis Komisi merekomendasikan kepada KPPU untuk memberikan saran dan

pertimbangan kepada Pemerintah dan pihak terkait untuk segera menyusun

peraturan mengenai interkoneksi SMS yang tidak merugikan konsumen.

Bahwa berdasarkan fakta-fakta dan keseluruhan penilaian di atas, Majelis Komisi

memutuskan:

1. Menyatakan bahwa Terlapor I: PT Excelkomindo Pratama, Tbk., Terlapor II: PT

Telekomunikasi Selular, Terlapor IV: PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.,

Terlapor VI: PT Bakrie Telecom, Terlapor VII: PT Mobile-8 Telecom, Tbk.,

Terlapor VIII: PT Smart Telecom terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar

Pasal 5 UU No 5 / 1999;

2. Menyatakan bahwa Terlapor III: PT Indosat, Tbk, Terlapor V: PT Hutchison CP

Telecommunication, Terlapor IX: PT Natrindo Telepon Seluler tidak terbukti

melanggar Pasal 5 UU No 5 / 1999;

3. Menghukum Terlapor I: PT Excelkomindo Pratama, Tbk. dan Terlapor II: PT

Telekomunikasi Selular masing-masing membayar denda sebesar Rp

25.000.000.000,00 (dua puluh lima milyar rupiah) yang harus disetor ke Kas

Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan

usaha Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi

Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan

423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

4. Menghukum Terlapor IV: PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. membayar denda

sebesar Rp 18.000.000.000,00 milyar (delapan belas milyar rupiah) yang harus

disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang

persaingan usaha Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja

Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode

penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan

Usaha);

5. Menghukum Terlapor VI: PT Bakrie Telecom, Tbk. membayar denda sebesar Rp

4.000.000.000,00 (empat milyar rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara

sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha

Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas

Page 109: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 109

Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755

(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

6. Menghukum Terlapor VII: PT Mobile-8 Telecom, Tbk. membayar denda sebesar

Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara

sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha

Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas

Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755

(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

17. Putusan Perkara No. 28/KPPU-L/2007 Jasa Pelayanan Taksi di Batam

yang Dilakukan oleh Pelaku Usaha Taksi dan Pengelola Wilayah

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan

dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 28/KPPU-I/2007 yaitu dugaan

pelanggaran terhadap Pasal 5, Pasal 9, Pasal 17, dan Pasal 19 huruf (a) dan (d) UU

No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat (UU No. 5/1999). Dugaan pelanggaran tersebut adalah Persaingan Usaha

Tidak Sehat dalam Jasa Pelayanan Taksi di Batam yang dilakukan oleh Pelaku Usaha

Taksi dan Pengelola Wilayah.

Berdasarkan pemeriksaan, maka pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran

adalah:

1. Koperasi Karyawan Otorita Batam (Terlapor I);

2. Koperasi Pandu Wisata Batam (Terlapor II) ;

3. Koperasi Pengusaha Taksi Domestik Sekupang (KPTDS) (Terlapor III) ;

4. Badan Otorita Batam (Terlapor IV);

5. PT Senimba Bay Resort (Terlapor V);

6. PT Nongsa Terminal Bahari (Terlapor VI);

7. PT Indotri Terminal Batam (Terlapor VII);

8. PT Indodharma Corpora (Terlapor VIII);

9. PT Synergi Tharada (Terlapor IX);

Page 110: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 110

10. PT Citra Tritunas (Terlapor X);

11. Koperasi Harbour Bay (Terlapor XI);

12. Koptiba (Terlapor XII);

13. Koperasi Primkoppol (Terlapor XIII);

14. Koperasi Citra Wahana (Terlapor XIV);

15. Kopti (Terlapor XV);

16. Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi (KBWPT) (Terlapor XVI);

17. PT. Pinki (Terlapor XVII);

18. PT Barelang Taxi (Terlapor XVIII);

19. CV. Barelang Express (Terlapor XIX);

20. Koperasi Primkopad (Terlapor XX);

21. Koperasi Komegoro (Terlapor XXI);

22. Koperasi Pengayoman Pegawai Departemen Kehakiman (KPPDK PN Batam)

(Terlapor XXII);

23. Kopeba (Koperasi Pengemudi Batam) (Terlapor XXIII);

24. Koperasi Metro (Terlapor XXIV);

25. Koperasi Bima (Terlapor XXV);

26. PT. Win Transport Utama (Terlapor XXVI);

27. Koptis (Koperasi Pengemudi Taksi Internasional Sekupang) (Terlapor XXVII);

28. Koperasi Primkopal (Terlapor XXVIII).

Setelah Tim Pemeriksa melakukan serangkaian pemeriksaan, maka Majelis Komisi

menilai:

1. Bahwa terdapat bukti yang cukup terjadinya pembagian wilayah operasional

taksi di Batam yang dilakukan oleh koperasi taksi di masing-masing wilayah,

yaitu di Bandara Hang Nadim, Pelabuhan Internasional Sekupang, Pelabuhan

Harbour Bay, Pelabuhan Batam Center, Pelabuhan Telaga Punggur, Pelabuhan

Domestik Sekupang, Pelabuhan Marina City dan Pelabuhan Nongsa Pura;

2. Bahwa terdapat bukti yang cukup terjadi penetapan tarif taksi di beberapa

wilayah sebagai berikut:

a. Pelabuhan Internasional Sekupang, antara Primkoppol, Primkopad, PT Win

Transport Utama dan Koptis;

Page 111: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 111

b. Pelabuhan Harbour Bay, antara Koperasi Citra Wahana, PT Pinki, CV

Barelang Express, Koperasi Pandu Wisata, PT Barelang Taksi, KBWPT, PT

Win Transport Utama, Koptiba, Kopeba, Koperasi Pengayoman, Kopti,

Koptis;

c. Pelabuhan Batam Center, antara Koptiba, Primkoppol, PT Citra Wahana,

Kopti, Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi, PT Pinki, PT Barelang Taksi,

CV Barelang Express, Primkopad, Koperasi Mega Gotong Royong, Koperasi

Pengayoman dan Kopeba;

d. Pelabuhan Telaga Punggur, antara Primkoppol, Primkopad, Primkopal dan

PT Citra Wahana.

3. Bahwa terdapat bukti yang cukup terjadinya hambatan masuk yang dilakukan

oleh koperasi taksi dan pengelola wilayah di masing-masing wilayah yaitu di

Bandara Hang Nadim, Pelabuhan Internasional Sekupang, Pelabuhan Batam

Center, Pelabuhan Telaga Punggur dan Pelabuhan Domestik Sekupang;

4. Bahwa terdapat bukti yang cukup terjadinya diskriminasi yang dilakukan oleh

pengelola wilayah di Bandara Hang Nadim;

5. Bahwa terdapat bukti awal yang cukup terjadinya praktek monopoli yang

dilakukan oleh:

a. Koperasi Karyawan Otorita Batam di Bandara Hang Nadim;

b. Koperasi Pengusaha Taksi Domestik Sekupang di Pelabuhan Domestik

Sekupang;

c. Koperasi Pandu Wisata di Pelabuhan Marina City.

Selanjutnya, sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e UU

No. 5/1999, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk memberikan

saran dan pertimbangan kepada pemerintah dan pihak terkait, sebagai berikut:

1. Pemerintah Kota Batam wajib melaksanakan Undang-undang Nomor 14

Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan khususnya

Keputusan Walikota Batam Nomor KPTS.228/HK/IX/2001 tentang

Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Umum di Jalan Kota

Batam beserta peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2. Kepolisian Kota Besar (Poltabes) Batam wajib melakukan langkah-langkah

sebagai berikut:

Page 112: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 112

a. Penertiban terhadap mobil pribadi yang difungsikan sebagai angkutan

umum sejenis taksi;

b. Mendukung dan mengamankan pelaksanaan Undang-undang Nomor 14

Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan khususnya

Keputusan Walikota Batam Nomor KPTS.228/HK/IX/2001 tentang

Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Umum di Jalan

Kota Batam beserta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selanjutnya, berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43

ayat (3) dan Pasal 47 UU No. 5/1999 yang telah diuraikan di atas, maka Majelis

Komisi memutuskan :

1. Menyatakan Terlapor XII (Koptiba), Terlapor XIII (Koperasi Primkoppol),

Terlapor XIV (Koperasi Citra Wahana), Terlapor XV (Kopti), Terlapor XVI

(Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi), Terlapor XVII (PT Pinki),

Terlapor XVIII (PT Barelang Taksi), Terlapor XIX (CV Barelang Ekspress),

Terlapor XX (Koperasi Primkopad), Terlapor XXI (Koperasi Komegoro),

Terlapor XXII (Koperasi Pengayoman), Terlapor XXIII (Koperasi

Pengemudi Batam), Terlapor XXVI (PT Win Transport Utama), Terlapor

XXVII (Koperasi Pengemudi Taksi Pelabuhan Internasional Sekupang) dan

Terlapor XXVIII (Koperasi Primkopal) secara sah dan meyakinkan

melanggar Pasal 5 UU No. 5 / 1999;

2. Menyatakan Terlapor I (Koperasi Karyawan Otorita Batam) selaku pelaku

usaha taksi di Bandara Hang Nadim, Terlapor II (Koperasi Pandu Wisata

Batam) selaku pelaku usaha taksi di Pelabuhan Marina City, Terlapor III

(Koperasi Pengusaha Taksi Domestik Sekupang) selaku pelaku usaha

taksi di Pelabuhan Domestik Sekupang dan Terlapor XI (Koperasi Harbour

Bay) selaku pengelola taksi di Pelabuhan Harbour Bay, secara sah dan

meyakinkan tidak melanggar Pasal 5 UU No. 5 / 1999;

3. Menyatakan Terlapor I (Koperasi Karyawan Otorita Batam), Terlapor II

(Koperasi Pandu Wisata Batam), Terlapor III (Koperasi Pengusaha Taksi

Domestik Sekupang), Terlapor XII (Koptiba), Terlapor XIII (Koperasi

Primkoppol), Terlapor XIV (Koperasi Citra Wahana), Terlapor XV (Kopti),

Terlapor XVI (Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi), Terlapor XVII (PT

Pinki), Terlapor XVIII (PT Barelang Taksi), Terlapor XIX (CV Barelang

Page 113: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 113

Ekspress), Terlapor XX (Koperasi Primkopad), Terlapor XXI (Koperasi

Komegoro), Terlapor XXII (Koperasi Pengayoman), Terlapor XXIII

(Koperasi Pengemudi Batam), Terlapor XXVI (PT Win Transport Utama),

Terlapor XXVII (Koperasi Pengemudi Taksi Pelabuhan Internasional

Sekupang) dan Terlapor XXVIII (Koperasi Primkopal) secara sah dan

meyakinkan melanggar Pasal 9 UU No. 5 / 1999;

4. Menyatakan Terlapor I (Koperasi Karyawan Otorita Batam), Terlapor II

(Koperasi Pandu Wisata Batam) dan Terlapor III (Koperasi Pengusaha

Taksi Domestik Sekupang) secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal

17 UU No. 5 / 1999;

5. Menyatakan Terlapor IV (Badan Otorita Batam), Terlapor VII (PT Indotri

Terminal Batam), Terlapor VIII (PT Indodharma Corpora), Terlapor IX

(PT Synergi Tharadha), Terlapor XII (Koptiba), Terlapor XIII (Koperasi

Primkoppol), Terlapor XIV (Koperasi Citra Wahana), Terlapor XV (Kopti),

Terlapor XVI (Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi), Terlapor XVII (PT

Pinki), Terlapor XVIII (PT Barelang Taksi), Terlapor XIX (CV Barelang

Express), Terlapor XX (Koperasi Primkopad), Terlapor XXI (Koperasi

Komegoro), Terlapor XXII (Koperasi Pengayoman), dan Terlapor XXIII

(Koperasi Pengemudi Batam) secara sah dan meyakinkan melanggar

Pasal 19 huruf (a) UU No. 5 / 1999;

6. Menyatakan Terlapor I (Koperasi Karyawan Otorita Batam) selaku pelaku

usaha taksi di Bandara Hang Nadim, Terlapor II (Koperai Pandu Wisata

Batam) selaku pelaku usaha taksi di Pelabuhan Marina City, Terlapor III

(Koperasi Pengusaha Taksi Domestik Sekupang) selaku pelaku usaha

taksi di Pelabuhan Domestik Sekupang, Terlapor V (PT Senimba Bay

Resort) selaku pengelola Pelabuhan Marina City, Terlapor VI (PT Nongsa

Terminal Bahari) selaku pengelola Pelabuhan Nongsa Pura, Terlapor X

(PT Citra Tritunas) selaku pengelola Pelabuhan Harbour Bay, Terlapor XI

(Koperasi Harbour Bay) selaku pelaku usaha taksi di Pelabuhan Harbour

Bay, Terlapor XXVI (PT Win Transport Utama) selaku pelaku usaha taksi

di Pelabuhan Harbour Bay, Terlapor XXVII (Koperasi Pengemudi Taksi

Internasional Sekupang) selaku pelaku usaha taksi di Pelabuhan

Internasional Sekupang, Terlapor XXVIII (Koperasi Primkopal) selaku

Page 114: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 114

pelaku usaha taksi di Pelabuhan Telaga Punggur secara sah dan

meyakinkan tidak melanggar Pasal 19 huruf (a) UU No. 5 / 1999;

7. Menyatakan Terlapor IV (Badan Otorita Batam) secara sah dan

meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf (d) UU No. 5 / 1999;

8. Menyatakan Terlapor V (PT Senimba Bay Resort) selaku pengelola

Pelabuhan Marina City, Terlapor VI (PT Nongsa Terminal Bahari) selaku

pengelola Pelabuhan Nongsa Pura, Terlapor VII (PT Indotri Terminal

Batam) selaku pengelola Pelabuhan Telaga Punggur, Terlapor VIII (PT

Indodharma Corpora) selaku pengelola Pelabuhan Internasional

Sekupang, Terlapor IX (PT Synergi Tharada) selaku pengelola Pelabuhan

Batam Center, Terlapor X (PT Citra Tritunas) selaku pengelola Pelabuhan

Harbour Bay secara sah dan meyakinkan tidak melanggar Pasal 19 huruf

(d) UU No. 5 /1999;

9. Memerintahkan kepada Terlapor XII (Koptiba), Terlapor XIII (Koperasi

Primkoppol), Terlapor XIV (Koperasi Citra Wahana), Terlapor XV (Kopti),

Terlapor XVI (Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi), Terlapor XVII (PT

Pinki), Terlapor XVIII (PT Barelang Taksi), Terlapor XIX (CV Barelang

Ekspress), Terlapor XX (Koperasi Primkopad), Terlapor XXI (Koperasi

Komegoro), Terlapor XXII (Koperasi Pengayoman), Terlapor XXIII

(Koperasi Pengemudi Batam), Terlapor XXVI (PT Win Transport Utama),

Terlapor XXVII (Koperasi Pengemudi Taksi Pelabuhan Internasional

Sekupang) dan Terlapor XXVIII (Koperasi Primkopal) untuk mencabut

tarif taksi yang berlaku dan memberlakukan tarif taksi sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

10. Memerintahkan Terlapor I (Koperasi Karyawan Otorita Batam), Terlapor

II (Koperasi Pandu Wisata Batam), Terlapor III (Koperasi Pengusaha

Taksi Domestik Sekupang), Terlapor XII (Koptiba), Terlapor XIII

(Koperasi Primkoppol), Terlapor XIV (Koperasi Citra Wahana), Terlapor

XV (Kopti), Terlapor XVI (Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi),

Terlapor XVII (PT Pinki), Terlapor XVIII (PT Barelang Taksi), Terlapor XIX

(CV Barelang Ekspress), Terlapor XX (Koperasi Primkopad), Terlapor XXI

(Koperasi Komegoro), Terlapor XXII (Koperasi Pengayoman), Terlapor

XXIII (Koperasi Pengemudi Batam), Terlapor XXVI (PT Win Transport

Page 115: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 115

Utama), Terlapor XXVII (Koperasi Pengemudi Taksi Pelabuhan

Internasional Sekupang) dan Terlapor XXVIII (Koperasi Primkopal) untuk

menghentikan kesepakatan pembagian wilayah operasi taksi di Kota

Batam sejak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;

11. Memerintahkan kepada Terlapor I (Koperasi Karyawan Otorita Batam),

Terlapor II (Koperasi Pandu Wisata Batam) dan Terlapor III (Koperasi

Pengusaha Taksi Domestik Sekupang) untuk menghentikan praktek

monopoli dalam pengelolaan taksi di Bandara Hang Nadim, Pelabuhan

Domestik Sekupang dan Pelabuhan Marina City sejak putusan ini memiliki

kekuatan hukum tetap;

12. Memerintahkan kepada Terlapor IV (Badan Otorita Batam) selaku

pengelola Bandara Hang Nadim dan Pelabuhan Domestik Sekupang,

Terlapor VII (PT Indotri Terminal Batam) selaku pengelola Pelabuhan

Telaga Punggur, Terlapor VIII (PT Indodharma Corpora) selaku pengelola

Pelabuhan Internasional Sekupang untuk membuka kesempatan usaha

taksi bagi pelaku usaha taksi lainnya selambat-lambatnya 6 (enam) bulan

terhitung sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;

13. Menghukum Terlapor IV (Badan Otorita Batam) selaku pengelola Bandara

Hang Nadim dan Pelabuhan Domestik Sekupang, Terlapor VII (PT Indotri

Terminal Batam) selaku pengelola Pelabuhan Telaga Punggur, Terlapor

VIII (PT Indodharma Corpora) selaku pengelola Pelabuhan Internasional

Sekupang untuk membayar denda masing-masing sebesar Rp

1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas

Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang

Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan

Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank pemerintah

dengan kode penerimaan 423755 (pendapatan denda pelanggaran di

bidang persaingan usaha), apabila tidak melaksanakan diktum Putusan

nomor 12 (dua belas) tersebut di atas;

14. Memerintahkan kepada Terlapor XII (Koptiba), Terlapor XIII (Koperasi

Primkoppol), Terlapor XIV (Koperasi Citra Wahana), Terlapor XV (Kopti),

Terlapor XVI (Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi), Terlapor XVII (PT

Pinki), Terlapor XVIII (PT Barelang Taksi), Terlapor XIX (CV Barelang

Page 116: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 116

Express), Terlapor XX (Koperasi Primkopad), Terlapor XXI (Koperasi

Komegoro), Terlapor XXII (Koperasi Pengayoman), dan Terlapor XXIII

(Koperasi Pengemudi Batam) secara bersama-sama dengan Terlapor IX

(PT Synergi Tharada) selaku pengelola Pelabuhan Batam Center untuk

membuka jasa pelayanan taksi bagi pelaku usaha taksi lainnya selambat-

lambatnya 6 (enam) bulan terhitung sejak Putusan ini memiliki kekuatan

hukum tetap;

15. Menghukum Terlapor XII (Koptiba), Terlapor XIII (Koperasi Primkoppol),

Terlapor XIV (Koperasi Citra Wahana), Terlapor XV (Kopti), Terlapor XVI

(Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi), Terlapor XVII (PT Pinki),

Terlapor XVIII (PT Barelang Taksi), Terlapor XIX (CV Barelang Express),

Terlapor XX (Koperasi Primkopad), Terlapor XXI (Koperasi Komegoro),

Terlapor XXII (Koperasi Pengayoman), dan Terlapor XXIII (Koperasi

Pengemudi Batam) secara bersama-sama dengan Terlapor IX (PT Synergi

Tharada) selaku pengelola Pelabuhan Batam Center untuk membayar

denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) secara tanggung

renteng, yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran

Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha,

Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi

Pengawas Persaingan Usaha melalui bank pemerintah dengan kode

penerimaan 423755 (pendapatan denda pelanggaran di bidang

persaingan usaha), apabila tidak melaksanakan diktum Putusan nomor 14

(empat belas) tersebut di atas;

Page 117: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 117

PERKEMBANGAN PENANGANAN LAPORAN

PERIODE JANUARI – JUNI 2007

Tabel Perkembangan Penanganan Laporan

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

1 Pernyataan sikap

atas

Pembangunan

Pasar Modern di

lahan Terminal

Kota Prabumulih

Pelapor menyampaikan pernyataan sikap berkaitan dengan

rencana pembangunan pasar modern (mall) di lahan

Terminal Kota Prabumulih Palembang.

Pelapor menolak pembangunan pasar modern dengan alasan

sebagai berikut:

1. Mall yang akan dibangun berhadapan langsung dengan

pasar tradisional.

2. Pembangunan mall melanggar SK Menperindag No.

420/MPP/Kep/10/1997 tentang pedoman penataan

pembinaan pasar dan pertokoan.

3. Melanggar SK Menperindag No. 261/MPP/Kep/7/1997

tentang pembentukan tim penataan pembinaan pasar

Penelitian

Sekretariat

Bukan

Laporan

LAMPIRAN

2

Page 118: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 118

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

dan pertokoan.

2 Dugaan

persekongkolan

dengan cara

melawan hukum

Pelapor menduga telah terjadi persekongkolan dengan cara

melawan hukum yaitu;

1. Pelapor mempunyai lahan kosong di Kec. Margahayu,

Bandung dan mengajukan permohonan izin mendirikan

SPBU kepada PT Pertamina.

2. Pada saat yang sama, ada pihak lain (Agus Sadikin)

mengajukan permohonan izin mendirikan SPBU dekat

lahan Pelapor.

3. PT Pertamina menolak kedua permohonan tersebut,

tetapi memberi izin kepada Pihak Ketiga diatas lahan

Agus Sadikin.

Penelitian

Sekretariat

Persekongko

lan tender

3 Dugaan

persekongkolan

tender

pengadaan Alat

Penguji

Kendaraan

Bermotor di

Dinas

Perhubungan

Kabupaten

Labuhan Batu,

Sumatera Utara

Pelapor menyampaikan telah terjadi persekongkolan dalam

tender pengadaan Alat Penguji Kendaraan Bermotor di Dinas

Perhubungan Kabupaten Labuhan Batu, dengan indikasi

sebagi berikut;

b. Peserta lelang yang memenuhi syarat hanya 3

perusahaan.

c. Harga yang ditawarkan ketiga perusahaan tersebut

hanya memiliki selisih yang tidak signifikan dan tidak

jauh dari pagu.

d. Persyaratan lelang memuat harus ada dukungan pabrik

dan ketiga peserta tender tersebut didukung oleh pabrik

yang sama.

Nilai proyek tender adalah 2 Milyar

Persekongko

lan tender

4 Dugaan

persekongkolan

dalam lelang

Pengadaan Bibit

tanaman hutan

dan buah-buahan

di BP DAS

Pelapor menyampaikan telah terjadi persekongkolan dalam

lelang pengadaan bibit tanaman hutan dan buah-buahan,

dengan indikasi sebagai berikut;

a. Kepala DAS Cimanuk Citanduy dan Panitia lelang

membuat persyaratan lelang yang mengada-ada.

b. Sebelum lelang telah terjadi persekongkolan karena

paket-paket tertentu diberi syarat khusus yaitu untuk

Persekongk

olan tender

Page 119: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 119

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

Cimanuk

Citanduy

satu kabupaten/kota bibitnya sama tetapi sertifikatnya

berbeda-beda.

c. Panitia lelang bersama-sama Kepala DAS Cimanuk

Citanduy merubah sebagian dari isi Dokumen Lelang.

Tender dibagi dengan 15 Paket senilai 10 Milyar.

5 Dugaan

persekongkolan

tender

pengadaan Oil

Boom, Oil

Dispersant dan

CCTV di

Direktorat

Pemasaran &

Niaga PT

Pertamina

Pelapor menyampaikan telah terjadi persekongkolan

pengadaan Oil Boom, Oil Dispersant dan CCTV di Direktorat

Pemasaran & Niaga PT Pertamina, dengan indikasi sebagai

berikut;

1. Pada pengumuman tender dan saat Penjelasan

Prakualifikasi tidak menyebutkan tentang merek,

spesifikasi dan lain-lain.

2. Setelah lulus prakualifikasi para peserta membeli

dokumen tender dan dalam Dokumen Tender telah

mencamtumkan brand/merk (acceptable brands) yang

mengacu pada suatu produk tertentu.

Persekongko

lan tender

6 Dugaan

persekongkolan

dalam

pelaksanaan

lelang

dibeberapa

instansi

pemerintah di

Propinsi

Sumatera Barat

Pelapor menyampaikan ada dugaan persekongkolan dalam

beberapa tender yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah

di Prop. Sumatera Barat pada Tahun 2006.

1. Tender Pengadaan Alat Kesehatan di RSUD Dr. Muh. Zein

Painan, dengan indikasi sbb;

a. Pemenang tender adalah yang memiliki harga

penawaran lebih tinggi.

b. Sole agent memberikan peryaratan teknis yang

berbeda-beda antara pemenang lelang dan rekanan

lain.

2. Tender Pengadaan alat laboratorium SMP dan SMA di

Dinas Pendidikan, dengan indikasi;

3. Bahwa Pelapor digugurkan dengan alasan perusahaan

Pelapor tidak memiliki pengalaman selama 3 tahun.

4. Tender pengadaan Komputer SMA dan SMK di Dinas

Pendidikan, dengan indikasi; bahwa Pelapor digugurkan

oleh Panitia saat pembukaan dokumen penawaran karena

Persekongko

lan tender

Page 120: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 120

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

sampul dokumen pelapor tidak di lak.

5. Tender Pengadaan dan Pendistribusian Pakaian, Sepatu,

Tas, BUku, dll untuk Sekolah Dasar Minoritas Terbelakang

dan Tidak Mampu di Dinas Pendidikan, dengan indikasi

bahwa sampai sekarang pemenang lelang belum

diumumkan baik secara tertulis maupun tidak tertulis.

6. Tender Pengadaan HPCL (High Performance Liquid

Chromathography dan Gas Chromathography di Dinas

Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikulkura, dengan

indikasi; bahwa pemenang adalah peserta lelang yang

memiliki penawaran yang jauh lebih tinggi.

7. Tender Pengadaan Bantuan (Ternak/Sapi) untuk Usaha

Ekonomi Produktif (UEP) Fakir Miskin sebanyak 300 KK di

Kabupaten Solok, Limapuluh Kota dan Pasaman di Dinas

Sosial, dengan indikasi;

a. Bahwa peserta yang lulus adalah peserta yang

menawarkan harga diatas 6 milyar.

b. Adanya beberapa peserta yang merekayasa

pengalaman kerja.

7 Dugaan

persekongkolan

dalam

pelaksanaan

tender

pengadaan Bibit

Kelapa Sawit di

Dinas

Perkebunan

Kalimantan

Selatan

Pelapor menyampaikan telah terjadi persekongkolan untuk

memenangkan CV Borneo Interprise Native sebagai

pemenang lelang dengan indikasi sebagai berikut;

1. Pelapor digugurkan dengan alasan SPEK Teknis tergabung

dalam proposal teknis padahal sistem evaluasi yang

digunakan Panitia adalah Merit Point.

2. CV Borneo Interprise Native sebagai pemenang lelang

mendapat Jaminan Supply dalam bentuk kerjasama dari

Koperasi Karya Bersama yang merupakan Koperasi

Karyawan PNS Dinas Perkebunan Prop. Kal. Selatan.

3. Dalam RKS telah ditetapkan syarat teknis yaitu ukuran

polibeg minimal ukuran 30 cm, namun fakta dilapangan

ukuran polibeg pemenang (CV Borneo Interprise Native)

tidak memenuhi syarat minimal tersebut.

4. Adanya kekeliruan dan kejanggalan dari surat yang

dikeluarkan oleh Panitia yaitu nomor surat sama tetapi

Persekongko

lan tender

Page 121: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 121

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

tanggal berbeda.

Nilai HPS tender tersebut adalah Rp. 4.404.892.800,-

8 Laporan

persaingan tidak

sehat pada

tender di Propinsi

Bangka Belitung.

Pelapor menyampaikan adanya penghadangan oleh

sekelompok orang didepan pintu masuk ruangan Pemasukan

Penawaran Pelelangan Proyek Paket Peningkatan Jalan dan

Jembatan di Propinsi Bangka Belitung APBN 2007.

Persekongko

lan tender

9 Dugaan adanya

rekayasa pada

lelang di Bagian

Kontrak-Jasrum

PT Pertamina UP

V Balikpapan

Pelapor menduga telah terjadi rekayasa dalam menentukan

pemenang dalam pelaksanaan tender-tender di Bagian

Kontrak Jasrum PT Pertamina UP V Balikpapan.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;

1. pada pelaksanaan lelang panitia dinilai tidak mengikuti

ketentuan SK Dirut Pertamina No. 036/C0000/2004-S0.

2. Panitia memungut biaya penggantian dokumen yang

nilainya bervariasi tergantung dari nilai proyek.

3. sistem evaluasi yang dilakukan tidak jelas dan tidak

mengacu pada Keppres 80/2003 dan SK No.

036/C00000/2004/S0.

Penelitian

sekretariat

Persekongko

lan tender

10 Dugaan

persekongkolan

pada

pelaksanaan

lelang Pengadaan

Pupuk dan Bibit

Karet di Dinas

Perkebunan Kab.

Banjar Martapura

Pelapor menduga telah terjadi persekongkolan pada

pelaksanaan lelang pengadaan pupuk tablet, herbisida dan

bibit karet okulasi di Dinas Perkebunan Kab. Banjar

Martapura.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;

1. Terdapat kesepakatan bersama untuk menentukan

pemenang yang dibuat dua hari sebelum pemasukan

dokumen. Kesepakatan tersebut adalah sebagai berikut;

a. Paket Pupuk dimenangkan oleh CV IRMA;

b. Paket Herbisida dimenangkan oleh CV Yunita;

c. Paket Bibit Karet Okulasi dimenangkan oleh CV Bina

Karya

2. Pertemuan dilakukan di RM Lesehan di pinggir irigasi

Penelitian

sekretariat

Persekongko

lan tender

Page 122: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 122

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

kab. Banjar dengan dimoderatori oleh Ir. Suyadi seorang

PNS di Kab. Banjar. Pertemuan tersebut juga

menyepakati pembagian uang kompensasi kepada

peserta yang tidak lolos sebesar 5% dari total nilai

kontrak dan seluruh pemenang adalah perusahaan yang

berdomisili di Kab. Banjar.

3. Panitia pada saat memasukan dokumen penawaran tidak

menyediakan kotak penawaran. Baru pada saat waktu

pemasukan penawaran berakhir panitia baru

mengeluarkan kotak penawaran yang sudah berisi

penawaran dari para peserta yang sebelumnya telah

bersepakat.

4. Pelapor tidak dapat memasukan dokumen penawaran

karena dihadang oleh sekelompok orang dan kotak

penawaran tidak tersedia.

5. Setelah pemasukan penawaran selesai, Sdr. Ardiansyah

Direktur CV Yunita membagikan uang Rp. 825.000

kepada para peserta yang terdaftar.

11 Tender

pengadaan dan

instalasi UPS di

PT Geo Dipa

Energy

Pelapor menduga telah terjadi pelanggaran Pasal 22 UU No.

5 tahun 1999 pada proses pelelangan pengadaan dan

instalasi UPS di PT Geo Dipa Energy tahun 2006.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;

1. Panitia tidak menjelaskan pagu dana maupun harga

perkiraan sendiri dari UPS yang diminta.

2. Pada saat pembukaan dokumen penawaran, panitia tidak

melibatkan saksi dari peserta. Semua dokumen diperiksa

oleh panitia sendiri.

3. Panitia mengesahkan penawaran dari peserta yang

menawarkan barang merk AMITEK tetapi surat dukungan

dari ATPM merk lain.

4. Panitia memperlambat penyampaian pengumuman

pemenang dengan alasan no fax pelapor salah. Sehingga

pelapor tidak dapat melakukan sanggahan karena waktu

sanggah sudah lewat.

Penelitian

laporan

Persekongko

lan tender

Page 123: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 123

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

5. PT Erico selaku pemenang lelang hanya merupakan

perusahaan yang dipinjam oleh Sdr. Sudarsono.

12 Pengaduan

perihal

pemblokiran

permohonan

bantuan

Pengaduan dari Yayasan Soaraja Botto Cempaka Kec. Dua

Pitue Kab. Sidenreng Rappang Prop Sulawesi Selatan perihal

dugaan adanya pemblokiran terhadap permohonan bantuan

dana.

Laporan

tidak

lengkap

Bukan

Kewenangan

KPPU

13 Lelang saham

Manulife

Pelapor menduga telah terjadi pelanggaran Pasal 22 UU No.

5 tahun 1999 oleh PT Dharmala Sakti Sejahtera dalam

proses pelelangan Saham PT Asuransi Jiwa Manulife

Indonesia (AJMI).

Indikasi pelanggaran yang disampaikan adalah sebagai

berikut:

1. Pengumuman lelang isinya bertolak belakang dengan isi

risalah lelang. Didalam risalah lelang disebutkan bahwa

permintaan lelang diajukan oleh Ari Ahmad Effendi

selaku kurator, namun dalam pengumuman di Harian

Suara Pembaruan lelang dilakukan atas permintaan

RUPS PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia.

2. Jangka waktu pelaksanaan lelang dengan pengumuman

lelang di media massa hanya satu minggu, sehingga

dianggap terlalu singkat untuk melakukan due diligent.

3. Peserta lelang hanya satu yaitu The Manufactur Life

Insurance Company (MILC) dengan nilai penawaran Rp.

170.000.000.000,-

4. PT AJMI dan MLIC diketahui telah memperoleh

persetujuan dari Departemen Keuangan atas

permohonan pengambilalihan saham PT Dharmala Sakti

Sejahtera dua minggu sebelum lelang diumumkan.

Penelitian

Sekretariat

Persekongko

lan tender

14 Tender pekerjaan

jasa kebersihan

Angkasa Pura II

Pelapor menduga telah terjadi persaingan tidak sehat pada

pelaksanaan lelang Pekerjaan Jasa Kebersihan Terminal II

Bandara Soekarno Hatta Cengkareng tahun 2006.

Laporan

tidak

lengkap

Persekongko

lan tender

Page 124: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 124

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;

a. Pemenang lelang adalah peserta yang telah menang

dalam 4 tahun terakhir.

b. Nilai penawaran pemenang dianggap tidak masuk akal,

karena menurut perhitungan pelapor, pemenang tender

tidak akan sanggup mengerjakan sesuai ketentuan di

RKS.

15 Distribusi Gula

Impor

Dugaan praktek monopoli pada usaha distribusi gula impor di

Sulawesi Tengah. Indikasi yang disampaikan adalah sebagai

berikut:

1. PT PN XI selalu membongkar gula impor untuk propinsi

Sulawesi Tengah sebanyak 4.000 Ton di Pelabuhan

Soekarno–Hatta Makassar, bukan di Pelabuhan Pantoloan

Palu.

2. PTPN XI hanya memberikan informasi mengenai batas

waktu pembayaran tahap I sebesar 40% dari total harga

tebusan hanya kepada PT Padi Mas Prima Makassar.

Perusahaan distributor gula di Palu yang

direkomendasikan oleh Dinas Perindagkop Propinsi

Sulawesi Tengah.

Penelitian

Sekretariat

Monopoli

16 Tender konsultan

Study Master

Plan Sistem

Sumatera di PLN

P3B Sumatera

Pelapor menduga proses prakualifikasi tender konsultan

pekerjaan studi master plan sistem sumatera yang dilakukan

di PT PLN P3B Sumatera tidak kompetitif.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;

1. Konsultan APS dari Malaysia diduga telah memberikan

“service” kepada pejabat PLN pada saat berkunjung ke

Malaysia.

2. Diduga Konsultan APS juga merupakan pemenang tender

konsultan untuk Studi Interkoneksi Jawa–Bali.

3. PT PLN akan melakukan penunjukkan langsung untuk

jasa konsultan perorangan di PLN Pusat dimana

Penelitian

sekretariat

Persekongko

lan tender

Page 125: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 125

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

beberapa bagian pekerjaannya sama dengan lingkup

pekerjaan interkoneksi Jawa - Bali.

17 Persaingan usaha

tidak sehat oleh

PT Dinamika

Indonusa Prima

Pelapor menduga PT Dinamika Indonusa Prima (DIP) telah

melakukan praktek persaingan usaha tidak sehat. PT DIP

adalah produsen kasur pegas merk AIRLAND.

Pelapor adalah supplier kasur pegas untuk kebutuhan PT

Badak Natural Gas Liquefaction. Sesuai dengan Purchase

Order No. 004/BM40/2007-412 perihal pemesanan 190 unit

kasur pegas merk Airland dengan ketentuan kesamaan dan

kesetaraan (silent or equal).

Pelapor kemudian membeli tunai kasur pegas merk Koala by

Airland kepada PT DIP. Tetapi oleh PT Badak ditolak dengan

alasan produk yang diserahkan bukan merk Airland

sebagaimana dalam Purchase Order.

Penelitian

sekretariat

Persekongko

lan tender

18 Permohonan

Tanggapan atas

Sengketa Bisnis

PT Starcom

Solusindo

dengan PT

Telkom

Indonesia

Pelapor menyampaikan bahwa telah terjadi sengketa bisnis

antara Pelapor dengan PT Telekominikasi Indonesia, dengan

permasalahan sebagai berikut;

1.Bahwa pelapor adalah pelaku usaha yang bergerak

dibidang multimedia berbasiskan internet protocol yang

salah satunya menyediakan broadband internet kepada

operator luar negeri.

2.Bahwa pelapor dengan PT Telkom Indonesia telah

menandatangani Surat Kontrak Berlangganan Sambungan

Telekomunikasi Model Tel-2.

Penelitian

Sekretariat

19 Dugaan

Persekongkolan

tender dalam

145 Paket

Pekerjaan pada

Dinas Pendidikan

KPD Medan menyampaikan resume laporan Dugaan

Persekongkolan tender dalam 145 Paket Pekerjaan pada

Dinas Pendidikan Nasional Propinsi Sumatera Utara.

Indikasi persekongkolan adalah;

1. Tender terdiri dari 145 paket yang diumumkan pada

tanggal 21 Oktober 2006 yang merupakan hari

Penelitian

Sekretariat

Persekongko

lan tender

Page 126: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 126

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

Nasional Propinsi

Sumatera Utara

libur/sabtu bukan diumumkan pada hari kerja.

2. Panitia tender menginapkan dokumen penawaran selama

3 hari sejak penutupan penyerahan dokumen sehingga

menyebabkan ada dugaan potensi post bidding.

3. Dari informasi yang diperoleh telah terjadi pinjam-

meminjam perusahaan hal ini dibuktikan dengan alamat

perusahaan yang berbeda-beda.

Nilai pekerjaan adalah Rp. 70.264.459.000,-

20 Persaingan usaha

Tidak Sehat

dalam ekspor

Labi-Labi di

Kalimantan

Timur

Pelapor menyampaikan bahwa telah terjadi persaingan usaha

tidak sehat dalam ekspor Labi-labi di Kalimantan Timur

dengan indikasi sebagai berikut :

1. Bahwa kuota ekspor labi-labi ditentukan oleh SK

Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi

Agro Asia Tunggal yang berlaku sejak tanggal 1 Jan

2006 s/d 31 Des 2006.

2. Bahwa pelapor menduga adanya monopoli ekspor

labi-labi yang dilakukan Ting Ham (CV. Agro Asia

Tunggal).

3. Adanya dugaan bahwa CV Agro Asia Tunggal

menghalangi masuknya UD Daisa Sagena sebagai

pesaing dalam ekspor labi-labi.

Penelitian

Sekretariat

Monopoli

21 Laporan

Pembatalan

lelang

Pelapor menyampaikan adanya kejanggalan-kejanggalan

dalam proses lelang pekerjaan jasa borongan untuk kegiatan

implementasi rehabilitasi gedung pendidikan pasca gempa

bumi di Prop. Jawa tengah dan pengembangan Poliklinik. PMI

Cabang Klaten antara lain:

1. Pengumuman pendaftaran dilakukan pada tanggal 5-8

Feb 2007 dan aanwizjing dilakukan pada tanggal 8 Feb

2007.

2. Panitia tidak melakukan aanwizjing untuk peninjauan

lapangan.

Penelitian

Sekretariat

Persekongko

lan tender

Page 127: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 127

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

22 Laporan dugaan

pelanggaran

terhadap UU No.

5 Tahun 1999

yang dilakukan

EMI Music South

East Asia, EMI

Indonesia, Arnel

Affandy

Pelapor menyampaikan ada dugaan pelanggaran UU No. 5

Tahun 1999 yang dilakukan EMI Music South East Asia, EMI

Indonesia, Arnel Affandy, antara lain;

a. EMI Asia, EMI Indonesia dibantu oleh Arnel Affandy

melakukan pengambilalihan pengelolaan eksklusif

(pembajakan) artis Dewa 19 dan upaya-upaya untuk

membajak Arri Lasso.

b. EMI Asia dan EMI Indonesia secara bersama-sama

melakukan tindakan anti persaingan raising rival cost

untuk menghalang-halangi Aquarius untuk melakukan

kegiatan yang sama dalam pasar bersangkutan.

c. EMI Asia, EMI Indonesia dan Arnel Affandy bersekongkol

untuk mendapatkan informasi tentang segala hal terkait

dengan kerjasama diantara artis-artis khususnya Dewa

19, Ari Lasso dengan Aquarius.

Penelitian

Sekretariat

Penguasaan

Pasar

23 Laporan

pelanggaran

pasal 19 UU No.

5 Tahun 1999

yang dilakukan

oleh PT Krakatau

Lampung

Tourism

development

Pasal 19 UU No 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh PT

Krakatau Lampung Tourism development dengan indikasi

bahwa;

i. Pembatalan dan penghalangan pembangunan jaringan

listrik PLN menuju usaha Pelapor.

ii. Pihak PT Krakatau Lampung Tourism Development dan

pemda keberatan keberatan dengan pembangunan

jaringan listrik karena sebagian besar lahan belum

dibebaskan.

Penelitian

seketariat

Penguasaan

pasar

24 Penunjukan

langsung Rehab

Gedung SD di

SUMUT

Pelapor menduga telah terjadi pelanggaran UU No. 5 tahun

1999 pada proses pelaksanaan proyek Rehabilitasi 46

Gedung SD di Propinsi Sumatera Utara tahun 2006.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut:

a. Proyek dilaksanakan dengan sistem penunjukan

langsung padahal anggarannya adalah Rp. 7 milyar

lebih.

b. Proses penunjukan langsung tidak dilakukan dengan

Penelitian

Sekretariat

Persekongko

lan tender

Page 128: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 128

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

cara yang transparan.

c. Diduga dari 46 perusahaan yang mendapat

pekerjaan, hanya 7 yang Sertifikat Badan Usahanya

terdaftar di LPJK Sumut, 6 perusahaan dipertanyakan

SBUnya dan 33 perusahaan tidak memiliki SBU.

25 Persaingan tidak

sehat pada

Tender Badak

Catering and

Room Services di

PT Vico

Indonesia Kaltim

Pelapor menduga telah terjadi persaingan usaha tidak sehat

pada tender Badak Catering and room services.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;

1. Pelapor telah mendaftar sebagai peserta tetapi tidak

diundang dalam pre-bid meeting.

2. Panitia kemudian melakukan re-tender atas

keberatan pelapor.

3. Namun kemudian panitia membatalkan re-tender

tersebut dan menunjuk PT Anugerah Jasa Caterindo

sebagai penyedia jasa untuk jangka waktu 3 bulan.

4. Kemudian dilakukan tender baru dimana pelapor

awalnya sebagai pemenangnya, tetapi kemudian

pelapor didiskualifikasi dikarenakan tidak

menyertakan certifikat dari tenaga ahli padahal para

peserta lainnya tidak diharuskan untuk menyertakan

certifikat dari tenaga ahli.

5. Adanya dugaan bahwa panitia melakukan

diskriminasi terhadap pelapor serta dugaan adanya

persekongkolan antara panitia dengan PT Anugrah

Jasa Caterindo.

Buku Daftar

Penghentian

Pelaporan

Persekongko

lan tender

26 Jabatan rangkap

pada PT. Medan

Andalas dan PT.

Sumatera Raya

di Jakarta.

Pelapor menyampaikan bahwa telah terjadi pelanggaran UU

No. 5 tahun 1999 mengenai jabatan rangkap dan pemilikan

saham di PT. Medan Andalas dan PT. Sumatera Raya, yang

didirikan di Jakarta.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Pada tanggal 5 November tahun 2001 didirikan PT.

Penelitian

Sekretariat

Jabatan

Rangkap

dan

Pemilikan

Saham

Page 129: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 129

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

Medan Andalas di Jakarta yang bergerak di bidang

transportasi angkutan penumpang umum taksi

dengan nama Family Taksi. Di sini terlapor

berkedudukan sebagai pemilik saham dan Direktur

PT. Medan Andalas.

2. Pada tanggal 25 Februari tahun 2005 didirikan PT.

Sumatera Raya di Jakarta yang bergerak di bidang

yang sama, yaitu bidang transportasi angkutan

penumpang umum taksi. Di sini terlapor I

berkedudukan sebagai pemilik saham dan Komisaris

Utama PT. Sumatera Raya, sementara terlapor II

berkedudukan sebagai pemilik saham dan Direktur

PT. Sumatera Raya.

27 Persekongkolan

untuk merebut

pesanan

terhadap T.B

Oloan Lubis.

Pelapor menyampaikan bahwa telah terjadi persekongkolan

antara terlapor dengan pihak tertentu di jajaran pemerintah

Kabupaten Labuhan Batu.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Pelapor telah mendapatkan pesanan alat peraga dan

buku-buku sekolah yang bersumber dari Dana

Alokasi Khusus (DAK), yang telah ditandatangani

oleh beberapa kepala sekolah dan komite sekolah di

Kabupaten Labuhan Batu.

2. Namun pesanan tersebut tidak terlaksana karena

adanya intervensi dari terlapor yang disinyalir

mempunyai hubungan khusus dengan orang-orang

tertentu di jajaran pemerintah Kabupaten Labuhan

Batu, dimana terlapor memaksa beberapa Kepala

Sekolah untuk mengalihkan sumber dana DAK ke

rekening terlapor.

Penelitian

Sekretariat

Persekongko

lan tender

28 Dugaan

persekongkolan

tender

pengadaan mobil

Pelapor menduga telah terjadi persekongkolan pada proses

pengadaan 3 mobil Puskesmas Keliling pada Dinas Kesehatan

Kabupaten Bondowoso tahun 2007 senilai Rp. 591.750.000,-

Penelitian

Sekretariat

Persekongko

lan tender

Page 130: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 130

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

puskesmas di

Dinas Kesehatan

Bondowoso

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;

1. Diduga tidak dilakukan pengumuman pelelangan.

2. Tidak dilakukan melalui pelelangan umum.

29 Permohonan

Tanggapan dari

MenPAN

Surat dari Deputi Bidang Pengawasan Menteri PAN perihal

permohonan untuk menanggapi surat pengaduan dari Sdr.

Ichwan yang telah disampaiakan ke Tromol POS 5000.

Sekretariat telah menjawab surat permohonan tersebut.

Laporan

tidak

lengkap

Bukan

Laporan

30 Dugaan

Pelanggaran UU

No. 5 tahun 1999

pada

pembangunan

kembali Pasar

Melawai Blok M

Pelapor menduga telah terjadi persaingan usaha tidak sehat

pada proses penunjukan langsung Pengembang Pasar

Melawai Blok M.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;

1. Penunjukan PT Melawai Jaya Realty sebagai pengembang

tidak transparan.

2. Modal yang disetor PT MJR sebesar Rp. 400 juta

sedangkan proyek yang dilaksanakan sebesar Rp. 494

Milyar.

3. PT MJR sebelumnya bernama PT Inter Buana Semesta

yang berdiri 4 bulan sebelum pasar Melawai terbakar.

4. PT MJR didirikan 4 hari sebelum PD Pasar Jaya

mengumumkan peremajaan Pasar Melawai.

5. Dua setengah bulan setelah ditetapkan sebagai

pengembang, PT Mega Kirana Sentosa selaku pemilik

saham PT MJR menjual semua sahamnya ke PT Sunter

Agung dan PT Wijaya Wisesa.

Penelitian

Sekretariat

Persekongko

lan tender

31 Monopoli ekspor

Kulit Reptil

Pelapor menduga Indonesian Reptile and Ampibie Trade

Association (IRATA) telah melakukan monopoli ekspor kulit

reptil di Indonesia.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;

Penelitian

Sekretariat

Monopoli

Page 131: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 131

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

1. Dirjen Sumber daya alam dan hutan departemen

kehutanan setiap bulan maret mengeluarkan kuota

ekspor kulit reptil.

2. Saat ini hampir 80% dari kuota tersebut dikuasai oleh

sebagian kecil anggota IRATA.

3. Kelompok tersebut adalah teman-teman George Saputra

selaku ketua IRATA.

32 Dugaan

persekongkolan

pada tender

peningkatan

jalan di Kab.

Banyuasin

Sumatera Barat

Pelapor menduga telah terjadi persekongkolan pada proses

pelelangan kegiatan peningkatan jalan di Dinas Pekerjaan

Umum Kab. Banyuasin Sumatera Selatan. Paket Pekerjaan

yang ditenderkan adalah;

Lubuk Lancang – Teluk Betung – Tanah Kering;

Pangkalan Balai – Pengumbuh;

Pangkalan Balai – Lubuk Saung;

Sp Tanjung Beringin – Rimba Alai dan

Sp. Rambutan Mendal – Mendil.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;

1. Pelapor sebagai penawar terendah digugurkan pada

3 paket.

2. Terdapat beberapa peserta yang digugurkan pada

satu paket tetapi menjadi pemenang pada paket

yang lain.

3. Pelapor tidak pernah diklarifikasi.

4. Panitia tidak memiliki alasan yang jelas dalam

menggugurkan pelapor.

Penelitian

Sekretariat

Persekongko

lan tender

33 Dugaan

pelanggaran UU

No. 5 tahun 1999

Pelapor menduga telah terjadi pelanggaran Pasal 19 dan 25

UU No. 5 tahun 1999 oleh PT Inti Cemerlang Agung pada

kegiatan usaha pengelolaan air bersih dan IKK di Kompleks

Perumahan Kemang Pratama Bekasi.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;

1. Terlapor melarang semua warga RW 36 mengelola

Penelitian

Sekretariat

penguasaan

pasar

Page 132: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 132

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

sendiri air bersih dan Keamanan.

2. Terlapor merupakan satu-satunya pengelola air

bersih dan keamanan di Perumahan Kemang

Pratama.

34 Usulan kepada

Bappenas

berkaitan dengan

Keppres 80 th

2003

Usulan dari H. Nandang Suhdana perihal revisi Keppres No.

80 tahun 2003 kepada Kepala BAPPENAS.

Laporan

tidak

lengkap

Bukan

Laporan

35 Tender Alat

Kesehatan di

RSUD Brebes

dana ABT APBD

Kab. Brebes

tahun 2006

Pelapor menduga telah terjadi persekongkolan pada

pelaksanaan tender pengadaan alat kesehatan di RSUD

Brebes Tahun Anggaran 2006. sumber dana dari ABT APBD

Kab. Brebes senilai Rp. 2.183.000.000.-.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Dokumen lelang tidak dibuat oleh Panitia melainkan telah

disiapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan dibantu

oleh staf dari PT Graha Ismaya.

2. Data mengenai HPS diduga dibuat oleh staf PT Graha

Ismaya kemudian dikirim ke PPK melalui fax.

3. PT Graha Ismaya juga mengirimkan draf iklan

pengumuman lelang kepada PPK.

Panitia mengugurkan penawaran CV ULS, PT Pamiko dan PT

Samudera karena tidak mencantumkan kalimat ”masa

berlaku penawaran 30 hari kerja sejak pemasukan

penawaran”. Akan tetapi panitia meloloskan PT Candi

Prambanan (pemenang) meskipun memiliki kekurangan yang

sama.

Persekongko

lan tender

36 Tender

Peningkatan

Jalan di

Kalimantan Barat

Pelapor menduga terjadi permasalahan dalam pelaksanaan

tender peningkatan jalan paket Nanga Tepuai–Putussibu

tahun 2007 di Proyek Satker Non Vertikal Tertentu

Pembangunan Jalan dan Jembatan Perbatasan Kalimantan

Barat, Dirjen Bina Marga DPU.

Penelitian

Sekretariat

Persekongko

lan tender

Page 133: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 133

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;

1. Panitia menggugurkan pelapor dengan alasan nilai

Kemampuan Dasar tidak mencukupi. Pelapor menilai

perhitungan panitia salah karena menurut pelapor

nilai KD telah mencukupi.

37 Penolakan

Pembangunan

Carefour Ciledug

Pelapor menolak rencana pembangunan pasar modern

Carefour di Central Business District (CBD) Ciledug karena

hanya berjarak +/- 100 m dari Plaza Baru Ciledug.

Penelitian

Sekretariat

Bukan

Laporan

38 Persaingan Tidak

Sehat di

Pengadaan

Asuransi

PT Telkom

Pelapor menduga terjadi persaingan tidak sehat pada proses

tender asuransi di PT Telkom Tbk.

PT Sarana Janesia Utama yang merupakan anak perusahaan

PT Telkom diduga memperoleh keistimewaan tertentu

sehingga memenangkan tender tersebut.

Laporan

tidak

lengkap

Persekongko

lan tender

39 Penyimpangan

Proses Lelang di

PT PLN (Persero)

Pelapor menduga telah terjadi penyimpangan pada proses

pelelangan di PT PLN (Persero) W.S2JB tahun 2007 untuk

pekerjaan paket 005, 006 dan

007.RKS/P3BJN/W.S2JB/2007.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;

1. Dokumen lelang tidak ditanda-tangani General Manager

PLN.

2. Berita Acara Penjelasan tidak sah karena dibuat dan

ditandatangani tanggal 23 Maret 2007 tetapi

pelaksanaannya tanggal 26 Maret 2007.

3. Terdapat persyaratan yang tidak dicantumkan dan

ditambah-tambahkan.

4. Panitia melakukan diskriminasi.

5. Diduga terjadi kolusi.

Penelitian

Sekretariat

Persekongko

lan tender

Page 134: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 134

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

40 Tanggapan surat

pengaduan

Sekretariat menerima surat tembusan perihal pengaduan

dari Sdr. Haerul S. Aminoto dari Koperasi UKM Cempaka

Pratama

Laporan

tidak

lengkap

Bukan

Laporan

41 Permoho

nan Perlin

dungan Hukum

Pelapor menduga terjadi praktek monopoli di Kab. Mentawai

berkaitan dengan adanya nota kesepakatan bersama antara

Pemkab. Kepulauan Mentawai dengan Mentawai Marine

Tourism Association (MMTA).

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;

1. pada tanggal 11 Des 2006, Bupati, Ketua DPRD Kab.

Mentawai dan Sdr. Anom Suheri (pelaku usaha)

mengeluarkan deklarasi Simakang, yang intinya

membuat suatu asosiasi pariwisata bahari di Kab.

Kepulauan Mentawai dengan nama Mentawai Marine

Tourism Association (MMTA).

2. Anggota utama MMTA adalah lima badan hukum yang

belum memiliki ixin resort dan tidak memiliki kapal.

3. Keanggotaan dibagi menjadi dua. Anggota utama yang

terdiri dari 5 pelaku usaha dan Anggota Biasa.

4. Untuk menjadi anggota MMTA, pelaku usaha membayar

Rp. 2 juta dan retribusi Rp. 15 juta untuk 3 bulan

pertama. Pelaku usaha yang mendaftar seharusnya

memperoleh sertifikat keanggotaan tetapi pada

kenyataanya tidak.

5. MMTA diduga akan menentukan pelaku usaha mana yang

bisa beroperasi dan yang tidak. Sehingga dapat

menghambat pelaku usaha lain.

6. MMTA hanya melindungi kepentingan anggota utama.

Penelitian

Sekretariat

Monopoli

42 Persekongkolan

Tender di Maluku

Utara

Pelapor menduga adanya praktek persekongkolan tender

oleh Kantor Dinas Kimpraswil Wilayah Maluku Utara dalam

pelelangan pekerjaan pembuatan reservoir 500M3.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut :

Penelitian

Sekretariat

Persekongko

lan tender

Page 135: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 135

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

Pelapor sebagai penawar terendah tidak dimenangkan.

43 Penunjukan

Langsung pada

Proyek Pipanisasi

Rewulu-Teras

Pelapor menduga adanya praktek penunjukan langsung yang

dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero), BPKP, dengan PT.

Meta Epsi Engineering dalam hal penyelesaian kontrak dalam

Penyelesaian Pekerjaan Proyek Pipanisasi Rewulu–Teras

Termasuk Pembangunan Depot Teras milik PT. Pertamina.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;

1. PT. Meta Epsi Engineering sebagai kontraktor utama

telah melakukan WAN Prestasi dari isi kontrak

sebelumnya (SPB 266 / C00000 / 2002 – S5) tanggal 10

April 2002, dengan tidak terselesainya proyek pada 09

Oktober 2004. dengan indikasi kerugian oleh Pertamina

sebesar @ Rp. 19 milyar dan equivalen sampai tahun

2007 sebesar Rp. 40 milyar.

2. Kontrak sisa pekerjaan ( 10,28%) yang ditinggalkan

oleh PT. Meta Epsi Engineering tidak diadakan lelang

terbuka (beauty contest, penawaran harga dan due

diligence.

3. Hal ini dilakukan dengan alasan; agar cepat familiar dan

beradaptasi serta pihak PT. Meta Epsi Engineering dapat

bertanggung jawab, walau mengorbankan kerugian

korporasi PT. Pertamina (Persero) dan menyepelekan

peraturan dari perundang-undangan yang berlaku.

4. Adanya penambahan nilai proyek sebesar Rp.

29.764.539.414 dan US$ 2,153,389 tanpa diadakannya

tender terbuka. Dan diindikasikan sebagai

persekongkolan tender secara jelas dan meyakinkan

melanggar UU No. 5/1999 Pasal 22.

Penelitian

Sekretariat

Persekongko

lan tender

44 Persekongkolan

pada Tender

Pengadaan Pipa

PVC di Kepulauan

Riau

Laporan atas dugaan pelanggaran Pasal 22 UU No. 5 Tahun

1999. Dalam tender Pengadaan Pipa PVC 6”, 4”, 2” oleh

Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi Provinsi

Kepulauan Riau.

Laporan dugaan ini disampaikan oleh Kepala KPD Batam atas

Penelitian

Sekretariat

Persekongko

lan tender

Page 136: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 136

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

laporan dari PT. Mitratama Daya Alam Bintan.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;

1. Pada saat pembukaan dokumen penawaran, hanya ada

3(tiga) peserta tender yang lulus administrasi, teknis dan

kualifikasi, yaitu PT. Mitratama Daya Alam Bintan, PT.

Sumber Alam Sejahtera, PT. Flopen Sejahtera.

2. Pihak yang seharusnya menang adalah PT. Mitratama

Daya Alam Bintan dengan penawaran terendah sebesar

Rp. 1.887.583.000,- pada kenyataannya yang

dimenangkan oleh panitia tender adalah PT. Alfatama

Anugrah Sari Albaqi.

3. Panitia tender diduga telah melakukan persekongkolan

dengan PT. Alfatama Anugrah Sari Albaqi yang secara

sah tidak lulus dalam evaluasi teknis dan kualifikasi.

45 Monopoli

pasokan listrik

oleh Pengelola

ITC Surabaya

Mega Grosir

Laporan disampaikan oleh Asosiasi Pedagang ITC Surabaya

Mega Grosir yang telah diteruskan oleh KPD Surabaya

dengan isu awal yaitu adanya dugaan monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat dalam pengelolaan ITC

Surabaya Mega Grosir.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Asosiasi pelapor adalah asosiasi pedagang yang

menempati Upper Ground di ITC Surabaya Mega Grosir

dengan sistem sewa selama 25 tahun.

2. Upper Ground berdasarkan perjanjian sewa dan product

knowledge ITC diperuntukkan untuk penjualan garmen,

moeslem,wears batik dan textils. Pengelola ITC secara

konsisten mengatur hal itu sehingga setiap penyewa kios

di lantai ini harus menjual produk sesuai peruntukkan.

3. Pengelola secara sepihak mengalihperuntukkan lower

ground ITC yang semula merupakan lantai untuk kios-

kios produk sepatu, bank, mainan dan jasa menjadi kios-

kios komoditas barang-sebagaimana pedagang di kios

Penelitian

Sekretariat

Monopoli

Page 137: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 137

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

Upper ground.

4. Para pedagang lower ground dibebaskan dari sewa

kios/stan sehingga terbebas dari fixed cost sebagaimana

yang sudah ditanggung oleh Upper Ground, secara diam-

diam PT. Citra Agung Tirta Jatim membuat perjanjian

dengan pedagang lower ground.

5. Setiap bulannya para pedagang, membayar retribusi

listrik dan service charge, sesuai perjanjan yang dibuat

antara para pedagang dan PT. Citra Agung Tirta Jatim,

jika terlambat pembayarannya dikenakan denda 3%.

6. Pasokan listrik dimonopoli oleh PT. Citra Agung Tirta

Jatim, dengan tarif yang mencekik leher, yang

seharusnya dibayar langsung ke PLN, tetapi dibayar

lewat rekening tagihan pada PT. Citra Agung Tirta Jatim.

7. Adanya penambahan biaya jaminan kunci sebesar Rp.

2.000.000,- per kios, yang pengelolaan atau

penempatan uangnya tidak jelas dikemanakan.

46 Persaingan usaha

tidak sehat pada

Proyek

Outsourcing Roll

Out CMS pada PT

PLN Distribusi

Jawa Timur

Pelapor menduga telah terjadi persaingan usaha tidak sehat

pada proses implementasi customer management system di

PT PLN Distribusi Jawa Timur.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;

1. PT PLN Disjatim melakukan penunjukan langsung kepada

PT Altelindo Karya Mandiri sebagai kontraktor yang

mengerjakan proyek implementasi CMS.

2. PT Altelindo bekerja sama dengan PT Netway Utama

dalam melakukan pengerjaan proyek tersebut.

3. Diduga praktek yang pernah dilakukan di PLN Disjaya

dan telah dihukum oleh KPPU dilakukan lagi di PLN

Disjatim

Penelitian

laporan

Penguasaan

pasar

47 Persaingan usaha

tidak sehat oleh

Interface Heuga

Pelapor menduga Interface Heuga Singapore Ptd Ltd telah

melakukan persaingan usaha tidak sehat pada penjualan

karpet merk Interface dan Heuga.

Penelitian

sekretariat

Penguasaan

pasar

Page 138: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 138

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

Singapore Ltd.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;

1. Pelapor adalah distributor dari Interface Heuga Singapore

Ltd. di Indonesia sejak tahun 1992 untuk memasarkan

produk karpet merk Interface dan Heuga.

2. Bahwa kemudian PT Kencana Arind Murni juga menjual

karpet merk Interface dan Heuga di Indonesia.

3. Bahwa praktek paralel import yang dilakukan oleh PT

Kencana tersebut mengakibatkan posisi Pelapor sebagai

distributor tunggal di Indonesia terganggu.

4. Bahwa Interface Heuga Singapore Ptd Ltd kemudian

lebih memberikan dukungna kepada PT Kencana dari

pada Pelapor. Terbukti dalam beberapa tender Interface

Heuga Singapore Ptd Ltd memberikan dukungan kepada

PT Kencana dan meminta Pelapor untuk mundur.

48 Monopoli jasa

kargo di Bandara

Hasanudin

Makassar

Pelapor menduga PT Angkasa Pura melalui anak

perusahaannya telah melakukan praktek monopoli pada jasa

kargo di Bandara Hasanudin Makassar.

Penelitian

sekretariat

Monopoli

Page 139: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 139

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

49 Persekong

kolan dalam

pelelangan Susu

dan Biskuit TA

2006

Pelapor menduga terjadi persekongkolan PT Sekawan

Pangan Jaya dengan panitia Pengadaan Barang dan Jasa

Dinas Kesehatan Kab. Tangerang dalam pelelangan Paket

Susu dan Biskuit TA 2006.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Pemenang lelang, PT Sekawan Pangan Jaya (PT SPJ)

adalah distributor PT Nestle;

2. Pada Bagian spesifikasi barang dari dokumen lelang/RKS

yang harus ditawarkan oleh peserta lelang:

a. Telah diarahkan pada prosuk dari PT Nestle, yaitu

Susu Lactogen 2 dan biskuit Bayi nestle;

b. Terlalu detil, mengingat peruntukan Susu dan Biskuit

ini adalah untuk penanggulangan kurang gizi pada

balita.

3. Apabila mengacu pada dokumen lelang dan aanwijzing 5

September 2006, seharusnya penawaran PT SPJ

dinyatakan gugur, namun PT SPJ tetap dimenangkan

walaupun:

a. Jaminan Penawaran kurang dari kurun waktu yang

ditentukan, yaitu 45 hari kerja;

PT SPJ juga melampirkan jaminan yang belum

berlaku, karena penawarannya berlaku mulai tanggal

15 September 2006, sedangkan pembukaan

penawaran pada tanggal 12 September 2006.

b. Masa berlaku surat penawaran kurang dari waktu

yang disyaratkan yaitu 45 hari kerja, karena surat

penawaran PT SPJ hanya berlaku selama 30 hari

kerja.

Penelitian

sekretariat

Persekongko

lan tender

50 Persaingan usaha

tidak sehat pada

pelelangan

pengadaan

barang di BKKBN

Pusat

Laporan tentang adanya indikasi persekongkolan pada

lelang/tender di BKKBN Pusat.

Dengan indikasi sebagai berikut:

1. Spesifikasi barang yang diminta mengarah pada produk

pabrikan tertentu, seperti produk ADS, implant,

Penelitian

sekretariat

Persekongko

lan tender

Page 140: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 140

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

suntikan, Pil KB;

2. Pabrikan hanya memberi dukungan pada perusahaan

tertentu, dan tidak memberikan dukungan pada peserta

tender lainnya, yang bisa dilihat pada SPK dan berita

acara pelelangan pengadaan tersebut;

3. Pada pengadaan barang tertentu, pabrikan ikut masuk

ke dalam tender, seperti pengadaan Pil KB dsb;

4. Panitia dalam membuat RKS tender barang ADS,

memasukkan kriteria E8 WHO, padahal kode tersebut

untuk kategori imunisasi. Dan yang digunakan untuk ibu-

ibu yang menerima ADS, suntikan KB adalah kategori

therapy dengan kode E 13;

5. Dalam RKS pelelangan panitia tidak mencantumkan

syarat Kemampuan Dasar (KD), padahal hal ini wajib

sesuai Keppres No. 80 Tahun 2003 sebagai syarat

mengikuti tender berkategori SIUP Non Kecil harus

memiliki kemampuan Dasar = 5 NPT (Nilai Perolehan

Tertinggi);

6. Tidak efisiennya penawaran harga di setiap pelelangan

barang-barang tersebut, sehingga menyebabkan

kerugian negara mencapai minimal 30 Miliyard;

7. Pengadaan ADS, barang yang digunakan adalah Onejack,

meskipun barang Onejack ini muatan lokal produksi

dalam negeri akan tetapi harganya lebih mahal dari

barang import dari Amerika yaitu BIDY. Padahal barang

lokal tidak dikenakanbiaya distribusi antar negara dan

tidak dikenakan biaya bea masuk barang import dari

pabean;

8. Pengadaan alat dan obat dengan spesifikasi 3 ml sudah

tidak direferensikan oleh WHO, seharusnya hal ini tidak

lagi dicantumkan dalam program BKKBN, tetapi ternyata

BKKBN Pusat masih mengalokasikan dana dari APBN

untuk pembelian alat suntikan tersebut.

51 Persekong

kolan dalam

Adanya laporan dugaan persekongkolan tender alat

kesehatan RSUD Sam Ratulangi, dengan indikasi sebagai

Penelitian

sekretariat

Persekongko

lan tender

Page 141: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 141

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

tender alat

kesehatan RSUD

Sam Ratulangi

Tondano

Minahasa di

Tondano

berikut:

1. Pada tanggal 20 April 2007, telah diadakan aanwijsing

ulang oleh panitia tender di aula RSUD Tondano, karena

tender pertama telah diadakan penundaan pada saat

pembahasan RKS tentang spesifikasi, karena spesifikasi

telah diprotes oleh peserta/rekanan pengusaha dimana

item spesifikasi terarah pada produk tertentu dan

disupply oleh distributor tertentu. Dan hal ini telah diakui

oleh panitia sehingga panitia telah menskors dan

menunda rapat aanwijsing tersebut;

2. Pada pelaksanaan re-aanwijsing ulangan tanggal 20 April

2007, ternyata spesifikasi baru dalam RKS yang telah

dijanjikan panitia hanya dirubah dengan menghapus

beberapa item dalam setiap spesifikasi. Spesifikasi alat

tersebut masih seperti RKS yang lama karena mengarah

pada produk dan suplier/distributor tertentu;

3. Pelapor berpendapat telah terjadi persekongkolan antara

panitia dan pihak ke-3 dengan cara panitia memaksakan

spesifikasi tersebut dengan spesifikasi alat tertentu

sehingga perlu adanya penelusuran dan pemeriksaan

adanya dugaan pelanggaran UU No. 5/1999, Pasal 22.

52 Persekong

kolan tender

APBN pada Dinas

Kimprarwil

Propinsi Jambi

Adanya dugaan persekongkolan dalam menentukan

pemenang tender APBN pada Dinas Kimpraswil Propinsi

Jambi, dengan indikasi :

1. Jumlah peserta lelang yang mengambil dokumen dan

mengikuti aanwijzing sangat jauh berbeda jika

dibandingkan dengan jumlah peserta yang memasukkan

penawaran. Tindakan pelanggaran tersebut dikoordinir

oleh oknum tertentu yang telah bekerja sama dengan

oknum panitia.

2. Pada saat pelaksanaan tender tanggal 2 maret 2007 di

Dinas Kimpraswil Propinsi jambi telah terjadi tindakan

penghadangan terhadap peserta lelang yang akan

memasukkan penawaran oleh sekelompok orang-orang

dengan cara-cara premanisme.

Penelitian

sekretariat

Persekongko

lan tender

Page 142: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 142

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

3. Angka penawaran yang masuk dengan pagu dana yang

disediakan pemerintah adalah harga yang tidak bersaing

secara sehat.

53 Persaingan usaha

tidak sehat pada

pelelangan

proyek pekerjaan

jasa pemborong

di Dinas

Pekerjaan Umum

Cilacap, Jawa

Tengah

Pelapor menduga bahwa pelelangan proyek pekerjaan jasa

pemborong dengan No.602.1/1801/35/2007 di Dinas

Pekerjaan Umum Jl.MT.Haryono No.167 Cilacap Jawa Tengah

dilaksanakan secara tidak sehat dan di monopoli antara

sesama rekanan jasa pemborong. Dengan indikasi :

1. Telah terjadi penjagaan ketat oleh oknum tertentu yang

melarang seluruh peserta penyedia barang/jasa untuk

masuk ke instansi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Cilacap untuk mendaftar.

2. Peserta lelang yang ingin ikut mendaftar diajak ke salah

satu kantin untuk dibayar uang mundur sebesar

Rp.500.000,- tiap perusahaan.

Penelitian

sekretariat

Persekongko

lan tender

54 Persekongkolan

dalam pelelangan

tender

pembongkaran

gedung

PT.Matahari

Putra Prima,Tbk

Laporan dugaan persekongkolan dalam menentukan

pemenang tender pekerjaan pembongkaran gedung

PT.Matahari Putra Prima,Tbk dengan indikasi sebagai berikut

:

1. Pihak PT.Matahari Putra Prima,Tbk membatalkan

perusahaan pemenang tender secara sepihak dan

melakukan tender ulang.

2. Pemenang tender bukan merupakan peserta lelang serta

tidak memenuhi syarat-syarat dan ketentuan lelang yaitu

belum berbadan hukum dan atau terdaftar di

SISMINBAKUM Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia RI.

3. Pelelangan ulang yang diadakan PT.Matahari Putra Prima

Tbk tidak sah dan tidak berbadan hukum karena Panitia

Lelang tidak konsisten dalam menerapkan syarat-syarat

dan ketentuan lelang.

Penelitian

Sekretariat

Persekongko

lan Tender

Page 143: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 143

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

55 Penunjukan

Pemenang

Pelaksana

Pekerjaan ”Jasa

Katering” CNNOC

SES, Ltd

Pelapor menduga telah terjadi penghentian kontrak

perjanjian secara sepihak yang dilakukan oleh pihak CNNOC

SES Ltd. Indikasinya adalah sebagai berikut :

1. CNNOC SES Ltd secara tiba-tiba menghentikan

penyediaan jasa katering sebelum berakhirnya masa

kontrak tanpa suatu alasan jelas ataupun peringatan-

peringatan sebelumnya.

2. Diduga penghentian yang terkesan mendadak tersebut

telah dipersiapkan sangat terencana, terlihat dengan

tanggal penghentian yang sangat singkat dan telah ada

perusahaan jasa katering pengganti tanpa memalui

proses tender yang transparan.

3. Pelapor meminta Manajemen CNNOC SES Ltd untuk

membatalkan kontrak jasa katering pada perusahaan

jasa yang baru dan segera melakukan tender ulang,

serta tetap meneruskan penyediaan jasa katering yang

sekarang sedang bekerja sampai dengan proses tender

ulang selesai.

Penelitian

Sekretariat

56 Penyampaian

Hasil Demo

Pelapor menyampaikan hasil demo damai aspirasi rakyat

bagian timur Sidrap-Sulawesi Selatan. Tema tersebut antara

lain terkait dengan :

- Penolakan atau pembatalan perencanaan pihak lain atau

sekelompok orang untuk memindahkan pasar lama ke

tempat lain.

- Keberatan atas adanya pihak lain yang mengklaim dan

mengakui bahkan memagar pasar sentral Tanru Tedong

yang sama sekali tidak memiliki bukti yang visibel

sehingga menghambat pembangunan pasar dan

perekonomian masyarakat sekitar. Pelapor meminta

Eksekutif dan Legislatif serta Yudikatis segera

memberikan tindakan hukum yang tegas

- Segera dan secepatnya melaksanakan pasar sentral

Tanru Tedong sesuai komitmen awal.

- Menjamin keamanan pemerintah dan proyek yang telah

menjadi pemenang tender dalam pembangunan pasar

Penelitian

Sekretariat

Bukan

Kewenangan

KPPU

Page 144: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 144

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

Tanru Tedong.

- Memohon kepada DPRD untuk segera menyampaikan

kepada Pemerintah agar memberikan respon dan doktrin

secara tertulis atas aspirasi rakyat bagian timur.

57 Surat Sanggahan

dari Consulting

Engineer kepada

Panitia

Pengadaan

Barang dan Jasa

Bapenas

1. Berdasarkan Hasil Evaluasi Teknis yang telah

diumumkan oleh Panitia pada 3 Mei 2007 diperoleh hasil

sewaktu pembukaan dokumen teknis yang diketahui

bersama bahwa PT. Azimuth Utama Consultant di Form

Tenaga Ahli tidak dibubuhi materai, dimana hal tersebut

menjadi persyaratan mutlak yang tercantum dalam RKS.

2. Menurut pemahaman Pelapor seharusnya PT. Azimuth

Utama Consultant dinyatakan gugur.

Penelitian

Sekretariat

Persekongko

lan Tender

58 Pengaduan Atas

Pemaksaan

Keikutsertaan

Asuransi

Pelapor mengadukan adanya pemaksaan keikutsertaan

asuransi atas unit kondominium yang telah dibeli oleh

Pelapor.

1. Sesuai aturan perbankan yang berlaku unit tersebut

harus diasuransikan dan telah diasuransikan melalui

Asuransi Lippo General sejak Desember 2006.

2. Secara fakta, unit tersebut tidak lagi dikuasai oleh

manajemen pengelola gedung sehingga mereka tidak

lagi memiliki hak untuk mengasuransikan unit

kondominium yang telah dibeli oleh Pelapor.

3. Pengelola gedung tidak bersedia untuk mengembalikan

premi asuransi kolektif yang didebit dari setoran deposit

biaya Service Charge bulanan pemakainya.

Penelitian

Sekretariat

Bukan

Kewenangan

KPPU

Page 145: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 145

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

59 Rekayasa

Pelelangan yang

Merugikan

Negara Milyaran

Rupiah

Laporan dugaan persekongkolan dalam menentukan

pemenang tender yang harga penawarannya sangat tinggi.

Pelapor menyampaikan surat sanggahan yang telah

dikirimkan oleh tiga rekanan atau peserta lelang yang merasa

dirugikan oleh Pejabat Panitia Lelang maupun Kuasa

Pengguna Anggaran atas Pelelangan Umum Pengadaan

Barang Atau Jasa yang dibiayai dari dana APBD di Dinas

Pekerjaan Umum Pertambangan dan Energi Provinsi

Kepulauan Riau.

1. Tiga peserta lelang merasa tidak pernah dipanggil untuk

verifikasi dan klarifikasi serta sampai saat ini belum

pernah menerima balasan surat sanggahan, padahal

ketiga peserta lelang tersebut sudah membuat surat

sanggahan kepada panitia lelang maupun kuasa

pengguna anggaran.

2. Dengan adanya surat pengaduan dari ketiga peserta

lelang tersebut, pelapor menilai bahwa pejabat panitia

lelang Dinas Pekerjaan Umum Pertambangan dan Energi

Provinsi Kepulauan Riau tidak konsekuen.

3. Pelapor meragukan keseluruhan paket pekerjaan proyek

pelelangan (31 paket) dan adanya penyelewengan

prosedur dimana harga penawaran terendah digugurkan.

Penelitian

Sekretariat

Persekongko

lan Tender

60 Pelanggaran UU

Nomor 5/1999

dan Keppres

83/2003 serta

Pelanggaran

Fatal tentang

Fakta Integritas

Laporan dugaan persekongkolan tender untuk memenangkan

peserta tender tertentu di Kalimantan Barat.

Pelapor dihalang-halangi oleh pihak panitia lelang dalam

membeli atau menebus dokumen lelang melalui preman

yang sengaja disewa oleh panitia lelang sedangkan pelapor

merasa telah memenuhi persyaratn dan kualifikasi seperti

yang ada dalam pengumuman lelang.

Penelitian

Sekretariat

Persekongko

lan Tender

61 Dugaan

Penyimpangan

dalam Proyek

Pengadaan DAK

Dinas Pendidikan

Laporan dugaan penyimpangan dalam Proyek Pengadaan

Buku dan Alat Peraga Sekolah Dasar di Dinas Pendidikan

Kabupaten Labuhan Batu pada tahun anggaran 2006.

1. Pelapor bermaksud untuk ikut berpartisipasi dalam

pekejaan pengadaan Buku dan Alat Peraga Pendidikan

Penelitian

Sekretariat

Persekongko

lan Tender

Page 146: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 146

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

Kabupaten

Labuhan Batu

Tahun Anggaran

2006

tersebut, dan telah mendapat rekanan untuk pengadaan

barang yang sesuai spesifikasi yang dimaksud, yaitu PT.

GEORAI.

2. Pelapor kemudian melakukan promosi ke beberapa

Kepala Sekolah. Dari hasil kegiatan promosi tersebut

pelapor telah mendapatkan surat pemesanan barang dari

15 sekolah dari 52 sekolah yang ada di Kabupaten

Labuhan Batu. Surat pemesanan tersebut kemudian

dikirimkan ke PT. GEORAI.

3. Tetapi pelapor tidak dapat merealisasikan pesanan

tersebut karena:

- Kepala Dinas Kecamatan dari beberapa Kepala

Sekolah yang sudah memesan ke Pelapor diancam

akan dicopot jabatannya oleh Istri Pengusahah Toko

Buku ANPU (selaku Skretris PKK Kabupaten Labuhan

Batu) jika tidak memesan ke Toko Buku ANPU.

- Pada saat pencaiaran dana, para Kepala Sekolah

dipaksa oleh Kacabdis dan Toko Buku ANPU untuk

langsung mentransfer dana pembelian barang tersbut

ke rekening Toko Buku ANPU.

- Sampai saat ini, pajak-pajak yang berkenaan dengan

pekerjaan pengadaan barang tersebut belum

disetorkan oleh Toko Buku ANPU ke kas Negara.

62 Persaingan

Usaha tidak

Sehat oleh PT.

(Persero)

Angkasa Pura II

dan Taksi

Puskopau di

Riau, Pekanbaru

Pelapor menyampaikan dugaan pelanggaran yang dilakukan

oleh PT. (Persero) Angkasa Pura II dan Taksi Puskopau.

1. PT. (Persero) Angkasa Pura II hanya menunjuk 1 (satu)

perusahaan taksi argometer yaitu Taksi Puskopau untuk

melayani penumpang yang ada di bandara tersebut.

2. PT. (Persero) Angkasa Pura II tidak mengizinkan taksi

manapun termasuk taksi milik pelapor untuk masuk dan

beroperasi di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru

3. Pelapor menilai bahwa alasan yang diberikan PT.

(Persero) Angkasa Pura II terkait hal tersebut di atas

yaitu karena adanya keterbatasan lapangan parkir, tidak

masuk akal.

Penelitian

Sekretariat

Monopoli,

Penguasaan

Pasar, dan

Posisi

Dominan

Page 147: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 147

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

4. Tindakan PT. (Persero) Angkasa Pura II dinilai

membatasi konsumen dalam menentukan pilihan

transportasi, di samping juga menunjukkan indikasi

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat antar

sesama Angkutan Taksi Argometer.

63 Pelelangan di

Balai Besar

Penelitian dan

Pengembangan

Bioteknologi dan

Sumberdaya

Genetik

Pertanian

Pelapor menduga pelelangan tidak sesuai dengan Keppres

80/2003 karena panitia meminta peserta membayar Rp.

1.500.000 saat mengambil dokumen. Panitia juga melarang

peserta yang belum mendaftar untuk mengikuti aanwijzing.

Penelitian

sekretariat

Persekongko

lan tender

64 Monopoli proyek

dan perilaku

anak pejabat di

Sulawesi Utara

Pelapor menduga telah terjadi persekongkolan dalam tender

pengadaan barang/jasa di Dinas Praskim dan Balai Sungai

Wilayah I Sulawesi Utara.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut;

1. Terdapat satu kontraktor yang memenagkan 8 paket

pekerjaan dengan nilai masing-masing Rp. 1 milyar

lebih.

2. PT Soilex memenangkan pekerjaan jasa konsultan di

Dinas cipta karya untuk pekerjaan kulaifikasi Besar,

Menengah dan Kecil.

3. Beberapa pekerjaan dimenangkan oleh perusahaan yang

”dibawa” oleh anak pejabat.

Penelitian

sekretariat

Persekongko

lan tender

65 Monopoli

distribusi dan

penjualan

minuman

beralkohol di

Irian Jaya Barat

Pelapor menduga terjadi praktek monopoli pada

perdagangan, distribusi dan penjualan minuman beralkohol

di daerah Papua Barat (Irian Jaya Barat).

Indikasi yang disampaikan pelapor adalah sebagai berikut:

1. Surat Gubernur No. 503/157/GIJB/2007 tanggal 9 maret

2007 kepada Bupati Sorong menyatakan bahwa

Penelitian

sekretariat

Monopoli

Page 148: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 148

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

perusahaan yang tidak mendapat rekomendasi dari

Gubernur tidak diizinkan memasok minuman beralkohol.

2. Bahwa dengan adanya surat tersebut mengakibatkan

perusahaan yang tidak mendapat rekomendasi dari

Gubernur menjadi tertutup untuk berusaha dibidang

tersebut.

66 Memo Kepala

KPD Balikpapan

perihal

pengadaan

komputer dan

printer di Dinas

Pendidikan Kota

Balikpapan

Kepala KPD Balikpapan menyampaikan adanya laporan dari

pelaku usaha mengenai dugaan adanya persaingan usaha

tidak sehat pada Tender Pengadaan Komputer dan Printer di

Dinas Pendidikan Kota Balikpapan tahun 2007 senilai Rp.

4.334.000.000.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Surat penawaran pemenang tidak ditujukan kepada

panitia kegiatan.

2. Pemenang menawar harga lebih mahal (Rp.

4.007.300.000) dari pelapor (Rp. 3.341.415.000).

Penelitian

Sekretariat

Persekongk

olan tender

67 Dugaan

persekongkolan

tender

pembangunan

saluran irigasi di

Pematang

Siantar

Pelapor menduga terjadi kecurangan pada proses pelelangan

pekerjaan pembangunan saluran irigasi pedesaan di

pematang siantar. Indikasi yang disampaiakan adalah

adanya perampasan dokumen lelang oleh orang yang tidak

dikenal dan hal ini didiamkan oleh panitia, padahal

kejadiannya di ruangan panitia.

Penelitian

Sekretariat

Persekongk

olan tender

Tender Dipasena Pelapor menduga terjadi kecurangan dalam pelaksanaan

Program Penjualan Aset Kredit dan Saham Grup Dipasena

dengan Pengamanan Revitalisasi yang dilaksanakan oleh PT

Perusahaan Pengelola Aset (Persero).

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bukti kemampuan Keuangan Konsorsium Neptune hanya

berupa bilyet giro, sehingga tidak sesuai dengan TOR.

2. Konsorsium Neptune sebagai pemenang lelang diduga

Penelitian

Sekretariat

Persekongk

olan tender

Page 149: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 149

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

tidak memenuhi syarat administrasi sehingga seharusnya

tidak diperkenankan mengikuti proses tender.

68 Hambatan

berusaha oleh

Asosiasi

Perawatan

Bangunan

Indonesia

Pelapor menduga telah terjadi persaingan usaha tidak sehat

oleh DPP Asosiasi Perawatan Gedung Indonesia pada bidang

usaha perawatan gedung di Samarinda, Kalimantan Timur.

Indikasi pelanggaran yang disampaikan adalah sebagai

berikut;

1. DPP APBI Kaltim mencabut keanggotaan dan Sertifikat

Badan Usaha pelapor tanpa mekanisme sesuai AD/ART.

2. Pencabutan dialami juga oleh CV. Sepakat Permai, CV

Perwira Karya. CV Sungai Mahakam dan CV Byrastio.

3. Selain itu DPP APBI Kaltim juga tidak mengeluarkan SBU

bagi badan usaha yang telah memenuhi syarat

administrasi dan kewajiban keuangan.

Penelitian

Sekretariat

Diskriminas

i

69 Tender Kabel

Laut Transmisi

Kepulauan Seribu

Pelapor menduga terjadi persaingan usaha tidak sehat pada

proses prakualifikasi proyek pengadaan kabel bawah laut

untuk transmisi listrik ke kepulauan seribu pada dinas

pertambangan provinsi DKI Jakarta tahun 2007.

Indikasi yang disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Pelapor telah digugurkan oleh panitia karena dianggap

tidak memenuhi persyaratan, padahal sebenarnya telah

memiliki persyaratan tersebut.

2. Terdapat peserta yang tidak memenuhi persyaratan

prakualifikasi tetapi diluluskan oleh panitia.

3. Diduga terjadi pengaturan spesifikasi kabel sehingga

hanya dapat dipenuhi oleh produsen kabel tertentu.

Penelitian

sekretariat

Persekongk

olan tender

70 Memo DKP

Tender

Pekerjaan

Perawatan

Pelapor menduga terjadi persaingan usaha tidak sehat pada

proses Tender Pekerjaan Perawatan Kebersihan Gedung di

Biro Umum dan Humas Depkominfo tahun 2007.

Penelitian

Sekretariat

Persekongk

olan tender

Page 150: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 150

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

Kebersihan

Gedung di Biro

Umum dan

Humas

Depkominfo

Indikasi yang disampaikan adalah:

1. Terdapat perbedaan antara lampiran dokumen lelang

yang diterima dengan lampiran dokumen lelang yang

dijelaskan panitia lelang;

2. Panitia pelelangan hanya melampirkan lampiran 2

dokumen lelang (rincian biaya) dan tidak ada lampiran 1

dokumen lelang (contoh surat penawaran) yang

dijelaskan pada saat aanwijzing

71 Tender

Pemeliharaan

Jalan dan

Jembatan Dinas

Pekerjaan

Umum,

Pertambangan

dan Energi

Provinsi

Kepulauan Riau

Tanjung Pinang

Pelapor menduga terjadi persaingan usaha tidak sehat pada

proses Tender Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Dinas

Pekerjaan Umum Pertambangan dan Energi Provinsi

Kepulauan Riau Tanjung Pinang tahun 2007.

Indikasi yang disampaikan:

1. Beberapa peserta tender tidak pernah dipanggil untuk

verifikasi dan klarifikasi;

2. Terdapat peserta yang tidak memenuhi persyaratan

(tidak melampirkan Kerja Sama Operasi) tetapi

dinyatakan sebagai pemenang;

Penelitian

Sekretariat

Persekongk

olan tender

72 Tender

Pengadaan

Barang dan Jasa

Kegiatan

Peningkatan

Jalan Pekerjaan

Pemeliharaan

Periodik Ruas

Jalan Gekbrong,

Tegallega.

Cianjur.

Pelapor menduga terjadi persaingan usaha tidak sehat pada

proses Tender Pengadaan Barang dan Jasa Kegiatan

Peningkatan Jalan Pekerjaan Pemeliharaan Periodik Ruas

Jalan Gekbrong, Tegallega. Cianjur tahun 2007.

Indikasi yang disampaikan:

Pelapor mempunyai nilai penawaran terendah namun

ditetapkan sebagai Pemenang Cadangan I atau Pemenang

Kedua.

Penelitian

Sekretariat

Persekongk

olan tender

Page 151: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 151

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

73 Tender pekerjaan

infrastruktur

tahun jamak di

lingkungan

pemprov

Sumatera

Selatan (APBD th

anggaran 2005-

2008)

Pelapor menduga/ mengIndikasikan telah terjadi

persekongkolan tender pada pekerjaan infrastruktur tahun

jamak di lingkungan pemprov Sumatera Selatan (APBD th

anggaran 2005-2008)

Indikasi yang disampaikan:

- Panitia tender hanya mengumumkan tender di Koran

Rakyat merdeka yang tidak beredar di Palembang (16

Agustus 2005)

- Pelaksanan tender hanya 2 hari sebelum liburan nasional

lebaran

Penelitian

Sekretariat

Persekongk

olan tender

74 Penetapan harga

jual tarif di

pelabuhan

Sorong yang

disepakati

bersama sesama

perusahaan

ekspedisi

(Gabungan

perusahaan

Forwarder dan

Ekspedisi

Indonesia-

GAFEKSI)

Pelapor menduga telah terjadi pelanggaran terhadap UU no

5/99 dengan adanya kesepakatan harga jual antara sesama

perusahaan ekspedisi di Pelabuhan Sorong

Terlampir surat perubahan harga yang berlaku tertanggal 12

Mei 2007

Penelitian

Sekretariat

75 Tarif SMS

(BRTI & ATSI)

Himbauan untuk tidak melakukan kesepekatan, himbauan

atau apapun yg menyangkut penetapan tarif (price fixing)

terhadap tarif SMS

Penelitian

Sekretariat

penetapan

tarif (price

fixing)

76 Pelanggaran

penggunaan

dana BOS dan

rekayasa proses

penjualan buku

sekolah

Indikasi terjadinya pelanggaran KEPMEN no 11 tahun 2005

dan KKN teroganisir dalam pelaksanaan penggunaan dana

BOS tahun 2006 sejumlah Rp. 84.000.000.000 di Prop.

Lampung

Penelitian

Sekretariat

Page 152: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 152

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

77 Dugaan monopoli

dalam

penyusunan

kebijakan

penyelenggaraan

aplikasi CIS PLN

2006 (Cek lap.

No 590)

Pelapor menduga telah terjadi persaingan usaha tidak sehat

(Pasal 25)pada proses penyelenggaraan aplikasi Customer

Information System (CIS) PLN 2006 yang akan digunakan

untuk melakukan roll out ke seluruh wilayah Indonesia

Penelitian

Sekretariat

Posisi

dominan

78 Laporan dan

permohonan

bantuan oleh

sekretariat

bersama

Pedagang Pasar

Tanah Abang yg

salah satunya

tentang tender

pelaksanaan

pembangunan

Pasar Tanah

Abang Blok B, C,

D, E

Pelapor menduga telah terjadi beberapa pelanggaran dalam

pembangunan Pasar Tanah Abang.

Indikasi:

Penunjukkan langsung tanpa tender PT. Priamanaya Djan

Int’l selaku developer untuk membangun kembali Blok A

PT. Priamanaya Djan Int’l hingga saat ini tetap bertindak

sebagai pengelola pasar yang seharusnya dilakukan oleh PD

Pasar Jaya

Penelitian

Sekretariat

Persekongk

olan tender

79 Pengaduan

monopoli pasar

kaos kaki melalui

pendaftaran

merk dagang dan

design industri

oleh pemilik

merek MUNDO

Pelapor manduga telah terjadi usaha penguasaan pasar kaos

kai oleh pemilik merek dagang MUNDO dengan

mendaftarkan design kaos kaki ke dirjen HAKI sedangkan

menurut pelapor desaign seperti yang dipublikasikan di

KOMPAS tersebut telah ada sejak adanya mesin kaos kaki

Penelitian

Sekretariat

Penguasaa

n Pasar

80 Perlakuan

diskriminasi pada

pelelangan ban

Pelapor mengindikasikan bahwa telah terjadi diskriminasii

pada pelalangan pengadaan ban RTG, head truck dan chasis

di Terminal Petikemas Koja.

Penelitian

Sekretariat

Persekongk

olan tender

Page 153: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 153

NO PERIHAL SUBSTANSI LAPORAN STATUS KATEGORI

LAPORAN

di TPK Koja

Indikasi yang disampaikan:

Dicoretnya perusahaan pelapor dari daftar peserta pendaftar

pelelangan tanpa disertai alaasan yang jelas

81 Korupsi dan

penyalahgunaan

wewenang

jabatan yang

dilakukan oleh

oknum pejabat

PT. Angkasa Pura

(persero)

Pelapor mengindikasikan telah terjadi persekongkolan dan

rekayasa pada pelaksanaan tender atas pengelolaan reklame

di Bandara Juanda oleh PT Angkasa Pura I

Indikasi yang disampaikan:

Setelah adanya pengumuman pemenang lelang, ternyata

ditemukan titik lokasi reklame yang strategis yang tidak

ditenderkan (penunjukkan langsung) dengan harga sewa

yang lebih murah dari harga sewa sewajarnya yang berarti

merugikan negara.

Persekongk

olan tender

82 Pengaduan

Pelanggaran

Prosedur

Pelelangan

Pembangunan

Gedung Arsip

BATAN

Pelapor mengindikasikan telah terjadi persekongkolan dalam

Pelelangan Pembangunan Gedung Arsip BATAN

Indikasi yang disampaikan:

PT. Satria Guna Utama dimenangkan padahal syarat

administratif dalam dokumen penawarannya tidak lengkap.

Sedangkan PT. Mugapes tetap dikalahkan karena tidak

melampirkan dokumen spesifikasi teknis, meskipun nilai

penawarannya lebih rendah

Persekongk

olan tender

Page 154: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 154

Page 155: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 155

RESUME SARAN DAN PERTIMBANGAN KPPU

PERIODE JANUARI – JUNI 2008 No,/T

gl.

Surat

/

Tujuan Surat

Sumber, Materi

Kebijakan, dan

Isu Persaingan

Usaha

Isi Saran Pertimbangan Keterangan

1 2 3 4

1. Surat No

427/K/XII/2

007 Tanggal

6 Desember

2007

Perihal:

Saran &

Pertimbang

an Terhadap

Kebijakan

Pengelolaan

Taksi

Dalam pengelolaan

taksi bandara, pada

perkembangannya

telah terjadi

monopoli

pengelolaan oleh

pelaku usaha

tertentu dengan

potensi

penyalahgunaan

kekuatan monopoli

di dalamnya melalui

Mencermati

perkembangan

pengelolaan taksi bandara

yang memiliki

kecenderungan tetap

monopoli serta minimnya

langkah nyata yang

dilakukan beberapa

instansi terkait dalam

upaya pembenahan

pengelolaan taksi bandara

menuju pelayanan yang

Tidak terdapat

tanggapan resmi

dari Pemerintah.

LAMPIRAN

3

Page 156: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 156

No,/T

gl.

Surat

/

Tujuan Surat

Sumber, Materi

Kebijakan, dan

Isu Persaingan

Usaha

Isi Saran Pertimbangan Keterangan

1 2 3 4

Bandar

Udara

tarif yang tinggi dan

kualitas pelayanan

yang

memprihatinkan.

Sementara itu, hasil

kajian KPPU

memeprlihatkan

bahwa model

persaingan yang

terbuka

sesungguhnya dapat

diimplementasikan

dalam pengelolaan

taksi bandara denga

memberikan

kesempatan kepada

pelaku usaha yang

memiliki kompetensi

dalam pengelolaan

taksi bandara.

lebih baik dengan harga

yang kompetitif, KPPU

memandang perlu adanya

langkah konkrit yang

dapat dilakukan

Pemerintah untuk

mengambil kebijakan yang

mengedepankan

implementasi nilai-nilai

persaingan usaha yang

sehat dalam sektor taksi

bandara. Apabila

Pemerintah berkenan

untuk mendapatkan

penjelasan yang lebih

komprehensif dari KPPU,

maka KPPU bersedia untuk

melakukan audiensi terkait

hal tersebut.

2. Surat No

38/K/I/2008

Tanggal 31

Januari

2008

Perihal:

Saran dan

Pertimbang

an KPPU

terhadap

Kesepakata

Dalam pengelolaan

pelabuhan

Indonesia,

keterlibatan

Pemerintah masih

diperlukan terutama

ketika persaingan

belum

diimplementasikan

secara sempurna.

Meskipun

Terhadap rencana

kebijakan penetapan tarif

di lini 2, KPPU memberikan

saran dan pertimbangan

sebagai berikut :

1. kesepakatan tarif yang

dilakukan oleh pelaku usaha

dalam hal ini asosiasi

bertentangan dengan UU No.

5 Tahun 1999

Terdapat

beberapa

tanggapan

terhadap saran

pertimbangan lini

2 ini. berikut

penjelasannya.

1. Terdapat tanggapan

di media massa

Page 157: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 157

No,/T

gl.

Surat

/

Tujuan Surat

Sumber, Materi

Kebijakan, dan

Isu Persaingan

Usaha

Isi Saran Pertimbangan Keterangan

1 2 3 4

n Tarif

Impor LCL

Lini 2

Tanjung Priok

pengelolaan telah

berubah menjadi

kompetisi, tetapi

praktek monopoli

yang muncul dalam

bentuk tarif tinggi

dan kualitas layanan

yang rendah

berpotensi besar

terjadi. Kondisi

inilah yang menjadi

permasalahan

utama pelabuhan

Indonesia. Berbagai

pihak memunculkan

kekecewaan

terhadap kinerja

jasa penunjang

pelabuhan

Indonesia, terutama

tarif dan kualitas

pelayanan.

2. pemerintah sebaiknya

memperbaiki kebijakan

dengan mencabut

kewenangan kepada pelaku

usaha untuk menetapkan tarif

berdasarkan kesepakatan.

Pemerintah harus

melaksanakan fungsi

regulator, dimana

Pemerintahlah yang

menetapkan kebijakan tarif

sepenuhnya, pelaku usaha

diposisikan sebagai pemberi

masukan

3. memperhatikan kondisi

pentarifan di lini 2, untuk

menghindari eksploitasi

konsumen dengan tetap

memberikan ruang yang

besar kepada persaingan,

KPPU memandang perlu

Pemerintah melakukan

intervensi kebijakan dengan

menetapkan formula tarif

yang rinci serta menetapkan

kebijakan batas atas tarif

4. terkait dengan upaya

meningkatkan kinerja jasa

pelayanan lini 2, di samping

kebijakan tarif, KPPU

menyarankan agar

yang dikemukakan

oleh Menteri

Perhubungan

Jusman Syafei

Djamal. Tanggapan

tersebut berisi yaitu

Pemerintah

siap untuk

mengambil alih

penentuan tarif lini

2, dengan

membicarakannya

dengan pihak-pihak

terkait termasuk

para pelaku usaha.

2. Kemudian terdapat

tanggapan

berikutnya di media

massa (Bisnis

Indonesia).

Tanggapan tersebut

menyebutkan

bahwa Pemerintah

menargetkan

penetapan tarif lini

2 Pelabuhan

Tanjung Priok pada

bulan Juni 2008 ini.

Pemerintah hanya

akan menetapkan

Page 158: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 158

No,/T

gl.

Surat

/

Tujuan Surat

Sumber, Materi

Kebijakan, dan

Isu Persaingan

Usaha

Isi Saran Pertimbangan Keterangan

1 2 3 4

pemerintah menetapkan

kebijakan standar kualitas

minimum pelayanan disertai

dengan ketegasan penegakan

peraturannya.

komponen tarif

yang diberlakukan,

dan tidak sampai

pada penetapan

besaran tarif lini 2.

3. Surat No

39/K/I/2008

Tanggal 31

Januari

2008 Perihal

: Saran

&Pertimban

gan KPPU

terhadap

Program

Restrukturis

asi PT

Pengerukan

Indonesia

oleh

Kementrian

BUMN

Kinerja keuangan PT

Rukindo yang

terpuruk dalam

beberapa tahun

terakhir

mengakibatkan

BUMN melakukan

upaya penyehatan

oleh Kementrian

Negara BUMN.

Upaya penyehatan

dilakukan melalui

pemberian

pekerjaan oleh PT

Pelindo I, PT Pelindo

II, PT Pelindo III,

dan PT Pelindo IV

kepada PT Rukindo.

Dalam perspektif

persaingan usaha,

pemberian pekerjaan

kepada PT Rukindo praktis

menutup pasar bagi

pelaku usaha selain PT

Rukindo. Oleh karena itu,

upaya penyehatan yang

dilakukan oleh Kementrian

Negara BUMN telah

menjadi entry barrier bagi

pelaku usaha pengerukan

selain PT Rukindo.

Berkaitan dengan hal

terset, KPPU memberikan

masukan sabagai berikut :

1. Bahwa Kementrian Negara

BUMN dapat mencari alternatif

lain dalam upaya penyehatan

PT Rukindo yang lebih selaras

dengan prinsip-prinsip

persaingan usaha yang sehat

serta mampu menuntaskan

Sampai saat ini

belum ada

tanggapan resmi

dari Pemerintah

Page 159: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 159

No,/T

gl.

Surat

/

Tujuan Surat

Sumber, Materi

Kebijakan, dan

Isu Persaingan

Usaha

Isi Saran Pertimbangan Keterangan

1 2 3 4

akar permasalahan dari

kinerja buruk PT Rukindo.

2. Apabila Kementrian Negara

BUMN berketetapan untuk

memilih bentuk penyehatan

yang dibebankan kepada PT

Pelindo I,

PT Pelindo II, PT Pelindo III,

dan PT Peindo IV, maka

hendaknya hal tersebut

dilandasi oleh dasar hukum

yang kuat sehingga tidak

bertentangan dengan

peraturan perundangan yang

berlaku, termasuk UU No. 5

Tahun 1999.

4. 50.

101/K/III/2

008Tanggal

17 Maret

2008 Perihal

: Saran &

Pertimbang

an KPPU

terhadap

Keputusan

Menteri

Perhubunga

Penyelenggaraan

tally di pelabuhan

telah menimbulkan

kontoversi karena

potensi ekonomi

biaya tinggi di

dalamnya.

Keberadaan

Kepmenhub No. 15

tahun 2007

ditujukan untuk

mendorong hadirnya

Terkait dengan

keberadaan tally

independen untuk

mendapatkan data

kepelabuhanan, KPPU

memandang penting

upaya pengaturan lintas

departemen. Hal ini

dikarenakan permasalahan

data pelabuhan

seharusnya menjadi tugas

lintas departemen, yaitu

Page 160: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 160

No,/T

gl.

Surat

/

Tujuan Surat

Sumber, Materi

Kebijakan, dan

Isu Persaingan

Usaha

Isi Saran Pertimbangan Keterangan

1 2 3 4

n No.15

Tahun 2007

tentang

Penyelengg

araan dan

Pengusahaa

n Tally di

Pelabuhan

perusahaan tally

independen, yang

dijalankan oleh

badan hukum

tersendiri, sesuai

dengan UU No. 12

tahun 1992 tentang

Pelayaran. Tujuan

dari keberadaan

tally independen

adalah untuk

mendapatkan data

kepelabuhanan,

terutama data

keluar masuk

barang dari/ke

kapal, yang akurat

serta terhindar dari

proses manipulasi.

Tetapi kemudian

muncul potensi

inefisiensi sebagai

akibat hadirnya

pelaku usaha tally.

Tally independen ini

menjadi perusahaan

tersendiri dengan

pendapatan

tersendiri yang

akhirnya akan

dikonversi menjadi

biaya yang harus

antara Departemen

Perhubungan dengan

Departemen Keuangan,

Departemen Perdagangan,

Departemen Perindustrian,

BAPPENAS, serta instansi

pengguna data lainnya.

Pengaturan yang

mengedepankan

kepentingan instansi

tertentu akan berpotensi

menimbulkan aturan yang

tumpang tindih dan

menimbulkan inefisiensi.

Seharusnya hanya ada

satu data resmi

Pemerintah di pelabuhan

yang dikelola melalui

sistem yang terintegrasi

dan lintas instansi.

Selain itu, KPPU

menyarankan agar

Pemerintah mencabut

Kepmenhub No. 15 tahun

2007 dan mengembalikan

pengelolaan kegiatan tally

seperti sebelumnya.

Page 161: ”TAHUN IMPLEMENTASI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT” · yang sangat besar dalam menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dimana tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat

_____________________________________________________________________

Halaman Laporan Tahun 2007 161

No,/T

gl.

Surat

/

Tujuan Surat

Sumber, Materi

Kebijakan, dan

Isu Persaingan

Usaha

Isi Saran Pertimbangan Keterangan

1 2 3 4

ditanggung

pengguna jasa

kepelabuhanan.

Pengaturan

perusahaan tally

menciptakan biaya

baru di industri

kepelabuhanan.