24
Nama Anggota Kelompok : I Putu Adhitya Putra Wirawan (01) Gusti Ngurah Diana (11) Ida Ayu Eka Suryani (13) Gusti Ayu Mirah Utami

Atman atau Atma

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Atman atau Atma

Nama Anggota Kelompok :

I Putu Adhitya Putra Wirawan (01) Gusti

Ngurah Diana (11) Ida

Ayu Eka Suryani (13) Gusti

Ayu Mirah Utami (23) I Gusti

Ngurah Raka Aryawan (27)

tman atau Atma dalam Hindu merupakan percikan kecil dari

Brahman yang berada di dalam setiap makhluk hidup. Atman di

dalam badan manusia disebut: Jiwatman atau jiwa atau roh yaitu A

Page 2: Atman atau Atma

yang menghidupkan manusia. Demikianlah atman itu menghidupkan

sarwa prani (makhluk di alam semesta ini). Indria tak dapat bekerja bila

tak ada atman. Misalnya telinga tak dapat mendengar bila tak ada atman,

mata tak dapat melihat bila tak ada atman, kulit tak dapat merasakan bila

tak ada atman. Atman itu berasal dari Brahman, bagaikan matahari

dengan sinarnya. Brahman sebagai matahari dan atma-atma sebagai

sinar-Nya yang terpencar memasuki dalam hidup semua makhluk.

Atma tidak dapat menjadi subyek atau obyek dan tindakan atau

pekerjaan. Atma tidak terpengaruh akan perubahan-perubahan yang

dijalani maupun dialami pikiran, hidup dan jasad atau badan jasmani.

Badan jasmani bisa berubah, lahir, mati, datang dan pergi, namun Atma

tetap langgeng untuk selamanya.

Sifat- sifat Atman.

  Di dalam kitab Bhagavad-Gita terdapat penjelasan tentang sifat- sifat

atma. Secara singkat sifat- sifat atma itu sebagai berikut:

  Achedya tak terlukai oleh senjata

  Adahya tak terbakar oleh api

  Akledya tak terkeringkan oleh angin

  Acesyah tak terbasahkan oleh air

Page 3: Atman atau Atma

  Nitya abadi

  Sarwagatah di mana- mana ada

  Sthanu tak berpindah- pindah

  Acala tak bergerak

  Sanatana selalu sama

  Awyakta tak dilahirkan

  Acintya tak terpikirkan

  Awikaratak berubah dan sempurna tidak laki- laki ataupun

perempuan.

   

Bhagavad-Gita II sloka 23, 24, dan 25 menyebutkan:

Sloka Artinya:

nai'nam chhindanti sastrani

na chai'nam kledayanty apo

na soshayati marutah

Senjata tidak dapat melukai Dia

dan api tidak bisa membakar- Nya

angin tidak dapat mengeringkan Dia

dan air tidak bisa membasahi- Nya

Achedyo 'yam adahyo 'yam

akledya 'soshya eva cha

nityah sarwagatah sthanur

achalo 'yam sanatanah

Dia tidak dapat dilukai, dibakar

juga tidak dikeringkan dan dibasahi

Dia adalah abadi, tiada berubah

tiada bergerak, tetap selama- lamanya.

Awyakto 'yam achintyo 'yam

Awikaryo 'yam uchyate

tasmad ewam widitasi 'nam

Dia dikatakan tidak termanifestasikan

tidak dapat dipikirkan, tidak berubah-

ubah dan mengetahui hal nya demikian

Page 4: Atman atau Atma

na 'nusochitum arhasi. engkau hendaknya jangan berduka.

 

Perkataan Dia dan Nya dalam sloka ini sama dengan atma. Jadi atma

itu dikatakan mengatasi segala elemen materi, kekal abadi, dan tidak

terpikirkan. Oleh karenanya atma itu tidak dapat menjadi subyek

maupun obyek dan tindakan atau pekerjaan. Dengan perkataan lain

atma itu tidak terkena oleh akibat perubahan- perubahan yang

dialami pikiran, hidup, dan badan jasmani. Semua bentuk ini bisa

berubah, datang, dan pergi, tetapi atma itu tetap langgeng untuk

selamanya.

Mengenali Atman dengan Atman

Pada tahap awal, sebelum sadhana dilaksanakan, pikiran dihasut

oleh arus karma dan mungkin ditakuti dengan ketidakmampuannya untuk

memahami atau memenuhi dharmanya. Dalam keadaan terhasut ini dunia

nampak suram, membosankan, atau gelap, menakutkan, dan tidak akan

dapat membayangkan, menggambarkan atau memahami Brahman ada di

mana-mana, Brahman hanya ada di pura atau di tempat-tempat yang

disucikan lainnya. “Bagaimana bisa Brahman yang maha agung berada

dalam diri kita yang serba terbatas ini.”

Pada tahapan kedua, bila pikiran diistirahatkan dengan damai

dalam pemenuhan dari suatu pola kehidupan, dharma, ketika ia memiliki

kedewasaan cukup untuk mengendalikan dan melewati arus karma

melalui pemusatan pikiran, pemujaan dan perenungan suci, di sini

Brahman nampak sebagai penolong dalam semua proses yang dilalui,

tetapi paling kuat dirasakan ketika perilaku religius tersebut dilakukan di

utama mandala pura atau tempat-tempat yang disucikan lainnya.

Pada tahapan ketiga, Brahman yang dirasakan sebagai penolong

dalam semua proses yang dilalui terus membantu kesulitan dari pikiran

yang rawan dari pengaruh rasa diri yang didominasi oleh ahamkara (ego)

dan manah (naluri). Dengan mengendapnya rasa diri memunculkan rasa

Page 5: Atman atau Atma

jati, alam pikiran yang didominasi oleh buddhi yang menuntunnya kepada

chitta (kesadaran murni pikiran).

Brahman tidak lagi dicari-cari di luar diri, Brahman dinikmati sebagai

sesuatu yang utama, dimensi integral dari diri, Hidup dari hidup, kekuatan

dan pancaran energi alam semesta. Pada tahapan ini, ketenangan di sisi

dalam lebih besar dari gangguan di sisi luar, sehingga mampu untuk

masuk lebih dalam dan lebih dalam lagi, memasuki kesadaran penuh

kebahagiaan, ini dengan jelas dirasakan dan kenikmatan spiritual dialami

bahwa Brahman meresap di dalam diri kita.

Mata batin mereka yang mengalaminya akan semakin tajam, dan

dalam hidup kesehariannya mereka menjadi saksi, mengamati bahwa

kebanyakan orang tidak melihat Brahman di dalam diri mereka sendiri.

Para rishi Weda dan mereka yang tercerahkan telah menemukan rahasia

gaib itu. Brahman di dalam menjadi kesadaran jiwa sebagai Kebenaran-

Pengetahuan-Kebahagiaan, Satchidananda, energi perekat yang meresap

dalam segala hal secara bersamaan.

Pikiran menjadi tenang, tampak damai di mana saja, dan

kebahagiaan sempurna demikian kuat, demikian ajeg, tidak tergoyahkan

lagi. Pada tahapan ini, mata batin menjadi terbuka, benar-benar

merasakan kehadiran Brahman yang sama pada setiap dan semua

makhluk hidup, meresap di dalam setiap atom dari alam semesta sebagai

keagungan-Nya, pendukung utama dari segala yang ada. Hanya ketika hal

ini benar-benar dialami, seseorang dapat menyatakan dengan sebenar-

benarnya bahwa Brahman ada di dalam manusia dan manusia ada di

dalam Brahman.

Tahu filsafat tanpa pengalaman langsung bagaikan tahu tempat

yang jauh dan indah lewat televisi, atau sekedar membaca dari sebuah

Page 6: Atman atau Atma

buku, atau mendengar dari pernyataan orang lain yang pernah ke sana

dan bersenang-senang di sana. Itu bukan pengalaman sama sekali. Satu-

satunya yang bisa disebut pengalaman adalah pengalaman kita sendiri.

Kita tidak akan mencapai jnana, kearifan spiritual, sebelum kita

mengalaminya sendiri, meskipun kita telah membaca seribu Weda, kita

harus mengenali sendiri Atman kita. Sumber-sumber pengetahuan

spiritual hanyalah penuntun bagi kita, orang tidak akan bisa mengenali

Atman hanya dengan banyak membaca Weda.

Bagaimana mungkin kita dengan pikiran kita yang terbatas bisa

memahami yang tak terbatas, bisa memahami Brahman? Bagaimana bisa

secara intelektual kita meliputi sesuatu yang maha agung seperti

Brahman? Brahman adalah pencipta dan sumber segala ilmu

pengetahuan, pencipta daya pikiran.

Dia adalah arsitek agung alam semesta. Lalu, jika Brahman

menciptakan daya pikiran, bagaimana mungkin daya pikiran memahami

Dia? Para rishi meyakinkan, itu mungkin, dan mereka meyakinkan karena

itu telah terlaksana, mereka telah mengalaminya, dan mereka memberi

tuntunan berdasarkan hasil pengalaman yang telah dialami. Daya pikiran

harus mengekspansi, kesadaran harus melampaui rasional pikiran dan

melihat langsung dari pengetahuan kesadaran super.

Sebaiknya kita mencoba untuk melihat Brahman di mana-mana.

Selalu mencoba. Meyakini keyakinan yang diberikan oleh para rishi Weda,

bahwa itu akan terlaksana. Dia akan datang. Siapa lagi yang bisa

memperlihatkan Atman kita kepada kita selain Dia? Perluasan dari Atman

yang ada di dalam diri kita tiada lain adalah Brahman.

Dia dapat memberi kita kecukupan hidup. Dia dapat memberi kita

kesehatan. Dia dapat memberi semua yang kita butuhkan bahkan yang

kita inginkan. Tetapi untuk memuja-Nya sebagai yang tak berwujud

membawa pikiran ke dalam ruang tak terbatas. Pikiran hanya dapat

Page 7: Atman atau Atma

meliputi hal ini dengan mengidentifikasi. Pikiran tidak bisa

mengidentifikasi Kebenaran dalam bentuk halus ini yang menunjukkan

Brahman melampaui pikiran—tanpa bentuk, waktu dan ruang.

Tetapi dia ada di dalam diri kita semua secara serentak, hanya saja

terselubung oleh kedunguan kita, hanya saja terselimuti oleh ego, yang

merasa Brahman ada di tempat yang terpisah dengan identitas personal.

Dia ada di dalam diri kita saat ini juga, bukan di masa depan yang fiktif.

Hanya saja kita harus menghilangkan (mengabaikan) sisi maya dari kita,

menghapus semua karma, kita akan menemukan Dia yang abadi. Ego

adalah hal terakhir yang akan pergi. Itu adalah belenggu terakhir yang

harus ditaklukkan.

Para rishi Weda menyatakan, sekali perbudakan ego dipatahkan,

akan nampak bahwa misteri Brahman adalah meliputi segalanya. Dia

adalah segala apa yang diciptakan-Nya. Renungkan hal tersebut. Itu

sangat dalam. Brahman meresap pada ciptaan-Nya secara konstan

sebagai Cahaya Kasih Murni dari pikiran setiap orang, dan pada tahapan

ini Brahman masih memiliki suatu wujud.

Hanya dari sisi keabadian kita dapat mengatakan semua yang

berwujud adalah maya. Tetapi dari sisi kita yang maya, semua yang maya

adalah nyata. Tidak mungkin pikiran kita yang maya mengatakan bahwa

nasi yang kita makan adalah nasi bohongan, lauk yang kita makan adalah

lauk bohongan.

Dari sudut pandang keabadian, diri sejati kita ini bukan badan,

pikiran, atau emosi kita. Tetapi, bagi alam maya kita, suami, istri, anak,

pacar, dan tetangga kita adalah orang beneran, bukan orang-orangan

(maya). Dengan senantiasa memancarkan Cahaya Kasih Murni dari

pikiran kita kepada semua yang maya kita akan menemukan Yang Abadi.

Di alam kehalusan, Brahman memiliki wujud yang sangat indah,

serupa dengan wujud seorang manusia, tetapi wujud manusia yang

Page 8: Atman atau Atma

benar-benar sempurna. Dia berpikir. Dia berbicara. Dia berjalan. Dia

membuat keputusan.

Kita beruntung memuja Brahman yang agung yang meresap di

dalam segalanya, dan masih melampaui ini Dia meresap di luar

segalanya, di luar alam semesta, di alam kelanggengan, Dia yang

berbentuk dan di luar bentuk sekaligus, Dia adalah Atman di dalam jiwa

kita. Jadi, semua dari kita, para pencari Kebenaran yang esa, kita memiliki

Agama Weda yang agung yang menawarkan dan menuntun kita pada

pengalaman Brahman di dalam wujud dan di luar wujud. Alangkah

beruntung kita ini!

Identitas sebagai Atman

Tvayâ vyâptamidam visvam protam yathârthatah

Shuddhasuddhasvarupastvam ma gamah ksudacittâm

(Astavakra Samhita.I.16)

Engkau menyelimuti jagat raya ini dan jagat raya ini ada dalam dirimu,

engkau sungguh

kesadaran murni oleh sifat alamimu. Jangan berkecil hati.

Astavakra, dalam memulai pelajarannya kepada Raja Janaka, diawali

dengan pelajaran tentang eksistensi. Ia berbicara tentang keberadaan kita

yang sesungguhnya, yakni Atman. Ketika berbicara Atman, maka

penjabarannya seluas berbicara tentang Brahman. Dan, saat berbicara

tentang ranah ini segala sesuatunya menjadi serba terbalik. Kita tidak

pernah membayangkan sebelumnya bahwa keberadaan kita hampir

sempurna berbanding terbalik dengan yang kita pikirkan atau kita pahami

sebelumnya. Tidak salah, banyak orang yang baru belajar di ranah ini

menjadi gila, salah pengertian, dan merasa super. Kondisi ini

sesungguhnya turning point orang belajar tentang Diri Sejati. Ego

spiritualnya melambung tinggi yang kemudian akan ditundukkan secara

perlahan oleh pengalaman hidup.

Page 9: Atman atau Atma

Dari awal kita berpikir, kita itu lemah, tidak mampu, serba kekurangan,

terbatas. Semua itu benar adanya sepanjang identifikasi kita pada badan

dan pikiran yang ada bersama kita. Kondisi ini memang demikian adanya.

Pikiran, seberapa pun cerdasnya tetap memiliki keterbatasan dari

perspektif keinginan kita. Badan juga sangat lemah dalam mengatasi

keadaan cuaca, kondisi alam, tantangan yang berat dan sebagainya.

Tetapi ketika kitab suci menyatakan diri kita sejati bukan identifikasi itu,

maka mata kita terbuka dan paham bahwa yang hidup ini bukan kita

tetapi penyebabnyalah kita. Kita mulai menyadari bahwa kita adalah

Atman, sumber dari segala sumber, menyelimuti segalanya, murni, dan

kesadaran tertinggi. Secara logis semua itu benar dan bisa ditelaah oleh

akal pikiran kita.

Ketika dalam praktik hidup sehari-hari, ajaran ini menjadi rancu oleh

sebagian besar dari kita. Setelah kita menyadari tentang keberadaan kita

sebagai Atman, kita lalu merasa kita bisa melakukan segalanya. Kita telah

berubah dari lemah menjadi kuat, kita merasa bisa melakukan apa saja,

karena kita telah mendapat pengetahuan sejati ini. Lalu kita melakukan

banyak hal, karena merasa kekuatan kita sama dengan Tuhan, karena

Atman dan Tuhan sama, dan kita adalah Atman itu sendiri bukan badan.

Arogansi mulai muncul. Apakah itu yang dimaksudkan? Apakah ajaran

Kitab Suci yang mengatakan bahwa sepanjang kita mengidentifikasi diri

dengan badan kita akan selamanya terbelenggu dalam badan dan

samsara, sedangkan orang yang mampu mengidentifikasi dirinya sebagai

Atman akan menjadi Atman dan tidak lagi berbadan? Identifikasi tidak

menghilangkan apa pun yang ada. Identifikasi yang benar hanyalah

penemuan petunjuk untuk jalan kembali pulang dan ketersesatan hidup.

Kita mengidentifikasi sebagai badan, maka kita tersesat, sedangkan

ketika kita mampu menemukan identitas kita sebagai Atman, kita

menemukan petunjuk jalan mana yang mesti kita tempuh. Badan akan

tetap di sana hanya identitas saja yang berubah. Namun semangat kita

Page 10: Atman atau Atma

akan berubah kembali pulih. Kita memiliki semangat yang tinggi untuk

pulang.

 

Saat perjalanan pulang yang menempuh jalan panjang, badan dalam

perjalanan tetap badan yang terbatas. Kita terima keterbatasan itu dan

kita istirahat untuk memulihkan tenaga. Namun kita tahu bahwa kita

adalah Atman seperti yang dijelaskan oleh Astavakra, menyelimuti

segalanya. Alam semesta ini ada di dalam diri kita sendiri. View kita

tentang diri kita sendiri menjadi jelas. Air laut dan buih dalam ombak,

setelah menyadari bahwa buih adalah air itu sendiri, maka buih itu

menemukan bahwa ia sesungguhnya satu dengan samudera luas. Tetap

karena dalam samudera ini ada ombak, maka buih itu selalu ada. Buih

tidak akan berubah, meskipun setelah mengetahui dirinya lautan itu

sendiri, bentuk buih tetap sama

Atman : Jiwa Yang Kekal

Pada suatu ketika saya mendapat kabar bahwa seorang kerabat saya

meninggal. Saya kaget sekali. Kerabat ini umurnya sekitar 55 tahun.

Anak-anaknya memang sudah pada dewasa, karena ia kawin ketika

usianya cukup muda. Saya bertanya kepada si pembawa berita : "Kenapa

ia meninggal?" Si pembawa berita juga tidak tahu. Baru seminggu

sebelumnya saya bertemu dengan mendiang. Ia nampaknya sehat-sehat

saja. Selama ini saya tahu ia tidak mengidap suatu penyakit berat.

Maka saya lalu bergegas ke rumah duka. Seorang keponakannya

menuturkan: "Pagi-pagi seperti biasanya ia jalan-jalan sebentar. Setelah

jalan-jalan ia mandi lalu sarapan pagi kemudian ke kantor. Tapi tadi pagi,

setelah jalan-jalan ia menyatakan tidak enak badan lalu tidur. Ketika

dibangunkan untuk mandi, ternyata ia sudah tidak bernyawa. Dia sudah

meninggal". Lalu kami menduga-duga, mungkin dia sakit jantung.

Demikianlah dalam setiap mendapat kabar kematian kita bertanya: "Apa

sebabnya?" Jawabnya : "Karena usia tua. karena sakit, karena kecelakaan

Page 11: Atman atau Atma

atau karena perang". Ta[i apakah yang dimaksud dengan mati? Kapankah

seseorang disebut mati?.

Apakah yang disebut mati?

Dalam dunia medis ada dua definisi tentang mati. Yang pertama disebut

"mati jantung". Seorang pasien disebut mati bila denyut jantungnya sudah

berhenti, pupil matanya sudah tidak lagi bereaksi terhadap cahaya dan

nafasnya berhenti. Tapi Dr. Christian Barnard yang pada tahun 1967

berhasil mencangkokan jantung pertama kali di dunia menerapkan prinsip

"mati batang otak". Bila prinsip "mati jantung" dianut, orang tersebut

sudah terlalu jauh mati sehingga jantungnya tidak bisa lagi dipindahkan

kepada orang lain yang memerlukan.

Tujuan mencangkokkan jantung adalah mengubah matinya seseorang

menjadi hidupnya orang lain. Karena jantungnya harus tetap hidup, maka

harus diambil dari sang donor sedini mungkin. Tapi kalau sang donor

belum meninggal kapan sebenarnya sang donor itu dapat dikatkan telah

mati. Maka Dr. Christian Barnard menggunakan hilangnya gelombang

otak sebagai kriteria terakhir sebagai matinya seseorang. Demikianlah

para ahli medis be;um sepenuhnya sependapat tentang apa yang disebut

mati. *)

Lalu apakah yang disebut mati menurut agama? Menurut agama

seseorang disebut mati adalah kita jiwa telah pergi meninggalkan tubuh.

Dengan definisi ini kita memasuki pembicaraan selanjutnya.

Ada tiga pertanyaan penting yang akan coba kita bicarakan yaitu:

(1) Apakah Jiwa;

(2) Dari mana datangnya jiwa dan

(3) ke manakah jiwa pergi ketika kita mati?

Pada bagian ini kita bahas pertanyaan pertama dan kedua. Sedangkan

pertanyaan ketiga akan kita bahas dalam pembicaraan tentang

Reinkarnasi. Untuk menjawab pertanyaan pertama dan kedua akan

Page 12: Atman atau Atma

dijelaskan sedikit tentang asal-usul manusia menurut agama.

Penciptaan Manusia menurut Mitologi Yunani.

Menurut mitologi Yunani manusia pertama kali diciptakan oleh tiga orang

dewa yaitu Amos, Promoteus, dan Epimetius. Mereka bertiga mula-mula

membuat patung dari tanah liat yang menyerupai dewa. Amos kemudian

menghembuskan nafas kehidupan ke dalam hidung patung. Minerva, putri

dewa Yupiter menganugrahkan jiwa dan dengan demikian bersemilah

hidup dalam patung itu. Dengan demikian terciptalah manusia pertama di

dunia ini. Bagaimana ia berkembang biak? Dengan siapa manusia

pertama itu kawin memang tidak dijelaskan.

Penciptaan menurut Agama Hindu

Penciptaan dalam agama Hindu dijelaskan dalam Prasna Upanishad

sebagai berikut: "Pada awalnya Sang Pencipta (Tuhan) merindukan

kegembiraan dari proses penciptaan. Dia lalu melakukan meditasi.

Lahirlah Rayi, jat ataumateri dan Prana, roh kehidupan, lalu Tuhan

berkata: "kedua hal ini akan melahirkan kehidupan bagiku". Demikianlah

mahluk hidup diciptakan, melalui suatu perkembangan perlahan dari dua

unsur yang mula-mula diciptakan Tuhan sehingga mencapai bentuk-

bentuknya sekarang.

Bagaimanakah alam semesta diciptakan? Mundaka Upanishad

menyebutkan : "Seperti laba-laba mengeluarkan dan menarik benangnya,

demikianlah alam semesta ini muncul dari Tuhan Yang Maha Esa". laba-

laba mengeluarkan jaringnya secara perlahan-lahan dari perutnya.

Menurut penelitian ilmiah modern, alam semesta kita sampai sekarang

masih berkembang secara perlahan-lahan. menurut teori ledakan besar

(big bang) alam semesta ini dari titik kecil perlahan-lahan berkembang

makin membesar seperti balon karet yang ditiup.

Page 13: Atman atau Atma

Dari pernyataan di atas jelaslah menurut agama Hindu kehidupan pada

alam semesta ini berkembang melalui evolusi.

Jiwa dan Raga.

Pasangan dua kata di atas sering kita temukan dalam lagu-lagu

kebangsaan kita. bangunlah badannya, bangunlah jiwanya. Padamu

negeri, kupersembahkan jiwa dan ragaku. Dalam percakapan sehari-hari

kita mengatakan "badanku terasa ngilu dan sakit". kalau kita dikhianati

oleh seseorang kita mengatakan "hatiku sakit sekali". Aku hidup dalam

kelimpahan harta, tapi jiwaku gersang", demikian mungkin yang

dikatakan seseorang yang secara materi berlebihan namun miskin secara

spiritual.

Badanku, hatiku, jiwaku! Jadi siapa "aku" yang memiliki badan, hati dan

jiwa?

Manusia terdiri dari badan dan jiwa. Badan tanpa jiwa ibarat mobil yang

lengkap badan dan mesinya tapi tanpa aki. mobil ini tidak bisa bergerak,

karena tidak ada panas atau api yang menghidupkan mesinnya. Jiwa

tanpa raga ibarat aki tanpa mobil, panas atau tenaga yang tersimpan

dalam aki menjadi tenaga yang tidur karena tidak ada mesin untuk

digerakkan. Jiwa dan raga itu merupakan satu kesatuan. Tanpa Jiwa tidak

dapat melakukan aktivitasnya.

Pengandaian diatas mengikuti pengandaian dalam Katha Upanishad yang

mengatakan badan adalah kereta, akal(ilmu pengetahuan) adalah

kusirnya, pikiran adalah kendali, dan indriya adalah kuda-kudanya.

Sedangkan jiwa adalah pemilik kereta.

Dikatakan selanjutnya, mereka yang mengetahui hakikat dan tujuan

hidup ibarat kusir yang cakap dengan kuda terlatih baik, akan mencapai

tujuan perjalanan. Tapi meeka yang tidak mengetahui hakikat dan tujuan

hidup, ibarat kusir bodoh dengan kuda liar, tidak akan mencapai tujuan

perjalanan, akan mengembara dari satu kematian kepada kematian yang

Page 14: Atman atau Atma

lain.

Dari mana datangnya raga atau badan? Badan datang dari orang tua

kita, Percampuran sperma dan ovum dari bapak dan Ibu kita membentuk

badan dalam rahim ibu.

Dari mana datangnya Jiwa ? Agama - agama rumpun Yahudi mengatakan

jiwa atau roh itu ditiupkan oleh Tuhan kepada janin ketika masih dalam

kandungan ibu. Ketika itu Tuhan juga menetapkan nasib atau jalan hidup

bayu ini setelah ia lahir.

Menurut agama Hindu, jiwa kita sudah ada sebelumnya dan ia masuk ke

tubuh bayi dengan membawa "karma wasana" atau hasil-hasil perbuatan

dalam hidupnya sebelumnya.

Tubuh tak Kekal

Badan merupakan bagian yang tidak kekal dari manusia. Karena ia

berubah. Dari setetes cairan ia tumbuh menjadi janin, lahir sebagai bayi

berkembang menjadi manusia dewasa. Badan yang tegap ketika remaja

berubah menjadi bungkuk ketika tua. Kulit yang halus dan kencangketika

remaja, berobah menjadi kisut dan layu ketika tua. Ketia sudah mati

badan hancur. badan disebut stula sarira.

Jiwa Kekal

Jiwa merupakan bagian yang kekal dari manusia. Ia tak pernah berobah.

Ia tidak mati ketika badan mati. Iatidak terluka oleh senjata, tidak

terbakar oleh api. Ia ada selamanya. Jiwa disebut sukma sarira.

Jiwa berasal dari Tuhan. Atman adalah jiwa dari mahluk. Brahman adalah

jiwa alam semesta. Atman merupakan bagian dari Brahman. Seperti

setitik air hujan yang berasal dari samudera luas.

Page 15: Atman atau Atma

Pokok-pokok Keimanan Agama Hindu

Percaya adanya Atman 

Atman adalah percikan kecil dari Paramatman (Hyang Widhi/Brahman).

Atman di dalam badan manusia disebut Jiwatman, yang menyebabkan

manusia itu hidup. Atman dengan badan adalah laksana kusir dengan

kereta. Kusir adalah Atman yang mengemudikan dan kreta adalah badan.

Demikian Atman itu menghidupi sarva prani (mahluk) di alam semesta ini.

    "Angusthamatrah Purusa ntaratman

    Sada jananam hrdaya samnivish thah

    Hrada mnisi manasbhikrto

    yaetad, viduramrtaste bhavanti". (Upanisad)

Ia adalah jiwa yang paling sempurna (Purusa), Ia adalah yang paling kecil,

yang menguasai pengetahuan, yang bersembunyi dalam hati dan pikiran,

mereka yang mengetahuinya menjadi abadi.

Satu That yang bersembunyi dalam setiap mahluk yang menghidupi

semuanya, yang merupakan jiwa semua mahluk, raja dari semua

perbuatan pada semua mahluk, saksi yang mengetahui dan tunggal.

Demikianlah Atman merupakan percikan-percikan kecil dari paramatman

(Tuhan) yang berada di setiap mahluk hidup. Atman adalah bagian dari

pada Tuhan, bagaikan titik embun yang berasal dari penguapan air laut,

karena ada pengaruh dari suatu temperatur tertentu. Seperti halnya juga

percikan-percikan sinar berasal dari matahari, kemudian terpencar

menerangi segala pelosok alam semesta ini. Atau dapat diumpamakan

Hyang Widhi (Brahman/Tuhan) adalah sumber tenaga lsitrik yang dapat

menghidupkan bola lampu besar atau kecil dimanapun ia berada. Bola

lampu disini dapat diumpamakan sebagai tubuh setiap mahluk dan aliran

listriknya adalah Atman.

Page 16: Atman atau Atma

Oleh karena Atman itu merupakan bagian dari Brahman/Hyang Widhi,

maka Atman pada hakekatnya memiliki sifat yang sama dengan

sumbernya, yakni Brahman itu sendiri. Atman bersifat sempurna dan

kekal abadi, tidak mengalami kelahiran dan kematian, bebas dari suka

dan duka. Menurut Weda (Bh.G.23,24 dan 25), sifat-sifat Atman

dinyatakan sebagai berikut:

    Nai nam Chindanti sastrani

    nai nam dahati pavakah

    na soshayati marutah (Bh.G.II.23)

Senjata tidak dapat melukai Dia, dan api tidak dapat membakarnya, angin

tidak dapat mengeringkan Dia, dan air tidak bisa membasahinya.

    achchhedyo "yam adahyo yam

    akledyo soshya eva cha

    nityah sarvagatah sthnur

    achalo yam sanatanah. (Bh. G. II.24)

Dia tak dapat dilukai, dibakar, juga tidak dikeringkan dan dibsahi, Dia

adalah abadi, tiada berubah, tidak bergerak, tetap selama-lamanya.

    Avyakto yam achityo yam

    avikaryo yam uchyate

    tasmad evam viditvai nam

    na nusochitum arhasi (Bh.G.II.25)

Dia dikatakan tidak termanifestasikan, tidak dapat dipikirkan, tidak

Page 17: Atman atau Atma

berubah-ubah, dan mengetahui halnya demikian engkau hendaknya

jangan berduka.

Yang dimaksud "Dia" dan "Nya" dalam sloka di atas adalah Atman itu

sendiri. Dia mengatasi segala elemen materi, kekal abadi, dan tidak

terpikirkan. Oleh karena itu Atman (Jiwatman) tidak dapat menjadi subyek

ataupun obyek daripada perubahan-perubahan yang dialami oleh pikiran,

hidup dan badan jasmani. Karena semua bentuk-bentuk yang dialami ini

bisa berubah, datang dan pergi, tetapi jiwa itu tetap langgeng untuk

selamanya.

Dari uraian sloka di atas, ada beberapa sifat atman yang penting di sini

adalah: Achodya (tak terlukai oleh senjata). Adahya (tak terbakar oleh

api), Akledya (tak terkeringkan oleh angin), Acesyah (tak terbasahkan

oleh air), Nitya (abadi), Sarvagatah (dimana-mana ada), Sthanu (tak

berpindah-pindah), Acala (tak bergerak), Sanatana (selalu sama), Awyakta

(tak terlahirkan), Achintya (tak terpikirkan), dan Awikara (tak berubah dan

sempurna tidak laki-laki atau perempuan).

Perpaduan Atman dengan badan jasmani, menyebabkan mahluk itu

hidup. Atman yang menghidupi badan disebut Jiwatman. Pertemuan

Atman dengan badan jasmani ini menyebabkan Dia terpengaruh oleh

sifat-sifat maya yang menimbulkan awidya (kegelapan). Jadi manusia lahir

dalam keadaan awidya, yang menyebabkan ketidak sempurnaannya.

Atman itu tetap sempurna, tetapi manusia itu sendiri tidaklah sempurna.

Manusia tidak luput dari hukum lahir, hidup dan mati. Walaupun manusia

itu mengalami kematian, namun Atman tidak akan bisa mati. Hanya

badan yang mati dan hancur, sedangkan Atman tetap kekal abadi.

    Vasamsi jirnani yatha vihaya

Page 18: Atman atau Atma

    navani grihnati naro parani

    tahta sartrahi vihaya jirmany

    anyani samyati navani dehi (Bh.G.II.22)

Ibarat orang yang menanggalkan pakaian lama dan menggantikannya

dengan yang baru, demikian jiwa meninggalkan badan tua dan memasuki

jasmani yang baru.

Jiwatman yang terbelengu berpindah dari satu badan ke badan yang lain.

Setiap kelahirannya membawa badan, hidup dan pikiran yang terbentuk

dari pada prakerti menurut evolusinya dimasa yang lalu dan

kebutuhannya dimasa yang akan datang. Apabila badan jasmani yang

menjadi tua dan hancur, maka alam pikiran sebagai pembalut jiwa

merupakan kesadaran baginya untuk berpindah-pindah dari satu badan

ke badan yang lain yang disebut reinkarnasi atau phunarbhawa sesuai

dengan karmaphalanya (hasil perbuatannya di dunia). Karena itu Atman

tidak akan selalu dapat kembali kepada asalnya yaitu ke Paramaatman.

Orang-orang yang berbuat baik di dunia akan menuju sorga dan yang

berbuat buruk akan jatuh ke Neraka. Di Neraka Jiwatman itu mendapat

siksaan sesuai dengan hasil perbuatannya. Karena itulah penjelmaan

terus berlanjut sampai Jiwatman sadar akan hakekat dirinya sebagai

Atman, terlepas dari pengaruh awidya dan mencapai Moksa yaitu

kebahagiaan dan kedamaian yang abadi serta kembali bersatu kepada

asalnya.

Pokok-Pokok Keimanan Dalam Agama Hindu :

1.  Percaya adanya Tuhan (Brahman/Hyang Widhi)

2.  Percaya adanya Atman

3.  Percaya adanya Hukum Karma Phala

Page 19: Atman atau Atma

4.  Percaya adanya Punarbhawa/Reinkarnasi/Samsara

5.  Percaya adanya Moksa

Percaya Adanya Atman.

Atman adalah percikan kecil dari Paramatman (Hyang Widhi/

Brahman). Atman di dalam badan manusia disebut Jiwatman, yang

menyebabkan manusia itu hidup. Atman dengan badan adalah laksana

kusir dengan kereta. Kusir adalah Atman yang mengemudikan dan kereta

adalah badan. Demikian Atman itu menghidupi sarwa prani (makhluk) di

alam semesta ini “Angusthamatrah Purusa ntaratman Sada Jananam

hrdaya samnivish thah Hrada mnisi manasbhiklrto Yaetad, viduramrtaste

bhavanti. Ia adalah jiwa yang paling sempurna (Purusa), Ia adalah yang

paling kecil, yang menguasai pengetahuan, yang bersembunyi dalam hati

dan pikiran, mereka yang mengetahuinya menjadi abadi.