Upload
evi-ervianti
View
210
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Gilang Fachreza Risa Siti Hafsah Evi Ervianti
120110090171 120110090173 120110090174
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Menerapkan konsep materialitas pada proses audit Membuat pertimbangan awal tentang nilai yang dianggap material Mengalokasikan materialitas awal ke berbagai segmen proses audit Mempergunakan materialitas untuk mengevaluasi berbagai temuan audit Mendefinisikan resiko dalam auditing Menjelaskan model resiko audit dan berbagai komponennya Membahas hubungan antara resiko, materialitas dan bukti audit
FASB 2 mendefinisikan materialitas sbb:
"Jumlah atau besarnya kekeliruan atau salah saji dalam informasi akuntansi, yang dalam kaitannya dengan kondisi yang bersangkutan, mungkin membuat pertimbangan pengambilan keputusan oleh pihak yang berkepentingan berubah atau terpengaruh oleh salah saji tersebut."
Menurut (SPAP-IAI) :
besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, yang mungkin dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut .
Sebagai batas (materiality border) untuk
menentukan apakah salah saji material/perlu dikoreksi apa tidak Sering juga di sebut sebagai Tolerable Error
(kesalahan yang masih bisa di toleransi)
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
Menetapkan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas Mengalokasikan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas ini ke dalam segmen-sgmen. Mengestimasi total kesalahan penyajian yang terdapat dalam segmen. Mengestimasi kesalahan penyajian gabungan Membandingkan antara estimasi gabungan dan pertimbangan awal atau pertimbangan yang telah direvisi tentang tingkat materialitas
Perencanaan tentang rentang uji audit
Evaluasi hasil
Tahap 5
Yaitu jumlah maksimum suatu salah saji dalam L/K
yang menurut pendapat auditor tidak mempengaruhi keputusan pemakai. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan: - Materialitas lebih merupakan konsep yang relatif bukannya absolut - Sejumlah dasar pertimbangan diperlukan untuk megevaluasi tingkat materialitas - Faktor-faktor kualitatif pun mempengaruhi tingkat materialitas
Perlu karena bahan bukti dikumpulkan berdasarkan segmen-
segmen daripada L/K secara keseluruhan. Berguna untuk membantu auditor dalam memutuskan jumlah bahan bukti yang cukup untuk dikumpulkan dalam segmen tsb. sehingga akan meminimalisasi biaya audit. Sebagian besar alokasi materialitas pada pos-pos neraca karena neraca memiliki lebih sedikit komponen. Kesulitan pengalokasian materialitas pada akun neraca : 1. Anggapan bahwa akun tertentu lebih banyak kekeliruan daripada yang lain. 2.Perlunya mempertimbangkan apakah kekeliruan tsb. lebih saji atau kurang saji. 3. Biaya audit relatif dari prosedur audit yang mempengaruhi alokasi untuk tiap akun sulit diramalkan
Salah saji yang dapat ditoleransi (tolerable misstatement)
yaitu materialitas yang dialokasikan pertimbangan awal kepada saldo perkiraan.
dalam
Tolerable misstatement dapat melebihi materialitas
dalam hal : 1. Kecil kemungkinan seluruh akun akan salah saji sejumlah tolerable misstatement. 2. Kemungkinan bahwa sebagian akun terjadi lebih saji dan lainnya kurang saji, berakibat efek nettonya menjadi lebih kecil dari nilai materialitas total.
Saat pelaksanaan prosedur audit untuk tiap segmen,
KKP digunakan untuk mencatat tiap salah saji yang ditemukan. Estimasi
salah saji diperlihatkan dan dihitung berdasarkan pengujian audit yang sebenarnya. Jika auditor melakukan pendekatan audit pada perkiraanperkiraan secara berurutan, maka temuan dalam perkiraan sebelumnya dapat digunakan untuk merevisi kekeliruan yang dapat ditoleransi untuk perkiraan selanjutnya.
Pertimbangan Materialitas auditor : Ukuran & Karakteristik Kondisi Kebutuhan informasi
Materialitas dalam perencanaan audit : Materialitas tingkat laporan keuangan
Materialitas tingkat saldo akun
Terkait dengan pendapat auditor Point tingkat materialitas dalam unsur laporan
keuangan : Laba Rugi: Total pendapatan Laba operasional Laba bersih Neraca : Total aktiva Aktiva lancar Modal kerja Ekuitas pemegang saham
Materialitas dalam tingkat LK menjadi penting diperhatikan oleh auditor disebabkan: Laporan keuangan saling terkait
Prosedur auditing dipergunakan lebih dari satu laporan
yang ada dalam laporan keuangan, dimana saling berkaitan antara satu dengan yang lain.
Pertimbangan Materialitas Kuantitatif Kualitatif
Minimum salah saji yang bisa ada dalam suatu saldo
rekening yang dipandang sebagai salah saji material
Hal-hal yang mempengaruhi auditor dalam menentukan besarnya materialitas: Faktor individu auditor Faktor eksternal perusahaan
Tingkat pengaruh suatu akun Faktor kondisi KAP
Materialitas merupakan satu diantara berbagai
faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kecukupan ( kuantitas ) bukti audit. Semakin rendah tingkat materialitas , semakin
besar jumlah bukti yang diperlukan ( hubungan terbalik ).
* Risiko dalam auditing berarti auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit. Ketidakpastian mengenai kompetensi bahan bukti,
efektifitas SPI klien, dan ketidakpastian apakah L/K telah disajikan secara wajar setelah audit selesai. Risiko audit diukur dan perlu penanganan secara hati-hati. Semakin kecil resiko audit, semakin banyak dan semakin intensif prosedur audit yang akan diterapkan
Merupakan suatu model yang digunakan oleh auditor untuk
menangani masalah risiko dalam tahap perencanaan pengumpulan bahan bukti agar audit menjadi lebih efektif. Model risiko audit : AAR PDR = ------------IR x CR
PDR = Risiko penemuan yang direncanakan ( Planned Detection Risk ) AAR = Risiko audit yang dapat diterima ( Acceptable Audit Risk ) IR = Risiko bawaan ( Inherent Risk ) CR = Risiko pengendalian ( Control Risk )
Risiko penemuan yang direncanakan ( Planned Detection
Risk ) * Yaitu bahwa bahan bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal menemukan salah saji yang melewati jumlah yang dapat ditoleransi, kalau salah saji semacam itu timbul. Risiko Bawaan ( Inherent Risk )
* penetapan auditor akan kemungkinan adanya salah saji dalam segmen audit yang melewati batas toleransi, sebelum memperhitungkan faktor efektifitas pengendalian intern.
Risiko pengendalian ( Control Risk )
* Yaitu ukuran penetapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam segmen audit yang melewati batas toleransi, yang tak terdeteksi atau tercegah oleh SPI klien. Risiko audit yang dapat diterima ( Acceptable Audit Risk )
* Yaitu ukuran ketersediaan auditor untuk menerima bahwa L/K salah saji secara material walaupun audit telah selesai dan pendapat WTP telah diberikan. Bersifat subyektif.
Menyelidiki kondisi klien, menilai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat ketergantungan pemakai ekstern terhadap laporan, kemungkinan kegagalan keuangan setelah audit selesai, dan integritas manajemen. Auditor menetapkan tingkat risiko sementara yang bersifat
subyektif bahwa L/K berisi salah saji material setelah audit selesai. Kemungkinan memperoleh informasi tambahan mengenai
klien dan memodifikasi AAR.
Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko usaha sehingga akan mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima : 1. Tingkat ketergantungan pemakai pada L/K Jika pemakai memiliki ketergantungan yang besar pada L/K, maka risiko audit perlu diperkecil. Faktor yang menunjukkan tingkat ketergantungan : Ukuran perusahaan klien Distribusi kepemilikan Jumlah dan sifat kewajiban perusahaan
2.Kemungkinan akan adanya kesulitan keuangan klien yang timbul setelah laporan audit diterbitkan. Dalam hal ini, auditor akan diminta untuk mempertahankan kualitas audit yang dilaksanakannya, bahkan kemungkinan akan dituntut di pengadilan. Jika auditor merasa ada kemungkinan kegagalan finansial atau kerugian besar dan peningkatan risiko usaha, sebaiknya auditor menurunkan AAR 3. Evaluasi auditor atas integritas manajemen. Jika integritas dipertanyakan maka AAR akan rendah. Jika integritas rendah, sering timbul konflik dengan pedagang saham, konsumen, dan aparat negara sehingga akan mempengaruhi anggapan pemakai atas kualitas audit dan dapat menyebabkan tuntutan
Tipe I Resiko Bawaan Resiko Pengendalian
Tidak Dapat Dikendalikan Oleh AuditorDapat Dikendalikan Auditor
Tipe II Resiko Deteksi
Model risiko audit mengandung risiko bawaan berarti
auditor harus memprediksi dimanakah salah saji yang paling mungkin terjadi dan dimana yang kemungkinannya paling kecil. Informasi ini jumlah bahan bukti yang akan dikumpulkan dan bagaimana auditor mengalokasikannya pada segmen-segmen audit. Risiko bawaan dapat relatif
rendah pada kasus tertentu dan cukup tinggi pada kasus lain.
Faktor Penentu Resiko Bawaan secara umum Profitabilitas Jenis usaha & sensitifitas operasi Masalah kelangsungan usaha Sifat, penyebab dan jumlah salah saji tahun sebelumnya Integritas, reputasoi & pengetahuan tentang akuntansi dari
manajemen
Faktor Penentu Resiko Bawaan pada suatu akun: Akuntabilitas akun atau transaksi Kerumitan masalah akuntansi yang terkait Sifat, penyebab dan jumlah salah saji yang dideteksi pada
tahun sblmnya
Terkait dengan efektifitas Struktur Pengendalian
Interen 2 macam resiko pengendalian : Actual level of control risk Assessed level of control risk
Auditor dapat mengkontrol resiko pengendalian dengan cara memodifikasi : Prosedur yang akan membantu memahami SPI
Prosedur-prosedur yang digunakan untuk pengujian
pengendalian
Tergantung atas penetapan auditor terhadap resiko audit, resiko bawaan, resiko pengendalian RA RB/RP Resiko Deteksi RD RDControlable by Auditor
Resiko Deteksi merupakan resiko sebagai akibat auditor tidak
dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi.
Jenis Resiko Deteksi :
Analitis Review Risk Substantif Test Risk Deteksi adalah satu-satunya resiko yang bisa
Resiko
dipengaruhi/diatur oleh auditor, lewat banyak atau sedikitnya
bukti dengan penambahan atau pengurangan prosedur audit .Apabila auditor ingin resiko deteksi kecil, maka perlu lebih banyak bukti audit/prosedur audit, dan sebaliknya.
AR = IR X CR X DRAR IR CR DR : : : : Resiko Resiko Resiko Resiko Audit ( Audit Risk ) Bawaan ( Inherent Risk ) Pengendalian( Control Risk ) Deteksi ( Detection Risk )
Resiko deteksi merupakan resiko yang dapat dikendalikan oleh auditor. Oleh karena itu , sudut pandang model tersebut dialihkan ke resiko deteksi menjadi : DR = AR : ( IR x CR )
Resiko audit mempunyai hubungan terbalik dengan tingkat keinginan kepastian / keyakinan. Semakin besar / tinggi tingkat keinginan kepastian ( contidence level ) maka semakin kecil / rendah resiko audit. Dari tiga komponen tersebut antara resiko bawaan dan resiko pengendalian dengan resiko deteksi berhubungan terbalik. Semakin tinggi resiko bawaan dan atau resiko pengendalian semakin rendah resiko deteksi. Dengan demikian hubungan searah terjadi antara tingkat keinginan kepastian dengan tingkat resiko bawaan dan resiko pengendalian. Hal yang sama antara tingkat resiko deteksi dengan tingkat resiko audit keseluruhan.
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit dan risiko audit sebagai berikut: 1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan. 2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah satu dari 3 cara berikut: (a) menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahakan jumlah bukti audit yang dikumpulkan, (b) menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap dipertahankan, dan (c) menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara bersama-sama.
1. Primarily substantive approach.
2. Lower assessed level of control risk approach
Pemilihan strategi didasarkan atas pertimbangan : Planned assessed level of control risk Pemahaman auditor atas SPI Test of control dalam menentukan resiko pengendalian Planned assessed level of substantif test
Risiko Audit Untuk Segmen
Risiko pengendalian (CR) dan risiko bawaan (IR) diterapkan secara spesifik untuik tiap siklus, akun, dan tujuan audit sehingga cenderung berbeda. Risiko pengendalian berbeda untuk tiap akun tergantung efektifitas pengendaliannya. AAR diterapkan auditor untuk keseluruhan audit, konstan untuk tiap siklus dan akun utama. CR dan IR bervariasi sehingga risiko penemuan dan bahan bukti audit yang diperlukan juga bervariasi, tergantung situasi secara spesifik. Menghubungkan Salah Saji Yang Dapat Ditoleransi dan Risiko Dengan Tujuan Audit yang Berhubungan Dengan Saldo. IR dan CR ditetapkan untuk setiap tujuan audit, tetapi tidak lazim untuk mengalokasikan materialitas pada tujuan audit karena lebih sulit.
Sulit
mengukur komponen-komponen dalam model, sehingga auditor biasanya menggunakan ukuran kasar yang subyektif (rendah,sedang,tinggi). Sulit mengukur jumlah bahan bukti yang diinginkan suatu risiko penemuan yang telah ditetapkan. PDR dapat diturunkan dengan mengkombinasikan beberapa prosedur audit, dengan jenis bahan bukti yang berbeda untuk tujuan audit yang berbeda. Tidak ada metode pengukuran yang akurat untuk menentukan pengukuran kuantitatif yang tepat mengenai kombinasi bahan bukti, tetapi secara subyektif untuk mengevaluasi kecukupan bahan bukti untuk memenuhi PDR butuh pertimbangan profesional.
Menghubungkan pertimbangan yang mempengaruhi
bahan bukti audit dengan bahan bukti yang tepat untuk dikumpulkan Kertas kerja perencanaan bahan bukti menunjukkan
bahwa faktor-faktor lain harus dipertimbangkan sebelum membuat keputusan bahan bukti aktiva
Model risiko audit untuk mengevaluasi hasil audit sesuai
SAS 47: AcAR = IR x CR x AcDR AcAR
= Risiko audit yang dicapai (Achieved Audit Risk ) Yaitu satu ukuran risiko yang diambil audit bahwa satu akun dalam L/K secara material salah saji setelah auditor mengumpulkan bahan bukti audit.= Risiko bawaan ( Inherent Risk ) Yaitu faktor risiko bawaan yang telah direvisi selama audit.
IR
CR = Risiko pengendalian ( Control Risk)
Yaitu risiko pengendalian yang telah direvisi. AcDR
= Risiko penemuan yang dicapai ( Achieved Detection
Risk ) Yaitu satu ukuran dari risiko bahwa bahan bukti audit untuk satu segmen tidak mendeteksi salah saji melebihi jumlah yang dapat ditoleransi, jika salah saji tersebut ada. Auditor dapat mengurangi penemuan yang dicapai hanya dengan mengumpulkan bahan bukti.
Contoh : Jika risiko audit yang dapat dicapai (AcDR) 4%, berarti ada 4% risiko bahwa saldo akun persediaan mengandung salah saji lebih dari salah saji yang dapat ditoleransi. Keadaan yang diinginkan jika AcAR