26
AUDIT INVESTIGASI Suatu bentuk audit atau pemeriksaan yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengungkap kecurangan atau kejahatan dengan menggunakan pendekatan, prosedur dan teknik-teknik yang umumnya digunakan dalam suatu penyelidikan atau penyidikan terhadap suatu kejahatan. Karena tujuan audit investigasi adalah untuk mengidentifikasi dan mengungkap kecurangan atau kejahatan, maka pendekatan, prosedur dan teknik yang digunakan di dalam audit investigatif relatif berbeda dengan pendekatan, prosedur dan teknik yang digunakan di dalam audit keuangan, audit kinerja atau audit dengan tujuan tertentu lainnya. Dalam audit investigatif, seorang auditor memulai suatu audit dengan praduga/ indikasi akan adanya kemungkinan kecurangan dan kejahatan yang akan diidentifikasi dan diungkap melalui audit yang akan dilaksanakan. Kondisi tersebut, misalnya, akan mempengaruhi siapa yang akan diwawancarai terlebih dahulu atau dokumen apa yang harus dikumpulkan terlebih dahulu. Selain itu, dalam audit investigatif, jika memiliki kewenangan, auditor dapat menggunakan prosedur dan teknik yang umumnya digunakan dalam proses penyelidikan dan penyidikan kejahatan, seperti pengintaian dan penggeledahan. Auditor sebagai pelaksana Audit Investigasi Audit investigatif terhadap indikasi korupsi bisa dilaksanakan oleh auditor di lembaga negara dan lembaga pemerintah serta auditor di lembaga non-pemerintah. Pelaksanaan audit investigatif di lembaga negara dan lembaga pemerintah terikat kepada ketentuan yang terdapat di dalam Standar Pemeriksaan 1

Audit Investigasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

Page 1: Audit Investigasi

AUDIT INVESTIGASI

Suatu bentuk audit atau pemeriksaan yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengungkap

kecurangan atau kejahatan dengan menggunakan pendekatan, prosedur dan teknik-teknik

yang umumnya digunakan dalam suatu penyelidikan atau penyidikan terhadap suatu

kejahatan.

Karena tujuan audit investigasi adalah untuk mengidentifikasi dan mengungkap kecurangan

atau kejahatan, maka pendekatan, prosedur dan teknik yang digunakan di dalam audit

investigatif relatif berbeda dengan pendekatan, prosedur dan teknik yang digunakan di dalam

audit keuangan, audit kinerja atau audit dengan tujuan tertentu lainnya.

Dalam audit investigatif, seorang auditor memulai suatu audit dengan praduga/ indikasi akan

adanya kemungkinan kecurangan dan kejahatan yang akan diidentifikasi dan diungkap

melalui audit yang akan dilaksanakan. Kondisi tersebut, misalnya, akan mempengaruhi siapa

yang akan diwawancarai terlebih dahulu atau dokumen apa yang harus dikumpulkan terlebih

dahulu. Selain itu, dalam audit investigatif, jika memiliki kewenangan, auditor dapat

menggunakan prosedur dan teknik yang umumnya digunakan dalam proses penyelidikan dan

penyidikan kejahatan, seperti pengintaian dan penggeledahan.

Auditor sebagai pelaksana Audit Investigasi

Audit investigatif terhadap indikasi korupsi bisa dilaksanakan oleh auditor di lembaga negara

dan lembaga pemerintah serta auditor di lembaga non-pemerintah. Pelaksanaan audit

investigatif di lembaga negara dan lembaga pemerintah terikat kepada ketentuan yang

terdapat di dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara atau SPKN. Sementara itu,

pelaksanaan audit investigatif oleh auditor di lembaga non-pemerintah dapat mengacu kepada

standar pemeriksaan yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki otoritas untuk

mengeluarkan standar seperti itu, di Indonesia misalnya Institut Akuntan Publik Indonesia

atau standar pemeriksaan yang lain tergantung kepada keterikatan antara auditor dengan

pemberi mandat audit.

Kualifikasi Auditor

Audit investigatif seharusnya dilaksanakan oleh orang-orang yang mempunyai pengalaman

dan keahlian dalam melaksanakan audit investigatif. Auditor yang belum memiliki

pengalaman dan keahlian harus mendapat bimbingan dari auditor lain yang memiliki

pengalaman dan keahlian audit investigatif. Auditor investigatif juga perlu mempunyai

pemahaman yang cukup tentang hal-hal yang akan diaudit terutama menyangkut peraturan

yang berlaku serta proses bisnis yang berkaitan dengan hal-hal yang akan diaudit. Secara

khusus, auditor yang akan melaksanakan audit investigatif juga harus mempunyai

1

Page 2: Audit Investigasi

pemahaman yang cukup tentang ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan hal-hal

yang akan diaudit maupun ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan pengungkapan

kejahatan misalnya Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana atau KUHAP.

Pendekatan Audit Investigasi

Sebagaimana halnya penyelidikan dan penyidikan, audit investigatif bisa dilaksanakan secara

REAKTIF atau PROAKTIF.

A. REAKTIF; Audit investigatif dikatakan bersifat reaktif apabila auditor melaksanakan

audit setelah menerima atau mendapatkan informasi dari pihak lain mengenai

kemungkinan adanya tindak kecurangan dan kejahatan. Audit investigatif yang

bersifat reaktif umumnya dilaksanakan setelah auditor menerima atau mendapatkan

informasi dari berbagai sumber informasi misalnya dari auditor lain yang

melaksanakan audit reguler, dari pengaduan masyarakat, atau karena adanya

permintaan dari aparat penegak hukum. Karena sifatnya yang reaktif maka auditor

tidak akan melaksanakan audit jika tidak tersedia informasi tentang adanya dugaan

atau indikasi kecurangan dan kejahatan.

B. PROAKTIF; audit investigatif dikatakan bersifat proaktif apabila auditor secara aktif

mengumpulkan informasi dan menganalisis informasi tersebut untuk menemukan

kemungkinan adanya tindak kecurangan dan kejahatan sebelum melaksanakan audit

investigatif. Auditor secara aktif mencari, mengumpulkan informasi dan menganalisis

informasi-informasi yang diperoleh untuk menemukan kemungkinan adanya

kecurangan dan kejahatan. Audit investigatif yang bersifat proaktif perlu dilakukan

pada area atau bidang-bidang yang memiliki potensi kecurangan atau kejahatan yang

tinggi. Audit yang bersifat proaktif dapat menemukan kemungkinan adanya

kecurangan dan kejahatan secara lebih dini sebelum kondisi tersebut berkembang

menjadi kecurangan atau kejahatan yang lebih besar. Selain itu Audit investigatif

yang bersifat proaktif juga dapat menemukan kejahatan yang sedang atau masih

berlangsung sehingga pengumpulan bukti untuk penyelidikan, penyidikan dan

penuntutan kejahatan tersebut lebih mudah dilaksanakan.

Hasil dari suatu audit investigatif, baik yang bersifat reaktif maupun proaktif dapat digunakan

sebagai dasar penyelidikan dan penyidikan kejahatan oleh aparat penegak hukum.

Berdasarkan hasil audit tersebut, aparat penegak hukum akan mengumpulkan bukti-bukti

yang relevan sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku untuk kepentingan penuntutan dan

pemeriksaan di pengadilan.

Mekanisme Audit

2

Page 3: Audit Investigasi

Mekanisme dalam melakukan Audit Investigasi, yaitu:

1. Mengumpulkan data dan informasi serta menganalisis adanya indikasi korupsi

• Audit investigatif yang bersifat proaktif dimulai dengan pengumpulan data dan

informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diaudit. Terdapat sejumlah

besar data dan informasi yang dapat dikumpulkan dari berbagai sumber untuk

mengidentifikasi adanya indikasi kecurangan dan kejahatan. (misalnya data aliran

dana keluar perusahaan, data kekayaan orang-orang yang menjadi key person di

perusahaan, informasi dari media massa, dsb). Selanjutnya berbagai data dan

informasi tersebut dianalisis sesuai dengan tujuan dari audit investigatif yang akan

dilaksanakan.

2. Mengembangkan hipotesis kejahatan dan merencanakan audit; diantaranya:

• Lakukan analisis terhadap perkembangan produk perusahaan di pasaran, bandingkan

dengan perusahaan sejenis, analisis rugi karena apa?

• Dapatkan informasi mengenai siapa yang berwenang/ melakukan otorisasi uang

keluar dengan nominal yang signifikan, dll

3. Melaksanakan audit untuk mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung hipotesis

• Dalam melaksanakan audit investigatif maka auditor harus menerapkan pendekatan

yang relatif berbeda dengan pendekatan yang dilaksanakan dalam audit non

investigative, diantaranya adalah:

• Auditor melaksanakan wawancara terhadap saksi yang mendukung audit dan

menganalisa dokumen yang tersedia;

• Auditor menggunakan bukti tidak langsung yang tersedia untuk meyakinkan saksi-

saksi agar bisa mendapatkan bukti-bukti yang secara langsung menunjukkan

terjadinya kecurangan atau kejahatan;

• Jika sudah mendapatkan bukti-bukti yang cukup, auditor dapat mewawancarai orang-

orang yang diduga melakukan kecurangan atau kejahatan terutama untuk

membuktikan adanya unsur niat atau kesengajaan.

• Auditor juga harus mampu mengidentifikasi dan mengungkap adanya indikasi/

keberadaan fraud dengan pengungkapkan mengenai:

• What/ Apa yang menjadi masalah indikasi fraud dalam perusahaan?

• Who/ Siapa yang diduga/ terindikasi melakukan fraud?

• Where/ Dimana indikasi suatu fraud terjadi?

• When/ Kapan pelaku melakukan fraud tersebut?

• Why/ Mengapa fraud bisa terjadi di perusahaan?

3

Page 4: Audit Investigasi

• How(how much)/ Bagaimana fraud bisa terjadi? dan berapa besar kerugian akibat

fraud tersebut?

• Dokumentasi Audit; auditor harus mendokumentasikan hasil auditnya dalam kertas

kerja audit, kertas kerja akan direview team leader dan manajer audit (Partner in

Charge) dan dikumpulkan serta disusun secara sistematis di dalam suatu tempat

penyimpanan dokumen

• Penyelesaian Pelaksanan Audit; Jika auditor telah melaksanakan program kerja

pemeriksaan yang diperlukan dan mengumpulkan bukti-bukti yang dapat menjawab

pertanyaan 5W+H yang ada maka auditor dapat menghentikan audit dan menyusun

Laporan Hasil Audit Investigatif

4. Penyusunan Laporan Hasil Audit

• Setelah selesai melaksanakan audit maka Ketua Tim Audit menyusun laporan audit

investigatif, yang disusun dengan memperhatikan ketentuan penyusunan laporan

audit investigatif sebagai berikut:

1. Akurat dalam arti bahwa seluruh materi laporan misalnya menyangkut kecurangan

atau kejahatan yang terjadi serta informasi penting lainnya, termasuk penyebutan

nama, tempat atau tanggal adalah benar sesuai dengan bukti-bukti yang sudah

dikumpulkan;

2. Jelas dalam arti bahwa laporan harus disampaikan secara sistematik dan setiap

informasi yang disampaikan mempunyai hubungan yang logis. Sementara itu, istilah-

istilah yang bersifat teknis harus dihindari dan kalau tidak bisa dihindari harus

dijelaskan secara memadai;

3. Berimbang dalam arti bahwa laporan tidak mengandung bias atau prasangka dari

auditor yang menyusun laporan atau pihak-pihak lain yang dapat mempengaruhi

auditor. Laporan hanya memuat fakta-fakta dan tidak memuat opini atau pendapat

pribadi auditor

4. Relevan dalam arti bahwa laporan hanya mengungkap informasi yang berkaitan

langsung dengan kecurangan atau kejahatan yang terjadi;

5. Tepat waktu dalam arti bahwa laporan harus disusun segera setelah pekerjaan

lapangan selesai dilaksanakan dan segera disampaikan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan.

4

Page 5: Audit Investigasi

AUDIT FORENSIK

Audit forensik merupakan audit gabungan keahlian yang mencakup keahlian akuntansi,

auditing maupun bidang hukum/perundangan dengan harapan bahwa hasil audit tersebut akan

dapat digunakan untuk mendukung proses hukum di pengadilan maupun kebutuhan hukum

lainnya. Audit forensik dilakukan dalam rangka untuk memberikan dukungan keahlian dalam

proses legal pemberian keterangan ahli dalam proses litigasi/litigation. Audit forensik yang

sebelumnya dikenal dengan akuntansi forensik mengandung makna antara lain “yang

berkenaan dengan pengadilan”. Selain itu, juga sesuatu yang berkenaan dengan penerapan

pengetahuan ilmiah pada permasalahan hukum.

Menurut Editor in chief dari Journal of Forensic Accounting D. Larry Crumbley bahwa

“secara sederhana dapat dikatakan, bahwa akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat

untuk tujuan hukum, artinya akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama

proses pengadilan atau proses peninjauan judisial atau administratif”. Secara makro cakupan

audit forensik meliputi investigasi kriminal, bantuan dalam konteks perselisihan pemegang

saham, masalah gangguan usaha (business interupstions)/jenis lain dan klaim assuransi,

maupun business/employee fraud investigation.

Berkaitan dengan istilah fraud dalam judul tersebut dapat dimaknai sebagai serangkaian kata

perbuatan yang melawan hukum/illegal acts yang dilakukan dengan sengaja dan merugikan

pihak lain. Perbuatan yang merugikan tersebut antara lain bisa berbentuk korupsi, kolusi, dan

nepotisme (KKN), kecurangan, penyelewengan, pencurian, penyogokan, manipulasi,

penggelapan, penjarahan, penipuan, penyelundupan, salah saji. Perbuatan tersebut secara

keseluruhan merupakan perbuatan yang menyimpang etika dan kepatutan/abuse

Audit investigasi mendahului forensik secara kontekstual, perlu ditingkatkan pemahaman

yang maknanya merupakan audit yang bersifat khusus utamanya yang ditujukan untuk

mengungkap kasus-kasus atau kecurangan maupun penyimpangan-penyimpangan yang

memiliki indikasi Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN). Audit investigasi merupakan

kegiatan pengumpulan fakta dan bukti yang dapat diterima dalam sistim hukum yang berlaku

dengan tujuan untuk mengungkapkan terjadinya kecurangan/fraud.

Menurut Centre of International Crime Prevention/CICP dan UN Office for Drug Control and

Crime Prevention (UN-ODCCP) mengelompokkan dalam 10 bentuk korupsi yaitu:

(i) Pemalsuan/Fraud, (ii) Penyuapan/Bribery, (iii) Penggelapan/Emblezzlement, (iv)

Komisi/Commision, (v) Pemerasan/Extortion, (vi) Pilih kasih/Favoritism, (vii)

Penyalahgunaan wewenang/Abuse of Discretion, (viii) Nepotisme/Nepotism, (ix) Bisnis

orang dalam/Insider Trading, dan (x) Sumbangan Illegal/Illegal contribution.

5

Page 6: Audit Investigasi

Theodorus M. Tuanakotta menyampaikan beberapa kondisi yang bisa mengidentifikasikan

risiko terjadinya kecurangan yaitu lemahnya manajemen yang tidak bisa menerapkan

pengendalian intern yang ada atau tidak bisa mengawasi proses pengendalian. Pemisahan

tugas yang tidak jelas, terutama yang berkaitan dengan tugas-tugas pengendalian dan

pengamanan sumberdaya. Transaksi-transaksi yang tidak lazim dan tanpa penjelasan yang

memuaskan. Kasus dimana pegawai cenderung menolak liburan atau menolak promosi.

Dokumen-dokumennya hilang atau tidak jelas, atau manajemen selalu menunda memberikan

informasi tanpa alasan yang jelas. Informasi yang salah atau membingungkan dan

pengalaman audit atau investigasi yang lalu dengan temuan mengenai kegiatan-kegiatan yang

perlu dipertanyakan atau bersifat kriminal.

Seperti telah disinggung dalam uraian tersebut bahwa audit ini tidak sama dengan

pelaksanaan audit secara umum, audit forensik lebih menekankan pada hal-hal atau tindakan

yang diluar kewajaran atau diluar kebiasaan maupun yang seringkali dikatakan pengecualian

maupun keanehan (exception, addities, irregularities) dan pola tindakan (pattern of conduct)

daripada hal-hal yang sifatnya normatif yaitu kesalahan (error) dan keteledoran (ommisions)

seperti audit umumnya. Dapat dikatakan bahwa audit forensik merupakan suatu metodologi

dan pendekatan khusus dalam menilisik kecurangan (fraud), atau audit yang bertujuan untuk

membuktikan ada atau tidaknya fraud yang dapat digunakan dalam proses litigasi.

Upaya penajaman atas permasalahan dari audit investigasi melalui teknologi forensik,

terutama untuk menguji bahan bukti audit yang bersifat khusus utamanya yang ditujukan

untuk mengungkap kasus-kasus atau kecurangan maupun penyimpangan-penyimpangan yang

memiliki indikasi merugikan keuangan Negara, modus operandi, pihak-pihak yang terlibat,

peraturan perundangan yang dikangkangi, kapan terjadinya kejadian, lokus kejadian,

kerugian yang ditimbulkan, dan alat bukti perkara sesuai dengan Pasal 184 ayat (1) KUHAP

berupa keterangan saksi, keterangan ahli, bukti surat, petunjuk, maupun keterangan terdakwa.

Tentunya runtutan kejadian perkara tersebut harus dituangkan dalam berita acara permintaan

keterangan (BAPK) dari pihak yang terkait dengan kejadian perkara dimaksud.

Dalam audit forensik ini secara normatif auditor dibebani tuntutan untuk dapat memperoleh

bukti dan alat bukti yang dapat mengungkap adanya tindak pidana fraud. Selain itu, alat bukti

hasil audit forensik dimaksud untuk digunakan oleh aparat penegak hukum (APH) untuk

dikembangkan menjadi alat bukti yang sesuai dengan yang tercantum dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) seperti tersebut pada uraian diatas dalam rangka

mendukung litigasi peradilan. Alat bukti yang cukup dikembangkan tersebut selanjutnya

dilakukan analisis yang merupakan tanggungjawab auditor dalam upaya pembuktian sampai

6

Page 7: Audit Investigasi

menemukan alat bukti sesuai ketentuan, sedangkan penetapan terjadinya fraud maupun salah

tidaknya seseorang merupakan wewenang APH, dalam hal ini alat bukti dan keyakinan

hakim pengadilan.

Bukti Tindak Pidana

Bukti yang diperoleh auditor harus cukup, mengingat seringnya dampak yang akan dihadapi

oleh pihak-pihak yang terlibat dan bertanggungjawab dalam kejadian kecurangan. Dan

auditor dapat menghadapi tuntutan hukum dari pihak yang merasa dirugikan akibat kesalahan

auditor yang mengambil simpulan dari fakta-fakta yang tidak lengkap. Standar audit Aparat

Pengawasan Fungsional Pemerintah (SA-APFP) SK Kepala Balai Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan No Kep.378/K/1996 tentang Standar Pelaksanaan Audit APFP bahwa “ Bukti

Audit yang relevan, kompeten dan cukup harus diperoleh sebagai dasar yang memadai untuk

mendukung pendapat simpulan dan saran. Maknanya Relevan yaitu logis mendukung

pendapat/kesimpulan; Kompeten yaitu sah dan dapat diandalkan menjamin kesesuaian

dengan fakta, dan Cukup dalam arti jumlah bukti untuk menarik kesimpulan.

Mengumpulkan bukti.

Tahapan untuk mendapatkan keyakinan bahwa bukti yang didapatkan/diidentifikasi dapat

diandalkan (leading) atau tidak dapat diandalkan (misleading). Bila tidak, maka harus

dievaluasi untuk menentukan apakah audit harus diselesaikan sebagaimana yang

direncanakan. Bukti dapat diperoleh dari saksi, korban dan pelaku; Pencarian dan

penggeledahan; Penggunaan alat bantu (computer), dan tenaga ahli

Evaluasi bukti.

Merupakan tahapan yang paling kritis sebab pada tahap ini akan ditentukan diperluas atau

tidaknya untuk mendapatkan informasi tambahan sebelum simpulan diambil dan laporan

disusun. Kegiatan mencakup evaluasi relevansi dapat diterima dan kompetensi. Evaluasi

bukti dilakukan bila seluruh bukti terkait telah diperoleh. Hal ini dilakukan untuk (i) menilai

kasus terbukti atau tidak kebenarannya; (ii) evaluasi berkala untuk menilai kesesuaian

hipotesis dengan fakta yang ada, (iii) perlu tidaknya pengembangan suatu bukti, (iv)

antisipasi dengan urutan proses kejadian (sequence) dan kerangka waktu kejadian/time

frame). Teknis analisis bukti meliputi (i) Find, (ii) Read and interpret documents, (iii)

Determinate relevance, (iv) verify the evidence, (v) assemble the evidence, dan (vi) Draw

conclusion.

Theodorus M Tuanakotta mengutip standar yang dirumuskan K.H. Spencer Pickett dan

Jennifer Pickett dengan 7 (tujuh) standar untuk melakukan investigasi terhadap fraud, yaitu :

7

Page 8: Audit Investigasi

1. Seluruh investigasi harus dilandasi praktek terbaik yang diakui/accepted best

practices)

2. Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian/due care sehingga bukti-bukti

tadi dapat diterima di pengadilan

3. Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi dan diindeks;

dan jejak audit tersedia.

4. Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak azasi pegawai dan senantiasa

menghormatinya.

5. Beban pembuktian ada pada yang “menduga” pegawainya melakukan kecurangan,

dan pada “penuntut umum” yang mendakwa pegawai tersebut, baik dalam kasus

hukum administratif maupun hukum pidana.

6. Cakup seluruh subtansi investigasi dan “kuasai” seluruh target yang sangat kritis

ditinjau dari segi waktu.

7. Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan,

pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara, kontak dengan pihak ketiga,

pengamanan mengenai hal-hal yang bersifat rahasia, ikuti tatacara atau protokol,

dokumentasi dan penyelenggaraan catatan, keterlibatan polisi, kewajiban hukum, dan

persyaratan mengenai pelaporan.

Theodorus M Tuanakotta mengutip standar yang dirumuskan K.H. Spencer Pickett dan

Jennifer Pickett dengan 7 (tujuh) standar untuk melakukan investigasi terhadap fraud, yaitu :

1. Seluruh investigasi harus dilandasi praktek terbaik yang diakui/accepted best

practices)

2. Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian/due care sehingga bukti-bukti

tadi dapat diterima di pengadilan

3. Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi dan diindeks;

dan jejak audit tersedia.

4. Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak azasi pegawai dan senantiasa

menghormatinya.

5. Beban pembuktian ada pada yang “menduga” pegawainya melakukan kecurangan,

dan pada “penuntut umum” yang mendakwa pegawai tersebut, baik dalam kasus

hukum administratif maupun hukum pidana.

6. Cakup seluruh subtansi investigasi dan “kuasai” seluruh target yang sangat kritis

ditinjau dari segi waktu.

8

Page 9: Audit Investigasi

7. Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan,

pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara, kontak dengan pihak ketiga,

pengamanan mengenai hal-hal yang bersifat rahasia, ikuti tatacara atau protokol,

dokumentasi dan penyelenggaraan catatan, keterlibatan polisi, kewajiban hukum, dan

persyaratan mengenai pelaporan.

Berdasarkan overview mengenai audit investigasi dan audit forensik dibawah ini merupakan

contoh dari hasil audit tersebut:

AUDIT INVESTIGASI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dari audit investigatif terhadap Laporan pengaduan masyarakat terhadap dugaan korupsi oleh

mantan pejabat Bupati Minahasa Selatan di Amurang diidentifikasikan sejumlah

penyimpangan yaitu :

1. Mark Up pembelian mobil dinas (kendaraan bermotor roda empat);

2. Mark Up pembelian motor dinas (kendaraan bermotor roda dua);

3. Dana Bencana Alam di Kecamatan Belang dan Kecamatan Tenga sebesar

Rp1.224.800.000,00;

• Pekerjaan normalisasi dan pembuatan tanggul banjir sungai owisang Kecamatan

Belang sebesar Rp499.900.000,00.

• Pekerjaan Normalisasi dan Perkuatan Tebing Sungai Tongop Desa Tawaang

Kecamatan Tenga sebesar Rp349.900.000,00.

• Pekerjaan penanganan banjir Desa Molinow Bawah Kecamatan Tenga sebesar

Rp150.000.000,00.

• Bantuan Untuk Desa Pakuure I, II dan III sebesar Rp225.000.000,00.

4. Dana Bea Siswa

Bupati Minahasa Selatan (Sdr. Drs. R. M. Luntungan), tidak mengeluarkan Surat Keputusan

berupa penetapan siswa SD, SMP, dan SMU/K serta mahasiswa penerima beasiswa dan

bantuan perguruan tinggi.

B. Rekomendasi

Berdasarkan penyimpangan, modus operandi, pihak yang diindikasikan terlibat, serta

indikasi unsur tindak pidana yang telah diidentifikasikan dan setelah didapatkan alat bukti,

kemudian dapat disimpulkan bahwa terdapat indikasi adanya kemahalan harga atas

pengadaan kendaraan bermotor roda empat. Tim audit investigasi merekomendasikan agar

hasil audit investigasi ini ditindaklanjuti dengan penyerahan laporan ini kepada Kejaksaan

9

Page 10: Audit Investigasi

agar dapat segera diteruskan dengan proses penyidikan, namun sudah terdapat unsur-unsur

positif yang meringankan, yaitu pihak rekanan (Sdr. Ari Suroto, Pimpinan Cabang PT. Astra

Internasional Tbk Daihatsu Manado) telah menyadari kesalahannya dan telah bersedia

menyetor ke Kas Daerah atas kerugian daerah akibat perbuatannya sebesar

Rp407.790.000,00, sesuai dengan bukti surat tertanggal 14 Desember 2005.

KESIMPULAN INDIKASI TERPENUHINYA UNSUR TINDAK PIDANA KORUPSI

a. Mark Up pembelian mobil dinas (kendaraan bermotor roda empat);

Berdasarkan investigasi yang dilakukan, Tim Audit Investigatif berkesimpulan telah terjadi

penyimpangan dalam pengadaan kendaraan dinas roda empat pada Pemerintah Kabupaten

Minahasa Selatan di Amurang yaitu :

1) Drs. H.D. Waworuntu, Sekretaris Daerah Kabupaten dalam kedudukannya sebagai a.n.

Pnj. Bupati Minahasa Selatan, menyetujui dan menandatangani persetujuan prinsip

Penunjukan langsung Tanpa Lelang, memberikan pengesahan atas penetapan harga

penunjukan langsung.

2) Drs. O.W. Ch. Tumundo, sebagai Ketua Panitia Pengadaan tidak menyusun Harga

Perkiraan Sendiri (HPS) untuk pengadaan kendaraan roda empat.

3) Drs. O.W. Ch. Tumundo, sebagai Ketua Panitia Pengadaan tidak melaksanakan negosiasi

atas harga penawaran yang diajukan dan menggunakan harga penawaran sebagai harga yang

diusulkan untuk ditetapkan sebagai harga kontrak.

4) Drs. O.W. Ch. Tumundo, sebagai Ketua Panitia Pengadaan tidak menilai secara efisien

(tepat) mengenai proses pembayaran atas pengadaan kendaraan dinas dimana terdapat nilai

bunga yang cukup besar sedangkan dalam APBD telah dianggarkan untuk pembelian

kendaraan dinas roda empat.

5) Ari Suroto, sebagai Kepala Cabang PT Astra Internasional Tbk Daihatsu Manado telah

melakukan mark up penawaran harga yang diberikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten

Minahasa Selatan berupa bunga sebesar 3 % perbulan.

Pokok modus operandi secara singkat adalah Drs. H.D. Woworuntu, menyetujui dan

menandatangani persetujuan prinsip penunjukan langsung tanpa lelang dan pengesahan atas

penetapan harga, Drs. O.W. Ch. Tumondo melakukan pengadaan kendaraan dinas kantor

Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan tanpa melalui evaluasi harga terlebih dahulu,

sehingga mengakibatkan terjadi kemahalan harga atas pengadaan tersebut. Adapun pihak

yang terlibat adalah Sdr.Ari Suroto (Kepala Cabang PT. Astra Internasional Tbk Daihatsu

Manado). Dari investigasi yang dilakukan, Tim berkesimpulan bahwa terdapat indikasi

terpenuhinya unsur-unsur tindak pidana korupsi yaitu pelaku, unsur perbuatan melawan

10

Page 11: Audit Investigasi

hukum, unsur memperkaya diri sendiri dan atau orang lain, dan unsur merugikan negara atau

perekonomian negara. namun sudah terdapat unsur-unsur positif yang meringankan, yaitu

pihak rekanan (Sdr. Ari Suroto, Pimpinan Cabang PT. Astra Internasional Tbk Daihatsu

Manado) telah menyadari kesalahannya dan telah bersedia menyetor ke Kas Daerah atas

kerugian daerah akibat perbuatannya sebesar Rp407.790.000,00, sesuai dengan bukti surat

tertanggal 14 Desember 2005. Hasil temuan saat ini belum di konsultasikan dengan Tim

Konsulen Hukum BPK-RI untuk mengetahui apakah Tim Konsulen Hukum berpendapat

bahwa kasus ini telah terindikasi terjadinya tindak pidana korupsi. Untuk sampai pada

kesimpulan telah terjadinya unsur tindak pidana Tim Audit telah melakukan langkah-langkah

antara lain melakukan evalusasi atas dokumen-dokumen pengadaan dan pembayaran,

meminta keterangan dari pihak yang diindikasikan terlibat dan pihak lain yang terkait, serta

melakukan pemeriksaan fisik atas Pengadaan Kendaraan dinas Roda Empat pada Pemerintah

Kabupaten Minahasa Selatan di Amurang.

b. Mark Up pembelian motor dinas (kendaraan bermotor roda dua);

Berdasarkan investigasi yang dilakukan, Tim Audit Investigatif berkesimpulan telah terjadi

penyimpangan dalam pengadaan kendaraan dinas roda dua pada Pemerintah Kabupaten

Minahasa Selatan di Amurang yaitu :

1) Drs. H.D. Waworuntu, Sekretaris Daerah Kabupaten dalam kedudukannya sebagai a.n.

Pnj. Bupati Minahasa Selatan, menyetujui dan menandatangani persetujuan prinsip

Penunjukan Langsung Tanpa Lelang, memberikan pengesahan atas penetapan harga

penunjukan langsung

2) Drs. O.W. Ch. Tumundo, sebagai Ketua Panitia Pengadaan tidak menyusun Harga

Perkiraan Sendiri (HPS) untuk pengadaan kendaraan roda dua.

3) Drs. O.W. Ch. Tumundo, sebagai Ketua Panitia Pengadaan tidak melaksanakan negosiasi

atas harga penawaran yang diajukan dan menggunakan harga penawaran sebagai harga yang

diusulkan untuk ditetapkan sebagai harga kontrak. Dari investigasi yang dilakukan, Tim

berkesimpulan bahwa tidak terdapat indikasi terpenuhinya unsur-unsur tindak pidana korupsi

yaitu pelaku, unsur perbuatan melawan hukum, unsur memperkaya diri sendiri dan atau orang

lain, dan unsur merugikan negara atau perekonomian negara. Hasil temuan saat ini belum di

konsultasikan dengan Tim Konsulen Hukum BPK-RI untukmengetahui apakah Tim

Konsulen Hukum berpendapat bahwa kasus ini telah terindikasi terjadinya tindak pidana

korupsi.

c. Bantuan Bencana Alam

11

Page 12: Audit Investigasi

Berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan, Tim Audit Investigatif berkesimpulan bahwa

tidak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan pekerjaan dana bantuan bencana alam

berindikasi terpenuhinya unsur-unsur tindak pidana korupsi, yaitu pelaku, unsur perbuatan

melawan hukum, unsur memperkaya diri sendiri dan atau orang lain, dan unsur merugikan

negara atau perekonomian negara. Hasil temuan saat ini belum di konsultasikan dengan Tim

Konsulen Hukum BPK-RI untuk mengetahui apakah Tim Konsulen Hukum berpendapat

bahwa kasus ini telah terindikasi terjadinya tindak pidana korupsi.

Untuk sampai pada kesimpulan telah terjadinya unsur tindak pidana Tim Audit telah

melakukan langkah-langkah, antara lain melakukan evaluasi atas dokumen-dokumen kontrak

dan bukti kwitansi pembayaran, meminta keterangan dari pihak yang diindikasikan terlibat

dan pihak lain yang terkait, serta melakukan cek fisik pada pelaksanaan pekerjaan dana

bantuan bencana alam.

d. Dana Beasiswa

Berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan, Tim Audit Investigatif berkesimpulan bahwa

tidak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan penyaluran beasiswa SD, SMP, SMU/K dan

bantuan pendidikan mahasiswa perguruan tinggi yang berindikasi terpenuhinya unsur-unsur

tindak pidana korupsi, yaitu pelaku, unsur perbuatan melawan hukum, unsur memperkaya

diri sendiri dan atau orang lain, dan unsur merugikan negara atau perekonomian negara. Hasil

temuan saat ini belum di konsultasikan dengan Tim Konsulen Hukum BPK-RI untuk

mengetahui apakah Tim Konsulen Hukum berpendapat bahwa kasus ini telah terindikasi

terjadinya tindak pidana korupsi. Untuk sampai pada kesimpulan telah terjadinya unsur

tindak pidana Tim Audit telah melakukan langkah-langkah, antara lain melakukan evaluasi

atas dokumen-dokumen seleksi dan bukti kwitansi pembayaran, meminta keterangan dari

pihak yang diindikasikan terlibat dan pihak lain yang terkait, serta melakukan konfirmasi

kepada kepala sekolah dan siswa penerima beasiswa dan bantuan pendidikan bagi mahasiswa

perguruan tinggi tahun 2004.

Berdasarkan penyimpangan, modus operandi, pihak yang diindikasikan terlibat, serta

indikasi unsur tindak pidana yang telah diidentifikasikan dan setelah didapatkan alat bukti,

kemudian dapat disimpulkan bahwa terdapat indikasi adanya kemahalan harga atas

pengadaan kendaraan bermotor roda empat. Tim audit investigasi merekomendasikan agar

hasil audit investigasi ini ditindaklanjuti dengan penyerahan laporan ini kepada Kejaksaan

agar dapat segera diteruskan dengan proses penyidikan, namun sudah terdapat unsur-unsur

positif yang meringankan, yaitu pihak rekanan (Sdr. Ari Suroto, Pimpinan Cabang PT. Astra

Internasional Tbk Daihatsu Manado) telah menyadari kesalahannya dan telah bersedia

12

Page 13: Audit Investigasi

menyetor ke Kas Daerah atas kerugian daerah akibat perbuatannya sebesar

Rp407.790.000,00, sesuai dengan bukti surat tertanggal 14 Desember 2005.

AUDIT FORENSIK

FORENSIC AUDIT OF CLICO INTERNATIONAL LIFE INSURANCE Ltd by

DELOITE (5 December 2011).

Pada April 14, 2011 Mahkamah Agung Barbados menunjuk Deloitte Consulting Ltd sebagai

Yudisial Manager ("Judicial Manager") dari Clico International Life Insurance Ltd

berdasarkan pasal 57 dari Undang-Undang Asuransi Barbados. Pada April 29, 2011

Pengadilan menetapkan kewenangan Manajer Yudisial. Tanggal April 29, 2011 diperlukan

Manager Yudisial untuk mengajukan Laporan Interim ke Pengadilan mengenai operasi CIL

dalam waktu 30 hari. Karena itu, Manajer Yudisial mengajukan Laporan Interim pada tanggal

27 Mei 2011; temuan dalam laporan yang disampaikan oleh Manajer Yudisial di Pengadilan

pada 22 Juni 2011. Laporan Interim mengidentifikasi beberapa inisiatif yang akan dilakukan

oleh Manajer Yudisial. Hal ini juga mencatat bahwa aset Perseroan pada tanggal

pengangkatan Manajer Yudisial mencapai $ 802M yang beberapa $ 446M didukung oleh

dokumentasi yang diperoleh Manager Yudisial. Sehubungan dengan aset diidentifikasi,

Laporan Interim membuat referensi khusus untuk $ 370M dalam jumlah piutang oleh CIL

dari perusahaan terkait, dimana $ 319M tercatat sebagai piutang Clico Holdings (Barbados)

Limited ("CHBL") dan anak perusahaan. Peradilan Manajer mencatat bahwa dokumen untuk

13

Page 14: Audit Investigasi

mendukung sebagian besar piutang tersebut antar perusahaan, termasuk piutang CHBL dan

anak perusahaan dalam jumlah, tidak bisa ditemukan pada saat itu.

Pada tanggal 3 Juni 2011, Perusahaan, melalui Manajer Yudisial, mengeluarkan surat

tuntutan untuk CHBL untuk pembayaran seluruh saldo jatuh tempo. Selain itu, manajer

Yudisial menegosiasikan Nota Agreement ("MOU") antara CIL, CHBL dan induknya, CL

Financial Limited ("CFL"), untuk:

"Membangun pengaturan antara CHBL dan CIL untuk kepuasan uang dan kewajiban

karena CIL oleh CHBL. "

Perjanjian tersebut juga menyediakan untuk hasil dari setiap penjualan,

pemindahan,pengalihan atau pelepasan lain dari aset CHBL atau anak perusahaannya untuk

diterapkan dalam kepuasan dari saldo piutang jatuh tempo dan dibayarkan kepada CIL.

CHBL akan menyediakan Manajer Yudisial dan / atau orang-orang tersebut disahkan oleh

Yudisial. Akses manager setiap saat yang wajar untuk semua kontrak, informasi keuangan,

catatan, perjanjian, perbuatan dan informasi lain yang berkaitan dengan transaksi antara CIL

dan CHBL, CIL dan setiap anak perusahaan dari CHBL.

Forensik Audit

Pada 8 Juli 2011 Manager Yudisial mengajukan Permohonan ke Pengadilan menetapkan

dasar untuk nya rekomendasi bahwa audit forensik CIL dilakukan oleh Forensik & Sengketa

Jasa tim Deloitte & Touche LLP di Kanada ("Deloitte & Touche LLP") untuk membantu

manajer Yudisial dalam mengidentifikasi, mengamankan dan meninjau dokumentasi yang

tersedia untuk mendukung saldo antar perusahaan dan mengidentifikasi transaksi dengan

pihak terkait. Aplikasi ini disetujui oleh Pengadilan pada tanggal 20 September 2011, salinan

yang terlampir sebagai Lampiran A. Laporan ini merangkum temuan-temuan dari audit

forensik pada tanggal 5 Mei 2011.

Satu tujuan utama dari audit forensik adalah untuk mendapatkan informasi untuk membantu

Manager Yudisial dalam usahanya untuk memulihkan aset antar-perusahaan dari CIL dan

menyadari mereka untuk kepentingan kreditur CIL "s.

Mr Jordan "s Affidavit mencatat:

".... [Yudisial Manajer] mengakui bahwa audit forensik akan dimulai dalam ketiadaan penuh

atau informasi yang lengkap dalam keadaan di mana kekurangan ekstensif .... harus diatasi.

Oleh karena itu lingkup dan sifat pekerjaan yang diperlukan mungkin memerlukan waktu

tambahan dan pengeluaran yang melebihi taksiran biaya dan periode waktu diuraikan .... "

Pekerjaan selesai ontime saat hasil menunjukkan bahwa penyelidikan dari saldo antar-

perusahaan adalah luas dan memakan waktu karena volume dari transaksi dan kondisi dari

14

Page 15: Audit Investigasi

catatan. Telah digariskan pekerjaan investigasi tambahan untuk dipertimbangkan, pekerjaan

ini mungkin dilakukan, di bawah kewenangan Mahkamah, untuk mengatasi setiap

ketidakpastian yang tersisa mengenai baik recoverability tersebut dari saldo antar-perusahaan

atau kelengkapan dan sifat dari atas transaksi dengan pihak terkait diidentifikasi:

Saldo Inter-Perusahaan

• Sampai-sampai bahwa dokumentasi yang diberikan sampai saat tidak menyediakan

jaminan yang diperlukan mengenai transaksi dipilih dari signifikansi, membuat

pertanyaan lebih lanjut dari CIL, CHBL atau mereka perusahaan terkait untuk

mengamankan bukti tambahan yang diperlukan, seperti dokumen pihak ketiga.

• Dalam contoh-contoh di mana dokumentasi menunjukkan bahwa CIL disediakan

jumlah yang signifikan dari dana kepada perusahaan CHBL atau terkait untuk alasan-

alasan unspecific (misalnya tidak untuk membiayai suatu transaksi yang spesifik)

melacak dana tersebut untuk catatan dari penerima untuk menentukan apakah dana

yang digunakan untuk memperoleh aset, investasi atau yang dimanfaatkan untuk

tujuan lain.

• Untuk transaksi antar-perusahaan signifikan yang diidentifikasi sebagai mewakili

investasi dalam berpotensi aset realisasi, melacak dana CIL disalurkan untuk CHBL

(atau perusahaan terkait) dalam catatan dari penerima untuk mengkonfirmasi

bagaimana dana ini dicairkan.

• Membuat pertanyaan lebih lanjut dari CIL untuk mengatasi $ 50.7M dari saldo

historis untuk mana tidak ada breakdown telah disediakan untuk menentukan mereka

yang dapat dilacak ke aset yang mungkin pulih.

Transaksi dengan Pihak Terkait

• Lengkapi penyelidikan transaksi dengan pihak berelasi diidentifikasi, termasuk

wawancara lebih lanjut dan meninjau dari bukti lebih lanjut untuk menilai

kelengkapan dan kesesuaian transaksi ini dan untuk mengidentifikasi setiap jumlah

yang mungkin dapat dipulihkan oleh Manajer Yudisial.

• Dalam terang dari temuan sampai saat ini, mengidentifikasi dan menganalisis semua

biaya yang dibayarkan kepada firma hukum di periode tersebut, mengkonfirmasikan

sifat dan tujuan dari setiap pembayaran.

Lainnya

• Menganalisis dan meninjau bukti elektronik yang relevan untuk memitigasi efek pada

penyelidikan dari hilang hardcopy catatan. Secara khusus, melakukan tinjauan

terfokus catatan email yang tersedia dari CIL dan / atau perusahaan CHBL dan yang

15

Page 16: Audit Investigasi

terkait untuk mengamankan bukti, jika ada, berkaitan dengan sifat dari atau motivasi

untuk transaksi spesifik perhatian diidentifikasi dari penyidikan pada tanggalnya.

• Melakukan wawancara dengan perwakilan dari CIL, CHBL atau perusahaan terkait

bagaimana mungkin diperlukan dalam rangka untuk memperoleh informasi yang

tersisa, dokumenter dan bukti lain diperlukan.

16