27
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM IRIGASI DAN DRAINASE “Audit Sistem Irigasi” Disusun Oleh Kelompok 1 : Pandhu Satrio 105040203111013 Vranie Lebaristha A.S 105040203111014 Semeru Nusabakti 105040203111018 Rangga Herwanda 105040203111019 Hanna Kartikasari 105040204111007 Hulman Rinanto 105040204111008 Wahyu Dwi Prianda 105040204111010 Beti Purnama Sari 105040204111012 Herry Pratama Putra 105040207111003 Indah Puspitasari R. 105040207111007 Erlinda Damayanti 105040207111012 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Audit irigasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

irdas audit irigasi

Citation preview

Page 1: Audit irigasi

LAPORAN PRAKTIKUMSISTEM IRIGASI DAN DRAINASE

“Audit Sistem Irigasi”

Disusun Oleh Kelompok 1 :

Pandhu Satrio 105040203111013Vranie Lebaristha A.S 105040203111014Semeru Nusabakti 105040203111018Rangga Herwanda 105040203111019Hanna Kartikasari 105040204111007Hulman Rinanto 105040204111008Wahyu Dwi Prianda 105040204111010Beti Purnama Sari 105040204111012Herry Pratama Putra 105040207111003Indah Puspitasari R. 105040207111007Erlinda Damayanti 105040207111012

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG

2012

Page 2: Audit irigasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangIrigasi dan drainase saling berhubungan, irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan,

pemanfaatan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak. Drainase merupakan kepentingan utama dalam reklamasi tanah yang beragam dan kerap kali yang terendam air. Bahkan jika hanya daerah itu yang telah diusahakan pertaniannya dipertimbangkan, drainase menguntungkan pertanian irigasi dan masyarakat umum dalam banyak cara.

Pemakaian air secara efisien pada daerah irigasi yang lebih tinggi mengurangi keperluan drainase dari tanah yang lebih rendah.Penggenangan dari daerah yang lebih rendah sejalan dengan limpahan sungai dengan saluran-saluran drainase alamiah selam periode aliran maksimum merupakan pembentuk sumber kelebihan air dalam daerah aliran air lembah tertentu dalam daerah kering dari berbagai arah.Drainase cukup meningkatkan susunan tanah dan menaikkan serta menyempurnakan produktivitas tanah.Drainase juga memperbaiki kesehatan lingkungan dan membuat daerah pemukiman lebih menarik. Keuntungan lain daridrainase yaitu mempunyai kapasitas penyaluran kelebihan yang cukup memuaskan,memudahkan pengerjaan dengan input yang relatif murah dan pengerjaannya dapatdengan mekanis/tenaga manusia.1.2 Tujuan

Sebagai tugas praktikum mata kuliah Irigasi Dan Drainase Mengetahui sistem irigase dan drainase beserta metode-metode nya Mengetahui audit sistem irigasi

1.3 Manfaat Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian Irigasi dan Drainase Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang macam-macam metode irigasi Mahasiswa mengerti tentang sistem audit

Page 3: Audit irigasi

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Irigasi Dan Drainase Definisi Irigasi

Irigasi adalah proses penambahan air untuk memenuhi kebutuhan lengas tanah bagi pertumbuhan tanaman.

Irigasi merupakan usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi rawa.

Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, pemanfaatan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak.

Definisi Drainase Drainase adalah istilah untuk tindakan teknis penanganan air kelebihan yang

disebabkan oleh hujan, rembesan, kelebihan air irigasi, maupun air buangan rumah tangga, dengan cara mengalirkan, menguras, membuang, meresapkan, serta usaha-usaha lainnya, dengan tujuan akhir untuk mengembalikan ataupun meningkatkan fungsi kawasan.

Drainase merupakan sebagai prasarana yang dibangun berfungsi untuk melakukan pengeringan genangan air di permukaan yang diakibatkan oleh hujan deras sehingga air dapat berjalan.

Drainase merupakan serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan ke badan air (sungai dan danau) atau tempat peresapan buatan.

1.1 Macam – macam metode irigasi1. Irigasi Permukaan (Surface Irrigation)

Metode ini merupakan cara aplikasi irigasi yang tua dan paling banyak digunakan. Irigasi permukaan lebih cocok diterapkan pada lahan yang relatif seragam dan datar (slope < 2%) serta tanah dengan kapasitas infiltrasi rendah sampai sedang. Investasi awal yang diperlukan untuk membangun irigasi permukaan biasanya rendah namun efisiensinya relatif rendah karena banyak kehilangan air melalui evaporasi, perkolasi, run off maupun seepage. Beberapa tipe irigasi permukaan yang sering dijumpai adalah sawah/genangan (basin), luapan (border), alur (furrow), dan surjan.1.1 Irigasi Genangan/Sawah (Basin Irrigation)

Sistem irigasi ini banyak digunakan untuk tanaman padi.Air diberikan melalui siphon, saluran maupun pintu air ke kolam kemudian ditahan di kolam dengan kedalaman dan selama waktu yang dikehendaki.

Irigasi sawah paling cocok untuk untuk tanah dengan laju infiltrasi sedang sampai rendah ( 50 mm/jam). Topografi lahan yang sesuai adalah kemiringan kecil (slope = 0-0,5). Apabila lahan miring atau bergelombang perlu diratakan (levelling) atau dibuat teras.

Page 4: Audit irigasi

Operasi dapat dilaksanakan oleh tenaga yang tidak ahli. Teknik pemberiaan air dengan genangan dapat digunakan untuk tanaman apapun dengan memperhatikan desain, layout, dan prosedur operasinya.

Gambar Contoh irigasi genanganSumber : Sudjarwadi, 1990

Prosedur desain irigasi genangan: 1. Menentukan layout petak

- lokasi sumber air sedapat mungkin berada pada posisi yang memungkinkan seluruh lahan diairi secara gravitasi

- bentuk lahan biasanya mengikuti topografi, tetapi bila memungkinkan bentuk bentuk segi empat merupakan bentuk yang paling menguntungkan

- ukuran lahan (panjang dan lebar) ditentukan berdasarkan kapasitas infiltrasi dan debit

2. Menentukan kebutuhan air irigasi 3. Menentukan waktu infiltrasi (opportunity time) yaitu waktu yang diperlukan

untuk air untuk meresap ke dalam tanah 4. Menentukan debit irigasi

- debit harus cukup besar untuk memberikan air yang seragam ke seluruh lahan tetapi tidak terlalu besar sehingga dapat menimbulkan erosi

5. Menentukan waktu pemberian air irigasi (inflow time) yaitu waktu yang diperlukan untuk meresapkan sejumlah air yang diperlukan ke seluruh lahan.

1.2 Irigasi Luapan (Border)Irigasi luapan dilakukan dengan membuat galengan yang sejajar untuk menggiring

selapis tipis air bergerak dari satu sisi ke sisi lahan yang lain. Lahan dibagi menjadi beberapa strip sejajar yang dipisahkan oleh galengan kecil. Sifat irigasi luapa ini adalah memberikan air irigasi dapal jumlah seragam di lahan.

Irigasi luapan dapat cocok diterapkan di lahan dengan permukaan relatif datar atau dapat dibuat datar dengan murah dan tanpa mengurangi produksi.Umumnya irigasi luapan baik untuk untuk tanah dengan kapasitas infiltrasi sedang sampai rendah.Seringkali metode ini tidak cocok diterapkan di tanah pasiran kasar.

Tahap-tahap desain irigasi genangan dapat diterapkan untuk desain irigasi luapan. Tahap terakhir ditambahkan menenetukan jumlah jalur yang akan diairi setiap pemberian irigasi.

1.3 Irigasi Alur (Furrow Irrigation)Irigasi alur dilakukan dengan mengalirkan air melalui alur-alur atau saluran kecil

yang dibuat searah atau memotong slope.Air masuk ke dalam permukaan tanah dari dasar alur dan dinding alur.Teknik ini cocok untuk tanah berderet dengan tekstur medium sampai halus untuk mengalirkan air vertikal dan horisontal.

Page 5: Audit irigasi

alur alur

Pola pembasahan

Desain irigasi alur meliputi panjang alur, jarak antar alur, dan kedalaman alur.Panjang alur berkisar 100-200 m dengan memperhatikan perkolasi dan erosi.Jarak antar alur 1-2 m tergantung jenis tanaman dan sifat tanah.Kedalaman alur 20-30 cm untuk memudahkan pengendalian dan penetrasi air.

Kelebihan dari irigasi alur ini adalah mengurangi kehilangan akibat evaporasi, mengurangi pelumpran tanah berat, dan mempercepat pengolahan tanah setelah pemberian air.Irigasi alur cocok untuk memberikan air pada tanaman yang mudah rusak bila bagian tanamannya terkena air.Tenaga kerja yang diperlukan untuk mengoperasikan sistem ini relatif lebih besar daripada irigasi kolam.

Gambar Penampang irigasi alurSumber : Sudjarwadi, 1990

2. Irigasi Sprinkle (Curah)Sistem Irigasi curah atau sprinkler merupakan salah satu alternative metode pemberian air dengan efisiensi pemberian air lebih tinggi dibandingkan dengan irigasi permukaan (surface irrigation). Air yang disemprot akan seperti kabut, sehingga tanaman mendapat air dari atas, daun akan basah lebih dahulu, kemudian menetes ke akar. Penyemprotan dibuat dengan mengalirkan air bertekanan melalui orifice kecil atau nozzle.Tekanan biasanya didapatkan dengan pemompaan. Untuk mendapatkan penyebaran air yang seragam diperlukan pemilihan ukuran nozzle, tekanan operasional, spasing sprinkler dan laju infiltrasi tanah yang sesuai. Irigasi curah dapat digunakan untuk hampir semua tanaman, pada hampir semua jenis tanah.Akan tetapi tidak cocok untuk tanah berstruktur liat halus, dimana laju infiltrasi kurang dari 4 mm per jam dan atau kecepatan angin lebih besar dari 13 km/jam. Disamping untuk memenuhi kebutuhan air tanaman.Sistem ini dapat pula digunakan untuk mencegah pembekuan, mengurangi erosi angin, memberikan pupuk dan lain-lain. Pada irigasi curah air dialirkan dari sumber melalui jaringan pipa yang disebut mainline dan sub-mainlen dan ke beberapa lateral yang masing-masing mempunyai beberapa mata pencurah.

3. Irigasi TetesIrigasi Tetes adalah suatu sistem untuk memasok air (dan pupuk) tersaring ke dalam tanah melalui suatu pemancar (emiter / dripper). Air akan menyebar di tanah baik ke samping maupun ke bawah karena gaya kapiler dan gravitasi. Bentuk sebarannya tergantung jenis tanah, kelembaban, permeabilitas tanah, dan jenis tanaman. Irigasi tetes sering juga

Page 6: Audit irigasi

disebut sebagai irigasi mikro, irigasi bawah tanah, iigasi rembesan, tau irigasi gelembung yang memiliki kriteri rancangan dan pengelolaan yang sama.

4. Irigasi Tradisional dengan EmberDi sini diperlukan tenaga kerja secara perorangan yang banyak sekali.Di samping itu juga pemborosan tenaga kerja yang harus menenteng ember.

5. Irigasi LokalSistem ini air distribusikan dengan cara pipanisasi. Di sini juga berlaku gravitasi, di mana lahan yang tinggi mendapat air lebih dahulu.Namun air yang disebar hanya terbatas sekali atau secara lokal.

6. Irigasi dengan PenyemprotanPenyemprotan biasanya dipakai penyemprot air atau sprinkle. Air yang disemprot akan seperti kabut, sehingga tanaman mendapat air dari atas, daun akan basah lebih dahulu, kemudian menetes ke akar.

7. Irigasi Pompa AirAir diambil dari sumur dalam dan dinaikkan melalui pompa air, kemudian dialirkan dengan berbagai cara, misalnya dengan pipa atau saluran. Pada musim kemarau irigasi ini dapat terus mengairi sawah.

(Hansen, 2002)1.2 Keunggulan Dan Kekurangan Masing-Masing Metode Irigasi

Metode irigasi Keunggulan KelemahanIrigasi tetes Lebih mudah

menyesuaikan pada segala kondisi (komoditas)

Penggunaan air sedikit Lebih mudah otomatisasi Air langsung menuju ke

zona perakaran, sehingga lebih hemat air

Menghemat tenaga kerja

Biaya operasional lebih mahal

Butuh kualitas air yang baik

Penyumbatan emitter

Irigasi Curah (Sprinkler)

Keseragaman aplikasi air Dapat ditambahkan bahan-

bahan kimia (seperti pupuk)

Regulasi air lebih rata Membutuhkan sedikit

tenaga kerja

Memerlukan biaya investasi dan biaya operasional yang cukup mahal

Tidak efisien untuk keadaan cuaca saat berangin

Irigasi Permukaan Lebih murah Tidak ada energy yang

terbuang Mengurangi salinitas

Efisiensi kurang dari 65%

Membutuhkan air yng banyak

Estimasi air sulit

Page 7: Audit irigasi

(Persada, Arya. 2006)1.3 Audit Sistem Irigasi

Audit Sistem Irigasi adalah kegiatan pemeriksaan kinerja pengelolaan irigasi yang meliputi aspek organisasi, teknis, dan keuangan, sebagai bahan evaluasi manajemen aset irigasi.Keuntungan Audit Sistem Irigasi Potensi air tabungan dan penghematan biaya Gizi tabungan dan pelepasan mengurangi nutrisi

dengan lingkungan Tinggi kualitas lahan dan penanaman lansekap misalnya. lebih seragam permukaan

tanah Penghematan waktu dan tenaga kerja Peningkatan pengelolaan sumber daya berharga

(Harsoyo, 1977)

Page 8: Audit irigasi

BAB IIIMETODOLOGI

3.1 Waktu Dan Tempat PelaksanaanPelaksanaan praktikum audit sistem irigasi ini dilaksanakan pada hari Minggu,13 mei

2012 di lapangan Desa Landungsari,Malang (Jawa Timur) pada pukul 12.30 WIB-selesai.3.2 Langkah Kerja Praktikum

Membuat petak dengan ukuran 30 x 10 meter

Membagi petak menjadi 4 bagian untuk 4 kelompok dengan ukuran 30 x 2,5 meter/bagian

Tiap bagian dibagi menjadi 5 kolom dan 4 baris(jarak antar kolom 7,5 meter dan jarak antar baris 0,3125 meter yang ditandai dengan titik)

Letakkan wadah sesuai titik yang sudah ditentukan sebelumnya

Kemudian nyalakan alat irigasicurah (sprinkel)

Ukur volume air (ml) yang masuk kedalam toples menggunakan gelas ukur

Pengumpulan data

Hasil

Page 9: Audit irigasi

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

NoKODE VOLUME

(ml)KELOMPOK KOLOM BARIS1 J1 1 1 02 J1 1 2 23 J1 1 3 14 J1 1 4 05 J1 2 1 36 J1 2 2 37 J1 2 3 68 J1 2 4 49 J1 3 1 7

10 J1 3 2 1011 J1 3 3 12.512 J1 3 4 1513 J1 4 1 314 J1 4 2 515 J1 4 3 5.516 J1 4 4 917 J1 5 1 018 J1 5 2 019 J1 5 3 020 J1 5 4 021 J2 1 1 122 J2 1 2 123 J2 1 3 124 J2 1 4 125 J2 2 1 726 J2 2 2 627 J2 2 3 828 J2 2 4 929 J2 3 1 2030 J2 3 2 2031 J2 3 3 2232 J2 3 4 2433 J2 4 1 1234 J2 4 2 1635 J2 4 3 1836 J2 4 4 19

Page 10: Audit irigasi

37 J2 5 1 0.538 J2 5 2 0.539 J2 5 3 240 J2 5 4 341 J3 1 1 142 J3 1 2 043 J3 1 3 144 J3 1 4 145 J3 2 1 1146 J3 2 2 1347 J3 2 3 1548 J3 2 4 1549 J3 3 1 2750 J3 3 2 2651 J3 3 3 3052 J3 3 4 3653 J3 4 1 1654 J3 4 2 2155 J3 4 3 1956 J3 4 4 2157 J3 5 1 658 J3 5 2 559 J3 5 3 460 J3 5 4 861 J4 1 1 1062 J4 1 2 10.363 J4 1 3 1164 J4 1 4 1365 J4 2 1 2166 J4 2 2 2367 J4 2 3 2668 J4 2 4 2969 J4 3 1 3870 J4 3 2 4271 J4 3 3 4772 J4 3 4 4573 J4 4 1 19.574 J4 4 2 23.575 J4 4 3 27.576 J4 4 4 3077 J4 5 1 0.0578 J4 5 2 0.05

Page 11: Audit irigasi

79 J4 5 3 0.180 J4 5 4 0

Page 12: Audit irigasi

1.1 1.2 1.3 1.4 2.1 2.2 2.3 2.4 3.1 3.2 3.3 3.4 4.1 4.2 4.3 4.4 5.1 5.2 5.3 5.40

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50GRAFIK PENGAMATAN IRIGASI

J1J2J3J4

VOLU

ME

(ML)

Page 13: Audit irigasi

4.2 Tingkat Rata-Rata Curahan Air Dari Sistem Irigasi

NoKODE VOLUME

(ml)Md

KELOMPOK KOLOM BARIS1 J1 1 1 0 -12.11252 J1 1 2 2 -10.11253 J1 1 3 1 -11.11254 J1 1 4 0 -12.11255 J1 2 1 3 -9.11256 J1 2 2 3 -9.11257 J1 2 3 6 -6.11258 J1 2 4 4 -8.11259 J1 3 1 7 -5.112510 J1 3 2 10 -2.112511 J1 3 3 12.5 0.387512 J1 3 4 15 2.887513 J1 4 1 3 -9.112514 J1 4 2 5 -7.112515 J1 4 3 5.5 -6.612516 J1 4 4 9 -3.112517 J1 5 1 0 -12.112518 J1 5 2 0 -12.112519 J1 5 3 0 -12.112520 J1 5 4 0 -12.112521 J2 1 1 1 -11.112522 J2 1 2 1 -11.112523 J2 1 3 1 -11.112524 J2 1 4 1 -11.112525 J2 2 1 7 -5.112526 J2 2 2 6 -6.112527 J2 2 3 8 -4.112528 J2 2 4 9 -3.112529 J2 3 1 20 7.887530 J2 3 2 20 7.887531 J2 3 3 22 9.887532 J2 3 4 24 11.887533 J2 4 1 12 -0.112534 J2 4 2 16 3.887535 J2 4 3 18 5.887536 J2 4 4 19 6.887537 J2 5 1 0.5 -11.6125

Page 14: Audit irigasi

38 J2 5 2 0.5 -11.612539 J2 5 3 2 -10.112540 J2 5 4 3 -9.112541 J3 1 1 1 -11.112542 J3 1 2 0 -12.112543 J3 1 3 1 -11.112544 J3 1 4 1 -11.112545 J3 2 1 11 -1.112546 J3 2 2 13 0.887547 J3 2 3 15 2.887548 J3 2 4 15 2.887549 J3 3 1 27 14.887550 J3 3 2 26 13.887551 J3 3 3 30 17.887552 J3 3 4 36 23.887553 J3 4 1 16 3.887554 J3 4 2 21 8.887555 J3 4 3 19 6.887556 J3 4 4 21 8.887557 J3 5 1 6 -6.112558 J3 5 2 5 -7.112559 J3 5 3 4 -8.112560 J3 5 4 8 -4.112561 J4 1 1 10 -2.112562 J4 1 2 10.3 -1.812563 J4 1 3 11 -1.112564 J4 1 4 13 0.887565 J4 2 1 21 8.887566 J4 2 2 23 10.887567 J4 2 3 26 13.887568 J4 2 4 29 16.887569 J4 3 1 38 25.887570 J4 3 2 42 29.887571 J4 3 3 47 34.887572 J4 3 4 45 32.887573 J4 4 1 19.5 7.387574 J4 4 2 23.5 11.387575 J4 4 3 27.5 15.387576 J4 4 4 30 17.887577 J4 5 1 0.05 -12.0625

Page 15: Audit irigasi

78 J4 5 2 0.05 -12.062579 J4 5 3 0.1 -12.012580 J4 5 4 0 -12.1125

JUMLAH 969 0RATA-RATA 12.1125 0

4.3 Uji Keseragaman Irigasi

NoKODE VOLUME

(ml)Md

KELOMPOK KOLOM BARIS61 J2 1 1 1 -11.112562 J2 1 2 1 -11.112563 J2 1 3 1 -11.112564 J2 1 4 1 -11.112565 J3 1 1 1 -11.112566 J3 1 3 1 -11.112567 J3 1 4 1 -11.112568 J2 5 1 0.5 -11.612569 J2 5 2 0.5 -11.612570 J4 5 3 0.1 -12.012571 J4 5 1 0.05 -12.062572 J4 5 2 0.05 -12.062573 J1 1 1 0 -12.112574 J1 1 4 0 -12.112575 J1 5 1 0 -12.112576 J1 5 2 0 -12.112577 J1 5 3 0 -12.112578 J1 5 4 0 -12.112579 J3 1 2 0 -12.112580 J4 5 4 0 -12.1125

JUMLAH 8.2 -234.05RATA-RATA 0.41 -11.7025

M25 = 25% dari 80 data terkecil4.3.1 Koefisien Distribusi Keseragaman

KDS (%) = (M 25 X 100)

M

= [ (0,41 ) x100]

12,1125= 3,38%

Untuk nilai KDS = 3,38% termasuk tidak baik kerataannya (tidak seragam).Karena nilai KDS yang baik ≥ 75%.

4.3.2 Koefisien Keseragaman Christiansen

Page 16: Audit irigasi

KKC (%) = ¿¿

= (1−0)

(60.7431 x80)x 100 %

= 1

4859,448x 100 %

= 0,0002x 100%= 0,02%

Untuk nilai KKC = 0,02% tidak baik kerataannya (tidak seragam).Karena nilai KKC yang baik ≥ 84%.

4.4 Indeks Irigasi

Curah = V rata−rata

Luas Penampang toples

= V rata−rata

12 π d

= 12,1125

12. 3,14.11,5

= 12,112518,055

= 0,671Nilai Indeks Irigasi =

4.5 PembahasanData hasil pengamatan audit irigasi berasal dari 4 data kelompok yang berbeda-beda.

Perbedaan tersebut terletak pada jarak wadah dengan pusat irigasi. Pada wadah yang terletak jauh dengan pusat irigasi akan memperoleh volume air yang palinjg sedikit. Sedangkan pada wadah yang berdekatan dengan pusat irigasi akan memperoleh volume air yang banyak. Berarti hal ini dipengaruhi oleh jarak antara pusat irigasi.

Terlihat bahwa volume tertinggi yang didapat pada kelompok J4 dengan volume 47 ml dan volume terendah 0 ml yang didapat oleh kelompok J2 (dominasi).

Kemudian data tersebut dibuat grafik dan dari grafik tersebut terbukti bahwa urutan jumlah volume yang tertinggi ke terendah dari kelompok J4, J3, J2, dan yang terakhir J1.Hal tersebut dikarenakan letak toples yang berbeda.Pada wadah/toples kelompok J4 terletak pada jarak yang berdekatan dengan alat irigasi sehingga curahan air irigasi yang tercurah lebih banyak dibanding pada wadah/toples kelompok J1 yang letaknya sangat berjauhan dengan alat irirgasi, sehingga air yang diperoleh hanya sedikit.Pada akhirnya, berpengaruh pada volume air yang tertampung pada wadah/toples.Banyak sedikitnya air curahan yang tertampung tergantung pada jauh atau dekatnya letak wadah/toples. Hal tersebut akan berpengaruh pada kerataan atau keseragaman air irigasi yang tercurah.

Page 17: Audit irigasi

Data hasil pengamatan berjumlah 80 data.Berdasarkan hasil data pengamatan, volume air tertinggi berjumlah 47 ml yang letaknya berdekatan dengan pusat irigasi (J4) sedangkan volume air terendah berjumlah 0 ml yang letaknya berjauhan dengan pusat irigasi (J1).

Setelah 80 data terkumpul maka semua data dijumlah dan dirata-rata. Untuk total jumlah volumenya 969 ml dengan rata-rata 12,1125 ml. Berdasarkan hasil pengamatan tingkat rata-rata curahan air dari sistem irigasi tersebut maka dapat diperoleh hasil Md. Md merupakan hasil pengurangan dari volume dikurangi rata-rata volume. Sehingga diperoleh jumlah nilai Md yaitu 0 ml dan rata-ratanya 0 ml.

Kemudian untuk mengetahui nilai keseragaman irigasi tersebut diperoleh dari 25% data volume yang terendah sehingga data nilai Md dan volume perlu diurutkan terlebih dahulu dari yang terbesar hingga terkecil.Kemudian didapat 20 data terendah dari 80. Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan data uji keseragaman irigasi tersebut yaitu diperoleh hasil volume irigasi terbesar 1 ml dan Md -11.1125 ml sedangkan volume irigasi terendah 0 ml dan Md -12.1125 ml. Jadi, jumlah volume air 8,2 ml dan Md -234,05 ml dan rata-rata volume air 0,41 ml dan Md -11,7025.

Nilai koefisien distribusi keseragaman diperlukan untuk mengetahui apakah pembagian air di lahan tersebut dapat merata atau tidak. Namun dengan hasil perhitungan dari data tersebut didapatkan persentase nilai KDS 3,38% yang membuktikan bahwa pada lahan tersebut distribusi keseragam air irigasinya sangat tidak baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai 3,38% yang tidak memenuhi syarat atau > 75%. Karena untuk nilai KDS yang baik itu mempunyai nilai persentase atau memenuhi syarat > 75%.

Untuk membandingkan hasil nilai koefisien distribusi keseragaman juga dapat dihitung dari nilai koefisien keseragaman Christiansen.Perbedaan 2 rumus uji keseragaman yaitu terletak pada syarat standard kerataan dalam %. Syarat pada koefisien distribusi keseragaman yaitu >75% dan koefisien keseragaman Christiansen yaitu > 84%.

Hasil nilai koefisien keseragaman Christiansen yaitu 100%. Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa pada persentase KKC lebih baik daripada KDS karena nilai KKC yang diperoleh sebesar 100% sedangkan untuk nilai yang memenuhi syarat sebesar > 84%.

Sehingga dengan persentase yang diperoleh tersebut kerataan dan keragaman air atau curahan irigasinya baik, seragam, dan efisien. Sedangkan untuk persentase nilai KDS 3,38% dapat dikatakan sangat tidak baik, tidak seragam, dan tidak efisien. Hal tersebut karena nilai persentasenya jauh dibawah standar yang ditetapkan.

Page 18: Audit irigasi

BAB VPENUTUP

5.1 KesimpulanData hasil pengamatan audit irigasi yang berasal dari 4 data kelompok

menunjukkan perbeda-beda. Perbedaan tersebut terletak pada jarak wadah dengan pusat irigasi. Pada wadah yang terletak jauh dengan pusat irigasi akan memperoleh volume air yang palinjg sedikit. Sedangkan pada wadah yang berdekatan dengan pusat irigasi akan memperoleh volume air yang banyak. Berarti hal ini dipengaruhi oleh jarak antara pusat irigasi.

Terlihat bahwa volume tertinggi yang didapat pada kelompok J4 dengan volume 47 ml dan volume terendah 0 ml yang didapat oleh kelompok J2 (dominasi).

Kemudian data tersebut dibuat grafik dan dari grafik tersebut terbukti bahwa urutan jumlah volume yang tertinggi ke terendah dari kelompok J4, J3, J2, dan yang terakhir J1.Hal tersebut dikarenakan letak toples yang berbeda.Pada wadah/toples kelompok J4 terletak pada jarak yang berdekatan dengan alat irigasi sehingga curahan air irigasi yang tercurah lebih banyak dibanding pada wadah/toples kelompok J1 yang letaknya sangat berjauhan dengan alat irirgasi, sehingga air yang diperoleh hanya sedikit.Pada akhirnya, berpengaruh pada volume air yang tertampung pada wadah/toples.Banyak sedikitnya air curahan yang tertampung tergantung pada jauh atau dekatnya letak wadah/toples. Hal tersebut akan berpengaruh pada kerataan atau keseragaman air irigasi yang tercurah.

Nilai tingkat rata-rata curahan air dari system irigasididapatkan hasilnya sebesar12.1125ml.Setelah itu dihitung presentase KDS dan didapatkan hasil sebesar3,38 %.Dan didapatkan hasil nilai KKC sebesar 0,085%.Dari perhitungan KDS didapatkan hasil sebesar 3,38 % sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien distribusi seragamnya sangat tidak efisien karena nilai KDSnya ≤ 75 % yakni kurang dari ketetapan yang telah ditentukan. Sedangkan nilai KKCnya didapatkan hasil sebesar 100% sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien keseragaman christiansen sangat efisien, hal ini dikarenakan nilai KKCnya ≥ 84% yakni lebih dari ketetapan yang telah ditentukan.

5.2 SaranUntuk lokasi praktikum agar dipertimbangkan kembali dan waktu praktikum

diefisiensikan lagi agar tidak terjadi kemoloran . .

Page 19: Audit irigasi

DAFTAR PUSTAKA

Alena. 2011. Irigasi.(online).http://alena02.wordpress.com/2011/04/30/irigasi/. Diakses tanggal 24 Mei 2012.

Anonymous .2011. http://www.ilmusipil.com/kegagalan-drainase-kota. Diakses tanggal 24 Mei 2012

Hansen, CV.C.O.W, Israel Son G.B. Stingherm., 2002. Dasar – Dasar dan Praktek Irigasi. Erlangga; Jakarta.

Harsoyo, Bangun. 1977. Pengelolaan Air Irigasi. Dinas PertanianJawa Timur.

Menteri Dalam Negeri. Keputusan Menteri Dalam NegeriNomor 22 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pengaturan Wewenang, Tugas Dan Tanggung Jawab Lembaga Pengelola Irigasi Propinsi Dan Kabupaten/Kota.

Peraturan Pemerintah No. 77. Tentang Irigasi. Tahun 2001Peraturan Pemerintah No.20. Tentang Irigasi. Tahun 2006Persada, Arya. 2006. Perencanaan Sistem Drainase Jala.Departemen Pekerjaan UmumSudjarwadi, 1990.Teori dan Praktek Irigasi. Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik. UGM.

Yogyakarta.Tanudjaja, Lambertus. 2008. Drainase Kota di Kawasan Pesisir Pantai. http://opini-

manadopost.blogspot.com/2008/04/drainase-kota-di-kawasan-pesisir-pantai.html.Diakses tanggal 24 Mei 2012