25
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Audit terhadap siklus pendapatan mencakup dua pendekatan yaitu pengujian kepatuhan dan pengujian substansi. Pengujian kepatuhan bertujuan untuk memahamai struktur pengendalian intern terhadap siklus penjualan, yang selanjutnya digunakan sebagai dasar pengujian substansi. Pengujian substansi dimaksudkan untuk melakukan verifikasi terhadap kelayakan jumlah rupiah serta kesesuaian penyajiannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan di Indonesia. Kedua pendekatan ini sangat berbeda dalam imlpementasinya, sehingga program audit untuk yang kedua pendekatan tersebut juga sangat berbeda. Sebelum membahas lebih lanjut siklus pendapatan ini, terlebih dahulu perlu dijelaskan pengertian pendapatan dan penghasilan. Pendapatan merupakan terjemahan dari istilah revenue yang merupakan pendekatan gross sedangkan penghasilan merupakan penterjemahan istilah income yang merupakan pendekatan netto. Dengan pengertian peristilahan tersebut istilah revenue cycle diterjemahkan dengan siklus pendapatan. Istilah penerimaan digunakan untuk menterjemahkan istilah receipt, sehingga cash receipt di istilahkan dengan penerimaan kas. Dalam pembahasan ini, sistem penjualan tidak dibahas mengingat keterbatasan ruang lingkup pembahasan. Dengan demikian kami disini akan membahas salah satu aspek yaitu system penjualan kredit dan system penerimaan kas. System penjualan kredit dan system penerimaan kas menjadi materi Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif 1

Audit Siklus Pendapatan-Pengujian Substantif

Embed Size (px)

DESCRIPTION

audit

Citation preview

Page 1: Audit Siklus Pendapatan-Pengujian Substantif

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Audit terhadap siklus pendapatan mencakup dua pendekatan yaitu pengujian kepatuhan

dan pengujian substansi. Pengujian kepatuhan bertujuan untuk memahamai struktur

pengendalian intern terhadap siklus penjualan, yang selanjutnya digunakan sebagai dasar

pengujian substansi. Pengujian substansi dimaksudkan untuk melakukan verifikasi terhadap

kelayakan jumlah rupiah serta kesesuaian penyajiannya dengan prinsip akuntansi yang

diterapkan di Indonesia. Kedua pendekatan ini sangat berbeda dalam imlpementasinya,

sehingga program audit untuk yang kedua pendekatan tersebut juga sangat berbeda.

Sebelum membahas lebih lanjut siklus pendapatan ini, terlebih dahulu perlu dijelaskan

pengertian pendapatan dan penghasilan. Pendapatan merupakan terjemahan dari istilah

revenue yang merupakan pendekatan gross sedangkan penghasilan merupakan penterjemahan

istilah income yang merupakan pendekatan netto. Dengan pengertian peristilahan tersebut

istilah revenue cycle diterjemahkan dengan siklus pendapatan. Istilah penerimaan digunakan

untuk menterjemahkan istilah receipt, sehingga cash receipt di istilahkan dengan penerimaan

kas.

Dalam pembahasan ini, sistem penjualan tidak dibahas mengingat keterbatasan ruang

lingkup pembahasan. Dengan demikian kami disini akan membahas salah satu aspek yaitu

system penjualan kredit dan system penerimaan kas. System penjualan kredit dan system

penerimaan kas menjadi materi pembahasan dengan pertimbangan sebagian besar perusahaan

menggunakan mekanisme penjualan kredit dan tunai.

Transaksi penjualan dalam suatu perusahaan mengakibat transfer kekayaan (dalam hal

ini barang-barang atau jasa-jasa) kepada pihak lain dan mengakibatkan terbentuknya aktiva

baru berupa kas atau piutang dagang. Meskipun demikian harus disadari bahwa proses

penjualan tidak selalu akan mengakibatkan terbentuknya aktiva baru tersebut, mengingat

dalam penjualan sering terjadi kegagalan atau pembatalan dari pihak pelanggan. Oleh karena

itu dalam siklus pendapatan ditemukan adanya transaksi penyesuaian penjualan (sales

adjustment). Sebagai akibatnya siklus pendapatan juga terbentuk dari beberapa system yang

antar lain:

1. Sistem Penjualan Kredit (kredit dan tunai),

2. Sistem Penerimaan Kas,

3. Penyesuaian Penjualan yang meliputi potongan penjualan, return and allowance dan

rekening uncollectible.

Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif 1

Page 2: Audit Siklus Pendapatan-Pengujian Substantif

Ketiga subsistem tersebut diatas, secar bersama-sama membentuk siklus pendapatan.

Ditinjau dari sudut pandang auditor ketiganya memiliki satu kesatuan proses audit yang

dengan sendirinya mudah mengikuti jejak transaksi dari satu system ke system lainnya,

rekening-rekening yang terkait dengan siklus pendapatan meliputi:

1. Penjualan (sales),

2. Kos penjualan (cost of sales),

3. Kas,

4. Piutang Dagang (account receivable,

5. Persediaan (inventory),

6. Potongan Penjualan,

7. Pencadangan dan Kembalian Piutang,

8. Pencadangan Kerugian Piutang (allowance for uncollectible accounts),

9. Kerugian Piutang (bad debts expence).

Semua rekening-rekening tersebut diatas dipengaruhi secara langsung oleh transaksi

siklus pendapatan. Dengan demikian besarnya jumlah rupiah yang disajikan dalam rekening-

rekening tersebut saling berelasi dan saling mempengaruhi rekening yang lain.

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan piutang usaha?

2. Apa tujuan pengujian substantif atas piutang usaha?

3. Bagaimana prosedur untuk pengujian substantif atas piutang usaha?

Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif 2

Page 3: Audit Siklus Pendapatan-Pengujian Substantif

BAB II

PEMBAHASAN

PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS PIUTANG USAHA

Piutang meliputi jumlah yang harus dibayar pelanggan, karyawan, dan afiliasi atas akun

terbuka, wesel, serta pinjaman, dan bunga akrual atas saldo semacam itu. Piutang kotor

pelanggan atas transaksi penjualan kredit memiliki akun kontra yaitu penyisihan untuk

piutang tak tertagih. Penyisihan untuk piutang tak tertagih merupakan hal penting untuk

mengingat kembali bahwa dengan mengaudit piutang usaha, auditor dapat mengaudit

penjualan yang berkaitan. Penjualan yang paling mungkin menghadirkan potensi salah saji

merupakan penjualan yang tidak dapat ditagih. Untuk merancang pengujian substantif atas

akun-akun ini, auditor pertama-tama harus menentukan tingkat risiko pengujian rincian yang

dapat diterima untuk setiap asersi signifikan yang berkaitan.

PENENTUAN RISIKO DETEKSI UNTUK PENGUJIAN RINCIAN

Risiko pengujian rincian berhubungan terbalik dengan penilaian tingkat risiko inheren,

risiko prosedur analitis, dan risiko pengendalian. Jadi, faktor-faktor yang berkaitan dengan

penilaian ini harus dipertimbangkan dalam penentuan tigkat risiko pengujian rincian yang

dapat diterima untuk setiap asersi piutang usaha.

Beberapa faktor risiko inheren pervasif yang mempengaruhi piutang kotor dan bersih

serta faktor-faktor spesifik pada siklus pendapatan memiliki pengaruh yang menyebabkan

risiko penjualan kredit ditetapkan terlalu besar dan penyisihan piutang tak tertagih ditetapkan

terlalu rendah, masing-masing dapat mengakibatkan penilaian risiko inheren yang tinggi

untuk asersi eksistensi atau kejadian dan penilaian atau alokasi pada piutang usaha kotor serta

asersi penilaian atau alokasi untuk akun penyisihan terkait.

Penilaian risiko pengendalian untuk asersi piutang usaha tergantung pada penilaian

risiko pengendalian terkait untuk kelompok transaksi (penjualan kredit, penerimaan kas, dan

penyesuaian penjualan) yang mempengaruhi saldo piutang usaha.

Penilaian tingkat risiko inheren yang direncanakan, risiko prosedur analitis, dan risiko

pengendalian yang tepat telah digunakan dalam model risiko audit, yaitu pada fase

perencanaan, guna mencapai tingkat risiko pengujian rincian yang tepat dan tingkat pengujian

substantif terkait yang direncanakan, maka model risiko audit akan digunakan sekali lagi

Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif 3

Page 4: Audit Siklus Pendapatan-Pengujian Substantif

dengan data aktual untuk menentukan tingkat risiko pengujian rincian yang dapat diterima

yang telah direvisi untuk setiap asersi.

PERANCANGAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

Langkah selanjutnya adalah mengakhiri program audit untuk mencapai tujuan audit

spesifik atas setiap kategori asersi saldo akun. Daftar pengujian substantif yang merupakan

program audit formal dibuat dengan memberikan judul (heading) kertas kerja dan kolom

yang mendukung referensi kertas kerja, tanda tangan dan tanggal. Dalam kolom daftar

pengujian substantif terdapat kolom kategori pengujian substantif dan tujuan audit spesifik

saldo akun di mana pengujian ini diberlakukan. Beberapa pengujian diterapkan pada lebih

dari satu tujuan dan setiap tujuan akan dibahas dengan berbagai pengujian yang mungkin

(multiple possible test). Setiap pengujian akan diuraikan, termasuk komentar mengenai

bagaimana beberapa pengujian dapat ditoleransi berdasarkan tingkat risiko deteksi yang dapat

diterapkan yang hendak dicapai.

PROSEDUR AWAL

Titik awal untuk memulai setiap pengujian audit adalah memperoleh pemahaman

tentang bisnis dan industri klien. Auditor juga harus memahami persyaratan perdagangan

standar, pengalaman penagihan dengan klien dan industry, aspek musiman dari industry

tersebut, dan luas konsentrasi bisnis dengan pelanggan tertentu. Pengetahuan ini memberikan

konteks untuk mengevaluasi hasil prosedur analitis, pengujian pengendalian, dan pengujian

substantif. Sebagai contoh, bukti yang diperoleh ketika melakukan pengujian rincian

transaksi dan saldo, seperti harga faktur atau besarnya piutang untuk pelanggan tertentu,

harus konsisten dengan harapan atau ekspektasi tentang persaingan industry, kapasitas wktu

produktif perusahaan, dan eksistensi pelanggan utama.

Prosedur awal yang penting untuk memverifikasi piutang usaha dan akun penyisihan

terkait adalah menelusuri saldo awal periode berjalan ke saldo akhir yang telah diaudit dalam

kertas kerja tahun sebelumnya (jika dapat dilakukan). Selanjutnya, aktivitas periode berjalan

dalam akun pengendali buku besar dan akun penyisihan terkait harus direview untuk setiap

ayat jurnal yang signifikan, yang tidak biasa dari segi sifat atau jumlah, yang memerlukan

investigasi khusus. Sebagai contoh, auditor harus menginvestigasi setiap piutang dan

pendapatan yang belum dibukukan dengan cara mencatat faktur penjualan dalam jurnal

penjualan. Di samping itu, daftar dari seluruh saldo pelanggan, yang disebut neraca saldo

piutang usaha (accounts receivable trial balance), juga telah diperoleh (biasanya dalam

Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif 4

Page 5: Audit Siklus Pendapatan-Pengujian Substantif

bentuk digital). Auditor biasanya menggunakan perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk

memeriksa penjumlahan secara vertical (foot) dalam neracasaldo piutang usaha dan totalnya

harus dibandingkan dengan (1) total buku pembantu atau file induk yang telah disiapkan dan

(2) akun pengendali buku besar. Auditor juga harus membandingkan sampel saldo pelanggan,

yang ditunjukkan pada neraca saldo, dengan yang ada dalam buku pembantu dan sebaliknya

untuk menentukan bahwa neraca saldo telah akurat serta kelengkapan representasi yang

mendasari catatan akuntansi. Hal ini kemudian dapat berfungsi sebagai representasi fisik atas

populasi piutang usaha yang akan mendapat pengujian substantif lebih lanjut.

Selain itu, auditor juga dapat membuat neraca saldo piutang usaha secara langsung dari

file induk klien dengan menggunakan perangkat lunak audit. Jika auditor dapat memperoleh

catatan klien dalam mesin yang dapat membaca formulir, maka dia juga dapat menggunakan

perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk mengidentifikasi pelanggan yang signifikan,

menganalisis volume transaksi dengan pelanggan, dan mengidentifikasi transaksi yang tidak

biasa atau transaksi dengan volume tinggi mendekati akhir tahun.

Contoh kertas kerja untuk neraca saldo piutang usaha disajikan dalam gambar berikut.

Kertas kerja ini tidak hanya memberikan bukti tentang pelaksanaan prosedur awal yang baru

saja dijelaskan, tetapi juga beberapa pengujian substantive lainnya yang akan dibahas dalam

bagian selanjutnya. Prosedur awal dalam memverifikasi keakuratan neraca saldo dan

menentukan kesesuaiannya dengan buku besar terutama berhubungan dengan pemostingan

dan pengikhtisaran komponen asersi penilaian atau alokasi.

Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif 5

Page 6: Audit Siklus Pendapatan-Pengujian Substantif

PROSEDUR ANALITIS

Tujuan auditor dalam melakukan prosedur analitis adalah mengembangkan ekspektasi

atas saldo piutang usaha, hubungan piutang usaha dengan penjualan, dan marjin kotor

perusahaan. Auditor harus mengarahkan perhatian utamanya pada kenaikan piutang dan

pendapatan yang tidak diharapkan. Prosedur analitis akan dilaksanakan dalam tahap akhir

dari penugasan untuk memastikan bahwa bukti yang dievaluasi dalam pengujian rincian

konsisten dengan gambaran menyeluruh yang dilaporkan pada laporan keuangan.

PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSI

Pengujian rincian transaksi tertentu dapat dilaksanakan selama pekerjaan interim

(interim work) bersama dengan pengujian pengendalian dalam bentuk pengujian bertujuan

ganda (dual-purpose tests). Pengujian saldo yang juga merupakan pengujian transaksi dan

transaksi pendapatan yang belum ditagih, yang telah termasuk dalam piutang usaha, memiliki

risiko salah saji yang lebih tinggi daripada yang telah tertagih.

Memvouching Catatan Piutang ke Transaksi Pendukung

File akun pelanggan yang diselenggarakan oleh klien harus berisi dokumen seperti

pesanan pelanggan, pesanan penjualan, dokumen pengiriman, faktur penjualan, memorandum

Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif 6

Page 7: Audit Siklus Pendapatan-Pengujian Substantif

kredit, dan korespondensi. Dalam melakukan pengujian ini, sampel debet ke akun pelanggan

dapat divouching ke faktur penjualan pendukung dan mencocokkan dokumen-dokumen itu

untuk memberikan bukti yang berkaitan dengan asersi eksistensi atau kejadian, hak dan

kewajiban, serta penilaian atau alokasi. Kredit dapat divouching ke bukti penerimaan uang

dan otorisasi penyesuaian penjualan. Bukti bahwa pengurangan saldo pelanggan ini telah sah

berkaitan dengan asersi kelengkapan untuk piutang usaha.

Pengujian ini dapat dilaksanakan secara lebih ekstensif apabila tingkat risiko deteksi

yang berlaku yang akan dicapai adalah rendah, apabila prosedur konfirmasi tidak praktis, atau

untuk melengkapi prosedur konfirmasi apabila situasi tertentu terjadi.

Melakukan Pengujian Pisah Batas untuk Penjualan dan Retur Penjualan

Pengujian pisah batas penjualan (sales cut-off tests) dirancang untuk

memperoleh kepastian yang layak bahwa (1) penjualan dan piutang usaha telah

dicatat dalam periode akuntansi dimana transaksi tersebut terjadi dan (2) ayat

jurnal yang berkaitan dengan persediaan dan harga pokok penjualan telah

dibuat dalam periode yang sama.

Pengujian pisah batas penjualan akan dilakukan pada tanggal neraca.

Untuk penjualan barang dari persediaan, pengujian akan mencakup

perbandingan sampel penjualan yang dicatat dalam beberapa hari periodde

berjalan dan beberapa hari pertama periode berikutnya dengan dokumen

pengiriman untuk menentukan apakah transaksi telah dicatat dalam periode

benar. Untuk barang yang diproduksi menurut pesanan, auditor mungkin perlu

untuk memeriksa kesepakatan penjualan yang berhubungan . hal ini juga

diperlukan untuk menentukan keakuratan pisah batas setiap pengiriman terakhir

yang dilakukan pemasok klien secara langsung.

Pengujian pisah batas memberikan bukti mengenasi asersi eksistensi atau

kejadian dan kelengkapan untuk piutang usaha serta penjualan. Untuk tahun

kalender klien, juka penjualan bulan januari dicatat dalam bulan desember,

maka ada salah saji dalam asersi eksistensi atau kejadian. Sebaliknya, jika

penjualan bulan desember belum dicatat sampai bulan januari, maka ada salah

saji dalam asersi kelengkapan.

Pengujian pisah batas retur penjualan (sales return cutoff test) adalah

serupa dan terutama diarahkan langsung pada kemungkinan bahwa retur yang

dilakukan sebelum akhir tahun belum dicatat setelah akhir tahun, sehingga

mengakibatkan piutang dan penjualan ditetapkan terlalu tinggi. Penentuan

Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif 7

Page 8: Audit Siklus Pendapatan-Pengujian Substantif

waktu yang tepat dapat ditentukna dengan menetapkan tanggal laporan

penerimaan barang-barang yang dikembalikan dan korespondensi dengan

pelanggan.

Melakukan Pengujian Pisah Batas atas Penerimaan Kas

Pengujian pisah batas penerimaan kas (cash receipts cutoff test)

dirancang untuk memperoleh kepastian yang layak bahwa penerimaan kas telah

dicatat dalam periode akuntansi yang tepat. Pisah batas yang tepat pada

tanggal neraca merupakan hal yang penting untuk menyajikan secara benar baik

kas maupun piutang usaha. Pengujian ini berhubungan dengan asersi eksistensi

atau kejadian dan kelengkapan baik untuk kas maupun piutang usaha.

Observasi terhadap personil atau review dokumentasi dapat memberikan

bukti mengenai ketetapan waktu pisah batas. Jika auditor dapat menyajikan

pada tanggal akhir tahun, maka dapat mengobservasi bahwa seluruh penagihan

yang diterima sebelum penutupan usaha telah dimasukkan ke kas di tangan

atau setoran berjalan, serta auditor juga dapat meriview dokumentasi

pendukung seperti ikhtisar kas harian dan slip setoran yang telah disahkan

selama hari terakhir tahun berjalan. Tujuan review ini bertujuan untuk

menentukan bahwa penerimaan yang ditunjukkan dalam ikhtisar kas harian

PENGUJIAN RINCIAN SALDO

Dua bidang utama dari prosedur dalam kategori pengujian substantif untuk

piutang usaha ini akan dibahas :

konfirmasi piutang dan prosedur tindak lanjut yang berkaitan serta

prosedur untuk mengevaluasi kecukupan penyisihan piutang tak

tertagih.

Konfirmasi Piutang

Konfirmasi piutang usaha mencakup komunkasi tertulis secara langsung antara

pelanggan dan auditor

PROSEDUR AUDIT YANG BERLAKU UMUM

Konfimasi piutang adalah prosedur sudit yang berlaku umum. AU 330, proses

konfimasi (SAS 67), Menyatakan ada anggapan bahwa auditor akan meminta

konfirmasi piutang selama melakukan audit, kecuali:

Piutang usaha bersifat tidak material terhadap laporan keuangan

Penggunaan konfirmasi akan menjadi tidak efektif sebagai suatu prosedur

audit

Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif 8

Page 9: Audit Siklus Pendapatan-Pengujian Substantif

Penilaian gabungan auditor atas resiko inheren serta resiko pengendalian

Auditor yang tidak meminta konfirmasi piutang harus mendokumentasikan

dalam kertas kerjanua bagaimna dia mengatasi anggapan bahwa konfirmasi

harus diajukan.

Kadang-kadang, klie erhak melarang auditor untuk mengkonfirmasi setiap atau

piutang usaha tertentu. Larangan ini mencerminkan adanya batasan serius atas

lingkup audit yang mengakibatkan penolakan untuk memberikan pendapat atas

laporan keuangan.

FORMULIR KONFIRMASI

Ada dua formulir permintaan konfirmasi:

1. Konfirmasi Positif

2. Konfirmasi Negatif

Bentuk konfirmasi positif pada umumnya menghasikan bukti yang lebih baik, karena

dalam konfirmasi negatif, kelalaian untuk menerima jawaban hanya akan menimbulkan

anggapan bahwa saldo sudah benar, sementara pelanggan mungkin mengabaikan permintaan

tersebut atau lalai untuk mengembalikan pengecualian.

Variasi dari bentuk positif adalah “formulir kosong” yang dinamakan demikian karena

saldo pelanggan tidak dinyatakan. Di samping itu, pelanggan juga diminta untuk mengisi

saldo itu. Penggunaan formulir ini akan memberikan tingkat keyakinan tinggi mengenai

informasi yang dikonfirmasikan. Tetapi diperlukan pekerjaan ekstra bagi responden sehingga

bisa mengurangi tingkat jawaban secara signifikan.

Pemilihan bentuk permintaan konfirmasi tergantung pada auditor. Dalam membuat

keputusan ini, auditor mempertimbangkan tingkat risiko deteksi yang berlaku dan komposisi

saldo pelanggan. Bentuk konfirmasi positif akan digunakan apabila risiko deteksi adalah

rendah atau saldo masing-masing pelanggan relatif besar. AU 330.20 menyebutkan bahwa

bentuk konfirmasi negatif harus digunakan hanya apabila semua dari ketiga kondisi berikut

berlaku:

Tingkat risiko deteksi yang berlaku untuk asersi-asersi bersangkutan adalah sedang

atau tinggi.

Sejumlah besar saldo yang bernilai kecil terlibat.

Auditor tidak memiliki alasan untuk percaya bahwa penerima premintaan konfirmasi

tidak akan memberikan pertimbangannya.

Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif 9

Page 10: Audit Siklus Pendapatan-Pengujian Substantif

PENENTUAN WAKTU DAN LUAS PERMINTAAN KONFIRMASI

Apabila tingkat risiko deteksi yang berlaku adalah rendah, maka auditor biasanya

mengirimkan permintaan konfirmasi piutang pada tanggal neraca. Sebaliknya, tanggal

pengiriman konfirmasi dapat dipilih satu atau dua bulan sebelumnya. Dalam kasus ini,

auditor diharapkan untuk memvouching perubahan yang material antara tanggal pengiriman

konfirmasi dan tanggal neraca serta dapat memilih untuk mengkonfirmasi kembali akun

dengan perubahan yang tidak biasa.

Luas permintaan konfirmasi, atau ukuran sampel, berhubungan terbalik dengan setiap

faktor-faktor berikut: (1) tingkat risiko deteksi yang dapat diterima (untuk pengujian rincian)

untuk asersi di mana bukti konfirmasi akan dipakai (2) luas di mana pengujian substantif

lainnya akan bermanfaat untuk mencapai tingkat risiko deteksi tersebut, dan (3) salah saji

piutang usaha yang dapat ditoleransi. Permintaan konfirmasi negatif membutuhkan ukuran

sampel yang lebih besar daripada konfirmasi positif. Stratifikasi ini juga dapat mempengaruhi

ukuran sampel. Sebagai contoh, auditor seringkali ingin mengkonfirmasi semua akun yang

saldonya melebihi nilai uang tertentu (lebih kecil atau sama dengan salah saji yang dapat

ditoleransi) atau melebihi umur tertentu, dan memilih sampel acak atas semua akun lainnya.

PENGENDALIAN ATAS PERMINTAAN KONFIRMASI

Auditor harus mengendalikan setiap langkah dalam proses konfirmasi. Hal ini berarti:

Memastikan bahwa jumlah, nama, dan alamat pada konfirmasi telah sesuai dengan

data terkait dalam akun pelanggan.

Menjaga penyimpanan konfirmasi sampai dikirimkan.

Menggunakan amplop yang dilampirkan dengan logo perusahaan bersangkutan untuk

menjawab konfirmasi.

Menangani sendiri pemasukan surat konfirmasi ke dalam amplop dan

mengirimkannya melalui pos.

Mewajibkan pengiriman jawaban langsung kepada auditor.

Kertas kerja harus menunjukkan setiap akun yang dipilih untuk konfirmasi, hasil yang

diperoleh dari setiap permintan konfirmasi, dan referensi silang atas jawaban konfirmasi

aktual.

DISPOSISI PENGECUALIAN

Jawaban konfirmasi mungkin akan berisi beberapa pengecualian (exception) yang tidak

dapat dihindarkan. Pengecualian ini dapat disebabkan oleh barang yang masih dalam

Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif 10

Page 11: Audit Siklus Pendapatan-Pengujian Substantif

perjalanan (in transit) dari klien ke pelanggan, barang yang dikembalikan, pembayaran dari

pelanggan kepada klien yang masih dalam perjalanan. Semua pengecualian ini harus

diinvestigasi oleh auditor dan penyelesaiannya harus ditujukkan dalam kertas kerja.

PROSEDUR ALTERNATIF UNTUK KONFIRMASI YANG TIDAK DIJAWAB

Apabila tidak ada jawaban yang diterima atas permintaan konfirmasi positif kedua atau

ketiga dari pelanggan, maka prosedur alternative biasanya dilakukan. AU 330.31 menyatakan

bahwa pengabaian prosedur semacam ini dapat diterima apabila dua kondisi berikut berlaku:

Tidak ada faktor kuantitatif yang tidak biasa atau karakteristik sistematik yang

bersangkutan dengan tidak menjawab konfirmasi, seperti semua jawaban yang tidak

diterima menyangkut transaksi akhir tahun.

Tidak adanya jawaban, yang diproyeksikan sebagai salah saji 100% terhadap

populasi dan ditambahkan ke jumlah semua perbedaan lainnya yang belum

disesuaikan, tidak akan mempengaruhi keputusan auditor tentang apakah laporan

keuangan secara material sudah benar.

Dua prosedur alternative yang utama adalah memeriksa penagihan berikutnya dan

memvouching faktur penjualan terbuka yang berisi saldo pelanggan.

MEMERIKSA PENAGIHAN BERIKUTNYA

Bukti terbaik mengenai eksistensi dan ketertagihan piutang adalah penerimaan

pembayaran dari pelanggan. Sebelum mengakhiri pekerjaan lapangan audit, klien mungkin

telah menerima pembayaran dari beberapa pembayaran dari beberapa pelanggan sebagai

pelunasan hutang pada tanggal konfirmasi. Pencocokan penagihan itu kembali ke faktur

terbuka (belum dibayar) yang mengandung saldo pelanggan pada tanggal konfirmasi

menetapkan eksistensi dan ketertagihan piutang.

Dalam melakukan pengujian ini, auditor harus menyadari kemungkinan implikasi yang

merugikan dari penagihan yang tidak dapat dicocokkan dengan transaksi atau saldo tertentu.

Sebagai contoh, penjumlahan secara berurutan dapat, berdasarkan investigasi,

mengungkapkan item-item yang tidak sesuai, dan bukti pembayaran atas saldo yang besar

dapat menunjukkan ketidakstabilan keuangan pelanggan.

MEMVOUCHING FAKTUR-FAKTUR TERBUKA YANG BERISI SALDO

Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif 11

Page 12: Audit Siklus Pendapatan-Pengujian Substantif

Satu-satunya perbedaan adalah bahwa prosedur tersebut dibatasi untuk item-item yang

mengandung saldo akun per tanggal konfirmasi di mana jawaban konfirmasi tidak diterima

dan bukan keseluruhan populasi piutang usaha.

MENGIKHTISARKAN DAN MENGEVALUASI HASIL

Kertas kerja auditor harus berisi hasil dari mengkonfirmasi piutang usaha. Ikhtisar

tersebut harus memberikan, pada tingkat minimum, data statistic mengenai:

Jumlah dan nilai dollar konfirmasi yang dikirimkan serta jawaban yang diterima.

Proporsi dari total populasi yang dicakup oleh sampul

Hubungan antara nilai yang diaudit dengan nilai buku item-item yang tercakup dalam

sampel.

Prosedur statistic dan nonstatistik dapat digunakan untuk memproyeksikan salah saji

yang ditemukan dalam sampel terhadap populasi. Bukti gabungan yang diperoleh dari

konfirmasi, prosedur alternative yang dilaksanakan apabila konfirmasi tidak dijawab, dan

pengujian rincian serta prosedur analitis lainnya dievaluasi untuk menentukan apakah bukti

piutang usaha kotor. Apabila sejumlah besar pengecualian ditemukan, atau jawaban yang

tidak memadai diterima dari permintaan konfirmasi dan auditor tidak dapat memperoleh

bukti yang cukup kompeten dari pengujian substantive lainnya, maka dia tidak mungkin

menerbitkan laporan auditor standar.

APLIKABILITAS ASERSI

Konfirmasi piutang usaha merupakan sumber bukti yang utama dalam memenuhi asersi

eksistensi atau kejadian. Pengakuan hutang oleh pelanggan ketika menjawab konfirmasi

menunjukkan bahwa klien memiliki klaim legal terhadap pelanggan. Jadi, pengujian ini

memberikan bukti yang berkaitan dengan asersi hak dan kewajiban. Konfirmasi piutang

usaha bukan merupakan permintaan untuk membayar. Jadi, konfirmasi ini tidak memberikan

bukti tentang ketertagihan saldo yang terhutang.

Mengevaluasi Kelayakan Penyisihan Piutang Tak Tertagih

Pengujian saldo meliputi:

Penggunaan perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk menjumlah secara vertical

dan menjumlah ke samping neraca saldo umur piutang usaha serta mencocokkan

totalnya dengan saldo buku besar.

Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif 12

Page 13: Audit Siklus Pendapatan-Pengujian Substantif

Pengujian penentuan umur atas jumlah-jumlah yang tercantum pada kategori umur

dalam neraca saldo.

Pertimbangan bukti yang berkaitan dengan ketertagihan jumlah yang telah jatuh

tempo, misalnya, dengan membaca korespondensi dari pelanggan.

Penilaian kelayakan presentase yang digunakan untuk menghitung komponen

penyisihan yang diperlukan pada setiap kategori umur dan kelayakan penyisihan

secara keseluruhan.

Pengevaluasian estimasi sebelumnya atas piutang tak tertagih dengan pengalaman

berikutnya dan manfaat melihat kembali pengalaman sebelumnya.

Auditor dapat menggunakan perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk menentukan

umur piutang dan file induk klien. Selain itu, jumlah yang diperlihatkan dalam setiap kategori

umur ke buku pembantu atau file induk, dan menentukan lamanya waktu antara tanggal

faktur penjualan yang belum dibayar, yang terdiri dari setiap jumlah yang terhutang, dicatat

serta tanggal neraca saldo.

Dalam mempertimbangkan ketertagihan jumlah yang sudah jatuh tempo, auditor

dapat memeriksa korespondensi dengan pelanggan dan agen penagihan luar, mereview

laporan kredit para pelanggan serta laporan keuangan, dan membahas ketertagihan akun-akun

tertentu dengan personil manajemen yang sesuai.

Penyisihan piutang tak tertagih merupakan estimasi akuntansi yang dibuat manajemen

yang melibatkan baik pertimbangan objektif maupun subjektif. Pada dasarnya, hal itu

merupakan estimasi prospektif atas piutang usaha yang tidak dapt ditagih di masa depan.

Tanggung jawab auditor adalah menilai kelayakan penyisihan serta provisi yang berkaitan

dengan beban piutang tak tertagih. Dari data mengenai umur piutang, informasi tentang

ketertagihan, dan analisis atas pengalaman sebelumnya dengan piutang tak tertagih, auditor

dapat menilai kelayakan persentase yang digunakan untuk menghitung komponen penyisihan

yang diperlukan atas setiap kategori umur, serta kecukupan penyisihan secara keseluruhan.

Salah satu aspek penting dalam mengevaluasi pengalaman sebelumnya dengan perusahaan

adalah melakukan peninjauan atas peristiwa di masa lalu untuk mengevaluasi estimasi

sebelumnya atas penyisihan serta pengalaman berikutnya ketika menagih piutang yang

beredar pada tanggal estimasi dibuat. Apabila pengendalian klien atas pembelian kredit dan

penghapusan piutang usaha cukup kuat, maka bukti yang diperlukan untuk melakukan

penilaian ini akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan apabila pengendaliannya lemah.

Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif 13

Page 14: Audit Siklus Pendapatan-Pengujian Substantif

PERBANDINGAN PENYAJIAN LAPORAN DENGAN GAAP

Auditor harus memiliki pengetahuan tentang cara penyajian laporan dan persyaratan

pengungkapan untuk piutang usaha dan penjualan menurut prinsip-prinsip akuntansi yang

berlaku umum (GAAP). Persyaratan ini meliputi identifikasi dan klasifikasi yang tepat.

Review atas neraca saldo piutang usaha dapat menunjukkan piutang dari karyawan, pejabat

perusahaan, perusahaan afiliasi, serta pihak terkait lainnya yang harus diklasifikasi kembali

atau diungkapkan secara terpisah, jika material. Sumber yang sama ini juga dapat

mengungkapkan piutang dengan saldo kredit yang jika signifikan secara agregat, harus

diklasifikasikan kembali sebagai kewajiban lancar. GAAP juga mengharuskan kalsifikasi

yang tepat atas piutang sebagai lancar dan tidak lancar, serta pengungkapan yang berkaitan

dengan penggadaian, pembebanan, dan pemfaktoran piutang. Bukti yang relevan dengan hal-

hal tersebut harus bias diperoleh melalui Tanya jawab dengan manajemen dan mereview

notulen rapat dewan komisaris serta perjanjian pinjaman. Representasi manajemen mengenai

hal-hal tersebut harus diperoleh secara tertulis dalam bentuk surat representasi klien yang

merupakan salah satu langkah terakhir dari audit.

JASA BERNILAI TAMBAH

Standar audit yang berlaku umum tidak mensyaratkan auditor untuk melakukan jasa

bernilai tambah (value-added service). Akan tetapi, banyak auditor mengembangkan

spesialisasi industri sehingga mereka dapat memahami kecenderungan industry dan

mengidentifikasi dengan lebih baik risiko yang berkaitan dengan laporan keuangan yang

tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil operasi, atau arus kas. Klien dan dewan

komisaris biasanya ingin mengambil keuntungan penuh dari pengetahuan auditor itu.

Dalam proses pelaksanaan audit, auditor dapat menetapkan tolak ukur atas kinerja

perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industry itu. Sebagai contoh, auditor

dapat membicarakan apakah:

Perusahaan telah secara efektif memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan penjualan

berdasarkan rasio penjualan terhadap total aktiva.

Piutang telah tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan penjualan, sehingga

menghasilkan arus kas.

Perusahaan telah secara tepat menetapkan risiko yang berkaitan dengan perubahan

atau kedewasaan pasar.

Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif 14

Page 15: Audit Siklus Pendapatan-Pengujian Substantif

Perusahaan telah sukses membuat inovasi produk baru di pasaran dan menikmati

persentase pendapatan yang tinggi dari produk baru tersebut, relative terhadap

persaingan.

Setelah auditor menyelesaikan audit atas siklus penjulan, dia harus mengikhtisarkan masalah

penting yang dapat menghambat kinerja jasa bernilai tambah kepada klien.

Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif 15

Page 16: Audit Siklus Pendapatan-Pengujian Substantif

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam melaksanakan audit, auditor harus menaruh perhatian pada semua bidang

pertanggung jawaban manajemen seperti diuraikan diatas, tetapi dengan tingkat tekanan yang

berbeda-beda dengan masing-masing penugasan. Bidang mana yang akan memeperoleh

perhatian yang lebih besartergantung pada pertimbangan terhadap bergabai factor yang

terlibat pada waktu menentuka arah kegiatan audit dan resiko yang dihadapai organisasi.

Hasil dari tahap pengujian substantive adalah temuan. Temuan audit berpangkal dari

perbandingan kondisi (apa yang sebenrnya terjadi) dengan criteria (apa yang seharusnya

terjadi), mengungkap akibat yang ditimbulkan dari perbedaan kondisi dan criteria tersebut

serta mencari penyebabnya. Pengembangan temuan setelah pengujian substantive dangat

menetukan keberhasilan tugas audit. Untuk itu, auditor perlu memahami unsure-unsur

temuan, sehingga pengembangan temuan menjaid lebih efektif.

Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif 16

Page 17: Audit Siklus Pendapatan-Pengujian Substantif

Daftar Pustaka

Boynton, Johnson, Kell. 2013. Modern Auditing. Erlangga.

Chandra, Grace Widya. 2012. Audit Siklus Pendapatan Melalui Uji Substantif Piutang Dagang dan Penerimaan Kas (http://gracewidyachandra.blogspot.com/2012/11/audit-siklus-pendapatan-melalui-uji.html. (online) Diakses pada tanggal 14 Februari 2015)

Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif 17