10
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Solo yang merupakan salah satu dari penggagas ide berdirinya PMII dalam setiap zamannya selalu mampu menggoreskan tinta sejarah untuk bangsa ini. Sejak awal bermulanya, sejumlah gerakan perlawan atas rezim yang pernah dilakukan oleh pemuda, mahasiswa, maupun masyarakat umum, PMII Solo selalu mampu tampil sebagai sosok sentral dan berpengaruh karena prinsip ke- tawassuth-annya (moderat) yang begitu kental sampai-sampai kelompok lain pun begitu mengakui; jika bukan PMII, siapa lagi yang bisa menengahi? Ruh kota Solo sebagai kota pergerakan membuat Solo dan PMIInya ibarat satu kesatuan jiwa dan raga yang tak bisa dipisahkan, sehingga keduanya hingga kapan pun memang seakan dituntut untuk terus ada dan saling melindungi. Karena telah disebutkan secara tegas, kata pergerakan’ yang tersemat dalam PMII telah menjadi tanggung jawab bagi warga PMII khususnya serta para pemuda untuk terus bergerak dan berpihak untuk sebuah ketertindasan. Hingga pada akhirnya terciptalah iklim gerakan yang begitu kental dari sosok PMII di Kota Solo dalam setiap zamannya. Namun tak hanya iklim gerakan saja, wacana intelektual juga mampu dikembangkan oleh PMII Kota Solo. Sejenak kami; ingin membukakan kembali sejarah lama dari PMII Kota Solo yang dulu begitu kental dengan wacana yang diimbangi dengan gerakan yang masif. Terlebih pada dekade 90an, kala rezim otoriter Soeharto tengah memimpin, di mana saat itu media menjadi salah satu sasaran tembak oleh pemerintah, sehingga ada istilah yang mencuat bahwa Kota Solo sempat menjadi “kuburan bagi media.” Namun dengan semangat perlawanan dan keberpihakan kepada kaum proletar yang begitu gigih, apa yang dilakukan pemerintah sama sekali tak menyurutkan nyali warga PMII Kota Solo. Sebagai perwujudan dari pendiskusian atas wacana perlawanan yang terus berkembang pada masa itu, akhirnya PMII Kota Solo berhasil melahirkan sebuah media sederhana yang dijadikan ruang aktualisasi bagi setiap kadker pergerakan untuk terus mengasah pikirannya. Ya, Aufklärung namanya, yang bermakna pencerahan. Setelah sekian tahun lamanya ia tak bersuara, kini PMII Komisariat Kentingan UNS dengan semangat yang sama, semangat pergerakan yang membara, mencoba menghidupkan lagi ia yang sempat mati suri. Ia dihidupkan lagi untuk membangkitkan nalar kritis, basis wacana, naluri pergerakan, kebangsaan, serta keaswajaan agar mahasiswa menyadari pentingnya bergerak untuk sebuah kemanfaatan di masa mendatang. Salam pergerakan! [] AUFKLÄRUNG MAJALAH MAHASISWA Terbit setiap 2 pekan sekali Online: www.pmiiuns.or.id E-mail: [email protected] Telepon: 085728992244 Edisi November I—2013 Tak hanya dari PMII Komisariat Kentingan UNS saja yang ikut berziarah ke TMP yang berada Jalan Raya Solo-Karanganyar, demisioner GMNI Komisariat UNS, Edho Johan Pratama, juga turut bergabung dalam ziarah tersebut. Sekitar enam orang dari PMII serta satu dari GMNI yang telah berkumpul di Griya PROLOGUE SOLO, AUFKLÄRUNG—Peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada Minggu (10/11) kemarin dimanfaatkan oleh jajaran pengurus dan anggota PMII Komisariat Kentingan UNS untuk mengadakan acara ziarah ke taman makam pahlawan (TMP) yang berlokasi di Kelurahan Pucangsawit, Surakarta. ZIARAH—Sejumlah anggota PMII tengah khusyuk berziarah ke makam pahlawan pada peringatan Hari Pahlawan 10 November. M a j a l a h M a h a s i s w a P e r g e r a k a n M a j a l a h M a h a s i s w a P e r g e r a k a n Internet Peringatan Hari Pahlawan PMII Kentingan UNS Gelar Ziarah ke TMP Bersama GMNI UNS Sahabat (Basecamp PMII Komisariat Kentingan UNS) sejak pukul 08.00 WIB langsung berangkat menuju TMP pada pukul 09.00 WIB. Namun mereka tidak langsung masuk ke dalam kompleks makam lantaran di halaman TMP waktu itu tengah digelar upacara peringatan Hari Pahlawan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta. Rombongan dari PMII dan GMNI UNS pun akhirnya baru bisa masuk ke kompleks makam pahlawan sekitar pukul 09.30 WIB setelah upacara selesai. Sekretaris Umum (Sekum) PMII Komisariat Kentingan UNS, Udin Saputra yang menjadi koordinator pada Solo, NU Online Membincang tentang shalawat, pada umumnya tak lepas dari topik shalawat sebagai sebuah ibadah sekaligus wujud kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW. Namun, pernahkah kita membayangkan majelis shalawat yang ada di lingkungan kita menjadi sebuah gerakan sosial? Hal ini pernah menjadi bahan diskusi sejumlah elemen pemuda di Solo, Jawa Tengah. Salah satu pembahasan dalam diskusi tersebut, mengkaji tentang bagaimana potensi majelis- majelis shalawat yang kini tengah menjamur di masyarakat. Di wilayah Soloraya misalnya, kehadiran Habib Syech menjadi magnet bagi para jamaah untuk bergabung mengumandangkan shalawat. Dari waktu ke waktu, jumlah jamaah semakin meningkat. Dalam perkembangannya, lahir juga komunitas- komunitas shalawat baru di berbagai daerah. Umumnya mereka adalah masyarakat Shalawatan Bisa Jadi Gerakan Sosial Bersambung ke halaman 2 Bersambung ke halaman 2

Aufklärung Edisi November I 2013

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Majalah Mahasiswa by PMII Komisariat Kentingan UNS

Citation preview

Page 1: Aufklärung Edisi November I 2013

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Solo yang merupakan salah satu dari penggagas ide berdirinya PMII dalam setiap zamannya selalu mampu menggoreskan tinta sejarah untuk bangsa ini. Sejak awal bermulanya, sejumlah gerakan perlawan atas rezim yang pernah dilakukan oleh pemuda, mahasiswa, maupun masyarakat umum, PMII Solo selalu mampu tampil sebagai sosok sentral dan berpengaruh karena prinsip ke-tawassuth-annya (moderat) yang begitu kental sampai-sampai kelompok lain pun begitu mengakui; jika bukan PMII, siapa lagi yang bisa menengahi?

Ruh kota Solo sebagai kota pergerakan membuat Solo dan PMIInya ibarat satu kesatuan jiwa dan raga yang tak bisa dipisahkan, sehingga keduanya hingga kapan pun memang seakan dituntut untuk terus ada dan saling melindungi. Karena telah disebutkan secara tegas, kata pergerakan’ yang tersemat dalam PMII telah menjadi tanggung jawab bagi warga PMII khususnya serta para pemuda untuk terus bergerak dan berpihak untuk sebuah ketertindasan.

Hingga pada akhirnya terciptalah iklim gerakan yang begitu kental dari sosok PMII di Kota Solo dalam setiap zamannya. Namun tak hanya iklim gerakan saja, wacana intelektual juga mampu dikembangkan oleh PMII Kota Solo.

Sejenak kami; ingin membukakan kembali sejarah lama dari PMII Kota Solo yang dulu begitu kental dengan wacana yang diimbangi dengan gerakan yang masif. Terlebih pada dekade 90an, kala rezim otoriter Soeharto tengah memimpin, di mana saat itu media menjadi salah satu sasaran tembak oleh pemerintah, sehingga ada istilah yang mencuat bahwa Kota Solo sempat menjadi “kuburan bagi media.”

Namun dengan semangat perlawanan dan keberpihakan kepada kaum proletar yang begitu gigih, apa yang dilakukan pemerintah sama sekali tak menyurutkan nyali warga PMII Kota Solo. Sebagai perwujudan dari pendiskusian atas wacana perlawanan yang terus berkembang pada masa itu, akhirnya PMII Kota Solo berhasil melahirkan sebuah media sederhana yang dijadikan ruang aktualisasi bagi setiap kadker pergerakan untuk terus mengasah pikirannya. Ya, Aufklärung namanya, yang bermakna pencerahan.

Setelah sekian tahun lamanya ia tak bersuara, kini PMII Komisariat Kentingan UNS dengan semangat yang sama, semangat pergerakan yang membara, mencoba menghidupkan lagi ia yang sempat mati suri. Ia dihidupkan lagi untuk membangkitkan nalar kritis, basis wacana, naluri pergerakan, kebangsaan, serta keaswajaan agar mahasiswa menyadari pentingnya bergerak untuk sebuah kemanfaatan di masa mendatang. Salam pergerakan! []

AUFKLÄRUNG

MAJALAH MAHASISWA Terbit setiap 2 pekan sekali

Online: www.pmiiuns.or.id E-mail: [email protected] Telepon: 085728992244

Edisi November I—2013

Tak hanya dari PMII Komisariat Kentingan UNS saja yang ikut berziarah ke TMP yang berada Jalan Raya Solo-Karanganyar, demisioner GMNI Komisariat UNS, Edho Johan Pratama, juga turut bergabung dalam ziarah tersebut.

Sekitar enam orang dari PMII serta satu dari GMNI yang telah berkumpul di Griya

PROLOGUE

SOLO, AUFKLÄRUNG—Peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada Minggu (10/11) kemarin dimanfaatkan oleh jajaran pengurus dan anggota PMII Komisariat Kentingan UNS untuk mengadakan acara ziarah ke taman makam pahlawan (TMP) yang berlokasi di Kelurahan Pucangsawit, Surakarta.

ZIARAH—Sejumlah anggota PMII tengah khusyuk berziarah ke makam pahlawan pada

peringatan Hari Pahlawan 10 November.

M a j a l a h M a h a s i s w a P e r g e r a k a nM a j a l a h M a h a s i s w a P e r g e r a k a n

Internet

Peringatan Hari Pahlawan

PMII Kentingan UNS Gelar Ziarah ke TMP

Bersama GMNI UNS

Sahabat (Basecamp PMII Komisariat Kentingan UNS) sejak pukul 08.00 WIB langsung berangkat menuju TMP pada pukul 09.00 WIB. Namun mereka tidak langsung masuk ke dalam kompleks makam lantaran di halaman TMP waktu itu tengah digelar upacara peringatan Hari Pahlawan oleh Pemerintah Kota

(Pemkot) Surakarta. Rombongan dari PMII dan

GMNI UNS pun akhirnya baru bisa masuk ke kompleks makam pahlawan sekitar pukul 09.30 WIB setelah upacara selesai.

Sekretaris Umum (Sekum) PMII Komisariat Kentingan UNS, Udin Saputra yang menjadi koordinator pada

S o l o , N U O n l i n e M e m b i n c a n g t e n t a n g shalawat, pada umumnya tak lepas dari topik shalawat sebagai sebuah ibadah sekaligus wujud kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW. Namun, pernahkah kita m e mb ay a n gk a n m a jel is shalawat yang ada di lingkungan kita menjadi sebuah gerakan sosial?

Hal ini pernah menjadi bahan diskusi sejumlah elemen pemuda di Solo, Jawa T e n g a h . S a l a h s a t u pembahasan dalam diskusi tersebut, mengkaji tentang bagaimana potensi majelis-majelis shalawat yang kini t e n g a h m e n j a m u r d i masyarakat.

Di wilayah Soloraya misalnya, kehadiran Habib

Syech menjadi magnet bagi para jamaah untuk bergabung mengumandangkan shalawat. Dari waktu ke waktu, jumlah jamaah semakin meningkat. Dalam perkembangannya, l a h i r j u g a k o m u n i t a s -komunitas shalawat baru di berbagai daerah. Umumnya mereka adalah masyarakat

Shalawatan Bisa Jadi Gerakan Sosial

Bersambung ke halaman 2

Bersambung ke halaman 2

Page 2: Aufklärung Edisi November I 2013

KKAMPUSAMPUS Edisi November I—2013 2

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebagai sebuah organisasi kaderisasi tentunya memiliki tanggung jawab besar untuk terus menjalankan roda organisasinya. Biar pun badai menghempas, biar pun ombak tsunami mengaparkan, PMII tetaplah PMII yang akan tetap tegak berdiri selagi mentari masih memancarkan sinarnya.

Tanggung jawab sebagai organisasi kaderisasi itulah yang membuat PMII harus mampu mencetak kader-kader yang memiliki kapasitas tinggi s e k a l i g u s s e b a g a i c a l o n p e m i m p i n y a n g m a m p u membuat perubahan dalam hal positif di masa mendatang. Maka dari itu Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba) yang menjadi pintu masuk awal bagi calon anggota dinilai sangat penting untuk terus dilakukan sebagai sebuah kewajiban serta

Mapaba 2013 Season 3 PMII Komisariat Kentingan UNS

kebutuhan. Jika mau menghitung, sudah

berapa banyak kader yang dihasilkan oleh PMII Komisariat Kentingan UNS sejak pertama kali berdiri pada sekitar tahun 1 9 7 4 — b e r s a m a a n d e n g a n berdirinya kampus UNS—ini, tentunya sudah teramat banyak. Namun, berapa pun banyaknya jumlah kader yang pernah dicetak, PMII Komisariat Kentingan UNS tidak akan pernah berhenti melakukan kaderisasi, karena, sekali lagi kaderisasi menjadi hal yang sangat penting jika masih menginginkan PMII bisa terus berjaya bersama Indonesia.

D a n p a d a p e r i o d e kepengurusan yang ke-XIV, di mana dipimpin oleh Sahabat Ahmad Rodif Hafidz, dengan menghaturkan rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT serta shalawat kepada Nabi

M u h a m m a d s a w , P M I I Komisariat Kentingan UNS yang pada periode kepengurusan Sahabat Ahmad Rodif Hafidz telah berhasil menyelenggarakan dua kali Mapaba, kini akan kembali menggelar Mapaba 2013 S e a s o n 3 y a n g b e r -tajuk “Eksplorasi Bakat Muda untuk menampakkan Citra Diri Mahasiswa.”

Mapaba 2013 Season 3 ini nantinya akan digelar pada 22-24 November 2013 di Vil la Kemuning, Tawangmangu, Karanganyar yang bakal diikuti oleh mahasiswa aktif baik dari kampus UNS maupun dari luar UNS.

Sesuai dengan tema yang diangkat oleh Organizing Com-mittee (OC)tersebut, nantinya seluruh peserta Mapaba akan diberikan gambaran dasar ruang mana yang dirasa sesuai dengan bakat masing-masing agar

selama mereka berproses di kampus dan PMII benar-benar bisa menjadi diri mereka sendiri tanpa ada keterpaksaan dan hal-hal yang justru malah bisa membatasi perkembangan psikologis mereka.

Untuk itu, silakan bagi siapapun yang berminat segera hubungi OC sesuai dengan yang tertera di pamflet yang telah disebarkan. Atau bisa juga memantau secara rutin time-line akun Facebook PMII Kentingan UNS dan Twit-ter @PMII_UNS. Di sana nanti akan terus kami sajikan beragam informasi terkait Mapaba. Ayo segera bergabung bersama kami, PMII Komisariat Kentingan UNS! Kembangkan bakatmu selagi masih menjadi mahasiswa! (Andy)

Ziarah...

Sambungan halaman 1

a c a r a z i a r a h t e r s e b u t menuturkan acara ini dilakukan oleh PMII Komisariat Kentingan bekerjasama dengan GMNI K o m i s a r i a t U N S u n t u k memperingati dan mengenang jasa-jasa para pahlawan negeri ini yang dulu telah berjasa membawa bangsa ini merdeka hingga sekarang ini.

“Ini sudah kita agendakan sebelumnya. Harapannya dengan kita berziarah ke makam para p a h l a w a n i n i , s e l a i n mengingatkan kematian kepada kita, juga untuk mengenang dan mendoakan para pahlawan yang jasanya begitu besar bagi bangsa i n i , ” u n g k a p m a h a s i s w a Pendidikan Sastra Daerah 2011 ini.

Ia melanjutkan, meski yang hadir dalam acara ini tidak terlalu banyak, ia mengaku tetap bisa khidmat ketika masuk ke dalam

kompleks makam. Pasalnya, s u a s a n a g e g a p g e m p i t a perjuangan pahlawan bisa ia rasakan ketika menuju ke makam Brigjen Slamet Riyadi untuk membacakan Surat Yasin dan tahlil. “Kita menuju ke makam Brigjen Slamet Riyadi yang begitu dikenal jasa-jasanya. Di sana kita membaca Surat Yasin dan tahlil bersama. Suasananya khidmat sekali,” kata dia usai ziarah.

Usai berziarah, rombongan pun sempat bertemu dengan salah satu penjaga makam yang juga disinyalir sebagai veteran. Menurut cerita Udin, pria tua yang ditemui rombongan tersebut sedikit bercerita tentang perjuangan para pahlawan dalam mengusir para penjajah. Namun, kakek tersebut juga berpesan bahwa perjuangan pemuda saat ini jauh lebih besar daripada para pahlawan terdahulu. Karena

d i s a d a r i a t a u t i d a k , mempertahankan itu jauh lebih susah dibandingkan dengan meraih.

“Perjuangan para pemuda sekarang lebih berat. Karena kita dituntut untuk mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraih oleh para pahlawan terdahulu,” terangnya menceritakan.

Sementara itu, Ketua Umum PMII Komisariat Kentingan UNS, Ahmad Rodif Hafidz yang pada hari itu tidak bisa ikut membersam ai a nggot a nya karena sedang bertugas di luar Solo mengatakan, dirinya merasa bangga ketika para sahabat telah berinisiatif sendiri untuk mengadakan acara ziarah ke makam pahlawan. Terlebih lagi ketika ia diberitahu bahwa dalam acara tersebut juga mengajak kawan-kawan dari GMNI Komisariat UNS.

“Yang jelas saya sangat bangga dengan sahabat-sahabat semua yang telah berinisiatif m e n g g a g a s a c a r a i n i . Harapannya setelah berziarah ke m a k a m p a h l a w a n p a d a peringatan Hari Pahlawan ini, kita bisa terus semangat untuk melanjutkan jasa-jasa para pahlawan yang telah mengusir para penjajah dan membawa bangsa ini merdeka. Namun perjuangan kita masih panjang. Jadi jangan bersenang-senang dulu,” tandasnya. (Ulfa/Maya)

pinggiran dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.

Aktivis muda NU Solo, M Dalhar, menilai hal tersebut merupakan sebuah fenomena menarik. Fenomena Syecher, sebutan pecinta Habib Syech, merupakan potensi besar yang dimiliki Kota Solo. “Modal yang besar ini merupakan kesempatan bagi pemuda untuk menjadikan jamaah tidak sekadar menjadikan shalawat sebagai kegiatan ‘pelarian’ dari kesibukan kota, tetapi menjadi sebuah forum

produktif,” terang Sekretaris L e m b a g a K a j i a n d a n Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Kota Surakarta itu, belum lama ini.

Menurutnya, selain dibacakan pujian dan sejarah Rasulullah Saw, dalam kegiatan shalawatan d a p a t j u g a d i s a m p a i k a n permasalahan publik yang terjadi di sekitar. Selain itu, jamaah yang ada juga menjadi sebuah potensi untuk melakukan gerakan sosial dan pemberdayaan ekonomi.

Senada dengan Dalhar, Ketua Pengurus Cabang Ikatan Pelajar

Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kabupaten Sukoharjo, Fitria Ayu, m e n a m b a h k a n k e g i a t a n shalawatan selain menjadi ruang pengkaderan juga dapat dibuat sebagai sebuah gerakan sosial. “Jadi secara kasarnya, shalawatan tidak hanya sekadar ibadah, tapi juga memiliki nilai sosial,” ujarnya kepada NU Online, Ahad (10/11) .

Fitria menjelaskan, saat ini majelis shalawat seperti Ahbabul M u s t h o f a , J a m u r o , d a n sebagainya layak untuk dibentuk sebagai sebuah gerakan sosial. “Paling tidak majelis shalawatan

yang sudah ada ini memiliki dua syarat untuk menjadi sebuah gerakan sosial. Yaitu figur dan massa,” pungkasnya.

Shalawat...

Sambungan halaman 1

Page 3: Aufklärung Edisi November I 2013
Page 4: Aufklärung Edisi November I 2013

OOpini pini MMahasiswaahasiswa Edisi November I—2013

G e r a k a n

mahasiswa

y a n g

m u n c u l

sejak awal abad 20

awalnya mempunyai

t e n d e n s i s e b a g a i

s e b u a h g e r a k a n

perlawanan terhadap

p e n j a j a h a n .

Kemudian dari

masa ke masa

arah geraknya mengikuti kebutuhan dan

kondisi yang sedang dihadapi oleh

sebuah bangsa. Tentunya dalam

menjalankan setiap gerak lakunya gerakan

mahasiswa pastilah mempunyai pedoman

bersikap untuk menghadapi fenomena dan

realita yang muncul. Pedoman itulah yang

kemudian disebut sebagai landasan berpikir

atau paradigma. Peranan paradigma dalam

setiap organisasi sangatlah vital. Paradigma

adalah ibarat ruh dalam tiap organisasi yang

akan mengarahkan sikap dan tindakan

menghadapi persoalan-persoalan yang terjadi.

Karakteristik akan paradigma dalam tiap

jiwa organisasi pun nantinya akan terbentuk

dengan sendirinya seiring kebutuhan akan

zaman. Tentunya dengan embrio yang

berbeda-beda maka akan memunculkan

karakteristik paradigma yang berbeda pula,

seperti apa paradigma yang akan dipilih dan

dijadikan landasan berpikir dan bergerak

dalam tiap napas sebuah organisasi gerakan

mahasiswa. Berawal dari paradigma itulah

kemudian sebuah gerakan mahasiswa akan

mampu mewujudkan gagasan-gagasan

pemikiran menjadi sebuah prestasi konkrit

untuk kesejahteraan kehidupan berbangsa.

Namun jika menilik sejarah gerakan

mahasiswa dari masa ke masa yang penuh

dengan dinamika dan fluktuasi menjadikan

gerakan mahasiswa dewasa ini semakin tidak

jelas arah gerakannya. Hal tersebut memang

tidak bisa dipungkiri mengingat cara-cara

penyikapan yang diterapkan oleh gerakan

mahasiswa pada era keemasannya dulu

dipandang tidak lagi relevan untuk masa kini.

Jika masih saja berkutat dengan segala teori-

teori kritis dan gerakan jalanan yang menjadi

trendnya gerakan mahasiswa bukan hanya

dibilang tidak mempunyai arah yang pas

bahkan mungkin mereka tidak lagi dipandang

dari sudut pandang eksistensinya oleh

masyarakat umum—yang mana sejatinya dulu

mahasiswa adalah sebagai penyambung lidah

bagi mereka kepada pemerintah.

Terlebih langkah mereka kini seakan-akan

semakin dihalangi oleh sistem yang ada.

Sistem pendidikan yang cenderung tidak

menguntungkan eksistensi mereka—

khususnya di internal kampus. Liberalisasi

pendidikan yang bagi kaum gerakan dianggap

tidak sesuai dengan jati diri bangsa kini

semakin menguat. Akselerasi taraf hidup

masyarakat Indonesia untuk mengejar

globalisasi menjadi sebuah tuntutan bagi

mahasiswa yang sejatinya mereka harus bisa

berpikir lebih luas untuk kepentingan jangka

panjang. Ini menjadi sebuah catatan penting

yang harus digarisbawahi bagi kaum gerakan.

Globalisasi memang membuat Indonesia

mau tidak mau harus memaksakan diri untuk

terjun dalam segala ketidaksiapan. Dari mulai

sistem, kesadaran masyarakat, hingga

kompetensi individ sebenarnya Indonesia

belum siap akan itu. Namun memang tidak

bisa dipungkiri bahwa menjadi negara yang

bisa dibilang tidak punya cukup power

akhirnya membuat Indonesia harus

mengikuti arus. Dampaknya akhirnya

dirasakan oleh mahasiswa.

Para kaum intelektual yang sejatinya harus

mempunyai nalar kritis kini dibungkamkan

oleh sistem. Faktanya para sarjana muda

hanya menjadi buruh-buruh yang tidak punya

kuasa apa-apa setelah mereka terjun ke dunia

kerja. Hal ini terjadi karena ketika negara

menuntut para cendekiawan mudanya untuk

cepat matang demi menghadapi persaingan

dunia yang tanpa batas tapi tidak dididik

dengan karakter kuat, kritis, dan

transformatif. Hasilnya, bukannya malah

Indonesia semakin maju untuk menghadapi

globalisasi namun justru semakin tertinggal

dengan segala ketidaksiapan.

Dikotomi organisasi internal-eksternal

yang kini semakin jelas dirasakan memang

menjadi salah satu penyebab juga akan

lemahnya karakter generasi penerus

bangsa. Akan tetapi hemat saya jangan

sampai ini menutup dan melemahkan

semangat juang mahasiswa gerakan untuk

terus mempertahankan eksistensinya.

Tentunya eksistensi yang luwes. Gerakan

mahasiswa saat ini harus mau melihat ke

pasar (lapangan). Jangan sampai pola-pola

masa lalu yang sudah jelas tidak lagi

relevan dengan kebutuhan kekinian terus

dipakai. Al muhafadzatu ala al-qadimi al-

shalih, wa al-akhdzu bi al-jadidi al-ashlah. Pertahankan segala sesuatu yang

lama yang masih baik dan ambillah

sesuatu yang baru yang lebih baik. Kalimat

ini perlu dijadikan sebagai pedoman bagi

gerakan mahasiswa saat ini. Keluwesan.

Kemudian perlu juga direnungkan

bahwa sebenarnya kita memang dituntun

menjadi anak zaman yang mampu

mengikuti segala perubahan dan

perkembangan yang ada. Jangan mau

menjadi semakin tertinggal oleh bangsa-

bangsa lain. Segala perubahan yang lebih

baik harus kita wujudkan.

Dan jika menganalisis masa depan

kehidupan dunia mungkin hingga tahun

2040 memang yang dibutuhkan adalah

individu-individu yang mapan, profesional,

dan inovatif. Segala lini penting yang ada di

dunia ini memang membutuhkan orang-

orang yang mau bekerja keras dan

mempunyai profesionalitas yang tinggi.

Maka dari itu hendaknya mahasiswa

pergerakan pun harus bisa mengimbangi

kebutuhan yang diminta. Sektor-sektor

penting negara yang dipandang masih

tertinggal harus segera dibenahi dengan

p e n d i d i k a n s e j a k d i n i y a n g

mengedepankan sikap kritis, transformatif,

dan tentu yang berkarakter.

Ke depan gerakan mahasiswa harus

bisa menjadi pioneer bagi terwujudnya

kehidupan bangsa yang sejahtera. Bukan

lagi eranya aktivis mahasiswa yang seakan-

akan dilinearkan menjadi para politisi

semata. Sosok profesional adalah sebuah

kebutuhan bangsa yang harus segera

dipenuhi untuk ikut bertarung dalam

persaingan globalisasi, era dunia tanpa

batas.

Ahmad Rodif Hafidz

Mahasiswa D3 Teknik Sipil UNS

Transformasi Paradigma Gerakan Mahasiswa Menyambut Era Dunia Tanpa Batas

DOK. PRIBADI

4

PENANGGUNG JAWAB Ahmad Rodif Hafidz PEMIMPIN REDAKSI Dimas Suroaji WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Ahkam Failasuf SEKRETARIS REDAKSI Yauma Farkhati DIREKTUR UTAMA Moh. Vika Rusyda DIREKTUR OPERASIONAL & SDM Satrio Panji Wicaksono DIREKTUR PEMASARAN Fahmi Muhyidin DIREKTUR KEUANGAN Deni Yulika

REDAKTUR EKSEKUTIF Wisnu Ari Widodo REDAKTUR Apriyatno, Muhammad Musadat, Maya LITBANG Udin Saputra, Nur Fajariyah, Mega Nur Diana REPORTER Sofiyatun Nisa, Hidayatul Fadhilla, M. Andy Anzi, M. Vidi Perdana, Najih Fikriyah, Nining Rahayu, Rijal Danialhaq, Sinta Kurniasari Putri, Wahyuni Hidayani, Tsaniananda F. Ch, Maria Ulfa PUBLIKASI Chaerul Fatah Hidayat DESAIN GRAFIS Fahmi Setiawan, Henri Firmansyah

ALAMAT Jln. Surya IV RT 3 RW XXV, Jebres, Surakarta, 57126. E-MAIL [email protected] SITE www.pmiiuns.or.id Ikuti update informasi dari kami melalui:

@PMII_UNS PMII Kentingan UNS

Page 5: Aufklärung Edisi November I 2013

OOpini pini MMahasiswaahasiswa Edisi November I—2013

Senggol SithikSenggol SithikSenggol Sithik

Bantuane soyo akeh. Biaya kuliahe

soyo larang.

Ngono kwi teori ekonomi, Kang!

Kampus sudah hijau sejak dulu,

terlalu hijau malah tidak bagus.

Hati-hati sama yang ijo-ijo!

Asistensi Agama Islam (AAI)

dijadikan ruang untuk doktrinasi?

Sudah sejak dahulu kala kabarnya.

UNS telah resmi bersertifikat ISO.

5 OOpini pini MMahasiswaahasiswa

Bergantinya

status dari

siswa menjadi

mahasiswa

tentu bakal

selalu diikuti

dengan

tanggung

jawab yang semakin besar pula.

Dalam konteks tanggung jawab

yang lebih besar, yakni tanggung

jawab sosial (social responsibility),

mahasiswa diharapakan tidak hanya

sebagai insan cendikia yang gemar

memperhatikan setiap tutur kata

yang terucap dari mulut dosen lalu

mengerjakan tugas yang

ditangguhkan dosen kepada

mereka. Namun lebih jauh dari itu

yakni seperti yang tertuang dalam Tri

Dharma Perguruan Tinggi; pendidikan,

penelitian, dan pengabdian, mahasiswa

dituntut untuk mampu mengemban peran

sebagai pemuda yang kelak bakal diharapkan

kontribusi nyatanya di masayarakat.

Ketiga poin dari Tri Dharma itu sudah

seharusnya diilhami dan diimplementasikan

sebagai sebuah nilai yang tidak dimiliki oleh

kelompok lain selain mahasiswa. Artinya,

mahasiswa selain diwajibkan menuntut ilmu

baik itu studi fakultatif maupun di luar itu, juga

diwajibkan untuk melakukan penggodokan

dari apa yang telah didapat dari bangku kuliah

maupun di luar itu untuk diwujudkan sebagai

sebuah produk pemikiran maupun fisik

terlebih dahulu sesuai dengan poin kedua dari

Tri Dharma, yakni penelitian. Hingga setelah

itu mereka pun diwajibkan untuk

menyampaikan hasil yang telah didapat

kepada masyarakat sebagai sebuah

pengabdian yang harapannya bisa memberi

perubahan mulai dari lingkup kecil,

masyarakat sekitar, sampai lebih luas lagi,

yakni bagi bangsa dan negaranya.

Dari poin mendasar yang harus melekat pada

diri setiap mahasiswa itu, kemudian penulis

menariknya ke dalam konteks yang lebih

sempit yakni kampus UNS sebagai kampus

yang tengah berupaya menuju world class

university (WCU). Tentunya sebagai bagian

dari civitas akademika UNS, kita menyadari

bahwa UNS yang bercita-cita menjadi kampus

kelas dunia ini harus didukung oleh setiap

elemennya agar capaian tersebut benar-benar

bisa sejalan dengan kualitas individu, kolektif,

maupun sarana dan pra sarana yang ada.

Karena jelas akan menjadi hal yang sangat

tabu, seandainya WCU benar tercapai namun

itu hanya sebatas tampakan sedangkan

kualitas manusia di dalamnya tidak

mencerminkan sebagai kampus kelas dunia.

Dalam hal ini penulis ingin menyoroti secara

khusus kepada perilaku mahasiswa UNS

sendiri. Tentu kita bisa melihat sendiri fakta

yang ada, apakah cita-cita UNS sebagai WCU

ini sudah sejalan dengan kualitas

mahasiswanya? Atau jangan-jangan ini hanya

menjadi sebuah proyek bagi para pejabat UNS

untuk mendeklarasikan UNS sebagai kampus

kelas dunia namun membiarkan kualitas

mahasiswanya tetap sebagai mahasiswa

kampus “medioker”.

Maka dari itu, muncullah satu kegundahan

dari penulis jika melihat kondisi riil yang ada.

Quo vadis kepedulian mahasiswa UNS? Apa

saja yang sebenarnya sudah dilakukan oleh

mahasiswa UNS selama ini? Hanya duduk

manis di bangku kuliah, mengumpulkan

tugas, lalu pulang dan bersenang-senang, atau

sudah melakukan hal luar biasa yang sampai

membuat mereka mendunia. Ya, katakanlah

banyak yang aktif berorganisasi. Namun

apakah sudah bisa

berkontribusi—minimal di

lingkungan UNS sendiri—

secara nyata.

Agaknya memang apa yang

dibilang Paulo Freire, salah

seorang filosof dari Brazil,

tentang kesadaran kritis

(critical consciousness)

memang perlu ditumbuhkan

dalam setiap diri mahasiswa

UNS agar kesadaran bahwa

tanggung jawab sejak berganti

status dari siswa menjadi

mahasiswa benar-benar

muncul. Barangkali bisa

dilakukan mulai dari hal yang

kecil untuk membuat diri

mahasiswa maju lakukanlah. Setelah itu,

barulah bicara tentang UNS menuju WCU.

Karena jelas sebuah kenaifan jika

menginginkan UNS sebagai kampus kelas

dunia namun hanya diamini tanpa upaya

kolektif untuk mencapai ke sana. Di akhir,

penulis ingin mengajak setiap mahasiswa

dan barangkali juga semua elemen di UNS

untuk menyadari bahwa sebuah kemajuan

harus bisa berjalan selaras dengan prilaku

dan tindakan dari setiap elemen di

dalamnya, “in harmonia progressio.”

Moh. Vika Rusyda Mahasiswa FEB UNS 2011

Quo Vadis Kepedulian Mahasiswa UNS? DOK. PRIBADI

Silakan kirimkan opini Anda sebanyak 5.000

karakter dengan 1 spasi disertai identitas diri

ke alamat email: [email protected]

Page 6: Aufklärung Edisi November I 2013

MENEPI Sebuah kontradiksi, di tengah lalu lalang aktivitas mahasiswa di sebuah kampus ternama Kota Solo, masih dijumpai pengemis yang meminta-meminta di lingkungan kampus. Kampus sebagai pencetak para intelektual belum mampu menumbuhkan rasa kepedulian sosial kepada mahasiswanya untuk bisa terjun langsung guna membangun kesejahteraan sosial di kalangan masyarakat bawah. FOTO: AUFKLÄRUNG/RODIF

Page 7: Aufklärung Edisi November I 2013

Edisi November I—2013 7 TTOKOH KITAOKOH KITA

P uisi-puisi yang begitu melodius begitu melekat kental pada dirinya. Sapardi, seorang penyair, pemikir, dan kritikus sastra kenamaan. Tak

cuma masyhur di negeri sendiri, karya-karyanya tersohor hingga ke berbagai pen-juru dunia telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api Yang menjadikannya abu Aku ingin mencintaimu dengan sederhana Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan Yang menjadikannya tiada

Bait di atas merupakan salah satu syair karyanya yang berjudul “Aku Ingin”. Syair tersebut ia tulis pada tahun 1989.

Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono, begitu nama lengkapnya. Ia lahir di Solo tepatnya di rumah kakeknya dari pihak ayah yang terletak di kampung Baturono, Solo. Sapardi merupakan anak sulung dari pasangan Sadyoko dan Sapariah. Lahir pada tanggal 20 Maret 1940 M yang bertepatan dengan bulan Sapar—dalam kalender Jawa. Mungkin atas dasar itulah orang tuanya memberinya nama Sapardi. Menurut kepercayaan orang Jawa, orang yang lahir di bulan Sapar kelak akan menjadi sosok yang pemberani dan teguh dalam keyakinan.

Pendidikan

masa kecil di Solo Pendidikan

menengahnya ia tempuh di SMP Negeri 2 Sura-karta (1955) serta SMA Negeri 2 Surakarta (1958). Pada masa ini ia sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Pria kelahiran Solo, Jawa Tengah ini, mengaku tak pernah berencana menjadi penyair, karena dia berkenalan dengan puisi secara tidak disengaja.

Kegemarannya pada sastra, sudah mulai tampak sejak ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Kemudian, ketika duduk di SMA, ia memilih jurusan sastra dan kemudian melanjutkan pendidik-an di UGM, fakultas sastra.

Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogya-karta. Sejak masih belia putra Sadyoko dan Sapariyah itu, sering membenamkan diri dalam tulisan-tulisannya.

Bakat seni dari kakek dan nenek Anak sulung dari dua bersaudara abdi

dalem Keraton Surakarta itu mungkin mewarisi bakat seni dari kakek dan neneknya. Kakeknya dari pihak ayah pintar membuat wayang—hanya sebagai kege-maran—dan pernah memberikan sekotak wayang kepada sang cucu. Nenek dari pihak ibunya gemar menembang (menyanyikan puisi Jawa) dari syair yang dibuat sendiri. “Tapi saya tidak bisa menyanyi, suara saya jelek,” ujar bekas pemegang gitar melodi band FS UGM Yogyakarta itu. Sadar akan

kelemahannya, Sapardi kemudian mengem-bangkan diri sebagai penyair.

Selain menjadi penyair, ia juga melaksanakan cita-cita lamanya: menjadi dosen. “Jadi dosen ‘kan enak. Kalau pegawai kantor, harus duduk dari pagi sampai petang,” ujar lulusan Jurusan Sastra Barat Fakultas Sastra dan Kesenian (sekarang FIB) UGM ini. Dan begitu meraih gelar sarjana sastra, 1964, ia mengajar di IKIP Malang cabang Madiun, selama empat tahun, dilanjutkan di Universitas Diponegoro, Semarang, juga selama empat tahun. Sejak 1974, Sapardi mengajar di FS (sekarang FIB) UI.

Sapardi menulis puisi sejak di kelas II SMA. Karyanya dimuat pertama kali oleh sebuah surat kabar di Semarang. Tidak lama kemudian, karya sastranya berupa puisi-puisi banyak

diterbitkan di berbagai majalah sastra, majalah budaya dan

diterbitkan dalam

buku-

buku sastra. Bebe-rapa karyanya yang sudah berada di tengah masyarakat, antara lain Duka Mu Abadi (1969), Mata Pisau dan Aquarium (1974).

Sebuah karya besar yang pernah ia buat adalah kumpulan sajak yang berjudul Perahu Kertas dan memperoleh peng-hargaan dari Dewan Kesenian Jakarta dan kumpulan sajak Sihir Hujan—yang ditulisnya ketika ia sedang sakit—mem-peroleh Anugerah Puisi Poetra Malaysia. Kabarnya, hadiah sastra berupa uang se-jumlah Rp 6,3 juta saat memperoleh Anugerah Puisi Poetra Malaysia langsung dibelanjakannya memborong buku. Selain itu ia pernah memperoleh penghargaan SEA Write pada 1986 di Bangkok, Thailand.

Bekas anggota Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) ini juga menulis esei dan kritik. Sapardi, yang pernah menjadi redaktur Basis dan kini bekerja di redaksi Horison, berpendapat, di dalam karya sastra ada dua segi: tematik dan stilistik (gaya penulisan). Secara gaya, katanya, sudah ada pembaruan di Indonesia. Tetapi di dalam tema, belum banyak.

Penyair yang pernah kuliah di Univer-sitas Hawaii, Honolulu, AS, ini juga menulis buku ilmiah, satu di antaranya Sosiologi Sastra, Sebuah Pengantar Ringkas. (1978).

Selain melahirkan puisi-puisi, Sapardi

juga aktif menulis esai, kritik sastra, artikel serta menerjemahkan berbagai karya sastra asing. Dengan terjemahannya itu, Sapardi mempunyai kontribusi penting terhadap pengembangan sastra di Tanah Air. Selain dia menjembatani karya asing kepada pembaca sastra, ia patut dihargai sebagai orang yang melahirkan bentuk sastra baru.

Sumbangsih Sapardi juga cukup besar kepada budaya dan sastra, dengan mela-kukan penelitian, menjadi narasumber dalam berbagai seminar dan aktif sebagai administrator dan pengajar, serta menjadi dekan Fakultas Sastra UI periode 1995-1999. Dia menjadi penggagas pengajaran mata kuliah Ilmu Budaya Dasar di fakultas sastra.

Musikalisasi Puisi Musikalisasi puisi karya Sapardi dimulai

pada tahun 1987 ketika beberapa maha-siswanya membantu program Pusat Bahasa, membuat musikalisasi puisi karya beberapa penyair Indonesia, dalam upaya meng-apresiasikan sastra kepada sis-wa SLTA. Saat itulah tercipta musikali-sasi Aku Ingin o-leh Ags. Arya Dipayana dan Hujan Bulan Juni oleh H. Umar Muslim. Kelak, Aku Ingin diaransemen ulang oleh Dwiki Dhar-mawan dan menjadi bagian dari "Soundt-rack Cinta dalam Sepotong Roti" (1991), dibawakan oleh Ratna Octaviani.

Beberapa tahun kemudian lahirlah album "Hujan Bulan Juni" (1990) yang seluruhnya merupakan musikalisasi dari sajak-sajak Sapardi Djoko Damono. Duet Reda Gaudiamo dan Ari Malibu merupakan salah satu dari sejumlah penyanyi lain, yang adalah mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Dia menyadari bahwa menjadi seorang sastrawan tidak akan mem-peroleh kepuasan finansial. Kegiatan menulis adalah sebagai waktu istirahat, saat dia ingin melepaskan diri dari

rutinitas pekerjaannya sehari-hari. Menikah dengan Wardi-

ningsih, ia dikaruniai dua anak, Rasti Suryandani dan Rizki Henriko. (Int/Red)

PROFIL TOKOH SASTRA

Sapardi Djoko Damono, Penyair Melodius dari Kota Solo

Dalam setiap edisi Aufklärung, rubric

tokoh kita akan menampilkan tokoh-

tokoh nasional maupun internasional

khususnya tokoh yang memiliki pengaruh

bagi masyarakat baik dalam bidang

agama, negara, pendidikan, sosial,

budaya, sastra, ekonomi, pemikiran, atau

yang lainnya.

Jika pembaca ingin request tokoh bisa

juga mengontak Aufklärung dengan

m e n g i r i m k a n e m a i l k e

[email protected] atau lewat media

sosial baik twitter (@PMII_UNS) maupun

facebook (PMII Kentingan UNS).

Page 8: Aufklärung Edisi November I 2013

Meradang bagai menelan api

Kau bakar setiap yang hidup

Kau bantai setiap napas yang ada

Membabi buta tiada ampun

Becek darah yang tak terlihat pun tertumpah

Tangis bukan lagi ritual namun keniscayaan

Kejam!

Miskin tiada harta kian sengsara

Lapar tiada pangan dianggap gurauan

Buta tiada cahaya dibikin tawa

Sapi potong tak bisa mengisi perut yang

kosong

Ilmu tak bisa memberi ide layaknya cerutu

Negeriku tak lagi negeriku

Yang di atas lahir dari bawah

Yang di atas lupa yang di bawah

Yang di atas hanya bisa serakah

Yang di bawah saling menumpahkan darah

Negeriku tak lagi negeriku

Yang di atas kompromi tipu-tipu

Yang di atas sudah tak punya malu

Yang di atas berbuat curang tiada ragu

Yang di bawah hanya dianggap benalu

Katanya demokrasi tanpa tirani

Katanya sejahtera tanpa sengsara

Katanya aman tanpa ketakutan

Katanya adil tanpa harus memakai bedil

Katanya, katanya, dan katanya

Kelabu

Padang hijau menjadi kelabu

Hutan yang hijau menjadi kelabu

Laut yang biru menjadi kelabu

Semuanya serba kelabu, sendu

Burung tak lagi dapat berkicau

Katak tak lagi dapat bernyanyi

Angsa tak lagi dapat menari

Badak tak tahu lagi nasibnya

Dan aku sudah susah untuk bersiul

Yang kini jujur kelak tak lagi jujur

Yang kini belajar kelak akan kurang ajar

Yang kini berbicara kelak akan lupa

Yang kini diam kelak akan makin kelam

Begitu seterusnya kata mereka

Karut marut

Betapa nestapa

Betapa sengsara

Betapa penuh dusta

Doa diganti dosa

Bersandar pada dinding rapuh

Memandang eloknya langit yang begitu

sempurna

Penuh bintang meskipun gelapnya kini tak

lagi jujur

Mencoba menghirup selintas udara yang

melintas

Ternyata masih ada udara optimis di negeri

ini

Walaupun hanya selintas saja

Aku ingin semua kembali

Menatap Dia yang Maha segalanya

Tunduk untuk sebuah pengakuan

Meratapi setiap kesalahan

Mencuci setiap dosa

Menggantinya dengan pahala

Untuk Indonesia

Untuk Indonesia

Untuk Indonesia

Menangislah untuk negerimu

Yang terasa kian parah sakitnya

Yang seakan setiap jiwanya kian pasrah

meratapi nasibnya

Berdiri dan menegak!

Katakanlah jika kau berani berkata

Tentang apa yang menjadi cerita indah

Ketika nenekmu bercerita tentang hijaunya

negerimu

Meskipun sebenarnya hanyalah dongeng

yang tak pernah ada

Tapi katakanlah untuk perubahan

Jika kau tak berani maka cukuplah kau

bernapas dengan penuh kejujuran

Nur Fajariyah

@minminyur

Mahasiswa FKIP Kimia UNS 2011

Entahlah Wahai Indonesia! PUISI

Udin, salah seorang santri di pondok

pesantren salaf Bantul, Yogyakarta, dikenal

oleh rekan-rekan santri lainnya sebagai santri

yang nyeleneh. Mentang-mentang baru

belajar fiqih tentang shalat qadha dia mau

seenaknya saja bikin sensasi di pondok.

Suatu pagi ketika adzan subuh

berkumandang, para santri segera bergegas

mengambil air wudhu dan segera ke masjid

untuk melakukan shalat subuh berjamaah.

Berbeda dengan yang lain, si Udin malah

sedang asyik ngruel tidur di kamar. Rekan

santrinya pun mencoba membangunkannya,

sampai menarik-narik sarungnya yang sudah

bolong-bolong. Namun si Udin malah tidak

bangun-bangun, hingga akhirnya rekannya

kesal sendiri dan meninggalkannya di kamar

sendirian.

Hingga para santri selesai mujaha-

dahan dan mentari pun sudah terbit si Udin

belum juga beranjak dari tidurnya. Akhirnya

pengurus pondok pun memaksa Udin agar

bangun.

“Heh, Din! Bangun. Santri kok telat

subuhan. Ayo bangun bangun!” Seru

pengurus pondok.

Ketika Udin sudah mulai bangun dan

membuka matanya dia malah nyeletuk di

hadapan pengurus dan rekan-rekannya.

“Ustadz, apa gunanya saya diajarkan tentang

shalat qadha kalau tidak saya praktikkan. Lha

saya ini kan mau mempraktikkan.”

Dan para santri lainnya pun langsung

melemparinya dengan bantal sembari

menyoraki si Udin nyeleneh. “Oalah, bocah

gemblung!” (Henri)

Santri kok Telat Subuhan! HUMOR

FFRAGMENRAGMEN 8 Edisi November I—2013

Mengucapkan Selamat atas terpilihnya Sahabat-

sahabat PMII Komisariat Kentingan sebagai anggota Dewan Mahasiswa

UNS 2014

PMII KOMISARIAT KENTINGAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Page 9: Aufklärung Edisi November I 2013

Edisi Juli I—2013 9 FFRAGMENRAGMEN

Dikisahkan bahwasanya di antara kebiasaan Hasan bin Ali bin Abi Thalib di Madinah adalah membuka lebar pintu rumahnya layaknya dapur umum. Seperti dapur umum, pagi, siang, malam rumah itu menghidangkan makanan untuk semua orang yang berdatangan.

Di zaman itu di Madinah belum ada tempat penginapan atau hotel. Tiap hari, Hasan menyembelih onta kecil untuk dihidangkan ke para peziarah Madinah atau orang-orang miskin pada umumnya.

Suatu hari, ada orang Arab Badui (dusun) yang datang dan makan

Pengorbanan Ali bin Abi Thalib untuk Tamu dirumahnya. Sehabis makan, ia tidak langsung pulang, melainkan duduk dan membungkus beberapa makanan ke dalam tas. Melihat keanehan itu, Hasan datang menyapa.

“Kenapa kau mesti membungkusnya? Lebih baik kau datang makan tiap pagi, siang dan malam di sini. Biar makananmu lebih segar,” kata Hasan.

“Oh, ini bukan untukku pribadi. Tapi untuk orang tua yang kutemui di pinggir kota tadi. Orang itu duduk di pinggir kebun kurma dengan wajah lesuh dan memakan roti keras. Dia hanya membahasahi roti itu dengan sedikit air bergaram dan memakannya. Aku

membungkus makanan ini untuknya, biar dia senang.,” jawab orang Badui.

Mendengar itu, Hasan kemudian menangis tersedu-sedu. Badui itu heran dan bertanya, “Kenapa Tuan menangis? Bukankah tak ada yang salah jika aku kasihan dengan lelaki miskin yang di pinggiran kota itu?”

Dijawab oleh Hasan, sembari tersedu, “Ketahuilah, saudaraku. Lelaki miskin yang kau jumpai itu, yang makan roti keras dengan sedikit air bergaram itu, dia adalah ayahku: Ali bin Abi Thalib. Kerja kerasnya di ladang kurma itulah yang membuatku bisa menjamu semua orang setiap hari di rumah ini.” (NU Online/Ajie Najmuddin) Disarikan dari buku "Status Mutiara" Habib Muhammad Husein al-Habsyi, Solo, 2013

KISAH

Bagi sebagian masyarakat Islam di Nusantara bulan Muharram adalah bulan istimewa. Sebagai bulan pertama tahun hijriyah, Muharram menjadi ruang ruang muhasabah (intropeksi diri) akan amal masa lalu guna menjadi pedoman langkah masa depan. Muharram menjadi serambi sebuah rumah yang berisikan sebelas bulan lainnya. Oleh karena itu Muharram dipercay a mem ant ulk an nu ans a peribadatan seseorang dalam satu tahun ke depan. Seperti halnya serambi yang bagus biasaya dimiliki sebuah rumah yang mewah. Begitu pula bulan Muharram, amal yang shalih di bulan ini mencitrakan sebelas bulan lainnya. Dengan demikian Muharram mempunyai kedudukan yang istimewa dibandingkan bulan lainnya. Wajar saja jika umat muslim berbondong-bondong melakukan kebaikan dan sedekah pada bulan ini.Secara historis, bulan Muharram juga memiliki keistimewaan. Pada bulan inilah Nabi Muhammad saw. memutuskan berpindah dari Makkah menuju Madinah demi kesuksesan dakwah Islam. Bulan ini merupakan waktu yang berharga yang di dalamnya Rasulullah saw menemukan kunci keberhasilan dakwah Islam yaitu hijrah. Hijrah yang berarti ‘pindah’ tidak semata-mata mencari ruang yang sesuai untuk berdakwah, ruang yang lebih minim bahaya, ruang yang lebih kondusif. Tidak. Karena Rasulullah saw sendiri tidak pernah takut dengan berbagai ancaman kafir Makkah. Namun hijrah memiliki makna lain yaitu berpindah, merubah dan me-upgrade- semangat pada tataran yang lebih tinggi. Secara psikologis, suasana yang baru, kawan baru, tantangan baru akan menjadikan semangat diri dan jiwa seseorang lebih dinamis. Mengenai semangat hijrah ini Rasulullah saw sendiri dalam sebuah haditsnya pernah bersabda; “Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan (amal) tergantun niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.”

Dalam asbabul wurud diceritakan ada seorang sahabat yang melaksanakan hijrah dari Makkah ke Madinah dengan niatan mengawini seorang perempuan bernama

Asyuro: Membaca Kembali Sejarah Islam Ummu Qais. Karena niatnya itulah maka ia tidak mendapatkan keutamaan hijrah. Bahkan proses hijrah sahabat tersebut dijuluki dengan Hijratu Ummu Qais. Ini menunjukkan bahwa niat seseorang sangatlah penting. Niat bukanlah sekedar motifasi belaka, karena di dalam niat itu Allah titipkan sebuah pahala yang secara otomatis akan me-cover segala yang kita lakukan dalam sisi-Nya. Inilah yang membedakan bulan Muharram dengan lainnya. Muharram menjadi berbeda karena di dalamnya ada kejadian yang sangat berharga bagi Agama Islam yaitu Hijrah Rasulullah saw.

Selain itu Muharram menjadi berbeda karena hari ke-sepuluh dalam bulan ini dipadati dengan nilai yang sarat dengan sejarah, yang lebih dikenal dengan hari ‘asyura’ atau hari kesepuluh pada bulan Muharram. Karena pada hari ‘asyura’ itulah (seperti yang termaktub dalam I’anatut Thalibin) Allah untuk pertama kali menciptakan dunia, dan pada hari yang sama pula Allah akan mengakhiri kehidupan di dunia (qiyamat). Pada hari ‘asyura’ pula Allah mencipta Lauh Mahfudh dan Qalam, menurunkan hujan untuk pertama kalinya, menurunkan rahmat di atas bumi. Dan pada hari ‘asyura’ itu Allah mengangkat Nabi Isa as. ke atas langit. Dan pada hari ‘asyura’ itulah Nabi Nuh as. turun dari kapal setelah berlayar karena banjir bandang. Sesampainya di daratan Nabi Nuh as. bertanya kepada pada umatnya “masihkah ada bekal pelayaran yang tersisa untuk dimakan?” kemudian mereka menjawab “masih ya Nabi” Kemudian Nabi Nuh memerintahkan untuk mengaduk sisa-sisa makanan itu menjadi adonan bubur, dan disedekahkan ke semua orang. Karena itulah kita mengenal bubur suro. Yaitu bubur yang dibikin untuk menghormati hari ‘asyuro’ yang diterjemahkan dalam bahasa kita menjadi bubur untuk selametan.

Bubur suro merupakan pengejawentahan rasa syukur manusia atas keselamatan yang Selma ini diberikan oleh Allah swt. Namun dibalik itu bubur suro (jawa) selain simbol dari keselamatan juga pengabadian atas kemenangan Nabi Musa as, dan hancurnya bala Fir’aun yang terjadi pada hari ’asyuro juga. Oleh karena itu barang siapa berpuasa dihari ‘asyura’ seperti berpuasa selama satu tahun penuh, karena puasa di hari ‘asyura’ seperti puasanya para Nabi. Intinya hari ‘syura’ adalah hari istimewa. Banyak keistimewaan yang diberikan oleh Allah pada hari ini diantaranya adalah pelipat gandaan pahala bagi yang melaksanakan ibadah pada hari itu. Hari ini adalah hari kasih sayang, dianjurkan oleh semua muslim untuk melaksanakan kebaikan, menambah pundi-pundi pahala dengan bersilaturrahim, beribadah, dan banyak sedekah terutama

bersedekah kepada anak yatim-piatu. Bagi kelompok syi’ah hari kesepuluh bulan

Muharram sangatlah penting. Karena pada hari inilah tepatnya tahun 61 H Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib sang Cucu Rasulullah saw terbunuh oleh Yazid bin Muawiyah. Pembunuhan ini lebih tepat bila disebut dengan pembantaian karena tidak seimbangnya dua kekuatan yang saling berhadap-hadapan. Pembantaian ini terjadi di padang Karbala ketika dalam perjalanan menuju Irak.

Tentunya berbagai kejadian sejarah tersebut mulai dari sejarah transcendental yang berhubungan langsung proses penciptaan hujan oleh Allah swt hingga hijrah Rasulullah saw dan terbunuhnya Husain cucu Rasulullah saw. tidak boleh terhapus dari memori kolektif maupun individu generasi Muslim. Kejadian-kejadian dalam sejarah ini harus selalu dipupuk dengan subur sebagai salah satu media pendidikan kepahlawanan dalam Islam.

Berbagai metode peawatan sejarah ini terejawantahkan dalam berbagai tradisi kolaitas. Di Jawa misalnya kita mengenal bubur abang dan bubur putih yang dibagikan dan disajikan pada hari ‘asyura tidak lain untuk merawat ingatan sejarah tersebut secara perlambang. Bubur putih bermakna rasa syukur akan panjngnya umur hingga mendapatkan tahun baru kembali, semoga kehidupan tambah makmur. Seperti rasa syukunya Nabi Nuh setelah berlayar dari banjir bandang, seperti syukurnya Nabi Musa setelah mengalahkan Fir’aun. Disamping itu Bubur Putih merupakan lambing kebenaran dan kesucian hati yang selalu menang dalam catatan sejarah yang panjang. Meskipun kemenangan itu tidak selamanya identik dengan kekuasaan, seperti Sayyidina Husain sebagai kelompok putihan yang ditumpas oleh Yazid bin Muaswiyyah sang penguasa laknat. Sedangkan Bubur Abang (bubur merah) adalah pembanding yang selalu hadir dalam kehidupan di dunia berpasang-pasangan. Ada indah ada buruk, ada kebaikan ada kejahatan. Semoga semua hal-hal buruk itu senantiasa dijauhkan oleh Allah dari kita amien. Jadi bubur suro ini yang berwarna merah dan putih merupakan representasi dari rasa syukur yang mendalam. Atas segala karunia Allah swt. Dan yang lebih penting dari itu semua, Bubur Suro merupakan wahana untuk merawat ingatan akan adanya sejarah besar dalam Islam. (NU Online)

UBUDIYAH

Page 10: Aufklärung Edisi November I 2013

KKILAS PMII ILAS PMII 10 Edisi November I—2013

Ada satu hal yang unik di keluarga besar

PMII Komisariat Kentingan UNS. Yakni

tradisi merayakan ulang tahun dari setiap

sahabat dan sahabati. Hal ini sudah

berjalan sekian lama dan hingga kini pun

masih terus berjalan.

Perayaan ulang tahun seseorang

memang menjadi hal yang biasa kita

jumpai di manapun kita berada. Entah itu

di keluarga, kelas, organisasi, maupun di

lingkungan kerja. Masing-masing yang

melakukan hal ini tentu juga memiliki

tujuan atau niatan yang beragam. Namun

dari perayaan ulang tahun ini harapannya

bukan sekadar untuk hura-hura yang tanpa

esensi dan manfaat.

Seperti halnya yang dilakukan oleh

sahabat dan sahabati PMII Komisariat

Kentingan UNS. Salah satu yang menjadi

alasan kenapa hal ini dilakukan bahkan

sampai menjadi tradisi ialah untuk

mempererat rasa kekeluargaan di antara

satu sama lain. Pasalnya, rata-rata dari

Tradisi Merayakan Ulang Tahun di PMII Komisariat Kentingan UNS

anggota PMII Komisariat Kentingan UNS

bukanlah berasal dari satu daerah saja, apalagi

berasal dari Kota Solo sendiri. Rata-rata

mereka berasal dari luar daerah Solo, semisal

dari Jawa Timur, Pantura Jawa Tengah, DI

Yogyakarta, Jawa Barat, bahkan DKI Jakarta.

Adapun yang asli berasal dari Solo, jumlahnya

tak sebanyak dari luar Solo. Dan kota mereka

berasal pun juga beraneka ragam.

Oleh karena itu, acara semacam ini

menjadi perlu diadakan untuk mempererat tali

kekeluargaan di antara sahabat dan sahabati

yang sebelumnya tidak saling kenal dan

kemudian kenal gara-gara bergabung dengan

PMII Komisariat Kentingan UNS. Karena

diakui atau tidak faktor yang membentuk

keakraban yang terjalin di antara mereka

adalah dengan sering berkumpul dan

mengadakan kegiatan yang bersifat have fun.

Kecenderungan yang muncul, kegiatan

yang bersifat serius semacam diskusi, aksi,

atau yang menjurus serius seringkali malah

tidak membuat mereka akrab. Maka dari itu

digagaslah kegiatan merayakan ulang tahun

dari setiap sahabat dan sahabati yang pada hari

itu berulang tahun.

Namun tak hanya itu, tradisi merayakan

ulang tahun ini juga diadakan agar apa yang

menjadi doa dan harapan dari sahabat atau

sahabati yang ulang tahun bisa diamini oleh

yang lain. Karena mereka yakin, dengan

bersama-sama (jamaah) itu lebih bisa

menguatkan harapan agar nantinya bisa

dikabulkan oleh Allah SWT.

Di setiap waktu perayaan ulang tahun

tersebut, sahabat atau sahabati yang tengah

berulang tahun biasanya menyampaikan uneg

-uneg selama berada di tengah-tengah

keluarga besar PMII Komisariat Kentingan

UNS. Dengan ini, satu sama lain pun bisa

saling bisa memotivasi diri agar saat berada di

perantauan yang tentunya juga jauh dari orang

tua mereka bisa tetap semangat menuntut ilmu

dan bergerak bersama untuk PMII Komisariat

Kentingan UNS yang lebih baik. (Deni)

BERBAGI KUE—Dari kiri ke kanan, Sahabat Vika, Farid, dan Musadat tampak sumringah tatkala berbagi kue di hari ulang tahunnya.