Upload
pmii-uns
View
236
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Majalah Mahasiswa by PMII Komisariat Kentingan UNS
Citation preview
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Solo yang merupakan salah satu dari penggagas ide berdirinya PMII dalam setiap zamannya selalu mampu menggoreskan tinta sejarah untuk bangsa ini. Sejak awal bermulanya, sejumlah gerakan perlawan atas rezim yang pernah dilakukan oleh pemuda, mahasiswa, maupun masyarakat umum, PMII Solo selalu mampu tampil sebagai sosok sentral dan berpengaruh karena prinsip ke-tawassuth-annya (moderat) yang begitu kental sampai-sampai kelompok lain pun begitu mengakui; jika bukan PMII, siapa lagi yang bisa menengahi?
Ruh kota Solo sebagai kota pergerakan membuat Solo dan PMIInya ibarat satu kesatuan jiwa dan raga yang tak bisa dipisahkan, sehingga keduanya hingga kapan pun memang seakan dituntut untuk terus ada dan saling melindungi. Karena telah disebutkan secara tegas, kata pergerakan’ yang tersemat dalam PMII telah menjadi tanggung jawab bagi warga PMII khususnya serta para pemuda untuk terus bergerak dan berpihak untuk sebuah ketertindasan.
Hingga pada akhirnya terciptalah iklim gerakan yang begitu kental dari sosok PMII di Kota Solo dalam setiap zamannya. Namun tak hanya iklim gerakan saja, wacana intelektual juga mampu dikembangkan oleh PMII Kota Solo.
Sejenak kami; ingin membukakan kembali sejarah lama dari PMII Kota Solo yang dulu begitu kental dengan wacana yang diimbangi dengan gerakan yang masif. Terlebih pada dekade 90an, kala rezim otoriter Soeharto tengah memimpin, di mana saat itu media menjadi salah satu sasaran tembak oleh pemerintah, sehingga ada istilah yang mencuat bahwa Kota Solo sempat menjadi “kuburan bagi media.”
Namun dengan semangat perlawanan dan keberpihakan kepada kaum proletar yang begitu gigih, apa yang dilakukan pemerintah sama sekali tak menyurutkan nyali warga PMII Kota Solo. Sebagai perwujudan dari pendiskusian atas wacana perlawanan yang terus berkembang pada masa itu, akhirnya PMII Kota Solo berhasil melahirkan sebuah media sederhana yang dijadikan ruang aktualisasi bagi setiap kadker pergerakan untuk terus mengasah pikirannya. Ya, Aufklärung namanya, yang bermakna pencerahan.
Setelah sekian tahun lamanya ia tak bersuara, kini PMII Komisariat Kentingan UNS dengan semangat yang sama, semangat pergerakan yang membara, mencoba menghidupkan lagi ia yang sempat mati suri. Ia dihidupkan lagi untuk membangkitkan nalar kritis, basis wacana, naluri pergerakan, kebangsaan, serta keaswajaan agar mahasiswa menyadari pentingnya bergerak untuk sebuah kemanfaatan di masa mendatang. Salam pergerakan! []
AUFKLÄRUNG
MAJALAH MAHASISWA Terbit setiap 2 pekan sekali
Online: www.pmiiuns.or.id E-mail: [email protected] Telepon: 085728992244
Edisi November I—2013
Tak hanya dari PMII Komisariat Kentingan UNS saja yang ikut berziarah ke TMP yang berada Jalan Raya Solo-Karanganyar, demisioner GMNI Komisariat UNS, Edho Johan Pratama, juga turut bergabung dalam ziarah tersebut.
Sekitar enam orang dari PMII serta satu dari GMNI yang telah berkumpul di Griya
PROLOGUE
SOLO, AUFKLÄRUNG—Peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada Minggu (10/11) kemarin dimanfaatkan oleh jajaran pengurus dan anggota PMII Komisariat Kentingan UNS untuk mengadakan acara ziarah ke taman makam pahlawan (TMP) yang berlokasi di Kelurahan Pucangsawit, Surakarta.
ZIARAH—Sejumlah anggota PMII tengah khusyuk berziarah ke makam pahlawan pada
peringatan Hari Pahlawan 10 November.
M a j a l a h M a h a s i s w a P e r g e r a k a nM a j a l a h M a h a s i s w a P e r g e r a k a n
Internet
Peringatan Hari Pahlawan
PMII Kentingan UNS Gelar Ziarah ke TMP
Bersama GMNI UNS
Sahabat (Basecamp PMII Komisariat Kentingan UNS) sejak pukul 08.00 WIB langsung berangkat menuju TMP pada pukul 09.00 WIB. Namun mereka tidak langsung masuk ke dalam kompleks makam lantaran di halaman TMP waktu itu tengah digelar upacara peringatan Hari Pahlawan oleh Pemerintah Kota
(Pemkot) Surakarta. Rombongan dari PMII dan
GMNI UNS pun akhirnya baru bisa masuk ke kompleks makam pahlawan sekitar pukul 09.30 WIB setelah upacara selesai.
Sekretaris Umum (Sekum) PMII Komisariat Kentingan UNS, Udin Saputra yang menjadi koordinator pada
S o l o , N U O n l i n e M e m b i n c a n g t e n t a n g shalawat, pada umumnya tak lepas dari topik shalawat sebagai sebuah ibadah sekaligus wujud kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW. Namun, pernahkah kita m e mb ay a n gk a n m a jel is shalawat yang ada di lingkungan kita menjadi sebuah gerakan sosial?
Hal ini pernah menjadi bahan diskusi sejumlah elemen pemuda di Solo, Jawa T e n g a h . S a l a h s a t u pembahasan dalam diskusi tersebut, mengkaji tentang bagaimana potensi majelis-majelis shalawat yang kini t e n g a h m e n j a m u r d i masyarakat.
Di wilayah Soloraya misalnya, kehadiran Habib
Syech menjadi magnet bagi para jamaah untuk bergabung mengumandangkan shalawat. Dari waktu ke waktu, jumlah jamaah semakin meningkat. Dalam perkembangannya, l a h i r j u g a k o m u n i t a s -komunitas shalawat baru di berbagai daerah. Umumnya mereka adalah masyarakat
Shalawatan Bisa Jadi Gerakan Sosial
Bersambung ke halaman 2
Bersambung ke halaman 2
KKAMPUSAMPUS Edisi November I—2013 2
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebagai sebuah organisasi kaderisasi tentunya memiliki tanggung jawab besar untuk terus menjalankan roda organisasinya. Biar pun badai menghempas, biar pun ombak tsunami mengaparkan, PMII tetaplah PMII yang akan tetap tegak berdiri selagi mentari masih memancarkan sinarnya.
Tanggung jawab sebagai organisasi kaderisasi itulah yang membuat PMII harus mampu mencetak kader-kader yang memiliki kapasitas tinggi s e k a l i g u s s e b a g a i c a l o n p e m i m p i n y a n g m a m p u membuat perubahan dalam hal positif di masa mendatang. Maka dari itu Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba) yang menjadi pintu masuk awal bagi calon anggota dinilai sangat penting untuk terus dilakukan sebagai sebuah kewajiban serta
Mapaba 2013 Season 3 PMII Komisariat Kentingan UNS
kebutuhan. Jika mau menghitung, sudah
berapa banyak kader yang dihasilkan oleh PMII Komisariat Kentingan UNS sejak pertama kali berdiri pada sekitar tahun 1 9 7 4 — b e r s a m a a n d e n g a n berdirinya kampus UNS—ini, tentunya sudah teramat banyak. Namun, berapa pun banyaknya jumlah kader yang pernah dicetak, PMII Komisariat Kentingan UNS tidak akan pernah berhenti melakukan kaderisasi, karena, sekali lagi kaderisasi menjadi hal yang sangat penting jika masih menginginkan PMII bisa terus berjaya bersama Indonesia.
D a n p a d a p e r i o d e kepengurusan yang ke-XIV, di mana dipimpin oleh Sahabat Ahmad Rodif Hafidz, dengan menghaturkan rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT serta shalawat kepada Nabi
M u h a m m a d s a w , P M I I Komisariat Kentingan UNS yang pada periode kepengurusan Sahabat Ahmad Rodif Hafidz telah berhasil menyelenggarakan dua kali Mapaba, kini akan kembali menggelar Mapaba 2013 S e a s o n 3 y a n g b e r -tajuk “Eksplorasi Bakat Muda untuk menampakkan Citra Diri Mahasiswa.”
Mapaba 2013 Season 3 ini nantinya akan digelar pada 22-24 November 2013 di Vil la Kemuning, Tawangmangu, Karanganyar yang bakal diikuti oleh mahasiswa aktif baik dari kampus UNS maupun dari luar UNS.
Sesuai dengan tema yang diangkat oleh Organizing Com-mittee (OC)tersebut, nantinya seluruh peserta Mapaba akan diberikan gambaran dasar ruang mana yang dirasa sesuai dengan bakat masing-masing agar
selama mereka berproses di kampus dan PMII benar-benar bisa menjadi diri mereka sendiri tanpa ada keterpaksaan dan hal-hal yang justru malah bisa membatasi perkembangan psikologis mereka.
Untuk itu, silakan bagi siapapun yang berminat segera hubungi OC sesuai dengan yang tertera di pamflet yang telah disebarkan. Atau bisa juga memantau secara rutin time-line akun Facebook PMII Kentingan UNS dan Twit-ter @PMII_UNS. Di sana nanti akan terus kami sajikan beragam informasi terkait Mapaba. Ayo segera bergabung bersama kami, PMII Komisariat Kentingan UNS! Kembangkan bakatmu selagi masih menjadi mahasiswa! (Andy)
Ziarah...
Sambungan halaman 1
a c a r a z i a r a h t e r s e b u t menuturkan acara ini dilakukan oleh PMII Komisariat Kentingan bekerjasama dengan GMNI K o m i s a r i a t U N S u n t u k memperingati dan mengenang jasa-jasa para pahlawan negeri ini yang dulu telah berjasa membawa bangsa ini merdeka hingga sekarang ini.
“Ini sudah kita agendakan sebelumnya. Harapannya dengan kita berziarah ke makam para p a h l a w a n i n i , s e l a i n mengingatkan kematian kepada kita, juga untuk mengenang dan mendoakan para pahlawan yang jasanya begitu besar bagi bangsa i n i , ” u n g k a p m a h a s i s w a Pendidikan Sastra Daerah 2011 ini.
Ia melanjutkan, meski yang hadir dalam acara ini tidak terlalu banyak, ia mengaku tetap bisa khidmat ketika masuk ke dalam
kompleks makam. Pasalnya, s u a s a n a g e g a p g e m p i t a perjuangan pahlawan bisa ia rasakan ketika menuju ke makam Brigjen Slamet Riyadi untuk membacakan Surat Yasin dan tahlil. “Kita menuju ke makam Brigjen Slamet Riyadi yang begitu dikenal jasa-jasanya. Di sana kita membaca Surat Yasin dan tahlil bersama. Suasananya khidmat sekali,” kata dia usai ziarah.
Usai berziarah, rombongan pun sempat bertemu dengan salah satu penjaga makam yang juga disinyalir sebagai veteran. Menurut cerita Udin, pria tua yang ditemui rombongan tersebut sedikit bercerita tentang perjuangan para pahlawan dalam mengusir para penjajah. Namun, kakek tersebut juga berpesan bahwa perjuangan pemuda saat ini jauh lebih besar daripada para pahlawan terdahulu. Karena
d i s a d a r i a t a u t i d a k , mempertahankan itu jauh lebih susah dibandingkan dengan meraih.
“Perjuangan para pemuda sekarang lebih berat. Karena kita dituntut untuk mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraih oleh para pahlawan terdahulu,” terangnya menceritakan.
Sementara itu, Ketua Umum PMII Komisariat Kentingan UNS, Ahmad Rodif Hafidz yang pada hari itu tidak bisa ikut membersam ai a nggot a nya karena sedang bertugas di luar Solo mengatakan, dirinya merasa bangga ketika para sahabat telah berinisiatif sendiri untuk mengadakan acara ziarah ke makam pahlawan. Terlebih lagi ketika ia diberitahu bahwa dalam acara tersebut juga mengajak kawan-kawan dari GMNI Komisariat UNS.
“Yang jelas saya sangat bangga dengan sahabat-sahabat semua yang telah berinisiatif m e n g g a g a s a c a r a i n i . Harapannya setelah berziarah ke m a k a m p a h l a w a n p a d a peringatan Hari Pahlawan ini, kita bisa terus semangat untuk melanjutkan jasa-jasa para pahlawan yang telah mengusir para penjajah dan membawa bangsa ini merdeka. Namun perjuangan kita masih panjang. Jadi jangan bersenang-senang dulu,” tandasnya. (Ulfa/Maya)
pinggiran dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.
Aktivis muda NU Solo, M Dalhar, menilai hal tersebut merupakan sebuah fenomena menarik. Fenomena Syecher, sebutan pecinta Habib Syech, merupakan potensi besar yang dimiliki Kota Solo. “Modal yang besar ini merupakan kesempatan bagi pemuda untuk menjadikan jamaah tidak sekadar menjadikan shalawat sebagai kegiatan ‘pelarian’ dari kesibukan kota, tetapi menjadi sebuah forum
produktif,” terang Sekretaris L e m b a g a K a j i a n d a n Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Kota Surakarta itu, belum lama ini.
Menurutnya, selain dibacakan pujian dan sejarah Rasulullah Saw, dalam kegiatan shalawatan d a p a t j u g a d i s a m p a i k a n permasalahan publik yang terjadi di sekitar. Selain itu, jamaah yang ada juga menjadi sebuah potensi untuk melakukan gerakan sosial dan pemberdayaan ekonomi.
Senada dengan Dalhar, Ketua Pengurus Cabang Ikatan Pelajar
Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kabupaten Sukoharjo, Fitria Ayu, m e n a m b a h k a n k e g i a t a n shalawatan selain menjadi ruang pengkaderan juga dapat dibuat sebagai sebuah gerakan sosial. “Jadi secara kasarnya, shalawatan tidak hanya sekadar ibadah, tapi juga memiliki nilai sosial,” ujarnya kepada NU Online, Ahad (10/11) .
Fitria menjelaskan, saat ini majelis shalawat seperti Ahbabul M u s t h o f a , J a m u r o , d a n sebagainya layak untuk dibentuk sebagai sebuah gerakan sosial. “Paling tidak majelis shalawatan
yang sudah ada ini memiliki dua syarat untuk menjadi sebuah gerakan sosial. Yaitu figur dan massa,” pungkasnya.
Shalawat...
Sambungan halaman 1
OOpini pini MMahasiswaahasiswa Edisi November I—2013
G e r a k a n
mahasiswa
y a n g
m u n c u l
sejak awal abad 20
awalnya mempunyai
t e n d e n s i s e b a g a i
s e b u a h g e r a k a n
perlawanan terhadap
p e n j a j a h a n .
Kemudian dari
masa ke masa
arah geraknya mengikuti kebutuhan dan
kondisi yang sedang dihadapi oleh
sebuah bangsa. Tentunya dalam
menjalankan setiap gerak lakunya gerakan
mahasiswa pastilah mempunyai pedoman
bersikap untuk menghadapi fenomena dan
realita yang muncul. Pedoman itulah yang
kemudian disebut sebagai landasan berpikir
atau paradigma. Peranan paradigma dalam
setiap organisasi sangatlah vital. Paradigma
adalah ibarat ruh dalam tiap organisasi yang
akan mengarahkan sikap dan tindakan
menghadapi persoalan-persoalan yang terjadi.
Karakteristik akan paradigma dalam tiap
jiwa organisasi pun nantinya akan terbentuk
dengan sendirinya seiring kebutuhan akan
zaman. Tentunya dengan embrio yang
berbeda-beda maka akan memunculkan
karakteristik paradigma yang berbeda pula,
seperti apa paradigma yang akan dipilih dan
dijadikan landasan berpikir dan bergerak
dalam tiap napas sebuah organisasi gerakan
mahasiswa. Berawal dari paradigma itulah
kemudian sebuah gerakan mahasiswa akan
mampu mewujudkan gagasan-gagasan
pemikiran menjadi sebuah prestasi konkrit
untuk kesejahteraan kehidupan berbangsa.
Namun jika menilik sejarah gerakan
mahasiswa dari masa ke masa yang penuh
dengan dinamika dan fluktuasi menjadikan
gerakan mahasiswa dewasa ini semakin tidak
jelas arah gerakannya. Hal tersebut memang
tidak bisa dipungkiri mengingat cara-cara
penyikapan yang diterapkan oleh gerakan
mahasiswa pada era keemasannya dulu
dipandang tidak lagi relevan untuk masa kini.
Jika masih saja berkutat dengan segala teori-
teori kritis dan gerakan jalanan yang menjadi
trendnya gerakan mahasiswa bukan hanya
dibilang tidak mempunyai arah yang pas
bahkan mungkin mereka tidak lagi dipandang
dari sudut pandang eksistensinya oleh
masyarakat umum—yang mana sejatinya dulu
mahasiswa adalah sebagai penyambung lidah
bagi mereka kepada pemerintah.
Terlebih langkah mereka kini seakan-akan
semakin dihalangi oleh sistem yang ada.
Sistem pendidikan yang cenderung tidak
menguntungkan eksistensi mereka—
khususnya di internal kampus. Liberalisasi
pendidikan yang bagi kaum gerakan dianggap
tidak sesuai dengan jati diri bangsa kini
semakin menguat. Akselerasi taraf hidup
masyarakat Indonesia untuk mengejar
globalisasi menjadi sebuah tuntutan bagi
mahasiswa yang sejatinya mereka harus bisa
berpikir lebih luas untuk kepentingan jangka
panjang. Ini menjadi sebuah catatan penting
yang harus digarisbawahi bagi kaum gerakan.
Globalisasi memang membuat Indonesia
mau tidak mau harus memaksakan diri untuk
terjun dalam segala ketidaksiapan. Dari mulai
sistem, kesadaran masyarakat, hingga
kompetensi individ sebenarnya Indonesia
belum siap akan itu. Namun memang tidak
bisa dipungkiri bahwa menjadi negara yang
bisa dibilang tidak punya cukup power
akhirnya membuat Indonesia harus
mengikuti arus. Dampaknya akhirnya
dirasakan oleh mahasiswa.
Para kaum intelektual yang sejatinya harus
mempunyai nalar kritis kini dibungkamkan
oleh sistem. Faktanya para sarjana muda
hanya menjadi buruh-buruh yang tidak punya
kuasa apa-apa setelah mereka terjun ke dunia
kerja. Hal ini terjadi karena ketika negara
menuntut para cendekiawan mudanya untuk
cepat matang demi menghadapi persaingan
dunia yang tanpa batas tapi tidak dididik
dengan karakter kuat, kritis, dan
transformatif. Hasilnya, bukannya malah
Indonesia semakin maju untuk menghadapi
globalisasi namun justru semakin tertinggal
dengan segala ketidaksiapan.
Dikotomi organisasi internal-eksternal
yang kini semakin jelas dirasakan memang
menjadi salah satu penyebab juga akan
lemahnya karakter generasi penerus
bangsa. Akan tetapi hemat saya jangan
sampai ini menutup dan melemahkan
semangat juang mahasiswa gerakan untuk
terus mempertahankan eksistensinya.
Tentunya eksistensi yang luwes. Gerakan
mahasiswa saat ini harus mau melihat ke
pasar (lapangan). Jangan sampai pola-pola
masa lalu yang sudah jelas tidak lagi
relevan dengan kebutuhan kekinian terus
dipakai. Al muhafadzatu ala al-qadimi al-
shalih, wa al-akhdzu bi al-jadidi al-ashlah. Pertahankan segala sesuatu yang
lama yang masih baik dan ambillah
sesuatu yang baru yang lebih baik. Kalimat
ini perlu dijadikan sebagai pedoman bagi
gerakan mahasiswa saat ini. Keluwesan.
Kemudian perlu juga direnungkan
bahwa sebenarnya kita memang dituntun
menjadi anak zaman yang mampu
mengikuti segala perubahan dan
perkembangan yang ada. Jangan mau
menjadi semakin tertinggal oleh bangsa-
bangsa lain. Segala perubahan yang lebih
baik harus kita wujudkan.
Dan jika menganalisis masa depan
kehidupan dunia mungkin hingga tahun
2040 memang yang dibutuhkan adalah
individu-individu yang mapan, profesional,
dan inovatif. Segala lini penting yang ada di
dunia ini memang membutuhkan orang-
orang yang mau bekerja keras dan
mempunyai profesionalitas yang tinggi.
Maka dari itu hendaknya mahasiswa
pergerakan pun harus bisa mengimbangi
kebutuhan yang diminta. Sektor-sektor
penting negara yang dipandang masih
tertinggal harus segera dibenahi dengan
p e n d i d i k a n s e j a k d i n i y a n g
mengedepankan sikap kritis, transformatif,
dan tentu yang berkarakter.
Ke depan gerakan mahasiswa harus
bisa menjadi pioneer bagi terwujudnya
kehidupan bangsa yang sejahtera. Bukan
lagi eranya aktivis mahasiswa yang seakan-
akan dilinearkan menjadi para politisi
semata. Sosok profesional adalah sebuah
kebutuhan bangsa yang harus segera
dipenuhi untuk ikut bertarung dalam
persaingan globalisasi, era dunia tanpa
batas.
Ahmad Rodif Hafidz
Mahasiswa D3 Teknik Sipil UNS
Transformasi Paradigma Gerakan Mahasiswa Menyambut Era Dunia Tanpa Batas
DOK. PRIBADI
4
PENANGGUNG JAWAB Ahmad Rodif Hafidz PEMIMPIN REDAKSI Dimas Suroaji WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Ahkam Failasuf SEKRETARIS REDAKSI Yauma Farkhati DIREKTUR UTAMA Moh. Vika Rusyda DIREKTUR OPERASIONAL & SDM Satrio Panji Wicaksono DIREKTUR PEMASARAN Fahmi Muhyidin DIREKTUR KEUANGAN Deni Yulika
REDAKTUR EKSEKUTIF Wisnu Ari Widodo REDAKTUR Apriyatno, Muhammad Musadat, Maya LITBANG Udin Saputra, Nur Fajariyah, Mega Nur Diana REPORTER Sofiyatun Nisa, Hidayatul Fadhilla, M. Andy Anzi, M. Vidi Perdana, Najih Fikriyah, Nining Rahayu, Rijal Danialhaq, Sinta Kurniasari Putri, Wahyuni Hidayani, Tsaniananda F. Ch, Maria Ulfa PUBLIKASI Chaerul Fatah Hidayat DESAIN GRAFIS Fahmi Setiawan, Henri Firmansyah
ALAMAT Jln. Surya IV RT 3 RW XXV, Jebres, Surakarta, 57126. E-MAIL [email protected] SITE www.pmiiuns.or.id Ikuti update informasi dari kami melalui:
@PMII_UNS PMII Kentingan UNS
OOpini pini MMahasiswaahasiswa Edisi November I—2013
Senggol SithikSenggol SithikSenggol Sithik
Bantuane soyo akeh. Biaya kuliahe
soyo larang.
Ngono kwi teori ekonomi, Kang!
Kampus sudah hijau sejak dulu,
terlalu hijau malah tidak bagus.
Hati-hati sama yang ijo-ijo!
Asistensi Agama Islam (AAI)
dijadikan ruang untuk doktrinasi?
Sudah sejak dahulu kala kabarnya.
UNS telah resmi bersertifikat ISO.
5 OOpini pini MMahasiswaahasiswa
Bergantinya
status dari
siswa menjadi
mahasiswa
tentu bakal
selalu diikuti
dengan
tanggung
jawab yang semakin besar pula.
Dalam konteks tanggung jawab
yang lebih besar, yakni tanggung
jawab sosial (social responsibility),
mahasiswa diharapakan tidak hanya
sebagai insan cendikia yang gemar
memperhatikan setiap tutur kata
yang terucap dari mulut dosen lalu
mengerjakan tugas yang
ditangguhkan dosen kepada
mereka. Namun lebih jauh dari itu
yakni seperti yang tertuang dalam Tri
Dharma Perguruan Tinggi; pendidikan,
penelitian, dan pengabdian, mahasiswa
dituntut untuk mampu mengemban peran
sebagai pemuda yang kelak bakal diharapkan
kontribusi nyatanya di masayarakat.
Ketiga poin dari Tri Dharma itu sudah
seharusnya diilhami dan diimplementasikan
sebagai sebuah nilai yang tidak dimiliki oleh
kelompok lain selain mahasiswa. Artinya,
mahasiswa selain diwajibkan menuntut ilmu
baik itu studi fakultatif maupun di luar itu, juga
diwajibkan untuk melakukan penggodokan
dari apa yang telah didapat dari bangku kuliah
maupun di luar itu untuk diwujudkan sebagai
sebuah produk pemikiran maupun fisik
terlebih dahulu sesuai dengan poin kedua dari
Tri Dharma, yakni penelitian. Hingga setelah
itu mereka pun diwajibkan untuk
menyampaikan hasil yang telah didapat
kepada masyarakat sebagai sebuah
pengabdian yang harapannya bisa memberi
perubahan mulai dari lingkup kecil,
masyarakat sekitar, sampai lebih luas lagi,
yakni bagi bangsa dan negaranya.
Dari poin mendasar yang harus melekat pada
diri setiap mahasiswa itu, kemudian penulis
menariknya ke dalam konteks yang lebih
sempit yakni kampus UNS sebagai kampus
yang tengah berupaya menuju world class
university (WCU). Tentunya sebagai bagian
dari civitas akademika UNS, kita menyadari
bahwa UNS yang bercita-cita menjadi kampus
kelas dunia ini harus didukung oleh setiap
elemennya agar capaian tersebut benar-benar
bisa sejalan dengan kualitas individu, kolektif,
maupun sarana dan pra sarana yang ada.
Karena jelas akan menjadi hal yang sangat
tabu, seandainya WCU benar tercapai namun
itu hanya sebatas tampakan sedangkan
kualitas manusia di dalamnya tidak
mencerminkan sebagai kampus kelas dunia.
Dalam hal ini penulis ingin menyoroti secara
khusus kepada perilaku mahasiswa UNS
sendiri. Tentu kita bisa melihat sendiri fakta
yang ada, apakah cita-cita UNS sebagai WCU
ini sudah sejalan dengan kualitas
mahasiswanya? Atau jangan-jangan ini hanya
menjadi sebuah proyek bagi para pejabat UNS
untuk mendeklarasikan UNS sebagai kampus
kelas dunia namun membiarkan kualitas
mahasiswanya tetap sebagai mahasiswa
kampus “medioker”.
Maka dari itu, muncullah satu kegundahan
dari penulis jika melihat kondisi riil yang ada.
Quo vadis kepedulian mahasiswa UNS? Apa
saja yang sebenarnya sudah dilakukan oleh
mahasiswa UNS selama ini? Hanya duduk
manis di bangku kuliah, mengumpulkan
tugas, lalu pulang dan bersenang-senang, atau
sudah melakukan hal luar biasa yang sampai
membuat mereka mendunia. Ya, katakanlah
banyak yang aktif berorganisasi. Namun
apakah sudah bisa
berkontribusi—minimal di
lingkungan UNS sendiri—
secara nyata.
Agaknya memang apa yang
dibilang Paulo Freire, salah
seorang filosof dari Brazil,
tentang kesadaran kritis
(critical consciousness)
memang perlu ditumbuhkan
dalam setiap diri mahasiswa
UNS agar kesadaran bahwa
tanggung jawab sejak berganti
status dari siswa menjadi
mahasiswa benar-benar
muncul. Barangkali bisa
dilakukan mulai dari hal yang
kecil untuk membuat diri
mahasiswa maju lakukanlah. Setelah itu,
barulah bicara tentang UNS menuju WCU.
Karena jelas sebuah kenaifan jika
menginginkan UNS sebagai kampus kelas
dunia namun hanya diamini tanpa upaya
kolektif untuk mencapai ke sana. Di akhir,
penulis ingin mengajak setiap mahasiswa
dan barangkali juga semua elemen di UNS
untuk menyadari bahwa sebuah kemajuan
harus bisa berjalan selaras dengan prilaku
dan tindakan dari setiap elemen di
dalamnya, “in harmonia progressio.”
Moh. Vika Rusyda Mahasiswa FEB UNS 2011
Quo Vadis Kepedulian Mahasiswa UNS? DOK. PRIBADI
Silakan kirimkan opini Anda sebanyak 5.000
karakter dengan 1 spasi disertai identitas diri
ke alamat email: [email protected]
MENEPI Sebuah kontradiksi, di tengah lalu lalang aktivitas mahasiswa di sebuah kampus ternama Kota Solo, masih dijumpai pengemis yang meminta-meminta di lingkungan kampus. Kampus sebagai pencetak para intelektual belum mampu menumbuhkan rasa kepedulian sosial kepada mahasiswanya untuk bisa terjun langsung guna membangun kesejahteraan sosial di kalangan masyarakat bawah. FOTO: AUFKLÄRUNG/RODIF
Edisi November I—2013 7 TTOKOH KITAOKOH KITA
P uisi-puisi yang begitu melodius begitu melekat kental pada dirinya. Sapardi, seorang penyair, pemikir, dan kritikus sastra kenamaan. Tak
cuma masyhur di negeri sendiri, karya-karyanya tersohor hingga ke berbagai pen-juru dunia telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api Yang menjadikannya abu Aku ingin mencintaimu dengan sederhana Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan Yang menjadikannya tiada
Bait di atas merupakan salah satu syair karyanya yang berjudul “Aku Ingin”. Syair tersebut ia tulis pada tahun 1989.
Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono, begitu nama lengkapnya. Ia lahir di Solo tepatnya di rumah kakeknya dari pihak ayah yang terletak di kampung Baturono, Solo. Sapardi merupakan anak sulung dari pasangan Sadyoko dan Sapariah. Lahir pada tanggal 20 Maret 1940 M yang bertepatan dengan bulan Sapar—dalam kalender Jawa. Mungkin atas dasar itulah orang tuanya memberinya nama Sapardi. Menurut kepercayaan orang Jawa, orang yang lahir di bulan Sapar kelak akan menjadi sosok yang pemberani dan teguh dalam keyakinan.
Pendidikan
masa kecil di Solo Pendidikan
menengahnya ia tempuh di SMP Negeri 2 Sura-karta (1955) serta SMA Negeri 2 Surakarta (1958). Pada masa ini ia sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Pria kelahiran Solo, Jawa Tengah ini, mengaku tak pernah berencana menjadi penyair, karena dia berkenalan dengan puisi secara tidak disengaja.
Kegemarannya pada sastra, sudah mulai tampak sejak ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Kemudian, ketika duduk di SMA, ia memilih jurusan sastra dan kemudian melanjutkan pendidik-an di UGM, fakultas sastra.
Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogya-karta. Sejak masih belia putra Sadyoko dan Sapariyah itu, sering membenamkan diri dalam tulisan-tulisannya.
Bakat seni dari kakek dan nenek Anak sulung dari dua bersaudara abdi
dalem Keraton Surakarta itu mungkin mewarisi bakat seni dari kakek dan neneknya. Kakeknya dari pihak ayah pintar membuat wayang—hanya sebagai kege-maran—dan pernah memberikan sekotak wayang kepada sang cucu. Nenek dari pihak ibunya gemar menembang (menyanyikan puisi Jawa) dari syair yang dibuat sendiri. “Tapi saya tidak bisa menyanyi, suara saya jelek,” ujar bekas pemegang gitar melodi band FS UGM Yogyakarta itu. Sadar akan
kelemahannya, Sapardi kemudian mengem-bangkan diri sebagai penyair.
Selain menjadi penyair, ia juga melaksanakan cita-cita lamanya: menjadi dosen. “Jadi dosen ‘kan enak. Kalau pegawai kantor, harus duduk dari pagi sampai petang,” ujar lulusan Jurusan Sastra Barat Fakultas Sastra dan Kesenian (sekarang FIB) UGM ini. Dan begitu meraih gelar sarjana sastra, 1964, ia mengajar di IKIP Malang cabang Madiun, selama empat tahun, dilanjutkan di Universitas Diponegoro, Semarang, juga selama empat tahun. Sejak 1974, Sapardi mengajar di FS (sekarang FIB) UI.
Sapardi menulis puisi sejak di kelas II SMA. Karyanya dimuat pertama kali oleh sebuah surat kabar di Semarang. Tidak lama kemudian, karya sastranya berupa puisi-puisi banyak
diterbitkan di berbagai majalah sastra, majalah budaya dan
diterbitkan dalam
buku-
buku sastra. Bebe-rapa karyanya yang sudah berada di tengah masyarakat, antara lain Duka Mu Abadi (1969), Mata Pisau dan Aquarium (1974).
Sebuah karya besar yang pernah ia buat adalah kumpulan sajak yang berjudul Perahu Kertas dan memperoleh peng-hargaan dari Dewan Kesenian Jakarta dan kumpulan sajak Sihir Hujan—yang ditulisnya ketika ia sedang sakit—mem-peroleh Anugerah Puisi Poetra Malaysia. Kabarnya, hadiah sastra berupa uang se-jumlah Rp 6,3 juta saat memperoleh Anugerah Puisi Poetra Malaysia langsung dibelanjakannya memborong buku. Selain itu ia pernah memperoleh penghargaan SEA Write pada 1986 di Bangkok, Thailand.
Bekas anggota Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) ini juga menulis esei dan kritik. Sapardi, yang pernah menjadi redaktur Basis dan kini bekerja di redaksi Horison, berpendapat, di dalam karya sastra ada dua segi: tematik dan stilistik (gaya penulisan). Secara gaya, katanya, sudah ada pembaruan di Indonesia. Tetapi di dalam tema, belum banyak.
Penyair yang pernah kuliah di Univer-sitas Hawaii, Honolulu, AS, ini juga menulis buku ilmiah, satu di antaranya Sosiologi Sastra, Sebuah Pengantar Ringkas. (1978).
Selain melahirkan puisi-puisi, Sapardi
juga aktif menulis esai, kritik sastra, artikel serta menerjemahkan berbagai karya sastra asing. Dengan terjemahannya itu, Sapardi mempunyai kontribusi penting terhadap pengembangan sastra di Tanah Air. Selain dia menjembatani karya asing kepada pembaca sastra, ia patut dihargai sebagai orang yang melahirkan bentuk sastra baru.
Sumbangsih Sapardi juga cukup besar kepada budaya dan sastra, dengan mela-kukan penelitian, menjadi narasumber dalam berbagai seminar dan aktif sebagai administrator dan pengajar, serta menjadi dekan Fakultas Sastra UI periode 1995-1999. Dia menjadi penggagas pengajaran mata kuliah Ilmu Budaya Dasar di fakultas sastra.
Musikalisasi Puisi Musikalisasi puisi karya Sapardi dimulai
pada tahun 1987 ketika beberapa maha-siswanya membantu program Pusat Bahasa, membuat musikalisasi puisi karya beberapa penyair Indonesia, dalam upaya meng-apresiasikan sastra kepada sis-wa SLTA. Saat itulah tercipta musikali-sasi Aku Ingin o-leh Ags. Arya Dipayana dan Hujan Bulan Juni oleh H. Umar Muslim. Kelak, Aku Ingin diaransemen ulang oleh Dwiki Dhar-mawan dan menjadi bagian dari "Soundt-rack Cinta dalam Sepotong Roti" (1991), dibawakan oleh Ratna Octaviani.
Beberapa tahun kemudian lahirlah album "Hujan Bulan Juni" (1990) yang seluruhnya merupakan musikalisasi dari sajak-sajak Sapardi Djoko Damono. Duet Reda Gaudiamo dan Ari Malibu merupakan salah satu dari sejumlah penyanyi lain, yang adalah mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Dia menyadari bahwa menjadi seorang sastrawan tidak akan mem-peroleh kepuasan finansial. Kegiatan menulis adalah sebagai waktu istirahat, saat dia ingin melepaskan diri dari
rutinitas pekerjaannya sehari-hari. Menikah dengan Wardi-
ningsih, ia dikaruniai dua anak, Rasti Suryandani dan Rizki Henriko. (Int/Red)
PROFIL TOKOH SASTRA
Sapardi Djoko Damono, Penyair Melodius dari Kota Solo
Dalam setiap edisi Aufklärung, rubric
tokoh kita akan menampilkan tokoh-
tokoh nasional maupun internasional
khususnya tokoh yang memiliki pengaruh
bagi masyarakat baik dalam bidang
agama, negara, pendidikan, sosial,
budaya, sastra, ekonomi, pemikiran, atau
yang lainnya.
Jika pembaca ingin request tokoh bisa
juga mengontak Aufklärung dengan
m e n g i r i m k a n e m a i l k e
[email protected] atau lewat media
sosial baik twitter (@PMII_UNS) maupun
facebook (PMII Kentingan UNS).
Meradang bagai menelan api
Kau bakar setiap yang hidup
Kau bantai setiap napas yang ada
Membabi buta tiada ampun
Becek darah yang tak terlihat pun tertumpah
Tangis bukan lagi ritual namun keniscayaan
Kejam!
Miskin tiada harta kian sengsara
Lapar tiada pangan dianggap gurauan
Buta tiada cahaya dibikin tawa
Sapi potong tak bisa mengisi perut yang
kosong
Ilmu tak bisa memberi ide layaknya cerutu
Negeriku tak lagi negeriku
Yang di atas lahir dari bawah
Yang di atas lupa yang di bawah
Yang di atas hanya bisa serakah
Yang di bawah saling menumpahkan darah
Negeriku tak lagi negeriku
Yang di atas kompromi tipu-tipu
Yang di atas sudah tak punya malu
Yang di atas berbuat curang tiada ragu
Yang di bawah hanya dianggap benalu
Katanya demokrasi tanpa tirani
Katanya sejahtera tanpa sengsara
Katanya aman tanpa ketakutan
Katanya adil tanpa harus memakai bedil
Katanya, katanya, dan katanya
Kelabu
Padang hijau menjadi kelabu
Hutan yang hijau menjadi kelabu
Laut yang biru menjadi kelabu
Semuanya serba kelabu, sendu
Burung tak lagi dapat berkicau
Katak tak lagi dapat bernyanyi
Angsa tak lagi dapat menari
Badak tak tahu lagi nasibnya
Dan aku sudah susah untuk bersiul
Yang kini jujur kelak tak lagi jujur
Yang kini belajar kelak akan kurang ajar
Yang kini berbicara kelak akan lupa
Yang kini diam kelak akan makin kelam
Begitu seterusnya kata mereka
Karut marut
Betapa nestapa
Betapa sengsara
Betapa penuh dusta
Doa diganti dosa
Bersandar pada dinding rapuh
Memandang eloknya langit yang begitu
sempurna
Penuh bintang meskipun gelapnya kini tak
lagi jujur
Mencoba menghirup selintas udara yang
melintas
Ternyata masih ada udara optimis di negeri
ini
Walaupun hanya selintas saja
Aku ingin semua kembali
Menatap Dia yang Maha segalanya
Tunduk untuk sebuah pengakuan
Meratapi setiap kesalahan
Mencuci setiap dosa
Menggantinya dengan pahala
Untuk Indonesia
Untuk Indonesia
Untuk Indonesia
Menangislah untuk negerimu
Yang terasa kian parah sakitnya
Yang seakan setiap jiwanya kian pasrah
meratapi nasibnya
Berdiri dan menegak!
Katakanlah jika kau berani berkata
Tentang apa yang menjadi cerita indah
Ketika nenekmu bercerita tentang hijaunya
negerimu
Meskipun sebenarnya hanyalah dongeng
yang tak pernah ada
Tapi katakanlah untuk perubahan
Jika kau tak berani maka cukuplah kau
bernapas dengan penuh kejujuran
Nur Fajariyah
@minminyur
Mahasiswa FKIP Kimia UNS 2011
Entahlah Wahai Indonesia! PUISI
Udin, salah seorang santri di pondok
pesantren salaf Bantul, Yogyakarta, dikenal
oleh rekan-rekan santri lainnya sebagai santri
yang nyeleneh. Mentang-mentang baru
belajar fiqih tentang shalat qadha dia mau
seenaknya saja bikin sensasi di pondok.
Suatu pagi ketika adzan subuh
berkumandang, para santri segera bergegas
mengambil air wudhu dan segera ke masjid
untuk melakukan shalat subuh berjamaah.
Berbeda dengan yang lain, si Udin malah
sedang asyik ngruel tidur di kamar. Rekan
santrinya pun mencoba membangunkannya,
sampai menarik-narik sarungnya yang sudah
bolong-bolong. Namun si Udin malah tidak
bangun-bangun, hingga akhirnya rekannya
kesal sendiri dan meninggalkannya di kamar
sendirian.
Hingga para santri selesai mujaha-
dahan dan mentari pun sudah terbit si Udin
belum juga beranjak dari tidurnya. Akhirnya
pengurus pondok pun memaksa Udin agar
bangun.
“Heh, Din! Bangun. Santri kok telat
subuhan. Ayo bangun bangun!” Seru
pengurus pondok.
Ketika Udin sudah mulai bangun dan
membuka matanya dia malah nyeletuk di
hadapan pengurus dan rekan-rekannya.
“Ustadz, apa gunanya saya diajarkan tentang
shalat qadha kalau tidak saya praktikkan. Lha
saya ini kan mau mempraktikkan.”
Dan para santri lainnya pun langsung
melemparinya dengan bantal sembari
menyoraki si Udin nyeleneh. “Oalah, bocah
gemblung!” (Henri)
Santri kok Telat Subuhan! HUMOR
FFRAGMENRAGMEN 8 Edisi November I—2013
Mengucapkan Selamat atas terpilihnya Sahabat-
sahabat PMII Komisariat Kentingan sebagai anggota Dewan Mahasiswa
UNS 2014
PMII KOMISARIAT KENTINGAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Edisi Juli I—2013 9 FFRAGMENRAGMEN
Dikisahkan bahwasanya di antara kebiasaan Hasan bin Ali bin Abi Thalib di Madinah adalah membuka lebar pintu rumahnya layaknya dapur umum. Seperti dapur umum, pagi, siang, malam rumah itu menghidangkan makanan untuk semua orang yang berdatangan.
Di zaman itu di Madinah belum ada tempat penginapan atau hotel. Tiap hari, Hasan menyembelih onta kecil untuk dihidangkan ke para peziarah Madinah atau orang-orang miskin pada umumnya.
Suatu hari, ada orang Arab Badui (dusun) yang datang dan makan
Pengorbanan Ali bin Abi Thalib untuk Tamu dirumahnya. Sehabis makan, ia tidak langsung pulang, melainkan duduk dan membungkus beberapa makanan ke dalam tas. Melihat keanehan itu, Hasan datang menyapa.
“Kenapa kau mesti membungkusnya? Lebih baik kau datang makan tiap pagi, siang dan malam di sini. Biar makananmu lebih segar,” kata Hasan.
“Oh, ini bukan untukku pribadi. Tapi untuk orang tua yang kutemui di pinggir kota tadi. Orang itu duduk di pinggir kebun kurma dengan wajah lesuh dan memakan roti keras. Dia hanya membahasahi roti itu dengan sedikit air bergaram dan memakannya. Aku
membungkus makanan ini untuknya, biar dia senang.,” jawab orang Badui.
Mendengar itu, Hasan kemudian menangis tersedu-sedu. Badui itu heran dan bertanya, “Kenapa Tuan menangis? Bukankah tak ada yang salah jika aku kasihan dengan lelaki miskin yang di pinggiran kota itu?”
Dijawab oleh Hasan, sembari tersedu, “Ketahuilah, saudaraku. Lelaki miskin yang kau jumpai itu, yang makan roti keras dengan sedikit air bergaram itu, dia adalah ayahku: Ali bin Abi Thalib. Kerja kerasnya di ladang kurma itulah yang membuatku bisa menjamu semua orang setiap hari di rumah ini.” (NU Online/Ajie Najmuddin) Disarikan dari buku "Status Mutiara" Habib Muhammad Husein al-Habsyi, Solo, 2013
KISAH
Bagi sebagian masyarakat Islam di Nusantara bulan Muharram adalah bulan istimewa. Sebagai bulan pertama tahun hijriyah, Muharram menjadi ruang ruang muhasabah (intropeksi diri) akan amal masa lalu guna menjadi pedoman langkah masa depan. Muharram menjadi serambi sebuah rumah yang berisikan sebelas bulan lainnya. Oleh karena itu Muharram dipercay a mem ant ulk an nu ans a peribadatan seseorang dalam satu tahun ke depan. Seperti halnya serambi yang bagus biasaya dimiliki sebuah rumah yang mewah. Begitu pula bulan Muharram, amal yang shalih di bulan ini mencitrakan sebelas bulan lainnya. Dengan demikian Muharram mempunyai kedudukan yang istimewa dibandingkan bulan lainnya. Wajar saja jika umat muslim berbondong-bondong melakukan kebaikan dan sedekah pada bulan ini.Secara historis, bulan Muharram juga memiliki keistimewaan. Pada bulan inilah Nabi Muhammad saw. memutuskan berpindah dari Makkah menuju Madinah demi kesuksesan dakwah Islam. Bulan ini merupakan waktu yang berharga yang di dalamnya Rasulullah saw menemukan kunci keberhasilan dakwah Islam yaitu hijrah. Hijrah yang berarti ‘pindah’ tidak semata-mata mencari ruang yang sesuai untuk berdakwah, ruang yang lebih minim bahaya, ruang yang lebih kondusif. Tidak. Karena Rasulullah saw sendiri tidak pernah takut dengan berbagai ancaman kafir Makkah. Namun hijrah memiliki makna lain yaitu berpindah, merubah dan me-upgrade- semangat pada tataran yang lebih tinggi. Secara psikologis, suasana yang baru, kawan baru, tantangan baru akan menjadikan semangat diri dan jiwa seseorang lebih dinamis. Mengenai semangat hijrah ini Rasulullah saw sendiri dalam sebuah haditsnya pernah bersabda; “Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan (amal) tergantun niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.”
Dalam asbabul wurud diceritakan ada seorang sahabat yang melaksanakan hijrah dari Makkah ke Madinah dengan niatan mengawini seorang perempuan bernama
Asyuro: Membaca Kembali Sejarah Islam Ummu Qais. Karena niatnya itulah maka ia tidak mendapatkan keutamaan hijrah. Bahkan proses hijrah sahabat tersebut dijuluki dengan Hijratu Ummu Qais. Ini menunjukkan bahwa niat seseorang sangatlah penting. Niat bukanlah sekedar motifasi belaka, karena di dalam niat itu Allah titipkan sebuah pahala yang secara otomatis akan me-cover segala yang kita lakukan dalam sisi-Nya. Inilah yang membedakan bulan Muharram dengan lainnya. Muharram menjadi berbeda karena di dalamnya ada kejadian yang sangat berharga bagi Agama Islam yaitu Hijrah Rasulullah saw.
Selain itu Muharram menjadi berbeda karena hari ke-sepuluh dalam bulan ini dipadati dengan nilai yang sarat dengan sejarah, yang lebih dikenal dengan hari ‘asyura’ atau hari kesepuluh pada bulan Muharram. Karena pada hari ‘asyura’ itulah (seperti yang termaktub dalam I’anatut Thalibin) Allah untuk pertama kali menciptakan dunia, dan pada hari yang sama pula Allah akan mengakhiri kehidupan di dunia (qiyamat). Pada hari ‘asyura’ pula Allah mencipta Lauh Mahfudh dan Qalam, menurunkan hujan untuk pertama kalinya, menurunkan rahmat di atas bumi. Dan pada hari ‘asyura’ itu Allah mengangkat Nabi Isa as. ke atas langit. Dan pada hari ‘asyura’ itulah Nabi Nuh as. turun dari kapal setelah berlayar karena banjir bandang. Sesampainya di daratan Nabi Nuh as. bertanya kepada pada umatnya “masihkah ada bekal pelayaran yang tersisa untuk dimakan?” kemudian mereka menjawab “masih ya Nabi” Kemudian Nabi Nuh memerintahkan untuk mengaduk sisa-sisa makanan itu menjadi adonan bubur, dan disedekahkan ke semua orang. Karena itulah kita mengenal bubur suro. Yaitu bubur yang dibikin untuk menghormati hari ‘asyuro’ yang diterjemahkan dalam bahasa kita menjadi bubur untuk selametan.
Bubur suro merupakan pengejawentahan rasa syukur manusia atas keselamatan yang Selma ini diberikan oleh Allah swt. Namun dibalik itu bubur suro (jawa) selain simbol dari keselamatan juga pengabadian atas kemenangan Nabi Musa as, dan hancurnya bala Fir’aun yang terjadi pada hari ’asyuro juga. Oleh karena itu barang siapa berpuasa dihari ‘asyura’ seperti berpuasa selama satu tahun penuh, karena puasa di hari ‘asyura’ seperti puasanya para Nabi. Intinya hari ‘syura’ adalah hari istimewa. Banyak keistimewaan yang diberikan oleh Allah pada hari ini diantaranya adalah pelipat gandaan pahala bagi yang melaksanakan ibadah pada hari itu. Hari ini adalah hari kasih sayang, dianjurkan oleh semua muslim untuk melaksanakan kebaikan, menambah pundi-pundi pahala dengan bersilaturrahim, beribadah, dan banyak sedekah terutama
bersedekah kepada anak yatim-piatu. Bagi kelompok syi’ah hari kesepuluh bulan
Muharram sangatlah penting. Karena pada hari inilah tepatnya tahun 61 H Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib sang Cucu Rasulullah saw terbunuh oleh Yazid bin Muawiyah. Pembunuhan ini lebih tepat bila disebut dengan pembantaian karena tidak seimbangnya dua kekuatan yang saling berhadap-hadapan. Pembantaian ini terjadi di padang Karbala ketika dalam perjalanan menuju Irak.
Tentunya berbagai kejadian sejarah tersebut mulai dari sejarah transcendental yang berhubungan langsung proses penciptaan hujan oleh Allah swt hingga hijrah Rasulullah saw dan terbunuhnya Husain cucu Rasulullah saw. tidak boleh terhapus dari memori kolektif maupun individu generasi Muslim. Kejadian-kejadian dalam sejarah ini harus selalu dipupuk dengan subur sebagai salah satu media pendidikan kepahlawanan dalam Islam.
Berbagai metode peawatan sejarah ini terejawantahkan dalam berbagai tradisi kolaitas. Di Jawa misalnya kita mengenal bubur abang dan bubur putih yang dibagikan dan disajikan pada hari ‘asyura tidak lain untuk merawat ingatan sejarah tersebut secara perlambang. Bubur putih bermakna rasa syukur akan panjngnya umur hingga mendapatkan tahun baru kembali, semoga kehidupan tambah makmur. Seperti rasa syukunya Nabi Nuh setelah berlayar dari banjir bandang, seperti syukurnya Nabi Musa setelah mengalahkan Fir’aun. Disamping itu Bubur Putih merupakan lambing kebenaran dan kesucian hati yang selalu menang dalam catatan sejarah yang panjang. Meskipun kemenangan itu tidak selamanya identik dengan kekuasaan, seperti Sayyidina Husain sebagai kelompok putihan yang ditumpas oleh Yazid bin Muaswiyyah sang penguasa laknat. Sedangkan Bubur Abang (bubur merah) adalah pembanding yang selalu hadir dalam kehidupan di dunia berpasang-pasangan. Ada indah ada buruk, ada kebaikan ada kejahatan. Semoga semua hal-hal buruk itu senantiasa dijauhkan oleh Allah dari kita amien. Jadi bubur suro ini yang berwarna merah dan putih merupakan representasi dari rasa syukur yang mendalam. Atas segala karunia Allah swt. Dan yang lebih penting dari itu semua, Bubur Suro merupakan wahana untuk merawat ingatan akan adanya sejarah besar dalam Islam. (NU Online)
UBUDIYAH
KKILAS PMII ILAS PMII 10 Edisi November I—2013
Ada satu hal yang unik di keluarga besar
PMII Komisariat Kentingan UNS. Yakni
tradisi merayakan ulang tahun dari setiap
sahabat dan sahabati. Hal ini sudah
berjalan sekian lama dan hingga kini pun
masih terus berjalan.
Perayaan ulang tahun seseorang
memang menjadi hal yang biasa kita
jumpai di manapun kita berada. Entah itu
di keluarga, kelas, organisasi, maupun di
lingkungan kerja. Masing-masing yang
melakukan hal ini tentu juga memiliki
tujuan atau niatan yang beragam. Namun
dari perayaan ulang tahun ini harapannya
bukan sekadar untuk hura-hura yang tanpa
esensi dan manfaat.
Seperti halnya yang dilakukan oleh
sahabat dan sahabati PMII Komisariat
Kentingan UNS. Salah satu yang menjadi
alasan kenapa hal ini dilakukan bahkan
sampai menjadi tradisi ialah untuk
mempererat rasa kekeluargaan di antara
satu sama lain. Pasalnya, rata-rata dari
Tradisi Merayakan Ulang Tahun di PMII Komisariat Kentingan UNS
anggota PMII Komisariat Kentingan UNS
bukanlah berasal dari satu daerah saja, apalagi
berasal dari Kota Solo sendiri. Rata-rata
mereka berasal dari luar daerah Solo, semisal
dari Jawa Timur, Pantura Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Barat, bahkan DKI Jakarta.
Adapun yang asli berasal dari Solo, jumlahnya
tak sebanyak dari luar Solo. Dan kota mereka
berasal pun juga beraneka ragam.
Oleh karena itu, acara semacam ini
menjadi perlu diadakan untuk mempererat tali
kekeluargaan di antara sahabat dan sahabati
yang sebelumnya tidak saling kenal dan
kemudian kenal gara-gara bergabung dengan
PMII Komisariat Kentingan UNS. Karena
diakui atau tidak faktor yang membentuk
keakraban yang terjalin di antara mereka
adalah dengan sering berkumpul dan
mengadakan kegiatan yang bersifat have fun.
Kecenderungan yang muncul, kegiatan
yang bersifat serius semacam diskusi, aksi,
atau yang menjurus serius seringkali malah
tidak membuat mereka akrab. Maka dari itu
digagaslah kegiatan merayakan ulang tahun
dari setiap sahabat dan sahabati yang pada hari
itu berulang tahun.
Namun tak hanya itu, tradisi merayakan
ulang tahun ini juga diadakan agar apa yang
menjadi doa dan harapan dari sahabat atau
sahabati yang ulang tahun bisa diamini oleh
yang lain. Karena mereka yakin, dengan
bersama-sama (jamaah) itu lebih bisa
menguatkan harapan agar nantinya bisa
dikabulkan oleh Allah SWT.
Di setiap waktu perayaan ulang tahun
tersebut, sahabat atau sahabati yang tengah
berulang tahun biasanya menyampaikan uneg
-uneg selama berada di tengah-tengah
keluarga besar PMII Komisariat Kentingan
UNS. Dengan ini, satu sama lain pun bisa
saling bisa memotivasi diri agar saat berada di
perantauan yang tentunya juga jauh dari orang
tua mereka bisa tetap semangat menuntut ilmu
dan bergerak bersama untuk PMII Komisariat
Kentingan UNS yang lebih baik. (Deni)
BERBAGI KUE—Dari kiri ke kanan, Sahabat Vika, Farid, dan Musadat tampak sumringah tatkala berbagi kue di hari ulang tahunnya.