Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
AURAT WANITA PERSPEKTIF IBNU ‘ÂSYÛR (w. 1393 H) DAN
MUHAMMAD SA’ID AL-‘ASYMÂWI (w. 1435 H)
(Analisis Terhadap Tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr dan Kitab Haqîqat al-
Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts)
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Magister Agama (M. Ag)
Disusun Oleh:
Maria Ulpah
NIM : 218410825
PROGRAM STUDI ILMU Al-QUR`AN DAN TAFSIR
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA
1441 H/2020 M
AURAT WANITA PERSPEKTIF IBNU ‘ÂSYÛR (w. 1393 H) DAN
MUHAMMAD SA’ID AL-‘ASYMÂWI (w. 1435 H)
(Analisis Terhadap Tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr dan Kitab Haqîqat al-
Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts)
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Magister Agama (M. Ag)
Disusun Oleh:
Maria Ulpah
NIM : 218410825
Pembimbing:
Prof. Dr. Artani Hasbi
Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., M.A.
PROGRAM STUDI ILMU Al-QUR`AN DAN TAFSIR
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA
1441 H/2020 M
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis dengan judul “Aurat Wanita Perspektif Ibnu „Âsyûr (w. 1393 H) dan
Muhammad Sa‟id Al-„Asymâwi (w. 1435 H) (Analisis Terhadap Tafsir At-
Tahrîr wa at-Tanwîr dan Kitab Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts)”
yang disusun oleh Maria Ulpah dengan Nomor Induk Mahasiswa 218410825
telah melalui proses bimbingan dengan baik dan dinilai oleh pembimbing
telah memenuhi syarat ilmiah untuk diujikan di sidang munaqasyah.
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Artani Hasbi Dr. M. Ulinnuha, Lc.,
M.A.
Tanggal: 14 Mei 2020 Tanggal: 11 Mei 2020
ii
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Maria Ulpah
NIM : 218410825
Tempat/Tgl. Lahir : Bapinang Hulu, 17 Oktober 1996
Program Studi : Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir
Menyatakan bahwa Tesis dengan judul “Aurat Wanita Perspektif Ibnu Âsyûr
(w. 1393 H) dan Muhammad Sa’id Al-‘Asymâwi (w. 1435 H) (Analisis
Terhadap Tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr dan Kitab Haqîqat al-Hijâb wa
Hujjiyat al-Hadîts)” adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-
kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 14 Mei 2020 M
Yang membuat pernyataan,
Maria Ulpah
iv
ABSTRAK
Tesis dengan judul “Aurat Wanita Perspektif Ibnu Âsyûr (w. 1393 H) dan
Muhammad Sa’id Al-‘Asymâwi (w. 1435 H) (Analisis Terhadap Tafsir At-
Tahrîr wa at-Tanwîr dan Kitab Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts)” oleh
Maria Ulpah (218410825) ini dilatarbelakangi oleh perbedaan pendapat para
mufassir tentang apa batasan aurat bagi wanita itu. Faktor utama munculnya
perbedaan pandangan adalah karena nash-nya zhanni. Al-Qur`an tidak
memberikan ketegasan yang pasti dan hadis-hadis yang dijadikan dalil juga
memiliki aneka interpretasi. Seperti yang dipahami oleh Ibnu Âsyûr dan Al-
‘Asymâwi yang relatif berbeda dengan pandangan mayoritas para ulama
sebelumnya. Penelitian ini merumuskan tiga permasalahan pokok, yaitu:
bagaimana penafsiran Ibnu Âsyûr dan Al-‘Asymâwi terhadap ayat-ayat
tentang aurat wanita? Bagaimana persamaan dan perbedaan pandangan Ibnu
Âsyûr dan Al-‘Asymâwi terhadap ayat-ayat tentang aurat wanita? Bagaimana
Relevansi pandangan kedua tokoh dalam konteks kekinian?
Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research). Jenis penelitian
telaah pustaka ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Adapun sumber data
primernya yakni kitab Tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr dan kitab Haqîqat al-
Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts. Metode analisis data yang digunakan adalah
metode deskriptif komparatif dengan pendekatan historis-filosofis.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah, Ibnu ‘Asyûr dalam masalah batas
aurat wanita mentoleransi terbukanya muka, telapak tangan, kaki dan juga
rambut, tentu saja ini berlaku jika dengan menutupnya menimbulkan kesulitan.
Sedang Al-‘Asymâwi mengatakan bahwa rambut bukanlah aurat karena hadis
yang dijadikan landasan selama ini hanyalah hadis ahad yang pada dasarnya
tidak dapat dijadikan hujjah. Ibnu Âsyûr dan Al-‘Asymâwi tidak memandang
ketiga ayat (QS. Al-Ahzâb [33]: 53, QS. An-Nûr [24]: 31, QS. Al-Ahzâb [33]:
59) sebagai kewajiban menutup kepala wanita. Adapun perbedaan pendapat
dari kedua tokoh adalah Ibnu Âsyûr pada ayat perintah menjulurkan jilbab
(jubah menurut Ibnu Âsyûr) ia mengatakan bahwa bentuk jilbab berbeda-beda
tergantung adat yang meliputi si wanita. Sedangkan Al-‘Asymâwi memandang
bahwa menjulurkan jilbab (mantel menurut Al-‘Asymâwi) tidak berlaku lagi.
Hemat penulis pandangan kedua tokoh ini tidaklah relevan jika diterapkan di
Indonesia, karena secara umum mayoritas masyarakat di Indonesia menganut
pandangan bahwa seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali muka dan telapak
tangan. Jika pendapat ini diterapkan ditakutkan masyarakat awam menjadi
kebingungan dan bahkan kebablasan dalam menentukan batas aurat.
Kata Kunci: Aurat wanita, Ibnu ‘Âsyûr, Al-‘Asymâwi
v
ABSTRACT
The title of the research "Perspective of Ibnu Âsyûr and Muhammad
Sa'id Al-'Asymâwi toward the Woman’s Aurat (Analysis of the Tafsir At-
Tahrîr wa at-Tanwîr and the Book of Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts)"
by Maria Ulpah (218410825) The research based on the differences statement
of Mufassir about woman’s aurat control. it discussed about classification of
woman’s aurat included hair, neck and ears. The main factor of controversy
was due to the text of zhanni. The Qur'an did not convey clearly and hadits
also had various interpretations. According to Ibn Âsyûr and Al-'Asymâw were
different view from the majority of the previous scholars of islam. This
research formulated three main problems, as follows: how is the interpretation
of Ibn Âsyûr and Al-'Asymâwi towad verses Qur’an about woman’s aurat?
What are the similarities and differences views of Ibn Âsyûr and Al-'Asymâwi
toward verses Qur’an about woman’s aurat? How are the relevant of views the
two figures in the present context?
The research applied library research. The research type was qualitative
research. The primary data source is the Tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr and the
Book of Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts. The data analysis method
used comparative descriptive method by historical-philosophical approach.
The results of the study, Ibn Âsyûr about woman’s aurat control
tolerates to show the face, palms, legs and hair. it can be occur if cover it
become difficulties. While Al-'Asymâwi said that hair is not aurat because the
hadits used as the basis is weak so it cannot be used as evidence. According to
Ibn Âsyûr and Al-'Asymâwi did not have a certain view toward (Surah Al-
Ahzab [33]: 53, Surah An-Nûr [24]: 31, Surah Al-Ahzab [33]: 59) as an
obligation to cover the head of a woman. The differences both of them are Ibn
Âsyûr views that command of bring veil down over themselves (cloak
according to Ibn Âsyûr) he said that the veil has varies depending her custom.
Whereas Al-'Asymâwi views that command of bring veil down over
themselves (the coat according to Al-'Asymâwi) is no longer valid. In my
opinion, the views both of them if applied in Indonesia are irrelevant, because
in general the majority of people in Indonesia has a certain view that all
women's bodies are aurat except their faces and palms. If the opinion between
Ibn Âsyûr and Al-'Asymâwi applied it make people will become confused and
misinterpretation to control woman’s aurat.
Keywords: Woman’ aurat, Ibn 'Asyûr, Al-'Asymâwi
vi
مقدمةعن عورات النساء عند ابن عاشور و محمد سعيد العشماوي في كتابي تفسير بحث
)التحرير والتنوير و حقيقة الحجاب وحجية الحديث( جمع وإعداد "ماريا ألفة" برقم الطلاب: . نساءال عورات حد عن المفسرين أقوال اختلاف بسبب البحث هذا وجود ١١٨٠١٤٨١٢
والحديث لم يبينا بيانا واضحا في ذلك. كما فهم ابن نص القرآن أن الاختلافات هذه مصدرعاشور ومحمد سعيد العشماوي فقد اختلفا بجمهور علماء السلف. وقد قسم الباحث في
كيف فسر ابن عاشور ومحمد سعيد العشماوي في -١هذه المسألة على ثلاثة المباحث :ول ابن عاشور ومحمد سعيد كيف المشتركة والمقارنة عند ق -١ آيات عن عورات النساء ؟
كيف المناسبة عند قوليهما في هذا العصر؟ -٣العشماوي عن آيات في عورات النساء؟ قد تفاعل هذا البحث بمكتبة، وهو مقبول فيها. أما الكتاب الذي راجعت فيه كتاب
ي ف تفسير )التحرير والتنوير و حقيقة الحجاب وحجيةالحديث(، وطريقة البحث نظرية النسبية قرب التارخية والفلسفة.
أما النتائج التى حصلت على الباحث ما يلي : قال ابن عاشور في حد عورات النساء : هو الوجه، واليدان، والرجلان، والشعر إن كان ستره صعبة، وقال محمد سعيد العشماوي :
ن بن الحديث الذى استنبطه حديث آحاد لا تقبل حجته. الأأن الشعر ليس من العورة ، الأحزاب ٣١، النور ٢٣عاشور ومحمد سعيد العشماري لم ينظرا إلى ثلاث آيات )الأحزاب
( من الآيات التي وجبت ستر الرأس. أما الفرق بين قوليهما، قال ابن عاشور فى تفسيره ٢٥أن تطويل جلابية النساء مختلف باختلاف عادات الناس، وقال محمد سعيد العشماري لا
لك. هذان رأيان لا يناسبان عند أكثر الناس في إندونيسيا؛ لأنهم رأوا كل أعضاء ينطبق على ذ جسم المرأة عورة ما عدا الوجه واليدان، وإن كان يطابق ذلك عند عوام الناس فقد حيروا.
vii
MOTTO
خي ركم من ت علم القرآن وعلمه
“Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang belajar Al-
Qur`an dan mengajarkannya” (HR. al-Bukhârî)
viii
ه ٱ بسم يمه ٱ لرحمنٱ لل لرحه
KATA PENGANTAR
Segala syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. yang senantiasa
melimpahkan curahan taufik dan hidayah-Nya, hingga penulis dapat
merampungkan Tesis yang berjudul “Aurat Wanita Perspektif Ibnu Âsyûr dan
Muhammad Sa’id Al-‘Asymâwi (Analisis Terhadap Tafsir At-Tahrîr wa at-
Tanwîr dan Kitab Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts)”. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada sang Rasul pilihan, Nabi Muhammad
saw. Beserta keluarga dan para sahabat beliau hingga hari akhir tiba.
Dalam penyusunan Tesis ini, tidak mungkin selesai tanpa bantuan dan
partisipasi dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sehubungan dengan hal tersebut penulis ingin menghaturkan ucapan terima
kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah
T. Yanggo, M.A., atas kebijaksanaannya beliau sebagai pimpinan IIQ
Jakarta dan telah berjasa dalam kemajuan perguruan tinggi ini.
2. Direktur Pascasarjana IIQ Jakarta, Bapak Dr. KH. Muhammad Azizan
Fitriana, M.A., dan Kaprodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, Bapak Dr. KH.
Ahmad Syukron, M.A., yang telah memberikan arahan, motivasi dan
dedikasinya atas kemajuan Program Pascasarjana IIQ Jakarta. Semoga ini
senantiasa melahirkan generasi-generasi yang profesional dan
berkompetensi.
3. Dosen pembimbing I, Bapak Prof. Dr. KH. Artani Hasbi dan Dosen
Pembimbing II, Bapak Dr. KH. Muhammad Ulinnuha, Lc, M.A., yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan
bimbingan dan saran guna kebaikan Tesis ini. Semoga beliau-beliau dalam
lindungan Allah dan diberikan kesehatan.
ix
4. Seluruh dosen Pascasarjana IIQ Jakarta yang telah membimbing,
membagikan bekal pengetahuan kepada penulis, baik secara teori maupun
praktik selama penulis berada di bangku perkuliahan.
5. Seluruh Staf TU Pascasarjana IIQ Jakarta yang telah membantu penulis
dari proses awal hingga terselesaikannya penulisan Tesis ini.
6. Kepada Babah dan Mama saya, Edi Subara dan Djaliah serta adik saya
Muhammad Husni yang selalu memotivasi dan memberikan doa serta
dukungan yang tak pernah putus, sehingga Tesis ini dapat terselesaikan.
7. Teman-teman Prodi IAT angkatan 2018 yang penulis sayangi. Terkhusus
kelas B. Isyroqotun Nashoiha, Siti Harzotun, Mabrurotul Hasanah, dan
lainnya. Terima kasih atas dukungan moril maupun materil sejak penulis
bergabung dalam lingkaran civitas IIQ Jakarta.
8. Noor Uzmah Hayati dan Rima Aprilia, atas kebersamaan selama 2 tahun
masa kuliah, dari masa-masa mahasiswi baru hingga masa penyelesaian
tugas-tugas akhir. Terima kasih segalanya, semoga selalu terkenang.
Penulis mengharapkan semoga Tesis ini memberikan manfaat khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi semua pembaca. Penulis menyadari bahwa
penulisan Tesis ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran
selalu dinantikan demi kesempurnaan karya selanjutnya. Semoga semua
bantuan yang telah diberikan kepada penulis dicatat sebagai amal ibadah.
Akhirnya semoga Allah memberikan manfaat bagi penulis dan siapapun yang
membacanya, Âmîn.
Jakarta, 21 Ramadhân 1441 H
14 Mei 2020 M
Maria Ulpah
x
DAFTAR ISI
Persetujuan Pembimbing ...................................................................... i
Pengesahan Penguji ................................................................................ ii
Pernyataan Penulis ................................................................................. iii
Abstrak ..................................................................................................... iv
Motto ........................................................................................................ vii
Kata Pengantar ....................................................................................... viii
Daftar Isi .................................................................................................. x
Pedoman Transliterasi ............................................................................ xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah ......................................................... 7
2. Pembatasan Masalah ........................................................ 7
3. Perumusan Masalah ......................................................... 8
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 8
D. Kegunaan Penelitian ............................................................. 9
E. Kajian Pustaka ....................................................................... 10
F. Metodologi Penelitian ............................................................ 18
G. Sistematika Penulisan ........................................................... 22
BAB II. AURAT WANITA DALAM WACANA TEORITIS
A. Aurat dan Perbedaan Pendapat Ulama .................................. 24
B. Jilbab dan Cadar, Sejarah Serta Polemiknya di Indonesia ... 34
C. Dalil Al-Qur`an Tentang Aurat Menurut Mufassir .............. 50
D. Dalil Hadis Tentang Aurat ................................................... 73
xi
BAB III. BIOGRAFI IBN ÂSYÛR DAN KITAB TAFSIR AT-
TAHRÎR WA AT-TANWÎR, AL-‘ASYMÂWI DAN KITAB
HAQÎQAT AL-HIJÂB WA HUJJIYAT AL-HADÎTS.
A. Biografi Ibnu Âsyûr
1. Riwayat Hidup dan Karier Intelektual .......................... 85
2. Karya-Karya Intelektual ................................................ 89
3. Kitab Tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr ............................ 90
B. Muhammad Sa’id Al-‘Asymâwi
1. Riwayat Hidup dan Karier Intelektual .......................... 96
2. Karya-karya Intelektual ................................................ 100
3. Kitab Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts ............. 102
BAB IV. PENAFSIRAN IBNU ÂSYÛR DAN MUHAMMAD SA’ID
AL-‘ASYMÂWI TERHADAP AYAT-AYAT TENTANG
AURAT
A. Penafsiran Ibnu Âsyûr dan Muhammad Sa’id Al-‘Asymâwi
1. Surat Al-Ahzâb [33]: 53................................................ 108
2. Surat An-Nur [24]: 31 ................................................... 118
3. Surat Al-Ahzâb [33]: 59................................................ 131
4. Surat Al-Ahzâb [33]: 53................................................ 136
5. Surat An-Nûr [24]: 31 ................................................... 139
6. Surat Al-Ahzâb [33]: 59................................................ 147
B. Analisis Perbandingan Penafsiran Kedua Tokoh
1. Persamaan Penafsiran ................................................... 150
2. Perbedaan Penafsiran ..................................................... 152
3. Perbedaan dengan Ulama Sebelumnya .......................... 154
4. Faktor yang Melatarbelakangi ....................................... 158
5. Kelebihan ....................................................................... 161
xii
6. Kekurangan ................................................................... 162
C. Relevansi dalam Konteks Kekinian ..................................... 164
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 168
B. Saran ....................................................................................... 169
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 171
Lampiran ................................................................................................. 177
Curriculum Vitae .................................................................................... 180
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Tesis ini ditulis dengan menggunakan pedoman transliterasi sebagaimana
diuraikan di bawah ini. Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian
huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan tesis dan
disertasi di Program Pascasarjana IIQ Jakarta, transliterasi Arab-Latin
mengacu pada berikut ini:
1. Konsonan
th : ط a : أ
zh : ظ b : ب
‘ : ع t : ت
gh : غ ts : ث
f : ف j : ج
q : ق h : ح
k : ك kh : خ
l : ل d : د
m : م dz : ذ
n : ن r : ر
w : و z : ز
h : ه s : س
` : ء sy : ش
y : ي sh : ص
dh : ض
xiv
2. Vocal
Vocal Tunggal Vocal Panjang: Vocal Rangkap:
Fathah: a أ: â ... ي : ai
Kasrah : i ي: î و…: au
Dhammah: u و: û
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, Contoh:
Al-Mâidah : المائدة Al-Baqarah : البقرة
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan
sesuai dengan bunyinya. Contoh:
as-Sayyidah : السيدة ar-Rajulu : الرجل
مسالش : asy-Syams الدارمي : ad-Dârimî
c. Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang ( _),
sedangkan untuk alih aksara dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan
cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini berlaku
secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, di akhir kata
ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-
huruf syamsiyah. Contoh:
ا بالله أمن : Âmannâbillâhi فهاء أمن الس : Âmana as-Sufahâ’u
xv
war-rukka’i : والر كع Inna al-ladzîna : إن الذين
d. Ta Marbûthah(ة) Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata
sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”.
Contoh:
ةد ئ ف الأ : al-Af`idah
ةي م لا س ة ال ع ام الج : al-Jâmiah al-Islâmiyah
Sedangkan ta marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-
washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi huruf
“t”. Contoh:
عاملة ناصبة : Âmilatun Nâshibah
ة الكب رىالآي : al-Âyat al-Kubrâ
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan
tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD) Bahasa Indonesia, seperti penulisan awal
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain.
Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini,
seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan
lainya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang,
maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata
xvi
sandangnya. Contoh: ‘Alî Hasan al-‘Âridh, al-‘Asqallânî, al-Farmawî
dan seterusnya. Khususnya untuk penulisan kata Al-Qur`an dan nama-
nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur`an, Al-
Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Syariat dan fikih merupakan dua kata yang sering kali tidak dapat
dibedakan oleh sebagian pihak, sehingga membuat individu tersebut
menjadi “alergi” dengan perbedaan pandangan. Dari paparan berikut akan
diketahui bahwa umat Islam sepakat terhadap persoalan syariat dan tidak
mustahil untuk tidak sepandangan dalam persoalan fikih. Syariat
mempunyai definisi yang sangat luas. Namun, dalam hukum Islam definisi
syariat ialah sebuah ketentuan hukum Islam yang sumbernya berasal dari
nash yang qath’i.1 Sementara itu, fikih merupakan ketentuan hukum Islam
yang sumbernya berasal dari nash yang zhanni.2
Syariat tersusun atas nash qath’i sedangkan fikih tersusun dari nash
zhanni. Berikut ini contoh praktisnya. Kewajiban untuk puasa Ramadhan.
(Nash-nya qath’i dan ini syariat), kapan memulai berpuasa atau kapan
1 Qath’i terbagi dua qath’i ats-tsubut/ qath’i al-wurud yakni pasti dari segi datangnya
dan qath’i ad-dilalah yakni pasti lafalnya (tidak membutuhkan penafsiran/ ijtihad). Semua
ayat Al-Qur`an bersifat qath’i ats-tsubut akan tetapi tidak semua ayat Al-Qur`an itu bersifat
qath’i ad-dilalah. Begitu juga dengan hadis mutawattir juga bersifat qath’i al-wurud yakni
pasti dari segi datangnya. Namun, tidak semua hadis mutawattir bersifat qath’i ad-dilalah.
Sehingga dapat dipahami bahwa seluruh ayat Al-Qur’an dan hadis mutawattir bersifat qath’i
ats-tsubut atau qath’i al-wurud. Sedangkan qath’i ad-dilalah adalah sebagian ayat Al-Qur’an
dan sebagian hadis mutawattir. Disampaikan oleh Nadirsyah Hosen dalam “Ngaji online
bareng Gus Nadir, Perbedaan Syariat dan fikih” pada 19 Maret 2020. 2 Zhanni, pun terbagi atas zhanni ad-dalalah dan zhanni al-wurud. zhanni ad-dalalah
yakni dari segi lafalnya membutuhkan adanya penafsiran atau ijtihad, terdapat sejumlah ayat
Al-Qur’an dan hadis yang bersifat zhanni ad-dalalah. Sedangkan zhanni al-wurud adalah dari
segi kedatangan bersifat tidak pasti yang termasuk golongan ini adalah hadis masyhur dan
hadis ahad. Sehingga dapat disimpukan bahwa wajar jika terdapat perbedaan pendapat
mengenai hadis masyhur dan ahad karena dari segi datangnya dan juga lafalnya bersifat tidak
pasti. Disampaikan oleh Nadirsyah Hosen dalam “Ngaji online bareng Gus Nadir, Perbedaan
Syariat dan fikih” pada 19 Maret 2020. Lihat juga, Umi Cholifah, “Membumikan Qath’i dan
Zhanni (Konsep Absolut dan Relativitas Hukum)” dalam Jurnal an-Nuha, Vol. 4, No. 2,
Desember 2017, h. 156-160
2
Ramadhan? (Nash-nya zhanni dan ini fikih), hadis mengatakan bahwa
harus melihat bulan, akan tetapi kata “melihat” ini mengandung aneka
penafsiran. Membasuh kepala pada saat berwudu itu wajib (Nash qath’i
dan ini syariat), akan tetapi sampai mana membasuh kepala tersebut?
(Nash-nya zhanni dan ini fikih), kata “ م pada ”ب ك رءوس terbuka وامسحواب
untuk ditafsirkan. Memulai shalat harus dengan niat. (Nash qath’i dan ini
syariat). Apakah niat itu diucapkan (dengan ushalli) atau cukup niat dalam
hati? (Ini fikih). Menutup aurat itu wajib bagi lelaki dan perempuan (Nash
qath’i dan ini syariat). Apa batasan aurat laki-laki dan perempuan? (Ini
fikih). 3 Dengan demikian, pertanyaan apakah jilbab itu wajib adalah
kurang tepat, yang wajib adalah menutup aurat (apakah akan ditutup
dengan kerudung atau dengan kain biasa).
Aurat sendiri seperti yang penulis sadur dari Kamus Besar Bahasa
Indonesia ialah bagian fisik seseorang yang semestinya tidak patut
diperlihatkan menurut perintah agama Islam, kemaluan, atau organ
perkembangbiakan.4 Sedangkan secara terminologi dalam Hukum Islam,
aurat adalah sesuatu yang menimbulkan rasa malu, sehingga seseorang
terdorong untuk menutupnya, batas minimal bagian tubuh manusia yang
wajib ditutup berdasarkan perintah Allah.5
Para Ulama bersepakat bahwa aurat itu hukumnya wajib untuk
ditutup. Adapun yang menjadi persoalan pokok selanjutnya adalah apa
sajakah batasan aurat bagi perempuan itu? Apakah rambut, telinga, wajah
3 Ibrahim Hosen dan Nadirsyah Hosen, Ngaji Fikih Pemahaman tekstual dengan
Aplikasi yang Kontekstual, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2020), Cet. 1, h. 2-6. 4 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), ed. 2, Cet. 7, h. 66 5 Muhammad Sudirman Sesse “Aurat Wanita Dan Hukum Menutupnya Menurut
Hukum Islam” Dalam Jurnal Al-Maiyyah, Vol. 9 No. 2 Juli-Desember 2016, h. 315, Yang
mengutip dari Al-Husayni, Kifayatul al-Akhyar, Kairo: Isa al-Halaby,t.t., Juz. I, h.92
3
dan leher itu termasuk ke dalam aurat sehingga wajib untuk ditutup. Para
ulama berbeda dalam menjawabnya.
Mengenai batasan aurat wanita ada tiga pendapat: pertama, pendapat
yang mengatakan bahwa seluruh tubuh perempuan adalah aurat. Kedua,
pendapat yang mengatakan seluruh tubuh perempuan adalah aurat kecuali
muka dan telapak tangan (ada yang menambahkan setengah lengan dan
juga kaki). Ketiga, pandangan cendekiawan kontemporer yang
berpendapat bahwa unsur adat, kebiasaan dan kebutuhanlah yang
dijadikan dasar pertimbangan dalam menetapkan batasan-batasan aurat
namun tetap berpedoman kepada kaidah-kaidah agama yang juga diakui
para ulama sebelumnya.6
Terlepas dari polemik tersebut, yang jelas bahwa penyebab utama
timbulnya kontroversi yakni dikarenakan nash-nya zhanni. Ayat Al-
Qur`an yang membahas tentang batasan-batasan aurat perempuan tidak
memberikan ketegasan yang pasti, oleh karena itu ulama-ulama banyak
yang melihat keterangan pada hadis Rasulullah Saw., juga kebiasaan
perempuan-perempuan Muslimah pada zaman Nabi saw. Begitu juga
dalam memahami hadis Nabi, ada sebagian pihak yang menjadikan hadis
tertentu sebagai landasan tetapi pihak lain menilai hadis itu dhaif sehingga
sebagian pihak melahirkan pendapat yang berbeda dengan pihak lainnya,
ada yang ketat dan pihak lainnya ada yang lebih longgar.
Seperti pendapat Muhammad ath-Thâhir Ibnu ‘Âsyûr7 ketika
menafsirkan QS. An-Nûr [24]: 31 pada kalimat نها اماظهرم ل menuturkan ا
6 Lihat, Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, (Jakarta: Lentera Hati,
2018), lihat juga kesimpulan (Irfan Soleh, “Aurat Perempuan di Mata Pengkritik Syahrur”
Skripsi Jurusan Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2010. Tidak diterbitkan (t.d) 7 Nama lengkapnya adalah Muhammad ath-Thâhir bin Muhammad ath-Thâhir bin
Muhammad bin Muhammad ath-Thâhir ‘Âsyûr, pengarang kitab tafsir At-Tahrîr wa at-
Tanwîr, lahir di Tunisia pada tahun 1879 M dan wafat pada Tahun 1973 M. Beliau terkenal
4
bahwa adapun makna firman Allah yang berbunyi: “Janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak dari padanya.”
Perhiasan yang dikecualikan untuk ditutup oleh wanita di dalam ayat
tersebut adalah wajah, dan dua telapak tangan dan kaki. Sekelompok
ulama menafsirkan bahwa perhiasan wanita adalah seluruh tubuhnya,
adapun yang dikecualikan untuk ditutup adalah wajah dan dua telapak
tangan, bahkan ada pendapat yang menyatakan bahwa dua telapak kaki
dan rambut juga ikut dikecualikan.8
Kemudian pendapat seorang mantan Hakim Agung Mesir,
Muhammad Sa’id Al-‘Asymâwi9 ketika membahas ayat yang sama (QS.
An-Nûr [24]: 31) menuturkan bahwa hukum yang ditetapkan dalam ayat
ini (mengenai khimâr) bersifat temporal. Selama masa dibutuhkannya
pembedaan itu (Asbâb an-nuzûl ayat ini adalah untuk membedakan wanita
sebagai “Sang Pencerah” karena menanamkan kecerdasan berfikir, daya nalar yang kritis dan
toleransi yang “tinggi”. Dapat dikatakan bahwa nilai-nilai besar yang terkandung di dalam
kajian tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr ini sangat dibutuhan oleh setiap orang, demi memperkaya
wawasan ke-Islaman yang lebih luas. Lihat, Afrizal Nur MIS dkk, “Sumbangan Tafsir ath-
Tahrir wa at-Tanwîr Ibn ‘Asyûr dan Relasinya dengan Tafsir al-Mishbah M. Quraish Shihab”,
dalam Jurnal al-Turath, Vol. 2, No. 2, 2017, h. 78 8 Muhammad ath-Thâhir ibn ‘Âsyûr, Tafsir at-Tahrîr wa at-Tanwîr, (Tunisia: ad-Dâr
at-Tunisiyah Li an-Nasyr, t.p, t.t), h. 207 dimana redaksinya:
و فسر ما ظهر منها ما كان موضعه مما لا تستره المرأة و هو الوجه و الكفان و القدمان. فمعنى جمع من المفسرين الزينة بالجسد كله و فسر ما ظهر بالوجه و الكفين قيل و القدمين و الشعر.9 Muhammad Sa’id Al-‘Asymâwi, seorang cendekiawan kontemporer, pengarang
kitab Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts, lahir di Kairo 1932 M. Al-‘Asymâwi adalah
lulusan Fakultas Hukum di Cairo University pada tahun 1954 M. Kemudian, Al-‘Asymâwi
menjadi pembantu jaksa wilayah dan selanjutnya menjabat sebagai jaksa wilayah di
Alexandria. Pada tahun 1961 M, Al-‘Asymâwi diangkat menjadi hakim dan berturut-turut
menjadi hakim ketua pada Pengadilan Tinggi, Pengadilan Tinggi Banding dan Pengadilan
Kriminal Tinggi serta Pengadilan Tinggi Keamanan Negara, yang telah menjatuhkan hukuman
kepada orang-orang radikal Islâm yang melakukan kampanye menentang otoriterianisme
negara Mesir. Lihat, Bustami Saladin, “Potret Ideologi Pemikiran M. Sa’id Al-‘Asymâwi
tentang ayat Ahkam dengan Metode Kontekstual”, dalam Jurnal Sosial, Politik, Kajian Islam
Dan Tafsir, Vol. 1, No. 2, Desember 2018, h. 113
5
mukmin dengan yang bukan mukmin10) maka hukum ayat ini bukan
merupakan hukum yang kekal (hukm mu'abbad).11
Ini merupakan persoalan yang cukup untuk diteliti lebih lanjut, untuk
memahami seperti apa argumentasi sebenarnya dari kedua tokoh di atas
yakni Muhammad at-Thâhir Ibnu Âsyûr (w. 1973 M) dalam kitabnya
Tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr dan Muhammad Sa’id Al-’Asymâwi (w.
1435 H) dalam kitabnya Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts
memahami ayat-ayat tentang aurat sehingga pandangan keduanya
dimungkinkan mampu untuk merespon masalah yang actual mengenai
jilbab.
Berkenaan dengan masalah jilbab ini baru-baru ini ada sebuah
pernyataan yang membuat warganet bereaksi keras bahkan ada yang
sampai tega mengucapkan kata-kata kasar yakni pernyataan dari Ibu Sinta
Nuriyah12, istri KH. Abdurrahman Wahid tersebut memberikan
pernyataan bahwa tidak ada kewajiban bagi seorang Muslimah untuk
mengenakan jilbab.13 Sebagian kalangan tampaknya memang belum
10 Muhammad Sa’id Al-‘Asymâwi, Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts, (Mesir:
Madbûli ash-Shagîr, 1995), Cet. 2, h. 15 11 Muhammad Sa’id Al-‘Asymâwi, Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts, Cet. 2,
h. 16 dimana redaksinya:
فالواضح من السياق فى الآية السالفة والحديث السابق أن القصد الحقيقى منهما هو وضع فارق أو علامة واضحة بين المؤمنين والمؤمنات وغير المؤمنين وغير المؤمنات. ومعنى ذلك أن الحكم فى كل
داأمر حكم وقتى يتعلق بالعصر الذى أريد فيه وضع التمييز وليس حكما مؤب12 Dr. (H.C) Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid, M.Hum promotor gerakan kesetaraan
gender dan pemberdayaan perempuan Puan Amal Hayati adalah istri dari Presiden Indonesia
keempat Abdurrahman Wahid. Lihat, Indo Santalia, “KH. Abdurrahman Wahid: Agama dan
Negara, Pluralisme, Demokratisasi dan Pribumisasi”, dalam Jurnal al-Adyân, Vol. 1, No. 2,
Desember 2015, h. 138. 13 Ibu Sinta Nuriyah dan anaknya berada di chanel Youtube Deddy Corbuzier pada
Rabu, 15 Januari 2020, dengan tema “Kontroversi Jilbab, Ibu Sinta Nuriyah Mengenang Gus
Dur”, durasi video 46 menit 30 detik. Video tersebut telah ditonton sebanyak 972.136 kali
serta komentar yang tertera sebanyak 25 ribuan. Diakses pada tanggal 24 Februari 2020, jam
09.53 WIB
6
terbiasa berbeda pandangan dengan santun. Lebih dalam lagi, sebagian
kalangan tampaknya belum terbiasa untuk belajar memahami argumentasi
pandangan yang berbeda.
Melihat permasalahan di atas maka penulis lewat karya ilmiah ini
hendak menunjukkan kepada masyarakat Islam Indonesia khususnya,
pandangan sementara mufassir dan cendekiawan kontemporer yang bisa
jadi berbeda dengan cara pandang mayoritas kita, agar setiap orang bisa
belajar memahami argumentasi pendapat yang berbeda dan mampu
menumbuhkan sikap toleransi yang tinggi.
Terdapat sejumlah alasan akademik mengapa penulis memilih
penelitian dengan tema “aurat wanita” dan mengapa objek materialnya
kitab Tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr dan kitab Haqîqat al-Hijâb wa
Hujjiyat al-Hadîts dalam riset ini dan bukan yang lain. Pertama, tema
batasan aurat wanita merupakan tema yang sedang hangat dibicarakan
saat ini khususnya di Indonesia. Kedua, tema ini juga merupakan tema
yang di dalamnya terjadi selisih pendapat di kalangan para mufassir.
Ketiga, penafsiran terhadap ayat-ayat aurat yang dipahami oleh
Muhammad at-Thâhir Ibnu Âsyûr (w. 1393 H) dan Muhammad Sa’id Al-
’Asymâwi (w. 1435 H) relative berbeda dengan pemahaman para ulama
sebelumnya serta memiliki hubungan keterlibatan yang signifikan dalam
penafsiran Al-Qur`an, terutama dalam rangka memberikan respons terkait
isu yang actual seperti isu tentang hijab atau jilbab seperti pandangan Ibu
Sinta Nuriyah di atas.
B. Permasalahan
Untuk menguraikan permasalahan yang terkait dengan tema
pembahasan penelitian, maka hal-hal yang perlu dijelaskan sebagai
berikut:
7
1. Identifikasi Masalah
a. Aurat adalah sesuatu yang harus ditutup karena dengan
membukanya membuat malu baik bagi orang yang melihat mapun
yang dilihat. Perbedaan pendapat dikalangan ulama mengenai apa
saja batasan aurat wanita;
b. Faktor utama munculnya kontroversi batasan aurat adalah
dikarenakan tidak adanya ketegasan yang jelas dan pasti dari Al-
Qur`an tentang batas-batas aurat wanita;
c. Metodologi yang digunakan Ibnu Âsyûr dalam Tafsir At-Tahrîr wa
at-Tanwîr dan Muhammad Sa’id Al-’Asymâwi dalam kitab
Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts;
d. Paradigma masyarakat yang beranggapan bahwa yang benar
adalah hanya satu dan pendapat selain dari itu adalah salah;
e. Penafsiran Ibnu Âsyûr dan Muhammad Sa’id Al-’Asymâwi
terhadap ayat-ayat tentang aurat wanita dalam Tafsir At-Tahrîr wa
at-Tanwîr dan kitab Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts;
2. Pembatasan Masalah
Mengacu pada identifikasi masalah yang telah disebutkan, maka
dibatasi hanya beberapa masalah saja yang dianggap penting, yakni:
a. Aurat adalah sesuatu yang harus ditutup karena dengan
membukanya membuat malu baik bagi orang yang melihat mapun
yang dilihat. Perbedaan pendapat dikalangan ulama mengenai apa
saja batasan aurat, dalam penelitian ini penulis memfokuskan
penelitian hanya pada batasan aurat wanita;
b. Penafsiran Ibnu Âsyûr dan Muhammad Sa’id Al-’Asymâwi
terhadap ayat-ayat tentang aurat wanita dalam Tafsir At-Tahrîr wa
at-Tanwîr dan kitab Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts,
dalam hal ini penulis membatasi pada tiga ayat saja yakni QS. Al-
8
Ahzâb [33]: 53, QS. An-Nûr [24]: 31 dan QS. Al-Ahzâb [33]: 59.
Hal ini dilakukan agar pendapat kedua tokoh menjadi seimbang
karena salah satu tokoh yakni Al-‘Asymâwi hanya menafsirkan
tiga ayat tersebut.
3. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang relevan berdasarkan pada
identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas adalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana penafsiran Ibnu Âsyûr dan Muhammad Sa’id Al-
’Asymâwi terhadap ayat-ayat tentang aurat wanita dalam Tafsir At-
Tahrîr wa at-Tanwîr dan kitab Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat al-
Hadîts?
b. Bagaimana perbandingan penafsiran Ibnu Âsyûr dan Muhammad
Sa’id Al-’Asymâwi pada ayat-ayat tentang aurat wanita?
c. Bagaimana relevansi penafsiran Ibnu Âsyûr dan Muhammad Sa’id
Al-’Asymâwi pada ayat-ayat tentang aurat wanita dalam konteks
kekinian?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka yang diharapkan
menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk:
a. Mendeskripsikan bagaimana argumentasi Ibnu Âsyûr dan
Muhammad Sa’id Al-’Asymâwi terhadap ayat-ayat tentang aurat
wanita dalam Tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr dan kitab Haqîqat al-
Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts;
b. Mencari sejumlah persamaan dan perbedaan antara penafsiran Ibnu
Âsyûr dan Muhammad Sa’id Al-’Asymâwi terhadap ayat-ayat
9
tentang aurat wanita dalam Tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr dan kitab
Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts;
c. Mengetahui dan menilai apakah pandangan Ibnu Âsyûr dan
Muhammad Sa’id Al-’Asymâwi terhadap ayat-ayat tentang aurat
wanita relevan dengan konteks Indonesia saat ini.
D. Kegunaan Penelitian
Dari penelitian tesis ini, penulis berharap akan mendapatkan suatu
manfaat diantaranya sebagai upaya untuk:
1. Memberikan kontribusi yang berarti terhadap khazanah keilmuan
Islam, terutama dalam bidang kajian tafsir ayat hukum.
2. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat Islam Indonesia
mengenai berbagai pendapat tentang batasan aurat wanita sehingga
bisa belajar memahami argumentasi pendapat yang berbeda dan
menumbuhkan sikap toleransi yang tinggi.
3. Untuk menunjukkan bahwa bahwa masing-masing mufassir itu
memiliki kerangka berfikir dan asumsi yang beragam dalam
memahami karena tafsir merupakan hasil dialektika antara proses
perfikir mempertimbangkan baik dan buruk dari seorang mufassir
dengan teks Al-Qur`an serta konteks adat dan kebiasaan yang
meliputinya sehingga dapat dipastikan adanya perubahan-perubahan
yang dinamis, yakni tafsir itu tidak stagnan (tidak berhenti).
4. Untuk memberikan wawasan, khususnya umat Islam Indonesia
berkenaan dengan penafsiran Ibnu Âsyûr dan Muhammad Sa’id Al-
’Asymâwi pada ayat-ayat tentang aurat wanita dalam Tafsir At-Tahrîr
wa at-Tanwîr dan kitab Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts; di
samping memberikan keterangan berkenaan dengan biografi kedua
10
tokoh tersebut serta metode yang digunakan keduanya dalam kitab
tersebut.
E. Kajian Pustaka
Memang diakui bahwa kajian mengenai tafsir ayat-ayat tentang aurat
wanita bukanlah penelitian yang baru. Dalam hal ini, penulis mendapati
beberapa karya ilmiah yang memiliki kaitan dengan penafsiran tentang
aurat wanita dan Tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr dan kitab Haqîqat al-
Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts. Diantara karya ilmiah tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Kitab “al-Kitab wa al-Qur`an Qirâ’ah Mu’âshirah” ditulis oleh
Muhammad Syahrûr. Pembahasan dalam kitabnya tersebut mengenai
aurat bahwa yang dimaksud dengan khimâr adalah penutup, akan
tetapi bukanlah hanya menutupi kepala oleh sebab itu Allah
menyuruh agar menutupi seluruh hiasan wanita yang tersembunyi
yakni juyûb dan boleh menampakkan perhiasan itu kepada delapan
golongan yakni mahramnya perempuan. Ini dapat diartikan bahwa
perempuan mukminah dibolehkan tampil di hadapan delapan
kelompok ini dengan telanjang bulat.14
Kitab ini memberikan informasi baru kepada penulis terkait
batasan aurat menurut pandangan Syahrûr, namun penulis hanya
menjadikan kitab ini sebagai pengetahuan saja tidak menjadikannya
sebagai rujukan karena pendapat Syahrûr ini banyak menuai kritik
14 Muhammad Syahrûr, Al-Kitab wa al-Qur`an Qirâ’ah Mu’âshirah, (Cairo: Sina Li
an-Nasyr, 1992
11
dan banyak yang menyatakan tidak setuju salah satunya adalah
Quraish Shihab (L. 1944 M).15
2. Kitab yang berjudul “al-Mar’ah al-Muslimah fî ‘Ashr al-‘Aulamah”
ditulis oleh Muhammad Mahmûd Jamâluddîn. Kitab ini juga
membahas mengenai masalah aurat wanita yang mana ia menulis
bahwa karena teriknya panas, karena terbiasanya menampakkan
leher, sebagian tangan dan rambut wanita sehingga tidak lagi
menimbulkan rangsangan pada masa sekarang. Serta untuk
memberikan kemudahan bagi wanita sesuai dengan profesi yang
mereka tekuni dengan dibukannya bagian-bagian tersebut. Maka
ulama atau cendekiawan kontemporer mengajak untuk melakukan
ijtihad mengenai hal tersebut.16 Quraish Shihab (L. 1944 M)
mengomentari pendapat ini dengan “Tidak seorang pun yang dapat
menolak perlunya berijtihad sebab pintu ijtihad masih terbuka bagi
mereka yang yang memiliki kemampuan untuk itu.”17
Kitab ini memberikan kontribusi kepada penulis sebagai
tambahan referensi terkait dengan masalah aurat wanita menurut
pandangan cendekiawan kontemporer.
3. Kitab yang berjudul “Tahrîr al-Mar’ah” ditulis oleh Qâsim Amîn
(w. 1908 M). Dalam kitab ini ada empat persoalan yang dibahas
yakni mengenai pakaian perempuan, aktivitas kerja perempuan,
masalah poligami dan talak. Mengenai pandangannya terhadap
pakaian perempuan, menurut Qâsim Amîn jenis pakaian penutup
15 Lebih lanjut lihat, Soleh, Irfan, “Aurat Perempuan di Mata Pengkritik Syahrur”
Skripsi Jurusan Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2010. Tidak diterbitkan (t.d) 16 Muhammad Mahmûd Jamâluddîn, Al-Mar’ah al-Muslimah fî ‘Ashr al-‘Aulamah,
(Mesir: Dâr al-Kitâb al-Mashri, 2001) 17 M. Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, (Jakarta: Lentera Hati, 2018)
h. 179
12
kepala (jilbab) seperti yang populer sekarang pada awalnya
merupakan kebiasaan akibat terjadinya interaksi antara orang-orang
Mesir dengan Negara-negara lainnya yang ditiru karena dinilai bagus
kemudian selanjutnya dipahami sebagai tuntunan Islam. Qâsim Amîn
melanjutkan penjelasannya bahwa Al-Qur`an memberikan
kelonggaran kepada perempuan untuk dibolehkannya menampakkan
sebagian dari tubuhnya kepada lelaki yang bukan mahramnya, akan
tetapi Al-Qur`an tidak menentukan bagian-bagian mana yang boleh
ditampakkan tersebut secara tegas.18
Kitab ini berkontribusi terhadap penelitian penulis terutama
sebagai referensi pendukung mengenai masalah batasan aurat
menurut cendekiawan kontemporer.
4. Buku “Jilbab Pakaian Wanita Muslimah” yang ditulis oleh M.
Quraish Shihab. Kesimpulan dari buku tersebut adalah Al-Qur`an
tidak menjelaskan batas aurat wanita secara pasti, bahkan ketika
membahasnya para ulama berbeda pendapat. Wanita yang telah
mengenakan pakaian tertutup hingga seluruh tubuhnya telah
melaksanakan bunyi teks ayat dan bahkan bisa jadi itu berlebih. Akan
tetapi, di waktu yang sama tidaklah benar jika mengecap pihak yang
tidak mengenakan jilbab juga memperlihatkan setengah tangannya
sebagai seseorang yang telah melanggar perintah Allah.19
Buku ini memberikan kontribusi kepada penulis terkait
perbedaan pendapat dalam masalah aurat wanita dan membantu
penulis dalam memecahkan isu jilbab seperti yang Ibu Sinta Nuriyah
sampaikan. Perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan
18 Qâsim Amîn, Tahrîr al-Mar’ah, (Mesir: Percetakan Muhammad Zakiy ad-Dîn,
1347 H) 19 M. Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, (Jakarta: Lentera Hati, 2018)
13
adalah penulis lebih berfokus hanya kepada pendapat dua tokoh
yakni Ibnu ‘Asyûr dan Al-Asymâwi saja.
5. Tesis yang berjudul “Studi Kritis Pemikiran Muhammad Sa’id Al-
Asymâwi tentang Hijab dalam kitab Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat al-
Hadîts” oleh Mohammad Asy’ari. Kesimpulan tesis ini adalah Al-
‘Asymâwi dalam membahas hukum hijab menggunakan metode
lebih mendahulukan Asbâb an-nuzûl ayat daripada keumuman
teksnya. Al-Asymâwi juga mengatakan ditetapkannya sebuah
perintah berpatokan pada ada dan tiadanya alasan perintah itu ada.
Menurutnya juga hadis Rasulullah yang bisa menjadi landasan
ketetapaan syariat adalah hadis mutawattir dan mashur sedangkan
hadis ahad menurutnya hanya bisa menjadi sebagai penguat. 20
Tesis ini memiliki objek material yang sama dengan yang
penulis teliti namun ia hanya berfokus pada bab 1 saja, adapun
perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan penulis antara lain:
penulis mengungkapkan pandangan Al-‘Asymâwi yang terdapat
pada bab 1 (tentang hijab) dan bab 2 (Rambut perempuan bukan
aurat), penulis menggunakan metodologi deskriptif komparatif yakni
perbandingan dua tokoh (Ibnu ‘Âsyûr dan Al-Asymâwi), dan penulis
mengkaji pada bagaimana ayat-ayat tentang aurat ditafsirkan oleh
kedua tokoh kemudian memberikan analisis relevansi pandangan
kedua tokoh ini dalam konteks kekinian.
6. Tesis yang berjudul “Perempuan dan Aurat dalam Perspektif Hukum
Islam (Analisis Tekstual dan Kontekstual dalam Berbusana)” ditulis
oleh Mita Elida. Kesimpulan dari Tesis ini adalah secara tekstual
20 Mohammad Asy’ari, “Studi Kritis Pemikiran Muhammad Sa’id Al-Asymâwi
tentang Hijab dalam kitab Haqîqat al-Hijâb wa Hujjîyat al-Hadîts” Tesis Konsentrasi Syari’ah
Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2006. Tidak diterbitkan (t.d)
14
ulama sepemahaman bahwa memperlihatkan aurat itu haram, namun
para ulama berselisih pandangan terhadap batas-batas aurat tersebut.
Penerapan aturan tata cara berbusana para mahasiswi Institut Ilmu
Al-Qur`an (IIQ) Jakarta yang memenuhi ketentuan syar’i diatur
dalam Pedoman Akademik Program S1 belum optimal sehingga
masih banyak kalangan yang melakukan pelanggaran karena aturan
tersebut tidak berjalan dengan optimal. Belum terjadi sinkronisasi
secara komprehensif antara aturan tekstual dengan penafsiran
kontekstual dan implementasinya. 21
Tesis ini memberikan informasi kepada penulis terkait aurat dan
penerapannya pada mahasiswi IIQ Jakarta. Adapun sisi perbedaan
dengan riset penulis adalah penelitian ini tidak sampai membahas
hingga ranah tafsir.
7. Tesis yang berjudul “Implikasi Ragam Qirâ`ât terhadap Penafsiran
Ayat-ayat Ahkam (Telaah Tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr karya Ibnu
‘Âsyûr pada Surat Al-Baqarah sampai Al-Mâidah) ditulis oleh Lana
Najiah. Kesimpulan dari Tesis ini adalah perbedaan qirâ`ât yang ada
berimplikasi terhadap istinbath (produk hukum hasil ijtihad) yang
berbeda. Seringkali Ibnu ‘Âsyûr mendukung salah satu qirâ`ât saja
atau beliau mengkompromikan antara qirâ`ât yang berbeda bacaan.
Begitu pula dengan kecenderungan mazhab, Ibnu ‘Âsyûr terkadang
menyatakan bahwa beliau cenderung kepada mazhab Maliki. Akan
tetapi itu tidak mendominasi penafsiran beliau. Karena Ibnu ‘Âsyûr
21 Mita Elida, “Perempuan dan Aurat dalam Perspektif Hukum Islam (Analisis
Tekstual dan Kontekstual dalam Berbusana)” Tesis Konsentrasi Ilmu Syari’ah, Pascasarjana
IIQ Jakarta, 2010. Tidak diterbitkan (t.d)
15
lebih banyak bersikap netral atau tidak mengungkapkan
kecenderungan mazhab. 22
Tesis ini memberikan informasi baru kepada penulis terkait
penafsiran ayat-ayat hukum dalam tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr
dengan pendekatan qirâ`ât. Adapun perbedaannya dengan penelitian
penulis adalah dari segi objek kajiannya yakni penulis menganalisis
penafsiran pada ayat-ayat tentang aurat.
8. Jurnal yang berjudul “Sumbangan Tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr Ibn
‘Asyûr dan Relasinya dengan Tafsir al-Mishbah M. Quraish Shihab”
ditulis oleh Afrizal Nur MIS, Mukhlis Lubis dan Hamdi Ishak.
Kesimpulan dari jurnal ini adalah bahwa kitab Tafsir At-Tahrîr wa
at-Tanwîr, banyak menyumbangkan ide-ide besar demi kemajuan
umat Islam. Ibnu ‘Asyûr mampu memaparkan tafsirnya dengan
memakai kosa kata dan sastra Arab bernilai tinggi yang mudah
dimengerti oleh para mufassir masa sekarang. Beliau terkenal sebagai
“Sang Pencerah” karena menanamkan kecerdasan berfikir, daya
nalar yang kritis dan toleransi yang “tinggi”. Dapat dikatakan bahwa
nilai-nilai besar yang terkandung di dalam kajian tafsir Ibnu ‘Asyûr
ini sangat dibutuhkan oleh setiap orang, demi memperkaya wawasan
ke-Islaman yang lebih luas. Tafsir ini mempunyai sumbangan besar
dan memiliki hubungan keterkaitan yang kuat terhadap tokoh
mufassir Indonesia yaitu M. Quraish Shihab (L. 1944 M), karena
menurut hemat penulis antara Ibnu ‘Asyur dan Quraish Shihab (L.
1944 M) sama-sama memiliki semangat rasional. Pengaruh Tafsir At-
Tahrîr wa at-Tanwîr sangat besar khususnya mampu membawa
22 Lana Najiah, “Implikasi Ragam Qirâ`ât terhadap Penafsiran Ayat-ayat Ahkam
(Telaah Tafsir at-Tahrîr wa at-Tanwîr karya Ibnu ‘âsyûr pada Surat Al-Baqarah sampai Al-
Mâidah), Tesis Konsentrasi Ulumul Qur`an dan Ulumul Hadis, Pascasarjana IIQ Jakarta, 2015,
Tidak diterbitkan (t.d)
16
pencerahan pemikiran kepada umat Islam untuk lebih produktif dan
kreatif.23
Jurnal ini memberikan wawasan baru kepada penulis terkait
pengaruh tafsir Ibnu ‘Asyûr terhadap tafsir Al-Mishbah. Adapun
perbedaannya dengan penelitian penulis adalah penulis berfokus
pada bagaimana ayat-ayat tentang aurat dipahami oleh Ibnu ‘Âsyûr
dan Muhammad Sa’id Al-’Asymâwi.
9. Jurnal yang berjudul “Potret Ideologi Pemikiran M. Sa’id Al-
‘Asymâwi tentang ayat Ahkam dengan Metode Kontekstual”
ditulis oleh Bustami Saladin. Kesimpulan dari jurnal ini adalah
bahwa Al-‘Asymâwi memandang bahwa syari’at bukan merupakan
aturan-aturan melainkan sebuah semangat yang menembus inti
segala sesuatu. Sebuah semangat yang terus berlanjut dalam
membuat aturan-aturan yang baru, melakukan pembaharuan-
pembaharuan dan penafsiran modern. Syari’at menurut Al-‘Asymâwi
merupakan sebuah gerak langkah yang mengandung dimanika yang
selalu membawa manusia pada tujuan yang benar. 24
Jurnal ini memberikan kontribusi kepada penulis terkait
bagaimana Al-‘Asymâwi memahami sebuah syariat, dan jurnal ini
mendukung penelitian penulis dalam mengetahui bagaimana Al-
‘Asymâwi memahami ayat-ayat tentang aurat.
10. Jurnal yang berjudul, “Rekonstruksi Syariat Pemikiran Muhammad
Sa’id Al-’Asymâwi” ditulis oleh Muhammad Kholidul Adib.
Kesimpulan dari jurnal ini adalah bahwa Muhammad Sa’id Al-
23 Afrizal Nur MIS dkk, “Sumbangan Tafsir at-Tahrir wa at-Tanwîr Ibn ‘Asyûr dan
Relasinya dengan Tafsir al-Mishbah M. Quraish Shihab”, dalam Jurnal al-Turath, Vol. 2, No.
2; 2017 24 Bustami Saladin, “Potret Ideologi Pemikiran M. Sa’id Al-‘Asymâwi tentang ayat
Ahkam dengan Metode Kontekstual”, dalam Jurnal Sosial, Politik, Kajian Islam Dan Tafsir,
Vol. 1, No. 2, Desember 2018
17
Asymâwi bermaksud hendak menyegarkan kembali hukum Islam
agar tetap kontekstual dalam bersentuan dengan realitas sekarang
yang sangat dinamis. Bahwa dalam teks-teks Al-Qur`an berdasarkan
pada khususnya untuk siapa ayat tersebut ditujukan dan bukan pada
umumnya teks nash. Hal tersebut dapat dilihat dalam kasus kerudung
(jilbab). Maksud dari perintah menjulurkan pakaian pada ayat dan
hadis tentang jilbab menurutnya adalah agar mampu membedakan
wanita terhormat dengan wanita lain yang tidak terhormat, sehingga
wanita terhormat dapat terhindar dari pelecehan. Dalam konteks
kekinian yang mana tidak lagi ditemukan perbudakan maka suruhan
menjulurkan mantel pada ayat bermakna sebuah hal yang dianjurkan
untuk wanita agar mengenakan model baju terhormat sesuai adat
masing-masing daerah dan walau pakaian tersebut bukan berupa
kerudung.
Jurnal ini memberikan kontribusi kepada penulis mengenai
penafsiran Al-‘Asymâwi terhadap syar’iat dan kewajiban jilbab.
Adapun perbedaanya adalah penulis akan berfokus pada bagaimana
Al-‘Asymâwi memahami ayat-ayat tentang aurat dalam kitabnya
Haqiqât al-Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts.
Berdasarkan hal di atas, penulis memberanikan diri untuk
menulis tentang penafsiran ayat-ayat tentang aurat yang meliputi
(ayat hijab QS. Ah-Ahzab [33]: 53, ayat khimar QS. An-Nûr [24]: 31
dan ayat jilbab QS. Al-Ahzâb [33]: 59) yang pada konteks sekarang
ini sedang ramai diperbincangkan dikalangan warganet. Adapun sisi
persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama
mengeksplorasi pemikiran Al-‘Asymâwi, hanya saja perbedaannya
adalah tesis sebelumnya mengenai Al-‘Asymâwi menggunakan
metode content analysis yakni mengkritik isi dari kitab Haqiqât al-
18
Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts dengan objek kajiannya pada bab
pertama kitab tersebut yakni tentang hakikat hijab. Begitu juga
dengan penelitian tentang Ibn ‘Âsyûr, persamaan dengan tesis
sebelumnya adalah dalam hal objek kajian yakni tafsir At-Tahrîr wa
at-Tanwîr. Namun kitab sebelumnya mengkaji pada sisi qirâ`ât-nya.
Sedangkan dalam tulisan ini menggunakan metode deskriptif
komparatif yakni mengkomparasikan penafsiran dari Ibn ‘Âsyûr dan
Al-‘Asymâwi berkenaan dengan ayat-ayat hijab, khimar dan jilbab
dalam kitab tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr dan kitab Haqiqât al-Hijâb
wa Hujjiyat al-Hadîts yang mana objek kajian pada kitab kedua ini
adalah pada bab pertama yaitu hakikat hijab dan bab kedua yaitu
rambut bukan aurat. Perbedaan selanjutnya juga bahwa penulis dalam
tesis ini menggunakan pendekatan historis-filosofis yakni merunutkan
mengapa pandangan itu bisa digagaskan kedua tokoh dan apa hal
yang melatarbelakanginya sehingga memunculkan pandangan yang
seperti demikian.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penulis di dalam riset ini menggunakan studi kepustakaan (library
research), yaitu riset yang penulis lakukan terhadap literatur yang
berkaitan dengan penulisan penelitian ini.25 Jenis studi telaah pustaka
ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu sebuah proses studi dan
pemahaman yang berdasarkan kepada metodologi yang mengkaji suatu
fenomena sosial dan masalah manusia.26
25 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: yayasan Obor, 2004), h. 3 26 Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009),
cet. 1, h. 11
19
2. Sumber Data
Demi mendapatkan data dalam penulisan riset ini, peneliti
menggunakan sumber data yang relevan. Sumber data yang dipakai
dalam menyusun tesis ini terdiri dari sumber primer yakni data-data
yang merupakan karya dari sang tokoh yang akan dikaji27 dan sumber
sekunder yakni kitab, buku-buku, jurnal atau artikel mengenai tokoh
tersebut atau karya-karya dari peneliti sebelumnya mengenai tokoh
tersebut, dan kitab-kitab lain yang memiliki kaitan dengan tema riset
ini atau berkaitan dengan sesuatu yang bisa membantu analisis batas
aurat wanita.28 Adapun sumber data primer dalam penulisan tesis ini
adalah:
a. Kitab Tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr karya Ibnu Âsyûr (w. 1393 H)
yang diterbitkan di Tunisia oleh ad-Dâr at-Tunisiyah Li an-Nasyr,
tanpa tahun (t.t).
b. Kitab Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts karya Muhammad
Sa’id Al-’Asymâwi (w. 1435 H). Diterbitkan di Mesir oleh Madbûli
ash-Shagîr, pada tahun 1995, cetakan ke-2.
Sedangkan sumber-sumber sekunder yang digunakan ialah:
a. Kitab-kitab tafsir sebagai referensi pelengkap yakni kitab tafsir
klasik seperti, Tafsir Al-Qur`ân al-‘Âzhim karya Ibnu Katsir, Tafsir
Jâmi’ al-Bayân karya Imam at-Thabari, Kitab tafsir Al-Jâmi li
Ahkâm Al-Qur`ân karya Imam Al-Qurthubî, dan kitab tafsir
kontemporer seperti Adhwa al-Bayan karya as-Syinqithy, Tafsir al-
Marâghî karya Ahmad Musthafa al-Marâghî, Tafsir Âyât al-Ahkâm
27 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur`an dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea
Press, 2015), cet. 1, h. 52 28 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur`an dan Tafsir, cet. 1, h. 52
20
karya Muhammad ‘Ali as-Sayis, serta Al-Mishbah karya M.
Quraish Shihab.
b. Buku-buku atau kitab-kitab yang membahas tentang aurat wanita
seperti al-Mar’ah al-Muslimah fî ‘Ashr al-‘Aulamah” ditulis oleh
Muhammad Mahmûd Jamâluddîn, Tahrîr al-Mar’ah” ditulis oleh
Qâsim Amîn.
c. Kitab-kitab atau jurnal yang memiliki kaitan terhadap tema atau
tokoh penelitian.
3. Teknik Pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam riset ini
adalah metode dokumentatif, yakni menghimpun, memeriksa dan
mencatat data-data yang relevan dengan tema yang dibahas dan
bersumber dari kitab-kitab, buku-buku, jurnal, majalah dan lain-lain.29
Pengumpulan data ini dilakukan dari sumber data utama dan
sumber data pendukung. Langkah pertama, penulis melakukan
penetapan terhadap objek data yang difokuskan dalam penelitian yakni
Tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr dan kitab Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat
al-Hadîts. Langkah kedua, adalah menetapkan tema, yaitu bagaimana
penafsiran Ibnu Âsyûr dan Muhammad Sa’id Al-’Asymâwi terhadap
ayat-ayat tentang aurat wanita. Langkah ketiga, yaitu melacak dan
mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur`an yang akan dianalisa yaitu ayat-
ayat Al-Qur`an yang berkaitan dengan masalah aurat wanita yang
meliputi Hijab, Jilbab, Khimar, (seperti Al-Ahzâb [33]: 53, Al-Ahzâb
[33]: 59, An-Nur [24]: 31)30 Langkah keempat, yaitu data-data yang
29 Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 64 30 Jenis Sampel yang dipakai dalam riset ini termasuk ke dalam sampel purposif yakni
sebuah sampel yang anggotanya ditentukan langsung secara sengaja oleh peneliti sesuai
dengan pengetahuan dan keyakinan peneliti. Lihat Prasetyo Irawan dkk. Metode Penelitian,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2009) h. 5.4
21
telah dikumpulkan diabstraksi menggunakan metode deskriptif,
bagaimana sebenarnya penafsiran Ibnu Âsyûr (w. 1393 H) dan
Muhammad Sa’id Al-’Asymâwi terhadap ayat-ayat aurat. Langkah
kelima, penulis akan melakukaan analisis komparatif dari pandangan
Ibnu Âsyûr (w. 1393 H) dan Muhammad Sa’id Al-’Asymâwi tadi
terhadap permasalahan jilbab yang sedang hangat dibicarakan.
4. Metode analisis data
Pembahasan dalam riset ini memakai metode penulisan yang
bersifat Deskriptif komparatif. Deskriptif ialah sebuah metode yang
tujuannya untuk memaparkan data-data yang sedang diteliti atau
menjelaskan secara rinci data-data penelitian agar mampu menjawab
pertanyaan yang menyankut dengan pokok permasalahan.31 Adapun
komparatif ialah sebuah metode yang tujuannya untuk
membandingkan data-data yang mempunyai sisi kemiripan, biasanya
metode ini dipakai guna mendukung peneliti dalam menjelaskan
sebuah pandangan atau prinsip.32 Jadi dengan metode deskriptif
komparatif penulis akan mendeskripsikan penafsiran Ibnu Âsyûr (w.
1393 H) dan Muhammad Sa’id Al-’Asymâwi (w. 1435 H) pada ayat-
ayat tentang aurat wanita. Kemudian mengungkapkan persamaan dan
perbedaan penafsiran dari kedua tokoh tersebut dan perbedaan
penafsiran dari ulama sebelumnya. Selanjutnya menganalisis akar-akar
pemikiran kedua tokoh tersebut, termasuk implikasi dari penafsiran
kedua tokoh terhadap isu jilbab yang marak di Indonesia serta analisis
relevansi pandangan kedua tokoh jika diterapkan di Indonesia.
31 Winarto, Ilmu Pengantar Ilmiah Dasar Metode Teknik, (Bandung: Trasinto, 1978),
h., 10 32 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur`an dan Tafsir, cet. 1, h. 132, lihat juga,
Nasaruddin Baidan dan Erwati Aziz, Metodologi Khusus Penelitian Tafsir, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2016), Cet. 1, h. 164
22
Adapun pendekatan yang peneliti tempuh dalam riset ini adalah
pendekatan historis-filosofis yakni dengan merunutkan alasan tokoh
tersebut mengungkapkan argumentasi yang demikian, seperti apa
konteks yang melatarbelakanginya sehingga akan ditemukan akar dari
pandangan tokoh tersebut.
G. Teknik dan Sistematika Penulisan
Teknik penulisan dalam penyusunan tesis ini merujuk ke buku
Pedoman Penulisan Penelitian, Proposal, Tesis dan Disertasi Program
Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta yang diterbitkan IIQ
Press tahun 2017.
Adapun sistematikanya untuk memudahkan pembahasan dalam
penelitian ini, penulis membagi pembahasan menjadi lima bab, setiap
babnya terdiri dari beberapa sub bab dengan sistematika sebagai berikut.
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan, bab ini terdiri dari tujuh
sub bab yaitu: latar belakang masalah, identifikasi, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka,
kemudian metode penelitian dan teknik serta sistematika penulisan.
Bab kedua, aurat wanita dalam wacana teoritis, bab ini terdiri dari
sub bab yaitu: penafsiran tentang aurat dan perbedaan pendapat Ulama,
pembahasan tentang jilbab dalam kajian tentang aurat, dalil Al-Qur`an
tentang aurat menurut mufassir klasik dan kontemporer, dan dalil hadis
tentang aurat.
Bab ketiga, biografi Ibnu Âsyûr dan Tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr ,
Muhammad Sa’id Al-’Asymâwi dan kitab Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat
al-Hadîts, dalam bab kedua ini berisikan sub bab tentang riwayat hidup
Ibnu Âsyûr, pendidikan dan karier intelektualnya, karya-karya intelektual,
serta profil Tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr , kemudian sub bab kedua berisi
23
riwayat hidup Muhammad Sa’id Al-’Asymâwi, pendidikan dan karier
intelektualnya, karya-karya intelektualnya dan profil kitab Haqîqat al-
Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts.
Bab keempat, ini merupakan pembahasan dari rumusan masalah
yaitu penafsiran Ibnu Âsyûr dan Muhammad Sa’id Al-’Asymâwi terhadap
ayat-ayat tentang aurat wanita, bab ini terdiri dari sub delapan sub bab
yaitu: penafsiran Ibnu Âsyûr dan Muhammad Sa’id Al-’Asymâwi, analisis
persamaan penafsiran Ibnu Âsyûr dan Al-’Asymâwi, perbedaan
penafsiran Ibnu Âsyûr dan Al-’Asymâwi, perbedaan penafsiran kedua
tokoh dengan mufassir terdahulu, kelebihan, kekurangan pandangan
kedua tokoh, analisis faktor yang melatarbelakangi pandangan kedua
tokoh, serta relevansi pandangan Ibnu Âsyûr dan Muhammad Sa’id Al-
’Asymâwi tentang ayat-ayat aurat dalam konteks kekinian.
Bab kelima atau bab terakhir dalam penulisan penelitian ini yaitu, bab
penutup yang terdiri dari kesimpulan dari apa yang telah penulis paparkan
dan saran. Selanjutnya diikuti dengan daftar pustaka, lampiran dan
curriculum vitae singkat penulis.
168
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan yang telah penulis deskripsikan pada bahasan yang
telah lalu maka penulis mengambil simpulan sebagai jawaban terhadap
rumusan masalah yakni sebagai berikut:
Ibnu ‘Asyûr dan Muhammad Sa’id Al-’Asymâwi (w. 1435 H)
memaknai hijab pada QS. Al-Ahzâb [33]: 53 sebagai sebuah tirai pemisah
atau tabir yang memisahkan antara orang-orang mukmin dengan istri-istri
Nabi. Hijab dalam ayat ini tidak ada sangkut pautnya dengan model
pakaian penutup kepala. Adapun hukum hijab ini disepakati kedua tokoh
di atas hanya diberlakukan untuk istri-istri Nabi dan tidak berlaku untuk
kaum muslimah lainnya. Adapun pada QS. An-Nûr [24]: 31 kedua tokoh
menyepakati bahwa saat ayat ini turun wanita pada masa itu sudah
mengenakan khimar. Hanya saja cara pemakaiannya tidak benar sehingga
ayat ini turun untuk membenarkan cara berpakaian itu. Ibnu ‘Asyûr
membolehkan terbukanya muka, telapak tangan, kaki dan juga rambut,
tentu saja ini berlaku jika dengan menutupnya menimbulkan kesulitan.
Sedangkan Muhammad Sa’id Al-’Asymâwi (w. 1435 H) berpandnagan
bahwa rambut wanita bukanlah aurat. Adapun pada QS. Al-Ahzâb [33]:
59 Ibnu ‘Asyûr memaknai jilbab sebagai pakaian yang lebih kecil dari
jubah. Sedangkan Muhammad Sa’id Al-’Asymâwi memaknai jilbab
dengan gaun besar yang menutupi sekujur tubuh. Perintah menjulurkan
jilbab ini sebagai tanda pembeda bahwa mereka adalah perempuan
merdeka.
169
Adapun perbedaan pendapat dari kedua tokoh adalah Ibnu Âsyûr (w.
1393 H) pada ayat perintah menjulurkan jilbab (pakaian yang lebih kecil
dari jubah menurut Ibnu Âsyûr) ia mengatakan bahwa bentuk jilbab
berbeda-beda tergantung adat yang meliputi si perempuan. Penulis
memahami bahwa model jilbab ini tetap berlaku sampai saat ini namun
disesuaikan dengan adat dan kebiasaan si wanita. Sedangkan Al-
‘Asymâwi (w. 1435 H) memandang bahwa menjulurkan jilbab (gaun
besar atau mantel menurut Al-‘Asymâwi) tidak berlaku lagi pada zaman
sekarang.
Menurut hemat penulis, pandangan kedua tokoh ini tidak sesuai atau
tidak relevan dengan kondisi masyarakat di Indonesia. Secara umum
mayoritas masyarakat di Indonesia menganut pandangan bahwa segenap
bagian fisik wanita adalah aurat terkecuali wajah dan telapak tangan. Jika
pendapat ini diterapkan ditakutkan masyarakat awam menjadi
kebingungan dan bahkan terlalu jauh dalam menentukan batas aurat.
Perspektif masyarakat umum menilai bahwa wanita yang tidak berjilbab
menandakan kurang ilmu agama dan wanita Muslimah yang berjilbab
dipandang lebih sopan daripada yang tidak berjilbab. Penulis juga tidak
menyetujui pemikiran yang menjadikan besar dan kecilnya jilbab sebagai
standar tinggi rendahnya keimanan seseorang. Namun, jika seandainya
bertemu dengan seseorang yang menganut pandangan bahwa jilbab tidak
wajib bagi muslimah, alangkah lebih baik jika kita memahami
argumentasinya terlebih dahulu, dan tidak diharuskan menyetujui
kesimpulan akhirnya. Karena yang terpenting adalah meskipun berbeda
pendapat tetapi tetap dilakukan dengan santun.
B. Saran
Penulis mengakui bahwa penelitian tesis ini masih jauh dari kata
sempurna, hal ini karena kapasitas dan keterbatasan dari penulis. Oleh
170
karena itu penulis sangat mengharapkan ada riset-riset lain yang bisa
mengulas mengenai masalah aurat ini dengan lebih sempurna lagi
memadai. Diharapkan juga generasi yang akan datang bisa lebih luas
mengkaji karya-karya cendekiawan kontemporer. Hingga karya-karya
tersebut tidak asing bagi kalangan akademika maupun masyarakat
Indonesia dan dapat menjadi kebutuhan bagi umat Islam.
Kajian tentang aurat wanita ini hanyalah sedikit kajian dari karya
kedua tokoh yakni Ibnu Âsyûr (w. 1393 H) dan Muhammad Sa’id Al-
’Asymâwi (w. 1435 H) dalam kitabnya Haqiqat al-Hijâb wa Hujjiyat al-
Hadits, masih banyak karya yang lainnya yang belum dapat dikaji. Untuk
peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji tentang aurat terutama karya dari
cendekiawan kontemporer penulis menyarankan untuk meneliti tentang
aurat dalam kitab yang berjudul “Al-Mar’ah al-Muslimah fî ‘Ashr al-
‘Aulamah” ditulis oleh Muhammad Mahmûd Jamâluddîn, kitab “Tahrîr
al-Mar’ah” ditulis oleh Qâsim Amîn, kitab “Al-Mar’atu Baina Tughyâni
an-Nizhâmi al-Gharbî wa Lathâ`ifi at-Tasyri’ ar-Rabbânî” ditulis oleh
Muhammad Sa’’id Ramadhan al-Buthi, kitab “Jilbâb al-Mar’ah al-
Muslimah fî al-Kitâb wa as-Sunnah” ditulis oleh Nâshiruddîn al-Albâni,
kitab “Syakhshiyyah al-Mar`ah al-Muslimah Kamayashughuhal Islam fî
al-Kitâb wa Sunnah” ditulis oleh Muhammad ‘Ali Hasyimi dan kitab
“Syakhsiyyah al-Mar`ah al-Muslimah fi Dhau`i al-Kitâb wa As-Sunnah”
karya Syaikh Khâlid Abdurrahman al-Ak, serta kitab “Al-Hijâb baina at-
Tasyrî’ wa al-Ijtimâ’ karya Syaikh Athiyyah Saqr.
171
DAFTAR PUSTAKA
al-Alûsi, Mahmud. Rûh al-Ma’âni fî Tafsîr al-Qur`ân al-‘Azîm wa Sab’ al-
Matsânî, Beirut: Idârah at-Thibâ’ah al-Muniriyah, t.t.
al-Albânî, Muhammad Nasharuddin, Fatwa Penting Sehari-hari (Ensiklopedi
Fatwa Syaikh Albani), Terj. Rudi Hartono, Jakarta: Pustaka as-Sunnah,
2009
Amîn, Qâsim. Tahrîr al-Mar’ah, al-Qâhirah: Dâr al-Ma’ârif, t.t.
Al-‘Asymâwi, Muhammad Sa’’id, Haqîqat al-Hijâb Wa Hujjiyat al-Hadist,
Mesir: Madbûli ash-Shagîr, 1995.
___________, Kritik Atas Jilbab, Terj. Novriantoni Kahar dan Oppie Tj,
Jakarta: The Asian Foundation, 2003.
___________, Nalar Kritis Syari’ah, Terj. Lutfi Thomafi, Yogyakarta: LKiS,
2004.
Asy’ari, Mohammad, “Studi Kritis Pemikiran Muhammad Sa’’id Al-Asymâwi
tentang Hijab dalam kitab Haqîqat al-Hijâb wa Hujjîyat al-Hadîts”
Tesis Konsentrasi Syari’ah Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya,
2006. Tidak diterbitkan (t.d)
Baidan, Nasaruddin dan Erwati Aziz, Metodologi Khusus Penelitian Tafsir,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016
al-Bukhârî, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail, Shahih al-Bukhârî, Kitab
Hajji, Bab wewangian yang dilarang bagi orang yang ihram baik laki-
laki maupun perempuan. Hadis no. 1707.
Daud, Fathonah K. “Tren Jilbab Syar’i dan Polemik Cadar Mencermati Geliat
Keislaman Kontemporer Di Indonesia” dalam 2nd Proceedings Annual
Conference for Muslim Scholars STAI Al-Hikmah Tuban, Tidak
diterbitkan (t.d)
Dickson, “Profil Negara Tunisia”, http://ilmupengetahuanumum.com/profil-
negara-tunisia/, diakses tanggal 29 Februari 2020.
_______, “Profil Negara Mesir”,http://ilmupengetahuanumum.com/profil-
negara-mesir-egypt/, diakses tanggal 28 April 2020.
172
Elida, Mita, “Perempuan dan Aurat dalam Perspektif Hukum Islam (Analisis
Tekstual dan Kontekstual dalam Berbusana)” Tesis Konsentrasi Ilmu
Syari’ah, Pascasarjana IIQ Jakarta, 2010. Tidak diterbitkan (t.d)
Facruddin, Fuad Mohd. Aurat dan Jilbab dalam Pandangan Mata Islam,
Jakarta: Yayasan al-Amin, 1984.
al-Ghâli, Balqâsim Al-Imâm asy-Syeikh al-Jami’ al-A’zam Muhammad ath-
Thâhir ibn Âsyûr Hayâtuhu wa Âthâruhu, Beirut: Dar Ibn Hazm, 1996.
El-Guindi, Fadwan. Jilbab: Antara Kesalehan, Kesopanan dan Perlawanan,
terj. Mujiburrahman Jakarta: Serambi, 2003.
Halim, Abdul “Epistimologi Ibn ‘Asyur Dalam Kitab Tafsir At-Tahrîr wa at-
Tanwîr”, Tesis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010. Tidak
diterbitkan (t.d).
Hanbal, Ahmad bin, Musnad Ahmad, Kitab sisa musnad sahabat Anshar, Bab
lanjutan musnad yang lalu, Hadis no. 24012
Hosen, Ibrahim dan Nadirsyah Hosen, Ngaji Fikih Pemahaman tekstual
dengan Aplikasi yang Kontekstual, Yogyakarta: Bentang Pustaka,
2020.
Hosen, Nadirsyah dalam “Ngaji online bareng Gus Nadir, Perbedaan Syariat
dan fikih”. Tidak diterbitkan (t.d)
Ibn Âsyûr, Muhammad ath-Thâhir, Tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr, Tunisia:
ad-Dâr at-Tunisiyah Li an-Nasyr, t.p, t.t.
__________, Syarh al-Muqoddimah al-Asahiyyah li Syarh al-Marzuqî ‘ala
dîwâni al-Hamâsati, Riyadh: Maktabah dâr al- Minhâj, 1431 H.
Ibn Katsîr, Tafsîr Al-Qur`ân al-‘Azhîm, Beirut: Dâr al-Manâr, 2002.
Ibn al-‘Araby, Abu Bakar Muhammad Ibn ‘Abdillah, Ahkâm al-Qur`ân,
Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.t.
Ibn al-Manzhûr,. Lisân al-Arab, Qahira, Mishr: Dâr al-Ma’ârif, t.t.
Ibn Majah, Abu Abdillah Muhammad bin Yazi, Sunan Ibnu Mâjah, Kitab
Thaharah dan Sunah-sunahnya, Bab jika gadis telah haid maka wajib
mengenakan kerudung, Hadis no. 647.
173
Ibn Humaidah, Mahdi, “Muhammad ath-Thâhir ibn ‘Âsyûr ‘Alam wa Sîrah”,
dalam majalah online Turess, https//www.turess.com/alwasat/126,
diakses tanggal, 29 Februari 2020.
Ibn al-Kaujah, Muhammad al-Jaib, Syaikh al-Islam al-Imâm al-Akbar
Muhammad ath-Thâhir ibn ‘Âsyûr, Beirut: Dar Muassasah Manbu’ li
al-Tauzi, 2004.
Irawan, Prasetyo dkk. Metode Penelitian, Jakarta: Universitas Terbuka, 2009.
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Gaung Persada Press,
2009.
al-Jamal, Ibrahim Muhammad, Fiqih Muslimah Ibadah-Mu’amalah, Jakarta:
Pustaka Amani, 1999.
Jajuli, M. Sulaeman, Fiqh Madhzhab ‘Ala Indonesia, Yogyakarta: Deepublish,
2015.
Al-Khurasany, Ahmad bin Syu'aib, Sunan An-Nasa`I, Kitab Manasik Haji,
Bab larangan memakai sarung tangan, Hadis no. 2633.
Komaruddin, Kamus Riset, Bandung: Angkasa, 1989.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an Badan Litbang dan Diklat Agama RI
Kementrian, Tafsir Al-Qur`an Tematik, Jakarta: Kamis Pustaka, 2014.
Mabrur dalam “Jilbab dalam Al-Qur`an”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2014, tidak diterbitkan (t.d)
Mahmud, Mani’ Abdul Halim Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif
Metode Para Ahli Tafsir, PT RajaGrafindo Persada, 2006.
al-Marâghî, Ahmad Musthofa. Tafsir al-Marâghî, Beirut: Dar al-Fikr, 1974.
Marfuah, Abidatul “Penafsiran Hadis tentang Jilbab (Perbandingan Penafsiran
antara Yusuf Al-Qardhawi dalam Kitab Al-Halâl wa al-Harâm fî al-
Islâm dan Muhmmad Sa’id Al-‘Asymâwi dalam kitab Haqîqat al-
Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts)” Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya,
2019, Tidak diterbitkan (t.d).
al-Maudhûdi, Abû al-Alâ, Purdah and The Status of Women in Islam, Terj.
Achmad Noer. Z, Bandung: Gema Risalah Press, 1993.
Mernissi, Fatimah. Menengok Kontroversi Peran Wanita dalam Politik, Terj.
M. Masyhur Abadi, Surabaya: Dunia Ilmu, 1997.
174
Muchlas, Imam. “Hubungan Sebab Antara Turunya Ayat-ayat dan Adat
Kebiasaan dalam Tradisi Kebudayaan Arab Jahiliyyah”, Disertasi PPs
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1990.
Munthe, Saifuddin Herlambang, Studi Tokoh Tafsir dari Klasik hingga
Kontemporer, Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2018
Muthahhari, Murtadha. On The Islamic Hijab, Terj. Agus Efendy dan Alwiyah
Abdurrahman, Bandung: Mizan, 1990
an-Naisaburi, Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi. Shahîh
Muslim, kitab an-Nikâh, hadis no. 1428
Najiah, Lana, “Implikasi Ragam Qirâ`ât terhadap Penafsiran Ayat-ayat Ahkam
(Telaah Tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr karya Ibnu ‘âsyûr pada Surat
Al-Baqarah sampai Al-Mâidah)”, Tesis Konsentrasi Ulumul Qur`an
dan Ulumul Hadis, Pascasarjana IIQ Jakarta, 2015, Tidak diterbitkan
(t.d)
Qardhawi, Yusuf, Hadî al-Islâm Fatâwî Mu’âshirah, Terj. As’ad Yasin,
Jakarta: Gema Insani Press, 1995
Al-Qurthubî, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshary, Al-Jâmi’ li
Ahkâm al-Qur`ân, Beirut: Muasasah ar-Risâlah, 2006.
Sari, Rosa Lita, “Penafsiran Ayat-ayat tentang Jilbab (Studi Komparatif Tafsir
Muhammad Quraish Shihab dan Tafsir Muhammad Ali Ash-
Shabuni)”, Skripsi Jurusan Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin IIQ
Jakarta, 2016. Tidak diterbitkan (t.d)
as-Sâyis, Muhammad ‘Ali, Tafsir Âyât al-Ahkâm Muqarrar as-Sanah ats-
Tsâlisah, Mesir: ‘Ali Shubaih, 1953.
Ash-Shabuny, Muhammad Ali. Rawâi’u al-Bayân Tafsîr Âyât al-Ahkâm min
al-Qur`ân, Damaskus: Maktabah al-Ghazali, t.t.
Shalih, Qomarudin. Asbâb an-Nuzûl, Bandung: CV, Diponegoro, 1995.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-
Qur`an, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
_______, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, Jakarta: Lentera Hati, 2018
_______, Membumikan Al-Qur'an, Mizan: Bandung, 1999.
175
Shuqqah, Abu. Busana dan Perhiasan Wanita menurut Al-Qur`an dan Sunnah
Bandung: al-Bayan, 1998.
As-Sijistani, Abî Dâwud Sulaiman bin Al-Asy'ats, Sunan Abî Dâwud, Kitab
shalat, Bab Wanita Shalat tanpa mengenakan kerudung. Hadis no. 546.
as-Suyuthi, Jalaluddin. Lubâb an-Nuqûl fî Asbâb an-Nuzûl, Beirut, Lebanon:
Muassasah al-Kutub as-Saqâfiyah, 2002.
Soleh, Irfan, “Aurat Perempuan di Mata Pengkritik Syahrur” Skripsi Jurusan
Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010. Tidak diterbitkan (t.d)
Soekantono, Soerjono Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006.
Asy-Syaukani, Nail Al-Authâr, Mesir: Al-Halaby, t.t.
Syamsudin, Syahiron Pemetaan Terhadap Pengkritik Pemikiran Syahrur,
Yogyakarta: el-SAQ, 2008.
Asy-Syinqithy, Muhammad al-Amîn Tafsir Adhwa al-Bayan fî Idhâh al-
Qur`an bi al-Qur`an, t.t: Dâr al-Fawâid, t.t.
Syibromalisi, Faizah Ali dan Jauhar Azizi, Membahas Kitab Tafsir Klasik-
Modern, Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Thalib, Sayuti. Hukum Keluarga Indonesia, Jakarta: UI Press, 1986.
ath-Thabarî, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir, Tafsir ath-Thabarî, t.t: Dâr Hijr
Lithibâ’ah wa an-Nasyr, 2001.
at-Tirmidzi, Muhammad bin Isa, Sunan At-Tirmidzi, Kitab Shalat, Bab tidak
diterima shalat wanita selain berkerudung, Hadis no. 344.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996.
Winarto, Ilmu Pengantar Ilmiah Dasar Metode Teknik, Bandung: Trasinto,
1978.
Yanggo, Huzaemah T., Fiqih Perempuan Kontemporer, Jakarta: Al-Mawardi
Prima, 2001.
Yunus, Mahmud. Tafsir Quran Karim, Jakarta: PT. Hida Karya Agung, 2004.
176
Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: yayasan Obor, 2004.
Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam Vol. 8 No. 1 April 2019.
Diktum: Jurnal Syariah dan Hukum, Vol. 17 No. 1 Juli 2019.
Jurnal Penelitian Medan Agama Vol. 9, No. 2, 2018.
Jurnal Sosiologi Reflektif, Vol. 13, No. 1, Oktober 2018
Jurnal Sosial, Politik, Kajian Islam Dan Tafsir, Vol. 1, No. 2, Desember 2018
Jurnal Ilmiah Al-Syir’ah Vol. 16 No. 1 Tahun 2018
Ijtihad: Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan, Vol. 18, No. 1, Juni
2018
Jurnal al-Turath, Vol. 2, No. 2; 2017
Jurnal Diyâ al-Afkâr, Vol. 5, No. 1, Juni 2017
Jurnal an-Nuha, Vol. 4, No. 2, Desember 2017
Istinbath Jurnal of Islamic Law, Vol. 16, No. 22, Desember 2017
Jurnal Al-Maiyyah, Vol. 9 No. 2 Juli-Desember 2016
Jurnal al-Adyân, Vol. 1, No. 2, Desember 2015
180
Curriculum Vitae
Maria Ulfah, Tempat, Tanggal Lahir,
Bapinang Hulu, 17 Desember 1996. Putri
pertama dari Bapak Luqman Edi Subara dan Ibu
Djaliah. Pengalaman pendidikan SDN 2 Satiruk,
Kalimantan Tengah tahun 2002-2008, Madrasah
Tsanawiyah Sabilal Muhtadin, Kalimantan
Tengah tahun 2008-2011, Madrasah Aliyah Al-
Falah 2 Nagreg, Bandung tahun 2011-2014. Kemudian melanjutkan
pendidikan S1 di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, Prodi Ilmu Al-Qur`an
dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Dakwah tahun 2014-2018 dan
menyelesaikan Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta
pada tahun 2020 dengan prodi yang sama.
Adapun prestasi yang pernah diraih diantaranya, Juara II Tilawah
Golongan Anak-Anak pada MTQ tingkat Provinsi Kalimantan Tengah pada
tahun 2010. Juara I Tilawah Golongan Anak-Anak pada STQ Provinsi
Kalimantan Tengah pada tahun 2011. Juara III Tilawah Golongan Remaja
MTQ tingkat Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2012. Juara II Tilawah
Golongan Remaja pada STQ Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2013.
Juara III Tilawah Golongan Remaja MTQ tingkat Provinsi Kalimantan Tengah
tahun 2014.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur atas selesainya karya
ilmiah ini dengan judul “Aurat Wanita Perspektif Ibnu ‘Âsyûr dan
Muhammad Sa’id Al-‘Asymâwi (Analisis Terhadap Tafsir At-Tahrîr wa
at-Tanwîr dan Kitab Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts)”.