Upload
adinda-kurnia-putri
View
263
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN1. Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17508
pulau dengan panjang garis pantai 81000 km, memilki potensi sumberdaya pesisir
dan lautan yang sangat besar. Sumberdaya alam yang ada di wilayah pesisir dan
lautan ini telah dimanfaatkan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan manusia, baik
sebagai mata pencaharian sumber pangan, mineral, energi, devisa Negara dan lain-
lain. Agar potensi sumber daya ala mini dapat dimanfaatkan sepanjang masa dan
berkelanjutan diperlukan upaya pengelolaan yang memperhatikan aspek-aspek
lingkungan dalam arti memperoleh manfaat yang optimal secara ekonomi akan tetapi
juga sesuai dengan daya dukung dan kelestarin lingkungan. Sehingga dalam
pengelolaan tidak hanya memanfaatkan akan tetapi juga memelihara dan juga
melestarikannya.
Wilayah pesisir yang bersifat dinamis dan retan terhadap perubahan lingkungan
baik karena prose salami maupun aktivitas manusia. Dalam melakukan berbagai
aktifitas unutk mningkatkan tarap hidupnya, manusia melakukan perubahan-
perubahan terhadap ekosistem dan sumber daya alam sehingga berpengaruh terhadap
lingkungan diwilayah pesisir, Crustacea adalah suatu kelompok terbesar dari Filum
arthropoda, terdiri dari kurang lebih 52.000 spesies yang terdeskripsikan, dan
biasanya disebut sebagai suatu subfilum. Kelompok ini mencakup hewan-hewan
yang cukup dikenal seperti lobster, kepiting, udang, udang karang, serta teritip.
Mayoritas merupakan hewan air, baik air tawar maupun laut, walaupun beberapa
kelompok telah beradaptasi dengan kehidupan darat, seperti kepiting darat.
Kebanyakan anggotanya dapat bebas bergerak, walaupun beberapa takson bersifat
parasit dan hidup dengan menumpang pada inangnya. Sebagian besar crustacean
hidup akuatis, dan bernapas dengan insang. Eksoskleton keras terdiri dari zat kitin
yang berlendir. Antena sepasang. Alat-alat tambahan bersifat tipikal biramus
(bercabang dua). Kepala terbentuk sebagai persatuan segmen-segmen, kadang-
kadang bersatu dengan dada membentuk sefalotoraks.
2. Tinjauan Pustaka
1
Crustacea berasal dari kata Crusta yang berarti cangkang. Tubuh Crustacea
terdiri atas dua bagian, yaitu kepala dada yang menyatu (sefalotoraks) dan perut atau
badan belakang (abdomen). Bagian sefalotoraks dilindungi oleh kulit keras yang
disebut karapas dan 5 pasang kaki yang terdiri dari 1 pasang kaki capit (keliped) dan
4 pasang kaki jalan. Selain itu, di sefalotoraks juga terdapat sepasang antena, rahang
atas, dan rahang bawah. Sementara pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki
renang dan di bagian ujungnya terdapat ekor. Pada udang betina, kaki di bagian
abdomen juga berfungsi untuk menyimpan telurnya. Tubuh Crustacea bersegmen
(beruas). Pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut, yaitu memiliki 2 pasang
antenna, 1 pasang mandibula untuk menggigit mangsanya, 1 pasang maksilla, 1
pasang maksilliped. Maksilla dan maksiliped berfungsi untuk menyaring makanan
dan menghantarkan makanan ke mulut. Alat gerak berupa kaki (satu pasang setiap
ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk berenang, merangkak atau menempel di
dasar perairan.
Sistem Gerak Crustacea menggunakan kaki–kakinya untuk bergerak. Terdiri
dari lima pasang kaki yang masing masing untuk sepasang kaki paling depan dan
paling besar di gunakan untuk mencapit sesuatu, empat kaki sesudahnya di gunakan
untuk berjalan dan juga memiliki lima pasang kaki di bagian belakang yang
fungsinya untuk berenang (kaki renang). Serta ia juga menggunakan ekornya untuk
bergerak. Sistem peredaran darah Crustacea disebut peredaran darah terbuka. Artinya
darah beredar tanpa melalui pembuluh darah. Darah tidak mengandung hemoglobin,
melainkan hemosianin yang daya ikatnya terhadap O2 (oksigen) rendah.
rustacea memiliki system pecernaan yang sempurna, karena di tubuhnya sudah
ada mulut dan anus. Alat pencernaan berupa mulut terletak pada bagian anterior
tubuhnya, sedangkan esophagus, lambung, usus dan anus terletak di bagian posterior.
Hewan ini memiliki kelenjar pencernaan atau hati yang terletak di kepala dada di
kedua sisi abdomen. Pada umumnya Crustacea bernafas dengan insang. Kecuali
Crustacea yang bertubuh sangat kecil bernafas dengan seluruh permukaan tubuhnya.
O2 masuk dari air ke pembuluh insang, sedangkan CO2 berdifusi dengan arah
berlawanan. O2ini akan diedarkan ke seluruh tumbuh tanpa melalui pembuluh darah.
Makanan Crustacea berupa bangkai hewan-hewan kecil dan tumbuhan. Sisa
pencernaan selain dibuang melalui anus, juga dibuang melalui alat eksresi disebut
kelenjar hijau yang terletak di dalam kepala. Sistem saraf Crustacea disebut sebagai
sistem saraf tangga tali, dimana ganglion kepala (otak) terhubung dengan antena
2
(indra peraba), mata (indra penglihatan), dan statosista (indra keseimbangan). Hewan
ini bersifat hemaprodit. Alat reproduksi pada umumnya terpisah, kecuali pada
beberapa Crustacea rendah. Alat kelamin betina terdapat pada pasangan kaki ketiga.
Sedangkan alat kelamin jantan terdapat pada pasangan kaki kelima. Pembuahan
terjadi secara eksternal (di luar tubuh)
Klasifikasi Crustacea dibagi menjadi 2 subkelas yaitu Enormostraca (berukuran
kecil) yang merupakan zooplankton yang banyak terdapat di perairan air laut atau
tawar (Ordo Copepoda, Ordo Cladocera, Ordo Ostracoda, Ordo Amphipoda) dan
Malacostraca yang pada umumnya hidup dilaut, air tawar maupun darat (Udang
Ordo Isopoda/Berkaki seragam, Ordo Decapoda/Berkaki sepuluh, dan mempunyai 5
pasang anggota gerak pada segmen dada sebagai kaki. Jenisnya seperti udang, ketam,
kepiting, rajungan.
3
BAB II
CLASS MALACOSTRACA
2.1 Klasifikasi Malacostraca (Crustacea Berukuran Besar)
Malacostraca adalah crustacea yang berukuran lebih besar dari pada
entomostraca. Hewan yang termasuk kelompok ini adalah Udang, lobster, dan
kepiting. Hewan ini kebanyakan hidup di laut, adapula yang hidup di air tawar.
Malakostraca dibagi menjadi 3 ordo, yaitu Isopoda, Stomatopoda dan Decapoda.
Isopoda
Isopoda memiliki bentuk tubuh yang pipih, dorsiventral, berkaki sama.
Contoh: - Onicus asellus (kutu perahu)
- Limnoria lignorum (Keduanya adalah pengerek kayu
Stomatopoda
Contoh: - Squilla empusa (udang belalang)
Hidup di laut, bentuk tubuh mirip belalang sembah dan mempunyai
warna yang mencolok. Belakang kepala mempunyai karapaks. Kepala
dilengkapi dengan dua segmen anterior yang dapat bergerak, mata dan
antena.
Decapoda
Hewan ini mempunyai sepuluh kaki dan merupakan kelompok udang yang
sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia. Decapoda banyak
digunakan sebagai sumber makanan yang kaya dengan protein. Contohnya
adalah udang, kepiting, ketam dan rajungan. Kepala – dada menjadi satu
(cephalothorax) yang ditutupi oleh karapaks. Tubuh mempunyai 5 pasang kaki
atau sepuluh kaki sehingga disebut juga hewan si kaki sepuluh. Hidup di air
tawar, dan beberapa yang hidup di laut . Contoh : Cambarus sp (Udang air
tawar), Panulirus sp(Udang Laut / Lobster), Penaeus sp(Udang Windu / udang
air payau), Macrobrancium rosenbergii(Udang Galah), Panulirus versicolor
(Udang Karang), Palaemon carcinus(Udang Satang), Neptunus pelagicus
(Rajungan), Paratelpausa malculata (Yuyu), Paratelpausa tridentata(Ketam),
Scylla serrata , Partunus sexdentalis(Kepiting).
4
a) Contoh spesies malacostraca
2.2 Morfologi Malacostraca
Malacostraca ada yang hidup di laut dan ada pula yang hidup di air tawar.
Malacostraca memiliki mata faset dan memiliki pembungkus sefalotoraks yang
dinamakan karapaks. Pernapasan menggunakan insang yang terdapat di bawah
5
Birgus latroKingdom : AnimaliaFilum : ArthropodaClass : CrustaceaSubclass : MalacostracaOrdo : DecapodaFamili : CoenobitidaeGenus : BirgusSpesies : Birgus latro
Udang Putih (P. merguensis)
Kingdom : AnimaliaFilum : ArthropodaClass : CrustaceaSubclass : MalacostracaOrdo : Decapoda
Famili : PenaeidaeGenus : PenaeusSpecies : P.merguensis.
Udang Pasir (Scyllorussp.)Kingdom :AnimaliaFilum :ArthropodaClass :CrustaceaSubclass :MalacostracaOrdo :DecapodaFamili :ScylloridaeGenus :ScyllorusSpecies : Scyllorus sp.
karapaks. System pencernaan terdiri atas mulut yang dilengkapi gigi yang kuat,
esophagus, lambung, usus halus, kelenjar pencernaan, dan anus. Sistem peredaran
darah pada Malacostraca merupakan system peredaran darah terbuka. Jantung
merupakan organ pada system peredaran darah Malacostraca. System ekskresi
memiliki alat yang dinamakan kelenjar hijau (green glands) yang berfungsi
membuang zat-zat yang bersifat sampah dari darah.
Hewan ini memiliki system saraf tangga tali. Organ sensoris telah
berkembang dengan baik, seperti mata faset, antenna, dan alat keseimbangan pada
dasar antena yang dinamakan statocyst. Udang, lobster,dan kepiting merupakan
hewan yang termasuk Malacostraca. Hewan tersebut merupakan sepertiga dari
keseluruhan Crustacea. Udang, lobster dan kepiting dikelompokan di dalam ordo
Decapoda, yaitu hewan yang memiliki sepuluh kaki. Jenis Malacostraca
diantaranya udang karang (Panulirus sp), udang yuyu (Paratelphusa convexa),
kepiting (Astracus cancer), udang belalang (Squilla sp), kutu kayu di laut
(Lymnirua sp), dan lobster (Honarus americanus).
Malacostraca mempunyai ruas-ruas tubuh yang tampak jelas, terdiri atas 5
ruas kepala, 8 ruas thorax dan 6 ruas abdomen. Pada tiap ruas tubuh terdapat
sepasang apendik yang pada dasarnya biramus. Pada ujung abdomen terdapat
telson. Gonophore betina pada ruas torax ke-6 dan gonophore jantan pada ruas
thorax ke-8. Pada kebanyakan malacostraca, saluran pencernaan depan (foregut)
termodifikasi menjadi lambung dengan 2 ruang yang dilengkapi gigi penggiling
dan setae penyaring seperti sisir, untuk menggiling makanan menjadi butir-butir
halus, disaring dan dialirkan ke usus. Tubuhnya terdiri atas sefalotoraks yaitu
kepala dan dada yang bersatu serta perut (abdomen). Hewan yang termasuk
kelompok ini adalah Udang, lobster, dan kepiting.
6
2.3 Peranan dan Manfaat
Berbagai jenis decapoda seperti udang, kepiting dan udang karang
mempunyai nilai niaga yang tinggi, sebagai bahan makanan berprotein tinggi.
Bahkan sejak tahun 1980 udang windu, Penaues monodon merupakan komoditi
ekspor Indonesia dan dibudidayakan dalam tambak. Udan gronggeng dan kepiting
kelapa juga digemari banyak orang dan sudah masuk rumah makan. Udang rebon,
ordo Mysidae, merupakan bahan baku pembuatan terasi, dan juga diperdagangkan
sebagai rebon kering asin. Semua ini memberi mata pencaharian bagi nelayan,
penangkap, pedagang pengumpul, pengangkutan dan rumah makan. Disamping
menguntungkan ada juga yang merugikan yakni; kepiting air tawar dari famili
Potamonidae acapkali merusak benih padi sawah. Manfaatnya juga sebagai bahan
makanan yang berprotein tinggi, misal udang, lobster dan kepiting. Dalam bidang
ekologi, hewan yang tergolong zooplankton menjadi sumber makanan ikan, misal
anggota Branchiopoda, Ostracoda dan Copepoda.
7
2.4 Potensi dan Distribusi
Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia
dengan luas perairan laut termasuk zona ekonomi eksklusif Indonesia (ZEEI) sekitar
5.8 juta kilometer persegi atau 75% dari total wilayah Indonesia. Wilayah laut
tersebut ditaburi lebih dari 17.500 pulau dan dikelilingi garis pantai sepanjang 81.000
km yang merupakan terpanjang di dunia setelah Kanada. Di sepanjang pantai
tersebut, yang potensial sebagai lahan tambak ± 1.2 juta Ha. Salah satu contoh
malacostraca yang potensial adalah udang, kepiting dan rajungan. Ketiga contoh
malacostraca tersebut menjadi sangat potensial karena dengan kandungan gizinya
yang tinggi juga rasanya yang enak. Kepiting, rajungan dan udang telah di ekspor
keberbagai negara dan menjadi pemasukan negara yang cukup besar.
2.5 Aspek Ekologi, Biologi dan Fisiologi
- Ciri Fisiologi Malacostraca
Malacostraca adalah crustacea yang berukuran lebih besar dari pada
entomostraca. Hewan yang termasuk kelompok ini adalah Udang, lobster, dan
kepiting. Berikut akan dibahas sedikit mengenai urain hewan kelompok satu ini.
Udang memiliki eksoskeleton yang keras untuk melindungi tubuhnya. Tubuhnya
terdiri dari dua bagian, yaitu kaput dan toraks yang menyatu membentuk
sefalotoraks, serta abdomen. Dibagian sefalotoraks dilindungi oleh eksoskeleton
yang keras berupa karapaks. Karapaks memiliki duri di ujung anterior yang
disebut rostrum. Di dekat rostrum terdapar mata faset (majemuk) yang bertangkai.
Pada kaput sefalotoraks merupakan penyatuan lima segmen. Dibagian kaput
terdapat sepasang antenula, sepasang antena, dan tiga pasang bagian mulut.
Antenula berfungsi sebagai alat peraba, sedangkan antena sebagai alat
keseimbangan tubuh.
Tiga pasang mulut terdiri dari sepasang mandibula dan dua pasang maksila.
Pada bagian toraks terdiri dari delapan segmen, terdapat tiga pasang maksiliped,
sepasang seliped, dan empat pasang kaki jalan (periopod). Maksiliped tersebut
berfungsi sebgai penyaring makanan. Seliped berfungsi untuk mencari makanan
dan melindungi diri dari musuh. Pada bagian abdomen terdapat lima pasang kaki
renang (pleopod). Pada ujung posterior terdapat telson dan sepasang alat kemudi
untuk berenang (urupod). Pada udang jantan, pasangan pleopod 1 dan 2 bersatu
8
menjadi gonopod. Gonopod berfungsi sebagai penyalur sperma saat kopulasi.
Sedangkan pada wanita berfungsi untuk melekatkan telur dan membawa
anaknya. Saluran pencernaan udang terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus,
dan anus. Mulut dan esofagus terletak di bagian bawah sefalotoraks. Lambung
( terletak di sefalotoraks ) dan usus (terletak di abdomen) berada disepanjang
bagian dorsal tubuh. Hati yang merupakan kelanjar pencernaan terletak di bagian
toraks dan abdomen. Makanan udang berupa berudu, larva, serangga, dan ikan-
ikan kecil. Sisa metabolisme dikeluarkan melalui alat kelenjar hijau yang terletak
di kepalanya. Pernapasan dilakukan dengan insang yang terdapat di bagian ventral
tubuhnya dekat kaki. Sistem peredaran darah terdiri dari jantung, pembuluh darah,
dan sinus yang rongganya berdinding tipis. Organ kelamin bersifat dioseus.
2.6 Aspek Biologi
Bedasarkan Toro dan Sugiarto salah satu contoh hewan malacostraca,
Penaeidae hidup dalam dua fase yaitu:
Fase di tengah laut (paneluran)
Udang dewasa hidup dan berbiak di tengah laut (jauh dari pantai). Beberapa
saat sebelum kawin, udang betina berganti kulit terlebih dahulu. Matang
telur ditandai dengan ovari yang memanjang di bagian dorsal, melebar ke
kiri dan kanan, berwarna kehijauhijauan sampai hijau tua atau coklat tua.
Keadaan tersebut biasanya menandakan udang betina sudah siap bertelur
dan spermatophora telah diterima dari udang jantan. Induk udang matang
telur akan melepaskan telur-telurnya (berpijah) di laut pada malam hari.
Telur-telur diletakkan di dasar laut dan akan menetas, menjadi larva (dalam
bentuk beberapa tingkatan) dan bersifat planktonik. Larva akan terbawa arus
hingga ke daerah mangrove (ke daerah-daerah asuhan)
Fase di perairan muara sungai
Hidupnya secara merayap atau melekat pada benda-benda di dasar perairan
dan banyak sekali dijumpai di pantai-pantai terutama di perairan muara
sungai daerah hutan mangrove yang berfungsi sebagai tempat berlindung.
Anakan udang hidup menyesuaikan diri pada salinitas yang bervariasi antara
4-35%0 dengan suhu yang cukup tinggi dan umbuh hingga menjadi juvenil
muda serta siap bermigrasi kembali ke laut hingga dewasa untuk melakukan
siklus berikutnya. Udang karang (lobster) memiliki siklus hidup yang
9
kompleks. Telur-telur setelah dibuahi akan terus berkembang hingga terlihat
bintik mata dan menetas menjadi larva phyllosoma dan kemudian menjadi
larva “peurulus”. Lamanya waktu yang dijalani oleh tiap jenis lobster
berbeda-beda di dalam siklus hidupnya. Udang yang hidup di perairan
tropik akan berbeda (lebih singkat) dengan yang hidup di perairan sub-
tropik. Udang betina dewasa yang tidak dibuahi setelah berganti kulit, maka
akan mati dan kegagalan mengeluarkan telur juga akan mengakibatkan
kematian
2.7 Aspek Ekologi
Malacostracan hidup di berbagai habitat laut dan air tawar, dan tiga perintah
memiliki anggota terestrial: Amphipoda (Talitridae), Isopoda (Oniscidea, kutu
kayu) dan Decapoda (kelomang darat, kepiting dari keluarga Ocypodidae,
Gecarcinidae dan Grapsidae, dan darat crayfish). Mereka berlimpah dalam semua
ekosistem laut, dan sebagian besar spesies adalah pemulung, meskipun beberapa,
seperti kepiting porselen, adalah filter feeder, dan beberapa, seperti udang mantis
adalah karnivora.
Contoh hewan malacostraca, udang memiliki habitat yang berbeda
tergantung dari jenis dan persyaratan hidup dari tingkatan-tingkatan dalam daur
hidupnya. Sebagian besar udang hidup di laut, yang keberadaannya di perairan
dengan bentuk tubuh yang bersegmen-segmen, sehingga mudah berjalan dan
berenang dengan cepat. Habitat yang disukai hewan ini pada umumnya adalah
dasar laut yang bersubstrat lunak dan biasanya terdiri dari campuran lumpur dan
pasir. Pada umumnya udang bersembunyi di siang hari untuk mengindari predator,
banyak di antaranya hidup dalam lubang di pasir, di terumbu karang yang hidup
dan yang mati atau di bawah batu-batu.
Udang karang banyak dijumpai di perairan pesisir dengan dasar perairan
berupa pasir berbatu. Udang tersebut (lobster) hidup berkelompok serta bersifat
“nocturnal” (mencari makan pada malam hari) dan pada siang hari mereka
bersembunyi di tempat-tempat yang gelap dan terlindung di dalam lubang-lubang
batu karang. Udang yang masih bersifat bentik, hidup pada permukaan dasar laut
yang bersubstrat lunak. Penaeus merguiensis dan Penaeus indicus, memiliki daya
penyesuaian yang tinggi terhadap semua tipe dasar perairan, tetapi lebih menyukai
dasar perairan lumpur liat berpasir. Penaeus latisulcatus dan Penaeus monodon
10
menyukai perairan dengan tekstur dasar lumpur berdebu oleh karenanya hutan
mangrove yang memiliki dasar perairan berupa lumpur, merupakan habitat yang
paling disukai oleh jenis udang, karena jejaring makanan yang tidak pernah putus
menjadikannya sebagai tempat (niche) yang sangat baik untuk berlindung, tempat
bertelur dan tempat mencari makan.
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Indonesia adalah negara maritim dengan garis pantai terpanjang kedua
setelah Kanada. Tentu saja banyak potensi sumber daya yang berasal dari laut, salah
satunya adalah Crustacea. Crustacea merupakan salah satu dari jenis Filum
Anthropoda. Berdasarkan ukuran tubuhnya Crustacea di golongkan menjagi 2
kelompok yang mana kedua kelompok tersebut juga dibagi menjadi beberapa ordo,
yaitu Entomostraca, udang tingkat rendah), ordo : Branchiopoda, Ostracoda,
Copecoda, Cirripedia. Dan Malakostraca (udang tingkat tinggi), ordonya terdiri dari
: Isopoda, Stomatopoda, Decapoda.
Pada dasarnya yang membedakan entromostraca dengan malacostraca yaitu
cangkang dan besarnya. Entromostraca berukuran lebih kecil dan tidak memili
cangkang biasanya entromostraca berbentuk plankton dan menjadi makanan ikan.
Sedangkan Malacostraca merupakan crustacea terbesar ,kebanyakan bentuk dari
malacostraca adalah udang-udangan meskipun ada beberapa jenis dari
keptiting,kelabang, kutu kayu dan lain sebagainya. Potensi dari malacostraca ini
sangat besar terutama potensi udang, kepiting dan rajungan, karena malacostraca
tersebut terlah menjadi bahan pangan yang bergizi,rasanya enak dan juga menjadi
salah satu pedorong sektor ekonomi negera ini dengan mengekspornya keluar
negeri.
12
DAFTAR PUSTAKA
Suwignyo, Sugiarti. 1988. Avertebrata Air. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Brotowidjoyo, M.D. 1994. Zoology Dasar. Jakarta: Erlangga
Castro peter, Michael E. Huber. 1997. Marine Biology. USA: McGraw-Hill Book
Company
Suwignyo, S..et al. 2005. Avertebrata Air Jilid 2. Jakarta: Penebar Swadaya
http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=78&fname=bio111_19.htm
http://kilasbiologi.blogspot.com/2010/01/crustacea-udang.html
13