6
PEMERIKSAAN DAN MEDIA PENYIMPANAN Pemeriksaan riwayat adekuat dari anak yang mengalami avulsi gigi adalah sulit, karena biasanya mereka tidak mampu menanggapi respon dengan baik. Sumber informasi terbaik yang dapat digunakan adalah keluarga dekat yang menemaninya, terutama orang tua. 9 Informasi riwayat medis dan riwayat kesehatan gigi merupakan langkah penting yang harus diperoleh sebelum menentukan perawatan. 10 Akar gigi yang terlepas dari soket menyebabkan serat ligamen periodontal mudah mengalami dehidrasi dan kematian jika dibiarkan ditempat terbuka. Perawatan gigi avulsi akan optimal bila ligamen periodontal masih baik sehingga integritas, fungsi dan estetis dapat dipertahankan, untuk itu diperlukan suatu media yang dapat menjaga gigi agar tetap vital. 2.1. Pemeriksaan Pemeriksaan yang teliti penting untuk mendapatkan hasil perawatan yang akurat sehingga perawatan dapat dilakukan dengan tepat. Pemeriksaan meliputi anamnesa untuk mengetahui riwayat medis dan riwayat kesehatan gigi, serta pemeriksaan klinis untuk mengetahui keadaan ekstra oral, intra oral dan roentgen. 2.1.1 Anamnesa Anamnesa pasien anak diperoleh dari orang tua ataupun guru apabila kecelakaan terjadi disekolah, meliputi riwayat medis, kesehatan gigi, dan terjadinya kecelakaan. Diagnosa dan rencana perawatan yang tepat dapat diperoleh setelah dilakukan pencatatan riwayat yang tepat. 10 2.1.1.1 Riwayat medis Riwayat medis perlu diketahui karena beberapa tindakan medis pada kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap penderita penyakit tertentu tidak dapat dilaksanakan, pada penderita penyakit kronis mungkin lebih diutamakan untuk merawat penyakitnya bila terjadi avulsi. Pasien dengan jantung kongenital, bila perlu dilakukan perawatan endodonsi hanya diindikasikan pada gigi vital, dan pada penderita tersebut perlu diberikan profilaksis Subakut Bakterial Endokarditis (SBE). 11 Pada anak dengan kelainan dalam pembekuan darah, tindakan yang dapat dilakukan adalah mengatasi perdarahan untuk menjaga keselamatan anak yang dapat dirujuk ke bagian anak. Anak dengan penyakit saluran pernafasan seperti asma yang sedang kambuh, sulit dilakukan tindakan karena kondisi yang sesak, anak perlu di tangani di rumah sakit terlebih dahulu sebelum dilakukan perawatan gigi. Pasien dengan kelainan epilepsi yang sering kejang dan terjatuh, mungkin dapat sebagai penyebab terjadinya avulsi. 1,11 Anak dengan kelainan mental yang serius, dipertimbangkan untuk menggunakan general anastesi selama perawatan gigi berlangsung. 2.1.1.2 Riwayat kesehatan gigi Riwayat kesehatan gigi dapat diketahui dengan menanyakan bagaimana, kapan, dan dimana trauma terjadi. 1,8,10 Bagaimana mekanisme terjadinya trauma penting untuk memperoleh informasi mengenai keparahan dan penyebab cedera yang dialami anak. Avulsi pada gigi anak umumnya disebabkan karena kecelakaan saat olahraga, bermain, berkelahi dan kecelakaan lalu lintas. Trauma yang disebabkan benturan ataupun pukulan pada daerah dagu dicurigai adanya fraktur rahang. 10 Informasi mengenai waktu terjadi trauma perlu diketahui, karena prognosa akan bertambah jelek apabila perawatan ditunda setiap menitnya. 1 Ini berhubungan dengan fungsi ligamen periodontal yang akan mengikatkan kembali gigi pada tulang alveolar. Prognosa dikatakan baik bila perawatan dilakukan kurang dari 20 menit setelah gigi mengalami avulsi karena vitalitas ligamen periodontal masih terjaga. Sebaliknya seluruh ligamen periodontal akan mati apabila lepasnya gigi sudah lebih dari 60 menit sehingga prognosa dikatakan buruk dan tindakan replantasi tidak dapat dilakukan. Sedangkan pertanyaan dimana diperlukan untuk menentukan kemungkinan apakah gigi masih dapat dilakukan tindakan replantasi. Apabila gigi yang lepas terjatuh di tempat yang kotor, gigi harus segera dibersihkan dari kotoran yang menempel dengan hati-hati mengalirkan air pada gigi dan sangat dihindari menggosok bagian akar gigi agar tidak merusak sel-sel ligamen periodontalnya, namun perlakuan tersebut tidak memungkinkan jika kondisi gigi terlalu buruk. Anak yang terjatuh di tempat yang kotor, luka mudah terkontaminasi oleh kuman penyebab tetanus yang sangat berbahaya bagi kesehatan anak, sehingga perlu dipertimbangkan perlu tidaknya profilaksis tetanus. 1,8 2.1.2 Pemeriksaan klinis Pemeriksaan klinis pada pasien anak pasca trauma dimulai dengan memperhatikan pernafasan, adekuasi dari ventilasi, dan perdarahan. Sebaiknya dokter gigi tidak melakukan tindakan perawatan gigi apabila kondisi fisik anak tidak memungkinkan. Selain itu dilihat apakah anak merasa cemas dan ketakutan, untuk itu anak perlu ditenangkan terlebih dahulu agar anak dapat kooperatif dan pemeriksaan berjalan dengan baik.

avulsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kedokgi

Citation preview

Page 1: avulsi

PEMERIKSAAN DAN MEDIA PENYIMPANAN

Pemeriksaan riwayat adekuat dari anak yang mengalami avulsi gigi adalah sulit, karena biasanya mereka tidak mampu menanggapi respon dengan baik. Sumber informasi terbaik yang dapat digunakan adalah keluarga dekat yang menemaninya, terutama orang tua.9 Informasi riwayat medis dan riwayat kesehatan gigi merupakan langkah penting yang harus diperoleh sebelum menentukan perawatan.10

Akar gigi yang terlepas dari soket menyebabkan serat ligamen periodontal mudah mengalami dehidrasi dan kematian jika dibiarkan ditempat terbuka. Perawatan gigi avulsi akan optimal bila ligamen periodontal masih baik sehingga integritas, fungsi dan estetis dapat dipertahankan, untuk itu diperlukan suatu media yang dapat menjaga gigi agar tetap vital.

2.1. Pemeriksaan

Pemeriksaan yang teliti penting untuk mendapatkan hasil perawatan yang akurat sehingga perawatan dapat dilakukan dengan tepat. Pemeriksaan meliputi anamnesa untuk mengetahui riwayat medis dan riwayat kesehatan gigi, serta pemeriksaan klinis untuk mengetahui keadaan ekstra oral, intra oral dan roentgen.

2.1.1 Anamnesa

Anamnesa pasien anak diperoleh dari orang tua ataupun guru apabila kecelakaan terjadi disekolah, meliputi riwayat medis, kesehatan gigi, dan terjadinya kecelakaan. Diagnosa dan rencana perawatan yang tepat dapat diperoleh setelah dilakukan pencatatan riwayat yang tepat.10

2.1.1.1 Riwayat medis

Riwayat medis perlu diketahui karena beberapa tindakan medis pada kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap penderita penyakit tertentu tidak dapat dilaksanakan, pada penderita penyakit kronis mungkin lebih diutamakan untuk merawat penyakitnya bila terjadi avulsi. Pasien dengan jantung kongenital, bila perlu dilakukan perawatan endodonsi hanya diindikasikan pada gigi vital, dan pada penderita tersebut perlu diberikan profilaksis Subakut Bakterial Endokarditis (SBE).11

Pada anak dengan kelainan dalam pembekuan darah, tindakan yang dapat dilakukan adalah mengatasi perdarahan untuk menjaga keselamatan anak yang dapat dirujuk ke bagian anak. Anak dengan penyakit saluran pernafasan seperti asma yang sedang kambuh, sulit dilakukan tindakan karena kondisi yang sesak, anak perlu di tangani di rumah sakit terlebih dahulu sebelum dilakukan perawatan gigi.

Pasien dengan kelainan epilepsi yang sering kejang dan terjatuh, mungkin dapat sebagai penyebab terjadinya avulsi.1,11 Anak dengan kelainan mental yang serius, dipertimbangkan untuk menggunakan general anastesi selama perawatan gigi berlangsung.

2.1.1.2 Riwayat kesehatan gigi

Riwayat kesehatan gigi dapat diketahui dengan menanyakan bagaimana, kapan, dan dimana trauma terjadi.1,8,10 Bagaimana mekanisme terjadinya trauma penting untuk memperoleh informasi mengenai keparahan dan penyebab cedera yang dialami anak. Avulsi pada gigi anak umumnya disebabkan karena kecelakaan saat olahraga, bermain, berkelahi dan kecelakaan lalu lintas. Trauma yang disebabkan benturan ataupun pukulan pada daerah dagu dicurigai adanya fraktur rahang.10

Informasi mengenai waktu terjadi trauma perlu diketahui, karena prognosa akan bertambah jelek apabila perawatan ditunda setiap menitnya.1 Ini berhubungan dengan fungsi ligamen periodontal yang akan mengikatkan kembali gigi pada tulang alveolar. Prognosa dikatakan baik bila perawatan dilakukan kurang dari 20 menit setelah gigi mengalami avulsi karena vitalitas ligamen periodontal masih terjaga. Sebaliknya seluruh ligamen periodontal akan mati apabila lepasnya gigi sudah lebih dari 60 menit sehingga prognosa dikatakan buruk dan tindakan replantasi tidak dapat dilakukan.

Sedangkan pertanyaan dimana diperlukan untuk menentukan kemungkinan apakah gigi masih dapat dilakukan tindakan replantasi. Apabila gigi yang lepas terjatuh di tempat yang kotor, gigi harus segera dibersihkan dari kotoran yang menempel dengan hati-hati mengalirkan air pada gigi dan sangat dihindari menggosok bagian akar gigi agar tidak merusak sel-sel ligamen periodontalnya, namun perlakuan tersebut tidak memungkinkan jika kondisi gigi terlalu buruk. Anak yang terjatuh di tempat yang kotor, luka mudah terkontaminasi oleh kuman penyebab tetanus yang sangat berbahaya bagi kesehatan anak, sehingga perlu dipertimbangkan perlu tidaknya profilaksis tetanus. 1,8

2.1.2 Pemeriksaan klinis

Pemeriksaan klinis pada pasien anak pasca trauma dimulai dengan memperhatikan pernafasan, adekuasi dari ventilasi, dan perdarahan. Sebaiknya dokter gigi tidak melakukan tindakan perawatan gigi apabila kondisi fisik anak tidak memungkinkan. Selain itu dilihat apakah anak merasa cemas dan ketakutan, untuk itu anak perlu ditenangkan terlebih dahulu agar anak dapat kooperatif dan pemeriksaan berjalan dengan baik.

Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan ekstra oral, intra oral dan roentgen dapat dilakukan setelah daerah cedera dibersihkan hati-hati dari kotoran dan debris dengan H202 3 %, air garam hangat (warm salin) ataupun air biasa.9

2.1.2.1 Pemeriksaan Ekstra oral

Pemeriksaan leher dan kepala merupakan pemeriksaan awal yang bermanfaat untuk mencatat lokasi dan panjang luka-luka pada wajah dan kemungkinan adanya kontaminasi pada luka.9 Selanjutnya dilakukan palpasi terhadap mandibula, zigoma, TMJ, dan daerah mastoidea. Fraktur mandibula dapat diketahui dengan palpasi pada daerah pinggir mandibula untuk suatu fraktur step down. Terbatasnya pergerakan rahang bawah pada pembukaan atau penutupan mulut merupakan tanda-tanda terjadinya fraktur rahang.11 Biasanya terjadi perubahan gigitan, ketidak simetrisan wajah, pergerakan rahang yang abnormal dan sakit, pembengkakan, numbness (rasa baal).

Pemeriksaan selanjutnya untuk menentukan apakah bibir mengalami laserasi,  memar atau pembengkakan. Serta apakah terdapat benda asing seperti serpihan pasir ataupun gigi yang patah.

2.1.2.2 Pemeriksaan intra oral

Seluruh jaringan lunak mulut yaitu mukosa labial, palatal dan gingiva harus diperiksa. Benda asing yang terdapat pada mukosa seperti gumpalan darah, kotoran yang masih menempel, fragmen gigi dan tanah harus dibersihkan dengan menggunakan H2O2 3%, larutan salin atau air hangat.1

Daerah alveolus dipalpasi untuk mendeteksi apakah terdapat fraktur terutama pada daerah gigi yang avulsi. Ini penting untuk diketahui sebab regenerasi tulang tidak akan bisa memberikan dukungan yang kuat apabila replantasi dilakukan pada alveolus yang sudah hancur. Semua gigi yang ada harus diperiksa apakah terdapat fraktur, karies atau dislokasi.9

2.1.2.3 Pemeriksaan roentgen

Page 2: avulsi

Pemeriksaan roentgen merupakan bagian pemeriksaan yang penting dalam menilai suatu kasus, digunakan untuk mendeteksi kondisi daerah kosong dari gigi avulsi, fraktur akar, fraktur rahang, derajat pergeseran akar gigi tetangga dan mengetahui apakah terdapat benda asing pada jaringan lunak mulut.2,12

Pemeriksaan roentgen dapat dilakukan dengan pengambilan foto panoramik, periapikal, bite wing atau oklusal.1 Jika dicurigai adanya fraktur rahang, diperlukan radiograf yang lain, misal: lateral oblik, lateral skull, dan antero posterior skull.11

2.2. Media Penyimpanan

Penanganan yang paling baik untuk kasus avulsi adalah dengan menanamkan kembali gigi ke dalam soket alveolar lima menit setelah cedera untuk hasil yang maksimal.13Gigi memiliki lapisan pelindung yang mengelilingi bagian akar yaitu ligamen periodontal yang berfungsi mengikatkan gigi pada tulang alveolar, ligamen periodontal ini sangat mudah menjadi kering dan mati sehingga gigi perlu dilakukan penanganan secepatnya agar gigi tetap vital (Gambar 5).1 Vitalitas sel-sel ligamen periodontal dan sementum sangat penting untuk kesuksesan replantasi dalam jangka waktu yang lama. Media penyimpanan yang tersedia harus dapat mempertahankan atau meningkatkan vitalitas sel-sel selama gigi di luar soket alveolar, ketika soket yang baru sedang dipersiapkan atau selama proses replantasi gigi yang telah mengalami avulsi

2.2.1 Hank’s Balanced Salt Solution

Hank’s Balanced Salt Solution(HBSS) atau biasa di sebutsave a tooth merupakan cairan yang memiliki kandungan klorida, glukosa, sodium bikarbonat, dan potassium klorida (Gambar 6). Bersifat biokompatibel terhadap sel ligamen periodontal. Menjaga vitalitas gigi selama 24 jam karena memiliki pH seimbang sehingga mengurangi kerusakan pada akar gigi. Mempunyai osmolalitas yang ideal untuk membangun kembali metabolisme sel yang telah kehilangan nutrisi dari darah akibat terputusnya sel. Sehingga bila gigi disimpan dalam HBSS sel akan terhubung kembali dengan ligamen periodontal, selanjutnya sel-sel yang telah rusak akan mengalami perbaikan dan meningkatkan keberhasilan replantasi.3,15

Cairan ini juga dapat mengawetkan ligamen periodontal sehingga memberikan keberhasilan rata-rata 90% jika gigi yang avulsi direndam selama 30 menit sebelum dilakukannya replantasi

2.2.2 Susu

Susu direkomendasikan sebagai media penyimpanan karena memiliki osmolalitas yang sesuai, pH netral, kandungan nutrisi yang baik dan bebas dari bahan toksik.14Susu dapat langsung dipakai dan lebih efektif dibandingkan dengan HBSS karena tidak perlu disimpan dalam lemari pendingin. Susu bubuk seperti Enfamil dan Similac mempunyai efektivitas sebagai media penyimpanan gigi yang lebih baik karena dapat bertahan lebih dari empat jam.3,15

Kandungan nutrisi penting yang dimiliki susu antara lain asam amino, karbohidrat dan vitamin tetapi dapat menonaktifkan enzim yang berpotensi membahayakan ligamen periodontal apabila telah disimpan selama lebih dari dua jam. Susu dapat menjaga kelangsungan hidup, mitogenitas dan kapasitas klonogenik sel-sel ligamen periodontal selama penyimpanan hingga 24 jam pada temperatur empat derajat celsius. 15 Namun walaupun disimpan di dalam lemari pendingin, susu akan tetap menjadi asam dalam waktu lebih dari 48 jam, sehingga dapat menyebabkan kerusakan sel pada akar gigi.

2.2.3 Isotonik Salin

Patel dkk, dalam penelitiannya menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara isotonik salin dan susu dalam mempertahankan vitalitas sel ligamen periodontal pada permukaan akar gigi selama dua jam

penyimpanan. Isotonik salin dapat mempertahankan vitalitas membran periodontal karena memiliki tekanan osmolalitas yang seimbang sehingga tidak menyebabkan sel menjadi menggelembung, namun hanya dapat efektif kurang dari dua jam, setelah itu ligamen periodontal akan hancur, hal ini disebabkan karena kebutuhan glukosa untuk mempertahankan metabolisme tidak terpenuhi. 3,15

2.2.4 Kultur Media

Kultur media yang digunakan sebagai media penyimpanan gigi avulsi antara lain Kultur media 199 mengandung 700 unit penisilin G dan 0,7 mg streptomisin, untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Sedangkan Eagle’s kultur media mengandung sejumlah asam amino, vitamin dan bikarbonat yang bertindak sebagai buffer.

Eagle’s kultur media dapat menyebabkan proliferasi bagian vital dari ligamen periodontal. Disamping itu juga berguna untuk menjaga ligamen periodontal pada permukaan akar yang nekrosis serta mempertahankan vitalitas sel membran periodontal gigi yang telah diekstraksi selama 48 jam. Pemeriksaan immuno histokimia pada gigi desidui yang dicabut, setelah 24 jam penyimpanan gigi pada media kultur menujukkan proliferasi pulpa. 15

2.2.5 Saliva

Saliva manusia juga dianggap sebagai media penyimpanan gigi yang potensial. Andreasen dalam penelitiannya membandingkan air keran, normal salin dan saliva manusia sebagai media yang berpotensi untuk menyimpan gigi sebelum direplantasi, dan hasil yang didapat adalah saliva merupakan media yang paling efektif. 15

Kekurangan saliva sebagai media penyimpanan gigi adalah osmolalitas yang rendah sehingga dapat menyebabkan sel pecah. Saliva juga mengandung substansi seperti enzim, bakteri dan produknya yang dapat membahayakan ligamen periodontal. Selain itu flora normal yang terkandung pada saliva yang terdiri dari mikroorganisme, besar kemungkinan akan menyebabkan infeksi karena masuknya kuman ke dalam sel-sel dari akar gigi, sehingga setelah prosedur replantasi dilakukan tidak hanya kemungkinan terjadinya nekrose sel, infeksi pada soket alveolar juga bisa terjadi.3

Beberapa penelitian menganjurkan bahwa penyimpanan gigi dalam mulut (saliva) baik untuk menjaga ligamen periodontal yaitu dengan menahan gigi pada vestibulum bukal ataupun di bawah lidah, namun tindakan ini mempunyai resiko tertelannya gigi. Untuk menghindarinya, saliva anak dikumpulkan dalam wadah kecil, lalu gigi dimasukkan ke dalamnya.10,17

2.2.6 Air

Prinsip keberhasilan dari replantasi adalah mencegah kekeringan dari gigi yang lepas. Air merupakan media yang dapat menjaga kelembaban gigi selama berada ekstra alveolar sampai 15 menit apabila tidak ada pilihan lain, karena setelah itu gigi akan terus kehilangan metabolisme sel. Air hampir tidak sama sekali menjaga vitalitas gigi dan dapat memberikan dampak yang buruk bagi kelangsungan ligamen periodontal karena air merupakan larutan hipotonik yang dapat menyebabkan sel-sel ligamen periodontal menggelembung dan pecah. Selain itu, air dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel akar karena tingkat metabolit dan pH yang rendah.15,17

PENATALAKSANAAN

Page 3: avulsi

Sebelum perawatan dilakukan, anak dan orang tua perlu diredakan emosinya terlebih dahulu. Karena setelah trauma terjadi, anak pasti akan merasa takut dan cemas, terutama bila dokter gigi langsung memberikan perawatan.11 Pasien yang mengalami cedera, harus benar-benar diperhatikan bagaimana kondisi saluran pernapasannya. Dasar dari usaha mempertahankan jalan napas adalah mengontrol perdarahan dari mulut atau hidung dan membersihkan orofaring.9 Untuk anak yang tidak memiliki kelainan pada pembekuan darah, perdarahan pada daerah yang avulsi biasanya tidak berakibat fatal, melakukan penekanan baik secara langsung dengan jari maupun tidak langsung menggunakan kasa atau tampon.2,9

Kasus lepasnya gigi dari soket alveolar akibat trauma injuri harus mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat, dengan tetap memperhatikan kondisi fisik anak.Pada kasus avulsi yang disebabkan oleh cedera kemungkinan terdapat komplikasi seperti laserasi pada jaringan lunak labial, bukal, palatum, lidah. Pencegahan terhadap tetanus harus dilakukan dengan membersihkan luka dengan seksama, penyingkiran benda-benda asing dan pemberian tetanus toxoid antitoxin.1,8,10

Dianjurkan untuk tidak memegang gigi avulsi pada bagian akarnya, karena dapat merusak serat-serat ligamen periodontal, tetapi memegang gigi pada bagian mahkota. Pembersihan gigi dilakukan hanya jika terdapat kotoran pada gigi, namun tidak boleh mengikis atau menggosok gigi. 1,2,8,13

Penatalaksanaan gigi avulsi harus dilakukan dalam waktu seminimum mungkin untuk menjaga ligamen periodontal karena bila ligamen periodontal masih baik, derajat dan ketepatan waktu resorpsi akar akan terjaga dan kemungkinan terjadinya ankilosis akan berkurang. Resorpsi akar hampir tidak terhindarkan apabila melebihi 2 jam, waktu maksimal dilakukan replantasi adalah 48 jam setelah gigi berada diluar soket.9,18-20

Setelah replantasi perlu juga dilakukan splinting untuk menjaga stabilitas gigi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan ligamen periodontal untuk regenerasi. Kemudian dilakukan kontrol yang tepat agar hasil perawatan dapat diperoleh dengan baik

3.1 Replantasi

Berdasarkan penelitian Andreasen dkk, menjelaskan bahwa waktu keberadaan gigi ekstra alveolar berhubungan dengan prediksi prognosis gigi. Durasi ekstra alveolar melebihi 5 menit dapat menurunkan kemungkinan regenerasi ligamen periodontal jika dilihat dari gambaran roentgen foto. Hasil ini mendukung penelitian Andreasen dan Bodin yang menyatakan bahwa, resorpsi akar tidak akan terjadi apabila replantasi dilakukan dalam waktu kurang dari 10 menit gigi avulsi, tapi resorpsi akar kemungkinan terjadi 50% pada replantasi gigi 10-15 menit pasca avulsi sehingga jelaslah bahwa replantasi yang segera akan mempengaruhi hasil perawatan.18

Sebelum mendapatkan tindakan perawatan pasien diinstruksikan untuk menyimpan gigi dalam media alumunium foil atau perintahkan anak untuk menggenggam dengan hati-hati gigi dalam sapu tangan ataupun kain bersih dan segera ke dokter gigi. Gigi dapat juga disimpan dalam media penyimpanan untuk menghindari dehidrasi ligamen periodontal dan kematian pulpa.20

3.1.1 Syarat

Syarat replantasi adalah sebagai berikut:

1. Replantasi harus dilakukan dalam waktu seminimum mungkin yaitu kurang dari 30 menit setelah avulsi.18-20

2. Gigi harus dalam keadaan bersih, apabila gigi terlalu kotor akan mengakibatkan infeksi akibat kuman yang terbawa oleh gigi.

3. Tidak terdapat karies yang luas.

4. Tulang alveolar tidak hancur agar dapat menopang gigi yang akan direplantasi.9

5. Ligamen periodontal tidak tergores.9

3.1.2 Prosedur

Prosedur replantasi adalah sebagai berikut:19,21,22

1. Gigi dipegang pada bagian mahkota dengan kain kasa yang basah dan tidak boleh dikerok atau digosok. Jika masih ada kotoran yang tertinggal cukup dengan meletakkan gigi di bawah air mengalir atau mencelupkan pada rendaman salin (Gambar 7).8,22

2. Berikan anastesi lokal pada regio yang akan direplantasi, agar pasien tidak

merasa kesakitan pada saat penanganan

3. Soket dibersihkan dengan irigasi salin, H2O2 3 % atau aquadest yang disemprotkan melalui spuit secara hati-hati untuk mengeluarkan sisa-sisa kotoran, gumpalan darah beku ataupun debris yang masih tertinggal, jangan dikuret.19

4. Lakukan replantasi, yaitu gigi dimasukkan perlahan-lahan dengan tekanan

yang ringan (Gambar 8). Pastikan gigi berada pada posisi yang benar dengan berpatokan pada gigi tetangga dan kontak oklusal yang tepat. Jika terdapat sesuatu yang mengganjal pada soket, gigi diletakkan kembali ke larutan salin, periksa kembali soket dengan menggunakan instrumen tumpul dan ulangi kembali replantasi.19

5. Reposisi kembali gingiva yang tersingkap dan lakukan penjahitan jika diperlukan, terutama pada daerah servikal yang juga berguna untuk mengontrol perdarahan.21

3.2 Splinting

Prosedur penting yang dilakukan setelah tahap replantasi adalah stabilisasi dengan splin. Setelah gigi ditanamkan kembali, gigi masih mobil dan kemungkinan untuk lepas sangat besar. Pada beberapa kasus, gigi yang tidak diberikan stabilisasi bisa saja akan tertelan. Splint merupakan suatu alat yang digunakan untuk mendukung, melindungi dan menstabilisasi gigi serta memberikan perlekatan pada saat proses regenerasi serat-serat ligamen periodontal.22,23

Beberapa bahan yang dapat dilakukan untuk melakukan splinting, diantaranya adalah dengan Titanium Trauma Splint (TTS), orthodontic wire splint, wire composit splint,resin splint, porselen veneers ataupun akrilik splint.22,24

3.2.1 Syarat

Syarat splinting sebagai stabilisasi kasus gigi avulsi adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai sifat pasif dan tidak menyebabkan terjadinya trauma.

Page 4: avulsi

2. Fleksibel, yaitu tidak mengganggu pergerakan fungsional gigi dan memungkinkan terjadinya regenerasi ligamen periodontal karena splint yang rigid dapat memperbesar kemungkinan terjadinya ankilosis.13,22,23

3. Memungkinkan pemeriksaan tes vitalitas dan akses endodontik pada gigi yang avulsi.20

4. Mudah digunakan dan dilepaskan.23

5. Nyaman dan mudah dibersihkan oleh pasien, sehingga oral higiene tetap terjaga.23

6. Dapat dilakukan sesegera mungkin secara intra oral tanpa memerlukan prosedur laboratorium.23

7. Harus adekuat, sehingga stabilisasi gigi dapat terjamin selama perawatan.13,23

8. Tidak boleh menyebabkan pergeseran terhadap gingival.

9. Memperhatikan nilai-nilai estetik

3.2.2 Prosedur

Prosedur splinting menggunakan kawat Titanium Trauma Splint (TTS) adalah sebagai berikut:

1. Setelah gigi ditanamkan kembali ke dalam soket, semua permukaan gigi yang akan displin dibersihkan dari kotoran dan debris.

2. Diukur kawat TTS meliputi gigi tetangga yang akan menjadi penyangga.(Gambar 9)

3. Permukaan gigi dietsa sesuai luas kawat yang akan dipasang 

4.Lanjutkan dengan aplikasi bonding dan resin komposit, kawat di tekan perlahan ke permukaan gigi sampai menyentuh resin komposit, dilanjutkan dengan polimerisasi (Gambar 11)

5. Periksa adaptasi dan kesesuaian dengan bibir pasien. Usahakan resin komposit tidak berlebihan agar tidak mengganggu penutupan bibir pasien.

6. Lakukan pengambilan roentgen foto untuk memastikan apakah prosedur replantasi yang dilakukan sudah tepat pada posisi yang seharusnya (Gambar 12)

dilepaskan dari permukaan gigi setelah 7-10 hari pensplinan (gambar 13). Waktu ini sesuai dengan kebutuhan ligamen periodontal untuk beregenerasi. Pemakaian splint tidak dianjurkan lebih dari 14 hari karena dapat menyebabkan terjadinya resorpsi dan ankilosis.1,5,13,19-21

3.2.3 Istruksi pasca pemasangan splint

Setelah pemasangan splint dilaksanakan, instruksi kepada pasien adalah sebagai berikut:

1. Setelah perawatan, aspirin atau asetaminofen dapat diberikan sebagai analgesik sedangkan untuk pengobatan infeksi perlu diberikan antibiotik. 

Pasien dianjurkan menghindari gigitan pada gigi yang di splin.19

3. Konsumsi makanan yang lunak. 19

4. Menjaga oral higiene dengan menyikat gigi atau menggunakan obat kumur klorheksidin selama pemakaian splint. 19

5. Pasien harus menghindari kumur-kumur, meludah, selama 24 jam setelah replantasi.

6. Setelah 24 jam pemakaian splint pasien harus berkumur-kumur dengan air garam hangat tiap dua jam untuk mencegah pembengkakan pada jaringan di sekitar gigi.25

3.3 Kontrol

Pasien dengan perawatan replantasi harus selalu dikontrol secara periodik selama 2-3 tahun setelah replantasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa replantasi yang dilakukan segera (yaitu kurang dari 5 menit), penyembuhan ligamen periodontal akan berhasil sampai dengan 73 %. Ini membuktikan bahwa faktor waktu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan perawatan. Secara biologis kondisi ligamen periodontal adalah rawan apabila dilekatkan kembali, terutama bila terdapat cedera atau ada sementum yang terbuka karena kemungkinan besar akan terjadi ankilosis (penyatuan antara tulang alveolar dan sementum).9

Satu minggu pasca perawatan trauma dilakukan kontrol untuk melihat hasil perawatan avulsi. Pada saat kontrol yang harus dilakukan yaitu pemeriksaan, dan bila perlu dilanjutkan dengan perawatan konservatif.

Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan subjektif yaitu anamnesis mengenai ada atau tidaknya keluhan setelah perawatan. Dilanjutkan dengan pemeriksaan ojektif untuk melihat kondisi intra oral apakah terdapat suatu kelainan baik pada gigi yang dirawat maupun gigi lain dan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan roentgen foto juga diperlukan sebagai penunjang untuk melihat apakah terdapat kelainan pada kondisi akar, tulang alveolar ataupun kemungkinan terdapatnya periapikal rarefying. Keseluruhan pemeriksaan ini penting untuk menghindari kondisi yang akan memberi dampak yang buruk pada kesehatan gigi anak.1

Untuk kasus-kasus tertentu, tindakan perawatan yang dapat dilakukan 7-10 hari pasca perawatan yaitu setelah splint dilepaskan, pada gigi dengan apeks terbuka tujuan perawatan selanjutnya adalah revaskularisasi pulpa, bila waktu extraoral kurang dari 60 menit tidak diperlukan perawatan endodontik. Evaluasi dilakukan setiap 3-4 minggu untuk melihat apakah terdapat kelainan patologis. Sedangkan bila apeks terbuka dan waktu ekstra alveolar lebih dari 60 menit dan gigi sudah nonvital, perawatan selanjutnya adalah apeksifikasi dengan menggunakan bahan kalisium hidroksida. 1

Untuk gigi dengan apeks tertutup tetapi nonvital perawatan yang dapat dilakukan adalah pulpektomi. Pasien diminta datang setiap 3-4 minggu untuk dilakukan tes vitalitas gigi. Jika hasil perawatan tidak menunjukkan suatu progress yang positif, gigi sebaiknya dicabut. Apabila dibutuhkan suatu perawatan restorasi pasca perawatan replantasi, untuk restorasi sementara dilakukan sebelum obturasi dengan melapisi bahan zinc oxide eugenol atau resin komposit. Sedangkan untuk restorasi permanen dilakukan langsung setelah obturasi dengan dentin bonding agent atau etsa asam komposit resin.1