Upload
agusrick
View
37
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
aa
Citation preview
A. Konsep Dasar Penyakit
a. Definisi / Pengertian
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan degeneratif
otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat diri.
( Suddart, & Brunner, 2002 ).
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat,
intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk
menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita.
(Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008)
Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama
menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofiologi : konsep klinis proses- proses
penyakit, juga merupakan penyakit dengan gangguan degeneratif yang mengenai sel-sel otak
dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan
menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun.
(Perawatan Medikal Bedah : jilid 1 hal 1003)
Sehingga dengan demikian Alzheimer adalah penyakit kronik, degeneratif yang ditandai
dengan penurunan daya ingat, intelektual, kepribadian yang dapat mengakibatkan
berkurangnya kemampuan merawat diri. Penyakit ini menyerang orang berusia 65 tahun
keatas.
b. Epidemiologi / Insiden kasus
Di Amerika, sekitar 4 juta orang menderita penyakit ini. Angka prevalansi berhubungan
erat dengan usia. Sekitar 10% populasi diatas 65 tahun menderita penyakit ini. Bagi
individu berusia diatas 85 tahun, angka ini meningkat sampai 47,2%. Dengan meningkatnya
populasi lansia, maka penyakit alzheimer menjadi penyakit yang semakin bertambah
banyak. Insiden kasus alzheimer meningkat pesat sehingga menjadi epidemi di Amerika
dengan insiden alzheimer sebanyak 187 : 100.000 per tahun dan penderita alzheimer 123 :
100.000 per tahun.
Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi wanita lebih banyak tiga kali dibandingkan laki-
laki. Hal ini mungkin refleksi dari usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan laki-
laki.
1
c. Penyebab/Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab yang telah
dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi flament, predisposisi
heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal,
kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif
dengan penurunan daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau
asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut
mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan kalsium intraseluler,
kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapat produksi protein
abnormal yang non spesifik. Penyakit Alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut
terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian
selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh
adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi
radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit
alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor
non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai
pencetus factor genetika.
d. Patofisiologi
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang dijumpai pada
penyakit Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang kusut (masa kusut neuron yang tidak
berfungsi) dan plak seni atau neuritis (deposit protein beta-amiloid, bagian dari suatu protein
besar, protein prukesor amiloid (APP). Kerusakan neuron tersebut terjadi secara primer pada
korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak.
Secara maskroskopik, perubahan otak pada Alzheimer melibatkan kerusakan berat
neuron korteks dan hippocampus, serta penimbunan amiloid dalam pembuluh darah
intracranial. Secara mikroskopik, terdapat perubahan morfologik (structural) dan biokimia
2
pada neuron – neuron. Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada akhirnya
berkembang menjadi degenarasi soma dan atau akson dan atau dendrit. Satu tanda lesi pada
AD adalah kekusutan neurofibrilaris yaitu struktur intraselular yang berisi serat kusut dan
sebagian besar terdiri dari protein “tau”. Dalam SSP, protein tau sebagian besar sebagai
penghambat pembentuk structural yang terikat dan menstabilkan mikrotubulus dan
merupakan komponen penting dari sitokleton sel neuron. Pada neuron AD terjadi fosforilasi
abnormal dari protein tau, secara kimia menyebabkan perubahan pada tau sehingga tidak
dapat terikat pada mikrotubulus secara bersama – sama. Tau yang abnormal terpuntir masuk
ke filament heliks ganda yang sekelilingnya masing – masing terluka. Dengan kolapsnya
system transport internal, hubungan interseluler adalah yang pertama kali tidak berfungsi
dan akhirnya diikuti kematian sel. Pembentukan neuron yang kusut dan berkembangnya
neuron yang rusak menyebabkan Alzheimer.
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-beta) yang
terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta
adalah fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal melekat pada
membrane neuronal yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP terbagi
menjadi fragmen – fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket yang
berkembang menjadi gumpalan yang bisa larut. Gumpalan tersebut akhirnya bercampur
dengan sel – sel glia yang akhirnya membentuk fibril – fibril plak yang membeku, padat,
matang, tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi neuron yang utuh. Kemungkinan lain
adalah A-beta menghasilkan radikal bebas sehingga mengganggu hubungan intraseluler dan
menurunkan respon pembuluh darah sehingga mengakibatkan makin rentannya neuron
terhadap stressor. Selain karena lesi, perubahan biokimia dalam SSP juga berpengaruh pada
AD. Secara neurokimia kelainan pada otak
3
e. Pathway
4
Koping individu tidak efektif
Kehilangan fungsi neurologis/tonus otot
1. Kehilangan kemampuan menyelesaikan masalah
2. Perubahan mengawasi keadaan kompleks dan berpikir abstrak
3.Emosi labil, pelupa, apatis, loss deep memory
Perubahan proses pikir
Hambatan interaksi sosial
Hambatan komunikasi verbal
Tingkah laku aneh dan kacau,tidak mampu untuk mengenali dan mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan
Resiko trauma
Perubahan pola
eleminasi urine/alvi
Kekusutan neuro fibrilar yang difus dan plak senilis
Hilangnya serat-serat koligernik di korteks
Penurunan sel neuron koligernik yang berproyeksi di himokampus
dan amigdala
Factor Genetik
Infeksi VirusLingkungan Imunologi Trauma
Atropi Otak
Degenerasi neuron irreversible Kelainan neuro
transmiter
Asetilkoin ALZHEIMER
Penurunan daya ingat
Gangguankognitif
Gangguanmemori
Gangguan fungsi bahasa
PerubahanIntelektual
Perubahan perilaku
Penurunan kemampuan
melakukan aktifitas
Mudah lupa
Kurang perawatan diri (makan, minum,
berpakaian, hygiene)
Muncul gejalaNeuro psikiatrik
Perubahan nafsu makan
Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kesulitan tidur Perubahan resepsi,
transmisi dan integrasi sensori
Perubahan pola tidur
Sindrom stress relokasi
Perubahan persepsi sensori
6. Gejala Klinis
Berlangsung lama dan bertahap, sehingga pasien dan keluarga tidak menyadari secara pasti
kapan timbulnya penyakit.
Terjadi pada usia 40-90 tahun.
Tidak ada kelainana sistemik atau penyakit otak lainnya.
Tidak ada gangguan kesadaran.
Perburukan progresif fungsi bahasa, keterampilan motorik dan persepsi.
Riwayat keluarga Alzheimer, parkinson, diabetes melitus, hipertensi dan kelenjar tiroid.
(Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008 )
Gejala klinis dapat terlihat sebagai berikut :
1. Kehilangan daya ingat/memori
Pada orang tua normal, dia tidak ingat nama tetangganya, tetapi dia tahu orang itu adalah
tetangganya. Pada penderita Alzheimer, dia bukan saja lupa nama tetangganya tetapi juga lupa
bahwa orang itu adalah tetangganya.
2. Kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa
Seperti tidak tahu bagaimana cara membuka baju atau tidak tahu urutan-urutan menyiapkan
makanan.
3. Kesulitan berbahasa.
Umumnya pada usia lanjut didapat kesulitan untuk menemukan kata yang tepat, tetapi
penderita Alzheimer lupa akan kata-kata yang sederhana atau menggantikan suatu kata
dengan kata yang tidak biasa.
4. Disorientasi waktu dan tempat.
Kita terkadang lupa kemana kita akan pergi atau hari apa saat ini, tetapi penderita Alzheimer
dapat tersesat pada tempat yang sudah familiar untuknya, lupa di mana dia saat ini, tidak tahu
bagaimana cara dia sampai di tempat ini, termasuk juga apakah saat ini malam atau siang.
5. Penurunan dalam memutuskan sesuatu atau fungsi eksekutif
Misalnya tidak dapat memutuskan menggunakan baju hangat untuk cuaca dingin atau
sebaliknya.
5
6. Salah menempatkan barang.
Seseorang secara temporer dapat salah menempatkan dompet atau kunci. Penderita Alzheimer
dapat meletakkan sesuatu pada tempat yang tidak biasa, misal jam tangan pada kotak gula.
7. Perubahan tingkah laku.
Seseorang dapat menjadi sedih atau senang dari waktu ke waktu. Penderita Alzheimer dapat
berubah mood atau emosi secara tidak biasa tanpa alasan yang dapat diterima.
8. Perubahan perilaku
Penderita Alzheimer akan terlihat berbeda dari biasanya, ia akan menjadi mudah curiga,
mudah tersinggung, depresi, apatis atau mudah mengamuk, terutama saat problem memori
menyebabkan dia kesulitan melakukan sesuatu.
9. Kehilangan inisiatif
Duduk di depan TV berjam-jam, tidur lebih lama dari biasanya atau tidak menunjukan minat
pada hobi yang selama ini ditekuninya.(Yulfran, 2009)
7. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk kepastian diagnosisnya, maka diperlukan tes diagnostik sebagai berikut:
a. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi. Secara umum
didapatkan :
atropi yang bilateral, simetris lebih menonjol pada lobus temporoparietal, anterior
frontal, sedangkan korteks oksipital, korteks motorik primer, sistem somatosensorik tetap utuh
berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).
Kelainan-kelainan neuropatologi pada penyakit alzheimer terdiri dari :
1) Neurofibrillary tangles (NFT)
Merupakan sitoplasma neuronal yang terbuat dari filamen-filamen abnormal yang berisi
protein neurofilamen, ubiquine, epitoque. Densitas NFT berkolerasi dengan beratnya
demensia.
2) Senile plaque (SP)
Merupakan struktur kompleks yang terjadi akibat degenerasi nerve ending yang berisi
filamen-filamen abnormal, serat amiloid ektraseluler, astrosit, mikroglia. Amiloid prekusor
6
protein yang terdapat pada SP sangat berhubungan dengan kromosom 21. Senile plaque ini
terutama terdapat pada neokorteks, amygdala, hipokampus, korteks piriformis, dan sedikit
didapatkan pada korteks motorik primer, korteks somatosensorik, korteks visual, dan
auditorik. Senile plaque ini juga terdapat pada jaringan perifer. densitas Senile plaque
berhubungan dengan penurunan kolinergik. Kedua gambaran histopatologi (NFT dan senile
plaque) merupakan gambaran karakteristik untuk penderita penyakit alzheimer.
3) Degenerasi neuron
Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan kematian neuron pada penyakit alzheimer
sangat selektif. Kematian neuron pada neokorteks terutama didapatkan pada neuron piramidal
lobus temporal dan frontalis. Juga ditemukan pada hipokampus, amigdala, nukleus batang
otak termasuk lokus serulues, raphe nukleus dan substanasia nigra. Kematian sel neuron
kolinergik terutama pada nukleus basalis dari meynert, dan sel noradrenergik terutama pada
lokus seruleus serta sel serotogenik pada nukleus raphe dorsalis, nukleus tegmentum dorsalis.
Telah ditemukan faktor pertumbuhan saraf pada neuron kolinergik yang berdegenerasi pada
lesi merupakan harapan dalam pengobatan penyakit alzheimer.
4) Perubahan vakuoler
Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk oval dan dapat menggeser nukleus.
Jumlah vakuoler ini berhubungan secara bermakna dengan jumlah NFT dan SP , perubahan
ini sering didapatkan pada korteks temporomedial, amygdala dan insula. Tidak pernah
ditemukan pada korteks frontalis, parietal, oksipital, hipokampus, serebelum dan batang otak
5) Lewy body
Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang banyak terdapat pada enterhinal, gyrus
cingulate, korteks insula, dan amygdala. Sejumlah kecil pada korteks frontalis, temporal,
parietalis, oksipital. Lewy body kortikal ini sama dengan immunoreaktivitas yang terjadi pada
lewy body batang otak pada gambaran histopatologi penyakit parkinson. Hansen et al
menyatakan lewy body merupakan variant dari penyakit alzheimer.
7
b. Pemeriksaan Neuropsikologik
Fungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya
gangguan fungsi kognitif umum dan mengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi.
Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh beberapa
bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi,
perhatian dan pengertian berbahasa
Evaluasi neuropsikologis yang sistematik mempunyai fungsi diagnostik yang penting
karena :
1) Adanya defisit kognisi: berhubungan dgn demensia awal yang dapat
diketahui bila terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang normal.
2) Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif : untuk membedakan
kelainan kognitif pada global demensia dengan deficit selektif yang diakibatkan oleh
disfungsi fokal, faktor metabolik, dan gangguan psikiatri
3) Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yang diakibatkan
oleh demensia karena berbagai penyebab.
c. CT Scan dan MRI
Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat kwantifikasi
perubahan volume jaringan otak pada penderita Alzheimer antemortem.
CT Scan :
Menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya selain alzheimer
seperti multiinfark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh dan pembesaran
ventrikel keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat spesifik pada
penyakit ini
Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel berkorelasi dengan
beratnya gejala klinik dan hasil pemeriksaan status mini mental
MRI :
peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler (Capping
anterior horn pada ventrikel lateral). Capping ini merupakan predileksi untuk demensia
awal. Selain didapatkan kelainan di kortikal, gambaran atropi juga terlihat pada daerah
8
subkortikal seperti adanya atropi hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna
basalis dan fissura sylvii.
MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari penyakit alzheimer
dengan penyebab lain, dengan memperhatikan ukuran (atropi) dari hipokampus.
EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada penyakit
alzheimer didapatka perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang non spesifik
PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan :
penurunan aliran darah
metabolisme O2
glukosa didaerah serebral
SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)
Kelainan ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua
pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin.
Laboratorium darah
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita alzheimer. Pemeriksaan
laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan penyebab penyakit demensia lainnya seperti
pemeriksaan darah rutin, B12, Calsium, Posfor, fungsi renal dan hepar, tiroid, asam folat,
serologi sifilis, skrining antibody yang dilakukan secara selektif. (Yulfran, 2009)
8. Tindakan Penanganan/Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan
patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya
memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga.
Pengobatan simptomatik:
1) Inhibitor kolinesterase
Tujuan: Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti
kolinesterase yang bekerja secara sentral
9
Contoh: fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine), donepezil (Aricept),
galantamin (Razadyne), & rivastigmin
Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia selama
pemberian berlangsung
ESO: memperburuk penampilan intelektual pada orang normal dan penderita
Alzheimer, mual & muntah, bradikardi, ↑ HCl, dan ↓ nafsu makan.
2) Thiamin
Pada penderita alzheimer didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase dependent enzym
yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal
pada nukleus basalis.
Contoh: thiamin hydrochloride
Dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral
Tujuan: perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo selama periode
yang sama.
3) Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik.
Tujuan: memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar. Tetapi pemberian 4000
mg pada penderita alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna.
4) Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita alzheimer dapat disebabkan kerusakan
noradrenergik kortikal.
Contoh: klonidin (catapres) yang merupakan noradrenergik alfa 2 reseptor agonis
Dosis : maksimal 1,2 mg peroral selama 4 minggu
Tujuan: kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif
5) Haloperiodol
Pada penderita alzheimer, sering kali terjadi :
Gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan tingkah laku: Pemberian oral
Haloperiodol 1-5 mg/hari selama 4 minggu akan memperbaiki gejala tersebut
Bila penderita Alzheimer menderita depresi berikan tricyclic anti depresant
(amitryptiline 25-100 mg/hari)
6) Acetyl L-Carnitine (ALC)
10
Merupakan suatu substrat endogen yang disintesa didalam mitokondria dengan bantuan
enzym ALC transferase.
Tujuan : meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin asetiltransferase.
Dosis:1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan
Efek: memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi kognitif
(Yulfran, 2009)
9. Pencegahan
Para ilmuwan berhasil mendeteksi beberapa faktor resiko penyebab Alzheimer, yaitu : usia lebih
dari 65 tahun, faktor keturunan, lingkungan yang terkontaminasi dengan logam berat, rokok,
pestisida, gelombang elektromagnetic, riwayat trauma kepala yang berat dan penggunaan terapi
sulih hormon pada wanita. Dengan mengetahui faktor resiko di atas dan hasil penelitian yang
lain, dianjurkan beberapa cara untuk mencegah penyakit Alzheimer, di antaranya yaitu :
Bergaya hidup sehat, misalnya dengan rutin berolahraga, tidak merokok maupun
mengkonsumsi alkohol.
Mengkonsumsi sayur dan buah segar. Hal ini penting karena sayur dan buah
segar mengandung antioksidan yang berfungsi untuk mengikat radikal bebas. Radikal
bebas ini yang merusak sel-sel tubuh.
Menjaga kebugaran mental (mental fitness). Istilah ini mungkin masih jarang
terdengar. Cara menjaga kebugaran mental adalah dengan tetap aktif membaca dan
memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan.
10. Kriteria Diagnosis
Terdapat beberapa kriteria untuk diagnosa klinis penyakit Alzheimer, yaitu:
Kriteria diagnosis tersangka penyakit alzheimer terdiri dari:
Demensia ditegakkan dengan pemeriksaan klinik dan pemeriksaan status mini
mental atau beberapa pemeriksaan serupa, serta dikonfirmasikan dengan test
neuropsikologik
Didapatkan gangguan defisit fungsi kognisi
Tidak ada gangguan tingkat kesadaran
Awitan antara umur 40-90 tahun, atau sering >65 tahun
11
Tidak ada kelainan sistematik atau penyakit otak lainnya
Diagnosis tersangka penyakit alzheimer ditunjang oleh:
Perburukan progresif fungsi kognisi spesifik seperti berbahasa, ketrampilan motorik, dan
persepsi
ADL terganggu dan perubahan pola tingkah laku
Adanya riwayat keluarga, khususnya kalau dikonfirmasikan dengan neuropatologi
Pada gambaran EEG memberikan gambaran normal atau perubahan non-spesifik seperti
peningkatan aktivitas gelombang lambat
Pada pemeriksaan CT Scan didapatkan atropi serebri
Gambaran lain tersangka diagnosa penyakit alzheimer setelah dikeluarkan penyebab
demensia lainnya terdiri dari:
Gejala yang berhubungan dengan depresi, insomnia, inkontinentia, delusi, halusinasi, emosi,
kelainan seksual, berat badan menurun
Kelainan neurologi lain pada beberapa pasien, khususnya penyakit pada stadium lanjut dan
termasuk tanda-tanda motorik seperti peningkatan tonus otot, mioklonus atau gangguan
berjalan
Terdapat bangkitan pada stadium lanjut
Gambaran diagnosa tersangka penyakit alzheimer yang tidak jelas terdiri dari:
Awitan mendadak
Diketemukan gejala neurologik fokal seperti hemiparese, hipestesia, defisit lapang pandang
dan gangguan koordinasi
Terdapat bangkitan atau gangguan berjalan pada saat awitan
Diagnosa klinik kemungkinan penyakit alzheimer adalah:
Sindroma demensia, tidak ada gejala neurologik lain, gejala psikiatri atau kelainan sistemik
yang menyebabkan demensia
Adanya kelainan sistemik sekunder atau kelainan otak yang menyebabkan demensia, defisit
kognisi berat secara gradual progresif yang diidentifikasi tidak ada penyebab lainnya
Kriteria diagnosa pasti penyakit alzheimer adalah gabungan dari kriteria klinik tersangka
penyakit Alzheimer dan didapatkan gambaran histopatologi dari biopsy atau otopsi :
autopsi tampak bagian otak mengalami atropi yang difus dan simetri,
12
secara mikroskopik tampak bagian kortikal otak mengalami neuritis plaque dan degenerasi
neurofibrillary
11. Prognosis
Dari pemeriksaan klinis 42 penderita Alzheimer menunjukkan bahwa nilai prognostik tergantung
pada 3 faktor yaitu :
Derajat beratnya penyakit
Variabilitas gambaran klinis
Perbedaan individual seperti usia, keluarga demensia dan jenis kelamin
Ketiga faktor ini diuji secara statistik, ternyata faktor pertama yang paling mempengaruhi
prognostik penderita alzheimer.
Pasien dengan penyakit Alzheimer :
Mempunyai angka harapan hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah diagnosis
Biasanya meninggal dunia akibat infeksi sekunder.
12. Komplikasi
Infeksi
Malnutrisi
Kematian
13
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
Adapun pengkajian yang dilakukan pada penyakit Alzheimer
a. Aktifitas istirahat
Gejala: Merasa lelah
Tanda: Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur
Letargi: penurunan minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi, ketidakmampuan
untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca/ mengikuti acara program televisi.
Gangguan keterampilan motorik, ketidakmampuan untuk melakukan hal yang telah biasa
yang dilakukannya, gerakan yang sangat bermanfaat.
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik. hipertensi, episode emboli (merupakan
factor predisposisi).
c. Integritas ego
Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi terhadap
lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek dan orang, penimbunan objek : meyakini
bahwa objek yang salah penempatannya telah dicuri. kehilangan multiple, perubahan citra
tubuh dan harga diri yang dirasakan.
Tanda : Menyembunyikan ketidakmampuan ( banyak alasan tidak mampu untuk melakukan
kewajiban, mungkin juga tangan membuka buku namun tanpa membacanya) , duduk dan
menonton yang lain, aktivitas pertama mungkin menumpuk benda tidak bergerak dan emosi
stabil, gerakan berulang ( melipat membuka lipatan melipat kembali kain ), menyembunyikan
barang, atau berjalan-jalan.
d. Eliminasi
Gejala: Dorongan berkemih
Tanda: Inkontinensia urine/feaces, cenderung konstipasi/ imfaksi dengan diare.
e. Makanan/cairan
14
Gejala: Riwayat episode hipoglikemia (merupakan factor predisposisi) perubahan dalam
pengecapan, nafsu makan, kehilangan berat badan, mengingkari terhadap rasa lapar/
kebutuhan untuk makan.
Tanda: Kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak makan
(mungkin mencoba untuk menyembunyikan keterampilan). dan tampak semakin kurus (tahap
lanjut).
f. Hiygene
Gejala : Perlu bantuan /tergantung orang lain
Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal yang kurang,
kebiasaan pembersihan buruk, lupa untuk pergi kekamar mandi, lupa langkah-langkah untuk
buang air, tidak dapat menemukan kamar mandi dan kurang berminat pada atau lupa pada
waktu makan: tergantung pada orang lain untuk memasak makanan dan menyiapkannya
dimeja, makan, menggunakan alat makan.
g. Neurosensori
Gejala : Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif,
dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang kelelahan, pusing atau kadang-
kadang sakit kepala. adanya keluhan dalam kemampuan kognitif, mengambil keputusan,
mengingat yang berlalu, penurunan tingkah laku ( diobservasi oleh orang terdekat).
Kehilangan sensasi propriosepsi ( posisi tubuh atau bagian tubuh dalam ruang tertentu ). dan
adanya riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik, emboli atau hipoksia yang berlangsung
secara periodic ( sebagai factor predisposisi ) serta aktifitas kejang ( merupakan akibat
sekunder pada kerusakan otak ).
Tanda : Kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia; kesulitan dalam menemukan kata- kata
yang benar ( terutama kata benda ); bertanya berulang-ulang atau percakapan dengan
substansi kata yang tidak memiliki arti; terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak terdengar.
Kehilangan kemampuan untuk membaca dan menulis bertahap ( kehilangan keterampilan
motorik halus ).
h. Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi factor predisposisi
atau factor akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan sebagainya).
Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain
15
i. Interaksi social
Gejala : Merasa kehilangan kekuatan. factor psikososial sebelumnya; pengaruh personal dan
individu yang muncul mengubah pola tingkah laku yang muncul.
Tanda : Kehilangan control social,perilaku tidak tepat.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
Klien dengan penyakit Alzheimer umumnya mengalami penurunan kesadaran sesuai
dengan degenerasi neuron kolinergik dan proses senilisme. Adanya perubahan pada tanda-tanda
vital, meliputi bradikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi pernafasan
B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernafasan :
Berkaitan dengan hipoventilasi inaktifitas, aspirasi makanan atau saliva dan berkurangnya fungsi
pembersihan saluran nafas.
Inspeksi: di dapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk efektif,
peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot Bantu nafas.
Palpasi : Traktil premitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi : adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor, ronkhi, pada klien
dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering
didapatkan pada klien dengan inaktivitas.
B2 (Blood)
Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan
pada pengaturan tekanan darah oleh sistem persarafan otonom.
B3 (Brain)
Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan dengan
pengkajian pada sistem lainnya.
Inspeksi umum, didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku.
16
Pengkajian Tingkat Kesadaran:
Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung pada perubahan status kognitif
klien.
Pengkajian fungsi serebral:
Status mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan yang berhubungan
dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori, baik jangka
pendek maupun jangka panjang.
Pengkajian Saraf kranial. Pengkajian saraf ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII :
Saraf I. Biasanya pada klien penyakit alzherimer tidak ada kelaianan fungsi
penciuman
Saraf II. Tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan, yaitu sesuai dengan
keadaan usia lanjut biasanya klien dengan alzheimer mengalami keturunan ketajaman
penglihatan
Saraf III, IV dan VI. Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada saraf ini
Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf ini.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal
Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis serta
penurunan aliran darah regional
Saraf IX dan X. Kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan dengan
perubahan status kognitif
Saraf XI. Tidak atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada vasikulasi
dan indera pengecapan normal
Pengkajian sistem Motorik
Inspeksi umum pada tahap lanjut klien akan mengalami perubahan dan penurunan pada
fungsi motorik secara umum.
Tonus Otot. Didapatkan meningkat.
Keseimbangan dan Koordinasi. Didapatkan mengalami gangguan karena adanya
perubahan status kognitif dan ketidakkooperatifan klien dengan metode pemeriksaan.
17
Pengkajian Refleks
Pada tahap lanjut penyakit alzheimer sering mengalami kehilangan refleks postural, apabila
klien mencoba untuk berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan dengan gaya
berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya
ke depan atau ke belakang) dapat menyebabkan klien sering jatuh.
Pengkajian Sistem sensorik
Sesuai barlanjutnya usia, klien dengan penyakit alzheimer mengalami penurunan
terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensori yang ada merupakan hasil dari
neuropati perifer yang dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Perubahan pola eliminasi urine/alvi berhubungan dengan kehilangan fungsi
neurologi/tonus otot, ketidakmampuan untuk menentukan letak kamar
mandi/mengenali kebutuhan
2. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan
tonus atau kekuatan otot.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, keterbatasan fisik.
5. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi, transmisi,
dan/atau integrasi.
6. Perubahan proses pikir berhubungan dengan degenerasi neuron irreversible
7. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan gangguan sensori, penurunan fungsi
fisik
8. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan menyelesaikan
masalah, perubahan intelektual
9. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan intelektual (pikun,
disorientasi, penurunan kemampuan mengatasi masalah)
10. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan emosi (cepat marah,
mudah tersinggung, kurang percaya diri)
11. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
perubahan sensori, mudah lupa
18
12. Risiko trauma berhubungan dengan kelamahan, ketidakmampuan untuk
mengenali/mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan
19
3.RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Perubahan pola
eliminasi
berhubungan
dengan
kehilangan fungsi
neurologi/tonus
otot,
ketidakmampuan
untuk
menentukan letak
kamar
mandi/mengenali
kebutuhan.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan, diharapkan
pola eliminasi terpenuhi
dengan kriteria hasil :
- Mampu menciptakan
pola eliminasi yang
adekuat/sesuai
Mandiri
a. Kaji pola sebelumnya dan
bandingkan dengan pola yang
sekarang
b. Letakkan tempat tidur dekat
dengan kamar mandi jika
memungkinkan. Buatkan tanda
tertentu atau pintu berkode
khusus. Berikan cahaya yang
cukup terutama malam hari.
c. Buat program latihan defekasi
atau kandung kemih. Tingkatkan
partisipasi pasien sesuai tingkat
kemampuannya.
d. Anjurkan untuk minum adekuat
selama siang hari (paling sedikit
2 liter sesuai toleransi). Diet
tinggi serat dan sari buah. Batasi
minum saat menjelang malam
dan waktu tidur.
Mandiri
a. Memberikan informasi mengenai
perubahan yang munkin selanjutnya
memerlukan pengkajian atau intervensi
b. Meningkatkan orientasi atau penemuan
kamar mandi. Inkontinensia mungkin
disertai ketidakmampuan untuk
menemukan tempat berkemih atau
defekasi.
c. Menstimulasi kesadaran pasien,
meningkatkan pengaturan fungsi tubuh.
d. Menurunkan resiko konstipasi atau
dehidrasi. Pembatasan minum pada sore
menjelang malam hari dapat
menurunkan seringnya berkemih atau
inkontinensia pada malam hari.
20
e. Pantau penampilan atau warna
urine, catat konsistensi dari feses.
Kolaborasi
a. Berikan obat pelembek feses
metamacil, gliserin suppositoria
sesuai dengan indikasi.
e. Pendeteksian memberikan kesempatan
untuk mengubah intervensi, misalnya
adanya konstipasi/infeksi kandung kemih
dan sebagainya.
Kolaborasi
a. Mungkin diperlukan untuk
memfasilitasi atau menstimulasi
defekasi yang teratur
2. Perubahan pola
tidur
berhubungan
dengan
perubahan pada
sensori
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
perubahan pola tidur
klien dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
- Tidak terjadi
perubahan tingkah
laku dan penampilan
(gelisah)
- Mampu menciptakan
pola tidur yang
Mandiri
a. Berikan lingkungan yang
nyaman untuk meningkatkan
tidur (mematikan lampu,
ventilasi ruang adekuat, suhu
yang sesuai. Menghindari
kebisingan)
b. Anjurkan latihan saat siang hari
dan turunkan aktivitas
mental/fisik pada sore hari
Mandiri
a. Hambatan kortikal pada informasi
reticular akan berkurang selama tidur,
meningkatkan respons otomatik,
karenanya respons kardiovaskular
terhadap suara meningkat selama tidur
b. Aktivitas fisik dan mental yang lama
mengakibatkan kelelahan yang dapat
meningkatkan kebingungan , aktivitas
yang terprogram tanpa stimulasi
21
adekuat dengan
penurunan terhadap
pikiran yang
melayang-layang
(melamun)
- Mampu menentukan
penyebab tidur
inadekuat
c. Berikan makanan kecil sore hari,
susu hangat, mandi, dan masase
punggung
d. Turunkan jumlah minuman sore
hari. Lakukan berkemih sebelum
tidur
e. Anjurkan klien untuk
mendengarkan musik yang
lembut
Kolaborasi
a. Berikan obat sesuai indikasi :
- Antidepresi,
seperti ;amitriptilin (elavil),
doksepin (senequan), trasolon
(desyrel)
- Oksazepam (serax), triazolam
(halcion)
b. Hindari penggunaan
berlebihan meningkatkan waktu tidur
c. Meningkatkan relaksasi dengan
perasaan mengantuk
d. Menurunkan kebutuhan akan bangun
untuk berkemih selama malam hari
e. Menurunkan stimulasi sensori dengan
menghambat suara lain dari lingkungan
sekitar yang akan menghambat tidur.
Kolaborasi
a. Efektif menangani pseudodemensia
atau depresi, meningkatkan kemampuan
untuk tidur, tetapi antikolinergik dapat
mencetuskan bingung, memperburuk
kognitif dan efek samping hipotensi
ortostatik Gunakan dengan hemat,
hipnotik dosis rendah efektif mengatasi
insomnia
b. Kontraindikasi karena mempengaruhi
produksi assetilkolin yang sudah
22
difenhidramin (benadryl) dihambat dalam otak.
3. Kerusakan
mobilitas fisik
berhubungan
penurunan
tonus/kekuatan
otot, kerusakan
neuromuskuler
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
klien mampu rentang
gerak optimal dengan
criteria hasil
- mempertahankan posisi
dengan tak ada
komplikasi
(kontraktur,dekubitus)
- mendemonstrasikan
teknik/perilaku yang
memungkinkan
melakukan kembali
aktifitas yang
diinginkan
Mandiri
a. kaji kekuatan motorik atau
kemampuan secara fungsional
dengan menggunakan skala 0-5.
Lakukan pengkajian secara
teratur dan bandingkan dengan
nilai dasarnya.
b. Berikan posisi pasien yang
menimbulkan rasa nyaman.
Lakukan perubahan posisi dengan
jadwal yang teratur sesuai
kebutuhan secara individual.
c. Lakukan latihan rentang gerak
pasif. Hindari latihan aktif selama
fase akut.
Mandiri
a. menentukan perkembangan/munculnya
kembali tanda yang menghambat
tercapainya tujuan atau harapan pasien.
b. menurunkan kelelahan meningkatkan
relaksasi, menurunkan resiko terjadinya
iskemia atau kerusakan pada kulit.
c. menstimulasi sirkulasi, meningkatkan
tonus otot dan meningkatkan mobilisasi
sendi. Catatan:latihan yang dipaksakan
dapat menimbulkan eksaserbasi gejala
yang menyebabkan regresi fisiologis
23
Kolaborasi
a. Konfirmasikan dengan/rujuk
kebagian terapi fisik/terapi
okupasi
dan emosi. persendian juga dapat
mengalami dislokasi sehingga otot
mengalami flaksid secara total.
Memaksimalkan tenaga dan mencegah
kelelahan yang berlebihan.
Kolaborasi
a. bermanfaat dalam menciptakan
kekuatan otot secara individual atau
latihan terkondisi dan program latihan
berjalan dan mengidentifikasikan alat
bantu atau brace untuk
mempertahankan mobilisasi dan
kemandirian dalam melakukan
aktifitas sehari-hari
4. Defisit perawatan
diri berhubungan
dengan
penurunan
kognitif,
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
terdapat perilaku
peningkatan dalam
pemenuhan perawatan
Mandiri
a. Identifikasi kesulitan
berpakaian/perawatan diri,
seperti keterbatasan fisik;
apatis/depresi atau temperatur
Mandiri
a. Memahami penyebab yang
mempengaruhi pilihan intervensi/
strategi
24
keterbatasan fisik. diri dengan kriteria
hasil:
- klien tampak bersih
dan segar
- klien tidak pucat.
ruangan.
b. Identifikasi kebutuhan akan
kebersihan diri dan berikan
bantuan sesuai kebutuhan
dengan perawatan
rambut/kuku/kulit, bersihkan
kacamata dan gosok gigi.
c. Gabungkan kegiatan sehari-hari
kedalam jadwal aktivitas jika
mungkin.
d. Kaji kemampuan dan tingkat
itaspenurunan kemampuan ADL
dalam skala 0 – 4.
e. Rencanakan tindakan untuk
defisit motorik seperti
tempatkan makanan dan
peralatan di dekat klien agar
mampu sendiri mengambilnya.
f. Kaji kemampuan komnikasi
untuk BAK. Kemampuan
menggunakan urinal pispot.
b. Sesuai dengan perkembangan
penyakit, kebutuhan akan kebersihan
dasar mungkin dilupakan.
c. Mempertahankan kebutuhan rutin
dapat mencegah kebingungan yang
semakin memburuk dan
meningkatkan partisipasi pasien.
d. Membantu dalam mengantisipasi dan
merencanakan pertemuan kebutuhan
individual.
e. Klien akan mampu melakukan
aktivitas sendiri untuk memenuhi
perawatan dirinya.
f. Ketidakmampuan berkomunikasi
dengan perawat dapat menimbulkan
masalah pengososngan kandung
25
Antarkan ke kamar mandi bila
kondisi memungkinkan .
g. Identifikasi kebiasaan BAB .
anjurkan minum dan
meningkatkan aktivitas.
Kolaborasi :
a. Pemberian suppositoria dan
pelumas faeces / pencahar.
b. Konsul ke dokter terapi okupasi.
kemih oleh karena masalah
neurogenik.
g. Meningkatkan latihan dan menolong
mencegah konstipasi
Kolaborasi :
a. Pertolongan utama terhadap fungsi
bowell atau BAB
b. Untuk mengembangkan terapi dan
melengkapi kebutuhan khusus.
5. Perubahan
persepsi sensori
berhubungan
dengan
perubahan
persepsi,
transmisi atau
integrasi sensori
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
diharapkan perubahan
persepsi sensori klien
dapat berkurang atau
terkontrol dengan criteria
hasil:
- Mengalami penurunan
halusinasi.
- Mengembangkan
strategi psikososial
untuk mengurangi
Mandiri
a. Kembangkan lingkungan yang
suportif dan hubungan perawat-
klien yang terapeutik.
b. Bantu klien untuk memehami
halusinasi.
c. Kaji derajat sensori atau
gangguan persepsi dan bagaiman
hal tersebut mempengaruhi klien
termasuk penurunan penglihatan
atau pendengaran.
Mandiri
a.Meningkatkan kenyamanan dan
menurunkan kecemasan pada klien.
b. Meningkatkan koping dan menurunkan
halusinasi.
c.Keterlibatan otak memperlihatkan
masalah yang bersifat asimetris
menyebabkan klien kehilangan
kemampuan pada salah astu sisi tubuh.
Klien tidak dapat mengenali rasa lapar,
haus, Penerima nyeri eksternal.
26
stress.
- Mendemonstrasikan
respons yang sesuai
stimulasi.
d. Ajarkan strategi untuk
mengurangi stress.
e. Ajak piknik sederhana, jalan-jalan
kelilin rumah sakit. Pantau
aktivitas.
f. Tingkatkan keseimbangan
fisiologis dengan menggunakan
bola lantai, tangan menari dengan
disertai music.
g. Libatkan dalam aktivitas sesuai
indikasi dengan keadaan tertentu,
spt:terapi okupasi.
d. Untuk menurunkan kebutuhan akan
halusinasi.
e.piknik menunjukkan realitadan
memberikan stimulasi sensori yang
menurunkan perasaan curiga dan
halusinasi yg disebabkan perasaan
terkekang.
f. Menjaga mobilitas yang dapat
menurunkan risiko terjadinya atrofi otot/
osteoporosis pada tulang.
g. Memberikan kesempatan terhadap
stimulasi partisipasi dengan orang lain
dan dapat mempertahankan beberapa
tingkat dari interaksi sosial.
6. Perubahan proses
pikir
berhubungan
dengan
degenerasi
neuron
irreversibel
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
gangguan proses pikir
tidak bertambah buruk,
dengan kriteria hasil:
- Klien mampu
menginterpretasikan
Mandiri
a. Kaji derajat gangguan kognitif,
seperti perubahan orientasi
terhadap orang, tempat waktu,
rentang perhatian dan
kemampuan berpikir
b. Pertahankan lingkungan
Mandiri
a. Memberikan dasar untuk
evaluasi/perbandingan yang akan
datang dan mempengaruhi pilihan
terhadap intervensi.
b. Keramaian biasanya merupakan sensori
27
stimulus sedikit demi
sedikit
- Klien mampu
mengakomodasikan
sedikit demi sedikit
suatu ide/perintah
- Klien mampu
mengenali orang-
orang terdekatnya,
seperti nama
keluarganya.
- Klien mampu
mengenali tempat-
tempat disekitarnya,
seperti alamat rumah.
- Klien mampu
mengenali waktu
seperti pagi, siang,
dan malam.
yang menyenangkan dan tenang
c. Lakukan pendekatan dengan
cara perlahan dan tenang
d. Tatap wajah ketika
bercakap-cakap dengan pasien
e. Gunakan kata-kata yang
pendek dan kalimat yang
sederhana dan berikan instruksi
sederhana. Ulangi instruksi
tersebut sesuai dengan
kebutuhan.
Kolaborasi
a. Antisiklotik, seperti
halopiridol (Haldol) ; tioridazin
(Mallril)
b. Vasodilator, seperti
siklandelat (Cyclospasmol)
c. Agen ansiolitik, seperti
yang berlebihan yang meningkatkan
gangguan neuron
c. Pendekatan yang terburu-buru dapat
mengancam pasien bingung yang
mengalami kesalahan persepsi.
d. Menimbulkan perhatian, terutama pada
orang-orang dengan gangguan
perceptual
e. Sesuai dengan berkembangnya
penyakit, pusat komunikasi dalam otak
mungkin saja terganggu.
Kolaborasi
a.
agitasi, halusinasi.
b.
tetapi memerlukan penelitian lebih
lanjut.
c.
dan/atau fase sedang untuk
menghilangkan kecemasan
28
diazepam, lorazepam,
oksazepam
7. Sindrom stress
relokasi
berhubungan
dengan gangguan
sensori,
penurunan fungsi
fisik
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
diharapkan klien dapat
beradaptasi dengan
perubahan aktivitas
sehari- hari dan
lingkungan dengan
kriteria hasil :
- mengidentifikasi
perubahan
- mampu beradaptasi
pada perubahan
lingkungan dan
aktivitas kehidupan
sehari-hari
- cemas dan takut
berkurang
- membuat pernyataan
yang psitif tentang
lingkungan yang baru.
Mandiri
a. Jalin hubungan saling
mendukung dengan klien.
b. Orientasikan pada lingkungan
dan rutinitas baru.
c. Kaji tingkat stressor (penyesuaian
diri, perkembangan, peran
keluarga, akibat perubahan
status kesehatan)
d. Tentukan jadwal aktivitas yang
wajar dan masukan dalam
kegiatan rutin.
e. Berikan penjelasan dan informasi
yang menyenangkan mengenai
kegiatan/ peristiwa.
f. Pertahankan keadaan tenang.
Tempatkan dalam lingkungan
tenang yang memberikan
kesempatan untuk “beristirahat”
g. Atasi tingkah laku agresif dengan
Mandiri
a. Untuk membangan kepercayaan dan
rasa nyaman.
b. Menurunkan kecemasan dan perasaan
terganggu.
c. Untuk menentukan persepsi klien
tentang kejadian dan tingkat serangan.
d. Konsistensi mengurangi kebingungan
dan meningkatkan rasa kebersamaan.
e. Menurunkan ketegangan,
mempertahankan rasa saling percaya,
dan orientasi.
f. Menenangkan situasi dan memberi
klien waktu untuk memperoleh kendali
terhadap prilaku dan emosinya.
g. Rasa diterima menurunkan rasa takut
29
pendekatan yamg tenang.
h. Rujuk ke sumber pendukung
perawatan diri.
dan respon agresif.
h. Meningkatkan perasaan, dukungan
selama penyesuaian
8. Koping individu
tidak efektif
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
menyelesaikan
masalah,
perubahan
intelektual
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
koping individu menjadi
efektif dengan kriteria
hasil :
- Mampu menyatakan
atau
mengkomunikasikan
dengan orang terdekat
tentang situasi dan
perubahan yang
sedang terjadi
- Mampu menyatakan
penerimaan diri
terhadap situasi
- Mengakui dan
menggabungkan
perubahan ke dalam
konsep diri dengan
Mandiri
a. Kaji perubahan dari gangguan
persepsi dan hubungan dengan
derajat ketidakmampuan
b. Dukung kemampuan koping
c. Pernyataan pengakuan terhadap
penolakan tubuh, mengingatkan
kembali fakta kejadian tentang
realitas bahwa masih dapat
menggunakan sisi yang sakit dan
belajar mengontrol sisi yang sehat
d. Beri dukungan psikologis secara
menyeluruh
Mandiri
a. Menentukan bantuan individual dalam
menyusun rencana perawatan atau
pemilihan intervensi
b.Kepatuhan terhadap program latihan dan
berjalan membantu memperlambat
kemajuan penyakit. Dukungan dan
sumber bantuan dapat diberikan melalui
ketekunan berdoa dan penekanan keluar
terhadap aktivitas dengan
mepertahankan patisipasi aktif
c. Membantu klien untuk melihat bahwa
perawat menerima kedua bagian sebagai
bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan
klien untuk merasakan adanya harapan
dan mulai menerima situasi baru.
d.Klien Alzheimer sering merasa malu,
30
cara yang akurat
tanpa haraga diri yang
negatif
e. Bentuk program aktivitas pada
keseluruhan hari
f. Anjurkan orang yang terdekat
untuk mengizinkan klien
melakukan hal-hal untuk dirinya
apatis, tidak adekuat, bosan dan merasa
sendiri. Perasaan ini dapat disebabkan
akibat keadaan fisik yang lambat dan
upaya yang besar dibutuhkan terhadap
tugas-tugas kecil. Klien dibantu dan
didukung untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan (seperti meningkatnya
mobilitas)
e. Bentuk program aktivitas pada
keseluruhan hari untuk mencegha waktu
tidur yang terlalu banyak yang dapat
mengarah padda tidak adanya keinginan
dari apatis. Setiap upaya dibuat untuk
mendukung klien keluar darii tugas-
tugas yang termasuk koping dengan
kebutuhan mereka setiap hari dan untuk
membentuk klien mandiri. Apapun yang
dilakukan hanya untuk keamanan
sewaktu mencapai tujuan dengan
meningkatnya kemampuan koping.
f. Menghidupkan kembali perasaan
kemandirian dan membantu
31
semaksimal mungkin
g. Dukung perilaku atau usaha
seperti peningkatan minat atau
partisipasi dalam aktivitas
rehabilitasi
h. Monitor gangguan tidur
peningkatan konsentrasi, letargi,
dan witdhrawal
Kolaborasi
a. Rujuk pada ahli neuropsikologi
dan konseling bila ada indikasi
perkembangan harga diri serta
mempengaruhi proses rehabilitasi.
g.Klien dapat beradaptasi terhadap
perubahan dan pengertian tentang peran
individu masa mendatang.
h.Dapat mengindikasikan terjadinya
depresi dimana memerlukan intervensi
dan evaluasi lebih lanjut
Kolaborasi
a.Dapat memfasilitasi perubahan peran
yang penting untuk perkembangan
perasaan. Kerjasama fisioterapi,
psikoterapi, terapi obat-obatan, dan
dukungan partisipasi kelompok dapat
menolong mengurangi depresi yang juga
sering muncul pada kejadian ini.
9. Hambatan
komunikasi
verbal
berhubungan
Setelah diberikan asuhan
keperawatan, diharapkan
klien tidak mengalami
hambatan komunikasi
Mandiri
a. Kaji kemampuan klien untuk
berkomunikasi.
Mandiri
a. Untuk menentukan tingkat
kemampuan klien dalam
berkomunikasi.
32
dengan perubahan
intelektual
(pikun,
disorientasi,
penurunan
kemampuan
mengatasi
masalah)
verbal dengan kriteria
hasil :
- Membuat
teknik/metode
komunikasi yang
dapat dimengerti
sesuai kebutuhan dan
meningkatkan
kemampuan
berkomunikasi
b. Menentukan cara-cara
berkomunikasi seperti
mempertahankan kontak mata,
pertanyaan dengan jawaban ya
atau tidak, menggunakan kertas
dan pensil/bolpoint, gambar,
atau papan tulis; bahasa isyarat,
penjelas arti dari komunikasi
yang disampaikan.
c. Letakkan bel/lampu panggilan di
tempat mudah dijangkau dan
berikan penjelasan cara
menggunakannya. Jawab
panggilan tersebut dengan segera.
Penuhi kebutuhan klien. Katakan
kepada klien bahwa perawat siap
membantu jika dibutuhkan.
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli wicara
bahasa.
b. Untuk membantu proses
berkomunikasi dengan klien, dan agar
tidak terjadi miskomunikasi.
c. Untuk memudahkan klien dalam
memanggil perawat saat
membutuhkan bantuan.
Kolaborasi
a. Memberikan terapi bicara pada klien.
10. Hambatan
interaksi sosial
Setelah diberikan
Asuhan Keperawatan
Mandiri
a. Beri individu hubungan suportif.
Mandiri
a. Agar individu terstimulasi untuk
33
berhubungan
dengan
perubahan emosi
(cepat marah,
mudah
tersinggung,
kurang percaya
diri)
diharapkan klien mampu
melakukan interaksi
social, dengan criteria
hasil :
- klien mampu
berinteraksi dengan
orang disekitarnya
dengan baik.
- klien tidak memiliki
rasa
bermusuhan/menyera
ng orang.
b. Bantu mengidentifikasi
alternative tindakan.
c. Bantu menganalisis pendekatan
yang berfungsi paling baik.
d. Gunakan pertanyaan dan
observasi untuk mendorong
individu dengan keterbatasan
keterampilan interaksi
e. Bantu anggota keluarga dalam
memahami dan memberi
dukungan.
melakukan interaksi social.
b. Agar klien mampu mengidentifikasi
tindakan yang baik.
c. Agar klien mampu melakukan
interaksi dengan orang lain dengan
baik.
d. Untuk merangsang klien untuk
menjawab pertanyaan perawat secara
tidak langsung menstimulasi klien
untuk berinteraksi.
e. Dukungan keluarga sangat membantu
dalam melakukan interaksi social.
11. Risiko tinggi
perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan perubahan
sensori, mudah
lupa
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
diharapkan tidak terjadi
perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
dengan kriteria hasil :
- Klien mendapat diet
nutrisi yang
Mandiri
a. Kaji pengetahuan klien/keluarga
mengenai kebutuhan makan
b. Usahakan/ berikan bantuan dalam
memilih menu
c. Berikan makanan kecil setiap jam
sesuai kebutuhan
d. Hindari makanan yang terlalu
Mandiri
a. Identifikasi kebutuhan untuk membantu
perencanaan pendidikan
b. Klien tidak mampu menentukan pilihan
kebutuhan nutrisi
c. Makan makanan kecil meningkatkan
masukan yang sesuai
d. Makan panas mengakibatkan mulut
34
seimbang
- Mempertahankan/
mendapat kembali
BB yang sesuai
- Klien dapat
mengubah pola
asupan yang benar
panas
Kolaborasi
a. Rujuk atau konsultasikan dengan
ahli gizi
terbakar atau menolak untuk makan
Kolaborasi
a. Bantuan diperlukan untuk
mengembangkan keseimbangan diet
dan menemukan kebutuhan / makan
yang disukai
12. Resiko trauma
berhubungan
dengan
kelemahan,
ketidakmampuan
untuk mengenali/
mengidentifikasi
bahaya dalam
lingkungan
Setelah diberikan asuhan
keperawatan jam
diharapkan klien tidak
mengalami trauma
dengan kriteria hasil :
- Keluarga mengenali
resiko potensial di
lingkungan dan
mengidentifikasi
tahap-tahap untuk
memperbaikinya.
Mandiri
a. Kaji derajat
kemampuan/kompetensi,muncul
nya tingkah laku yang impulsive
dan penurunan persepsi-
visual,bantu orang terdekat
untuk mengidentifikasi resiko
terjadinya bahaya yang mungkin
timbul
b. Hilangkan /minimalkan sumber
bahaya dalam lingkungan
Mandiri
a. Mengidentifikasi risiko potensial di
lingkungan dan mempertinggi
kesadaran sehingga pemberi asuhan
lebih sadar akan bahaya. Pasien yang
memperlihatkan tingkah laku
impulsive menghadapi peningkatan
resiko trauma kerena mereka murang
mampu mengendalikan
perilaku/kegiatannya sendiri.
Penurunan persepsi visual
meningkatkan risiko terjauh
b. Seseorang dengan gangguan kognitif
dan gangguan persepsi merupakan
awal untuk mengalami trauma
35
c. Alihkan perhatian pasien ketika
perilaku teragitasi atau
berbahaya,seperti keluar dari
tenpat tidur dengan memanjat
pagar tempat tidur tersebut.
d. Berikan gelang identifikasi yang
memperlihatkan nama,nomor
telepon,dan diagnose,jangan
memposisikan dekat pintu keluar
untuk tangga
sebagai akibat ketidakmampuan
untuk bertanggung jawab terhadap
kebutuhan keamanan yang dasar atau
mengevaluasi keadaan
tertentu,misalnya api dari
kompor/rokok dan lupa akan hal
tersebut,berusaha untuk makan buah
dari plastic,salah menilai letak kursi
dan tangga.
c. Mempertahankan keamanan dengan
menghindari konfrontasi yang dapat
meningkatkan perilaku/meningkatkan
risiko terjadinya trauma.
d. Menfasilitasi keamanan untuk
kembali jika hilang. Karena
penurunan kemampouan verbal dan
kebingungan,pasien mungkin tidak
dapat menyebutkan alamat,nomor
telepon dan sebagainya. Pasien
mungkin ngeluyur dan ditangkap oleh
polisi,yang memperlihatkan
36
e. Kenakan pakaian sesuai
lingkungan fisik/kebutuhan
individu
f. Lakukan pemantauan terhadap
efek samping obat,tanda-tanda
adanya takar lajak,seperti tanda
ekstrapiramidal,hipotensi
ortostatik,gangguan
penglihatan,gangguan
gastrointestinal.
kebingungan,peka rangsang : mngkin
mempunyai tingkah laku bermusuhan
dan memperlihatkan kemiskinan
pengambilan keputusan.
e. Perlambatan proses metabolism
secara umum mengakibatkan
penurunan suhu tubuh. Hipotalamus
dipengaruhi oleh proses penyakit
yang menyebabkan seseorang merasa
kedinginan. Pasien mungkin
mengalami disorientasi mengenai
cuaca dan mungkin ngeluyur keluar
dalam keadaan dingin. Catatan :
penyebab kematian seringkali adalah
pneumonia/kecelakaan.
f. Pasien mungkin tidak melaporkan
tanda/gejala dan obat dapat dengan
mudah menimbulkan kadar toksisitas
pada lansia. Ukuran
dosis/penggantian obat mungkin
diperlukan untuk mengurangi
gangguan.
37
g. Hindari penggunan restrain
secara terus menerus. Berikan
kesempatan orang terdekat
tinggal bersama pasien selama
periode agitasi akut.
h. Rekomendasi penggunaan kunci
“child proof” untuk
mengamankan obat,zat racun
alat-alat tajam
g. Membahayan individu untuk
melepaskan restrain tersebut secara
parsial. Dapat meningkatkan agitasi
dan timbul resiko fraktur pada pasien
lansia (berhubungan dengan
penurunan kalsium tulang)
h. Sesuai dengan memburyknya
penyakit itu,pasien mungkin gugup
terhadap benda/kunci atau meletakan
benda-benda kecil dalam mulut yang
sangat berpotensi terhadap trauma
kecelakaan atau kematian.
38
4.EVALUASI
1. Perubahan pola eliminasi urine/alvi berhubungan dengan kehilangan fungsi
neurologi/tonus otot, ketidakmampuan untuk menentukan letak kamar
mandi/mengenali kebutuhan
- Klien menciptakan pola eliminasi yang adekuat/sesuai
2. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori
- Tidak terjadi perubahan tingkah laku dan penampilan (gelisah)
- Klien menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap
pikiran yang melayang-layang (melamun)
- Klien menentukan penyebab tidur inadekuat
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,
penurunan tonus atau kekuatan otot.
- Klien mempertahankan posisi dengan tak ada komplikasi
(kontraktur,dekubitus)
- Klien mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan
kembali aktifitas yang diinginkan
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, keterbatasan fisik.
- Klien tampak bersih dan segar
- Klien tidak pucat
5. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi, transmisi,
dan/atau integrasi.
- Klien Mengalami penurunan halusinasi.
- Klien Mengembangkan strategi psikososial untuk mengurangi stress.
- Klien Mendemonstrasikan respons yang sesuai stimulasi.
39
6. Perubahan proses pikir berhubungan dengan degenerasi neuron irreversible
- Klien menginterpretasikan stimulus sedikit demi sedikit
- Klien mengakomodasikan sedikit demi sedikit suatu ide/perintah
- Klien mengenali orang-orang terdekatnya, seperti nama keluarganya.
- Klien mengenali tempat-tempat disekitarnya, seperti alamat rumah.
- Klien mengenali waktu seperti pagi, siang, dan malam.
7. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan gangguan sensori, penurunan fungsi
fisik
- Klien mengidentifikasi perubahan
- Klien beradaptasi pada perubahan lingkungan dan aktivitas kehidupan sehari-
hari
- cemas dan takut klien berkurang
- Klien membuat pernyataan yang psitif tentang lingkungan yang baru.
8. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
menyelesaikan masalah, perubahan intelektual
- Klien menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang sedang terjadi
- Klien menyatakan penerimaan diri terhadap situasi
- Klien Mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan
cara yang akurat tanpa haraga diri yang negative
9. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan intelektual (pikun,
disorientasi, penurunan kemampuan mengatasi masalah)
- teknik/metode klien komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan
meningkatkan kemampuan berkomunikasi
10. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan emosi (cepat marah,
mudah tersinggung, kurang percaya diri)
40
- Klien mampu berinteraksi dengan orang disekitarnya dengan baik.
- Klien tidak memiliki rasa bermusuhan/menyerang orang.
11. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan perubahan sensori, mudah lupa
- Klien mendapat diet nutrisi yang seimbang
- Mempertahankan/ mendapat kembali BB yang sesuai
- Klien dapat mengubah pola asupan yang benar
12. Risiko trauma berhubungan dengan kelamahan, ketidakmampuan untuk
mengenali/mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan
- Keluarga mengenali resiko potensial di lingkungan dan mengidentifikasi
tahap-tahap untuk memperbaikinya.
41
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 3.
Jakarta:EGC
Lumbantobing, Prof.DR.dr.SM. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta
: FKUI
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Salemba Medika: Jakarta
Stanley, Mickey & Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi
2. Jakarta : EGC.
42