65
B A B 5 PENGEMBANGAN DUNIA USAHA

B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

B A B 5

PENGEMBANGAN DUNIA USAHA

Page 2: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,
Page 3: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

B A B 5

PENGEMBANGAN DUNIA USAHA

I . PENDAHULUAN

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara ditetapkan bahwa dalam pembangunan ekonomi yang didasarkan kepada Demo-krasi Ekonomi, masyarakat harus memegang peranan aktif da- lam kegiatan pembangunan. Oleh karenanya maka pemerintah berkewajiban memberikan pengarahan dan bimbingan terha- dap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan dunia usaha; sebaliknya dunia usaha perlu memberikan tanggapan terhadap pengarahan dan bimbingan serta iklim tersebut dengan kegiatan-kegiatan yang nyata.

Adapun ciri-ciri positif Demokrasi Ekonomi antara lain adalah sebagai berikut:a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar

atas azas kekeluargaan, karenanya tidak mengenal sistem pertentangan kelas.

b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

c. Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan masyarakat.

d. Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warganegara di-perkembangkan sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum.

Selanjutnya dalam Demokrasi Ekonomi harus dihindarkan ciri-ciiri negatif sebagai berikut: pertama, sistem “free fight liberalism" yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain dan yang dalam sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan dan mempertahankan kelemahan strukturil posisi Indonesia dalam ekonami dunia; kedua, sistem “etatisme" da-

Page 4: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

141

Page 5: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

lam mana negara beserta aparatur ekonomi negara bersifat dominan serta mendesak dan mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor negara; ketiga, mo- nopoli yang merugikan masyarakat.

Dalam pada itu ditegaskan pula bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional segenap kemampuan modal dan potensi dalam negeri harus dimanfaatkan dengan disertai kebijaksa- naan serta langkah-langkah guna membantu, membimbing per-tumbuhan dan meningkatkan kemampuan yang lebih besar bagi golongan ekonomi lemah untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan sehingga dapat berdiri sendiri antara lain dengan peningkatan kegiatan koperasi agar mampu memainkan peran- an yang sesungguhnya dalam tata ekonomi Indonesia.

Kebijaksanaan tersebut harus diambil dalam rangka meme-cahkan ketidak selarasan di dalam masyarakat, karena ada- nya selapisan kecil masyarakat dengan kedudukan ekonomi yang sangat kuat dan menguasai sebagian terbesar kehidupan ekonomi nasional, sedang dilain pihak bagian terbesar dari masyarakat berada dalam keadaan ekonomi yang lemah dan belum pernah dapat menjalankan peranannya yang besar da- lam kegiatan perekonomian nasional.

Selanjutnya digariskan pula bahwa pembangunan ekonomi mempunyai arti pengolahan kekuatan ekonomi riil melalui pe-nanaman modal, penggunaan teknologi serta melalui penam-bahan kemampuan berorganisasi dan management. Maka se- lama Indonesia belum memiliki sendiri faktor-faktor tersebut, dapat dimanfaatkan potensi-potensi modal asing, teknologi dan keahlian dari luar negeri sepanjang tidak mengakibatkan ke-tergantungan yang terus menerus serta tidak merugikan ke-pentingan nasional.

II. KEADAAN DAN MASALAHDunia usaha di Indonesia meliputi perusahaan swasta na-

sional, perusahaan negara dan perusahaan asing yang bero- perasi di Indonesia. Pengusaha swasta nasional meliputi golongan142

Page 6: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

yang berbeda-beda tingkat kekuatannya. Sebagian besar per-usahaan swasta nasional terdiri dari golongan ekonomi lemah yang pada hakekatnya adalah golongan pribumi.

Karena faktor perkembangan sejarah rnaka golongan eko- nomi lemah walaupun jumlahnya banyak tetapi peranannya kecil dalam tata ekonomi Indonesia. Namun demikian sebagai keseluruhan peranan golongan ekonomi lemah adalah sangat penting. Hal ini disebabkan karena golongan ini mencakup ke-giatan bidang usaha yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat sehari-hari. Tanpa golongan ini arus lalu lintas barang dan jasa tersebut akan terhambat. Ka-renanya harus ditingkatkan daya guna serta kemampuan go- longan ini, khususnya golongan pribumi.

Dalam rangka memanfaatkan modal dan potensi untuk pem-bangunan, maka selama periode Repelita I telah diambil bebera- pa kebijaksanaan yang langsung maupun tidak langsung mendo- rong pengembangan dunia usaha. Kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut diselenggarakan dalam rangka pembinaan dunia usaha pada umumnya dan kegiatan penanaman modal pada khusus- nya, sejalan dengan prioritas pembangunan nasional. Kebijak-sanaan-kebijaksanaan tersebut mencakup segi-segi pemberian fasilitas usaha, perpajakan, perkreditan, devisa, kelembagaan, dan lain-lain.

Beberapa kebijaksanaan dituangkan dalam bentuk undang-undang dan peraturan perundangan yang menyangkut pengem-bangan dunia usaha.

Undang-undang No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Mo- dal Asing dan Undang-undang No. 6 tahun 1968 tentang Pe-nanaman Modal Dalam Negeri dimaksudkan untuk mendorong penanaman modal asing dan modal dalam negeri dengan mem-berikan beberapa fasilitas pembebasan atau keringanan perpa-jakan, bea masuk untuk pengimporan mesin dan peralatan, bea meterai modal, pemutihan modal, dan di samping itu pembe-basan atau keringanan bea masuk untuk bahan baku.

143

Page 7: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

Selama, periode Repelita I kedua Undang-undang tersebut telah dirobah masing-masing dengan Undang-undang No. 11 dan 12 tahun 1970 untuk disesuaikan dengan kebijaksanaan perpajakan.

Di bidang Undang-undang Perseroan telah diadakan pero- bahan fasal 54 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) yang membatasi hak suara pemegang saham sebanyak 6 buah menjadi satu saham satu suara dan dituangkan dalam Undang-undang No. 4 tahun 1971. Undang-undang ini merupakan per-aturan yang penting bagi berkembangnya dunia usaha. Dengan Undang-undang tersebut dapat dirintis penyempurnaan struk- tur usaha secara lebih sehat sehingga lembaga pasar modal sebagai tempat untuk menjual-belikan saham-saham perusahaan dapat dikembangkan.

Berdasarkan Undang-undang No. 9 tahun 1969 tentang Ben- tuk-bentuk Usaha Negara telah dilakukan penertiban dan pe-nyempurnaan di bidang perusahaan milik negara. Sesuai dengan fungsi masing-masing perusahaan negara maka ditetapkan ben- tuk perusahaan negara menjadi Perusahaan Jawatan, Perusa- haan Umum atau Perusahaan Perseroan. Mengingat luasnya peranan (perusahaan milik negara yaitu meliputi bidang per-dagangan, industri, perhubungan, pertambangan, keuangan, per-tanian dan konstruksi, maka penertiban dan penyempurnaan bentuk tersebut diselenggarakan secara bertahap.

Dengan penyempurnaan dan penertiban bentuk perusahaan tersebut di atas maka fungsi aparatur perekonomian negara menjadi makin jelas yaitu memberikan pengabdian dan pela- yanan kepada masyarakat dan membantu keuangan negara.

Untuk melancarkan penanaman modal maka dalam per- tengahan tahun 1973 diadakan penyederhanaan prosedur aplikasi penanaman modal dan sekaligus peningkatan Panitia Teknis Penanaman Modal (PTPM) menjadi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang mempunyai fungsi koordinasi yang lebih mantap. Dengan kebijaksanaan tersebut maka pro- sedur penanaman modal yang semula dilakukan secara ber-

144

Page 8: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

urutan, dalam mana tiap tahap dapat menghambat proses pengelolaan selanjutnya, disempurnakan menjadi prosedur yang lebih sederhana dan terkoordinasi, termasuk penyelesaian izin-izin yang diperlukan untuk penanaman modal.

Di sektor perpajakan telah diadakan beberapa perobahan kebijaksanaan yang dituangkan dalam tiga buah Undang-un- dang No. 8, 9 dan 10 tahun 1970, masing-masing tentang Pero-bahan dan Tambahan Ordonansi Pajak-pajak Perseroan 1925, Ordonansi Pajak Pendapatan 1944, dan Undang-undang Pajak Deviden 1959. Perobahan tersebut merupakan penyempurnaan peraturan-peraturan yang ada dan bertujuan antara lain untuk menciptakan iklim usaha yang lebih menarik. Perobahan ter- sebut meliputi antara lain penurunan tarip pajak perseroan dan pajak pendapatan, memperpanjang waktu kompensasi ke- rugian dan beberapa ketentuan fasilitas lainnya.

Berkaitan dengan penyempurnaan prosedur penanaman mo- dal, telah ditetapkam kebijaksanaan memperbaiki sistem tarif dan sekaligus disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan perdagangan internasional, yaitu dengan mengganti sistem tarif klasifikasi Jenewa 1937 dengan sistem klasifikasi Brussel Tariff Nomenclature (BTN). Penggantian sistem tersebut sangat mempermudah penggolongan barang modal dan barang imporlainnya.

Dalam rangka pengembangan dunia usaha maka mulai dise-diakan kredit investasi unituk pertama kalinya pada awal Re- pelita I. Penyediaan kredit investasi tersebut dimaksudkan un- tuk merehabilitasi dan memperluas kapasitas alat produksi se- jalan dengan prioritas pembangunan nasional. Fasilitas tersebut ternyata telah berhasil membantu pengembangan dunia usaha pada umumnya.

Di bidang produksi pangan disediakan kredit dengan bunga seperti kredit investasi. Dalam hubungan ini program Bimas merupakan wadah yang sangat penting dalam Repelita I bagi pembinaan golongan ekonomi lemah sektor pertanian. Petani pa- di, penyalur sarana produksi dan lembaga keuangan yang diper- lukan dibina melalui program Bimas tersebut.

145 410475 (10)

Page 9: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

Untuk mernbantu dunia usaha umumnya dan golongan eko- nomi lemah khususnya telah dibentuk beberapa lembaga keuangan yaitu PT Askrindo, PT Bahana. Di samping itu juga dibentuk Lembaga Jaminan Kredit Koperasi yang khusus menyediakan bantuan keuangan bagi perkernbangan perkope- rasian. Selanjutnya peningkatan perkoperasian dilakukan dengan pembentukan Badan Usaha Unit Desa dan Koperasi Unit Desa yang tersebar luas di daerah pedesaan.

Kebijiaksanaan di bidang devisa dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1970, yang ditujukan untuk lebih memperlancar pelaksanaan pembangunan dengan tetap meme- lihara stabilitas ekonomi serta menyempurnakan pengaturan pelaksanaan ekspar, impor, dan devisa. Tindakan yang dilakukan secara simultan dan integral antara bidang keuangan, perbankan dan perdagangan luar negeri tersebut memberikan dorongan yang besar pada sektor produksi, terutama produksi ekspor.

Sejalan dengan kebijaksanaan yang diambil dalam rangka menciptakan iklim usaha yang mantap seperti tersebut di atas maka dalam periode Repelita I telah diambil pula langkah- langkah lainnya di bidang lembaga keuangan yang langsung ataupun tidak langsung menunjang pengembangan dunia usaha, antara lain berupa: (a) penggabungan beberapa bank umum swasta dan asuransi (merger) ; (b) pemberian izin mendirikan cabang-cabang bank asing; (c) pendirian lernbaga pembiayaan pembangunan baru seperti Indonesian. Development Finance Company (IDFC) dan Private Development Finance Company of Indonesia (PDFCI) ; (d) pendirian 9 lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara-perantara penerbitan dan perda-gangan surat berharga, termasuk di dalamnya PT Bahana.

Langkah-langkah kebijaksanaan tersebut di atas dan kebi- jaksanaan ekonomi moneter dan fiskal yang mantap selama Repelita I, serta kebijaksanaan lainnya di bidang industri, perdagangaan, pertanian, perhubungan, prasarana dan lain-lain, merupakan faktor penting bagi pengembangan dunia usaha pada umumnya selama periode tersebut.

Page 10: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

146

Page 11: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

Laju pertumbuhan dunia usaha selama Repelita I dapat dilihat antara lain dari perkembangan PMDN dan PMA.

Jumlah PMA pada bulan Maret 1970 meliputi investasi sebe- sar US $ 1.162,3 juta dan pada akhir Repelita I meningkat menjadi US $ 3.000 juta, sedang PMDN pada Maret 1970 meli- puti investasi sebesar Rp. 64,4 milyar dan pada akhir Repelita I diperkirakan meningkat menjadi Rp. 1.400 milyar.

Perkembangan PMDN sejak diundangkan UUPMDN pada tahun 1968 sampai akhir 1973 meliputi rencana investasi sebesar Rp. 1.236 milyar dengan jumlah proyek sebanyak 1.816 buah.

Sektor industri merupakan sektor yang paling menarik bagi PMDN, yaitu meliputi 1.238 buah proyek dengan nilai rencana investasi sebesar Rp. 722,5 milyar. Rencana investasi sektor lainnya secara berturut-turut adalah: kehutanan (Rp. 148,1 milyar), pertanian (Rp. 96,5 milyar), jasa (Rp. 85,7 milyar) pariwisata (Rp. 83,0 milyar), perumahan dan perkantoran (Rp. 77,1 milyar) dlan pertambangan (Rp. 19,2 milyar).

Sebagian besar proyek PMDN berada di DKI Jaya, yaitu sebanyak 524 buah proyek, sedang di Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah masing-masing sebanyak 347, 201, dan 190; di daerah-daerah lain terdapat 574 buah proyek. Umumnya proyek-proyek PMDN adalah proyek-proyek yang cepat meng-hasilkan dan yang menyerap tenaga kerja.

Perkembangan PMA sejak diundangkannya UUPMA pada tahun 1967 sampai akhir 1973 meliputi 675 buah proyek yang disetujui dengan rencana investasi sebesar US $ 2.769,3 juta. Dalam jumlah ini tidak termasuk penanaman modal di bidang minyak bumi. Sektor pertambangan, industri dan kehutanan merupakan sektor - sektor yang relatif jauh lebih menarik bagiPMA. Sampai akhir 1973 jumlah investasi yang telah disetujui di sektor pertambangan berjumlah US $ 860,5 juta, di sektor industri sebesar US $ 1.031,2 juta dan di sektor kehutanan se- besar US $ 467,5 juta.

Di DKI Jaya terdapat 326 buah proyek PMA. Di Kalimantan Timur dan Irian Jaya jumlah proye k PMA relatif kecil, yaitu

147

Page 12: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,
Page 13: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

masing-masing 28 dan 9 buah proyek, namun nilai rencana investasinya cukup besar yaitu masing-masing US $ 305,1 juta dan US $ 436,7 juta.

Penanaman modal tersebut di atas hanya mencakup pena- naman modal swasta dalam negeri dan asing yang dilaksanakan dalam rangka Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri dan Undang-undang Penanaman Modal Asing. Jumlah-jumlah tersebut tidak mencakup penanaman modal dalam negeri yang tidak dilaksanakan melalui Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri, seperti misalnya penanaman modal yang dila-kukan oleh para petani, pedagang dan produsen kecil yang tidak mempergunakan fasilitas perpajakan yang diberikan oleh Undang-undang tersebut. Sebaliknya, semua modal asing yang ditanam di Indonesia harus dilakukan melalui Undang-undang Penanaman Modal Asing, sehingga uraian tersebut di atas mencakup semua penanaman modal asing yang dilaksanakan di Indonesia dalam Repelita I.

Perkembangan tersebut di atas memberikan gambaran bahwa berbagai-bagai kebijaksanaan di berbagai-bagai bidang dalam rangka mendorong perkembangan dunia usaha telah berhasil meningkatkan kegiatan dunia usaha. Selama Repelita I pena- naman modal dalam negeri dan modal asing cukup mengesankan dan telah banyak membantu proses pembangunan dengan meng-hasilkan barang dan jasa yang diperlukan masyarakat. Dalam Repelita II diusahakan tercapainya pertumbuhan dunia usaha yang serasi dan seimbang antara golongan pengusaha nasional dan asing dan antar pengusaha nasional sendiri, khususnya antara golongan pengusaha pribumi dan non-pribumi.

Meskipun fasilitas yang diberikan melalui Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri tidak membedakan golongan ekanomi kuat dan lemah, pada hakekatnya sebagian besar pengusaha nasional yang menggunakan fasilitas Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri termasuk golongan ekonomi kuat. Tambahan pula, sebagian besar dari golongan ekonomi kuat tidak termasuk golongan pribumi. Pada umumnya mereka

Page 14: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

148

Page 15: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

ini memiliki modal yang kuat dan ketrampilan yang lebih dari golongan pribumi.

Golongan ekonomi lemah yang merupakan bagian terbesar pengusaha nasional melakukan kegiatan usaha hampir di seluruh sektor pembangunan, terutama di sektor pertanian, industri kecil, perdagangan dan penjualan jasa lainnya. Karena kecilnya unit usaha, maka mereka tidak bisa memanfaatkan fasilitas fiskal yang disediakan melalui Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri. Tambahan pula pada umumnya usaha mereka tidak mempunyai administrasi keuangan yang baik dan sebagian besar belum merupakan badan Hukum. Hal ini juga mempersukar kemungkinan mereka memperoleh kredit inves- tasi.

Sementara itu dalam usaha campuran (joint venture), peng-usaha asing lebih banyak memilih partner nasional yang tidak termasuk golongan pribumi. Hal ini disebabkan karena kele-mahan permodalan golongan pribumi. Sebaliknya kenyataan tersebut di atas telah memperkuat kedudukan golongan na- sional yang tidak termasuk golongan pribumi, yang mengaki-batkan tidak seimbangnya struktur dunia usaha. Selama Re- pelita II akan diambil langkah-langkah untuk mencegah berlangsungnya hal-hal tersebut. Dalam pada itu lokasi penanaman modal asing maupun dalam

negeri masih terlalu berorientasi pada kota-kota besar tertentu. Hal ini telah menimbulkan tekanan pada prasarana kota-kota besar tersebut. Tambahan pula, konsentrasi penanaman modal membahayakan lingkungan hidup kota-kota besar tersebut. Di samping itu, pemusatan penanaman modal pada kota-kota ter- tentu telah menimbulkan ketidak seimbangan kegiatan investasi antardaerah. Pada dasarnya hambatan bagi pengembangan dunia

usaha selama Repelita I berkisar pada berbagai masalah baik yang dari luar dunia usaha dan yang sifatnya umum maupun yang bersumber dari dalam dunia usaha itu sendiri. Masalah yang sifatnya umum berupa sarana dan prasarana yang iperlukan bagi pengembangan dunia usaha, seperti sarana

149

Page 16: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

yang berupa peraturan dan prasarana fisik. Sarana peraturan perundangan sering kurang lengkap dan kurang sesuai dengan kebutuhan pengembangan dunia usaha secara sehat dan mode- ren. Di samping itu sistem administrasi dan prosedur belum sepenuhnya menunjang berkembangnya usaha dan bahkan tidak jarang membawa efek tambahan biaya bagi usahanya. Hal ini dapat mematikan semangat berusaha itu sendiri.

Di bidang prasarana fisik, walaupun telah banyak hasil reha-bilatasi dan pembangunan selama Repelita I, seperti prasarana jalan, angkutan darat, perhubungan laut, udara dan telekomu- nikasi, namun belum cukup mampu menunjang pertumbuhan dunia usaha yang berkembang dengan pesat secara menyeluruh. Dalam hubungan ini, luasnya wilayah Indonesia beserta ter- sebarnya potensi ekonomi yang belum cukup disertai dengan fasilitas komunikasi yang memadai telah menyebabkan adanya kecenderungan bagi dunia usaha untuk menempatkan usahanya ditempat yang mempunyai sistem komunikasi yang, relatif lebih baik. Keadaan ini menghambat pemerataan kegiatan usaha ke daerah-daerah.

Masalah yang dihadapi di dalam dunia usaha dan dialami oleh pengusaha menengah umumnya dan golongan ekonomi lemah pada khususnya berkisar pada masalah permodalan, kemampuan dan ketrampilan beroperasi serta management, bentuk perusahaan dan terbatasnya pasaran.

Masalah permodalan yang dihadapi pengusaha dalam negeri khususnya golongan ekonomi lemah mencakup aspek sumber permodalan, masalah pembiayaan usaha, dan masalah penge- rahan modal.

Permodalan dan pembiayaan usaha dapat diperoleh dari bebe- rapa sumber, antara lain: (a) modal sendiri dari pemilik saham atau pemilik perusahaan, (b) modall sendiri berupa bagian laba yang ditanam kembali, (c) kredit investasi dari bank, dan (d) pinjaman dari pihak ketiga yang dapat diperoleh dengan menge- luarkan surat-surat berharga, dari dalam maupun luar negeri.

150

Page 17: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

Keempat sumber tersebut memang dapat dimanfaatkan oleh dunia usaha untuk meningkatkan kegiatannya, namun bagi pengusaha golongan ekonomi lemah dirasa sulit untuk meme- nuhi persyaratan yang diperlukan. Hal ini disebaibkan karena perusahaan golongan ekonomi lemah umumnya adalah perusa- haan perorangan atau perusahaan tertutup. Perusahaan demi- kian umumnya mengalami kesulitan, misalnya di dalam memenuhi persyaratan pembiayaan sendiri sebesar 25 % dari modal investasi yang dimintakan kredit dari perbankan. Selama sifat perusahaan masih tertutup serta lembaga keuangan yang mengelola penjualbelian saham-saham dan lembaga keuangan perantara lainnya belum bekerja secara efektif maka sumber-aumber permoclalan dari pinjaman pihak ketiga lainnya yang bersumber dari dalam maupun luar negeri masih akan sulit diselenggarakan.

Usaha membantu keperluan modal para pengusaha golongan ekonomi lemah telah dilaksanakann dalam Repelita I dengan mendirikan PT BAHANA dan PT ASKRINDO. Namun selama Repelita I kedua Lembaga keuangan tersebut masih dalam taraf permulaan.

Masalah pengerahan modal dalam bentuk lainnya juga masih sulit diselenggarakan, karena lembaga-lembaga keuangan yang bergerak di bidang jual beli saham (under writing) dan lembaga pasar modal baru dimulai.

Masalah kekurangan keahlian, ketrampilan dan pengalaman mengurus dan memimpin perusahaan merupakan masalah kedua yang dihadapi pengusaha swasta nasional umumnya dan pengusaha pribumi khususnya. Pada umumnya timbuinya masa- lah tersebut berhubungan dengan pemilikan perusahaan oleh perorangan atau kelompok keluarga sehingga kemampuan mereka dalam mengelola perusahaannya sangat terbatas. Demikian juga ketrampilan dalam teknik produksi serta keahlian dalam memasarkan hasil produksinya sangat terbatas pula. Kelangsungan hidup perusahaan umumnya semata-mata

151

Page 18: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

berdasar pada pertimbangan-pertimbangan jangka pendek dan tradisionil serta hanya berdasar pengalaman-pengalaman yang ada.

Letak masalahnya dengan demikian ada pada struktur usaha yang pada dirinya mempunyai kelemahan di bidang permodalan dan keahlian management dan teknis.

Kecilnya perusahaan serta cara beroperasi secara tertutup sangat menghambat usaha untuk memperbesar perusahaan, termasuk membatasi kemampuan mobilisasi dana dan kemam- puan meningkatkan pemasaran hasil produksinya. Volume usaha yang kurang efisien menyebabkan biaya usaha rnenjadi tinggi.

Masalah pemasaran hasil produksi golongan ekonomi lemah berkisar pada hal-hal sebagai berikut: terbatasnya pemasaran oleh karena terbatasnya modal dan sarana, kekurangan penge- tahuan para pengusaha mengenai prospek pemasaran, pola konsumsi masyarakat dan pola ekspor, serta beratnya per- saingan dari perusahaan-perusahaan besar dalam dan luar negeri.

III. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAHKegiatan dunia usaha di dalam Repelita 11 akan terus mene-

rus didorong untuk maju berkembang, sesuai dengam pertum- buhan ekonomi sebagai hasil pembangunan. Di samping itu dilakukan pula pengarahan dan bimbingan agar dunia usaha dengan semua unsur yang termasuk di dalamnya dapat berkem-bang secara serasi.

Dunia usaha meliputi perusahaan nasional, yang lebih lanjut terdiri dari perusahaan swasta nasional pribumi dan non-pribu- mi, perusahaan milik negara serta perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia. Karena adanya perbedaan dalam besar- nya peranan dan pertumbuhan daripada golongan-golongan tersebut, maka perlu diusahakan tercapainya imbangan yang wajar dan serasi di antara mereka melalui berbagai kebijaksa- naan yang mendorong kearah itu. Dalam hubungan ini karena

152

Page 19: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

pengusaha nasiona1 golongan ekonomi lemah, terutama golongan pribumi, di dalam pertumbuhannya selalu tertinggal dibanding dengan yang lain, maka laju perkembangan golongan tersebut akan diusahakan sedemikian rupa sehingga secara bertahap dapat mengejar ketinggalannya.

Pengembangan golongan pengusaha,nasional sejalan pula dengan kebijaksanaan untuk memperluas kesempatan kerja. Di samping itu dengan meningkatnya usaha-usaha pembangun- an dalam Repelita II dibutuhkan perkembangan dunia usaha yang dapat memenuhi permintaan akan jasa mereka dari selu- ruh masyarakat. Tambahan pula pembangunan daerah pedesa- an dan kota-kota kecil, yang harus disi o1eh pengusaha-peng- usaha nasional. Akhirnya, pertumbuhan pengusaha nasional yang pesat akan memperkuat sendi kehidupan sosial dan pembinaan kehidupan demokrasi Pancasila.

Sementara itu perlu dijaga agar supaya pengembangan sek- tor nasional membawa serta pula pertumbuhan aparat produksi nasional yang sungguh efisien. Pengalaman di masa lampau menunjukkan bahwa ,suatu aparat produksi dan perdagangan yang tidak efisien akan merupakan beban berat yang harus dipikul oleh rakyat Indonesia.

Peranan modal asing khususnya diarahkan kepada sektor-sektor di mana kemampuan dan faktor-faktor produksi yang mereka bawa masih belum dimiliki oleh kemampuan nasional. Untuk mencegah ketergantungan yang terus-menerus maka dikembangkan kebijaksanaan yang dapat membina kemampu- an nasional di sektor-sektor yang bersangkutan dalam waktu yang singkat.

Sementara itu akan dicegah terjadinya persaingan yang tidak sehat dan bersifat merugikan antara pengusaha asing dan pengusaha nasional, serta antar pengusaha nasional sendiri. Dalam rangka ini maka beberapa sektor pembangunan tertentu dinyatakan tertutup bagi modal asing. Di sampiing itu dikembangkan bentuk-benituk usaha bersama (joint venture) dengan

153

Page 20: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

persyaratan yang menjamin bahwa peranan pihak Indonesia dalam pemilikan, pimpinan dan lain-lainnya semakin mening- kat.

Mengingat masalah yang dihadapi dunia usaha umumnya dan golongan ekonomi lemah khususnya serta sesuai dengan arah dan tujuan Repelita II, maka kebijaksanaan pengembang- an dunia usaha di dalam Repelita II diarahkan kepada hal-hal sebagai berikut: (1) Meningkatkan kegiatan dunia usaha pada umumnya; (2) Meningkatkan peranan golongan ekonomi lemah, khususnya golongan pribumi serta kegiatan koperasi; (3) Mengutamakan pengembangan usaha yang banyak menye- rap tenaga kerja; dan (4) Meningkatkan kegiatan usaha ke daerah.

A. MENINGKATKAN KEGIATAN DUNIA USAHA PADA UMUMNYA

1. Penciptaan iklim berusaha yang sehat

Kebijaksanaan mengenai pengembangan dunia usaha melipu- ti hal-hal yang bersifat umum dalam arti, penciptaan iklim ber- usaha yang mendorong kegiatan yang produktif serta diutama- kan, dan hal-hal yang lebih khusus untuk mengarahkan dunia usaha kepada berbagai sasaran yang telah digariskan.

Untuk tercapainya sasaran tersebut diperlukan berbagai langkah kebijaksanaan yang secara langsung dan tidak lang- sung akan menciptakan iklim sebaik-baiknya bagi dunia usaha. Penciptaan iklim yang demikian telah dimulai di dalam Repe- lita I, bahkan sejak dimulainya Orde Baru, dan akan terus di- tingkatkan di dalam Repelita II.

Kestabilan politik dan kestabilan ekonomi adalah landasan pokok bagi suasana yang mendorong kegiatan dunia usaha. Langkah kebijaksanaan di bidang moneter, anggaran negara, dan langkah lain yang lebih langsung untuk menciptakan dan meningkatkan kestabilan ekonomi berperanan sebagai pendo-

154

Page 21: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

rong peningkatan kegiatan. Di samping itu, pertumbuhan eko- nomi sendiri, sebagai akibat daripada kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini, telah ikut mendorong terciptanya iklim yang sehat bagi dunia usaha.

Di dalam perekonomian dunia dewasa ini yang diliputi oleh berbagai macam krisis dan kegoncangan, maka kebijaksanaan untuk membendung pengaruh tersebut agar tidak merugikan kegiatan dunia usaha kita akan menjadi lebih penting lagi. Se- gala usaha dengan menggunakan segala sarana yang ada di bidang moneter, anggaran negara dan sarana lain perlu dilak- sanakan untuk menghilangkan ketidakpastian usaha dan lebih jauh lagi mendorong dunia usaha agar terus meningkat dan berkembang di dalam Repelita II dan seterusnya di masa men- datang. Karena pertumbuhan dan kestabilan ekonomi saling mempengaruhi, maka dorongan kegiatan dunia usaha ini juga harus memperhatikan kestabilan ekonomi itu sendiri. Kestabilan ekonomi merupakan sarana untuk penciptaan iklim bagi pe-ngembangan dunia usaha, dan sebaliknya pertumbuhan kegi- atan dunia usaha itu sendiri harus selalu diperhatikan agar tidak sampai membahayakan; kestabilan ekonomi, melainkan justru lebih memantapkannya.

Kebijaksanaan untuk menciptakan iklim berusaha yang baik ini meliputi pula usaha untuk menjamin kestabilan nilai rupiah dan dalam hubungannya dengan. valuta asing menjamin adanya konvertibilitas penuh daripada mata uang kita. Kestabulan nilai dan adanya konvertibilitas penuh daripada rupiah jelas menun- jang adanya kepastian berusaha di dalam perekonomian. Kebijaksanaan ini akan diteruskan dan ditingkatkan di dalam Rerpelita II untuk lebih menjamin iklim yang sehat bagi dunia usaha.

Di dalam kebijaksanaan umum untuk menciptakan iklim berusaha yang sehat ini termasuk pula segala kegiatan yang mempunyai akibat menurunkan ongkos berusaha (produksi) dan melancarkan proses kegiatan dunia usaha. Tingkat ongkos berusaha secara relatif masih tinggi karena prasarana yang

155

Page 22: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

belum mencukupi, jasa-jasa penunjang kegiatan berusaha yang masih belum sempurna dan pelayanan administrasi yang masih memerlukan penyempurnaan. Sehubungan dengan ini, maka kegiatan pembangunan dan penyempurnaan sarana dan prasa- rana yang melayani kepentingan dunia usaha akan terus diting- katkan dan disempurnakan.

Pembangunan prasarana fisik seperti jalan-jalan, jembatan, pelabuhan, segala jaringan perhubungan dan telekomunikasi, tenaga listrik, dan sebagainya akan terus ditingkatkan untuk menunjang terciptanya iklim berusaha yang sehat. Demikian pula pembangunan prasarana kelembagaan dan administrasi, seperti penyempurnaan administrasi lembaga-lembaga pemerin- tah, perbankan, dan perasuransian akan terus dilanjutkan un- tuk mencapai maksud yang sama. tidak kalah pentnngnya juga adalah penyempurnaan dan perbaikan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan yang mendorong peningkatan kegiatan berusaha tersebut.

2. Bimbingan dan pengarahan dunia usaha pada umumnya

Potensi ekonomi Indonesia yang belum digarap serta kapasi- tas produksi dan investasi yang belum dimanfaatkan secara penuh merupakan sasaran penting bagi peningkatan peranan dan produksi dunia usaha. Walaupun telah mengalami rehabi- litasi selama Repelita I, bidang produksi masih dapat dikem- bangkan dengan jalan peningkatan produktivitas dan efisitensi.

Dengan menggunakan teknologi yang lebih memadai, ham- batan dalam proses produksi dapat diatasi, dan produksi dapat diperbesar dengan tambahan investasi yang relatif kecil. Pe-ningkatan efisiensi tidaklah identik dengan rasionalisasi. Yang diusahakan ialah agar dengan jumlah buruh yang sama dapat menghasilkan produksi yamg lebih besar karena adanya per- baikan dalam pembagian pekerjaan, pengawasan, dan pimpinan.

Guna menggairahkan investasi, maka pertama-tama yang di-perhatikan adalah kemungkinan re-investasi dari laba oleh per- usahaan yang bersangkutan dengan memberikan fasilitas fiskal dan fasilatas lain. Di samping itu dengan berdirinya lembaga-

Page 23: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

156

Page 24: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

lembaga keuangan baru akan tersedia kesempatan yang lebih luas untuk memperoleh modal investasi tidak saja untuk per- usahaan besar, tetapi juga bagi perusahaan kecil dan menengah.

Kemampuan berorganisasi dan management merupakan sya- rat penting bagi berhasilnya pengembangan dunia usaha. Untuk memperbesar kemampuan ini peranan lembaga-lembaga sebagai pusat-pusat pengelolaan (management centers) akan ditingkat- kan. Dalam hubungan ini akan dimanfaatkan organisasi profesi di samping perguruan tinggi dan lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan. Tujuan utama dari lembaga-lembaga ter- sebut ialah menyediakan jasa-jasa guna mengembangkan se- mangat berusaha yang disertai dengan keahlian berorganisasi dan management. Lembaga-lembaga tersebut selain memberikan latihan-latihan kepemimpinan perusahaan juga dapat berpe- ranan sebagai pusat-pusat penyuluhan. Kepada dunia usaha dapat diberikan penerangan mengenai investasi pemerintah maupun swasta yang dapat dimanfaatkan oleh dunia usaha, keterangan mengenai pasaran luar negeri, dan sebagainya.

Dalam rangka memajukan pemasaran hasil industri dalam negeri telah diusahakan untuk sejauh mungkin memenuhi ke-butuhan belanja barang pemerintah dengan barang-barang pro- duksi dalam negeri. Dalam Repelita II kebijaksanaan ini akan tetap diteruskan, malahan ditingkatkan. Tambahan pula dalam melaksanakan program pembangunannya, pemerintah akan me- ningkatkan penggunaan jasa-jasa pengusaha nasional (kontrak- tor dan konsultan) sesuai dengan kemampuan yang ada. Dalam hal pengusaha nasional tidak sepenuhnya mampu mengerjakan sendiri, mereka dapat bekerja sama dengan pemberi-pemberi jasa sejenis dari luar negeri. Dengan demikian pengusaha-pengu- saha nasional akan berkesempatan untuk memperoleh lebih banyak pengalaman.

Dalam rangka pengarahan dan bimbingan umum bagi pening- katan dunia usaha ditentukan pokok-pokok kebijaksanaan di bidang usaha, permodalan, fiskal dan moneter, pengaturan per- undangan dan kelembagaan, perluasan kesempatan kerja, serta penyebaran kegiatan usaha ke daerah.

157

Page 25: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

(i) Pengarahan bidang usaha

Untuk memungkinkan tercapainya tujuan pembangunan perlu ada pembidangan usaha dalam arti ada bidang-bidang yang di- prioritaskan, ada bidang-bidang yang terbuka dan ada yang tertutup. Dalam rangka tercapainya tujuan pengembangan dunia usaha tersebut di atas maka pembidangan ini berbeda- beda untuk masing-masing golongan pengusaha.

Khusus untuk penanaman modal asing di samping adanya ketentuan di dalam perundang-undangan mengenai sektor- sektor yang tertutup ditentukan pula sektor-sektor lain yang juga tertutup. Penutupan ini meliputi pertama, bidang-bidang yang sudah jenuh agar jangan terjadi kapasitas yang berlebih di dalam bidang tersebut, dan kedua, bidang-bidang tertentu yang hendak disediakan bagi usaha nasional. Dalam hubungan ini kemampuan dunia usaha nasional untuk bergerak d sektor- sektor tersebut akan ditingkatkan.

Selanjutnya ada bidang-bidang yang terbuka bagi penanaman modal asing, tetapi tidak disediakan lagi fasilitas seperti masa bebas pajak, bebas bea masuk, dan sebagainya. Kemudian ada bidang-bidang yang terbuka bagi penanaman modal asing dan masih memperoleh fasilitas tertentu. Akhirnya ada pula bidang bidang yang terbuka bagi penanaman modal asing dan yang merupakan bidang-bidang prioritas. Di dalam bidang-bidang prioritas diberikan fasilitas-fasilitas yang lebih menarik. Bidang- bidang prioritas ini adalah bidang-bidang yang sangat diperlu- kan bagi perkembangan perekonomian kita sedangkan pengu- saha nasional belum mampu menyelenggarakannya. Dengan de- mikian ada empat bidang, yaitu yang sama sekali tertutup, yang terbuka tanpa fasilitas, yang terbuka dengan fasilitas dan yang termasuk prioritas.

Mengenai pengusaha-pengusaha nasional yang akan menggu- nakan fasilitas-fasilitas PMDN juga akan ada ketentuan-keten- tuan menurut bidang usaha, yaitu bidang usaha yang ditutup, bidang usaha yang terbuka tanpa fasilitas, bidang usaha yang

158

Page 26: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

terbuka dengan fasiltas dan bidang usaha prioritas. Suatu con- toh bidang usaha yang tertutup ialah industri minyak kelapa, oleh karena dewasa ini sudah terlalu banyak perusahaan yang berusaha di dalam bidang tersebut, sehingga sebagian terpaksa tidak dapat bekerja dengan kapasitas penuh.

Khusus untuk perusahaan-perusahaan negara pengembangan- nya akan diutamakan pada bidang-bidang yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak, serta bidang- bidang usaha yang berada di luar kemampuan swasta untuk menyelenggarakannya. Diharapkan bahwa penyertaan perusa- haan negara di bidang-bidang tersebut akan mendorong tumbuhnya atau meluasnya berbagai usaha lainnya.

Selain pembatasan bidang usaha akan dilaksanakan juga pem- batasan lokasi bagi penanaman modal asing dan dalam negeri. Di dalam rangka mengurangi perbedaan di dalam laju pemba- ngunan antar daerah, maka kepada pengusaha yang bersedia menanam modal di daerah-daerah tertentu dapat diberikan fa- silitas yang lebih menarik.

Pembatasan lokasi penanaman modal untuk suatu tempat akan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi pemborosan yang tidak perlu, karena pemanfaatan yang tidak penuh dari prasarana industri yang telah ada di tempat tersebut, seperti misalnya daerah industrial estate. Di pihak lain penu- tupan lokasi industri akan disertai ponyediaan prasarana pengembangan dunia usaha di tempat lain. Dalam hubungan ini akan dibangun industrial estate di beberapa kota, antara lain Surabaya, Cilacap, dan Medan.

Ketentuan mengenai pembidangan usaha dalam rangka PMDN dan PMA akan ditinjau secara berkala untuk disesuai - kan dengan perkembangan pembangunan.

(ii) Pengarahan pemilikan modalModal yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar

ne- geri merupakan faktor produksi yang langka. Karenanya penggunaan modal untuk mengembangkan dunia usaha harus

159 .

Page 27: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

159

Page 28: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

dilaksanakan sebaik-baiknya dan harus dicegah penggunaan modal yang tidak efisien. Dalam hubungan ini selama Repe- lita 11 pemanfaatan modal akan dibina dengan terarah.

Kelangkaan modal di dalam negeri membawa akibat masih diperlukannya penanaman modal asing. Selama Repelita II akan lebih ditingkatkan usaha untuk mencapai keseimbangan yang wajar antara pengusaha asing dan pengusaha nasional.

Penanaman modal asing baru yang berbentuk perusahaan campuran akan mempunyai partner golongan pribumi. Selan- jutnya diusahakan untuk mempercepat perbaikan perimbang- an saham atau modal sehingga peserta Indonesia dapat dina- ikkan bagian sahamnya. Apabila penyertaan Indonesia dalam suatu perusahaan campuran yang sudah ada adalah golongan nonpribumi maka diusahakan agar sedikit-dikitnya lima puluh prosen dari penyertaan Indonesia tadi adalah pribumi.

Mengenai modal didalam perusahaan PMDN, artinya peru- sahaan yang memperoleh keringanan pajak dan bea masuk, maka perusahaan PMDN non-pribumi lambat laun harus ber- kembang sehingga terdapat perbandingan pemilikan saham yang sama jumlahnya antara pribumi dan non-pribumi.

Langkah-langkah untuk mencapai hal tersebut sudah tentu memerlukan waktu karena terbatasnya kemampuan permodal- an golongan pribumi. Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan antara lain didorong melalui fasilitas pasaran modal.

(iii) Kebijaksanaan di bidang fiskal dan moneterPeningkatan kegairahan berusaha antara lain dilaksanakan

dengan berbagai kebijaksanaan fiskal. Dalam hal ini diusaha- kan untuk mencapai suatu keseimbangan antara kepentingan pengusaha di satu pihak dan kepentingan penerimaan negara di lain pihak. Di samping itu diperhatikan pula kepentingan golongan konsumen dengan sejauh mungkin mencegah menu- runnya jasa-jasa yang diberikan oleh dunia usaha kepada160

Page 29: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

mereka, dan dengan mencegah terjadinya kekuasaan monopoli yang tidak sehat.

Adapun pemberian insentif fiskal di dalam Repelita II akan dilaksanakan secara selektif. Pemberian insentif fiskal akan dilakukan terutama kepada usaha golongan ekonomi lemah, usaha yang banyak menyerap tenaga kerja dan yang mendo- rong pertumbuhan ekonomi daerah. Sejalan dengan ini juga akan diusahakan untuk menghilangkan unsur-unsur fiskal yang merupakan penghalang terhadap pertumbuhan kegiatan go-longan produsen kecil dan menengah serta yang mendorong penggunaan barang modal secara berlebihan.Fasilitas bebas pajak dan bea masuk bagi penanaman

modal asing baru akan dibatasi sehingga perusahaan-perusahaan yang sudah ada tidak akan memperoleh saingan yang berlebih- an dari perusahaan-perusahaan yang baru.

Untuk penanaman modal baru dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri masih dapat diberikan fasilitas fiskal, terutama untuk bidang-bidang yang diprioritaskan.

Kebijaksanaan suku bunga yang aktif dan kebijaksanaan perkreditan akan terus disempurnakan guna memberikan dorongan dan pengarahan dunia usaha agar berkembang sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan. Masalah yang dihadapi oleh dunia usaha, terutama oleh golongan ekonomi lemah, ada- lah kurangnya keahlian di dalam pemasaran, kelemahan di bidang organisasi dan management, serta terbatasnya kemam- puan untuk memperoleh modal dari luar yang sangat mereka butuhkan. Kebijaksanaan perkreditan yang diarahkan untuk mernbantu golongan ekonomi lemah akan terus ditingkatkan dan disempurnakan di dalam Repelita II, baik yang berupa kredit investasi maupun kredit untuk modal kerja permanen dan kredit desa untuk para pengusaha kecil. Untuk lebih me- ningkatkan partisipasi golongan pribumi dalam PMDN maka kredit investasi dari bank-bank pemerintah hanya diberikan pada pribumi.

161410475 (11)

Page 30: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

(iv) Penyempurnaan pengaturan perundanganBeberapa masalah penting yang berhubungan dengan ber-

kembangnya dunia usaha berkisar pada peraturan perundangan yang belum cukup menunjang perkembangannya. Demikian pula usaha untuk memberikan pengarahan dan bimbingan banyak tergantung kepada peraturan dan perundangan terse- but.

Secara umum kebijaksanaan di bidang perbaikan dan penyempurnaan peraturan perundangan ditujukan untuk me- menuhi kebutuhan landasan hukum bagi kedudukan dan peningkatan dunia usaha.

Kesimpangsiuran peraturan perundangan sangat mengham- bat perkembangan dunia usaha. Demikian pula duplikasi atau- pun tidak adanya peraturan perundangan yang mantap mem- punyai akibat yang sama. Sehubungan dengan itu dalam Repelita II diambil langkah-langkah untuk menyempurnakan peraturan perundangan yang menyangkut pengembangan dunia usaha.

(v) Pembentukan dan penyempurnaan kelembagaanLembaga-lembaga keuangan seperti lembaga pembiayaan

pembangunan, lembaga perantara penerbitan dan perdagangan surat berharga, dan lembaga keuangan lainnya akan terus di- perkuat dan disempurnakan untuk melayani pengembangan dunia usaha di dalam Repelita II. Di samping itu penjajagan dan pembangunan lembaga-lembaga baru, seperti perasuransian, pasar uang dan modal, dan sebagainya akan diteruskan.

Lembaga yang mengelola penanaman modal, yang telah di- sempurnakan dalam bentuk BKPM akan terus ditingkatkan peranannya dalam memberikan pengarahan dan bimbingan kepada dunia usaha. Lembaga-lembaga lain seperti Lembaga Pengembangan Ekspor Nasional (LPEN) dan organisasi dunia usaha seperti KADIN akan terus dikembangkan agar dapat memberikan jasa-jasa yang menunjang pengembangan dunia usaha.

Page 31: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

162

Page 32: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

Tidak kalah pentingnya didalam hal ini adalah penyempur-naan administrasi pemerintah yang secara langsung ataupun tidak mempengaruhi penkembangan dunia usaha.

Dalam hubungan ini kegiatan-kegiatan penyuluhan dan bim-bingan dilakukan secara terkoordinir. Selanjutnya pembinaan dan bantuan kepada dunia usaha dilaksanakan melalui salur- an yang sederhana dan pendek, tetapi efektif dan efisien. Hal ini antara lain menyangkut perijinan usaha dan perkreditan.

Demikian pula adalah penting sekali adanya pengawasan yang efektif terhadap peraturan-peraturan yang ditetapkan disertai dengan sangsi yang setimpal. Di lain pihak dihindarkan pengawasan yang berlebihan sehingga memberatkan dunia usaha dalam arti waktu dan biaya.

(vi) Perluasan kesempatan kerja

Salah satu tujuan pembangunan nasional dalam Repelita II, adalah memperluas lapangan kerja di samping meningkatkan produksi dan tujuan-tujuan lainnya. Karenanya pengembangan dunia usaha harus ditujukan pula kepada mempercepat pertumbuhan lapangan kerja.

Besar kecilnya lapangan kerja yang diciptakan tergantung dari laju pertumbuhan dunia usaha dan teknologi yang digu- nakan. Bertambah padat karya sifat teknologi yang diguna- kan bertambah besar tenaga yang dapat diserap.

Dalam pengembangan dunia usaha akan diberikan prioritas pada usaha-usaha yang mempunyai daya serap tenaga kerja yang tinggi. Kebijaksanaan ini terutama akan diterapkan pada usaha-usaha yang mempunyai lebih dari satu alternatif dalam pemilihan teknologi, yang masing-masing mempunyai daya serap kerja yang berbeda-beda. Ini tidak berarti menutup kemungkinan-kemungkinan pengembangan usaha padat modal, apabila satu-satunya teknologi yang ada untuk usaha tersebut bersifat padat modal dan apabila usaha tersebut mempunyai peranan yang besar dalam proses pembangunan.

Page 33: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

163

Page 34: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

Mengenai bidang tenaga, maka penanaman modal asing harus sebanyak mungkin menggunakan tenaga Indonesia. Secara berencana mereka harus meningkatkan jumlah tenaga Indonesia di dalam perusahaannya dan bilamana belum cukup tersedia tenaga Indonesia di bidang-bidang tertentu, maka penanam modal asing wajib mendidik tenaga Indonesia. Pendidikan itu dapat dilaksanakan sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan ataupun dengan menyediakan biaya untuk pendidikan tenaga- tenaga Indonesia guna mengikuti sekolah, latihan, kursus dan sebagainya.

Dalam hubungan ini sejumlah jabatan tertentu dinyatakan tertutup bagi tenaga-tenaga asing. Jabatan-jabatan yang masih memerlukan tenaga asing akan diberikan ketentuan batas waktu bilamana tenaga-tenaga tersebut harus diganti oleh tenaga-tenaga Indonesia.

(vii) Penyebaran ke daerah-daerah

Penyebaran ke daerah-daerah adalah sejalan dengan sasaran peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah-daerah dan pemba- gian yang merata dari hasil-hasil produksi serta perluasan kerja secara keseluruhan. Hal ini sesuai pula dengan tujuan untuk menggerakkan seluruh kemampuan, membina swadaya serta merangsang prakarsa dan partisipasi seluruh masyarakat Indo- nesia dalam pembangunan.

Peningkatan penyebaran kegiatan usaha ke daerah-daerah memerlukan jaminan kelancaran usaha di bidang produksi dan pemasaran secara mantap. Dalam hubungan ini peranan fasi- litas prasarana perhubungan darat, laut dan udara, telekomu-nikasi maupun prasarana tenaga listrik yang tersedia dl daerah-daerah sangat menentukan. Pembangunan prasarana diarahkan untuk mendorong penyebaran dunia usaha ke daerah-daerah sesuai dengan potensi daerah yang bersangkutan. Penyebaran prasarana tersebut akan mengurangi pemusatan usaha-usaha pada daerah-daerah tertentu yang relatif memiliki prasarana

164

Page 35: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

dan fasilitas yang lebih lengkap. Penyebaran prasarana ter- sebut meliputi pula, di pergudangan, pengangkutan, pengolah- an, dan sebagainya.

Sehubungan dengan kebijaksanaan penyebaran kegiatan usa- ha ke daerah dalam Repelita II maka di samping melanjutkan pembangunan wilayah industri (industrial, estates) di Jakarta akan dibangun pula wilayah-wilayah industri di Medan, Cila-cap, dan Surabaya.

Kebijaksanaan penting lainnya yang akan ditempuh adalah menutup daerah tertentu bagi jenis usaha tertentu dan mengarahkannya ke daerah lainnya. Berbagai kebijaksanaan terma- suk kebijaksanaan fiskal dan perkreditan akan dipergunakan untuk merangsang pengusaha agar bersedia membuka usaha- nya di daerah.

B. MENINGKATKAN PERANAN GOLONGAN EKO- NOMI LEMAH

Golongan ekonomi lemah yang hakekatnya adalah golongan pribumi merupakan bagian terbesar dari kalangan pengusaha nasional. Meskipun golongan ekonomi lemah jumlahnya besar, namun dalam tata ekonomi Indonesia belum memainkan pera- nan yang berarti. Dalam rangka memanfaatkan segenap kemampuan modal dan potensi dalam negeri, sebagaimana ditetapkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, akan di- ambil langkah-langkah untuk membantu, membimbing pertum-buhan, dan meningkatkan kemampuan yang lebih besar dari golongan ekonomi lemah untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan agar mereka mampu memainkan peranan yang sesungguhnya dalam tata ekonomi Indonesia.

Dengan demikian, maka Repelita II mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada pengusa- ha-pengusaha kecil dan .menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya dalam rangka memperluas pengikut- sertaan golongan ekonomi lemah dalam ruang lingkup tang-

Page 36: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

165

Page 37: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

gung jawab yang lebih besar, dengan jalan mengusahakan kesempatan untuk dapat memperkuat permodalannya, mening-katkan keahliannya untuk mengurus perusahaannya dan kesempatan untuk memperbesar hasil produksinya. Dalam hubungan ini koperasi sebagai salah satu wadah penghimpun kekuatan ekonomi lemah akan lebih ditingkatkan peranan serta kemampuannya melalui program yang menyeluruh, dengan mengutamakan koperasi-koperasi produksi di bidang-bidang pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan rakyat, dan kerajinan tangan.

Golongan ekonomi lemah sesungguhnya mempunyai potensi yang besar untuk berkembang. Perusahaan-perusahaan golong- an ekonomi lemah berada tersebar di seluruh Indonesia, teruta- ma di daerah-daerah pedesaan. Tambahan pula hampir tiap sektor pembangunan ada golongan ekonomi lemah yang berusaha baik di bidang produksi ataupun di bidang perdagangan.

Pengembangan golongan ekonomi lemah tidak dimaksudkan untuk mematikan golongan swasta nasional lain, demikian pula hal ini tidak dimaksudkan untuk menutup kegiatan pengusaha asing. Kebijaksanaan pengarahan dunia usaha di dalam hal ini dimaksudkan agar yang kuat dapat membantu perkembangan yang lemah. Demikian pula pengusaha swasta asing diharapkan dapat membantu perkembamgan pengusaha nasional, terutama yang tergolong lemah.

Dalam Repelita II pmograam-program pembangunan sektoral maupun pembangunan daerah akan ditingkatkan. Hal ini mem-buka kesempatan bagi golongan ekonomi lemah untuk mengem-bangkan bidang usahanya antara lain dengan menjadi pelaksana dari sebagian program-program tersebut sesuai dengan kemam- puan masing-masing. Dalam hubungan ini, dalam Repelita II diusahakan untuk menggunakan dan mengembangkan sejauh mungkin potensi golongan ekonomi lemah.

Sementara itu dengan meningkatnya pendapatan dan aktivi-tas ekonomi, permintaan akan jasa-jasa serta barang-barang yang dihasilkan oleh golongan ekonomi lemah akan

Page 38: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

meningkat.

166

Page 39: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

Dalam rangka mengembangkan golongan ekonomi lemah, potensi tersebut harus dapat dimanfaatkan dengan mempro- duksi dan memasarkan jasa-jasa dan barang-barang yang dibu-tuhkan oleh golongan ekonomi lainnya.

Untuk meningkatkan peranan golongan ekonomi lemah maka diambil langkah-langkah yang meliputi bidang-bidang: (1) permodalan dan perkreditan, (2) bantuan pemasaran, (3) meningkatkan ketrampilan, (4) penyuluhan penggunaan tek-nologi, dan (5) meningkatkan kegiatan perkoperasian.

(1) Bantuam permodalan dan perkreditan.

Untuk memungkinkan golongan ekonomi lemah khususnya golongan pribumi memanfaatkan potensi-potensi yang ada akan diambil langkah-langkah untuk memperkuat modal mereka. Dalam hubungan ini kepada golongan pribumi diberikan fasili- tas kredit yang lebih ringan. Pada umumnya dibutuhkan baik modal investasi maupun modal kerja.

Untuk keperluan ini semenjak tahun 1973 telah diberikan bantuan kredit kepada golongan pribumi dalam dua jenis. Untuk memenuhi kebutuhan dengan syarat-syarat ringan telah dise-diakan kredit investasi maksimal Rp. 5,0 juta. Kewajiban pem-biayaan sendiri sebesar 25% tidak merupakan syarat mutlak. Di samping itu disediakan pula kredit modal kerja permanen untuk kelancaran usaha. Kedua jenis kredit tersebut dilaksana- kan dengan kerja sama dengan PT Askrindo.

Di samping itu, mulai tahun pertama Repelita II, kebijaksa-naan ini akan dilengkapi dengan program kredit desa. Program ini terutama ditujukan kepada golongan pribumi didesa-desa. Jumlah untuk setiap nasabah diperkirakan berkisar antara Rp. 10.000 sampai dengan Rp. 25.000 dengan maksimum Rp. 100.000. Kredit ini akan disalurkan terutama melalui BRI Unit Desa yang tersebar di daerah-daerah pedesaan. Kredit ini dilaksanakan dengan tata cara yang mudah dan tanpa dite-kankan pada jaminan dan kewajiban pembiayaan sendiri.

167

Page 40: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

Dalam pada itu PT Bahana yang didirikan pada tahun 1972 akan mempunyai peranan yang besar dalam meningkatkan ke-mampuan berkembang dari perusahaan-perusahaan kecil dan menengah di dalam segala sektor kegiatan ekonomi selama Repelita II. PT Bahana mempunyai tugas untuk memberikan bantuan keuangan serta bimbingan dalam masalah memimpin perusahaan kepada pengusaha-pengusaha golongan ekonomi lemah.

Dengan tersedianya fasilitas-fasilitas kredit tersebut di atas maka diusahakan agar golongan ekonomi lemah dapat menge-tahui adanya fasilitas-fasilitas tersebut dan cara-cara untuk memperolehnya. Kepada golongan ekonomi lemah akan diberi- kan bantuau teknis untuk memperoleh fasilitas-fasilitas terse- but. Demikian pula mutu pelayanan dari bank-bank akan di-tingkatkan sehingga dapat memberikan bantuan dan bimbingan yang efektif.

(2) Bantuan pemasaran

Seringkali para, pengusaha kecil membeli sarana produksi dengan harga yang lebih tinggi daripada tingkat harga yang lazimnya terdnpat di pasaran, dan menjual hasil produksinya di bawah harga yang semestinya. Hal ini sudah tentu merugi-kan dan menghambat pengembangannya. Berhubung dengan itu mereka dibantu untuk memperoleh keterangan mengenai harga-harga sarana produksi dan harga-harga hasil produksi- nya. Karena kecilnya unit usaha maka pada umumnya mereka mengalami kesukaran dalam pemasaran. Dengan bekerja sama antara mereka baik dalam bentuk koperasi ataupun bentuk kerja sama lain mereka dapat melaksanakan pemasaran dengan lebih baik. Hal ini akan memungkinkan pengembangan pemasaran dan perluasan usaha mereka.

Permasalahan pemasaran ini akan lebih mudah dipecahkan bila ada hubungan yang erat antara perusahaan kecil dan perusahaan besar. Hal tersebut sampai sekarang belum banyak

168

Page 41: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

terjadi di Indonesia, namun pengalaman-pengalaman di negaranegara lain menunjukkan bahwa hal tersebut bisa berjalan dengan baik. Kemungkinan-kemungkinan ini akan dipelajari dan segera akan dikembangkan apabila ternyata sesuai untuk pengembangan golongan ekonomi lemah di Indonesia.

Dalam hubungan ini perlu dijaga agar adanya industri besar tidak menghalangi pertumbuhan atau berkembangnya industri kecil, tetapi hendaknya industri besar justeru memberi bim-bingan yang nyata terhadap industri kecil sebagai pelengkap. Dengan demikian diharapkan pengembangan industri besar dan industri kecil merupakan suatu sistem yang terintegrasi.

Bantuan yang penting di bidang pemasaran antara lain ialah dimungkinkannya pengusaha-pengusaha pribumi menempati pusat-pusat pasar dan pertokoan yang merupakan pusat ke- giatan pengusaha dagang eceran. Dalam hubungan ini adalah penting sekali bahwa mereka memperoleh bantuan agar dapat tetap menempati pusat-pusat perdagangan tersebut dan tidak terdesak ke tempat-tempat lain.

Selanjutnya dijajagi pula penggabungan pengusaha-pengu- saha kecil untuk secara terkoordinasi melakukan kegiatan penjualan bersama-sama. Dalam hubungan ini dapat diseleng-garakan pusat-pusat penjualan bersama yang merupakan saluran pemasaran bagi hasil produksinya.

(3) Meningkatkan ketrampilanSalah satu kesukaran dalam mengembangkan golongan

ekonomi lemah ialah kurangnya keahlian anemimpin perusahaan karena umumnya dilakukan oleh pemilik usaha itu sendiri atau oleh sekelompok keluarga secara terbatas. Di samping itu dialami kesulitan di bidang pengelolaan modal, teknik produksi, dan segi-segi pemasarannya.

Di dalam Repelita I telah didirikan lembaga-lembaga yang bertugas untuk mengembangkan kemampuan berusaha golongan ekonomi lemah melalui berbagai bentuk pembinaan dan ban-

169410475-(12)

Page 42: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

tuan yang dapat meningkatkan ketrampilan usaha dengan menggunakan prinsip-prinsip usaha yang sehat. Bantuan yang dapat diberikan oleh PT Bahana misalnya meliputi pengikut-sertaan dalam modal saham, mengadakan "feasibility study" dan memberikan bantuan teknis serta keuangan agar perusahaan-perusahaan tersebut dapat mengatasi masalah masalah sehari-hari.

Pembinaan dan pemberian bantuan tersebut akan dilanjutkan dan ditingkatkan dalam Repelita II. Dalam hubungan ini diambil langkah-langkah untuk meningkartkan ketrampilan golongan pribumi dengan jalan pemberian penyuluhan, bantuan dalam penyelenggaraan survey serta penyelenggaraan pena- taran-penataran untuk meningkatkan kwalitas usahanya, misalnya dengan menambah pengetahuan tentang ketatalaksanaan, teknik usaha dan produksi, pemasaran, pengetahuan barang, dan sebagainya.

(4) Penyuluhan tentang teknologiSalah satu permasalahan yang sulit adalah pemilihan tekno-

logi yang tepat dan sesuai dengan sifat masimg-masing industri kecil. Yang diperlukan ialah teknologi yang dapat menampung banyak tenaga kerja tetapi yang dilain pihak memungkinkan peningkatan produktivitas. Untuk itu diperlukan peneliltianpeneliltian.

Adapun penyuluhan penggunaan teknologi dapat dikaitkan dengan pemberian bantuan permohonan atau perkreditan, dapat pula dilakukan dalam rangka peningkatan ketrampilan, dan juga dapat diselenggarakan secara khusus oleh suatu lembaga. Lembaga tersebut memberikan petunjuk dan nasehat mengenai pilihan mesin, membantu memperoleh mesin dan alat-alat serta bahan baku, dan memberikan petunjuk-petunjuk menge- nai penggunaan serta pemeliharaan.

(5) Meningkatkan perkoperasian

Sebagaimana dinyatakan di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, usaha untuk meratakan hasil pembangunan harus

410475-(12).

Page 43: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

170

Page 44: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya, dengan jalan mengusahakan kesempatan untuk dapat memperkuat permo-dalannya, meningkatkan keahlian untuk mengurus perusahaan- nya dan kesempatan untuk memasarkan hasil produksinya. DaIam hubungan ini koperasi sebagai salah satu wadah peng-himpunan kekuatan ekonomi lemah akan lebih ditingkatkan peranan serta kemampuannya melalui program yang menye- luruh.

Kebijaksanaan dan langkah untuk membina dan mengem- bangkan koperasi dilakukan terutama melalui pemberian ban-tuan, bimbingan, penyuluhan dan pengawasan. Dengan demikian diharapkan akan tercipta iklim yang lebih serasi bagi pertumbuhan dan perkembangan koperasi.

Kecuali itu peningkatan ketrampilan pimpinan koperasi dan pembinaan permodalan koperasi akan membantu bertambah sehatnya perkembangan perkoperasian. Dalam hubungan ini sejak tahun 1970 telah dibentuk Lembaga Jaminan Kredit Koperasi dan yang telah disempurnakan lagi pada tahun 1973. Lembaga tersebut dimaksudkan untuk memberikan jaminan terhadap kredit yang diberikan Bank Rakyat Indonesia kepada koperasi-koperasi. Dalam Repelita II fungsi lembaga ini akan ditingkatkan lebih lanjut. Dengan langkah-langkah tersebut di atas kepercayaan masyarakat terhadap perkoperasian dapat ditingkatkan secara lebih mantap.

Dalam pada itu, perhatian dicurahkan pada pembinaan kope- rasi di bidang pertanian, khususnya pengembangan Badan Usaha Unit Desa dan Koperasi Unit Desa. Dengan demikian maka koperasi pertanian, koperasi desa, koperasi-koperasi di sektor pedesaan lainnya akan dapat diintegrasikan dan dikon-solidasikan ke dalam wadah BUUD/KUD tersebut. Pada akhirnya dalam jangka panjang, BUUD/KUD merupakan koperasi pertanian yang serba usaha sebagai wadah dari semua jenis

172

Page 45: B A B 5 · Web view170 pula mencakup program untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya,

koperasi ditingkat desa. Dalam Repelita II pembinaan BUUD/ KUD akan ditingkatkan lebih lanjut, khususnya di daerah-daerah Bimas tertentu dan di daerah-daerah transmigrasi. Sementara itu, pembinaan koperasi lainnya akan disesuaikan dengan prioritas pembangunan pada umumnya. Dalam Repe- lita II akan ditempuh usaha-usaha untuk lebih menyehatkan koperasi sebagai wadah usaha golongan ekonomi lemah. Usaha ini berkisar antara lain pada peningkatan penyediaan dana bagi usaha koperasi, peningkatan produktivitas dan pen-dapatan koperasi, perbaikan sistem organisasi dan tata laksana koperasi, pembinaan ketrampilan organisasi dan management, peningkatan penelitian dan survey di bidang koperasi, dan sebagainya.

Uraian secara terperinci mengenai kebijaksanaan pem- bangunan di bidang koperasi dapat dilihat pada Bab 18.

___________________

172