109
INSTITUT PERTANIAN STIPER YOGYAKARTA LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Jl. Nangka II, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta 55283 Telp. (0274) 885477, 885478, 885580 Fax. (0274) 885479 B U L E T I N I L M I A H VOL. 15 No. 1 APRIL 2008 ISSN : 0852-8772

b u l e t i n i l m i a h

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: b u l e t i n i l m i a h

INSTITUT PERTANIAN STIPER YOGYAKARTALEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN

KEPADA MASYARAKAT Jl. Nangka II, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta 55283

Telp. (0274) 885477, 885478, 885580 Fax. (0274) 885479

B U L E T I N I L M I A H

VOL. 15 No. 1 APRIL 2008

ISSN : 0852-8772

Page 2: b u l e t i n i l m i a h

ISSN: 0852-8772

Vol. 15 No.1 | April 2008

Page 3: b u l e t i n i l m i a h

BULETIN ILMIAH INSTIPER

Diterbitkan oleh:

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LPPM)

INSTITUT PERTANIAN STIPER (INSTIPER)YOGYAKARTA

Terbit dua kali setahun: April dan Oktober

PELINDUNG/PENGARAHRektor INSTIPER

PEMIMPIN UMUM/PENANGGUNG JAWABIr. Retni Mardu Hartati, SU.

Dewan RedaksiProf. Dr. Ir. H. Soemartono

Prof. Dr. Ir. Budi Raharjo, M.Sc.Prof. Dr. Ir. H. Moch Sambas Sabarnurdin, M.Sc.

Dr. Ir. Herry Wirianata, MS.Dr. Ir. A. Ayiek Sih Sayekti, MP.

Mitra BestariProf. Dr. Ir. T. Agus Prayitno, MF.

Prof. Dr. Ir. H. Masyhuri

Redaktur PelaksanaIr. H. Sugeng Wahyudiono, MP.

Pembantu Pelaksana:Teguh Widjajanto, S.Hut

Ruspartinah

Alamat RedaksiLPPM INSTIPER

Jl. Nangka II, Maguwoharjo, Depok, Sleman, YogyakartaTelp (0274) 885477, 885478, 885580 Fak. (0274) 885479

Email: [email protected]: http//www.instiperjogja.ac.id

Page 4: b u l e t i n i l m i a h

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan YME karena Buletin Ilmiah Instiper volume 15 nomor 1 periode April 2008 telah terbit.

Buletin Ilmiah Instiper pada periode ini menerbitkan naskah yang terdiri dari dua komoditas utama, yaitu kelapa sawit dan kedelai.

Komoditas kelapa sawit isi naskahnya diawali dari kajian tentang sosial ekonomi masyarakat sekitar perkebunan kelapa sawit, manajemen tenaga kerja panen kelapa sawit, produktivitas kelapa sawit, analisis proses produksi, potensi pemanfaatan limbah dan diakhiri kajian faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor minyak sawit.

Komoditas kedelai berisi tentang pengaruh pupuk organik cair yang dibuat dengan starter cairan rumen sapi dan bekatul terhadap hasil dan kualitas kedelai, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pupuk organik cair memberikan pertumbuhan yang lebih baik dari pada pupuk anorganik (NPK).

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga kepada semua pihak yang telah membantu hingga Buletin Ilmiah Instiper ini dapat terbit, semoga bermanfaat.

Yogyakarta, April 2008

Redaksi

Page 5: b u l e t i n i l m i a h

4

Volume 15. No. 1 | April 2008 ISSN: 0852-8772

BULETIN ILMIAH INSTIPER

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................. 3

Daftar Isi ............................................................................................................ 4

Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Perkebunan Kelapa Sawit PTPN. IIIDi Kab. Labuhan Batu Kec. Bilah Hulu Sumatera Utara.The Study of Social Economy Around the Oil Palm Plantation PTPN. IIIin the Sub District Bilah Hulu, District Labuhan Batu, North Sumatra Province.Fitri Kurniawati, Danang Manumono, Siswa Panjang H . .......................... 6

Manajemen Tenaga Kerja Panen Kelapa Sawit Di P.T. Perkebunan III (Persero)Kebun Aek Nabara Selatan Labuhan Batu Sumatera Utara.Workforce Management Harvested Oil Palm In PT. PLantation III (Persero).Aek South Nabara Garden Labuhan Batu North Sumatera.Trismiaty, Listiyani, Tengku Zaky Mubaraq ................................................ 15

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Lahan yangDiaplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Di PT. Sam. 1. Kabupaten Kampar Riau.Productivity Study Of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) In The Land Applied Liquid Waste Plant Palm At PT. Sam. 1. Kampar Regency of Riau.Enny Rahayu, Pauliz Budi Hastuti, Jusuf Banamtuan ................................ 24

Page 6: b u l e t i n i l m i a h

5

Analisa Minyak Hilang Selama Proses Pengolahan CPO Akibat Lama Perebusan Tandan Buah SegarAnalisys of Oil Loss in CPO Processing of Fresh Fruit BunchCaused by Boiling TimeGani Supriyanto .............................................................................................. 48

Kajian Potensi Pemanfaatan Limbah Sludge Kolah Anaerob Dan Aerob Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit.Study of Potential Use of Anaerob and Aerob Ponds Palm OilWaste Treatment Plant SludgeNuraeni Dwi D, Andreas Wahyu K ............................................................... 64

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Minyak Sawit Indonesia.Factors Affecting Indonesian Palm Oil ExportsListiyani, Trismiaty, Filipus Fajar .................................................................. 79

Pemanfaatan Mikroorganisme Rumen Sebagai Starter Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai. The Use Of Rumen Microorganism As Starter Of Liquid Organic FertilizerOn The Growth Of Soybean.Pauliz Budi Hastuti ......................................................................................... 96

Page 7: b u l e t i n i l m i a h

6

Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Perkebunan Kelapa Sawit PTPN. III Di Kab. Labuhan Batu Kec. Bilah Hulu Sumatera Utara

The Study Of Social Economy Around The Oil Palm Plantation PTPN. III In The Sub District Bilah Hulu, District Labuhan Batu, North Sumatra Province

Oleh: Fitri Kurniawati,1) Danang Manumono,2) Siswa Panjang H.3)

1. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Instiper Yogyakarta2. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Instiper Yogyakarta3. Alumni Fakultas Pertanian Instiper Yogyakarta

ABSTRACT

The study aims to determine the income of the community around the plantation and benefits of what is perceived by the community around the plantation of oil palm plantation PTPN III. Oil palm plantations is directly or indirectly provide employment opportunities for the community around the plantation, which is to work on plantations and also work outside the plantation that is by working as a truck driver, a laundress, a mason, and also as a trader by opening a shop to meet the needs of plantation where the employee is all income and livelihoods around the farm.

Income communities around oil palm plantations is greater than the plantation community. Communities around the plantations are also doing the same culture system with which to do plantation, only the productivity of farming communities around the plantations is low, this is because the community around the plantation to get seed varieties that are less good. Familial forms are also experiencing the expansion of kinship, this happens because many people who are newcomers to marry plantation with the community around the plantation.

Keywords : Income, Community plantation, a plantation society

Page 8: b u l e t i n i l m i a h

7

Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat ..........

PENDAHULUAN

Pembangunan sub-sektor perkebunan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan pembangunan nasional. Sub-sektor perkebunan memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi perekonomian Indonesia. Secara nasional sub-sektor perkebunan telah memberikan kontribusi dalam menekan kesenjangan struktural dan kultural melalui peningkatan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya dan penyebaran sentra produksi. Perkebunan membuka peluang pengembangan agroindustri dan penyediaan bahan baku untuk industri, mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Munculnya sektor perkebunan sering disebut sebagai “Pahlawan Pemba-ngunan Daerah”. Perkebunan kelapa sawit telah memberikan dampak positif ter-hadap kenaikan pendapatan pemerintah berupa pajak dan retribusi. Berkembang-nya perkebunan kelapa sawit juga telah membantu menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk. Dengan demikian masyarakat sekitar perkebunan kelapa sawit juga mendapatkan keuntungan dengan adanya perusahaan yang selalu membutuhkan tenaga kerja. Namun kenyataan yang sering muncul banyak kebutuhan akan ten-aga kerja perkebunan tidak tersedia di masyarakat sekitar karena tidak memenuhi kualifikasi seperti tingkat pendidikan yang tidak sesuai dan juga tidak memiliki ketrampilan.

Mitos kesejahteraan kebun kelapa sawit selalu diungkapkan disaat pemerin-tah mempromosikan pembangunan perkebunan kelapa sawit adalah peningkatan ekonomi yang akan diperoleh dari perkebunan kelapa sawit. Dalam beberapa ka-jian, terungkap bahwa perkebunan kelapa sawit tidak memberikan kesejahteraan bagi kelompok masyarakat dan hanya memberikan kucuran rupiah bagi pengusaha. Pengalihan lahan untuk perkebunan kelapa sawit tidak memberikan nilai tambah apapun, baik dari sisi ekonomi maupun dari sisi ekologi.

Munculnya perkebunan kelapa sawit disamping berdampak positif, juga ber-dampak negatif terhadap penduduk asli daerah yang berada di sekitar perkebunan. Perkebunan kelapa sawit merupakan usaha ekonomis yang berorientasi pada pasar

Page 9: b u l e t i n i l m i a h

8

Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat ..........

dan bersifat padat modal dengan menggunakan teknologi modern. Dengan de-mikian maka perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Hal ini menyebab-kan banyak masyarakat sekitar perkebunan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja di perkebunan.

Banyak pendapat menyatakan bahwa Perkebunan kelapa sawit dapat mening-katkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan ini banyak dirasakan oleh masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pe-nelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pendapatan masyarakat sekitar perkebunan dan manfaat apa yang dirasakan oleh masyarakat sekitar perkebunan kelapa sawit.

METODE PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan memilih daerah penelitian secara purposif sampling, yaitu memilih daerah yang memiliki luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit yang paling luas. Daerah yang terpilih adalah Kabupaten Labuhan Batu. Dari Kabupaten Labuhan Batu ditentukan satu Kecamatan yaitu Kecamatan Bilah Hulu, karena di Kecamatan ini terdapat PTPN III yang dikenal sebagai unggulan PTPN se Indonesia dengan salah satu cirinya yaitu penghasilan karyawan PTPN III tertinggi dibandingkan dengan penghasilan karyawan PTPN lainnya (Sinarmata, 2006). Kemudian diambil dua desa yaitu desa N.6 yang me-rupakan perumahan perkebunan PTPN III dan desa Perbaungan Aeknabara yang merupakan desa umum yang terletak dekat perkebunan tersebut.

Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dan survey lapangan. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yang akan mendukung hasil penelitian, studi pustaka dilakukan pada instansi terkait. Survei lapangan di-lakukan guna memperoleh data primer yang berkaitan dengan penelitian yaitu da-ta-data yang mendukung. Survei lapangan dilakukan dengan observasi, wawancara

Page 10: b u l e t i n i l m i a h

9

Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat ..........

dan pengisian kuesioner terhadap masyarakat perkebunan dan masyarakat sekitar perkebunan yang menjadi responden. Penentuan responden dilakukan dengan me-tode acak sederhana. Jumlah responden sebanyak 40 orang yang terdiri dari 20 responden yang bekerja di luar perkebunan kelapa sawit dan 20 responden yang bekerja pada perkebunan kelapa sawit.

Analisis data menggunakan analisis tabel untuk mendapatkan hasil yang akan digunakan untuk mengetahui pendapatan masyarakat perkebunan dan masyarakat sekitar perkebunan kemudian analisis diakhiri dengan pengambilan keputusan untuk menafsirkan dan menyimpulkan hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Responden

Umur mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemampuan penduduk untuk menjalankan pekerjaannya serta berpengaruh terhadap pemilihan jenis pekerjaan yang dilakukan. Rata-rata penduduk yang bekerja di perkebunan dan bekerja diluar perkebunan termasuk kategori usia produktif yaitu berkisar antara umur 29-43 tahun. Dengan tingkat umur yang termasuk produktif berarti mereka dapat bekerja secara optimal.

Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk akan mempengaruhi dirinya dalam pengambilan keputusan. Sebagian besar atau 45 % penduduk yang bekerja di perkebunan kelapa sawit berpendidikan SLTA, sedangkan penduduk yang bekerja di luar perkebunan kelapa sawit berpendidikan perguruan tinggi sebesar 55 %, alasan mereka yang berpendidikan Perguruan Tinggi tidak bekerja di perkebunan karena pendidikan yang mereka tempuh tidak berlatar belakang ilmu pertanian atau perkebunan.

Jumlah anggota keluarga penduduk berpengaruh terhadap ketersediaan tena-ga kerja dalam keluarga yang digunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang

Page 11: b u l e t i n i l m i a h

10

Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat ..........

bersifat ekonomis. Jumlah anggota keluarga juga akan mempengaruhi perekono-mian keluarga. Jumlah anggota keluarga penduduk yang bekerja diluar perkebunan lebih banyak dibandingkan penduduk yang bekerja di perkebunan kelapa sawit, hal ini akan berakibat semakin banyak pula kebutuhan ekonomi yang harus dikeluar-kan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Jenis kelamin akan berpengaruh terhadap pemilihan jenis pekerjaan serta kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dilakukan. Sebagian besar penduduk yang bekerja di perkebunan kelapa sawit adalah laki-laki, hal ini disebabkan karena be-kerja di perkebunan kelapa sawit memerlukan tenaga yang ekstra, tenaga kerja pe-rempuan juga diperlukan untuk tenaga administrasi tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak. Sebagian besar penduduk yang bekerja di perkebunan kelapa sawit hanya sebagai karyawan biasa yaitu sebagai asisten kebun, mandor, kerani, ekspedisi, sat-pam. Untuk mencapai jenjang jabatan yang lebih tinggi diperlukan prestasi, peng-alaman dan pendidikan yang lebih baik.

Tempat tinggal merupakan kebutuhan primer dari manusia, dengan adanya rumah yang layak kehidupan manusia akan lebih baik. Penduduk sekitar perke-bunan kelapa sawit memiliki luas rumah dan pekarangan yang lebih luas dan milik pribadi yang lokasinya agak jauh dari perkebunan, sedangkan penduduk perkebun-an kelapa sawit tempat tinggalnya disediakan oleh pihak perkebunan dan lokasinya dekat dengan area perkebunan.

Tidak semua penduduk di sekitar perkebunan memiliki lahan pertanian atau kebun kelapa sawit, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mereka bekerja sebagai pedagang, sopir, guru dan pegawai negeri sipil.

Pendapatan Responden

Pendapatan yang diterima penduduk yang bekerja di perkebunan kelapa sawit untuk karyawan biasa seperti asisten kebun, mandor, kerani, ekspedisi dan satpam rata-rata adalah Rp. 936.953,- per bulan.

Page 12: b u l e t i n i l m i a h

11

Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat ..........

Pendapatan penduduk di sekitar perkebunan kelapa sawit yang memiliki lahan kelapa sawit lebih besar karena dari 2 ha kebun sawit yang rata-rata per 10 harinya menghasilkan sebanyak 2.460 kg, dengan harga Rp. 715,-/kg maka per 10 hari akan mendapat penghasilan sebesar Rp. 1.758.000,- sehingga setiap bulan akan mendapat penghasilan sebesar Rp. 5.276.700,- suatu penghasilan yang cukup besar.

Profesi penduduk sekitar perkebunan yang tidak memiliki lahan pertanian bermacam-macam yaitu sebagai sopir, pedagang, guru dan pegawai negeri sipil.

Sopir yang dimaksud adalah sopir truk, biasanya truk memuat hasil pertanian seperti karet dan kelapa sawit, truk dipakai jasanya oleh para tengkulak atau yang lebih akrab dipanggil masyarakat sebagai Toke.

Truk disini tidak memakai kernet seperti truk lainnya, tenaga untuk memuat barang kedalam truk disediakan oleh para tengkulak. Dalam satu bulan pendapatan bersihnya adalah Rp. 780.000,- gaji ini diperoleh dari pemilik truk karena sopir tidak memiliki truk sendiri.

Pedagang adalah pedagang kebutuhan sehari-hari dan warung makan yang konsumen utamanya adalah masyarakat perkebunan. Dalam satu hari mereka mendapat keuntungan bersih rata-rata Rp. 40.000,- sehingga total pendapatan da-lam satu bulan rata-rata Rp. 1.000.000,-.

Guru merupakan guru sekolah dasar yang didominasi oleh kaum perempu-an, alasan mereka lebih memilih menjadi guru SD disebabkan oleh jam kerja yang relatif singkat, guru mendapat gaji Rp. 750.000,- setiap bulannya.

Sedangkan pegawai negeri sipil adalah mereka yang bekerja di kantor pe-merintahan yang berada di Ibukota Kecamatan, dan mendapat gaji dari pemerintah sebesar Rp. 1.800.000,- setiap bulannya.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pendapatan masyarakat seki-tar perkebunan lebih besar dibandingkan masyarakat perkebunan yaitu rata-rata pendapatannya Rp. 1.146.000,-/bulan sedangkan pendapatan masyarakat perkebun-an hanya Rp. 936.953,-/bulan.

Page 13: b u l e t i n i l m i a h

12

Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat ..........

Manfaat yang Diterima Masyarakat Sekitar Perkebunan

Adanya perkebunan kelapa sawit memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar perkebunan baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu seperti budidaya kelapa sawit, kesempatan bekerja, akses lingkungan dan sebagainya.

Budidaya kelapa sawit yang dilaksanakan oleh penduduk sekitar perkebunan sama dengan yang dilakukan pihak perkebunan, tetapi hasil yang diperoleh tidak sama karena masyarakat sekitar perkebunan menggunakan bibit yang tidak jelas asal usul varietasnya karena hanya membeli dari pedagang pembibitan yang ada disekitar perkebunan, sedangkan perkebunan mendapatkan bibit dari balai penelitian perkebunan yang sangat jelas varietasnya dan juga menggunakan teknologi modern serta berorientasi pasar sehingga benar-benar memikirkan keuntungan, masyarakat sekitar perkebunan baru berorientasi sub sistem sehingga belum memikirkan keun-tungan yang besar, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup saja.

Perkebunan memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat sekitar per-kebunan baik secara langsung maupun tidak langsung. Kesempatan secara langsung yaitu dengan menerima mereka bekerja di perkebunan dengan syarat-syarat tertentu seperti tingkat pendidikan, ketrampilan dan pengalaman. Sedangkan kesempatan tidak langsung adalah dengan banyak munculnya pedagang dan warung-warung yang memenuhi kebutuhan para masyarakat perkebunan, masyarakat perkebunan juga banyak membutuhkan pelayanan jasa seperti tukang kayu, tukang batu, tukang jahit, servis motor, tukang cuci, pembersih rumah dan lain-lain.

Akses lingkungan juga menjadi perhatian perkebunan yaitu dengan membangun jalan sehingga memudahkan transportasi masyarakat sekitar perkebunan juga pemba-ngunan sekolah-sekolah yang dapat meningkatkan pendidikan masyarakat sekitar.

Terjadi perluasan kekerabatan, yaitu dengan banyaknya masyarakat perke-bunan yang menikah dengan masyarakat sekitar perkebunan. Seperti kita ketahui keluarga adalah suatu satuan kekerabatan yang merupakan satuan tempat tinggal yang ditandai oleh adanya kerjasama ekonomi dan mempunyai fungsi untuk ber-kembang biak, mensosialisasi, dan mendidik anak. Dalam bentuknya yang paling

Page 14: b u l e t i n i l m i a h

13

Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat ..........

dasar, sebuah keluarga terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan dan biasanya ditambah dengan anak-anak mereka yang biasanya tinggal dalam satu rumah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perkebunan kelapa sawit memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat sekitar perkebunan baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Masyarakat sekitar perkebunan kelapa sawit memiliki pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan masyarakat perkebunan.

3. Produktivitas usaha tani masyarakat sekitar perkebunan masih rendah, walau-pun sudah menggunakan sistem budidaya kelapa sawit yang dilaksanakan oleh perkebunan kelapa sawit.

4. Terjadi perluasan kekerabatan yaitu dengan terjadinya pernikahan antara masyarakat sekitar perkebunan dengan masyarakat perkebunan.

Saran

Bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit yang berada di Kabupaten Labuh-an Batu harus secara terbuka menerima karyawan yang berasal dari masyarakat sekitar perkebunan, memberikan fasilitas kepada masyarakat seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, perbaikan sarana jalan serta berupaya untuk membantu ma-syarakat yang lemah ekonominya dengan memberikan kredit lunak guna modal pengembangan usaha dan meningkatkan taraf hidupnya.

Page 15: b u l e t i n i l m i a h

14

Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat ..........

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006. Potensi Komoditi Tanaman Kelapa Sawit. http://www.pempropsu. go.id/ web/ komoditas_perkebunan, 19 November 2006.

Anonim, 2006. Memimpikan Kesejahteraan dari Kelapa Sawit. http://timpakul.hijaubiru.org/sawit. 13 Agustus 2006.

Arshad, 1992. Ekonomi Pembangunan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Jogjakarta.

Ghani, MS, 2003. Sumberdaya Manusia Perkebunan Dalam Perspektif. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Harfinah D, 2006. Masyarakat Perkebunan Kelapa Sawit Sei Buatan. http://www.ppk.lipi.go.id/informasi/berita/daerah,17 September 2006.

Laurer R.H, 2003. Perspektif tentang Perubahan Sosial. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Mubyarto dan Sartono, 1988. Pembangunan Pedesaan Di Indonesia. Liberty. Yogyakarta.

Poerwanto.Hari, 2000. Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi, Pustaka Pelajar. Jogjakarta.

Soeratno dan Arsyad, 1999. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, UPP AMP YKPN. Jogjakarta

Sinarmata P., 2006. Melirik PTP Nusantara III Sebagai “Benchmark” PTPN se-Indonesia. http:/hariansib.com/index, 18 November 2006.

Page 16: b u l e t i n i l m i a h

15

Manajemen Tenaga Kerja Panen Kelapa Sawit di P.T. Perkebunan III (Persero) Kebun Aek Nabara Selatan Labuhan Batu Sumatera Utara

Workforce Management Harvested Oil Palm in PT. Plantation III (Persero) Gaden Aek South Nabara Labuhan Batu North Sumatera

Oleh: Trismiaty1), Listiyani 1), Tengku Zaky Mubaraq 2)

1. Staf Pengajar Fakultas Pertanian INSTIPER Yogyakarta2. Alumni Fakultas Pertanian INSTIPER Yogyakarta

ABSTRACT

Workforce management is the management of human factors of production with all its activities, both individual business, enterprises, companies, institution/agencies so that workers can be useful. In the plantation companies, labor is very important harvest labor in determining the quality and quantity of production obtained by plantation companies. White proper management, the company expect to active its objectives so that the study aims trough the implementation of workforce management and harvesting of palm oil to determine the factors that affect the productivity of harvesters such as age, education level, length of employment and wages in the plantation archipelago PT III (Persero) Aek garden stone harbor district south Nabara northern Sumatera.

The method of research used descriptive method with a location in the garden Aek Nabara south. Method of analysis white multiple linear regression, to investigate the effect of each factor of age, education level, employment and wages on the productivity of oil palm harvesters in PTN III (Persero) AEK garden stone harbor district south Nabara northern Sumatera. Results of research in the field, gained some problem in management function in several activities in the field. Planning, organizing, implementing and monitoring the harvest is considered good, but in terms of implementation still to be fixed.

Keywords : Management of labor, palm Harvest

Page 17: b u l e t i n i l m i a h

16

Manajemen Tenaga Kerja Panen Kelapa Sawit ..........

PENDAHULUAN

Mengacu pada pembangunan sistem dan usaha agribisnis berbasis perkebun-an, sasaran yang ingin dicapai tahun 2009 sebagai berikut:

1. Meningkatkan produktivitas perkebunan sampai 75% dari potensi produksi di lapangan.

2. Meningkatkan penerimaan devisa ekspor komoditas perkebunan menjadi sebesar US$ 9 milyar.

3. Meningkatkan jumlah SDM perkebunan yang terampil sebanyak 15%4. Meningkatkan pendapatan petani perkebunan hingga mencapai rata-rata US$

2000/kk (kepemilikan 2 ha/kk), yang diikuti dengan peningkatan kualitas hidup petani dan masyarakat perkebunan.

5. Meningkatkan kemampuan menyerap tenaga kerja perkebunan dengan penyerapan tanaga kerja baru sebanyak 670.000 tenaga kerja.

6. Pertumbunan PDB perkebunan diproyeksikan sebesar 6,2%.7. Tumbuhnya 75% sentra-sentra wilayah pengembangan perkebunan.

Indonesia sebagai negara penghasil minyak kelapa sawit diharapkan mampu menggeser Malaysia dalam hal peningkatan produktivitas, karena luas areal yang jauh lebih luas, dan murahnya tenaga kerja.

Manajemen yang sehat perlu dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi atau peruasahaan. Hal ini untuk mempermudah proses pemilihan alternatif, peng-gunaan peralatan dan pengambilan keputusan yang tepat dan cepat. Keputusan berupa rencana pemasaran, rencana keuangan, penetapan SDM pada bagian yang sesuai dengan keterampilannya.

Keberhasilan dari manajemen ternaga kerja dipengaruhi oleh keterampilan dari karyawan, baik karyawan kantor, pabrik, maupun karyawan kebun. Jika mana-jemen sehat, maka tenaga kerja perusahaan akan bekerja secara optimal sehingga dapat meningkatkan keuntungan yang optimal.

Menurut UUD no.14 tahun 1969, setiap orang yang mampu melakukan peker-jaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau ba-rang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Mubyarto, 1989).

Page 18: b u l e t i n i l m i a h

17

Manajemen Tenaga Kerja Panen Kelapa Sawit ..........

Panen merupakan kegiatan puncak dari kegiatan budidaya kelapa sawit yang dilakukan, karena tujuan pembudidayaan kelapa sawit untuk menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS) secara kuantitas dan kualitas TBS yang dihasilkan merupakan cerminan dari efektivitas kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan. Dalam kegiat-an panen ditetapkan rotasi panen pada tiap kebun yang mengatur lamanya waktu panen antara panen satu dengan panen berikutnya dalam satu ancak (kepveld) panen. Ancak merupakan luas areal panen harian yand dibebankan para tenaga kerja panen, dan luas ancak perhari disesuaikan dengan jam kerja panen. Hari panen diatas agar hari istirahat pabrik tersedia. Dalam kondisi normal, panen dilaksana-kan mulai hari Senin sampai Jum’at setiap minggu (5/7), kecuali bila ada hari libur panen dilaksanakan hari Sabtu (Anonim, 2003).

Tenaga kerja panen harus sesuai dengan standar dan ketentuan yang ditetap-kan perusahaan, misalnya; tanaga kerja harus memiliki pengetahuan yang baik ten-tang kriteria tandan sawit yang sudah siap dipanen. Mengetahui cara panen yang benar, baik alat, maupun cara memotong pelepah dan tandan sawit, karena hasil pekerjaannya akan mempengaruhi rendeman minyak sawit. Dalam hal ini mandor pengawas bertugas memberi pengarahan kepada tenaga kerja panen supaya yang dipanen harus sudah matang, juga mengawasi keamanan kebun.

Peningkatan ketenagakerjaan sangat diperlukan untuk perusahaan kebun sawit. Oleh karena itu perlu pemberdayaan SDM yang unggul, lewat manajemen tenaga kerja yang baik. Manajemen tenaga kerja yang baik diperlukan karena merupakan langkah awal dari produksi minyak kelapa sawit. Tenaga kerja panen berpengaruh langsung dan berperan dalam proses produksi yang merupakan bagian dari tujuan manajemen tenaga kerja.

Permasalahan pada penelitian ini sebagai berikut; a). Bagaimana penerapan manajemen tenaga kerja panen di perusahaan perkebunan kelapa sawit di PT. Per-kebunan Nusantara III. b). Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap produkti-vitas tenaga kerja panen kelapa sawit di PTPN III.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan tenaga kerja panen dan pasca panen dan mengetahui pengaruh faktor umur, pendidikan, masa kerja dan upah terhadap produktivitas tenaga panen kelapa sawit di PTPN III.

Page 19: b u l e t i n i l m i a h

18

Manajemen Tenaga Kerja Panen Kelapa Sawit ..........

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dilaksanakan di PT. Perke-bunan Sawit Nusantara III (Persero). Sampel yang diambil secara purpose sampling sebesar 35 orang tenaga kerja panen dan 7 orang mandor panen. Pemilihan sampel permanen tersebut dengan alasan usia penanaman yang tergolong produktif dan atas dasar rekomendasi dari mandor panen.

Untuk mengetahui produk analisis tenaga kerja panen, digunakan analisis regresi linier berganda sebagai berikut: Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4, dimana Y= produktivitas tenaga kerja (Kg/K\HKO); X1= umur tenaga kerja (tahun); X2= pendidikan tenaga kerja (tahun); X3=masa kerja (tahun); X4= upah (Rp); b0= intensif; b1, b2, b3, b4= koefisien regresi. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan koefisien diterminasi (R2).

R2 = ---------∑ y1

2

∑ y12

Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap terikat dilakukan dengan uji F.

F hitung = --------------R2/(k-1)

(1-R2)/(n-k)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Manajemen tenaga kerja merupakan pendayagunaan pembinaan, pengaturan, pengembangan unsur tenaga kerja baik yang berstatus sebagai buruh, karyawan maupun pegawai dengan segala kegiatannya dalam mencapai hasil guna dan daya guna sebesar-besarnya. Efektivitas tidaknya tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh pembinaan, pengaturan, pendayagunaan dan pengembangan yang dilakukan oleh manajemen tenaga kerja. Manajemen tenaga kerja mempunyai tanggungjawab langsung terhadap pembinaan tenaga kerja yang menjadi bawahannya. Manajemen

Page 20: b u l e t i n i l m i a h

19

Manajemen Tenaga Kerja Panen Kelapa Sawit ..........

tenaga kerja mempunyai tanggungjawab terhadap efektivitas tenaga kerja, dalam pelaksanaannya diperlukan kemampuan menggunakan manajemen sebagai ilmu dan seni dalam mengelola keinginan tenaga kerja yang menjadi bawahan dan tanggungjawabnya.

Tahap-tahap manajemen tenaga kerja pada perusahaan PTPN sebagai berikut :

1. Analisis pekerja, untuk menganalisa setiap pekerjaan yang akan dibebankan kepada setiap pekerja, sehingga memberi pola kerangka menyeluruh sesuai syarat-syarat yang diinginkan perusahaan.

2. Perekrutan tenaga kerja, kegiatan ini untuk mengisi posisi dan formasi yang kosong.

3. Seleksi tenaga kerja, untuk memilih tenaga kerja yang paling tepat dalam kuantitas dan kualitas diantara semua calon.

4. Penempatan tenaga kerja sesuai kemampuan dan keahliannya.5. Induksi dan orientasi, yakni memberi penjelasan kepada pekerja.6. Pemberian kompensasi sebagai balas jasa, imbalan jasa kepada tenaga kerja

berupa gaji, upah, perumahan, pakaian kerja, tunjangan keluarga, tunjangan kesehatan, tunjangan pangan dan lain-lain.

7. Memberi pendidikan dan latihan dalam rangka meningkatkan kemampuan tenaga kerja.

8. Penilaian pelaksanaan pekerjaan, yakni untuk mengetahui kemampuan kecakapan dan keterampilan tenaga kerja.

9. Mutasi pekerjaan yang setingkat atau sejajar dimaksudkan agar karyawan tidak mengalami kebosanan/kejenuhan.

10. Promosi sebagai upaya untuk menaikkan jenjang jabatan setingkat lebih tinggi.

11. Pemberian motivasi harus diberikan berulang-ulang.12. Pembinaan disiplin diperlukan agar tenaga kerja bekerja secara normal.13. Penyediaan tenaga kerja, untuk memonitoring dan mengevaluasi pekerjaan

yang telah ada.

Page 21: b u l e t i n i l m i a h

20

Manajemen Tenaga Kerja Panen Kelapa Sawit ..........

Analisis manajerial tenaga kerja meliputi: merekrut tenaga kerja untuk mengisi lowongan melalui seleksi sesuai kebutuhan dan kondisi perusahaan; a). seleksi karyawan tetap (tenaga mandor) minimal berpendidikan SMP. b). pegawai sebagai asisten kepala kebun minimal D3 atau Sarjana dengan IP 2,75. c) pengembangan tenaga kerja melalui pelatihan dengan mendatangkan ahli yang memberi penyuluhan kepada tenaga kerja panen, studi banding, promosi jabatan. d). pemeliharaan tenaga kerja meliputi; pemenuhan kesejahteraan karyawan, kesehatan, pemberian bonus/penghargaan, pemenuhan sarana olahraga. e). penghasilan tenaga kerja tetap yakni pengupahan tenaga kerja panen sesuai golongan ditambah premi yang dihasilkan selama sebulan.

Masa kerja tenaga kerja panen sawit, semakin lama masa kerja panen sawit berpengaruh terhadap keterampilan dan pengetahuan memanen.

Tabel 1. Komposisi tingkat perolehan hasil panen per hari tenaga kerja PTPN3KANAS

No Perolehan Sawit (kg) Jumlah Persentase (%)

1. < 1000 5 14.282. 1001 - 1100 2 5.713. 1101 - 1200 5 14.284. 1201 - 1300 10 25.575. 1301 - 1400 6 17.146. > 1400 7 20

Jumlah 35 100

Sumber: Analisis Data Primer, 2007.

Presentasi terbesar tenaga kerja panen memperoleh 1200 – 1300 kg TBS per hari, artinya sebagian besar pemanen memperoleh premi dari kelebihan tugas yang ditetapkan kebun. Penghasil tenaga kerja panen per bulan dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 22: b u l e t i n i l m i a h

21

Manajemen Tenaga Kerja Panen Kelapa Sawit ..........

Tabel 2. Penghasilan tenaga kerja panen per bulan.

Upah + premi 26 hari (Rp) Jumlah tenaga kerja Persentase (%)

1,057,400 - 1,100,000 3 8.571,100,000 - 1,200,000 2 5,711,200,000 - 1,300,000 8 22,851,300,000 - 1,400,000 13 37.141,400,000 - 1,586,000 9 25.71

Jumlah 35 100

Sumber: Analisis Data Primer, 2007.

Penghasilan tenaga kerja relativ besar dimana 37,14% tenaga panen mendapat upah ditambah premi memperoleh 1.300.000 – 1.400.000 Rp/26 hari.

Tabel 3. Koefisien regresi serta uji t dari variabel-variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit.

No Variabel dipendent Kooefisien regresi t hitung t tabel hasil

1 konstanta 3495.20 2.237 2.0402 umur (x1) 9.109 0.397 2.040 NS3 pendidikan (x2) 17.454 0.446 2.040 NS4 masa kerja (x3) 1.167 3.536 2.040 S5 upah (x4) 1.037 3.974 2.040 S6 R2 0.686

Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui umur tidak berpengaruh nyata terhadap kegiatan pemanenan sawit, karena pekerja menuntut kekuatan fisik, jadi semakin bertambah umur kekuatan fisiknya menurun. Terutama setelah berusia 45 tahun. Pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kerja panen, karena produktivitas pekerjaan panen tidak begitu menuntut tingginya tingkat pendapatan, yang diutamakan kekuatan fisik dan katerampilan serta ketelitian. Terkecuali untuk tingkat mandor yang rata-rata lulusan SMA atau sederajat.

Page 23: b u l e t i n i l m i a h

22

Manajemen Tenaga Kerja Panen Kelapa Sawit ..........

Masa kerja berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kerja panen, nilai koefisien regresi positif menunjukkan peningkatan produksi. Semakin lama orang bekerja, akan semakin berpengalaman dan semakin terampil, sehingga dapat meningkatkan produktivitas.

Upah berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kerja panen. Dalam hal ini abila tenaga kerja panen ingin mendapatkan pendapatan lebih, ia akan melakukan panen lebih dari standart kebun, karena akan dianggap sebagai premi yang dibayar perusahaan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari haril penelitian terhadap manajemen tenaga kerja panen kelapa sawit terhadap manajemen tenaga kerja panen sawit di KANAS PTPN3 dapat disimpul-kan sebagai berikut:

1. Produktivitas pemanen dipengaruhi oleh penghasilan yang diterima pemanen dan lamanya masa kerja pemanen. Sedangkan umur dan pendidikan tidak berpengaruh terhadap produktivitas pemanen.

2. Sebesar 68% produktivitas pemanen dipengaruhi oleh faktor-faktor: umur, tingkat pendidikan, masa kerja dan upah.

3. Kegiatan manjemen panen meliputi, perenanaan, pengorganisasian, pelaksa-naan dan pengawasan panen.

4. Kegiatan pasca panen meliputi: premi panen, pengangkutan TBS dan peng-olahan kelapa sawit di pabrik.

Saran

1. Kebijakan mengenai kesejahteraan karyawan perlu dipertahankan.2. Perlu menaikkan upah lebih dari UMP akan meningkatkan produktivitas

tenaga kerja panen sawit disesuaikan dengan kondisi perusahaan.

Page 24: b u l e t i n i l m i a h

23

Manajemen Tenaga Kerja Panen Kelapa Sawit ..........

3. Pengawasan perlu ditingkatkan baik di ancak atau di TPH, karena masih banyak dijumpai berondolan yang tidak terambil.

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari A, 1985. Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi. BPFE, Yogyakarta.

Anonim, 2004. Produksi Crude Palm (CPO) Indonesia. w.w.w.departemen perindustrian dan perdagangan.co.id

Anonim, 2003. Vademikum kelapa sawit PTPN III. KANAS, Medan, Sumut.

Anonim, 2006. Surat Edaran PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). Medan, Sumut.

Assauri S, 1999. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi. Fak. Ekonomi BPFE Yogyakarta.

Hani, Handoko T, 1999. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, BPFE Yogyakarta.

Husnan S dan Ranupandojo H., 1986. Manajemen Personalia. BPFE Yogyakarta.

Sastrohadiwiryo S, 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta.

Page 25: b u l e t i n i l m i a h

24

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Lahan Yang Diaplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Di PT. SAM. 1. Kabupaten Kampar Riau

Productivity Study of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) In The land applied Liquid Waste Plant Palm at PT. SAM. 1. Kampar Regency of Riau

Oleh: Enny Rahayu,1) Pauliz Budi Hastuti,1) Jusuf Banamtuan2)

1. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Instiper Yogyakarta2. Alumni Fakultas Pertanian Instiper Yogyakarta

ABSTRACT

This study aims: 1) to determine differences in the productivity of palm oil is applied to the Liquid Waste Oil Palm Plantation (LWOPP/LCPKS) and the not applied, and 2) to find out the most agronomic characters influence productivity of palm oil are applied either with LCPKS or not applied.

The study was conducted using survey method Agronomy, in the plantation Senamannenek PT SAM 1. Especially in areas that have been identified based on plant elements. Research site located in department II. Because in this department has carried out applications of Liquid Waste Oil Palm Plantation on plant oil palm produce.

The number of observations as much as 3 blocks of 6 blocks are applied LCPKS, determined randomly sampling the diagonal. The data taken is primary data and secondary data, primary data is the data taken directly from the field of agronomic characters of oil palm. Taking primary data based on the age of the plant, with a number of plant samples is 30 samples for each block, so the total sample was 90 plants. Secondary data is data taken from the company, the productivity of palm oil, climate (rainfall and rainfall distribution) during the last 5 years, LCPKS processing, data LCPKS application on oil palms, and maintenance of oil palm plantations / technical culture (fertilization, control weeds, pruning (penunasan).

Page 26: b u l e t i n i l m i a h

25

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

To determine differences in the productivity of oil palm land applied with LCPKS and are not applied to do the test, whereas for determine the effect of agronomic characters of oil palm productivity performed path analysis.

Results of analysis of data showed productivity of oil palm on land applied LCPKS not significantly different from the productivity of oil palm LCPKS not applied, but in year 3, the productivity of oil palm applied with LCPKS markedly higher than the productivity of coconut oil is not applied LCPKS. On a given block LCPKS characters agronomy not totally significant effect on the productivity of palm oil (R2= 0.276), whereas in block characters that are not applied LCPKS agronomy totally significant effect on the productivity of palm oil (R2 = 0.561)

Keywords : Palm oil, Productivity, LCPKS

PENDAHULUAN

Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup pen-ting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Industri kelapa sawit Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat, setidaknya dalam 10 tahun terakhir. Walaupun pada tahun 2008 ini CPO mencapai titik teren-dah, namun kita tetap optimis bahwa CPO (minyak kelapa sawit) nantinya akan merangkak naik kembali.

Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman monokotil (berumah satu) artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tanaman yang sama. Morfologi kelapa sawit adalah sebagai berikut: 1). Akar, tanaman kelapa sawit memiliki jenis akar serabut yang mengarah ke bawah dan samping. 2) Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 20 – 75cm. Tinggi tanaman dapat mencapai 24 m dan daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah

Page 27: b u l e t i n i l m i a h

26

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

umur 12 tahun pelepah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa. Panjang pelepah daun sekitar 7,5 – 9 m. Produksi pelepah daun selama satu tahun mencapai 20 – 30 pelepah. 4). Bunga, tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu. Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar. Umumnya tanaman kelapa sawit melakukan penyerbukan silang. 5). Buah, buah terkumpul di dalam tandan. Dalam satu tandan terdapat sekitar 1.600 buah. Tanaman normal akan menghasilkan 20 – 22 tandan per tahun. Jumlah tandan buah pada tanaman tua sekitar 12 – 14 tandan per tahun. Berat setiap tandan sekitar 25 – 35 kg.

Secara botani, buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri dari pericarp yang terbungkus oleh exocarp (atau kulit), mesocarp, dan endocarp (cangkang yang membungkus 1 – 4 inti/kernel umumnya hanya satu). Inti memiliki (kulit), endosperm yang padat, dan sebuah embrio, menempel dan bergerombol pada tandan buah. Jumlah per tandan dapat mencapai 1.600, berbentuk lonjong sampai membulat. Panjang buah 2 – 5 cm, beratnya sampai 30 gram. Bagian-bagian buah yang menghasilkan minyak (crude palm oil) adalah mesocarp. Buah kelapa sawit mencapai kematangan (siap untuk dipanen) sekitar lima bulan setelah terjadinya pernyerbukan (Pahan, 2006).

Syarat tumbuh kelapa sawit adalah: Curah hujan yang baik untuk pertumbuh-an dan produksi tanaman kelapa sawit adalah 2.000 mm/tahun dan merata sepan-jang tahun, penyinaran matahari harus penuh, suhu udara kisaran 22 – 32 0C, de-ngan kelembaban alternatif 75-80%, dimana kelembaban optimal, untuk pertum-buhan dan perkembangan kelapa sawit adalah 75% (Siregar H.H, dkk., 2006).

Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi CPO (crude palm oil) bukan hanya menghasilkan olahan utamanya saja yang berupa minyak, tetapi juga diikut-kan satu bahan ikutan yaitu limbah yang dihasilkan dari pengolahan minyak kelapa sawit yang berupa cair, padat dan gas. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS)

Page 28: b u l e t i n i l m i a h

27

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

yang dihasilkan dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan yang ada di sekitar pabrik, baik perairan maupun tanah. Hal ini disebabkan karena limbah LCPKS memiliki daya cemar yang tinggi. Dalam kondisi segar, LCPKS mengan-dung BOD sebesar 25.000 mg/l dan COD sebesar 48.000 mg/l. Sementara apabila ditinjau dari kandungan haranya, setiap 1 m3 LCPKS mengandung hara setara de-ngan 1,56 kg urea, 0,25 kg TSP, 2,50 kg MOP, dan 1,00 kg kiesrite (Anonim, 2006).

Berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-51/men LH/10/95, dengan dikeluarkannya peraturan Menteri Pertanian No. KB.310/452/MENTAN/XII/95 pada 4 Desember 1995 tentang standarisasi pengolahan limbah PKS dan karet terutama untuk aplikasi lahan sebagai sumber air dan pupuk maka setiap LCPKS yang akan dialirkan ke perairan bebas, harus terlebih dahulu dipro-ses sehingga tingkat BOD nya = 100 mg/l, dengan pH sekitar 6. Dengan mengu-rangi BOD LCPKS dari 25.000 mg/l menjadi 3.500 mg/l atau sebesar 86%, maka air limbah sudah dapat diaplikasikan ke areal tanaman kelapa sawit menghasilkan.

Pada dasarnya air limbah LCPKS tidak mengandung racun dan logam berat, karena produknya dipakai sebagai bahan makanan (Tobing, 1996). Ada beberapa alternatif pemanfaatan air limbah, seperti fermentasi anaerobik yang dapat menghasilkan gas bio, bahan pencampur pakan, atau sebagai pupuk organik dan pemantap tanah.

Dengan adanya kenaikan harga pupuk akan berpengaruh terhadap mening-katnya beban yang harus ditanggung perusahaan perkebunan dalam penyediaan pupuk setiap tahunnya. Upaya-upaya untuk mencari sumberdaya lain menjadi sa-ngat penting karena semakin mahalnya harga pupuk kimia. Pemanfaatan LCPKS dengan BOD antara 3.500 s/d 5.000 mg/l (dari perkebunan kelapa sawit, disamping akan mengurangi biaya dari waktu pengolahan limbah. Limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai salah satu sumber bahan organik selain sebagai sumber hara, juga akan berpengaruh dalam memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan kelembaban tanah, dan diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman kelapa sawit (Anonim, 2007).

Page 29: b u l e t i n i l m i a h

28

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan produktivitas kelapa sawit yang diaplikasi LCPKS dan yang tidak diaplikasi LCPKS serta untuk melihat karakter agronomi yang paling berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit.

TATA LAKSANA PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian: Penelitian ini dilaksanakan di PT. Subur Arum Makmur 1. Kebun Senamanenek, desa Danau Lancang Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar, Riau. Dilaksanakan pada bulan Februari – Juni 2008.

2. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Survei Agronomi, di kebun Senamanenek PT SAM 1. Terutama pada areal yang sudah diidentifikasi berdasarkan umur tanaman. Tempat penelitian berada di afdeling II, karena di afdeling ini telah dilakukan aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) pada tanaman kelapa sawit menghasilkan.

Jumlah blok pengamatan sebanyak 3 buah dari 6 blok yang diaplikasi LCPKS, pengambilan sampel ditentukan secara acak diagonal. Pengambilan data primer (karakter agronomi) berdasarkan umur tanaman, dengan jumlah sampel tanaman adalah 30 sampel untuk setiap blok, jadi total tanaman sampel adalah 90 tanaman. Luas areal yang diaplikasi dengan LCPKS, adalah blok H27 (22,54ha), H29 (24,7ha), dan H32 (24,35ha).

3. Jenis Data

a. Data PrimerData primer adalah data yang diambil secara langsung dari lapangan yaitu berupa karakter agronomi kelapa sawit yang meliputi:

Page 30: b u l e t i n i l m i a h

29

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

1. Berat tandan buah segar/janjangan (Y), Berat tandan buah segar (TBS) yang ditimbang pada saat panen per pokok (kilogram).

2. Tinggi batang (X1), Tinggi batang yang diukur adalah dari permukaan tanah hingga pelepah (meter).

3. Diameter batang (X2), Diameter batang diukur dengan menggunakan: π r (meter).

4. Diameter Kanopi (X3), Diameter kanopi yang diukur mulai dari pangkal kanopi kanan hingga ujung kanopi daun kiri (meter).

5. Jumlah pelepah (X4), Jumlah pelepah yang dihitung mulai dari pelepah 1, 8, 17, 25 dan seterusnya ditambah pelepah terakhir di bawahnya (buah).

6. Dimeter TBS/janjangan (X5), Diameter TBS/janjangan yang diukur mulai dari tepi kanan tandan hingga tepi kiri tandan, yang siap dipanen dalam satu pokok (meter).

7. Jumlah bunga betina (X6), Jumlah bunga betina dihitung dalam satu pokok (buah).

8. Jumlah bunga jantan (X7), Jumlah bunga jantan dihitung dalam satu pokok (buah).

9. Jumlah TBS/janjangan per pokok (X8), Jumlah TBS/janjangan yang dihitung adalah bunga yang tlah dibuahi dan telah berkembang sempurna (tandan).

b. Data SekunderData sekunder adalah data yang diambil dari perusahaan (data yang sudah tersedia), berupa data produktivitas kelapa sawit selama 5 tahun terakhir yang diambil dari kantor kebun dan kantor afdeling, yang mana data tersebut adalah data khusus blok yang diaplikasikan dengan LCPKS sebanyak 3 blok, di Afdeling II,1. Data produksi kelapa sawit selama 5 tahun terakhir2. Iklim (data curah hujan, dan distribusi hujan) selama 5 tahun

terakhir di Afdeling II,

Page 31: b u l e t i n i l m i a h

30

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

3. Data Pengolahan LCPKS, dan data treatment LCPKS pada tanaman kelapa sawit,

4. Data pemeliharaan tanaman kelapa sawit/kultur teknis (pemu-pukan, pengendalian gulma, data pruning (penunasan).

4. Metode Pengambilan Sampel

Data primer diambil dari 3 area blok kelapa sawit yang telah ditentukan. Pada setiap blok diambil sampel tanaman kelapa sawit secara acak diagonal sebanyak 30 sampel yang tersebar dalam 5 titik yaitu titik utara, titik selatan, titik tengah, titik timur, dan titik barat. Blok-blok tempat pengambilan sampel dimaksud yaitu blok H32, H29, H28.

5. Analisis Data

Untuk mengetahui perbedaan produktivitas kelapa sawit di lahan yang diaplikasi dengan LCPKS dan yang tidak diaplikasi LCPKS dilakukan uji t, sedangkan untuk melihat pengaruh karakter agronomi kelapa sawit pada blok yang diaplikasi LCPKS adalah dengan analisis lintas (path analysis).

Pada dasarnya metode Analisis Lintas (Path Analysis) merupakan analisis regersi linier berstruktur berkenaan dengan variabel-variabel baku (standardized variable), dalam satu sistem tertutup (closed system) yang secara formal bersifat lengkap. Dengan demikian analisis lintas dapat dipandang sebagai suatu analisis struktural yang membahas hubungan kasual diantara variabel-variabel dalam sis-tem tertutup. Analisis lintas sangat bermanfaat untuk mengetahui hubungan kasual antara faktor (antar variabel peramal atau variabel independent/variabel bebas) Xi, terhadap pembatasn respon dependent (Yi). Melalui analisis lintas dapat diukur pengaruh langsung dari faktor independen terhadap respon hasil (faktor indepen-dent/variabel tak bebas). Dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Page 32: b u l e t i n i l m i a h

31

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

n∑xixj - (∑xi) (∑xj)

√{n∑xi2 - (∑xi)

2 }{n∑xj2 - (∑xj)

2}rxixj =

Berdasarkan rumus korelasi diatas dapat dilakukan analisis lintasan, yakni dengan membangun gugus persamaan simultannya, yaitu :

=

=

r11 r12 r13 .... r 1pr21 r22 r23 .... r 2p

Rp1 rp2 rpp

. . . .

. . . .

c1

c

c2..

Rx RyC

r1y

rpy

r2y..

Gambar 1. Matriks Korelasi

Keterangan :Rx = matriks korelasi antar variabel bebas dalam model regresi berganda yang

memiliki p buah variabel bebas jadi merupakan matriks dengan elemen-elemen Rxixj (I,j = 1, 2, …., p).

C = vektor koefisien lintasan yang menunjukkan pengaruh langsung dari setiap variabel bebas yang telah dibakukan, Zi, terhadap variabel tak bebas (nilai koefisien lintasan sama dengan koefisien beta atau koefisien regresi baku).

Ry = vektor koefisien korelasi antar variabel bebas Xi (i= 1, 2, …, p) dan variabel tak bebas Y

C = R-1 . Ry

Untuk mengetahui pengaruh langsung variabel bebas yang dibakukan, Zi, terhadap variabel tak bebas Y, diukur oleh koefisien lintasan Ci. Pengaruh tidak langsung variabel bebas Zi terhadap variabel tak bebas Y, melalui variabel bebas Zj (melalui kehadiran variabel bebas Zj dalam model), diukur oleh besaran (Cjrij). Pengaruh galat (error) yang tidak dapat dijelaskan oleh suatu model, dimasukkan sebagai pengaruh galat atau sisaan, diukur dengan besaran:

Page 33: b u l e t i n i l m i a h

32

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

C2S = 1-∑C1riy ; Cs = √C2S

Untuk mengetahui hubungan diantara faktor-faktor agronomi terhadap respon hasil berat TBS/janjangan (Y), maka dibuat suatu bentuk hubungan sebagai berikut:

Y=B0 + B1 X1 + B2 X2 + B3 X3 + B4 X4 +............. + B8 X8 + E

Keterangan :

Y : berat tandan pertanaman B5 X5 : diameter janjangB0 : tetapan/konstanta B6 X6 : jumlah bunga betinaB1 X1 : tinggi batang B7 X7 : jumlah bunga jantanB2 X2 : diameter batang B8 X8 : jumlah tandan buah pada pokokB3 X3 : diameter Kanopi E : errorB4 X4 : jumlah pelepah

6. Alat dan Bahan Penelitian

a. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan tarik (50 kg), tali pengait, rol meter, kamera, bambu (panjang 7m), ballpoint, pensil, spidol, penggaris dan buku tulis.

b. BahanBahan yang digunakan adalah tanaman kelapa sawit, limbah cair pabrik kelapa sawit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan wujud dari tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan hidup dan konservasi sumber daya alam, sebagaimana yang diamanatkan dalam diskusi tentang minyak kelapa sawit yang berkelanjutan (Roundtable an sustainabel palm oil) terutama pada prin-sip 5, kriteria 5.3 yang berbunyi : limbah dikurangi, didaur ulang, dimanfaatkan

Page 34: b u l e t i n i l m i a h

33

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

kembali dan dibuang dengan cara yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial (Dja’far., et al. 2005).

PT. SAM 1 telah melakukan pengolahan dan aplikasi LCPKS sejak bulan Januari 2005. Limbah cair yang dialirkan ke dalam lahan, sehingga sifat limbah tersebut telah memenuhi syarat untuk diaplikasikan ke lahan. Salah satu tujuan dari penambahan LCPKS ke lahan adalah mengembalikan sebagianunsur hara yang telah diserap oleh tanaman (kelapa sawit) dan sebagai sumber humus yang dapat membantu meningkatkan kesuburan tanah karena humus merupakan gudang unsur hara jug adapat memperbaiki sifat-sifat tanah baik sifat fisik, kimia maupun biologi tanah. Kandungan hara setiap 1 m3 limbah cair setara dengan 1,56 kg Urea, 0,25 kg SP-36, 2,50 kg MOP, dan 1,00 kg Kiesrait. Sedangkan rata-rata penyaluran limbah cair ke lahan setiap harinya adalah 580 m3 (Tabel 1).

Tabel 1. Rata-rata realisasi aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit di areal land aplication seluas 442 ha (m3).

Rotasike

Jangkawaktu

(bulan)

JamOperasi

Lahandiaplikasi

Total Limbah dihaslikan

Limbah dialirkan Kete-

ranganBlok Luas (ha) Per hari per bulan Per hari per bulan

1 2 7.00 17.00 H27 22.54 590 15930 582 157142 2 7.00 17.00 H28 25.5 590 15930 582 157143 2 7.00 17.00 H29 24.7 590 15930 582 157144 2 7.00 17.00 H30 24.27 590 15930 582 157145 2 7.00 17.00 H31 22.93 590 15930 582 157146 2 7.00 17.00 H32 22.35 590 15930 582 15714

Total 3540 95580 3492 94284Rerata 590 582

Sumber : PT. SAM 1Keterangan : *Bila ada

Hasil analisis limbah yang diaplikasikan ke lahan dapat dilihat pada Tabel 2. Dari Tabel 2. terlihat bahwa baku mutu limbah cair yang diaplikasikan ke lahan sudah sesuai dengan Standard baku mutu yang telah ditentukan (sesuai dengan) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no 28 dan 29 tahun 2003. Sedangkan kesetaraan kandungan nutrisi di dalam limbah dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 35: b u l e t i n i l m i a h

34

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

Tabel 2. Hasil Pengujian air limbah (sesuai kepmen LH No. 28 dan No. 29 tahun 2003)

No PARAMETER SATUANKEP-51/

MENLH/10/1995KEPMENLHNo.28/2003

HASIL ANALISA

1 pH - 6,0-9,0 6,0-9,0 7,982 BOD 5 mg/L 100 * 450,03 COD mg/L mg/L r 350 * 1.137,04 Suspended Solid mg/L mg/L r 250 * 380,05 Total Solid mg/L mg/L r * * 3.320,06 Amonia (NH3) mg/L mg/L r * * 186,217 NitroaenTotal (N) mg/L mg/L r 50 * 192,368 Minyak & Lemak mg/L mg/L r 25 * 17

Sumber : PT. SAM 1Keterangan : *Belum diketahui

Tabel 3. Rerata limbah cair yang diaplikasikan pada lahan (land aplication) serta total kesetaraan dengan pupuk anorganik, yang terkandung dalam limbah.

Blok LARata-rata Luas Blok

Rata- rata Jml Phn

Total LCPKSyg dialirkan

(m3)

Kesetaraan Kadar Pupuk dalam LCPKS (ton)

Urea TSP KCI Kieserit

H27 - 32 24 3.040 15.714 24,S 3,9 39,3 15,7

Sumber : analisis dataKeterangan : 1 m3 limbah cair PKS dengan 1,56 kg Urea, 0,21 kg TSP, 2,50 kg

MOP, dan 1,00 kl Klesrite

Dengan demikian penambahan LCPKS ke lahan kelapa sawit dapat mengurangi dosisi pupuk anorganik yang dibutuhkan untuk menghasilkan kelapa sawit yang diharapkan. Produksi kelapa sawit yang diberi LCPKS dan yang tida kdiberi LCPKS dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Dari Tabel 4. Terlihat bahwa berdasarkan hasil uji t rata-rata produksi kelapa sawit yang dialiri LCPKS tidak berbeda nyata dengan produksi kelapa sawit yang tidak dialiri LCPKS, pada hal dosis pupuk anorganik yang diberikan berbeda. Dosis

Page 36: b u l e t i n i l m i a h

35

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

pupuk anorganik untuk lahan kelapa sawit yang tidak dialiri LCPKS lebih tinggi daripada yang dialiri LCPKS (lihat Tabel 5). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemberian LCPKS dapat menekan dosis pupuk anorganik untuk kelapa sawit.

Dari hasil analisis uji t untuk rata-rata produksi kelapa sawit selama 5 tahun terakhir, menunjukkan bahwa produksi TBS/pohon/ha tahun 2003-2006 tidak me-nunjukkan hasil yang berbeda nyata. Akan tetapi produksi TBS/pohon/ha tahun 2007 antara blok dengan aplikasi LCPKS dengan blok tanpa LCPKS menunjukkan beda nyata, produksi kelapa sawit yang dialiri LCPKS nyata lebih tinggi dibandingkan yang tidak ditambah LCPKS (produksi tahun 2007) blok LA=217,43 kg/pohon, pada blok non LA 197,51 kg/pohon). Sehingga dapat dijelaskan bahwa penambahan LCPKS dapat meningkatkan produksi. Hal ini diduga bahwa LCPKS mengandung bahan or-ganik atau humus, yang mana menurut Stevenson (1981), humus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: dapat mengikat air 20 kali beratnya sendiri, mempunyai ke-mampuan sebagai bahan perekat tanah, dapat mengikat senyawa kompleks seperti Cu2+, Mn2+, dan Zn2+, mempunyai kemampuan menetralkan pH tanah, meningkatkan kapasitas pertukaran kation (KPK B.O antara 300 sampai 1400 meg/100g), mengan-dung unsur hara CO2, NH4, NO4, PO4, dan SO4, tidak larut dalam air dan dapat mengikat residu pertisida didalam tanah, sehingga apabila humus dimasukkan ke dalam tanah dapat memperbaiki sifat-sifat tanah baik fisik, kimia, maupun biologi.

Tabel 4. Rerata produksi kelapa sawit pada lahan yang diaplikasi LCPKS dan yang tidak diaplikasi LCPKS.

NoTahun Blok LA Bloknon LA

produksi Kgl Pkk Kg/Ha Kgl Pkk Kg/Ha

1 2003 118.99 a 15.034.99 a 119 a 15.337.15 a2 2004 186.28 a 23.532.75 a 186.04 a 23.532.75 a3 2005 168.89 a 21.363 a 183.82 a 23.707.71 a4 2006 192.1 a 24.275.21 a 207.74 a 26.783.38 a5 2007 217.43 a 27.464.24 a 197.51 b 25.465.25 b

Total 883.70 111,669.67 894.11 114,826.24Rata-rata 176.74 a 22.333,93 a 178.82 a 22.966.25 a

Sumber : Analisis dataKeterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris menunjukkan tidak

beda nyata berdasarkan uji t pada jenjang nyata 50%

Page 37: b u l e t i n i l m i a h

36

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah: (1) menaikkan warna ta-nah menjadi lebih kelam, Coklat-hitam sehingga dapat menaikkan suhu tanah, (2) meningkatkan agregasi (granulasi tanah), sehingga stabilitas agregat, aerasi (peng-hawaan) le bih baik, draenasi (perembihan dan peluluhan air) lebih baik, dan tanah lebih tahan terhadap erosi, (3) mengurangi plastisitas pada tanah lembung (clay), ta-nah lebih mudah diolah (lebih gembur), (4) menaikkan kemampuan tanah mengikat/menyimpan air.

Pengaruh bahan organikterhadap sifat kimia tanah antara lain : (1) menaikkan KPK tanah (humus mempunyai KPK>200 me/100gr, (2) merupakan salah satu sumber unsur hara (penting dalam daur/siklus unsur hara), (3) merupakan carangan unsur hara utama N, P, S dalam bentuk organik dan unsur hara mikro (Fe, Cu, Mn, Zn, B, Mo, Ca) dalam bentuk khelat (chelate) dan makro organisme tanah (BO merupakan sumber energi/makanan) bagi bakteri, fungi, acrinomycetes, cacing, serangga, dll (Stevenson, 1994). Dengan demikian makan pertumbuhan tanaman optimal dan produktivitas tanaman akan meningkat.

Pemberian pupuk kimia seperti yang diberikan pada Blok Non LA. yang tidak diikuti dengan penambahan bahan organik seperti pada Blok LA hanyalah menambah jumlah unsur hara dalam tanah tanpa diikuti perbaikan sifat fisik tanah yang berkaitan dengan ketersediaan udara dan air dalam tanah. Air dan udara di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh struktur tanah serta kemampuan tanah mengikat air. Penambahan pupuk kimia, hanyalah menambah jumlah unsur hara dalam tanah namun di lain sisi justru membuat tanah menjadi keras dan menurunkan kemampuan tanah mengikat air sehingga keadaan udara dan air tidak seimbang, karena sifat fisik dan biologi tidak terbaiki maka lama kelamaan produktivitas kelapa sawit di lahan tersebut akan mengalami penurunan.

Hal kedua yaitu dari hasil pengamatan data pengujian kualitas limbah cair pabrik kelapa sawit PT SAM 1 yang dilakukan oleh badan riset, diketahui bahwa C/N ratio limbah cair adalah <20 dengan kandungan BOD = 285,4 mg/l, COD = 667,1 mg/l, minyak dan lemak 6 mg/l, nitrogen total 195,1 mg/l, yang berarti limbah cair tersebut telah memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan persyaratan.

Page 38: b u l e t i n i l m i a h

37

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

Hasil uji t untuk produksi kelapa sawit yang diaplikasi LCPKS dan yang non aplikasi selama 2 tahun terakhir (2005-2006), menunjukkan tidak berbeda nyata. Hal ini diduga karena aplikasi limbah cair pada lahan kelapa sawit baru dilaksanakan awal tahun 2005 (Januari 2005), sehingga belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kelapa sawit pada saat itu, seperti terlihat pada Tabel 5. Akan tetapi hasil uji t data produksi TBS/pohon/ha tahun 2007 antara blok dengan aplikasi LCPKS dengan blok tanpa aplikasi LCPKS menunjukkan ada beda nyata (produksi tahun 2007 blok LA = 217,43 kg/pohon, pada blok non LA= 197,51 kg/pohon), sehingga dapat dikatakan bahwa penambahan LCPKS baru menampakkan hasil yang signifikan terhadap produksi TBS pada tahun ke 2 sejak diaplikasi (Januari 2005 – 2007). Pemberian LCPKS dapat meningkatkan produksi kelapa sawit dalam jangka 2 tahun setelah aplikasi sebesar 10,10% /pohon/ha.

Hasil analisis regresi (path analysis) antara karakter agronomi tanaman ke-lapa sawit pada blok aplikasi limbah cair (sampel blok H32, H28, H 27), dengan produksi kelapa sawit menunjukkan korelasi positif, terutama adalah tinggi tanam-an (0,26 atau 26,2%), selanjutnya adalah diameter janjangan (0,237 atau 23,7%) dan jumlah janjangan (0,265 atau 26,5%), sedangkan figur karakter agronomi yang lain juga memberikan pengaruh namun tidak signifikan. Untuk lebih jelasnya dapat di-lihat pada Tabel 6 dan Gambar 2.

Analisis yang dilakukan dalam menentukan pengaruh sisaan (residual) dari hubungan 8 karakter agronomi (X1-X8) yang berpengaruh kepada hasil produksi kelapa sawit (Y) pada lahan yang diaplikasi LCPKS adalah sebesar 0,276 atau 27,6%, yang berarti hasil analisis hanya mampu menjelaskan pengaruh karakter agronomi sebesar 27,6%. Faktor lain diluar karakter agronomi dinilai masih kurang memberikan pengaruh terhadap hasil produksi janjangan kelapa sawit.

Dengan demikian dapat diungkapkan bahwa karakter agronomi pada lahan aplikasi limbah cair hanya memberikan pengaruh sebanyak 27,6%, atau dapat dikatakan memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap produktivitas kelapa sawit (<40%). Hal ini dikarenakan adanya faktor lain (faktor internal dan faktor eksternal) yang belum diteliti namun memberikan pengaruh terhadap

Page 39: b u l e t i n i l m i a h

38

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

produktivitas tanamna kelapa sawit. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor yang ada di atas tanah, yang terdiri dari iklim (curah hujan, suhu, kelembaban, intensitas penyinaran dan panjang gelombang, serta faktor angin) sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di dalam tanah yang meliputi ketersediaan unsur hara, udara dan kandungan air tanah (Lubis AU. 1996).

Hasil analisis regresi (path analysis) antara karakter agronomi tanaman kelapa sawit pada blok non aplikasi limbah cair dengan produksi kelapa sawit adalah hanya ada 2 karakter agronomi yang mempunyai korelasi positif, yaitu tinggi tanaman (0,396 atau 39,6%), dan diameter janjangan (0,434 atau 43,4%), sedangkan figur karakter agronomi yang lain juga memberikan pengaruh namun tidak signifikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 3.

Sedangkan hasil analisis pengaruh sisaan (residual) dari hubungan karakter agronomi dengan hasil kelapa sawit pada lahan tanpa diaplikasi LCPKS, adalah bahwa 8 karakter agronomi (X1-X8) memberikan pengaruh kepada berat janjangan (Y) sebesar 56,1% yang berarti karakter agronomi memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas tanamna kelapa sawit. Sementara itu masih ada pengaruh sisaan sebesar 43,9% yang belum diketahui tetapi turut mempengaruhi produktivitas kelapa sawit. Faktor-faktor di luar karakter agronomi.

Page 40: b u l e t i n i l m i a h

39

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

Tabel 5. Rerata rekomendasi pemupukan/pohon/ha

BlokLuas

Ha

Jumlah

Pohon

Api

ke

Urea Rph MOP Kiesrite

Kg/pk Ton/ha Kg/pk Ton/ha Kg/pk Ton/ha Kg/pk Ton/ha

22.54 2912I 1.00 2.90 1.50 4.35 1.00 2.90 0.75 2.20II 1.00 2.90 1.00 2.90

H28

LA25.5 3259

I 1.00 3.25 1.50 4.90 1.00 3.25 0.75 2.45II 1.00 3.25 1.00 3.25

H29

LA24.7 3066

I 1.00 3.05 1.50 4.60 1.00 3.05 0.75 2.30II 1.00 3.05 1.00 3.05

H30

LA24.27 3107

I 1.00 3.10 1.50 4.65 1.00 3.10 0.75 2.35II 1.00 3.10 1.00 3.10

H31

LA22.93 2743

I 1.00 2.75 1.50 4.10 1.00 2.75 0.75 2.05II 1.00 2.75 1.00 2.75

H32

LA24.35 3156

I 1.00 3.15 1.50 4.75 1.00 3.15 0.75 2.35II 1.00 3.15 1.00 3.15

Total 12.00 36.40 9.00 27.35 12.00 36.40 4.50 13.70Rata-rata 1.00.a 3.03 1.50.a 4.56 1.00 .a 3.03 0.75.a 2.28I 26

NON LA21.52 2680

I 1.75 4.70 1.75 4.70 1.00 4.70 1.00 2.70II 1.00 2.70 1.75 2.70

I 27

NON LA21.02 2854

I 1.75 5.00 1.75 5.00 1.00 5.00 1.00 2.85II 1.00 2.85 1.75 2.85

I 28

NON LA24.94 3254

I 1.75 5.70 2.00 6.50 1.00 5.70 1.25 4.05II 1.00 3.25 1.75 3.25

I 29

NON LA24.6 3118

I 1.75 5.45 2.00 6.25 1.00 5.45 1.25 3.90II 1.00 3.10 1.75 3.10

I 30

NON LA23.74 3091

I 1.75 5.40 2.00 6.20 1.00 5.40 1.25 3.85II 1.00 3.10 1.75 3.10

I 31

NON LA23.24 2978

I 1.75 5.20 2.00 5.95 1.00 5.20 1.25 3.70II 1.00 3.00 1.75 3.00

Total 16.50 49.45 11.50 34.60 16.50 49.45 7.00 21.05

Sumber : Analisis dataKeterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom menunjukkan tidak

ada beda nyata berdasarkan uji t pada jenjang nyata 5%

Page 41: b u l e t i n i l m i a h

40

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

Tabel 6. Koefisien korelasi antar karakter agronomi pada lahan aplikasi LCPKS

CorrelationsB.JJG

Y

T.TN

X1

D.BTG

X2

D.KNP

X3

J.PLP

X4

D.JJG

X5

J.BG.J

X6

J.BG.E

X7

J.JJG

X8

Berat janjangan

rata-rata

(B.JJG)

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

1.000

90

0.362

0.000

90

0.108

0.155

90

0.199

0.030

90

0.037

0.365

90

0.274

0.005

90

-0.175

0.049

90

0.175

0.050

90

0.353

0.000

90

Tinggi

tanaman

(T.TN)

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

0.362

0.000.

90

1.000

90

0.003

0.490

90

0.389

0.000

90

-0.145

0.086

90

0.097

0.180

90

-0.202

0.028

90

0.182

0.043

90

0.224

0.017

90

Diameter

batang

(D. BTG)

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

0.108

0.155

90

0.003

0.490

90

1.000

90

0.383

0.000

90

-0.002

0.491

90

0.074

0.245

90

-0.073

0.247

90

0.048

0.326

90

0.107

0.158

90

Diameter

kanopi

(D.KNP)

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

0.199

0.030

90

0.389

0.000

90

0.383

0.000

90

1.000

90

-0.105

0.162

90

0.166

0.059

90

-0.120

0.131

90

0.070

0.255

90

0.064

0.275

90

Jumlah

pelepah

(J.PLP)

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

0.037

0.365

90

-0.145

0.086

90

-0.002

0.491

90

-0.105

0.162

90

1.000

90

0.162

0.063

90

0.294

0.002

90

0.232

0.014

90

0.047

0.330

90

Diameter

janjangan

(D.JJG)

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

0.274

0.005

90

0.097

0.180

90

0.074

0.245

90

0.166

0.059

90

0.162

0.063

90

1.000

90

-0.090

0.200

90

-0.020

0.427

90

0.004

0.486

90

Jumlah bunga

Jantan

(J.BG.J)

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

-0.175

0.049

90

-0.202

0.028

90

-0.073

0.247

90

-0.120

0.131

90

0.294

0.002

90

-0.090

0.200

90

1.000

90

0.074

0.243

90

-0.317

0.001

90

Jumlah bunga

Betina

(J.BG.B)

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

0.175

0.050

90

0.182

0.043

90

0.048

0.326

90

0.070

0.255

90

0.232

0.014

90

-0.020

0.427

90

0.074

0.243

90

1.000

90

0.245

0.010

90

Jumlah

janjangan

(J.JJG)

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

0.353

0.000

90

0.224

0.017

90

0.107

0.158

90

0.064

0.275

90

0.047

0.330

90

0.004

0.486

90

-0.317

0.001

90

0.245

0.010

90

1.000

90

Sumber : Analisis data primer

Page 42: b u l e t i n i l m i a h

41

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

0,2600,0510,0170,0180,2370,0220,0610,265

0,362; 0,108; 0,199; 0,037; 0,274; -0,175; 0,175; 0,3530,003; 0,389; -0,145; 0,097; -0,202; 0,182; 0,224

0,383; -0,002; 0,074; -0,073; 0,048; 0,107-0,105; 0,166; -0,120; 0,070; 0,064

0,162; -0,294; 0,232; 0,047-0,090; -0,020; 0,004

0,074;-0,3170,245

0,3620,0180,1990,0370,2740,1750,1750,353

Gambar 2. Matrik Korelasi Produktivitas Kelapa Sawit dengan karakter Agronomi pada lahan yang diaplikasi LCPKS

Gambar 3. Diagram lintas karakter agronomi pada blok yang diaplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit.

Sumber : Analisis data

Page 43: b u l e t i n i l m i a h

42

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

Keterangan : X1 : tinggi tanaman X5 : diameter janjanganX2 : diameter batang X6 : jumlah bunga jantanX3 : diameter kanopi X7 : jumlah bunga betinaX4 : jumlah pelepah X8 : jumlah janjangan

Tabel 7. Koefisien lintasan aplikasi LCPKS

B

Unstandardized Coefficients 95% Confidence Correlations

Std.

ErrorBeta t Sig.

Lower

Bound

Upper

Bound

Zero-

orderPartial Part

Toler

anceVIF

(Constant) -1.534 20.729 -0.074 0.941 -42.779 39.711Tinggi tanaman 2.073 0.879 0.260 2.357 0.021 0.323 3.822 0.362 0.253 0.223 0.736 1.359Diameter batang 9.582 19.871 0.051 0.482 0.631 -29.955 49.120 0.108 0.054 0.046 0.812 1.232Diameter kanopi 1.356 9.208 0.017 0.147 0.883 -16.966 19.677 0.199 0.016 0.362 0.253 0.223Jumlah pelepah 0.034 0.201 0.018 0.168 0.867 -0.367 0.435 0.037 0.019 0.108 0.054 0.046

Diameter

janjangan9.748 4.070 0.237 2.395 0.019 1.649 17.847 0.274 0.257 0.199 0.016 0.014

Jumlah bunga

jantan-0.070 0.349 -0.022 -0.201 0.841 -0.763 0.624 -0.175 -0.022 0.037 0.019 0.016

Jumlah bunga

betina0.374 0.626 0.061 0.597 0.552 -0.872 1.620 0.175 0.066 0.274 0.257 0.226

Jumlah

janjangan0.773 0.310 0.265 2.493 0.015 0.156 1.390 0.353 0.267 -0.175 -0.022 -0.019

Sumber : Analisis data primerKeterangan : Angka yang dicetak tebal adalah angka yang dipakai sebagai nilai

koefisien lintasan (Nilai C)

Rumus persamaan ..................

Y = -1,534 + 2,073x1 + 9,582x2 + 1,356x3 + 0,034x4 + 9,478x5 + 0,070x6 + 0,374x7+ 0,773x8 + E

R2 = 0,276

Page 44: b u l e t i n i l m i a h

43

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

Tabel 8. Koefisien korelasi antar karakter agronomi pada lahan tanpa aplikasi LCPKS

CorrelationsB.JJG

Y

T.TN

X1

D.BTG

X2

D.KNP

X3

J.PLP

X4

D.JJG

X5

J.BG.J

X6

J.BG.E

X7

J.JJG

X8

Berat janjangan

rata-rata

(B.JJG)

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

1.000

90

0.510

0.000

90

-0.004

0.485

90

0.203

0.028

90

0.300

0.002

90

0.581

0.000

90

0.343

0.000

90

0.155

0.073

90

0.165

0.060

90

Tinggi

tanaman

(T.TN)

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

0.510

0.000

90

1.000

90

-0.002

0.494

90

0.446

0.000

90

‘0.083

0.219

90

0.226

0.016

90

0.125

0.120

90

0.406

0.000

90

0.082

0.222

90

Diameter

batang

(D. BTG)

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

-0.004

0.485

90

-0.002

0.494

90

1.000

90

0.072

0.249

90

0.041

0.351

90

0.024

0.412

90

-0.141

0.093

90

-0.066

0.267

90

0.119

0.133

90

Diameter

kanopi

(D.KNP)

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

0.203

0.028

90

0.446

0.000

90

0.072

0,249

90

1.000

90

0.108

0,156

90

0.050

0.318

90

-0.021

0.424

90

0.073

0,246

90

0.187

0,039

90

Jumlah

pelepah

(J.PLP)

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

0.300

0.002

90

0.083

0.219

90

0.041

0.351

90

0.108

0.156

90

1.000

90

0.210

0.023

90

0.367

0.000

90

0.145

0.087

90

0.018

0.432

90

Diameter

janjangan

(D.JJG)

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

0.581

0.000

90

0.226

0.016

90

0.024

0.412

90

0.050

0.318

90

0.210

0.023

90

1.000

90

0.139

0.095

90

0.023

0.414

90

0.079

0.230

90

Jumlah bunga

Jantan

(J.BG.J)

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

0.343

0.000

90

0.125

0.120

90

-0.141

0.093

90

-0.021

0.424

90

0.367

0.000

90

0.139

0.095

90

1.000

90

-0.082

0.222

90

-0.040

0.353

90

Jumlah bunga

Betina

(J.BG.B)

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

0.155

0.073

90

0.406

0.000

90

-0.066

0.267

90

0.073

0.246

90

0.145

0.087

90

0.023

0.414

90

-0.082

0.222

90

1.000

90

0.226

0.016

90

Jumlah

janjangan

(J.JJG)

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

0.165

0.060

90

0.082

0.222

90

0.119

0.133

90

0.187

0.039

90

0.018

0.432

90

0.079

0.230

90

-0.040

0.353

90

0.226

0.016

90

1.000

90

Sumber : Analisis data primer

Page 45: b u l e t i n i l m i a h

44

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

0.396-0,006-0,0230,1130,4340,191

-0,0430,119

0.510;-0.004;0.203;0.300;0.581;0.343;0.155;0.165-0,002;0,446;0,083;0,226;0,125;0,406;0,082

0,072;0,041;0,024;-0,141;-0,066;0,1190,108;0,050;-0,021;0,073;0,187

0,210;0,367;0,145;0,0180,139;0,023;0,079

-0,082;-0,0400,226

0.510-0,0040,0230,3000,5810,1910,1550,165

Gambar 4. Matrik Korelai Produktivitas Kelapa Sawit dengan karakter Agronomi pada lahan yang tidak diaplikasi LCPKS

Gambar 5. Diagram lintas untuk model regresi delapan variabel bebas tanaman kelapa sawit di areal tanpa aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS)

Page 46: b u l e t i n i l m i a h

45

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

Sumber : Analisis dataKeterangan : X1 : tinggi tanaman X5 : diameter janjangan

X2 : diameter batang X6 : jumlah bunga jantanX3 : diameter kanopi X7 : jumlah bunga betinaX4 : jumlah pelepah X8 : jumlah janjangan

Tabel 9. Koefisien lintasan tanpa aplikasi LCPKS

B

Unstandardized Coefficients 95% Confidence CorrelationsToler

anceVIFStd.

ErrorBeta t Sig.

Lower

Bound

Upper

Bound

Zero-

orderPartial Part

(Constant) -30.658 813.98 -2.192 0.031 -58.486 -2.829Tinggi tanaman 2.770 0.677 0.396 4.092 0.000 1.423 4.117 0.510 0.414 0.301 0.578 1.732Diameter batang -1.033 12.254 -0.006 -0.084 0.933 -25.414 23.349 -0.004 -0.009 -0.006 0.939 1.065Diameter kanopi -1.244 4.706 -0.023 -0.264 0.792 -10.808 8.120 0.203 -0.029 -0.019 0.719 1.391Jumlah pelepah 0.251 0.187 0.113 1.342 0.183 -0.121 0.623 0.300 0.147 0.099 0.770 1.299

Diameter

janjangan77.244 13.944 0.434 5.540 0.000 49.499 104.989 0.581 0.524 0.408 0.884 1.131

Jumlah bunga

jantan0.713 0.312 0.191 2.283 0.025 0.092 1.334 0.343 0.246 0.168 0.772 1.295

Jumlah bunga

betina-0.330 0.685 -0.043 -0.482 0.631 -1.693 1.033 0.155 -0.053 -0.035 0.695 1.439

Jumlah

janjangan0.410 0.271 0.119 1.513 0.134 -0.129 0.950 0.165 0.166 0.111 0.883 1.133

Sumber : Analisis data primerKeterangan : Angka yang dicetak tebal adalah angka yang dipakai sebagai nilai

koefisien lintasan (Nilai C)

Rumus persamaan sebagai bentuk hubungan dari karakter agronomi dengan berat janjangan kelapa sawit:Y = -30,658 + 2,070X1 + -1,033X2 + 1,244X3 + 0,251X4 + 77,244X5 + 0,713X6 +

0,330X7+ 0,410X8 + E

R2 = 0,276

Page 47: b u l e t i n i l m i a h

46

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian kajian produktivitas tanaman kelapa sawit pada lahan yang diaplikasikan limbah cair pabrik kelapa sawit di PT. SAM 1 Kabupaten Kampar, Riau, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Rata-rata produktivitas kelapa sawit pada lahan yang diaplikasi LCPKS tidak berbeda nyata dengan produktivitas kelapa sawit yang tidak diaplikasi LCPKS.

2. Pada tahun ke 3 (tahun 2007), produktivitas kelapa sawit yang diaplikasi dengan LCPKS nyata lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas kelapa sawit yang tidak diaplikasi LCPKS.

3. Penambahan LCPKS telah menurunkan dosis pupuk anorganik bagi tanaman kelapa sawit pada areal land aplication.

4. Pada blok yang diberi LCPKS karakter agronomi tidak berpengaruh nyata secara total terhadap produktivitas kelapa sawit (R2 = 0,276).

5. Pada blok yang tidak diaplikasikan LCPKS karakter agronomi berpengaruh nyata secara total terhadap produktivitas kelapa sawit (R2 = 0,561)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006. Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian Prima Tani. Litbang. Deptain. go.id. www.google.com

Anonim, 2007. Spirit Baru Kelapa Sawit Nasional. Sinar Harapan. Edisi 17/7/2007. Gaol Website. google.com

Dja’far, Ratnawati N. dan M. Akmal, 2005. Pedoman Roundetabel sustainabel Palm Oil (RSPO) Tentang Prinsip dan kriteria Sustainable Palm Oil Pada Industri Kelapa Sawit. Jurnal PPKS. Medan. Vol. 13(2): hal 85-101

Lubis AU., 1996. Sebaran Produksi Bukanan Kelapa Sawit (Elaeis guineensi,Jacq). Jurnal PPKS, Medan vol. 4(1): hal 1-7.

Page 48: b u l e t i n i l m i a h

47

Kajian Produktivitas Kelapa Sawit ..........

Tobing, P.L., dan Lubis, S. 1994. Penggunaan Betagen – Rispa untuk Pengendalian Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Berita PPKS Vol. 2 hal 221-229

Tobing, P.L., 1996. Pedoman Teknis. Prospek Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Untuk Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan. Warta PPKS. Medan. Vol 4(1): hal 23-28.

Tobing, PL., dan Poeloengan Z. 2000. Pengendalian Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Secara Biologis di Indonesia. Jurnal PPKS. Medan. Vol 8 (2): hal 99-105.

Siregar H.H., Darian .N.H., dan Pangaribuan Y. 2006. Peranan Ilmu Iklim Pada Masa Kini dan Mendatang Bagi Pertamanan Kelapa Sawit. Warta PPKS. Medan. Vol 13(2) hal 21-29

Stevenson, F.J. 1981. Humus and chemistry. A Wiley Interscience Publication. Jhon Wiley & Sons. Page 18

Stevenson, F.J. 1994. Humus and chemistry. A Wiley Interscience Publication. Jhon Wiley & Sons. Page 18

Page 49: b u l e t i n i l m i a h

48

Analisa Minyak Hilang Selama Proses Pengolahan CPO Akibat Lama Perebusan Tandan Buah Segar

Analisys of Oil Loss in CPO Processing of Fresh Fruit Bunch Caused by Boiling Time

Oleh: Gani Supriyanto 1)

1. Staf Pengajar Fakultas Teknologi Pertanian Instiper Yogyakarta

ABSTRACT

This research to determine the appropriate boiling time of Fresh Fruit Bunch (TBS) with determining oil losses processes of Palm Oil. This research conducted in PT Hutahaean Riau. Research data was taken at random sample from pressing waste, nut, empty bunch and condensate from boiler. Data was plotted at graphical the influences of boiling time to variables treatment. Result of this research was indicated that pure oil in CPO was influenced the boiling time. The result showed also that oil losses were obtained from pericarp, nut, empty bunch and condensate. Total oil losses was proportionally with boiling time. Oil losses in pericarp 0,76% to 0,91% in nut, 0,12% to 0,18% in empty bunch o,25% - 0,88% and in condensate 0,12% - 0,69% from FFB.

Keywords: oil loss, boiling time, CPO processing

PENDAHULUAN

Proses perebusan tandan sawit merupakan suatu proses yang penting dan menentukan kualitas minyak sawit yang dihasilkan dalam pengolahan CPO. Faktor yang menentukan dalam perebusan tandan sawit antara lain suhu dan tekanan pada boiler serta lama perebusan. Sistem perebusan yang biasa dilakukan dalam

Page 50: b u l e t i n i l m i a h

49

Analisa Minyak Hilang Selama Proses ..........

pengolahan CPO adalah sistem dua puncak dan tiga puncak tekanan (double dan triple peak) dengan tekanan 2,8 sampai 3,2 kg/cm2.

Pengaturan lama perebusan masih jarang dilakukan penelitian, terutama kaitannya dengan memaksimalkan hasil dengan meminimalkan kehilangan minyak selama proses pengolahan. Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat digunakan untuk memprediksi lama perebusan tandan sawit untuk meminimalkan kehilangan minyak sehingga dapat digunakan oleh PMS dalam menetapkan waktu perebusan.

Berapa jumlah, sifat serta mutu hasil akhir yang diperoleh ditentukan oleh sifat dan muth bahan mentah yang diolah, cara dan kondisi perlakuan terhadap bahan mentah serta pengolahannya. Hasil akhir dari suatu PMS adalah minyak sawit dan inti sawit. Namun ada beberapa PMS yang telah mengolah inti sawit ini dengan menggunakan ekstraksi mekanis yang menghasilkan minyak inti dan bungkil (Lubis, 1992).

Tahapan-tahapan pengolahan minyak sawit terdiri dari stasiun penerimaan bauh, stasiun perebusan, stasiun perontokan, stasiun pres dan stasiun klarifikasi. Tandan buah segar (TBS) yang masuk dengan truk atau lori, ditimbang pada stasiun ini kemudian ditimbun sementara menunggu antrian pengolahan.

Pada stasiun perebusan TBS mengalami perebusan dengan menggunakan uap panas boiler. Maksud dari perebuasan antara lain untuk menginaktifkan enzim lipas yang ada dalam buah maupun mikrobia kontaminan, memudahkan pemisahan dengan tandan, memudahkan pelumatan daging buah, dan memudahkan proses klarifikasi (Lubis, 1992).

Proses perebusan dilakukan dengan memasukkan TBS ke dalam boiler dan uap panas dimasukkan hingga tekanan mencapai puncak yang diinginkan (puncak I) dan dipertahankan hingga 40 – 70 menit, kemudian katup pelepas tekanan dibuka (turner dan Gill Banks, 1974). Perebusan yang umum dilakukan saat ini waktu mempertahankan pada tekanan puncak antara 90 – 100 menit, dan setelah katup pelepas tekanan dibuka dilanjutkan perebusan pada puncak II. Untuk mencapai

Page 51: b u l e t i n i l m i a h

50

Analisa Minyak Hilang Selama Proses ..........

puncak II, hanya memerlukan waktu 15 menit untuk mencapai tekanan 2,8 kg/cm2. Kadang perebusan dilanjutkan dengan puncak III yang tekanannya mencapai kurang lebih 3,2 kg/cm2. Tujuan perebusan hingga punca ketiga ini adalah agar uap benar-benar terdistribusi secara merata ke selurh buah.

Perebusan yang biasa dilakukan pada industri besar digunakan ketel silinder berdiameter 2100 mm dengan kapasitas 15 ton/jam (Supadyo dan Haryono, 2000). Perebusan menggunakan suhu 1250C selama kurang lebih 1 jam. Perebusan yang terlalu lama akan mengakibatkan penurunan rendemen dan pemucatan pada kernel. Sebaliknya jika perebusan terlalu cepat, mengakibatkan perontokannya lebih sulit, sehingga semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandannya (Yan Fauzi, dkk., 2002).

TBS yang sudah direbus selanjutnya dilakukan perontokan dengan thresher untuk melepaskan buah dari tandannya. Buah ini yang nantinya akan dipres untuk diambil minyaknya yang terkandung di dalam daging buah. Sebelum buah dipres terlebih dahulu dilumatkan pada stasiun pelumatan. Buah yang sudah dilumatkan dan berbentuk bubur buah selanjutnya dipres para stasiun pengepresan. Pengepresan merupakan salah satu cara yang paling umum untuk mengekstraksi minyak kasar dari bubur buah (Supadyo dan Haryono, 2000).

Pengepresan biasa dilakukan dengan msin press jenis screw press. Penge-presan dengan screw press kadang menigkatkan biji pecah, sehingga menurunkan rendemen minyak inti. Metode pengepresan dua tahap ternyata dapat meningkat-kan minyak inti hingga 23,02% atau 1,15% terhadap TBS (Naibaho, dkk., 1994).

Minyak kasar pengepresan selanjutnya masuk ke stasiun klarifikasi untuk mendapatkan pemurnian. Pemurnian dilakukan dengan metode pengendapan.

Pengendalian mutu minyak sawit yang dihasilkan memang ditentukan juga oleh mutu tandan dan mutu panen. Namun demikian tidak kalah pentingnya adalah mutu dalam pengolahannya. Yang dimaksud mutu tandan adalah derajat kesempur-naan pembuahan tandan. Sedangkan mutu panen adalah derajat kemasakan panen, kegiatan pengumpulan brondolan, dan perlakuan terhadap tandan. Selain mempe-

Page 52: b u l e t i n i l m i a h

51

Analisa Minyak Hilang Selama Proses ..........

ngaruhi mutu minyak, mutu tandan dan mutu panen menentukan kehilangan dan rendemen (Supadyo dan Haryono, 2000)

Pengendalian pengolahan menyangkut pengendalian efisiensi yaitu nisbah antara input dan output yang dihasilkan. Pengendalian ini selain menyangkut pengendalian sumber daya manusia, juga menyangkut pengendalian mesin dan waktu. Pengendalian pada alat termasuk pengendalian cara kerja (kondisi proses) (Anonim, 1994).

Pengendalian input-output dalam pengolahan minyak sawit perlu melihat neraca massa dalam pengolahan minyak sawit. Sejumlah massa bahan baku (TBS) akan dihasilkan output yang berupa minyak murni, minyak kernel. Massa output hasil olahan dan mass input bahan baku untuk masing-masing tahapan pengolahan seperti digambarkan dalam diagram pohon indutri minyak kelapa sawit pada Gambar 1. Dengan melihat diagram neraca massa seperti pada Gambar 1 dapat diperkirakan kebutuhan mesin proses, kebutuhan tenaga kerja dan lain-lain. Perencanaan yang tepat dalam menentukan kebutuhan mesin, kebutuhan tenaga kerja serta infrastruktur lainnya akan meningkatkan efisiensi pengolahan. Dari diagram tersebut untuk menghasilkan 3150 kg minyak dibutuhkan bahan baku sejumlah 15 ton TBS.

Kondisi proses meliputi suhu, tekanan dan waktu. Pengendalian suhu yang optimal sangatn ditentukan oleh sifat fisik dari minyak sawit. Ciri khas minyak sawit adalah viskositasnya yang tidak konstan. Minyak sawit mempunyai viskosi-tas yang tinggi, sehingga untuk mengeluarkan dari buah sawit memerlukan suhu yang tinggi, namun masih di bawah titik didih air. Jika campuran minyak dan air dibiarkan terlalu lama akan terjadi emulsi yang sukar untuk memisahkannya antara minyak dan air (Supadyo dan Haryono, 2000).

Page 53: b u l e t i n i l m i a h

52

Analisa Minyak Hilang Selama Proses ..........

AIR KONDESAT

BUAH NUT

AMPASKERNEL

OIL

OLEIN

FFA

Stearin

CPO AIR

Pure OIL

SOLID

10%

67% 11%

2%

2%

15%

1%

6,6%

4,4%

1,8%

6%

43% 20%

21%

2%

AIR menguap

KERNEL MEAL

MOISTURE0,2%

BB ampas11%

AIR menguap

CANGKANGTBK23%

13%

MOISTURE1%

KERNEL4%

TBS

100%

Gambar 1. Diagram neraca massa industri pengolahan kelapa sawit

Untuk pemanasan dalam proses pengolahan minyak sawit dipakai uap dengan tekanan rendah. Sehingga dalam perebusan digunakan tekanan 2,8 – 3,2 kg/cm2. Waktu perebusan diusahakan sesingkat mungkin. Hal ini disebabkan jika terlalu lama campuran minyak dan air dibiarkan akan lebih sukar untuk memisahkan minyak dan air. Oleh karena itu perlu dijaga persinggungan antara minyak dengan air dan udara sesingkat mungkin.

METODOLOGI

Penelitian dilakukan di PKS PT. Hutahaean, Dalu-dalu Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Pada penelitian ini dilakukan perebusa TBS pada tekanan 2,5 – 3,2 dengan suhu 141oC dan waktunya divariasi antara 90 – 110 menit. Pada setiap perlakuan waktu perebusan, diambil air kondensat yang keluar melalui celah-celah perebusan, kemudian dianalisa minyak yang masih tertinggal dalam kondensat dengan diekstrak. Air total selama perebusan untuk mencari presentase minyak tertinggal dalam kondensat.

Page 54: b u l e t i n i l m i a h

53

Analisa Minyak Hilang Selama Proses ..........

Buah yang telah direbus, kemudian dirontokkan dari tandan, kemudian diam-bil sampel tandan kosong untuk dianalisa minyak yang tertinggal dalam tandan ko-song dengan dioven dan diekstraksi. Tandan kosong total hasil perontokan dihitung untuk mencari berat relatif hasil minyak yang tertinggal dalam tandan kosong.

Pengambilan data minyak hilang pada proses pengepresan, dilakukan dengan mengambil ampas sisa pengepresan. Total ampa hasil pengepresan ditimbang, de-mikian pula halnya minyak kasar yang dihasilkan dari pengepresan dihitung untuk mencari presentase minyak hilang terhadap minyak kasar yang dihasilkan.

Data yang didapatkan diplotkan ke dalam grafik hubungan anrata lama pere-busan dengan minyak hilang pada masing-masing komponen. Dari grafik tersebut dapat diperkirakan hubungan antara lama perebusan dengan jumlah kehilangan mi-nyak total maupun pada masing-masing stasiun, sehingga dapat diprediksi lama perebusan optimum yang menghasilkan kehilangan minyak minimum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Rendemen Minyak Sawit

Lama perebusan akan menentukan komposisi komponen yang ada dalam CPO. Komponen penyusun CPO adalah minyak murni, nos, air dan sludge. Besarnya kom-ponen penyusun ini tergantung dari proses-proses sebelumnya. Hasil analisis labora-torium kompoenen penyusun CPO seperti pada Tabel 1, dan grafik hubungan antara lama perebusan dengan minyak sawit yang dihasilkan tersaji pada Gambar 2.

Tabel 1. Komposisi penyusun CPO

LAMAPEREBUSAN

MINYAK NOS AIR SLUDGE% TBS % TBS % TBS % TBS

90 19,35 1,38 11,78 10,4995 20,21 1,55 10,49 10,75

100 20,73 1,72 11,61 8,94105 20,3 1,55 11,27 9,88110 19,09 1,81 10,58 11,52

Page 55: b u l e t i n i l m i a h

54

Analisa Minyak Hilang Selama Proses ..........

21

20,8

20,6

20,4

20,2

20

19,8

19,6

19,4

19,2

1985 90 95 100 105 110 115

Lama Perebusan, (menit)

y = -0,0145x2 + 2,9x - 123,91

R2 = 0,9852Has

il M

inya

k, %

TB

S

Gambar 2. Grafik hubungan antara lama perembusan dengan minyak murni yang dihasilkan

Presentase jumlah minyak yang dihasilkan semakin lama perebusan akan se-makin besar hingga pada titik tertentu, kemudian akan menurun. Titik maksimum presentase minyak dalam crude oil, merupakan lama perebusan minyak optimum dilihat dari presentase minyak yang dihasilkan. Dari hasil analisa matematis, lama perebusan optimum dilihat dari jumlah minyak yang dihasilkan adalah pada pere-busan 100 menit. Pada perebusan dengan waktu tersebut jumlah minyak yang meng-uap minimal, sehingga dihasilkan minyak yang maksimal. Hubungan antara minyak sawit yang dihasilkan dengan lama perebusan dapat digambarkan dengan regresi.

O=-0,0145t2 + 2,9t – 123,91

Hasil pengujian statikpun didapatkan bahwa minyak sawit yang dihasilkan dipengaruhi secara nyata oleh lama perebusannya.

Komponen lain dalam minyak kasar adalah nos, air dan sludge. Nos atau kotoran yang dihasilkan dari ekstraksi minyak kasar, maupun kandungan air dalam minyak kasar dari hasil uji statistik menunjukkan tidak ada pengaruh nyata antara

Page 56: b u l e t i n i l m i a h

55

Analisa Minyak Hilang Selama Proses ..........

lama perebusan dengan kotoran (nos) dan air yang terkandung di dalam minyak kasar.

B. Jumlah Minyak Hilang

Dalam pengolahan minyak sawit hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah minyak hilang dapat sekecil mungkin, sehingga jumlah minyak yang dapat dieks-trak dapat maksimal. Hasil penelitian jumlah minyak hilang akibat lamanya pere-busan pada masing-masing proses dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Minyak hilang

LAMAPEREBUSAN

KONDENSAT TBK NUT AMPAS TOTAL

% % % % %90 0,12 0,24 0,12 0,76 1,2495 0,32 0,43 0,16 0,78 1,69

100 0,40 0,58 0,15 0,91 2,04105 0,53 0,73 0,16 0,82 2,24110 0,69 0,88 0,18 0,81 2,56

Minyak hilang dapat terjadi pada masing-masing stasiun. Dari Tabel 2 minyak hilang terjadi di stasiun perebusan (pada kondensat), di stasiun perontokan (tandan buah kosong), di stasiun screw press (pada ampas dan biji).

Secara grafis besarnya minyak hilang akibat lamanya perebusan pada masing-masing stasiun seperti pada Gambar 3 sampai dengan Gambar 7.

Page 57: b u l e t i n i l m i a h

56

Analisa Minyak Hilang Selama Proses ..........

1

0,8

0,6

0,4

0,2

0

85 90 95 100 105 110 115

Lama Perebusan, (menit)

MINYAK HILANG PADA KONDESAT

y = 0,027x - 2,288

R2 = 0,9847

Min

yak

Hila

ng, %

TB

S

Gambar 3. Grafik hubungan lamanya perembusan terhadap minyak hilang pada kondesat

Pada saat perebusan, dimungkinkan masih ada minyak yang terikut ke dalam kondensat. Jumlah minyak yang bercampur dengan kondensat akan berbeda pada masing-masing lama perebusan. Hubungan ini dapat dinyatakan secara matematis dengan regresi seperti yang ditunjukkan dalam grafik. Hubungan tersebut dinyata-kan dalam regresi linier :

O=0,027t – 2,228 (R2= 0,9847)

Semakin lama perebusan, minyak hilang pada kondensat akan semakin besar. Hal ini dikarenakan semakin lama perebusan, minyak banyak yang keluar dan bercampur dengan air rebusan yang akhirnya keluar bersama-sama dengan air kondensat.

Sedangkan minyak hilang pada stasiun perontokan dimungkinkan minyak masih menempel pada tandan buah kosong. Hubungan antara lama perebusan dengan minyak hilang pada tandan buah kosong terlihat pada Gambar 4. Dari Gambar 4

Page 58: b u l e t i n i l m i a h

57

Analisa Minyak Hilang Selama Proses ..........

terlihat bahwa semakin lama perebusan, minyak yang hilang menempel pada tandan kosong semakin besar. Hubungan tersebut dapat dinyatakan regresi linier :

O=0,0316t – 2,588 (R2= 0,9947)

Hubungan antara lama perebusan dengan minyak hilang pada tandan buah kosong seperti dalam regresi tersebut menunjukkan bahwa hubungannya sangat kuat (r2= 0,9847). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh lamanya perebusan terhadap minyak hilang pada tandan kosong sebesar 99,74% dan sebagian kecil dipengaruhi oleh faktor lain.

MINYAK HILANG PADA TANDAN KOSONG

1

0,9

0,8

0,7

0,6

0,5

0,4

0,3

0,2

0,1

085 90 95 100 105 110 115

Lama Perebusan, (menit)

y = 0,0316x - 2,588

R2 = 0,9974

Min

yak

Hila

ng, %

TB

S

Gambar 4. Grafik hubungan lamanya perembusan terhadap minyak hilang pada tandan kosong

Page 59: b u l e t i n i l m i a h

58

Analisa Minyak Hilang Selama Proses ..........

0,2

0,18

0,16

0,14

0,12

0,1

85 90 95 100 105 110 115

Lama Perebusan, (menit)

MINYAK HILANG PADA BIJI (NUT)

y = 0,024x - 0,086

R2 = 0,75

Min

yak

Hila

ng, %

TB

S

Gambar 5. Grafik hubungan lamanya perembusan terhadap minyak hilang pada nut

Pada stasiun pengepresan minyak hilang terjadi karena terikut dalam nut (biji) maupun masih tertinggal dalam ampas. Gambar 5 menunjukkan hubungan antara minyak hilang pada stasiun perontokan yang terikut dalam biji. Semakin lama perebusan minyak hilang terikut pada nut akan semakin besar. Hubungan ini dinyatakan dengan regresi linier:

O=0,0024t – 0,086 (R2= 0,75)

Dengan melihat regresi ini maka minyak hilang yang menenpel pada nut selain diakibatkan oleh faktor lama perebusan (75%) juga dipengaruhi oleh faktor lain.

Sedangkan minyak hilang pada stasiun pengepresan yang terikut dalam ampas terlihat pada Gambar 5. Dari gambar tersebut terlihat hubungan minyak hilang yang terikut pada ampas dengan lama perebusan tidak menunjukkan hubungan yang erat. Hal ini berarti bahwa minyak hilang yang terikut dalam ampas tidak hanya dipengaruhi oleh lamanya perbusan, akan tetapi juga dipengaruhi oleh

Page 60: b u l e t i n i l m i a h

59

Analisa Minyak Hilang Selama Proses ..........

faktor lain, misalnya pengepresan itu sendiri. Jika pengepresan kurang kuat sehingga dimungkinkan masih ada minyak yang tertinggal dalam daging buah kemudian akan terbuang bersama dengan ampas.

1

0,9

0,8

0,7

0,6

0,5

85 90 95 100 105 110 115

Lama Perebusan, (menit)

MINYAK HILANG PADA APAS

Min

yak

Hila

ng, %

TB

S

Gambar 6. Grafik hubungan lamanya perembusan terhadap minyak hilang pada kondesat

Secara keseluruhan minyak hilang total pada masing-masing stasiun dipengaruhi oleh lamanya perebusan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 7.

Page 61: b u l e t i n i l m i a h

60

Analisa Minyak Hilang Selama Proses ..........

MINYAK HILANG PADATIAP STASIUN

3,00

2,50

2,00

1,50

1,00

0,50

0,00

85 90 95 100 105 110 115

Lama Perebusan, (menit)

y = 0,0638x - 4,426

R2 = =0,9823

Min

yak

Hila

ng, %

TB

S

Gambar 7. Grafik hubungan lamanya perembusan terhadap minyak hilang total

Dari Gambar 7 terlihat semakin lama perebusan tandan buah segar, kehilangan minyak akan semakin besar. Hubungan terebut secara proporsional dapat dinyatakan dalam suatu hubungan linier:

O=0,0638t – 4,426 (R2= 0,9823).

Pengaruh lama perebusan terhadap minyak hilang total yang tertinggal pada kondensat, tandan buah kosong, biji, dan ampas seperti yang terlihat pada Gambar 7 terlihat nyata. Hal ini dapat dilihat nilai r2 dari regresi yang dihasilkan 0,9823. Sebagian besar minyak yang hilang yang tertinggal pada kondensat, tandan kosong, biji dan ampas disebabkan oleh lama perebusan. Hanya sebagian kecil saja minyak yang tertinggal disebabkan karena faktor lain.

Page 62: b u l e t i n i l m i a h

61

Analisa Minyak Hilang Selama Proses ..........

Berdasakrn hasil analisa kehilanga minyak yang tertinggal pada masing-masing stasiun, terlihat hubungan antara lama perebusan dengan kehilangan minyak mengikuti regresi linier, sehingga banyak minyak yang hilang. Dengan demikian perebusan yang menghasilkan kehilangan yang sekecil mungkin akna terjadi jika perebusan tidak berlangsung lama. Akan tetapi jika perebusan kurang lama, tujuan utama perebusan belum tercapai. Sehingga untuk menentukan lama perebusan yang optimum dapat dilihat dengan hasil rendemen minyak murni yang dihasilkan.

Berdasarkan analisa data penelitian yang telah dilakukan, hubungan antara rendemen minyak murni dengan lama perebusan menunjukkan hubungan secara kuadratik. Pada perebusan dengan waktu pendek semakin lama perebusan akan menghasilkan presentase minyak murni yang kecil. Kemudian semakin lama minyak murni yang dihasilkan akan semakin besar hingga waktu perebusan tertentu. Pada lama perebusan 100 menit akan menghasilkan jumlah relatif minyak murni yang terbesar. Berdasarkan hal tersebut, maka perebusan optimum yang dianjurkan adalah selama 100 menit.

KESIMPULAN

1. Jumlah minyak sawit yang terdapat dalam minyak kasa (crude oil) yang dihasilkan pada pengolahan kelapa sawit pada berbagai lama perebusan dapat dinyatakan dengan regresi : O=-0,0145t2 + 2,9t – 123,91

2. Minyak hilang dapat terjadi karena masih menempel atau tercampur pada kondensat perebusan, tandan buah kosong, biji dan ampas pengepresan.

3. Minyak hilang pada perebusan yang tercampur dengan kondensat dipengaruhi oleh lama perebusan tandan buah segar. Hubungan antara lama perebusan dengan minyak hilang pada kondensat dapat dinyatakan dengan regresi O=0,027t – 2,228 (R2= 0,9847)

4. Minyak hilang pada perontokan yang tercampur dengan tandan buah kosong dipengaruhi oleh lama perebusan tandan buah segar. Hubungan antara lama

Page 63: b u l e t i n i l m i a h

62

Analisa Minyak Hilang Selama Proses ..........

perebusan dengan minyak hilang pada tandan buah kosong dapat dinyatakan dengan regresi O=0,0316t – 2,588 (R2= 0,9947)

5. Minyak hilang pada pengepresan yang tercampur dengan biji (nut) dipenga-ruhi oleh lama perebusan tandan buah segar, sedangkan yang tercampur dengan ampas tidak dipengaruhi secara nyata. Hubungan antara lama pe-rebusan dengan minyak hilang pada nut dapat dinyatakan dengan regresi : O=0,0024t– 0,086 (R2= 0,75)

6. Total minyak hilang dipengaruhi oleh lama perebusan tandan buah segar. Hubungan lama perebusan dengan minyak hilang total dapat dinyatakan dengan regresi : O=0,0638t – 4,426 (R2= 0,9823)

7. Perebusan tandan buah segar optimum yang menghasilkan jumlah minyak murni maksimum adalah perebusan selama 100 menit.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, T.N., Gani Supriyanto dan Budi Rahardjo, 2004. Pengaruh Lama Perebusan Tandan Buah Segar Terhadap oKehilangan Minyak Hasil Produksi Kelapa Sawit. Fakultas Teknologi Pertanian Instiper, Yogyakarta.

Anonim, 1990. Syarat-syarat Mutu Minyak. Dit. Standarisasi dan Pengawasan Mutu, Dit. Jen Penelitian dan Pengembangan, Departemen Perdagangan RI.

Anonim, 1994. Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit Volume 2 nomor 1

Anonim, 1996. Interaksi Pemasaran Minyak Kelapa dan Kelapa Sawit. J. Penelitian Kelapa Sawit vol. 4 no.3. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Anonim, 1997. Pembuatan Produk Pangan Berbentuk Emulsi dari Minyak Sawit Merah. J. Penelitian Kelapa Sawit vol. 5 no.3. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Anonim, 2000. Potensi Pengembangan Industri Hilir Kelapa Sawit di Indonesia. J. Penelitian Kelapa Sawit vol. 5 no.3. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Page 64: b u l e t i n i l m i a h

63

Analisa Minyak Hilang Selama Proses ..........

Gomez, K and A.A. Gomez, 1987. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Penerbit Universitas Indonesia.

Hartley, C.W.S., 1987. The Oil Palm. Longman Scientific and Technical, New York

Lubis, A.U., 1987. Kelapa Sawit (Elaeis Guineesis Jacq) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan, Marihat Bandar Kuala.

Reksohadiprodjo, 1986. Kelapa Sawit dan Pemanfaatannya. Penerbar Swadaya, Jakarta

Soeyanto, 1985. Pengolahan Minyak Kelapa Sawit. Penerbit Kanisius, Jakarta.

Soepadiyo, M. Dan S. Haryono, 2000. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Syaprial, 1985. Mutu dan Produksi Minyak Inti Sawit. PT. Perkebunan X, Betung Barat

Taibin, Z., 1993. Vademecum Pabrik Kelapa Sawit. Bidang Tanaman. PT. Perkebunan X, Betung Barat.

Yudantara, I.K.G, 1999. Pedoman Praktis Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Bedugul Corporation Plantation & Trading Company, Jakarta.

Page 65: b u l e t i n i l m i a h

64

Kajian Potensi Pemanfaatan Limbah Sludge Kolam Anaerob dan Aerob Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit

Study of Potential Use of Anaerob and Aerob Ponds Palm Oil Waste Treatment Plant Sludge

Oleh: Nuraeni Dwi D,1) Andreas Wahyu K.2)

1. Staf Pengajar Fakultas Teknologi Pertanian Instiper Yogyakarta2. Staf Pengajar Fakultas Teknologi Pertanian Instiper Yogyakarta

ABSTRACT

There are some kind of palm oil mill (POM/PKS) wastes, one them is a wastewater (sludge). The wastewater produced from palm oil mills are acidic, and contain many suspended organic materials which is consist of cellulose and oil residue. This waste will contaminate the environment if discarded into rivers directly. PKS should treat the waste securely before discard it into the rivers. The research was conducted at PT. Tunggal Perkasa Plantation (TPP), Riau Province. The method used to treat the waste was “Two Phase Activated Sludge System”. This method used some ponds, each of them has a gradual function. They are : clarification ponds, cooling ponds, mixing pond, anaerobic ponds, settling ponds and aerobic ponds.

This research studied the potential utilization of palm oil mill’s wastewater (sludge) as an nutrients enhancer for oil palm (Elaeis gueneensis Jacq.), compared to commonly fertilizer apllication in PT. Tunggal Perkasa Plantation. The study included sludge’s nutrient/fertilizer availability content analysis. The sludge was taken from anaeroboic and aerobic ponds. Nutrient availability was compared to the fertilizer needs of palm oil in term of N, P, K, Ca and Mg level.

The results showed that sludge in anaerobic pond contained N (0.04%), Ca (0.017%), P (0.004%), Mg (0.016%) and K (0.161). While the aerobic pond’s sludge contained nutrients: N (0.041%), Ca (0.145%), P (0.003%), C (0.017%), Mg (0.083%) and K (0.131%). Equalizing to the fertilizers commonly applied

Page 66: b u l e t i n i l m i a h

65

Kajian Potensi Pemanfaatan Limbah ..........

in PT. TPP, sludge fertilized per tree to meet the element needed of N is 550.9 kg, of P is 12842.6 kg, of Mg is 162.1 kg, and of K is 342.7 kg. Fertilizer from wastewater can be used as a complement to anorganic fertilizer. The weakness of sludge application as fertilizers is its large volume, while the advantage is environmentally friendly. The wastewater (sludge) application for oil palm need special techniques in order to economically viable.

Keywords: wastewater, sludge, nutrients, Elaesis gueneensis Jacq. phase two activated sludge systems.

PENDAHULUAN

Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) berasar dari tiga sumber, yaitu berupa air kondensat yang dihasilkan dari stasiun rebusan (sterilizer), limbah stasiun klarifikasi (clarifier), dan limbah dari hydrocyclone.

Setiap ton tandan buah segar (TBS) yang diolah dapat menghasilkan limbah cair sekitar 0,7 ton (LUBIS, A. 1992), Limbah segar yang dihasilkan pabrik kelapa sawit (PKS) tersebut bersifat asam dan masih banyak mengandung bahan-bahan organik tersuspensasi yang terdiri dari selulosa dan residu minyak (MA. A.N dan A.S.H. 1985). Dengan demikian limbah tersebut dapat mencemari lingkungan apabila dibuang langsung ke sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu. Menurut keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51/men.LH/10/95, baku mutu LCPKS yang dapat dibuang ke sungai adalah kandungan biological oxygen demand (BOD) maksimum sebesar 100 mg/L, chemical oxygen demand (COD) maksimum sebesar 350 mg/L, total padatan tersuspensi (total suspended solid/TBS) maksimum sebesar 250 mg/L, dan pH berkisar antara 6 -9 (BAPEDAL. 1995).

Perusahaan kelapa sawit berkelanjutan yang diformulasikan ke dalam Round-table on Sustainable Palm Oil (RSPO) menuntut tidak adanya pengaruh buruk budidaya dan pengolahan kelapa sawit terhadap lingkungan. Setiap limbah harus diolah sehingga aman untuk lingkungan. Dari sisi produktivitas finansial, sedapat mungkin limbah dapat menghasilkan pendapatan atau mendukung sistem produksi sehingga lebih efisien.

Page 67: b u l e t i n i l m i a h

66

Kajian Potensi Pemanfaatan Limbah ..........

Sistem pengolahan likmbah cair yang ada saat ini menghasilkan limbah yang di dalamnya masih terdapat unsur-unsur yang dapat dimanfaatkan bagi perumbuhan tanaman. Diperlukan kajian lebih rinci mengenai potensi pemanfaatan limbah cair dari kolam aerob untuk pemupukan tanaman, sehingga limbah selain aman juga ber-manfaat secara ekonomi dan lingkungan (economic and environment beneficiary).

Makalah ini bertujuan membahas potensi pemanfaatan limbah sludge/lumpur pengolahan kelapa sawit sebagai rumber unsur hara untuk tanaman kelapa sawit (Elaeis gueneensis jacq), berdasarkan penelitian di PKS PT. Tunggal Perkasa Plantation, Riau.

1. Kebutuhan Hara Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit terdiri dari 92 unsur, tetapi hanya 16 unsur esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Dari 16 unsur tersebut, unsur C, H, dan O diperoleh dari udara dan air (dalam bentuk CO2 dan H2O), sedangkan 13 unsur mineral esensial lainnya diperoleh dari dalam tandah dan secara umum digolongkan sebagai “hara”.

Unsur hara makro (N,P,K,S,Ca, dan Mg) dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar yang kandungan (nilai) kritisnya antara 2-30g/kg berat kering tanaman. Unsur hara makro tersebut terdiri dari unsur hara utama (N,P,K) dan unsur hara sekunder (S, Ca, Mg). Unsur hara utama diberikan dalam bentuk pupuk pada seluruh jenis tanaman dan seluruh jenis tanah. Dalam hal ini, N diserap dalam bentuk ion NH4+, P dalam kation P5+, dan K dalam kation K+. sementara unsur hara sekunder hanya diberikan pada beberapa jenis tanaman pada jenis tanah tertentu. Dalam hal ini, S, diserap dalam bentuk anion SO42-, Ca dalam kation Ca+ dan Mg dalam kation Mg2+.

Unsur hara mikro (7unsur) dibutuhkan dalam jumlah relatif kecil yang kandungan kritisnya berkisar antara 0,3-50mg/kg berat kering tanaman. Dari unsur hara mikro ini, 5 unsur merupakan logam berat (Fe, Mn, Zn, Cu dan Mo) yang diserap tanaman dalam bentuk kation divalen atau kelat, kecuali Mo yang diserap dalam bentuk anion divalen molibdat (MoO4). Dua unsur hara bukan-logam (Cl

Page 68: b u l e t i n i l m i a h

67

Kajian Potensi Pemanfaatan Limbah ..........

dan B) diserap tanaman dalam bentuk anion Cl- dan kation b3+. Beberapa unsur hara mineral memberikan pengaruh menguntungkan (benefical) pada beberapa jenis tanaman, tetapi tidak bersifat esensial seperti Na, Si, Co, Cl, dan Al.

2. Diagnosis Kebutuhan Pupuk

Diagnosis kebutuhan pupuk dilakukan untuk mengetahui jumlah pupuk yang harus diaplikasikan. Hal tersebut penting untuk diperhatikan agar diperoleh hasil (produk) yang optimal.

Kemampuan tanah dalam menyediakan hara mempunyai perbedaan yang sangat menyolok, tergantung pada jumlah hara yang tersedia, adanya proses fiksasi dan mobilisasi, serta kemudahan hara tersedia (secara kimia) untuk mencapai zona perakaran tanaman. Oleh karena itu, diperlukan metode emperis untuk menentukan status hara di dalam tanah dan tanaman untuk memberikna pedoman yang efektif bagi praktik pemupukan.

a. Diagnosis secara visualDiagnosis secara visual dilakukan dengan pangamatan langsung dengan memperhatikan beberapa kriteria. Kunci ringkas untuk melihat tanda dan gejala definisi hara dapat dilihat pada Tabel 1.

b. Diagnosis secara kimia.Diagnosis secara kimia dilakukan dengan melakukan analisis tanah dan analisis jaringan. Diagnosis secara kimia ini lebih presisi dan ilmiah jika dibandingkan dengan diagnosis secara visual.

c. Diagnosisi berdasar hasil percobaan pemupukanDiagnosis ini berdasarkan pada penelitian dan pencatatan produksi yang dirangkai dalam rancangan percobaan.

Page 69: b u l e t i n i l m i a h

68

Kajian Potensi Pemanfaatan Limbah ..........

Tabel 1. Tanda, gejala, dan defisiensi hara

NO TANDA & GEJALA DEfISIENSI

pada daun tertua

1 Daun menguning (klorosis) mulai dari ujung anak daun N2 Bagian tepi anak daun mengering (nekrosis)

3Terjadi klorosis pada daerahs ekitar tulang daun sedangkan sebagian helaian daunnya masih hijau

4 Daun menjadi kecoklatan, kelabu dengan bercak-bercak putih5 Anak daun dan pelepah menjadi kemerah-merahan

pada daun termuda

1 Daun menjadi hijau kekuningan dengan tulang daun kekuningan2 Daun menjadi hijau kekuningan dengan tulang daun tetap hijau3 Muncul bercak-bercak hitam kecoklatan4 Ujung daun termuda memutih

5

Daun termuda menjadi kecoklatan, membengkok (hook leaf), tumbuh pendek sehingga ujung pelepah melingkar (rounde frondtip), anak daun pada ujung pelepah muda berubah bentuk menjadi kecil seperti rumput (bristle tip) atau tumbuh rapat pendek, seolah-olah bersatu, dan padat (little leaf)

3. Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

Limbah cair pabrik kelapa sawit adalah larutan yang mengandung bahan or-ganik seperti protein, minyak /lemak, karbohidrat dan lain-lain yang penguraiannya dapat mempengaruhi keseimbangan hidup makhluk hidup di sekitarnya. Limbah jenis ini dihasilkan beberapa tahapan proses yang aktifitasnya mencakup pemisahan bahan oleh dan dengan bahan yang tidak terpakai, yang berupa air kondensat yang dihasilkan dari stasiun rebusan (sterilizer), limbah dari stasiun klarifikasi (clarifier) dan limbah dari hydrocyclone.

Effluent Treatment merupakan salah satu cara penanganan atau pemurnian limbah cair secara biologis, dimana peranan mikrobia digunakan sebagai bahan pengurai limbah dalam suatu proses fermentasi sehingga dihasilkan limbah yang memenuhi syarta baku mutu limbah cair (PP/KEP.51/10/1996)

Page 70: b u l e t i n i l m i a h

69

Kajian Potensi Pemanfaatan Limbah ..........

Dalam lumpur hasil endapan kolam pengolahan limbah industri akan ditemu-kan tiga unsur hara makro yaitu nitrogen, fosfor, kalium, selain unsur hara makro ditemukan juga unsur hara mikro. Unsur mikro Na, Mn, Zn, dan Cl (Azis, 2003).

Tabel 2. Baku Mutu Limbah Cair PMKS

NO ParameterKadar Maksimum(Mg/Ltr. Limbah)

Beban PencemaranMax. Kg/Ton Produk

1 BOD 250 1 - 52 COD 500 33 Suspendid Solid 300 1 - 84 Amoniacal Nitrogen (N-NH3) 20 0 - 125 Minyak dan Lemak 30 0 - 186 PH 6 - 9 6 - 97 Debit Limbah Max - 6

Sumber: Kep-Men LH No. KEP.51/MENLH/I0/1996

Tandan Buah Segar

Limbah Padat

Serabut (12-13%)

Cangkang (6%)

Tandan kosong(22-23%)

Limbah Hydroeyclone(5-10%)

Kondensat Rebusan(10% - 20%)

Limbah St. Klarifikasi(70-75%)

Limbah Cair

Gambar 1. Proporsi limbah kelapa sawit

Page 71: b u l e t i n i l m i a h

70

Kajian Potensi Pemanfaatan Limbah ..........

Limbah Cair

Contact Pond

Pembuangan akhir

Kolam AEROBIC

KolamPendingin

KolamPencampuran

KolamPencampuran

KolamAnaerobic

KolamAnaerobic

Limbah dariHYDROCYCLON

Gambar2. Bagan Proses Pengolahan Limbah Cair PKS metode ”Two Phase Activated Sludge System”

Adanya logam berat dalam limbah perlu mendapatkan perhatian dalam kaitannya dengan alternatif pemanfaatan sebagai pupuk tanaman, logam berat dapat terakumulasi dalam tanaman. Akumulasi logam berat pada tanaman dapat terjadi pada bagian akar, daun dan bunga (Krause & Kraiser, 1997)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pengolahan Limbah Cair PT. Tunggal Perkasa Plantation (TPP) Kabupaten Indra Giri Hulu, RIAU. Analisis sampel limbah dilakukan di laboratorium PT. Tunggal Perkasa Plantation dan di laboratorium Analisis Tanah Instiper Yogyakarta.

Page 72: b u l e t i n i l m i a h

71

Kajian Potensi Pemanfaatan Limbah ..........

Sampel yang diambil pada titik keluar kolam anaerob dan aerob. Dari sampel tersebut dianalisis kadar N total, kadar phosphat PO4/P, kadar K, kadar Ca, kadar Mg, dan kadar Bahan Organik. Kemudian dikaji kandungan unsur dalam pupuk anorganik yang ada di pasaran yang dipergunakan PT TTP, meliputi nama pupuk (Merek dagang), jenis unsur, kadar unsur.

Selain itu juga dilakukan pencatatan kebutuhan pemupukan untuk budidaya kelapa sawit, meliputi jenis dan dosisnya.

Analisis dilakukan dengan menghitung kecukupan/ketersediaan kandungan unsur hara/pupuk dalam sludge dibandingkan terhadap kebutuhan pupuk anorganik untuk kelapa sawit:

1. Mengkaji kandungan unsur-unsur dalam sludge meliputi jenis dan kadarnya.2. Menghitung kebutuhan pupuk anorganik untuk kelapa sawit yang diaplikasikan

di PT TTP.3. Menghitung kesetaraan dosis pemberian sludge untuk tingkatan umur

tanaman kelapa sawit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pabrik kelapa sawit obyek penelitian yakni milik PT Tunggal Perkasa Planta-tions, Riau mempunyai kapasitas olah 60 TBS/jam. Areal tertanam yang dilayani pabrik seluas 14.309,81 ha, terdiri atas 23 afdeling. Berdasarkan data tahun 1998-2002, rata-rata TBS diolah sebesar 170.995.023 kg/th, CPO dihasilkan = 109.237.646 kg/th, dan kernel sebesar 11.965.339 kg/th. Bila tiap ton YBS diolah menghasilkan 0,7 ton limbah cair, maka tiap tahun proses ini menghasilkan 119.696 ton limbah cair. Volume yang sangat besar ini menyimpan potensi untuk dimanfaatkan, karena di dalam endapan kolam pengolahan limbah cair (sludge) terkandung unsur hara.

1. Hasil Analisa Limbah Cair Terhadap Baku Mutu Limbah Cair IndustriSesuai dengan program pengelolaan kelapa sawit secara berkelanjutan, setiap limbah yang dihasilkan dari sistem budidaya dan pengolahan kelapa

Page 73: b u l e t i n i l m i a h

72

Kajian Potensi Pemanfaatan Limbah ..........

sawit dipersyaratkan tidak merusak lingkungan dan aman bagi kehidupan sekitarnya, atau memenuhi baku mutu yang dipersyarakan.

Analisa terhadap sampel limbah cair PT TTP pada tahun 2007 memberikan kesimpulan bahwa limbah cair setelah melalui pengolahan memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai air limbah (lihat Tabel 3). Sedangkan penelitian di sungai mengunjukkan airnya kurang memenuhi syarat, dari parameter BOD, COD, dan kadar belerang. Hal ini memperlihatkan limbah cair PKS PT TTP dapat dipergunakan untuk tujuan lain, misalnya pemupukan.

Tabel 3. Hasil analisa parameter limbah cair obyek penelitian pada th 2007 (Balai Laboratorium Pengujian, Din. Kimpraswil, Riau)

NO Parameter Sat.Kadar

Maks.**Hasil

Analisa

1 pH - 6,0-9,0 6,2

2 BOD5 mg/I 5000 540,9

3 COD mg/I * 1259

4 NH3-N mg/I * 168,7

5 Minyak dan Lemak mg/I * 9,0

6 TSS mg/I * 2400

7 TDS mg/I * 5170

8 Timbal (Pb) mg/I * 0,024

9 Tembaga (Cu) mg/I * 0,009

10 Kadmium (Cd) mg/I * -

11 Seng (Zn) mg/I * 0,105

Ket: * = Tidak dipersyaratkan. ** = Kep Men LH No. 28 th 2003

Page 74: b u l e t i n i l m i a h

73

Kajian Potensi Pemanfaatan Limbah ..........

2. Kandungan Unsur Hara dalam Lumpur Hasil Pengolahan Limbah Cair

Bahan yang digunakan untuk penelitian berupa endapan (sludge) hasil pengolahan limbah cair yang sampelnya diambil 2 kolam pengolahan limbah, yaitu kolam anaerob dan kolam supernatan aerob.

Hasil uji laboratorium terhadap kandungan hara yang dibutuhkan tanaman tersaji dalam Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa baik dalam kolam anaerob maupun aerob katersediaan hara berturut-turut dari yang terbanyak adalah: Kalium (K), Calsium (Ca), Magnesium (Mg), Carbon (C), Nitrogen (N), dan Phospor (P)

Ketersediaan hara tersebut memungkinkan aplikasi limbah cair (sludge/lumpur) baik dari kolam anaerob maupun aerob. Lumpur limbah cair setelah melalui pengolahan bisa melengkapi/menggantikan pupuk-pupuk Urea (N), Super Phospate 36 (P), Potash (MOP/KCl utk K), Keiserite (Magnesium Sulphate, Mg), dan Limestone Dust (Ca).

Page 75: b u l e t i n i l m i a h

74

Kajian Potensi Pemanfaatan Limbah ..........

Tabel 4. Kandungan unsur hara di dalam limbah cair (sludge)

ParameterLimbah

UI-1(%)

UI-2(%)

UI-3(%)

Rerata(%)

Kolam ANAEROB

Nitrogen 0.0420 0.0474 0.0519 0.0471

Calsium 0.1019 0.1168 0.1144 0.1110

Phospor 0.0041 0.0038 0.0040 0.0040

Carbon 0.0118 0.0156 0.0196 0.0157

Magnesium 0.0928 0.0893 0.0886 0.0902

Kalium 0.1604 0.1612 0.1619 0.1612

Kolam AEROB

Nitrogen 0.0396 0.0415 0.0415 0.0408

Calsium 0.1442 0.1542 0.1368 0.1451

Phospor 0.0029 0.0033 0.0031 0.0031

Carbon 0.0194 0.0155 0.0147 0.0165

Magnesium 0.0862 0.0824 0.0812 0.0833

Kalium 0.1310 0.1318 0.1310 0.1313

3. Penyetaraan Kebutuhan Pemupukan dengan Limbah Lumpur (Sludge) Terhadap Pupuk Anorganik

Biaya pemupukan memiliki porsi yang cukup besar dari kesluruhan biaya budidaya, karena itu aplikasinya harus dengan perhitungan yang tepat. Diagnosis kebutuhan pupuk dilakukan untuk mengetahui jumlah pupuk yang harus diaplikasikan, biasanya dilakukan per blok tanaman sehingga dapat diperoleh (produk) yang optimal. Diagnosis dapat dilakukan terhadap jaringan tanaman (daun). Kandungan hara (di dalam jaringan) tanaman memberikan informasi tentang status hara tanaman. Dengan melihat status hara tersebut diperoleh gambaran jumlah pupuk yang harus ditambahkan di

Page 76: b u l e t i n i l m i a h

75

Kajian Potensi Pemanfaatan Limbah ..........

masa yang akan datang (umumnya dalam periode 1 tahun). Serapan unsur hara tanaman kelapa sawit biasanya terdiri dari unsur nitrogen, pospor, kalium dan magnesium. Pupuk yang digunakan dalam perkebunan kelapa sawit terdiri atas pupuk anorganik (pupuk buatan ) dan pupuk organik. Sejumlah pupuk anorganik telah dikembangkan untuk menambah hara sehingga dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman yang cukup tinggi. Umumnya, pupuk organik berupa garam, mineral, kecuali beberapa pupuk seperti urea. Urea terdiri dari amida (senyawa organik) yang secara mudah dapat berubah menjadi garam mineral.

Berdasarkan jenis-jenis pupuk organik, kandungan hara utema dan dosis yang diaplikasikan pada TBM-1 di PT TTP, dapat ditentukan jumlah lumpur (sludge ) yang bisa diaplikasikan sebagai pengganti pupuk anorganu\ik. Hasil perhitungan tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5. Perhitungan dosis pemberian sludge setara dengan aplikasi pupuk anorganik untuk TBM-1 (kg/phn/th).

Nama PupukMacamUnsur

Dosis Pupuk(kg)

Dosis Pemberian Sludge (kg)

Kolam ANAEROB

Urea Nitrogen 0,225 477,6Super Phospate 36 Phospor 0,4 10.090,4Magnesium sulphate (kieserite) Magnesium 0,135 149,6Potash (MOPIKCL) Kalium 0,45 279,2

Kolam SUPERNAT ANAEROB

Urea Nitrogen 0,225 550,9Super Phospate 36 Phospor 0,4 12.842,6Magnesium sulphate (kieserite) Magnesium 0,135 162,1Potash (MOPIKCL) Kalium 0,45 342,7

Page 77: b u l e t i n i l m i a h

76

Kajian Potensi Pemanfaatan Limbah ..........

Hasil perhitungan dalam Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah pemberian lumpur (sludge) limbah cair untuk menggantikan pupuk anorganik cukup besar, yakni 149,kg (untuk magnesium) sampai 12.842 (untuk phospat). Hal ini karena cukup kecilnya kandungan hara dalam limbah cair, sifat pupuk organik yang bervolume besar (bulky). Namun demikian penggunaan pupuk dari limbah cair tetap memberikan keuntungan antara lain :

Penempatan sisa proses (yang sangat besar) dengan tepat. Bila tidak digunakan, lumpur limbah cair hanya dibuang ke lingkungan tanpa nilai manfaat.

Pemanfaatan bahan sisa proses dengan mengembalikan limbah yang telah diolah ke lingkungan sebagai bahan hara pertumbuhan tanaman

Dapat menggantikan sebagian pupuk anorganik

Padatan lumpur setelah beberapa lama akan menjadi tanah dan memperbaiki struktur tanah, sehingga lebih ramah lingkungan.

Hal yang perlu menjadi perhatian adalah teknik aplikasi. Bila dengan cara pengangkutan, maka akan membutuhkan biaya yang besar karena jumlah aplikasi yang besar. Metode aplikasi yang bisa dan telah dilakukan di beberapa perkebunan besar adalah dengan pemasangan jaringan pipa ke kebun. Namun cara ini hanya bisa terbatas pada kebun-kebun di sekitar lokasi pabrik/pengolahan limbah. Pipa-pipa tersebut mengalirkan limbah cair hasil pengolahan kolam aerob ke rotak-rotak yang dibangun diantara baris tanaman (lihat Gambar 3)

Bila diperhitungkan kebutuhan aplikasi limbah sludge menurut umur tanam-an kelapa sawit, didapatkan grafik seperti tersaji pada Gambar 4. Tampak bahwa kebutuhan sludge untuk memenuhi unsur Nitrogen paling besar, sehingga untuk pemenuhan unsur Nitrogen untuk pemenuhan unsur N tetap menggunakan pupuk anorganik, sedang lumpur hasil olahan sebagai pelengkap.

Page 78: b u l e t i n i l m i a h

77

Kajian Potensi Pemanfaatan Limbah ..........

Gambar 3. Rorak diantara baris tanaman kelapa sawit yang diisi hasil pengolahan limbah cair.

Gambar 4. Kebutuhan sludge untuk menggantikan pupuk anorganik menurut umur tanaman kelapa sawit

KESIMPULAN

1. Air limbah hasil pengolahan limbah cair di obyek penelitian memenuhi syarat untuk dipergunakan.

Page 79: b u l e t i n i l m i a h

78

Kajian Potensi Pemanfaatan Limbah ..........

2. Limbah cair di kolam anaerob mengandung unsur hara N (0,047%), Ca (0,111%), P(0,004%), C(0,016%), Mg(0,09%, dan K(0,161%).

3. Limbah cair di kolam aerob mengandung unsur hara N(0,041%), Ca(0,145%), P(0,003%), C(0,017%), Mg(0,083%) dan K(0,131%)

4. Jumlah aplikasi limbah cair setara dosis pupuk urea adalah 550,9 kg, SP36=12.842,6 kg, Kieserite= 162,1 kg, dan KCl= 342,7kg

5. Pupuk dari likmbah cair bisa dipergunakan sebagai pelengkap pupuk anorganik, dengan kelemahan jumlah yang besar dan keuntungan ramah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim (1997). Pedoman Brevet Dasar I Pabrik Kelapa Sawit. Astra Agro Lestari, Jakarta.

Anonim (2001). Sifat fisik dan Mekanika Tanah, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Stiper, Yogyakarta.

Anonim, 1996. Pedoman Laboratorium dan Pengawasan Proses Pengolahan Kelapa Sawit. Astra Agro Niaga, Jakarta.

BAPEDAL, 1995. Keputusan menteri Negara Lingkungan Hidup Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Air, Jakarta. p.1-30.

Lalang Buana, Donald Siahaan, Sunardi A., 1995. Kultur Teknis Kelapa Sawit, Modul. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Lubis, A., 1992. Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq). Pusat Penelitian Perkebunan Bandar Kuala-Barihat, Medan.

MA, A.N and Ong, A.S.H., 1985. Pollution Control in Palm Oil in Malaysia. JAOCS 63(@) :261-266, Malaysia.

Pahan, Iyung, 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Cetakan 1. Penebar Swadaya, Jakarta.

Page 80: b u l e t i n i l m i a h

79

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Minyak Sawit Indonesia

Factors Affecting Indonesian Palm Oil Exports

Oleh: Listiyani, 1) Trismiaty, 2) Filipus Fajar 3)

1. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Instiper Yogyakarta2. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Instiper Yogyakarta3. Alumni Fakultas Pertanian Instiper Yogyakarta

ABSTRACT

The purpose of the research are to know growth of production, price,con-sumption in domestic market and world market,production and export share and to know the factors that influence export Indonesian CPO (Crude Palm Oil).

This research used descriptive analysis methode, with timeseries data as long as 13 years from The General Director of Estate Agricultural and Indonesian State Statistic Bureau. The result showed that growth of Indonesian CPO production more than world production, and Indonesian CPO consumption less than world consumption. Export of Indonesian CPO has been significant influenced by CPO production. In world market, production share of CPO are 32,8 %, export share of Indonesian CPO are 25,9% it means that Indonesian CPO had good competitiveness in world market.

Keywords: CPO, export, growth

PENDAHULUAN

Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas unggulan yang memiliki peran yang cukup besar dalam menghimpun devisa. Sebagai komoditas andalan kelapa sawit berada di urutan pertama dalam daftar barang perkebunan yang diekspor yang jumlahnya terbesar dengan nilai US$ 1,993 trilyun pada tahun 2006 (Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2007). Makin meningkatnya kebutuhan minyak

Page 81: b u l e t i n i l m i a h

80

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor ..........

nabati dunia akan berdampak pada peningkatan kebutuhan minyak sawit dipasar global. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan konsumsi minyak sawit dunia pada tahun 2005 sebesar 3,04 juta ton dibandingkan dengan tahun 2004 atau mengalami pertumbuhan sebesar 10,15 %. Sementara itu produksi minyak sawit dunia tahun 2005 meningkat sebesar 2,61 juta ton dibandingkan tahun 2004 atau pertumbuhan mencapai 8,44 % ( Cahyono 2006).

Minyak sawit mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibanding minyak nabati lain karena memiliki keunggulan, yaitu produktifitas per hektar tinggi (mencapai 5 ton minyak/ha/tahun), harga lebih murah, mempunyai kandungan beta karoten dan vitamin E tinggi, memiliki antioksidan serta bebas lemak trans yang berdampak negatif bagi kesehatan.

Meningkatnya kebutuhan akan minyak sawit dunia yang kurang diimbangi oleh produksi yang dihasilkan, diproyeksikan pada beberapa waktu yang akan datang akan menyebabkan meningkatnya harga minyak sawit dunia. Hal ini tentunya akan menjadi peluang bagi Indonesia sebagai salah satu produsen minyak sawit terbesar didunia setelah Malaysia (Wahyono, 2006).

Meskipun memasuki pasar bebas, minyak kelapa sawit lebih kompetitif dibandingkan minyak nabati lainnya, karena beberapa alasan, yaitu harga yang kompetitif, pasokan produksi yang konsisten, dan relatif lebih bersahabat dengan lingkungan. Penelitian Buana (2004) produktivitas tanaman kelapa sawit sangat tinggi bila dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya, mencapai 6-11 kali lebih produktif. Perkebunan kelapa sawit komersil rata-rata mencapai 5 ton minyak/ha/tahun, sementara produktivitas komoditas penghasil minyak lain jauh lebih rendah, kelapa menghasilkan minyak 0,7 ton/ha/tahun, kacang kedele menghasilkan 0,3 ton/ha/tahun, biji lobak menghasilkan minyak 0,4 ton/ha/tahun, biji bunga matahari hanya mencapai 0,4 ton/ha/tahun. Sehingga dengan tingginya produktivitas tanaman kelapa sawit menyebabkan daya saingnya pun tinggi. Namun faktor-faktor tersebut belum cukup untuk meraih pasar. Politik dan kebijakan perdagangan minyak sawit dan minyak nabati dinegara produksi dapat berpengaruh kuat terhadap peluang pasar minyak sawit.

Page 82: b u l e t i n i l m i a h

81

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor ..........

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan CPO di dunia maka pasar CPO dunia makin terbuka bagi Indonesia. Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPIN), Indonesia mempunyai keunggulan yang men-jadi potensi untuk mengembangkan kebutuhan kelapa sawit maupun industri CPO. Ketersediaan bahan baku yang tinggi, mengingat lahan perkebunan kelapa sawit nasional paling luas didunia (Siagian, 2002).

Kesiapan pemerintah menyikapi peluang ekspor dan kesiapan CPO Indonesia memasuki era perdagangan bebas belum dapat diandalkan sebagai faktor pengge-rak laju pertumbuhan ekspor CPO Indonesia. Pertumbuhan ekspor Indonesia masih tergantung dari permintaan dunia, bukan karena daya saing yang dimiliki CPO Indonesia. Namun minyak sawit Indonesia memiliki prospek ekspor yang cerah, dan memiliki peluang yang lebih besar lagi untuk menambah perolehan devisa dari komoditas ini.

Penelitian ini bertujuan mengetahui produksi, konsumsi dan harga minyak kelapa sawit Indonesia, dibandingkan dengan dunia, mengetahui share produksi dan share ekspor minyak kelapa sawit Indonesia didunia, dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor minyak sawit Indonesia.

METODE PENELITIAN

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif analisis yaitu bahwa metode tersebut memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis. Metode pengumpulan data dilakukan dengan mencatat semua data sekunder yang bersumber dari Biro Pusat Statistik, Direktorat Jendral Perkebunan dan dari sumber lain. Data yang dipakai adalah data tahun 1993-2005. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor digunakan model regresi berganda, untuk mengetahui daya saing ekspor minyak sawit digunakan model pertumbuhan (growth).

Page 83: b u l e t i n i l m i a h

82

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor ..........

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Perkembangan Minyak Kelapa Sawit Indonesia

a). Pertumbuhan luas areal Indonesia.Produksi minyak sawit Indonesia tidak terlepas dari pengaruh luas area, yang pada tahun 2005 mencapai 55.971 ribu Ha. Tentu saja luasan itu merupakan hasil dari perluasan areal selama bertahun-tahun, mulai dari tahun 1993 seluas 1.613 ribu Ha hingga mencapai luasan yang jauh lebih besar, dengan pertumbuhan mencapai 11,44 % per tahun.

b). Produksi minyak sawit IndonesiaProduksi minyak sawit Indonesia pada tahun 1993 sebesar 3.421 ribu ton namun pada tahun 2005 mencapai 13.920 ribu ton minyak sawit atau mengalami pertumbuhan sekitar 11,75 % per tahun. Pertumbuhan produksi Indonesia tertinggi pada tahun 2004 yang mencapai kenaikan hingga 1.780 ribu ton minyak sawit. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 1994 yang hanya sebesar 180 ribu ton minyak.

c). Konsumsi minyak sawit Indonesia.Konsumsi minyak sawit Indonesia selalu mengalami peningkatan, kec-uali pada tahun 1998 dan 2001 yang mengalami penurunan masing-masing sebesar 9 ribu ton dan 70 ribu ton minyak sawit. Penurunan konsumsi minyak sawit pada tahun 1998 disebabkan oleh tingginya pe-ningkatan harga minyak sawit Indonesia. Peningkatan konsumsi terbe-sar terjadi pada tahun 1995 yang mencapai 413 ribu ton. Pertumbuhan konsumsi minyak sawit Indonesia mencapai 4,8 % per tahun.

d). Ekspor minyak sawit Indonesia.Pemasaran minyak sawit Indonesia sangat berorientasi pada pasar ekspor, sehingga tidak heran bahwa minyak sawit baik dalam bentuk CPO maupun PKO merupakan andalan Negara ini sebagai komoditas andalan ekspor. Ekspor minyak sawit pada tahun 1993 sebesar 1.632 ribu ton, namun pada tahun 2005 sudah mencapai 10.476 ribu ton atau

Page 84: b u l e t i n i l m i a h

83

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor ..........

mengalami peningkatan rata-rata sebesar 17,67 % per tahun. Ekspor terendah terjadi pada tahun 1995 dengan volume 1.265 ribu ton. Sedangkan peningkatan volume ekspor tertinggi pada tahun 2004,

mengalami peningkatan sebesar 2.610 ribu ton.e). Impor minyak sawit Indonesia.

Indonesia walaupun negara produsen sekaligus eksportir minyak sawit terbesar kedua didunia namun masih juga melakukan impor, hal ini disebabkan Indonesia menerapkan prinsip net-export, dimana mengek-spor sebagian besar minyak sawit ke negara lain bila permintaan dan harga tinggi, sehingga untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri perlu mengimpor dari negara lain. Peningkatan impor terbesar terjadi pada tahun 1995 yang mencapai 58 ribu ton, hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan konsumsi domestik yang terbesar juga pada tahun itu.

f). Harga minyak sawit Indonesia.Harga minyak sawit di dalam negeri pada tahun 1993 sebesar Rp. 694 per Kg lalu mengalami peningkatan menjadi Rp. 988 per Kg pada tahun 1994. Peningkatan yang tertinggi terjadi pada tahun 1998 hingga mencapai Rp. 3.942 per Kg yang dari harga tahun sebelumnya sebesar Rp. 1.424 per Kg atau meningkat sebesar Rp. 2.518 per Kg minyak. Hal ini diperkirakan karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia yang mengakibatkan lonjakan harga.

2. Perkembangan Minyak Kelapa Sawit Dunia

a). Produksi minyak sawit duniaNegara-negara penghasil minyak sawit dunia adalah Malaysia, Indone-sia, Nigeria, Thailand dan Colombia. Hingga saat ini Malaysia merupa-kan penghasil minyak sawit terbesar di dunia, Dari 33.590 ribu ton pro-duksi minyak sawit dunia pada tahun 2005, tercatat bahwa sekitar 14.961 ribu ton atau 44,54 % adalah produksi negara Malaysia. Sedang-

Page 85: b u l e t i n i l m i a h

84

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor ..........

kan Indonesia memproduksi sekitar 41,44 % dari total produksi dunia, atau sebesar 13.920 ribu ton. Produksi minyak sawit Indonesia rata-rata mengalami peningkatan 11,75 % pertahun, sedangkan Malaysia hanya mencapai 6,34 % per tahun. pada tahun 1997. Produksi Malaysia meng-alami penurunan dari 9.069 ribu ton pada tahun 1997 menjadi 8.319 ribu ton pada tahun 1998, sedangkan produksi Indonesia selalu mening-kat dari tahun ke tahun.Produksi minyak sawit dunia pada tahun 1993 hanya sekitar 13.806 ribu ton menjadi 33.590 ribu ton pada tahun 2005 atau rata-rata meningkat 7,58 % pertahun. Negara-negara produsen minyak sawit dunia seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi Minyak Sawit Dunia tahun 1993 sd 2005

TahunNegara produsen minyak sawit dunia (000ton)

Malaysia Indonesia Nigeria Thailand Colombia Lainnya Dunia

1993 937.403 3.421 645 297 324 1.716 13.8061994 7.222 3.860 640 316 350 1.749 14.1371995 7.811 4.040 630 354 388 1.777 15.0001996 8.386 4.540 600 375 410 1.923 16.2341997 9.069 5.449 680 390 441 1.986 18.0151998 8.319 5.930 690 475 424 1.900 17.7381999 10.554 6.456 720 560 501 2.040 20.8312000 10.842 7.000 740 525 524 2.196 21.8272001 11.804 8.396 770 620 548 2.175 24.3132002 11.909 9.622 775 600 528 2.224 25.6582003 13.354 10.600 785 630 543 2.131 27.4502004 13.974 12.380 790 668 632 2.485 30.6292005 14.961 13.920 800 685 661 2.563 33.590

Sumber: Oil word 1993-2005

Page 86: b u l e t i n i l m i a h

85

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor ..........

b). Konsumsi minyak sawit duniaNegara-negara konsumen minyak sawit utama dunia adalah India, China, EU-15 yang didominasi oleh Belanda, Pakistan dan Mesir. Uni Eropa merupakan gabungan beberapa negara yang bekerja sama dalam berbagai bidang termasuk ekonomi dan tergabung dalam MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa), sehingga dalam kasus ini cukup sulit untuk mengetahui negara manakah dari 15 negara yang ada yang mengkonsumsi minyak sawit terbesar. Namun ternyata gabungan dari 15 negara ini masih tersaingi oleh China dalam hal mengkonsumsi minyak sawit, terbukti pada tahun 2005 China mengkonsumsi 4.330 ribu ton minyak sawit, sedangkan EU-15 hanya 4.257 ribu ton. Pertumbuhan konsumsi China akan minyak sawit mencapai 13,7 %, sedangkan EU-15 mencapai 8,83 % pertahun.Negara yang pertumbuhan konsumsinya paling besar adalah India. Pada tahun 1993 konsumsi hanya 151 ribu ton lalu mengalami pening-katan yang tertinggi hingga mencapai angka 4.152 ribu ton pada tahun 2003 atau rata-rata pertumbuhan mencapai 36,28 % pertahun. Konsum-si dunia juga mengalami peningkatan yang cukup berarti yang hanya 13.259 ribu ton pada tahun 1993 menjadi 33.108 ribu ton pada tahun 2005 atau rata-rata mengalami pertumbuhan sebesar 74,9 % pertahun. Peningkatan konsumsi dunia ini cukup stabil, bila dilihat hanya pada tahun 1994, 1997 dan 2001 mengalami penurunan, masing-masing 4 ribu ton, 52 ribu ton dan 230 ribu ton, selain itu konsumsi dunia selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, bahkan sempat mencapai puncak peningkatan konsumsi sebesar 4.755 ribu ton pada tahun 2002.

c). Harga minyak sawit duniaKomoditas minyak sawit masih saja terus dihadapkan pada perkembang-an harga yang mudah goncang dan mudah naik turun diasumsikan karena berbagai hal mulai dari melimpahnya produksi sampai dengan dampak

Page 87: b u l e t i n i l m i a h

86

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor ..........

dari krisis moneter yang melanda dunia. Pada tahun 1998 harga CPO di CIF Rotterdam mencapai harga yang tertinggi yaitu US$ 671 per ton lalu turun sebanyak US$ 235 hingga mencapai US$ 436 per ton CPO. Adapun fluktuasi harga cukup rendah rata-rata mencapai - 2,3 % per tahun untuk CPO, yang mencapai puncaknya pada tahun 1998 dan paling terpuruk pada tahun 2001 dengan harga US$ 283 per ton CPO. Untuk PKO rata-rata fluktuasi harga mencapai 6,41 % per tahun dengan harga tertinggi mencapai US$ 730 per ton PKO dan harga terendah mencapai USS301 per ton PKO. Harga rata-rata minyak sawit CPO di CIF Rotterdam pada tahun 1993 terus meningkat dari US$ 378 per ton menjadi US$ 528 per ton pada tahun 1994 lalu meningkat lagi menjadi US$ 638 per ton pada tahun 1995, tapi pada tahun 1996 menurun menjadi US$ 531 per ton ke-mudian meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 1998 lalu terus menurun hingga tahun 2001 dengan harga terendahnya.Untuk harga PKO mengalami peningkatan yang cukup berarti pada tahun 1993 dengan harga US$ 448 per ton menjadi US$ 633 per ton pada tahun berikutnya, atau meningkat sebesar 7,58 %. Peningkatan yang tertinggi terjadi pada tahun 2004 yang mencapai US$ 197, dari harga US$ 456 per ton pada tahun 2003 menjadi US$ 653 per ton pada tahun 2004.

d). Impor minyak sawit duniaVolume impor minyak kelapa sawit saat ini masih didominasi oleh China, India, Pakistan dan Inggris. Impor minyak sawit ini relatif me-ningkat dari tahun ke tahun. Volume impor mengalami penurunan pada tahun 1995 sebesar 273 ribu ton. Penurunan yang terbesar terjadi pada tahun 1998 sebesar 781 ribu ton. Selain itu pertumbuhan volume impor selalu positif artinya selalu meningkat dari tahun ke tahun, dimana ha1 ini berarti masih potensial bagi komoditas ini untuk terus ditingkatkan. Peningkatan impor yang terbesar terjadi pada tahun 2003 sebesar 2.632 ribu ton, dari tahun sebelumnya yang besarnya mencapai 19.363 ribu

Page 88: b u l e t i n i l m i a h

87

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor ..........

ton pada tahun 2002 menjadi 21.995 ribu ton pada tahun 2003. Volume impor dunia pada tahun 1993 tercatat sebesar 9.445 ribu ton lalu me-ningkat sampai 26.308 pada tahun 2005 atau rata-rata meningkat sebe-sar 8,76 % per tahun.

3. Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Minyak Sawit Indonesia

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor minyak kelapa sawit digunakan model regresi berganda seperti disajikan pada Tabel 2. Model dianggap baik jika nilai R mendekati satu. R = 0,997, artinya 99,7 % model tersebut dipengaruhi oleh faktor faktor yang ada dalam model, sisanya sebesar 0,3 % merupakan pengaruh dari faktor lain yang tidak dimasukan dalam model.

F lebih besar dari F tabel, maka secara bersama-sama luas areal Indonesia, nilai tukar Rp. terhadap US$, harga domestik, harga dunia, konsumsi total Indonesia, konsumsi total dunia dan produksi total Indonesia berpengaruh terhadap volume ekspor.

Tabel 2. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Minyak Sawit Indonesia

Variabel Koefisienregresi T hitung Signif

Areal Indonesia X1 -0,739 -1,805 0,131Produksi Ind X2 1,540 4,682 0,005Konsumsi Ind X3 0,186 0,271 0,798Harga domestik X4 -0,465 -1,558 0,180Harga dunia X5 -3,084 -1,528 0,187Nilai tukar X6 -0,009 -0,072 0,946Konsumsi dunia X7 -0,156 -0,962 0,380Dependen variabel = Volume ekspor minyak sawit Indonesia (Y)R2 = 0,997 f hitung = 104,417

Sumber : Data diolah, 2007

Page 89: b u l e t i n i l m i a h

88

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor ..........

Dari Tabel 2. berdasarkan analisis regresi, faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor minyak kelapa sawit Indonesia adalah produksi minyak sawit Indonesia.

4. Pertumbuhan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Minyak Sawit

Pertumbuhan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor minyak sawit seperti disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Tingkat pertumbuhan (growth) Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Minyak Sawit

Variabel Pertumbuhan (%)

Areal Indonesia 11,44ProduksiI nd 11,75Konsumsi Ind 4,83Harga domestik 12,54Harga dunia -2,3Nilai tukar 15,07Konsumsi dunia 74,9Impor Indonesia -28,0Impor dunia 8,76Produksi dunia 7,58Harga pupuk urea 17,97Ekspor Indonesia 17,67

PEMBAHASAN

Dilihat dari hasil analisis, luas areal tidak berpengaruh nyata. Melalui uji t menunjukkan bahwa tingkat signifikansi luas areal mencapai 0,131 atau 13,l % lebih besar dari 5 % yang menjadi batasannya. Hal ini mungkin terjadi karena tingkat produktivitasnya masih rendah disebabkan oleh banyaknya tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman rusak (TR). Menurut Direktorat Jendral Perkebunan pada tahun 2004 tercatat sebanyak 1.393.614 Ha tanaman sawit yang

Page 90: b u l e t i n i l m i a h

89

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor ..........

masih belum menghasilkan (TBM) dan 67.785 Ha areal berisi tanaman yang telah rusak (TR). Sehingga bila dihitung TBM ditambah TM mencapai 27,65 % dari total luas areal tahun 2004. Hal ini menyebabkan produktivitas relatif rendah, yang seharusnya mampu mencapai 5 ton minyak sawit per Ha per tahun, namun pada kenyataannya hanya sekitar 2,833 ton minyak per Ha pertahunnya. Jadi walaupun luasan areal kelapa sawit selalu meningkat sekitar 37,98 % per tahun untuk PBS, sedangkan untuk PBN sebesar 5,536 % per tahun dan untuk PR pertumbuhannya hanya 15,74 % per tahun, tapi tidak diikuti dengan pemeliharan dan perawatan yang tepat maka tidak akan mampu meningkatkan produktivitas. Berdasarkan kurva estimasi pertumbuhan areal Indonesia sebesar 0.1 144 atau 11.44 % namun ha1 itu tidak banyak memberikan perubahan terhadap volume ekspor karena menurut hasil koefisien regresi setiap peningkatan 1 Ha luas areal justru akan menurunkan volume ekspor sebesar 0,739 ton minyak sawit.

Produksi total Indonesia berpengaruh nyata terhadap volume ekspor. Produksi minyak Indonesia didominasi oleh perkebunan besar swasta (PBS) dengan share sebesar 45,41 % dari total produksi, sedangkan yang paling rendah adalah perkebunan rakyat (PR) yang hanya memiliki share sebesar 26,82 % dari total produksi minyak sawit Indonesia. Pertumbuhan produksi Indonesia 11,75 %. Bila dilihat dari hasil koefisien regresi maka setiap peningkatan 1 ton produksi minyak sawit maka volume ekspor akan meningkat sebesar 1,312 ton. Produksi minyak sawit Indonesia berkorelasi kuat dengan konsumsi dunia, konsumsi Indonesia, nilai tukar dan harga domestik. Hal ini sangat beralasan karena bila produksinya tinggi maka harga dalam negeri akan menurun, bila ha1 itu terjadi maka permintaan baik luar maupun dalam negeri yang tercermin dari konsumsi akan meningkat.

Konsumsi minyak sawit Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan kecuali pada tahun 1998 yang menurun sebesar 9 ribu ton minyak, ha1 ini terjadi karena pengaruh krisis ekonomi yang melanda Indonesia, sedangkan pada tahun 2001 terjadi penurunan konsumsi sebesar 70 ribu ton minyak sawit, ha1 ini diperkirakan karena dampak nilai tukar rupiah yang sangat lemah hingga mencapai Rp. 10.400 per US$. Konsumsi Indonesia berkorelasi kuat dengan nilai tukar, harga domestik, produksi Indonesia dan volume ekspor pada tingkat signifikansi 5 %.

Page 91: b u l e t i n i l m i a h

90

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor ..........

Yang terjadi pada tahun 2001 adalah konsumsi menurun padahal produksi meningkat ha1 ini menyebabkan harga domestik turun dan volume ekspor naik dan ha1 ini didukung oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US$. Namun menurut hasil uji t konsumsi Indonesia tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor. Selain itu berdasarkan hasil koefisien regresi setiap peningkatan 1 ton konsumsi minyak sawit di Indonesia akan menurunkan volume ekspor sebesar 0.186 ton minyak sawit. Hal ini bisa dimengerti karena bila konsumsi domestik terus meningkat maka harga domestik pun akan meningkat, sehingga produsen bisa menjual dipasar domestik dengan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi, ini akan menyebabkan berkurangnya volume ekspor.

Harga minyak sawit dalam negeri tidak berpengaruh secara nyata bila diuji secara individu. Harga minyak sawit tertinggi pada tahun 1998 yang mencapai Rp. 3.942 per Kg, ini terjadi karena dampak dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia, menurut kurva estimasi pertumbuhan harga domestik 12,54 % per tahun, namun berdasarkan hasil koefisien regresi peningkatan Rp. 1 harga domestik akan menurunkan volume ekspor sebesar 0,465 ton minyak sawit. Kondisi ini sesuai dengan teori ekonomi yang ada, karena menurut teori apabila harga minyak sawit dipasar domestik naik maka produsen akan menjual barangnya dipasar domestik, sehingga volume ekspor akan turun.

Harga minyak sawit dunia secara nyata tidak berpengaruh terhadap volume ekspor baik secara bersama-sama maupun secara individu. Hal ini mungkin disebabkan karena harga dunia selalu lebih tinggi dari harga domestik sehingga volume ekspor baik ketika harga dunia tinggi atau rendah tetap akan berlangsung. Selain itu menurut penelitian “dengan daya substitusi antar minyak yang cukup besar maka pengaruh Indonesia sangat kecil, sehingga perubahan pada produksi maupun kebijakan perdagangan minyak Indonesia tidak akan secara signifikan mempengaruhi harga minyak dunia” (Buana, 2000). Adapun pertumbuhan harga dunia menurut kurva estimasi adalah negatif 2,33 % ha1 ini berarti bahwa naik atau turunnya harga dunia tidak mempengaruhi volume ekspor Indonesia. Berdasarkan

Page 92: b u l e t i n i l m i a h

91

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor ..........

hasil regresi justru setiap peningkatan US$ 1 harga dunia akan menurunkan volume ekspor sebesar 3,084 ton minyak sawit. Disamping itu adanya pembatasan kuota yang dilakukan oleh WTO menyebabkan setiap negara terpaksa menjual minyak sawitnya walaupun harga mengalami penurunan ataupun kenaikan dengan volume yang telah disepakati.

Nilai tukar Rupiah (Rp) dengan Dollar (US$) melemah drastis pada tahun 1998 hingga mencapai Rp. 10.400 per US$, ini merupakan dampak dari krisis ekonomi Indonesia. Hubungan nilai tukar terhadap volume ekspor tidak berpengaruh bila diuji secara individu, karena tingkat signifikansinya lebih dari 5 %.

Minyak sawit Indonesia sebenarnya mampu bersaing dengan minyak sawit negara lain, namun bila melihat masih rendahnya produktifitas maka sulit bagi In-donesia untuk menandingi negara lain. Rendahnya produktivitas selain dikarenakan rendahnya kualitas SDM Indonesia juga karena faktor kesesuaian lahan, menurut peneilitian distribusi perkebunan kelapa sawit Indonesia menurut kelas kesesuai-an lahan, kebun kelapa sawit yang ada sebagian besar berada pada kelas S3 yang mencapai 38 %, sangat sedikit dikelas S1 yaitu 5 % saja dan cukup besar dikelas S2 dan NS, masing-masing sebesar 28 % dan 29 %. Selain itu banyak perkebun (perkebunan rakyat) menggunakan benih yang tidak merupakan hasil persilangan yang baik dan benar, atau benih yang selama ini dikenal sebagai benih asalan atau pekarangan. Benih tersebut merupakan persilangan kembali dari Tenera dengan Tenera, akibatnya benih asalan tersebut hanya memiliki tingkat produktivitas seki-tar 12,5 ton TBS/Ha/tahun, yang mana jauh sekali bila dibandingkan benih persi-langan Dura dengan Te nera yang mencapai produktivitas 29,s ton TBS/Ha/tahun (Buana, 2004).

Harga CPO (Crude Palm Oil) Indonesia mengalami penurunan harga yang signifikan. Penurunan harga ini terjadi akibat menurunnya angka indeks derajat kepucatan (DOBI = deoterationof bleachability index). Angka DOBI minimal CPO adalah 2,8. Karena tidak terpenuhinya angka standar DOBI harga CPO Indonesia dipasar Internasional selalu dipotong antara 300-500 rupiah per kg. Dapat dibayangkan berapa kerugian yang dialami oleh produsen kita akibat potongan harga tersebut. DOBI itu sendiri merupakan angka perbandingan angka serapan

Page 93: b u l e t i n i l m i a h

92

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor ..........

absorben terhadap asam lemak bebas. Apabila dihubungkan dengan aspek kualitas berdasarkan DOBI, ada 5 kelas minyak sawit mentah (CPO).

CPO dengan angka DOBI <1,68 termasuk kedalam CPO yang memiliki kualitas yang buruk. Sementara itu CPO dengan angka DOBI antara 1,78 - 2,30 memiliki mutu yang kurang baik. Kemudian CPO dengan angka DOBI 2,30 - 2,92 mengindikasikan bahwa CPO ini memiliki mutu cukup baik. Angka DOBI 2,93 - 3,23 memperlihatkan indikasi CPO dengan mutu baik (Departemen Pertanian, 2007).

Sehingga dengan kata lain harga Crude Palm Oil (CPO) Indonesia selalu dihargai murah di pasar internasional akibat Deotoration of Bleachability Index (DOB1)-nya masih di bawah angka minimal yang dipersyaratkan (standar AFTA 2003) sebesar 2,8. Menurut pakar kelapa sawit Indonesia, Takal Barus mengatakan hasil penelitian yang dilakukannya pada tahun 1998 disebagian besar pabrik kelapa sawit (PKS) di berbagai kebun di Sumatera Utara menunjukkan kandungan DOBI CPO yang dihasilkan rata-rata hanya 2,5. Padahal sesuai persyaratan internasional, kandungan DOBI minimal 2,8. dibandingkan Malaysia yang memiliki kandungan DOBI mencapai 3 maka indonesia hams cepat memperbaiki diri.

Minyak sawit Indonesia sebenamya memiliki daya saing terbukti volume ekspor yang terus bertambah didukung dengan meningkatnya konsumsi dunia maupun konsumsi domestik. Dengan harga dipasar internasional yang relatif tinggi makin mendorong pengusaha untuk meningkatkan produksi guna meningkatkan volume ekspor. Namun yang perlu diingat adalah ketersediaan barang di dalam negeri, jangan sampai karena harga jual dipasar dunia tinggi disertai dengan melemahnia nilai tukar Rupiah menyebabkan sebagian besar dijual untuk ekspor. Jika hal itu sampai terjadi maka akan ada kelangkaan minyak seperti yang terjadi saat ini. Dengan adanya kelangkaan minyak maka harga domestik pun akan meningkat, sehingga konsumen terpaksa membatasi konsumsinya, atau mengganti dengan minyak lain.

Yang terjadi saat ini adalah ditemukannya kegunaan lain dari minyak sa-wit yaitu sebagai bahan pengganti BBM atau yang dikenal sebagai biodisel. Hal ini menyebabkan permintaan akan minyak sawit ditingkat intemasional melonjak naik tanpa disertai peningkatan produksi yang berarti, sehingga akan terjadi pe-

Page 94: b u l e t i n i l m i a h

93

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor ..........

ningkatan harga. Selain itu melonjaknya permintaan dipasar intemasional akan me-nyebabkan pasokan untuk pasar domestik terabaikan karena memang lebih meng-untungkan bila menjual di pasar luar negeri dibandingkan pasar domestik. Namun hal ini harusnya disikapi dengan bijaksana baik oleh pemerintah maupun instansi ataupun perorangan yang terkait. Yang pasti kebijakan pemerintah dengan mening-katkan pajak ekspor untuk CPO bukanlah jalan keluar yang terbaik, karena ha1 ini menyebabkan berkurangnya volume ekspor (yang mana memang diinginkan oleh pihak pemerintah) sehingga akan menyebabkan berkurang pula pendapatan pengusaha dan dampaknya adalah berkurangnya pertumbuhan devisa negara. Un-tuk itu, pemerintah tengah mematangkan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) Plus yang mewajibkan para produsen CPO memenuhi pasokan industri hilir dalam negeri sebelum melakukan ekspor. Hal ini dikarenakan dampak penerapan pajak ekspor (PE) ini sangat besar. Bisa saja harga internasional meningkat karena pasokan CPO dunia berkurang. Pada dasarnya penerapan PE berarti melawan me-kanisme pasar.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.

1. Indonesia merupakan eksportir terbesar ke dua minyak sawit setelah Malaysia.

2. Share produksi Indonesia di dunia sebesar 32,79 % Share ekspor Indonesia di dunia rata-rata mencapai 25,91 %

3. Pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit Indonesia lebih tinggi dari produksi dunia, pertumbuhan konsumsi dunia lebih besar dari konsumsi Indonesia, maka Indonesia memiliki kemampuan untuk bersaing dipasar intemasional.

4. Pertumbuhan produksi, dan ekspor miyak sawit positif, ha1 ini me-nyiratkan bahwa Indonesia masih memiliki potensi untuk mengem-bangkan komoditas ini.

Page 95: b u l e t i n i l m i a h

94

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor ..........

5. Ekspor minyak sawit Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh produksi minyak sawit Indonesia

B. Saran.

1. Mengingat produksi kelapa sawit berpengaruh terhadap ekspor kelapa sawit Indonesia dan rendahnya kualitas minyak sawit Indonesia maka perlu kebijakan pemerintah untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dan terobosan teknologi untuk meningkatkan kualitas DOBI CPO se-hingga Indonesia bisa menjadi eksportir minyak sawit terbesar dunia.

2. Bagi pengasaha ataupun instansi yang berkecimpung di bidang kelapa sawit, hendaknya jangan terlalu mengejar keuntungan besar dengan cara rush-ekspor atau mengejar ekspor karena harga tinggi tapi juga harus memikirkan ketersediaan dipasar domestik. Sehingga jangan sampai Indonesia sebagai salah satu eksportir besar dunia justru meng-alami kekurangan stok barang yang selama ini jadi komoditas andalan ekspornya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Perkembangan Produk Harga BBM 2001- 2007. (http://Pertamina.go.id).

, 2005. Road Map Smdlif 2006. (http:// www. google.com).

, 2005. Analisa Daya Saing Internasional Sektor Industri. (http:// www. google.com).

, 2005. Kajian Dampak Ekonomi Kenaikan Harga BBM. (http:// www. google.com).

, 2005. Perkebunan Indonesia. (http:// www. google.com).

, 2005. Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. (http://www.google.com).

Page 96: b u l e t i n i l m i a h

95

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor ..........

, 2005. Profil Keanggotaan Indonesia Pada Lembaga Organisasi Interna-sional. (http://google.com).

Biro Pusat Statistik. 1998-2006. Statistik Indonesia. BPS. Jakarta.

....................... 1996-2006. Statistik Harga Produksi Tanaman Pangan dan Perke-bunan. BPS. Jakarta.

Buana, L dkk, 2004. Projil Industri Kelapa Sawit Indonesia. IOPRI, Jakarta.

Buana, L. 2004. Prospek Pengembangan Kelapa Sawit di Indonesia. IOPRI, Jakarta.

CIC, PT, 2006. Indonesian Plantation Directory 2006. CIC, Jakarta.

Kurniawan,A, 2004. Kaitan Globalismi dan Liberalismi Perdagangan dengan In-dustri Kelapa Sawit Indonesia. IOPRI, Jakarta.

Ratnawati, N, 2002. Kinerja dan Daya Saing Ekspor CPO (Crude Palm Oil) Indo-nesia. Media Indonesia, Jakarta.

Nazarudin, 1993. Komoditi Ekspor Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.

Oil World, 2006. Annual Report.

Page 97: b u l e t i n i l m i a h

96

Pemanfaatan Mikroorganisme Rumen Sebagai Starter Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai

The Use of Rumen Microorganism as Starter of Liquid Organic Fertilizer on The Growth of Soybean

Oleh: Pauliz Budi Hastuti 1)

1. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Instiper Yogyakarta

ABSRACT

The aim of this research is to evaluate the effect of liquid organic fertilizer made from liquid rumen as starter and bran on yield and quality of soybean.

Completely Randomized Design with seven treatments are used in this research. The treatments are : no liquid organic fertilizer + NPK ( urea 50 kg/ha, SP-36 50 kg/ha, KCL 75 kg/ha), liquid organic fertilizer 1000 l/ha (10 ml/plant) ,1500 l/ha (15 ml/plant),2000 l/ha (20 ml/plant),2500 l/ha (25 ml/plant), 3000 l/ha (30 ml/plant), and 3500 l/ha (35 ml/plant).

The result of this research shows that the use of liquid organic fertilizer increases the growth of plant more than unorganic fertilizer. Whereas the greatest number of total and efective root nodule in liquid organic fertilizer is 1000 l/ha. The use of liquid organic fertilizer 2000 l/ha results in the yield more than unorganic fertilizer. The highest amount of fat content is found in liquid organic fertilizer 2000 l/ha as well as unorganic fertilizer. The highest amount of protein content is found in 2000 l/ha, and the lowest is in unorganic fertilizer.

Keywords : Rumen, liquid organic fertilizer, soybean.

PENDAHULUAN

Kedelai (Glycine max) L. Merr. merupakan sumber utama protein nabati. Kandungan protein pada biji kedelai berkisar antara 40 – 50 % bobot kering.

Page 98: b u l e t i n i l m i a h

97

Pemanfaatan Mikroorganisme Rumen ..........

Di Indonesia kebutuhan kedelai terus meningkat. Impor kedelai dilakukan terutama disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan kedelai setiap tahun dan laju peningkatan produksi kedelai belum dapat mengimbangi laju peningkatan kebutuhan kedelai.

Pemupukan merupakan salah satu komponen dalam mendukung peningkatan produksi tanaman kedelai disamping penggunaan inokulum Rhizobium. Dalam bu-didaya kedelai kebutuhan unsur nitrogen bersumber pada pupuk kimia (anorganik) disamping kemampuan bakteri Rhizobium dalam menambat nitrogen dari udara. Permasalahan timbul setelah harga pupuk buatan naik sehingga pendapatan petani berkurang.

Unsur hara dapat diperoleh baik dari pupuk anorganik maupun organik. Aplikasi pupuk kimia (terutama N dan P) secara rutin dengan dosis tinggi, dan dalam jangka waktu lama dapat merubah sifat fisika kimia dan biologi tanah. Meskipun ditujukan untuk pertumbuhan tanaman, aplikasi pupuk kimia secara berlebihan dapat menurunkan populasi dan aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat. Misalnya penggunaan pupuk N dosis anjuran sudah dapat menurunkan jumlah bintil akar dan aktivitas nitrogenase Rhizobium dan Azotobacter yang memfiksasi nitrogen secara non simbiotik (Untung, 2000 ; Martani, 2005). Oleh karena itu diperlukan pupuk N alternatif untuk meningkatkan efisiensi kebutuhan pupuk anorganik (Abdulrachman dan Rustiadi, 1998 cit. Djajadi et al., 2000). Untuk meningkatkan hasil tidak hanya dengan menambah pupuk anorganik, tetapi juga menggunakan pupuk organik.

Ada beberapa macam pupuk organik yang dapat dipergunakan yaitu yang berasal dari limbah pertanian (misalnya bekatul), limbah peternakan (cairan rumen sapi), limbah industri, kompos, pupuk kandang maupun pupuk hijau. Pemanfaatan bahan organik terus berkembang, antara lain sebagai bahan baku pembuatan perangsang pertumbuhan dan pupuk organik cair.

Hasil penelitian Artha (2005) tentang pupuk organik cair yang dibuat dari pengenceran kompos (berasal dari kotoran sapi, ayam, dan kompos jeram) mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman sawi, hasil terbaik pada pengenceran 1 bagian

Page 99: b u l e t i n i l m i a h

98

Pemanfaatan Mikroorganisme Rumen ..........

kompos dan 3 bagian air. Sedangkan hasil penelitian Nugroho et al., 1996 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak – air bahan organik (kotoran sapi, kotoran ayam, dan kotoran cacing tanah) dengan rasio 1 : 5 (1 bagian bahan organik, 5 bagian air) berpengaruh positif dan nyata meningkatkan pertumbuhan bibit Albisia (A. falcataria), baik bagian atas (shoot) maupun bagaian bawah (root). Cara aplikasi ekstrak – air bahan organik melalui daun atau tanah tidak berbeda pengaruhnya. Hasil penelitian Hastuti dan Parwati (2004) menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair dari limbah MSG dosis 2500 – 5000 l/ha mampu meningkatkan berat tongkol dan kadar sukrosa biji jagung manis.

Limbah cair yang berasal dari perut hewan ruminansia atau rumen sapi me-ngandung sejumlah mikroorganisme yaitu protozoa dan bakteri yang dapat mem-fermentasi komponen-komponen pakan ruminansia seperti : selulosa, pati, fruktosa, xylan, protein, mineral dan vitamin (Arora,1983). Pemberian limbah cair organik se-bagai bentuk alternatif pupuk organik tersebut mempunyai keuntungan dibanding de-ngan pupuk anorganik, karena dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik cair dapat diperoleh dengan memanfaatkan cairan rumen sapi yang merupakan limbah penyembelihan sapi. Bekatul,tetes dan air leri yang ditambahkan adalah sebagai bahan makanan serta sebagai sumber energi bagi mikroorganisme.

Bekatul sebagai hasil samping proses penggilingan padi mempunyai komposisi antara lain : 15-20 % minyak, 12-16 % protein, 7-11 % serat kasar, 34-52 % karbohid-rat, dan 7-10 % abu (McCaskill & Fan Zhang, 1999). Unsur-unsur yang dikandung bekatul tersebut kemudian dilepas pada saat proses dekomposisi sehingga menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik cair yang dibuat dengan starter cairan rumen sapi dan bekatul terhadap hasil dan kualitas kedelai.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Kebun Pendidikan dan Penelitian (KP2) Institut Pertanian Stiper, Maguwoharjo, Sleman, D.I.Yogyakarta.

Page 100: b u l e t i n i l m i a h

99

Pemanfaatan Mikroorganisme Rumen ..........

Dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tujuh perlakuan yaitu tanpa pupuk organik cair + NPK (urea 50 kg/ha, SP-36 50 kg/ha, KCl 75 kg/ha), pupuk organik cair 1000 l/ha (10 ml/tanaman), 1500 l/ha (15 ml/tanaman), 2000 l/ha (20 ml/tanaman), 2500 l/ha (25 ml/tanaman), 3000 l/ha (30 ml/tanaman), dan 3500 l/ha (35 ml/tanaman).

Pembuatan Pupuk Organik cair (POC) sebagai berikut, cairan rumen diambil dari perut sapi yang ke 2 sebanyak 2 liter ditambah bekatul 2 kg, tetes tebu 10 ml, dan air leri (air cucian beras) 2 liter. Semua bahan tersebut dicampur merata dan diinkubasi selama 15 hari. Setelah selesai inkubasi ditambah air sebanyak 15 liter. Kemudian cairan tersebut digunakan untuk menyiram tanaman kedelai sesuai dengan perlakuan.

Setiap polybag ukuran 38x 45 cm, ditanami benih kedelai varietas Baluran. Pada perlakuan tanpa pupuk organik + NPK, pupuk N (urea) diberikan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada umur tiga puluh hari setelah tanam. Pupuk SP- 36 dan KCl diberikan pada saat tanam. Pupuk organik cair mulai diberikan pada umur 1 minggu setelah tanam sebagai air siraman dan selanjutnya diberikan setiap 1 minggu sampai saat keluar bunga sesuai dengan perlakuan.

Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan, produksi dan kualitas kedelai. Parameter pertumbuhan dan produksi meliputi : tinggi tanaman, berat segar bagian atas tanaman, berat segar akar, berat kering bagian atas tanaman, berat kering akar, jumlah bintil akar total, jumlah bintil akar efektif, berat polong kering, dan berat biji. Parameter kualitas yang diamati adalah kandungan protein, dan lemak kedelai. Penentuan kandungan protein cara Semi-Mikro-Kjeldahl, penentuan kadar lemak (Sudarmadji et al., 1997). Analisis pupuk organik cair meliputi pH, kandungan C, bahan organik ( metode Walkley Black), N (metode semi mikro Kjeldahl), P (metode Bray I), dan K (ekstraksi ammonium acetate 1 N menggunakan Flamefotometer (Prawirowardoyo, et al., 1987).

Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam (analysis of variance) pada jenjang nyata 5 %. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji jarak berganda Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada jenjang nyata 5 %.

Page 101: b u l e t i n i l m i a h

100

Pemanfaatan Mikroorganisme Rumen ..........

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis pupuk organik cair disajikan pada Tabel 1, sedangkan nilai pengamatan untuk pertumbuhan, hasil serta kualitas kedelai sebagai pengaruh pemberian pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair memberikan pengaruh yang sama baiknya dengan pupuk anorganik baik dalam pertumbuhan, hasil serta kualitas kedelai. Hal ini menunjukkan pupuk organik cair yang dibuat dari rumen sudah mampu meggantikan peran pupuk anorganik sebagai pemasok unsur hara.

Tabel 1. Kandungan hara pupuk organik cair

Unsur hara Nilai

Kadar N (%)

Kadar P (ppm)

Kadar K (ppm)

C (%)

C/N

Bahan Organik (%)

pH

0,13

18.828,61

150,25

0,78

6,1

1,34

5,8

Sumber : Laboratorium sentral Instiper

Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik cair memberikan hasil tinggi tanaman yang sama dengan perlakuan pupuk anorganik (NPK). Dari hasil analisis pupuk organik cair yang dibuat diketahui mengandung unsur hara yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Unsur hara yang terkandung dalam pupuk organik cair setelah melalui proses dekomposisi oleh mikroorganisme akan terlepas dan dapat diserap oleh tanaman (Sutanto, 2002).

Page 102: b u l e t i n i l m i a h

101

Pemanfaatan Mikroorganisme Rumen ..........

Tabel 2. Pengaruh pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan nodulasi kedelai

Aplikasi POC (l/ha)

Tinggi ta-naman

(cm)

Berat segar ta-naman

(cm)

Berat kering ta-

naman( cm )

Berat se-gar akar

(g)

Berat ke-ring akar

(g)

Jumlah bintil akar

total

Jumlah bintil akar

efektif

NPK

1000

1500

2000

2500

3000

3500

52,20 a

50,70 a

50,20 a

66,20 a

61,90 a

59,80 a

56,40 a

21,52 b

20,28 c

20,40 b

45,12 a

33,78 ab

29,08 ab

22,54 b

7,86 bc

7,10 d

7,15 c

13,74 a

11,66 ab

9,30 abc

9,74 abc

9,16 a

19,52 a

9,06 a

10,16 a

12,74 a

12,02 a

16,32 a

3,10 a

2,68 a

2,40 a

3,26 a

3,80 a

3,66 a

4,44 a

30,50 c

60,00 a

37,00 b

39,00 b

43,00 b

34,00 b

39,00 b

26,50 c

59,00 a

36,50 b

39,00 b

42,50 b

33,50 b

37,00 b

Keterangan : huruf yang sama dibelakang rerata dalam baris menunjukkan tidak berbeda nyata pada jenjang nyata 5 % menurut uji jarak berganda Duncan.

Pada berat segar dan berat kering tanaman terlihat adanya variasi yang lebih disebabkan adanya perbedaan pupuk organik cair yang diberikan. Berat segar dan berat kering tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan pupuk organik cair 2000 l/ha dan masih lebih tinggi dari pupuk anorganik. Sedangkan berat kering tanaman terendah pada perlakuan pupuk organik cair 1000 l/ha. Peningkatan pemberian pupuk organik cair diikuti penurunan berat segar dan berat kering tanaman.

Berat kering tanaman yang tinggi menunjukkan tingginya laju asimilasi bersih tanaman yang merupakan besaran hasil fotosintesis dikurangi respirasi tanaman. Hal ini diduga bahwa kandungan unsur hara pada pupuk organik cair 2000 l/ha sudah mencukupi untuk proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Yusnaini dan Nugroho cit. Nugroho et al., (1996) pengaruh langsung senyawa humat (dalam ekstrak-air dari bahan organik) terhadap pertumbuhan tanaman dapat bersifat merangsang atau menghambat, tergantung dari jenis bahan organik (yang menentukan karakter kimianya) dan konsentrasi.

Page 103: b u l e t i n i l m i a h

102

Pemanfaatan Mikroorganisme Rumen ..........

Pertumbuhan tanaman yang baik berhubungan dengan pertumbuhan dan per-kembangan akar tanaman. Pada Tabel 2 terlihat bahwa perlakuan pupuk organik cair memberikan hasil berat segar dan berat kering akar yang sama dengan pupuk anorganik (NPK). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair dis-amping dapat memberikan pasokan unsur hara makro maupun mikro, juga ber-peran dalam memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Dengan adanya perbaikan sifat fisik tanah maka memudahkan pertumbuhan akar dan menyerap unsur hara yang lebih banyak, sehingga dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman mau-pun organ perakaran yang lebih baik. Hal tersebut terlihat pada berat kering akar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nugroho dan Niswati (1995) bahwa bahan pembenah tanah yang berasal dari molase, limbah cair MSG, lateks, ekstrak-air kotoran cacing tanah dan ekstrak-air pupuk kandang dapat meningkatkan stabilitas agregat tanah tertentu.

Pada pengamatan jumlah bintil akar total dan jumlah binti akar efektif terlihat bahwa pemberian pupuk organik cair secara nyata meningkatkan jumlah bintil akar total maupun yang efektif. Jumlah bintil akar total maupun yang efektif terendah pada perlakuan dengan pupuk anorganik. Pada perlakuan pupuk organik cair 1000 l/ha menunjukkan jumlah bintil akar total maupun efektif yang tertinggi, namun dengan jumlah bintil akar efektif yang tinggi ini tidak selalu mendukung hasil biji yang tinggi. Hal ini diduga bahwa pasokan karbohidrat dan unsur hara dari tanaman ke bintil akar lebih besar dari pada N organik yang diberikan bintil ke tanaman inang (Marschner, 1995). Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa secara alami media tanam yang digunakan sudah mengandung bakteri pembentuk bintil akar. Walaupun pada media tanam tidak diinokulasi dengan inokulum bakteri penambat nitrogen, hal ini dapat dilihat pada perlakuan dengan pupuk anorganik maupun pupuk organik cair semua dapat membentuk bintil akar.

Page 104: b u l e t i n i l m i a h

103

Pemanfaatan Mikroorganisme Rumen ..........

Tabel 3. Pengaruh pupuk organik cair terhadap berat polong kering, berat biji per tanaman, kandungan lemak dan protein kedelai

Aplikasi POC (1/ha)

Berat polong kering per tanaman

(g)

Berat biji per tanaman

(g)

Kandungan Lemak

(%)

Kandungan Protein

(%)

NPK

1000

1500

2000

2500

3000

3500

26,94 ab

19,54 c

20,10 b

37,06 a

30,32 a

29,82 ab

30,28 a

18,65 ab

13,66 c

14,26 b

25,39 a

21,79 a

21,20 a

21,52 a

16,56 a

15,09 b

14,06 c

16,51 a

13,75 d

14,00 cd

15,03 b

15,05 e

18,84 d

29,40 bc

37,45 a

31,41 b

30,34 b

27,27 c

Keterangan : huruf yang sama dibelakang rerata dalam baris menunjukkan tidak berbeda nyata pada jenjang nyata 5 % menurut uji jarak berganda Duncan.

Pada Tabel 3 terlihat bahwa peningkatan pemberian pupuk organik cair meningkatkan berat polong per tanaman maupun berat biji per tanaman. Hasil yang terendah diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk organik cair 1000 l/ha. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair 2000 l/ha dan diatasnya memberikan hasil berat biji per tanaman yang lebih baik dari pada pupuk anorganik. Pemberian POC dosis 2000 l/ha menghasilkan biomasa tertinggi dibanding dosis yang lain. Biomasa tersebut merupakan hasil dari kapasitas metabolisme tanaman dalam memanfaatkan faktor pertumbuhan (POC). Hasil serupa juga ditunjukkan oleh economic yield (berat polong kering dan berat biji) tanaman kedelai. Hasil ini berhubungan erat dengan peran bintil akar, pemberian POC menghasilkan bintil akar total dan bintil akar efektif lebih tinggi dari pupuk kimia sehingga tanaman bersangkutan memperoleh pasokan N organik yang optimal untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Disamping itu pemberian POC dosis 2000 l/ha tersebut memberikan kandungan protein tertinggi.

Page 105: b u l e t i n i l m i a h

104

Pemanfaatan Mikroorganisme Rumen ..........

KESIMPULAN

1. Pemberian pupuk organik cair memberikan pertumbuhan tanaman kedelai yang lebih baik dari pada pupuk anorganik (NPK).

2. Jumlah bintil akar total maupun jumlah bintil akar efektif yang tertinggi pada perlakuan pupuk organik cair 1000 l/ha.

3. Pemberian pupuk organik cair 2000 l/ha memberikan pertumbuhan dan hasil yang lebih baik dari pada pupuk anorganik.

4. Kandungan lemak yang tertinggi diperoleh pada pemberian pupuk organik cair 2000 l/ha dan sama dengan pemberian pupuk anorganik. Sedangkan kandungan protein yang tertinggi diperoleh pada pemberian pupuk organik cair 2000 l/ha, sedangkan yang terendah pada perlakukan pupuk anorganik.

DAFTAR PUSTAKA

Arora, S.P. 1983. Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Terjemahan Murwani, R. dan B. Srigandono, 1995. Gadjah Mada University Press.

Artha. I.G.N.Made Surya. 2005. Pengaruh Pengenceran dan Masa Inkubasi Bahan Organik Terhadap Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea). Makalah Seminar. Fakultas Pertanian, Instiper, Yogyakarta

Djajadi, A. S. Murdiyati, Titiek Yulianti, dan Heri Istiono.2000. Efektivitas Pupuk Hayati dan pupuk Nitrogen (Za) dalam Meningkatkan Hasil dan Kadar N Total Tanah. Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol. 6 (1): 18 – 23.

Hastuti dan D.U.Parwati. 2004. Pengaruh Berbagai Limbah Cair Organik Pada Ta-naman Jagung Manis. Laporan Penelitian Dosen Muda Tahun 2004.

Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press. Harcourt Brace Jovanovich. Publ.

Page 106: b u l e t i n i l m i a h

105

Pemanfaatan Mikroorganisme Rumen ..........

Martani, E. 2005. Mikroba dan Usaha Pelestarian Lingkungan. Pidato Pengukuh-an Jabatan Guru Besar dalam Bidang Mikrobiologi pada Fakultas Pertanian UGM.

McCaskill Don R. and Fan Zang. 1999. Use of Rice Bran Oil In Foods. Food Tech-nology. Vol. 53, No. 2 : 50 – 52.

Nugroho, S.G. S. Yusnaini dan M.E. Juanda. 1996. Pengaruh Pemberian Ekstrak –air Beberapa Jenis Bahan Organik Matang Melalui Daun atau Tanah Ter-hadap Pertumbuhan Awal Bibit Albisia (Albisia Falcataria). Jurnal Tanah Tropika No. 3 : 20 – 25.

Nugroho, S.G. dan A. Niswati. 1995. Pengaruh Aplikasi Pembenah Tanah Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah lapisan Atas Ultisol Tanjungan, Lampung Selatan Yang Ditanami Bawang Merah. Jurnal Tanah Tropika No.1: 16 – 22.

Prawirowardoyo,S., A.Rosmarkam, D.Siddieq, M.S.Hidayat, M.Mas’shum. 1987. Prosedur Analisis Kimia Tanah. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, UGM, Yogyakarta.

Sofyan, A. 2003. Penggunaan Sipramin Sebagai Pupuk Alternatif Untuk Tanaman Pangan di Indonesia; Pengaruhnya Pada Hasil dan Kualitas Tanaman serta Dampaknya pada Tanah. Dalam Makalah Seminar sehari: Aplikasi Pupuk Sipramin Sebagai Pupuk Alternatif dan Dampaknya Terhadap Tanaman Per-tanian dan Tanah di Jawa Tengah. Solo 26 Februari 2003.

Sudarmadji,S. Bambang H, dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan Ma-kanan dan Pertanian. Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan dan pengem-bangannya. Kaisius, Yogyakarta.

Untung, Kasumbogo. 2000. Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati Pertanian Secara Berkelanjutan. Buletin Ilmiah Instiper (7) 1 : 1-10.

Page 107: b u l e t i n i l m i a h
Page 108: b u l e t i n i l m i a h

Pedoman Penulisan Naskah

Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris, diketik dengan sistem IBM kompatibel dengan program pengolah kata. Jarak antar baris 1,5 spasi kecuali Abstrack, Intisari, Tabel, Keterangan Gambar, Daftar Pustaka dan Keterangan lain diketik1 spasi.

Naskah diserahkan dalam bentuk print-out atau disket disertai dengan dua copynya dibuat dengan jarak tepi yang cukup untuk koreksi.

Grafis dan gambar grafis (line-drawing) yang lain dapat digambar tangan dengan tinta cina atau menggunakan program grafis yang dicetak dengan plotter atau pencetak laser (laser printer). Pencetak biasa kurang dari 24 pin tidak memberikan hasil yang layak cetak, dan tidak dapat diterima.

Gambar fotografis diutamakan (hitam-putih) dicetak pada kertas mengkilap, jelas dan tidak kabur. Untuk menghemat biaya penerbitan harap jumlah foto dibatasi. Ukuran gambar dan foto maksimal adalah kuarto.

Gambar (gambar garis maupun foto dan tabel) diberi nomor urut sesuai dengan letaknya. Masing-masing diberi keterangan singkat dengan nomor urut dan dituliskan di luar bidang gambar yang akan dicetak, disertai terjemahan dan Bahasa Inggris (untuk naskah dalam bentuk Bahasa Indonesia).

Nama ilmiah jasad (binomial) diberi garis bawah atau dicetak miring.

Rumus persamaan ilmu pasti, simbol dan lambang semiotik, bila tidak ditulis dengan mesin ketik/pengolah kata dapat ditulis dengan tangan asal jelas.

Naskah yang diterima dapat merupakan hasil penelitian, catatan hasil penelitian (note), atau artikel ulas balik (review minireview) dan ulasan (feature).

Susunan urutan naskah sedapat mungkin sebagai berikut:1. Judul dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.2. Nama pengarang, dengan keterangan tempat bekerja pada catatan kaki.3. Abstrak dalam Bahasa Inggris, tidak lebih dari 200 kata.4. KeyWord.5. Pengantar (Introduction)6. Bahan dan Cara (Materials and Methods).7. Hasil (Result).

Page 109: b u l e t i n i l m i a h

8. Pembahasan (Discussion).9. Hasil atau Pembahasan dapat ditulis dalam satu Bab, atau dijadikan satu se-

bagai Bab Hasil dan Pembahasan.10. Ucapan terima kasih (Acknowledgement) bila ada.11. Daftar Pustaka (Literature Cited) ditulis menggunakan system nama, tahun

dan disusun secara abjad.

Beberapa Contoh:

Buku:Agrius, G.N, 1998. Plant Pathology. 3rd ed. San Diego, California, Academic pree.

Artikel dalam buku:Epton. H.A.S.M. Wilson.S.L.Nicholson, and D.C. Sigee. 1984. Biological Control of Erwinia amylavora with Erwinia herbicola, p.335-352 In: Blakenman. J.P. and B. Williamson (eds.), Ecology of Plant Pathogens,.Wallingford, UK: CAB International.

Artikel dalam majalah atau jurnal:Somowiyarno, S. 1993. Detection and Identifications of Cucurbit Viruses in Yogyakarta, Ilmu Pertanian (Agricultural Science) V (3): 657-663

Prosiding:Kobayashi, J. Genetic Engineering of Insect Viruses: Recombinant baculoviruses, p. 37-39. In: Triharso, S. Somowiyarjo, K.H. Nitimulyo, and B. Sarjono (eds.), Biotechnology for Agricultural Viruses. Proceedings of Seminar, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Cara penulisan jenis pustaka yang lain disesuaikan dengan pokok pedoman di atas. Catatan kaki hanya digunakan untuk komunikasi pribadi.

Penulis dimohon membatasi tulisannya antara 10-15 halaman kuarto, lengkap dengan tabel dan gambar. Redaksi berhak menyusun naskah sedemikian hingga sesuai dengan peraturan pemuatan naskah atau mengembalikannya untuk diperbaiki, atau menolak naskah yang bersangkutan. Hanya naskah yang disertai amplop dan berperangko cukup akan dikirim kembali apabila diminta.

Naskah yang dimuat dikenakan biaya percetakan yang besarnya akan ditentukan kemudian.