Upload
jackyploes
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
1/26
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Apendiks merupakan suatu organ berbentuk kantung ‘buntu’ yang
berpangkal di sekum pada usus besar. Peradangan pada apendiks disebut juga
dengan apendisitisyang dapat disebabkan oleh obstruksi lumen atau ulserasi pada
mukosa akibat terjadi infeksi bakteri. Apendisitis dapat menyerang semua
kalangan usia mulai dari balita hingga usia tua, dengan rasio pria dibandingkan
dengan wanita adalah 2:1dan paling sering dijumpai di negaranegara
berkembang1. !nsidens tertinggi terdapat pada kelompok usia 2"#" tahun2.
!nsidens apendisitis tertinggi men$apai 2% kasus per 1".""" anak setiap tahunnya
pada kisaran usia 1" hingga 1& tahun1.
'onsultasi dini dengan petugas kesehatan dapat men$egah keterlambatan
diagnosis dari penyakit ini. (iagnosa terkait apendisitis baik pada dewasa maupun
anakanak didapat dari anamnesa dan pemeriksaan fisik serta dari tanda dan gejala
yang dialami oleh pasien.)amun perlu diketahui bahwa angka kejadian
misdiagnostic pada penyakit ini $ukup tinggi, yaitu sekitar 2*%&+ pada anak
dibawah usia 12 tahun, dan hampir men$apai angka 1""+ pada anak dibawah usia
2 tahun. Penggunaan media imaging seperti -, /0 -$an, laparoskopi dapat
dilakukan untuk menurunkan insidensi perforasi serta komplikasi lainnya pada
kasuskasus yang meragukan.Apendisitis merupakan salah satu dari penyebab
utama nyeri abdomen abdominal pain3 dan merupakan kondisi gawat darurat
yang memerlukan tindakan pembedahan segera1.
-ebelum tindakan bedah pada kegawatdaruratan apendisitis, persiapan
anestesi untuk pasien merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Persiapan dimulai sejak sebelum pasien masuk ke dalam ruang operasi, baik di
ruang rawat inap maupun rawat jalan. 'eterlambatan diagnosis maupun
penatalaksanaan pada appendisitis dapat menyebabkan komplikasi. -alah satu
komplikasi yang dapat terjadi adalah peritonitis.
1
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
2/26
Peradangan peritoneum peritonitis3 merupakan komplikasi berbahaya
yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organorgan abdomen misalnya
apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal3, ruptura saluran $erna,
komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen.
Peritonitis menggambarkan sebuah penyebab penting morbiditas dan mortalitas
bedah.
2
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
3/26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Apendiks
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, dengan panjang sekitar kira
1" $m kisaran #1% $m3, lebar ",#",&$m dan berpangkal di sekum. 4umennya
sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Apendiks merupakan
tonjolan ke$il mirip jari didasar sekum atau berbentuk kantung buntu dibawah
tautan antara usus halus dan usus besar di katup ileosekum5.
Persarafan parasimpatis berasal dari $abang n.6agus yang mengikuti
a.mesenterika superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal
dari n.torakalis 7. 8leh karena itu, nyeri 6iseral pada apendisitis bermula di
sekitar umbilikus2. Pendarahan apendiks berasal dari a.apendikularis yang
merupakan arteri tanpa kolateral. 9ika arteri ini tersumbat, misalnya karena
thrombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami gangrene
ambar 2.1. Anatomy of the appendi
Appendiks merupakan bagian dari organ sistem pen$ernaan tubuh manusia
yang tidak memiliki fungsi yang jelas. )amun appendiks memiliki fungsi sebagai
pelindung terhadap infeksi mikroorganisme intestinal.Apendiks menghasilkan
lendir 12 ml per hari. 4endir itu normalnya di$urahkan ke dalam lumen dan
3
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
4/26
selanjutnya mengalir ke sekum. ;ambatan aliran lendir di muara apendiks
tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis. !munoglobulin sekretoar yang
dihasilkan oleh A40 gut associated lymphoid tissue3 yang terdapat di sepanjang
saluran $erna termasuk apendiks, ialah !gA. !munoglobulin ini sangat efektif
sebagai pelindung terhadap infeksi. )amun demikian, pengangkatan apendiks
tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfe di sini ke$il
sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran $erna dan di seluruh tubuh2.
2.2. Apendisitis
2.2.1. Defenisi Apendisitis
Apendisitis merupakan suatu reaksi inflamasi akut dan infeksi dari
apendiks 6ermiform1. (efinisi lain Apendisitis merupakanperadangan pada
appendiks, sebuah kantung buntu yang berhubungan denganbagian akhir se$um
yang umumnya disebabkan oleh obstruksi pada lumenappendiks. Apendisitis
merupakan salah satu dari penyebab utama nyeri abdomen abdominal pain3 dan
merupakan kondisi gawat darurat yang memerlukan pembedahan segera
khususnya pada anakanak. Apendisitis dapat terjadi disebabkan oleh proses
infeksi, proses inflamasi ataupun merupakan suatu proses inflamasi kronik yang
dapat mengarahkan menuju tindakan apendektomi5.
2.2.2. Epidei!l!gi
Apendisitis memiliki angka insidens yang $ukup tinggi dan merupakan
kelainan abdomen pada bagian bedah yang paling umum dijumpai khususnya
pada anakanak. !nsidens tertinggi terdapat pada kelompok usia 2"#" tahun.Apendisitis terdiagnosa hanya 1*+ dari seluruh pasien anakanak yang datang ke
instalasi gawat darurat. Apendisitis menyerang &".""" anak di Amerika -erikat
setiap tahunnya. 'ejadian diantara bayi baru lahir hingga usia tahun adalah 1
hingga 2 kasus per 1".""" anak setiap tahunnya. !nsidens meningkat hingga 2%
kasus per 1".""" anak setiap tahunnya pada kisaran usia 1" hingga 1& tahun 1.
'ejadian perforasi terjadi $ukup tinggi, yaitu sekitar %"*%+ pada anak usia
muda, dengan angka mortalitas ",1 < 1+ pada anakanak &.
4
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
5/26
Apendisitis juga dapat terjadi pada usia dewasa dan usia tua, sedangkan
perbandingan kejadian apendisitis pada pria dan wanita, yaitu sekitar
2:1.Apendisitis lebih sering terjadi di daerah ataupun negara berkembang.
=eskipun alasan mengapa kejadian itu terjadi belum dapat dijelaskan, potensial
faktor resiko diduga akibat diet rendah serat dan tinggi gula, riwayat keluarga dan
infeksi1,5.
2.2.". Eti!l!gi
>tiologi apendisitis yang terjadi antara lain disebabkan oleh obstruksi
lumenapendiks. 8bstruksi lumen pada appendiks yang menyebabkan
apendisitisantara lain karena? material feses yang keras fe$alith3, hyperplasia
jaringanlimfoid, dan infeksi 6irus*. Pada anakanak sendiri obstruksi paling sering
terjadi akibat hiperplasia jaringan limfoid pada submukosa folikel. Penyebab
hiperplasia ini sendiri masih kontro6ersial, namun dehidrasi dan infeksi 6irus
diduga menjadi penyebab utama3. Penyebab lainnyadari apendisitis antara lain?
benda asing foreign body3, infeksi bakteri, parasit, dan tumorappendiks atau
sekum@.
2.2.#. Pat!fisi!l!gi
Patologi apendisitis dapat dimulai di mukosa dan kemudian melibatkan
seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 2* jam pertama. Apendisitis
kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang disebabkan oleh feses yang
terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai dengan pengamatan epidemiologi bahwa
apendisitis berhubungan dengan asupan serat dalam makanan yang rendah2.
'etika obstruksi telah terjadi di apendiks, bakteri yang terperangkap di
dalam lumen appendiceal mulai bermultipikasi, menyebabkan apendiks menjadi
distensi. Peningkatan tekanan intraluminal menyebabkan juga terjadinya obstruksi
drainase 6ena serta aliran darah arteri sehingga apendiks mengalami kongesti dan
iskemik. Akhirnya, arteri yang menyuplai apendiks menjadi bertrombosit dan
5
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
6/26
apendiks yang kurang suplai darah menjadi nekrosis danmenjadi gangren.
ambar 2.2. Patofisiologi Apendisitis
Pada stadium awal apendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa.
!nflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan lapisan muskular
dan serosa peritoneal3. Pada stadium awal pasien akan mengalami nyeri abdomen
di daerah periumbilikal akibat rangsangan oleh serabut saraf 01" dari apendiks1".
!nflamasi yang semakin berat $airan eksudat fibrinopurulenta terbentuk pada
permukaan serosa dan berlanjut ke beberapa permukaan peritoneal yang
bersebelahan, seperti usus atau dinding abdomen, menyebabkan peritonitis lokal
dan menyebabkan nyeri semakin intens.
6
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
7/26
(alam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke dalam
lumen, yang menjadi distensi dengan pus. Perforasi terjadi akibat adanya $airan
inflamasi serta bakteri yang keluar hingga men$apai $a6itas abdomen. 'ejadian
ini menginflamasi lapisan peritoneal se$ara luas dan peritonitis semakin hebat.
4okasi peritonitis sendiri diffuse atau localized 3 tergantung oleh derajat dimana
omentum dan adjacent bowel loop mampu menampung konten dari luminal itu
sendiri. 9ika $airan inflamasi dan bakteri tersebut dibungkus omentum, nyeri dan
ketegangan tenderness3 akan terjadi se$ara lokal. )amun jika $airan inflamasi
dan bakteri tidak terbungkus omentum dan menyebar menuju peritoneum, nyeri
akan terasa di seluruh regio abdomen1.
2.2.$. Staging Apendisitis
Staging dari apendisitis dapat dibagi menjadi * tahap, yaitu:2,5
1. Early Stage Appendicitis
8bstruksi pada lumen apendiks menyebabkan terjadinya edema mukosa,
ulserasi mukosa, diapedesis bakteri, distensi apendiks dan mengarah menuju
terjadinya akumulasi dan peningkakan tekanan intraluminal. -erabut saraf aferen
6iseral terstimulasi dan pasien akan merasakan nyeri periumbilikal dan nyeri
epigastrik yang ringan, berlangsung selama 5 jam.
2. Suppurative Appendicitis
Peningkatan tekanan intraluminal pada akhirnya akan melebihi tekanan
perfusi kapiler, berkaitan dengan obstruksi limfatik dan drainase 6ena dan
menyebabkan in6asi bakteri serta $airan$airan inflamasi pada dinding apendiks.
=asuknya bakteri menyebabkan acute suppurative appendicitis. 'etika bagian
appendiks yang terinflamasi kontak dengan parietal peritonium, pasien akan
mengalami tanda nyeri klasik, yaitu berpindahnya rasa nyeri dari periumbilikal ke
bagian kanan bawah abdomen right lower abdominal quadrant !"#$$ yang
berkepanjangan dan terasa semakin nyeri.
%. &angrenous Appendicitis
ena intramural dan trombosis arteri terjadi, berakibat pada terjadinya
gangren apendisitis.
7
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
8/26
'. (erforated Appendicitis
!skemik jaringan apendiks yang terus menerus berakibat pada keadaan
infark dan perforasi, baik perforasi lokal ataupun general.
). (hlegmonous Appendicitis
4apisan apendiks yang meradang atau perforasi dapat berdinding
omentum yang besar, mengakibatkan radang usus apendiks phlegmonous atau
abses fokal.
*. Spontaneously !esolving Appendicitis
9ika obstruksi lumen apendiks teratasi, apendisitis akut juga akan hilang
se$ara spontan. ;al ini terjadi saat hiperplasia limfatik atau fekalit terbuang keluar
dari lumen.
+. !ecurrent Appendicitis
!nsidensnya sekitar 1"+. (idiagnosa saat pasien mengalami nyeri !"#
pada beberapa waktu yang berbeda setelah pada pasien pernah dilakukan
apendektomi.
,. -hronic Appendicitis
'ronik apendisitis memiliki insidens 1+ dan didefinisikan dengan
keadaan:
a. Pasien dengan riwayat nyeri B4C setidaknya # minggu tanpa
diagnosis alternatif lain,
b. -etelah dilakukannya apendektomi pasien mengalami tanda dan
gejala yang benarbenar hilang
c. -e$ara histopatologi, dibuktikan dengan gejala inflamasi aktif yang
kronik dari dinding apendiks atau fibrosis dari dinding apendiks2,5.
2.2.%. Diagn!sis Apendisitis
&a'aran Klinik
Appendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh
radang mendadak umbai $a$ing yang memberikan tanda setempat, disertai
maupun tidak rangsang peritoneum lokal. ejala klasik apendisitis ialah nyeri
samarsamar dan tumpul yang merupakan nyeri 6iseral di daerah epigastrium di
sekitar umbilikus. 'eluhan ini sering disertai mual dan kadang ada muntah.
8
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
9/26
mumnya nafsu makan menurun. (alam beberapa jam nyeri akan berpindah ke
kanan bawah ke titik =$. Durney. (isini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih
jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat2.
Apendisitis biasanya dimulai dengan rasa tidak nyaman yang menetap dan
progresif di bagian tengah abdomen, di daerah epigastrium di sekitar umbilikalis.
;al ini disebabkan oleh obstruksi dan distensi apendiks yang merangsang saraf
otonom aferen 6iseral dan membuat nyeri alih pada daerah periumbilikal
distribusi dari ner6us 0* < 01"3. Apendisitis diikuti dengan anoreksia dan juga
demam ringan E#*,%F /3. (engan berlanjutnya sekresi $airan musinosa
fungsional, terjadilah peningkatan tekanan intralumen yang menyebabkan
kolapsnya 6ena drainase. ;al ini mengakibatkan timbulnya sensasi kram yang
segera diikuti oleh mual dan muntah. -embilan puluh persen pasien anoreksia,
tujuh puluh persen menjadi mual dan muntah, dan sepuluh persen diare. 'etika
inflamasi dari apendiks terus berlanjut dan men$apai bagian luar apendiks, serabut
saraf dari peritoneum parietal akan membawa informasi spasial tepat ke korteks
somatosensori dan setelah peritoneum parietal terlibat, nyeri yang dihasilkan lebih
intens, konstan, dan nyeri somatik akan terlokalisasi di fossa iliaka kanan, di
daerah apendiks yang mengalami inflamasi tersebut1".
Pada anamnesis penderita akan mengeluhkan nyeri atau sakit perut. !ni
terjadi karena hiperperistaltik untuk mengatasi obstruksi dan terjadi pada seluruh
saluran $erna, sehingga nyeri 6iseral dirasakan pada seluruh perut. =untah atau
rangsangan 6iseral akibat akti6asi n.6agus. 8bstipasi karena penderita takut untuk
mengejan. Panas akibat infeksi akut jika timbul komplikasi. ejala lain adalah
demam yang tidak terlalu tinggi, antara #&,%#*,% /. 0etapi jika suhu lebih tinggi,
diduga sudah terjadi perforasi11.
Peeriksaan (isik
Pada pemeriksaan fisik yaitu pada inspeksi, penderita berjalan
membungkuk sambil memegangi perutnya yang sakit, kembung bila terjadi
perforasi, dan penonjolan perut bagian kanan bawah terlihat pada apendikuler
abses11.
Pemeriksaan fisik pada apendisitis akut dimulai dengan menilai bagian
abdomen pasien di daerah selain daerah yang di$urigai right lower GuadranH B4C
9
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
10/26
area3. 4okasi usus buntu ber6ariasi. )amun, dasar biasanya ditemukan sejajar
6ertebral -1, lateral linea tepat pada titik =$Durney. 0itik =$Durney adalah
perpotongan lateral dan duapertiga dari garis yang menghubungkan spina iliaka
superior anterior kanan dan umbilikus12.
Pada inspeksi abdomen, tidak ditemukan gambaran spesifik. 'embung
sering terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut
kanan bawah bias dilihat pada massa atau abses periapendikuler 1#.
=enurut (epartemen Dedah = 2"1"3, pada palpasi dilakukan pada
dinding abdomen dengan ringan dan hatihati dengan sedikit tekanan, dimulai dari
tempat yang jauh dari lokasi nyeri. Pada Palpasi didapatkan nyeri yang terbatas
pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri lepas. (efans muskulare menunjukkan
adanya rangsangan peritoneum parietale. )yeri tekan perut kanan bawah ini
merupakan kun$i diagnosis. -tatus lokalis abdomen kuadran kanan bawah:
1. )yeri tekan I3 =$. Durney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan
kuadran kanan bawah atau titik =$. Durney dan ini merupakan tanda
kun$i diagnosis.
2. )yeri lepas I3 karena rangsangan peritoneum. !ebound tenderness nyeri
lepas tekan3 adalah nyeri yang hebat di abdomen kanan bawah saat
tekanan se$ara tibatiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan
penekanan perlahan dan dalam di titik =$. Durney.
#. (efens muskuler I3 karena rangsangan m. Bektus abdominis. efence
muscular adalah nyeri tekan seluruh lapangan abdomen yang
menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale.
. !ovsing sign I3. !ovsing sign adalah nyeri abdomen di kuadran kanan
bawah apabila dilakukan penekanan pada abdomen bagian kiri bawah, hal
ini diakibatkan oleh adanya nyeri lepas yang dijalarkan karena iritasi
peritoneal pada sisi yang berlawanan.
%. (soas sign I3. (soas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus
psoas oleh peradangan yang terjadi pada apendiks. Penderita dalam posisi
terlentang, tungkai kanan lurus ditahan pemeriksa, penderita disuruh
hiperekstensi. Psoas sign I3 bila terasa nyeri abdomen kanan bawah.
10
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
11/26
5. /bturator sign I3. /bturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila
panggul dan lutut difleksikan kemudian dirotasikan ke arah dalam dan luar
se$ara pasif, hal tersebut menunjukkan peradangan apendiks terletak pada
daerah hipogastrium.
Pada perkusi akan terdapat nyeri ketok. Peristaltsis usus sering normal
tetapi juga dapat menghilang akibat adanya ileus paralitik pada peritonitis
generalisata yang disebabkan oleh apendisitis perforata1#. Auskultasi tidak banyak
membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis, tetapi kalau sudah terjadi
peritonitis maka tidak terdengar bunyi peristaltik usus. Pada pemeriksaan $olok
dubur !ectal 0oucher 3 akan terdapat nyeri pada jam @1211.-elain itu, untuk mendiagnosis apendisitis juga dapat digunakan skor
Al6arado seperti pada tabel 2.1.
0abel 2.1. -kor Al6arado -kor 1
=igrasi nyeri dari abdomen sentral ke fossa iliaka kanan
Anoreksia
=ual atau =untah
)yeri di fossa iliaka kanan
)yeri lepas
Peningkatan temperatur J#&,%/3
Peningkatan jumlah leukosit K 1" 1"@H4
)eutrofilia dari K &%+
-kor
1
1
1
2
1
1
2
1
0otal 1"
Pasien dengan skor awal L sangat tidak mungkin menderita apendisitis dan tidak
memerlukan perawatan di rumah sakit ke$uali gejalanya memburuk.
Peeriksaan Pen)n*ang1"
Pemeriksaan penunjang yang dapat mengarahkan diagnosis apendisitis
adalah sebagai berukut:
1. 4aboratorium+ terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan -reactive
protein /BP3.
Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara
1"."""1*."""Hmm# leukositosis3 dan neutrofil diatas &%+, sedangkan pada /BP
11
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
12/26
ditemukan jumlah serum yang meningkat. /BP adalah salah satu komponen
protein fase akut yang akan meningkat 5 jam setelah terjadinya proses
inflamasi, dapat dilihat melalui proses elektroforesis serum protein. Angka
sensiti6itas dan spesifisitas /BP yaitu *"+ dan @"+.
2. Badiologi+ terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi -3 dan -omputed
0omography Scanning /0s$an3.
Pada pemeriksaan - ditemukan bagian memanjang pada tempat yang
terjadi inflamasi pada appendiks, sedangkan pada pemeriksaan /0s$an
ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari appendiks
yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. 0ingkat akurasi -
@"@+ dengan angka sensiti6itas dan spesifisitas yaitu *%+ dan @2+, sedangkan
/0-$an mempunyai tingkat akurasi @1""+ dengan sensiti6itas dan spesifisitas
yang tinggi yaitu @"1""+ dan @5@&+.
#. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan
infeksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah.
. -erum eta 3uman -horionic &onadotrophin 3-&$ untuk memeriksa
adanya kemungkinan kehamilan.%. Pengukuran enMim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa
peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas.
5. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum. Pemeriksaan
Darium enema dan -olonoscopy merupakan pemeriksaan awal untuk
kemungkinan karsinoma $olon.
&. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti
appendi$itis, tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan
appendi$itis dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan
2.2.,. Diagn!sis Banding2
Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai
diagnosis banding, seperti:
1. astroenteritis
12
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
13/26
Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa sakit. -akit
perut lebih ringan dan tidak berbatas tegas. ;iperperistaltis sering ditemukan.
Panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan dengan apendisitis akut.
2. (emam (engue
(apat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. (i sini didapatkan hasil
tes positif untuk Bumpel 4eede, trombositopenia, dan hematokrit meningkat.
#. 'elainan o6ulasi
Nolikel o6arium yang pe$ah o6ulasi3 mungkin memberikan nyeri perut
kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi.
. !nfeksi panggul
-alpingitis akut kanan sering dika$aukan dengan apendisitis akut. -uhu
biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah perut
lebih difus.
%. 'ehamilan di luar kandungan
;ampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak
menentu. 9ika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan
pendarahan, akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pel6is dan mungkin
terjadi syok hipo6olemik.
5. 'ista o6arium terpuntir
0imbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa
dalam rongga pel6is pada pemeriksaan perut, $olok 6aginal, atau $olok rektal.
&. >ndometriosis o6arium eksterna
>ndometrium di luar rahim akan memberikan keluhan nyeri di tempat
endometriosis berada, dan darah menstruasi terkumpul di tempat itu karena tidak
ada jalan keluar.
*. rolitiasis pielumH ureter kanan
Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan
merupakan gambaran yang khas. >ritrosituria sering ditemukan.
@. Penyakit saluran $erna lainnya
Penyakit lain yang perlu diperhatikan adalah peradangan di perut, seperti
di6ertikulitis =e$kel, perforasi tukak duodenum atau lambung, kolesistitis akut,
13
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
14/26
pankreatitis, di6ertikulitis kolon, obstruksi usus awal, perforasi kolon, demam
tifoid abdominalis, karsinoid, dan mukokel apendiks.
2.2.-. Penatalaksanaan dan Penega/an 1"
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita appendisitis
meliputi penanggulangan konser6atif dan operasi.
Penanggulangan konser6atif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotik berguna untuk men$egah infeksi. Pada penderita appendi$itis perforasi,
sebelum operasi dilakukan penggantian $airan dan elektrolit, serta pemberian
antibiotik sistemik.
Dila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan appendisitis maka tindakan
yang dilakukan adalah operasi membuang apendiks appendektomi3. Penundaan
appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan
perforasi. Pada abses apendiks dilakukan drainage mengeluarkan nanah3.
Pen$egahan apendisitis se$ara menyeluruh yang dapat dilakukan
diantaranya:1#
1. (iet tinggi serat
Derbagai penelitian telah melaporkan hubungan antara konsumsi serat dan
insidens timbulnya berbagai ma$am penyakit. ;asil penelitian membuktikan
bahwa diet tinggi serat mempunyai efek proteksi untuk kejadian penyakit saluran
pen$ernaan. -erat dalam makanan mempunyai kemampuan mengikat air, selulosa,
dan pektin yang membantu memper$epat sisisisa makanan untuk diekskresikan
keluar sehingga tidak terjadi konstipasi yang mengakibatkan penekanan pada
dinding kolon.
2. (efekasi yang teratur
=akanan adalah faktor utama yang mempengaruhi pengeluaran fe$es.
=akanan yang mengandung serat penting untuk memperbesar 6olume fe$es dan
makan yang teratur mempengaruhi defekasi. !ndi6idu yang makan pada waktu
yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada
pemasukan makanan dan keteraturan pola akti6itas peristaltik di kolon.
14
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
15/26
Nrekuensi defekasi yang jarang akan mempengaruhi konsistensi fe$es yang
lebih padat sehingga terjadi konstipasi. 'onstipasi menaikkan tekanan intra$ae$al
sehingga terjadi sumbatan fungsional appendiks dan meningkatnya pertumbuhan
flora normal kolon. Pengerasan fe$es memungkinkan adanya bagian yang terselip
masuk ke saluran appendiks dan menjadi media kumanHbakteri berkembang biak
sebagai infeksi yang menimbulkan peradangan pada appendiks.
2.2.0...K!plikasi
Proporsi komplikasi appendi$itis 1"#2+, paling sering pada anak ke$il
dan orang tua. 'omplikasi @#+ terjadi pada anakanak di bawah 2 tahun dan "
&%+ pada orang tua. /NB komplikasi 2%+, 1"1%+ terjadi pada anakanak dan
orang tua. Anakanak memiliki dinding appendiks yang masih tipis, omentum
lebih pendek dan belum berkembang sempurna memudahkan terjadinya perforasi,
sedangkan pada orang tua terjadi gangguan pembuluh darah. Adapun jenis
komplikasi diantaranya:
1. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. 0eraba massa
lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pel6is. =assa ini mulamula berupa
flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. ;al ini terjadi
bila appendi$itis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum. 2
2. Perforasi
Perforasi adalah pe$ahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri
menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak
awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 2 jam. Perforasi dapat diketahui
praoperatif pada &"+ kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari #5 jam
sejak sakit, panas lebih dari #*,%"/, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan
leukositosis terutama polymorphonuclear P=)3. Perforasi, baik berupa perforasi
bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis. 2
#. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Dila infeksi
15
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
16/26
tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis
umum. Akti6itas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus
meregang, dan hilangnya $airan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok,
gangguan sirkulasi, dan oligouria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang
semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan leukositosis. 2
Peritonitis diperkirakan terjadi melalui tiga fase: pertama, fase
pembuangan $epat kontaminankontaminan dari ka6um peritoneum ke sirkulasi
sistemik? kedua, fase interaksi sinergistik antara aerob dan anaerob? dan ketiga?
fase usaha pertahanan tubuh untuk melokalisasi infeksi.15
Pada peritonitis terjadi pergeseran $airan dan gangguan metabolik.
Nrekuensi jantung dan frekuensi napas pada awalnya akan meningkat sebagai
hasil dari refleks 6olumetrik, intestinal, diafragmatik, dan nyeri. Asidosis
metabolik dan peningkatan sekresi aldosteron, antidiuretic hormone A(;3, dan
katekolamin yang juga menyusul akan mengubah cardiac output dan respirasi.
Protein akan dirusak dan glikogen hati dimobilisasikan akibat tubuh sedang
memasuki suatu keadaan katabolisme yang hebat. !leus paralitik dapat terjadi,
yang kemudian akan menyebabkan sekuestrasi hebat $airan, dan hilangnya
elektrolit dan eksudat kaya protein. (istensi abdomen yang hebat akan
menyebabkan ele6asi diafragma, dan akan menyebabkan atelektasis dan
pneumonia. agal organ multipel, koma, dan kematian akan mengan$am jika
peritonitis tetap berlangsung dan gagal untuk terlokalisasi.15
Pasien peritonitis umumnya datang dengan keadaan dehidrasi bahkan
mungkin syok. (ehidrasi dideskripsikan sebagai suatu keadaan keseimbangan
$airan yang negatif atau terganggu yang bisa disebabkan oleh berbagai jenis
penyakit. (ehidrasi terjadi karena kehilangan air output 3 lebih banyak daripada
pemasukan air input 3. /airan yang keluar biasanya disertai dengan elektrolit.1&
Pada dehidrasi gejala yang timbul berupa rasa haus, berat badan turun,
kulit bibir dan lidah kering, sali6a menjadi kental. 0urgor kulit dan tonus
berkurang, apatis, gelisah, dan kadangkadang disertai kejang. Akhirnya timbul
gejala asidosis dan renjatan dengan nadi dan jantung yang berdenyut $epat dan
16
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
17/26
lemah, tekanan darah menurun, kesadaran menurun, dan pernapasan
4ussmaul .1&,1*
Prinsip umum terapi adalah penggantian $airan dan elektrolit yang hilang
yang dilakukan se$ara intra6ena, pemberian antibiotik yang sesuai, dekompresi
saluran $erna dengan penghisapan nasogastrik dan intestinal, pembuangan fokus
septik apendiks, dsb3 atau penyebab radang lainnya, bila mungkin mengalirkan
nanah keluar, dan tindakantindakan menghilangkan nyeri. Antibiotik yang
diberikan harus spektrum luas, dapat menjangkau bakteri aerob dan anaerob, dan
diberikan se$ara intra6ena. -efalosporin generasi ketiga dan metronidaMole
merupakan terapi antibiotik utama yang sering diberikan. ntuk pasien yang
menderita peritonitis yang didapat di rumah sakit misalnya kebo$oran
anastomosis3 atau yang membutuhkan terapi intensif, terapi garis kedua dengan
meropenem atau kombinasi pipera$ilin dan taMoba$tam direkomendasikan. 0erapi
antijamur juga sebaiknya dipertimbangkan untuk menjangkau spesies /andida
yang mungkin menginfeksi. Penggunaan antibiotik lebih awal dan sesuai
merupakan kun$i untuk mengurangi mortalitas pada pasien dengan syok septik
yang berhubungan dengan peritonitis. -elain untuk dekompresi saluran $erna,
penggunaan pipa nasogastrik juga berfungsi untuk mengurangi risiko pneumonia
aspirasi.1@,15
mtuk penangagannaya dapat dilakukan laparotomi. 4aparatomi biasanya
dilakukan melalui upper atau lower middle incision bergantung pada dugaan
lokasi patologis3. 0ujuan dari laparotomi adalah sebagai berikut:
1. membuktikan penyebab peritonitis
2. mengontrol sumber sepsis dengan membuang organ yang meradang atauiskemik atau menutup organ yang bo$or3
#. melakukan pen$u$ian ka6um peritoneum yang efektif.15
=engontrol sumber utama sepsis adalah hal yang esensial. ;anya terdapat
sedikit bukti tentang manfaat klinis irigasi peritoneum. ;al ini mungkin
dikarenakan adanya resistensi koloni mikroba peritoneum terhadap pen$u$ian
peritoneum, atau karena adanya kerusakan ikutan yang timbul pada sel
mesotelium. Pembuangan debrisdebris, fekal, atau pus dari ka6um peritoneum
mungkin $ukup berguna daripada melakukan irigasi yang hebat pada ka6um
17
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
18/26
peritoneum. Antibiotik dapat diberikan hingga % hari setelah operasi pada kasus
peritonitis difusa atau kompleks.15
4aparoskopi juga merupakan modalitas terapi alternatif yang dapat
dilakukan. 4aparoskopi juga terbukti efektif untuk penanganan apendisitis akut
dan perforasi ulkus duodenum. 4aparoskopi juga bisa digunakan untuk perforasi
kolon, namun angka kon6ersi ke laparotomi tinggi -yok atau ileus merupakan
kontraindikasi laparoskopi.15
Penggunaan drain $enderung efektif untuk mendrainase ruang yang
terlokalisasi, namun kurang efektif bila digunakan untuk mendrainase seluruh
ka6um peritoneum. ;anya sedikit bukti yang mendukung penggunaan drain profilaksis setelah laparotomi.15
18
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
19/26
BAB III
LAPAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
)ama : =);
9enis 'elamin : Perempuan
mur : 2 tahun
)o. Bekam =edik : "".5%.".*%
Buangan : BD2A Buangan 2.1
0anggal masuk : 1# -eptember 2"1%
ANA3NESIS
'eluhan utama : )yeri seluruh lapangan perut
0elaah :
;al ini dialami pasien sejak O12 jam sebelum masuk rumah sakit pukul 2".""3.
)yeri dirasakan seperti ditusuktusuk, dirasakan terusmenerus.
(emam dirasakan sejak O % jam -=B-, demam tidak terlalu tinggi dan demam
tidak turun dengan obat penurun panas. =ual dirasakan pasien selama O12 jam
-=B- tanpa disertai dengan muntah. =en$ret dijumpai sejak pukul & pagi
sebanyak # kali dengan konsistensi $air dan berlendir. Duang air ke$il normal
dengan warna kuning jernih. -elama ini pasien kurang mengonsumsi sayuran dan
buahbuahan. Biwayat trauma tidak dijumpai. Biwayat nyeri perut kanan bawah
sebelumnya dijumpai dalam 1 minggu ini. Biwayat nyeri ulu hati sebelumnya
disangkal.
BP0 : (= 3, ;ipertensi 3,
BP8 : Biwayat pemakaian obat anti nyeri 3
STATUS PESENS
-ensorium : /ompos =entis
0ekanan darah : 12"H*" mm;g
)adi : 1"" bpm
Pernafasan : 22 rpm
19
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
20/26
-uhu : #&,% /⁰
PE3EIKSAAN (ISIK
Kepala
=ata : konjungti6a palpebra inferior pu$at H3, sklera ikterik H3
0elingaH hidungH mulut: dalam batas normal
Le/er 4 09 B2 $m ;28
T!raks
!nspeksi : simetris fusiformis
Palpasi : stem fremitus kanan kiri, kesan normal
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : suara pernapasan 6esikuler, suara tambahan 3
A'd!en
!nspeksi : simetris, distensi I3
Auskultasi : bising usus 3
Palpasi : nyeri tekan I3, nyeri lepas I3, defans mus5ular I3
Perkusi : timpani, shifting dullness 3
Ekstreitas : dalam batas normal
DE
Perianal : )ormal
-pfingter : 'etat
=ukosa :4i$in, tidak teraba massa
Ampulla : berisi feses I3
)yeri : nyeri tekan I3 di seluruh arah jarum jam
-arung tangan : Neses dijumpai, darah tidak dijumpai
PE3EIKSAAN PENUNJAN&
20
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
21/26
1" Septe'er 251$ 6I&D7
JENIS PE3EIKSAAN SATUAN HASIL UJUKAN
HE3ATL&I
(arah 4engkap --$
;emoglobin ;D3 g+ 1#.5 1#.21&.#
>ritrosit BD/3 1"%Hmm# .5" .2" < .*&
4eukosit QD/3 1"#Hmm# 1-.2% .% < 11."
;ematokrit + #@.@ # < @
0rombosit P403 1"#Hmm ### 1%" < %"
=/ Nl *5.& *% < @%
=/; Pg [email protected] 2* < #2
=/;/ g+ #.1 ## < #%
B(Q + 12.2 11.5 < 1.*=P Nl @.1 &." < 1".2
P/0 + ".#"
P(Q f4 1".
Hit)ng *enis
• )eutrofil + &.5" #& < *"
• 4imfosit + 15.#" 2" < "
• =onosit + *.&" 2 < *
• >osinofil + "."" 1 < 5
• Dasofil + "." " < 1
• )eutrofil Absolut 1"#HRl 1#.52 2.& < 5.%
• 4imfosit Absolut 1"#HRl 2.@& 1.% < #.&
• =onosit Absolut 1"#HRl 1.%@ ".2".
• >osinofil Absolut 1"#HRl "."" " < ",1"
• Dasofil Absolut 1"#HRl "."* " < ",1
HATI
Albumin gHd4 .@ #.% < %."
GINJAL
reum mgH d4 15.1 E%"'reatinin mgH d4 ".5 ".&" < 1,2"
Ele5trolit
)atrium )a3 m>GH4 1" 1#% < 1%%
'alium '3 m>GH4 #.% #.5 < %.%
'lorida /l3 m>GH4 1"% @5 < 1"5
(AAL HE3STASIS
6a5tu (embe5uan
Protrombin time
• (asien (etik 1*.1
21
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
22/26
• 4ontrol (etik 1.2
!)B 1.2@
AP00
• Pasien
• 'ontrol
(etik
(etik
#".&
#."
0hrombin time
• Pasien
• 'ontrol
(etik
(etik
11.2
1&.*
Kesip)lan4 Le)k!sit!sis 687
DIA&NSA KEJA
iffuse (eritonitis ec Apendicitis (erforation
PENATALAKSANAAN
• 0irah baring
• Puasa
• Pemasangan )0
• !N( B4 2" dpm
•!nj /eftriaone 1 grH12jam
• !nj Banitidin %" mgH12 jam
• Noto thora PA
• 4aparotomi di 'D>
TINDAKAN
(ilakukan tindakan operasi "aparotomy Appendictomy di 'D> tanggal 1
-eptember 2"1% pukul "2."" Q!D < "."" Q!D
(!ll!9 )p Pasien 61# Septe'er 251$7
Tgl S A P
1
-eptem
ber
2"1%
)yeri
pada
daerah
luka
operasi I3
-ens : /=
0( : 11"H** mm;g
;B : @5 bpm, reg
BB : 22 rpm, reg
0 : #5,% S/
Post
"aparotomy
Appendecto
my dHt
iffuse
ed rest
!nj. /eftiaone 1grH12
jam
!nj. =etronidaMole
%""mgH* jam
!nj. entamy$in
22
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
23/26
Kepala4
=ata : 'onj. Palpebra
inferior anemis H3,
sklera ikterik H3
Le/er 4 pemb. 'D 3
T!raks 4
-P: esikular, -0 :
A'd!en 4
!: simetris, luka operasi
tertutup perban,
rembesan $airan 3,
tampak drain di sisi
kanan abdomen isi
$airan serous
haemorrhage O*" $$
P: nyeri tekan I3 pada
daerah sekitar luka
operasi
Pr: timpani
A: bising usus I3
Ekstreitas 4
dalam batas normal
(eritonitis
e.c.
Apendicitis
(erforation
*"mgH12 jam
!nj. 'etorola$ #"mgH*
jam
!nj. Banitidine
%"mgH12 jam
BH /ek (arah rutin,
'(-, elektrolit
Hasil peeriksaan la'!rat!ri)1# Septe'er 251$ 67
JENIS PE3EIKSAAN SATUAN HASIL UJUKAN
HE3ATL&I
(arah 4engkap --$
;emoglobin ;D3 g+ 12.2 1#.21&.#
>ritrosit BD/3 1"%Hmm# ." .2" < .*&
4eukosit QD/3 1"#Hmm# 1-.5$ .% < 11."
;ematokrit + #%.1 # < @
0rombosit P403 1"#Hmm 2&% 1%" < %"
=/ Nl *5.@ *% < @%
23
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
24/26
=/; Pg #".2 2* < #2
=/;/ g+ #.* ## < #%
B(Q + 12.2 11.5 < 1.*=P Nl @." &." < 1".2
P/0 + ".2%
P(Q f4 @.%
Hit)ng *enis
• )eutrofil + *%.&" #& < *"
• 4imfosit + &.*" 2" < "
• =onosit + 5.1" 2 < *
• >osinofil + "."" 1 < 5
• Dasofil + "." " < 1
• )eutrofil Absolut 1"#HRl 1%.& 2.& < 5.%
• 4imfosit Absolut 1"#HRl 1." 1.% < #.&
• =onosit Absolut 1"#HRl 1.11 ".2".
• >osinofil Absolut 1"#HRl "."" " < ",1"
• Dasofil Absolut 1"#HRl "."& " < ",1
HATI
Albumin gHd4 #.& #.% < %."
Ele5trolit
)atrium )a3 m>GH4 1#* 1#% < 1%% 'alium '3 m>GH4 #.% #.5 < %.%
'lorida /l3 m>GH4 1"% @5 < 1"5
Kesip)lan4 Le)k!sit!sis 687
24
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
25/26
DA(TA PUSTAKA
1. =inkes, B'. 2"1. Pediatri$ Appendi$itis. A6ailable from:
http:HHemedi$ine.meds$ape.$omHarti$leH@25&@%o6er6iew . A$$essed on *
-ep 2"1%.
2. -jamsuhidajat, B., (e 9ong, Q., 2"". DukuAjar !lmu Dedah. >disi 2.
9akarta:>/, 5#@5%
#. Bi$hard, >., et al.2"".)elson 0etbook of Pediatri$ 1&th >dition.
Philadelphia: -aunders. /h.#2
. -tephen et al. 2""#. 0he (iagnosis of A$ute Appendi$itis in a Pediatri$
Population. ol.#*
%. ®ory7 3.7 8 Sche9nayder S. :. (ediatric !apid Sequence ;ntubation.
(ediatric Emergency -are< 2=='> 2=)$< %%?'2
5. /raig, -.2"1.A$ute Appendi$itisA6ailable from:
http:HHemedi$ine.meds$ape.$omHarti$leH&*@%o6er6iewTaw2aab5b2baa.
A$$essed on * -ep 2"1%.
&. Bothro$k -, Pagame 9. 2""".A$ute Appendi$itis in /hildren :
>mergen$y (epartment (iagnosis and =anagement. 8rlando :(epartment of >mergen$y =edi$ine, 8rlando Begional =edi$al /entre.
#@&
*. ;o$kenberry, =.9, U Qillson, (. 2""&3. Qong’s )ursing $are of infants
and $hildren. * ed3. -t. 4ouis =issouri: =osby >lsei6er
@. 4ynn, /.., /ynthia, /., U 9eferry, '. 2""23. Pediatri$ $lini$al ad6isor:
!nstant diagnosis U treatment. Philadelphia: =osby >lsei6er ;ealth
-$ien$e
1". 'esha6, -atish, 2"". /ae$um and Appendi. !n: 'esha6, -atish, ed. 0he
astrointestinal -ystem at lan$e. Nirst >dition. -A:Qiley Dla$kwell,
#5 < #*
11. (epartemen Dedah =. 2"1". Apendik. A6ailable from:
http:HHwww.bedahugm.netHtagHappendi. A$$essed on * -ep 2"1%.
12. Ninlay, (a6id 9. U (oherty, erard =., 2""2. A$ute Abdominal Pain and
Appendi$itis. !n: (oherty, erard =., 4owney, 9ennifer '., =ason, 9ohn
>., BeMnik, -$ott !., and -mith, =i$hael A., ed. Qashington =anual Dook
of -urgery. 0hird >dition. -A:4ippin$ott Qilliams U Qilkins, 2%2 < 251
25
http://emedicine.medscape.com/article/926795-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/773895-overview#aw2aab6b2b4aahttp://www.bedahugm.net/tag/appendixhttp://www.bedahugm.net/tag/appendixhttp://emedicine.medscape.com/article/773895-overview#aw2aab6b2b4aahttp://www.bedahugm.net/tag/appendixhttp://emedicine.medscape.com/article/926795-overview
8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS
26/26
1#. Biwanto, !gn. et al., 2"1". sus ;alus, Apendiks, 'olon, dan Anorektum.
!n: -jamsudihajat, B. et al., ed. Duku Ajar !lmu Dedah. >disi #.
9akarta:>/, &%% < &52.
1. -, =angema 9unias B., 2""@. ;ubungan Antara -kor Al6arado dan
0emuan 8perasi Appendisitis Akut di Bumah -akit Pendidikan Nakultas
'edokteran ni6ersitas -umatera tara. =edan:-
1%. (oherty, .=. (eritoneal -avity. !n : /urrent (iagnosis and 0reatment
-urgery. # rd >d. 2"1". -A : =$ raw ;ill. 55*.
15. -kipworth, B.9.> and Nearon, './.;. A$ute Abdomen: Peritonitis. Surgery
2""&? 25 #3: @*1"1.
1&. 4atief, -.A., -uryadi, '.A., dan (a$hlan, =.B. Petunjuk Praktis
Anestesiologi >disi 'edua. 9akarta: Dagian Anestesiologi dan 0erapi
!ntensif N' !, 2""2? 0erapi /airan pada Pembedahan.
1*. 4eksana, >. 0erapi /airan dan (arah. -ermin unia 4edo5teran 2"1"?
1&&: 2*2#2".
1@. -jamsuhidajat, B., (ahlan, =urniMal, dan 9usi, (jang. Duku Ajar !lmu
Dedah >disi #. 9akarta: >/, 2"11? awat Abdomen.