bab 1-3 APENDISITIS

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    1/26

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Apendiks merupakan suatu organ berbentuk kantung ‘buntu’ yang

     berpangkal di sekum pada usus besar. Peradangan pada apendiks disebut juga

    dengan apendisitisyang dapat disebabkan oleh obstruksi lumen atau ulserasi pada

    mukosa akibat terjadi infeksi bakteri. Apendisitis dapat menyerang semua

    kalangan usia mulai dari balita hingga usia tua, dengan rasio pria dibandingkan

    dengan wanita adalah 2:1dan paling sering dijumpai di negaranegara

     berkembang1. !nsidens tertinggi terdapat pada kelompok usia 2"#" tahun2.

    !nsidens apendisitis tertinggi men$apai 2% kasus per 1".""" anak setiap tahunnya

     pada kisaran usia 1" hingga 1& tahun1.

    'onsultasi dini dengan petugas kesehatan dapat men$egah keterlambatan

    diagnosis dari penyakit ini. (iagnosa terkait apendisitis baik pada dewasa maupun

    anakanak didapat dari anamnesa dan pemeriksaan fisik serta dari tanda dan gejala

    yang dialami oleh pasien.)amun perlu diketahui bahwa angka kejadian

    misdiagnostic  pada penyakit ini $ukup tinggi, yaitu sekitar 2*%&+ pada anak 

    dibawah usia 12 tahun, dan hampir men$apai angka 1""+ pada anak dibawah usia

    2 tahun. Penggunaan media imaging   seperti -, /0 -$an, laparoskopi dapat

    dilakukan untuk menurunkan insidensi perforasi serta komplikasi lainnya pada

    kasuskasus yang meragukan.Apendisitis merupakan salah satu dari penyebab

    utama nyeri abdomen abdominal pain3 dan merupakan kondisi gawat darurat

    yang memerlukan tindakan pembedahan segera1.

    -ebelum tindakan bedah pada kegawatdaruratan apendisitis, persiapan

    anestesi untuk pasien merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.

    Persiapan dimulai sejak sebelum pasien masuk ke dalam ruang operasi, baik di

    ruang rawat inap maupun rawat jalan. 'eterlambatan diagnosis maupun

     penatalaksanaan pada appendisitis dapat menyebabkan komplikasi. -alah satu

    komplikasi yang dapat terjadi adalah peritonitis.

    1

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    2/26

    Peradangan peritoneum peritonitis3 merupakan komplikasi berbahaya

    yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organorgan abdomen misalnya

    apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal3, ruptura saluran $erna,

    komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen.

    Peritonitis menggambarkan sebuah penyebab penting morbiditas dan mortalitas

     bedah.

    2

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    3/26

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Apendiks

    Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, dengan panjang sekitar kira

    1" $m kisaran #1% $m3, lebar ",#",&$m dan berpangkal di sekum. 4umennya

    sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Apendiks merupakan

    tonjolan ke$il mirip jari didasar sekum atau berbentuk kantung buntu dibawah

    tautan antara usus halus dan usus besar di katup ileosekum5.

    Persarafan parasimpatis berasal dari $abang n.6agus yang mengikuti

    a.mesenterika superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal

    dari n.torakalis 7. 8leh karena itu, nyeri 6iseral pada apendisitis bermula di

    sekitar umbilikus2. Pendarahan apendiks berasal dari a.apendikularis yang

    merupakan arteri tanpa kolateral. 9ika arteri ini tersumbat, misalnya karena

    thrombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami gangrene

    ambar 2.1. Anatomy of the appendi

    Appendiks merupakan bagian dari organ sistem pen$ernaan tubuh manusia

    yang tidak memiliki fungsi yang jelas. )amun appendiks memiliki fungsi sebagai

     pelindung terhadap infeksi mikroorganisme intestinal.Apendiks menghasilkan

    lendir 12 ml per hari. 4endir itu normalnya di$urahkan ke dalam lumen dan

    3

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    4/26

    selanjutnya mengalir ke sekum. ;ambatan aliran lendir di muara apendiks

    tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis. !munoglobulin sekretoar yang

    dihasilkan oleh A40  gut associated lymphoid tissue3 yang terdapat di sepanjang

    saluran $erna termasuk apendiks, ialah !gA. !munoglobulin ini sangat efektif 

    sebagai pelindung terhadap infeksi. )amun demikian, pengangkatan apendiks

    tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfe di sini ke$il

    sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran $erna dan di seluruh tubuh2.

    2.2. Apendisitis

    2.2.1. Defenisi Apendisitis

    Apendisitis merupakan suatu reaksi inflamasi akut dan infeksi dari

    apendiks 6ermiform1. (efinisi lain Apendisitis merupakanperadangan pada

    appendiks, sebuah kantung buntu yang berhubungan denganbagian akhir se$um

    yang umumnya disebabkan oleh obstruksi pada lumenappendiks. Apendisitis

    merupakan salah satu dari penyebab utama nyeri abdomen abdominal pain3 dan

    merupakan kondisi gawat darurat yang memerlukan pembedahan segera

    khususnya pada anakanak. Apendisitis dapat terjadi disebabkan oleh proses

    infeksi, proses inflamasi ataupun merupakan suatu proses inflamasi kronik yang

    dapat mengarahkan menuju tindakan apendektomi5.

    2.2.2. Epidei!l!gi

    Apendisitis memiliki angka insidens yang $ukup tinggi dan merupakan

    kelainan abdomen pada bagian bedah yang paling umum dijumpai khususnya

     pada anakanak. !nsidens tertinggi terdapat pada kelompok usia 2"#" tahun.Apendisitis terdiagnosa hanya 1*+ dari seluruh pasien anakanak yang datang ke

    instalasi gawat darurat. Apendisitis menyerang &".""" anak di Amerika -erikat

    setiap tahunnya. 'ejadian diantara bayi baru lahir hingga usia tahun adalah 1

    hingga 2 kasus per 1".""" anak setiap tahunnya. !nsidens meningkat hingga 2%

    kasus per 1".""" anak setiap tahunnya pada kisaran usia 1" hingga 1& tahun 1.

    'ejadian perforasi terjadi $ukup tinggi, yaitu sekitar %"*%+ pada anak usia

    muda, dengan angka mortalitas ",1 < 1+ pada anakanak &.

    4

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    5/26

    Apendisitis juga dapat terjadi pada usia dewasa dan usia tua, sedangkan

     perbandingan kejadian apendisitis pada pria dan wanita, yaitu sekitar 

    2:1.Apendisitis lebih sering terjadi di daerah ataupun negara berkembang.

    =eskipun alasan mengapa kejadian itu terjadi belum dapat dijelaskan, potensial

    faktor resiko diduga akibat diet rendah serat dan tinggi gula, riwayat keluarga dan

    infeksi1,5.

    2.2.". Eti!l!gi

    >tiologi apendisitis yang terjadi antara lain disebabkan oleh obstruksi

    lumenapendiks. 8bstruksi lumen pada appendiks yang menyebabkan

    apendisitisantara lain karena? material feses yang keras fe$alith3, hyperplasia

     jaringanlimfoid, dan infeksi 6irus*. Pada anakanak sendiri obstruksi paling sering

    terjadi akibat hiperplasia jaringan limfoid pada submukosa folikel. Penyebab

    hiperplasia ini sendiri masih kontro6ersial, namun dehidrasi dan infeksi 6irus

    diduga menjadi penyebab utama3. Penyebab lainnyadari apendisitis antara lain?

     benda asing  foreign body3, infeksi bakteri, parasit, dan tumorappendiks atau

    sekum@.

    2.2.#. Pat!fisi!l!gi

    Patologi apendisitis dapat dimulai di mukosa dan kemudian melibatkan

    seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 2* jam pertama. Apendisitis

    kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang disebabkan oleh feses yang

    terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai dengan pengamatan epidemiologi bahwa

    apendisitis berhubungan dengan asupan serat dalam makanan yang rendah2.

    'etika obstruksi telah terjadi di apendiks, bakteri yang terperangkap di

    dalam lumen appendiceal  mulai bermultipikasi, menyebabkan apendiks menjadi

    distensi. Peningkatan tekanan intraluminal menyebabkan juga terjadinya obstruksi

    drainase 6ena serta aliran darah arteri sehingga apendiks mengalami kongesti dan

    iskemik. Akhirnya, arteri yang menyuplai apendiks menjadi bertrombosit dan

    5

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    6/26

    apendiks yang kurang suplai darah menjadi nekrosis danmenjadi gangren.

    ambar 2.2. Patofisiologi Apendisitis

    Pada stadium awal apendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa.

    !nflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan lapisan muskular 

    dan serosa peritoneal3. Pada stadium awal pasien akan mengalami nyeri abdomen

    di daerah periumbilikal akibat rangsangan oleh serabut saraf 01" dari apendiks1".

    !nflamasi yang semakin berat $airan eksudat fibrinopurulenta terbentuk pada

     permukaan serosa dan berlanjut ke beberapa permukaan peritoneal yang

     bersebelahan, seperti usus atau dinding abdomen, menyebabkan peritonitis lokal

    dan menyebabkan nyeri semakin intens.

    6

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    7/26

    (alam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke dalam

    lumen, yang menjadi distensi dengan pus. Perforasi terjadi akibat adanya $airan

    inflamasi serta bakteri yang keluar hingga men$apai $a6itas abdomen. 'ejadian

    ini menginflamasi lapisan peritoneal se$ara luas dan peritonitis semakin hebat.

    4okasi peritonitis sendiri diffuse atau localized 3 tergantung oleh derajat dimana

    omentum dan adjacent bowel loop mampu menampung konten dari luminal itu

    sendiri. 9ika $airan inflamasi dan bakteri tersebut dibungkus omentum, nyeri dan

    ketegangan tenderness3 akan terjadi se$ara lokal. )amun jika $airan inflamasi

    dan bakteri tidak terbungkus omentum dan menyebar menuju peritoneum, nyeri

    akan terasa di seluruh regio abdomen1.

    2.2.$. Staging Apendisitis

    Staging  dari apendisitis dapat dibagi menjadi * tahap, yaitu:2,5

    1. Early Stage Appendicitis

    8bstruksi pada lumen apendiks menyebabkan terjadinya edema mukosa,

    ulserasi mukosa, diapedesis bakteri, distensi apendiks dan mengarah menuju

    terjadinya akumulasi dan peningkakan tekanan intraluminal. -erabut saraf aferen

    6iseral terstimulasi dan pasien akan merasakan nyeri periumbilikal dan nyeri

    epigastrik yang ringan, berlangsung selama 5 jam.

    2. Suppurative Appendicitis

    Peningkatan tekanan intraluminal pada akhirnya akan melebihi tekanan

     perfusi kapiler, berkaitan dengan obstruksi limfatik dan drainase 6ena dan

    menyebabkan in6asi bakteri serta $airan$airan inflamasi pada dinding apendiks.

    =asuknya bakteri menyebabkan acute suppurative appendicitis. 'etika bagian

    appendiks yang terinflamasi kontak dengan parietal peritonium, pasien akan

    mengalami tanda nyeri klasik, yaitu berpindahnya rasa nyeri dari periumbilikal ke

     bagian kanan bawah abdomen right lower abdominal quadrant !"#$$  yang

     berkepanjangan dan terasa semakin nyeri.

    %. &angrenous Appendicitis

    ena intramural dan trombosis arteri terjadi, berakibat pada terjadinya

    gangren apendisitis.

    7

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    8/26

    '. (erforated Appendicitis

    !skemik jaringan apendiks yang terus menerus berakibat pada keadaan

    infark dan perforasi, baik perforasi lokal ataupun general.

    ). (hlegmonous Appendicitis

    4apisan apendiks yang meradang atau perforasi dapat berdinding

    omentum yang besar, mengakibatkan radang usus apendiks phlegmonous atau

    abses fokal.

    *. Spontaneously !esolving Appendicitis

    9ika obstruksi lumen apendiks teratasi, apendisitis akut juga akan hilang

    se$ara spontan. ;al ini terjadi saat hiperplasia limfatik atau fekalit terbuang keluar 

    dari lumen.

    +. !ecurrent Appendicitis

    !nsidensnya sekitar 1"+. (idiagnosa saat pasien mengalami nyeri  !"#

     pada beberapa waktu yang berbeda setelah pada pasien pernah dilakukan

    apendektomi.

    ,. -hronic Appendicitis

    'ronik apendisitis memiliki insidens 1+ dan didefinisikan dengan

    keadaan:

    a. Pasien dengan riwayat nyeri B4C setidaknya # minggu tanpa

    diagnosis alternatif lain,

    b. -etelah dilakukannya apendektomi pasien mengalami tanda dan

    gejala yang benarbenar hilang

    c. -e$ara histopatologi, dibuktikan dengan gejala inflamasi aktif yang

    kronik dari dinding apendiks atau fibrosis dari dinding apendiks2,5.

    2.2.%. Diagn!sis Apendisitis

    &a'aran Klinik 

    Appendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh

    radang mendadak umbai $a$ing yang memberikan tanda setempat, disertai

    maupun tidak rangsang peritoneum lokal. ejala klasik apendisitis ialah nyeri

    samarsamar dan tumpul yang merupakan nyeri 6iseral di daerah epigastrium di

    sekitar umbilikus. 'eluhan ini sering disertai mual dan kadang ada muntah.

    8

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    9/26

    mumnya nafsu makan menurun. (alam beberapa jam nyeri akan berpindah ke

    kanan bawah ke titik =$. Durney. (isini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih

     jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat2.

    Apendisitis biasanya dimulai dengan rasa tidak nyaman yang menetap dan

     progresif di bagian tengah abdomen, di daerah epigastrium di sekitar umbilikalis.

    ;al ini disebabkan oleh obstruksi dan distensi apendiks yang merangsang saraf 

    otonom aferen 6iseral dan membuat nyeri alih pada daerah periumbilikal

    distribusi dari ner6us 0* < 01"3. Apendisitis diikuti dengan anoreksia dan juga

    demam ringan E#*,%F /3. (engan berlanjutnya sekresi $airan musinosa

    fungsional, terjadilah peningkatan tekanan intralumen yang menyebabkan

    kolapsnya 6ena drainase. ;al ini mengakibatkan timbulnya sensasi kram yang

    segera diikuti oleh mual dan muntah. -embilan puluh persen pasien anoreksia,

    tujuh puluh persen menjadi mual dan muntah, dan sepuluh persen diare. 'etika

    inflamasi dari apendiks terus berlanjut dan men$apai bagian luar apendiks, serabut

    saraf dari peritoneum parietal akan membawa informasi spasial tepat ke korteks

    somatosensori dan setelah peritoneum parietal terlibat, nyeri yang dihasilkan lebih

    intens, konstan, dan nyeri somatik akan terlokalisasi di fossa iliaka kanan, di

    daerah apendiks yang mengalami inflamasi tersebut1".

    Pada anamnesis penderita akan mengeluhkan nyeri atau sakit perut. !ni

    terjadi karena hiperperistaltik untuk mengatasi obstruksi dan terjadi pada seluruh

    saluran $erna, sehingga nyeri 6iseral dirasakan pada seluruh perut. =untah atau

    rangsangan 6iseral akibat akti6asi n.6agus. 8bstipasi karena penderita takut untuk 

    mengejan. Panas akibat infeksi akut jika timbul komplikasi. ejala lain adalah

    demam yang tidak terlalu tinggi, antara #&,%#*,% /. 0etapi jika suhu lebih tinggi,

    diduga sudah terjadi perforasi11.

    Peeriksaan (isik 

    Pada pemeriksaan fisik yaitu pada inspeksi, penderita berjalan

    membungkuk sambil memegangi perutnya yang sakit, kembung bila terjadi

     perforasi, dan penonjolan perut bagian kanan bawah terlihat pada apendikuler 

    abses11.

    Pemeriksaan fisik pada apendisitis akut dimulai dengan menilai bagian

    abdomen pasien di daerah selain daerah yang di$urigai right lower GuadranH B4C

    9

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    10/26

    area3. 4okasi usus buntu ber6ariasi. )amun, dasar biasanya ditemukan sejajar 

    6ertebral -1, lateral linea tepat pada titik =$Durney. 0itik =$Durney adalah

     perpotongan lateral dan duapertiga dari garis yang menghubungkan spina iliaka

    superior anterior kanan dan umbilikus12.

    Pada inspeksi abdomen, tidak ditemukan gambaran spesifik. 'embung

    sering terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut

    kanan bawah bias dilihat pada massa atau abses periapendikuler 1#.

    =enurut (epartemen Dedah = 2"1"3, pada palpasi dilakukan pada

    dinding abdomen dengan ringan dan hatihati dengan sedikit tekanan, dimulai dari

    tempat yang jauh dari lokasi nyeri. Pada Palpasi didapatkan nyeri yang terbatas

     pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri lepas. (efans muskulare menunjukkan

    adanya rangsangan peritoneum parietale. )yeri tekan perut kanan bawah ini

    merupakan kun$i diagnosis. -tatus lokalis abdomen kuadran kanan bawah:

    1. )yeri tekan I3 =$. Durney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan

    kuadran kanan bawah atau titik =$. Durney dan ini merupakan tanda

    kun$i diagnosis.

    2. )yeri lepas I3 karena rangsangan peritoneum. !ebound tenderness nyeri

    lepas tekan3 adalah nyeri yang hebat di abdomen kanan bawah saat

    tekanan se$ara tibatiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan

     penekanan perlahan dan dalam di titik =$. Durney.

    #. (efens muskuler I3 karena rangsangan m. Bektus abdominis.  efence

    muscular adalah nyeri tekan seluruh lapangan abdomen yang

    menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale.

    .  !ovsing sign I3.  !ovsing sign adalah nyeri abdomen di kuadran kanan

     bawah apabila dilakukan penekanan pada abdomen bagian kiri bawah, hal

    ini diakibatkan oleh adanya nyeri lepas yang dijalarkan karena iritasi

     peritoneal pada sisi yang berlawanan.

    %.  (soas sign I3.  (soas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus

     psoas oleh peradangan yang terjadi pada apendiks. Penderita dalam posisi

    terlentang, tungkai kanan lurus ditahan pemeriksa, penderita disuruh

    hiperekstensi. Psoas sign I3 bila terasa nyeri abdomen kanan bawah.

    10

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    11/26

    5. /bturator sign I3. /bturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila

     panggul dan lutut difleksikan kemudian dirotasikan ke arah dalam dan luar 

    se$ara pasif, hal tersebut menunjukkan peradangan apendiks terletak pada

    daerah hipogastrium.

    Pada perkusi akan terdapat nyeri ketok. Peristaltsis usus sering normal

    tetapi juga dapat menghilang akibat adanya ileus paralitik pada peritonitis

    generalisata yang disebabkan oleh apendisitis perforata1#. Auskultasi tidak banyak 

    membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis, tetapi kalau sudah terjadi

     peritonitis maka tidak terdengar bunyi peristaltik usus. Pada pemeriksaan $olok 

    dubur  !ectal 0oucher 3 akan terdapat nyeri pada jam @1211.-elain itu, untuk mendiagnosis apendisitis juga dapat digunakan skor 

    Al6arado seperti pada tabel 2.1.

    0abel 2.1. -kor Al6arado -kor 1

    =igrasi nyeri dari abdomen sentral ke fossa iliaka kanan

    Anoreksia

    =ual atau =untah

     )yeri di fossa iliaka kanan

     )yeri lepas

    Peningkatan temperatur J#&,%/3

    Peningkatan jumlah leukosit K 1" 1"@H4

     )eutrofilia dari K &%+

    -kor 

    1

    1

    1

    2

    1

    1

    2

    1

    0otal 1"

    Pasien dengan skor awal L sangat tidak mungkin menderita apendisitis dan tidak 

    memerlukan perawatan di rumah sakit ke$uali gejalanya memburuk.

    Peeriksaan Pen)n*ang1"

    Pemeriksaan penunjang yang dapat mengarahkan diagnosis apendisitis

    adalah sebagai berukut:

    1. 4aboratorium+ terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan -reactive

     protein /BP3.

    Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara

    1"."""1*."""Hmm# leukositosis3 dan neutrofil diatas &%+, sedangkan pada /BP

    11

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    12/26

    ditemukan jumlah serum yang meningkat. /BP adalah salah satu komponen

     protein fase akut yang akan meningkat 5 jam setelah terjadinya proses

    inflamasi, dapat dilihat melalui proses elektroforesis serum protein. Angka

    sensiti6itas dan spesifisitas /BP yaitu *"+ dan @"+.

    2. Badiologi+ terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi -3 dan -omputed 

    0omography Scanning /0s$an3.

    Pada pemeriksaan - ditemukan bagian memanjang pada tempat yang

    terjadi inflamasi pada appendiks, sedangkan pada pemeriksaan /0s$an

    ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari appendiks

    yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. 0ingkat akurasi -

    @"@+ dengan angka sensiti6itas dan spesifisitas yaitu *%+ dan @2+, sedangkan

    /0-$an mempunyai tingkat akurasi @1""+ dengan sensiti6itas dan spesifisitas

    yang tinggi yaitu @"1""+ dan @5@&+.

    #. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan

    infeksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah.

    . -erum eta 3uman -horionic &onadotrophin 3-&$ untuk memeriksa

    adanya kemungkinan kehamilan.%. Pengukuran enMim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa

     peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas.

    5. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum. Pemeriksaan

    Darium enema dan -olonoscopy merupakan pemeriksaan awal untuk 

    kemungkinan karsinoma $olon.

    &. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti

    appendi$itis, tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan

    appendi$itis dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan

    2.2.,. Diagn!sis Banding2

    Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai

    diagnosis banding, seperti:

    1. astroenteritis

    12

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    13/26

    Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa sakit. -akit

     perut lebih ringan dan tidak berbatas tegas. ;iperperistaltis sering ditemukan.

    Panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan dengan apendisitis akut.

    2. (emam (engue

    (apat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. (i sini didapatkan hasil

    tes positif untuk Bumpel 4eede, trombositopenia, dan hematokrit meningkat.

    #. 'elainan o6ulasi

    Nolikel o6arium yang pe$ah o6ulasi3 mungkin memberikan nyeri perut

    kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi.

    . !nfeksi panggul

    -alpingitis akut kanan sering dika$aukan dengan apendisitis akut. -uhu

     biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah perut

    lebih difus.

    %. 'ehamilan di luar kandungan

    ;ampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak 

    menentu. 9ika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan

     pendarahan, akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pel6is dan mungkin

    terjadi syok hipo6olemik.

    5. 'ista o6arium terpuntir

    0imbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa

    dalam rongga pel6is pada pemeriksaan perut, $olok 6aginal, atau $olok rektal.

    &. >ndometriosis o6arium eksterna

    >ndometrium di luar rahim akan memberikan keluhan nyeri di tempat

    endometriosis berada, dan darah menstruasi terkumpul di tempat itu karena tidak 

    ada jalan keluar.

    *. rolitiasis pielumH ureter kanan

    Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan

    merupakan gambaran yang khas. >ritrosituria sering ditemukan.

    @. Penyakit saluran $erna lainnya

    Penyakit lain yang perlu diperhatikan adalah peradangan di perut, seperti

    di6ertikulitis =e$kel, perforasi tukak duodenum atau lambung, kolesistitis akut,

    13

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    14/26

     pankreatitis, di6ertikulitis kolon, obstruksi usus awal, perforasi kolon, demam

    tifoid abdominalis, karsinoid, dan mukokel apendiks.

    2.2.-. Penatalaksanaan dan Penega/an 1"

    Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita appendisitis

    meliputi penanggulangan konser6atif dan operasi.

    Penanggulangan konser6atif terutama diberikan pada penderita yang tidak 

    mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian

    antibiotik berguna untuk men$egah infeksi. Pada penderita appendi$itis perforasi,

    sebelum operasi dilakukan penggantian $airan dan elektrolit, serta pemberian

    antibiotik sistemik.

    Dila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan appendisitis maka tindakan

    yang dilakukan adalah operasi membuang apendiks appendektomi3. Penundaan

    appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan

     perforasi. Pada abses apendiks dilakukan drainage mengeluarkan nanah3.

    Pen$egahan apendisitis se$ara menyeluruh yang dapat dilakukan

    diantaranya:1#

    1. (iet tinggi serat

    Derbagai penelitian telah melaporkan hubungan antara konsumsi serat dan

    insidens timbulnya berbagai ma$am penyakit. ;asil penelitian membuktikan

     bahwa diet tinggi serat mempunyai efek proteksi untuk kejadian penyakit saluran

     pen$ernaan. -erat dalam makanan mempunyai kemampuan mengikat air, selulosa,

    dan pektin yang membantu memper$epat sisisisa makanan untuk diekskresikan

    keluar sehingga tidak terjadi konstipasi yang mengakibatkan penekanan pada

    dinding kolon.

    2. (efekasi yang teratur 

    =akanan adalah faktor utama yang mempengaruhi pengeluaran fe$es.

    =akanan yang mengandung serat penting untuk memperbesar 6olume fe$es dan

    makan yang teratur mempengaruhi defekasi. !ndi6idu yang makan pada waktu

    yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada

     pemasukan makanan dan keteraturan pola akti6itas peristaltik di kolon.

    14

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    15/26

    Nrekuensi defekasi yang jarang akan mempengaruhi konsistensi fe$es yang

    lebih padat sehingga terjadi konstipasi. 'onstipasi menaikkan tekanan intra$ae$al

    sehingga terjadi sumbatan fungsional appendiks dan meningkatnya pertumbuhan

    flora normal kolon. Pengerasan fe$es memungkinkan adanya bagian yang terselip

    masuk ke saluran appendiks dan menjadi media kumanHbakteri berkembang biak 

    sebagai infeksi yang menimbulkan peradangan pada appendiks.

    2.2.0...K!plikasi

    Proporsi komplikasi appendi$itis 1"#2+, paling sering pada anak ke$il

    dan orang tua. 'omplikasi @#+ terjadi pada anakanak di bawah 2 tahun dan "

    &%+ pada orang tua. /NB komplikasi 2%+, 1"1%+ terjadi pada anakanak dan

    orang tua. Anakanak memiliki dinding appendiks yang masih tipis, omentum

    lebih pendek dan belum berkembang sempurna memudahkan terjadinya perforasi,

    sedangkan pada orang tua terjadi gangguan pembuluh darah. Adapun jenis

    komplikasi diantaranya:

    1. Abses

    Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. 0eraba massa

    lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pel6is. =assa ini mulamula berupa

    flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. ;al ini terjadi

     bila appendi$itis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum. 2

    2. Perforasi

    Perforasi adalah pe$ahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri

    menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak 

    awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 2 jam. Perforasi dapat diketahui

     praoperatif pada &"+ kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari #5 jam

    sejak sakit, panas lebih dari #*,%"/, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan

    leukositosis terutama polymorphonuclear P=)3. Perforasi, baik berupa perforasi

     bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis. 2

    #. Peritonitis

    Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi

     berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Dila infeksi

    15

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    16/26

    tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis

    umum. Akti6itas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus

    meregang, dan hilangnya $airan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok,

    gangguan sirkulasi, dan oligouria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang

    semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan leukositosis. 2

    Peritonitis diperkirakan terjadi melalui tiga fase: pertama, fase

     pembuangan $epat kontaminankontaminan dari ka6um peritoneum ke sirkulasi

    sistemik? kedua, fase interaksi sinergistik antara aerob dan anaerob? dan ketiga?

    fase usaha pertahanan tubuh untuk melokalisasi infeksi.15

    Pada peritonitis terjadi pergeseran $airan dan gangguan metabolik.

    Nrekuensi jantung dan frekuensi napas pada awalnya akan meningkat sebagai

    hasil dari refleks 6olumetrik, intestinal, diafragmatik, dan nyeri. Asidosis

    metabolik dan peningkatan sekresi aldosteron, antidiuretic hormone  A(;3, dan

    katekolamin yang juga menyusul akan mengubah cardiac output  dan respirasi.

    Protein akan dirusak dan glikogen hati dimobilisasikan akibat tubuh sedang

    memasuki suatu keadaan katabolisme yang hebat. !leus paralitik dapat terjadi,

    yang kemudian akan menyebabkan sekuestrasi hebat $airan, dan hilangnya

    elektrolit dan eksudat kaya protein. (istensi abdomen yang hebat akan

    menyebabkan ele6asi diafragma, dan akan menyebabkan atelektasis dan

     pneumonia. agal organ multipel, koma, dan kematian akan mengan$am jika

     peritonitis tetap berlangsung dan gagal untuk terlokalisasi.15

    Pasien peritonitis umumnya datang dengan keadaan dehidrasi bahkan

    mungkin syok. (ehidrasi dideskripsikan sebagai suatu keadaan keseimbangan

    $airan yang negatif atau terganggu yang bisa disebabkan oleh berbagai jenis

     penyakit. (ehidrasi terjadi karena kehilangan air output 3 lebih banyak daripada

     pemasukan air input 3. /airan yang keluar biasanya disertai dengan elektrolit.1&

    Pada dehidrasi gejala yang timbul berupa rasa haus, berat badan turun,

    kulit bibir dan lidah kering, sali6a menjadi kental. 0urgor kulit dan tonus

     berkurang, apatis, gelisah, dan kadangkadang disertai kejang. Akhirnya timbul

    gejala asidosis dan renjatan dengan nadi dan jantung yang berdenyut $epat dan

    16

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    17/26

    lemah, tekanan darah menurun, kesadaran menurun, dan pernapasan

     4ussmaul .1&,1*

    Prinsip umum terapi adalah penggantian $airan dan elektrolit yang hilang

    yang dilakukan se$ara intra6ena, pemberian antibiotik yang sesuai, dekompresi

    saluran $erna dengan penghisapan nasogastrik dan intestinal, pembuangan fokus

    septik apendiks, dsb3 atau penyebab radang lainnya, bila mungkin mengalirkan

    nanah keluar, dan tindakantindakan menghilangkan nyeri. Antibiotik yang

    diberikan harus spektrum luas, dapat menjangkau bakteri aerob dan anaerob, dan

    diberikan se$ara intra6ena. -efalosporin generasi ketiga dan metronidaMole

    merupakan terapi antibiotik utama yang sering diberikan. ntuk pasien yang

    menderita peritonitis yang didapat di rumah sakit misalnya kebo$oran

    anastomosis3 atau yang membutuhkan terapi intensif, terapi garis kedua dengan

    meropenem atau kombinasi pipera$ilin dan taMoba$tam direkomendasikan. 0erapi

    antijamur juga sebaiknya dipertimbangkan untuk menjangkau spesies /andida

    yang mungkin menginfeksi. Penggunaan antibiotik lebih awal dan sesuai

    merupakan kun$i untuk mengurangi mortalitas pada pasien dengan syok septik 

    yang berhubungan dengan peritonitis. -elain untuk dekompresi saluran $erna,

     penggunaan pipa nasogastrik juga berfungsi untuk mengurangi risiko pneumonia

    aspirasi.1@,15

    mtuk penangagannaya dapat dilakukan laparotomi. 4aparatomi biasanya

    dilakukan melalui upper   atau lower middle incision  bergantung pada dugaan

    lokasi patologis3. 0ujuan dari laparotomi adalah sebagai berikut:

    1. membuktikan penyebab peritonitis

    2. mengontrol sumber sepsis dengan membuang organ yang meradang atauiskemik atau menutup organ yang bo$or3

    #. melakukan pen$u$ian ka6um peritoneum yang efektif.15

    =engontrol sumber utama sepsis adalah hal yang esensial. ;anya terdapat

    sedikit bukti tentang manfaat klinis irigasi peritoneum. ;al ini mungkin

    dikarenakan adanya resistensi koloni mikroba peritoneum terhadap pen$u$ian

     peritoneum, atau karena adanya kerusakan ikutan yang timbul pada sel

    mesotelium. Pembuangan debrisdebris, fekal, atau pus dari ka6um peritoneum

    mungkin $ukup berguna daripada melakukan irigasi yang hebat pada ka6um

    17

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    18/26

     peritoneum. Antibiotik dapat diberikan hingga % hari setelah operasi pada kasus

     peritonitis difusa atau kompleks.15

    4aparoskopi juga merupakan modalitas terapi alternatif yang dapat

    dilakukan. 4aparoskopi juga terbukti efektif untuk penanganan apendisitis akut

    dan perforasi ulkus duodenum. 4aparoskopi juga bisa digunakan untuk perforasi

    kolon, namun angka kon6ersi ke laparotomi tinggi -yok atau ileus merupakan

    kontraindikasi laparoskopi.15

    Penggunaan drain  $enderung efektif untuk mendrainase ruang yang

    terlokalisasi, namun kurang efektif bila digunakan untuk mendrainase seluruh

    ka6um peritoneum. ;anya sedikit bukti yang mendukung penggunaan drain profilaksis setelah laparotomi.15

    18

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    19/26

    BAB III

    LAPAN KASUS

    IDENTITAS PASIEN

     )ama : =);

    9enis 'elamin : Perempuan

    mur : 2 tahun

     )o. Bekam =edik : "".5%.".*%

    Buangan : BD2A Buangan 2.1

    0anggal masuk : 1# -eptember 2"1%

    ANA3NESIS

    'eluhan utama : )yeri seluruh lapangan perut

    0elaah :

    ;al ini dialami pasien sejak O12 jam sebelum masuk rumah sakit pukul 2".""3.

     )yeri dirasakan seperti ditusuktusuk, dirasakan terusmenerus.

    (emam dirasakan sejak O % jam -=B-, demam tidak terlalu tinggi dan demam

    tidak turun dengan obat penurun panas. =ual dirasakan pasien selama O12 jam

    -=B- tanpa disertai dengan muntah. =en$ret dijumpai sejak pukul & pagi

    sebanyak # kali dengan konsistensi $air dan berlendir. Duang air ke$il normal

    dengan warna kuning jernih. -elama ini pasien kurang mengonsumsi sayuran dan

     buahbuahan. Biwayat trauma tidak dijumpai. Biwayat nyeri perut kanan bawah

    sebelumnya dijumpai dalam 1 minggu ini. Biwayat nyeri ulu hati sebelumnya

    disangkal.

    BP0 : (= 3, ;ipertensi 3,

    BP8 : Biwayat pemakaian obat anti nyeri 3

    STATUS PESENS

    -ensorium : /ompos =entis

    0ekanan darah : 12"H*" mm;g

     )adi : 1"" bpm

    Pernafasan : 22 rpm

    19

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    20/26

    -uhu : #&,% /⁰

    PE3EIKSAAN (ISIK 

    Kepala

    =ata : konjungti6a palpebra inferior pu$at H3, sklera ikterik H3

    0elingaH hidungH mulut: dalam batas normal

    Le/er 4 09 B2 $m ;28

    T!raks

    !nspeksi : simetris fusiformis

    Palpasi : stem fremitus kanan kiri, kesan normal

    Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru

    Auskultasi : suara pernapasan 6esikuler, suara tambahan 3

    A'd!en

    !nspeksi : simetris, distensi I3

    Auskultasi : bising usus 3

    Palpasi : nyeri tekan I3, nyeri lepas I3, defans mus5ular  I3

    Perkusi : timpani, shifting dullness 3

    Ekstreitas : dalam batas normal

    DE

    Perianal : )ormal

    -pfingter : 'etat

    =ukosa :4i$in, tidak teraba massa

    Ampulla : berisi feses I3

     )yeri : nyeri tekan I3 di seluruh arah jarum jam 

    -arung tangan : Neses dijumpai, darah tidak dijumpai

    PE3EIKSAAN PENUNJAN&

    20

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    21/26

    1" Septe'er 251$ 6I&D7

    JENIS PE3EIKSAAN SATUAN HASIL UJUKAN

    HE3ATL&I

    (arah 4engkap --$

    ;emoglobin ;D3 g+ 1#.5 1#.21&.#

    >ritrosit BD/3 1"%Hmm# .5" .2" < .*&

    4eukosit QD/3 1"#Hmm# 1-.2% .% < 11."

    ;ematokrit + #@.@ # < @

    0rombosit P403 1"#Hmm ### 1%" < %"

    =/ Nl *5.& *% < @%

    =/; Pg [email protected] 2* < #2

    =/;/ g+ #.1 ## < #%

    B(Q + 12.2 11.5 < 1.*=P Nl @.1 &." < 1".2

    P/0 + ".#"

    P(Q f4 1".

    Hit)ng *enis

    •  )eutrofil + &.5" #& < *"

    • 4imfosit + 15.#" 2" < "

    • =onosit + *.&" 2 < *

    • >osinofil + "."" 1 < 5

    • Dasofil + "." " < 1

    •  )eutrofil Absolut 1"#HRl 1#.52 2.& < 5.%

    • 4imfosit Absolut 1"#HRl 2.@& 1.% < #.&

    • =onosit Absolut 1"#HRl 1.%@ ".2".

    • >osinofil Absolut 1"#HRl "."" " < ",1"

    • Dasofil Absolut 1"#HRl "."* " < ",1

     HATI 

    Albumin gHd4 .@ #.% < %."

    GINJAL

    reum mgH d4 15.1 E%"'reatinin mgH d4 ".5 ".&" < 1,2"

     Ele5trolit 

      )atrium )a3 m>GH4 1" 1#% < 1%%

      'alium '3 m>GH4 #.% #.5 < %.%

    'lorida /l3 m>GH4 1"% @5 < 1"5

    (AAL HE3STASIS

    6a5tu (embe5uan

    Protrombin time

    •   (asien (etik 1*.1

    21

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    22/26

    •   4ontrol (etik 1.2

    !)B 1.2@

    AP00

    • Pasien

    • 'ontrol

    (etik 

    (etik 

    #".&

    #."

    0hrombin time

    • Pasien

    • 'ontrol

    (etik 

    (etik 

    11.2

    1&.*

    Kesip)lan4 Le)k!sit!sis 687

    DIA&NSA KEJA

     iffuse (eritonitis ec Apendicitis (erforation

    PENATALAKSANAAN

    • 0irah baring

    • Puasa

    • Pemasangan )0

    • !N( B4 2" dpm

    •!nj /eftriaone 1 grH12jam

    • !nj Banitidin %" mgH12 jam

    • Noto thora PA

    • 4aparotomi di 'D>

    TINDAKAN

    (ilakukan tindakan operasi  "aparotomy Appendictomy  di 'D> tanggal 1

    -eptember 2"1% pukul "2."" Q!D < "."" Q!D

    (!ll!9 )p Pasien 61# Septe'er 251$7

    Tgl S A P

    1

    -eptem

     ber 

    2"1%

     )yeri

     pada

    daerah

    luka

    operasi I3

    -ens : /=

    0( : 11"H** mm;g

    ;B : @5 bpm, reg

    BB : 22 rpm, reg

    0 : #5,% S/

    Post

     "aparotomy

     Appendecto

    my dHt

     iffuse

    ed rest 

    !nj. /eftiaone 1grH12

     jam

    !nj. =etronidaMole

    %""mgH* jam

    !nj. entamy$in

    22

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    23/26

    Kepala4

    =ata : 'onj. Palpebra

    inferior anemis H3,

    sklera ikterik H3

    Le/er 4 pemb. 'D 3

    T!raks 4

    -P: esikular, -0 :

    A'd!en 4

    !: simetris, luka operasi

    tertutup perban,

    rembesan $airan 3,

    tampak drain di sisi

    kanan abdomen  isi

    $airan serous

    haemorrhage  O*" $$

    P: nyeri tekan I3 pada

    daerah sekitar luka

    operasi

    Pr: timpani

    A: bising usus I3

    Ekstreitas 4

    dalam batas normal

     (eritonitis

    e.c.

     Apendicitis

     (erforation

    *"mgH12 jam

    !nj. 'etorola$ #"mgH*

     jam

    !nj. Banitidine

    %"mgH12 jam

    BH /ek (arah rutin,

    '(-, elektrolit

    Hasil peeriksaan la'!rat!ri)1# Septe'er 251$ 67

    JENIS PE3EIKSAAN SATUAN HASIL UJUKAN

    HE3ATL&I

    (arah 4engkap --$

    ;emoglobin ;D3 g+ 12.2 1#.21&.#

    >ritrosit BD/3 1"%Hmm# ." .2" < .*&

    4eukosit QD/3 1"#Hmm# 1-.5$ .% < 11."

    ;ematokrit + #%.1 # < @

    0rombosit P403 1"#Hmm 2&% 1%" < %"

    =/ Nl *5.@ *% < @%

    23

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    24/26

    =/; Pg #".2 2* < #2

    =/;/ g+ #.* ## < #%

    B(Q + 12.2 11.5 < 1.*=P Nl @." &." < 1".2

    P/0 + ".2%

    P(Q f4 @.%

    Hit)ng *enis

    •  )eutrofil + *%.&" #& < *"

    • 4imfosit + &.*" 2" < "

    • =onosit + 5.1" 2 < *

    • >osinofil + "."" 1 < 5

    • Dasofil + "." " < 1

    •  )eutrofil Absolut 1"#HRl 1%.& 2.& < 5.%

    • 4imfosit Absolut 1"#HRl 1." 1.% < #.&

    • =onosit Absolut 1"#HRl 1.11 ".2".

    • >osinofil Absolut 1"#HRl "."" " < ",1"

    • Dasofil Absolut 1"#HRl "."& " < ",1

     HATI 

    Albumin gHd4 #.& #.% < %."

     Ele5trolit 

      )atrium )a3 m>GH4 1#* 1#% < 1%%  'alium '3 m>GH4 #.% #.5 < %.%

    'lorida /l3 m>GH4 1"% @5 < 1"5

    Kesip)lan4 Le)k!sit!sis 687

    24

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    25/26

    DA(TA PUSTAKA

    1. =inkes, B'. 2"1. Pediatri$ Appendi$itis. A6ailable from:

    http:HHemedi$ine.meds$ape.$omHarti$leH@25&@%o6er6iew  . A$$essed on *

    -ep 2"1%.

    2. -jamsuhidajat, B., (e 9ong, Q., 2"". DukuAjar !lmu Dedah. >disi 2.

    9akarta:>/, 5#@5%

    #. Bi$hard, >., et al.2"".)elson 0etbook of Pediatri$ 1&th >dition.

    Philadelphia: -aunders. /h.#2

    . -tephen et al. 2""#. 0he (iagnosis of A$ute Appendi$itis in a Pediatri$

    Population. ol.#*

    %. &regory7 3.7 8 Sche9nayder S. :. (ediatric !apid Sequence ;ntubation.

     (ediatric Emergency -are< 2=='> 2=)$< %%?'2

    5. /raig, -.2"1.A$ute Appendi$itisA6ailable from:

    http:HHemedi$ine.meds$ape.$omHarti$leH&*@%o6er6iewTaw2aab5b2baa.

    A$$essed on * -ep 2"1%.

    &. Bothro$k -, Pagame 9. 2""".A$ute Appendi$itis in /hildren :

    >mergen$y (epartment (iagnosis and =anagement. 8rlando :(epartment of >mergen$y =edi$ine, 8rlando Begional =edi$al /entre.

    #@&

    *. ;o$kenberry, =.9, U Qillson, (. 2""&3. Qong’s )ursing $are of infants

    and $hildren. * ed3. -t. 4ouis =issouri: =osby >lsei6er 

    @. 4ynn, /.., /ynthia, /., U 9eferry, '. 2""23. Pediatri$ $lini$al ad6isor:

    !nstant diagnosis U treatment. Philadelphia: =osby >lsei6er ;ealth

    -$ien$e

    1". 'esha6, -atish, 2"". /ae$um and Appendi. !n: 'esha6, -atish, ed. 0he

    astrointestinal -ystem at lan$e. Nirst >dition. -A:Qiley Dla$kwell,

    #5 < #*

    11. (epartemen Dedah =. 2"1". Apendik. A6ailable from:

    http:HHwww.bedahugm.netHtagHappendi. A$$essed on * -ep 2"1%.

    12. Ninlay, (a6id 9. U (oherty, erard =., 2""2. A$ute Abdominal Pain and

    Appendi$itis. !n: (oherty, erard =., 4owney, 9ennifer '., =ason, 9ohn

    >., BeMnik, -$ott !., and -mith, =i$hael A., ed. Qashington =anual Dook 

    of -urgery. 0hird >dition. -A:4ippin$ott Qilliams U Qilkins, 2%2 < 251

    25

    http://emedicine.medscape.com/article/926795-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/773895-overview#aw2aab6b2b4aahttp://www.bedahugm.net/tag/appendixhttp://www.bedahugm.net/tag/appendixhttp://emedicine.medscape.com/article/773895-overview#aw2aab6b2b4aahttp://www.bedahugm.net/tag/appendixhttp://emedicine.medscape.com/article/926795-overview

  • 8/19/2019 bab 1-3 APENDISITIS

    26/26

    1#. Biwanto, !gn. et al., 2"1". sus ;alus, Apendiks, 'olon, dan Anorektum.

    !n: -jamsudihajat, B. et al., ed. Duku Ajar !lmu Dedah. >disi #.

    9akarta:>/, &%% < &52.

    1. -, =angema 9unias B., 2""@. ;ubungan Antara -kor Al6arado dan

    0emuan 8perasi Appendisitis Akut di Bumah -akit Pendidikan Nakultas

    'edokteran ni6ersitas -umatera tara. =edan:-

    1%. (oherty, .=.  (eritoneal -avity. !n : /urrent (iagnosis and 0reatment

    -urgery. # rd >d. 2"1". -A : =$ raw ;ill. 55*.

    15. -kipworth, B.9.> and Nearon, './.;. A$ute Abdomen: Peritonitis. Surgery

    2""&? 25 #3: @*1"1.

    1&. 4atief, -.A., -uryadi, '.A., dan (a$hlan, =.B. Petunjuk Praktis

    Anestesiologi >disi 'edua. 9akarta: Dagian Anestesiologi dan 0erapi

    !ntensif N' !, 2""2? 0erapi /airan pada Pembedahan.

    1*. 4eksana, >. 0erapi /airan dan (arah. -ermin unia 4edo5teran  2"1"?

    1&&: 2*2#2".

    1@. -jamsuhidajat, B., (ahlan, =urniMal, dan 9usi, (jang. Duku Ajar !lmu

    Dedah >disi #. 9akarta: >/, 2"11? awat Abdomen.