Upload
hendrik-kho
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 1/33
1
Bab 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pada zaman sekarang ini kelebihan berat badan sudah menjadi hal biasa di
dunia baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Hal
tersebut patut mendapat perhatian karena kelebihan berat badan dapat memacu
kelainan kardiovaskuler terutama stroke dan penyakit jantung, Diabetes, kelainan
muskuloskeletal, dan beberapa kanker (WHO, 2011). Salah satu kelainan
kardiovaskuler yang terpenting adalah hipertensi. Sekitar 75% hipertensi secara
langsung berhubungan dengan kelebihan berat badan (Ting Fei Ho, 2009).
Dalam pengukuran antropometeri terdapat banyak cara yang dapat digunakan
untuk memperkirakan kelebihan berat badan seseorang. Mengukur lemak tubuh
secara langsung sangat sulit dan sebagai pengukur pengganti digunakan body
mass index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT) untuk mengidentifikasi berat
badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. Metode lain adalah pengukuran
lingkar pinggang, lingkar lengan, serta perbandingan lingkar pinggang dan lingkar
panggul.
Indeks Massa Tubuh merupakan indikator yang paling sering digunakan dan
praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih pada populasi orang
dewasa, dimana IMT dikategorikan menjadi underweight , normal, overweight ,
beresiko, obesitas I, dan obesitas II (Sugondo, 2006).
Menurut WHO (2011) pada tahun 2008, sekitar 1,5 milliar dewasa (20+)
adalah overweight dan lebih dari 200 juta laki-laki dan sekitar 300 juta wanita
adalah obese. WHO juga memprediksi bahwa pada tahun 2015, sekitar 2.3 milliar
dewasa akan mengalami overweight dan lebih dari 700 milliar akan obese.
Sedangkan menurut RISKESDAS (2007) prevalensi obesitas pada penduduk
dewasa di atas 15 tahun di Indonesa cukup tinggi seperti di Sumatera utara 20.9%
dengan 17.7% pria dan 23.8% wanita, di DKI Jakarta 26.9% dengan 22.7% pria
dan 30.7% wanita. Dan di Indonesia adalah 19.1% dengan wanita 23.8% dan pria
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 2/33
2
13.9%.
Obesitas berhubungan dengan berberapa penyakit seperti hipertensi, diabetes,
hiperkolesteronemia, dan penyakit liver (Wilbron et al , 2005), Dan obesitas telah
di indentifikasi sebagai faktor penting dalam memprediksi terjadinya hipertensi
pada orang dewasa (Lynds et al, 1980 ). Sindrom metabolik, yang merupakan
konsekuensi utama dari obesitas, akan menyebabkan inflamasi kronik, yang
bersama dengan resistensi insulin, akan menghasilkan kekacauan kompleks pada
metabolisme, yang mana akan berkontribusi untuk terjadinya hipertensi,
abnormalitas lipoprotein, atherosklerosis, penyakit koroner, dan disfungsi organ
lain (Wahba, 2007). Anak-anak dan orang dewasa yang obese, cenderung
mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi secara signifikan (Qing He et al ,
2000) . Dari prevalensi dan efek jangka panjang yang telah diuraikan di atas, bisa
diprediksi bahwa pada nantinya efek jangka panjang dari obesitas adalah masalah
kesehatan dan ekonomi yang tidak bisa dipandang ringan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis melalui makalah ini ingin meneliti apakah
terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah dan seberapa
besar hubungan tersebut.
1.2. Rumusan masalah
Dari hasil penguraian di atas, maka didapatkan rumusan masalah apakah
terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah seseorang?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum :
Untuk melihat hubungan antara tekanan darah dengan indeks massa tubuh.
13.2. Tujuan Khusus :
1. Menimbang berat badan mahasiswa/wi
2. Mengukur tinggi badan mahasiswa/wi
3. Menghitung indeks massa tubuh mahasiswa/wi
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 3/33
3
4. Mengukur tekanan darah mahasiswa/wi
1.4. Manfaat Penelitian :
1. Penelitian ini memberikan informasi di bidang kesehatan tentang
hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah.
2. Sebagai data untuk penelitian selanjutnya.
3. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan pembaca KTI ini dan
peneliti sendiri tentang indeks massa tubuh dan peningkatan tekanan
darah.
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 4/33
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Indeks Massa Tubuh
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi
badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan
kuardrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). Nilai dari IMT pada orang dewasa tidak
bergantung pada umur maupun jenis kelamin. Tetapi, IMT mungkin tidak
berkorenspondensi untuk derajat kegemukan pada populasi yang berbeda, pada
sebagian, dikarenakan perbedaan proporsi tubuh pada mereka (WHO, 2000).
Menurut WHO (2000) dalam Sugondo (2006) berat badan dan Obesitas
dapat diklasifikasikan berdasarkan IMT, yaitu :
Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT Menurut
Kriteria Asia Pasifik
Klasifikasi obesitas
Klasifikasi IMT
Berat badan kurang
Kisaran normal
Berat badan lebih
Beresiko
Obese I
Obese II
<18,5
18,5-22,9
>23,0
23,0-24,9
25,0-29,9
>30,0
Kriteria di atas merupakan kriteria untuk kawasan Asia Pasifik. Kriteria
ini berbeda dengan kawasan lain, hal ini berdasarkan meta-analisis beberapa
kelompok etnik yang berbeda, dengan konsentrasi lemak tubuh, usia, dan gender
yang sama, menunjukkan etnik Amerika berkulit hitam memiliki IMT lebih tinggi
4,5 kg/m2 dibandingkan dengan etnik kaukasia. Sebaliknya, nilai IMT bangsa
Cina, Ethiopia, Indonesia, dan Thailand masing-masing adalah 1.9, 4.6, 3.2, dan
2.9 kg/m2 lebih rendah daripada etnik Kaukasia. Hal ini memperlihatkan adanya
nilai cut off IMT untuk obesitas yang spesifik untuk populasi tertentu. (Sugondo,
2006)
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 5/33
5
Indeks massa tubuh tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tapi hasil
riset telah menunjukan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran lemak tubuh
secara langsung, seperti pengukuran dalam air dan dual energy x-ray
absorptiometry (DXA). IMT adalah metode yang tidak mahal dan gampang
untuk dilakukan untuk memberikan indikator atas lemak tubuh dan digunakan
untuk screening berat badan yang dapat mengakibatkan problema kesehatan
(CDC, 2011).
2.2. Obesitas.
2.2.1 Definisi
Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak tubuh. Penentu yang
digunakan adalah indeks massa tubuh (IMT). Sedangkan Overweight adalah
tahap sebelum dikatakan obesitas secara klinis (Guyton, 2007). Obesitas
dikatakan terjadi kalau terdapat kelebihan berat badan 20% karena lemak para
pria dan 25% pada wanita (Ganong,2002).
2.2.2. Etiologi
Faktor penyebab obesitas sangat kompleks. Kita tidak bisa hanya
memandang dari satu sisi. Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai
penyebab utama obesitas. Hal ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik
yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh,
sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat menyebabkan pengurangan
massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada orang obese,
peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi
melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan (Guyton, 2007).
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik.
Perilaku makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya
adalah karena lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan meningkatnya
prevalensi obesitas di negara maju. Sebab lain yang menyebabkan perilaku
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 6/33
6
makan tidak baik adalah psikologis, dimana perilaku makan agaknya dijadikan
sebagai sarana penyaluran stress. Perilaku makan yang tidak baik pada masa
kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam
obesitas, hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak yang
baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin besar
kecepatan penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena
itu, obesitas pada kanak-kanak cenderung mengakibatkan obesitas pada
dewasanya nanti (Guyton, 2007).
Dari segi neurogenik, dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian
ventromedial dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan
obese, serta terjadi perubahan yang nyata pada neurotransmiter di hipotalamus
berupa peningkatan oreksigenik seperti NPY dan penurunan pembentukan zat
anoreksigenik seperti leptin dan α-MSH pada hewan obese yang dibatasi
makannya (Guyton, 2007) . Input dari vagal juga terhitung penting, membawa
informasi dari viseral, seperti peregangan dari usus (Flier et al , 2005).
Faktor genetik obesitas dipercaya berperan menyebabkan kelainan satu
atau lebih jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi dan
penyimpanan lemak serta defek monogenik seperti mutasi MCR-4, defisiensi
leptin kogenital, dan mutasi reseptor leptin (Guyton, 2007).
Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida usus.
Leptin adalah sitokin yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit
yang bekerja melalui aktifasi reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan
mengakibatkan penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi. Insulin adalah
anabolik hormon, insulin diketahui berhubungan langsung dalam penyimpanan
dan penggunaan energi pada sel adiposa. Kortisol adalah glukokortikoid bekerja
dalam mobilisasi asam lemak yang tersimpan pada trigiserida, hepatic
glukoneogenesis, dan proteolisis (Wilborn et al , 2005). Peptida usus seperti
ghrelin, peptida YY, dan kolesistokinin yang dibuat di usus halus dan memberi
sinyal ke otak secara langsung ke pusat pengatura hipotalamus dan/atau melalui
nervus vagus (Flier et al , 2005).
Faktor metabolit juga berperan dalam obesitas. Metabolit, termasuk
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 7/33
7
glukosa, dapat mempengaruhi nafsu makan, yang mengakibatkan hipoglikemi
yang akan menyebabkan rasa lapar. Akan tetapi, glukosa bukanlah pengatur
utama nafsu makan (Flier et al , 2005).
Semua faktor hormonal, metabolit, dan neurogenik yang tadi disebutkan
diatas bekerja melalui ekspresi an pelepasan berbagai peptida hipotalamus seperti
NPY, AgRP, alpha-MSH, an MCH yang terintegrasi dengan serotonergik,
kotekolaminergik, endokannabinoid, dan jalur singnal opioid (Flier et al , 2005).
Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari
penyakit lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah
hypogonadism, Cushing syndrome, hypothyroidism, insulinoma,
craniophryngioma, gangguan lain pada hipotalamus (Flier et al , 2005).
Beberapa anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi
baik oleh endokrin dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka
disedikit saja kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan
(Flier et al , 2005).
2.2.3. Prevalensi dan Epidemiologi Obesitas
Menurut WHO (2011) pada tahun 2008, sekitar 1,5 milliar dewasa (20+)
adalah overweight dan lebih dari 200 juta laki-laki dan sekitar 300 juta wanita
adalah obese. WHO juga memprediksi bahwa pada tahun 2015, sekitar 2.3 milliar
dewasa akan mengalami overweight dan lebih dari 700 milliar akan obese.
Sedangkan menurut RISKESDAS (2007) prevalensi obesitas pada
penduduk dewasa di atas 15 tahun di beberapa kota besar di Indonesa cukup
tinggi seperti di Sumatera utara 20.9% dengan 17.7% pria dan 23.8% wanita, di
DKI Jakarta 26.9% dengan 22.7% pria dan 30.7% wanita, Jawa Barat 17.0%
dengan 14.4% pria dan 29.2% wanita, Jawa tengah 17.0% dengan 11.6% pria dan
22.0% wanita, DI Yogyakarta 18.7% dengan 14.6% pria dan 22.5% wanita, Jawa
timur 20.4% dengan 15.2% pria dan 25.5% wanita. Dan di Indonesia adalah
19.1% dengan wanita 23.8% dan pria 13.9%.
Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi dan mudahnya
mendapatkan makanan serta banyaknya jumlah makanan yang tersedia.
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 8/33
8
Urbanisasi dan perubahan status ekonomi yang terjadi di negara-negara yang
sedang berkembang berdampak pada peningkatan prevalensi obesitas pada
populasi di negara-negara ini, termasuk Indonesia (Sugondo, 2006). tingginya
prevalensi ini, telah membuat obesitas mendapat perhatian yang cukup singnifikan
dalam medis. Obesitas lebih sering terjadi antara wanita dan yang menyedihkan;
prevalensi pada anak-anak juga mengingkat pada taraf yang mengkhawatirkan.
( Flier et al , 2005)
2.2.4. Klasifikasi
Obesitas dapat dibagi menjadi beberapa derajat berdasarkan persen
kelebihan lemak (Misnadiarly, 2007). Antara lain :
a. Mild obesity
dikatakan mild obesity bila berat badan individu antara 20-30% di atas berat
badan ideal.
b. Moderate obesity
Apabila berat badan individu antara 30-60% di atas berat badan ideal.
c. Morbid
Penderita-penderita obesitas yang berat badannya 60% atau lebih di atas berat
badan ideal. Pada derajat ini risiko mengalami gangguan respirasi, gagal jantung,
dan kematian mendadak meningkat dengan tajam.
2.2.5. Pengukuran Antropometri sebagai Skreening Obesitas
Menentukan lemak tubuh dapat digunakan berbagai cara seperti CT, MRI,
Electrical inpedance densitometry, skin-flod thickenes, waist-to-hip ratio, IMT,
dan Waist Circumference (Flier et al , 2005). Akan tetapi tak semua pengukuran
tersebut mudah dan murah dilakukan. Oleh karena itu pengukuran IMT, waist-to-
hip ratio, dan Waist Circumference yang lebih lazim dilakukan.
1.IMT
IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tapi hasil riset telah
menunjukan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran lemak tubuh secara
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 9/33
9
langsung. IMT adalah metode yang tidak mahal dan gampang untuk dilakukan
untuk memberikan indikator atas lemak tubuh dan digunakan untuk screening
berat badan yang bisa mengakibatkan problema kesehatan.
2. Waist Circumference
IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT
bukan merupakan indikator terbaik untuk obesitas Selain IMT, metode lain untuk
pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang.
Pengukuran lingkar pinggang ini boleh dikatakan berguna dalam penentuan
obesitas sentral. Lingkar pinggang menggambarkan lemak tubuh di antaranya
tidak termasuk berat tulang (kecuali tulang belakang) atau massa otot yang besar
yang mungkin akan bervariasi dan memperngaruhi hasil pengukuran
(Sugondo,2006). Berikut kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan etnis
(Alberti et al, 2009)
Tabel 2.2 Rekomendasi Lingkar Pinggang untuk Obesitas Sentral
3. Waist-to-hip ratio (Flier et al , 2005)
Selain IMT dan lingkar perut, rasio antara lingkar perut dan lingkar pinggul
merupakan alternative klinis yang praktis. Lingkar perut dan rasio lingkar perut
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 10/33
10
dengan lingkar pinggul berhubungan dengan besarnya resiko untuk terjadinya
gangguan kesehatan.
Tabel 2.3 Nilai Normal untuk Waist-to-hip ratio
Jenis Kelamin Ukuran Waist-to-hip
wanita <0.9
Pria <1
2.2.6. Dampak obesitas
Obesitas memiliki efek samping yang besar pada kesehatan. Obesitas
berhubungan dengan meningkatnya mortalitas, hal ini karena meningkatnya 50
sampai 100% resiko kematian dari semua penyebab dibandingkan dengan orang
yang normal berat badannya, dan terutama oleh sebab kardiovaskular (Harrison,
2007). Berikut beberapa efek patologis dari diabetes:
1. Insulin resisten dan diabetaes tipe 2
2. Gangguan pada sistem reproduksi
3. Penyakit kardiovaskular
4. Penyakit pulmoner
5. Gallstones (batu empedu)
6. Kanker
7. Penyakit tulang, sendi dan kulit.
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 11/33
11
Gambar 2.2. Berbagai Faktor yang Menjadi Penyebab Obesitas ( Harrison’s
Principles of Internal Medicine, 2005)
2.3. Tekanan Darah
2.3.1. Definisi
Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung dan tahanan vaskuler perifer.
Peningkatan curah jantung dan atau resistensi vaskuler perifer menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Jika jantung meningkat sementara resistensi vaskuler
perifer menurun dan sebaliknya, maka tekanan darah tidak akan meninggi
(Ganong, 2002).
2.3.2. Fisiologi Tekanan darah
Intake energy > pengeluaran energi
obesitas
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 12/33
12
Curah jantung dapat berubah-ubah oleh perubahan pada kecepatan denyut
jantung atau isi sekuncup. Kecepatan jantung terutama dikontrol oleh persarafan
jantung, stimulasi simpatis meningkatkan kecepatan dan stimulasi parasimpatis
menurunkannya. Isi sekuncup sebagian juga ditentukan oleh input saraf, rangsang
simpatis menyebabkan serat otot miokardium berkontraksi lebih kuat untuk setiap
panjang sedangkan rangsang parasimpatis menimbulkan efek sebaliknya.
Kekuatan kontraksi otot jantung bergantung pada preload dan afterload -nya.
Preload adalah derajat peregangan miokardium sebelum miokardium
berkontraksi dan afterload adalah resistensi yang dihadapi darah sewaktu
dikeluarkan (Ganong, 2002).
Tekanan di dalam aorta dan dalam arteri brankialis dan arteri besar lain
pada orang dewasa muda meningkatkan mencapai nilai puncak (tekanan sistolik)
kira-kira 120mmHg selama tiap siklus jantung dan turun ke nilai minimal
(tekanan diastolik) sekitar 70 mmHg. Tekanan ini didapat pada posisi duduk
istirahat atau berbaring. Cukup kelihatan lebih rendah pada malam hari dan pada
perempuan lebih rendah dibanding dengan laki-laki. Secara umum, peningkatan
curah jantung meningkatkan tekanan sistolik, sedangkan peningkatan tahanan
perifer meningkatkan tekanan diastolik (Ganong, 2002).
kontraktilitas
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 13/33
13
Gambar 2.3. Skema Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Arteri
2.3.4. Pengukuran Tekanan Darah
Menurut Ganong (2002), metode pengukuran tekanan darah ada 3 :
5. Mengukur secara langsung
Bila kanula dimasukkan ke arteri, tekanan arteri dapat diukur secara langsung
dengan manometer air raksa atau ukuran dasar ketegangan yang sesuai dan suatu
osiloskop diatur untuk menulis secara lansung pada potongan kertas yang
bergerak.
6. Metode auskultasi
Manset yang dapat dipompa dihubungkan pada manometer air raksa
(sfigmomanometer) kemudian dililitkan di sekitar lengan dan stetoskop
diletakkan di atas arteri brankialis pada siku. Manset secara cepat dipompa
sampai tekanan di dalamnya di atas tekanan sistolik yang diharapkan dalam arteri
brankialis. Arteri dioklusi oleh manset, dan tidak ada suara terdengar oleh
stetoskop. Kemudian tekanan dalam manset diturunkan secara perlahan-lahan.
Pada titik tekanan sistolik dalam arteri tepat melampaui tekanan manset,
--
preload
afterload
Pemendekan
serat
miokardiumUkuran ventrikel
kiri
Isi sekuncupKec. Denyut jantung
Curah jantung Resistensi
perifer
Tekanan arteri
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 14/33
14
semburan darah melewatinya pada tiap denyut jantung, dan secara sinkron
dengan tiap denyut, bunyi detakan didengar di bawah manset. Tekanan manset
pada waktu bunyi pertama terdengar adalah tekanan sistolik. Dengan
menurunnya tekanan, suara menjadi lebih keras, kemudian tidak jeas dan
menutupi; akhirnya pad kebanyakan individu, menghilang. Ini adalah bunyi
korotkoff. Tekanan diastolik dalam keadaan istirahat orang dewasa berkorelasi
paling baik dengan tekanan pada saat bunyi menghilang. Akan tetapi, pada orang
dewasa setelah berolahraga dan pada anak, tekanan diastolik berkorelasi paling
baik dengan bunyi menjadi hilang.
7. Metode palpasi
tekanan sistolik dapat ditentukan dengan memompa manset lengan dan kemudian
membiarkan tekanan turun dan tentukan tekanan pada saat denyut radialis
pertama kali teraba. Oleh karena kesukaran menentukan secara pasti kapan
denyut pertama kali teraba, tekanan yang diperoleh dengan metode palpasi
biasanya 2-5 mmHg lebih rendah dibandingkan dengan yang diukur dengan
metode auskultasi.
2.3.4. Klasifikasi tekanan darah
Menurut The Seventh Report Of The Joint National Committee On
Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure (JNC
7) , tekanan darah dibagi menjadi normal, prehipertensi, hipertensi stage 1, dan
hipertensi stage 2.
Tabel 2.4. Klasifikasi Tekanan darah menurut JNC 7
SBP/DBP Kategori
<120/80 Normal
120-139/80-89 Prehipertensi
>=140/90 Hipertensi
140-159/90-99
>=160/100
Hipertensi stage 1
Hipertensi stage 2
Hasil ini merupakan hasil perbaharuan dari The Sixth Report Of The Joint
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 15/33
15
National Committee On Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of
High Blood Pressure (JNC), Tahun 1997. Pada JNC 6, prehipertensi dibagi
menjadi 2 kelas lagi dan hipertensi dibagi menjadi 3 stage.
2.3.5. Mekanisme Hipertensi
Curah jantung dan tahanan perifer adalah dua faktor penentu tekanan
arterial. Dimana curah jantung ditentukan oleh isi sekuncup dan denyut nadi; isi
sekuncup berhubungan dengan kontraktilitas miokardium dan ukuran dari
kompartemen vaskular. Tahahan perifer ditentukan oleh fungsional dan anatomi
perubahan pada arteri kecil dan arteriol. Berikut beberapa hal yang dapat
mengakibatkan perubahan faktor di atas, yang nantinya akan mengakibatkan
kenaikan tekanan darah (Fisher, 2005; Williams, 2005) :
1. Volume intravaskular
Volume vaskular adalah penentu primer tekanan arteri untuk waktu yang lama.
Sodium secara predominan adalah ion ekstrasellular dan merupakan penentu
primer volume cairan ekstrasellular. Ketika masukan dari NaCl melebihi
kapasitas dari ginjal untuk membuang sodium, volume vaskular menjadi
bertambah dan curah jantung meningkat. Dengan meningkatnya curah jantung
akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah; tetapi, seiring dengan waktu,
tahanan perifer akan meningkat dan curah jantung akan kembali menjadi normal.
Pengurangan kapasitas ekskresi sodium dari ginjal akan menimbulkan hipertensi.
2. Sistem nervus autonom
Sistem nervus autonom menjaga hemostasis kardiovaskular melalui tekanan,
volume, dan sinyal kemoreseptor. Refleks adrenergik memodulasi tekanan darah
jangka pendek, dan fungsi adrenergik, berhubungan dengan hormonal dan faktor
volume yang berkaitan, berkontribusi dalam regulasi jangka panjang tekanan
arteri. Aktivasi reseptor β1 akan menstimulasi kecepatan dan kekuatan
kontraktilitas jantung, yang akhirnya akan meningkatkan curah jantung. Aktivasi
reseptor ini juga akan menstimulasi pelepasan renin dari ginjal, sehingga air akan
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 16/33
16
diretensi dan tekanan darah akan meningkat. Selain reseptor β1, reseptor α1 juga
berperan meningkatkan tekanan darah dengan menyebabkan vasokonstriksi.
3. Renin-Angiotensin-Aldosteron
Tubuh juga memiliki sistem renin angiotensin dalam memodulasi tekanan darah.
Peran renin, dihasilkan oleh sel jukstaglomerular di ginjal, dalam modulasi
tekanan darah dengan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin 1.
Angiotensin 1 ini akan diubah menjadi angiotensin 2, merupakan vasokonstriktor
kuat, oleh angiotensin converting enzym kinase II (ACE kinase II). Angiotensin 2
ini nantinya akan merangsang pelepasan dari aldosteron, mineralkortikoid yang
kuat, dari zona glomerulosa korteks adrenal. Renin-Angiotensin-Aldosteron
sistem berkontribusi dalam regulasi tekanan arteri melalui properti angiotensin II
dan retensi sodium melalui properti aldosteron.
4. Mekanisme vaskular
Diameter vaskular dan resistensi komplians arteri juga penting dalam
menentukan tekanan arteri. Pasien yang hipertensi mempunyai arteri yang kaku
dan pasien arterisklerosis secara khusus mempunyai sistol yang tinggi dan
tekanan nadi yang lebar sebagai akibat penurunan komplians vaskular yang
disebabkan perubahan struktur dinding vaskular.
2.4. Hubungan Obesitas dengan Tekanan Darah.
Penyebab hipertensi pada obesitas adalah kompleks. Peningkatan tonus
vascular dan garam serta air ginjal adalah penyebab utama hipertensi pada
obesitas. Mekanisme yang mendasarinya termasuk hiperleptinemia,
meningkatnya asam lemak bebas (FFA), hiperinsulinemia, dan insulin resisten,
kesemuanya ini akan menyebabkan stimulasi dari saraf simpatis, meningkatnya
tonus vascular, disfungsi endothelial, dan retensi sodium ginjal. Sebagai
tambahan, meningkatnya aktivitas rennin-angiotensin-system (RAS), sebagai
efek dari aktivasi simpatis dan bertambahnya sintesis jaringan adiposa,
mengakibatkan meningkatnya retensi garam dan air ginjal (M. Wahba, 2007).
Endothelial disfungsi
Tonus vaskular
Obesitas
leptin
FFA
Insulin
resisten
Adipose
Sintesis
RAS
Stimulasi
simpatik
RAS
Hipertensi
Retensi garam
dan air
Gambar 2.4. Hubungan Obesitas dengan Peningkatan Tekanan darah
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 17/33
17
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 18/33
18
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penilitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penilitian ini
adalah:
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Penelitian
Variabel independen : obesitas
Variabel dependen : tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik (mmHg)
Variabel luar : Variabel luar dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel luar yang dapat dikendalikan dalam penelitian ini adalah umur
pasien, status kesehatan, obatan yang dikonsumsi
b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan dalam penelitian ini adalah
kondisi psikologis individu
3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Indeks massa tubuh
• Definisi: Indeks massa tubuh merupakan alat atau cara yang sederhana
untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan
dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Obesitas merupakan
peningkatan berat badan dengan IMT ≥25 kg/m2 akibat akumulasi lemak
yang berlebihan. Indeks massa tubuh diukur dengan menghitung berat
badan dan tinggi badan, dikatakan obesitas bila hasil pengukuran ≥25
kg/m2
Obesitas Tekanan darah
Variabel Independen Variabel Dependen
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 19/33
19
• Alat ukur Indeks massa tubuh adalah timbangan berat badan orang dewasa
dan meteran dinding.• Cara kerja dalam pengukuran indeks massa tubuh adalah, terlebih dahulu
sampel diukur berat badannya dalam kilogram (kg) kemudian diukur
tinggi badannya dalam meter (m). Setelah itu, kedua nilai itu dimasukkan
ke rumus di bawah ini :
Berat Badan (kg)
IMT =
Tinggi Badan2 (m)
• Skala dalam pengukuran indeks massa tubuh adalah skala rasio
2. Tekanan Darah
• Definisi: Tekanan darah merupakan hasil perkalian curah jantung dan
tahanan vaskuler perifer. Tekanan darah mengarah kepada tekanan pada
pembuluh darah pada saat darah dipompakan ke seluruh anggota tubuhmanusia. Tekanan puncak sewaktu darah dipompakan dinamakan tekanan
sistolik, sedangkan tekanan diastolik menunjuk kepada tekanan minimal
pada saat jantung beristirahat di antara pemompaan.
• Alat Ukur
Alat ukur untuk tekanan darah adalah tensi meter raksa merek Nova
• Cara Kerja
Sampel diambel tekanan darahnya dengan menggunakan tensi meter raksa merek
Nova, kemudian hasilnya dicatat.
• Skala pengukuran : rasio
3.3. Hipotesis
Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan tekanan darah.
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 20/33
20
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional. Dalam survey
analitik,dari analisis bivariat dapat diketahui seberapa jauh perbedaan kontribusi
faktor resiko tertentu terhadap adanya suatu kejadian tertentu (efek). Desain yang
digunakan adalah cross-sectional yang mana variable-variabel yang termasuk efek
diobservasi sekaligus pada waktu yang sama.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara .
Waktu penelitian adalah bulan Juli hingga Oktober 2011. Pemilihan lokasi untuk
penelitian ini karena faktor jumlah mahasiswa yang banyak dan terakumulasi
dalam satu tempat sehingga membuat proses penelitian lebih mudah dengan faktor
biaya yang rendah, serta diharapkan progesi yang cepat dalam pelaksanaan
penelitian.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa/i Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara dan sampel penelitian Mahasiswa/i Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak
mempunyai kriteria eksklusi seperti berikut :
Kriteria inklusi : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Kriteria eksklusi
1. Sedang baru melakukan pekerjaan fisik yang berat.
2. Mempunyai penyakit kronik seperti penyakit metabolik (diabetes,
kolestrol, dislipidemia,dll) dan penyakit jantung serta pembuluh darah.
3. Mengkonsumsi obat-obatan 3 hari sebelumnya seperti kardiovaskular dan
ephedrine.
Penghitungan besar sampel minimum yang dibutuhkan bagi ketepatan dan
validitas hasil penelitian ini dalam membuat perkiraan atau estimasi proporsi,
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 21/33
21
dengan derajat akurasi pada tingkatan statistik bermakna, dengan menggunakan
rumus dibawah ini:
n= (zα+zβ)2 +3
0,5ln[(1+r)/(1-r)]
Keterangan :
n = besar sampel minimum
zα= nilai distribusi normal baku (tableZ) pada α tertentu
Zβ = nilai distribusi normal baku (tableZ) pada β tertentu
R = perkiraan koefisien korelasi, (dari pustaka)
Dalam penelitian ini, perkiraan koefisien korelasi adalah 0,362. Bila a (1 arah) =
0,05 (zα = 1.96) dan power = 0,80 (Zβ = 0.82), maka besar sampel minimum yang
diperlukan adalah:
n= (1.96+0,82) 2 +3
0,5ln[(1+0,362)/(1-0,362)]
n=56.75
n≈57
Dengan demikian besar sampel minimum yang diperlukan pada penelitian ini
adalah sebanyak 57 subyek.
4.4. Teknik Pengumpulan data
Responden pada penelitian analitik ini adalah mahasiswa/mahasiswi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2008, 2009, 2010.
Subyek penelitian akan dipilih dengan cara Non-probability sampling jenis
Consecutive sampling, dimana semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria
pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan
terpenuhi.
Pertama-tama, responden akan diwawancara. Hanya responden yang
memenuhi kriteria inklusi serta eksklusi yang akan diambil. Kemudian sampel
yang memenuhi kriteria tersebut dinilai IMT dan tekanan darahnya.
Untuk mendapatkan nilai IMT maka sampel diukur terlebih dahulu berat
badannya dengan timbangan kemudian diukur tinggi badannya.
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 22/33
22
Berikut langkah-langkah untuk mendapatkan nilai IMT:
1. Memosisikan sampel dalam keadaan diam, tegak lurus, pandangan menghadap
ke depan, membelakangi alat.
2. Melihat berapa berat badan sampel yang ditunjukan jarum timbangan (dipakai
hitungan dalam kilogram).
3. Menarik alat pengukur tinggi dan meletakkannya ujungnya tepat di puncak
kepala sampel (vertex).
4. Melihat tinggi badan sampel.
5. Kemudian hasil yang didapat dimasukkan ke dalam rumus di bawah ini:
Berat Badan (kilogram)
IMT=
Tinggi Badan2 (meter 2)
Untuk mendapatkan nilai tekanan darah, berikut langkah kerjanya:
1. dililitkan bagian bladder cuff di medial lengan atas, tepat di atas arteri
brakialis, bagian bawah cuff berada 2,5 cm proksimal fossaantekubiti,
sejajar dengan letak jantung.
2. Posisikan lengan penderita sehingga sedikit flexi pada sendi siku.
3. Buka kunci sphygmanometer dan pompa cuff sehingga pulsasi arteri
radialis menghilang serta dibaca tekanan yang tertera pada manometer.
4. Dipompakan cuff untuk menaikkan tekanan 30mmHg lebih tinggi.
Dikempiskan cuff dengan cepat dan sempurna, dan tunggu selama 15-30
detik. Dipompakan cuff sampai level yang tetetapkan tadi.
5. Setelah itu kempiskan secara perlahan dengan kecepatan 2- mmHg per
detik dan didengarkan dengan stetoskop suara pertama kali terdengar /
sistole. Diturunkan tekanan secara perlahan sampai suara menghilang
sempurna dan ini merupakan tekanan diastol serta diturunkan tekanan
sampai angka 0. Dicatat tekanan sistol dan diastol yang didapat.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini analisis
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 23/33
23
statistik. Pengolahan dan analisis data kuntitatif ini dapat dilakukan manual
ataupun dengan bantuan alat komputer. Untuk pengolahan data dengan alat
komputer, data perlu diterjemahkan kedalam bahasa komputer yaitu dengan
memberikan kode-kode tertentu sesuai dengan bahasa program yang digunakan
untuk penelitian ini. Kemudian dilanjutkan analisis bivariat yaitu dengan uji
korelasi dan regresi linier. Untuk penelitian ini, software SPSS akan digunakan
untuk pengolahan data yang telah dikumpulkan.
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 24/33
24
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1.Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara (USU). Universitas Sumatera Utara adalah sebuah universitas negeri yang
terletak di Kota Medan, Indonesia dan merupakan universitas tertua serta terbaik
yang terletak di luar Pulau Jawa, yaitu di Pulau Sumatera. USU juga adalah
universitas yang pertama di Pulau Sumatera yang mempunyai Fakultas
Kedokteran. Gedung Fakultas Kedokteran USU terdapat di Kelurahan Padang
Bulan, Kecamatan Medan Baru, Jl. Dr. Mansur No.5 Medan
Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik sekitar
100Ha berada di tengahnya. Fakultas ini memiliki berbagai ruang kelas, ruang
administrasi, ruang laboratorium, ruang skills lab, ruang seminar, perpustakaan,
kedai mahasiswa, ruang PEMA, ruang POM, kantin, kamar mandi, dan mushola.
Fakultas ini mempunyai 1832 mahasiswa S1 dengan perincian 415 orang pada
angkatan 2008, 466 orang pada angkatan 2009, 426 orang pada angkatan 2010,
dan 525 orang pada angkatan 2011 yang masuk melalui jalur UMB, PMP,
SNMPTN, Kemitraan, Mandiri, dan Internasional.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Responden yang diperoleh selama periode September – Oktober 2011
sebanyak 70 orang. Data yang diperoleh telah diseleksi menurut kriteria inklusi
dan eksklusi sebelumnya. Semua data yang diperoleh adalah data primer.
Responden penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswa tahun masuk 2008-
2011 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang terdiri dari 33
orang (47.1%) laki-laki dan 37 orang (52.9%) perempuan.
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 25/33
25
Tabel 5.1 karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin Jumlah (Orang) Persentasi (%)Laki-laki 33 47.1
Perempuan 37 52.9
Responden pada penelitaan berusia antara 17-23 tahun, dimana kelompok
umur terbanyak adalah umur 19 dan 21 tahun yang berjumlah 17 orang (24.3%)
dan kelompok umur yang paling sedikit adalah umur 23 tahun yang berjumlah 3
orang (4.3%). Berikut merupakan sebaran responden berdasarkan umur:
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentasi (%)
17 5 7.1
18 12 17.1
19 17 24.3
20 14 20.0
21 17 24.3
22 2 2.9
23 3 4.3
Penelitian ini akan menilai hubungan antara IMT dengan tekanan darah. hasil
penelitan menunjukkan bahwa 43 orang (61%) memiliki IMT yang normal (18,5-
22,9). Walaupun jumlah tersebut merupakan jumlah terbanyak dari total
responden, responden yang memiliki berat badan lebih
(>23,0) jumlahnya juga tidak sedikit, yakni berjumlah 22 orang (31.4%).
Gambaran IMT pada responden penelitian ditampilkan pada tabel 5.3:
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai IMT
IMT Jumlah (Orang) Persentasi (%)
<18,5 5 7.1
18,5-22,9 43 61.4
23,0-24,9 8 11.4
25,0-29,9 11 15.7
>30,0 3 4.3
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 26/33
26
Tekanan darah dibagi menjadi dua komponen, yaitu tekanan sistole dan
tekanan diastole. Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah sistole pada
responden dapat dibagi dua kelompok, yaitu <120 mmHg sebanyak 38 orang
(54.3%) dan 120-139 mmHg sebanyak 32 orang (45.7%). Gambaran tekanan
darah sistole pada responden penelitian ditampilkan pada tabel 5.4 :
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Sistole
Sistole(mmHg) Jumlah (Orang) Persentasi (%)
<120 38 54.3
120-139 32 45.7
Sedangkan untuk tekanan darah diastole, peneliti membagi responden pada
tiga kelompok yaitu <80 mmHg sebanyak 35 (50%) orang, 80-89 mmHg
sebanyak 27 orang (38.6%), dan 90-99 mmHg sebanyak 8 orang (11.4%).
Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Diastole
Diastole(mmHg) Jumlah (Orang) Persentasi (%)
<80 35 5080-89 27 38.6
90-99 8 11.4
5.1.3 Tabulasi Silang Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan darah.
Tabel 5.6 dan 5.7 menunjukkan tabulasi silang antara tekanan darah sistole
dan tekanan darah diastole terhadap indek massa tubuh. Tabulasi silang ini
menunjukkan sebaran dari indeks massa tubuh berdasarkan tekanan darah masing-
masing.
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 27/33
27
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang IMT <18,5 dan 18,5-
22,9 cenderung memiliki tekanan darah sistolik <120 mmHg. Sedangkan
responden yang status gizinya >23,0 cenderung memiliki tekanan darah sistolik
120-139 mmHg.
Tabel 5.7 Tabulasi Silang Tekanan Darah Diastolik dengan IMT
Diastolik(mmHg)
Total<80 80-89 90-99
IMT
<18,5 3 2 0 5
(60.0%) (40.0%) (.0%)
18,5-22,9 25 17 1 43
(58.1%) (39.5%) (2.3%)
23,0-24,9 4 3 1 8
(50.0%) (37.5%) (12.5%)
25,0-29,9 2 5 4 11
(18.2%) (45.5%) (36.4%)
>30,0 1 0 2 3
(33.3%) (0%) (66.7%)
Total 35 27 8 70
Tabel 5.6 Tabulasi Silang Tekanan Darah Sistolik dengan IMT
Sistolik(mmHg)Total
<120 120-139
IMT
<18,5 3 2 5
(60.0%) (40.0%)
18,5-22,9 29 14 43
(67.4%) (32.6%)
23,0-24,9 2 6 8
(25.0%) (75.0%)
25,0-29,9 3 8 11(27.3%) (72.7%)
>30,0 1 2 3
(33.3%) (66.7%)
Total 38 32 70
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 28/33
28
Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase terbanyak responden yang IMT
<18,5 - 24,9 memiliki diastolik <80 mmHg. Sedangkan pada responden yang
IMT 25,0-29,9 persentase terbanyak mempunyai diastolik 80-89 mmHg, dan
responden yang IMT >30,0 pada diastolik 90-99 mmHg.
5.2 Hasil Analisis Statistik
Penelitian ini ingin melihat hubungan antara IMT dengan tekanan darah yang
dievaluasi berdasarkan tekanan sistolik maupun tekanan diastolik. Untuk melihat
kekuatan hubungan dari kedua hal ini, peneliti menggunakan uji korelasi Pearson.
Koefisien korelasi ( r ) yang diperoleh dari uji ini adalah 0.333 untuk
hubungan tekanan darah sistolik dengan IMT dan 0.299 untuk hubungan tekanan
darah diastolik dengan IMT. Nilai positif pada hasil ini menunjukkan arah
hubungan, yakni semakin tinggi IMT maka semakin tinggi tekanan darahnya.
Sedangkan nilai sebesar 0.333 dan 0.299 menunjukkan besarnya kekuatan
hubungan kedua variabel, dimana pada penelitian ini menunjukkan bahwa
hubungan itu sangat lemah (Sastroasmoro, 2007), sementara menurut Wahyuni
(2007) menyatakan hubungan yang rendah.
Nilai signifikansi dalam penelitian ini adalah p=0.005 untuk hubungan
tekanan darah sistolik dengan IMT dan p=0.012 untuk hubungan tekanan darah
diastolik dengan IMT. Karena kedua nilai ini kurang dari 0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara IMT
dengan tekanan darah dengan tingkat hubungan yang rendah.
Hubungan antara dua hal juga dapat dilihat dalam diagram tebar ( scatter plot )
gambar 5.1 dan gambar 5.2. Dalam diagram tersebut, dilukiskan titik-titik yang
mewakili setiap data responden serta garis regresi linier diantara titik-titik itu.
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 29/33
29
Gambar 5.1 Scatter Plot Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Sistolik
Gambar 5.2 Scatter Plot Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan
Diastolik
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 30/33
30
5.3 Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi IMT seseorang
maka akan disertai juga dengan peningkatan darah sistole (r = 0.333, p =0.005)
dan tekanan diastole (r = 0.299, p = 0.012). Hasil penelitian ini sesuai dengan efek
obesitas yang dipaparkan oleh M. Wahba (2007).
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ghosh (2007) yang dilakukan di Singapura pada 80 orang Bengalee umur 20-
61 tahun dengan r = 0.361, p =0.001 pada hubungan IMT dengan tekanan
sistolik dan r = 0.296, p =0.001 pada hubungan IMT dengan tekanan diastolic
Studi epidemiologi terdahulu telah menemukan peningkatan yang progresif
dalam peningkatan tekanan darah dengan meningkatnya jaringan adipose.
Bermacam-macam cara pengukuran obesitas, seperti indeks massa tubuh; Waist
circumference; Waist hip ratio; dan Waist stature ratio telah digunakan dan
dianalisis untuk mengetahui hubungan antara kedua variable ini. Dan dari
bermacam-macam cara itu, indeks massa tubuh merupakan salah satu yang
memiliki korelasi yang cukup kuat, walaupun itu masih sulit untuk digunakan
secara universal, oleh karena terdapatnya variasi biologi dan budaya dari masing
masing etnik.
Pada orang obesitas, terdapat banyak kompleksitas yang memicu
meningkatnya tekanan darah. Peningkatan tonus vascular, garam ginjal, dan
retensi air adalah inisiator utama hipertensi pada obesitas. Menkanisme yang
mendasari antara lain hiperleptinemia, meningkatnya FFA, hiperinsulinemia, dan
insulin resisten, semuanya menyebabkan stimulasi simpatik, peningkatan tonus
vaskular, disfungsi endotel, dan retensi sodium pada renal. Kompresi parenkim
pada renal pada orang obesitas oleh lemak-lemaknya akan memperlambat aliran
tubulus ginjal yang mana juga akan menyertai terjadinya hipertensi. Sebagai
tambahan, peningkatan aktifitas RAS, sebagai hasil aktifasi simpatis dan
peningkatan sintesis jaringan adipose, adalah umum pada orang obesitas,
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 31/33
31
mengakibatkan retensi pada sodium dan air pada ginjal (Wahba, 2007).
Kecenderungan peningkatan tekanan darah pada kelompok IMT berlebih
akan menjadi faktor penyebab hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan penyakit
renal di usia lanjutnya nanti.
Walaupun hipotesis yang didapatkan pada penelitian ini cukup bermakna,
tetapi penelitian ini masih mempunyai beberapa kekurangan. Kekurangan dari
penelitian ini adalah hanya digunakan satu indikator untuk menentukan status gizi
seseorang, yaitu indeks massa tubuh dan juga metode yang digunakan peneliti
adalah cross-sectional yang mana memiliki tingkat kesalahan yang lebih tinggi
dari metode lainnya seperti cohort.
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 32/33
32
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam
penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
1. Nilai p ≤ 0.05, r = 0.333.. Maka, terdapat hubungan antara indeks massa
tubuh dengan tekanan darah sistolik dan hubungannya adalah rendah.
2. Nilai p ≤ 0.05, r = 0.299. Maka, terdapat hubungan antara indeks massa
tubuh dengan tekanan darah diastolik dan hubungannya adalah rendah.
3. Berat badan responden yang mengikuti penelitian ini adalah rata-rata 60.68
kg dengan berat badan yang terendah adalah 43.0 kg dan yang terberat
adalah 104 kg
4. Tinggi badan responden yang mengikuti penelitian ini adalah rata-rata
163.07 cm dengan tinggi badan tertinggi adalah 183 cm dan terendah
adalah 139 cm.
5. Indeks massa tubuh (IMT) responden yang mengikuti penelitian ini adalah
rata-rata 22.7 kg/m2 dengan IMT yang terbesar adalah 37.87 22.7 kg/m2
dan yang terkecil adalah 16.6 22.7 kg/m2
6. Tekanan darah responden yang mengikuti penelitian, baik sistolik maupun
diastolik secara berurut, ini adalah rata-rata 115.26 mmHg dan 74.6 mmHg
dengan nilai tertinggi adalah 130 mmgHg dan 90 mmHg serta nilai
terendah adalah 100 mmHg dan 60 mmHg
6.2.Saran
Penelitian ini masih banyak kekurangan. Peneliti berharap terdapat
penelitian lain yang dapat meneruskan penelitian ini agar lebih sempurna.
Mungkin penelitian ini dapat diteruskan Peneliti menyarankan kepada peneliti
selanjutnya untuk dapat mempertimbangkan indikator gizi yang lain untuk
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 33/33
33
diikutsertakan sebagai variabel. Karena selain sebagai skala pembanding, juga
bisa digunakan sebagai skala prioritas manakah indikator yang mempunyai
hubungan paling kuat dalam memprediksi peningkatan tekanan darah pada gizi
yang berlebih.
Selain itu, karena dari hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks massa
tubuh mempunyai hubungan tekanan darah, maka peneliti menyarankan kepada
mahasiswa FK USU selaku responden maupun pembaca KTI ini yang memiliki
berat badan lebih untuk dapat mengontrol berat badan mereka karena berat badan
yang berlebih akan menjadi faktor penyebab hipertensi, penyakit kardiovaskular,
dan penyakit renal di usia lanjutnya nanti.