33
 1 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. La ta r belaka ng Pada zaman sekarang ini kelebihan berat badan sudah menjadi hal biasa di duni a baik di negara maju ma upun di ne gara yang sedang berkembang. Hal terseb ut patut menda pat perhatia n karena keleb ihan berat badan da pat memacu kelainan kardiovaskuler terutama stroke dan penyakit jantung, Diabetes, kelainan muskul oske let al, da n bebe rap a kanker (WHO, 2011) . Salah sa tu kelaina n kardiovaskuler yang terpenting adalah hipertensi. Sekitar 75% hipertensi secara langsung berhubungan dengan kelebihan berat badan ( Ting Fei Ho, 2009). Dalam pengukuran antropometeri terdapat banyak cara yang dapat digunakan untu k mempe rkirak an kelebi han berat badan seseorang . Mengu kur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai pengukur pengganti digunakan body mass index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT) untuk mengidentifikasi berat  badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. Metode lain adalah pengukuran lingkar pinggang, lingkar lengan, serta perbandingan lingkar pinggang dan lingkar  panggul. Indeks Massa Tubuh merupakan indikator yang paling sering digunakan dan  prak tis untu k mengu kur tingkat popu lasi berat badan lebih pada popu lasi orang dewasa, dimana IMT dikategorikan menjadi underweight , normal, overweight ,  beresiko, obesitas I, dan obesitas II (Sugondo, 2006). Menuru t WHO (2011) pada tahun 2008, seki tar 1,5 milliar dewasa (20 +) adalah overweight dan lebih dari 200 juta laki-laki dan sekitar 300 juta wanita adalah obese. WHO juga memprediksi bahwa pada tahun 2015, sekitar 2.3 milliar dewasa akan mengalami overweigh t dan lebih dari 700 milliar akan obese. Sedangkan menurut RISKESDAS (2007) prevalensi obesitas pada penduduk dewasa di atas 15 tahun di Indonesa cukup tinggi seperti di Sumatera utara 20.9% dengan 17.7% pria dan 23.8% wanita, di DKI Jakarta 26.9% dengan 22.7% pria dan 30.7% wanita. Dan di Indonesia adalah 19.1% dengan wanita 23.8% dan pria

Bab 1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 1/33

1

Bab 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pada zaman sekarang ini kelebihan berat badan sudah menjadi hal biasa di

dunia baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Hal

tersebut patut mendapat perhatian karena kelebihan berat badan dapat memacu

kelainan kardiovaskuler terutama stroke dan penyakit jantung, Diabetes, kelainan

muskuloskeletal, dan beberapa kanker (WHO, 2011). Salah satu kelainan

kardiovaskuler yang terpenting adalah hipertensi. Sekitar 75% hipertensi secara

langsung berhubungan dengan kelebihan berat badan (Ting Fei Ho, 2009).

Dalam pengukuran antropometeri terdapat banyak cara yang dapat digunakan

untuk memperkirakan kelebihan berat badan seseorang. Mengukur lemak tubuh

secara langsung sangat sulit dan sebagai pengukur pengganti digunakan body

mass index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT) untuk mengidentifikasi berat

 badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. Metode lain adalah pengukuran

lingkar pinggang, lingkar lengan, serta perbandingan lingkar pinggang dan lingkar 

 panggul.

Indeks Massa Tubuh merupakan indikator yang paling sering digunakan dan

 praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih pada populasi orang

dewasa, dimana IMT dikategorikan menjadi underweight , normal, overweight ,

 beresiko, obesitas I, dan obesitas II (Sugondo, 2006).

Menurut WHO (2011) pada tahun 2008, sekitar 1,5 milliar dewasa (20+)

adalah overweight dan lebih dari 200 juta laki-laki dan sekitar 300 juta wanita

adalah obese. WHO juga memprediksi bahwa pada tahun 2015, sekitar 2.3 milliar 

dewasa akan mengalami overweight dan lebih dari 700 milliar akan obese.

Sedangkan menurut RISKESDAS (2007) prevalensi obesitas pada penduduk 

dewasa di atas 15 tahun di Indonesa cukup tinggi seperti di Sumatera utara 20.9%

dengan 17.7% pria dan 23.8% wanita, di DKI Jakarta 26.9% dengan 22.7% pria

dan 30.7% wanita. Dan di Indonesia adalah 19.1% dengan wanita 23.8% dan pria

Page 2: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 2/33

2

13.9%.

Obesitas berhubungan dengan berberapa penyakit seperti hipertensi, diabetes,

hiperkolesteronemia, dan penyakit liver (Wilbron et al , 2005), Dan obesitas telah

di indentifikasi sebagai faktor penting dalam memprediksi terjadinya hipertensi

 pada orang dewasa (Lynds et al, 1980 ). Sindrom metabolik, yang merupakan

konsekuensi utama dari obesitas, akan menyebabkan inflamasi kronik, yang

 bersama dengan resistensi insulin, akan menghasilkan kekacauan kompleks pada

metabolisme, yang mana akan berkontribusi untuk terjadinya hipertensi,

abnormalitas lipoprotein, atherosklerosis, penyakit koroner, dan disfungsi organ

lain (Wahba, 2007). Anak-anak dan orang dewasa yang obese, cenderung

mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi secara signifikan (Qing He et al  ,

2000) . Dari prevalensi dan efek jangka panjang yang telah diuraikan di atas, bisa

diprediksi bahwa pada nantinya efek jangka panjang dari obesitas adalah masalah

kesehatan dan ekonomi yang tidak bisa dipandang ringan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis melalui makalah ini ingin meneliti apakah

terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah dan seberapa

 besar hubungan tersebut.

1.2. Rumusan masalah

Dari hasil penguraian di atas, maka didapatkan rumusan masalah apakah

terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah seseorang?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum :

Untuk melihat hubungan antara tekanan darah dengan indeks massa tubuh.

13.2. Tujuan Khusus :

1. Menimbang berat badan mahasiswa/wi

2. Mengukur tinggi badan mahasiswa/wi

3. Menghitung indeks massa tubuh mahasiswa/wi

Page 3: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 3/33

3

4. Mengukur tekanan darah mahasiswa/wi

1.4. Manfaat Penelitian :

1. Penelitian ini memberikan informasi di bidang kesehatan tentang

hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah.

2. Sebagai data untuk penelitian selanjutnya.

3. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan pembaca KTI ini dan

 peneliti sendiri tentang indeks massa tubuh dan peningkatan tekanan

darah.

Page 4: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 4/33

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi

 badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan

kuardrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). Nilai dari IMT pada orang dewasa tidak 

  bergantung pada umur maupun jenis kelamin. Tetapi, IMT mungkin tidak 

 berkorenspondensi untuk derajat kegemukan pada populasi yang berbeda, pada

sebagian, dikarenakan perbedaan proporsi tubuh pada mereka (WHO, 2000).

Menurut WHO (2000) dalam Sugondo (2006) berat badan dan Obesitas

dapat diklasifikasikan berdasarkan IMT, yaitu :

Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT Menurut

Kriteria Asia Pasifik 

Klasifikasi obesitas

Klasifikasi IMT

Berat badan kurang

Kisaran normal

Berat badan lebih

Beresiko

Obese I

Obese II

<18,5

18,5-22,9

>23,0

23,0-24,9

25,0-29,9

>30,0

Kriteria di atas merupakan kriteria untuk kawasan Asia Pasifik. Kriteria

ini berbeda dengan kawasan lain, hal ini berdasarkan meta-analisis beberapa

kelompok etnik yang berbeda, dengan konsentrasi lemak tubuh, usia, dan gender 

yang sama, menunjukkan etnik Amerika berkulit hitam memiliki IMT lebih tinggi

4,5 kg/m2 dibandingkan dengan etnik kaukasia. Sebaliknya, nilai IMT bangsa

Cina, Ethiopia, Indonesia, dan Thailand masing-masing adalah 1.9, 4.6, 3.2, dan

2.9 kg/m2 lebih rendah daripada etnik Kaukasia. Hal ini memperlihatkan adanya

nilai cut off IMT untuk obesitas yang spesifik untuk populasi tertentu. (Sugondo,

2006)

Page 5: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 5/33

5

Indeks massa tubuh tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tapi hasil

riset telah menunjukan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran lemak tubuh

secara langsung, seperti pengukuran dalam air dan dual energy x-ray

absorptiometry (DXA). IMT adalah metode yang tidak mahal dan gampang

untuk dilakukan untuk memberikan indikator atas lemak tubuh dan digunakan

untuk  screening  berat badan yang dapat mengakibatkan problema kesehatan

(CDC, 2011).

2.2. Obesitas.

2.2.1 Definisi

Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak tubuh. Penentu yang

digunakan adalah indeks massa tubuh (IMT). Sedangkan Overweight adalah

tahap sebelum dikatakan obesitas secara klinis (Guyton, 2007). Obesitas

dikatakan terjadi kalau terdapat kelebihan berat badan 20% karena lemak para

 pria dan 25% pada wanita (Ganong,2002).

2.2.2. Etiologi

Faktor penyebab obesitas sangat kompleks. Kita tidak bisa hanya

memandang dari satu sisi. Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai

 penyebab utama obesitas. Hal ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik 

yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh,

sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat menyebabkan pengurangan

massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada orang obese,

  peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi

melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan (Guyton, 2007).

Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik.

Perilaku makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya

adalah karena lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan meningkatnya

  prevalensi obesitas di negara maju. Sebab lain yang menyebabkan perilaku

Page 6: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 6/33

6

makan tidak baik adalah psikologis, dimana perilaku makan agaknya dijadikan

sebagai sarana penyaluran stress. Perilaku makan yang tidak baik pada masa

kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam

obesitas, hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak yang

 baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin besar 

kecepatan penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena

itu, obesitas pada kanak-kanak cenderung mengakibatkan obesitas pada

dewasanya nanti (Guyton, 2007).

Dari segi neurogenik, dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian

ventromedial dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan

obese, serta terjadi perubahan yang nyata pada neurotransmiter di hipotalamus

 berupa peningkatan oreksigenik seperti NPY dan penurunan pembentukan zat

anoreksigenik seperti leptin dan α-MSH pada hewan obese yang dibatasi

makannya (Guyton, 2007) . Input dari vagal juga terhitung penting, membawa

informasi dari viseral, seperti peregangan dari usus (Flier et al , 2005).

Faktor genetik obesitas dipercaya berperan menyebabkan kelainan satu

atau lebih jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi dan

  penyimpanan lemak serta defek monogenik seperti mutasi MCR-4, defisiensi

leptin kogenital, dan mutasi reseptor leptin (Guyton, 2007).

Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida usus.

Leptin adalah sitokin yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit

yang bekerja melalui aktifasi reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan

mengakibatkan penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi. Insulin adalah

anabolik hormon, insulin diketahui berhubungan langsung dalam penyimpanan

dan penggunaan energi pada sel adiposa. Kortisol adalah glukokortikoid bekerja

dalam mobilisasi asam lemak yang tersimpan pada trigiserida, hepatic

glukoneogenesis, dan proteolisis (Wilborn et al , 2005). Peptida usus seperti

ghrelin, peptida YY, dan kolesistokinin yang dibuat di usus halus dan memberi

sinyal ke otak secara langsung ke pusat pengatura hipotalamus dan/atau melalui

nervus vagus (Flier et al , 2005).

Faktor metabolit juga berperan dalam obesitas. Metabolit, termasuk 

Page 7: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 7/33

7

glukosa, dapat mempengaruhi nafsu makan, yang mengakibatkan hipoglikemi

yang akan menyebabkan rasa lapar. Akan tetapi, glukosa bukanlah pengatur 

utama nafsu makan (Flier et al , 2005).

Semua faktor hormonal, metabolit, dan neurogenik yang tadi disebutkan

diatas bekerja melalui ekspresi an pelepasan berbagai peptida hipotalamus seperti

  NPY, AgRP, alpha-MSH, an MCH yang terintegrasi dengan serotonergik,

kotekolaminergik, endokannabinoid, dan jalur singnal opioid (Flier et al , 2005).

Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari

  penyakit lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah

hypogonadism, Cushing syndrome, hypothyroidism, insulinoma,

craniophryngioma, gangguan lain pada hipotalamus (Flier et al , 2005).

Beberapa anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi

  baik oleh endokrin dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka

disedikit saja kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan

(Flier et al , 2005).

2.2.3. Prevalensi dan Epidemiologi Obesitas

Menurut WHO (2011) pada tahun 2008, sekitar 1,5 milliar dewasa (20+)

adalah overweight dan lebih dari 200 juta laki-laki dan sekitar 300 juta wanita

adalah obese. WHO juga memprediksi bahwa pada tahun 2015, sekitar 2.3 milliar 

dewasa akan mengalami overweight dan lebih dari 700 milliar akan obese.

Sedangkan menurut RISKESDAS (2007) prevalensi obesitas pada

 penduduk dewasa di atas 15 tahun di beberapa kota besar di Indonesa cukup

tinggi seperti di Sumatera utara 20.9% dengan 17.7% pria dan 23.8% wanita, di

DKI Jakarta 26.9% dengan 22.7% pria dan 30.7% wanita, Jawa Barat 17.0%

dengan 14.4% pria dan 29.2% wanita, Jawa tengah 17.0% dengan 11.6% pria dan

22.0% wanita, DI Yogyakarta 18.7% dengan 14.6% pria dan 22.5% wanita, Jawa

timur 20.4% dengan 15.2% pria dan 25.5% wanita. Dan di Indonesia adalah

19.1% dengan wanita 23.8% dan pria 13.9%.

Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi dan mudahnya

mendapatkan makanan serta banyaknya jumlah makanan yang tersedia.

Page 8: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 8/33

8

Urbanisasi dan perubahan status ekonomi yang terjadi di negara-negara yang

sedang berkembang berdampak pada peningkatan prevalensi obesitas pada

 populasi di negara-negara ini, termasuk Indonesia (Sugondo, 2006). tingginya

 prevalensi ini, telah membuat obesitas mendapat perhatian yang cukup singnifikan

dalam medis. Obesitas lebih sering terjadi antara wanita dan yang menyedihkan;

 prevalensi pada anak-anak juga mengingkat pada taraf yang mengkhawatirkan.

( Flier et al , 2005)

2.2.4. Klasifikasi

Obesitas dapat dibagi menjadi beberapa derajat berdasarkan persen

kelebihan lemak (Misnadiarly, 2007). Antara lain :

a. Mild obesity

dikatakan mild obesity bila berat badan individu antara 20-30% di atas berat

 badan ideal.

 b. Moderate obesity

Apabila berat badan individu antara 30-60% di atas berat badan ideal.

c. Morbid

Penderita-penderita obesitas yang berat badannya 60% atau lebih di atas berat

 badan ideal. Pada derajat ini risiko mengalami gangguan respirasi, gagal jantung,

dan kematian mendadak meningkat dengan tajam.

2.2.5. Pengukuran Antropometri sebagai Skreening Obesitas

Menentukan lemak tubuh dapat digunakan berbagai cara seperti CT, MRI,

Electrical inpedance densitometry, skin-flod thickenes, waist-to-hip ratio, IMT,

dan Waist Circumference (Flier et al , 2005). Akan tetapi tak semua pengukuran

tersebut mudah dan murah dilakukan. Oleh karena itu pengukuran IMT, waist-to-

hip ratio, dan Waist Circumference yang lebih lazim dilakukan.

1.IMT

IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tapi hasil riset telah

menunjukan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran lemak tubuh secara

Page 9: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 9/33

9

langsung. IMT adalah metode yang tidak mahal dan gampang untuk dilakukan

untuk memberikan indikator atas lemak tubuh dan digunakan untuk screening

 berat badan yang bisa mengakibatkan problema kesehatan.

2. Waist Circumference

IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT

 bukan merupakan indikator terbaik untuk obesitas Selain IMT, metode lain untuk 

 pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang.

Pengukuran lingkar pinggang ini boleh dikatakan berguna dalam penentuan

obesitas sentral. Lingkar pinggang menggambarkan lemak tubuh di antaranya

tidak termasuk berat tulang (kecuali tulang belakang) atau massa otot yang besar 

yang mungkin akan bervariasi dan memperngaruhi hasil pengukuran

(Sugondo,2006). Berikut kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan etnis

(Alberti et al, 2009)

Tabel 2.2 Rekomendasi Lingkar Pinggang untuk Obesitas Sentral

3. Waist-to-hip ratio (Flier et al , 2005)

Selain IMT dan lingkar perut, rasio antara lingkar perut dan lingkar pinggul

merupakan alternative klinis yang praktis. Lingkar perut dan rasio lingkar perut

Page 10: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 10/33

10

dengan lingkar pinggul berhubungan dengan besarnya resiko untuk terjadinya

gangguan kesehatan.

Tabel 2.3 Nilai Normal untuk Waist-to-hip ratio

Jenis Kelamin Ukuran Waist-to-hip

wanita <0.9

Pria <1

2.2.6. Dampak obesitas

Obesitas memiliki efek samping yang besar pada kesehatan. Obesitas

 berhubungan dengan meningkatnya mortalitas, hal ini karena meningkatnya 50

sampai 100% resiko kematian dari semua penyebab dibandingkan dengan orang

yang normal berat badannya, dan terutama oleh sebab kardiovaskular (Harrison,

2007). Berikut beberapa efek patologis dari diabetes:

1. Insulin resisten dan diabetaes tipe 2

2. Gangguan pada sistem reproduksi

3. Penyakit kardiovaskular  

4. Penyakit pulmoner  

5. Gallstones (batu empedu)

6. Kanker  

7. Penyakit tulang, sendi dan kulit.

Page 11: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 11/33

11

Gambar 2.2. Berbagai Faktor yang Menjadi Penyebab Obesitas ( Harrison’s

 Principles of Internal Medicine, 2005)

2.3. Tekanan Darah

2.3.1. Definisi

Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung dan tahanan vaskuler perifer.

Peningkatan curah jantung dan atau resistensi vaskuler perifer menyebabkan

 peningkatan tekanan darah. Jika jantung meningkat sementara resistensi vaskuler 

  perifer menurun dan sebaliknya, maka tekanan darah tidak akan meninggi

(Ganong, 2002).

2.3.2. Fisiologi Tekanan darah

Intake energy > pengeluaran energi

obesitas

Page 12: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 12/33

12

Curah jantung dapat berubah-ubah oleh perubahan pada kecepatan denyut

 jantung atau isi sekuncup. Kecepatan jantung terutama dikontrol oleh persarafan

 jantung, stimulasi simpatis meningkatkan kecepatan dan stimulasi parasimpatis

menurunkannya. Isi sekuncup sebagian juga ditentukan oleh input saraf, rangsang

simpatis menyebabkan serat otot miokardium berkontraksi lebih kuat untuk setiap

  panjang sedangkan rangsang parasimpatis menimbulkan efek sebaliknya.

Kekuatan kontraksi otot jantung bergantung pada  preload  dan afterload -nya.

Preload adalah derajat peregangan miokardium sebelum miokardium

  berkontraksi dan afterload adalah resistensi yang dihadapi darah sewaktu

dikeluarkan (Ganong, 2002).

Tekanan di dalam aorta dan dalam arteri brankialis dan arteri besar lain

 pada orang dewasa muda meningkatkan mencapai nilai puncak (tekanan sistolik)

kira-kira 120mmHg selama tiap siklus jantung dan turun ke nilai minimal

(tekanan diastolik) sekitar 70 mmHg. Tekanan ini didapat pada posisi duduk 

istirahat atau berbaring. Cukup kelihatan lebih rendah pada malam hari dan pada

 perempuan lebih rendah dibanding dengan laki-laki. Secara umum, peningkatan

curah jantung meningkatkan tekanan sistolik, sedangkan peningkatan tahanan

 perifer meningkatkan tekanan diastolik (Ganong, 2002).

kontraktilitas

Page 13: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 13/33

13

Gambar 2.3. Skema Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Arteri

2.3.4. Pengukuran Tekanan Darah

Menurut Ganong (2002), metode pengukuran tekanan darah ada 3 :

5. Mengukur secara langsung

Bila kanula dimasukkan ke arteri, tekanan arteri dapat diukur secara langsung

dengan manometer air raksa atau ukuran dasar ketegangan yang sesuai dan suatu

osiloskop diatur untuk menulis secara lansung pada potongan kertas yang

 bergerak.

6. Metode auskultasi

Manset yang dapat dipompa dihubungkan pada manometer air raksa

(sfigmomanometer) kemudian dililitkan di sekitar lengan dan stetoskop

diletakkan di atas arteri brankialis pada siku. Manset secara cepat dipompa

sampai tekanan di dalamnya di atas tekanan sistolik yang diharapkan dalam arteri

  brankialis. Arteri dioklusi oleh manset, dan tidak ada suara terdengar oleh

stetoskop. Kemudian tekanan dalam manset diturunkan secara perlahan-lahan.

Pada titik tekanan sistolik dalam arteri tepat melampaui tekanan manset,

--

 preload

afterload

Pemendekan

serat

miokardiumUkuran ventrikel

kiri

Isi sekuncupKec. Denyut jantung

Curah jantung Resistensi

 perifer 

Tekanan arteri

Page 14: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 14/33

14

semburan darah melewatinya pada tiap denyut jantung, dan secara sinkron

dengan tiap denyut, bunyi detakan didengar di bawah manset. Tekanan manset

  pada waktu bunyi pertama terdengar adalah tekanan sistolik. Dengan

menurunnya tekanan, suara menjadi lebih keras, kemudian tidak jeas dan

menutupi; akhirnya pad kebanyakan individu, menghilang. Ini adalah bunyi

korotkoff. Tekanan diastolik dalam keadaan istirahat orang dewasa berkorelasi

 paling baik dengan tekanan pada saat bunyi menghilang. Akan tetapi, pada orang

dewasa setelah berolahraga dan pada anak, tekanan diastolik berkorelasi paling

 baik dengan bunyi menjadi hilang.

7. Metode palpasi

tekanan sistolik dapat ditentukan dengan memompa manset lengan dan kemudian

membiarkan tekanan turun dan tentukan tekanan pada saat denyut radialis

  pertama kali teraba. Oleh karena kesukaran menentukan secara pasti kapan

denyut pertama kali teraba, tekanan yang diperoleh dengan metode palpasi

 biasanya 2-5 mmHg lebih rendah dibandingkan dengan yang diukur dengan

metode auskultasi.

2.3.4. Klasifikasi tekanan darah

Menurut The Seventh Report Of The Joint National Committee On

 Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure (JNC

7) , tekanan darah dibagi menjadi normal, prehipertensi, hipertensi stage 1, dan

hipertensi stage 2.

Tabel 2.4. Klasifikasi Tekanan darah menurut JNC 7

SBP/DBP Kategori

<120/80 Normal

120-139/80-89 Prehipertensi

>=140/90 Hipertensi

140-159/90-99

>=160/100

Hipertensi stage 1

Hipertensi stage 2

Hasil ini merupakan hasil perbaharuan dari The Sixth Report Of The Joint 

Page 15: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 15/33

15

 National Committee On Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of 

  High Blood Pressure (JNC), Tahun 1997. Pada JNC 6, prehipertensi dibagi

menjadi 2 kelas lagi dan hipertensi dibagi menjadi 3 stage.

2.3.5. Mekanisme Hipertensi

Curah jantung dan tahanan perifer adalah dua faktor penentu tekanan

arterial. Dimana curah jantung ditentukan oleh isi sekuncup dan denyut nadi; isi

sekuncup berhubungan dengan kontraktilitas miokardium dan ukuran dari

kompartemen vaskular. Tahahan perifer ditentukan oleh fungsional dan anatomi

  perubahan pada arteri kecil dan arteriol. Berikut beberapa hal yang dapat

mengakibatkan perubahan faktor di atas, yang nantinya akan mengakibatkan

kenaikan tekanan darah (Fisher, 2005; Williams, 2005) :

1. Volume intravaskular 

Volume vaskular adalah penentu primer tekanan arteri untuk waktu yang lama.

Sodium secara predominan adalah ion ekstrasellular dan merupakan penentu

  primer volume cairan ekstrasellular. Ketika masukan dari NaCl melebihi

kapasitas dari ginjal untuk membuang sodium, volume vaskular menjadi

 bertambah dan curah jantung meningkat. Dengan meningkatnya curah jantung

akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah; tetapi, seiring dengan waktu,

tahanan perifer akan meningkat dan curah jantung akan kembali menjadi normal.

Pengurangan kapasitas ekskresi sodium dari ginjal akan menimbulkan hipertensi.

2. Sistem nervus autonom

Sistem nervus autonom menjaga hemostasis kardiovaskular melalui tekanan,

volume, dan sinyal kemoreseptor. Refleks adrenergik memodulasi tekanan darah

 jangka pendek, dan fungsi adrenergik, berhubungan dengan hormonal dan faktor 

volume yang berkaitan, berkontribusi dalam regulasi jangka panjang tekanan

arteri. Aktivasi reseptor β1 akan menstimulasi kecepatan dan kekuatan

kontraktilitas jantung, yang akhirnya akan meningkatkan curah jantung. Aktivasi

reseptor ini juga akan menstimulasi pelepasan renin dari ginjal, sehingga air akan

Page 16: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 16/33

16

diretensi dan tekanan darah akan meningkat. Selain reseptor β1, reseptor α1 juga

 berperan meningkatkan tekanan darah dengan menyebabkan vasokonstriksi.

3. Renin-Angiotensin-Aldosteron

Tubuh juga memiliki sistem renin angiotensin dalam memodulasi tekanan darah.

Peran renin, dihasilkan oleh sel jukstaglomerular di ginjal, dalam modulasi

tekanan darah dengan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin 1.

Angiotensin 1 ini akan diubah menjadi angiotensin 2, merupakan vasokonstriktor 

kuat, oleh angiotensin converting enzym kinase II (ACE kinase II). Angiotensin 2

ini nantinya akan merangsang pelepasan dari aldosteron, mineralkortikoid yang

kuat, dari zona glomerulosa korteks adrenal. Renin-Angiotensin-Aldosteron

sistem berkontribusi dalam regulasi tekanan arteri melalui properti angiotensin II

dan retensi sodium melalui properti aldosteron.

4. Mekanisme vaskular 

Diameter vaskular dan resistensi komplians arteri juga penting dalam

menentukan tekanan arteri. Pasien yang hipertensi mempunyai arteri yang kaku

dan pasien arterisklerosis secara khusus mempunyai sistol yang tinggi dan

tekanan nadi yang lebar sebagai akibat penurunan komplians vaskular yang

disebabkan perubahan struktur dinding vaskular.

2.4. Hubungan Obesitas dengan Tekanan Darah.

Penyebab hipertensi pada obesitas adalah kompleks. Peningkatan tonus

vascular dan garam serta air ginjal adalah penyebab utama hipertensi pada

obesitas. Mekanisme yang mendasarinya termasuk hiperleptinemia,

meningkatnya asam lemak bebas (FFA), hiperinsulinemia, dan insulin resisten,

kesemuanya ini akan menyebabkan stimulasi dari saraf simpatis, meningkatnya

tonus vascular, disfungsi endothelial, dan retensi sodium ginjal. Sebagai

tambahan, meningkatnya aktivitas rennin-angiotensin-system (RAS), sebagai

efek dari aktivasi simpatis dan bertambahnya sintesis jaringan adiposa,

mengakibatkan meningkatnya retensi garam dan air ginjal (M. Wahba, 2007).

Endothelial disfungsi

Tonus vaskular 

Obesitas

leptin

FFA

Insulin

resisten

Adipose

Sintesis

RAS

Stimulasi

simpatik 

RAS

Hipertensi

Retensi garam

dan air 

Gambar 2.4. Hubungan Obesitas dengan Peningkatan Tekanan darah

Page 17: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 17/33

17

Page 18: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 18/33

18

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penilitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penilitian ini

adalah:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Penelitian

Variabel independen : obesitas

Variabel dependen : tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik (mmHg)

Variabel luar : Variabel luar dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan dalam penelitian ini adalah umur 

 pasien, status kesehatan, obatan yang dikonsumsi

 b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan dalam penelitian ini adalah

kondisi psikologis individu

3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Indeks massa tubuh

• Definisi: Indeks massa tubuh merupakan alat atau cara yang sederhana

untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan

dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Obesitas merupakan

 peningkatan berat badan dengan IMT ≥25 kg/m2 akibat akumulasi lemak 

yang berlebihan. Indeks massa tubuh diukur dengan menghitung berat

 badan dan tinggi badan, dikatakan obesitas bila hasil pengukuran ≥25

kg/m2

Obesitas Tekanan darah

Variabel Independen Variabel Dependen

Page 19: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 19/33

19

• Alat ukur Indeks massa tubuh adalah timbangan berat badan orang dewasa

dan meteran dinding.• Cara kerja dalam pengukuran indeks massa tubuh adalah, terlebih dahulu

sampel diukur berat badannya dalam kilogram (kg) kemudian diukur 

tinggi badannya dalam meter (m). Setelah itu, kedua nilai itu dimasukkan

ke rumus di bawah ini :

Berat Badan (kg)

IMT =

Tinggi Badan2 (m)

• Skala dalam pengukuran indeks massa tubuh adalah skala rasio

2. Tekanan Darah

• Definisi: Tekanan darah merupakan hasil perkalian curah jantung dan

tahanan vaskuler perifer. Tekanan darah mengarah kepada tekanan pada

 pembuluh darah pada saat darah dipompakan ke seluruh anggota tubuhmanusia. Tekanan puncak sewaktu darah dipompakan dinamakan tekanan

sistolik, sedangkan tekanan diastolik menunjuk kepada tekanan minimal

 pada saat jantung beristirahat di antara pemompaan.

• Alat Ukur 

Alat ukur untuk tekanan darah adalah tensi meter raksa merek  Nova

• Cara Kerja

Sampel diambel tekanan darahnya dengan menggunakan tensi meter raksa merek 

 Nova, kemudian hasilnya dicatat.

• Skala pengukuran : rasio

3.3. Hipotesis

Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan tekanan darah.

Page 20: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 20/33

20

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional.  Dalam survey

analitik,dari analisis bivariat dapat diketahui seberapa jauh perbedaan kontribusi

faktor resiko tertentu terhadap adanya suatu kejadian tertentu (efek). Desain yang

digunakan adalah cross-sectional yang mana variable-variabel yang termasuk efek 

diobservasi sekaligus pada waktu yang sama.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara .

Waktu penelitian adalah bulan Juli hingga Oktober 2011. Pemilihan lokasi untuk 

  penelitian ini karena faktor jumlah mahasiswa yang banyak dan terakumulasi

dalam satu tempat sehingga membuat proses penelitian lebih mudah dengan faktor 

  biaya yang rendah, serta diharapkan progesi yang cepat dalam pelaksanaan

 penelitian.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa/i Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara dan sampel penelitian Mahasiswa/i Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak 

mempunyai kriteria eksklusi seperti berikut :

Kriteria inklusi : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Kriteria eksklusi

1. Sedang baru melakukan pekerjaan fisik yang berat.

2. Mempunyai penyakit kronik seperti penyakit metabolik (diabetes,

kolestrol, dislipidemia,dll) dan penyakit jantung serta pembuluh darah.

3. Mengkonsumsi obat-obatan 3 hari sebelumnya seperti kardiovaskular dan

ephedrine.

Penghitungan besar sampel minimum yang dibutuhkan bagi ketepatan dan

validitas hasil penelitian ini dalam membuat perkiraan atau estimasi proporsi,

Page 21: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 21/33

21

dengan derajat akurasi pada tingkatan statistik bermakna, dengan menggunakan

rumus dibawah ini:

n= (zα+zβ)2 +3

0,5ln[(1+r)/(1-r)]

Keterangan :

n = besar sampel minimum

zα= nilai distribusi normal baku (tableZ) pada α tertentu

Zβ = nilai distribusi normal baku (tableZ) pada β tertentu

R = perkiraan koefisien korelasi, (dari pustaka)

Dalam penelitian ini, perkiraan koefisien korelasi adalah 0,362. Bila a (1 arah) =

0,05 (zα = 1.96) dan power  = 0,80 (Zβ = 0.82), maka besar sampel minimum yang

diperlukan adalah:

n= (1.96+0,82) 2 +3

0,5ln[(1+0,362)/(1-0,362)]

n=56.75

n≈57

Dengan demikian besar sampel minimum yang diperlukan pada penelitian ini

adalah sebanyak 57 subyek.

4.4. Teknik Pengumpulan data

Responden pada penelitian analitik ini adalah mahasiswa/mahasiswi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2008, 2009, 2010.

Subyek penelitian akan dipilih dengan cara   Non-probability sampling  jenis

Consecutive sampling, dimana semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria

 pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan

terpenuhi.

Pertama-tama, responden akan diwawancara. Hanya responden yang

memenuhi kriteria inklusi serta eksklusi yang akan diambil. Kemudian sampel

yang memenuhi kriteria tersebut dinilai IMT dan tekanan darahnya.

Untuk mendapatkan nilai IMT maka sampel diukur terlebih dahulu berat

 badannya dengan timbangan kemudian diukur tinggi badannya.

Page 22: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 22/33

22

Berikut langkah-langkah untuk mendapatkan nilai IMT:

1. Memosisikan sampel dalam keadaan diam, tegak lurus, pandangan menghadap

ke depan, membelakangi alat.

2. Melihat berapa berat badan sampel yang ditunjukan jarum timbangan (dipakai

hitungan dalam kilogram).

3. Menarik alat pengukur tinggi dan meletakkannya ujungnya tepat di puncak 

kepala sampel (vertex).

4. Melihat tinggi badan sampel.

5. Kemudian hasil yang didapat dimasukkan ke dalam rumus di bawah ini:

Berat Badan (kilogram)

IMT=

Tinggi Badan2 (meter 2)

Untuk mendapatkan nilai tekanan darah, berikut langkah kerjanya:

1. dililitkan bagian bladder cuff  di medial lengan atas, tepat di atas arteri

  brakialis, bagian bawah cuff   berada 2,5 cm proksimal fossaantekubiti,

sejajar dengan letak jantung.

2. Posisikan lengan penderita sehingga sedikit flexi pada sendi siku.

3. Buka kunci sphygmanometer dan pompa cuff  sehingga pulsasi arteri

radialis menghilang serta dibaca tekanan yang tertera pada manometer.

4. Dipompakan cuff  untuk menaikkan tekanan 30mmHg lebih tinggi.

Dikempiskan cuff dengan cepat dan sempurna, dan tunggu selama 15-30

detik. Dipompakan cuff sampai level yang tetetapkan tadi.

5. Setelah itu kempiskan secara perlahan dengan kecepatan 2- mmHg per 

detik dan didengarkan dengan stetoskop suara pertama kali terdengar /

sistole. Diturunkan tekanan secara perlahan sampai suara menghilang

sempurna dan ini merupakan tekanan diastol serta diturunkan tekanan

sampai angka 0. Dicatat tekanan sistol dan diastol yang didapat.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini analisis

Page 23: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 23/33

23

statistik. Pengolahan dan analisis data kuntitatif ini dapat dilakukan manual

ataupun dengan bantuan alat komputer. Untuk pengolahan data dengan alat

komputer, data perlu diterjemahkan kedalam bahasa komputer yaitu dengan

memberikan kode-kode tertentu sesuai dengan bahasa program yang digunakan

untuk penelitian ini. Kemudian dilanjutkan analisis bivariat yaitu dengan uji

korelasi dan regresi linier. Untuk penelitian ini, software SPSS akan digunakan

untuk pengolahan data yang telah dikumpulkan.

Page 24: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 24/33

24

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara (USU). Universitas Sumatera Utara adalah sebuah universitas negeri yang

terletak di Kota Medan, Indonesia dan merupakan universitas tertua serta terbaik 

yang terletak di luar Pulau Jawa, yaitu di Pulau Sumatera. USU juga adalah

universitas yang pertama di Pulau Sumatera yang mempunyai Fakultas

Kedokteran. Gedung Fakultas Kedokteran USU terdapat di Kelurahan Padang

Bulan, Kecamatan Medan Baru, Jl. Dr. Mansur No.5 Medan

Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik sekitar 

100Ha berada di tengahnya. Fakultas ini memiliki berbagai ruang kelas, ruang

administrasi, ruang laboratorium, ruang skills lab, ruang seminar, perpustakaan,

kedai mahasiswa, ruang PEMA, ruang POM, kantin, kamar mandi, dan mushola.

Fakultas ini mempunyai 1832 mahasiswa S1 dengan perincian 415 orang pada

angkatan 2008, 466 orang pada angkatan 2009, 426 orang pada angkatan 2010,

dan 525 orang pada angkatan 2011 yang masuk melalui jalur UMB, PMP,

SNMPTN, Kemitraan, Mandiri, dan Internasional.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang diperoleh selama periode September – Oktober 2011

sebanyak 70 orang. Data yang diperoleh telah diseleksi menurut kriteria inklusi

dan eksklusi sebelumnya. Semua data yang diperoleh adalah data primer.

Responden penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswa tahun masuk 2008-

2011 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang terdiri dari 33

orang (47.1%) laki-laki dan 37 orang (52.9%) perempuan.

Page 25: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 25/33

25

Tabel 5.1 karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Jumlah (Orang) Persentasi (%)Laki-laki 33 47.1

Perempuan 37 52.9

Responden pada penelitaan berusia antara 17-23 tahun, dimana kelompok 

umur terbanyak adalah umur 19 dan 21 tahun yang berjumlah 17 orang (24.3%)

dan kelompok umur yang paling sedikit adalah umur 23 tahun yang berjumlah 3

orang (4.3%). Berikut merupakan sebaran responden berdasarkan umur:

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur 

Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentasi (%)

17 5 7.1

18 12 17.1

19 17 24.3

20 14 20.0

21 17 24.3

22 2 2.9

23 3 4.3

Penelitian ini akan menilai hubungan antara IMT dengan tekanan darah. hasil

 penelitan menunjukkan bahwa 43 orang (61%) memiliki IMT yang normal (18,5-

22,9). Walaupun jumlah tersebut merupakan jumlah terbanyak dari total

responden, responden yang memiliki berat badan lebih

(>23,0) jumlahnya juga tidak sedikit, yakni berjumlah 22 orang (31.4%).

Gambaran IMT pada responden penelitian ditampilkan pada tabel 5.3:

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai IMT

IMT Jumlah (Orang) Persentasi (%)

<18,5 5 7.1

18,5-22,9 43 61.4

23,0-24,9 8 11.4

25,0-29,9 11 15.7

>30,0 3 4.3

Page 26: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 26/33

26

Tekanan darah dibagi menjadi dua komponen, yaitu tekanan sistole dan

tekanan diastole. Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah sistole pada

responden dapat dibagi dua kelompok, yaitu <120 mmHg sebanyak 38 orang

(54.3%) dan 120-139 mmHg sebanyak 32 orang (45.7%). Gambaran tekanan

darah sistole pada responden penelitian ditampilkan pada tabel 5.4 :

Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Sistole

Sistole(mmHg) Jumlah (Orang) Persentasi (%)

<120 38 54.3

120-139 32 45.7

Sedangkan untuk tekanan darah diastole, peneliti membagi responden pada

tiga kelompok yaitu <80 mmHg sebanyak 35 (50%) orang, 80-89 mmHg

sebanyak 27 orang (38.6%), dan 90-99 mmHg sebanyak 8 orang (11.4%).

Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Diastole

Diastole(mmHg) Jumlah (Orang) Persentasi (%)

<80 35 5080-89 27 38.6

90-99 8 11.4

5.1.3 Tabulasi Silang Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan darah.

Tabel 5.6 dan 5.7 menunjukkan tabulasi silang antara tekanan darah sistole

dan tekanan darah diastole terhadap indek massa tubuh. Tabulasi silang ini

menunjukkan sebaran dari indeks massa tubuh berdasarkan tekanan darah masing-

masing.

Page 27: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 27/33

27

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang IMT <18,5 dan 18,5-

22,9 cenderung memiliki tekanan darah sistolik <120 mmHg. Sedangkan

responden yang status gizinya >23,0 cenderung memiliki tekanan darah sistolik 

120-139 mmHg.

Tabel 5.7 Tabulasi Silang Tekanan Darah Diastolik dengan IMT

Diastolik(mmHg)

Total<80 80-89 90-99

IMT

<18,5 3 2 0 5

(60.0%) (40.0%) (.0%)

18,5-22,9 25 17 1 43

(58.1%) (39.5%) (2.3%)

23,0-24,9 4 3 1 8

(50.0%) (37.5%) (12.5%)

25,0-29,9 2 5 4 11

(18.2%) (45.5%) (36.4%)

>30,0 1 0 2 3

(33.3%) (0%) (66.7%)

Total 35 27 8 70

Tabel 5.6 Tabulasi Silang Tekanan Darah Sistolik dengan IMT

Sistolik(mmHg)Total

<120 120-139

IMT

<18,5 3 2 5

(60.0%) (40.0%)

18,5-22,9 29 14 43

(67.4%) (32.6%)

23,0-24,9 2 6 8

(25.0%) (75.0%)

25,0-29,9 3 8 11(27.3%) (72.7%)

>30,0 1 2 3

(33.3%) (66.7%)

Total 38 32 70

Page 28: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 28/33

28

Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase terbanyak responden yang IMT

<18,5 - 24,9 memiliki diastolik <80 mmHg. Sedangkan pada responden yang

IMT 25,0-29,9 persentase terbanyak mempunyai diastolik 80-89 mmHg, dan

responden yang IMT >30,0 pada diastolik 90-99 mmHg.

5.2 Hasil Analisis Statistik 

Penelitian ini ingin melihat hubungan antara IMT dengan tekanan darah yang

dievaluasi berdasarkan tekanan sistolik maupun tekanan diastolik. Untuk melihat

kekuatan hubungan dari kedua hal ini, peneliti menggunakan uji korelasi Pearson.

Koefisien korelasi ( r ) yang diperoleh dari uji ini adalah 0.333 untuk 

hubungan tekanan darah sistolik dengan IMT dan 0.299 untuk hubungan tekanan

darah diastolik dengan IMT. Nilai positif pada hasil ini menunjukkan arah

hubungan, yakni semakin tinggi IMT maka semakin tinggi tekanan darahnya.

Sedangkan nilai sebesar 0.333 dan 0.299 menunjukkan besarnya kekuatan

hubungan kedua variabel, dimana pada penelitian ini menunjukkan bahwa

hubungan itu sangat lemah (Sastroasmoro, 2007), sementara menurut Wahyuni

(2007) menyatakan hubungan yang rendah.

  Nilai signifikansi dalam penelitian ini adalah  p=0.005 untuk hubungan

tekanan darah sistolik dengan IMT dan  p=0.012 untuk hubungan tekanan darah

diastolik dengan IMT. Karena kedua nilai ini kurang dari 0.05 maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara IMT

dengan tekanan darah dengan tingkat hubungan yang rendah.

Hubungan antara dua hal juga dapat dilihat dalam diagram tebar ( scatter plot )

gambar 5.1 dan gambar 5.2. Dalam diagram tersebut, dilukiskan titik-titik yang

mewakili setiap data responden serta garis regresi linier diantara titik-titik itu.

Page 29: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 29/33

29

Gambar 5.1 Scatter Plot Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Sistolik 

Gambar 5.2 Scatter Plot  Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan

Diastolik 

Page 30: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 30/33

30

5.3 Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi IMT seseorang

maka akan disertai juga dengan peningkatan darah sistole (r = 0.333,  p =0.005)

dan tekanan diastole (r = 0.299, p = 0.012). Hasil penelitian ini sesuai dengan efek 

obesitas yang dipaparkan oleh M. Wahba (2007).

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ghosh (2007) yang dilakukan di Singapura pada 80 orang Bengalee umur 20-

61 tahun dengan r = 0.361, p =0.001 pada hubungan IMT dengan tekanan

sistolik dan r = 0.296, p =0.001 pada hubungan IMT dengan tekanan diastolic

Studi epidemiologi terdahulu telah menemukan peningkatan yang progresif 

dalam peningkatan tekanan darah dengan meningkatnya jaringan adipose.

Bermacam-macam cara pengukuran obesitas, seperti indeks massa tubuh; Waist 

circumference; Waist hip ratio; dan Waist stature ratio telah digunakan dan

dianalisis untuk mengetahui hubungan antara kedua variable ini. Dan dari

  bermacam-macam cara itu, indeks massa tubuh merupakan salah satu yang

memiliki korelasi yang cukup kuat, walaupun itu masih sulit untuk digunakan

secara universal, oleh karena terdapatnya variasi biologi dan budaya dari masing

masing etnik.

Pada orang obesitas, terdapat banyak kompleksitas yang memicu

meningkatnya tekanan darah. Peningkatan tonus vascular, garam ginjal, dan

retensi air adalah inisiator utama hipertensi pada obesitas. Menkanisme yang

mendasari antara lain hiperleptinemia, meningkatnya FFA, hiperinsulinemia, dan

insulin resisten, semuanya menyebabkan stimulasi simpatik, peningkatan tonus

vaskular, disfungsi endotel, dan retensi sodium pada renal. Kompresi parenkim

 pada renal pada orang obesitas oleh lemak-lemaknya akan memperlambat aliran

tubulus ginjal yang mana juga akan menyertai terjadinya hipertensi. Sebagai

tambahan, peningkatan aktifitas RAS, sebagai hasil aktifasi simpatis dan

  peningkatan sintesis jaringan adipose, adalah umum pada orang obesitas,

Page 31: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 31/33

31

mengakibatkan retensi pada sodium dan air pada ginjal (Wahba, 2007).

Kecenderungan peningkatan tekanan darah pada kelompok IMT berlebih

akan menjadi faktor penyebab hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan penyakit

renal di usia lanjutnya nanti.

Walaupun hipotesis yang didapatkan pada penelitian ini cukup bermakna,

tetapi penelitian ini masih mempunyai beberapa kekurangan. Kekurangan dari

 penelitian ini adalah hanya digunakan satu indikator untuk menentukan status gizi

seseorang, yaitu indeks massa tubuh dan juga metode yang digunakan peneliti

adalah cross-sectional  yang mana memiliki tingkat kesalahan yang lebih tinggi

dari metode lainnya seperti cohort.

Page 32: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 32/33

32

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam

 penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

1.  Nilai p ≤ 0.05, r = 0.333.. Maka, terdapat hubungan antara indeks massa

tubuh dengan tekanan darah sistolik dan hubungannya adalah rendah.

2.  Nilai p ≤ 0.05, r = 0.299. Maka, terdapat hubungan antara indeks massa

tubuh dengan tekanan darah diastolik dan hubungannya adalah rendah.

3. Berat badan responden yang mengikuti penelitian ini adalah rata-rata 60.68

kg dengan berat badan yang terendah adalah 43.0 kg dan yang terberat

adalah 104 kg

4. Tinggi badan responden yang mengikuti penelitian ini adalah rata-rata

163.07 cm dengan tinggi badan tertinggi adalah 183 cm dan terendah

adalah 139 cm.

5. Indeks massa tubuh (IMT) responden yang mengikuti penelitian ini adalah

rata-rata 22.7 kg/m2 dengan IMT yang terbesar adalah 37.87 22.7 kg/m2

dan yang terkecil adalah 16.6 22.7 kg/m2

6. Tekanan darah responden yang mengikuti penelitian, baik sistolik maupun

diastolik secara berurut, ini adalah rata-rata 115.26 mmHg dan 74.6 mmHg

dengan nilai tertinggi adalah 130 mmgHg dan 90 mmHg serta nilai

terendah adalah 100 mmHg dan 60 mmHg

6.2.Saran

Penelitian ini masih banyak kekurangan. Peneliti berharap terdapat

  penelitian lain yang dapat meneruskan penelitian ini agar lebih sempurna.

Mungkin penelitian ini dapat diteruskan Peneliti menyarankan kepada peneliti

selanjutnya untuk dapat mempertimbangkan indikator gizi yang lain untuk 

Page 33: Bab 1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a824350c258 33/33

33

diikutsertakan sebagai variabel. Karena selain sebagai skala pembanding, juga

  bisa digunakan sebagai skala prioritas manakah indikator yang mempunyai

hubungan paling kuat dalam memprediksi peningkatan tekanan darah pada gizi

yang berlebih.

Selain itu, karena dari hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks massa

tubuh mempunyai hubungan tekanan darah, maka peneliti menyarankan kepada

mahasiswa FK USU selaku responden maupun pembaca KTI ini yang memiliki

 berat badan lebih untuk dapat mengontrol berat badan mereka karena berat badan

yang berlebih akan menjadi faktor penyebab hipertensi, penyakit kardiovaskular,

dan penyakit renal di usia lanjutnya nanti.