3
PENILAIAN KONDISI FISIK PLTMH SEBAGAI DASAR PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN PLTMH (Studi Kasus: PLTMH Gunung Halu, Kabupaten Bandung Barat) 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan sosial, budaya dan ekonomi serta informasi, maka listrik telah menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat terpencil khususnya masyarakat pedesaan. Adanya perbedaan kondisi geografi dan kemampuan pemerintah yang terhalang oleh biaya yang tinggi dari perluasan jaringan listrik, menyebabkan terdapatnya desa-desa yang masih belum terpenuhi kebutuhan akan energi listrik. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (DJLPE) pencapaian rasio elektrifikasi nasional pada tahun 2014 baru mencapai 84,35% dimana Provinsi Jawa Barat memiliki angka rasio sebesar 82,29%. Sebagai alternatif energi terbarukan dengan biaya yang paling ekfektif, Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) berusaha memberikan kontribusi dalam usaha pelistrikan pedesaan (Paish, 2002). Dengan menggunakan sumber energi terbarukan yang tersedia in situ, dengan skala yang sesuai dengan kebutuhan setempat, PLTMH menawarkan pemecahan bagi daerah-daerah pedesaan terpencil yang jauh dari jangkauan PLN untuk mendapatkan sumber energi yang handal dan terjangkau. Oleh sebab itu keberlanjutan suatu PLTMH adalah mutlak agar fungsinya sebagai solusi benar-benar dapat bersifat permanen (IMIDAP, 2009). Penerapan teknologi yang handal serta ketersediaan air menjadi faktor penting dalam keberlanjutan suatu PLTMH. Disamping kedua hal tersebut, faktor lainnya yang juga menentukan keberlanjutan pemanfaatan mikrohidro untuk elektrifikasi perdesaan adalah kemauan dan kemampuan masyarakat penerima manfaat dalam hal pemeliharaan baik yang bersifat teknis maupun non-teknis. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Integrated Micro-Hydro Development and Aplication Program (IMIDAP) pada tahun 2009 terhadap beberapa PLTMH demosite yang telah beroperasi di Indonesia ditemukan kendala yang sering terjadi ialah pemeliharaan secara preventif, rutin, dan berkala belum maksimal dilakukan oleh pengelola. Adanya pemeliharaan kurang terjadwal menyebabkan PLTMH hanya bersifat korektif yang seharusnya bersifat preventif untuk mencegah kerusakan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kinerja komponen- komponen PLTMH sehingga menganvam keberlanjutan PLTMH tersebut.

Bab 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

contoh bab 1

Citation preview

PENILAIAN KONDISI FISIK PLTMH SEBAGAI DASAR PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN PLTMH(Studi Kasus: PLTMH Gunung Halu, Kabupaten Bandung Barat)

1.1 Latar BelakangSejalan dengan perkembangan sosial, budaya dan ekonomi serta informasi, maka listrik telah menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat terpencil khususnya masyarakat pedesaan. Adanya perbedaan kondisi geografi dan kemampuan pemerintah yang terhalang oleh biaya yang tinggidari perluasan jaringan listrik, menyebabkan terdapatnya desa-desa yang masih belum terpenuhi kebutuhan akan energi listrik. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (DJLPE) pencapaian rasio elektrifikasi nasional pada tahun 2014 baru mencapai 84,35% dimana Provinsi Jawa Barat memiliki angka rasio sebesar 82,29%. Sebagai alternatif energi terbarukan dengan biaya yang paling ekfektif, Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) berusaha memberikan kontribusi dalam usaha pelistrikan pedesaan (Paish, 2002). Dengan menggunakan sumber energi terbarukan yang tersedia in situ, dengan skala yang sesuai dengan kebutuhan setempat, PLTMH menawarkan pemecahan bagi daerah-daerah pedesaan terpencil yang jauh dari jangkauan PLN untuk mendapatkan sumber energi yang handal dan terjangkau. Oleh sebab itu keberlanjutan suatu PLTMH adalah mutlak agar fungsinya sebagai solusi benar-benar dapat bersifat permanen (IMIDAP, 2009). Penerapan teknologi yang handal serta ketersediaan air menjadi faktor penting dalam keberlanjutan suatu PLTMH. Disamping kedua hal tersebut, faktor lainnya yang juga menentukan keberlanjutan pemanfaatan mikrohidro untuk elektrifikasi perdesaan adalah kemauan dan kemampuan masyarakat penerima manfaat dalam hal pemeliharaan baik yang bersifat teknis maupun non-teknis. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Integrated Micro-Hydro Development and Aplication Program (IMIDAP) pada tahun 2009 terhadap beberapa PLTMH demosite yang telah beroperasi di Indonesia ditemukan kendala yang sering terjadi ialah pemeliharaan secara preventif, rutin, dan berkala belum maksimal dilakukan oleh pengelola. Adanya pemeliharaan kurang terjadwal menyebabkan PLTMH hanya bersifat korektif yang seharusnya bersifat preventif untuk mencegah kerusakan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kinerja komponen-komponen PLTMH sehingga menganvam keberlanjutan PLTMH tersebut. Untuk menjaga keberlanjutan dalam suatu proses produksi energi diperlukan penetapan sistem pemeliharaan yang tepat. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan secara cermat mengenai sistem pemeliharaan yang akan diterapkan sehubungan dengan faktor-faktor yang berpengaruh pada kondisi fisik komponen yang bekerja. Pemilihan strategi sistem pemeliharaan yang tepat dapat memberikan hasil optimum terhadap kesiapan PLTMH dalam menunjang program produksi. Dalam pemilihan terhadap alternatif sistem pemeliharaan tersebut diperlukan suatu metode pendukung, yaitu analisa keputusan yang merupakan suatu metode yang digunakan oleh pengambil keputusan untuk mengevaluasi semua alternatif yang ada.Penelitian ini mengambil studi kasus PLTMH Gunung Halu yang berlokasi di Kabupaten Bandung Barat. PLTMH Gunung Halu merupakan PLTMH off grid berkapasitas 18 kW yang dibangun pada tahun 2007 dan mulai beroperasi pada tahun 2008. Pembangunan PLTMH yang terletak di Desa Tangsi Jaya Kabupaten Bandung Barat ini sepenuhnya dibiayai oleh APBD Provinsi Jawa Barat. Pembangunan PLTMH ini bertujuan untuk melayani kebutuhan listrik di dusun-dusun Desa Tangsi Jaya yang tidak terlayani oleh PLN dikarenakan kondisi topografinya yang berbukit-bukit. Pada tahun 2010, PLTMH Gunung Halu menjadi lokasidemositePLTMH dan dijadikan acuan proses pembelajaran bagi masyarakat untuk pengembangan PLTMH. Dikarenakan menggunakan skema operasi dan pemeliharaan yang sepenuhnya dilimpahkan kepada masyarakat maka perlu dilakukan penelitian untuk membuat sistem penilaian yang dapat membantu untuk menentukan skala prioritas penanganan pemeliharaan PLTMH Gunung Halu melalui penilaian kondisi fisik eksisting PLTMH. Diharapkan dengan adanya sebuah sistem ini, kegiatan pemeliharaan PLTMH Gunung Halu ini menjadi lebih efisien, efektif dan tepat sasaran.

Conceptual Framework