15
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, baik fisik dan psikisnya. Walaupun dalam keadaan yang demikian, ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten. Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap, terlebih pada usia dini. Oleh karena itu, sesuai dengan prinsip pertumbuhannya, maka seorang anak menjadi dewasa memerlukan bimbingan sesuai dengan prinsip yang dimilikinya. 1 Karena tanpa bimbingan dan arahan yang baik, niscaya akan dapat mengakibatkan dampak negatif bila kelak dewasa nanti. Sehingga kebutuhan akan pendidikan utamanya pendidikan agama sejak dini merupakan sesuatu yang urgen. Pada umumnya, agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya dulu. Seseorang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapat pendidikan agama, maka pada masa dewasanya nanti ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. Lain halnya dengan orang yang diwaktu kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama, misalnya ibu-bapaknya orang yang tahu agama, lingkungan sosial dan kawan-kawannya juga hidup menjalankan agama, ditambah pula dengan pendidikan agama secara sengaja di rumah, sekolah dan masyarakat. Maka orang tersebut akan dengan sendirinya mempunyai kecenderungan kepada hidup dalam aturan-aturan agama dan dapat merasakan betapa takut melanggar larangan-larangan agama dan dapat merasakan betapa nikmatnya hidup beragama. 2 Kendatipun demikian, pendidikan agama harus senantiasa diterapkan pada anak sebagai langkah awal untuk menuju ke arah kedewasaan. 1 Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 63. 2 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hlm. 35.

Bab 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nnn

Citation preview

Page 1: Bab 1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, baik fisik dan psikisnya.

Walaupun dalam keadaan yang demikian, ia telah memiliki kemampuan

bawaan yang bersifat laten. Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan

melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap, terlebih pada usia dini.

Oleh karena itu, sesuai dengan prinsip pertumbuhannya, maka seorang anak

menjadi dewasa memerlukan bimbingan sesuai dengan prinsip yang

dimilikinya.1 Karena tanpa bimbingan dan arahan yang baik, niscaya akan

dapat mengakibatkan dampak negatif bila kelak dewasa nanti. Sehingga

kebutuhan akan pendidikan utamanya pendidikan agama sejak dini merupakan

sesuatu yang urgen.

Pada umumnya, agama seseorang ditentukan oleh pendidikan,

pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya dulu.

Seseorang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapat pendidikan agama,

maka pada masa dewasanya nanti ia tidak akan merasakan pentingnya agama

dalam hidupnya. Lain halnya dengan orang yang diwaktu kecilnya

mempunyai pengalaman-pengalaman agama, misalnya ibu-bapaknya orang

yang tahu agama, lingkungan sosial dan kawan-kawannya juga hidup

menjalankan agama, ditambah pula dengan pendidikan agama secara sengaja

di rumah, sekolah dan masyarakat. Maka orang tersebut akan dengan

sendirinya mempunyai kecenderungan kepada hidup dalam aturan-aturan

agama dan dapat merasakan betapa takut melanggar larangan-larangan agama

dan dapat merasakan betapa nikmatnya hidup beragama.2 Kendatipun

demikian, pendidikan agama harus senantiasa diterapkan pada anak sebagai

langkah awal untuk menuju ke arah kedewasaan.

1Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 63. 2Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hlm. 35.

Page 2: Bab 1

2

Proses globalisasi merupakan keharusan sejarah yang tidak mungkin

dihindari. Tentunya dengan segala dampak positif dan negatifnya, bangsa dan

negara akan dapat memasuki era globalisasi ini dengan tegas apabila memiliki

pendidikan yang berkualitas.3 Pendidikan agama utamanya dalam hal ini

menjadi prioritas dan harus lebih berpihak pada kepentingan manusia itu

sendiri, yaitu dalam rangka mengupayakan penyempurnaan posisi manusia

sebagai khalifah yang pertama di muka bumi ini. Sehingga pendidikan agama

dalam keluargalah yang pertama dan utama, dan orang tualah yang harus

mengurus, mengelola dan menumbuhkan potensi anak.

Melihat hal di atas, maka persoalan kenakalan anak adalah persoalan

yang sangat kompleks dan disebabkan oleh bermacam-macam faktor, maka

dalam penanggulangannya harus memerlukan berbagai usaha, antara lain yang

terpenting adalah usaha preventif agar kenakalan itu dapat dibendung dan

tidak menular kepada anak yang masih baik. Tentu saja usaha represif dan

usaha rehabilitasipun perlu dilakukan agar anak yang nakal dapat diperbaiki

dan kembali hidup sebagai anggota masyarakat. Karenanya, dalam semua

usaha tersebut, peran pendidikan agama sangat penting, karena pendidikan

agama memberikan pedoman dan tuntunan yang pasti dan dipatuhi dengan

sukarela atas dorongan dari dalam diri sendiri dan bukan karena paksaan dari

luar.4

Berbicara tentang pendidikan agama dalam penanggulangan masalah

kenakalan anak itu, pada dasarnya tidak terlepas dengan masalah hukum dan

ketentuan-ketentuan yang tegas dan pasti saja, akan tetapi yang jauh lebih

penting dari itu adalah bagaimana caranya kita mendidik, agar keyakinan

agama dapat menjadi pengendali akhlaknya dan sekaligus menjadi alat

pengontrol atas setiap tindakan yang akan dilakukannya. Maka pendidikan

agama sekaligus dapat bersifat preventif, kuratif dan konstruktif bagi akhlak si

3Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: Biograf Publishing, 2000),

hlm. 74. 4Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Binktang,

1997), hlm. 84.

Page 3: Bab 1

3

anak,5 sehingga hal tersebut hanya mungkin, apabila agama itu masuk dalam

konstitusi pribadinya, yang berarti bahwa unsur agama terdapat dalam

pribadinya. Untuk itu, agama harus masuk bersamaan dengan pembinaan

pribadi anak sejak prenatal.

Pendidikan agama sebagai suatu proses ikhtiariah manusia

mengandung ciri dan watak khusus. Dilihat dari kedua aspek tersebut, ia

merupakan proses penanam, pengembangan dan pemantapan nilai-nilai

keimanan yang menjadi pedoman mental spiritual manusia. Di mana sikap

dan nilai keimanan seseorang adalah merupakan keseluruhan pribadi yang

menyatakan diri dalam bentuk tingkah laku lahiriah dan rohaniah, dan ia

merupakan tenaga pendorong/penegak (motivational energizing) yang

fundamental bagi tingkah laku seseorang.6

Demikian juga, pendidikan agama merupakan pendidikan yang

memerlukan sikap dan tingkah laku membina budi pekerti luhur, seperti

kebenaran, keikhlasan, kejujuran, keadilan, kasih sayang, cinta mencintai dan

menghidupkan hati nurani manusia untuk memperhatikan (muraqabah) Allah

SWT., baik dalam keadaan bersendirian maupun bersama orang lain.7

Sejak dilahirkan, anak membawa fitrah beragama. Fitrah ini berfungsi

setelah melalui proses bimbingan dan latihan.8 Hal ini sebagaimana Firman

Allah SWT. dalam surat al-Rum ayat 30 sebagai berikut:

تبديل لخلق فأقم وجهك للدين حنيفا فطرت اهللا التي فطر الناس عليها ال )30:الروم. (اهللا ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس اليعلمون

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah): (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. al-Rum: 30). 9

5Ibid. 6Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm.

214. 7Murni Jamal dkk., Metodologi Pengajaran PAI, (Jakarta: t.pt., 1985), hlm. 12. 8Lift Anis Ma’shumah, “Pembinaan Kesadaran Beragama pada Anak” dalam dalam

Ismail SM (eds.), Paradigma Pendidikan Islam, (Semarang: Fakultas Tarbiyah, 2001), hlm. 219. 9Soenarjo dkk, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 645.

Page 4: Bab 1

4

Merujuk pada ayat di atas, Fahruddin al-Razi berpendapat, bahwa

manusia lahir dengan membawa potensi tauhid, atau paling tidak ia

berkecenderungan untuk meng-Esakan Tuhannya dan berusaha secara terus

menerus mencari dan mencapai ketauhidan tersebut.10

Pendidikan agama, hendaknya dapat mewarnai kepribadian anak,

sehingga agama itu benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan

menjadi pengendali dalam hidupnya di kemudian hari, dan juga menyangkut

manusia seutuhnya. Ia tidak hanya membekali anak dengan pengetahuan

agama, atau mengembangkan intelektual anak sejak kecil dan tidak pula

mengisi dan menyuburkan perasaan agama saja, akan tetapi menyangkut

keseluruhan diri pribadi anak, mulai dari latihan-latihan amaliah sehari-hari

yang sesuai dengan ajaran agama, baik yang menyangkut hubungan manusia

dengan Tuhan, manusia dengan sesama maupun manusia dengan dirinya

sendiri.11

Dengan demikian jelas, bahwa pendidikan agama sangat penting

sekali untuk dibina dan tumbuhkembangkan pada anak. Karena pendidikan

agama adalah modal dasar (fundamen) bagi anak untuk melangkah ke dalam

hidupnya yang lebih nyata dikemudian hari. Atas dasar pendapat Zakiah

Daradjat penulis tertarik untuk mengkajinya dan penulis mengangkat

permasalahan tersebut menjadi judul skripsi: MENUMBUHKAN MINAT

ANAK TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM: STUDI

PEMIKIRAN ZAKIAH DARADJAT.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman serta kaburnya makna,

maka dalam skripsi ini, perlu diadakan arah dan penegasan beberapa istilah

pokok yang dipakai dalam penulisan skripsi yang berjudul “Menumbuhkan

Minat Anak terhadap Pendidikan Agama Islam: Studi Pemikiran Zakiah

10Fahruddin Muhammad ibn al-Umar ibn al-Husain ibnu ‘Aliy al-Famimy al-Bakry al-

Razi al-Syafi’i, Tafsir al-Kabir al-Mafatih al Ghaib, Jilid. XIII, (Baerut, Lebanon: Dar al Kutub al Ilmiah, 1991), hlm. 105.

11Zakiah Daradjat, op. cit., hlm. 107.

Page 5: Bab 1

5

Daradjat”, yakni sebagai berikut:

1. Pendidikan agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah usaha yang lebih khusus ditekankan

untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subjek peserta didik agar

lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran- ajaran

agama Islam.12 Jadi, pendidikan agama Islam adalah adalah usaha sadar

oleh pendidik kepada peserta didik untuk menanamkan nilai-nilai ajaran

Islam agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam.

2. Studi Pemikiran

Studi berarti pelajaran, penggunaan waktu dan pikiran, untuk

memperoleh pengetahuan, penyelidikan.13

Yang dimaksud dengan pemikiran adalah proses, cara, perbuatan

memikir; yaitu problem atau masalah yang memerlukan suatu

pemecahan.14

Jadi studi pemikiran maksudnya ialah pemikiran secara maksimal

untuk menelaah suatu permasalahan yang memerlukan suatu pemecahan.

3. Zakiah Daradjat

Zakiah Daradjat adalah tokoh pendidikan, psikologi dan kesehatan

mental. Beliau dilahirkan di Bukit Tinggi, Sumatera Barat pada 6

Nopember 1929. Dia lahir dari sepasang suami istri yang taat beragama.

Ayahnya bernama Haji Daradjat dan ibunya bernama Hajjah Rafiah.15

Dalam kajian ini, lebih memfokuskan pemikiran Zakiah Daradjat tentang

menumbuhkan anak terhadap pendidikan agama Islam dengan menelaah

karya-karyanya yang secara langsung memuat pemikiran tersebut.

Misalnya yaitu Ilmu Jiwa Agama, Membina Nilai-nilai Moral di

Indonesia, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental dan Ilmu Pendidikan

Islam.

12Ahmadi, Islam sebagai Paradigma Ilmu pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media,

1992), hlm. 20. 13W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1995), hlm. 965. 14Ibid., hlm. 873. 15Sumber : http://www.pdat.co.id.

Page 6: Bab 1

6

Jadi, yang dimaksudkan menumbuhkan minat anak terhadap

pendidikan agama Islam dalam kajian ini adalah bagaimana menimbulkan

kecenderungan pendidikan agama Islam pada anak dengan memfokuskan

pada pemikiran Zakiah Daradjat yang telah ditulis dalam buku-bukunya, yaitu

Ilmu Jiwa Agama, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, Peranan Agama

dalam Kesehatan Mental dan Ilmu Pendidikan Islam. Dengan kajian ini

diharapakan mengetahui pemikiran beliau tentang menumbuhkan pendidikan

agama pada anak, khususnya berkaitan dengan aspek ibadah dan akhlak.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang pemikiran di atas, maka fokus permasalahan dalam

skripsi ini adalah bagaimanakah pemikiran Zakiah Daradjat tentang

menumbuhkan minat anak terhadap pendidikan agama Islam?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka yang menjadi

tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah

konsep Zakiah Daradjat tentang menumbuhkan minat anak terhadap

pendidikan agama Islam.

2. Manfaat Penelitian

Nilai guna yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Secara metodologis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang

bernilai ilmiah bagi pengembangan pendidikan agama, lebih

khususnya Pendidikan Agama Islam (PAI).

b. Secara filosofis, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan rumusan

tentang menumbuhkembangkan minat anak terhadap pendidikan

agama, sehingga diharapkan dapat memberi kontribusi positif bagi

para pendidik anak, baik itu orang tua, guru dan institusi pendidikan.

Page 7: Bab 1

7

c. Penelitian ini sebagai bagian dari usaha untuk menambah khasanah

ilmu pengetahuan, pendidikan agama Islam khususnya.

E. Telaah Pustaka

Pada dasarnya urgensi dari adanya telaah pustaka adalah sebagai

bahan auto-kritik terhadap penelitian yang ada, baik mengenai kelebihan

maupun kekurangannya sekaligus sebagai bahan komparatif terhadap kajian

yang terdahulu. Di samping itu, telaah pustaka juga mempunyai andil yang

cukup besar dalam rangka memperoleh informasi secukupnya tentang teori-

teori yang ada kaitannya dengan judul yang digunakan untuk memperoleh

landasan teori ilmiah.16

Harus diakui, bahwa penelitian dan penulisan seputar tema-tema

pendidikan agama Islam telah banyak dilakukan. Meskipun demikian, secara

garis besar penulisan buku-buku tersebut masih belum banyak terfokus pada

kajian dan bidikannya. Oleh karenanya, dalam kajian ini sedikit banyak akan

memberikan kontribusi dan warna terhadap literatur yang sudah ada.

Penulis mengawali kajian dalam penelitian ini berangkat dari

pendidikan agama Islam, di mana di sana diingatkan bahwa pendidikan agama

Islam hendaknya ditanamkan pada anak sejak dini. Untuk lebih jelasnya,

penulisan buku-buku yang dimaksud akan dijabarkan sebagai berikut. Hal ini

untuk mengetahui posisi studi ini. Di antara sekian banyak penelitian yang

telah ada berdasarkan realitas. Tidak berlebihan kiranya penelitian yang akan

dilakukan ini benar-benar belum ada yang meneliti dan buku-buku tersebut

akan penulis paparkan sebagai berikut:

Pertama, skripsi Siti Sa’diyah yang berjudul “Pendidikan Agama pada

Anak dalam Perspektif Psikologi Agama menurut Zakiah Daradjat”. Di

dalamnya dijelaskan, bahwa pendidikan agama pada anak sangat dipengaruhi

oleh pendidikan agama yang dipengaruhi dari rumah. Secara otomatis, orang

tua sangat berperan dalam membina perkembangan pengetahuan agama pada

16Cik Hasan Bisri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi

Bidang Ilmu Agama Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1979), hlm. 39.

Page 8: Bab 1

8

anak. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan pendidikan secara

instrinsik pada anaknya, terutama pada awal-awal kehadiran anak di dunia,

sebelum anak kenal dengan dunia lain. Karena pertumbuhan agama pada anak

sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama

pada masa pertumbuhan yang awal-awal mulai mengenal Tuhan melalui

orang tua dan lingkungan keluarganya, baik berupa perkataan, sikap, tindakan

perbuatan orang tuanya yang sedikit banyak sangat berpengaruh terhadap

perkembangan agama pada anak.

Kedua, skripsi Zainul Umam (2003) yang berjudul “Pendidikan

Mental pada Masa Anak. Dari hasil kajiannya, Umam menjelaskan bahwa

pendidikan mental pada anak sangat dipengaruhi oleh pendidikan agama di

rumah. Jadi secara otomatis, orang tua sangat berperan dalam membina

perkembangan kepribadian anak. Oleh karena itu, orang tua harus

memberikan pendidikan kepada anaknya, terutama pada awal kehadirannya di

dunia. Sehingga kebiasaan yang baik yang sesuai dengan ajaran agama yang

dibawa sejak kecil akan menjadi dasar dalam membentuk pribadi anak setelah

dewasa. Oleh karena itu, apabila kepribadiannya dipengaruhi oleh nilai-nilai

agama, maka akan terhindar dari perbuatan yang tidak baik.

Ketiga, Skripsi Maryamah Dinisilah yang berjudul “Dampak Upaya

Pembinaan Moral terhadap Perkembangan Jiwa Keagamaan Remaja Menurut

Prof. Dr. Zakiah Daradjat”. Dari hasil kajian yang dilakukan Maryamah

dijelaskan, bahwa pembinaan moral terhadap perkembangan jiwa keagamaan

remaja adalah sangat penting. Karena moral merupakan perbuatan yang

didasarkan pada ajaran agama dan unsur sosial budaya yang diakui sebagai

kebenaran dalam masyarakat yang dilakukan dengan penuh kesadaran pribadi

yang bersangkutan. Oleh karena itu, menurut Zakiah Daradjat, bahwa upaya

pembinaan moral terhadap remaja dilakukan dengan cara menanamkan nilai-

nilai moral ketika masih kanak-kanak, baik dalam keluarga, sekolah dan

masyarakat, sehingga mampu menjadi pengendali ketika ia menjadi remaja

atau dewasa.

Page 9: Bab 1

9

Keempat, Ilmu Jiwa Agama, buku ini ditulis oleh Zakiah Daradjat

yang terbit tahun 1996. Dalam buku tersebut dijelaskan, bahwa perkembangan

agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang

dilaluinya, terutama pada masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari

umur 0-12 tahun. Seorang anak yang pada masa itu tidak mendapat

pendidikan agama dan tidak pula mempunyai pengalaman-pengalaman

keagamaan, maka nanti ia setelah dewasa akan cenderung kepada sikap

negatif terhadap agama.

Seyogyanya, agama masuk ke dalam pribadi anak bersamaan dengan

pertumbuhan pribadinya, yaitu sejak lahir, bukan lebih dari itu, sejak dalam

kandungan. Karena dalam pengamatan ahli, jiwa terhadap orang-orang yang

mengalami kesukaran kejiwaan, tampak bahwa keadaan dan sikap orang tua

ketika si anak dalam kandungan telah mempunyai pengaruh terhadap

pertumbuhan jiwa si anak dikemudian hari.17

Kelima, Psikologi Anak dan Remaja Muslim. Buku ini ditulis oleh

Muhammad Jamaluddin Ali Mahfudz. Dalam buku tersebut dijelaskan, bahwa

pendidikan moral Islam yang diajarkan oleh Rasulullah saw. seyogyanya

ditanamkan pada anak sejak lahir, seperti seruan adzan ke telinga seorang

anak yang baru saja dilahirkan, padahal ia belum bisa mendengarkan.

Hikmahnya adalah upaya agar yang pertama kali didengar oleh telinga si anak

adalah kalimat yang mengatakan kebesaran Allah dan kesaksian Islam. Dari

itu merupakan manifestasi demi terwujudnya kebahagiaan si anak dan kedua

orang tua, baik di dunia dan di akhirat.18

Keenam, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia. Buku ini ditulis

oleh Zakiah Daradjat yang terbit tahun 1977. Dalam buku tersebut dijelaskan,

bahwa pendidikan moral itu tidak bisa lepas dari pendidikan agama.

Penanaman jiwa agama itu harus dilaksanakan sejak si anak lahir, misalnya

dalam agama Islam, setiap bayi yang lahir diadzankan. Ini berarti, bahwa

17Zakiah Daradjat, op. cit., hlm. 58-59. 18M. Jamaluddin Ali Mahfudz, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka al-

Kautsar, t.th.), hlm. 125.

Page 10: Bab 1

10

pengalaman pertama yang diterimanya diharapkan kalimah suci dari Tuhan.19

Karena itu, pendidikan pertama yang diterima oleh si anak dari orang tuanya

adalah pendidikan agama yang akan menjadi modal dasar dalam upaya

pembinaan mental dan moralnya bila dewasa nanti.

Berdasarkan realitas tersebut di atas, tidak berlebih-lebihan kiranya

penelitian yang akan penulis lakukan ini benar-benar belum ada yang

meneliti, terutama yang berkenaan dengan pendidikan agama, kaitannya bagi

anak. Sungguhpun demikian, posisi tulisan ini di antara karya-karya peneliti

yang telah mengkaji pemikiran Zakiah Daradjat (jika ada) jelas berbeda.

Karena secara spesifik, tulisan ini akan membahas secara intensif pemikiran

Zakiah Daradjat yang merupakan dialogis kritis (ijtihad) dalam konteks

persoalan kekinian, keleluasaan dan kedalaman pemikirannya merupakan

khazanah intelektual yang dapat menjadi inspirasi dan refleksi dalam

menjawab persoalan-persoalan mutakhir, khususnya bidang pendidikan agama

Islam.

F. Fokus Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tokoh, yang memfokuskan kajiannya

pada pemikiran Zakiah Daradjat tentang menumbuhkan minat anak terhadap

pendidikan agama Islam, khususnya yang menyangkut aspek ibadah dan

akhlak. Bagi Zakiah menumbuhkan minat anak terhadap pendidikan agama

Islam harus dilakukan sejak kecil dengan lebih menitikberatkan pada aspek

ibadah dan akhlak melalui metode pembiasaan dan latihan-latihan. Karena

dengan pembiasaan dan latihan-latihan ini akan membentuk sikap tertentu

pada anak yang menjadi bagian dari pribadinya, misalnya jujur, disiplin,

sopan dan lain sebagainya.

Mengingat penelitian ingin menggali pemikiran Zakiah Daradjat tentang

menumbuhkan minat anak terhadap pendidikan agama Islam, maka penulis

mengkajinya melalui karya-karya Zakiah Daradjat tentang tema tersebut.

19Zakiah Daradjat, op. cit., hlm. 20.

Page 11: Bab 1

11

Buku-buku yang memberikan sumbangan dan secara langsung memiliki

relevansi dengan pokok permasalahan yang dikaji adalah sebagai berikut:

1. Ilmu Jiwa Agama, buku ini ditulis oleh Zakiah Daradjat yang terbit tahun

1996.

2. Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia. Buku ini ditulis oleh Zakiah

Daradjat yang terbit tahun 1977.

3. Peranan Agama dalam Kesehatan Mental karya Zakiah Daradjat terbitan

Masagung tahun 1988.

G. Metodologi Penelitian

Penyusunan skripsi ini termasuk penelitian library research, yaitu untuk

mengumpulkan data teoritis sebagai penyajian ilmiah yang dilakukan dengan

memilih literatur yang berkaitan dengan penelitian.20 Metode ini digunakan

untuk menentukan literatur yang mempunyai hubungan dengan permasalahan

yang diteliti, di mana penulis membaca dan menelaahnya dari buku-buku

bacaan yang ada kaitannya dengan tema skripsi ini, yaitu tentang

menumbuhkan minat anak terhadap pendidikan agama Islam menurut Zakiah

Daradjat.

1. Jenis Penelitian

Jenis penlitian ini adalah intelektual biografis. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui kehidupan suatu tokoh dalam hubungannya dengan

masyarakat, sifat watak, pengaruh-pengaruh internal dan eksternal yang

membentuk pemikirannya.21 Oleh karena itu, kajian ini lebih

memfokuskan kajian terhadap pemikiran Zakiah Daradjat tentang

menumbuhkan minat anak terhadap pendidikan agama Islam.

2. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat digolongkan menjadi

dua, yaitu:

20Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offsetm 2000), hlm. 9. 21Moh. Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hlm. 62.

Page 12: Bab 1

12

a. Sumber primer

Sumber data primer yang dijadikan sumber rujukan dalam

menyusun skripsi ini adalah karya-karya Zakiah Daradjat, yaitu Ilmu

Jiwa Agama, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental dan Ilmu

Pendidikan Islam.

b. Sumber sekunder

Sebagai sumber data sekunder, penulis mengambil karya

beberapa penulis yang relevan dengan subjek kajian. Buku-buku

sekunder yang digunakan antara lain: Membina Nilai-nilai Moral di

Indonesia karya Zakiah Daradjat, Psikologi Agama karya Jalaluddin,

Pembinaan Kehidupan Beragama Islam pada Anak karya Bakir Yusuf

Barmawi, Psikologi Belajar Agama: Perspektif Pendidikan Agama

Islam karya Syamsu Yusuf.

3. Metode Analisis Data

Pengolahan data penelitian yang sudah diperoleh dimaksudkan

sebagai suatu cara mengorganisasikan data sedemikian rupa, sehingga

dapat dibaca (reliable) dan ditafsirkan (interpretable).22 Adapun dalam hal

ini, penulis menggunakan beberapa metode:

a. Metode content analisis

Content analisis adalah suatu metode studi dan analisis data

secara sistematis dan objektif tentang isi dari sebuah pesan suatu

komunikasi.23 Metode ini digunakan untuk mengetahui pesan gagasan

dan pemikiran Zakiah Daradjat tentang menumbuhkan minat anak

terhadap pendidikan agama Islam sehingga diketahui secara jelas arah

pemikiran beliau.

22Saefuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 123. 23Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yoggyakarta: Rakesarasin,

1996),.hlm. 49.

Page 13: Bab 1

13

b. Metode deskriptif

Metode deskriptif adalah “metode untuk membuat pencandraan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta”.24 Dalam

hal ini, digunakan untuk memaparkan pemikiran Zakiah Daradjat

tentang menumbuhkan minat anak terhadap pendidikan agama Islam.

Adapun langkah yang ditempuh adalah menganalisis dan menyajikan

fakta-fakta secara sistematis, sehingga mudah untuk dipahami dan

disimpulkan.

Adapun analisis deskriptif ini bertujuan untuk memberikan

deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel

yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak

dimaksudkan untuk pengujian hipotesis.25

4. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Pendekatan psikologis

Anak adalah sosok yang masih kecil yang membutuhkan

bimbingan dan didikan orang lain. Anak dibekali dengan potensi

beragama. Oleh karena itu, potensi tersebut harus dikembangkan

agar sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

b. Pendekatan edukatif

Sebagai individu kecil yang memerlukan bimbingan dan

pendidikan, anak harus dididik agar dapat berkepribadian yang

mantap. Oleh karena itu, pendidikan agama Islam pada anak tidak

akan dapat berjalan dengan baik tanpa peran serta orang tua. Orang

tua sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan

anak harus dapat memberikan pendidikan agama Islam bagi anak

24Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998),

hlm. 18. 25Saefuddin Azwar, op. cit., hlm. 126.

Page 14: Bab 1

14

dengan sebaik-baiknya, sehingga anak terdorong untuk

mempelajari agama dengan baik.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk mempermudah memahami dan mencerna masalah-masalah

yang akan dibahas, maka penulis akan menyajikan sistematika penelitian

sebagai berikut:

1. Bagian muka

Pada bagian ini, memuat halaman judul, persetujuan pembimbing,

pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, deklarasi dan

abstraksi.

2. Bagian isi

Bab I Pendahuluan. Bab satu merupakan gambaran secara global

arah kajian skripsi ini, yang meliputi: latar belakang masalah, penegasan

istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka,

fokus penelitian metodologi penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II merupakan landasan teori, yang menjelaskan Pendidikan

Agama Islam bagi Anak. Pada bab ini dibagi menjadi beberapa sub bab,

yang meliputi pengertian pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan

agama Islam bagi Anak, faktor-faktor yang mempengaruhi minat anak

terhadap pendidikan agama Islam dan upaya menumbuhkan minat anak

terhadap pendidikan agama Islam.

Bab III adalah tinjauan umum terhadap pemikiran Zakiah Daradjat

tentang menumbuhkan minat anak terhadap pendidikan agama Islam.

Pembahasan bab ini difokuskan pada biografi Zakiah Daradjat, karya-

karya Zakiah Daradjat dan pemikiran Zakiah Daradjat tentang

menumbuhkan minat anak terhadap pendidikan agama Islam.

Bab IV merupakan bab analisis. Bab ini menganalisis terhadap

pemikiran Zakiah Daradjat tentang menumbuhkan minat anak terhadap

pendidikan agama Islam. Bab empat ini bagi menjadi dua sub bab. Sub

bab pertama menganalisis peran orang tua dalam menumbuhkan minat

Page 15: Bab 1

15

anak terhadap pendidikan agama Islam. Sub bab kedua menganalisis

tentang cara menumbuhkan minat anak terhadap pendidikan agama Islam

menurut Zakiah Daradjat.

Bab V merupakan bab penutup, yang terdiri atas kesimpulan dari

keseluruhan isi skripsi, saran-saran, kata penutup, daftar pustaka dan

lampiran-lampiran serta biodata penulis.