BAB 1-8TS EE-4 hmd rev. 5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fgfg

Citation preview

PT. PLN (Persero) Unit Pembangkitan Jawa Bali Sektor Pembangkitan Cilegon

BAB ILATAR BELAKANG

Dengan pertumbuhan kelistrikan sistem Jawa-Bali sebesar 6-7 % pertahun, PLN berusaha memenuhi kebutuhan listrik dengan menambah fasilitas pembangkitan tenaga listrik yang effisien, ekonomis dan dengan meningkatkan keandalan pasokan tenaga listrik. Untuk memenuhi pertumbuhan kelistrikan tersebut, diperlukan pembangunan PLTGU Cilegon dengan total daya terpasang 740 MW yang mulai beroperasi pada tahun 2006.

Gambar 1.1. PLTGU Cilegon dan Sistem Kelistrikan Jawa Bali

PLTGU Cilegon memiliki 2 Unit Gas Turbin dan 1 Unit Steam turbin yang normal operasinya adalah 2 on 1 produksi Mitsubishi. Untuk Gas Turbin kapasitasnya masing masing adalah 240 MW sedangkan untuk Steam Turbin kapasitasnya 260 MW. Dalam proses beroperasinya Gas Turbin maupun Steam Turbin tentu membutuhkan pasokan air demin yang memadai. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan air demin adalah air tawar yang diproses dalam Demineralized Water System sehingga menjadi air murni bebas dari mineral. Kebutuhan air demin yang digunakan untuk unit pembangkit utamanya adalah sebagai berikut : Untuk air pengisi tanki H2 untuk diproses menjadi gas Hydrogen. Untuk media pendingin oli Gas Turbin dan Steam Turbin di Closed Coolling Water System (CCW) Sebagai air pengisi di Heat Recovery Steam Generator (HRSG), yaitu untuk air pengisi Tanki Boiler dan sebagai air penambah di Tanki Deaerator.Demineralized Plant terdiri dari 2 train pre-filter dengan sistem mixed bed polisher. Design basisnya adalah 1 train service dan 1 train stand-by, dengan fleksibilitas 2 train dapat beroperasi secara paralel jika dibutuhkan.Kapasitas Pre-Filter adalah 30 m3/jam, ada 2 pre-filter (1 service dan 1 standby), digunakan untuk menghilangkan suspended solid dari feed water. Kapasitas Mixed Bed Polisher adalah 30 m3/jam, ada 2 mixed bed polisher (1 service dan 1 standby), digunakan untuk menghilangkan TDS (Total desoved solid) dari feed water. Material vessel adalah carbon steel dengan ketebalan internal rubberlining 5 mm. masing-masing polisher didesain untuk 3 hari service cycle (2160 m3).

H2OGambar : 1.2. Demineralized Water System

Desain polisher adalah mixed bed, dengan resin campuran kation dan anion di dalam ion exchanger vessel. Operasi dilakukan secara automatic dengan manual regeneration.BAB IIPERMASALAHAN

Dalam pengoperasian unit Demineralized Water System tidak selalu berhasil (sekali start tidak semua squance dapat berjalan dengan normal), maka perlu dilakukan start ulang, untuk memastikan suatu proses dapat berjalan dengan lancer. Dalam kondisi ini masing-masing bidang terkait, yaitu bidang instrumen dan kontrol (I&C), bidang mekanik alat bantu, bidang operasi dan bidang engineering harus turun ke lokal untuk memantau kondisi unit Demineralized Plant saat akan dioperasikan, terutama apabila unit sudah lama tidak beroperasi.Beberapa kondisi yang abnormal saat dilakukan start Demineralized Plant adalah sebagai berikut :1. Rusaknya line piping sight glass sehingga terjadi semburan campuran bahan kimia.2. Hcl transfer Pump yang rusak/bocor, sehingga pompa tidak bisa digunakan untuk unloading HCl dari tanker, dan mentransfer HCl ke HCl day tank. 3. Fungsi instrumentasi yang tidak baik, akibat lepas/menyempitnya selang udara pada feeder, sehingga harus menunggu penggantian selang dan konektornya.4. Rusaknya sejumlah besar valve akibat umur pakai, sehingga pada bagian dalam valves sudah mengalami penyempitan aliran, baik vales manual maupun yang bekerja secara otomatis.5. Rusaknya Packing flange, akibat umur pakai, sehingga terjadi kebocoran media cair pada line saat unit beroperasi.6. Rusaknya Regeneration Neutralization Pit Sump Pump, sehingga pompa tidak dapat digunakan untuk mensirkulasi kembali waste water, dan tidak dapat men-discharge neutralized water.7. Menurunnya kualitas resin/berkurangnya resin akibat terbawa saat dilakukan drain pada mixed bad.Dari berbagai kondisi diatas perlu dilakukan perencanaan pemeliharaan yang benar agar unit Demin Plant dapat beroperasi dengan aman dan lancer.

BAB IIIPERSOALAN

III.1. Manajemen Pemeliharaan Demineralized Plant Pada Pembangkitan PLTGU Cilegon, Demineralized Water System didisain untuk beroperasi selama 20 tahun yang sudah disesuaikan dengan usia Unit Pembangkit, sebagai pendukung beroperasinya Gas Turbin dan Steam Turbin. Namun pada masa beroperasinya pasti terdapat penurunan performa dari Demineralized Water System, maka diperlukan adanya sistem pemantauan dan pemeliharaan untuk menjaga Demineralized Water System tersebut supaya performanya tetap baik. Gambar 3.1. Demineralization Plant Maintenance Schedule.

III.2. Waktu pengadaan atau perbaikan Demineralized Water System relatif lamaDengan kondisi bila terjadi satu kerusakan Demineralized Water System di PLTGU Cilegon maka harus segera dilakukan penggantian, baik pengadaan parts baru ataupun perbaikannya agar unit dapat segera beroperasi normal. Namun untuk proses pengadaan atau penggantian parts baru memerlukan waktu lama, di samping karena proses pengadaan internal memerlukan koordinasi cukup panjang, ditambah lagi dengan proses eksternal yang harus inden cukup lama. Untuk proses pengadaannya sendiri membutuhkan koordinasi dengan PLN Induk UPJB untuk persetujuan sebagai dasar penerbitan SKKO. Setelah penentuan pemenang biasanya pihak ke-3 dalam mengadakan/mengirim barang ke site mengacu pada kesepakatan saat anwizing, apa bila barang-barang yang disupply dari non local (impor) memerlukan waktu 4-7 bulan, tergantung jenis barang/stock barangnya.BAB IVPRA ANGGAPAN

Kondisi Demineralized Water System PLTGU Cilegon pada bulan Maret 2013 adalah sebagai berikut:Demineralized Water System Mixed bed A telah mengalami pemeliharaan yang menyeluruh pada sistemnya, yaitu sebagai berikut :1. Pemeliharaan pada line piping, Pumps, valves dan penggantian glass metering.2. Pemeliharaan pada mixed bed, berupa pembersihan tanki mixed bad, pembersih unit nozzles, penggantian packing rubber, dan penambahan filter pada saluran over flow.3. Penggantian resin setara ke material resin yang original.4. Pemeliharaan fungsi instrumentasi yang tidak baik, dengan melepas/ mengganti selang udara dan konektornya pada feeder.5. Penormalan pola operasi sesuai Standar Operasi Sistem (SOP).

Berikut ini adalah gambar Demineralized Water System Mixbed A-B, yang perlu harus dipelihara dan dioperasikan dengan benar untuk keandalan unit.

Gambar 4.1. Demineralized Water System Mixed Bed A-B1. line piping2. rubber gasket 3. valves

Gambar 4.2. Kondisi inner parts Demineralized Water System setelah gangguan.

Dengan kondisi operasi PLTGU Cilegon yang saat ini sangat rawan terjadi gangguan operasi Demineralized Water System dampaknya sangat besar ke kinerja unit, untuk itu PLTGU Cilegon harus menyiapkan spare parts (stock) Demineralized Water System guna menjamin kesiapan dan keandalan operasi ke dua unit tersebut.

BAB VFAKTA YANG MEMPENGARUHI

V.1. Rapat Pagi Produksi dan Rapat Pagi MingguanV.1.1. Rapat Pagi Produksi Rapat Pagi Produksi, merupakan forum yang mempertemukan fungsi di bidang teknis dalam organisasi untuk membahas berbagai masalah operasi dan pemeliharaan dengan tujuan agar suatu permasalah dapat diselesaikan secara efektif dan efisien. V.1.2. Rapat Pagi Mingguan Rapat Pagi Mingguan, merupakan forum yang mempertemukan semua fungsi di bidang teknis dan non teknis dalam organisasi untuk membahas berbagai masalah operasi, pemeliharaan, pengadaan barang dan jasa, SDM dan umum dengan tujuan agar suatu permasalah dapat diselesaikan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu partisipasi aktif dari semua anggota sangat menentukan kualitas rapat.

V.2. MPI (Maintenance Priority Index)Sebagian besar dari Reliability Management Process didasarkan pada pengelolaan dari berbagai aset kritikal, namun banyak organisasi yang gagal untuk memahami sepenuhnya mengenai makna dibalik dari criticality ranking. Umumnya, aset yang kritikal memiliki dampak yang signifikan terhadap misi dari organisasi, baik tingkat produksi atau pelayanan, mutu dari produk atau pelayanan yang dihasilkan, atau biaya dari produk atau pelayanan.Namun mengikuti pola pikir demikian, organisasi seringkali terjebak untuk hanya mementingkan karakteristik tunggal yang membuat tiap aset menjadi kritikal.Dengan konstruksi yang tepat terhadap Maintenance Priority Index, organisasi akan mampu menjabarkan peningkatan reliability yang harus dibuat untuk mengelola criticality, sehingga meningkatkan kemampuan organisasi dalam mengelola asset bedasarkan criticality.

V.3. RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan)Semua bisnis seharusnya mempersiapkan rencana kerja dan anggaran, semua bisnis besar melakukannya. Hal inidimaksudkan sebagai pedoman bagi pencapaian tujuan bisnis, yaitu perolehan laba, perkembangan usaha, kesejahteraan karyawan dansebagainya. Demi memudahkan pencapaian tujuan bisnis perusahaan, cara yang mungkin dapat digunakan adalah dengan memanfaatkan fungsi-fungsi manajerial yang terdiri dari:a. Planningb. Organizingc. Actuatingd. Controlling

Yang paling tepat untuk mengukur pencapaian tujuan bisnis perusahaan yang telah ditetapkan dan pengendalian bagi manajemen adalah Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). RKAP yang disusun untukjangka waktu satu tahun merupakan Rencana Jangka Pendek (RJP) Perusahaan yang memiliki program kerja dalam bentuk bilanganyang disebut anggaran.

BAB VIPEMBAHASAN

Pengelolaan suatu unit Demineralized Water System harus dilakukan dengan baik agar bisa mempunyai nilai keandalan yang tinggi dan nilai ke ekonomisan yang tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan make up water system dan Coolling water system dihasilkan dari Demineralized Water System dengan flow rate 30M3/hr., ada dua train dengan posisi 1 operasi dan 1 stand-by. Pada kondisi normal Demineralized Plant sanggup mensupply seluruh kebutuhan Make Up Water sehingga level Make Up Water Tank seharusnya cenderung naik. Namun di awal Mei 2008 telah terjadi masalah yang dapat mengganggu keandalan operasi Demineralized Water System. Pada saat itu beban ST PLTGU Cilegon mengalami penurunan level Make Up Water Tank dan juga penurunan daya mampu ST dari 182 MW menjadi 176 MW, dikarenakan telah terjadi kebocoran pada HP Economizer HRSG 2, maka diperlukan Manajeman Pemeliharaan Demin Plant Untuk Menjaga Keandalan Unit , yaitu dengan melakukan perencanaan pemeliharaan dengan benar.

VI.1. Manfaat Dari data-data dan hasil analisis tersebut diatas dapat dihitung kerugian dari sisi kWh tidak tersalur dan kerugian kehilangan Make Up Water yang dialami PLTGU Cilegon, sebagai berikut :VI.1.2. Kerugian kWh Tidak TersalurkanSejak tanggal 14 Mei 2006 terjadi penurunan daya mampu PLTGU Cilegon khususnya untuk ST pada beban GT1 dan 2 145 MW rata-rata sebesar 182 MW -176 MW = 6 MW = 6.000 kWh. Dari Data Pengusahaan PLTGU Cilegon dapat diperoleh harga rata-rata per- kWh PLTGU Cilegon adalah Rp 453,562. Maka dari data tersebut dapat dihitung besarnya kerugian dari sisi kWh tidak tersalurkan sebelum perbaikan kebocoran dilakukan sebagai berikut :Kerugian kWh tidak tersalurkan dalam 24 jam = 6.000 x 24 = 144.000 kWh/24 jamKerugian dalam rupiah per 24 jam= 144.000 x 453,562= Rp 65.312.928,00VI.1.3. Kerugian Make Up WaterPenurunan level Make Up Water Tank semakin hari semakin besar yang mana rata-rata penurunan perhari diperoleh sebesar 0,230 m / 24 jam.Apabila data penurunan level Make Up Water Tank ini dibandingkan dengan kondisi normal, maka dapat diperoleh jumlah kerugian Make Up Water sebagai berikut :Kondisi normal kenaikan level Make Up Water= 14,48 - 12,86 = 1,62 m / 12 jam = 1,62 x 2 = 3,24 m / 24 jamTotal kerugian Make Up Water pada saat kondisi tidak normal dalam 24 jam= 3,24 + 0,230 = 3,470 m / 24 jamKerugian Make Up Water dalam 24 jam= 169,86 m2 x 3,470 m / 24 jam= 589,414 m3 / 24 jamHarga rata-rata produksi per m3 Make Up Water dari hasil perhitungan tim laboratorium adalah Rp 18.303,00, maka :Kerugian dalam rupiah per 24 jam= 589,414 x Rp 18.303,00= Rp 10.788.048,10

Dari Sub Bab VI.1.2 dan VI.1.3 dapat diperoleh kerugian total kWh tidak tersalurkan dan kerugian Make Up Water sebagai berikut :Total kerugian kwh dan Make Up Water per 24 jam = Rp 65.312.928,00+ Rp 10.788.048,10 = Rp 76.100.976,10Dengan diketahuinya besar kerugian yang diderita perhari maka hasil analisis ini memberikan manfaat :1. PLTGU Cilegon dapat menghentikan kerugian sebesar Rp 76.100.976,10 per-hari.2. PLTGU Cilegon beroperasi pada kondisi yang optimal untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.3. Pada saat kondisi krisis listrik saat itu PLTGU Cilegon memberikan kontribusi sebesar 6 MW terhadap sistem secara cuma-cuma tanpa tambahan biaya bahan bakar.VI.2 Analisa ResikoAdapun hasil analisa resiko yang dapat diperoleh dari perhitungan manfaat diatas adalah sebagai berikut :1. Dengan membiarkan kondisi tersebut diatas terjadi maka PLTGU Cilegon akan mengalami kerugian Rp 76.100.976,10 perhari dan hal ini bahkan akan cenderung lebih besar, karena Time Trend menunjukkan potensi penurunan level Make Up Water yang semakin hari semakin besar dan bukaan Low Pressure Control Valve (LPCV) yang semakin hari semakin menurun.2. Dengan melakukan analisis ini dan segera dilakukan tindakan perbaikannya maka PLTGU Cilegon telah mengurangi kerugian penurunan level Make Up Water dan kWh tidak tersalurkan sehingga PLTGU Cilegon dapat kembali beroperasi pada daya mampu yang optimal.

Bab VII. KESIMPULAN DAN SARANVII.1. KesimpulanVII.2. Saran

REFERENSI

1. Cilegon Combine Cycle Power Plant 740 MW Operation and Maintenance, Mitsubishi Electric Coorporation.

LAMPIRAN

14H. Mulyadi7095069T