BAB 1- AKHIR

Embed Size (px)

Citation preview

81

BAB 1PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahTelevisi merupakan media elektronik yang mampu menyebarkan berita secara cepat dan memiliki kemampuan mencapai khalayak dalam jumlah tak terhingga pada waktu yang bersamaan, serta media massa yang memilki kelebihan dari media massa yang lainnya, contohnya televisi merupakan media audio visual yang memiliki kecepatan dalam memperoleh informasi serta memilki kecepatan dalam memberikan informasi kepada masyarakat, serta memliki ruang lingkup yang besar yang dapat ditangkap oleh banyak orang. Sekarang ini rata-rata setiap rumah pasti memiliki televisi di rumahnya, jarang masyarakat yang tidak ada televisi di rumahnya. Televisi dengan berbagai acara yang ditayangkannya telah mampu menarik minat pemirsanya dan membuat pemirsanya ketagihan untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan. Bahkan bagi anak-anak sekalipun sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas kesehariannya dan sudah menjadi agenda wajib bagi sebagian besar anak.

1Dengan berbagai acara yang ditayangkan mulai dari infotainment, entertainment, iklan, sampai pada sinetron-sinetron dan film-film yang berbau kekerasan, televisi telah mampu membius para pemirsanya terutama anak-anak untuk terus menyaksikan acara demi acara yang dikemas sedemikian rupa. Tidak jarang sekarang ini banyak anak-anak lebih suka berlama-lama di depan televisi dari pada belajar, atau bahkan banyak anak yang hampir lupa akan waktu makannya karena televisi.Anak anak berfikiran bahwa acara televisi itu bagus, mereka merasa senang dan terhibur serta merasa penasaran untuk terus mengikuti acara demi acara ini merupakan suatu masalah yang terjadi di lingkungan kita sekarang. Anak-anak akan betah di depan televisi karena televisi dapat menampilkan suatu peristiwa yang itu benar terjadi.Televisi bisa membuat anak-anak terbawa oleh tayangan-tayangan tersebut, dan tayangan itu ditayangkan secara bertahap, jadi anak-anak akan penasaran dengan cerita selanjutnya. Aktifitas menonton televisi pada anak-anak selalu mendapat sorotan dari berbagai kalangan. Hal ini berkaitan dengan siaran televisi tersebut, banyak orang menyatakan bahwa tayangan televisi dianggap tidak mendidik. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan tayangan televisi banyak memberikan dampak terhadap anak-anak, tidak hanya dampak positif tapi juga memiliki dampak negatif terhadap perilaku anak. Kita lihat dampak positif dari televisi dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap anak-anak, contohnya Seperti acarabolang, laptop si unyil, koki cilik, asal-usul, dunia ikan. Acara tersebut membuat anak mengenal daerah geografis dunia, mengenal negara, mengetahui proses pembuatan barang-barang, tahu permainan tradisional, dan adat istiadat, mengenal bagaimana bersosialisasi yang baik dengan maasyrakat. Selain itu acara kartun anak upin ipin, krisna, sang penolong dan sebagainya, tayangan yang dapat menimbulkan rasa simpatik dan memupuk jiwa sosial sikap menghormati dan toleransi yang menjadikan anak bijak dan berakhlak mulia. Selain menambah wawasan dan pengatahuan televisi menjadikan waktu berkumpul buat keluarga di ruangan keluarga, karena sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sedangkan dampak negatif dari televisi terhadap perilaku anak yaitu: pertama, anak yang sering menonton televisi akan berdampak pada kemampuan dan berbahasa yang rendah dari pada anak yang tidak menonton televsi, anak yang sering menonton televisi dia akan sering menggunakan bahasa yang di dengarnya di televisi. Kedua menunda-nunda dan malas belajar, anak yang kecanduan menonton televisi akan malas buat belajar karena anak sudah terpengaruh dengan tayangan yang dia lihat, anak lupa dengan tugasnya untuk belajar yang ada dalam fikirannya hanyalah tayangan di televisi yang dia sukai itu. Contohnya saja kita lihat sekarang ini acara-acara yang disuguhkan yang membuat daya tarik anak tinggi, seperti tayangan tendangan si madun, raden kian santang, yuk keep smlie (YKS), film kartun. Itu merupakan tayangan yang lagi axis sekarang yang memilki daya tarik yang tinggi. Kita lihat tayangan tendangan si madun, itu tayangan yang disukai anak-anak, karena tayangan ini dimainkan oleh anak-anak juga dan memberikan daya tarik agresif terhadap anak karena adanya suatu kepandaian dari si pemain yaitu tendangannnya yang luar biasa. Sedangkan tayangan kian santang, ini salah satu tayangan yang disukai juga anak-anak, karena tayangan ini, menayangkan pergulatan yang menarik dan ini dimainkan juga oleh anak-anak. Yang terakhir yuk keep smile (YKS) tayangan ini memiliki daya tarik yang tinggi, di mana tayangan mampu membius anak-anak untuk terlibat dalam acara ini, seperti adanya goyangan caisar, goyangan bang jali dan sebagainya. Secara tidak langsung anak-anak yang masih polos dengan adanya gaya baru yang lucu energik, anak akan ikut-ikutan meniru gaya tersebut. Sedangakan yang ketiga anak menjadi konsumtif, iklan-iklan yang ditayangakan berkali-kali menjadikan anak membeli produk yang dipromosikan. Apalagi di zaman yang sekarang ini, anak anak ingin setara dengan teman-temannya, apabila temannya memilki barang yang bagus dan mewah, maka dia juga ikut-ikuatan untuk memiliki barang tersebut, seperti cara berpakaian, ponsel, serta kendaraan. Selain itu anak juga berpengaruh terhadap perkembangan seksnya, tayangan di televisi yang menayangkan adegan pacaran, cium-ciuman, serta berpelukan dengan gampangnya mengakibatkan anak yang masih belum pantas pacaran jadi sudah mengenal dan tahu juga apa itu pacaran. Kita lihat dalam setiap tayangan di televisi adanya tulisan R-BO (remaja, bimbingan orang tua) artinya tayangan ini boleh dilihat remaja dan itu harus adanya bimbingan atau pengawasan dari orang tua. Anak-anak tidak disebutkan karena anak-anak termasuk dalam bimbingan orang tua (BO), jadi setiap apa yang ditonton anak-anak harus adanya bimbingan dan kontrol dari orang tua, anak- anak yang masih polos mudah terpengaruh dan terbawa suasana terhadap apa yang di lihatnya di televisi. Oleh sebab itu sebagai orang tua, pendidik maupun cendekiawan kita sepatutnya merasa khawatir terhadap pengaruh yang diakibatkannya terhadap anaknya. Kekhawatiran akan pengaruh tayangan di televisi kepada anak patut menjadi alasan yang kuat, disebabkan karena anak-anak adalah makhluk yang belum dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Anak-anak cenderung menganggap apa yang tampak di televisi adalah apa yang benar adanya, dan sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Anak-anak belum dapat berfikir kritis, hingga mereka cenderung untuk menerima apa saja nilai yang ditawarkan oleh televisi. Informasi yang didapat di televisi lebih lama mengendap dibandingkan media lain, karena informasi yang diperoleh melibatkan dua indra yaitu pendengaran (audio) dan penglihatan (visual). Kemudian gambar yang disajikan merupakan bentuk, karakter yang sesungguhnya, selain itu salah satu yang membuat anak-anak betah menonton televisi karena rasa ingin tahunya yang tinggi Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan pada tanggal 19 sampai 22 oktober di Kenagarian Limau Puruik Kabupaten Padang Pariaman, pengamatan itu penulis lakukan terhadap empat keluarga, yang mana keluarga pertama memilki lima orang anak, keluarga kedua memiliki tiga orang anak sedangkan keluarga ketiga dan keempat memilki dua orang anak. Penulis tertarik melakukan penelitian ini, karena penulis melihat anak-anak lebih suka berlam-lama di depan televisi dari pada di meja belajar, itu semua penulis lihat dengan adanya salah satu anak yang tidak naik kelas, dan ada lagi anak-anak yang prestasinya rendah. Bahkan waktu makannya sempat tertunda karena keasyikan menonton televisi, selain itu anak-anak ini dalam berbicara dengan teman-teman sebayanya, suka menggunakan bahasa yang tidak bagus, seperti berkata kasar kepada teman-temannya. Dan ada juga anak menggunakan bahasa gaul, seperti loe, gue, kamu, itu semua didapatnya dengan adanya sinetron yang tidak pantas atau tidak kapasitas dari anak tersebut. Anak-anak juga menjadi konsumtif dengan meniru cara berpakaian, cara berdandan, dan lain-lainnya. Contohnya saja salah satu anak berani mengunting rambutnya sendiri untuk meniru model rambut gaul yang ada di televisi. Selain itu tayangan televisi juga menampilkan tayangan yang berbau kekerasan, yang menjadikan anak menjadi agresif dan keras. Penulis tertarik melakukan penelitian ini karena menyaksikan suatu adegan pada saat ada acara salah satu keluarga di Kenagarian Limau Puruik seorang anak memanjat kursi lalu melompat dari atas kursi tersebut, karena masih anak-anak tidak berfikir apa yang akan terjadi, ternyata pas dia melompat dari atas kursi tersebut disambutnya sama meja, dan akhirnya anak mengalami luka di keningnya karena kena bentur oleh meja. Setelah anak sadar saya bertanya kepada anak kenapa dia melakukan hal seperti itu, ternyata jawabannya karena dia ingin terbang, seperti kerajaan kian santang, tendangan si madunTapi setelah itu saya mencoba bertanya kepada orang tuanya, ternyata orang tua juga menjawab hal yang sama, dia sering melihat film yang berbau seperti itu, dia suka karena melihat anak tetangga yang suka menonton film tersebut, dan anak ini sering bermain sama anak tetangganya, jadi secara tidak langsung anak terpengaruh juga sama teman sebayanya. Tidak itu saja saya juga melihat anak-anak sering berbuat kasar dengan dengan teman sebayanya, yang lebih parahnya lagi kepada saudaranya sendiri, ada salah satu keluarga di dalam rumah itu ada empat anak-anak dan itu laki-laki semua, jadi dalam keluarga ini anak-anak tersebut karena hampir sebaya dia sering berantam bahkan sampai melukai saudaranya.Anak yang menonton tayangan di televisi yang tidak sesuai dengan kapasitasnya itu karena anak terlalu bebas tidak adanya kontrol dari orang tua, dan orang tua sibuk dengan pekerjaannya dan membiarkan anak sibuk dengan kegiataannya sendiri. Padahal televisi sangat berpengaruh terhadap moral anak, anak menjadi keras, berkata-kata kasar kepada orang-orang terdekatnya, terkadang anak sering bertindak kasar kepada teman dan saudaranya dengan menendang bahkan melukai temannya, anak tidak dapat mengontrol emosinya karena sering melihat adegan kekerasan. Dan anak juga tidak tahu lagi dengan tugasnya, saat orang tua minta tolong dia tidak mengerjakan apa yang orang tuanya suruh, karena terlalu mendalami akting-akting dalam sinetron dia sering melakukan tindakan itu sesama saudaranya. Di depan televisi itu dia sering melakukan tindakan-tindakan kekerasan sesama saudaranya.Bertolak dari pemikiran tersebut, penulis ingin mengetahui apa dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak dan mengangkat permasalahan tersebut menjadi topik penelitian yang berjudul Dampak Tayangan Di Televisi Terhadap Perilaku Anak di Nagari Limau Puruik Kabupaten Padang Pariaman. B. Fokus Penelitian Dan Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah tersebut maka fokus dalam penelitian ini adalah mengkaji tentang dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak. Sedangkan rumusan masalah sebagai berikut :1. Apa negatif tayangan di televisi terhadap perilaku anak di Nagari Limau Puruik Kabupaten Padang Pariaman?2. Bagaimana upaya orang tua mengatasi dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak di Nagari Limau Puruik Kabupaten Padang Pariaman?C. Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan adalah sebagai berikut :1. Untuk mengetahui dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak di Nagari Limau Puruik Kabupaten Padang Pariaman.2. Untuk mendeskripsikan upaya orang tua mengatasi dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak di Nagari Limau Puruik Kabupaten Padang Pariaman. D. Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada ilmu sosial dan moral, terutama berkaitan dengan perilaku anak, yaitu :1. Manfaat teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan pada ilmu pendidikan nilai dan moral, terutama berkaitan dengan perilaku anak, yaitu : gambaran dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak. 2. Manfaat praktisa. Bagi penulisKegiatan penulis dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam melakukan penelitian khususnya tentang dampak tayangan ditelevisi terhadap perilaku anak. b. Bagi institusi Mengingat dampak buruk dari yangan televisi ini, memang kita berharap banyak kepada KPI untuk terus bersikap tegas kepada televisi yang membandel, yang kadang hanya mengutamakan keuntungan materi semata tanpa mempedulikan kehancuran generasi bangsa ini karena keburukan akhlak yang disebabkan menonton tayangannya yang disuguhkan.

BAB IIKAJIAN PUSATAKAA. Kajian Teori1. Kajian Tentang Dampak Tayangan di Televisi Terhadap Perilaku Anak.a. TelevisiTelevisi secara sederhana dapat dimaknai sebuah media telekomunikasi terkenal yang digunakan untuk memancarkan dan menerima siaran gambar bergerak, baik itu yang monokrom (hitam putih) maupun warna, biasanya dilengkapi oleh suara. Menurut Arief (2012:71) televisi adalah : media yang menyampaikan pesan-pesan pembelajaran secara audio-visual dengan disertai unsur gerak. Televisi salah satu media massa elektronik yang dapat menyiarkan siarannya dalam bentuk gambar atau video atau dikenal dengan media massa audio visual. Menurur Dennis (dalam Mulyana 2008:12) media massa merupakan filter yang menyaring sebagian pengalaman dan menyoroti pengalaman lainnya sekaligus kendala yang mengahalangi kebenaran.

10 Sedangkan menurut Santrock (2007:24) menonton televisi pendidikan selama masa kanak-kanak dihubungkan dengan akibat positif dan bahwa seringnya menonton acara kekerasan selama masa kanak-kanak dihubungkan dengan akibat yang negatif. Televisi dengan mudah merubah pola fikir anak, dengan masa anak-anak yang masih polos, dan belum stabil, jika anak-anak sering menonton televisi yang berbau negatif secaraa tidak langsung anak-anak akan terpengaruh dengan itu. (http://www.kpi.go.id/index.php) Karakter huruf BO yang selama ini dikenal sebagai bimbingan orang tua bukanlah klasifikasi acara sebagaimana diatur dalam P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran) KPI (komisi penyiarn indonesia) tahun 2012. Klasifikasi acara hanya meliputi P (pra sekolah), A (anak), R (Remaja), D (Dewasa) dan SU (semua umur). Khusus untuk klasifikasi acara P, A dan R harus disertai dengan tambahan karakter huruf BO menjadi P+BO, A+BO atau R+BO sebagai arahan dan petunjuk bimbingan orang tua, jelas Sukri seraya mengingatkan seluruh stasiun TV agar menampilkan klasifikasi acara pada posisi atas layar televisi sepanjang acara berlangsung untuk memudahkan khalayak penonton mengidentifikasi acara yang sedang disaksikannya.Dari pendapat para ahli di atas maka penulis dapat menyimpulkan televisi adalah media elektronik yang mampu meyebarkan berita secara cepat dan memilki kemampuan mencapai khalayak dalam jumlah tak terhingga pada waktu yang bersamaan. Serta suatu penglihatan jarak jauh yang dapat menayangkan gambar objek yang bergerak yang disertai dengan bunyi. Jadi televisi adalah media masa yang memilki sisi positif dan negatif, sisi positif dimana dapat memberikan informasi secara cepat dan langsung sedangkan sisi negatif televisi menampilkan tayangan atau adegan yang tidak baik bagi masyrakat terutama anak-anak. Tayangan televisi antara lain sinetron dimana terkandung begitu banyak adegan-adegan kekerasan baik fisik maupun mental,

b. Perilaku anak atau karakter anakBuah tak jatuh jauh dari pohonnya, peribahasa ini dikaitkan dengan karakter anak yang seringkali mirip dengan orang tuanya. Karakter juga bisa dikatakan bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak adapun berkarakter, adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat dan berwatak. Iskandar (2011: 33) karakter adalah : sifat atau perilaku dasar khas seseorang dalam keseharian hidupnya yang secara otomatis ia lakukan atau merespon terhadap suatu kejadian atau keadaan. Menurut Theresia (2004:8) mengatakan: mengajarkan anak untuk berperilaku baik tidaklah sesulit yang kita bayangkan. Pada umumnya anak-anak sangat memahami konsep perilaku yang baik sepanjang mereka juga di perlakukan dengan cara yang sama. Banyak cara yang digunakan orang tua untuk mencegah anak-anak berbicara kasar, dengan menggunakan kata seru alternatif yang lebih bisa diterima seperti astaga, busyet, ya ampun, gile bener, yang bisa membuat si kecil menjadi tekekeh-kekeh.

Sedangkan Menurut Somanti (2007 : 43) bentukbentuk tingkah laku sosial yang biasa dijumpai pada masa anak-anak adalah :1. Negativisme Negativisme merupakan gabungan antara keyakinan diri, perlindungan diri, dan penolakan terhadap yang berlebihan.2. AgresiAgresi merupakan tindakan nyata dan mengancam sebagai ungkapan rasa benci. 3. Kerja samaPada usia tiga atau empat tahun mereka mulai dapat bekerja sama.4. Tingkah laku menguasaiSebagai tindakan untuk mencapai atau mempertahankan penguasaan suatu situasi sosial, bila diarahkan dengan tepat akan berkembang menjadi kepemimpinan.5. Kemurahan hati Kecendrungan anak untuk mengesampingkan diri sendiri demi kepentingan kelompok6. Ketergantungan Sebagai keinginan untuk mendapatkan bantuan dari orang lain untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukannya dari orang lain untuk melakukan hal-hak yang tidak dapat dilakukannya sendiri atau dianggapnya tidak dapat dilakukannya sendiri.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan tingkah laku pada masa anak-anak dengan mudah menangkap suatu kejadian yang dia temui dilingkungan, bentuk-bentuk tingkah laku pada masa anak-anak diantaranya negativisme salah satu sifat yang lebih cendrung menolak terhadap yang berlebihan salah satunya dipengaruhi dengan tayangan ditelevisi karena tayangan yang menayangkan tayangan yang tidak sesuai dengan kapasitas anak, selain itu tayangan yang menyiarkan berbentuk kekerasan. Pada masa anak-anak akan suka dengan permainan yang menantang, dan itu bisa megakibatkan anak menjadi keras. anak-anak dalam perkembangannya mengalamai berbagai tahap, dari berbagai tahap tersebut anak akan mengalami perubahan sifat atau perilakunya. Menurut Piaget (dalam Syakwam 2005:62) perkembangan seseorang berlangsung melalui tahapan yaitu :1. Tahap pre-moral, dimana pada tahapan ini anak tidak memiliki perasaan kewajiban untuk mentaati peratutan-peraturan. Pada anak-anak usia 0 sampai 4 tahun pelaksanaan peraturan bersifat motor aktiviti, belum ada kesadaran akan adanya aturan yang harus ditaati.2. Tahap heteronomi. Pada tahap ini anak telah memiliki perasaan bahwa yang benar adalah patuh pada aturan dan kewajban yang sama untuk menyerah pada aturan dan kewajiban yang sama untuk menyerah pada kekuasaan dan penghukuman, tahapan biasanya dialami oleh anak yang berusia 4 sampai 8 tahun. 3. Tahap otonomi. Pada tahap ini anak telah mempertimbangkan tujuan dan konsekwensi dari mengapa mereka harus mentaati aturan, tahap ini biasanya di alami oleh anak yang berusia antara 8 sampai 12 tahun. Perilaku anak yang polos akan terpengaruh menjadi agresif atau keras, karena sering melihat hal-hal yang berbau kekerasan di televisi, secara tidak langsung karena dalam kesehariannya sering menonton tayangan yang berbau kekerasan maka anak akan melakukan atau merespon kejadian tersebut. Perilaku anak menjadi terarah negatif bahkan keras dalam kesehariannya berakibat fatal bagi lingkungan sekitarnya, terutama keluarga karena anak akan tumbuh menjadi keras, melakukan tindakan semaunya tanpa memikirkan efeknya, karena dia beranggapan dia selalu benar dan berkuasa.c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku anakAnak-anak yang masih polos terkadang tidak bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk mereka akan terbiasa dengan apa yang dilihat dan dialaminya dalam sehari-harinya, anak akan tumbuh dan berkembang bagaimana anak dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya sehari-hari, apabila anak tinggal dilingkungan yang baik, maka anak akan tumbuh dengan baik juga, begitu juga sebaliknya anak yang tinggal dilingkungan yang tidak baik terutama lingkungan keluarga, keluarga adalah kunci utama dalam membentuk perilaku anak. Jika orang tua tidak memerhatikan perkembangan anak sibuk dengan pekerjaannya saja, anak akan merasa dirinya tidak bahagia karena kurangnya kasih sayang dan perharian dari orang tua, yang mengakibatkan anak tidak bahagia dan prustasi. Menurut Yekti (2010:66-70) stres pada anak-anak dapat disebabakan oleh hal-hal berikut :1. Lingkungan keluargaLingkungan keluarga memegang peranan penting bagi anak-anak. Keluarga yang damai dan harmonis akan memberi kenyamanan pada anak sehingga anak-anak dapat tumbuh berkembang dengan baik, sebaliknya lingkungan keluarga yang tidak harmonis menyebabkan anak rentan stres.2. Pola asuh orang tua Tidak dapat dipungkiri, pola asuh orang tua terhadap anak sekarang ini sangat berbeda dengan pola asuh orang tua di masa lalu. Dengan adanya kesibukan dan tuntunan ekonomi yang semakin tinggi, tidak jarang pasangan suami istri harus bekerja sehingga menyerahkan pengasuhan anak-anak kepada pembantu3. Tekanan dari temanLingkungan sosial dan pergaulan adalah hal yang tidak mungkin dihindari oleh anak-anak. Sangatlah penting bagi orang tua untuk mengarahkan agar anak-anak mendapatkan lingkungan pergaulan yang seimbang dan harmonis. Pada masa anak-anak perlunya kontrol atau pengawasan dari orang tua, orang tua tidak hanya sibuk dengan kerjanya, tanpa adanya kontrol dari orang tua anak akan bebas dan mencari kesibukan atau kesenangaan dengan sendirinya , salah satunya dengan menonton televisi. Anak yang merasa kesepian lebih cendrung menghabiskan waktunya di depan televisi. Selain itu orang tua juga harus bisa mengarahkan pergaulan anak, karena lingkungan teman sebaya akan berpengaruh terhadap perkembangan anak, anak dengan mudah meniru sifat dari teman sebayanya.Sedangkan (http://www.diaryapipah.com) faktor-faktor yang mempengaruhi anak diantaranya : 1. Faktor teman sebayaMakin bertambah umur, si anak makin memperoleh kesempatan lebih luas untuk mengadakan hubungan-hubungan dengan teman-teman sebayanya, sekalipun dalam kenyataannya perbedaan-perbedaan umur yang relatif besar tidak menjadi sebab tidak adanya kemungkinan melakukan hubungan-hubungan dalam suasana bermain.Konflik-konflik terjadi pada anak bilamana norma-norma pribadi sangat berlainan dengan norma-norma yang ada di lingkungan teman-teman.2. Keragaman budayaBagi perkembangan anak didik keragaman budaya sangat besar pengaruhnya bagi mentaldan moral mereka. Ini terbukti dengan sikap dan prilaku anak didik selalu dipengaruhi oleh budaya-budaya yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka. Pada masa-masa perkembangan, seorang anak didik sangat mudah dipengaruhi oleh budaya-budaya yang berkembanga di masyarakat, baik budaya yang membawa ke arah prilaku yang positif maupun budaya yang akan membawa ke arah prilaku yang negatif.3. Media MassaMedia massa adalah faktor lingkungan yang dapat merubah atau mempengaruhi prilaku masyarakat melalui proses-proses. Media massa juga sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan seseorang, dengan adanya media massa, seorang anak dapat mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan dengan pesat. Media massa dapat merubah prilaku seseorang ke arah positif dan negatif. Contoh media massa yang sangat berpengaruh adalah media massa saat ini berkembang semakin canggih. Semakin canggih suatu media massa maka akan semakin terasa dampaknya bagi kehidupan kita. Televisi sangat mudah mempengaruhi masyarakat, khususnya anak-anak yang dalam perkembangan melalui acara yang disiarkannya

Jadi dapat disimpulkan tayangan di televisi dapat mempengaruhi perilaku anak dengan tayangan-tayangan yang disiarkannya, yang membuat anak terbawa dengan adegan dari pemain di film tersebut. Yang paling berperan penting terhadap perkembangan dari perilaku anak adalah keluarga. Karena keluarga lingkungan yang paling utama dan terdekat yang mengawasai dan mengontrol setiap kegiatan anak di rumah serta dari keluarga yang memberikan pendidikan awal dan keterampilan terhadap anak, apabila anak didik dengan baik, maka anak akan tumbuh dengan baik pula, begitu juga sebaliknya.orang tua yang sibuk dengan kegiatannya menjadikan anak tidak mendapatkan perhatian dari orang tua Kedua faktor lingkungan, lingkungan juga berpengaruh terjahadap perilaku anak, karena anak sering berada di lingkungan tersebut jadi anak akan terpengaruh dengan lingkungan tersebut. Ketiga teman sebaya,anak akan mudah terpengaruh dengan teman-temannya, karena anak beranggapan apa yang dilakukan temannya dia akan melakukan itu juga. Terakhir media massa atau televisi, merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku anak, karena media massa mampu membius anak-anak untuk mengikuti semua perkembangan yang ada terhadap media massa, diantaranya televisi. Televisi mampu menjadikan anak penasaran dengan tayangan yang disajikannya.3. Dampak Tayangan di Televisi Terhadap Perilaku AnakTelevisi memberikan dampak positf dan negatif terhadap anak, kita lihat televisi sekarang ini lebih banyak memberikan dampak negtif dari pada dampak positif terhadap anak, karena tayangannya yang mengajarkan tidak baik terhadap anak. Tapi televisi juga memilki dampak positif terhadap anak yang memberikan pengetahuan dan informasi dengan cepat, sebenarnya yang paling berperan penting dalam mengatasi dampak televisi ini adalah orang tua, orang tua harus bisa memberikan kontrol dan pengawasan terhadap anak saar menonton televisi. Kuswandi (http://www.academia.com) mengatakan dampak positif dan televisi secara psikologis:a. Televisi dapat menjadi salah satu hiburan utama, karena dapat menghilangkan kejenuhanb. Televisi dapat menjadi informasi yang menyajikan beragam berita, baik dalam negri maupun luar negric. Bila televisi menyajikan acara-acara yang berhubungan dengan pendidikan, tentu hal ini sangat berguna bagi pelajar.d. Televisi banyak menampilkan tokoh-tokoh yang memilki pengaruh baik dalam dunia pendidikan, dunia usaha, dunia hiburan, dan lain-lain

Sedangkan Arief (2012:71) menyatakan televisi mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut:a. Televisi dapat menerima, menggunakan dan mengubah atau membatasi semua bentuk media yang lain, menyesuaikannya dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai.b. Televisi merupakan medium yang menarik, modern dan selalu siap diterima oleh anak-anak karena mereka mengenalnya sebagai bagian dari kehidupan luar sekolah mereka c. Televisi dapat memikat perhatian sepenuhnya dari penonton. Seperti halnya film, televisi menyajikan informasi visual dan lisan secara simultan.d. Televisi mempunyai realitas dari film tapi juga mempunyai kelebihan yang lain yaitu immediacy (objek yang baru saja ditangkap kamera dapat segera dipertontonkan) e. Sifatnya langsung dan nyata. Dengan televisi siswa tahu kejadian-kejadian mutakhir, mereka bisa megadakan kontak dengan orang-orang besar/terkenal daalam bidangnya, melihat dan mendengarkan mereka berbicara. f. Televisi dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru dalam hal mengajar

Dari pendapat penulis di atas dapat disimpulkan bahwa televisi juga memilki dampak positif yang terhadap perilaku anak, karena televisi adalah suatu media massa yaang menyajikan informasi secara langsung fakta dan nyata serta penyajiannya yang cepat dan televisi juga menyajikan informasi visual yang luas, dan cepat. Selain itu televisi memberikan pendidikan dan pengetahuan dari tayangan yang disajikannya, serta tokoh-tokoh yang yang memberikan peran penting dalam pendidikan atau sebagai motivator bagi anak-anak.Kuswandi (http://www.academia.com) menyatakan beberapa dampak negatif televisi secara psikologis: a. Membuat lupa waktu, apabila sudah menonton televisi bahkan merasa malas melakukan suatu pekerjaan karena keasyikan menonton televisi. b. Banyaknya acara-acara yang tidak mendidik di televisi bisa mempengaruhi kejiwaan seseorang, contohnya film kekerasan atau berita kriminal adalah beberapa acara yang tidak patut ditonton oleh anak kecil maupun remaja, mereka bisa saja meniru adegan yang mereka tontonc. Menonton terus menerus juga merusak kesehatan d. Televisi dapat meningkatkan konsumsi lebih meningkat Televisi dapat menjadikan anak-anak berlama-lama di depan televisi dari pada di meja belajar karena anak sudah terpengaruh dengan tayangan yang membuat anak penasaran dan selalu ingin mengikuti acara yang disukainya. Keasyikan mengikuti tayangan di televisi anak malas belajar menjadikan rendahnya prestasi belajar anak, karena anak tidak ada mengulang kembali pelajaran yang dia dapat dirumah, malahan anak di rumah lebih sering menonton televisi.Sedangkan menurut Heru (2008:13-14) ada beberapa dampak negatif dari televisi :a. Banyak remaja dan beberapa anak dibawah usia 12 tahun merasa ketinggalan zaman jika dirinya tidak menggunakan sebutan elo dan puluhan gaya ujaran yang masih terus ditebarkan dalam pergaulannya. Keragaman budaya indonesia seakan raib.b. Kurang diutamakannya unsur edukatif (tanpa menggurui atau menceramahi) bagi perkembangan anak dan remaja. Kerap kali tayangan yang dimaksudkan untuk mendidik justru berdampak sebaliknya. Dalam tayangan misteri dan hantu misalnya tampilnya ulama sering kali hanya dimaksudkan sebagai tempelan, sekedar pembenaran apa yang disajikan sebelumya. c. Tidak terlindunginya anak dan remaja dari tayangan yang memuat kekerasan verbal dan visual. Kekerasan verbal yang dimaksud adalah segala macam makian, sumpah serapah dan kalimat lain yang tidak ditujukan untuk diucapakan anak dan remaja.

Tayangan di televisi mempengaruhi pola fikir anak, anak beranggapan bahwa tayangan di televisi merupakan gaya yang modern dan yang di terapkan dalam kehidupan sehari-harinya, misalnya bahasa loe, gue itu dianggapnya gaul. Anak akan mengikuti gaya dan bahasa tersebut karena kalau tidak anak dianggap ketinggalan zaman dan kurang pergaulan. Selain itu tayangan yang bersifat mustahail seperti film yang bisa terbang serta kekerasan menjadikan anak terbawa dengan adegaan tersebut. Selanjutnya Heru (2008:38) menyatakan:

Dalam banyak dialog drama dan iklan ditelevisi sering kita jumpai penggunaan kata elu dan gue. Variasi ucapan dari kata elu bisa berupa elo, lo, loh atau lu, sementara gue bisa berupa gua dan gueh. Selain itu percakap kasihan...deh lu...! yang cukup merajalela persebarannya melalui televisi, begitu dahsyatnya ujaran itu merasuk dimasyrakat samapi-sampai suatu program televisi menggunakan ujaran ini sebagai nama acaranya.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwasanyaa televisi memilki dampak negatif terhadap anak-anak, karena kita lihat banyaknya tayangan-tayangan yang tidak mendidik yang dapat mempengaruhi perilaku anak. Gaya bahasa dan cara berinteraksi bahkan sifat dan perilaku yang mencerminkan tidak baik dari tayangan-tayangan yang diguhkan televisi menjadikan anak terbawa dan sangat mudah terpengaruh dengan itu semua. Anak meniru itu semua karena mereka takut di anggap ketinggalan zaman atau kurang pergaulan. Menurut Milton (1996:38-47) enam mitos yang tesebar luas menganai televisi dan fakta-fakta yang menyangkalnya :1. Mitos : televisi adalah medium pasif. Anak menjadi boneka mati diatas sofaFakta : acara-acara di televisi pendidikan bisa secara aktif melibatkan anak, baik secara fisik maupun intelektual.2. Mitos : televisi menghambat pertumbuhan otak yang sehat, televisi menganggu gelombang otak anakFakta : pola-pola gelombang otak selama menonton televisi sangan serupa dengan kegiatan otak selama kegiatan-kegiatan lain3. Mitos : televisi memperpendek rentang perhatian anak-anakFakta : acaraacara televisi pendidikan bisa benar-benar meningkatkan perhatian dan keterampilan kognitif anak-anak4. Mitos : Jika anak menonton televisi, anak akan menjadi murid yang bodohFakta : tergantung pada apa dan seberapa banyak yang ditonton si anak5. Mitos : jika anak menonton televisi, ia tidak akan menjadi pembaca yang baik. Fakta : program-program anak-anak yang bermiti bisa benar-benar memotivasi anak-anak untuk membaca buku dan mencintai kegiatan membaca6. Mitos : jika anak menonton televisi yang mendidik maupun yang menghibur, ia akan mengharapkan gurunya suka menyanyi dan menariFakta : anak-anak kecil memahami benar bahwa kedua dunia itu terpisah, begitu pula konvensi-konvensi televisi dan ruang kelas.

Dapat penulis simpulkan bahwasaya televisi memilki dampak positif dan negatif terhadap perilaku anak. Diantaranya dampak positif dari televisi terhadap perilaku anak adalah dapat menambah wawasan dan pengetahuan, memberika informasi baik dalam negeri maupun luar negeri, sedangkan dampak negatif, menjadikan anak lupa akan tugas dan kewajibannya, menjadikan anak terpengaruh dan konsumtif, bahkan mejadikan anak meniru setiap adegan dari tayangan di televisi. Anak yang memiliki sifat yang tidak baik, berdampak negatif dari tayangan yang ada di televisi, semua itu juga tergantung dari orang tuanya, bagaimana orang tua mendidik dan mengawasi serta mengontrol anak pada saat menonton televisi. 2. Upaya yang Dilakukan Orang Tua Terhadap Dampak negatif Tayangan di Televisi Terhadap Perilkau Anak

Menurut james 2005:22 (dalam http://mazdalifahjalil.wordpress.com ) beberapa upaya orang tua pada saat dirumah: 1) Orang tua harus meluangkan waktu untuk bermain dan membaca bersama anak sebanyak mungkin2) Batasi anak menggunakan media layar seperti: televisi, bioskop dan video games.3) Tidak membolehkan anak menonton televisi sampai anak berusia 2 tahun4) Rencanakan dengan seksama dan diskusikan media yang akan dipilih dengan anak5) Analisa semua proses komunikasi6) Sensor media yang memuaskan, dan sediakan media yang cocok/pantas7) Menekankan pembangunan pada bagian baru otak8) Mencoba menonton bersama keluarga9) Membangun system nilai bersama anak

Sedangkan(dalam http://j3sra3l.files.wordpress.com.) cara mengatasai dampak negatif tayangan pada anak dapat disimpulkan sebagai berikut :a. Pengawasan tayangan televisi yang baik untuk anakOrang tua harus dapat memilih acara yang sesuai dengan usia anak. Jangan biarkan anak menonton acara yang tidak sesuai dengan usianya. Walaupun ada acara yang memang untuk anak-anak, perhatikan dan analisa apakah sesuai dengan anak-anak. Maksudnya tidak ada unsur kekerasan atau hal lain yang tidak sesuai dengan usia mereka. Selain itu juga orang tua sebaiknya mendampingi anak saat menonton televisi. Tujuannya adalah agar acara televisi yang ditonton oleh anak dapat terkontrol dan orangtua dapat memperhatikan apakah acara tersebut layak ditonton atau tidak. Orangtua juga dapat mengajak anak membahas apa yang ada di televisi dan membuatnya mengerti bahwa apa yang ada di televisi tidak tentu sama dengan kehidupan yang sebenarnya.Orang tua juga harus mengetahui acara favorit anak dan bantu anak memahami pantas tidaknya cara tersebut mereka tonton, ajak mereka menilai karakter dalam acar tersebut secara bijaksana dan positif.Orangtua sebaiknya tidak meletakkan televisi di kamar anak. Selain untuk mempermudah orangtua mengontrol tontonan anak, juga tidak membuat aktivitas yang seharusnya dilakukan di kamar seperti tidur dan belajar menjadi terganggu dan beralih ke televisi.b. Pengontrolan waktu menonton televisi yang tepatOrang tua baiknya memberi kesepakatan dengan jadwal kepada anak tentang mana acara yang boleh ditonton atau tidak, kapan boleh menonton, waktu beribadah, waktu belajar, waktu tidur, bahkan waktu membantu orang tua di rumah dan berikan sanksi bila melanggar. Periksalah jadwal acara televisi, sehingga orangtua dapat mengatur acara apa yang akan ditonton bersama anak. Dengan mencari dan melihat resensi atau ulasan mengenai film atau acara tersebut orangtua akan tahu garis besar isi acara tersebut sehingga dapat menentukan pantas tidak acara tersebut disaksikan. Orangtua juga harus membiasakan anak tidak menonton televisi di hari-hari sekolah. Ini dimaksudkan untuk menghindari kurangnya waktu belajar anak karena terlalu banyak menonton acara televisi. Di sini orangtua harus memberi contoh dengan tidak banyak menonton televisi. Jika anak melihat orangtuanya sering menonton televisi sedangkan ia tidak diperkenankan tentu anak akan menganggap itu tidak adil.c. Pemilihan kegiatan alternatif lain yang baik untuk anakOrang tua dapat mengajak anak untuk melakukan banyak aktivitas lain selain hanya menonton televisi. Orangtua dapat mengajak anak keluar rumah untuk menikmati alam dan lingkungan, bersosialisasi secara positif dengan orang lain. Upaya yang dilakukan orang tua terhadap dampak tayangan ditelevisi terhadap perilaku anak menurut penulis yaitu orang tua harus bisa menanamkan kedisplinan kepada anak, dan lebih sering menghabiskan waktu bersama anak agar anak bisa terbuka dan bercerita apa yang sedang dialaminya dan mengajak anak anak untuk rekreasi keluar rumah agar anak tidak selalu menghabiskan waktu dengan menonton televisi, serta orang tua harus mengawasi setiap apa yang dilihat anak pada saat menonton televisi, serta mengatur semua kegaiatan anak atau mengontrol apa saja yang dilakukan anak baik di lingkungan rumah maupun diluar. Jadi orang tua juga berperan sebagai guru dalam mengontrol dan mendidik anak. B. Kerangka KonseptualTerdapat dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak yaitu dampak positif dan negatif. Pertama dampak positif, memberikan wawasan dan pengetahuan terhadap anak. Kedua dampak negatif, menjadikan anak malas-malasan konsumtif, dan terpengaruh terhadap tayangan di televisi. Upaya yang dilakukan orang tua mengatasi dampak tayangan di televisi melakukan pendekatan kepada anak, bahkan lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak. Selain itu memberi batasan kepada anak menggunakan media layar, mengawasi anak saat menonton televisi

Gambar 2:1 kerangka konseptual

Dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak

Upaya orang tua mengatasi dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak: Pengawasan tayangan di televisi yang baik untuk anakPengontrolan waktu menonton televisiPemilihan kegiatan alternatif untuk anakDampak positif : Memberikan hiburan Memberikan wawasan dan pengetahuan Dampak negatif :Anak malas belajarAnak meniru gaya di televisiAnak menjadi agresif

BAB III

METODE PENELITIANA. Jenis PenelitianJenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini diadakan perlakuan tertentu yang didasarkan pada masalah-masalah aktual yang ditemukan dilapangan. Bogdan (dalam lexy 2007:4) mendefenisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati. Dari hal di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan, permasalahan yang harus dipecahkan adalah dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak dan bagaimanaa upaya mengatasi dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak. B. Lokasi PenelitianPenelitian ini diadakan di kenagarian Limau Puruik Kabupaten Padang Pariaman. Alasan penulis memilih lokasi ini karena penulis banyak mengamati anak-anak yang cendrung berlama-lama di depan di televisi dari pada di meja belajar.dan peneliti juga melihat anak-anak sering bermain dengan temannya suka melakukan adegan-adegan kekerasan, seperti main terndang-tendangan. Selain itu didasarkan atas pertimbangan keterbatasan waktu biaya, dan tempat.

26C. Informan PenelitianInforman penelitian yaitu orang-orang yang dimanfaatkan untuk memberi informasi dan kondisi latar suatu penelitian. Untuk data informan bisa dilihat pada tabel berikut:Tabel 1. Informan penelitianNoInforman Pekerjaan

1YwRumah tangga

2ZnRumah tangga

3LnRumah tangga

4RzPelajar

5NrPelajar

6ZsPelajar

7ThWiraswasta

8HnPelajar

9NmRumah tangga

10KaPelajar

11PrRumah tangga

12RaPelajar

13AqWiraswasta/ tokoh masyarakat

14DcWiraswasta

15DnWiraswasta

16IzWiraswasta

17ZaRumah tangga

18RfPelajar

19RhPelajar

20DeSekretaris wali nagari

21MuWiraswasta/ tokoh masyarakat

22JnPelajar

23AjPelajar

24PnAnak

25MyWiraswasta

26PmRumah tangga

27SaRumah tangga

28YeRumah tangga

30UpkRumah tangga

31LmRumah tangga

32KaWiraswasta

Sedangkan teknik menentukan informasi yang penulis lakukan adalah purposive sampling. Purposive sampling yaitu menentukan informan dengan pertimbangan yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal Burhan (2007:53).D. Jenis Data dan Sumber Data 1. Jenis DataJenis data yang digunakan dalaam penelitian ini diperoleh dari dua sumber yaitu data primer dan data sekunder. Dalam penelitian data sekunder yang dimaksud adalah meliputi kondisi dan keadaan nagari limau puruik, berkaitan dengan sejarah nagari limau puruik, kondisi geografis, dan jumlah kependudukan nagari Limau PuruikData primer yang dimaksud adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian yang meliputi dampak tayangan ditelevisi terhadap perilaku anak di Nagari Limau Puruik.2. Sumber DataSumber data yang dimaksud adalah untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Sumber data untuk data primer adalah data yang diperoleh dari informan penelitian yaitu orang-orang yang bertanggung jawab, benar-benar mengetahui, dan banyak terlibat dalam kegiatan yang diteliti, yaitu tokoh masyrakat, orang tua anak-anak dan anak-anak yang menonton tayangan kekerasan ditelevisi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari kantor Nagari Limau Puruik.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data1. Teknik pengumpulan dataData penelitian ini di kumpulkan dengan menggunakan, teknik observasi, teknik wawancara dan studi dokumentasi. Untuk itu masing-masingnya diuraikan sebagai berikut :a. Observasi atau pengamatanObservasi dilakukan untuk mengetahui secara langsung dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak, bagaimana sikap dan perilaku anak dalam sehari harinya, serta bagaiamana upaya orang tua dalam mengatasinya. Dalam pelaksanaan observasi penulis menggumpulkan data menggunakan pedoman observasib. Teknik wawancaraSyaodih (2010:216) mengemukakan bahwa wawancara atau intervieu (interview) merupakan teknik pengumpulan data yang dilaksanakan secara lisan daalam pertemuan tatap muka baik secara individual maupun kelompok, wawancara ditujukan untuk memperoleh data dari penelitian yang akan dialakukan. Teknik wawancara ini dilakukan langsung kepada anak di Nagari Limau Puruik. Wawancara bertjuan untuk mengetahui apakah anak-anak sering menonton tayangan di televisi, dan upaya yang dilakukan orang tua untuk mengatasi dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak.c. Studi DokumentasiMenurut Syaodih (2010:221-222) Study dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik tertulis gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. 2. Alat Pengumpulan DataAlat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kerangka dan garis besar pokok- pokok isi wawancara, lembaran wawancara, serta kamera. F. Teknik Menjamin Keabsahan Data sesuai dengan jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode Deskriptif, maka teknik yang digunakan adalah Triangulasi sumber data. Menurut Bungi (2007:330), triangulasi dengan sumber data adalah dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dengan cara yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Yaitu membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara pada waktu di nagari Limau Puruik. Teknik yang kedua adalah triangulasi dengan teori, menurut patton (dalam moleong 2010:331) adalah hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelasan banding (rival explanation). Triangulasi dengan teori dilakukan oleh penulis membandingkan hasil wawancara dari nara sumber dengan berbagai teori yang ada dan relevan dengan penelitian. Informasi yang didapat dari informan tentang dampak negati tayangan di televisi terhadap perilaaku anak di Nagari Limau Puruik.

G. Teknik Analisis DataMaksud analisis data dalam penelitian ini adalah proses menyusun atau mengolah data agar dapat ditafsirkan lebih lanjut. Data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara harus dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif model interaksi dari Miles dan Huberman (1992:20) :1. Proses pengumpulan dataDalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan data bergerak dari lapangan empiris dalam upaya membandingkan teori dan data. Kemudian baru dilanjutkan dengan proses mencari data baik melalui observasi, wawancara maupun studi dokumentasi.2. Reduksi dataData yang didapat dalam penelitian ini akan direduksi, hal ini untuk memudahkan dalam mengelompokkan data dan memudahkan dalam menyimpulkannya. Reduksi data untuk memfokuskan pada penyederhanaan, pengabsahan dan transformasi data mentah atau kasar yang manual dari catatan tertulis dilapangan. Reduksi data untuk menajamkan analisis, menonjolkan hal- hal penting, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak dibutuhkan dan mengorganisasikan data agar lebih sistematis, sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan yang bermakna. Data yang telah direduksi akan dapat memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan.

3. Penyajian dataPenyajian data merupakan gambaran keseluruhan dari sekelompok data yang diperoleh agar mudah dibaca secara menyeluruh. Dengan adanya penyajian data, maka penulis dapat memahami tentang dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak di kenagarian limau puruik 4. Penarikan kesimpulanData yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi lalu diolah sesuai dengan proses diatas kemudian disimpulkan. Kesimpulan pada awalnya masih ronggar namun kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mendalam dengan bertambahnya data yang akhirnya kesimpulan merupakan suatu konfigurasi yang utuh.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Penelitiana. Sejarah Nagari Limau Puruik Dengan keluarnya Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 09 Tahun 2002 tentang ketentuan pokok-pokok pemerintahan Nagari sehingga Nagari Limau Puruik adalah gabungan dari tiga desa yaitu Desa Limau Puruik Selatan, Desa Limau Puruik Timur dan Desa Limau Puruik Barat. Semenjak tahun 2003 ketiga desa tersebut digabung menjadi sati Nagari yaitu Nagari Limau Puruik dan sampai saat sekarang ini masih bernama Nagari Limau Puruik.Secara administratif Luas Nagari Limau Puruik adalah 1002 Ha yang terdiri dari 9 korong yaitu Korong Pasa Balai, Korong Kampung Tangah, Korong Padang Kajai, Korong Kampung Sagit, Korong Kampung Ladang, Korong Kampung Lambah, Korong Kampung Piliang, Korong Patalangan, Korong Tanah Taban. Secara geografis daerah pengembangan pertanian dan peternakan.b. Kondisi Geografis

33Berdasarkan data terakhir yang diterbitkan oleh Direktorat Bina Program Direktorat Jendral penyiapan Pemukiman Departemen Transmigrasi 2003 bahwa ketinggian daerah Nagari Limau Puruik berada pada 100 -200 m dpl, dengan suhu berkisar 25 C sampai 30 C Iklim sedang, permukaa tanah umumnya dataran, berbukit-bukit dan berlembah. Secara Administratif Pemerintahan Nagari Limau Puruik berbatasan dengan :Sebelah Utara : berbatasan dengan Kudu Ganting Kec. V Koto TimurSebelah Selatan: Sikapak Kota PariamanSebelah Timur : Tungkal Kota Pariaman dan Campago Kota PariamanSebelah Barat : Lurah Ampalu VII KotoSecara geografis Nagari Limau Puruik pada dasarnya saagat potensial untuk dikembangkan sebagai daaerah perkebunan dan perdagangan karena posisi strategisnya berbatsan dengan Kota Pariaman. Tabel 2. Luas Nagari Limau Puruik 1002 Ha, Dengan Rincian KorongNoNama KorongLuas

1Pasa Balai102 Ha

2Kampung Tangah 126 Ha

3Padang Kajai106 Ha

4Kampung Sagit104 Ha

5Kampung Ladang102 Ha

6Kampung Lambah 77 Ha

7Kampung Piliang 60 Ha

8Patalangan 225 Ha

9Tanah Taban100 Ha

Total1002 Ha

Sumber : Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM ) Nagari Limau Puruik Tahun 2011-2015

Dari tabel di atas dapat dilihat Nagari Limau Puruik berdasarkan jumlah korong dan luasnya, korong terluas adalah patalangan dengan 225 Ha. Topografi atau gambaran tentang tingkat kemiringan dan ketinggian tanah rata-rata datar. Kondisi tanah salah satu faktor yang mempengaruhi kesesuaian lahan untuk syarat tumbuh suatu tanaman, lahan pada korong patalangan ini lebih dominan pertanian dan perkebunan. Sedangkan korong terkecil adalah kampung lambah, kampung lambah keadaan tanah lereng atau banyak perbukitan, korong kampung lahan pertanahan lebih dominan dengan prkebunan. c. Kependudukan (Demografi)Berdasarkan data terakhir dari Sensus Penduduk Nagari Limau Puruik Tahun 2013 bahwa jumlah penduduk sebesar 3.285 jiwa. Dengan rincian laki-laaki sebanyak 1.525 orang, perempuan 1.760 orang. Jumlah KK sebanyak 775, sebagian besar penduduk mata pencahariannya adalah sebagai petani dan peternakan, sedangkan mata pencaharian lainnya seperti industri kecil, bertukang, pegawai negri, TNI/POLRI, mahasiswa/pelajar.Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat PekerjaanNoJenis PekerjaanJumlah/Orang

1Buruh Tani325

2Petani255

3Peternak108

4Pedagang100

5Tukang Kayu150

6Tukang Batu200

7Penjahit135

8PNS70

9Pensiunan30

10TNI/POLRI20

11Perangkat NAGARI17

12Pengrajin73

13Industri Kecil30

14Buruh Industri10

Total1523

Sumber :Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nagari Limau Puruik

Berdasarkan tabel di atas Nagari Limau Puruik pekerjaan penduduk lebih domian buruh tani dan peternak, pekerjaan buruh tani dan peternak adalah suatu pekerjaan yang keras dan menguras tenaga. Orang tua akan capek dan lelah setelah pulang dari pekerjaannya, sehingga sampai dirumah anak tidak terkontrol dan tidak terawasi lagi saat menonton televisi, apa saja tayangan yang dilihat anak, serta anak tidak ada berfikiran untuk belajar, karena tanpa bimbingan dari orang tua anak akan melakukan kegiatan yang dianggapnya senang dan terhibur.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Dewasan dan Anak-Anak Nagari Limau Puruik

NoKorongDewasaAnak-anakTotal

1Tanah Taban17385258

2Kampung Piliang11953172

3Kampung Tangah7940119

4Pasa Balai302138440

5Patalangan 340154494

6Padang Kajai327151478

7Kampung Ladang336170506

8Kampung Sagit281132413

9Kampung Lambah282123405

Total223910463285

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Pariaman

Dari tabel diatas dapat disimpulkan dari 9 korong di Nagari Limau Puruik jumlah penduduk terbanyak dewasa dan anak-anak adalah korong kampung ladang, Jumlah penduduk slah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. Berdasarkan tabel di atas peulis tertarik melakukan penelitian di korong kampung ladang dan pasa balai, karena selain jumlah penduduk nya terbanyak kedua korong ini rata rata masyrakatnya tiap rumah sekurang-kurangnya pasti memiliki televisi dirumahnya. Selain itu kedua korong ini bidang pekerjaannya lebih dominan petani dan wiraswasta, dari segi pekerjaan tersebut dapat mempengaruhi bagaimana kegiatan anak dirumah, menghabiskan waktunya dengan menonton televisi tanpa pengawasan dan bimbingan dari orang tua.

2. Deskripsi Khusus PenelitianA. Dampak Tayangan di Televisi Terhadap Perilaku Anak di Nagari Limau Puruik a. Dampak Negatif1) Anak malas belajar Televisi sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, karena tayangan-tayangan yang menarik menjadikan anak menyukai dan mengikuti setiap tayangan di televisi yang dia sukai tersebut. Anak-anak sudah terbiasa duduk didepan televisi untuk mengikuti tayangan yang ada di televisi, rasa penasaran anak menjadikan anak tidak mau terlepas dari televisi belum tentu TV dihidupin anak sudah stand by didepan televisi. Dampak negatif terhadap anak-anak, memilki berbagai masalah karena itu semua dilhat dari tingkat umur anak, anak yang berumur 0-4 tahun berbeda nanti dampak yang didapatnya dengan anak yang berumur 4-8 tahun, begitu juga dengan anak yang berumur 8-12 tahun, nanti akan berbeda pula dampak yang terklihat dari anak. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang informan, salah satu orang tua yang mempunyai anak yg berumur 4-8 tahun, yang bernama Yw mengatakan: lah malam hari, anak-anak lah duduk di muko tivi, di suruah baraja dak amuah disuruah mangaji dak amuah, di berangan di baoknyo buku tu ka muko tivi, dak buku yang dibaconyo doh, tivi nan dicaliak nyo.Artinya :Jika hari sudah malam, anak-anak sudah duduk di depan televisi di suruh belajar tidak mau di suruh mengaji tidak mau, dimarahi dibawanya buku itu ke depan televisi, tidak buku yang dibacanya, tapi televisi yang dilihatnya (wawancara tanggal 19 februari 2014).

Hal serupa juga dikatakan oleh seorang informan yaang bernama Zn, salah satu dampak negatif tayangan di televisi terhadap perilaku anak.Disuruah baraja awak dak diacuahannyo doh, dimatian tivi nyo bae manangih, ditanyoan nilai nyo disikola 20,30 ado nol lai.Artinya :Disuruh belajar saya tidak didengarkannya, dimatikan televisi dia menangis, saat ditanya nilainya disekolah nilainya cuma 20,30 bahkan ada yang nol. (wawancara 19 februari 2014)

Selain itu hal serupa dikatakan oleh seorang informan yang bernama Ln,

dak amuah baraja pingananyo ka tivi jo, sudah makan tivi yang dikajanyo dimatian tivi tu nyo bae manonton ka rumah sabalah tampek kawannyoArtinya : Tidak mau belajar pikirannya ke televisi saja, sesudah makan televisi yang dikejarnya, jika televisi dimatikan anak pergi menonton ke rumah tetangga sebelah atau ke tempat temannya (wawancara 22 februari 2014)

Anak-anak dengan rasa penasaran dan ingin tahunya itu tidak akan mau lepas dari depan televisi, waktu belajar terbengkalai mengakibatkan rendahnya prestasi belajar anak.

Tabel 5. nilai anak di Nagari Limau PuruikNoNama AnakNilai Anak

1NrTinggal kelas

2RzMerah 4 semester 1

3ZsNilai rendah

4AkNilai rendah

5HeTinggal kelas

Sumber : hasil wawancara dengan orang tua di Nagari Limau Puruik

Wawancara dengan salah seorang anak yang bernama Rz mengatakan:Baraja ka baraja jo dek kakak, tadi disekolah lah baraja lo tu dirumah baraja lo liak, panek lah awak dek kakak nyo, ancak nonton tivi awak lai film nyo ancak tau kakak film tendangan simadun.Artinya:Belajar terus kakak, tadi di sekolah sudah belajar juga dirumah belajar juga lagi, capek lah saya kakak, lebih baik nonton televisi lagi kakak film nya bagus kakak tahu nggak kakak film tendangan si madun (wawancara tanggal 22 februari 2014)

Hal serupa juga dikatakan oleh salah seorang informan yang bernama Nr mengatakan :Masalahnyo filmnyo tu ancak kak, apolagi film putri duyung samo tendangan simadun tu dek akak, nyo bisa baranang dek kakak, tu beko barubah lo jadi urang liak. Artinya :Masalahnya filmnya itu bagus kakak, apalagi film putri duyung sama tendangan simadun itu, dia bisa berenang kakak trus nanti berubah lagi jadi manusia (wawancara tanggal 24 februari 2014)

Salah satu informan yang bernama Zs menyatakan :

Lai awak baraja kakak, kalau ado pr awak buek kakak sambia manonton tivi kakak.Artinya :Ada saya belajar kakak, kalau ada tugas saya belajar kakak sambil menonton televisi (wawancara tanggal 24 februari 2014)

Penjelasan dari informan tersebut dapat disimpulkan bahwa dampak negatif tayangan di televisi mengakibatkan anak malas belajar dan dapat menurunkan prestasi belajar anak, karena anak sudah menjadi kebiasaan berlama di depan televisi dan mengikuti kisah lanjutan dari tayangan di televisi tersebut. Jika di suruh belajar tidak mau, karena udah dipaksa akhirnya buku di bawa kedepan televisi tapi hasilnya sama saja, anak tetap tidak niat untuk belajar buku dibiarin matanya ke televisi saja. Apabila dilarang dan dimatikan anak pun tetap tidak kehilangan akal. Anak-anak yang sering menonton yang lupa akan kewaajibannya untuk belajar mengakibatkan anak bodoh dan pemalas, itu terbukti dengan nilai dan prestasi anak disekolah. 2) Anak meniru gaya di televisi Artinya tayangan di televisi dapat mempengaruhi pola fikir anak, menjadikan anak ingin memiliki baik itu benda atau pun cara cara yang ada dalam televisi, perilaku seperti ini lebih dominan anak-anak yang berumur 0-4 tahun dan 8-14 tahun. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang informan yang bernama Th mengatakan:Antah dipangaannyo rambuik nyo anak ko, alah mantuak uarng tele mantuaknyo lah bacolak-colak, kecek nyo ancak lah tu.Artinya :Entah di apaiinnya lah rambut anak ini, sudah seperti orang gila kelihatanya sudah botak-botak, difikirnya bagus lah itu (wawancara tanggal 24 februari 2014)

Hal serupa juga dikatakan oleh seorang informan yangb bernama Hn menyatakan :Gaul dek kak mah, kak dak tahu yang gaul tu yo, caliak lah dek kak gaya rambuik pemain bola tu dek kak, keren pak dek kak.Artinya:Gaul itu mah kakak, kakak tidak tahu yang gaul itu sih, lihatlah sama kakak gaya rambut pemain bola itu sama kakak, keren kan kakak (wawancara tanggal 24 februari 2014)

Anak-anak yang masih polos dengan mudah terpengaruh terhadap apa yang di tayangkan di televisi, anak dengan mudah menyerap apa yang anak lihat. Salah seorang informan yang bernama Nm menyatakan: Tiok mangecek jo urang dak tingga kecek masalah buat loe tu doh,itu sih derita loe, dak ka kawan nyo ajo doh, kadang-kadang samo kakak nyo lah itu lo yang dikecekannyo.Artinya :Tiap kali dia berbicara dengan orang tidak perah tinggal kata masalah buat loe dan itu sih derita loe, tidak sesama temannya saja terkadang sama kakaknya itu juga yang dibilangnya. (wawancara 19 februari 2014)

Hal serupa juga dikatakan salah seorang informan yang bernama Ka menyatakan: Bahaso gaul tu kak, awak danga dari tivi dek kak mah.Artinya: Bahasa gaul itu kakak, saya dengar dari televisi itu kakak. (wawancara 26 februari 2014)

Begitu juga wawancara dengan salah seorang informan yang bernama Pr menyatakan : Kalau lah main film YKS dak ado lai tu doh, alah bajoged surang jo dimuko tivi tu, takah ma goyang si caesar takah tu lo nyo di lua.Artinya :Kalau sudah main film YKS tidak ada lagi, sudah bergoyang sendiri didepan televisi itu, seperti apa goyang caesar seperti itu juga goyang nya diluar. (wawancara 22 februari 2014)

Hal serupa juga dikatakan oleh seorang informan yang bernama Ra salah satu dampak negatif tayangan ditelevisi menjadikan anak centil dan berdandan sudah seperti anak remaja

Masalahnyo awak nandak cantik takah urang dalam tivi tu lo.Artinya:Masalahnya saya ingin cantik seperti orang yang ada dalam televisi itu.(wawancara 28 februari 2104)

Sedangkan menurut salah seorang informan tokoh masyarakat yang bernama Ag, salah satu dampak negatif tayangan ditelevisi terhadap perilaku anak adalah perilaku sosial dan agama, anak-anak dalam bersosialisasi terkadang tidak sopan dengan orang yang lebih tua dengannyaAnak kini ndak samo jo anak dulu doh, kalau anak-anak dulu mancaliak urang yang gadang diateh nyo saketek takuik, malu tapi kalau kini lah bakurang raso malunyo tu.Artinya:Anak sekarang ini tidak sama dengan anak zaman dulu, kalau anak-anak zaman dulu melihat orang yang lebih dewasa darinya dia takut dan malu, t api kalau sekarang rasa malu itu sudah berkurang.(wawancara 24 februari 2014)

Hal serupa juga diungkapkan salah seorang informan yang bernama Da dampak tayangan dielevisi terhadap perilaku anak adalah anak akan meminta kepada orang tuanya, barang-barang atau benda yang dia lihat di televisi, mengatakan :Heboh anak awak nyo mintak baju Bima film kartun yang ado ditivi tu, kalau lah kapasa baju itu jo nan diminta nyo.Artinya: Ribut anak saya meminta baju Bima film kartun yang ada di televisi itu, kalau sudah kepasar selalu baju itu yang dimintanya.(wawancara 28 februari 2014) Berdasarkan penjelasan informan tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa anak suka meniru dan mempraktekan apa yang dia lihat ditelevisi. Dan televisi juga mampu mempengaruhi anak terhadap cara bicara, bersikap atau tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari bagi anak yang berumur 0-4 tahun dia akan meniru yang berbau dengan film kartun sedangkan anak yang berumur 8-12 tahun lebih dominan menyukai tayangan yang berbau sinetron baik itu film remaja atau pun anak-anak.3) Menjadikan anak agresifAgresif merupakan bentuk perilaku yang dimaksud untuk menyakiti seseorang baik secara fisik maupun mental. Berdasarkan wawancara dengan Dn sebagai salah seorang informan mengatakan sebagai berikut :anak-anak suko bana film yang bacakak-cakak tu, beko nyo cuboan lo ka kawannyo Artinya:Anak-anak suka banget film perkelahian dan adu gulat, nanti dia akan cobakan adegan itu dengan temannya (wawancara 19 februari 2014)

Begitu juga wawancara dengan salah seorang informan yang bernama Iz menyatakan: dek mancaliak urang tabang-tabang di tivi, nyo buek lo takah tu dilua, nyo bae mamanjek diatas kursi sudah tu nyo maambua dari ateh kursi tu, sampai bajaik kaniang nyo kanai meja. Artinya: Karena melihat orang terbang-terbang di televisi, dia buat juga seperti itu diluar dia memanjat diatas kursi sesudah itu dia melompat dari atas kursi tersebut sampai dijahit keningnya kena meja. (wawancara 28 februari 2014)

Hal serupa juga dikatakan salah seorang informan yang bernama Za menytakan :sadang bamain samo kawannyo beko pas pulang nyo alah manangih, ditanyoan katonyo tadi bacakak samo kawannyo, asa nyo bagaluik maniru-niru gaya raden kian santang yang bacakak-cakak tu. Artinya: Sedang bermain dengan temannya nanti pas pulangnya sudah menangis. Ditanya katanya dia habis berkelahi dengan temannya, awalnya bermain becanda meniru-niru gaya raden kian santang yang berkelahi itu. (wawancara 24 februari 2014)

Tayangan kekerasaan menjadikan anak tertarik dan membuat anak terbawa situasi dengan adegannya itu, anak-anak beranggapan dengan meniru adegan tersebut menjadikan anak pemberani dan kuat seperti pa yang dilihatnya. Menurut salah seorang informan yang bernama Rf mengatakan:awak suko filmnyo tu, karena lasuah caliak yang bacakak-cakak tu, trus pemainnyo tu sagadang awak lo kak, jadi awak nio lo takah tu kak Artinya: Saya suka film itu, karena seru melihat adegan perkelahian itu, terus pemainnya itu seumuran saya kakak, jadi saya juga pengen seperti dia kakak. (wawancara 25 februari 2014)

Rasa penasaran dan rasa ingin tahu dari anak menjadikan anak mengidolakan pemain dari film tersebut, tanpa disadarinya anak mendalami akting-akting tersebut. Begitu juga wawancara dengan salah seorang informan yang bernama Rh menyatakan:tu baa dek kak lai, awak di tendang-tendangnyo tu awak tendang lo nyo dek kak liak. Nyo takah urang bagak jo, nyo kiro awak takuik samo nyo. artinya: Trus gemana lagi kakak, saya di tendang-tendangnya akhirnya saya juga tendang dia kakak. Dia seperti orang sok pemberani aja, dia kira saya takut sama dia. (wawancara 25 februari 2014)

Begitu juga wawancara dengan sekretaris wali nagari yang bernama De sebagai salah seorang informan meyatakan:kalau dicaliak anak-anak kini dak samo jo anak-anak dulu doh, anak-anak kini mangecek dak sopan kadang didangan nyo mengecek pakai lu, gue. Itu kan bukan bahaso yang elok untuak anak-anak.Artinya :Kalau dilihat-lihat anak zaman sekarang tidak sama dengan anak anak zaman dahulu, anak-anak sekaranf berbicara tidak sopan kadang dalam berbicara pakai kata lu, gue. Itu bukan bahasa yang baik untuk anak-anak. (wawancara 19 februari 2014)

Sedangkan menurut salah satu tokoh masyarakat Mu menyatakan:

kalau manuruik awak tivi ko bisa mambuek anak malawan samo urang tua nyo, dak mandangaan apo kato urang tua nyo, karano nyo mancaliak di tivi banyak anak-anak dan remaja sering melawan samo urang tuo nyo, karano anak mamintak apo yang dimintaknyo dak dapek.Artinya: Kalau menurut saya televisi bisa membuat anak melawan sama orang tuanya, tidak mendengarkan apa kata orang tuanya, karena dia melihat di televisi banyak anak-anak daan remaja sering melawan sama orang tua nya, karena anak meminta apa yang dimintaknya tidak dapat. (wawancara 28 februari 2014)

Penjelasan dari informan tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu dampak negatif tayangan di televisi adalah menjadikan anak agresif yaitu suatu tindakan atau emosi yang berlebihan yang dapat merusak dan membahayakan. Anak-anak yang masih polos karena melihat tayangan yang beradegan pergulatan menjadikan dia tertantang dan agresif juga diluarnya. Tanpa disadari itu menjadikan dampak yang tidak baik terhadap anak, akan menjadi keras dan beranggapan dia jagoan dengan mudahnya anak maen tendang-tendangan dengan teman sebayanya. Itu berbahaya bagi anak-anak karena nantinya dia akan dikucilkan sama temannya, bahkan anak bisa melukai dan melakukan tindakan yang berbahaya. Tidak hanya melukai orang lain tapi juga bisa melukai dirinya sendiri karena melihat adegan yang beradu gulat tersebut, tidak hanya keras dengan tindakan tapi juga bisa keras dengan sifat dan perkataannya dengan berani melawan atau berbicara kasar kepada orang yang lebih tua darinya. b. Dampak positifTelevisi tidak hanya memberikan dampak negatif tapi juga memberikan dampak positif, karena tidak mungkin adanya televisi kalau tidak ada mempunyai kelebihan dan bermanfaat bagi orang-orang. Tapi semua itu tergantung bagaimana kita menanggapi dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, dan peranan penting dari orang tua mengawasi anaknya dalam menonton televisi. 1) Dapat memberikan hiburan dan menghilangkan kejenuhanTelevisi memberikan dampak positif karena dengan tayangan yang kocak dan lucu menjadikan anak terhibur dan tidak lagi merasa jenuh. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang informan yang bernama Jn mengatakan:menonton tivi itu sabana nyo adalah untuak hiburan bagi awak kak, siap baraja tu manonton awak lai kak, kalau dak ado hiburan suntuak lah awak kakArtinya: Menonton televisi itu sebenarnya adalah untuk hiburan bagi saya kakak, siap belajar saya menonton televisi lagi kakak, kalau tidak ada hiburan bosan saya kakak.(wawancara 19 februari 2014)

Begitu juga dengan salah seorang informan yang bernama Aj mengatakan:

dek manonton tivi awak jadi terhibur kak, bisa galak dan malupoan sado masalah yang ado dalam pikian awak tu, contohnya film YKS, Pesbuker, tu kan film nyo lawak kakArtinya: Dengan menonton televisi saya menjadi terhibur kakak, bisa tertawa dan melupakan segala masalah yang ada dalam pikiran saya, contohnya film YKS, Pesbuker, itu filmnya lucu kakak.(wawancara 25 februari 2014)

Dari penjelasan informan tersebut dapat disimpulkn bahwa tayangan di televisi dapat memberikan dampak positif dengan menjadikan hiburan bagi anak, anak dapat segar kembali setelah larut dalam masalahnya. Begitu juga wawancara dengan salah seorang informan yaang bernama Pn mengatakan :dek manonton film yang lawak tu, jadi awak tabaok baok lo dek awak kak, kalau ado kawan awak yang lagi sadiah awak bae malawak mode yang dalam tivi tu lo, beko nyo galak mandanagaan awak mah. Artinya: Dengan menonton film yang lucu itu, saya jadi terbawa bawa juga jadinya kak, kalau ada teman saya yang lagi sedih saya coba melawak seperti yang ada dalam tv itu, nanti dia tertawa jadinya mendengarkan saya.(wawancara 25 februari 2014)

Sedangkan menurut salah seorang tokoh masyrakat yang bernama My mengatakan:lucu lo mancaliak anak-anak ko, yang hobi manyanyi samo bajoged, nyo termotivasi dek caliak tayangan audisi nyanyi kalau yang suko bajoged dek mancaliak goyang si caesar dan bang jali.Artinya:Lucu juga melihat anak-anak, yang hobinya menyanyi sama bergoyang, dia termotivasi karena melihat tayangan audisi nyanyi kalau yang suka bergiyang karena melihat goyang si caesar dan bang jali.(wawancara 19 februari 2014)

Selain itu televisi juga menjadikan suatu wadah bagi keluarga untuk berkumpul dan menghabiskan waktunya bersama-sama karena siang harinya pada sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Berdasarkan wawancara salah seorang informan yang bernama Ye menyatakan: waktu awak untuk bakumpua samo anak dan keluarga yo malam ko nyo, kalau siang awak sibuk jo karajo, anak-anak pun takah itu pulo klau pagi nyo sikola beko siang mangaji sampi sore lah malam jo istirahat lai nyo saat manonton tivi .Artinya:Waktu saya untuk berkumpul dengaan anak dan keluarga lebih banyak dimalam hari, kalau siang saya sibuk bekerja anak-anak pu seperti itu juga mulai dari pagi dia sekolah nanti siang mengaji sampai sore, malam aja istirahat nya lagi saat menonton televisi. (wawancara tanggal 28 februari 2014).

Hal serupa juga dikatakan salah seorang informan yang bernama Fb menyatakan: ayah samo ibu awak kalau siang tu karajo kak pulangnyo alah sore beko lai nyo kak, jadi waktu bakumpua awak lah malam hari sambia manonton tivi lai nyo kakArtinya: Ayah sama ibu saya kalau siang tu kerha kakak pulangnya sudah sore, jadi waktu berkumpul saya di malam hari sambil menonton televisi lagi kakak.. (wawancara tanggal 28 februari 2014)

Dari penjelasan informan tersebut dapat disimpulkan dampak positif dari televisi salah satu memberikan hiburan kepada anak-anak dan menjadikan anak lebih ceria dan bahagia, bahkan dengan tayangan lucu tersebut anak-anak juga bisaa menghibur temannya yang lagi sedih. Dan juga dapat memotivasi anak terhadap bakat nya seperti anak suka yang bernyanyi dengan adanya tayangana audisi bernyanyi anak-anak juga terbawa emosi nyo untuk bernyanyi di rumah. Televisi salah satu wadah bagi keluarga untuk menghabiskan waktunnya bersama-sama keluarga karena pada sibuk dengan kerja, jadi tidak ada waktu untuk santai-santai bersama. 2) Televisi memberikan wawasan dan pengetahuanKita lihat media masa yang paling cepat memberikan informasi dan wawasan serta pengetahuan adalah televisi, karena televisi adalah media masa audio visual yang memiiki kecepatan dalam memberikan informasi. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang informan yang bernama Pm menyatakan: Takah tayangan sibolang, laptop siunyil dan dunia air, itu tayangan yang disukoi nyo dek anak tayangan itu dapek menambah pengetahuan dan wawasan anak, takah sibolang maajaan anak berpetualang dan pengetahuan kalau tayangan laptop siunyil maajaan anak manjadi produktif, sedangkan tayangan dunia air maajaan anak untuak mengetahui binatang-binatang yang ado dilauik dan baa caro marawatnyo.Artinya: Seperti tayangan sibolang, laptop siunyil dan dunia air, itu tayangan yang disukai sama anak tayangan ini dapat menambah wawasan pengetahuan anak, seperti sibolang mengajarkan anak berpetualang dan pengetahuan kalau tayangan laptop siunyil mengajarkan anak menjadi produktif sedangkan tayangan dunia air mengajarkan anak untuk mengetahui binatang-bintang yang ada dilaut dan bagaimana cara merawatnya.(wawancara 28 februari 2014)

Hal serupa juga dikatakan salah seorang informan yang bernama Sa mengatakan:Film upin ipin karano film upin ipi n tu maajaan anak toleransi tolong menlong dan babuek baik sasamonyo serta maajaan anak takah ma bersekolah yang rancak itu. Artinya: Film upin ipin karena film upin ipin itu mengajarkan anak toleransi, tolong menolong dan berbuat baik sesamanya serta mengajarkan anak seperti bersekolah yang baik itu. (wawancara 19 februari 2014)

Televisi memilki dampak positif terhadap anak-anak, dengan memberikan pengetahuan dan informasi secara langsung, serta menjadikan anak bersifat lebih dewasa setelah mengikuti tayangan di televisi. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang informan yang bernama Yw mengatakan: anak awak yang iko labiah pandai dari pado kakaknyo, contohnyo ajo kalau kakaknyo salah dalam mangecek atau sifaiknyo yang dak elok, nyo lah yang manegur kakaknyo supayo dak takah tu. Itu di dapeknyo karano anak ko mancaliak film upin ipin yang maajaan anak untuk ndak mambangkang dan babuek tidak sopan. Artinya:Anak saya saya yang ini lebih pintar dari pada kakaknya, contohnya saja kalau kakaknya salah dalam berbicara atau siftnya yang tidak baik, dia yang menegur kakaknya supaya tidak bersifat seperti itu. Itu didapatnya karena anak ini melihat film upin ipin yang mengajarkan anak untuk tidakMembangkang dan tidak sopan. (wawancara 24 februari 2014)

Dari penjelasan informan tersebut dapat disimpulkan bahwa televisi memiliki dampak positif terhadap anak-anak dengan memberikan wawasan dan imu pengetahuan dengan mengenalkan kepada anak daerah lain dan adat istiadat mengenal kehidupan masayrakat lain dan sebagainya. Melalui tayangan-tayangan yang yang berbau mendidik dan toleransi. Banyk hal yang diajarkan dari tayangan di televisi terhadap perkembangan anak seperti menjadikan anak lebih kreatif dan produktif, serta menimbulkan rasa simpati dan memupuk jiwa sosial, sikap menghormati dan toleransi. B. UPAYA YANG DILAKUKAN ORANG TUA DALAM MENGATASI DAMPAK NEGATIF TAYANGAN DI TELEVISI TERHADAP PERILAKU ANAK

Dampak negatif tayangan di televisi terhadap perilaku anak di latar belakangi salah satunyaa kurang pengontrlolan dari keluarga atau orang tua terhadap anak, pada saat menonton televisi. Untuk mengatasi dampak negatif tayangan di televisi terhadap perilaku anak dilakukan berbagai upaya. Berdasaarkan wawancara dengan salah seorang orang tua tanggal 20 februari 2014 mengatakan ada beberapa upaya yang dilakukan untuk mengatasi dampak negatif terhadap anak diantaranya :1) Pengawasan tayangan di televisi yang baik untuk anakZaman sekarang ini anak-anak tanpa adanya pengawasan dari orang tua saat menonton televisi anak akan terpengaruh, karena anak-anak belum bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Dalam fikiran anak hanya lah kesenangan dan hiburan, kalau dia merasa senang dia akan selalu mengkikuti tayangan tersebut. Berdasaarkan wawancara dengan salah seorang informan yang bernama Upk mengatakan : kalau anak menonton di rumah awak selalu mengawasinyo, ndak buliah menonton tayangan yag ndak sesuai jo kemampuan anak. Artinya:Kalau anak menonton di rumah saaya selalu mengawasinya, tidak boleh menonton tayangan yang tidak sesuai dengan kemampuan anak. (wawancara tanggal 20 februari 2014)

Hal serupa juga dikatakan salah seorang informan yang bernama De mengatakan: kalau dak diawasan nyo dalam menonton tivi, beko film yang dak elok di caliaknyo. Artinya: Kalau tidak diawasi anak dalam menonton televisi, nanti film yang tidak baik dilihatnya. ( wawancara tanggal 28 februari 2014)

Dari penjelasan informan diatas dapat disimpulka anak dalam menonto televisi harus dilakukan pengawasan terhadap tayangan yang dilihatnya, kalau tidak adanya pengawasan anak akan melihat tayangan yang tidak baik, tidak sesuai dengan kapasitas umurnya. 2) Pengontrolan waktu menonton televisi Orang tua berperan penting terhadap setiap kegiatan anak, harus mampu mengendalikan kegiatan anak, terutama dalam hal menonton televisi orang tua harus memeriksa jadwal anak untuk menonton televisi dan harus memilki kemampuan untuk melihat resensi atau ulusan mengenai film atau acara di televisi, pantas atau tidak acara tersebut dilihat oleh anak. Jagna sampai anak tidak tahu dengan kewajibannya karena terpengaruh dengan menonton televisi. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang informan yang bernama Lm megatakan:awak selalu megontrol jadwal anak manonton tivi, kalau dak dikontrol manonton jo karajo nyo dak takana dek nyo baraja lai doh.Artinya: Saya selalu mengontrol jadwal anak menonton televisi, kalau tidak dikontrol menonton saja kerjanya tidak ingat lagi untuk belajar. (wawancara tanggal 02 maret 2014)

Hal serupa juga dikatakan salah seorang informan yang bernama Mn menyatakan: anak- anak ndak buliah menonton tivi waktu belajar, kalau waktu belajar tivi dak buliah iduik doh, tapi kalau seandainyo lah sudah balaja baru buliah manonton tivi.Artinya: Anak- anak tidak boleh menonton televisi waktu belajar, kalau waktu belajar televisi tidak boleh hidup, tapi kalau seandainya sudah siap belajar baru boleh menonton televisi. (wawancara tanggal 05 maret 2014)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa anak harus mendapat pengontrolan waktu dalam menonton televisi, tanpa pengontrolan dari orang tua anak akan terbiasa hidup bebas dan tidak memerhatikan kewajibaannya yang harus dilakukannya. Itu semua berdampak terhadap prestasi belajar anak, serta tidak adanya waktu untuk membantu orang tua. 3) Pemilihan kegiatan alternatif lain yang baik untuk anak

Hiburan untuk anak-anak tidak hanya dengan menonton televisi tapi bisa juga dengan mengajak anak untuk pergi keluar rumah menikmati alam dam lingkungan, serta bersosialisasi secara positif dengan orang lain. Selai itu juga membrikan kegiatan kepada anak berdasarkaan minat bakatnya sendiri yaang nantinya bisa dia kembangkan dilapangan. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang informan bernama Ka menyatakan:awak membrikan waktu untuak anak pai jalan-jalan di waktuyo libur, supayo ndak bosan serta maagiah semangat anak dalam manjalani kegiatannyo sehari-hari.Artinya:Saya memberikan waktu untuk anak pergi jalan-jalan di waktu anak libur, supaya anak tidak bisan serta memberi semangat kepada anak dalam menjalani kegiatannya sehari-hari. (wawancara tanggal 04 maret 2014)

Sedangkan wawancara dengan salah satu tokoh masyarakat yang bernama Ad menyatakan: untuk mengatasi dampak negatif televisi terhadap perilaku anaak, bisa dilakukan dengan cara memberikan kegiatan lain seperti memberikan kegiatan belajar di luar sekolah atau bimbel. ( wawancara tanggal 06 maret 2014).

Berdasarkan hasail wawancara dari informan di atas dapat disimpulkan upaya yang dilakukan orang tua dalam mengatasi dampak negatif tayangan di televisi terhadap perilaku anak dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya memberikan pengaawasan tayangan di televisi yang baik untuk anak, yang kedua pengontrolan waktu menonton televisi yang tepat sedangkan yang terakhir dengan cara pemilihan kegiatan alternatif yang baik untuk anak.

B. Pembahasan Bertitik tolak dari hasil penelitian, diperoleh gambaran dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak di Nagari Limau Puruik, yaitu dampak positif dan dampak negatif, yaitu :A. Dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak1) Dampak Negatif:Berdasarkan pendapat yang dihasilkan dari hasil penelitian maka dilakukan pembahasan dan analisis apa dampak negatif dari televisi terhadap perilaku anak di Nagari Limau Puruik.

a. Anak malas belajarBerdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa dampak negatif tayangan di televisi terhadap perilaku anak salah satunya adalah rendahnya prestaasi belajar anak. Televisi adalah media massa yang setiap orang pasti memilki televisi di rumahnya, karena televisi mampu menyajikan informasi dengan cepat, tapi di sisi lain televisi mempuyai efek atau dampak terhadap perilaku anak dari tayanga-tayangan yang tidak berpendidikan, atau sinetron yang menjadikan anak selalu penasaran dan rasa ingin tahu bagaimana jalan cerita dari sinetron tersebut. Ini mengakibatkan anak malas belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Milton (1996:44-45) berpendapat:anak-anak yang menonton televisi secara berlebihan tidak akan mempunyai banyak waktu untuk mengerjakan hal lain, masalah paling mendasar kata meilke bukanlah jumlah jam yang dilewatkan si anak untuk menonton televisi, melainkan program-program apa yang ia tonton.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa televisi mampu menarik perhatian anak dengan program-progran menarik yang membuat anak penasaran menjadikan anak lupa dan tidak memilki waktu untuk belajar lagi. Kegiatan menonton televisi bertentangan dengan membaca buku, bahwa anak-anak yang suka menonton televisi tidak akan menjadi pembaca yang baik b. Anak meniru gaya di televisiBerdasarkan hasil penelitian di lapangan televisi juga memberikan dampak negatif terhadap anak yaitu meniru gaya di televisi. Sifat ini merupakan suatu tindakan atau perbuatan ingin memiliki dan meniru dari apa yang dia lihat, sifat konsumtif yang dimiliki anak itu di pengaruhi juga salah satu faktor atau tokoh yang disukainya, apabila dia menyukai tokoh tersebut secara otomatis anak akan meniru baik itu dari segi bahasa, gaya atau cara berpakaiannya. Menurut Jane (dalam Milton 1996:40) mengatakan:pernah mengisyratkan bahwa kegiatan menonton televisi mempunyai pengaruh merugikan perkembangan otak anak, karena televisi adalah medium viusal ia bisa memberikan stimulasi berlebihan pada otak bagian kanan (yang berfungsi memproses pandangan) da mengurangi stimulasi pada otak bagian kiri (yang bertanggung jawab terhadap bahasa dan pemrosesan bahan cetakan). Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dari hasil penelitian dilapangan anak dengan cepat menangkap apa yang dilihat, karena pada masa anak-anak daya ingatnya yang tinggi, Anak sudah bisa memproses informasi yang dilihatnya. c. Menjadikan anak agresifSifat agresif merupakan suatu sifat emosi yang berlebihan yang tidak dapat dikontrol yang mengakibatkan bisa menyakiti atau melukai orang lain. Berdasarkan temua dilapangan saat kegiata di rumah anak-anak lebih banyak menghabiskan kegiatannya dengan menonton televisi, tayangan atau acara yang salah satu yang dilihatnya adalah sinetron yang berbau kekerasan atau laga dan pergulatan. Serta tayangan yang menanyangkan bahasa yang kasar dan tidak sopaan. Anak menyukai tayangan berbau kekerasa karena anak suka melihat tayangan yang beradu gulat tersebut, serta pemain dari acara itu juga masih anak-anak mangkanya anak mendalami karakter dari acara tersebut. Tanpa disadarinya acara tersebut menjadikaan dia keras dan lebih agresif, seperti suka menendang-nendang temannya, memprktekan juga bagaimana cerita dari acara tersebut. Menurut John (2007:24) bahwa sering menonton acara kekerasan selama masa kanak-kanak dihubungkan dengan akibat yang negatif. Sedangkan menurut Heru (2008:14) dalam sinetron dan telenovela yang bermotif balas dendam atau perselingkuhan, kita dapat mendengar banyak kata, frasa dan kalimat yang sesungguhnya tidak sesuai untuk dikonsumsi oleh anak dan remaja. Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa anak yang terbiasa menonton tayangan yang berbau kekerasan akan menjadikan dampak negatif terhadap perkembangan anak. Karena anak yang masih polos masih belum bisa memilih sisi positif atau yang baik darin acara di televisi yang dilihatnya, anak akan meniru gaya dari pemain yang disukainya tersebut. b. Dampak Positif Berdasarkan hasil penelitian dilapangan televisi juga memberikan dampak positif terhadap anak, yaitu :1) Dapat memberikan hiburan dan kejenuhanHiburan yang diberikan televisi salah satu dampak positif karena tayangan yang kocak dan lucu mampu membuat penonton ikut ketawa diluar, yang dapat menghilangkan beban fikiran dan kejenuhan bagi anak, Serta menjadikan anak segar dan tidak loyo. Menurut George (dalam Milton 1996:48) cara membekali anak agar tertarik menjalani proses belajar adalah dengan menghadapkan mereka pada kegembiraan kegiatan belajar sejak dini. Bila televisi bisa membantu itu justru lebih baik. Dari pernyataan tersebut berdasarkan hasil penelitian dilapangan dapat disimpulkan bahwa dalam proses pendidikan anak perlu hiburan atau keceriaan dalam hidupnya, agat anak tidak bosan dan jenuh pada saat belajat, itu juga bisa meregangkan saraf otak anak yang lagi stres terhadap pelajaran yang di dapatnya di sekolah. 2) Televisi memberikan wawasan dan pengetahuanInformasi yang diberikan televisi terhadap anak baik melalui acara berita atau sinetron yang mengajarkan anak banyak hak atau pendidikan bagi anak adalah salah satu dampak positif dari televisi, kita lihat tayangan upin-ipin, sibolang, laptop siunyil, itu tayangan yang menyuguhkan dalm bentuk toleransi, tata cara berbicara yang sopan, dan mengajarkan anak untuk berpetualan serta mengetahui dunia luar, bagaimana nanti anak bisa bersosialisasi dengan orang asing. Menurut Milton (1996:49) berpendapat:usaha menciptakan pengalaman-pengalaman pendidikan lain yang lebih hidup dan lebih memikat, museum anak-anak dan pusat-pusat sains terbaik melakukan hal ini. Anak anak selalu ingin mengunjungi tempat-tempat seperti itu, di mana mereka bisa belajar sambil secara aktif.

hampir semua acara televisi anak-anak populer lain yang lain dikaitkan dengan buku dan majalah, banyak nya buku anak-anak yang didasarkan pada tokoh-tokoh populer dalam acara televisi anaak-anak (Milton 1996:46). B.Upaya orang tua dalam mengatasi dampak negatif tayangan di televisi terhadap perilaku anak

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh gambaran upaya orang tua dalam mengatasi dampak negatif tayangan di televisi terhadap perilaku anak yaitu:1. Pengawasan tayangan di televisi yang baik untuk anakAnak tanpa pengawasan dari orang tua di rumah akan melihat tontonan sesuka hatinya, itu lah yang mengakibatkan anak menjadi terpengaruh dari tontonan yang dilihatnya, karena tayangan tersebut tidak sesuai dengan kapasitas anak. Orang tua harus bisa memilah dan memilih tayangan yang sesuai dan berguna bagi anak. Menurut Heru (2002:12) mengatakan sudah saatnya kita menata agar bisa menyaksikan siaran televisi yang memperhatikan segi pendidikan dan pengajaram, sebagaimana kita ingin anak cucu kita tumbuh dan berkembang.Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua memilki peran penting terhadap perkembangan anak, serta melakukan pengawasan terhadap apa saja kegiatan anak, jangan sampai anak salah langkah dalam kegiatannya, karena anak yang masih polos perlu pengawasan dari orang tua dalam kehidupan sehari hari, agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. 2. Pengontrolan waktu menonton televisiBerdasarkan hasil wawancara dilapangan bahwa tanpa pengontrolan dari orang tua anak akan malas belajar karena dalam kebiasaan menonton televisi pada saat jam belajar, dalam fikiran anak sudah dia akan penasaran dengan kelanjutan tayangan yang disukainya.serta orang tua harus bisa mengontrol tayangan apa saja yang dilihat oleh anak. Jadi orang tua harus melakukan pengontrolan terhadap anak, kapan saat anak belajar dan kapan saat anak santai di rumah. Menurut Heru (2002:15) mengatakan:mereka bisa duduk bersama dan bersinergi menghasilkan sejumlah tayangan yang sesuai untuk balita, anak, remaja, dan dewasa, tayangan yang bagus mutunyaa dapat merangsang kreativitas mereka dan mendidik mereka secara tidak langsung.

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua harus mendampingi anak saat menonton televisi, bagaimana orang tua menyajikan tayangan yang bermanfaat bagi anak tidak menjadikan anak bosan. 3. Pemilihan kegiatan alternatif lain yang baik untuk anakKegiatan alternatif yang lain bagi anak, salah satu faktor agar anak tidak terfokus dengan menonton televisi di rumah, anak akan senang belajar kalau orang tua bisa memberikan motivasi atau dorongan yang menarik bagi anak. Menurut Milton (1996:48) tugas kita sebagai orang tua dan guru seharusnya menjadikan kegiatan belajar itu menyenangkan, mendorong daa menggairahkan. Jadi dari pendapat ahli di atas bahwasanya orang tua harus kreatif dalam membantu anak apabila anak sudah mulai bosan saat belejar. Orang tua menggunakan cara lain agar anak mau dan semangat lagi belajar.

BAB VPENUTUPA. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dampak negatif tayangan di televisi terhadap perilaku anak di Nagari Limau Puruik Kabupaten Padang Pariaman.1. Dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anaka. Dampak positif1)dapat memberikan hiburan dan menghilangkaan kejenuhan artinya tayangan yang kocak dan lucu menjadikan anak terhibur dan tidak lagi merasa jenuh serta menjadikan anak dapat segar kembali setelah larut dalam masalah.2) televisi memberikan wawasan dan pengetahuan artinya televisi merupakan media audio visual yang memilki kecepatan dalam memberikaan informasi dari berbagai tayangan yang disajikan terdapat beberapa tayangan yang memberikan pengaruh positif terhadap anak, seperti tayangan sibolang, upin ipin dan lain-lain. b. Dampak negatif1) Anak malas belajar artinya tayangan yang menarik menjadikan anak menyukai dan mengikuti setiap tayangan yang dia sukai tersebut, yang mengakibatkan anak lupa dengaan jadwal belajarya.

592) anak meniru gaya di televisi artinya pertama anak akan meniru adegan ataupun cara-cara yang ditayangkan di televisi, yang kedua anak ingin memliki benda ataupun aksesoris yang model terbaru ataupun menarik yang ditayangakn di televisi. 3) menjadikan anak agresif artinya pengaruh tayangan kekerasan menjadikan anak keras, sok jagoan bahkan bisa menyakiti orang lain. 2. Upaya yang dilakukan orang tua dalam mengatasi daampak negati ftayangan di televisi terhadap perilaku anak adalah.:1) pengawasan tayangan di televisi yaang baik untuk anak. 2) pengontrolan waktu menonton televisi yang tepat. 3) pemilihan kegiatan alternatif lain yang baik untuk anak2. SaranDari pengalaman penulis selama mengadakan penelitian di Nagari Limau Puruik tentang dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:1. Untuk orang tua supaya bisa mengontrol tontonan anaknya, agar anak tidak terpengaruh terhadap dampak negatif tayangan di televisi.2. Bagi pemerintah harus melakukan penyaringan terhadap setiap acara di televisi, serta harus adanya standarisasi film yang layak untuk ditayangkan atau tidak layak.3. Bagi pihak penyiar televisi, seharusnya tidak hanya mementingkan keuntungan tetapi harus mempertimbangkan dampak dari acara tersebut. Pihak penyiar juga harus mengatur acara televisi agar fungsi dari televisi sebagai sarana informatif, edukatif, rekreatif

PEDOMAN WAWANCARA1. Pedoman wawancara buat informan anak-anaka. Dimana saudara sekolahnya?b. Kelas berapa saudara sekarang?c. Bagaimana saudara prestasinya disekolah?d. Saudara kalau pulang sekolah samapi malam apa saja kegiatannya?e. Jam berapa saja saudara menonton tel