22
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam perkembangannya Akuntansi Forensik Indonesia sekarang ini hanya sedikit di minati di bandingkan dengan bagian cabang akuntansi yang lainnya seperti akuntansi biaya, akuntansi keuangan, akuntansi auditing dan sebagainya dan perkembangannya pun lebih sedikit terlambat di bandingkan dengan bagian ilmu akuntansi yang lainnya. Di Indonesia perkembangan ilmu ini masih jauh dari harapan, dari sekian banyak Kantor Akuntan Publik ( KAP ) Hanya sebagian Kecil saja yang menawarkan Jasa ini, alasannya apa lagi kalau bukan ceruk pasar yang masih minim, secara ilmu ekonomi “ belum ada pasarnya”. Apalagi standar operasional dan ujian sertifikasi, konon belum begitu memadai, sangat jauh bila dibandingkn dengan negara tetangga Australia yang sedang menyusun Standar Akuntansi Forensik. Kanada dan Amerika Serikat sudah memiliki standar yang baku, namun belum serinci Standar Akuntansi Keuangan ( SAK ). Akuntansi forensik sebenernya sudah di praktekan di Indonesia. Praktek ini tumbuh dengan pesat tidak

Bab 1 Akuntansi Forensi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

resume akuntansi forensik

Citation preview

Page 1: Bab 1 Akuntansi Forensi

BAB IPENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANGDalam perkembangannya Akuntansi Forensik Indonesia sekarang

ini hanya sedikit di minati di bandingkan dengan bagian cabang

akuntansi yang lainnya seperti akuntansi biaya, akuntansi keuangan,

akuntansi auditing dan sebagainya dan perkembangannya pun lebih

sedikit terlambat di bandingkan dengan bagian ilmu akuntansi yang

lainnya.

Di Indonesia perkembangan ilmu ini masih jauh dari harapan, dari

sekian banyak Kantor Akuntan Publik ( KAP ) Hanya sebagian Kecil

saja yang menawarkan Jasa ini, alasannya apa lagi kalau bukan ceruk

pasar yang masih minim, secara ilmu ekonomi “ belum ada pasarnya”.

Apalagi standar operasional dan ujian sertifikasi, konon belum begitu

memadai, sangat jauh bila dibandingkn dengan negara tetangga

Australia yang sedang menyusun Standar Akuntansi Forensik. Kanada

dan Amerika Serikat sudah memiliki standar yang baku, namun belum

serinci Standar Akuntansi Keuangan ( SAK ).

Akuntansi forensik sebenernya sudah di praktekan di Indonesia.

Praktek ini tumbuh dengan pesat tidak lama setelah krisis keuangan

tahun 1997. Akhir-akhir ini ada dorongan yang kuat untuk

perkembangannya praktek akuntansi forensik. Di sektor publik

( keuangan negara), khususnya di Indonesia, akuntnsi forensik menjadi

kebutuhan besar dalam upaya memerangi pemberantasan korupsi

seperti yang sering kita alami pada msa pemerintahan jaman sekarang

ini, bahwa semakin banyak terungkapnya kasus-kasus korupsi baik di

tengah pemerintahan, perbankan dan sebagainnya.

Page 2: Bab 1 Akuntansi Forensi

Perkembangan akuntansi forensik memang sedikit terlambat bila

dibanding ranah akuntansi lainnya - akuntansi keuangan, audit, audit

internal, dan sebagainya. Padahal di Amerika, ilmu ini sudah ada sejak

kasus Al Capone terungkap pada 1931 silam oleh seorang akuntan

forensik, Frank J. Wilson. Namun, organisasi profesinya baru terbentuk

beberapa dekade belakangan. Association of Certified Fraud Examiners

baru terbentuk pada 1988. Kampusnya, American College of Forensic

Examiners juga baru berdiri pada 1992.

Di Indonesia perkembangan ilmu ini masih jauh dari harapan, dari

sekian banyak Kantor Akuntan Publik (KAP) hanya sebagian kecil saja

yang menawarkan jasa ini, alasannya apa lagi kalau bukan ceruk pasar

yang masih minim, secara ilmu ekonomi “belum ada pasarnya”. Apalagi

standar operasional dan ujian sertifikasi, konon belum begitu memadai,

sangat jauh bila dibandingkan dengan negara tetangga Australia yang

sedang menyusun Standar Akuntansi Forensik. Kanada dan Amerika

Serikat sudah memiliki standar yang baku, namun belum serinci Standar

Akuntansi Keuangan (SAK)

Belum adanya standar yang memadai, persoalan tambahan yang

membuat ilmu ini kurang begitu populer adalah penguasaan ilmu yang

cukup luas. Selain akuntansi dan audit, akuntan forensik juga harus

menguasai bidang yang berkaitan dengan kejahatan keuangan (money

laundering), hukum, psikologi, sosiologi, antropologi, viktimologi,

kriminologi, dan lain-lain. Akuntan forensik harus memiliki kemampuan

“multitalenta”.

Kedepan, beberapa kalangan meramalkan perkembangan profesi

ini akan lebih pesat. Selain makin banyak kantor bisnis dari negara

asing yang masuk ke Indonesia., juga makin tingginya kesadaran

perusahaan untuk melindungi asset mereka dari pola-pola tindakan

kecurangan.

Page 3: Bab 1 Akuntansi Forensi

1.2. RUMUSAN MASALAH1. Apa yang dimaksud dengan akuntansi forensic?

2. Apa saja yang mempelajari tentang disiplin dan profesi forensic

lainnya?

3. Apa yang dimaksud dengan sengketa?

4. Apa perbedaan akuntansi dan audit forensic?

5. Bagaimana praktik akuntansi forensic di Indonesia?

6. Bagaimana penerapan akuntansi forensic pada sektor publik?

7. Apa saja model akuntansi forensic?

8. Apa yang dimaksud dengan segitiga audit forensic?

9. Apa yang dimaksu dengan Fosa dan Cosa?

10.Bagaimana sistematik fosa dan cosa?

Page 4: Bab 1 Akuntansi Forensi

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. AKUNTANSI FORENSIKMenurut Merriam Webster’s Collegiate Dictionary (edisi ke-10):

forensik dalam bidang akuntansi diartikan sebagai penerapan disiplin

akuntansi pada masalah hukum.

Sengketa antara PT. Telkom dan PT. Aria West International (AWI)

melalui proses yang berat dan panjang (hampir dua tahun) akhirnya

diselesaikan melalui akuisisi AWI oleh PT. Telkom dalam bulan agustus

2003. Dalam sengketa ini, AWI menggunakana PricewaterhouseCoopers

sebagai akuntan forensiknya, dan penyelesaian sengketa dilakukan

diluar pengadilan. Dari kasus itu dapat disimpulkan bahwa audit forensic

ialah penerapan disiplin akuntansi dalam arti luas, termasuk auditing,

pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum didalam maupun di luar

pengadilan.

Akuntansi forensic dapat diterapkan disektor publik maupun sektor

privat (perorangan, perusahaan swasta, yayasan swasta, dan lain-lain).

Sedangkan menurut D. Larry Crumbey mengemukakan bahwa

secara sederhana akuntansi forensik dapat dikatakan sebagai akuntansi

yang akurat untuk tujuan hukum, atau akuntansi yang tahan uji dalam

kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses

peninjauan yudisial, atau tinjauan administratif. Definisi dari Crumbey

menekankan bahwa ukuran dari akuntansi forensik adalah ketentuan

hukum dan perundang-undangan, berbeda dari akuntansi yang sesuai

dengan GAAP (Generally Accepted Accounting Principles). Ukurannnya

bukan GAAP, melainkan apa yang menurut hukum atau ketentuan

perundang-undangan adalah akurat.

Crumbley dengan tepat melihat potensi untuk perseteruan di

antara pihak-pihak yang bersengketa kepentingan. Demi keadilan, harus

Page 5: Bab 1 Akuntansi Forensi

ada akuntansi yang akurat untuk proses hukum yang bersifat adversarial,

atau proses hukum yang mengandung perseteruan.

2.2. DISIPLIN DAN PROFESI FORENSIK LAINNYADalam percakapan sehari-hari, orang awam akrab dengan istilah

dokter forensic dan laboratorium forensic. Orang awam menyebut dokter

forensic sebagai “dokter mayat” karena ia berurusan dengan mayat.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan bahwa forensic

ialah:

1. Cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan pemeriksaan

dengan penerapan fakta medis pada masalah hukum.

2. Ilmu bedah yang berkaitan dengan penentuan identitas mayat

seseorang yang ada kaitannya dengan kehakiman dan pradilan.

Disiplin ilmu dan profesi yang menggunakan istilah forensic David

Owen antara lain:

1. Forensic anthropologist

2. Forensic chemist

3. Forensic dentist

4. Forensic document investigator

5. Forensic geologist

6. Forensic pathologist

7. Forensic photographer

8. Forensic psychiatrist/psyciologist

9. Forensic serologist

Sedangkan menurut Black’s Law Dictionary antara lain:

1. Forensic engineering

2. Forensic linguistics

3. Forensic medicine

4. Forensic pathology

5. Forensic psychiatry

Page 6: Bab 1 Akuntansi Forensi

Dalam siding pengadilan ahli-ahli forensic dari disiplin yang

berbeda, termasuk akuntansi forensic, dapat dihadirkan untuk

memberikan keterangan ahli. Dinegara inggris mereka disebut saksi ahli/

expert witness. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidan

(KUHAP) menggunakan istilah “Ahli”, meskipun dalam percakapan

sehari-hari ole hers digunakan istilah “saksi ahli”.

KUHAP Pasal 179 ayat (1) menyatakan “setiap orang yang diminta

pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli

lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan”.

Dalam praktik, kelompok ahli lainnya juga terdiri atas para akuntan

atau pelaksana audit investigasi yang memberi keterangan ahli demi

keadilan. Tidak jarang, para ahli forensic dari profesi yang sama

“bertarung” di pengadilan.

2.3. AKUNTAN FORENSIK DI PENGADILANPenggunaan akuntansi forensic sebagai ahli di pengadilan,

khususnya di pengadilan tindak pidana korupsi, tantangan dan peluang

untuk memperbaikinya.

Di Indonesia, pengguna akuntan forensic dapat digunakan di sektor

publik maupun privat karena jumlah perkara yang lebih banyak di sektor

publik. Akan tetapi, ada juga alasan lain, yakni kecenderungan untuk

menyelesaikan sengketa sektor privat diluar pengadilan.

Disektor publik, para penuntut umum (kejaksaan dan KPK)

menggunakan ahli dari BPK, BPKP, dan Inspektorat Jendral dari

Departemen yang bersangkutan. Dilain pihak, terdakwa dan tim

pembelanya menggunakan ahli dari kantor akuntan publik, kebanyakan

ahli ini sebelumnya praktik di BPKP.

Page 7: Bab 1 Akuntansi Forensi

Perbedaan ahli selaku pribadi dan lembaga

No

.

Pribadi Lembaga

1 Kompetensi

ahli

Ahli meminta keterangan

yang diminta instansi yang

berwenang, sesuai ahli

yang melekat pada

pribadinya

Ahli memberikan

keterangan tentang

kerugian Negara yang

merupakan kompetensi

BPK; bukan kopetensi

pribadi, sehingga tidak

melekat pada pribadi

pemegang jabatan

anggota BPK atau

pemeriksa BPK

2 Substansi

keterangan

ahli

Ahli memberikan

keterangan tentang

substansi yang menjadikan

kepakarannya,

penguasaan pengetahuan

secara pribadi, dan

pengembangan

pengetahuannya.

Pendapat yang

diberikannya merupakan

pendapat pribadi.

Ahli memberikan

keterangan tentang

kerugian Negara/daerah

karena pelaksanaan

tugas konstitusional BPK.

Pendapat yang

diberikannya merupan

pendapat BPK.

3 Pengelolaan

informasi

Informasi yang dipaparkan

ahli di hadapan penyidik

maupun siding pengadilan

diolahnya secara pribadi

dengan pengetahuan dan

pengalaman yang

Informasi tentang

kerugian Negara/daerah

dipaparkan dihadapan

penyidik maupun sidang

pengadilan diolah secara

kelembagaan. Informasi

Page 8: Bab 1 Akuntansi Forensi

dimilikinya secara pribadi. ini tidak dimiliki

sebelumnya, sehingga

diperoleh melalui

pemeriksaan investigasi.

4 Kepemilikan

atas

keterangan

ahli

Keterangan yang diberikan

ahli merupakan milik

pribadinya

Keterangan yang

diberikan merupan milik

BPK sebagai lembaga

negara

5 Kebebasan

memberikan

pendapat

Ahli memiliki kebebasan

pribadi dalam memberikan

pendapat yang berkaitan

dengan keahliannya.

Pendapat yang

diterangkannya adalah

hasil pemikiranya

Ahli merupakn

personifikasi BPK. Ai

tidak memiliki kebebasan

pribadi dalam

memberikan keterangan.

Ia senantiasa

berkoordinasi dengan

pimpinan karena yang

diterangkannya adalah

hasil pemeriksaan BPK.

6 Batas Ahli memberikan

keterangan sesuai dengan

kepakaran yang

dimilikinya. Ia hanya

dibatasi oleh kedalam

pengetahuan dan

pengalamannya.

Ahli memberikan

keterangan sesuai

dengan hasil

pemeriksaan BPK.

2.4.SENGKETA

Page 9: Bab 1 Akuntansi Forensi

Sengketa bisa terjadi karena satu pihak merasa haknya dikurangi,

dihilangkan atau dirampas oleh pihak lain. Hak yang dikurangi atau

dihilangkan ini bisa berupa:

1. Uang atau aset lain

2. Reputasi

3. Peluang bisnis

4. Gaya hidup

5. Hak – haklain yang berkaitan dengan transaksi bisnis

      Pemicu sengketa yaitu perbedaan penafsiran mengenai sesuatu yang

sudah diatur dalam perjanjian atau mengenai sesuatu yang memang

belum diatur. Dalam sengketa, masing – masing pihak merasa ia yang

benar sepenuhnya.

      Faktor – faktor yang menentukan berhasil atau gagalnya

penyelesaian sengketa oleh pihak – pihak yang bersengketa adalah

sebagai berikut:

1. Berapa besar konsekuensi keuangan pada pihak yang bersengketa

2. Seberapa jauh pertikaian pribadi

3. Apakah penyelesaian sengketa ini akan berdampak dalam

penyelesaian kasus serupa?

4. Seberapa besar dampak dari publisitas negatif yang ditimbulkan

5. Seberapa besar beban emosional yang harus ditanggung

      sengketa antara dua pihak bisa diselesaikan dengan cara yang

berbeda apabila menyangkutdua pihak yang lain. Dua pihak yang

bersengketa bisa menyelesaikan melalui arbitrase atau alternatif

penyelesaian sengketa, sedangkan dua pihak lainnya menyelesaikan

melalui litigasi.

2.5. AKUNTANSI ATAU AUDIT FORENSIK

Page 10: Bab 1 Akuntansi Forensi

Bermula dari penerapan akuntansi untuk memecahkan persoalan

hukum, maka istilah yang dipakai adalah akuntansi (bukan audit)

forensik. Sekarang pun kadar akuntansinya masih terlihat, misalnya

dalam perhitungan ganti rugi dalam konteks keuangan negara.

Ada yang menggunakn istilah audit forensik untuk kegiatan audit

investigatif. Dalam rangka sertifikasi, istilah yang digunakan adalah

auditor forensik dan bukan akuntan forensik.

2.6. PRAKTIK AKUNTANSI FORENSIK DI INDONESIABeberapa negara asia, termasuk indonesia, mengalami krisis

keuangan di tahun 1997. Krisis keuangan pada tahun 1997 terus

memburuk dan berdampak pada pemerintahan Presiden Soeharto yang

berakhir di bulan Mei 1998. Oktober 1997.

Dalam bulan oktober 1997,  The Asian Wall Street Journal untuk

memberitakan bahwa kemungkinan Pemerintah Indonesia meminta

bantuan IMF. Permintaan bantuan kepada IMF dan World Bank diikuti

dengan resep – resep penyehatan perbankan Indonesia yang

merupakan awal dikenalnya ADDP (Agreed-upon Due Diligence

Prosce).

Pada awalnya ADDP dikerjakan oleh akuntan asing. Temuan awal

ADDP ini menimbulkan dampak kejutan dalam dunia bisnis. Sampel

ADDP menunjukan perbankan melakukan overstatement disisi aset dan

understatement disisi kewajiban.

Tahun 2005 merupakan tahun suksesnya akuntansi forensik dan

sekaligus sistem pengadilan. Ada dua kasus yang paling menonjol:

1. Komis Pemilihan Umum, dimana akuntan forensiknya adalah BPK.

KPK berhasil menyelesaikannya di pengadilan.

2. Bank BNI, akuntansi forensiknya bukan dilakukan oleh lembaga

pemeriksaan atau kantor akuntan melainkan oleh PPATK. Dua ahli

Page 11: Bab 1 Akuntansi Forensi

dari PPATK berhasil meyakinkan hakim mengenai kunci Adrian

Waworuntu.

2.7. AKUNTAN FORENSIC SEKTOR PUBLIKAkuntansi forensik sektor publik di Indonesia lebih menonjol

daripada akuntansi forensik sektor privat. Selain nilai kerugian yang

menakjubkan, kasus – kasus di sektor publik lebih dramatis karena

kolusi antara penyelenggara negara di tingkat tinggi dengan para

pebisnis atau calo perkara swasta sampai pertemuan di tempat yang

eksotis.

2.8. BEBERAPA MODEL AKUNTANSI FORENSICDari pembahasan diatas, kita melihat bahwa akuntansi forensic

pada awalnya adalah perpaduan yang paling sederhana antara

akuntansi dan hukum (lihat diagram dibawah ini).

AKUNTANSI

HUKUM

Dalam kasus yang lebih pelik ada satu bidang tambahan (disamping

akuntansi dan hukum). Bidang itu ialah auditing. Dalam suatu auditing

untuk mendeteksi kecurangan, si auditor secara priodik berupaya melihat

kelemahan dalam sistem pengendalian intern, terutama yang berkenaan

dengan perlindungan aset, yang rawan akan terjadinya kecurangan (lihat

diagram dibawah ini).

Page 12: Bab 1 Akuntansi Forensi

Selanjutnya diagram yang menggambarkan dua bagian dari suatu

fraud audit, yang bersifat proaktif dan investigative. Audit investigative

dimulai pada bagian kedua dari audit fraud yang bersifat reaktif, yakni

sesudah ditemukannya indikasi awal adanya fraud. Audit investigasi

merupakan bagian dan titik awal dari akuntansi forensic. (lihat diagram

dibawah ini).

Jenis Penugasan Akuntansi Forensik

Faud Audit

AK

UN

TAN

SI

HU

KU

M

Proaktif Investigatif

Sumber Informai Risk Assesmen Temuan Audit

Tuduhan

Keluhan Tip

Temuan

Audit

Output Identifikasi fraud Indikasi awal

adanya fraud

Bukti

ada/tidakny

a

pelanggaran

Selanjutnya bagian berikut dikembangkan lebih lanjut dengan

memasukkan unsur tindak pidana (lihat diagram dibawah ini).Jenis

Penugasan

Akuntansi Forensik

Fraud Audit

Proaktif Investigasi

Sumber Informasi

Risk

Assessme

nt

Tuduha

n

Keluhan

Temuan

Audit

Temuan

Audit

Output Indikasi

potensi

kecuranga

n

Indikasi

awal

adanya

fraud

Bukti

ada/tidakny

a

pelanggara

n

Besarnya

kerugian

keuangan

Negara

Mencari

keteran

gan dan

barag

bukti

Mencari

bukti

Berkas

perkara

Memeriksa

alat bukti

Keyakinan

berdasarka

n alat bukti

Alasan

pembu

ktian

penera

pan

hukum

Novum

Hitungan Penyelid

ikan

Penyidika

n

Penunututa

n

Pemeriksaa

n disidang

Putusan

pengadilan

Upaya

hukum

Seperti dijelaskan di muka baha berbagai ketentuan perundang-

undangan, seperti hukum pidana, hukum perdata, hukum administrative

Page 13: Bab 1 Akuntansi Forensi

dan arbitrase serta alternative penyelesaian sengketa dapat dilihat

dibawah ini.

Jenis Penugasa

n

Akunsi ForensikFraud Audit

Akuntansi

kerugian

Hukum:

Pidana

Perdata

Administrative

Arbitrase dan

alterative

penyelesaian

sengketa

Proaktif Invstigatif

Sumber Informasi

Risk

Assesmen

Temuan

Audit

Tuduhan

Keluhan

Tip

Temuan

Audit

OutputIdentifikasi

fraud

Indikasi

awal

adanya

fraud

Bukti

ada/tidaknya

pelanggaran

Selanjutnya bidang hukum yang lebih luas lagi dengan konvensi dan

traktat Internasional yang meliputi ekstradisi dan mutual legal assistance

(MLA) (lihat diagram dibawah ini).

Jenis Penugasa

n

Akunsi ForensikFraud Audit

Akuntansi

kerugian

Hukum:

Pidana

Perdata

Administrative

Arbitrase dan

alterative

penyelesaian

sengketa

Ekstradisi dan MLA

Proaktif Invstigatif

Sumber Informasi

Risk

Assesmen

Temuan

Audit

Tuduhan

Keluhan

Tip

Temuan

Audit

OutputIdentifikasi

fraud

Indikasi

awal

adanya

fraud

Bukti

ada/tidaknya

pelanggaran

2.9. SEGITIGA AKUNTANSI FORENSIK

Page 14: Bab 1 Akuntansi Forensi

Konsep yang digunakan dalam segitiga akuntansi forensik adalah

konsep hukum yang paling penting dalam menetapkan ada atau

tidaknya kerugian. Disektor publik maupun privat, akuntansi forensik

berurusan dengan kerugian. Di sektor publik ada kerugian negara dan

kerugian keuangan negara. Di sektor privat juga ada kerugian yang

timbul karena cidera janji dalam suatu perikatan. Kerugian adalah titik

pertama dalam segitiga akuntansi forensik.

Titik kedua adalah perbuatan melawan hukum. Tanpa perbuatan

melawan hukum, tidak ada yang dapat dituntut untuk menggant

kerugian. Titik ketiga adalah adanya keterkaitan antara kerugian dan

perbuatan melawan hukum atau ada hubungan kausalitas antara

kerugian dan perbuatan melawan hukum.

Perbuatan melawan hukum dan hubungan kausalitas adalah

ranahnya para ahli dan praktisi hukum. Perhitungan besarnya kerugian

adalah ranahnya para akuntan forensik. Dalam mengumpulkan bukti

untuk menetapkan adanya hubungan kausalitas, akuntan forensik dapat

membantu ahli dan praktisi hukum

2.10. FOSA DAN COSAFraud audit terdiri dari dua komponen, yaitu:

1. Proactive fraud audit, yang berada di luar payung akuntansi forensic

2. Investigative audit, bagian dari akuntansi forensic

Fraud-oriented system audit (FOSA) adalah kajian sistem yang

bertujuan untuk mengidentifikasikan potensi fraud secara umum.

Sedangkan Corruption-oriented systems audit (COSA) bertujuan untuk

mengidentifikasi potensi korupsi.

2.11. SISTEMATIKA FOSA DAN COSA

Page 15: Bab 1 Akuntansi Forensi

Langkah pertama adalah mengumpulkan materi untuk menilai

adanya potensi atau resiko fraud dalam system dari entitas yang dikaji.

Perlatan FOSA yang dapat dipergunakan :

1. Memahami entitas dengan baik

2. Segitiga fraud

3. Wawancara, bukan introgasi

4. Kuesioner, ditindak lanjuti dengan substansiasi

5. Observasi lapangan

6. Sampling dan timing

7. Titik lemah dalam sistem pengadaan barang dan jasa

8. Profiling

9. Analisis data

Potensi fraud dalam sistem dari entitas yang bersangkutan dapat

dilihat pada:

1. Kelemahan sistem dan kepatuhan

2. Entitas sering kali menyajikan pihak – pihak yang disebutnya

stakeholders

FOSA mendapatkan informasi melalui berbagai sumber :

1. Entitas yang bersangkutan seharusnya merupakan sumber penting

2. Pressure group seperti media dan Lembaga Swadaya Masyarakat

merupakan sumber informasi penting

3. Whistleblowers merupakan sumber yang memberikan warna lain

dalam pengumpulan materi untuk mengidentifikasikan potensi dan

resiko fraud

4. Masyarakat sering kali berani melaporkan ketidakberesan dalam

suatu entitas

5. Google atau search engine lainnya

Page 16: Bab 1 Akuntansi Forensi

Langkah kedua dalam FOSA adalah menganalisis dan

menyimpulkan berbagai informasi yang diperoleh dalam langkah

pertama. Pelaksana FOSA mnggabungkan berbagai analisis tentang

potensi atau resiko fraud yang satu sama lain mungkin tidak sejalan,

dan ada kesenjangan.