3
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energimerupakan salah satu kebutuhan yang harusdipenuhi dalam keberlangsungan hidup manusia dan sekaligus menjadi tolak ukur perkembang suatu negara. Perkembangan zaman menyebabkan pertambahan konsumsi energi global, termasuk Indonesia. Selama ini, pemenuhan kebutuhan energi bersum dari bahan bakar fosil, seperti minyak bumi dan batubara. Padahal sumber tersebut membutuhkan waktu yang sangat lama untuk pembaharuannya. Berdasarkan data dari Kementerian ES! "epublik Indonesia, konsumsi energ pada tahun #$%% masih didominasi oleh energi fosil, yaitu panas bumi seb juta setara barel minyak 'SB!(, tenaga air sebesar )% juta SB!, gas alam #*% juta SB!, biomassa sebesar #+$ juta SB!, batubara sebesar )) juta SB! dan yang paling besar penggunaanya adalah minyak bumi sebesar &- juta SB! leh karena itu mengurangi kontribusi bahan bakar fosil pada sis global, dan mensubstitusinya dengan sumber energi baru terbarukan, merupa tantangan besar bagi masyarakat dunia. Indonesia memiliki luas daerah dan tanah yang relatif subur Indonesia berpotensi untuk mengembangkan bahan bakar dari tumbuhan biofuel. Ketersediaan /adanganbahan bakarinidapatdiatur sesuai dengan kebutuhan, sehingga kestabilan nera/a minyak dan energi nasional Biodiesel B0%$ dan bioetanol E0%$ adalah dua jenis biofuel yang dikembang Indonesia. Sebagai bahan bakar /air 'biofuel(, biodiesel dapat langsung dimasuk ke dalam mesin diesel tanpa perlu memodifikasi mesin dan dapat dengan solar untuk menghasilkan /ampuran biodiesel yang ber0/etane lebih tinggi. !enggunakan bahan bakar 'biofuel( khususnya biodiesel dapat solusi bagi Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan ba solar. Biodiesel terbukti ramah lingkungan karena tidak mengandung sulfur '1nonymous,#$$+(. 1

BAB 1 Detector

Embed Size (px)

DESCRIPTION

biodiesel

Citation preview

2

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangEnergi merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam keberlangsungan hidup manusia dan sekaligus menjadi tolak ukur perkembangan suatu negara. Perkembangan zaman menyebabkan pertambahan konsumsi energi global, termasuk Indonesia. Selama ini, pemenuhan kebutuhan energi bersumber dari bahan bakar fosil, seperti minyak bumi dan batubara. Padahal sumber energi tersebut membutuhkan waktu yang sangat lama untuk pembaharuannya. Berdasarkan data dari Kementerian ESDM Republik Indonesia, konsumsi energi pada tahun 2011 masih didominasi oleh energi fosil, yaitu panas bumi sebesar 15 juta setara barel minyak (SBM), tenaga air sebesar 31 juta SBM, gas alam sebesar 261 juta SBM, biomassa sebesar 280 juta SBM, batubara sebesar 334 juta SBM, dan yang paling besar penggunaanya adalah minyak bumi sebesar 594 juta SBM. Oleh karena itu mengurangi kontribusi bahan bakar fosil pada sistem energi global, dan mensubstitusinya dengan sumber energi baru terbarukan, merupakan tantangan besar bagi masyarakat dunia. Indonesia memiliki luas daerah dan tanah yang relatif subur sehingga Indonesia berpotensi untuk mengembangkan bahan bakar dari tumbuhan atau biofuel. Ketersediaan cadangan bahan bakar ini dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, sehingga kestabilan neraca minyak dan energi nasional terjamin. Biodiesel B-10 dan bioetanol E-10 adalah dua jenis biofuel yang dikembangkan di Indonesia.Sebagai bahan bakar cair (biofuel), biodiesel dapat langsung dimasukkan ke dalam mesin diesel tanpa perlu memodifikasi mesin dan dapat dicampur dengan solar untuk menghasilkan campuran biodiesel yang ber-cetane lebih tinggi. Menggunakan bahan bakar (biofuel) khususnya biodiesel dapat menjadi solusi bagi Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar solar. Biodiesel terbukti ramah lingkungan karena tidak mengandung sulfur (Anonymous,2008).Indonesia merupakan salah satu negara terbesar penghasil minyak kelapa sawit. Produksi minyak kelapa sawit yang terus meningkat, juga mengakibatkan peningkatan terhadap limbah yang dihasilkan. Proses dalam pengekstraksian minyak kelapa sawit/crude palm oil (CPO) diperlukan air dalam kuantitas yang sangat besar dari buah sawit segar. Kemudian 50% dari air tersebut menjadi limbah efluen minyak sawit atau yang dikenal dengan istilah palm oil-mill effluent (POME). POME mempunyai kandungan senyawa kompleks yang tinggi seperti karbohidrat, protein, lemak dan mineral. (Ahmad etal, 2003). POME yang dibuang tanpa diolah terlebih dahulu dapat mengakibatkan pencemaran pada lingkungan seperti perairan sungai. Dalam penelitian pembuatan biodiesel ini menggunakan bahan baku dari Minyak Limbah cair pengolahan minyak kelapa sawit (POME) yang sebelumnya telah diesterifikasi terlebih dahulu.

1.2. Rumusan MasalahYang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:1. apakah minyak limbah pengolahan kelapa sawit (POME) dapat direaksikan secara transesterifikasi setelah direaksikan secara esterifikasi menjadi biodiesel dengan menggunakan katalis KOH.2. bagaimana pengaruh variasi persen katalis KOH terhadap kualitas biodiesel yag dihasilkan (densitas, viskositas dan angka asam).3. bagaimana pengaruh variasi persen katalis KOH terhadap komponen-komponen penyusun biodiesel hasil dari reaksi transesterifikasi minyak limbah pengolahan kelapa sawit (POME).

1.3. Hipotesa1. Minyak limbah pengolahan kelapa sawit (POME) dapat direaksikan secara transesterifikasi menjadi biodiesel dengan menggunakan katalis KOH.2. Semakin besar persen katalis, densitas biodiesel semakin tinggi, viskositas semakin kecil, yield semakin kecil menurut (Dyah, S., 2011).3. Variasi persen katalis sangat mempengaruhi komponen-komponen penyusun biodiesel menurut (Mulana, Farid., 2011).1.4. Tujuan Penelitian1. Menghasilkan biodiesel dari Minyak limbah pengolahan kelapa sawit (POME) melalui reaksi transesterifikasi.2. Mengetahui pengaruh persen katalis KOH terhadap kualitas dan kuantitas biodiesel dengan parameter densitas, viskositas, FFA, angka asam, dan komponen penyusun biodiesel.3. Mengetahui komponen-komponen penyusun biodiesel dari reaksi transesterisikasi minyak limbah pengolahan kelapa sawit (POME).1.5. Manfaat Penelitian1. Memberikan informasi bahwa minyak limbah pengolahan kelapa sawit (POME) dapat di-recycle enjadi energi alternatif (biodiesel) dengan proses transesterifikasi.2. Biodiesel yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang dapat diperbaharui dan dapat diaplikasikan di Industri.3. Untuk mengurangi permasalahan pencemaran lingkungan dengan pemanfaatan minyak limbah pengolahan kelapa sawit (POME) sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.

1.6. Ruang LingkupPenelitian dilakukan di Laboratorium Energi Baru dan Terbarukan, dimulai pada bulan Desember 2014 April 2015, dengan menggunakan minyak limbah pengolahan kelapa sawit (POME), PT Suban Cipta Mandiri, Lempuing Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, sebagai bahan baku utama dan metanol sebagai pelarut, serta KOH sebagai katalis. Penelitian ini menggunakan variabel konsentrasi katalis KOH yakni 1%w; 2%w; 2,8%w; 3%w; 3,2%w; dan 4%w dari massa minyak limbah pengolahan kelapa sawit (POME). Dimana waktu reaksi 1 jam proses transesterifikasi. Perbandingan volume minyak limbah pengolahan kelapa sawit (POME) dan methanol adalah 2 : 1.

1