32
7 BAB 1 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem adalah merupakan kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen, atau variabel yang saling terintegrasi satu sama lain (Sutabri, 2005:2). Sedangkan menurut Sugiama (2013: 226) sistem informasi merupakan sekumpulan komponen atau sub sistem yang bersatu dan berfungsi untuk mencapai tujuan tertentu. Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem adalah kumpulan dari sub sistem yang saling tergantung satu sama lain dan berfungsi untuk mencapai tujuan. Sedangkan definisi informasi menurut Sutabri (2005: 23) adalah “data yang telah diklasifikasi atau diolah atau diinterpretasi untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi adalah suatu sistem di dalam organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi, mendukung operasional, bersifat manajerial, dan kegiatan strategi yang menghasilkan informasi bagi pengambil keputusan atau untuk mengendalikan organisasi. sistem informasi terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan istilah blok bangunan (building block) meliputi blok masukkan (input block), blok model (model block), blok keluaran (output block), blok teknologi (technology block), blok basis data (database block) dan blok Kendali (control block). Blok masukkan (input block) merupakan input mewakili data yang masuk ke dalam informasi. Input termasuk metode-metode dan media yang digunakan untuk menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa dokumen dasar. Blok model (model block) terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan metode matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan cara tertentu untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan. Blok Keluaran (output block) merupakan produk dari sistem informasi berupa keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem. Blok Teknologi (technology block) II

BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

7

BAB 1

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Informasi

Sistem adalah merupakan kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen,

atau variabel yang saling terintegrasi satu sama lain (Sutabri, 2005:2). Sedangkan

menurut Sugiama (2013: 226) sistem informasi merupakan sekumpulan komponen

atau sub sistem yang bersatu dan berfungsi untuk mencapai tujuan tertentu. Dari

dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem adalah kumpulan dari sub

sistem yang saling tergantung satu sama lain dan berfungsi untuk mencapai tujuan.

Sedangkan definisi informasi menurut Sutabri (2005: 23) adalah “data yang telah

diklasifikasi atau diolah atau diinterpretasi untuk digunakan dalam proses

pengambilan keputusan”.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi adalah suatu sistem di

dalam organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi,

mendukung operasional, bersifat manajerial, dan kegiatan strategi yang

menghasilkan informasi bagi pengambil keputusan atau untuk mengendalikan

organisasi. sistem informasi terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan

istilah blok bangunan (building block) meliputi blok masukkan (input block), blok

model (model block), blok keluaran (output block), blok teknologi (technology

block), blok basis data (database block) dan blok Kendali (control block). Blok

masukkan (input block) merupakan input mewakili data yang masuk ke dalam

informasi. Input termasuk metode-metode dan media yang digunakan untuk

menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa dokumen dasar. Blok

model (model block) terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan metode matematik

yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan

cara tertentu untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan. Blok Keluaran (output

block) merupakan produk dari sistem informasi berupa keluaran yang merupakan

informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan

manajemen serta semua pemakai sistem. Blok Teknologi (technology block)

II

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 2: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

8

merupakan alat untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan

mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran serta membantu

pengendalian diri secara keseluruhan. Adapun teknologi terdiri dari teknisi,

perangkat lunak dan perangkat keras. Blok basis data (database block) merupakan

kumpulan dari data yang saling berhubungan satu sama lain, tersimpan diperangkat

keras komputer dan menggunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Blok

Kendali (control block) merupankan pengendalian yang dirancang dan diterapkan

untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun

bila terlanjur terjadi dapat langsung cepat diatasi.

Sutanta (2003) menjelaskan bahwa komponen fisik sistem informasi terdiri

dari perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), berkas (file), prosedur

(procedure) dan manusia (brainware).

2.2.1 Pengembangan Sistem Informasi

Pengembangan sistem (system development) dapat berarti penyusunan suatu

sistem baru untuk menggantikan sistem lama secara keseluruhan atau memperbaiki

sistem yang ada (Jogiyanto, 2005: 35). Jogiyanto (2005: 37) menjelaskan bahwa

adanya permasalahan, kesempatan, maka sistem baru perlu dikembangkan untuk

pemecahan permasalahan yang timbul, meraih kesempatan yang ada atau

memenuhi intruksi yang diberikan. Adapun menurut Kristanto (2008: 39)

pengembangan sistem informasi yang direalisasikan dengan bantuan komputer

(computer information system) melalui suatu tahapan yang disebut dengan sistem

analis dan desain. Sistem analis dan desain adalah peningkatan kinerja suatu

organisasi dengan tujuan perbaikan prosedur-prosedur dan metode yang lebih baik.

Sementara itu, Whittenet al. dalam Jogiyanto (2005: 38) mengungkapkan manfaat

dari pengembangan sistem bahwa dengan dikembangkannya sistem yang baru,

maka diharapkan akan terjadi peningkatan-peningkatan di sistem yang baru.

Peningkatan-peningkatan tersebut diantaranya:

1. Performance (kinerja), peningkatan kinerja sistem yang baru sehingga sistem

menjadi lebih efektif. Kinerja dapat diukur dari response time dan juga

troughput. Troughput adalah jumlah beban pekerjaan yang dilakukan suatu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 3: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

9

saat tertentu. Response time merupakan rata-rata waktu tertunda diantara dua

pekerjaan ditambah dengan waktu response untuk menanggapi pekerjaan

tersebut.

2. Information (informasi), peningkatan kualitas informasi yang ada di dalam

sistem sebelumnya.

3. Economy (ekonomis), peningkatan untuk manfaat-manfaat atau penurunan-

penurunan biaya yang ada.

4. Control (pengendalian), peningkatan terhadap pengendalian untuk

menemukan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi

5. Efficiency (efisiensi), peningkatan untuk efisiensi operasi. Terdapat

perbedaan antara Efisiensi dengan ekonomis. Ekonomis berhubungan dengan

tingkat sumber daya yang digunakan dengan tingkat pemborosan yang

minimum. Efisiensi dapat diukur dari output dengan inputnya.

6. Services (pelayanan), peningkatan untuk pelayanan yang diberikan oleh

sistem.

2.2.2 Siklus Hidup Pengembangan Sistem Informasi

Siklus hidup dari pengembangan sistem merupakan interpretasi yang

digunakan untuk mempresentasikan langkah-langkah tahapan kerja yang dilakukan

dalam mengembangkan sistem. Jogiyanto (2005: 41-52) berpendapat bahwa proses

pengembangan sistem terdiri dari tahapan mulai dari sistem itu direncanakan

sampai dengan sistem diterapkan, dioperasikan dan dipelihara. Apabila operasi

sistem yang sudah dilakukan pengembangan timbul permasalahan-permasalahan

yang kritis dan tidak dapat diatasi didalam tahap pemeliharaan sistem, maka

diperlukan pengembangan kembali pada tahap pertama, yaitu tahapan perencanaan

sistem.

Menurut Jogiyanto (2005: 41-52) tahapan siklus hidup pengembangan sistem

terdiri dari tahapan perencanaan sistem, analisis sistem, desain sistem, seleksi

sistem, implementasi siste dan perawatan sistem. Tahapan siklus hidup

pengembangan sistem terdiri dari tiga fase atau bagian. Bagian pertama yaitu awal

proyek sistem meliputi tahapan kerja kebijakan serta perencanaan sistem. Bagian

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 4: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

10

kedua adalah bagian pengembangan sistem tahapan kerja analisis sistem,

perancangan sistem secara umum, perancangan sistem secara terinci, seleksi sistem

dan implementasi sistem. Penjelasan lebih lanjut tentang siklus hidup

pengembangan sistem dapat dilihat dalam Gambar 2.1 berikut.

Sumber: Jogiyanto (2005, hal. 52)

Gambar 1.1 Siklus Pengembangan Sistem

1. Awal Proyek Sistem

Kebijakan dan perencanan sistemadalah langkah pertama dalam proses

pengembangan sistem. Sebelum dilakukan tahapan perencanaan sistem,

manajemen harus membuatterlebih dahulu kebijakan untuk pengembangan sistem

yang dibutuhkan oleh perusahaan. Hal ini sangat penting, karena kebijakan tersebut

merupakan aturan yang menjadi dasar dari proses pelaksanaan pengembangan

sistem yang akan mempermudah dalam pelaksanaan tahapan-tahapan berikutnya.

Selanjutnya melakukan perencanaan sistem yang merupakan satu dari tahapan

pengembangan sistem pertama, tahap ini menentukan rangkaian atau kerangka

kerja menyeluruh. Perencanaan sistem (system planning) menyangkut estimasi dari

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 5: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

11

kebutuhan-kebutuhan atas fisik, tenaga kerja, dan pendanaan yang dibutuhkan

dalam mendukung pengembangan sistem serta untuk mendukung operasi setelah

diterapkan. Bagian ini para senior manajer yang profesional guna menemukan

strategi untuk mendukung rencana yang telah ditetapkan oleh suatu perusahaan atau

organisasi.

2. Pengembangan Sistem

Pengembangan sistem terdiri beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Analisis Sistem

Tahapan ini merupakan tahapan sistem yang dianalisis untuk membuat

keputusan jika sistem yang ada mempunyai masalah atau tidak berfungsi

baik dan hasil dari analsisnya digunakan untuk dasar perbaikan sistem,

mengetahui ruang lingkup pekerjaan yang ditangani, memahami sistem

yang ada atau sedang berjalan dan mengidentifikasi masalah yang

berujung pada pencarian solusi.

b. Perancangan sistem

Tahap ini bertujuan untuk mendesain sistem yang baru

yang kemudian dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada dan

dipilih sesuai pemilihan alternatif sistem yang terbaik.

c. Seleksi Sistem

Merupakan perangkat lunak pada sistem informasi. Karena banyak

alternatif teknologi dan banyaknya alternatif penyedia teknologi, maka

diperlukann penyeleksian sistem.

d. Implementasi dan Penerapan

Merupakan tahap peletakan sistem agar siap dioperasikan. Tahapan ini

memiliki beberpa tujuan, yaitu:

1) Melakukan spesifikasi konsep yang ada untuk penerapan sistem

informasi yang dikembangkan.

2) Menerapkan sistem yang baru.

3) Menjamin bahwa sistem baru berjalan secara optimal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 6: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

12

3. Manajemen Sistem

Merupakan tahap akhir didalam daur hidup sistem informasi. Pada

tahapan ini, sistem informasi dioperasikan dan dikelola. Namun jika terjadi

permasalahan-permasalahan kritis mungkin tidak dapat diatasi

dalam tahap pemeliharaan sistem, maka perlu dilakukan redesign

sistem informasi yang baru untuk mengatasinya dan proses manajemen sistem

kembali lagi ke tahapan awal.

Menurut Sutabri (2005: 14) daur hidup sistem adalah “proses evolusioner

yang diikuti untuk sistem atau subsistem informasi berbasis komputer”. Daur hidup

sistem terdiri dari rangkaian tugas yang erat mengikuti langkah-langkah dalam

pendekatan sistem karena tugas-tugas tersebut mengikuti pola yang teratur dan

dilakukan secara top – down. Daur hidup sistem juga sering disebut pendekatan air

terjun (waterfall approach) bagi pengembangan sistem.

Gambar 1.2 Daur Hidup Sistem

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 7: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

13

Pembangunan sistem hanya salah satu rangkaian daur hidup dari suatu sistem.

Meskipun demikan, proses ini merupakan proses yang fundamental didalam sistem.

proses- proses ini terdiri dari:

1. Mengenali adanya Kebutuhan

Kebutuhan dapat terjadi karena hasil perkembangan dari organisasi dan jumlah

yang meningkat lebih dari kapasistas sistem yang ada.

2. Pembangunan Sistem

Prosedur atau proses yang harus dilakukan untuk menganalisis kebutuhan

yang muncul dalam membangun suatu sistem untuk dapat memenuhi

kebutuhan sistem tersebut.

3. Pemasangan Sistem

Tahapan selanjutnya yaitu pemasangan sistem. Pemasangan sistem adalah

tahap yang penting dalam daur hidup sistem. Peralihan dari tahap

pembangunan kepada tahap operasional terjadi pemasangan sistem yang

seungguhnya, yang merupakan tahap akhir dari suatu pembangunan.

4. Pengoperasian Sistem

Prosedur-prosedur dan program-program komputer pengioperasian berarti

kesesuaian dengan sistem yang telah ada

5. Sistem Menjadi Usang

Perubahan yang terjadi tidak dapat diatasi haya dengan melakukan perbaikan-

perbaikan pada sistem yang sedang dan telah berjalan. Terdapat saatnya secara

ekonomis dan teknis sistem sudah tidak layak lagi untuk digunakan dan sistem

yang baru perlu dibangun untuk pengoperasiannya. Setelah itu sistem infomasi

sistem akan melanjutkan siklus hidupnya dan akan beradaptasi terhadap

perubahan-perubahan yang dinamis. Model proses waterfall merupakan satu

dari model pengembangan perangkat lunak. Model proses ini merupakan

model yang sudah lama digunakan untuk pengembangan sistem (aplikasi)

perangkat lunak (Prahasta, 2014: 471). Model ini juga memerlukan

pendekatan sistemastis di dalam pengembangan sistem perangkat lunaknya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 8: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

14

Tahapan pengembangan dimulai dari tingkat sistem, analisis, perancangan,

impelementasi, pengujian, pengoperasian, sampai pada pemeliharaan.

Gambar 1.3 Contoh Model Tampilan Proses Waterfall

1. Rekayasa Sistem

Karena perangkat lunak bisa saja merupakan bagian dari sistem yang lebih

besar, maka dalam hal pengembangannya dimulai dari pengumpulan

kebutuhan, hal ini cukup penting karena perangkat lunak akan berintegrasi

dengan perangkat keras, data, manusia dan dengan perangkat lunak lainnya.

Tahapan ini menekankan pada pengumpulan kebutuhan (requirement) di

tingkat sistem (system requirements) dengan pendefinisian konsep sistem

beserta intarfaces yang menghubungkan dengan lingkungannya. Hasil akhir

dari tahap ini yaitu spsesifikasi sistem .

2. Analisis.

Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan kebutuhan di tingkat perangkat

lunak (software requirements). Dalam analisis ini, pengembang akan

menentukan domain data, fungsi, proses yang diperlukan beserta kinerja dan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

15

interfaces yang diperlukan. Hasil akhir tahap ini adalah spesifkasi

kebutuhan perangkat lunak (software specification).

3. Perancangan (arsitektur).

Sistem dalam perangkat lunak mempunyai 4 atribut yaitu struktur data,

detail procedures, arsitektur dan karakteristik interfaces. Pada tahap

perancangan, spesifikasi perangkat ditransformasikan ke dalam bentuk

arsitektur perangkat sistem yang memiliki karakteristik mudah dimengerti

dan tidak sulit dalam hal implemantasinya. Proses perancangan ini biasanya

dilakukan dalam dua tahap yaitu preliminary design serta detailed design.

Tahap pertama menghasilkan rancangan yang bersifat umum, sedangkan

tahap kedua akan menghasilkan rancangan secara detil hingga semua

modul, tipe data, fungsi dan prosedurnya.

4. Pemograman.

Tahapan ini disebut juga implementasi perangkat lunak atau coding. Pada

tahapan ini dilakukan implementasi dari hasil rancangan ke dalam baris-

baris kode pemrograman.

5. Pengujian. Setelah dilakukan pengimplementasian perangkat lunak,

pengujian dapat dimulai. Pengujian dilakukan lebih dulu pada setiap fungsi

atau prosedur yang ada dalam modul. Jika setiap fungsi atau prosedur

selesai diuji dan tidak bermasalah, maka modul-modulnya bisa segera

diintegerasikan sehingga membentuk perangkat lunak utuh. Kemudian

dilakukan pengujian pada tingkat perangkat lunak dan difokuskan pada

pemeriksaan hasil. Dengan asumsi bahwa apakah sudah sesuai dengan

requirements. Teknik pengujian perangkat lunak salah satunya adalah

teknik pengujian dengan menggunakan Black Box. Menurut Rouf (2013,

hal. 3) teknik pengujian black box merupakan teknik pengujian sistem

untuk mengetahui apakah fungsi dari perangkat lunak telah berjalan sesuai

dengan kebutuhan fungsional yang didefinsikan sebelumnya.

6. Pengopersian dan pemeliharaan.

Tahap ini diketahui oleh penyerahan (delivery) perangkat lunak kepada

penggunanya yang kemudian dioperasikan. Pada tahap operasional awal,

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

16

perangkat lunak mungkin mengalami kegagalan untuk menjalankan

beberapa fungsi sistemnya. Jika hal ini terjadi, maka pada fase inilah

pengembang memberikan perbaikan hingga sistem dapat berjalan

sebagaimana mestinya.

2.2.3 Model Pengembangan Sistem Prototyping

Model pengembangan sistem lainnya yaitu model pengembangan protoyping.

Pengguna ataupun pengembang lebih menyukai prototyping karena alasan

pengembangan sistem (McLeod, 2012:203) yaitu:

1. Baiknya komunikasi antara pengembang dan pengguna

2. Pengembang dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam

menentukan ebutuhan pengguna.

3. Pengguana memainkan peran yang lebih efektif dalam pengembangan

sistem.

4. Implementasi cenderung mudah karena pengguna tahu apa yang

diharapkan dari sistem informasi.

Pada proses pengembangan sistem, sering dijumpai kondisi dimana pengguna

sebenarnya telah mendefinisikan (secara umum) sejumlah sasaran bagi perangkat

lunaknya walaupun belum mendefinisikan masukan, proses, dan bentuk

keluarannya. Sementara itu di sisi lain, pihak pengembang sistem pun tidak jarang

menghadapi keraguan mengenai efektivitas, kualitas algoritma dan efisiensi yang

sedang dikembangkannya, kemampuan adaptasi sistem dan user interfaces yang

dirancangnya (Prahasta, 2014: 474). Dengan demikian, dalam hal ini, pengguna dan

pengembang belum memiliki requirements yang definitif; walaupun pengguna

ingin segera melihat versi demo-nya. Pada kondisi ini, pengembang dan pengguna

perlu berkomunikasi sampai terjadi kesepakatan yang menyebabkan requirements-

nya menjadi definitif. Karena itulah pendekatan model proses prototyping dapat

dikatakan lebih menguntungkan dan juga bersifat fleksibel. Prototyping merupakan

model pengembangan sistem perangkat lunak yang juga melibatkan proses

pembentukan model versi perangkat lunak secara interaktif.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 11: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

17

Model ini memiliki tiga bentuk yaitu:

1. Prototype di atas kertas atau berbasis sistem komputer yang menggambarkan

diagram interaksi yang mungkin terjadi

2. Working type yang menerapkan sebagian fungsi yang ditawarkan oleh

perangkat lunak.

3. Program jadi yang mampu melakukan fungsi yang ditawarkan meskipun

masih terdapat beberapa fitur yang membutuhkan pengembangan lebih lanjut.

Gambar 2.4 berikut ini menggambarkan tahapan pengembangan sistem

model prototyping.

Gambar 1.4 Contoh Model Proses Prototyping

1. Pengumpulan cepat untuk kebutuhan sistem dilakukan pengguna dan

pengembang. Aktivitas ini sejajar dengan tahap rekayasa sistem dan tahap

analisis yang terdapat dalam model proses waterfall.

2. Perancangan cepat prototipe untuk aplikasi perangkat lunak (quick design

yang dilakukan oleh pengembang). Aktivitas ini ekivalen dengan fase

perancangan dalam model proses waterfall.

3. Pembentukan prototipe untuk aplikasi perangkat lunak (dilakukan oleh

pengembang). Aktivitas ini ekivalen dengan tahap implementasi dalam

model proses waterfall.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 12: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

18

4. Evaluasi prototipe untuk perangkat lunak (dilakukan oleh pengguna ataupun

pengembang). Aktivitas ini ekivalen dengan tahap implementasi dalam

model proses waterfall.

5. Perbaikan prototipe untuk perangkat lunak (dilakukan oleh pengembang).

Aktivitas ini merupakan pengulangan (repetasi perbaikan) kepada proses

berikutnya untuk produk yang sesuai dengan kebutuhan pengguna sistem.

2.2 Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Pada umumnya sebuah sistem terdiri atas input, process, dan output. Pada

Sistem Informasi Manajemen input atau masukan berupa data-data perusahaan

diolah untuk menghasilkan output (keluaran) menghasilkan informasi yang dapat

dipakai oleh para manajer dalam mengambil keputusan untuk memecahkan

persoalan dalam perusahaan dan untuk mencapai target dan tujuan perusahaan

(Nugroho, 2008). Menurut Kristanto (2008: 29) sistem informasi manajemen atau

SIM merupakan “suatu sistem yang biasanya diterapkan dalam suatu organisasi

untuk mendukung pengambilan keputusan dan informasi yang dihasilkan

dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen atau dengan kata lain teknik

pengelolaan informasi dalam suatu organisasi”. Sedangkan menurut Sugiama

(2013: 184) Sistem Informasi Manajemen adalah “sistem yang terintegrasi untuk

menyajikan informasi sebagai pendukung operasi, manajemen dan pengambilan

keputusan”.

Berdasarkan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi

manajemen adalah sistem (input, proces dan output) yang terintegrasi dan

diterapkan dalam suatu organisasi dalam mendukung pengoperasian, manajemen

dan juga pengambilan keputusan.

Adapun tujuan dari sistem informasi manajemen menurut Reddy et. al (2009)

yaitu:

1. Dapat memberikan basiss data sebagai sinyal bagi pengambilan keputusan

secara eksternal.

2. Dapat melakukan otomatisasi rutin sehingga dapat membantu pekerjaan

manusia

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 13: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

19

3. Membantu pihak manajemen dalam membuat keputusan yang rutin.

4. Membantu penyediaan informasi untuk mendkung eputusan non rutin.

5. berfungsi sebagai senjata untuk mendapatkan keuntungan yang kompetitif.

2.3 Sistem Informasi Manejemen Aset

Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA) Sugiama (2013: 185) merupakan

sekumpulan atau serangkaian sub-sistem informasi yang diintegrasikan secara

sistematis dan rasional untuk mentransformasikan data yang kemudian menjadi

informasi mengenai aset, sehingga dapat berguna sebagai pengambil keputusan

dalam pengelolaan aset dalam sebuah organisasi”.

Siregar (2004, hal. 518) menyatakan bahwa SIMA adalah hubungan

terintegrasi diantara lima tahapan kerja yaitu:

1. Inventarisasi aset meliputi dua aspek yakni inventarisasi fisik yang terdiri atas

bentuk, luas, lokasi, volume atau jumlah, jenis, alamat serta aspek legal yang

terdiri atas status penguasaan, masalah legal, batas akhir penguasaan. Proses

kerja yang dilakukan adalah pendataan, kodefikasi atau labeling,

pengelompokan dan pembukuan atau administrasi sesuai dengan tujuan dan

manajemen aset.

2. Legal audit adalah lingkup kerja manajemen aset yang berhubungan dengan

aspek yuridis di dalam siklus manajemen aset termasuk inventarisasi dan

pengoperasiannya.

3. Penilaian aset adalah satu proses kerja untuk menilai aset yang dikuasai yang

dilakukan oleh konsultan penilaian yang independen.

4. Optimalisasi aset adalah proses di dalam siklus manajemen aset meliputi

optimalisasi potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah atau volume, legal dan

ekonomi yang dimiliki suatu aset.

Penjelasan lebih rinci tentang tahapan kerja manajemen aset dapat dilihat

pada Gambar 2.5.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 14: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

20

Sumber: Siregar (2004, hal. 518)

Gambar 1.5 Alur Manajemen Aset

Lebih lanjut, Siregar (2004: 567-568) menyatakan bahwa secara teknologi,

SIMA harus dikembangkan dalam suatu desain sistem yang andal dan

berkemampuan untuk mengakomodasi perkembangan yang pesat dari teknologi

komunikasi dan ICT. Desain teknologi SIMA menurut Siregar (2004: 567-568),

setidaknya harus memenuhi kriteria-kriteria berikut ini:

1. Spatial-Based Approach

Sistem informasi manajemen aset dikembangkan dengan menggabungkan

basis data aset (tekstual dan tabular) dengan basis data spasial (geografis).

2. Lite, Subsystem of Core System

Sistem informasi manajemen aset dapat diintegrasikan sebagai bagian dari

sistem informasi keuangan daerah (SIKD) atau dengan sistem informasi

manajemen pemerintah daerah (SIMPD).

OPTIMALISASI PEMANFAATAN ASET

PENILAIAN ASET

LEGAL AUDIT

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET

INVENTARISASI ASET

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 15: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

21

3. Multi Platform

Dapat dijalankan didalam berbagai platform sistem informasi. Ini

memberikan fleksibitas dan kemudahan dalam proses instalasi,

pengoperasian dan juga pengembangan di masa datang.

4. Scallable

Teknologi yang dikembangkan merupakan PC-Based dengan database yang

memiliki skalabilitas yang cukup tinggi untuk menangani data aset yang terus

berkembang.

5. Simple User (User’s Friendly)

Ini merupakan terminologi untuk menunjukan bahwa Sistem informasi

manajemen aset mudah untuk digunakan (dioperasikan) tanpa membutuhkan

pengetahuan juga keterampilan penggunaan dalam teknologi informasi atau

komputer yang tinggi.

6. Component (Object) Based

Dirancang dengan menggunakan model component atau object based yang

dapat memberikan kemudahan untuk dilakukan reenginering atau diperkaya

dengan fitur lain yang dibutuhkan sesuai dengan business process pengolahan

aset.

7. Real-Time Scenarios

Desain arsitektur SIMA dikembangkan dengan menggunakan skenario, yang

kemudian bisa dioperasikan off-line ataupun on-line tergantung kepada

kebutuhan masing-masing daerah.

berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi

Manajemen Aset (SIMA) adalah sekumpulan sub-sistem informasi yang sistematis

untuk merubah data menjadi informasi tentang aset serta pengembangannya paling

tidak harus memenuhi kriteria yang ada.

2.3.1 Inventarisasi dalam Sistem Informasi Manajemen Aset

Sistem informasi manajemen aset berkaitan dengan siklus manajemen aset

baik berdasarkan teori maupu berdasarkan peraturan perundang – undangan. Siklus

manaejemen aset merujuk pada daur hidup di dalam proses manajemen aset.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 16: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

22

Keputusan Direksi Perum Jasa Tirta II nomor 1/361/KPTS/2012 tentang Pedoman

Pelaksanaan Inventarisasi Kekayaan Milik Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta

II menyatakan bahwa inventarisasi barang adalah kegiatan yang meliputi

pencatatan, pengkodean, pemberian nomor registrasi, perhitungan, pelaporan dan

penghapusan barang. Dalam konsep inventarisasi tugas yang mencakup pencatatan

aset pada suatu waktu tertentu (periodik). Pada inventarisasi terdapat dua pekerjaan

inti yaitu inventarisasi aset secara fisik dan inventarisasi aset secara legal. Sugiama

(2013:175) menjelaskan bahwa inventarisasi aset memiliki banyak manfaat

diantaranya:

1. Dimiliki database kualitas dan kuantitas aset;

2. Dapat diketahui penggunaan dan pemanfaatan atas aset;

3. Membantu pihak terkait dalam operasi dan pemeliharaan aset;

4. Meningkatkan keamanan fisik dan yuridis atas aset yang bersangkutan.

Manfaat dapat tercapai dalam hal inventarisasi aset jika terdapat kesesuaian antara

seluruh hal yang terjadi di lapangan dengan realisasi kemampuan organisasi dalam

mendata, mencatat dan melaporkan aset. Inventarisasi dalam penerapannya di suatu

organisasi merupakan tahapan yang paling membutuhkan waktu yang cukup lama

dengan ketelitian yang tinggi. Hal ini yang menjadi alasan kenapa inventarisasi

sering dirasa sulit untuk di terapkan di dalam organisasi. Dengan dasar tersebut,

untuk mempermudah pencatatan, pendataan dan pelaporan diperlukan suatu sistem

yang diharapkan dapat membantu seluruh proses inventarisasi yang ada di

organisasi. Sistem informasi manajemen aset merupakan sistem informasi sebagai

keluaran dari perangkat lunak yang dapat membatu pengelolaan aset di dalam

organisasi. Database aset merupakan sekumpulan data dan informasi yang

berkaitan dengan aset yang ada di suatu organisasi sehingga database memiliki

kedudukan sama dengan input atas sistem informasi manajemen aset. Sistem

informasi manajemen aset pada dasarnya membatu pencatatan yang dilakukan

manual menjadi komputerisasi (computer-based information system). Beberapa

instrumen dibutuhkan dalam melaksanakan pencatatan dan pelaporan hasil

inventarisasi. Instrumen tersebut dapat ditranspormasikan menjadi instrumen-

instrumen digital yang dimasukan kedalam komputer. Dengan demikian pencatatan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 17: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

23

dan pelaporan akan lebih mudah dilakukan jika disertakan sistem informasi dalam

prosesnya.

2.4 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Menurut Aronof dalam Prahasta (2014: 100) SIG merupakan sistem berbasis

komputer untuk menyimpan dan memanipulasi data dan informasi geografis. SIG

dirancang untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyimpan objek dan

fenomena di mana lokasi geografis merupakan karakteristik kritis atau penting

untuk dilakukan dianalisis. Berdasarkan hal tersebut, SIG merupakan sistem

komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data yang berhubungan

dengan geografis yaitu masukan, manajemen data (menyimpan serta pemanggilan

data), analisis dan juga manipulasi data dan keluaran.

Pengertian lain dari SIG menurut Demers dalam Prahasta (2014: 100), SIG

merupakan sistem komputer untuk mengumpulkan, memeriksa, mengintegrasikan,

serta menganalisis informasi yang berhubungan dengan permukaan bumi.

Berdasarkan dua definisi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa

SIG merupakan sebuah sistem informasi berbasiskan komputer yang dirancang

untuk menyimpan juga memanipulasi data dan informasi geografis. Informasi

Geografis dalam SIG merupakan kumpulan data atau fakta terkait dengan lokasi

keruangan di suatu permukaan bumi, disusun sedemikian rupa sehingga

menghasilkan informasi yang baru bersifat geografis dan berbeda dari sumber data

sebelumnya ketika masih dipisahkan. Dalam manajemen aset, SIG ini dapat

digunakan sebagai penentuan lokasi bisnis, penetapan tarif dasar pajak, pemantauan

sebaran aset yang dimiliki dan sebagai dasar penataan jangka panjang suatu kota

atau wilayah.

Sekarang sistem informasi geografis digunakan untuk berbagai kepentingan

atau keperluan dari berbagai disiplin ilmu seperti geodesi, pertanian, statistik, tata

kota dan tata wilayah (planologi) maupun oleh bidang manajemen. Oleh karena itu,

sistem informasi geografis memberikan esensi data spasial yang bisa dikelola

dengan tujuan tertentu dan dapat dimunculkan atau ditampilkan dalam suatu area

tertentu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 18: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

24

2.4.1 Komponen Perancangan SIG

Perancangan SIG terdiri dari dua komponen utama yaitu perancangan

perangkat lunak dan perancangan sistem SIG (Prahasta, 2014, hal. 467).

Perancangan SIG memerlukan pengetahuan teknis mengenai struktur data, model

data, dan juga bahasa pemograman. Dalam hal pembuatan, diperlukan keahlian

khusus untuk proses coding system.

Sumber: Prahasta (2014: 467)

Gambar 1.6 Komponen Perancangan SIG

SIG dalam hal perancangannya menekankan pada interaksi antara manusia

dengan sistem yang ada pada komputernya. Prahasta (2014, hal. 468)

mengungkapkan bahwa SIG tidak hanya sekadar aspek analisis juga komputerisasi

unsur spasial, tetapi juga manilai bagaimana integrasi sistem yang ada didalam

sebuah oraganisasi.

berdasarkan Gambar 2.6 di atas, perancangan sistem SIG bisa dibagi menjadi

dua bagian yaitu perancangan teknis (internal) dan perancangan institusional

(eksternal). Perancangan teknis akan berurusan dengan basis data dan dengan

fungsionalitas sistem. Selain perlu memastikan sistemnya berfungsi dengan baik,

kita juga perlu memahami akan hubungan antara operasional SIG dengan

organizational setting-nya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 19: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

25

Perancangan teknis tidak dapat terpisahkan dari aspek organisasinya. Oleh

sebab itu, sistem SIG dapat dianggap sukses di sisi perancangan teknisnya

sekalipun, kemungkinan masih dapat menemui kegagalan jika tidak mendapatkan

dukungan dari organisasi. Misalnya, sekalipun sistemnya sukses, tetapi jika

manajemen melihat bahwa pengoperasian sistem SIG-nya justru cenderung

berlebihan, maka kemungkinan pengoperasiannya bisa dibatasi atau bahkan

dihentikan sementara.

2.4.2 Model Perancangan SIG

Prahasta (2014, hal. 489) mengemukakan bahwa pada umumnya dimodelkan

perancangan SIG terdiri dari perancangan data, arsitektur dan interfaces.

1. Perancangan Data

Perancangan data merupakan langkah pertama dalam aktivitas perancangan

yang dilakukan selama proses perancangan rekayasa perangkat lunak

berlangsung. Pengaruh struktur data dengan kompleksitas fungsi berpengaruh

besar pada kualitas sistem yang ada. Tanpa memperhatikan teknik dalam

perancangan sistemnya, data yang sudah terancang dengan baik akan

membantu pembuatan sistem dengan struktur yang baik.

2. Perancangan Arsitektur Sistem

Dalam pengertian yang luas, perancangan arsitektur sistem dapat mencakup

semua elemen penting yang ada di dalamnya. Sementara itu, dalam ruang

lingkup yang terbatas, perancangan arsitektur sistem akan mencakup kelas-

kelas dan detil fungsi yang membentuk komponen perangkat lunaknya.

Proses ini kemudian akan mendukung kebutuhan infrastruktur yang sudah

ada dan memberikan rekomendasi khusus berkaitan dengan solusi perangkat

keras dan juga jaringan komputer berdasarkan kebutuhan pengguna. Oleh

karena itu, requirements aplikasi, data dan personil yang terlibat di dalam

organisasi merupakan faktor yang penting untuk mendapatkan solusi paling

optimum.

3. Perancangan Interfaces

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 20: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

26

Perancangan arsitektur sistem perangkat lunak sistem informasi geografis

menyediakan gambaran tentang beberapa struktur kelas program. Berkaitan

dengan hal tersebut, terkadang beberapa pengembang menyertakan informasi

tentang rancangan interfaces. Meskipun demikian, perancangan interface

lebih banyak terfokus pada interfaces antar-modul, interfaces antara sistem

dengan terminator selain manusia dan interfaces antara sistem dengan

manusia (user-interfaces).

4. Perancangan perangkat keras

Dalam konteks rekayasa perangkat lunak, perancangan perangkat keras (pada

hardware level atau configuration item) jarang diadakan pembahasan secara

khusus dalam konteks perancangan SIG, tetapi tentu saja spesifikasi

mengenai komponen perangkat keras perlu disediakan terlepas dari apakah

akan presentasikan sebagai bagian dari produk model perancangan atau

produk model analisis. Penentuan spesifikasi perangkat keras dapat dilakukan

secara terpisah dari permodelan analisis dengan pendeskripsian komponen

perangkat keras beserta spesifikasinya.

2.4.3 Basis Data

Sistem Informasi dalam SIG tidak terlepas dari basis data, karena SIG

tentunya memerlukan basis data. Selain itu, semua sistem informasi geografis

secara inherent dilengkapi kemampuan dalam pengelolaan basisdata (Prahasta,

2014). Connlolly dan Begg (2005: 15) menjelaskan basisdata sebagai sekumpulan

data yang saling terintegrasi secara logika yang dirancang untuk memenuhi

kebutuhan informasi didalam suatu organisasi. Sedangkan menurut Jogiyanto

(1999: 265) basis data adalah sekumpulan data yang saling berhubungan satusama

lain, tersimpan di dalam perangkat keras komputer dan menggunakan perangkat

lunak untuk memanipulasinya.

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa basis data

adalah sekumpulan data yang saling terintegrasi, bersifat non-redundant dan dapat

dimanipulasi oleh suatu perangkat lunak untuk dapat membentuk suatu konstuk

informasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 21: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

27

Prahasta (2014: 272) mengungkapkan beberapa keuntungan yang akan

didapatkan untuk penggunaan basisdata, yaitu:

1. Mereduksi duplikasi yang pada akhirnya akan mencegah datangnya

masalah inkonsistensi serta isolasi data.

2. Mudah dikembangkan secara lebih lanjut baik untuk struktur maupun

dimensinya.

3. Memperoleh kecepatan, kemudahan dan efisiensi akses data.

4. Mendapatkan fasilitas penjagaan untuk integritas data.

5. Menyebabkan data untuk menjadi self-documented dan sefl-descriptive.

6. Mereduksi biaya pengembangan untuk perangkat lunak aplikasinya.

7. Meningkatkan keamanan data.

2.4.4 Database Management System (DMBS)

Jogiyanto (1999: 290) berpendapat bahwa Data Base Management System

(DBMS) merupakan angket perangkat lunak yang digunakan untuk memanipulasi

basis data. Sedangkan Data Base Management System menurut Connolly dan Begg

(2002: 16) merupakan sistem perangkat lunak yang dapat memungkinkan user

untuk mendefinisikan, membuat, memelihara, dan menyediakan kontrol data dalam

aksesibilitas basis data”.

Menurut Connolly dan Begg (2005: 16-17) umumnya DBMS menyediakan

beberapa fasilitas sebagai berikut:

1. Data Definition Language (DDL)

DDL merupakan suatu bahasa dalam basis data yang memperbolehkan user

untuk mendeskripsikan dan juga memberi nama atas suatu entitas, atribut dan

relasi data yang diminta oleh aplikasi, juga batasan keamanan dan integritas

datanya.

2. Data Manipulation Language (DML)

DML adalah bahasa yang menyediakan suatu operasi untuk mendukung

pengoperasian manipulasi data dasar yang ada pada basis data. Pengoperasian

data yang dimanipulasi pada umumnya meliputi :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 22: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

28

a. Penambahan data baru dalam basis data.

b. Modifikasi data yang telah disimpan dalam basis data.

c. Pengembalian data yang ada dalam basis data.

d. Penghapusan data dari basis data.

3. Pengendalian akses ke basis data sistem:

a. keamanan.

b. pengaturan (concurrency)

c. integritas.

d. pengendali pemulihan.

e. User accessible catalogue.

2.4.5 Alat Bantu Perancangan Sistem

Analisis terstruktur adalah suatu metode analisis dengan menggunakan alat

atau sarana yang digunakan untuk membuat sistem yang terstruktur. Alat sistem

yang akan dijelaskan sebagai model sistem yang akan dilakukan perancangan

adalah sebagai berikut (Sutabri, 2004, hal. 135):

A. Data Flow Diagram (DFD)

Data flow diagram mempresentasikan sistem yang seakan-akan

mencermikan penekanan pada data, tetapi sebenarnya DFD lebih menekankan pada

prespektif proses. Pengertian umum dari data flow diagram adalah suatu jaringan

yang menggambarkan sistem automatis atau komputerisasi, manualisasi ataupun

gabungan dari keduanya, yang dalam penggambarannya disusun dalam bentuk

kumpulan komponen sistem yang saling terintegrasi sesuai dengan aturan mainnya.

Data flow diagram terdiri dua bentuk, yaitu physical data flow diagram dan juga

logical data flow diagram (Jogiyanto, 2005). Physical data flow diagram lebih

berfokus pada proses manual sistem. Logical data flow diagram menekankan

logika dari kebutuhan sistem, yaitu proses logika yang dibutuhkan oleh sistem.

kelebihan dari DFD adalah kemungkinan untuk penggambaran sistem dari level

yang tinggi kemudian menguraikannya menjadi level-level yang lebih rendah

(dekomposisi), sedangkan kekurangannya adalah tidak menunjukkan proses

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 23: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

29

keputusan, proses pengulangan (looping) dan proses perhitungan. Berikut adalah

beberapa keuntungan lainnya dari DFD yaitu:

a. DFD untuk memperbaiki dan mendeteksi terjadinya kesalahan logika di

dalam tahap awal perancangan sistem informasi. Dimana perbaikan yang ada

pada tahap awal ini akan mengurangi biaya perbaikan dibandingkan jika

kesalahan telah dideteksi pada tahap akhir (programming, implementation

dan testing).

b. Pemahaman yang lebih jauh mengenai hubungan antara sistem dan sub

sistem.

c. Memudahkan pemahaman user terhadap sistem dengan adanya diagram

secara visual.

d. Memudahkan analisis sistem secara utuh, termasuk aliran data dan proses

yang dilakukan oleh sistem.

DFD disusun atas dasar simbol-simbol tertentu. Simbol yang digunakan

dalam membuat ada empat buah simbol data flow diagram yang dapat dilihat pada

gambar 2.7

Sumber: Sutabri (2004, hal. 136)

Gambar 1.7 Simbol Data Flow Diagram

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 24: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

30

Berikut merupakan teknik pemembuatan Data Flow Diagram (DFD) yang

umum digunakan (Sutabri, 2004, hal. 137-139):

a. Mulai dari tingkatan yang lebih tinggi atau yang umum, kemudian diuraikan

sampai lebih detail atau tingkatan lebih rendah, yang dikenal dengan istilah

“Top Down Anaysis”.

b. Jabarkan proses yang terjadi di dalam DFD serinci mungkin hingga tidak

dapat diuraikan lagi.

c. Pelihara konsistensi proses yang ada di dalam DFD, mulai dari diagram

dengan tingkat yang lebih tinggi sampai dengan diagram dengan tingkat yang

lebih rendah lebih rendah.

d. Berikan label dengan definisi yang jelas seperti:

1) Nama yang jelas dalam EXTERNAL ENTITY;

2) Nama yang jelas dalam PROSES;

3) Nama yang jelas dalam DATA FLOW;

4) Nama yang jelas dalam DATA STORE.

Langkah-langkah di dalam membuat DFD dibagi menjadi tiga tahap untuk

tingkat konstruksi data flow diagram, yaitu sebagai berikut:

1) Diagram Konteks

Diagram ini dibuat dalam rangka menggambarkan sumber dan tujuan data yang

akan diproses atau diagram tersebut digunakan untuk menggambarkan sistem

secara umum atau global.

2) Diagram Nol

Diagram ini dibuat untuk mempresentasikan tahapan proses yang ada di dalam

diagram konteks dengan penjabarannya yang lebih terperinci.

3) Diagram Detail

Diagram yang dibuat untuk menggambarkan arus data yang lebih mendetail

lagi dari tahap proses dalam diagram nol.

B. Diagram Entity Relationship (ER)

Diagram entity-relationship (ER) diperkenalkan Charles Bachman pada

1969-an. Kemudian, diagram ini juga dipopulerkan oleh Pin-Shan Peter Chen tahun

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 25: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

31

1967. Saat ini, diagram ER bisa digambarkan secara lebih baik dan sistematis

(Prahasta, 2014, hal. 145). Simbol dan notasi pada diagram ER menurut Korth

dalam Prahasta (2014, hal. 145) adalah:

1) Persegi panjang (garis tunggal) menggambarkan entity-set (biasa, normal,

kuat), sementara weak entity-set (entitas lemah) menggunakan garis ganda.

2) Ellips menggambarkan atribut milik entity-set.

3) Belah ketupat menggambarkan relationship-set antara dua entity-set,

sementara garis ganda mewakili relasi yang terjalin antara entity-set biasa

dengan weak entity-set.

2.5 Real Estate dan Real Property

Secara umum properti terdiri dari dua, yaitu real property dan private

property. Real estate adalah tanah dan segala perbaikan atau pengembangannya dan

pada dasarnya bersifat tangible (berwujud). Real property adalah konsep hukum

yang mencakup hak atas tanah, kepentingan dan manfaat yang berkaitan dengan

real estate serta bersifat tidak berwujud (intangible). Di dalam Standar Penilaian

Indonesia (SPI 300) butir 3.7 menyatakan bahwa Real estate adalah tanah dan

segala benda yang merupakan bagian alamiah dari tanah, misalnya pohon dan

mineral serta benda lainnya yang dibuat oleh manusia, misalnya bangunan dan

pengembangan lahan lainnya. Sedangkan dalam butir 2.1 dinyatakan bahwa real

properti merupakan kepemilikan atas kepentingan hukum yang melekat pada real

estate. Tanah dalam bahasa undang-undang sering diartikan permukaan bumi (UU

No. 5/1960). Tanah dalam beberapa terminologi lain diartikan, sebagai permukaan

bumi, material yang ada dibawah, di atas udara dan seluruh benda yang terikat ke

tanah (Peter Date dan John McLaughlin, 1999). R. O. Rost dan H. G. Collins dalam

bukunya Land and Compensation in Australia, 1990, menyebutkan tanah pada

umumnya didasarkan sebagai sesuatu wujud kesatuan bagian dari permukaan bumi,

isinya, tanah (soil) atau suatu bidang yang luas dari suatu Negara. Sedangkan

Dictionary of Real Estate Terms, Sixth Edition, 2004 menyebutkan tanah adalah

permukaan bumi, bagian dari permukaan bumi. Dari beberapa referensi tersebut,

dapat disimpulkan tanah selaku berhubungan dengan permukaan bumi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 26: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

32

Bila tanah dilihat dari unsur penguasaannya secara luas, tanah dapat menjadi

seluruh apa yang terkait kepada permukaan bumi termasuk penguasaan apa yang

ada di atasnya dan penguasaan apa yang ada di bawahnya. Undang-undang No. 5

tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) dan peraturan-

peraturan pelaksanaannya mengatur tidak hanya hak-hak atas tanah, tetapi hak-hak

ats tanah dan segala sesuatu yang menjadi satu kesatuan dengan tanah tersebut.

Merujuk pada ketentuan undang-undang dan pengertian tanah tersebut maka,

konsep pengertian properti sebagai konsep hukum sangat relevan terhadap konsep

pemahaman tanah. Properti adalah konsep hukum yang mencakup kepentingan, hak

dan keuntungan yang berkaitan dengan suatu kepemilikan. Properti terdiri atas hak

kepemilikan, yang memberikan hak kepada pemilik untuk suatu kepentingan

tertentu (specific interest) atau sejumlah kepentingan atas apa yang dimilikinya

(KPUP-SPI 2007). Properti pada bagian ini, dapat diartikan sama dengan

pengertian real properti. Real property dalam hubungannya kepada real estate

memiliki fungsi yang fundamental pada penilaian (Appraisal of Real Estate, 13th

edition). Real estate dirumuskan sebagai tanah secara fisik dan benda yang

dibangun oleh manusia yang menjadi satu kesatuan dengan tanahnya. Real estate

adalah benda fisik terwujud yang dapat dilihat dan disentuh, bersama-sama dengan

segala sesuatu yang didirikan pada tanah yang bersangkutan, di atas atau di bawah

tanah.

Real property merupakan penguasaan yuridis atas tanah yang mencakup

semua hak atas tanah (hubungan hukum dengan bidang tanah tertentu), semua

kepentingan (interest) dan manfaat (benefit) yang berkaitan dengan kepemilikan

real estate, real property biasanya dibuktikan dengan bukti kepemilikan (sertifikat

atau surat-surat lain) yang terpisah dari fisik real estate. Oleh karena itu, real

property adalah suatu konsep nonfisik (atau konsep hukum). Kebutuhan akan nilai

tanah yang dapat dihubungkan dengan fungsi ekonomi tanah sebagai aset keuangan

sangat relevan dengan faktor produksi yang digagas dalam teori ilmu ekonomi

klasik. Sehingga, tanah sangat dipengaruhi kepada hak kepemilikan atau hak

menguasai yang bila hak-hak tersebut dapat dipindah tangankan, maka hal itu

menjadi unsur dalam penciptaan nilai.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 27: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

33

Sumber: The Apraisal of Real Estate, 2014

Gambar 1.8 Bundle of Right

Sisi lain, bila tanah dilihari dari kepentingan penilaian berdasarkan hak yang

melekat padanya, dapat terdiri dari:

a. Hak untuk menjual

b. Hak untuk menyewakan

c. Hak untuk menempati

d. Hak untuk menjaminkan

e. Hak untuk memberikan

Hak-hak ini dalam pemahaman hukum termasuk dalam konsep ikatan hak

atau bundle of rights (Appraisal of Real Estate13 th Edition). Hak penguasaan

tunggal dari ke semua hak yang ada tentu saja dimiliki oleh negara berdasarkan

undang-undang. Namun, kepemilikan pemilikan dapat berupa sertifikat untuk

masing-masing individu atau badan sesuai dari jenis hak yang dimiliki.

Tidak semua hak dapat diperoleh secara bersamaan. Hak menguasai sebidang

tanah, tidak berarti menguasai seluruh apa yang ada di dalam kandungan tanah.

Pada beberapa negara termasuk Indonesia hak untuk memanfaatkan satu sama

lainnya diatur secara terpisah. Tapi idealnya keterpisahannya itu tetap tidak dapat

melepaskannya dari bidang tanah. Penilaian tentu saja membutuhkan kepastian

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 28: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

34

untuk hal-hal yang seperti ini agar nilai tanah dapat dimengerti berdasarkan tujuan

dan penggunaannya.

2.6 Landasan Normatif

Dalam melaksanakan penelitian ini terdapat landasan normatif yang yang

menjadi dasar hukum dalam menyelesaian masalah yang dibahas pada penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang

Milik Negara/Daerah.

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem

Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah.

3. Keputusan Direksi Perum Jasa Tirta II mengenai Penetapan Jenis Dan

Penanganan Arsip Vital Berupa Surat Berharga Dan Dokumen Penting Di

Lingkungan Perusahaan Umum (Perum ) Jasa Tirta II.

4. Keputusan Direksi Perum Jasa Tirta II Nomor 1/361/2012 mengenai

Pedoman Pelaksanaan Inventarisasi Barang Kekayaan Milik Perum Jasa Tirta

II.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 29: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

35

2.8 Kerangka Berpikir

Berikut ini rangkaian langkah-langkah dalam kerangka berpikir Rancangan

Sistem Informasi Manajemen Aset Lahan dan Bangunan Berbasis Geografis di

Perum Jasa Tirta II. Model pengembangan prototyping (Prahasta, 2014) merupakan

model pengembangan dengan penekanan pada aspek pencapaian produk akhir yang

terdiri dari pengumpulan kebutuhan, perancangan prototype dan evaluasi prototype.

1. Pengumpulan kebutuhan

Pengumpulan kebutuhan merupakan pengumpulan informasi dan

kebutuhan dari pengguna untuk sistem informasi yang akan

dikembangkan. Terdiri dari requirement fungsional, non-fungsional,

kinerja sistem dan data. Hasil dari pengumpulan kebutuhan maka akan

menghasilkan inventarisasi requirement data, Diagram Konteks dan DFD

lev.0.

2. Perancangan prototype

Perancangan prototype merupakan quick design yang dihasilkan

berdasarkan pengumpulan kebutuhan (requirement). Perancangan sistem

terdiri dari beberapa tahapan diantaranya perancangan data yang

menghasilkan Entity Relationship (ER) dengan Conceptual Data

Diagram, Physical Data Diagram dan Model Level Data Item yang akan

dijadikan sebagai dasar input pada sistem data. Setelah perancangan dara

maka dilakukan perancangan arsitektur, perancangan interface dan

perancangan perangkat keras.

3. Pembentukan Prototype

Pembentukan prototype merupakan tahapan coding berdasarkan hasil

rancangan sistem.

4. Evaluasi prototype

Tahapan ini merupakan pengujian atas sistem yang telah dirancang dan

diimplementasikan. Jika setelah dilakukan pengujian sistem terjadi

kegagalan maka dapat diulangi kepada tahapan pengumpulan kebutuhan

maupun perancangan sistem disesuaikan dengan pada tahapan mana yang

terjadi kegagalan atas sistem informasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 30: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

36

Sumber: Olah Data Penulis, 2016

Gambar 1.9 Kerangka Berpikir

Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset Lahan dan Bangunan Berbasis Geografis di Perum Jasa Tirta II

Model Pengembangan Prototyping (Prahasta,2014)

Model dengan penekanan pada aspek pencapaian produk

akhir

Pengumpulan Kebutuhan

Pembentukan prototype

Perancangan Prototype

Requirement: 1. Fungsional 2. Non-Fungsional 3. Kinerja Sistem 4. Data

Inventarisasi Req.Data Diagram Konteks DFD lev.0

Perancangan data

Entity Relationship

Conceptual Data Diagram Physical Data Diagram Model Level Data Item

Perancangan Arsitektur

Perancangan Interface

Perancangan Perangakat Keras

Pengembangan Sistem Informasi

Evaluasi prototype

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 31: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

37

Tabel 1.1 Pemetaan Proyek Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset Lahan dan Bangunan Berbasis Geografis di

Perum Jasa Tirta II No Tahapan Informasi/data Teknik pengumpulan

data Sumber Alat

1. Pengumpulan Kebutuhan

(requirement)

a. Requirement Fungsional b. Requirement Non-Fungsional c. Requirement Kinerja Sistem d. Requirement Data

Observasi Wawancara

Studi dokumentasi

Manajer di Divisi Inventarisasi dan Pengendalian Aset Perum Jasa Tirta II

Requirement Tabel

2. Perancangan data a. Aliran data b. Entitas yang terlibat didalam sistem

Observasi Wawancara

Studi dokumentasi

Manajer di Divisi Inventarisasi dan Pengendalian Aset Perum Jasa Tirta II

Data requirement tabel,

Software power designer

3 Perancangan arsitektur sistem

a. Komponen perangkat lunak pendukung sistem

b. Komponen perangkat keras pendukung sistem

Observasi Wawancara

Studi dokumentasi

Divisi IT Perum Jasa Tirta II

Corel draw

4 Perancangan Interfaces

c. Data field sebagai prototype d. Design perancangan lain sebagai

perbandingan

Observasi Studi dokumentasi

Website GIS instansi lain

Mozilla Firefox / Google Chrome, ms.

Office 5 Perancangan

perangkat keras a. Spesifikasi perangkat keras yang ada di

Perum Jasa Tirta II b. Spesifikasi perangkat keras ideal untuk

sistem informasi manajemen aset lahan dan bangunan berbasis geografis

Observasi Wawancara

Studi dokumentasi

Divisi IT Perum Jasa Tirta II

Tabel perangkat keras

6

Pembuatan Program Aplikasi

Seluruh hasil dari perancangan sistem meliputi perancangan data, perancangan arsitektur sistem, perancangan interfaces, dan perancangan perangkat keras

Studi dokumentasi - XAMPP, HTML CSS Javascript, PHP,

MySQL, Apace, Power Designer,

7. Pengujian/ Testing Hasil pembuatan aplikasi Studi dokumentasi - Tabel pengujian Sumber: identifikasi penulis, 2017

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 32: BAB 1 II LANDASAN TEORI - digilib.polban.ac.id

38