17
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan nasional yang dipungut oleh negara kepada rakyatnya. Pajak memegang porsi yang sangat besar dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Republik Indonesia. Dapat dikatakan jika penerimaan negara dari sektor pajak adalah tumpuan terbesar penerimaan negara. Sebagai sumber penerimaan terbesar negara Indonesia realisasi penerimaannya masih belum melampaui target yang ditetapkan setiap tahunnya. Hal ini erat kaitannya dengan tingkat kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak. Tingkat kepatuhan merupakan indikator yang penting dalam hal penerimaan pajak. Kepatuhan masyarakat dalm membayar pajak tidak hanya dinilai dari seberapa banyak SPT yang disampaikan tetapi juga seberapa benar isi dari SPT tersebut. Hal lain yang tidak kalah penting juga seberapa tepat waktu masyarakat dalam membayar pajak. Pajak, baik yang ditetapkan sendiri oleh wajib pajak maupun berdasarkan ketetapan dari petugas pajak, apabila tidak dibayarkan sesuai jatuh temponya akan menimbulkan utang pajak. Sebagai suatu entitas publik yang resmi, negara memiliki hak untuk menagih utang pajak baik secara persuasive maupun represif/paksaan. Tentunya negara telah memiliki seperangkat peraturan berkaitan dengan penagihan yang bersifat memaksa, mengenai prosedur prosedur apa saja yang harus dilakukan dan persyaratak apa saja yang harus dipenuhi. 1

BAB 1 Lelang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ghghghghgh

Citation preview

Page 1: BAB 1 Lelang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan nasional yang dipungut oleh

negara kepada rakyatnya. Pajak memegang porsi yang sangat besar dalam struktur Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Republik Indonesia. Dapat dikatakan jika

penerimaan negara dari sektor pajak adalah tumpuan terbesar penerimaan negara. Sebagai

sumber penerimaan terbesar negara Indonesia realisasi penerimaannya masih belum

melampaui target yang ditetapkan setiap tahunnya. Hal ini erat kaitannya dengan tingkat

kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak.

Tingkat kepatuhan merupakan indikator yang penting dalam hal penerimaan pajak.

Kepatuhan masyarakat dalm membayar pajak tidak hanya dinilai dari seberapa banyak SPT

yang disampaikan tetapi juga seberapa benar isi dari SPT tersebut. Hal lain yang tidak kalah

penting juga seberapa tepat waktu masyarakat dalam membayar pajak. Pajak, baik yang

ditetapkan sendiri oleh wajib pajak maupun berdasarkan ketetapan dari petugas pajak, apabila

tidak dibayarkan sesuai jatuh temponya akan menimbulkan utang pajak. Sebagai suatu entitas

publik yang resmi, negara memiliki hak untuk menagih utang pajak baik secara persuasive

maupun represif/paksaan. Tentunya negara telah memiliki seperangkat peraturan berkaitan

dengan penagihan yang bersifat memaksa, mengenai prosedur prosedur apa saja yang harus

dilakukan dan persyaratak apa saja yang harus dipenuhi.

Pelelangan merupakan salah satu prosedur dari penagihan pajak dengan surat paksa.

Pelelangan menjadi prosedur terakhir dari penagihan pajak dengan surat paksa. Pelaksanaan

Lelang telah diatur dalam berbagai peraturan perundang undangan beserta peraturan penjelas

dibawahnya. Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pelelangan.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan Lelang?

1.2.2. Apakah yang dimaksud dengan Pejabat Lelang?

1.2.3.Apakah fungsi Pejabat Lelang?

1.2.4. Bagaimanakah Syarat Lelang?

1.2.5.Apakah pengertian dan fungsi Risalah Lelang?

1

Page 2: BAB 1 Lelang

1.3. Tujuan

1.3.1. Mengetahui tentang lelang.

1.3.2. Mengetahui tentang pejabat lelang.

1.3.3. Mengetahui tentang fungsi pejabat lelang.

1.3.4. Mengetahui tentang syarat lelang.

1.3.5. Mengetahui tentang risalah lelang dan fungsi risalah lelang.

2

Page 3: BAB 1 Lelang

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lelang

Dalam pembahasan bab sebelumnya dijelaskan bahwa tindakan penagihan

selanjutnya setelah dilakukan penyitaan terhadap asset Wajib Pajak atau Penanggung

Pajak adalah pelaksanaan lelang. Terhadap asset Penanggung Pajak yang telah

dilakukan penyitaan berdasarkan Berita Acara Pelaksanaan Sita, apabila telah

melampaui waktu 14 (empatbelas) hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan dan

Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak, pejabat

melakukan penjualan barang sitaan. Penjualan barang sitaaan pada dasrnya dilakukan

dengan cara melalui lelang di muka umum.

Lelang menurut Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Penagihan Pajak dengan

Surat Paksa adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran

harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon

pembeli. Sementara pelaksanaan penjualan lelang dilakukan oleh Kantor Lelang.

Ketentuan Lelang diatur dalam Vendu Reglement, Ordonantie 28 Februari 1908

Staatsblad 1908 Nomor 189 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Staatsblad 1941 Nomor 3 dan Instruksi Lelalng sebagaimana diatur dalam Vendu

Instructie Staatsblad 1908 Nomor 190 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Staatsblad 1930 Nomor 85. Dalam Pasal 1 Peraturan Lelang ditegaskan bahwa

‘penjualan umum’ adalah pelelangan atua penjualan barang-barang yang dilakukan

kepada umum dengan penawaran harga yang meningkat atau menurun atau dengan

pemasukan harga dalam sampul tertutup, atau kepada orang-orang yang diundang atau

sebelumya diberitahu mengenai pelelangan atau penjualan itu, atua diizinkan untuk ikut

serta dan diber kesempatan untuk menawar harga menyetujui harga yang ditawarkan

atau memasukkan harga dalam sampul tertutup.

Peraturan pelaksanaan dari Vendu Reglement dan Vendu Instructie dibuatlah

suatu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Lelang sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 174/PMK.06/2010.

Dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan tersebut dijelaskan

pengertian lelang yaitu penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penwaran

3

Page 4: BAB 1 Lelang

harga secara terulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk

mencapai harga tertingggi, yang didahului dengan Pengumuman Lelang. Selanjutnya

pengertian Pengumuman Lelang adalah pemberitahuan kepada masyarakat tentang

akan adanya Lelang dengan dimaksud untuk menghimpun peminat lelang dan

pemberitahuan kepada pihak yang berkepentingan.

Penjualan lelang mempunyai tujuan agar penjualan barang hasil sitaan menjadi

terbuka, dan dapat membentuk harga wajar, serta secara tidak langsung masyarakat

dapat ikut mengawasi pelaksanaan lelang tersebut. Selain itum penjualan melalui lelang

juga dimaksudkan agar penjualan barang yang merupakan wujud eksekusi dari tindakan

penagihan dapat diketaui masyarakat dan dapat menimbulkan efek jera bagi

Penanggung Pajak, serta memberikan detterent effect bagi masyarakat Wajib Pajak.

2.2 Pejabat Lelang

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Lelang sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 174/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I diatur bahwa

pelaksana lelang adalah Pejabat Lelang. Berdasarkan Pasail 1 angka 14 Pejabat Lelang

adalah orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan diberi wewenang

khusus untuk melaksanakan penjualan barang secara lelang. Dalam Pasal 2 Peraturan

Menteri Keuangan tersebut diatur bahwa setiap pelaksanaan lelang harus dilakukan

oleh dan/atua di hadapan Pejabat Lelang kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang

atau Peraturan Pemerintah. Lelang yang telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku, tidak dapat dibatalkan. Selanjutnya, lelang tetap dilaksanakan walaupun

hanya diiikuti oleh 1 (satu) orang peserta lelang dan dalam hal tidak ada peserta lelang,

lelang tetap dilaksanakan dan dibuatkan Risalah Lelang Tidak Ada Penawaran.

Selanjutnya, yang menjadi Pejabat Lelang menurut Peraturan Menteri Keuangan

tersebut adalah :

a. Pejabat Lelang Kelas I, dan

b. Pejabat Lelang Kelas II.

Terkait dengan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa maka Pejabat Lelang yang

akan dibahas adalah Pejabat Lelang Kelas I yang berwenang mekaksanakan lelang utuk

semua jenis lelang atas permohonan Penjual/Pemilik Barang. Pejabat LelangKelas I

adalah pegawai Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara (DJPLN) yang diberi

4

Page 5: BAB 1 Lelang

wewenang oleh Menteri Keunagan untuk melaksanakan penjualan barang secara lelang.

Pejabat Lelang mempunyai tugas melakukan kegiatan persiapan lelang, pelaksanaan

lelang dan kegiatan setelah lelang. Sementara wewenang Pejabat Lelang :

a. Melakukan analisis yuridis terhadap dokumen persyaratan lelang dan

dokumen barang yang akan dilelang;

b. Menegur dan/atau mengeluarkan peserta atau pengunjung lelang, apabila

melanggar tata tertib pelaksanaan lelang;

c. Menghentikan pelaksanaan lelang untuk sementara waktu apabila diperlukan

dalam rangka menjaga ketertiban pelaksanaan lelang;

d. Menolak melaksanakan lelang apabila tidak yakin akan kebenaran formal

berkas persyaratan lelang;

e. Melihat barang yang akan dilelang;

f. Meminta bantuan aparat keamanan apabila diperlukan;

g. Mengesahkan Pembeli Lelang, dan/atau

h. Membatalkan Pembeli Lelang yang wanprestasi.

Pejabat Lelang Kelas I dalam melaksanakan jabatannya berkewajiban :

a. Meneliti dokumen persyaratab lelang;

b. Membuat bagian Kepala Risalah Lelnag di hadapan peserta lelang sebelum

lelang dimulai, kecuali dalam lelang yang dilakukan melalui media

elektronik;

c. Memimpin pelaksanaan lelang;

d. Membuat Minuta Risalah Lelang dan menyimpannya;

e. Membuat Salinan dan Kutipan Risalah Lelang menyerahkan kepada yang

berhak;

f. Meminta dari Pembeli bukti Pelunasan Harga Lelang, Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan/atau Bangunan, dan pungutan-pungutan lain yang diatur

sesuai peraturan perundang-undangan dan meneliti keabsahannya;

g. Membuat administrasi pelaksanaan lelang;

h. Memberikan pelayanan jasa lelang sesuai dengan peraturan perundang-

undangn lelang; dan

i. Mematuhi peraturan perundang-undangan lelang.

5

Page 6: BAB 1 Lelang

2.3 Fungsi Pejabat Lelang

Di dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dengan Pasal 10

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 305/KMK.01/2002 tentang Pejabat Lelang

maka menurut Pasal 11 Pejabat Lelang mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Peneliti dokumen persyaratan lelang, yaitu Pejabat Lelang meneliti

kelengkapan dokumen persyaratan lelang.

b. Pemberi informasi lelang yaitu Pejabat Lelang memberikan informasi

kepada pengguna jasa lelang dalam rangka mengoptimailkan pelaksanaan

lelang.

c. Pemimpin lelang, yaitu Pejabat Lelang dalam memimpin lelang harus

komunikatif, adil, tegas, dan berwibawa untuk menjamin ketertiban,

kemanana dan kelancaran pelaksanaan lelang, dan

d. Pejabat umum , yaitu Pejabat yang membuat akta otentik berdasarkan

undang-undang di wilayah kerjanya.

2.4. Syarat-syarat Lelang

Syarat lelang adalah persyaratan persyaratan yang harus dipenuhi dalam

pelaksanaan lelang. Hal tentang syarat syarat lelang diatur dalam Pasal 17 Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.06/2013 tentang petunjuk pelaksanaan

lelang. Dalam pasal tersebut diatur bahwa Penjual/Pemilik Barang dapat mengajukan

syarat-syarat lelang tambahan sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan, termasuk tetapi tidak terbatas pada:

a. jangka waktu bagi peserta lelang untuk melihat, meneliti secara fisik barang yang

akan dilelang;

b. jangka waktu pengambilan barang oleh Pembeli; dan/atau

c. jadwal penjelasan lelang kepada peserta lelang sebelum pelaksanaan lelang

(aanwijzing).

Syarat-syarat lelang tambahan sebagaimana dimaksud tersebut dilampirkan

dalam surat permohonan lelang.

6

Page 7: BAB 1 Lelang

2.5. Risalah Lelang dan Fungsi Risalah Lelang

Berdasarkan Pasal 1 angka 19 Undang Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

disebutkan bahwa Risalah Lelang adalah Berita Acara Pelaksanaan Lelang yang dibuat oleh

Pejabat Lelang atau kuasanya dalam bentuk yang ditentukan oleh ketentuan peraturan

perundang undangan. Ketentuan tentang risalah lelang ini diatur dalam Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 106/PMK.06/2013 tentang petunjuk pelaksanaan lelang, dalam ketentuan

tersebut diatur bahwa Pejabat lelang yang melaksanakan lelang wajib membuat berita acara

pelaksanaan lelang yang disebut dengan Risalah Lelang. Risalah Lelang dibuat dalam Bahasa

Indonesia dan setiap risalah lelang diberi nomor urut.

Risalah Lelang terdiri atas bagian kepala, badan dan kaki. Bagian kepala Risalah

Lelang paling kurang harus memuat informasi mengenai :

a. hari, tanggal, dan jam lelang ditulis dengan huruf dan angka;

b. hari, tanggal, dan jam lelang ditulis dengan huruf dan angka;

c. nomor/tanggal Surat Keputusan Pengangkatan Pejabat Lelang, dan nomor/tanggal

surat tugas khusus untuk Pejabat Lelang Kelas I;

d. nama lengkap, pekerjaan dan tempat kedudukan/domisili Penjual;

e. nomor/tanggal surat permohonan lelang;

f. tempat pelaksanaan lelang;

g. sifat barang yang dilelang dan 7las an barang tersebut dilelang;

h. dalam hal yang dilelang berupa barang tidak bergerak berupa tanah atau tanah dan

bangunan harus disebutkan:

1). Status hak atau surat-surat lain yang menjelaskan bukti kepemilikan;

2). SKT dari Kantor Pertanahan; dan

3). Keterangan lain yang membebani, apabila ada;

i. dalam hal yang dilelang barang bergerak harus disebutkan jumlah, jenis dan

spesifikasi barang;

j. cara Pengumuman Lelang yang telah dilaksanakan oleh Penjual;

k. cara penawaran lelang; dan

l. syarat-syarat lelang.

7

Page 8: BAB 1 Lelang

Bagian selanjutnya dari Risalah lelang adalah Badan Risalah Lelang. Badan risalah

lelang memuat paling kurang :

a. banyaknya penawaran lelang yang masuk dan sah;

b. nama/merek/jenis/tipe dan jumlah barang yang dilelang;

c. nama, pekerjaan dan alamat Pembeli atas nama sendiri atau sebagai kuasa atas nama

orang lain;

d. bank kreditor sebagai Pembeli untuk orang atau badan hukum/usaha yang akan

ditunjuk namanya, dalam hal bank kreditor sebagai Pembeli Lelang;

e. harga lelang dengan angka dan huruf; dan

f. daftar barang yang laku terjual maupun yang ditahan disertai dengan nilai, nama, dan

alamat peserta lelang yang menawar tertinggi.

Bagian Kaki Risalah Lelang paling kurang memuat:

a. banyaknya barang yang ditawarkan/dilelang dengan angka dan huruf;

b. banyaknya barang yang laku/terjual dengan angka dan huruf;

c. jumlah harga barang yang telah terjual dengan angka dan huruf;

d. jumlah harga barang yang ditahan dengan angka dan huruf;

e. banyaknya dokumen/surat-surat yang dilampirkan pada Risalah Lelang dengan angka

dan huruf;

f. jumlah perubahan yang dilakukan (catatan, tambahan, coretan dengan penggantinya)

maupun tidak adanya perubahan ditulis dengan angka dan huruf; dan

g. tanda tangan Pejabat Lelang dan Penjual/kuasa Penjual, dalam hal lelang barang

bergerak atau tanda tangan Pejabat Lelang, Penjual/kuasa Penjual dan Pembeli/kuasa

Pembeli, dalam hal lelang barang tidak bergerak.

Pihak yang berkepentingan dapat memperoleh Kutipan/Salinan/Grosse yang otentik dari

Minuta Risalah Lelang dengan dibebani Bea Materai. Pihak yang berkepentingan

sebagaimana dimaksud meliputi:

a. Pembeli memperoleh Kutipan Risalah Lelang sebagai Akta Jual Beli untuk

kepentingan balik nama atau Grosse Risalah Lelang sesuai kebutuhan;

b. Penjual memperoleh Salinan Risalah Lelang untuk laporan pelaksanaan lelang atau

Grosse Risalah Lelang sesuai kebutuhan;

8

Page 9: BAB 1 Lelang

c. Pengawas Lelang (Superintenden) memperoleh Salinan Risalah Lelang untuk laporan

pelaksanaan lelang/kepentingan dinas; atau

d. Instansi yang berwenang dalam balik nama kepemilikan hak objek lelang memperoleh

Salinan Risalah Lelang sesuai kebutuhan.

Contoh Kutipan Risalah Lelang :

9

Page 10: BAB 1 Lelang

10

Page 11: BAB 1 Lelang

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran harga

secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli.

Sementara pelaksanaan penjualan lelang dilakukan oleh Kantor Lelang.

Penjualan lelang mempunyai tujuan agar penjualan barang hasil sitaan menjadi

terbuka, dan dapat membentuk harga wajar, serta secara tidak langsung masyarakat dapat ikut

mengawasi pelaksanaan lelang tersebut. Selain itu, penjualan melalui lelang juga

dimaksudkan agar penjualan barang yang merupakan wujud eksekusi dari tindakan penagihan

dapat diketahui masyarakat dan dapat menimbulkan efek jera bagi Penanggung Pajak, serta

memberikan detterent effect bagi masyarakat Wajib Pajak.

3.2. Saran

Saran penulis kepada seluruh pembaca terutama Wajib Pajak adalah supaya Wajib

Pajak terus meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. Karena

kegiatan lelang ini merupakan rangkaian terakhir dari upaya penagihan pajak. Jadi, Wajib

Pajak sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk melunasi utang pajaknya agar tidak

dilakukannya kegiatan lelang. Dalam melaksanakan kegiatan lelang harus dilaksanakan

sesuai dengan prosedur-prosedur yang ada serta sesuai dengan peraturan-peraturan yang

mengatur.

11

Page 12: BAB 1 Lelang

DAFTAR PUSTAKA

KMK Nomor 305/KMK.01/2002 sebagaimana telah diubah dengan KMK Nomor

451/KMK.01.2002 tentang Pejabat Lelang

PMK 93/PMK.03/2010 sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 106/PMK/03/2013

tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang

PMK 93/PMK.06/2010 sebagaimana telah diubah dengan PMK 174/PMK.06/2010 Tentang

Pejabat Lelang Kelas 1

Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

http://www.pajakonline.com

http://www.ortax.org/ortax/

www.pajak.go.id

12