BAB 1 nu nuri asli

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pendidikan

Citation preview

2

1

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu dalam dunia pendidikan yang memegang peranan penting dalam perkembangan sains dan teknologi. Matematika juga bermanfaat dalam pengembangan berbagai bidang keilmuan yang lain. Dengan belajar matematika siswa dapat berlatih menggunakan pikirannya secara logis, analitis, sitematis, kritis dan kreatif serta memiliki kemampuan bekerjasama dalam menghadapi berbagai masalah serta mampu memanfaatkan informasi yang diterimanya.

Belajar matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan. Seorang guru matematika harus berusaha untuk pola pikir siswa dalam pemahaman suatu konsep matematika. Oleh sebab itu, materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukanlah hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu, dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Sudjana (2010: 12) mengatakan kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memengang peranan penting. Selain itu, menurut Suherman dkk. (2001: 60) bahwa dalam pembelajaran matematika di sekolah, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, metode dan teknik yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, bai secara mental, fisik, maupun social. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pembelajaran matematika seorang guru harus menentukan strategi 28

pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan matematika agar mudah dipahami siswa. Bagi siswa, yang belajar matematika dengan pemahaman diharapkan akan tumbuh kemampuan siswa untuk menerapkan konsep yang telah dipahaminya dengan baik dan benar pada setiap permasalahan matematika yang muncul.

Hal yang harus dilakukan guru adalah bagaimana mendorong siswa untuk berfikir, bertanya, memecahkan masalah, mengemukakan ide, mendiskusikan ide, bahkan menemukan sesuatu yang baru. Maka dari itu, guru juga harus mencoba menciptakan pengajaran yang berkesan, menyenangkan, dan memudahkan siswa dalam menangkap materi yang diberikan dan membuat siswa paham akan materi tersebut.

Penyajian materi matematika yang biasa dilakukan guru di SMP Negeri 3 Ciparay adalah dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran yang lebih menekankan pada metode ceramah dan tanya jawab, dimulai dari definisi atau teorema, contoh soal, pemberian kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan dilanjutkan dengan latihan serta pemberian pekerjaan rumah.

Hal tersebut juga di dukung berdasarkan hasil dari studi pendahuluan uji coba soal pemahaman matematika di SMP Negeri 3 Ciparay dimana kemampuan pemahaman siswa masih sangat kurang, dan belum dapat menyelesaikan soal uji coba soal pemahaman matematika dengan benar.

Rendahnya kemampuan pemahaman matematik siswa dalam suatu materi dapat menyebabkan timbulnya kesulitan dalam belajar dan memahami materi matematika selanjutnya. Banyak siswa yang menganggap pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang dirasa sangat sulit, hal ini menyebabkan sikap siswa terhadap pelajaran matematika masih rendah, dan tidak sedikit siswa yang menganggap bahwa pelajaran matematika juga tidak menyenangkan karena sifatnya yang abstrak dan sulit untuk dipahami.

Sumarmo (2013b: 334) bahwa pembinaan ranah afektif tersebut memerlukan kemandirian belajar yang kemudian akan membentuk kecenderungan yang kuat yang dinamakan pula disposisi matematik, yaitu keinginan, kesadaran, dedikasi dan kecenderungan yang kuat pada diri siswa untuk berpikir dan berbuat secara matematik dengan cara yang positif dan didasari dengan iman, taqwa, dan akhlak mulia.

Pembelajaran matematika tidak dimaksudkan untuk mengembangkan aspek kognitif, melainkan juga dimaksudkan untuk mengembangkan aspek afektif, dalam hal ini, disposisi matematik. Sesuai dengan tujuan pebelajaran matematika di SMP berdasarkan kurikulum 2006, yaitu: peserta didik memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mmempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Siswa memerlukan disposisi matematik tidak hanya untuk mengembangkan kebiasaan kerja yang baik dalam belajar matematika tapi terlebih penting untuk menghadapi situasi dalam kehidupannya, sehingga pengembangan disposisi matematik menjadi suatu keharusan. Hal ini menjadi perhatian karena kemampuan tersebut penting untuk dimiliki dan dikembangkan siswa SMP, maka guru matematika perlu merancang dan melaksanakan pembelajaran yang tepat yang membantu siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Sehubungan dengan masalah tersebut, maka perlu adanya upaya perbaikan proses pembelajaran yang dapat mengubah suasana belajar yang memungkinkan suasana belajar lebih aktif, sehingga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran memungkinkan mereka dengan mudah memahami konsep-konsep yang dipelajarinya. Salah-satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran. Salah satu model yang dipandang dapat membantu memfasilitasi untuk memudahkan siswa dalam melibatkan keaktifan siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw.

Menurut Rusman (2012:202) pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang semua anggotaya terdiri dari 4 sampai 6 orang dengan kelompok yang heterogen. Adapun strategi pembelajaran kooperatif diantaranya :

adanya peserta didik dalam kelompok, adanya aturan main (role) dalam kelompok perpaduan antara minat dan bakat siswa dan latar kemampuan siswa.

Agus Suprijono (2009: 54) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarakan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa dilatih untuk berbagai pengetahuan, pengalaman, dan tanggung jawab, sehingga siswa mampu meningkatkan kemampuan pemahamannya akan konsep matematika. Siswa akan berusaha untuk memahami makna dari suatu konsep matematika, tanpa menghapal suatu rumus atau teorema.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka akan dilakukan penelitian di SMPN 3 Ciparay Kabupaten Bandung kelas VII dengan judul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick On The Draw dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Disposisi Matematik Siswa (Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMPN 3 Ciparay Kabupaten Bandung).

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah, diantaranya :

Bagaimana aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran matematika yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw?Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw dengan yang memperoleh pembelajaran konvensional?Bagaimana sikap disposisi siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelittian ini diantaranya untuk mengetahui:

Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran matematika yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw.Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematika siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw dengan pembelajaran konvensional.Untuk mengetahui sikap disposisi siswa terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya:

Bagi Siswa, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw siswa dapat menerima pengalaman belajar yang lebih bervariasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman pada sub materi segiempat. Bagi Guru, untuk mengembangkan potensi guru dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw. Bagi peneliti, sebagai suatu pembelajaran langsung dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw.

Batasan Masalah

Agar penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas dan mencapai apa yang diharapkan mengenai masalah yang diteliti, maka penelitian ini membatasi permasalahan pada penelitian sebagai berikut :

Penelitian ini dilakukan terhadap peserta didik kelas VII semester genap tahun ajaran 2014-2015Materi yang akan dibahas adalah materi kelas VII semester II pokok bahasan Segiempat.

Definisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda serta mewujudkan kesatuan pandangan dan pengertian yang berhubungan dengan judul penelitian yang penulis ajukan, istilah-istilah yang perlu ditegaskan adalah :

Model pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw adalah suatu pembelajaran kooperatif yang lebih menekankan pada kerjasama siswa dalam suasana permainan melalui aktivitas kerja tim dan kecepatannya.Model pembelajaran konvensional yang dimaksud penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode ekspositori, dengan guru sebagai pusat informasi sedangkan siswa hanya menerima, mendengar, menulis hal yang guru sampaikan.Kemampuan pemahaman relasional adalah kemampuan yang dapat mengaitkan sesuatu dengan benar, dalam penelitian ini adalah kemampuan menerapkan rumus pada permasalahan matematika, kemampuan melaksanakan perhitungan secara algoritma dan kemampuan mengkaitkan konsep matematika dengan konsep matematika yang lain. Disposisi Matematik adalah kecenderungan untuk berprilaku secara positif yang mencakup minat belajar, kegigihan dan kemauan untuk menentukan solusi serta apresiasi terhadap matematika.

Kerangka Pemikiran

Ruang lingkup pembahasan pokok bahasan kubus dan balok sederhana tetapi aplikassi pokok bahasan tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan hubungannya dengan bangungunan-bangunan yang lain sangatt luas. Oleh karena itu pokok bahasan kubus dan balok dapat digunakan sebagai sarana berlatih dalam meningkatkan kemampuan pemahaman matemtaik siswa.

Menurut Skemp (Jihad, 2008:167) pemahaman dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

Pemahaman instrumental hapal sesuatu secara terpisah atau dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin atau sederhana, mengerjakan sesuatu secara algoritma saja. Pemahaman relasional adalah mengaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan.

(Jihad, 2008:167)

Adapun kemampuan pemahaman matematik yang akan difokuskan pada penelitian ini adalah kemampuan pemahaman relasional, karena pemahaman ini mengacu pada pemahaman konsep.

Indikator pemahaman relasional diantaranya sebagai berikut:

Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsepKemampuan mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentuKemampuan menerapkan konsep secara algoritmaKemampuan memberi contoh dan bukan contoh Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai konsep dalam berbagai bentuk representasi matematikaKemampuan mengembangkan syarat perlu suatu konsep. Kemampuan menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

(Jihad & Haris, 2009:149)

Adapun indikator pemahaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemahaman relasional. Indikator pemahaman relasional disesuaikan dengan pemahaman matematika, maka yang digunakan sebagai berikut:

Kemampuan menerapkan rumus pada permasalahan matematika;Kemampuan melaksanakan perhitungan secara algoritmaKemampuan mengkaitkan berbagai konsep matematika.

Pembelajaran matematika akan berjalan dengan baik apabila menggunakan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang sering digunakan oleh guru matematika SMP Negeri 3 Ciparay adalah model pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran yang lebih menekankan pada metode ceramah dan tanya jawab, dimulai dari definisi atau teorema, memberikan contoh soal kepada siswa, memberikan kesempatan bertanya kepada siswa, dan dilanjutkan dengan pemberian latihan soal dan pemberian pekerjaan rumah (PR).

Senjaya (2009:7) mengatakan bahwa metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada kelompok siswa.dalam metode ceramah siswa memperhatikan dengan cermat apa yang dijelaskan oleh guru, dan materi dapat tersampaikan dalam skala yang besar.

Model pembelajaran Konvensional merupakan model pembelajaran yang biasa digunakan oleh kebanyakan guru matematika. Pembelajaran ini didominasi oleh metode ceramah yang diakhiri dengan kegiatan mengerjakan latihan soal matematika atau pekerjaan rumah, dimana guru cenderung lebih aktif sebagai sumber informasi bagi siswa dan siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Ciri-ciri pembelajaran tersebut (Kanesha, 2012: 22) sebagai berikut:

Guru aktif menyampaikan informasi dan siswa pasif menerima.Siswa dipaksa mempelajari apa yang diajarkan guru dengan menerapkan berbagai ancaman dan hukuman tanpa menumbuhan kesadaran dan makna belajar.Fokus belajar adalah guru dan siswa sangat bergantung pada guru, independensi pemikiran siswa diabaikan.Kompetensi siswa kurang diperhatikan dan dikembangkan.Kesempatan bagi siswa untuk melakukan refleksi melalui interaksi siswa dengan siswa atau siswa dengan guru kurang dikembangkan.Pemahaman yang dicapai cenderung berdasrkan hapalan.

Pembelajaran matematika sebaiknya melibatkann siswa aktif dalam belajar, dimana siswa dapat berbagi informasi atau pengetahuan dengan siswa lainnya bahkan dengan guru. Model pembelajaran yang diharapkan dapat membuat siswa menjadi aktif adalah model pembelajaran kooperatif, dimana siswa dalam pembelajaran ini diberi kesempatan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil agar dapat saling bertukar pendapat atau pengetahuan.

Menurut Rusman (2012:202) pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang semua anggotaya terdiri dari 4 sampai 6 orang dengan kelompok yang heterogen.

Pembelajaran Quick on the draw adalah suatu pembelajaran yang lebih menekankan kepada aktivitas dan kerja sama siswa dalam mencari, menjawab dan melaporkan informasi dari berbagai sumber dalam sebuah suasana permainan yang mengarah pada pacuan kelompok melalui aktivitas kerja tim dan kecepatannya. Menurut Nufus (2012: 29-30) Tujuan Pembelajaran Quick on the draw adalah menjadi kelompok pertama yang menyelesaikan satu set pertanyaan. Kegiatan pembelajaran dengan aktivitas quick on the draw di dalamnya dapat membantu siswa untuk membiasakan diri belajar pada sumber, bukan guru dan sesuai dengan siswa yang memiliki karakteristik tidak dapat duduk diam selama lebih dari 2 menit.

Quick on the draw pertarna kali dikenalkan oleh Paull Ginnis (Faizah, 2013:47) yang menginginkan agar siswa bekerja sama secara kooperatif pada kelompok-kelompok kecil dengan tujuan untuk menjadi kelompok pertama yang menyelesaikan satu set pertanyaan.

Menurut Paull Ginnis (Nufus, 2012:32-33) mengemukakan bahwa dalam melakukan aktifitas quick on the draw dapat diterapkan berbagai variasi, yaitu:

Dapat dimainkan sebagai pacuan melawan waktu, bukan melawan kelompok lain.Pertanyaan dapat dikelompokan: beberapa yang pertama berkaitan dengan informasi penting (harus), berikutnya pemahaman mendalam (sebaiknya), dan pertanyaan-pertanyaan akhir mengembangkan pemahaman (dapat).Tiap kelompok bias mempunyai pertanyaan sendiri. Jika kelompok tersebut dengan hati-hati diatur oleh guru, hal ini akan membuat belajar dapat dibedakan kedalam tingkatan yang sangat tepat. Sebagai alternative, kelompok yang berbeda dapat mempunyai pertanyaan tentang aspek yang berbeda tentang topik tertentu. Setelah itu bisa mengarah ke peer teaching.

Menurut Paull Ginnis (Nufus, 2012: 30-31) sintak pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw yang diterapkan pada kelas eksperimen adalah sebagai berikut:

Guru menyiapkan satu tumpukan kartu soal, misalnya empat soal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dibahas. Tiap kartu memiliki satu soal. Tiap kelompok memiliki satu tumpukan kartu soal yang sama, tiap tumpukan kartu soal memiliki warna berbeda. Misalnya, kelompok satu warna merah, kelompok dua warna biru dan seterusnya. Letakkan set kartu tersebut di atas meja, angka menghadap atas, nomor 1 di atas.Guru membagi siswa ke dalam kelompok, tiap kelompok terdiri dari empat orang, masing-masing kelompok memiliki nomor berbeda dari nomor satu sampai empat, menentukan warna tumpukan kartu pada tiap kelompok sehingga mereka dapat mengenali tumpukan kartu soal mereka di meja guru.Guru memberi tiap kelompok bahan materi yang sudah disesuaikan dengan tujuan pembelajaran untuk tiap siswa dalam tiap kelompok.Menyiapkan aturan permainan sebagai berikut:Pada kata mulai, anggota bernomor satu dari tiap kelompok lari ke meja guru, mengambil pertanyaan pertama menurut warna mereka dan kembali membawanya ke kelompok.Dengan menggunakan materi sumber, kelompok tersebut mencari dan menulis jawaban di lembar kertas terpisah.Jawaban dibawa kegurunya oleh anggota bernomor dua. Guru memeriksa jawaban, jika ada jawaban yang tidak akurat atau tidak lengkap, maka guru menyuruh siswa kembali ke kelompok dan mencoba lagi. Jika jawaban akurat dan lengkap anggota bernomor satu kembali ke kelompok dan menyatakan bahwa dia telah berhasil menyelesaikan satu soal.Pertanyaan kedua dari tumpukan warna kembali diambil oleh anggota bernomor dua dan seterusnya. Tiap anggota dari kelompok harus berlari bergantian.Saat satu siswa dari kelompok sedang "berlari" anggota lainnya membaca dan memahami sumber bacaan, sehingga mereka dapat menjawab pertanyaan nantinya dengan lebih efesien.Kelompok pertama yang menjawab semua pertanyaan dinyatakan sebagai pemenang.Guru kemudian membahas semua pertanyaan dengan cara menunjuk salah satu kelompok untuk menyampaikan jawaban dari kartu soal bernomor satu yang telah mereka jawab saat permainan, kemudian menunjuk salah satu kelompok lainnya untuk menyampaikan jawaban dari kartu soal bemomor dua dan seterusnya.Guru bersama siswa membuat kesimpulan.Memberikan penghargaan kepada kelompok yang dinyatakan menang dalam permainan.

Indikator kemampuan pemahaman matematika:

Kemampuan menerapkan rumus pada permasalahan matematika.Kemampuan melaksanakan perhitungan secara algoritmaKemampuan mengkaitkan berbagai konsep matematika

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick On The Draw

Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran Matematika

Guru menyiapkan satu tumpukan kartu soal.Guru membagi siswa kedalam tiap kelompok, satu kelompok terdiri dari empat orang.Guru memberi tiap kelompok bahan materi yang sudah disesuaikan.Menyiapkan aturan permainan yang telah ditentukan.Guru kemudian membahas pertanyaan dengan cara menunjuk salah satu kelompok.Guru dan siswa membuat kesimpulanMemberi pegghargaan kepada kelompok yang menang dalam perainan.

Guru menjelaskan suatu topik beserta contoh soal di papan tulis.Siswa ditugaskan untuk mengerjakan latihan soal yang bersifat rutin yang diberikan oleh guru.Siswa mengerjakan soal latihan.Siswa dan guru sama-sama mebahas soal yang telah dikerjakan.Siswa diberi pekerjaan rumah (PR)

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis membuat kerangka pemikiran dalam permasalahan yang ada dan digambarkan pada Gambar 1.1

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran Penelitian

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa antara yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw dengan model pembelajaran Konvensional. Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa antara yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw dengan model pembelajaran Konvensional

H1: Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa antara yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw dengan model pembelajaran Konvensional

Langkah-langkah Penelitian

Menentukan Lokasi Penelitian

Penulis mengambil lokasi penelitian di SMPN 3 Ciparay Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung. Karena, di lokasi tersebut belum pernah dilakukan penelitian model pembelajaran tipe Quick On The Draw serta tersedianya data-data yang diperlukan untuk penelitian. Serta hasil studi pendahuluan kemampuan pemahaman matematika siswa di sekolah tersebut masih kurang.

Sumber DataPopulasi

Populasi yang digunakan untuk penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII SMPN 3 Ciparay dari kelas VII-A sampai VII-H semester genap tahun ajaran 2014-2015.

Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil 2 kelas, yaitu kelas VII-B dan VII-C. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling karena populasi di SMPN 3 Ciparay dianggap heterogen, maka pengambilan anggota dari populasi dilakukan secara menunjuk kelas yang akan diteliti tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

Setelah menentukan kelas yang akan diteliti, kelas VII-B ditetapkan sebagai kelas kontrol, yakni kelas dengan model pembelajaran konvensional. Kelas VII-C sebagai kelas eksperimen yaitu kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw.

Menentukan Jenis Data

Dalam penelitian ini data yang akan digunakan dalam penelitian adalah data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berhubungan dengan angka-angka yang bisa diperoleh dari hasil tes maupun data angket yang diberikan. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw, dan pembelajaran konvensional serta posttes setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw dan pembelajaran konvensional, yang pada akhirnya akan menghasilkan peningkatan kemamapuan pemahaman matematik siswa. sedangkan data kuantitatif digunakan untuk mengetahui proses keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw yang diperoleh dari lembar observasi guru dan siswa.

Menentukan Metode dan Desain PenelitianMetode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Menurut Sugiyono (2010: 114) Metode kuasi eksperimen mempunyai kelas kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi untuk mrngontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

Desain penelitian

Desain penelitian yang diguakan dalam penelitian ini adalah Nonquivalent control group design yang merupakan bentuk desain penelitian dalam Quasi experimental design. Desain ini hampir sama dengan Pretest-Posttest control group design pada True experimental design. Menurut Cambell (Herlina, 2011: 27) desain penelitian dalam Quasi experimental design yaitu dengan skema sebagai berikut:

Pretest

Treatment

Posttest

O

X

O

O

O

Gambar 1.2 Skema Desain Penelitian

Keterangan :

O = Pretest dan Postest

X= Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw

(Sugiyono, 2010:116)

Untuk lebih jelasnya, penulis sajikan Alur Penelitian yang terlihat pada Gambar 1.3 sebagai berikut:

Pembelajaran Matematika

Kelas Eksperimen

Pretest

Pretest

Pengumpulan Data

Analisis Data

Simpulan

Posttest

Lembar observasi aktivitas siswa dan guruLembar skala sikap

Kelas Kontrol

Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick On The Draw

Pembelajaran Konvensional

Posttest

28

Gambar 1.3 Alur Penelitian

Menentukan Instrumen Penelitian

Instrument dalam penelitian ini terdiri dari tes (tes awal dan tes akhir) dan non tes (lembar observasi dan angket skala sikap).

Tes

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman matematika siswa berupa tes kemampuan pemahaman matematik. Dalam penelitian ini, pelaksanaan tes akan dilaksanakan dua kali yaitu tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Pretest diberikan kepada siswa pada saat sebelum diberikan perlakuan. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman matematik siswa mengenai bahasan kubus dan balok. Sedangkan pottest diberikan setelah siswa diberikan perlakuan. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman matematik siswa setelah diberi perlakuan.

Setiap soal pada pretest dan posttest adalah identik. Soal pretest dan posttestes ini terdiri dari 4 soal uraian dengan kriteria soal yang digunakan yaitu 1 soal mudah, 2 soal sedang dan 1 soal sukar.

Non tesLembar Observasi

Adapun instrumen observasi, dipakai untuk mengamati siswa, guru dan proses pembelajaran dengan model kooperatif tipe Quick On The Draw pada pokok bahasan segiempat, observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe Quick On The Draw. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas guru. Untuk lembar observasi aktifitas siswa yang menjadi observernya adalah rekan peneliti. Sedangkan untuk lembar observasi aktifitas guru dan kegiatan pembelajaran yang akan menjadi observernya guru mata pelajaran matematika di SMPN 3 Ciparay.

Lembar observasi aktivitas guru terdiri dari 20 pernyataan dengan indikator sebagai berikut:

Kegiatan Awal Pembelajaran Memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswaMenjelaskan tujuan pembelajaranKegiatan inti Pembelajaran Memmberikan kartu indeks dan bahan ajar mengenai materi yang akan dibahasMembimbing siswa selama pembelajaran berlangsungMenjelaskan aturan permainan pada pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw.Kegiatan Akhir PembelajaranMemberikan kesimpulan dari materi yang telah dipelajariMemberikan tugas kepada siswaMenutup pembelajaran

Sedangkan lembar observasi aktivitas siswa terdiri dari 8 pernyataan dengan indikator sebagai berikut:

Aktif saat mengerjakan soal yang telah diberikan secara berkelompok. Melaksanakan permainan pada pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw.

Menjawab pertanyaan/soal dari guru pada saat permainan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw secara berkelompok. Mempersentasikan hasil diskusi didepan kelas.Membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan. Skala Sikap

Skala sikap digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw. Setiap pernyataan dilengkapi dengan empat pilihan pernyataan, yaitu sikap SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Peneliti tidak akan menggunakan jawaban N (Netral) untuk menghindari jawaban aman dan mendorong untuk keberpihakan. Tiap pernyataan memiliki bobot nilai yang telah ditentukan. Penentuan skor model skala Likert dilakukan secara apriori yang dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut:

Tabel 1.1 Bobot Nilai Skala Sikap

Pernyataan Positif

Pernyataan Negatif

Pernyataan

Bobot

Pernyataan

Bobot

Sangat Setuju

4

Sangat Setuju

1

Setuju

3

Setuju

2

Tidak Setuju

2

Tidak Setuju

3

Sangat Tidak Setuju

1

Sangat Tidak Setuju

4

Skala sikap dalam penelitian ini menggunakan skala sikap disposisi matematik siswa. Menurut Fuad (2013: 12) disposisi matematis adalah kecenderungan untuk berfikir, bersikap, dan dan berbuat positif terhadap matematik.

Adapun indikator skala sikap disposisi matematik yang diukur dalam penelitian ini yaitu:

Rasa percaya diriGairah dan perhatian serius Kegigihan menghadapi dan menyelesaikan masalahRasa ingin tahu yang tinggiKemampuan berbagi pendapat denggan orang lain. Analisis Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan hasil tes yang baik, maka dilakukan uji coba instrumen soal terlebih dahulu.

Dalam menganalisis instrumen uji coba soal dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2010:211). Untuk menetukan validitas butir soal, digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut:

Keterangan:

= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

= banyaknya siswa

= skor total tiap butir soal

= skor tiap siswa

= Jumlah perkalian XY

(Arikunto, 2007:72)

Interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi digunakan kriteria Nurgana pada Tabel 1.2 berikut ini :

Tabel 1.2 Indeks Validitas

No

Koefisien Korelasi

Interpretasi

1

2

3

4

5

Sangat Tinggi

Tinggi

Cukup Tinggi

Rendah

Sangat Rendah

(Jihad, 2009:180)

Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan suatu instrumen cukup yang dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik (Arikunto, 2010:221). Instrument yang baik tidak akan mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu.

Untuk menentukan reliabilitas, digunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut:

Keterangan:

= koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

= korelasi antar skor-skor setiap belaha tes

Kriteria reliabilitas menurut Guilford dapat dilihat pada Tabel 1.3

Tabel 1.3 Indeks Reliabilitas

No

Besarnya r

Interprestasi

1

2

3

4

5

Sangat rendah

Remdah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

(Jihad, 2009:181)

Daya Pembeda

Daya pembeda merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya beda digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

= Indeks daya pembeda

= Rata-rata siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

= Rata-rata siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

= Skor maksimum ideal tiap soal

Klasifikasi daya pembeda tiap butir soal dapat dilihat pada Tabel 1.4 berikut ini:

Tabel 1.4 Indeks Daya Pembeda

Angka DP

Klasifikasi

DP

Sangat Jelek

Jelek

Cukup

Baik

Baik Sekali

(Suherman, 2003: 161)

Tingkat Kesukaran

Untuk mementukan tingkat kesukaran suatu soal digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

TK= tingkat kesukaran

= rata-rata skor tiap butir soal

= skor maksimum tiap butir soal

Klasifikasi tingkat kesukaran tiap butir soal dapat dilihat dalam Tabel 1.5 berikut ini:

Tabel 1.5 Indeks Tingkat Kesukaran

No

Angka TK

Klasifikasi

1

2

3

0,00-0,30

0,31-0,70

0,71-1,00

Sukar

Sedang

Mudah

(Arifin, 2009:135)

Teknik Pengumpulan Data

Secara garis besar teknik pengumpulan data siswa dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.6 berikut ini:

Tabel 1.6 Teknik Pengumpulan Data

No

Sumber Data

Aspek

Teknik Pengumpulan Data

Instrument Yang Digunakan

1

Siswa

Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa

Pretest dan Posttest

Tes kemampuan pemahaman matematika siswa

2

Guru dan Siswa

Gambaran proses pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw

Observasi

Lembar observasi aktivitas siswa dan guru

3

Siswa

Sikap disposisi siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw.

Skala Sikap

Lembar skala sikap siswa.

Analisis Data

Untuk Menjawab Rumusan Masalah Nomor 1

Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif biasa dan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw menggunakan rumus, sebagai berikut:

Selanjutnya, nilai dari presentase aktivitas setiap pertemuan ini menjadi sebuah tolak ukur untuk mengambil kesimpulan aktivitas pemeelajaran matematika pada siswa mengalami peningkatan atau penurunan. Dengan kriteria penilaian pada Tabel 1.7 berikut ini :

Tabel 1.7 Kriteria Persentase Aktivitas

Persentase aktivitas siswa

Interpretasi

81,7% - 100%

Baik

48,3% - 81,6%

Cukup

0% - 48,2%

Kurang

(Nurfauziah, 2009:28)

Untuk Menjawab Rumusan Masalah Nomor 2

Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematika siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw dengan pembelajaran konvensional dianalisis sebagai berikut:

Membandingkan data yang diperoleh dari tes awal (pretest) dan tes akhir (postest) yang bertujuan untuk dapat mencari peningkatan (gain) pemahaman matematik siswa yang terjadi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yang terjadi sesudah pembelajaran. Data peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa diperoleh dari skor normal gain (indeks gain). Rumus normal gain menurut Meltzer (Juariah, 2008:44), sebagai berikut:

Kategori gain ternormalisasi menurut Meltzer (Juariah, 2008 : 44) diinterpretasikan dalam Tabel 1.8 berikut ini:

Tabel 1.8 Kriteria Indeks Gain

Gain Ternormalisasi

Keterangan

Rendah

Sedang

Tinggi

Merumuskan Hipotesis

Pembahasan mengenai hipotesis yang akan diuji adalah:

dan

Keterangan:

: Peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw.

: Peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data, pengujian normalitas ini adalah uji normalitas gain ternormalisasi dari kelompok yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw dan kelompok yang pembelajaran konvensional dengan menggunakan software SPSS 16. Adapun langkah-langkah uj normalitas data gain menggunakann software SPSS 16. Adapun kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

Jika nilai probabilitas (sig) 0,05 maka data berdistribusi tidak normal. Jika nilai probabilitas (sig) 0,05 maka data berdistribusi normal.

(Kariadinata, 2011:110-112)

Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk menguji kesamaan variansi sampel yang diambil dari populasi yang sama. Jika kedua kelompok data sebaran normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians pada dua kelompok data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Dengan varians

Adapun kriterianya adalah sebagai berikut:

Jika maka kedua varians yang diuji homogen. Jika maka kedua varians yang diuji tidak homogen.

(Kariadinata, 2011:66-67)

Untuk menentukan derajat kebebasan tes homogenitas dua variansi dengan rumus:

dk1 =

dk2 =

Keterangann:

dk1 = derajat kebebasan pembilang

dk2 = derajat kebebasann penyebut

= banyak data siswa dari kelas yang memiliki nilai varians lebih besar

= banyak data siswa dari kelas yang memiliki nilai varians lebih kecil

Uji Hipotesis

Dalam menguji hipotesis dalam penelitian ini ada beberapa cara yang dapat digunakan antara lain sebagai berikut:

Jika uji normalitas dan homogenitas hasil nilai posttest, pretest dan gain diantara kedua kelas baik eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal dan datanya homogen maka selanjutnya digunakan uji t, adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

Prosedur analisisnya adalah:

Menentukan nilai mean dari kelas eksperimen dengan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw (M1) dan nilai mean dari kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional (M2) Menentukan nilai standar deviasi data hasil posttest kelas eksperimen dengan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw () dan nilai standar deviasi data hasil posttest kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional (). Menentukan nilai standar error mean dari kelas eksperimen dengan pemelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw () dan standar error dari kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional (), rumusnya adalah:

Mencari Nilai Standar Error Perbedaan () antara mean data hasil posttest kelas eksperimen dengan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw dan mean data hasil posttest kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional, rumusnya adalah:

Mencari nilai t hitung dengan rumus : Mencari dengan derajat kebebasan (db) = Membuat kesimpulan hipotesis, dengann membandingkan dan . Kriterianya sebagai berikut:

Jika maka ditolak dan diterima

Jika maka diterima dan ditolak

Keterangan:

= Mean dari kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw

= Mean dari kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional

= Standar deviasi dari kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw

= Standar deviasi dari kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional

= Banyaknya siswa kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw

= Banyaknya siswa kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.

= Standard error mean

= Standard error Konvensional

(Kariadinata, 2011:101-102)

Jika salah satunya berdistribusi tidak normal tetapi data pretest, posttest dan gain homogen maka digunakan uji Mann Whitney, dengan langkah-langkah sebgai berikut: Menentukan Hipotesis Membuat daftar rank Menentukan nilai dengan mengambil nilai atau yang terkecil. Rumus untuk mencari dan adalah:

Keterangan:

= jumlah siswa kelas eksperimen dengan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw.

= jumlah siswa kelas eksperimen dengan pembelajaran konvensional.

= jumlah peringkat kelas Eksperimen dengan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw.

= jumlah peringkat kelas Eksperimen dengan pembelajaran konvensional.

= jumlah ranking kelas eksperimen dengan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw.

= jumlah ranking kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.

Uji hipotesis dan membuat kesimpulan dengan membandingkan nilai yang terkecil dengan , dengan kriteria:

Apabila maka diterima dan ditolak

Apabila maka ditolak dan diterima

(Siegel, 1992:158)

Jika data pretest, posttest dan gain normal tetapi salah satunya tidak homogen maka akan digunakan rumus uji , adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:Mencari nilai

Keterangan:

= Mean dari kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw

= Mean dari kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional

= Varians kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw

= Varians kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional

= Banyaknya siswa kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw

= Banyaknya siswa kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Menghitung nilai kritis

,

,

Keterangan:

= Varians kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw

= Varians kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional

= Banyaknya siswa kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw

= Banyaknya siswa kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional

Kriteria

Jika diterima dan ditolak

Jika maka diterima dan ditolak

(Kariadinata, 2011:76)

Untuk Menjawab Rumusan Masalah Nomor 3

Untuk menjawab rumusan masalah nomor 4, yaitu tentang bagaimana sikap disposisi matematik siswa terhadap pembelajaran menggunakan model membelajaran pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw. Analisis yang dilakukan adalah menganalisis data hasil angket dengan skala likert dimana skala kualitatif ditransfer kedalam skala kuantitatif. Adapun kategori skala sikap sebagai berikut:

Rata rata > 2,50 artinya positif

Rata rata = 2,50 artinya netral

Rata rata < 2,50 artinya negatif.

Selain menganalisis rata-rata skor siswa, juga di analisis persentase sikap positif dan negatif setiap item pertanyaan. Untuk pernyataan positif, sikap positif adalah sikap persetujuan (banyaknya respon SS dan S) dan sikap negatif adalah sikap ketidaksetujuan (banyaknya sespon TS dan STS). Untuk pernyataan negatif, sika positif adalah sikap persetujuan (banyaknya respon TS dan STS) dan sikap negatif adalah sikap ketidaksetujuan (banyaknya sespon SS dan S).

(Juariah, 2008: 45)