6
1 BAB 1 PENDAHULUAN Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup. Pelestarian sumberdaya air secara kualitatif dan kuantitatif kurang mendapat perhatian. Secara kualitatif pencemaran sumberdaya air oleh manusia semakin tinggi, dan secara kuantitatif kebutuhan air semakin besar sedangkan jumlah sumberdaya air relatif tetap sehingga tidak mencukupi. Permasalahan air yang melanda dunia dan juga di Indonesia seharusnya menggugah kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk bersama-sama melestarikan sumberdaya air secara berkelanjutan, salah satunya dengan menampung air hujan sebanyak- banyaknya. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS), persentase rumah tangga dengan sumber air minum bukan leding menurut provinsi untuk wilayah pedesaan dan perkotaan Tahun 1999, 2001, 2003 dan tahun 2006 secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa persentase jumlah rumah tangga di daerah perdesaan yang menggunakan sumber air minum bukan dari leding masih sangat besar yakni antara 90 93 %, sedangkan untuk wilayah perkotaan berkisar antara 60 -68 %. Sebagian besar masyarakat yang belum terlayani oleh air minum perpipaan umumnya menggunakan air tanah. Tabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan. Perdesaan No. Provinsi / Province 1999 2001 2003 2006 Persentase (%) 1. Nanggroe Aceh Darussalam 96.1 - 98.3 92.5 2. Sumatera Utara 91.6 92.4 93.5 90.4 3. Sumatera Barat 88 88 87.1 85.8 4. R i a u 99.2 97.5 98.9 97.1 5. J a m b i 92 91.2 90.6 89.3 6. Sumatera Selatan 95 97.3 97.6 93.8 7. Bengkulu 93.4 92.2 93.7 91.6

BAB 1 PENDAHULUAN - kelair.bppt.go.id · 1 BAB 1 PENDAHULUAN Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup. Pelestarian sumberdaya air secara kualitatif

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN - kelair.bppt.go.id · 1 BAB 1 PENDAHULUAN Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup. Pelestarian sumberdaya air secara kualitatif

1

BAB 1 PENDAHULUAN

Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup. Pelestarian sumberdaya air secara kualitatif dan kuantitatif kurang mendapat perhatian. Secara kualitatif pencemaran sumberdaya air oleh manusia semakin tinggi, dan secara kuantitatif kebutuhan air semakin besar sedangkan jumlah sumberdaya air relatif tetap sehingga tidak mencukupi. Permasalahan air yang melanda dunia dan juga di Indonesia seharusnya menggugah kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk bersama-sama melestarikan sumberdaya air secara berkelanjutan, salah satunya dengan menampung air hujan sebanyak-banyaknya.

Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS), persentase rumah tangga dengan sumber air minum bukan leding menurut provinsi untuk wilayah pedesaan dan perkotaan Tahun 1999, 2001, 2003 dan tahun 2006 secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa persentase jumlah rumah tangga di daerah perdesaan yang menggunakan sumber air minum bukan dari leding masih sangat besar yakni antara 90 – 93 %, sedangkan untuk wilayah perkotaan berkisar antara 60 -68 %. Sebagian besar masyarakat yang belum terlayani oleh air minum perpipaan umumnya menggunakan air tanah.

Tabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan.

Perdesaan

No. Provinsi / Province 1999 2001 2003 2006

Persentase (%)

1. Nanggroe Aceh Darussalam 96.1 - 98.3 92.5

2. Sumatera Utara 91.6 92.4 93.5 90.4

3. Sumatera Barat 88 88 87.1 85.8

4. R i a u 99.2 97.5 98.9 97.1

5. J a m b i 92 91.2 90.6 89.3

6. Sumatera Selatan 95 97.3 97.6 93.8

7. Bengkulu 93.4 92.2 93.7 91.6

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN - kelair.bppt.go.id · 1 BAB 1 PENDAHULUAN Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup. Pelestarian sumberdaya air secara kualitatif

2

8. Lampung 98.1 97.2 97.9 96.8

9. Kep. Bangka Belitung - 99.4 - 96.3

10. Kep. Riau - - - 96.8

11. DKI Jakarta - - - -

12. Jawa Barat 94.9 95 94.8 91.2

13. Jawa Tengah 94.4 94.6 94 91.0

14. DI Yogyakarta *) 95.2 97.3 90.5 83.9

15. Jawa Timur 93.8 93.9 94.5 89.7

16. Banten - 98.1 97.2 94.0

17. B a l i 59.1 66.3 63 61.0

18. Nusa Tenggara Barat 90.1 94.5 93.5 84.8

19. Nusa Tenggara Timur 89.8 88.2 91 86.4

20. Kalimantan Barat 95 96 94 92.4

21. Kalimantan Tengah 93.5 95.6 91.7 92.1

22. Kalimantan Selatan 84.1 86.8 87.3 84.2

23. Kalimantan Timur 80.4 88.6 83.2 78.8

24. Sulawesi Utara 98 81.8 85.2 76.0

25. Sulawesi Tengah 85.9 87.3 88.9 87.1

26. Sulawesi Selatan 91.8 95.2 93.3 89.8

27. Sulawesi Tenggara 89.8 86.9 84.6 80.2

28. Gorontalo - 92.7 97.4 89.9

29. Sulawesi Barat - - - 91.3

30. Maluku 90.9 76 94.9 85.5

31. Maluku Utara - 90.9 95.6 90.6

32. Irian Jaya Barat - - - 88.6

33. Papua 98.1 96 96.8 93.0

Indonesia 93 93.5 93.6 90.0

*) DI Yogyakarta tidak mencakup Kabupaten Bantul. Sumber : http://www.bps.go.id/sector/socwel/housing/table6.shtml

Tabel 1.2 : Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan

Leding menurut Provinsi Untuk Wilayah Perkotaan.

Perkotaan

No. Provinsi / Province 1999 2001 2003 2006

Persentase (%)

1. Nanggroe Aceh Darussalam 69.1 - 69.3 56.1

2. Sumatera Utara 56.7 53.3 51.3 48.0

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN - kelair.bppt.go.id · 1 BAB 1 PENDAHULUAN Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup. Pelestarian sumberdaya air secara kualitatif

3

3. Sumatera Barat 54.9 51.6 53.7 51.6

4. R i a u 81.7 79.1 76.1 82.9

5. J a m b i 47.1 61.6 61.3 59.5

6. Sumatera Selatan 54.7 55.7 54.9 47.1

7. Bengkulu 69.2 73.2 69.8 69.6

8. Lampung 75.3 78 80.2 81.5

9. Kep. Bangka Belitung - 78.8 88.1 85.2

10. Kep. Riau - - - 44.6

11. DKI Jakarta 52.4 49 54.3 39.5

12. Jawa Barat 77.5 79.7 81.8 74.8

13. Jawa Tengah 67.7 72 73.5 68.0

14. DI Yogyakarta *) 98.7 90.9 87.3 72.4

15. Jawa Timur 58.3 65.3 67.9 58.8

16. Banten - 78.4 77.4 67.9

17. B a l i 47.1 53 53.5 33.9

18. Nusa Tenggara Barat 69.8 63.8 78.6 70.3

19. Nusa Tenggara Timur 35 39.5 38.7 39.1

20. Kalimantan Barat 66.7 74.6 77 76.8

21. Kalimantan Tengah 57.8 64.4 62.4 57.4

22. Kalimantan Selatan 22.7 29.7 27.8 27.0

23. Kalimantan Timur 28.9 34.6 27 22.2

24. Sulawesi Utara 50.9 48.8 51.5 54.6

25. Sulawesi Tengah 63.6 61.5 61.6 47.5

26. Sulawesi Selatan 45.7 41.1 41.4 36.6

27. Sulawesi Tenggara 45.6 40.3 42.5 38.6

28. Gorontalo - 63.2 67.6 64.8

29. Sulawesi Barat - - - 57.9

30. Maluku 49.5 62 45.4 51.1

31. Maluku Utara - 34.1 37.8 35.5

32. Irian Jaya Barat - - - 40.9

33. Papua 47.9 49.3 45.1 48.9

Indonesia 63.6 66.4 68 60.3

*) DI Yogyakarta tidak mencakup Kabupaten Bantul. Sumber : http://www.bps.go.id/sector/socwel/housing/table7.shtml

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN - kelair.bppt.go.id · 1 BAB 1 PENDAHULUAN Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup. Pelestarian sumberdaya air secara kualitatif

4

Air tanah merupakan sumber daya air yang sangat penting bagi makhluk hidup. Air tanah dapat dijumpai atau terdapat dalam suatu lapisan yang disebut akuifer. Pembuatan sumur baik gali maupun bor harus mencapai lapisan akuifer ini jika tidak maka debit air akan kecil. Untuk keperluan mendapatkan air dalam jumlah banyak biasanya dapat dilakukan dengan mengambil air di beberapa lapisan sekaligus.

Lapisan akuifer tersebut dapat dijumpai pada dataran pantai, daerah kaki gunung, lembah antar pegunungan, dataran aluvial dan daerah topografi karst. Lapisan ini merupakan lapisan yang porus terdiri dari pasir sampai gravel. Ketebalan lapisan ini umumnya bervariasi dalam suatu kondisi ketebalannya dapat lebih dari 10 m. Lapisan akuifer ditinjau dari sistemnya terdiri dari akuifer tak tertekan, akuifer semi tertekan dan akuifer tertekan. Akuifer dataran pantai pada umumnya berkembang sebagai daerah pemukiman yang padat (misal wilayah DKI Jakarta) hal ini disebabkan karena akuifer daerah ini merupakan sumber air tanah yang sangat penting bagi daerah kota daerah tersebut. Air tanah di daerah tersebut disamping dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kota juga digunakan untuk pertanian.

Pemakaian air tanah harus mempertimbangkan faktor kelestarian air tanah, yang meliputi faktor kualitas dan kuantitas air. Salah satu cara mempertahankan kuantitas air tanah adalah dengan menerapkan sumur resapan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemanfaatan sumur resapan adalah dapat menambah jumlah air tanah serta mengurangi jumlah limpasan.

Peningkatan kapasitas Infiltrasi dengan penerapan sumur resapan diperlukan untuk menambah jumlah air yang masuk kedalam tanah. Adanya sumur resapan akan memberikan dampak berkurangnya limpasan permukaan. Air hujan yang semula jatuh keatas permukaan genteng disalurkan melalui talang air kemudian ditampung kedalam tangki penampung, limpasan air yang keluar dari tangki penampung kemudian dimasukkan kedalam sumur resapan.

Untuk mendapatkan air hujan dalam jumlah banyak maka beberapa talang dari rumah digabung menjadi satu, kemudian disalurkan melalui pipa untuk dialirkan kedalam bak penampung air. Untuk rumah-rumah yang dibangun dengan sistem kopel, saluran air dapat digabung menjadi satu atau secara komunal, air hujan dialirkan dengan pipa air dibawa ke bak penampung air hujan. Dengan menggunakan sistem komunal tersebut jumlah air hujan yang dapat ditampung akan menjadi

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN - kelair.bppt.go.id · 1 BAB 1 PENDAHULUAN Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup. Pelestarian sumberdaya air secara kualitatif

5

lebih banyak sehingga akan dapat memenuhi bak penampung air yang disediakan. Salah satu contoh lain adalah wilayah Depok yang merupakan daerah penyangga untuk wilayah DKI Jakarta sangat berpengaruh terhadap sumber daya air tanah untuk wilayah DKI Jakarta. Dengan semakin berkembangnya kota Depok maka daerah terbangun menjadi semakin luas yang mengakibatkan jumlah air limpasan air hujan yang mengalir ke saluran meningkat dengan pesat dan mengakibatkan banjir. Dengan semakin besarnya jumlah penduduk, telah mengakibatkan perubahan tata guna lahan yang pada akhirnya menyebabkan koefisien limpasan (run off) meningkat, di lain pihak kapasitas saluran atau sungai menurun akibat sedimentasi, sehingga mengakibatkan banjir terutama pada saat musim hujan Selain itu, salah satu permasalahan yang ada di Indonesia adalah prosentase pelayanan air bersih oleh PDAM masih rendah, sehingga masyarakat sebagian besar menggunakan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu konservasi air tanah di wilayah Depok perlu dilakukan agar kesimbangan air tanah tetap terjaga serta jumlah air limpasan hujan dapat dikurangi sehingga resiko banjir juga dapat diatasi.

Dalam rangka menjaga keseimbangan pengambilan dan peresapan air hujan serta mengurangi jumlah limpasan air hujan perlu dikembangkan teknologi pemanenan dan pemanfaatan air hujan untuk menjaga ketersediaan air tanah terutama pada saat musim kemarau, sehingga berdampak dapat meningkatkan suplai air bersih di Kota Depok. Rain harvesting atau pemanenan air hujan adalah kegiatan menampung air hujan secara lokal dan menyimpannya melalui berbagai teknologi, untuk penggunaan masa depan untuk memenuhi tuntutan konsumsi manusia atau kegiatan manusia. Pengumpulan, penyimpanan dan pendistribusian air hujan dari atap dilakukan untuk penggunaan di dalam atau di luar rumah maupun untuk keperkuan bisnis. Menurut peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 12 tahun 2009 pasal 1 ayat 1: Pemanfaatan air hujan adalah serangkaian kegiatan mengumpulkan, menggunakan, dan/atau meresapkan air hujan ke dalam tanah. Sedangkan pada pasal 3 disebutkan, kolam pengumpul air hujan adalah kolam atau wadah yang dipergunakan untuk menampung air hujan yang jatuh di atap bangunan (rumah, gedung perkantoran atau industry) yang disalurkan melalui talang.

Salah satu alternatif untuk penyediaan air bersih masyarakat adalah dengan cara memanfaatkan air hujan baik secara langsung

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN - kelair.bppt.go.id · 1 BAB 1 PENDAHULUAN Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup. Pelestarian sumberdaya air secara kualitatif

6

maupun tidak langsung. Dalam rangka memasyakatkan teknologi pemanenan serta pemanfaatan air hujan perlu dilakukan kajian serta pengembangan teknologi pemanenan air hujan serta teknologi pengolahan air hujan agar dapat diaplikasikan oleh masyarakat. Dengan demikian dapat meningkatkan penyediaan air bersih yang murah bagi masyarakat.