Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Pembuatan
obat merupakan seluruh rangkaian kegiatan dalam menghasilkan obat, yang
meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan,
pengawasan mutu dan pemastian mutu sampai didapatkan obat untuk
didistribusikan. Fungsi industri farmasi adalah pembuatan obat dan/atau bahan
obat, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan. (Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799 MENKES/PER/XII/2010 tentang
industri farmasi).
Industri farmasi harus membuat obat sesuai aturan CPOB agar sesuai
dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum pada
dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan
konsumen, baik karena ketidaknyamanan, ketidakefisienan, maupun mutu obat
yang substandar (Menkes RI, 2010).
Pembinaan terhadap pengembangan industri farmasi dilakukan oleh
Direktur Jenderal, sedangkan pengawasan dilakukan oleh Kepala Badan.
Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Permenkes RI Nomor
1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang industri farmasi dapat dikenakan sanksi
administratif.
Industri farmasi merupakan sub sektor dari sektor konsumsi. Sektor
konsumsi di Bursa Efek Indonesia (BEI) terbagi menjadi beberapa sub sektor,
diantaranya yaitu farmasi, makanan dan minuman, rokok, dan juga kosmetik.
Berikut merupakan data perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI tahun 2016,
yaitu:
2
Tabel 1.1 Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di BEI
No Kode Nama Perusahaan
1 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk
2 INAF Indofarma (Persero) Tbk
3 KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk
4 KLBF Kalbe Farma Tbk
5 MERK Merck Indonesia Tbk
6 PYFA Pyridam Farma Tbk
7 SCPI Merck Sharp Dohme Pharma Tbk
8 SIDO Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul Tbk
9 SQBB Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
10 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk
Sumber: www.idx.co.id
Dari kesepuluh perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI tersebut terdapat
enam perusahaan yang akan digambarkan pada penelitian pada penelitian ini,
keenam perusahaan tersebut adalah:
1. PT. Darya Varia Laboratoria Tbk.
PT. Darya Varia Laboratoria Tbk (DVLA) didirikan tanggal 30 April 1976
dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahum 1976. Kantor pusat DVLA
berada di South Quarter, Tower C, Jalan R.A Kartini Kav.8, Jakarta 12430 dan
pabrik DVLA berada di Bogor.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DVLA
adalah bergerak dalam bidang manufaktur, perdagangan, jasa dan distribusi
produk-produk farmasi, produk-produk kimia yang berhubungan dengan farmasi,
dan perawatan kesehatan. Berikut adalah merek-merek yang dimiliki oleh DVLA
antara lain, yaitu Nature-E, Enervon-C, Decolgen, Neozep, Cetapain, Paracetamol
Infuse, dan Provida.
DVLA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK Pada tanggal 12
Oktober 1994, untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) DVLA
kepada masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai nominal Rp 1.000,- per
3
saham dengan penawaran Rp 6.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Nopember 1994.
2. PT. Indofarma (Persero) Tbk
PT. Indofarma (Persero) Tbk (INAF) didirikan tanggal 02 Januari 1996
dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1983. Kantor pusat dan
pabrik INAF beralamat di Jalan Indofarma No. 1 Cibitung, Bekasi 17530 –
Indonesia.
Pada awalnya, INAF merupakan sebuah pabrik obat yang didirikan pada
tahun 1918 dengan nama pabrik Obat Manggarai. Pabrik Obat Manggarai ini
diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1950 dan dikelola
oleh Departemen Kesehatan. Pada tahun 1979, nama pabrik obat ini diubah
menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan. Kemudian, berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) No. 20 tahu 1981, pemerintah
menetapkan Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan diubah menjadi
Perseroan Umum Indonesia Farma (Perum Indofarma). Selanjutnya, status badan
hukum Perum Indofarma diubah menjadi Perusahaan (Persero) pada tahun 1996.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INAF
adalah untuk menunjang dan melaksanakan kebijakan serta program Pemerintah
di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di
bidang farmasi, alat kesehatan, diagnostik, serta industri produk makanan.
Pada tanggal 30 Maret 2001, INAF memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK melakukan Penawaran Umum Perdana Saham INAF (IPO) kepada
masyarakat sebanyak 596.875.000 saham seri B dengan nilai nominal Rp 100,-
per saham dengan penawaran Rp 250,- per saham. Kemudian pada tanggal 17
April 2001 saham-saham tersebut tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
4
3. PT. Merck Tbk
PT. Merck Tbk (dahulu PT Merck Indonesia) (MERK) didirikan 14
Oktober 1970 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1974. Kantor
pusat MERK berada di Jalan T.B. Simatupang No.8, Pasar Rebo, Jakarta Timur
1370-Indonesia.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan MERK
adalah bergerak dalam bidang industri, perdagangan, jasa konsultasi manajemen,
jasa penyewaan kantor/properti dan layanan yang terkait dengan kegiatan usaha.
Kegiatan utama MERK saat ini adalah memasarkan produk-produk obat tanpa
resep dan obat peresepan, produk terapi yang berhubungan dengan kesuburan,
diabetes, neurologis dan kardiologis, dan menawarkan berbagai instrumen kimia
dan produk kimia untuk bio-riset, bio-produksi dan segmen-segmen terkait. Merk
utama yang dipasarkan MERK adalah Sangobion dan Neurobion.
MERK memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MERK (IPO) pada tanggal 23 Juni
1981 pada masyarakat sebanyak 1.680.000 dengan nilai nominal Rp 1.000,- per
saham dengan harga penawaran Rp 1.900,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 23 Juli 1981.
4. PT. Pyridam Farma Tbk
PT. Pyridam Farma Tbk (PYFA) didirikan dengan nama PT Pyridam pada
tanggal 27 November 1977 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun
1977. PT. Pyridam Farma Tbk berkantor pusat di Ruko Villa Kebon Jeruk Blok
F3, Jalan Raya Kebon Jeruk, Jakarta 11530, sedangkan lokasi pabriknya
beralamat di Desa Cibodas, Pacet, Cianjur, Jawa Barat.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PYFA
meliputi industri obat-obatan, plastik, alat-alat kesehatan, dan industri kimia
lainnya. Kegiatan usaha Pyridam Farma meliputi produksi dan pengembangan
obat-obatan (farmasi) serta perdagangan alat-alat kesehatan lainnya.
Pada tanggal 27 September 2001, PYFA memperoleh pernyataan efektif
dari Bapepam-LK melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PYFA (IPO)
5
kepada masyarakat sebanyak 120.000.000 dengan nilai nominal Rp 100,- per
saham dengan penawaran Rp 105,- per saham dan disertai Waran Seri I sebanyak
60.000.000. Kemudian pada tanggal 16 Oktober 2001 Saham dan Waran Seri I
tersebut tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
5. PT. Merck Sharp Dohme Pharma Tbk
PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk (SCPI) dahulu memiliki nama PT
Schering-Plough Indonesia Tbk didirikan dengan nama PT Essex Indonesia pada
07 Maret 1972 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada Januari 1975.
Kantor pusat SCPI berlokasi di Wisma BNI 46, Lt. 27 Jalan Jenderal Sudirman
Kav. 1, Jakarta 10220 dan pabrik berlokasi di Pandaan, Jawa Timur.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SCPI
meliputi pembuatan, pengembangan, pengemasan, dan memasarkan produk
farmasi untuk manusia dan hewan, produk kebersihan, kosmetik, keperluan rumah
tangga dan sejenisnya.
Pada tanggal 18 April 1990, SCPI memperoleh pernyataan efektif dari
Babepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SCPI (IPO)
kepada masyarakat sebanyak 3.600.000 dengan nilai nominal Rp 1.000,- per
saham dengan harga penawaran Rp 12.750,- per saham. Saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tangga 08 Juni 1990.
6. PT. Tempo Scan Pacific Tbk
PT. Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) didirikan di Indonesia pada tanggal
20 Mei 1970 dengan nama PT Scanchemie dan memulai kegiatan komersialnya
sejak tahun 1970. TSPC berkantor pusat di Tempo Scan Tower, Lantai 16, Jalan
H.R Rasuna Said Kav. 3-4, Jakarta 12950, sedangkan lokasi pabriknya terletak di
Cikarang, Jawa Barat.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan TSPC
bergerak dalam bidang usaha farmasi. Kegiatan usaha TSPC adalah farmasi (obat-
obatan), produk konsumen, kosmetika, dan distribusi. Produk-produk TSPC yang
telah dikenal masyarakat, diantaranya produk kesehatan (Bodrex, Hemaviton,
6
NEO rheumacyl, Oskadon, lpi Vitamin, Brodexin, Contrex, Contrexyn, Vidoran,
Zevit, dan Neo Hormoviton), obat resep dan rumah sakit (Hospira, SciClone, Alif,
Ericaf, Timoc, Triptagic, dan Trozyn) serta produk konsumen dan komestika
(Marina, My baby, Total Care, S.O.S antibakterial, Claudia, Dione Kids, Tamara,
Natural Honey dan Revlon).
TSPC memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK pada tanggal 24
mei 1994 untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham TSPC (IPO)
kepada masyarakat sebanyak 17.500.000 dengan nilai nominal Rp 1.000,- per
saham dengan harga penawaran Rp 8.250,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17 Juni 1994.
1.2 Latar Belakang Penelitian
Globalisasi ekonomi terjadi pada era perdagangan bebas, yaitu suatu
perdagangan yang dilakukan antara suatu negara dengan negara lain tanpa
hambatan yang begitu berarti. Yafie (2003) mengatakan bahwa sebagian
pengamat menyebutkan bahwa globalisasi ekonomi adalah neoimperialisme,
walaupun tidak keseluruhan globalisasi ekonomi itu negatif.
Gejala globalisasi terjadi dalam kegiatan finansial, perdagangan, dan
produksi yang kemudian memengaruhi tata hubungan ekonomi antarbangsa.
Halwani (2005) mengatakan bahwa proses globalisasi tersebut telah
meningkatkan kadar hubungan saling ketergantungan antarnegara, bahkan hal
tersebut menimbulkan proses menyatunya ekonomi dunia, sehingga batas-batas
antarnegara dalam berbagai praktik dunia usaha atau bisnis seakan-akan dianggap
tidak berlaku lagi.
Industri di Indonesia menghadapi persaingan yang semakin berat dan luas
seiring semakin memasuki era globalisasi saat ini. Maka dari itu industri-industri
yang ada di Indonesia perlu untuk terus menerus memacu produktivitas tiap
sumberdayanya agar mampu bersaing secara global dan dapat menghasilkan
produk yang berkualitas. Indonesia tergolong negara dengan jumlah penduduk
yang banyak. Seiring dengan jumlah penduduk yang besar, tingkat konsumsi
masyarakat pun ikut meningkat. Besarnya tingkat konsumsi masyarakat Indonesia
7
dan jumlah penduduk yang banyak dikenal dunia sebagai target pasar potensial.
(dalam www.seputarforex.com diakses 23 September 2018)
Indonesia tidak hanya menjadi target pasar produk-produk luar negeri
yang potensial dengan melihat besarnya tingkat konsumsi masyarakat Indonesia
tersebut. Dengan demikian, Indonesia juga dapat dijadikan sebagai target investasi
oleh para investor. Pilihan investasi di sektor konsumsi dapat menjadi alternatif
lain isi portofolio ketika investasi di perusahaan sektor yang lainnya masih
menunjukkan pelemahan kinerja. (dalam www.seputarforex.com).
Sektor konsumsi di Bursa Efek Indonesia (BEI) terbagi menjadi beberapa
sub sektor, diantaranya yaitu farmasi, makanan dan minuman, rokok, dan juga
kosmetik. Menurut data IMS Health, pasar industri farmasi telah tumbuh 7,49%
hingga kuartal keempat 2016, pertumbuhan tersebut dinilai lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,92%.
Dikarenakan tuntutan akan pengembangan serta peningkatan Science pada
industri farmasi untuk meningkatkan daya saing, menyebabkan pertumbuhan
industri farmasi dapat berkembang pesat. Industri farmasi dituntut untuk hi-tech.
Produk obat-obatan harus benar-benar memenuhi persyaratan berupa quality,
efficacy, dan juga safety. Dengan tidak hanya mengandalkan penjualan obat
semata, beberapa perusahaan farmasi dalam negeri telah mengalami pertumbuhan.
Terdapat beberapa perusahaan farmasi yang mengembangkan bisnis diluar obat,
seperti menjual produk vitamin atau obat herbal dan membangun klinik di daerah
pinggiran. (dalam www.pikiran-rakyat.com diakses 23 September 2018)
Salah satu faktor yang mendorong tumbuhnya industri farmasi adalah
meluasnya jangkauan kepesertaan dari BPJS Kesehatan atau Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) yang mencapai 175 juta anggota hingga Maret 2017, atau 66%
dari keseluruhan populasi penduduk Indonesia. Hal tersebut juga didukung oleh
komitmen pemerintah dengan menjadikan industri farmasi sebagai salah satu
industri prioritas di Indonesia. Salah satunya adalah dengan meluncurkan
Roadmap Industri Farmasi dan Alat Kesehatan pada akhir Februari 2017 lalu.
Semakin meluasnya jangkauan JKN kepada masyarakat Indonesia, berarti
semakin banyak masyarakat di Indonesia yang memiliki akses pada pelayanan
8
kesehatan. Hal tersebut akan ikut berkontribusi pada pertumbuhan konsumsi obat
dan perkembangan industri farmasi secara keseluruhan. (International
Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG), asosiasi perusahaan farmasi
Internasional yang beroperasi di Indonesia).
Tabel 1.2 Net Income Sub Sektor Farmasi
(dinyatakan dalam jutaan rupiah)
CODE 2012 2013 2014 2015 2016 GROWTH
DVLA 148.909 125.796 80.929 107.894 152.083 1%
INAF 42.385 (54.223) 1.165 6.566 (17.367) -20%
KAEF 205.763 215.642 236.531 265.549 265.549 7%
KLBF 1.775.098 1.970.452 2.122.677 2.057.694 2.350.884 7%
MERK 107.808 175.444 181.472 148.179 125.448 4%
PYFA 5.308 6.195 2.661 3.087 5.146 -1%
SCPI (17.996) (12.167) (62.461) 139.321 134.727 65%
TSPC 635.176 638.535 585.790 529.218 545.493 -4%
Sumber: Olahan Peneliti Berdasarkan Laporan Keuangan
Seperti kebanyakan perusahaan sektor konsumsi, operasional perusahaan
menjadi masalah penting untuk diselesaikan. Tercatat pada tabel 1.1 , laba bersih
pada perusahaan farmasi mengalami kenaikan dan penurunan. Terdapat beberapa
perusahaan farmasi yang sempat mengalami kerugian yaitu INAF dan SCPI.
Selain itu terdapat tiga perusahaan yang tercatat memiliki pertumbuhan Net
Income negatif pada periode tahun 2012-2016 yaitu INAF, PYFA dan TSPC
dengan masing-masing pertumbuhan Net Income yaitu sebesar -20%, -1% dan -
4% .
Seluruh perusahaan di era globalisasi dituntut untuk bekerja lebih efektif dan
efisien dalam meningkatkan prestasi perusahaan, hal tersebut diperlukan untuk
menciptakan kinerja keuangan yang baik. Berbagai macam industri di Indonesia
perlu mempertahankan dan meningkatkan keunggulan kompetitif yang dimiliki
9
dan berusaha memperbaiki kelemahan yang sedang menjadi masalah pada
perusahaannya masing-masing.
Berdasarkan deskripsi di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian lebih mendalam tentang analisis laporan keuangan pada perusahaan
farmasi yang mengalami penurunan pada net income dan net profit margin.
Menurut Fahmi (2013) laporan keuangan diperlukan untuk mengukur hasil usaha
dan perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu dan untuk mengetahui sudah
sejauh mana perusahaan tersebut mencapai tujuannya. Laporan keuangan pada
dasarnya merupakan hasil proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat
untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan
pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan
tersebut. Sehingga laporan keuangan memegang peranan yang luas dan penting
serta mempunyai suatu posisi yang mempengaruhi dalam proses pengambilan
keputusan.
Analisis laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan
dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi suatu
perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk
menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan
kinerja perusahaan pada masa akan datang.
Dengan melihat ketatnya persaingan perusahaan pada tiap industri yang
ada di Indonesia, banyak sekali kemungkinan buruk yang akan dialami oleh
perusahaan yang bersangkutan. Hal-hal terburuk tersebut bisa saja berujung pada
kebangkrutan sebuah perusahaan yang tidak dapat mengantisipasi dan
mengendalikan pengaruh dari sektor ekonomi yang saat ini sedang terjadi.
Dalam menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan, terdapat
beberapa metode analisis yang dapat digunakan, yaitu analisis Common Size
,analisis Rasio, analisis Du Pont, analisis Cross Section, analisis Time Series dan
Forecasting Data Keuangan. Analisis Du Pont sendiri adalah analisis yang dapat
digunakan untuk mempertajam analisis rasio dengan memisahkan profitabilitas
dengan pemanfaatan aset. Beberapa keunggulan analisis Du Pont menurut
Munawir (2011) adalah dapat digunakan untuk membandingkan efisiensi
10
penggunaan ekuitas pada perusahaan tertentu dengan perusahaan yang sejenis,
sehingga dapat diketahui apakah perusahaan tersebut berada dibawah, sama, atau
diatas rata-ratanya. Analisis Du Pont juga dapat digunakan untuk keperluan
kontrol, juga berguna untuk keperluan perencanaan pada suatu perusahaan.
Dengan berbagai analisis yang dilakukan diharapkan dapat memprediksi
kelangsungan hidup suatu perusahaan. Disamping itu, informasi mengenai
kemungkinan kegagalan perusahaan akan melindungi kepentingan masyarakat
atau calon investor dari kemungkinan kerugian yang dapat dialami dan merupakan
alat yang digunakan untuk menilai kemampuan antisipasi dan adaptasi
perkembangan bisnis dan ekonomi. Untuk itu diperlukan suatu metode khusus
yang dapat memberikan penilaian serta memprediksi kemampuan financial
perusahaan di masa kini serta di masa mendatang.
Kemampuan memprediksi keuangan perusahaan di masa mendatang
diperlukan untuk memperkecil resiko terjadinya kebangkrutan pada suatu
perusahaan. Hal tersebut dapat diketahui dengan melakukan analisis kesehatan
keuangan yang dikenal dengan analisis diskriminan Altman yang merupakan
suatu model statistik yang dikembangkan oleh Altman yang kemudian berhasil
merumuskan rasio-rasio finansial terbaik dalam memprediksi terjadinya
kebangkrutan pada suatu perusahaan. Dari rasio-rasio tersebut kemudian
dirumuskan dalam Z-score kebangkrutan perusahaan, dimana perusahaan yang
sedang diteliti mendekati kebangkrutan atau menjauhi dari kebangkrutan di masa
mendatang.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kebangkrutan menurut Ashari
dalam Savitri (2014:8) meliputi:
1. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh
perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari, sehingga terjadi
penurunan pendapatan.
2. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok kembali
kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi.
3. Perlu mengantisipasi faktor debitur untuk menjaga agar debitur tidak
melakukan kecurangan dengan menimbun hutang.
11
4. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditur juga dapat berakibat fatal
terhadap kelangsungan hidup perusahaan.
5. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk selalu
memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan.
6. Kondisi perekonomian secara global juga perlu diantisipasi untuk
kelangsungan perusahaan.
Selain itu rendahnya harga produksi farmasi menekan pertumbuhan
industri farmasi. Ketua Umum Gabungan Perusahaan Farmasi F. Tirto Kusnady
mengatakan tren harga setiap kali tender terus menunjukkan penurunan. Hal
tersebut menyebabkan setiap perusahaan akan berusaha menekan harga agar bisa
terus bersaing. Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (BPS), pertumbuhan
produksi industri besar tertinggi pada kuartal III/2016 adalah industri farmasi,
produk obat kimia dan obat tradisional naik 11,26%. (Industri.bisnis.com)
Menurut Hani (2015) kriteria yang digunakan untuk memprediksi
kebangkrutan perusahaan dengan model Altman adalah, perusahaan yang
mempunyai skor Z > 2,60 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan
perusahaan yang mempunyai skor Z < 1,11 diklasifikasikan sebagai perusahaan
potensial bangkrut. Selanjutnya skor antara 1,11 sampai 2,60 diklasifikasikan
sebagi perusahaan pada daerah rawan bangkrut.
Di luar negeri, penelitian tentang perhitungan kesehatan keuangan di
industri farmasi India telah dilakukan oleh Christina dan Kartikeyan (2012)
dengan menggunakan metode Du Pont system. Christina dan Kartikeyan (2012)
membandingkan 3 perusahaan farmasi terbaik di India. Dari hasil penelitian
tersebut diketahui bahwa salah satu perusahaan farmasi yang diteliti memiliki
konsentrasi yang baik pada kinerja keuangan dengan mengurangi beban dan
biaya.
Di Indonesia sendiri penelitian tentang analisis laporan keuangan
menggunakan metode Du Pont system dan Altman Z-Score telah dilakukan oleh
Paleni (2015) yang melakukan penelitian pada Primer Koperasi Produsen Tahu
Tempe Indonesia (PRIMKOPTI) Mura Kota Lubuklinggau. Dari penelitian
12
tersebut menunjukkan bahwa laporan keuangan Primkoti selama tahun 2009,
2010, dan 2012 mengalami penurunan, ditandai dengan menurunnya hasil ROI.
Dan berdasarkan perolehan Altman Z-Score Primkoti pada tahun 2008 dinilai
sehat, tetapi pada tahun 2009, 2010, dan 2011 mengalami penurunan, dan
meningkat lagi pada tahun 2012.
Putra dan Ferlina (2015) telah membandingkan kinerja keuangan pada
BUMN dan BUMS menggunakan metode Du Pont system. Dalam penelitian
tersebut sektor yang diteliti adalah sektor konstruksi yang listing di Bursa Efek
Indonesia periode 2012-2013. Hasil penelitian yang dilakukan Putra dan Ferlina
(2015) tersebut menunjukkan bahwa BUMS memiliki NPM dan ROA yang lebih
baik sementara BUMN lebih baik pada TATO. Sehingga hasil ROE pada BUMS
lebih baik dibandingkan pada BUMN.
Dan penelitian ini mengambil perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) untuk diteliti. Untuk analisis dalam penelitian ini
menggunakan metode Du Pont system untuk mengukur kinerja perusahaan.
Sedangkan untuk menganalisis tingkat kesehatan keuangan perusahaan di masa
yang akan datang menggunakan metode Altman Z-score agar dapat dijadikan
early warning bagi perusahaan. Penggunaan dua alat ukur tersebut digunakan oleh
peneliti karena kedua metode tersebut sama-sama menggunakan rasio untuk
merumuskan ukuran kinerja dan kesehatan perusahaan yang diteliti.
Perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
akan diteliti adalah enam perusahaan farmasi yang tercatat memperoleh kerugian
net income dan/atau memperoleh growth yang bernilai negatif pada 4 kwartal
laporan keuangan tahun 2012-2016 dibandingkan perusahaan-perusahaan farmasi
lain yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Keenam perusahaan tersebut
juga mampu menyajikan laporan keuangan secara teratur dan berkala yang dapat
diakses terbuka sehingga ketiga perusahaan farmasi tersebutlah yang dijadikan
objek pada penelitian ini.
13
1.3 Perumusan Masalah
Analisis laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan
dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi suatu
perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk
menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan
kinerja perusahaan pada masa akan datang.
Untuk analisis dalam penelitian ini menggunakan metode Du Pont system
untuk mengukur kinerja perusahaan. Sedangkan untuk menganalisis tingkat
kesehatan keuangan perusahaan di masa yang akan datang menggunakan metode
Altman Z-score. Menurut Gitman dan Zutter (2012) analisis Du Pont System
merupakan sistem yang dapat digunakan untuk membedah laporan keuangan
perusahaan dan untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Menurut Sawir
(2005) Altman Z-Score merupakan suatu model yang digunakan untuk
memprediksi kebangkrutan perusahaan.
Berdasarkan fenomena dan latar belakang yang telah diuraikan mengenai
operasional perusahaan dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Dan tercatat
enam perusahaan memperoleh penurunan net income dan net profit margin, serta
memiliki pertumbuhan net income bernilai negatif pada 2 kwartal laporan
keungan tahun 2013-2014 dibandingkan perusahaan-perusahaan farmasi lain yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Keenam perusahaan tersebut adalah PT.
Darya Varia Laboratoria Tbk, PT. Indofarma (Persero) Tbk, PT. Merck Tbk, PT.
Pyridam Farma Tbk, PT. Merck Sharp Dohme Pharma Tbk, dan PT. Tempo Scan
Pacific Tbk. Sehingga berdasarkan paparan tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kinerja dan Kesehatan
Keuangan Perusahaan Pada Industri Farmasi Dengan Metode Du Pont
System dan Metode Alman Z- Score”.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
14
1. Bagaimana kinerja keuangan PT. Darya Varia Laboratoria Tbk, PT.
Indofarma (Persero) Tbk, PT. Merck Tbk, PT. Pyridam Farma Tbk, PT.
Merck Sharp Dohme Pharma Tbk, dan PT. Tempo Scan Pacific Tbk
periode 2012-2017 mengunakan metode Du Pont system?
2. Apakah rasio-rasio keuangan PT. Darya Varia Laboratoria Tbk, PT.
Indofarma (Persero) Tbk, PT. Merck Tbk, PT. Pyridam Farma Tbk, PT.
Merck Sharp Dohme Pharma Tbk, dan PT. Tempo Scan Pacific Tbk
periode 2012-2017 termasuk dalam kategori sehat, abu-abu, atau tidak
sehat menggunakan metode Altman Z-Score?
3. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan dan kesehatan keuangan
perusahaan PT. Darya Varia Laboratoria Tbk, PT. Indofarma (Persero)
Tbk, PT. Merck Tbk, PT. Pyridam Farma Tbk, PT. Merck Sharp Dohme
Pharma Tbk, dan PT. Tempo Scan Pacific Tbk pada masing-masing tahun
periode 2012-2017?
1.5 Tujuan Penelitian
1. Untuk menggambarkan kinerja keuangan PT. Darya Varia Laboratoria
Tbk, PT. Indofarma (Persero) Tbk, PT. Merck Tbk, PT. Pyridam
Farma Tbk, PT. Merck Sharp Dohme Pharma Tbk, dan PT. Tempo
Scan Pacific Tbk periode 2012-2017.
2. Menganalisis rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk
membedakan diantara PT. Darya Varia Laboratoria Tbk, PT.
Indofarma (Persero) Tbk, PT. Merck Tbk, PT. Pyridam Farma Tbk,
PT. Merck Sharp Dohme Pharma Tbk, dan PT. Tempo Scan Pacific
Tbk periode 2012-2017 termasuk pada kelompok perusahaan sehat
atau tidak sehat.
3. Untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan dan kesehatan
keuangan perusahaan PT. Darya Varia Laboratoria Tbk, PT. Indofarma
(Persero) Tbk, PT. Merck Tbk, PT. Pyridam Farma Tbk, PT. Merck
Sharp Dohme Pharma Tbk, dan PT. Tempo Scan Pacific Tbk pada
masing-masing tahun periode 2012-2017.
15
1.6 Kegunaan Penelitian
1. Aspek Teoritis
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan, memperluas
wawasan tentang kinerja keuangan dan kesehatan perusahaan dan
meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan yang selama ini telah
didapatkan oleh peneliti selama masa perkuliahan.
2. Aspek Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
menganalisis kinerja dan kesehatan keuangan PT. Darya Varia
Laboratoria Tbk, PT. Indofarma (Persero) Tbk, PT. Merck Tbk, PT.
Pyridam Farma Tbk, PT. Merck Sharp Dohme Pharma Tbk, dan PT.
Tempo Scan Pacific Tbk periode 2012-2017.
b. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi cerminan kondisi
perusahaan yang dilihat oleh investor sebelum melakukan pembelian
portofolio saham ataupun investasi riil.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang terarah dan
pembahasan tidak menyimpang dari pokok perumusan masalah yang ada, maka
ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Objek penelitian ini adalah perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di
BEI.
2. Perusahaan memiliki laporan keuangan lengkap dari tahun 2012-2017.
3. Data keuangan merupakan data sekunder berupa laporan keuangan yang
diambil dari website BEI yaitu www.idx.co.id
4. Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih pada bulan September 2018
sampai bulan Februari 2019.
1.8 Sistematika Penelitian
Penelitian ini disusun dalam lima bab dan setiap bab pada penelitian ini
terdiri dari beberapa sub bab. Adapun gambaran umum pada setiap bab adalah
sebagai berikut:
16
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang informasi yang bersifat umum dan menyeluruh
secara sistematik, terdiri dari gambaran umum objek penelitian, latar
belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
Bab ini berisi deskripsi teoritis variabel-variabel yang diteliti, literatur-
literatur yang berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, dan ruang
lingkup penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang karakteristik penelitian, variabel operasional,
tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, dan teknik
analisis data.
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil dari penelitian dan pembahasan dari hasil penelitian
tersebut berupa perhitungan dengan metode Du Pont dan Model Altman Z-
Score.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran atau rekomendasi
bagi perusahaan maupun penelitian selanjutnya.