Upload
hakhanh
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
1.1.1 Sejarah Jelajah Biru
Terdiri dari 70% lautan dengan ribuan pulau yang membentang sepanjang 5.120
Km, birunya Indonesia menyimpan keanekaragaman hayati dan budaaya yang sangat
kaya. Travel & Tourism Competitiveness Index 2015 yang dikeluarkan oleh World
Economic Forum menempatkan Indonesia dalam 50 besar dunia, dengan penekanan
keunggulan pada keanekaragaman hayati (peringkat 4) dan keberadaan situs warisan
dunia (peringkat 10) (www.weforum.org). Hanya saja, keunggulan Indonesia dari sisi
keanekaragaman hayati belum diimbangi upaya untuk menjaga kelestarian alam
(environmental sustainability) dimana Indonesia menempati peringkat ke 134.
Lebih lanjut, pariwisata yang umumnya ditawarkan di Indonesia melibatkan
wisatawan dengan jumlah besar, dikemas dalam satuan paket wisata, disertai
pembangunan sarana dan prasarana secara besar dan mewah, serta memerlukan lokasi
wisata yang cukup luas. Selain wisata massal, beberapa tahun belakangan mulai
bermunculan paket wisata murah untuk grup yang lebih kecil. Wisata ala back packers
ini biasanya memiliki tujuan yang lebih eksotik, dekat dengan alam dan tak jarang
berdekatan dengan lokasi konservasi seperti taman nasional.
Dengan makin pesatnya perkembangan industri pariwisata, persaingan diantara
pelaku pariwisata juga semakin ketat. Dampaknya pengembangan dan perkembangan
industri pariwisata menjadi sangat eksploitatif terhadap sumber daya alam serta sumber
daya manusia khususnya masyarakat setempat.
Berangkat dari keprihatinan akan dampak negatif yang ditimbulkan oleh industri
pariwisata pada lingkungan, Jelajah Biru hadir dengan konsep #TravelWithRespect.
Konsep ini mengajak wisatawan untuk berlibur seraya berkontribusi kembali bagi alam
dan masyarakat lokal. Secara spesifik, Jelajah Biru berpegang pada tiga prinsip
2
kepariwisataan bertanggung jawab dari Best Environmental Equitable Practice
(BEEP) yang dikembangkan oleh WWF-Indonesia (www.jelajahbiru.com).
o Prinsip tanggung jawab lingkungan hidup
Prinsip ini mendorong pelaku kepariwisataan mengurangi dampak negatif dari
aktivitas wisata yang dilakukannya dan diikuti dengan praktik meningktkan
kualitaas lingkungan, seperti daur ulang limbah, memanfaatkan energi
terbarukan, mengatur penggunaan air, meminimalisir emisi gas rumah kaca serta
melindungi ekosistem.
o Prinsip tanggung jawab sosial budaya
Prinsip ini mempromosikan nilai dan budaya masyarakat lokal serta melibatkan
masyarakat lokal dalam pengelolaan kepariwisataan.
o Prinsip tanggung jawab pengelolaan bisnis lokal yang berkelanjutan
Bisnis kepariwisataan yang berkelanjutan harus memberikan keuntungan bagi
masyarakat lokal dan tidak hanya berpihak kepada pemilik modal besar. Dalam
setiap paketnya, Jelajah Biru sebisa mungkin bekerja dengan pengusaha lokal.
PT. Samudera Eco Anugrah Indonesia atau yang lebih dikenal Jelajah Biru
merupakan perusahaan penyedia jasa kepariwisataan yang bertanggung jawab pada
kelestarian alam. Pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan yang bertanggung
jawab di sejumlah lokasi konservasi kelautan merupakan bentuk insentif bagi mereka
untuk menjaga kelestarian lingkungannya. Jelajah Biru diresmikan pada bulan
Desember 2015 dengan kontor pusat di Jakarta yakni di Jl. Moh. Kafi II No. 55A
Jakarta Selatan, merupakan perusahaan swasta nasional berbentuk PT yang dipimpin
oleh Annisa S. Ruzuar.
PT. Samudera Eco Anugrah Indonesia yang selanjutnya akan disebut Jelajah Biru
adalah trip operator yang mengkhususkan diri pada pariwisata bahari bertanggung
jawab dan wisata berbasis komunitas. Saat ini Jelajah Biru menjadi mitra WWF-
Indonesia dalam mengembangkan sejumlah lokasi dampingan disekitar kawasan
konservasi seperti TN Wakatobi, TN Komodo, Alor, dan Kei. Bersama dengan WWF-
Indnesia dan LSM mitra, Jelajah Biru secara aktif mengkampanyekan pariwisata yang
3
membantu upada konservasi dan memberikan manfaat bagi masyarakat local. We invite
you to #TravelWithRespect.
Jelajah Biru sebagai penyedia jasa kepariwisataan yang bertanggung jawab
percaya kelestarian alam bukan semata tanggung jawab pemerintah. Anda sebagai
wisatawan bisa ikut berperan aktif dalam melindungi keanekaragaman hayati dan
berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat lokal.
1.1.2 Logo Jelajah Biru
Berikut adalah logo Jelajah Biru.
Gambar 1.1
Logo Jelajah Biru
Sumber: www.jelajahbiru.com
Logo Jelajah Biru terdiri dari kombinasi laut dan gunung yang menggambarkan
trip Jelajah Biru dekat dengan alam. Dengan menggambarkan laut di bawah gunung
tersebut, Jelajah Biru menjelaskan bahwa ada letak gunung yang berdampingan dengan
laut di Indonesia sehingga mengingatkan Indonesia merupakan negara kepulauan.
Kata ‘Jelajah’ digunakan karena Jelajah Biru merupakan jasa pariwisiata yang
menjelajahi Indonesia. Sedangkan kata ‘Biru’ menggambarkan air. Dalam konteks
yang lebih luas, dalam Bahasa Inggris ‘bumi’ sering disebut ‘the blue planet’, maka
dari itu biru juga diartikan sebagai bumi.
4
1.1.3 Visi dan Misi Jelajah Biru
Visi
Menjadi perusahaan penyedia jasa pariwisata yang menguntunngkan dan
berkelanjutan dengan menjunjung prinsip ramah lingkungan dan
pemberdayaan masyarakat lokal.
Misi
Membangun bisnis ekowisata yang memberikan keuntungan bagi
perusahaan dan masyarakat lokal
Memasukkan prinsip pariwisata yang bertanggung jawab dan ramah
lingkunga di lokasi tujuan wisata
Mengangkat potensi pariwisata di lokasi-lokasi konservasi untuk
wisatawan yang tertarik pada wisata minat khusus
Menyediakan jasa pariwisata dengan dampak yang minimum pada
lingkungan.
5
1.1.4 Struktur Organisasi
Gambar 1.2
Struktur Organisasi Jelajah Biru
Sumber: Data Internal Jelajah Biru
Keterangan:
Komisaris Jelajah Biru : Bapak Sudarsono
Direktur Utama Jelajah Biru : Ranggi Fajar Muharam
Dir. Pengembangan Ekowisata & Pemasaran : Annisa S. Ruzuar
Administrasi dan Keuangan : Zidnie Ilma
*Guide dan Sales : Posisi ini optional,
berdasarkan lokasi wisata
1.2 Latar Belakang Penelitian
Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan
seluas ±5,8 juta Km² dan sekitar 70% wilayahnya merupakan perairan laut dengan garis
Komisaris
Direktur Utama
Direktur Pengembangan Ekowisata dan Pemasaran
Administrasi dan
Keuangan Sales Guide
6
pantai sepanjang ± 81.000 Km. Birunya Indonesia menyimpan keanekaragaman hayati
dan budaya yang sangat kaya. Travel & Tourism Competitiveness Index 2015 yang
dikeluarkan oleh World Economic Forum menempatkan Indonesia dalam 50 besar
dunia, dengan penekanan keunggulan pada keanekaragaman hayati (peringkat 4) dan
keberadaan situs warisan dunia (peringkat 10). Hanya saja, keunggulan Indonesia dari
sisi keanekaragaman hayati belum diimbangi upaya untuk menjaga kelestarian
alam (environmental sustainability) dimana Indonesia menempati peringkat ke 134
(www.weforum.org).
Tabel 1.1
Tabel The Travel &Tourism Competitiveness Index 2015 Ranking
Sumber: World Economic Forum (www.weforum.org)
Peran sektor pariwisata semakin penting sejalan dengan perkembangan struktur
perekonomian Indonesia yang semakin mengarah ke sektor jasa. Menurut Kemenpar,
sepanjang bulan Januari sampai dengan Desember 2015, data statistik menunjukkan
capaian pembangunan pariwisata Indonesia mampu melampaui target yang telah
7
ditentukan. Hal ini dibuktikan melalui kunjungan wisatawan mancanegara yang
meningkat menjadi 10,4 juta orang, dari target 2015 sebesar 10 juta orang. Adapun
kunjungan wisatawan mancanegara tersebut berkontribusi terhadap penerimaan devisa
sebesar Rp 144 triliun. Peningkatan pencapaian devisa tersebut justru terjadi ketika
devisa dari komoditi batu bara dan migas cenderung mengalami penurunan, seperti di
proyeksikan melalui diagram berikut.
Gambar 1.3
Proyeksi Penerimaan Devisa Dari Sektor-Sektor Utama Dalam Perekonomian
Indonesia
Sumber: Pusdatin Kemenpar, 2014 (www.kemenpar.go.id)
Taman Nasional merupakan kawasan ekosistem asli yang dikelola dengan sistem
zonasi untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, pariwisata, dan rekreasi.
8
Penetapannya memperhatikan berbagai kriteria dalam UU No.5 tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem. Kawasan Taman Nasional
terdiri dari beberapa zona yaitu zona inti, zona rimba, zona perlindungan bahari untuk
wilayah perairan, zona rimba, zona pemanfaatan, dan zona khusus seperti zona
tradisional, zona rehabilitas dan zona religi (Permenhut No. 56/2006, PP No.28/2011,
UU 41/99).
Perairan Indonesia menyimpan 70% potensi minyak karena terdapat kurang lebih
40 cekungan minyak yang berada di perairan Indonesia. Dari angka ini hanya sekitar
10% yang saat ini telah di eksplor dan dimanfaatkan. Hal ini merupakan bahwa
masyarakat Indonesia belum merasakan peran signifikan dari potensi maritim yang
memiliki serta ditandai dengan belum dikelolanya potensi maritim Indonesia secara
maksimal. Dengan beragamnya potensi maritim Indonesia, antara lain industri
bioteknologi kelautan, perairan dalam (deep ocean water), wisata bahari, energi
kelautan, mineral laut, pelayaran, pertahanan, serta industri maritim, sebenarnya dapat
memberikan kontribusi besar bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia.
Indonesia memiliki beberapa permasalahan sosial yang perlu ditangani dan
diselesaikan. Salah satu solusi yang dapat mengatasi permasalahan-permasalahan
sosial yang timbul adalah kehadiran dan aplikasi dari social entrepreneurship.
Perbedaan utama dari social entrepreneurship dan business entrepreneurship adalah
kewirausahaan sosial berfokus dalam menghasilkan profit untuk memberikan pengaruh
positif yang diberikan perusahaan pada masyarakat baik pada bidang sosial, budaya
naupun lingkungan. Gerakan social entrepreneurship secara umum dimulai terlebih
dahulu oleh tindakan atau aktivitas individu. Namun, dengan semakin berkembangnya
lingkup dan dinamika dari kewirausahaan sosial, maka dibutuhkan suatu institusi yang
menjadi holding company dari berbagaikegiatan kewirausahaan sosial yang lazim
disebut sebagai social enterprise (Wibhawa, 2011:33). Keterbatasan sumber daya,
terutama sumber daya finansial merupakan salah satu faktor yang membuat banyak
enterprise, baik business enterprise maupun social enterprise di Indonesia gagal untuk
bertahan lama. Keterbatasan sumber daya mendorong social enterprise untuk
9
menemukan solusi yang inovatif dalam menggunakan sumber daya yang ada dan
mendapatkan sumber daya yang baru untuk mencapai kesinambungan keuangan dan
menciptakan output untuk kepentingan sosial.
Munculnya bisnis bidang jasa Jelajah Biru ini berawal dari orang-orang yang
mendirikan bisnis berdasarkan kepedulian terhadap kepentingan sosial yang mengarah
pada kelestarian alam atau disebut dengan social entrepreneur.
Kondisi perekonomian yang terus mengalami perubahan serta persaingan
semakin ketat menjadikan alasan perlunya manajemen bisnis yang profesional agar
dapat diterapkan dalam usaha pengembangan bisnis tersebut dengan memodelkan
bisnis dengan sebuah model bisnis yaitu dengan pendekatan Business Model Canvas.
Pendekatan model bisnis adalah salah satu faktor penting untuk keberhasilan suatu
organisasi.
Business Model Canvas (BMC) adalah alat yang dapat digunakan untuk
memetakan suatu bisnis dengan sembilan blok bangunannya sehingga menjadi jelas
bagi suatu perusahaan tentang apa aktifitas kuncinya, apa sumber daya kuncinya, siapa
mitra utamanya, siapa konsumennya, bagaimana saluran distribusi dan pemasarannya,
bagaimana struktur pembiayaannya, dan sumber pendapatan dari bisnis tersebut.
Business Model Canvas tidak hanya dapat digunakan untuk memotret model bisnis
perusahaan saat ini, namun juga dapat digunakan sebagai alat untuk memberikan
usulan rancangan model bisnis yang baru (Osterwalder dan Pigneur, 2015: 12-15).
Business Model Canvas ini juga merupakan model bisnis yang disarankan oleh
Jelajah Biru karena dengan memetakan menggunakan BMC hasil dari penelitian ini
dapat dengan mudah dipahami serta dapat membantu dalam pengembangan model
bisnis yang akan dikembangkan oleh Jelajah Biru.
Selanjutnya ditambahkan evaluasi terhadap model bisnis tersebut. Menggunakan
analisis SWOT. SWOT merupakan alat evaluasi digunakan untuk mendeteksi
lingkungan internal dan eksternal perusahaan dan memaksimalkan kekuatan dan
peluang yang dimiliki perusahaan dan pada akhirnya diharapkan akan dapat
meminimalisir kelemahan dan ancaman yang ada. Sedangkan Osterwalder dan Pigneur
10
(2015:216), menganggap bahwa analisis jenis SWOT ini memberikan dasar yang baik
untuk diskusi lebih lanjut, pengambilan keputusan, dan akhirnya inovasi di sekitar
model bisnis. Dengan adanya anlisis ini, perubahan yang terjadi pada lingkungan
eksternal, dapat dengan mudah diserap oleh lingkungan internal lalu memaksimalkan
dan mengefektifkan kekuatan internal untuk menghadapi lingkungan eksternal
tersebut.
Analisis SWOT merupakan penunjang Business Model Canvas dalam
melakukan evaluasi terhadap model bisnis yang kini dimiliki oleh perusahaan.
Perusahaan ditinjau ulang dianalisis kembali apa saja yang menjadi kekuatan yang
harus diperbaiki, kesempatan apa saja yang bisa digunakan untuk pengembangan serta
ancaman-ancaman apa saja yang harus diwaspadai.
Berdasarkan permasalahan yang ada untuk mengetahui gambaran model bisnis
yang diterapkan di perusahaan yang berkaitan pada Jelajah Biru dengan menggunakan
pendekatan Business Model Canvas yang merangkum sembilan elemen bisnis yaitu:
Customer Segment, Customer Relationship, Channel, Revenue Stream, Value
Propositions, Key Activities, Key Resources, Cost Structure, dan Key Partners, maka
penelitian ini mengambil judul skripsi:
“ANALISIS MODEL BISNIS CANVASER PADA SOCIAL ENTERPRISE
(STUDI KASUS PADA JELAJAH BIRU)”
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan dalam latar belakang penelitian,
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana model bisnis yang digunakan pada perusahaan Jelajah Biru saat ini
apabila ditinjau dari model bisnis generasi.
2. Bagaimana model bisnis yang baru berdasarkan pendekatan bisnis model
generasi setelah melakukan analisis SWOT.
11
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui model bisnis yang digunakan oleh Jelajah Biru saat ini
apabila ditinjau dari model bisnis generasi.
2. Untuk mengetahui model bisnis yang baru berdasarkan pendekatan bisnis
model setelah melakukan analisis SWOT.
1.5 Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini dibagi menjadi dua bagian utama oleh penulis
sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan
Diharapkan hasil dari penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dan
masukan dalam pelaksanaan model bisnis pada jelajah Biru.
2. Bagi peneliti
Diharapkan selama melakukan penelitian ini dapat menerapkan ilmu yang
diperoleh selama perkuliahan, khususnya ilmu entrepreneurship dan juga menambah
wawasan dalam menganalisis suatu masalah di perusahaan untuk kemudian diambil
kesimpulan akhirnya.
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, sistemtika penulisannya dibagi menjadi lima bab, yang
akan diuraikan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Penelitian ini diawali dengan penjelasan tentang gambaran umum objek
penelitian yang menjelaskan tentang sejarah singkat perusahaan serta visi dan misi
yang digunakan oleh Jelajah Biru. Setelah itu dijelaskan latar belakang penelitian yang
menjelaskan kegiatan bisnis yang dijalankan oleh Jelajah Biru serta kekurangan yang
akan dianalisis dan selanjutnya menjadi alasan dari penelitian ini dilakukan. Dalam bab
ini juga terdapat peerumusan maslah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, daan
diakhiri dengan penjelasan sistematika penulisan.
12
BAB II Tinjauan Pustaka
Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Analisis Model Bisnis Canvaser Pada
Social Enterprise (Studi Pada Jelajah Biru)”, pada Bab II ini akan dipaparkan tentang
landasan-landasan teori model bisnis genersi yang menjadi dasar pemikiran dalam
mencari pembuktian dan solusi yang tepat untuk hipotesis yang akan diajukan. Sebagai
acuan akan diuraikan pula tinjauan pustaka penelitian, penelitian terdahulu, kerangka
pemikiran dan ruanglingkup penelitian.
BAB III Metode Penelitian
Penjelasan di metode penelitian berisi tentang jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini. Dijabarkan pula tentang penelitian, populasi dan sampel yang
digunakan, metode pengumpulan data. Akan dibahas pula teknik analisis data yang
digunakan untuk mengolah data-data yang sudah berhasil dikumpulkan dari sampel.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini bersisi tentang hasil penelitian secara simetris kemudian dianalisis
dengan teknis analisis yang ditetapkan dan ditinjau dari sembilan elemen business
model canvas.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Bab ini beisi tentang kesimpulan atas penelitian dan saran yang diberikan
berkaitan dengan hasil penelitian.