17
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kehidupan dunia ekonomi dan bisnis saat ini telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari ekonomi berbasis sumber daya ke paradigma ekonomi berdasarkan pengetahuan dan kreativitas. Ekonomi kreatif yang mencakup industri kreatif, di berbagai Negara saat ini diyakini dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian bangsanya secara signifikan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) sektor ekonomi kreatif sendiri mengalami peningkatan 10.9% dari tahun 2010 hingga 2012. Menurut studi pemetaan kreatif yang dilaksanakan Departemen Perdagangan, diperoleh informasi bahwa kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian Indonesia dapat dilihat dalam lima indikator utama yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), ketenagakerjaan, jumlah perusahaan, ekspor dan dampak terhadap sektor lain. Hal ini juga sejalan dengan penelitian terbaru The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) dan United Nations Development Programme (UNDP), ekonomi kreatif bukan hanya berdampak yang besar terhadap pendapatan, penciptaan lapangan kerja, dan nilai ekspor, tetapi ekonomi kreatif juga berkontribusi penting terhadap kesejahteraan dan pembangunan berkelanjutan.

BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1_BMC_2015_0075.pdf · Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun

  • Upload
    vannga

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1_BMC_2015_0075.pdf · Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan kehidupan dunia ekonomi dan bisnis saat ini telah mengalami

perubahan paradigma, yaitu dari ekonomi berbasis sumber daya ke paradigma

ekonomi berdasarkan pengetahuan dan kreativitas. Ekonomi kreatif yang mencakup

industri kreatif, di berbagai Negara saat ini diyakini dapat memberikan kontribusi

bagi perekonomian bangsanya secara signifikan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik

(BPS) sektor ekonomi kreatif sendiri mengalami peningkatan 10.9% dari tahun 2010

hingga 2012.

Menurut studi pemetaan kreatif yang dilaksanakan Departemen Perdagangan,

diperoleh informasi bahwa kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian

Indonesia dapat dilihat dalam lima indikator utama yaitu Produk Domestik Bruto

(PDB), ketenagakerjaan, jumlah perusahaan, ekspor dan dampak terhadap sektor lain.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian terbaru The United Nations Educational,

Scientific and Cultural Organization (UNESCO) dan United Nations Development

Programme (UNDP), ekonomi kreatif bukan hanya berdampak yang besar terhadap

pendapatan, penciptaan lapangan kerja, dan nilai ekspor, tetapi ekonomi kreatif juga

berkontribusi penting terhadap kesejahteraan dan pembangunan berkelanjutan.

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1_BMC_2015_0075.pdf · Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun

2

Hal ini dapat dilihat dari kontribusi industri kreatif kepada Produk Domestik

Bruto (PDB) tahun 2013 sebesar Rp 642 triliun atau rata-rata 7% dari angka nasional

(Tabel 1.1). Jika dibandingkan dengan tahun 2012 silam, sektor ekonomi kreatif

sendiri mengalami peningkatan 10,9% (Tabel 1.1). Dimana kontribusi yang diberikan

pada tahun 2012 adalah sebesar Rp 578.760,6 triliun. Jumlah ini melebihi sumbangan

dari sektor listrik, gas dan air bersih serta industri keuangan, real estate dan jasa

perusahaann. Selain itu, industri kreatif juga telah memberikan konstribusi terhadap

penyediaan lapangan kerja sebanyak 11,8 juta tenaga kerja atau 7.9% dari total tenaga

kerja (Tabel 1.2) (May, 2014).

Pada tabel 1.2 PDB Indonesia, merupakan detail kontribusi pencapaian PDB

negara Indonesia pada rentang tahun 2010 s.d. 2013 beserta uraian 10 sektor

ekonomi.

Tabel 1.1

PDB Indonesia Tahun 2010-2013

Sumber: Indonesia Kreatif Network (2014). Kontribusi Ekonomi Kreatif Indonesia. dari

http://gov.indonesiakreatif.net/kontribusi-ekonomi-kreatif-indonesia/

NO. SEKTOR 2010 2011* 2012** 2013***

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 985,471 1,091,447 1,190,412 1,303,177

2 Pertambangan dan Penggalian 719,710 879,505 970,600 1,001,485

3 Industri Pengolahan 1,393,274 1,575,292 1,720,574 1,864,897

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 49,119 56,789 65,125 72,497

5 Konstruksi 660,891 754,484 860,965 965,136

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 682,287 804,473 905,152 1,024,379

7 Pengangkutan dan Komunikasi 417,528 484,790 541,930 631,279

8 Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 431,981 496,172 554,219 639,092

9 Jasa-jasa 633,593 752,830 854,127 965,371

10 Ekonomi Kreatif 472,999 526,999 578,761 641,816

6,446,852 7,422,781 8,241,865 9,109,130 PDB Indonesia

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1_BMC_2015_0075.pdf · Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun

3

Tabel 1.2

Tabel Jumlah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif Indonesia Tahun 2010-2013

Sumber: Indonesia Kreatif Network (2014). Kontribusi Ekonomi Kreatif Indonesia. dari

http://gov.indonesiakreatif.net/kontribusi-ekonomi-kreatif-indonesia/

Definisi Industri Kreatif yang saat ini banyak digunakan oleh pihak yang

berkecimpung dalam industri kreatif, adalah definisi berdasarkan Department of

Culture, Media, and Sport (DCMS) United Kingdom Task force 1998:

“Creatives Industries as those industries which have their origin in individual

creativity, skill & talent, and which have a potential for wealth and job

creation through the generation and exploitation of intellectual property and

content”

Definisi DCMS inilah yang menjadi acuan definisi industri kreatif di

Indonesia seperti yang tertulis dalam Buku Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif

Indonesia 2009-2015 yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan RI (2008) sebagai

berikut: “Industri kreatif yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta

NO. SEKTOR 2010 2011* 2012** 2013***

1 Periklanan 17,816 19,146 20,050 20,600

2 Arsitektur 38,268 40,574 42,121 42,670

3 Seni Rupa 14,956 15,163 15,237 15,269

4 Kerajinan 2,909,574 2,988,101 3,077,099 3,109,047

5 Desain 160,216 163,265 166,019 167,576

6 Mode 3,660,197 3,787,450 3,809,339 3,838,756

7 Film,Video, dan Fotografi 56,937 60,006 62,495 63,755

8 Permainan Interaktif 22,443 23,181 23,729 23,928

9 Musik 50,612 53,127 55,030 55,958

10 Seni Pertunjukan 72,010 75,494 78,131 79,258

11 Penerbitan dan Percetakan 490,422 496,067 503,925 505,757

12 Teknologi Informasi 65,627 67,438 69,037 69,451

13 Radio dan Televisi 123,051 125,392 127,189 128,061

14 Riset dan Pengembangan 13,851 14,537 15,148 15,373

15 Kuliner 3,707,894 3,732,961 3,735,019 3,736,968

11,403,874 11,661,902 11,799,568 11,872,427 Jumlah Ekonomi Kreatif

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1_BMC_2015_0075.pdf · Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun

4

bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui

penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.”

Klasifikasi industri kreatif yang ditetapkan oleh tiap negara berbeda-beda. Hal

tersebut tergantung dari tujuan analitik, dan potensi suatu negara. Pemerintah

Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2009 tentang

Pengembangan Ekonomi Kreatif sebagai dasar bagi seluruh pemangku kepentingan

dalam mengembangkan 15 sektor ekonomi kreatif. Lima belas subsektor industri

kreatif yaitu periklanan, arsitektur, pasar barang antik / barang seni, kerajinan, desain,

fashion, video-film-fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukkan,

penerbitan & percetakan, layanan komputer & piranti lunak, televisi & radio, riset &

pengembangan dan kuliner.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2013) Setelah subsektor kuliner, terdapat

subsektor mode (fashion) yang memberikan pengaruh NTB sebesar Rp 181.570,3

triliun atau 28%. Kedua subsektor ini jauh meninggalkan 13 subsektor lainnya

dimana kondisi serupa juga terjadi pada rentang 2010 sampai dengan 2013. Pada

tabel 1.3 merupakan detail pencapaian NTB negara Indonesia pada rentang tahun

2010 s.d. 2013 beserta uraian 15 subsektor ekonomi kreatif.

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1_BMC_2015_0075.pdf · Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun

5

Tabel 1.3

NTB Ekonomi Kreatif Indonesia Tahun 2010-2013

Sumber: Indonesia Kreatif Network (2014). Kontribusi Ekonomi Kreatif Indonesia. dari

http://gov.indonesiakreatif.net/kontribusi-ekonomi-kreatif-indonesia/

Dapat dibandingkan jika ekonomi kreatif memberi sumbangan 7% kepada

PDB, kontribusi industri fashion untuk PDB adalah 2%. Hal ini menunjukkan

pentingnya industri fashion ini karena pertumbuhannya pada tahun 2013 adalah

6,4% atau lebih tinggi dari pertumbuhan nasional sebesar 5,7%. Di luar itu, industri

fashion menurut Mari Elka juga menyerap sekitar 3,8 juta tenaga kerja dari 11,9 juta

tenaga kerja di ekonomi kreatif, serta menyumbang sekitar Rp 76 triliun terhadap

ekspor.

Dapat disimpulkan dari data-data tersebut bahwa industri kreatif memberikan

kontribusi yang cukup signifikan terhadap ekonomi Indonesia, yaitu sebesar 7%. Dari

NO. SEKTOR 2010 2011* 2012** 2013***

1 Periklanan 2,535 2,897 3,168 3,754

2 Arsitektur 9,244 10,426 11,510 12,891

3 Seni Rupa 1,372 1,560 1,737 2,001

4 Kerajinan 72,955 79,517 84,223 92,651

5 Desain 19,583 21,019 22,234 25,043

6 Mode 127,817 147,503 164,538 181,570

7 Film,Video, dan Fotografi 5,588 6,467 7,400 8,401

8 Permainan Interaktif 3,443 3,889 4,248 4,817

9 Musik 3,973 4,475 4,799 5,237

10 Seni Pertunjukan 1,898 2,091 2,294 2,595

11 Penerbitan dan Percetakan 40,227 43,757 47,897 52,038

12 Teknologi Informasi 6,923 8,069 9,384 10,065

13 Radio dan Televisi 13,288 15,665 17,519 20,340

14 Riset dan Pengembangan 9,109 9,958 11,041 11,778

15 Kuliner 155,045 169,708 186,768 208,633

473,000 527,001 578,760 641,814 Jumlah Ekonomi Kreatif

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1_BMC_2015_0075.pdf · Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun

6

semua sub sektor industri kreatif, fashion memberikan kontribusi yang cukup besar,

yaitu 2%, hal ini menggambarkan bahwa industri fashion ini memang sangat penting

dalam konteks pengembangan industri kreatif. Potensinya sangat besar bukan saja

untuk pasar dalam negeri, tapi juga pasar luar negeri.

Fashion merupakan pasar global yang memiliki struktur yang cukup kompleks

dengan berbagai macam level untuk menjaring keseluruhan pasar baik dari kalangan

dengan daya fashion yang tinggi hingga kalangan yang mengkonsumsi fashion untuk

keperluan sehari-hari saja untuk digunakan dalam berbagai aktifitas (Posner, 2011).

Terlihat dalam bagan berikut ini adalah sektor-sektor yang mencakup dalam bidang

fashion:

Gambar 1.1 Segmen dalam Pasar Fashion

Sumber: Posner, 2011

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1_BMC_2015_0075.pdf · Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun

7

Menurut Posner (2011) segementasi dalam pasar fashion terbagi menjadi 4

kelompok besar, yaitu pakaian dan apparel, aksesoris & alas kaki, pafrum dan

komestik, peralatan rumah tangga & produk gaya hidup. Terlihat pada Gambar 1.1,

bahwa sepatu merupakan salah satu segemen dari pasar fashion. Salah satu sepatu

yang dapat membantu meningkatkan penampilan adalah high heels.

High heels adalah istilah yang digunakan pada sepatu yang berhak tinggi.

Bagi sebagian wanita, menggunakan high-heels bisa meningkatkan rasa percayua

diri, khususnya bagi mereka yang selalu ingin tampil anggun dan yang memiliki

postur tubuh tidak terlalu tinggi. Menggunakan high-heels seolah menjadi faktor

wajib untuk mempercantik penampilan. Sepatu tidak hanya berfungsi untuk

melindungi kaki, akan tetapi juga dirancang untuk kebutuhan trend mode. Wanita

seolah tidak dapat dipisahkan dari high-heels, sepatu high-heels ini sudah menjadi

must-have items wanita yang ingin terlihat stylist. Dengan high-heels bisa membuat

kaki tampak jenjang, membuat penampilan menjadi seksi dan terlihat lebih tinggi.

Mengenakan high-heels bersama busana yang tepat akan membuat penampilan

seseorang menjadi lebih menarik.

Menurut survey yang dilakukan oleh American Podiatric Medical Association

(APMA), 61% wanita menggunakan sepatu berhak tinggi untuk pemakaian regular,

dan 39% mengakui menggunakan high-heels setiap harinya. Badan Survei di

Amerika Serikat mencatat 59% wanita menggunakan sepatu hak tinggi kurang lebih

satu sampai delapan jam perharinya. Pemakaian sepatu hak tinggi dapat

menyebabkan masalah pada pembuluh darah. Pemakaian sepatu hak tinggi di atas

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1_BMC_2015_0075.pdf · Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun

8

lima sentimeter membuat kaki terus-menerus menjinjit. Artinya, tendon Akhiles yang

berada di tumit belakang dan otot betis terus-menerus dalam keadaan tegang.

Pembuluh darah tertekan, terjadi bendungan dan akhirnya mengakibatkan varises.

1.2 Perkembangan Kelas Menengah

Menurut Mari Elka Pangestu, Menteri Kamenparekraf 2009-2014

berkembangnya golongan middle class saat ini juga berdampak dari semakin banyak

orang yang bersedia membayar sedikit lebih mahal untuk produk fesyen yang di

desain lebih baik, bahkan untuk brand dalam negeri. Pertumbuhan golongan middle

class ini ditegaskan dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi G20 (KTT),

Menurut The Boston Consulting Group (BCG) dalam reportnya yang berjudul

Asia's Next Big Opportunity: Indonesia Raising Middle Class yang dipublikasikan

Maret 2013, Dengan populasi terbesar keempat di dunia (termasuk proporsi tinggi

usia produktif), iklim politik yang stabil, dan permintaan domestik yang tinggi,

perekonomian Indonesia saat ini tumbuh 6,4% per tahun. Pertumbuhan tersebut

mengangkat jutaan orang dari tingkat sosial ekonomi berpenghasilan rendah ke dalam

kategori kelas menengah keatas. Jumlah Middle-Class and Affluent Consumers

(MAC) di Indonesia diproyeksikan meningkat dua kali lipat antara tahun 2012 dan

2020, dari 74 juta menjadi 141 juta. Pada titik tersebut, pulau Jawa sendiri akan

memiliki jumlah kelas menengah lebih banyak dibandingkan dengan seluruh

penduduk Thailand. Terlihat dari gambar 1.1 menggambarkan pertumbuhan populasi

Indonesia dan pengingkatan kemakmuran, saat ini MAC mewakili sekitar 30% dari

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1_BMC_2015_0075.pdf · Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun

9

penduduk Indonesia atau 74 juta orang dan kelompok yang akan tumbuh jauh lebih

besar dalam dekade mendatang baik secara absolut atau secara presentase. Sekitar 9

juta orang saat ini masuk dalam segmen MAC setiap tahun dan dalam tahun 2020,

diperkirakan kelompok ini akan mencapai total 141 juta orang atau 53% dari

populasi.

Gambar 1.2 Pertumbuhan Populasi Indonesia dan Peningkatan Kemakmuran

Sumber: The Boston Consulting Group (2013)

Terlihat di tabel 1.4 yang menjelaskan tentang penghasilan rumah tangga

middle class dengan indikator demografis dan ekonomi. Dalam gambar tersebut dapat

digambarkan bahwa masyarakat Indonesia telah mengalami peningkatan dari tahun

2010 sebesar USD 420,036.02 ke angka USD 533,695.8 di tahun 2014 dengan

memiliki rata-rata yang tadinya berpenghasilan kelas menengah kebawah naik

sebesar 21.2 %menjadi masyarakat berpenghasilan kelas menengah yang menunjukan

bahwa masyarakat Indonesia memiliki kapasitas yang lebih untuk berbelanja.

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1_BMC_2015_0075.pdf · Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun

10

Tabel 1.4

Indikator Demografis dan Ekonomi

Sumber: Erumonitor.com

Badan Pusat Statistik Indonesia pada tabel yang memberikan deskripsi

pengeluaran masyarakat berdasarkan kebutuhan kelompok barang. Kebutuhan

fashion masuk dalam kategori Bukan Makanan, dimana salah satunya adalah alas

kaki. Mengamati presentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut

kelompok barang yaitu alas kaki, terdapat pertumbuhan per tahun nya (Badan Pusat

Statistik, 2013).

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1_BMC_2015_0075.pdf · Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun

11

Tabel 1.5

Presentase Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok

Barang

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011-2013

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil, para pelaku usaha

berharap agar permintaan sepatu di dalam negeri bisa mengalami peningkatan antara

2-3% tahun 2012. Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Persepatuan Indonesia

(Aprisindo) Binsar Marpaung di Pameran Sepatu, Kulit dan Fesyen 2012, target

peningkatan permintaan sepatu domestik sudah disesuaikan dengan peningkatan

pertumbuhan penduduk yang saat ini mencapai 240 juta. Binsar mengemukakan

konsumsi rata-rata sepatu domestik per tahun itu ada sekitar 1,8 juta pasang sepatu.

Lebih lanjut, menurutnya sebanyak 80 persen dari jumlah penduduk 240 juta

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1_BMC_2015_0075.pdf · Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun

12

menggunakan sepatu, sehingga potensi permintaan sebesar 300 juta pasang sepatu

bisa merangkak naik. Sebelumnya, Binsar mengemukakan jika industri sepatu dan

alas kaki dalam negeri memang tengah berkembang dan bisa melebihi target asalkan

didukung oleh sejumlah syarat, seperti pembenahan infrastruktur, program hilirisasi

yang optimal, serta kebijakan regulasi yang jelas dan sinkron antara instansi

kementerian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatnya

permintaan sepatu maka mempengaruhi perkembangan pasar sepatu di Indonesia.

1.3 Identifikasi Masalah

Penjelasan di atas menunjukan bahwa semakin banyak wanita yang terjun ke

dalam dunia kerja pada masa sekarang ini. Dan dengan adanya perubahan gaya hidup

di tengah masyarakat, penampilan tetap menjadi kebutuhan khususnya bagi para

wanita dan secara spesifik melalui sepatu yang mereka gunakan.

Berdasarkan hasil survey dengan metode in depth interview terhadap 9

wanita yang dilakukan di Jakarta pada tanggal 1 hingga 8 Desember 2014 yang

ditujukan kepada para wanita dengan rentang usia 22-27 tahun, memiliki pekerjaan

dengan aktifitas yang padat dalam kesehariannya memberikan hasil sebagai berikut:

1. Aktifitas

Responden yang kami pilih memiliki profesi pekerjaan yang menuntut mereka

untuk bekerja tidak hanya di dalam kantor tetapi jug adi luar kantor. Adapun

aktifitas yang dilakukan menuntut mereka untuk rapih dan berpenampilan

baik.

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1_BMC_2015_0075.pdf · Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun

13

2. Masalah

Beberapa masalah yang dialami oleh wanita aktif adalah pertama, kendala

dalam menyimpan sepatu caangan atau lebih dar satu sepatu karena

menggunakan beberapa alternative transportasi (contoh: Busway dan Taksi

ataupun mobil pribadi). Kedua, hal tersebut dipertimbangkan sebagai tidak

praktis dalam aktifitas mereka yang padat pada kesehariannya. Ketiga,

penggunaan heels yang terlalu lama pada saat acara tertentu dapat

menyebabkan sakit pada beberapa titik kaki atau pun bagian tubuh, contohnya

punggung,.

1.4 Ide Bisnis

Berdasarkan hasil survey, observasi dan latar belakang yang telah dijelaskan

sebelumnya, terlihat akan adanya peluang usaha untuk memecahkan masalah yang

dihadapi oleh para wanita muda pada umur 22-27 tahun. Wanita muda tersebut yang

memiliki aktifitas kerja yang padat namun tetap menjaga penampilan mereka melalui

sepatu. Mereka memiliki sepatu cadangan yang dikhususkan untuk digunakan pada

acara-acara tertentu sesuai dengan kebutuhan. Hal ini menambah beban karena dinilai

tidak praktis dan juga cenderung merepotkan. Dari latar belakang inilah awal ide

bisnis itu tercipta yaitu menjawab kebutuhan sepatu yang dapat mempermudah para

wanita untuk memaksimalkan penampilannya dan memberikan kenyamanan walupun

di tengah keterbatasan waktu dikarenakan aktifitas mereka yang padat.

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1_BMC_2015_0075.pdf · Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun

14

Ide bisnis yang didasari dengan produk yang ditawarkan yaitu sepatu dengan

konsep convertible heels atau sepatu hak tinggi yang dapat ditukar. Dengan fokus

pada sepatu yang dapat secara mudah ditransformasi kan dari tinggi 7 cm sampai

menadi tinggi 2.5 cm disesuaikan dengan kebutuhan wanita muda yang memiliki

aktifitas padat. Dengan prinsip desain dari hak tinggi tersebut dapat digantikan

menjadi sepatu flat atau flat shoes, cocok digunakan untuk memenuhi kebutuhan

target market yang ditujukan. Bisnis ini dikemas dengan merek bernama Tip Toe

yang menyediakan produk fashion dengan spesialiasi yaitu sepatu. Pemberian nama

Tip Toe terinspirasi dari ide yaitu berdasarkan penelitian tentang arsitektur dari kaki

manusia yang di tentukan dalam tiga group utama yaitu toe group, foot, metatarus

group dan tarsus group (Harold, R 1946, p.161-165). Nama Tip Toe yang mudah

penyampaian secara artikulasi dan sangat berkaitan dengan alas kaki.

Produk sepatu Tip Toe adalah sepatu hak tinggi yang dapat dilepas pasang

(convertible heels) dengan menawarkan berbagai jenis model yang disesuaikan

dengan perkembangan fesyen dengan 2 tipe alas yang dapat digantikan sesuai dengan

kebutuhan kegiatan wanita muda, contohnya pada kegiatan santai, kerja ataupun

acara formal lainnya. Inovasi bisnis yang ditawarkan ini tergolong baru karena dalam

industri sepatu di Indonesia, belum ada brand yang fokus menawarkan langsung jenis

sepatu dengan mengikuti trend mode dengan konsep dilepas pasang atau convertible

heels yang ditawarkan di atas.

Berikut ini adalah penerapan konsep dari Tip Toe yang menawarkan hak yang

bisa dilepas pasang menjadi flat, sebagai berikut:

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1_BMC_2015_0075.pdf · Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun

15

Gambar 1.3 Konsep Sepatu Tip Toe

Pada gambar 1.3 memberikan ilustrasi konsep sepatu dari Tip Toe,

memberikan transformasi melalui convertible heels yaitu dari 5 cm menjadi flat yang

memiliki tumpuan dasar 2.5 cm dari dasar alas sepatu). Dalam segi model, pada

gambar 1.3 adalah contoh model dasar dari koleksi Tip Toe yang mengikuti model

sepatu berdasarkan perkembangan fashion.

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1_BMC_2015_0075.pdf · Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun

16

1.5 Tujuan & Manfaat

Tujuan dan manfaat dalam penulisan thesis ini adalah:

Untuk menjawab kebutuhan fashion dari para wanita yang memiliki aktifitas

padat di Jabodetabek area

Untuk memformulasikan dengan tepat Business Canvas (9 Building Blocks)

dari bisnis model ini agar memiliki dasar yang kuat dan implementasi yang

tepat menyasar kepada sasaran target market

Untuk merancang model bisnis yang inovatif dan dapat mempertahankan,

mengembangkan bisnis dan feasible dalam segi keuangan

1.6 Ruang Lingkup

Perancangan ini akan di khususkan untuk produk fashion yaitu sepatu.

Target perancangan bisns ini adalah para wanita muda dengan usia 22-35

tahun yang memiliki aktifitas yang padat namun tepat ingin memperatikan

penmapilan namun juga mempertimbangkan kenyamanan

1.7 Struktur Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang industri kreatif dan perubahan gaya hidup

konsumen Indonesia khususnya pasar negara berkembang untuk industri sepatu di

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB 1_BMC_2015_0075.pdf · Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun

17

Indonesia. Hal ini juga berisi latar belakang permasalahan konsumen dalam

pemilihan bentuk dan jenis sepatu yang ingin dipakai dalam berbagai kesempatan

yang cocok dengan berbagai aktifitas yang ada. Tujuan dan manfaat dari model bisnis

pembuatan ini juga dinyatakan dalam bab ini

BAB II: KERANGKA TEORITIS

Bab ini menjelaskan tentang landasan teori dan kerangka yang akan digunakan

selama proses pembuatan bisnis model. Hal ini menjelaskan teori dasar yang meliputi

definisi dan temuan.

BAB III: MODEL BISNIS DESAIN FINAL

Bab ini menguraikan model bisnis kanvas yang meliputi 9 blok bangunan penciptaan

model bisnis. Hal ini juga termasuk strategi tentang bagaimana menerapkan blok

bangunan.

BAB IV: RENCANA BISNIS

Bab ini terdiri dari kegiatan kunci keseluruhan penciptaan model bisnis yang meliputi

pemasaran, keuangan, SDM dan rencana operasional. Bab ini juga mencakup analisa

pesaing, pelanggan sasaran serta struktur organisasi bisnis.

BAB V: KESIMPULAN