Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia investasi pasar modal Indonesia mengalami
perkembangan yang begitu pesat, dilihat dari semakin banyaknya perusahaan
yang berlomba-lomba membuat unit bisnis investasi baru maupun
perkembangan perusahaan investasi itu sendiri. Investasi dikategorikan
menjadi dua jenis yaitu Real Assets dan Financial Assets. Real Assets adalah
aktiva berwujud seperti mesin, gedung, kendaraan dan sebagainya. Financial
Assets merupakan dokumen klaim tidak langsung pemegangnya terhadap
aktiva riil pihak yang menerbitkan sekuritas. Salah satu investasi financial
asset di pasar modal yaitu reksa dana (mutual fund). Investasi reksadana ini
dilakukan dengan membeli unit penyertaan reksadana yang nilai setiap
unitnya akan tercermin pada Net Asset Value (NAV) atau Nilai Aktiva Bersih
(NAB). NAB adalah nilai yang menggambarkan total kekayaan reksa dana
setiap harinya. Nilai ini tergantung pada aksi jual dan beli yang dilakukan
oleh investor itu sendiri, juga dipengaruhi oleh harga saham yang terjadi di
pasar (Choirina, 2017:115)
Perkembangan pasar modal Indonesia saat ini masih didominasi oleh
investor besar dan badan usaha. Salah satu diantaranya adalah Reksa dana.
Pertumbuhan reksa dana di Indonesia sangatlah pesat. Hal ini tentu saja
mempunyai pengaruh yang positif bagi pasar modal Indonesia. Menurut
Analisis Pengaruh Suku... Lela Pebriani, FEB UMP, 2018
2
Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, ayat 27 “Reksa dana adalah
wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal
untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer
investasi”. Dalam Undang-Undang tersebut dimuat juga ketentuan peraturan
yang terkait dengan reksadana yaitu bentuk-bentuk reksa dana yang dapat
diterbitkan di Indonesia. Bentuk reksa dana tersebut adalah perseroan dan
Kontrak Investasi Kolektif (KIK). Sejak ditetapkannya ketentuan instrumen
investasi tersebut dalam UU Pasar Modal, perkembangan reksa dana
meningkat secara pesat baik dari segi jenis, NAB, jumlah unit penyertaan
maupun emiten, terutama pada reksa dana yang berbentuk Kontrak Investasi
Kolektif. Sebelum berinvestasi di reksa dana kita perlu mengetahui jenis
reksadana apa yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan investasi kita.
Portofolio efek dalam reksadana umumnya terdiri atas 4 instrumen,
yaitu reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana
campuran, dan reksa dana saham (Rudiyanto, 2013:10). Reksa dana saham
dan reksa dana campuran memiliki komposisi saham lebih besar apabila
dibandingkan dengan reksa dana pendapatan tetap. Reksa dana saham
memberikan potensi pertumbuhan nilai investasi yang lebih besar
dibandingkan dengan reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap,
reksa dana terproteksi dan reksa dana campuran yang berarti risiko reksa dana
saham ini juga memiliki risiko yang besar. Reksa dana saham ini menjadi
pilihan investasi yang menarik bagi investor yang mengerti potensi investasi
untuk jangka panjang dan untuk menginvestasikan dananya. Selain itu
Analisis Pengaruh Suku... Lela Pebriani, FEB UMP, 2018
3
investor juga harus mengerti dan bersedia menerima risiko investasi yang
menyertainya. Investasi reksa dana saham ini diharapkan dapat memperoleh
banyak manfaat dibandingkan harus melakukan sendiri secara langsung
karena manajer investasi bersama bank kustodian akan melakukan apa yang
seharusnya dilakukan oleh investor profesional dalam melakukan aktivitas
investasinya. Menganalisis dan memilih saham apa yang akan dibeli, kapan,
berapa banyak harus membeli dan menjual, melakukan penyelesaian transaksi
jangka panjang, serta menyimpan dan melakukan administrasi, merupakan
pekerjaan yang harus dilakukan oleh manajer investasi (Solihat dkk, 2015).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian reksa dana saham
dikelompokan menjadi tiga, yaitu faktor keamanan politik, kondisi pasar
global dan faktor makroekonomi. Investor harus mempertimbangkan
beberapa indikator makroekonomi yang dapat membantu investor dalam
membuat keputusan investasinya. Indikator makroekonomi seringkali
dihubungkan dengan pasar modal adalah fluktuasi tingkat bunga, inflasi, kurs
rupiah dan lainnya.
Tingkat suku bunga merupakan faktor yang paling utama sebagai
penggerak harga forex, dimana tingkat suku bunga merupakan alat modern
yang digunakan oleh bank sentral suatu negara untuk mendorong laju
pertumbuhan ekonomi. Suku bunga naik akan berakibat melambatnya laju
pertumbuhan ekonomi serta mengurangi tingkat inflasi. Naiknya tingkat suku
bunga akan mendorong banyaknya investasi masuk ke suatu negara,
akibatnya terjadi kenaikan permintaan sebuah mata uang, sehingga secara
Analisis Pengaruh Suku... Lela Pebriani, FEB UMP, 2018
4
umum akan memperkuat nilai mata uang suatu negara. Demikian juga
sebaliknya, menurunnya tingkat suku bunga akan memperlemah nilai tukar
suatu mata uang (Wibowo, 2017:187).
Sepanjang tahun 2015, Bank Indonesia telah menaikkan BI rate
sebesar 175 bps sehingga menjadi 7,50%. Kebijakan suku bunga tersebut
selain ditunjukan untuk memberikan sinyal mengenai komitmen Bank
Indonesia dalam mengendalikan tekanan inflasi, juga merupakan bagian dari
penguatan bauran kebijakan Bank Indonesia yang difokuskan pada upaya
pengendalian stabilitas makro ekonomi, serta untuk memastikan
berlangsungnya penyesuaian defisit transaksi berjalan pada tingkat yang
sustainable. Kebijakan suku bunga harus diletakan dalam konteks bauran
kebijakan, mengingat respon kebijakan tidak dapat hanya bertumpu pada
suku bunga (Latumaerissa, 2015:623).
Tingkat suku bunga SBI adalah dasar penetapan tingkat suku bunga
baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman bagi bank-bank pemerintah
dan bank-bank umum yang ada. Faktor suku bunga ini penting untuk
diperhatikan oleh semua orang termasuk investor reksadana saham, karena
para investor selalu mengharapkan hasil investasi yang lebih besar. Dengan
adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil dari berbagai
investasi akan mengalami perubahan.
Tingkat BI rate dinilai masih konsisten dengan pencapaian sasaran
inflasi tahun 2015 dan tahun 2016 sebesar 4% ±1%, serta sasaran inflasi
tahun 2017 sebesar 4±1%. Hal ini sejalan dengan hasil evaluasi menyeluruh
Analisis Pengaruh Suku... Lela Pebriani, FEB UMP, 2018
5
terhadap kinerja tahun 2014 dan prospek tahun 2015-2016 yang menunjukkan
perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh cukup tinggi dengan inflasi
yang tetap terkendali dan rendah inflasi inti pada bulan April 2015
menunjukkan perlambatan (4,1% yoy) searah dengan menurunnya harga
komoditas global dan terjaganya permintaan secara umum, meskipun
ekspektasi inflasi terindikasi mulai meningkat terkait dengan ketidakpastian
kebijakan BBM. Pada bulan Mei, inflasi inti tercatat masih berada pada level
yang rendah (4,0% yoy), sejalan dengan harga komoditas global yang terus
menurun, nilai tukar yang terjaga dan respons sisi penawaran yang masih
memadai. Meskipun laju inflasi dalam jangka pendek cukup terkendali,
dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan April dan Mei 2015 yang
mengalami deflasi setelah inflasi yang tinggi akibat gejolak harga bahan
pangan selama triwulan pertama 2015, Bank Indonesia tetap mewaspadai
tekanan inflasi yang berasal dari kenaikan ekspektasi inflasi terkait dengan
rencana kebijakan BBM yang akan ditempuh pemerintah. IHK April dan Mei
2015 tercatat masing-masing sebesar 6,8% (yoy) dan 7,2% (yoy), didorong
oleh deflasi harga kelompok volatile foods seiring membaiknya pasokan
pangan (Latumaerissa, 2015:624).
Inflasi adalah terjadinya kecenderungan kenaikan harga barang dan
jasa yang meluas pada seluruh sektor perekonomian dan berlangsung secara
terus menerus. Jadi apabila hanya salah satu barang saja yang mengalami
kenaikan, maka hal itu bukanlah inflasi, kecuali satu barang tersebut memiliki
kekuatan untuk mempengaruhi harga barang lain. Inflasi juga dapat dikatakan
Analisis Pengaruh Suku... Lela Pebriani, FEB UMP, 2018
6
merosotnya nilai uang karena uang yang beredar terlalu banyak sehingga
menyebabkan harga barang dan jasa naik (Choirina, 2017:7)
Inflasi sebagai suatu fenomena ekonomi yang terjadi di negara-negara
yang sedang berkembang. Masalah inflasi mudah dialami oleh sebagaian
besar negara-negara sedang berkembang dengan tingkat yang berbeda-beda.
Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin lemahnya daya
beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang
suatu negara.
Di samping pengetahuan faktor fundamental suku bunga dan inflasi,
pertimbangan lain bagi investor adalah indikator kegiatan di bursa yang
diterjemahkan dalam bentuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG
merupakan indikator pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham
preferen yang tercatat di BEI. Apabila IHSG berada pada angka yang cukup
tinggi, maka hal ini dapat diartikan kondisi pasar sedang dalam keadaan
ramai, sebaliknya bila indeksnya rendah atau menurun maka bisa diartikan
pasar dalam keadaan sepi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau
composite stock price index menggunakan seluruh saham tercatat sebagai
komponen perhitungan indeks. Masing-masing pasar modal memiliki indeks
yang dibentuk berdasarkan saham-saham yang dipakai sebagai dasar dalam
perhitungan indeks harga. Indeks harga saham gabungan menggambarkan
suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham
gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal tertentu. Dalam hal ini
mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu
Analisis Pengaruh Suku... Lela Pebriani, FEB UMP, 2018
7
saham gabungan di bursa efek (Tandelilin, 2010:86). BEI juga mencatat
sepanjang bulan Januari sampai Desember 2013, tingkat IHSG mengalami
tren penurunan, meskipun penurunannya tidak terlalu besar jika dibandingkan
penutupan IHSG di bulan Desember tahun 2012. Pada akhir penutupan IHSG
tahun 2015, IHSG melonjak 23,65 poin atau 0,52% ke level 4.593,01.
Unsur bursa asing beberapa tahun terakhir juga dianggap sebagai
determinan yang signifikan dalam mempengaruhi motivator investor dalam
kebijakan alokasi dana. Bursa asing kini telah hadir dalam bentuk dua sisi
bagi para manajer investasi di Indonesia, yaitu bentuk tantangan kebijakan
alokasi dana dan bentuk peluang ekulibrium risiko dan tingkat pengembalian
instrumen investasi alternatif. Adapun indeks bursa asing yang di teliti dalam
penelitian ini yaitu Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE) adalah indeks
utama pada bursa saham Malaysia karena Malaysia secara geografis
berdekatan dengan Indonesia dan kedua negara ini berada dalam satu
kawasan negara yang saling bekerjasama dalam berbagai bidang yaitu
ASEAN dan tidak berbeda jauh kondisi pasar saham di Malaysia dengan
Indonesia.
Kegiatan pengembangan usaha sangat penting dilakukan perusahaan
dalam menghadapi dunia usaha dewasa ini yang semakin tajam
persaingannya. Semenjak juli 1997 nilai rupiah terhadap dollar terus
bergejolak. Gejolak rupiah yang begitu tinggi berdampak buruk bagi dunia
dan perekonomian negara. Pemicu gejolak kurs rupiah tersebut berasal dari
sisi penawaran dan permintaan.
Analisis Pengaruh Suku... Lela Pebriani, FEB UMP, 2018
8
Menurut Latumaerissa (2015:288) nilai tukar atau kurs adalah
pertukaran antara satu mata uang dengan mata uang negara lain untuk
mempermudah proses transaksi jual beli barang dan jasa. Secara umum kurs
atau nilai tukar dapat diartikan sebagai harga suatu mata uang asing atau
harga mata uang luar negeri terhadap mata uang domestik. Dalam mekanisme
pasar, kurs dari suatu mata uang akan selalu mengalami fluktuasi (perubahan)
yang berdampak langsung pada harga barang ekspor dan impor. Secara rata-
rata, rupiah pada triwulan pertama 2013 juga melemah 0,70% menjadi Rp
9.680 per dolar AS dibandingkan Rp 9.613 per dolar AS pada triwulan
keempat 2012. Perlemahan rupiah masih terbatas di triwulan pertama 2013
karena tekanan negatif pada sektor eksternal masih belum terlalu kuat.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pengembalian reksadana saham telah banyak dilakukan namun terdapat
ketidakkonsistenan atas hasil penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh
Sujoko (2009) menyimpulkan bahwa kondisi makroekonomi (suku bunga,
inflasi, kurs dan IHSG) baik secara parsial maupun secara simultan memiliki
pengaruh yang kecil terhadap imbal hasil reksadana saham. Riantani dan
Tambunan (2013) menyimpulkan bahwa adanya hubungan jangka panjang
antara variabel makroekonomi (Kurs rupiah per dollar AS, suku bunga SBI,
inflasi) dan indeks global dengan return saham yang dibuktikan dengan hasil
uji test kointegrasi yang signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, mengindikasikan adanya
Research Gap dalam penelitian ini. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut :
Analisis Pengaruh Suku... Lela Pebriani, FEB UMP, 2018
9
(1) penelitian yang dilakukan Pasaribu (2014) menyimpulkan bahwa secara
umum dan simultan variabel suku bunga SBI, tingkat inflasi, indeks harga
saham gabungan dan bursa asing yang diantaranya adalah KLSE dan HSI
berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian reksa dana saham,
sedangan secara parsial ada beberapa variabel yang tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat pengembalian reksa dana saham. (2) Penelitian
Astuti (2013) menyimpulkan bahwa variabel tingkat suku bunga (SBI), nilai
tukar (kurs) rupiah, inflasi, dan indeks bursa internasional secara bersama-
sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. (3) penelitian
Solihat et.al. (2015) menyimpulkan bahwa suku bunga SBI memiliki
pengaruh yang signifikan positif terhadap tingkat pengembalian reksadana
saham pada periode 2011-2013. Ketidakkonsistenan hasil penelitian di atas
menjadi latar belakang untuk dilakukannya kembali penelitian mengenai
pengaruh suku bunga sertifikat bank Indonesia, tingkat inflasi, indeks harga
saham gabungan (IHSG), kuala lumpur stock exchange dan nilai tukar rupiah
terhadap tingkat pengembalian reksa dana saham.
Dari penjelasan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas,
maka peneliti memutuskan untuk mengambil judul “PENGARUH SUKU
BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA, TINGKAT INFLASI,
INDEK HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG), KUALA LUMPUR
STOCK EXCHANGE (KLSE) DAN NILAI TUKAR RUPIAH
TERHADAP TINGKAT PENGEMBALIAN REKSA DANA SAHAM”.
Analisis Pengaruh Suku... Lela Pebriani, FEB UMP, 2018
10
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap tingkat
pengembalian reksa dana saham ?
2. Apakah tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap tingkat
pengembalian reksa dana saham ?
3. Apakah indeks harga saham gabungan berpengaruh positif terhadap
tingkat pengembalian reksa dana saham ?
4. Apakah kuala lumpur stock exchange berpengaruh positif terhadap
tingkat pengembalian reksa dana saham ?
5. Apakah nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap tingkat
pengembalian reksa dana saham ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas,
maka tujuan penelitian yang hendak dicapai sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga SBI terhadap tingkat
pengembalian reksa dana saham.
b. Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat
pengembalian reksa dana saham.
c. Untuk mengetahui pengaruh indeks harga saham gabungan terhadap
tingkat pengembalian reksa dana saham.
Analisis Pengaruh Suku... Lela Pebriani, FEB UMP, 2018
11
d. Untuk mengetahui pengaruh kuala lumpur stock exchange terhadap
tingkat pengembalian reksa dana saham.
e. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar rupiah terhadap tingkat
pengembalian reksa dana saham.
2. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat pada
beberapa pihak, yaitu :
a. Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini berguna untuk menambah wawasan
dan pengetahuan terhadap reksadana secara teoritis maupun dalam
dunia nyata, serta pengaplikasian pengetahuan yang selama ini
didapat selama masa perkuliahan.
b. Bagi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang
bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan ilmiah, sehingga
dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya serta
diharapkan penelitian ini dapat melengkapi penelitian terdahulu.
c. Bagi Perusahaan
Sebagai referensi dan juga memberikan informasi kepada
perusahaan bagaimana pengaruh variabel-variabel dalam penelitian
ini terhadap tingkat pengembalian reksadana saham yang mereka
kelola sehingga pihak dari sebuah perusahaan dapat mengetahui
langkah selanjutnya untuk meningkatkan kinerja reksadana saham
dengan meningkatkan return dan memperkecil risiko.
Analisis Pengaruh Suku... Lela Pebriani, FEB UMP, 2018
12
d. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat
sebagai bahan pertimbangan bagi investor dalam menentukan
pilihannya berinvestasi melalui reksa dana.
Analisis Pengaruh Suku... Lela Pebriani, FEB UMP, 2018