25
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media adalah seperangkat alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan atau menyalurkan baik pesan maupun informasi dari komunikator kepada khalayak (Cangara,2006:119).Sementara pengertian media menurut Tamburaka (2012:9) merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Salah satu bentuk komunikasi yaitu komunikasi massa yang melibatkan publik secara luas. Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai suatu proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas dengan menggunakan media sebagai perantaranya (Rakhmat 2001:188). Hal itu berarti media massa merupakan sarana yang digunakan untuk menyampaikan informasi dan menyebarkan informasi secara massal yang dapat diakses secara luas oleh masyarakat. Informasi yang disampaikan menjadi milik publik bukan informasi yang ditujukan pada masing-masing individu. Perkembangan teknologi telah memunculkan pergeseran. Media massa tumbuh tidak hanya menjadi kekuatan pengontrol kekuasaan, tetapi telah menjadi kepanjangan tangan pemilik media. Pemberitaan yang dinilai menguntungkan dan memberikan citra positif akan mendapat porsi lebih besar dalam sebuah media massa. Fenomena ini menunjukkan semakin berkembangnya peran media massa lebih kompleks pada masa sekarang.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.ums.ac.id/28222/2/BAB_I.pdf3 sama, namun berbeda dalam hal mengkonstruksi dan memahami sebuah peristiwa berbeda. Dualisme sepakbola di indonesia

  • Upload
    lelien

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media adalah seperangkat alat atau sarana yang digunakan untuk

menyampaikan atau menyalurkan baik pesan maupun informasi dari

komunikator kepada khalayak (Cangara,2006:119).Sementara pengertian

media menurut Tamburaka (2012:9) merupakan alat yang digunakan untuk

memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.

Salah satu bentuk komunikasi yaitu komunikasi massa yang

melibatkan publik secara luas. Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai

suatu proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas dengan

menggunakan media sebagai perantaranya (Rakhmat 2001:188). Hal itu

berarti media massa merupakan sarana yang digunakan untuk menyampaikan

informasi dan menyebarkan informasi secara massal yang dapat diakses secara

luas oleh masyarakat. Informasi yang disampaikan menjadi milik publik

bukan informasi yang ditujukan pada masing-masing individu.

Perkembangan teknologi telah memunculkan pergeseran. Media massa

tumbuh tidak hanya menjadi kekuatan pengontrol kekuasaan, tetapi telah

menjadi kepanjangan tangan pemilik media. Pemberitaan yang dinilai

menguntungkan dan memberikan citra positif akan mendapat porsi lebih besar

dalam sebuah media massa. Fenomena ini menunjukkan semakin

berkembangnya peran media massa lebih kompleks pada masa sekarang.

2

Sebuah berita disusun oleh wartawan yang bekerja di lapangan

berdasarkan suatu kejadian dan wartawan pula yang menyusun kejadian

tersebut menjadi sebuah berita. Berita adalah hasil akhir dari proses kompleks

dengan menyortir (memilah-milah) dan menentukan peristiwa dan tema-tema

tertentu dalam satu kategori tertentu (Eriyanto,2002:119). Sebuah peristiwa

tidak akan menjadi berita bila tidak diterbitkan oleh media massa.

Media massa saat ini sudah mencapai bentuk baru. Bentuk baru

tersebut adalah media online. Media online ialah media yang tersaji secara

online di situs web (website) internet (Romli:2012,30). Media online menjadi

alternatif dalam penyajian sebuah berita di lapangan. Tidak perlu menunggu

hingga berjam-jam atau malah keesokan harinya, kejadian-kejadian di

lapangan dapat kita nikmati hanya dalam hitungan detik. Penyebaran

informasi oleh media online terhitung sangat cepat. Selain itu, sangat mudah

untuk mengaksesnya. Akses media online lebih murah dan lebih mudah

karena bisa diakses dari mana saja asal mempunyai fasilitas internet. Hal ini

berbeda dengan akses media cetak dan media televisi.

Media massa online tidak lupa juga menggiring opini masyarakat

dalam menyikapi suatu permasalahan. Para jurnalis di lapangan memasukkan

ide-idenya sesuai dengan latar belakang dan kerangka. pemikiran mereka.

Melalui media ini kita disuguhkan realitas-realitas yang bukan sebenarnya.

Berita-berita yang disajikan hanya merupakan konstruksi dari sebuah realitas.

Media khususnya surat kabar dapat menyajikan sebuah realitas/peristiwa yang

3

sama, namun berbeda dalam hal mengkonstruksi dan memahami sebuah

peristiwa berbeda.

Dualisme sepakbola di indonesia mulai terjadi semenjak pertengahan

2011. Dualisme ini terjadi antara dua kubu yaitu PSSI dan KPSI. Terpilihnya

tokoh-tokoh baru di tubuh kepengurusan PSSI, membawa harapan baru akan

terciptanya era menuju sebuah kesuksesan. Demi mewujudkan hal itu,

beberapa hal kebijakan baru pun dibuat. Akan tetapi, tidak semua kebijakan

tersebut disetujui oleh internal PSSI. Masih ada ada sekelompok pihak yang

tidak puas dengan kebijakan yang benar-benar baru. Pihak-pihak tersbeut

kemudian membentuk organisasi sempalan bernama KPSI. Organisasi ini

mengklaim dirinya mendapat dukungan dari mayoritas anggota PSSI. Saling

klaim antara PSSI dan KPSI berujung dengan dualisme kompetisi dan lebih

parahnya lagi dualisme timnas.

Masalah dualisme yang berlarut-larut berakibat fatal bagi penampilan

timnas. Timnas Indonesia tidak diperkuat oleh pemain-pemain terbaiknya

akibat larangan KPSI. Hal tersebut membuat Indonesia takluk 10-0 dari

Bahrain pada kualifikasi Piala Dunia 2014(http://

duniasoccer.com/Duniasoccer/Indonesia/KompetisiIndonesiaLain/News/Timn

as-Indonesia-Catat-Rekor-Kekalahan Terbesar diakses pada 25 Maret 2013).

Kekalahan tersebut juga menorehkan rekor kekalahan terbesar bagi timnas

Indonesia. Selain menorehkan rekor kekalahan terbesar, peringkat FIFA

Indonesia jeblok ke posisi 170.

4

Kekisruhan PSSI membuat posisi Indonesia di persepakbolaan

internasional terancam. FIFA sebagai lembaga tertinggi sepakbola di dunia

jelas tidak menyetujui dualisme kompetisi, apalagi berimbas pada dualisme

tim nasional. Berdasarkan rilis FIFA usai pertemuan di Zurich 29-30 Maret,

FIFA mengeluarkan rilis yang berisi mengakui PSSI hasil kongres Solo dan

memerintahkan penyelesaian breakaway league (ISL) sebelum tanggal 15 Juni

2012. Bila pada tanggal tersebut belum terselesaikan, FIFA akan menjatuhkan

sanksi (http://www.republika .co.id / berita /sepak bola

/ligaindonesia/12/04/03 /m1wdp8-fifa-hanya-akui-pssi-hasil-kongres-solo

diakses pada 28 Maret 2013). Setelah melalui proses yang panjang, pada

tanggal 17 Maret 2013 diadakan Kongres Luar Biasa PSSI di Hotel Borobudur

Jakarta.

Perkembangan media pada jaman sekarang cenderung berpusat pada

kepemilikan media. Media dikuasai oleh segelintir orang saja (konglomerasi

media). Hal ini mengubah wajah media yang bebas dan berorientasi ke publik

menjadi media yang berorientasi pada tokoh atau golongan.

Penulis tertarik mengambil objek penelitian dari kedua media online

ini karena viva.co.id merupakan media yang berafiliasi dengan salah satu

partai politik besar di Indonesia yaitu Golkar (Golongan Karya). Lebih

tepatnya media ini dimiliki oleh Group Bakrie yang juga membawahi media

Antv, Tvone, Sport One. Ketua Umum PSSI periode sebelumnya merupakan

kader dari partai Golkar. Ditambah lagi KPSI berisi orang-orang yang dekat

dengan dengan partai Golkar, bahkan ada beberapa berposisi sebagai petinggi

5

partai. Sedangkan pemilihan media kompas.com beralasan bahwa

kompas.com tidak memiliki kepentingan dalam Kongres ini. Media ini

memberitakan KLB PSSI dengan menonjolkan dua sisi permasalahan.

Kompas cenderung bersikap netral dalam pemberitaannya.

Analisis yang penulis gunakan untuk meneliti pemberitaan di situs

kompas.com dan viva.co.id adalah analisis framing. Analisis framing secara

sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana

realitas (peristiwa,aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media.

(Eriyanto, 2002:3). Menurut Eriyanto, dalam analisis framing, yang kita

lakukan adalah melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Peristiwa

dipahami bukan sesuatu yang taken for granted. Sebaliknya, wartawan dan

media yang secara aktif membentuk realitas (2002:7).

Penelitian tentang PSSI pernah dilakukan oleh Riska Khaerunnisya

tahun 2012 asal Universitas Hasanuddin Makassar dengan judul “ Analisis

Pemberitaan Kepengurusan PSSI Terkait Format Kompetisi Liga Indonesia

2011/2012 Pada Media Online Goal.Com Indonesia. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui media online Goal.com Indonesia dalam membingkai

kepengurusan PSSI terkait format kompetisi liga indonesia 2011/2012.

Penelitian tersebut menggunakan analisis framing dengan objek penelitian

PSSI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Goal.com Indonesia memiliki

kecenderungan pemberitaan kepengurusan PSSI terkait format kompetisi liga

Indonesia telah melanggar pedoman dan hasil kongres PSSI.

6

Selanjutnya penelitian terdahulu yang menggunakan metode analisis

framing adalah Illy Apriliyadi asal Universitas Muhammadiyah Surakarta

dengan judul “Konstruksi Pemberitaan Gerakan Ahmadiyah di Internet (Studi

Analisis Framing Tentang Pemberitaan Gerakan Ahmadiyah di Republika

Online dan Tempo Interaktif.com Periode Februari dan Maret 2011). Tujuan

dari penelitian ini melihat bagaimana Republika Online dan

Tempointeraktif.com dalam memaknai, menyikapi dan membingkai berita

tentang Ahmadiyah serta untuk mengetahui posisi kedua media tersebut dalam

mengkonstruksi pemberitaan tentang Ahmadiyah. Penelitian ini menggunakan

analisis framing dengan meneliti isi berita yang disajikan oleh dua media

online tersebut. Analisis framing yang digunakan adalah model Robert

Entman. Hasil penelitian tersebut menunjukkan Republika Online membingkai

Ahmadiyah sebagai aliran yang menyimpang dari ajaran islam, sedangkan

TempoInteraktif.com menilai sebagai sebuah aliran yang memiliki hak untuk

berkeyakinan.

Relevansi dari kedua penelitian diatas dengan penelitian ini yaitu pada

penelitian pertama mengambil tema yang sama yaitu mengenai PSSI yang

berfokus pada pembahasan format liga. Penulis ingin meneliti berita KLB

PSSI. Sedangkan pada penelitian kedua, menggunakan teknik analisis framing

model Robert Entman. Analisis Framing Robert Entman memfokuskan

bagaimana teks komunikasi disajikan dan bagian mana yang dianggap penting

oleh pembuat teks. Terdapat kepentingan pemilik media yang turut campur

7

tangan dalam sebuah pemberitaan. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa

pembingkaian berita antara satu media dengan media lain bisa sangat berbeda.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengambil judul penelitian

sebagai berikut “Konstruksi Pemberitaan KLB PSSI Di Internet”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana konstruksi pemberitaan Kongres Luar Biasa PSSI oleh

portal kompas.com dan viva.co.id pada Bulan Maret 2013?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui konstruksi pemberitaan Kongres Luar Biasa PSSI dengan

menggunakan analisis framing pada dua portal media online kompas.com dan

viva.co.id

D. Manfaat Penelitian

1. Dapat menjadi sumbangan bagi perkembangan studi ilmu komunikasi

serta penelitian media massa online.

2. Dapat menambah referensi tentang penelitian analisis framing dan

mendorong penelitian dengan kasus yang lain.

8

E. Tinjauan Pustaka

1. Komunikasi massa

Komunikasi massa memiliki pengertian banyak dan luas untuk

dipahami khalayak. Untuk memahami tentang komunikasi massa maka

harus diingat lagi apa yang menjadi pengertian komunikasi. Ada beberapa

pendapat yang mengemukakan mengenai makna komunikasi, seperti yang

dikemukakan Lasswell yang menjelaskan bahwa komunikasi merupakan

siapa berkata apa melalui apa kepada siapa dengan menggunakan media

apa.

Disisi lain Osgood (dalam Baran, 2013:5) coba mendefinisikan

komunikasi merupakan proses yang berkelanjutan resiprokal, yang mana

terjadi sebuah interaksi agar mendapatkan makna dari partisipan atau

interpreter dengan melakukan decoding dan encoding pesan. Sedangkan

Carey mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses yang melekat

pada kita yang diproduksi dari realitas, diperbaiki dan ditransportasikan

dalam kehidupan sehari-hari yang menginformasikan informasi dan

menangkapnya sehingga menghasilkan pesan agar menjadi pondasi atau

pedoman kebudayaan bagi kita (Baran, 2013:9).

Seperti yang dikemukakan Bittner (dalam Rakhmat 2001:188)

komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media

massa pada sejumlah orang. Gerbner dalam mengemukakan bahwa

komunikasi massa merupakan proses produksi dan distribusi berlandaskan

9

pada teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkelanjutan serta

dimiliki orang dalam masyarakat industri.

Wright (dalam Tamburaka 2012:15) mendefinisikan komunikasi

massa dalam tiga ciri. Pertama: komunikasi massa diarahkan kepada

audiens yang relatif besar, heterogen, dan anonim. Kedua: pesan-pesan

yang disebarkan secara umum sering dijadwalkan untuk bisa mencapai

sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya

sementara. Ketiga: komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam

sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya

besar.

Komunikasi massa merupakan proses komunikasi yang dilakukan

melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk

menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Unsur-unsur penting

dalam komunikasi massa meliputi komunikator, media massa, informasi

(pesan) massa, gatekeeper, khalayak (publik), dan umpan balik

(Tamburaka, 2012: 15).

Sedangkan menurut Karlinah (dalam Ardianto 2004:23) menyebut

fungsi komunikasi massa secara khusus yaitu fungsi meyakinkan, fungsi

menganugerahkan status, fungsi membius, fungsi menciptakan rasa

kebersatuan, dan fungsi privatisasi.

Dalam melaksanakan proses komunikasi massa dibutuhkan

saluran-saluran atau media untuk menyalurkan pesan yaitu media masssa.

Menurut Biagi (2010:11), ada delapan jenis usaha media massa. Media

10

tersebut diantaranya: a). Buku,b). Surat kabar, c). Majalah , d). Rekaman

,e). Radio, f). Film, g). Televisi ,dan h). internet

2. Internet sebagai media baru

Manusia sekarang hidup dalam era perkembangan media massa

yang begitu cepat. Jaman dahulu abad ke-17 muncul surat kabar yang

kemudian digunakan sebagai media massa, kemudian radio pada abad ke-

19 dan televisi di abad ke-20. Pada abad ke -20 juga muncullah internet

sebagai media massa bentuk baru (new media). Internet menjadi penyebab

munculnya produk media baru dan persaingan baru dalam bisnis media

(Biagi,2010:231)

Menurut Biagi (2010:231), internet sebenarnya merupakan

kombinasi dari ribuan jaringan komputer yang mengirim dan menerima

data dari seluruh dunia. Menurut Laquey dalam Ardianto (2007:140),

Internet merupakan jaringan longgar dari ribuan komputer yang dapat

menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Faktor yang membedakan

internet dengan media komunikasi lainnya yaitu tingkat interaksi dan

kecepatan yang dapat dinikmati pengguna untuk menyiarkan pesan.

Melalui internet, informasi dapat disampaikan secara efektif serta tak

terbatas letak geografis suatu negara. Internet memiliki peran penting bagi

masyarakat karena pesan yang disampaikan cepat diterima oleh

masyarakat (Severin dan Tankard, 2011:7).

Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka berkembang

pulalah media massa. Dengan kemudahan aksesnya media massa online

11

mulai mengambil hati masyarakat. Media massa online merupakan media

massa yang tersaji dalam bentuk online di situs web intenet. Media massa

online adalah media massa generasi ketiga setelah media cetak (printed

media) koran, majalah, tabloid dan media elektronik (electronic media)

seperti radio, televisi (Romli, 2012:11).

Media online atau new media merupakan media yang tersaji secara

online di situs web internet. Hal baru yang tersaji pada new media yaitu

akses informasi kapanpun dan dimanapun diseluruh dunia, selama

memiliki perangkat dengan koneksi internet (Romli,2012:13).

Kompas.com dan Viva.co.id merupakan beberapa contoh website yang

khusus menampilkan konten-konten berita dan peristiwa yang terdiri dari

bermacam kategori, biasanya disebut juga portal berita.

Media massa online menyajikan karakteristik dan keuntungan

dibanding media massa konvensional. Beberapa diantaranya ialah

Multimedia yaitu dapat memuat atau menyajikan berita dalam bentuk teks,

audio, video, grafis, dan gambar secara bersamaan. Aktualitas yaitu info

yang disajikan aktual atau terkini karena kemudahan dan kecepatan

penyajiannya. Cepat yaitu saat itu diupload, langsung dapat diakses semua

orang. Update yaitu update informasi dapat dilakukan cepat dari sisi

konten maupun redaksional, tidak ada ralat seperti pada media cetak.

Fleksibilitas yaitu pemuatan dan editing naskah kapan dan dimana saja.

Luas yaitu menjangkau seluruh dunia yang memiliki akses internet.

Terdokumentasi yaitu informasi tersimpan dalam arsip dan bisa dicari

12

melalui fasilitas cari dan link terkait. Hyperlinked yaitu informasi yang

tersaji terhubung dengan link lain yang berkaitan (Romli, 2012:33).

Jurnalistik media online dalam menyampaikan informasi tidak

mengenal waktu deadline. Ini berbeda dengan media cetak yang

memberikan ralat berita pada edisi esok hari, sebab setiap detik bisa

muncul update untuk menambal kekurangan berita sebelumnya. Disisi lain

jurnalistik online dalam mengemas sebuah kasus yang terjadi pada

masyarakat terdapat berbagai format antara jurnalis dan masyarakat dan

menggabungkan dengan media lain. Dari segi konten penyampaian

informasi pada media online terletak pada halaman dan kategori yang

mana terletak pada sisi topik dan informasi (Romli, 2012:34)

3. Framing Sebagai Teknik Analisis

Framing merupakan pendekatan untuk melihat bagaimana sebuah

realitas dibentuk dan dikonstruksi oleh media (Eriyanto, 2002:76). Fakta

dirangkai dan dimaknai, lalu ditafsirkan oleh peneliti. Melalui penafsiran

akan diperoleh makna yang implisit (makna yang tidak terlihat) dalam

sebuah teks. Teks adalah segala sesuatu yang tertulis. Teks juga dapat

diartikan seperangkat tanda yang ditransmisikan dari pengirim kepada

penerima melalui medium dan menggunakan kode-kode tertentu. (Sobur,

2001: 53).

Teks sebenarnya bukan bertujuan mencatat sesuatu, tetapi untuk

menyampaikan sesuatu kepada khalayak. Sebagai hasil konstruksi dari

suatu realitas, teks menggunakan tanda untuk merepresentasikan sebuah

13

peristiwa, kasus atau objek tertentu. Dalam konteks framing, teks berita

mengandung sejumlah perangkat retoris yang akan berinteraksi dengan

memori khalayak dalam proses konstruksi makna (Sobur,2001:186).

Analisis Framing digunakan untuk melihat hubungan antara berita

dan ideologi, yakni proses atau mekanisme mengenai bagaimana berita

membangun, mempertahankan, memproduksi, mengubah dan

meruntuhkan ideologi. Teks berita dikonstruksi dan dimaknai sedemikian

rupa dengan makna tertentu. Hasilnya isi sebuah berita yang memihak

pada sisi tertentu.

Ada dua aspek dalam framing. Pertama, memilih fakta/realitas.

Dalam memilih fakta ada kemungkinan berita tersebut dipilih atau

dibuang. Dilakukan juga penekanan aspek tertentu. Dengan memilih sudut

pandang tertentu, memilih fakta tertentu, serta melupakan aspek lainnya.

Maka, konstruksi atas sebuah peristiwa berbeda satu sama lain. Kedua,

menuliskan fakta. Proses yang berhubungan dengan penyajian fakta yang

dipilih pada khalayak. Beberapa aspek ditonjolkan untuk mendapatkan

perhatian dibanding aspek lain. Realitas yang menonjol ada kemungkinan

lebih besar diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami

sebuah realitas (Eriyanto, 82: 2002).

Sebuah informasi akan lebih diperhatikan, lebih bermakna, dan

berkesan bila dilakukan sebuah penonjolan. Penonjolan mempertinggi

probabilitas penerima dalam memahami informasi, melihat makna lebih

tajam, lalu memprosesnya dan menyimpannya dalam ingatan. Informasi

14

dari teks dibuat lebih menonjol dengan cara penempatannya atau

mengasosiasikan dengan simbol-simbol budaya yang sudah dikenal.

Tingkat penonjolan teks dapat mempengaruhi ide yang memberi pedoman

seseorang menerima informasi (Sobur,2001:164).

Menurut Siahaan (dalam Sobur 2001: 164) framing memiliki andil

yang penting bagi komunikasi politik. Frames, menuntut memberikan

perhatian pada beberapa aspek dari realitas. Dengan jalan mengabaikan

elemen-elemen lainnya, dapat berpotensi memunculkan reaksi berbeda

sebuah berita. Politisi bersama jurnalis membangun frame berita. Framing

memainkan peran dalam menonjolkan kekuasaan politik dan berita

merupakan bukti akan kekuasaan yang tercetak. Hal tersebut menunjukkan

identitas para aktor yang berkompetisi untuk mendominasi teks.

1. Kepemilikan Media

Media menurut Tamburaka (2012:9) merupakan alat yang

digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Hal

itu berarti media massa merupakan sarana yang digunakan untuk

menyampaikan informasi dan menyebarkan informasi secara massal yang

dapat diakses secara luas oleh masyarakat. Informasi yang disampaikan

menjadi milik publik bukan informasi yang ditujukan pada masing-masing

indvidu.

Perkembangan media pada jaman sekarang cenderung berpusat

pada kepemilikan media. Media dikuasai oleh segelintir orang saja

(konglomerasi media). Hal ini mengubah wajah media yang bebas dan

15

berorientasi ke publik menjadi media yang berorientasi pada tokoh atau

golongan.

Dapat diambil contoh media online viva.co.id. Viva.co.id

merupakan portal berita yang berafiliasi dengan Group Bakrie, jadi dalam

pemberitaannya lebih condong membela kepentingan Group Bakrie. Portal

berita milik Group Bakrie itu menyebut semburan lumpur sebagai lumpur

Sidoarjo, bukan lumpur Lapindo. Di saat yang hampir bersamaan pula

portal berita itu menampilkan pendapat pakar geologi Rusia yang

menyatakan semburan lumpur bukan akibat pengeboran. Liputan khusus

terhadap pakar Rusia juga ditampilkan secara audio-visual di portal

viva.co.id. Sedangkan pendapat ahli menyatakan bahwa itu disebabkan

oleh kesalahan pengeboran tidak diliput (Cahyadi,2012:16).

Ketika media berita telah menjadi bagian dari sebuah

konglomerasi, kredibilitas media kemudian dapat dipertanyakan. Hal

tersebut dapat terjadi ketika media mengulas produk-produk yang

dihasilkan dan didistribusikan oleh cabang perusahaan itu sendiri. Sisi

objektif dan sisi kritis sebuah media menjadi dapat dipertanyakan ketika

bekerja untuk cabang perusahaan yang lain. Kepemilikan media

menentukan kontrol media yang pada gilirannya menentukan isi media

(Severin & Tankard,2011:437).

Menurut Maryadi (2011:1) mengenai akibat yang ditimbulkan

konglomerasi media, ada lima hal yang berbahaya dari sebuah

konglomerasi media yaitu:

16

a. Terjadinya pemusatan bisnis media yang mengarah pada persaingan

yang tidak sehat menyangkut konten siaran/pemberitaan pers,

sekaligus mendorong pelanggaran kode etik jurnalistik dan kode

perilaku wartawan

b. Slogan “dari publik, oleh publik, untuk publik” berubah menjadi “dari

pebisnis, oleh buruh media, untuk kepentingan ekonomi”

c. Tiadanya keberagaman kepemilikan (diversity of ownership) dan

keberagaman isi siaran (diversity of content) yang membuat

penyeragaman opini publik

d. Bahaya Pemusatan Kepemilikan Media tidak bisa dicegah melalui UU

Anti Monopoli Nomor 5 tahun 1999 dan UU Perseroan Terbatas

Nomor 40 tahun 2007 melainkan harus dikendalikan oleh UU itu

sendiri (UU Pers dan UU Penyiaran)

e. Penyeragaman opini dan kekuatan bisnis-politik oleh kekuatan media

yang terlalu dominan yang mengancam kebebasan pers dan

demokratisasi media.

2. Konstruksi Sosial Realitas

Analisis Framing termasuk dalam paradigma konstruksionis.

Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media

dan teks berita yang dihasilkannya (Eriyanto,2001:15). Seperti yang

diungkapkan Berger (dalam Eriyanto 2001:18), realitas itu tidak dibentuk

secara ilmiah, ia dibentuk dan dikonstruksi. Berdasarkan latar belakang

yang berbeda-beda dan kemampuan yang berbeda-beda, setiap individu

17

mempunyai level tertentu penafsiran dan pemahaman dalam menilai

sebuah realitas.

Dalam pandangan konstruksionis, media adalah subjek yang

mengkonstruksi realitas. Media dipandang sebagai agen konstruksi sosial

yang mendefinisikan realitas. Sebenarnya, media bukan melakukan

penyajian sebuah realitas dalam bentuk berita. Media hanya ikut

merekonstruksi sebuah realitas dalam sebuah berita. Media massa secara

aktif mengatur frame acuan yang digunakan pembaca untuk menafsirkan

peristiwa publik.

Proses konstruksi realitas pada dasarnya merupakan suatu upaya

untuk menceritakan sebuah peristiwa atau kejadian yang berkaitan dengan

politik merupakan suatu usaha mengkonstruksi realitas. Namun konstruksi

media itu sendiri terbentuk dari wartawan yang melihat sebuah kejadian

dimasyarakat dengan apa yang sebenarnya terjadi dan bukan merupakan

sebuah rekayasa, karena dalam menulis sebuah realitas wartawan

mempunyai sikap yang berimbang. Sikap berimbang tersebut meliputi (1),

netral yang mana berita yang ditulis itu dengan realitas dan tidak memihak

pada salah satu pihak. (2), objektif sikap ini dimana wartawan dalam

menyampaikan sebuah berita tidak menyertakan pendapat pribadi dalam

sebuah berita (Eriyanto,2002:30).

Media massa bukan sarana informasi yang menyampaikan berita

secara aktual (baru) dan faktual (apa adanya), tetapi lebih dari itu mereka

mencoba membangun suatu nilai dalam pikiran kita. Hall (dalam

18

Tamburaka 85:2012) menilai bahwa media massa yang menentukan

pembingkaian melalui pemilihan kata-kata tertentu. Fakta yang dilaporkan

oleh jurnalis kepada pembaca sebenarnya bukanlah fakta yang

sesungguhnya karena jurnalis itu melalui strategi pembingkaiannya telah

mengkonstruksi fakta yang dilihatnya, melalui kategori dan ideologinya.

Esensi kegiatan menulis berita adalah melaporkan seluk beluk

suatu peristiwa yang telah, sedang atau akan terjadi. Berita ditulis sebagai

rekonstruksi tertulis dari apa yang terjadi (Siregar,1998:19). Jadi kegiatan

menulis berita adalah merekonstruksi lagi secara tertulis suatu peristiwa

yang dialami, didengar, dilihat oleh individu atau sekelompok orang.

Menurut Eriyanto (2002:119) berita adalah hasil akhir dari proses

kompleks dengan menyortir (memilah-milah) dan menentukan peristiwa

dan tema tertentu dalam satu kategori tertentu. Ada banyak peristiwa yang

terjadi pada tiap detiknya, dan semua itu sangat potensial sebagai bahan

berita. Peristiwa tidak langsung menjadi berita karena ada syarat-syarat

dan batasan-batasan tertentu yang dikategorikan berita dan bukan berita.

F. Metodologi penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual,

akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.

19

Penelitian ini untuk menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa

menjelaskan hubungan antarvariabel (Kriyantono,2010:69).

2. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah metode yang tidak

mengutamakan sedikit atau banyaknya suatu data melainkan lebih kepada

persoalan kedalaman data mengenai suatu fenomena yang diteliti. Tujuan

dari penelitian ini adalah menjelaskan fenomena dengan sedalam-

dalamnya melalui pengumpulan data yang sedalam-dalamnya pula

(Kriyantono, 2010:56).

3. Sumber data

Dalam pengumpulan sumber data, peneliti membagi sumber data

dua menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder:

a. Data Primer

Data primer merupakan seluruh pemberitaaan yang diteliti

yakni berita yang menyangkut pemberitaan Kongres Luar Biasa PSSI

pada kompas.com dan viva.co.id bulan Maret 2013.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber-

sumber yang lain untuk melengkapi data primer. Data sekunder berupa

sumber dari artikel maupun dari portal berita lain yang relevan dengan

permasalahan diatas.

20

4. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian dikumpulkan dengan cara sebagai berikut:

a. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, penulis mengambil teknik pengumpuan

data dengan menggunakan teknik pengumpulan dokumentasi.

Dokumen digunakan sebagai sumber data yang dimanfaatkan untuk

menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan (Moleong,

2004:217).

Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan berita

terkait Kongres Luar Biasa PSSI dari portal berita Kompas.com dan

Viva.co.id tanggal 11 hingga 17 Maret 2013. Penulis mengambil data

dari tanggal tersebut karena berkaitan dengan persiapan kongres serta

verifikasi peserta Kongres Luar Biasa PSSI ditambah juga tanggal 17

Maret merupakan waktu pelaksanaan kongres. Dari teks berita tersebut

kemudian akan dianalisis menggunakan analisis framing Robert

Entman. Pertama dengan mendokumentasikan berita terkait Kongres

Luar Biasa PSSI Maret 2013. Kemudian selanjutnya adalah

mengkategorisasikan dari dokumentasi berita tersebut guna

memudahkan analisis.

b. Studi Pustaka

Dalam melengkapi data referensi dan memperkuat data primer,

peneliti mencari berita dari portal berita lain, artikel, beberapa pustaka

lain untuk menunjang penelitian.

21

5. Validitas Data

Setiap riset harus bisa dinilai. Ukuran kualitas sebuah riset terletak

pada kesahihan atau validitas data yang dikumpulkan selama riset.

Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis

triangulasi. Analisis Triangulasi yaitu menganalisis jawaban subjek

dengan meneliti kebenarannya dengan sumber data lain yang tersedia

(Kriyantono,2010:72). Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan

pemberitaan dua media online.

6. Teknik analisis data

Dalam analisis data, penulis menggunakan teknik analisis framing

model Robert Entman. Entman membagi framing dalam dua dimensi

besar. Seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek. Seleksi isu

berhubungan dengan pemilihan fakta. Ada bagian berita yang dimasukkan,

ada juga berita yang dikeluarkan. Sedangkan penonjolan aspek

berhubungan dengan penulisan fakta. Hal ini berkaitan dengan pemakaian

kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu sehingga menjadi bermakna bagi

masyarakat (Eriyanto,2002:221).

(Tabel 1. Perangkat Framing Robert Entman) (Eriyanto,2002: 222)

Seleksi Isu Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari

realitas yang kompleks dan beragam, aspek mana yang

akan diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini

terkandung bagian berita yang dimasukkan (included),

tetapi ada juga berita yang dikeluarkan (excluded) tidak

semua aspek atau bagian dari isu yang ditampilkan,

wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu.

Penonjolan

Aspek

Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika

aspek tertentu dari isu suatu peristiwa dipilih, bagaimana

aspek tersebut ditulis? Ini berkaitan dengan pemakaian

22

kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk

ditampilkan pada khalayak.

Menurut konsep Entman, framing pada dasarnya merujuk pada

pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi kerangka

berpikir terhadap sebuah peristiwa.

(Tabel 2. Perangkat Analisis Framing Robert Entman)

Define problem (pendefinisian

masalah)

Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat?

Sebagai apa?atau sebagai masalah apa?

Diagnose causes (memperkirakan

masalah atau sumber masalah)

Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh

apa? Apa yang dianggap sebagai

penyebab dari suatu masalah? Siapa

aktor yang dianggap sebagai penyebab

masalah?

Make moral judgement (membuat

keputusan moral)

Nilai moral apa yang disajikan untuk

menjelaskan masalah? Nilai moral apa

yang dipakai untuk mendukung atau

menolak suatu tindakan?

Treatment recommendation

(menekankan penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan

untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa

yang ditawarkan dan harus ditempuh

untuk mengatasi masalah

Sumber: Eriyanto (2002)

Define problem (pendefinisian masalah) merupakan elemen

pertama kali yang dilihat mengenai framing. Merupakan master frame/

bingkai yang paling utama. Menekankan bagaimana peristiwa dipahami

oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa

tersebut dipahami.

Diagnoses causes(memperkirakan penyebab masalah) merupakan

elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari

suatu peristiwa. Penyebab dapat berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti

23

siapa (who). Masalah yang dipahami secara berbeda disebabkan penyebab

masalah yang secara tidak langsung akan dipahami berbeda pula.

Make moral judgement (membuat pilihan moral) merupakan

elemen framing yang dipakai untuk membenarkan / memberi argumentasi

pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Saat masalah didefinisikan

dan penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan argumentasi kuat

dalam mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan

dengan sesuatu yang familiar dan dikenal khalayak.

Elemen framing yang lain yaitu treatment recomendation

(menekankan penyelesaian). Elemen ini dipakai menilai kehendak dari

wartawan. Penyelesaian yang dipilih. Hal ini tergantung bagaimana

peristiwa tersebut dilihat dan siapa yang dianggap penyebab masalah

(Eriyanto,2002:227).

G. Kerangka pemikiran

(Bagan 1. Kerangka Pemikiran)

24

BERITA KLB PSSI VIVA.CO.ID DAN

KOMPAS.COM

FRAME BERITA

KLB PSSI

ANALISIS FRAMING

ROBERT ENTMAN

Make moral

judgement

Define problem

Diagnoses causes

Treatment

recomendation

25

Penelitian ini membahas Kongres Luar Biasa PSSI yang

diberitakan melalui portal berita online Viva.co.id dan Kompas.com

tanggal 11 hingga 17 Maret 2013. Peneliti melakukan proses frame pada

berita tersebut, kemudian melakukan analisis framing model Robert

Entman. Dilakukan Define Problem, Diagnoses Causes, Make Moral

Judgement dan Treat Recomendation.