41
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya kebutuhan hidup manusia dipenuhi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan dalam dunia industri juga terasa semakin meningkat dan bersaing menuju ke arah persaingan global. Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menimbulkan tantangan bagi perusahaan untuk menjalankan perusahaannya secara berkelanjutan, yang salah satunya adalah dengan mengoptimalkan proses produksi, dimana kualitas produk yang dihasilkan, pemeliharaan mesin yang baik, dan waktu produksi yang singkat harus diperhatikan secara lebih khusus sehingga perusahaan dapat memberikan yang terbaik kepada para konsumennya. Dengan mengoptimalkan proses produksi, khususnya pada mesin, maka perusahaan dapat meminimasi adanya produk cacat. Secara garis besar, ada beberapa hal yang mempengaruhi adanya produk cacat yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, mulai dari bahan baku, proses permesinan, mesin itu sendiri, manusia (operator), dan hal-hal lainnya. Hal-hal tersebut harus diatur secara baik, karena akan mempengaruhi hasil akhir dari produk tersebut, apakah produk tersebut gagal atau produk tersebut berhasil memenuhi spesifikasi atau standar yang ada.Selain itu, biaya yang dikeluarkan pun sesuai dengan yang dibutuhkan dan pada akhirnya dapat

BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin meningkatnya kebutuhan hidup manusia dipenuhi dengan

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan dalam dunia industri

juga terasa semakin meningkat dan bersaing menuju ke arah persaingan global.

Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menimbulkan tantangan bagi perusahaan

untuk menjalankan perusahaannya secara berkelanjutan, yang salah satunya adalah

dengan mengoptimalkan proses produksi, dimana kualitas produk yang dihasilkan,

pemeliharaan mesin yang baik, dan waktu produksi yang singkat harus diperhatikan

secara lebih khusus sehingga perusahaan dapat memberikan yang terbaik kepada para

konsumennya.

Dengan mengoptimalkan proses produksi, khususnya pada mesin, maka

perusahaan dapat meminimasi adanya produk cacat. Secara garis besar, ada beberapa

hal yang mempengaruhi adanya produk cacat yang dihasilkan oleh suatu perusahaan,

mulai dari bahan baku, proses permesinan, mesin itu sendiri, manusia (operator), dan

hal-hal lainnya. Hal-hal tersebut harus diatur secara baik, karena akan mempengaruhi

hasil akhir dari produk tersebut, apakah produk tersebut gagal atau produk tersebut

berhasil memenuhi spesifikasi atau standar yang ada.Selain itu, biaya yang

dikeluarkan pun sesuai dengan yang dibutuhkan dan pada akhirnya dapat

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

2

memaksimalkan penggunaan biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan

tersebut.

Dalam dunia industri manufaktur saat ini, sebagian besar proses produksi juga

sudah dilakukan dengan menggunakan mesin sebagai pengganti tenaga manusia.

Dimana dengan menggunakan mesin, proses produksi dapat dilakukan dalam jumlah

yang lebih banyak, dalam waktu yang lebih singkat, dan dengan konsistensi yang

lebih baik. Tetapi penggunaan mesin untuk jangka waktu yang lama dan terus-

menerus tentunya akan menyebabkan berkurangnya performance mesin, yang akan

berdampak pada kualitas dari produk yang dihasilkan. Dan jika kondisi mesin tidak

cepat diperbaiki, tentunya tidak hanya berdampak pada kualitas dari produk saja,

tetapi akan dapat menyebabkan terhentinya proses produksi. Jika ada proses produksi

yang terhenti, akan menimbulkan kerugian pada pihak perusahaan baik dari waktu

ataupun biaya. Oleh karena itu, kondisi mesin juga merupakan hal yang cukup

penting untuk diperhatikan. Untuk menjamin agar mesin dapat beroperasi dengan

baik dan optimal diperlukan suatu sistem perawatan yang baik dan terencana. Oleh

karena itu, perusahaan berupaya melakukan upaya pemeliharaan peralatan secara

produktif. Aktivitas pemeliharaan tersebut secara umum mencakup kegiatan

pengecekan, pembersihan, pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi atas

kerusakan-kerusakan, penggantian spare part (suku cadang komponen), dan

sebagainya. Mesin yang selalu dalam keadaan baik akan memiliki performance yang

baik pula, sehingga produk yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang baik yang

sesuai dengan apa yang diinginkan perusahaan dan konsumen.

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

3

Penggantian spare part juga harus mendapatkan perhatian dari perusahaan.

Karena jika pada saatnya komponen mesin tersebut harus diganti, suku cadang

komponen tersebut sudah tersedia, sehingga proses penggantian komponen

berlangsung cepat dan tidak menyebabkan proses produksi terhenti lama. Dengan

adanya persediaan suku cadang komponen tersebut, maka perusahaan harus

mengeluarkan biaya yang terdiri dari biaya pesan dan biaya simpan. Tentunya biaya

tersebut harus seminimal mungkin, yang salah satu caranya adalah dengan

memperhitungkan kapan perusahaan harus memesan dan berapa banyak jumlah suku

cadang komponen yang harus dipesan.

Penjadwalan produksi khususnya penjadwalan mesin juga merupakan bagian

penting dalam suatu proses produksi. Dengan penjadwalan yang baik maka waktu

proses produksi juga akan berjalan lebih singkat karena waktu idle (waktu

menganggur) juga berkurang. Dan dengan waktu proses produksi yang lebih singkat,

maka diharapkan perusahaan dapat menyelesaikan pesanan konsumen dengan tepat

waktu.

PT SUCACO Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan

berbagai macam kabel. Adapun permasalahan minimasi produk cacat, pemeliharaan

mesin, pemesanan suku cadang, dan penjadwalan mesin yang akan dibahas

diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna bagi PT SUCACO Tbk sebagai

informasi atau perbaikan untuk perencanaan produksi yang lebih baik.

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

4

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

PT. SUCACO Tbk merupakan satu industri yang menghasilkan produk –

produk kabel dengan berbagai jenis spesifikasi. Salah satu produk kabel yang

dihasilkan di PT. SUCACO Tbk adalah Telephone Cable. Telephone Cable

mempunyai 3 jenis produk yaitu Indoor Cable (Kabel telepon rumah), Duct Cable

(Kabel telepon dalam tanah), dan Aerial Cable (Kabel telepon di udara).

Permasalahan teridentifikasi pada jenis produk Indoor Cable, dimana Indoor Cable

terdiri dari 5 jenis yaitu 10 pair, 20 pair, 30 pair, 40 pair dan 50 pair. Secara umum

proses produksi pada Indoor Cable terdiri atas 5 proses produksi yaitu proses

drawing/insulation, proses quadding, proses cabling, proses wrapping, dan proses

sheating. Masing-masing proses ini saling berkaitan membentuk suatu lini produksi

dan memiliki jenis mesin yang berbeda-beda sesuai dengan kegiatan produksinya.

Untuk proses produksi drawing/insulation menggunakan jenis mesin TEX 5000MB,

proses quadding menggunakan mesin TQD 500TH, proses cabling menggunakan

mesin TDT 16TA, proses wrapping menggunakan mesin TTP 2,5CA, dan proses

sheating menggunakan mesin TEX 120NC.

Dalam kegiatan produksi tentunya terdapat faktor – faktor yang

mempengaruhi produk yang tidak sesuai dengan karakteristik mutunya sehingga pada

saat pengendalian kualitas, produk yang dihasilkan memiliki kuantitas kecacatan

yang meningkat. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kecacatan yang

menyebabkan insulation resistant (IR) rendah pada produk Indoor Cable adalah

faktor mesin. Dimana ukuran setting mesin yang digunakan sangat mempengaruhi

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

5

kecacatan pada produk yang dihasilkan. Oleh karena itu keakuratan pada

penyettingan mesin yang tepat harus diperhatikan lebih teliti lagi.

Karena sebagian besar proses produksi dilakukan dengan menggunakan

tenaga mesin, maka faktor pemeliharaan mesin merupakan salah satu hal yang sangat

penting untuk diperhatikan, sebab akan berpengaruh terhadap kelancaran proses

produksi secara keseluruhan. Oleh karena itu tidak dapat dipungkiri bahwa

maintenance merupakan salah satu bagian pada perusahaan yang memiliki peran

yang sangat penting. Sedangkan pada kenyataannya, kegiatan maintenance yang

dilakukan pada perusahaan, hanya sebatas kegiatan perbaikan pada mesin yang

mengalami kerusakan saja. Tentu saja hal ini akan berdampak pada terhentinya

proses produksi secara keseluruhan serta dapat juga menyebabkan kecacatan pada

produk. Tingginya frekuensi breakdown mesin menjadi perhatian khusus bagi

departemen maintenance untuk mencari solusi pemeliharaan mesin yang lebih baik

dengan melakukan tindakan preventive maintenance sehingga perusahaan dapat

mencegah atau meminimalisasi kemungkinan terjadinya kerusakan mesin

(breakdown) sewaktu proses produksi berlangsung.

Selain penerapan preventive maintenance yang teratur, diperlukan juga suatu

sistem persediaan (teknik lotting) atau inventory dari komponen dari mesin tersebut

agar pada saat mesin tersebut mengalami pergantian komponen, komponen telah

tersedia dan siap pakai. Selain itu teknik lotting untuk menentukan persediaan

komponen sebaiknya menggunakan teknik lotting yang optimum sehingga biaya yang

dikeluarkan oleh pihak perusahaan minimum.

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

6

Banyaknya produk indoor Cable yang dihasilkan pada PT.SUCACO Tbk

tentunya dibutuhkan suatu strategi penjadwalan dalam produksi yang baik karena

waktu produksi serta kuantitas pemesanan pada setiap jenis kabel berbeda – beda.

Penjadwalan pada proses produksi ini bertujuan untuk meminimasi total waktu

penyelesaian seluruh produk pada proses produksi.

Dari permasalahan pada PT.SUCACO Tbk yang telah diidentifikasi, maka dapat

dirumuskan sebagai berikut:

• Faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi proses permesinan pembuatan

selubung pada indoor cable 10 pair dengan material Polyvinyl Chloride (PVC) ?

• Berapa nilai kombinasi setting mesin yang paling optimal dari faktor - faktor yang

mempengaruhi proses permesinan pembuatan selubung pada indoor cable 10 pair

dengan material Polyvinyl Chloride (PVC) ?

• Bagaimana proporsi jumlah produk Indoor Cable 10 pair yang memiliki

insulation resistant (IR) rendah sebelum penerapan setting optimal dibandingkan

dengan setelah penerapan setting optimal ?

• Berapa besarnya biaya kerugian serta penghematan biaya yang dialami PT

SUCACO Tbk sebelum percobaan dibandingkan dengan setelah percobaan ?

• Mesin apa yang tergolong sebagai mesin yang memiliki tingkat breakdown paling

sering pada lini produksi indoor cable ?

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

7

• Komponen apa yang tergolong sebagai komponen kritis pada mesin kritis

berdasarkan prinsip pareto ?

• Apa jenis distribusi komponen kritis yang didapatkan dari perhitungan data waktu

kerusakan (TTF) berdasarkan data historis periode waktu bulan September 2008 –

bulan Februari 2009 ?

• Berapa waktu antar kerusakan (MTTF) pada komponen kritis ?

• Berapa waktu perbaikan rata-rata (MTTR) pada komponen kritis ?

• Berapa % peningkatan reliability untuk komponen kritis dengan adanya

penerapan preventive maintenance ?

• Berapa % penghematan biaya (cost saving) untuk komponen kritis dengan adanya

penerapan preventive maintenance ?

• Apa yang menjadi akar penyebab terjadinya breakdown berdasarkan analisa RCA

(Root Cause Analysis) ?

• Berapa hasil estimasi frekuensi breakdown (bulan Maret 2009 – bulan Agustus

2009) untuk komponen kritis?

• Berapa ukuran lot pemesanan dan total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk

komponen kritis pada 6 periode ke depan (bulan Maret 2009 – bulan Agustus

2009) ?

• Bagaimana urutan job yang harus dikerjakan untuk memenuhi pesanan dan total

waktu penyelesaian seluruh job (makespan)?

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

8

1.3 Ruang Lingkup

Dalam menyelesaikan perumusan masalah diatas, adapun metode

penyelesaian yang dibahas adalah masalah minimasi produk cacat dengan

menggunakan metode Taguchi, masalah pemeliharaan mesin dengan menggunakan

metode Preventive Maintenance, masalah pemesanan suku cadang komponen dengan

menggunakan metode teknik lotting Wagner Within, masalah penjadwalan mesin

dengan menggunakan metode Gupta.

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan memiliki arah dan

tujuan yang lebih jelas dalam melakukan pembahasan skripsi ini, maka ruang lingkup

untuk pembahasan skripsi ini dibatasi pada :

• Observasi dilakukan pada mesin-mesin di lini produksi indoor cable.

• Untuk minimasi produk cacat, difokuskan pada jenis indoor cable 10 pair pada

proses permesinan sheating, dimana pada jenis kabel dan proses permesinan

tersebut, produk kabel cacat (memiliki IR rendah) paling banyak dihasilkan.

• Data breakdown dan downtime mesin dan komponen merupakan data breakdown

dan downtime bulan September 2008 – bulan Februari 2009.

• Untuk pembahasan selanjutnya hanya dilakukan untuk mesin dan komponen yang

tergolong kritis.

• Data downtime hanya pada saat mesin berhenti beroperasi saja (rusak), tidak

termasuk pada saat setting.

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

9

• Tidak membahas mengenai kemungkinan terjadinya faktor kelalaian manusia

(Human Error) saat pengoperasian mesin berlangsung pada masa yang akan

datang.

• Data permintaan untuk pemesanan suku cadang komponen kritis merupakan data

estimasi breakdown dengan simulasi Monte Carlo bulan Maret 2009 - bulan

Agustus 2009.

• Untuk penjadwalan mesin, terdiri dari 5 mesin produksi dengan produk indoor

cable 10 pair, 20 pair, 30 pair, 40 pair, 50 pair sebagai job-nya, dengan kriteria

minimum makespan (total waktu penyelesaian seluruh job dengan waktu yang

minimum).

1.4 Tujuan dan Manfaat

1.4.1 Tujuan

Tujuan dari pembahasan skripsi ini adalah :

• Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi proses permesinan

pembuatan selubung pada indoor cable 10 pair dengan material PVC.

• Untuk mengetahui nilai kombinasi setting mesin yang paling optimal dari

faktor-faktor yang mempengaruhi proses permesinan pembuatan selubung

pada indoor cable 10 pair dengan material PVC.

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

10

• Untuk mengetahui proporsi jumlah produk indoor cable 10 pair yang

memiliki IR (Insulation Resistant) rendah sebelum penerapan setting

optimal dibandingkan dengan setelah penerapan setting optimal.

• Untuk mengetahui besarnya kerugian serta penghematan biaya yang

dialami PT SUCACO Tbk sebelum percobaan dibandingkan dengan

setelah percobaan.

• Untuk mengetahui mesin yang memiliki tingkat breakdown paling sering

pada lini produksi indoor cable.

• Untuk mengetahui komponen yang tergolong sebagai komponen kritis

pada mesin kritis berdasarkan prinsip pareto.

• Untuk mengetahui jenis distribusi komponen kritis yang didapatkan dari

perhitungan data waktu kerusakan (TTF) berdasarkan data historis periode

waktu bulan September 2008 – bulan Februari 2009.

• Untuk mengetahui waktu antar kerusakan (MTTF) pada komponen kritis.

• Untuk mengetahui waktu perbaikan rata-rata (MTTR) pada komponen

kritis.

• Untuk mengetahui % peningkatan reliability untuk komponen kritis

dengan adanya penerapan preventive maintenance.

• Untuk mengetahui % penghematan biaya (cost saving) untuk komponen

kritis dengan adanya penerapan preventive maintenance.

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

11

• Untuk mengetahui yang menjadi akar penyebab terjadinya breakdown

berdasarkan analisa RCA (Root Cause Analysis).

• Untuk mengetahui hasil estimasi frekuensi breakdown (bulan Maret 2009

– bulan Agustus 2009) untuk komponen kritis.

• Untuk mengetahui ukuran lot pemesanan dan total biaya yang dikeluarkan

perusahaan untuk komponen kritis pada 6 periode ke depan (bulan Maret

2009 – bulan Agustus 2009).

• Untuk mengetahui urutan job yang harus dikerjakan untuk memenuhi

pesanan dan mengetahui total waktu penyelesaian seluruh job (makespan).

1.4.2 Manfaat

Manfaat dari pembahasan skripsi ini adalah :

1. Bagi perusahaan

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi PT SUCACO Tbk, sebagai masukan

hasil evaluasi dan analisa pertimbangan dalam membuat kebijakan-

kebijakan di masa mendatang dalam hal minimasi produk cacat yang

berupa kombinasi setting mesin yang paling optimal, sistem pemeliharan

mesin yang berupa preventive maintenance, pemesanan suku cadang

komponen kritis dengan biaya yang paling minimum, penjadwalan mesin

dengan waktu penyelesaian seluruh job yang paling minimum.

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

12

2. Bagi universitas

Penelitian ini dapat menambah daftar pustaka bagi Universitas Bina

Nusantara khusunya jurusan Teknik Industri.

3. Bagi penulis

Penelitian ini berguna untuk menambah pengalaman dan pengetahuan

serta wawasan penulis, sebagai sarana untuk mengaktualisasikan teori dan

ilmu yang didapat selama perkuliahan dengan lingkungan dunia kerja

yang sesungguhnya.

1.5 Gambaran Umum Perusahaan

1.5.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Perseroan didirikan tanggal 9 November 1970 di Jakarta dengan nama PT.

SUPREME CABLE MANUFACTURING & COMMERCE (PT SUCACO Tbk)

berdasarkan akte Notaris Eliza Pondag, No. 9 Notaris di Jakarta yang disahkan oleh

Menteri Kehakiman dengan keputusan No. : J.A.5/104/8 pada tanggal 28 Juli 1971

dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta No. 2230 tanggal 28 Juli

1971 serta dimuat dalam tambahan No. 419 dari berita Negara Republik Indonesia

No. 73 tanggal 10 September 1971, dan perubahan anggaran dalam rangka

memasyarakatkan saham (go public) dilaksanakan dengan akte notaries Ny. Kartini

Mulyadi, SH No. 286 tanggal 31 Mei 1982, yang telah disahkan dengan surat

Keputusan Menteri Kehakiman No. 4.A.5/407/25 tanggal 1 Juni 1982.

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

13

PT SUCACO Tbk menjalankan usahanya dalam rangka Undang-undang No.

6 tahun 1968, Undang-undang No. 12 tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam

Negeri.

Sebelum perusahaan ini didirikan, untuk konsumsi dalam negeri ± 18 tahun

yang lalu di import bermacam-macam kabel listrik dan telekomunikasi. Menyadari

bahwa kebutuhan Indonesia semakin meningkat dan didukung pula oleh ajakan

pemerintah dengan adanya Undang-undang No. 6/1968, maka didirikan Perusahaan

Pabrik Kabel yang terbesar dan pertama pada saat itu, diatas tanah seluas 10 Ha di

daerah Kalideres, Jakarta Barat.

Pada tahun permulaan setelah berdirinya, produksi yang dihasilkan

perusahaan ini terdiri dari kabel-kabel listrik tegangan rendah dan formika. Kemudian

sejalan dengan kemampuan dan pengalaman perusahaan asing terkemuka seperti

antara lain dengan :

The Furukawa Electric Company Ltd. Japan

Sumitomo Electric Industries Ltd. Japan

I.E.S.C New York USA

Maka sejak tahun 1975, PT SUCACO Tbk dapat memproduksi sendiri kabel

telepon, kabel listrik sampai dengan 15 kV (tahun 1976), kabel enamelled (tahun

1977), kabel konduktor aluminium (tahun 1976), dan pada tahun 1981 PT SUCACO

Tbk telah mampu produksi kabel listrik tegangan menengah dan tinggi dengan 77 kV.

Hasil karya ini semata-mata dikerjakan langsung oleh tenaga Indonesia (tidak

terdapat tenaga asing dalam PT SUCACO Tbk sampai saat ini).

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

14

Pada awal pendirian modal perusahaan sebesar Rp 1.000.000.000,00 sesuai

dengan perkembangan maka modal perusahaan pada tahun 1982 menjadi Rp

16.000.000.000,00 setelah go public. Di samping itu dalam menjalankan usahanya,

perusahaan mendapatkan Kredit Modal Kerja dari Bank Dagang Negara. PT

SUCACO Tbk juga mempunyai cabang di Surabaya dan Medan.

Berdasarkan surat keputusan BAPEPAM No. 033/PM/1977 tertanggal 21 Juni

1977, PT SUCACO Tbk melaksanakan penawaran umum saham dengan jumlah

saham 4.800.000 lembar saham seharga Rp 4.800.000.000,00 (saham per lembar Rp

1.000,00) dengan perbandingan persentase kepemilikan pemegang saham lama

dengan nilai nominal Rp 4.800.000.000,00 (3%).

Dalam rangka mengembangkan perusahaan, juga diadakan joint venture

bersama perusahaan Jepang mendirikan Pabrik Copper Rod dengan nama PT TMS

(Tembaga Mulia Semanan) pada tahun 1977, dan sejak tahun 1982 telah mendirikan

pula perusahaan Aluminium Rod dengan nama PT SUPREME ALURODIN.

Selain itu, untuk dapat lebih maju dari para pesaingnya (melalui pemanfaatan

teknologi mutakhir serta perencanaan produksi yang seksama), PT SUCACO Tbk

telah menjalin hubungan kerja sama teknologi dengan perusahaan asing lainnya yang

antara lain dari :

Amerika, General Electric, Western, USS Stell, Duppont

Jepang, Kuhara, Hamana, Showa, Nissin Denki

Korea Selatan, Taihan

Jerman, Kabelmetal, Siemens, Rosendhal, AEG, Krupp

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

15

Inggris, AEI, Babcock

Prancis, Pourtier, Brondel, Pechinery

Switzerland, Maillefer, Cortaloid

Italy, OM Lesmo

Finlandia, Nokia

Taiwan, Pan Pioneer

Saat ini, PT SUCACO Tbk telah menjadi mitra bisnis yang andal di industri

kabel. Lebih dari itu, PT SUCACO Tbk juga merupakan perusahaan dengan posisi

keuangan yang sehat yang mampu memberikan sumbangan bagi pembangunan

infrastruktur nasional dengan reputasi internasional.

1.5.2 Lokasi Perusahaan

Adapun kantor pusatnya pada saat ini terletak pada Jalan Kebon Sirih No. 71,

Jakarta Pusat. Sedangkan pabriknya terletak di berbagai plant, diantaranya :

Plant Daan Mogot

Plant Daan Mogot merupakan pabrik terbesar yang memproduksi kabel. Pabrik

ini terletak di Jl. Daan Mogot Km 16 Cengkareng, Jakarta 11850. PO Box 6501

JKT 11065. Berdiri di areal tanah seluas 10 Ha dan didukung oleh ± 937

karyawan.

Di Plant ini diproduksi berbagai macam kabel, diantaranya :

o Low Voltage Power Cable

o Telecommunication Cable

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

16

o Medium and High Voltage Cable

o Enamelled Wire

Plant Bekasi

Plant ini terletak di Jl. Raya Perjuangan Km 2, Kel. Harapan Jaya, Bekasi Utara.

Pada Plant Bekasi, PT SUCACO Tbk memproduksi enameled wire untuk

transformator dan keperluan peralatan elektrik lainnya. Di Plant ini juga

memproduksi Polyviny Formal Copper, Polyster Copper, Polyster-imide Copper,

Tolyurethane Copper.

Plant Cikarang

Plant ini terletak di Jl. Raya Cikarang, Cibarusah Km 7.5 No. 20A, Pasir Koci,

Kec. Cikarang Selatan, Bekasi. Plant ini berdiri sejak tahun 2003 yang khusus

memproduksi kabel-kabel ukuran kecil (small cable) dengan ukuran 2 pairs dan

Telecommunication Cable.

1.5.3 Visi dan Misi Perusahaan

PT SUCACO Tbk sangat menyadari pentingnya pernyataan visi dan misi

perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, PT

SUCACO Tbk telah mencanangkan visi dan misi perusahaan sebagai berikut :

1.5.3.1 Visi Perusahaan

“Menjadi Perusahaan terkemuka di Asia Tenggara dengan reputasi dan

keandalan global”

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

17

1.5.3.2 Misi Perusahaan

Mencapai kinerja terbaik diantara produsen sejenis di Indonesia dalam hal

keandalan produk, pangsa pasar, dan profitabilitas.

Memiliki kemampuan operasional dan daya saing yang kuat dalam melayani

pasar internasional atau bebas.

Menjadi bagian dari usaha-usaha untuk membantu meningkatkan kualitas hidup

masyarakat.

1.5.4 Kebijakan dan Sasaran Perusahaan Tahun 2009

1.5.4.1 Kebijakan Perusahaan

Mencapai tingkat penjualan dan profibilitas yang terbesar pada industri sejenis di

Indonesia.

Selalu menjaga tingkat standar dan komitmen yang tinggi dalam :

o Pelayanan terhadap pelanggan

o Perancangan dan pelaksanaan produk, material, maupun proses

o Pemastian mutu dan keandalan produk

o Peningkatan efisiensi

Membentuk karakter sumber daya manusia yang :

o Peduli dan responsif terhadap kepuasan pelanggan

o Peduli terhadap peningkatan efisiensi

o Selalu bekerja dalam kebersamaan demi keunggulan

Page 18: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

18

1.5.4.2 Sasaran Perusahaan Tahun 2009

Mencapai nilai penjualan sebesar Rp 2.47 triliyun atau senilai dengan kandungan

19.000 ton Cu dan 5.000 ton Al

Mencapai laba kotor 15% dan laba usaha 11%

Mencapai ratio waste bahan baku produksi terhadap pemakain bahan baku

maksimum 1,8%

Mencapai ratio terhadap penjualan :

o Untuk inventory finished good maksimum 55%

o Untuk inventory bahan baku maksimum 25%

Mencapai ratio WIP terhadap penjualan maksimum 13%

Mencapai ratio pemakaian bahan baku terhadap standar maksimum 101,4%

Mencapai minimum KAIZEN per karyawan per bulan melalui proses penerapan

RINGKAS, RAPI, dan RESIK

1.5.5 Falsafah Perusahaan

Falsafah perusahaan PT. SUCACO Tbk tertuang dalam LIMA KOMITMEN

DASAR :

1. KOMITMEN TERHADAP PELANGGAN

Memasok produk bermutu secara tepat waktu dan dengan harga yang bersaing

Memberikan pelayanan yang cepat dan profesional

Menyampaikan informasi yang dapat membantu dalam penggunaan produk

Page 19: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

19

Membina dan mempertahankan hubungan yang dilandasi rasa saling

mempercayai

2. KOMITMEN TERHADAP KARYAWAN

Membantu pengembangan pribadi dan profesional setiap karyawan

Memberi penghargaan berdasarkan kinerja dan prestasi

Mengutamakan promosi jabatan dan internal perusahaan

Meningkatkan rasa melu handarbeni (turut memiliki) terhadap perusahaan

3. KOMITMEN TERHADAP PEMEGANG SAHAM

Menjaga dan bertanggung jawab atas aset perusahaan

Menjadikan perusahaan sebagai investasi yang menarik

Mengupayakan tingkat pengembangan usaha yang menguntungkan

Meningkatkan citra perusahaan

4. KOMITMEN TERHADAP REKANAN

Memilih berdasarkan mutu, keandalan, dan harga

Membina rekanan dengan dasar saling menguntungkan untuk kepentingan

jangka panjang

5. KOMITMEN TERHADAP MASYARAKAT

Mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku

Turut membantu perbaikan masyarakat dan lingkungan di sekitar perusahaan

Berpartisipasi dalam pembangunan nasional

Page 20: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

20

1.5.6 Layout PT SUCACO Tbk

Gambar 1.1 Layout PT SUCACO Tbk. Daan Mogot

Sumber : PT SUCACO Tbk

Page 21: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

21

1.5.7 Layout Plant Telephone Cable (TC)

Gambar 1.2 Layout Plant Telephone Cable

Sumber : PT SUCACO Tbk

Page 22: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

22

1.5.8 Manajemen Sumber Daya Manusia

Sistem manajemen merupakan bagian penting pada suatu perusahaan agar

perusahaan tersebut mampu menjalankan perusahaan secara teratur sesuai dengan

struktur organisasinya. Sistem manajemen yang baik akan memperlancar jalannya

usaha dan memudahkan perusahaan untuk dapat mencapai target perusahaan.

1.5.8.1 Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu bagan yang menggambarkan jalur

tanggung jawab pekerjaan dan jalur laporan pertanggungjawaban. Berikut ini adalah

struktur organisasi yang dimiliki oleh PT SUCACO Tbk :

Page 23: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

23

Gambar 1.3 Struktur Organisasi

Sumber : PT SUCACO Tbk

Page 24: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

24

1.5.8.2 Uraian Jabatan

Tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan yang ada pada struktur

organisasi PT. SUCACO adalah :

1. President Director

Uraian jabatan :

Menyusun kebijakan dan peraturan perusahaan

Melakukan pengawasan kepada Vice President Director dan Director

perusahaan

Bertugas memimpin dan bertanggung jawab terhadap kegiatan yang

dilaksanakan atas nama perusahaan di dalam ataupun diluar perusahaan

Mengelola kegiatan operasi perusahaan

2. Vice President Director

Uraian jabatan :

Melakukan pengawasan kepada Director perusahaan

Mengkoordinasi tugas para Director

3. Corporate Secretary

Uraian jabatan :

Mengelola dan menyimpan dokumen-dokumen perusahaan

Menyiapkan dokumen atau persyaratan administrasi perusahaan

Page 25: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

25

4. Sales dan Marketing Director

Uraian jabatan :

Menyusun rencana kerja departemen sales dan marketing

Memimpin, mengawasi, dan mengkoordinasi jalannya kegiatan sales dan

marketing

Menganalisa bersama General Manager tentang perkembangan sales dan

marketing serta menentukan strategi perusahaan berdasarkan situasi dan

kondisi pasar

5. Power Cable Manufacturing Director

Uraian jabatan :

Menyusun rencana kerja untuk produksi power cable

Memimpin, mengawasi, dan mengkoordinasi jalannya kegiatan produksi

power cable

Berperan sebagai representator dan membantu direksi utama untuk

menginspirasikan kepemimpinan dan keteladanan dalam

mengimplementasikan program atau kebijakan direksi utama atau perusahaan

Merumuskan kebijakan direktorat

Melaksanakan review dan evaluasi terhadap sasaran departemen

Menetapkan kebijakan, mengendalikan, dan memimpin Plant Manager atau

GM bagian-bagian atau fungsi terkait dalam program-program pengendalian,

Page 26: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

26

perbaikan dalam hal efisiensi dan peningkatan OEE (Overall Equipment

Effectiveness) dari mesin-mesin dan peralatan produksi

Dibantu oleh Plant Manager atau GM untuk memonitoring dan menetapkan

tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengendalikan dan meminimalisasi

biaya produksi

Melaksanakan upaya-upaya peningkatan kapasitas atau kapabilitas produksi

dan tingkat kapabilitas mutu dengan berlandaskan kebijakan perusahaan

6. Small Cable dan Telephone Cable Manufacturing Director

Uraian jabatan :

Menyusun rencana kerja untuk produksi small cable dan telephone cable

Memimpin,mengawasi, dan mengkoordinasi jalannya kegiatan produksi small

cable dan telephone cable

Berperan sebagai representator dan membantu direksi utama untuk

menginspirasikan kepemimpinan dan keteladanan dalam

mengimplementasikan program atau kebijakan direksi utama atau perusahaan

Merumuskan kebijakan direktorat

Melaksanakan review dan evaluasi terhadap sasaran departemen

Menetapkan kebijakan, mengendalikan, dan memimpin Plant Manager atau

GM bagian-bagian atau fungsi terkait dalam program-program pengendalian,

perbaiakan dalam hal efisiensi dan peningkatan OEE (Overall Equipment

Effectiveness) dari mesin-mesin dan peralatan produksi

Page 27: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

27

Dibantu oleh Plant Manager atau GM untuk memonitoring dan menetapkan

tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengendalikan dan meminimalisasi

biaya produksi

Melaksanakan upaya-upaya peningkatan kapasitas atau kapabilitas produksi

dan tingkat kapabilitas mutu dengan berlandaskan kebijakan perusahaan

7. Enamelled Wire Director

Uraian jabatan :

Menyusun rencana kerja untuk produksi enamelled wire manufacturing

Memimpin,mengawasi, dan mengkoordinasi jalannya kegiatan produksi

enamelled wire manufacturing

Berperan sebagai representator dan membantu direksi utama untuk

menginspirasikan kepemimpinan dan keteladanan dalam

mengimplementasikan program atau kebijakan direksi utama atau perusahaan

Merumuskan kebijakan direktorat

Melaksanakan review dan evaluasi terhadap sasaran departemen

Menetapkan kebijakan, mengendalikan, dan memimpin Plant Manager atau

GM bagian-bagian atau fungsi terkait dalam program-program pengendalian,

perbaikan dalam hal efisiensi dan peningkatan OEE (Overall Equipment

Effectiveness) dari mesin-mesin dan peralatan produksi

Page 28: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

28

Dibantu oleh Plant Manager atau GM untuk memonitoring dan menetapkan

tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengendalikan dan meminimalisasi

biaya produksi

Melaksanakan upaya-upaya peningkatan kapasitas atau kapabilitas produksi

dan tingkat kapabilitas mutu dengan berlandaskan kebijakan preusan

8. Finance dan Accounting Director

Uraian jabatan :

Mengendalikan seluruh aktivitas yang berkaitan dengan keuangan perusahaan

Bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan pengolahan data akuntansi dan

memeriksa kebenaran bukti-bukti transaksi

Melaporkan aktivitas keuangan dalam laporan keuangan

9. HRD dan Supporting Director

Uraian jabatan :

Memimpin, mengawasi, dan mengkoordinasi semua karyawan

Menyusun rencana pelatihan seperti pelatihan keselamatan kerja untuk

karyawan

Page 29: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

29

10. Manager untuk setiap bagian produksi

Uraian jabatan :

Menetapkan, menyetujui rencana pembebanan mesin beserta tanggal

penyerahan produk jadi

Melakukan monitoring dan evaluasi umum atas kesiapan kebutuhan item-item

untuk terlaksananya order produksi, seperti : kesiapan bahan baku, mesin,

operator dan tools

Memimpin pengevaluasian atas pencapaian hasil proses produksi secara

periodik dan memberikan arahan atau strategi pada bawahannya untuk

memastikan penyelesaian tahap order berikutnya

Melakukan koordinasi, analisa, dan evaluasi atas data kinerja mutu produk

hasil proses

Melakukan koordinasi untuk terlaksananya perbaikan

Melaksanakan evaluasi dan analisa atas kinerja waste

Melakukan tindakan dan melaksanakan perbaikan atas kinerja waste produksi

dimensi dan perbaikan bahan

Memastikan bahwa semua investaris perusahaan yang digunakan pada semua

unit kerja yang ada di departemennya terdaftar dengan baik dan jelas

penanggung jawabnya

Menilai dan mengevaluasi atas aktivitas penyediaan fasilitas serta

pemeliharaan keselamatan dan kebersihan lingkungan kerja dengan

menerapkan 5-R

Page 30: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

30

Melakukan pemantauan atas pengaruh proses produksi terhadap keamanan

dan kenyamanan lingkungan.

1.5.8.3 Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja tetap pada PT SUCACO Tbk dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 1.1 Jumlah Tenaga Kerja

Divisi Departemen Jabatan Jumlah Total per

COM DIR GM MGR SPV Staff OPR Divisi

UMUM

General MGMT & COMM 4 6 9 30 3 52

201

MIS (Management Information System) 5 1 1 7 Sales 4 10 6 20 Logistik 5 1 4 10 Personalia DM-GA 1 7 34 42 CSR-Agro 1 4 1 6 PROC. & INV. 2 3 17 22 Finance - Corp.Secr. 4 6 1 11 Accounting 1 4 5 PQA 3 1 4 8 General Utilities 3 15 18

FC-CABLE 13 54 67 67 TC Production TC 18 92 110

PQC - TC 2 5 7 117

LV/BW Production - PE LV 13 114 127

162 Production - BW 7 20 27 PQC LV - BW 3 5 8

MV/HV Production - PE MV 20 136 156 167 PQC - MV 4 7 11

EW Production - PE EW 15 56 71

87 Personalia EW 3 10 13 PIL - EW 2 1 3

IC Production - PQA SC 16 99 115

136 HRD / GASC 1 12 13 PIL - SC 2 6 8

Total 4 6 9 30 148 40 700 937 937 Sumber : PT SUCACO Tbk

Page 31: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

31

Karyawan yang bekerja di PT SUCACO Tbk dibagi menjadi tiga, yaitu

karyawan harian lepas, karyawan kontrak, dan karyawan tetap. Karyawan di sini

adalah karyawan yang telah diterima melalui proses perekrutan tenaga kerja, yaitu

dengan melamar, melakukan physco test, interview dengan bagian HRD (Human

Resource Department), dan interview dengan bagian tertentu (bagian yang akan

ditempati). Sedangkan karyawan tetap adalah karyawan yang telah bekerja di PT.

SUCACO minimal 5 tahun atau karyawan yang menempati posisi manager sampai

director. Karyawan kontrak adalah karyawan yang bekerja dengan sistem kontrak,

yaitu dengan terikat surat perjanjian dengan perusahaan. Jika masa kontrak habis,

karyawan ini memiliki kemungkinan tidak lagi bekerja di perusahaan atau tetap

bekerja bila perusahaan memperpanjang masa kontraknya.

Ada beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi saat penerimaan kerja :

• Tidak tersangkut masalah kriminal.

• Ketika penerimaan berusia minimal 18 tahun.

• Berbadan dan berjiwa sehat.

• Memenuhi persyaratan jabatan ketika penerimaan.

• Tidak terikat sebagai karyawan atau manajemen di perusahaan lain yang dapat

merugikan perusahaan.

• Bersedia menaati peraturan-peraturan atau tata tertib yang berlaku di perusahaan.

Page 32: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

32

1.5.8.4 Pengaturan Jam Kerja

PT SUCACO Tbk memiliki jam kerja yang berbeda antara kantor dan bagian

produksi. Bagian kantor jam kerja dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai pukul 17.00

WIB. Untuk bagian produksi jam kerja diatur berdasarkan shift. Agar lebih jelas

mengenai jam kerja di PT SUCACO Tbk, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.2 Jam Kerja Karyawan

Masuk Pulang Mulai Selesai07.00 16.00 11.00 12.0008.00 17.00 12.00 13.0009.00 18.00 12.00 13.00

shift I 07.00 15.30 11.00 12.00shift II 15.00 23.30 18.00 19.00

(pola 5 hari) shift III 23.00 07.30 02.00 03.00non shift 08.00 16.00 12.00 13.00

shift I 07.00 15.00 11.00 12.00shift II 15.00 23.00 18.00 19.00

(pola 6 hari) shift III 23.00 07.00 02.00 03.00non shift 08.00 13.00

shift I 07.00 12.00(pola 6 hari) shift II 12.00 17.00khusus sabtu shift III 17.00 22.00

Jam Kerja Jam Istirahat

A non shift

C

B

C

Pola Kerja

Sumber : PT SUCACO Tbk

Page 33: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

33

1.5.9 Kegiatan Perusahaan pada Plant Telephone Cable (TC)

1.5.9.1 Proses Produksi

Tahapan proses produksi dari suatu kabel sebenarnya tergantung dari jenis

kabel tersebut. Tetapi pada dasarnya tahapan proses pembuatan sebuah kabel

khususnya pada plant telephone cable untuk produk indoor cable adalah sebagai

berikut :

1. Proses Drawing dan Insulation

Proses Drawing adalah proses reduksi atau penarikan kawat tembaga (copper rod)

dari diameter yang lebih besar menjadi diamneter yang lebih kecil dengan cara

ditarik melalui dies yang disusun berurutan (besar ke kecil). Biasanya dari

diameter 2.47 mm menjadi 0.8 mm, 0.6 mm, 0.4 mm

Gambar 1.4 Proses Drawing

Sumber : PT SUCACO Tbk

Page 34: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

34

Proses Insulation adalah suatu proses ekstrusi untuk mengisolasi suatu tembaga

dengan material PVC. Dalam proses ekstrusi terjadi peleburan material isolasi

dengan cara pemanasan bertahap. Pada proses isolasi, warna, diameter kawat,

thickness isolasi, tergantung atas jenis kabel yang akan ditarik. Warna pokok

terdiri dari white, red, black, yellow, violet. Sedangkan warna pembeda terdiri

dari blue, orange, green, brown, grey. Diameter terdiri dari 0.4 mm, 0.5 mm, 0.6

mm, 0.8 mm.

2. Proses Quadding

Proses Quadding merupakan proses pemilinan kabel dari 4 core yang terdiri dari

3 warna pokok dan 1 warna pembeda menjadi 1 quad (dua pasang).

3. Proses Cabling

Proses Cabling merupakan proses pemilinan dari beberapa sub unit kabel menjadi

1 unit kabel jadi.

Gambar 1.5 Proses Cabling

Sumber : PT SUCACO Tbk

Page 35: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

35

4. Proses Armouring

Proses Armouring merupakan proses pelapisan kabel dengan pita baja yang

digalvanisasi, yang dilakukan secara helikal sehingga bagian kabel tersebut

tertutup. Proses ini bertujuan sebagai pelindung mekanis untuk mencegah

kerusakan kabel secara fisik dari luar.

Gambar 1.6 Proses Armouring

Sumber : PT SUCACO Tbk

5. Proses Sheating

Proses Sheating merupakan proses pembuatan selubung pada kabel jadi dengan

material PVC.

Gambar 1.7 Proses Sheating

Sumber : PT SUCACO Tbk

Page 36: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

36

1.5.9.2 Pengendalian Kualitas

Pelaksanaan TQC (Total Quality Control) di PT SUCACO Tbk diatur dengan

program dan jadwal kerja tertentu untuk mencapai hasil yang baik. Cara yang

ditempuh adalah dengan proses face to face, yaitu dengan berdiskusi mengenai semua

permasalahan di setiap bidang untuk mencari jalan keluar secara bersama-sama. Face

to face menyelenggarakan komunikasi dua arah antara PT SUCACO Tbk dengan

karyawannya, sehingga hal inilah yang dianggap paling efektif. Langkah

menyelenggarakan komunikasi 2 arah ini seperti diuraikan diatas telah mendapat

sambutan yang sangat memuaskan dari semua karyawan di semua tingkat, terutama

karena merasa telah dihargai sebagaimana mestinya dan turut berperan secara nyata

menentukan kebijaksanaan managemen dalam memajukan pelbagai bidang tugas dan

karenanya dilain pihak, perusahaan pun secara nyata mendapat manfaat dari padanya.

Sampai saat ini PT.SUCACO Tbk telah melaksanakan 3 kali konvensi GKM dan

mempunyai lebih 60 buah GKM (Gugus Kendali Mutu).

Kebijakan mutu PT SUCACO Tbk diterapkan dengan selalu menjaga tingkat

standar dan komitmen yang tinggi dalam:

Pelayanan terhadap pelanggan

Perancangan dan pelaksanaan produk, material maupun proses

Pemastian mutu dan keandalan produk

Peningkatan efisiensi

Page 37: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

37

Membentuk karakter sumber daya manusia yang :

Peduli dan responsif terhadap kepuasan pelanggan

Peduli terhadap peningkatan efisiensi

Selalu bekerja dalam kebersamaan demi keunggulan

Diperolehnya sertifikat ISO 9002 pada tahun 1994, ISO 9001 pada tahun 1997

dan ISO 9001:2000 pada tahun 2003 dari SGS Yarsley International Certification

Services Ltd., membuktikan komitmen dan dedikasi PT SUCACO Tbk terhadap

mutu.

Hasil produksi dari PT SUCACO Tbk ini telah memenuhi berbagai standar

nasional maupun internasional, seperti SNI, SPLN, SII, STEL-K, IEC, ICEA/NEMA,

JIS, BS, AS, REA, dan lain-lain.

Quality Control itu sendiri dalam penerapannya dilakukan bersamaan dengan

proses inspeksi. Inspeksi ini disertai pula dengan proses pengujian. Inspeksi yang

dilakukan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu pengujian bahan baku (Material Testing),

Process Control, Intermedite Testing dan pengujian final (Final Testing). Quality

Assurance Plan (QAP) memuat semua jenis inspeksi yang akan dilakukan.

PT SUCACO Tbk memiliki bagian Product Design and Quality Assurance

(PQA) yang terdiri atas desain, development, QA test (bagian lab/pengujian). QA Test

terdiri atas 2 laboratorium yaitu Quality Control I (QC I) dan Quality Control II (QC

II). Kedua laboratorium tersebut bertugas untu menguji apakah produk telah

memenuhi standar yang telah ditetapkan PQA atau tidak. Perbedaannya adalah QC I

Page 38: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

38

menguji bahan mentah dan WIP sedangkan QC II menguji produk jadi (inspeksi

final).

Inspeksi Bahan Baku

Inspeksi ini bertujuan untuk menjamin kualitas bahan baku yang diterima oleh

pemasok. Hal ini dilakukan sebelum bahan baku dikirim ke bagian produksi.

Prosedur ini menjelaskan proses penerimaan bahan baku dari pemasok dan

pemeriksaan kualitas bahan baku yang akan dipergunakan untuk proses produksi.

Proses ini dimulai pada saat pemasok mengirim sampel bahan baku. Apabila

bahan baku contoh yang dikirim tersebut tidak lulus pengujian maka pembelian

tersebut dibatalkan. Sebaliknya, jika bahan baku tersebut lulus pengujian maka

pembelian atas bahan baku tersebut dilanjutkan. Langkah selanjutnya setelah

pengujian sampel, QC I melakukan pengujian terhadap bahan baku tersebut.

Inspeksi dilakukan dengan metode sampling. Pengambilan sampel mengikuti

ketentuan yang telah ditetapkan oleh PQA.

Ada jenis bahan baku kabel yang harus tetap dalam keadaan steril pada saat

proses produksi dimulai, dengan kata lain belum dibuka sama sekali. Kabel

dengan jenis seperti ini tidak wajib untuk melewati material testing. Alasan lain

adalah keterbatasan jenis alat yang tersedia di laboratorium. Inversi dilakukan

dalam bentuk pengamatan dan pengujian. Tiap material umumnya dilakukan

pengujian laboratorium dan inspeksi kemasan. Berbagai pengujian akan dilakukan

Page 39: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

39

pada suatu jenis material yang digunakan. Hasil pengujian tersebut harus

memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh PQA.

Umumnya pengujian material berupa :

1. Tensile Strength

Tensile Strength (TS) merupakan jumlah stress/tegangan maksimum yang

dapat diberikan pada suatu material tersebut berhenti bersifat elastis. Jika

diberi tekanan lagi maka material tersebut akan menjadi plastis (tidak dapat

kembali ke bentuk semula) atau bahkan putus.

2. Elongasi

Elongasi merupakan sifat mekanisme material. Elongasi adalah perpanjangan

permanen setelah mencapai keadaan plastis. Elongasi merupakan gambaran

sederhana dari kelenturan material.

3. Densitas

Densitas adalah jumlah massa dalam volume tertentu. Jika massa adalah

jumlah ”sesuatu” dalam suatu objek, maka densitas adalah seberapa erat

”sesuatu” itu berkaitan dalam objek tersebut.

4. Konduktivitas dan Resistivitas

Konduktivitas dan Resistivitas merupakan data dua sifat elektis yang penting

dari suatu bahan baku kabel. Konduktivitas mewakili kemampuan material

untuk menghantarkan listrik, sedangkan resistivitas merupakan ketahanan

material terhadap aliran listrik tersebut yang menyebabkan perubahan energi

listrik menjadi panas atau bentuk energi lainnya.

Page 40: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

40

5. Swelling heigth

Ketinggian pembengkakan (swelling heigth) digunakan untuk mengukur

kemampuan material untuk menyerap air. Pengujian dilakukan dengan

meneteskan atau memberikan air pada sampel kemudian mengukur

pertambahan ketinggian atau ketebalan yang terjadi pada sampel tersebut.

Namun, perusahaan tidak melakukan pengujian ini karena tidak memiliki alat

untuk mengukur swelling heigth tersebut.

6. Kekuatan Dielektrik

Pengujian kekuatan dielektrik dilakukan untuk mengetahui daya tembus suatu

material plastik seperti PVC, PE/Polyester terhadap tegangan tertentu.

Pengujian dilakukan dengan mengalirkan tegangan (B) hingga terjadi

hubungan singkat pada sampel. Selanjutnya, dengan menghitung ketebalan

sampel (T), kekuatan dielektrik dapat diketahui dengan B/T.

Inspeksi Intermediate

Pengendalian kualitas yang berlangsung pada saat proses produksi disebut dengan

inspeksi intermediate. Intermediate Testing (IT) merupakan pengujian

laboratorium yang dilakukan pada material yang yang telah melewati suatu

proses. Menurut QAP, hasil IT dicatat pada Laboratory Test Record (LRT) atau

Quality Assurance Test Record (QATR).

Pengujian yang dilakukan pada hasil stranding (konduktor) akan mendapatkan

nilai diameter, lay pitch, konduktivitas, resistivitas, dan berat konduktor. Nilai

Page 41: BAB 1 PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00454-TI BAB 1.pdf · 1.1 Latar Belakang ... pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi

41

tersebut akan dipertimbangkan apakah masih dalam batas toleransi atau tidak.

Pengujian konduktivitas dan resistivitas sama dengan yang dilakukan pada bahan

baku. Pengukuran diameter dilakukan dengan jangka waktu sorong (vernier

caliper). Pengukuran lay pitch dilakukan dengan meletakkan karbon di atas form

uji, lalu menumpangkan di atas sampel, selanjutnya menekan karbon dengan

pulpen atau pensil secara longitudinal sepanjang pilinan, kemudian memberi

tanda sesuai jumlah pilinan pada form uji tersebut dan mengukur panjangnya.

Menurut QAP, terdapat pula intermediate testing yang didokumentasikan di

Product and Prpcess Record (PPR). Namun, inspeksi seperti ini lebih sering

disebut process control. Process control merupakan inspeksi yang dilakukan saat

atau setelah material melalui suatu proses dilantai produksi. Inspeksi dilakukan

oleh operator mesin sendiri.

Inspeksi Final

Produk yang sudah jadi, sebelum dipasarkan adakan dilakukan inpeksi yang

dikenal dengan inspeksi final. Pengujian final ini akan menguji semua bagian dari

produk. Hal ini dilakukan agar semua produk jadi memenuhi standar kualitas

yang diminta pelanggan. Pengujian final ada dua jenis yaitu pengujian sampel dan

pengujian rutin. Pengujian sampel bertujuan untuk membuat sertifikat sehingga

yang diuji hanya beberapa sampel saja. Pengujian ini hanya diadakan sekali.

Pengujian rutin adalah pengujian berfrekuensi rutin yang dilakukan pada semua

produk jadi.