112
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu unsur keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi. Oleh karena itu pemenuhan pangan dan gizi untuk kesehatan warga negara merupakan investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pengaturan tentang pangan tertuang dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang menyatakan bahwa Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pemenuhan hak atas pangan dicerminkan pada definisi ketahanan pangan yaitu : “kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan”. Kecukupan pangan yang baik mendukung tercapainya status gizi yang baik sehingga akan menghasilkan generasi muda yang berkualitas. Pembangunan pangan dan gizi merupakan sebuah investasi strategis yang akan memberikan dampak dalam jangka panjang bagi peningkatan kualitas dan produktifitas sumberdaya manusia. Pengaruh pangan dan gizi begitu signifikan sehingga pemerintah menetapkan program percepatan pangan dan gizi utamanya BAB 1

BAB 1 PENDAHULUAN - bappeda.tanjungbalaikota.go.id · PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INTERVENSI PEMBANGUNAN 2.1 Situasi Pangan dan Gizi 2.1.1 Situasi Pangan UU No 18 tahun 2012 menyatakan

  • Upload
    lamhanh

  • View
    234

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu unsur keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, memiliki fisik yang

tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Hal ini sangat

ditentukan oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh

jumlah asupan pangan yang dikonsumsi. Oleh karena itu pemenuhan pangan dan

gizi untuk kesehatan warga negara merupakan investasi untuk peningkatan

kualitas sumber daya manusia. Pengaturan tentang pangan tertuang dalam

Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang menyatakan bahwa

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan

pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai

komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Pemenuhan hak atas pangan dicerminkan pada definisi ketahanan pangan

yaitu : “kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan,

yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun

mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan

dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif,

dan produktif secara berkelanjutan”. Kecukupan pangan yang baik mendukung

tercapainya status gizi yang baik sehingga akan menghasilkan generasi muda yang

berkualitas.

Pembangunan pangan dan gizi merupakan sebuah investasi strategis yang

akan memberikan dampak dalam jangka panjang bagi peningkatan kualitas dan

produktifitas sumberdaya manusia. Pengaruh pangan dan gizi begitu signifikan

sehingga pemerintah menetapkan program percepatan pangan dan gizi utamanya

BAB

1

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 2

pada 1000 hari pertama kehidupan (Perpres No. 42 Tahun 2013).

Berkaitan dengan rencana aksi nasional pangan dan gizi 2015-2019,

pendekatan multisektor menjadi pilihan pendekatan yang akan diterapkan.

Meskipun aspek kesehatan menjadi indikator dominan dalam output rencana aksi

pangan dan gizi, proses pencapaian aspek ini sangat membutuhkan dukungan dari

multi sektor yang saling bersinergi dalam program dan pelaksanaannya. Demikian

pula, aspek pemerataan akses pangan dan penggunaan pangan yang aman,

bergizi, dan beragam melalui program yang saling terintegrasi (multisektor)

merupakan perhatian utama agenda internasional dalam Sustainable Development

Goals (SDGs) dengan prinsipnya: “No one leave behind”.

Pembangunan pangan dan gizi secara nasional telah dimulai sejak tahun

2001 dengan program-program yang tersusun sebagai upaya pencapaian tujuan

Pembangunan Milenium (MDGs).Selanjutnya, pembangunan ketahanan pangan

dan gizi saat ini, 2016-2021, melanjutkan trend positif pembangunan pangan dan

gizi dengan pendekatan multisektor. Program-program kesehatan tetap menjadi

leading sector dalam peningkatan status kesehatan masyarakat ditunjang dengan

sinergisme program-program unit kerja lainnya dalam rangka memenuhi sufficient

conditions pencapaian status gizi masyarakat.

1.2 Tujuan Penyusunan RAD-PG

Tujuan umum penyusunan dokumen Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi

(RAD-PG) Multisektor Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019adalah sebagai

panduan yang diacu dan arahan yang diperhatikan bagi OPD, Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah, organisasi non pemerintah, institusi masyarakat dan pelaku lain

untuk berperan serta meningkatkan kontribusinya dalam upaya mewujudkan

ketahanan pangan dan perbaikan gizi di Kota Tanjungbalai.

Berikut tujuan khusus penyusunan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi

(RAD-PG) Multisektor Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019:

1. Meningkatkan pemahaman dan peran seluruh stakeholder dan masyarakat

untuk pemantapan ketahanan pangan dan perbaikan gizi Kota Tanjungbalai;

2. Meningkatkan koordinasi pembangunan ketahanan pangan dan perbaikan

gizi sehingga terjaga keterpaduan mulai dari aspek perencanaan,

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 3

implementasi, dan evaluasi dalam pembangunan pangan dan gizi di Kota

Tanjungbalai;

3. Meningkatkan kemampuan dalam menetapkan prioritas penanganan

masalah pangan dan gizi;

4. Menetapkan pilihan intervensi yang tepat sesuai kebutuhan Kota

Tanjungbalai;

5. Membangun dan mengoptimalkan lembaga pangan dan gizi Kota

Tanjungbalai;

6. Meningkatkan kemampuan dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan

pangan dan gizi di Kota Tanjungbalai.

1.3 Dasar Hukum Penyusunan RAD-PG

Dasar hukum penyusunan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-

PG) Multisektor Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019adalah sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, khususnya Pasal

63 ayat (3) yang menyebutkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah

menyusun rencana aksi Pangan dan Gizi setiap 5 (lima) tahun;

b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya

Pasal 142 ayat (5) yang menyebutkan Pemerintah, pemerintah daerah, dan

masyarakat melakukan upaya untuk mencapai status gizi yang baik;

c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan

dan Gizi, khususnya pasal 1 ayat (1) yang mengatur ketahanan pangan dan

gizi serta Pasal 37 (ayat 1) yang mengatur tentang perbaikan Status Gizi

Masyarakat;

e. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional

Percepatan Perbaikan Gizi;

f. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019;

g. Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tanjungbalai Tahun 2016-2021.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 4

PANGAN DAN GIZI

SEBAGAI INTERVENSI

PEMBANGUNAN

2.1 Situasi Pangan dan Gizi

2.1.1 Situasi Pangan

UU No 18 tahun 2012 menyatakan bahwa Negara berkewajiban

mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi Pangan

yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional

maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumber

daya, kelembagaan, dan budaya lokal.

Menurut UU no 18 Tahun 2012 Pasal 4, Penyelenggaraan Pangan

bertujuan untuk (1) meningkatkan kemampuan memproduksi Pangan secara

mandiri; (2) menyediakan Pangan yang beraneka ragam dan memenuhi

persyaratan keamanan, mutu, dan Gizi bagi konsumsi masyarakat; (3)

mewujudkan tingkat kecukupan Pangan, terutama Pangan Pokok dengan harga

yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat; (4)

mempermudah atau meningkatkan akses Pangan bagi masyarakat, terutama

masyarakat rawan Pangan dan Gizi; (5) meningkatkan nilai tambah dan daya

saing komoditas Pangan di pasar dalam negeri dan luar negeri; (6) meningkatkan

pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang Pangan yang aman, bermutu, dan

bergizi bagi konsumsi masyarakat; (7) meningkatkan kesejahteraan bagi Petani,

Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Pelaku Usaha Pangan; dan (8) melindungi dan

mengembangkan kekayaan sumberdaya Pangan nasional.

Tujuan pertama penyelenggaraan pangan adalah penyediaan pangan bagi

BAB

2

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 5

masyarakat. Adapun situasi pangan Kota Tanjungbalai dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Ketersediaan Energi dan Protein

Ketersediaan pangan merupakan aspek penting dalam mewujudkan

ketahanan pangan. Penyediaan pangan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

pangan bagi masyarakat, rumah tangga dan perseorangan secara berkelanjutan.

Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan meningkatkan kuantitas

serta kualitas konsumsi pangan, diperlukan target pencapaian angka

ketersediaan pangan per kapita per tahun sesuai dengan angka kecukupan

gizinya. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII Tahun 2004

merekomendasikan kriteria ketersediaan energi ditetapkan minimal 2200

kkal/kapita/hari untuk energi dan minimal 57 gram/kapita/hari untuk protein.

Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari 3 sumber, yaitu: 1)produksi

dalam negeri; 2) pemasokan pangan; 3) pengelolaan cadangan pangan.

Ketersediaan pangan dapat diamati pada berbagai tingkatan mencakup rumah

tangga,regional (kab/kota,provinsi)dan nasional. Penyediaan pangan yang

sesuai dengan kebutuhan gizipenduduk baik jumlah maupun mutunya

merupakan harapan setiap upaya pemenuhan kebutuhan pangan.

Tabel 2.1

Ketersediaan Energi dan Protein Penduduk Kota Tanjungbalai

Tahun 2014 -2015

No Tahun Uraian Proporsi

Nabati

Proporsi

Hewani Total

1 2014

Energi kkal/kap/hr

% 74,1 385,9 460,0

Protein kkal/kap/hr

% 15,1 65,6 80,7

2 2015

Energi kkal/kap/hr

% 76,2 380,2 456,4

Protein kkal/kap/hr

% 15,2 69,2 84,4 Sumber: Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai, 2016

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 6

Berdasarkan gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa ketersediaan energi di

Kota Tanjungbalai pada tahun 2014 sebesar460 kkal/kap/hr berada dibawah

kriteria energi minimal 2.200 kkal/kap/hr yangdirekomendasi WNPG VIII

Tahun 2004. Untuk tahun 2015 ketersediaan energi sebesar 456,4 kkal/kap/hr,

terjadi penurunan ketersediaan energi, hal ini disebabkan karena adanya

penurunan produksi beberapa komoditas pangan sumber energi di Kota

Tanjungbalai.

Gambar 2.1

Perkembangan Ketersediaan Energi (Kkal/kap/hr)

Tahun 2014-2015 di Kota Tanjungbalai

Sumber : Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai, 2016

Untuk protein, berdasarkan gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa tingkat

ketersediaan protein di Kota Tanjungbalai pada tahun 2014 sebesar 80,7 gr/kap/hr

melebihi rekomendasi angka kecukupan gizi WNPG VIII Tahun 2004 sebesar 57

gr/kap/hr. Tahun 2015 terjadi peningkatan ketersediaan protein sebesar 84,4

gr/kap/hr, hal ini disebabkan karena adanya peningkatan produksi beberapa

komoditas pangan sumber protein di Kota Tanjungbalai.

74,1 76,2

385,9 380,2

460 456,4

050

100150200250300350400450500

2014 2015

Ketersediaan Energi (Kkal/kap/hr)

Proporsi Nabati Proporsi Hewani Total

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 7

Gambar 2.2

Perkembangan Ketersediaan Protein (gr/kap/hr)

Tahun 2014-2015 di Kota Tanjungbalai

Sumber : Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai, 2016

Berdasarkan pedoman umum diversifikasi pangan yang dijadikan sebagai

dasar penyusunan Pola Pangan Harapan (PPH) Nasional maka kelompok pangan

yang dibutuhkan masyarakat meliputi: 1) padi-padian, 2) umbi-umbian, 3) pangan

hewani, 4) kacang-kacangan, 5) sayur dan buah, 6) biji berminyak, 7) lemak dan

minyak, 8) gula serta 9) kebutuhan lainnya seperti mineral.

Kelompok pangan yang dibutuhkan masyarakat yang pertama adalah padi-

padian, di Kota Tanjungbalai terdapat produksi padi sawah dengan irigasi

setengah teknis yang perkembangannya berfluktuasi setiap tahunnya. Lahan

sawah yang ada di Kota Tanjungbalai terdapat pada Kecamatan Datuk Bandar,

Datuk Bandar Timur dan Sei Tualang Raso.

Luas panen padi sawah pada Tahun 2015 mencapai 226 Ha dengan

produksi 1.063 Ton dan produktivitas 47,03 Kw/Ha. Panen padi di Kota

Tanjungbalai terjadi pada bulan Januari sampai Februari dan Agustus sampai

Desember. Gambar 2.2menunjukkan perkembangan produksi padi sawah di Kota

15,1 15,2

65,6 69,2

80,7 84,4

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

2014 2015

Ketersediaan Protein (gr/kap/hr)

Proporsi Nabati Proporsi Hewani Total

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 8

Tanjungbalai (ton) Tahun 2010-2015.

Gambar 2.2

Perkembangan Produksi Padi Sawah di Kota Tanjungbalai (ton)

Tahun 2010-2015

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tanjungbalai, 2016

Ketersediaan pangan adalah kondisi tersedianya pangan dari hasil produksi

dalam negeri dan cadangan pangan nasional serta impor apabila kedua sumber

utama tidak dapat memenuhi kebutuhan, dimana Pemerintah dan Pemerintah

Daerah bertanggungjawab atas ketersediaan pangan di daerah dan pengembangan

produksi pangan lokal di daerah. Penyediaan pangan diwujudkan untuk memenuhi

kebutuhan dan konsumsi pangan bagi masyarakat, rumah tangga dan

perseorangan secara berkelanjutan.

Gambar 2.3 menunjukkan ketersediaan bahan pangan strategis dalam hal ini

padi sawah di Kota Tanjungbalai (ton) dari Tahun 2013-2015.Perkembangan

ketersediaan padi sawah di Kota Tanjungbalai setiap tahunnya mengalami

peningkatan, pada tahun 2013 ketersediaan padi sawah sebesar 2248,8 ton

kemudian meningkat di tahun 2014 sebesar 2797 ton dan untuk tahun 2015

meningkat lagi sebesar 3751,2 ton, hal ini disebabkan oleh peningkatan produksi

padi sawah di Kota Tanjungbalai.

2552

14971134,6 1223,6

657

1063

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Perkembangan Produksi Padi Sawah di Kota

Tanjungbalai (ton) Tahun 2010-2015

Ton

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 9

Gambar 2.3

Ketersediaan Padi Sawah di Kota Tanjungbalai (ton)

Tahun 2013-2015

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tanjungbalai, 2016 (diolah)

Untuk mewujudkan ketersediaan pangan melalui pengembangan pangan

lokal, dimana pemerintah daerah menetapkan jenis pangan lokalnya. Penyediaan

pangan diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan dan konsumsi pangan bagi

masyarakat, rumah tangga dan perseorangan secara berkelanjutan. Produksi

pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah,

membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan/atau mengubah

bentuk pangan.

Untuk mewujudkan ketersediaan pangan melalui produksi pangandalam

negeri dilakukan dengan:

a. Mengembangkan produksi pangan yang bertumpu pada sumber daya,

kelembagaan dan budaya lokal;

b. Mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan;

c. Mengembangkan sarana, prasarana dan teknologi untuk produksi,

penanganan pascapanen, pengolahan dan penyimpanan pangan;

d. Membangun, merehabilitasi dan mengembangkan prasarana produksi pangan;

e. Mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif;

2248,8

2797

3751,2

0

1000

2000

3000

4000

2013 2014 2015

Ketersediaan Padi Sawah di Kota Tanjungbalai (ton)

Tahun 2013-2015

Ton

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 10

f. Membangun kawasan sentra produksi pangan.

Tabel 2.2

Perkembangan Produksi Bahan Pangan Strategis di

Kota Tanjungbalai (ton) Tahun 2013-2015

No Bahan Pangan

Strategis 2013 2014 2015

1 Padi Sawah 1223,6 657 1063

2 Ubi Kayu 493 493 54

3 Jagung 89,7 139 96

4 Kacang Panjang 426,3 533 175

5 Terong 200,1 315 127

6 Bayam 236,9 290 62

7 Cabai 195,7 225 199

8 Sawi 209,8 152 199

9 Kangkung 396,1 231 76

10 Ketimun 384,8 332 209

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tanjungbalai, 2016

Gambar 2.4

Perkembangan Produksi Bahan Pangan Strategis

di Kota Tanjungbalai (ton) Tahun 2013-2015

1223,6493

89,7 426,3 200,1 236,9 195,7 209,8 396,1 384,8

657

493

139

533315 290 225 152

231 332

1063

5496

175127 62 199 199 76 209

0500

100015002000250030003500

Perkembangan Produksi Bahan Pangan Strategis di

Kota Tanjungbalai (ton) Tahun 2013-2015

2013 2014 2015

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 11

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tanjungbalai, 2016

2. Perkembangan Konsumsi Energi dan Protein

Konsumsi pangan, baik secara kuantitas maupun kualitas, harus dipenuhi

agar setiap orang dapat hidup sehat, aktif dan produktif. Gambaran pemenuhan

kuantitas konsumsi pangan diketahui dari tingkat konsumsi energi dan protein

aktual terhadap Angka Kecukupan Gizi/AKG (rekomendasi WNPG Tahun

2004), yaitu Angka Kecukupan Energi (AKE) 2000 kkal/kapita/hari dan Angka

Kecukupan Protein (AKP) sebesar 52 gram/kapita/hari.

Tabel 2.3. Konsumsi Energi dan Protein Penduduk Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2011-2014

Tahun Konsumsi Energi (kkal/kap/hari)

Konsumsi Protein (gr/kap/hari)

2010 1.977,0 56,4 2011 1.993,6 57,6 2012 1.997,2 62,8 2013 1.995,4 55,8 2014 1.998,5 55,3

Sumber : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2016

Grafik 2.4. Konsumsi Energi Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010-2014 (Kkal/kapita/hari)

1.977,00

1.993,60

1.997,20

1.995,40

1.998,50

2010 2011 2012 2013 2014

Konsumsi Energi (Kkal/Kapita/Hari)

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 12

Sumber: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2016 (diolah)

Grafik 2.5. Ketersediaan Energi Penduduk Sumatera Utara Tahun 2011-2014

(gr/kapita/hari) Sumber: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2016 (diolah)

Tahun 2011-2013 konsumsi padi sawah mengalami stagnasi sebesar 108,8

ton namun tahun 2013-2015 mengalami fluktuasi.Gambar 2.6 menunjukkan

perkembangan konsumsi bahan pangan strategis dalam hal ini padi sawah di

Kota Tanjungbalai (ton) dari tahun 2012-2015.

Gambar 2.6

Perkembangan Konsumsi Padi Sawah

Di Kota Tanjungbalai (ton) Tahun 2011-2015

56,457,6

62,8

55,855,3

2010 2011 2012 2013 2014

Konsumsi Protein (gr/Kapita/Hari)

108,8 108,8108,8

128,3126,32

95

100

105

110

115

120

125

130

2011 2012 2013 2014 2015

Perkembangan Konsumsi Padi Sawah di Kota

Tanjungbalai (ton) Tahun 2011-2015

Ton

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 13

Sumber : Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai, 2016

3. Distribusi Pangan dan Harga Pangan

Distribusi pangan merupakan hal yang sangat penting dalam

menyalurkan bahan pangan dari produsen ke konsumen atau masyarakat.

Aspek distribusi pangan dituntut untuk menjawab tantangan atas kesenjangan

produksi dan konsumsi antar daerah dan antar waktu. Permasalahan distribusi

pangan secara fisik masih disebabkan oleh kurang memadainya kondisi sarana

dan prasarana (infrastruktur) di Kota Tanjungbalai. Fasilitas prasarana jalan,

pelabuhan dan sarana angkutan yang kurang memadai menyebabkan biaya

distribusi dari produsen ke konsumen menjadi mahal.

Akses masyarakat terhadap pangan secara umum cukup baik sesuai

dengan tingkat pendapatan masyarakat. Namun bagi masyarakat kurang

mampu, akses terhadap pangan pokok masih mengkhawatirkan karena

kemampuan daya beli yang rendah, meskipun secara fisik pangan tersedia

sampai ke daerah terpencil, namun jika kemampuan daya beli masyarakat

rendah maka akan menghambat untuk memperoleh pangan yang cukup.

Untuk harga pangan yang merupakan unsur paling utama dalam

distribusi, selama periode 2009 s/d 2013, secara umum terjadi kenaikan

walaupun beberapa komoditi terjadi fluktuasi secara tajam, seperti cabai merah

dan daging ayam ras. Kenaikan harga tertinggi terjadi pada komoditi telur

ayam buras dan minyak gorengyaitu 15,53 %dan 13,38 % per tahun.

Sedangkan peningkatan harga terendah terjadi pada komoditi daging ayam ras

yaitu 3,18 % per tahun (keadaan ini masih dapat ditolerir karena masih di

bawah 20 %).

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 14

Grafik 2.7. Perkembangan harga pangan 2009 – 2013 di Sumatera Utara Sumber: Renstra Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2016 (diolah)

4. Perkembangan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Kualitas dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan

aman ditunjukkan dengantingkat skor pola pangan harapan (PPH). PPH atau

desirable dietary pattern diperkenalkan pertama kali oleh FAO-RAPA dalam

pertemuan konsultasi FAO-RAPA di Bangkok pada tahun 1989. PPH

disarankan untuk digunakan bagi setiap negara dikawasan Asia Pasifik yang

dalam penerapannya perlu diadaptasi sesuai pola konsumsi pangan dan

kebutuhan gizi setempat.

PPH berguna (1) sebagai alat atau instrumen perencanaan konsumsi

pangan, ketersediaan pangan dan produksi pangan; (2) sebagai instrumen

evaluasi tingkat pencapaian konsumsi pangan, penyediaan pangan dan

produksi pangan, baik penyediaan dan konsumsi pangan; (3) dapat pula

digunakan sebagai basis pengukuran diversifikasi dan ketahanan pangan; (4)

sebagai pedoman dalam merumuskan kebijakan pangan dan gizi.

PPH sebagai instrumen dan indikator penting dalam perencanaan pangan

dan gizi di suatu wilayah diperlukan informasi tentang pola konsumsi energi

dan konsumsi pangan anjuran dengan mempertimbangkan : (1) pola konsumsi

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

2008

2009

2010

2011

2012

2013

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 15

pangan penduduk saat ini; (2) kebutuhan gizi yang dicerminkan oleh pola

kebutuhan energi (asumsi: dengan makan anekaragam pangan, kebutuhan akan

zat gizi lain akan terpenuhi); (3) mutu gizi makanan yang dicerminkan oleh

kombinasi makanan yang mengandung protein hewani, sayur dan buah; (4)

pertimbangan masalah gizi dan penyakit yang berhubungan dengan gizi; (5)

kecenderungan permintaan (daya beli); (6) kemampuan penyediaan dalam

konteks ekonomi dan wilayah.

Badan Urusan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian dan sektor

terkait serta pakar pangan dan gizi pada tanggal 31 Oktober 2000 menyepakati

penyempurnaan komposisi PPH untuk target perencanaan konsumsi penduduk

pada tingkat nasional di tahun 2020 seperti disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.5

Standar Ideal PPH Nasional Tahun 2020

No Kelompok

Pangan

PPH

FAO

PPH

Nasional

2020 (%)

Kisa-

ran

(%)

Kon-

sumsi

Energi

(Kkal)

Konsumsi

Bahan

Pangan

(gram/kap/ha

ri)

Bobot Skor

1 Padi-

padian 40.0 50.0 40-60 1100 300 0.5 25.0

2 Umbi-

umbian 5.0 6.0 0-8 132 100 0.5 2.5

3 Pangan

hewani 20.0 12.0 5-20 264 150 2.0 24.0

4 Kacang-

kacangan 6.0 5.0 2-10 110 35 2.0 10.0

5 Sayur dan

buah 5.0 6.0 3-8 132 250 5.0 30.0

6 Biji

berminyak 3.0 3.0 0-3 66 10 0.5 1.0

7 Lemak dan

minyak 10.0 10.0 5-15 220 25 0.5 5.0

8 Gula 8.0 5.0 2-8 110 30 0.5 2.5

9 Lainnya 3.0 3.0 0-5 66 - 0.0 0.0

Jumlah 100.0 100.0 100.0 2,200 - - 100.

0

Sumber: Departemen Pertanian, 2001

Masing-masing daerah (kabupaten/kota) mengadaptasi pola ini,

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 16

disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan masing-masing daerah dalam

rangka mendukung pencapaian tujuan dan target pembangunan pangan nasional.

Patut dipahami pula bahwa PPH merupakan komposisi atau pola pangan dalam

bentuk persentase konsumsi energi yang dianjurkan (harapan) untuk hidup sehat,

tanpa memandang apakah pangan tersebut berasal dari produksi lokal (dalam

negeri) atau didatangkan dari negara/daerah lain (impor).

Tabel 2.6

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Berdasarkan Kinerja Pelayanan Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara

Sumber: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2016 (diolah)

Grafik 2.8. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Berdasarkan Kinerja Pelayanan Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara Sumber: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2016.

Pada gambar di atas rasio capaian pola pangan harapan berdasarkan

kinerja pelayanan Badan Ketahanan Pangan sangat fluktuatif. Pada tahun 2010

84,8 87,6 90,3 93 94

78,7 76,382,1 83,6 84,8

92,887,1 90,9 89,8 90,2

0

20

40

60

80

100

2010 2011 2012 2013 2014

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Berdasarkan Kinerja Pelayanan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara

Target Realisasi Rasio Capaian (%)

Tahun Target Realisasi Rasio Capaian (%)

2010 84,8 78,7 92,8 2011 87,6 76,3 87,1 2012 90,3 82,1 90,9 2013 93,0 83,6 89,8 2014 94,0 84,8 90,2

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 17

rasio capaian pola pangan harapan sebesar 92,8 persen dan pada tahun 2014

menurun menjadi 90,2 persen. Namun realisasi capaian PPH mengalami

peningkatan dari tahun 2010 sebesar 78,7 meningkat menjadi 84,4 pada tahun

2014. Namun, belum tercapainya target ditetapkan merupakan tantangan ke

depan.

Skor PPH yang rendah menunjukkan akses dan utilitas pangan yang

cenderung rendah. Secara logis, akses pangan yang rendah dapat bersumber

dari 2 (dua) hal utama yaitu ketersediaan pangan yang rendah dan atau daya

beli yang rendah. Implikasi dari ketersedian yang rendah dan daya beli yang

rendah di sisi lain merupakan representasi dari tingkat ketahanan pangan yang

rendah. Dengan kata lain, daerah tersebut mengalami rawan pangan.

Capaian PPH Provinsi Sumatera Utara dengan capaian PPH nasional

dapat disajikan pada tabel dan gambar berikut ini. Untuk konsumsi pangan

hewani, sayur dan buah, Umbi-umbian, gula dan buah/biji berminyak,

Sumatera Utara memiliki skor yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

nasional. Konsumsi padi-padian dan minyak dan lemak, Sumatera Utara

memiliki skor yang sama dengan nasional. Namun demikian, konsumsi

kacang-kacangan di Sumatera Utara (5,2) lebih rendah dibandingkan nasional

(5,4).

Tabel 2.7

Skor PPH Nasional dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Uraian PPH Nasional PPH Provinsi Sumatera Utara

Padi-padian 25 25 Umbi-umbian 1 1,6 Pangan hewani 16,5 20 Minyak dan Lemak 5 5,0 Buah/Biji Berminyak

0,7 1,0

Kacang-kacangan 5,4 5,2 Gula 1,8 2,4 Sayur dan Buah 20 23,5 Lain-lain 0 0,0

Sumber: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2016 (diolah)

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 18

Grafik 2.9. Perbandingan Skor PPH Nasional dan Provinsi Sumatera Utara Sumber: Badan Ketahanan PanganProvinsi Sumatera Utara, 2016.

5. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Ikan

Perkembangan produksi ikan menurut asal tangkapan di Kota

Tanjungbalai sepanjang tahun 2012 s/d 2016 secara keseluruhan mengalami

peningkatan yang cukup signifikan. Meningkatnya produksi perikanan tangkap

dan budidaya tak lepas dari bantuan pembinaan yang diberikan oleh

Pemerintah Kota Tanjungbalai, baik dalam bentuk pembinaan kelompok

masyarakat pesisir, pemberian bantuan sarana dan prasarana perikanan serta

bantuan alat tangkap kepada nelayan.

Selain penanganan aspek produktivitas perikanan, kebijakan lain yang

juga menjadi prioritas adalah pengawasan sumberdaya laut terdiri dari

penanganan dan penindakan terhadap kasus-kasus pelanggaran, seperti kasus

penangkapan ikan tanpa menggunakan izin penangkapan, penangkapan ikan di

luar areal penangkapan ikan dan kasus penangkapan ikan dengan

menggunakan bahan beracun dan aliran listrik (strum).

25

1

16,5

5

0,7

5,41,8

20

0

25

1,6

20

51

5,22,4

23,5

00

5

10

15

20

25

30

Skor PPH Nasional dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

PPH Nasional PPH Provinsi Sumatera Utara

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 19

Tabel 2.7

Banyaknya Produksi Perikanan menurut Asal Tangkapan (Ton) di

Kota Tanjungbalai, 2012– 2016

No Tahun Laut Perairan

Umum Budidaya Jumlah

1 2012 36.629,00 35,38 43,94 36.708,32

2 2013 31.106,00 33,28 34,30 31.173,58

3 2014 32.849,00 17,57 31,29 32.897,86

4 2015 42.647,99 21,25 243,56 42.912,80

5 2016 33.873,00 17,23 183,56 34.073,79

Sumber: Dinas Perikanan Kota Tanjungbalai, 2016

Gambar 2.8

Produksi Perikanan menurut Asal Tangkapan di

Kota Tanjungbalai (ton) Tahun 2012-2016

Sumber : Dinas Perikanan Kota Tanjungbalai, 2016

43,94 34,30 31,29 243,56 183,5635,38 33,28 17,57 21,25 17,23

36.629,00

31.106,0032.849,00

42.647,99

33.873,00

36.708,32

31.173,5832.897,86

42.912,80

34.073,79

0,00

5.000,00

10.000,00

15.000,00

20.000,00

25.000,00

30.000,00

35.000,00

40.000,00

45.000,00

50.000,00

2012 2013 2014 2015 2016

Produksi Perikanan menurut Asal Tangkapan di

Kota Tanjungbalai (ton) Tahun 2012-2016

Budidaya Perairan Umum Laut Jumlah

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 20

Konsumsi ikan darat dan laut di Kota Tanjungbalai selama Tahun 2012-

2016 mengalami peningkatan. Pada Tahun 2012 konsumsi ikan darat sebesar

2,75 persen, menjadi 4,7 persen pada Tahun 2016. Konsumsi ikan laut pada

Tahun 2012 sebesar 24,6 persen menjadi 37,9persen pada Tahun 2016.

Tabel 2.7

Konsumsi Ikan Perkapita (kg/kapita/thn), 2012-2016

Tahun Konsumsi Ikan Jumlah

Darat Laut

2012 2,75 24,6 27,35

2013 2,9 25,8 28,7

2014 3,12 27,23 30,35

2015 4,5 37,2 41,7

2016 4,7 37,9 42,6

Sumber: Dinas Perikanan Kota Tanjungbalai, 2016

Gambar 2.9

Konsumsi Ikan Perkapita Pertahun di Kota Tanjungbalai

(kg/kapita/tahun) Tahun 2012-2016

Sumber : Dinas Perikanan Kota Tanjungbalai, 2016

2,75 2,9 3,12 4,5 4,7

24,6 25,8 27,23

37,2 37,9

27,35 28,7 30,35

41,7 42,6

0

10

20

30

40

50

2012 2013 2014 2015 2016

Konsumsi Ikan Perkapita Pertahun di Kota Tanjungbalai

(kg/kapita/tahun) Tahun 2012-2016

Darat Laut Jumlah

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 21

6. Perkembangan Keamanan Pangan

Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk

mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain

yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia

serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat

sehingga aman untuk dikonsumsi.

Khusus untuk produk pangan segar hasil pertanian, tuntutan akan adanya

suatu jaminan kepastian produk pertanian bermutu maupun aman menjadi

prioritas utama dalam perdagangan produk-produk pertanian secara luas.

Kondisi tersebut menjadikan kepastian mutu dan keamanan pangan menjadi

salah satu parameter daya saing produk pertanian. Tuntutan jaminan mutu dan

keamanan pangan hasil pertanianperlu diantisipasi dengan sebaik-baiknya agar

tidak menghambat kelancaran produksi maupun pemasaran komoditas pangan

hasil pertanian.

Dinas pangan dan pertanian Kota Tanjungbalai melakukan

pendampingan kepada pelaku produsen yaitu petani/poktan dan gapoktan

untuk meningkatkan pemahamannya terhadap sistem jaminan mutu dan

keamanan pangan serta memfasilitasi menerapkan sistem jaminan mutu untuk

menghasilkan produk hasil pertanian yang aman dan bermutu.Action nya

apa.....

7. Kondisi Rawan Pangan

Kota Tanjungbalai telahmelakukan upaya-upaya penanganan kerawanan

pangan melalui program-program yang disusun oleh Dinas Pangan dan

Pertanian Kota Tanjungbalai. Pada gambar 2.10 rasio capaian penanganan

daerah rawan pangan berdasarkan kinerja Dinas Pangan dan Pertanian Kota

Tanjungbalaimengalami fluktuatif. Pada tahun 2012 rasio capaian sebesar 80,0

persen meningkat menjadi 83,33 persen pada tahun 2016. Rasio capaian

tertinggi terjadi pada tahun 2014-2015 sebesar 100,0 persen, hal ini

menunjukkan bahwa realisasi sudah memenuhi target capaian yaitu 25 orang.

Perlu juga disadari bahwa kerawanan pangan bersifat dinamis dan

memiliki kecenderungan berfluktuasi antar waktu. Kelurahan yang tahan

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 22

pangan pada tahun ini bukan berarti bahwa kelurahan tersebut juga akan tahan

pangan pada tahun berikutnya. Dan terbukti bahwa kelurahan yang rawan

dengan bantuan pemerintah dapat menjadi tahan pangan melalui peningkatan

akses wilayah dan juga program pemberdayaan lainnya.

Tabel 2.8

Penanganan Daerah Rawan Pangan (Kelurahan) Berdasarkan Kinerja

Pelayanan Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai Tahun 2012-2016

Tahun Target Realisasi Rasio Capaian

(%)

2012 25 20 80,0

2013 25 20 80,0

2014 25 25 100,0

2015 25 25 100,0

2016 30 25 83,33 Sumber: Dinas Pangan dan PertanianKota Tanjungbalai, 2016 (diolah)

Gambar 2.10

Penanganan Daerah Rawan Pangan (Kelurahan) Berdasarkan Kinerja

Pelayanan Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai Tahun 2012-2016

Sumber : Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai, 2016

8. Permasalahan Dalam Pembangunan Ketahanan Pangan di Kota

Tanjungbalai

25 25 25 25 3020 20 25 25 25

80 80

100 100

83,33

0

20

40

60

80

100

120

2012 2013 2014 2015 2016

Penanganan Daerah Rawan Pangan (Kelurahan)

Berdasarkan Kinerja Pelayanan Dinas Pangan dan

Pertanian Kota Tanjungbalai Tahun 2012-2016

Target Realisasi Rasio Capaian

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 23

Permasalahan dalam pembangunan ketahanan pangan di Kota

Tanjungbalai (Renstra Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai 2016-

2021) berdasarkan tugas dan fungsi dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Ketersediaan dan Kerawanan Pangan

Dalam upaya melanjutkan pembangunan ketahanan pangan yang

mengarah pada kemandirian pangan, masalah pangan global merupakan

krisis akses pangan yang terkait dengan masih tingginya angka kemiskinan

di dunia khususnya bagi negara-negara miskin dan berkembang, sehingga

apabila tidak diatasi bersama akan mengancam keamanan dunia bahkan

menimbulkan krisis sosial. Krisis pangan global yang melanda dunia saat ini

memang belum memberikan imbas yang relatif besar terhadap Indonesia

umumnya atau Kota Tanjungbalai khususnya. Hal ini disebabkan iklim di

Kota Tanjungbalai masih mendukung produksi pangan, namun ke depannya

kemandirian pangan akan menghadapi tantangan yang cukup serius baik

dari aspek ketersediaan dan kerawanan pangan, distribusi dan akses pangan,

penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan maupun aspek

manajemen ketahanan pangan, swasembada dan swasembada berkelanjutan

harus tetap diperhatikan untuk menjamin ketahanan pangan.

Untuk kebutuhan konsumsi penduduk, Kota Tanjungbalai masih

tergolong surplus tetapi penyiapan pangan sebagai antisipasi penanganan

cadangan pangan haruslah dilakukan. Sangatlah dibutuhkan cadangan

pangan masyarakat dan cadangan pangan pemerintah daerah untuk

antisipasi masalah kekurangan pangan terutama di daerah-daerah kantong

kemiskinan/rawan pangan maupun bencana alam transien. Meskipun

penyediaancadangan pangan adalah salah satu indikator Standart Pelayanan

Minimal (SPM) bidang ketahanan pangan, namun sampai saat ini hanya

beberapa daerah yang mempunyai cadangan pangan di wilayahnya.

Pengelolaan kelembagaan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat

belum berkembang secara optimal. Pembinaan dan pemberdayaan

kemandirian pangan kelurahan rawan pangan dan kelompok masyarakat

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 24

rawan pangan dihadapkan pada kendala sarana infrastruktur serta

kemampuan tenaga pendamping dan penyuluh lapangan, jumlah penduduk

rawan pangan masih cukup besar, meskipun telah menunjukkan tren yang

menurun.

b. Distribusi dan Akses Pangan

Kestabilan harga dan rendahnya efisiensi sistem pemasaran hasil-hasil

pangan pada saat ini merupakan kondisi yang kurang kondusif bagi

produsen maupun konsumen. Hal ini antara lain disebabkan karena

lemahnya disiplin dan penegakan peraturan untuk menjamin sistem

pemasaran yang adil dan bertanggungjawab, terbatasnya fasilitas perangkat

keras maupun lunak untuk membangun transparansi informasi pasar.

Penurunan harga pada saat panen raya cenderung merugikan petani,

sebaliknya pada saat tertentu pada musim paceklik dan hari-hari besar harga

pangan meningkat akan tetapi peningkatan harga tersebut tidak dinikmati

oleh petani produsen. Terbatasnya kelembagaan yang menyediakan

permodalan bagi petani dan prosedur penyaluran yang kurang

mengapresiasikan sifat usahatani dan resiko yang dihadapi, merupakan

kendala bagi berkembangnya usahatani. Kurang memadai sarana dan

prasarana fisik transportasi juga menjadi kendala bagi berkembangnya

industri hulu dan hilir sebagai wahana bagi peningkatan pendapatan petani

dan tingginya biaya tataniaga bahan pangan di beberapa daerah konsumen.

c. Konsumsi, Mutu dan Keamanan Pangan

Dalam mengembangkan produksi bahan pangan dan mengembangkan

diversifikasi pangan harus mengacu pada sumberdaya lokal dan budaya

lokal yang ada dan pola makan yang dianut oleh masyarakat. Kualitas dan

kuantitas konsumsi pangan sebagian besar masyarakat masih rendah, yang

dicirikan pada pola konsumsi pangan yang belum beragam, bergizi

seimbang dan aman. Kondisi tersebut tidak terlepas dari berbagai

permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan penganekaragaman

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 25

konsumsi pangan menuju pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi

seimbang dan aman, antara lain : 1) Keterbatasan kemampuan ekonomi

keluarga; 2) keterbatasan pengetahuan dan kesadaran tentang pangan dan

gizi; 3) adanya kecenderungan penurunan proporsi konsumsi pangan

berbasis sumberdaya lokal; 4) lambatnya perkembangan, penyebaran dan

penyerapan teknologi pengolahan lokal untuk meningkatkan kepraktisan

dalam pengolahan, nilai gizi, nilai ekonomi, nilai sosial, citra dan daya

terima; 5) adanya pengaruh globalisasi industri pangan siap saji yang

berbasis bahan impor, khususnya gandum; 6) adanya pengaruh nilai-nilai

budaya kebiasaan makan yang tidak selaras dengan prinsip konsumsi

pangan beragam, bergizi seimbang dan aman (B2SA).

Hasil pemantauan dan evaluasi menunjukkan bahwa masih banyak

permasalahan yang dihadapi dalam penanganan keamanan pangan, antara

lain : 1) kurangnya pengetahuan dan kepedulian masyarakat produsen dan

konsumen terhadap pentingnya keamanan pangan, terutama produk pangan

segar; 2) masih banyaknya petani belum memahami dan menerapkan cara-

cara budi daya dan produksi pertanian yang baik dan benar; 3) belum

efektifnya penanganan keamanan pangan, karena sistem yang

dikembangkan, SDM dan pedoman masih terbatas; 4) merebaknya

penyalahgunaan bahan kimia berbahaya untuk pangan segar; 5) standar

keamanan pangan untuk buah dan sayuran segar impor belum jelas

diterapkan, sehingga buah impor yang belum terjamin keamanan pangannya

masih mudah masuk ke dalam negeri; 6) belum adanya penerapan sanksi

yang tegas bagi pelanggar hukum dibidang pangan segar; 7) koordinasi

lintas sektor terkait dengan keamanan pangan belum optimal; dan 8) masih

rendahnya kesadaran pihak pegusaha/pengelola pangan untuk menerapkan

peraturan/standar yang telah ada.

2.1.2 Situasi Gizi

1. Balita Pendek/Stunting (TB/U)

Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek atau sangat

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 26

pendek.Stunting terjadi akibat kekurangan gizi dan penyakit berulang

dalam waktu lama pada masa janin hingga 2 (dua) tahun pertama

kehidupan seorang anak.

Stunting disebabkan oleh banyak faktor baikfaktor langsung dan

tak langsung. Faktor langsung ditentukan oleh asupan makanan, berat

badan lahir dan penyakit. Sedangkan faktor tak langsung seperti faktor

ekonomi, budaya, pendidikan dan pekerjaan,fasilitas pelayanan

kesehatan. Faktor sosial ekonomisaling berinteraksi satu dengan yang

lainnya seperti masukan zat gizi, berat badan lahir dan penyakitInfeksi

pada anak.Anak-anak yangmengalami stunting disebabkan kurangnya

asupan makanan dan penyakit yang berulang terutama penyakitinfeksi

yang dapat meningkatkan kebutuhan metabolik serta mengurangi nafsu

makan sehingga berdampak terjadi ketidaknormalan dalam bentuk tubuh

pendek meskipun faktor gen dalam sel menunjukkan potensi untuk

tumbuh normal.

Berdasarkan hasil survey Pemantauan Status Gizi (PSG) dapat

diketahui bahwa masalah gizi balita dibagi kedalam 4 permasalahan

yaitu berdasarkan Berat Badan (BB) yang sangat kurang (gizi buruk),

Berat Badan (BB) kurang (gizi kurang), Berat Badan (BB) lebih dan

Berat Badan (BB) normal (gizi baik).

Prevalensi status gizi balita berdasarkan Tinggi Badan Per Umur

(TB/U) di Kota Tanjungbalai Tahun 2016 menunjukkan angka 1,25

persenuntuk kriterianormal,12,5 persen untuk kriteria pendek dan 86,25

persen untuk kriteria sangat pendek.Untuk kriteria sangat pendek

prevalensi status gizi balita berdasarkan Tinggi Badan per Umur

(TB/U), balita dengan tinggi badan sangat pendek di Kota Tanjungbalai

adalah 86,25 persen/276 orangdari 320balita yang diperiksa. Nilai ini

menunjukkan bahwa status gizi balita berdasarkan Tinggi Badan per

Umur (TB/U), balita dengan tinggi badan sangat pendek untuk Kota

Tanjungbalai masuk dalam kategori buruk.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 27

Tabel 2.9

Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Tinggi Badan per Umur (TB/U)

menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2016

No Kecamatan Puskesmas Status Gizi Berdasarkan Tinggi Badan per Umur (TB/U)

Normal % Pendek % Sangat Pendek %

1 TELUK NIBUNG

Teluk

Nibung 0 0 4 1,25 36 11,25

Sipori-pori 0 0 2 0,63 38 11,87

2 TANJUNGBALAI

UTARA

Kp.

Persatuan 0 0 15 4,69 25 7,81

Kp.Baru 3 0,94 6 1,87 31 9,69

3 SEI TUALANG

RASO

Sei

Tualang

Raso 0 0 2 0,63 38 11,87

4

TANJUNGBALAI

SELATAN

MU

Damanik 0 0 1 0,31 39 12,19

5

DATUK BANDAR

TIMUR

Semula

Jadi 1 0,31 1 0,31 38 11,88

6 DATUK BANDAR Datuk

Bandar 0 0 9 2,81 31 9,69

KOTA

TANJUNGBALAI

4 1,25 40 12,50 276 86,25

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 28

Gambar 2.12

Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan TB/U

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016

2. Balita Gizi Kurang /Underweigh (BB/U)

Prevalensi status gizi balita berdasarkan Berat Badan Per Umur

(BB/U) di Kota Tanjungbalai Tahun 2016 menunjukkan angka 1,56

persen untuk gizi buruk, 8,75 persen untuk gizi kurang, 89,69 persen

untuk gizi baik, 0 persen untuk gizi lebih. Dari semua kriteria masalah

gizi balita di Kota Tanjungbalai mendapat kategori Baik.

Tabel 2.8

Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan per Umur (BB/U)

menurut Kecamatan se – Kota Tanjungbalai Tahun 2016

No Kecamatan Puskesmas Status Gizi Berdasarkan Berat Badan per Umur (BB/U)

Buruk % Kurang % Baik % Lebih %

1 TELUK NIBUNG

Teluk

Nibung 0 0 5 1,56 35 10,94 0 0

Sipori-pori 0 0 2 0,63 38 11,87 0 0

2 TANJUNGBALAI

UTARA

Kp.

Persatuan 0 0 5 1,56 35 10,94 0 0

Kp.Baru 2 0,63 4 1,25 34 10,63 0 0

0 0 00,94

0 0 0,31 01,25 0,63

4,691,87

0,63 0,310,31 2,81

11,25 11,87

7,819,69

11,87 12,19 11,889,69

02468

101214

Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan TB/U

Normal Pendek Sangat Pendek

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 29

3 SEI TUALANG

RASO

Sei

Tualang

Raso 2 0,63 2 0,63 36 11,25 0 0

4

TANJUNGBALAI

SELATAN

MU

Damanik 0 0 1 0,31 39 12,19 0 0

5

DATUK BANDAR

TIMUR

Semula

Jadi 1 0,30 1 0,31 38 11,87 0 0

6 DATUK BANDAR Datuk

Bandar 0 0 8 2,5 32 10 0 0

KOTA

TANJUNGBALAI

5 1,56 28 8,75 287 89,69 0 0

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016

Gambar 2.11

Prevalensi Status Gizi Berdasarkan Berat Badan per Umur (BB/U)

Tahun 2016

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016

3. Balita Sangat Kurus dan Kurus/Wasting (BB/TB)

Klasifikasi status gizi balita berdasarkanberat badan per tinggi

badan (BB/TB) di Kota Tanjungbalai menunjukkan bahwa balita yang

masuk kategori normal untuk BB/TB sebesar 6,88 persen, balita yang

masuk kategorikurusadalah 93,12 persen/298 orang dari total balita yang

0 0 0 0,63 0,63 0 0,3 0

1,560,63

1,56 1,25 0,63 0,31 0,31

2,5

10,9411,87

10,94 10,6311,25

12,19 11,87

10

0

2

4

6

8

10

12

Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan per Umur (BB/U) Tahun 2016

Buruk Kurang Baik

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 30

diperiksa sebanyak 320 orang. Sedangkan di Kota Tanjungbalai tidak

terdapat status gizi balita berdasarkan Berat Badan per Tinggi Badan

(BB/TB) dengan status gizisangat kurus dan gemuk atau obesitas.

Tabel 2.10

Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan per Tinggi Badan

(BB/TB) Kecamatan se – Kota Tanjungbalai Tahun 2016

No Kecamatan Puskesmas

Status Gizi Berdasarkan Berat Badan per Tinggi Badan (BB/TB)

Sangat

Kurus

% Normal % Kurus

% Gemuk %

1 TELUK NIBUNG

Teluk

Nibung 0 0 2 0,63 38 11,88 0 0

Sipori-pori 0 0 2 0,63 38 11,88 0 0

2 TANJUNGBALAI

UTARA

Kp.

Persatuan 0 0 3 0,94 37 11,56 0 0

Kp.Baru 0 0 4 1,25 36 11,25 0 0

3 SEI TUALANG

RASO

Sei

Tualang

Raso

0 0 2 0,63 38 11,88 0 0

4

TANJUNGBALAI

SELATAN

MU

Damanik 0 0 0 0 40 12,5 0 0

5

DATUK BANDAR

TIMUR

Semula

Jadi 0 0 2 0,63 38 11,88 0 0

6 DATUK BANDAR Datuk

Bandar 0 0 7 2,19 33 10,31 0 0

KOTA

TANJUNGBALAI

0 0 22 6,88 298 93,13 0 0

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 31

Gambar 2. 13

Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan BB/TB

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016

4. Kurang Energi Kronis pada Ibu Hamil

Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja

putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang

berlangsung lama atau menahun.Risiko Kekurangan Energi Kronis

(KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai

kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko

KEK bilamana LILA <23,5 cm.

Dari data riskesdas PSG tahun 2016 menunjukkan bahwa Kota

Tanjungbalai memiliki prevalensi KEK Ibu Hamil 3,4% dengan

kategori ukuran LILA dibawah < 23,5 cm.

5. Menyusui ASI Eksklusif

ASI Eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada

bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain,

dari hasil PSG tahun 2016 untuk Kota Tanjungbalai bayi usia 0-6 bulan

yang mendapat ASI Eksklusif sebesar 6,2%.

6. Angka Kematian Bayi (AKB)

Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi (AKB)

0,63 0,63 0,94 1,25 0,63 0 0,632,19

11,88 11,88 11,56 11,25 11,88 12,5 11,8810,31

02468

101214

Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan BB/TB

Normal Kurus

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 32

merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat

kesehatan masyarakat, baik pada tataran provinsi maupun nasional.

Selain itu, program pembangunan kesehatan di Indonesia banyak

menitikberatkan pada upaya penurunan AKB. Angka Kematian Bayi

didapat dari jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran

hingga bayi belum mencapai umur satu tahun per 1000 Kelahiran Hidup.

Pada tahun 2010 terdapat 13 bayi meninggal di bawah satu tahun

dan pada tahun 2011 terjadi kenaikan yang signifikan menjadi 114

kematian bayi. Untuk tahun 2012 terdapat 25 bayi yang meninggal

sebelum usia 1 tahun. Tahun 2013 terjadi 35 kasus kematian bayi dan 49

kasus kematian neonatal. Pada tahun 2014 jumlah kematian bayi

meningkat menjadi 77 kasus. Pada tahun 2015 jumlah kematian bayi di

Kota Tanjungbalai sebanyak 36 kasus, menurun dari tahun 2014.

Peningkatan jumlah kematian bayi menjadi barometer kualitas pelayanan

kesehatan sehingga hal ini harus mendapat perhatian serius dari seluruh

jajaran yang terkait, mengingat program pembangunan kesehatan di

Indonesia banyak menitikberatkan pada upaya penurunan AKB. Hal ini

menunjukkan bahwa cakupan pelayanan kesehatan balita menjadi fokus

perhatian yang harus lebih ditingkatkan ke depan. Sedangkan untuk

Angka Kematian Balita didapat dari jumlah kematian yang terjadi pada

anak di usia 12-59 bulan. Pada tahun 2010 jumlah balita yang meninggal

sebanyak 31 orang. Dari 17.641 jumlah sasaran balita pada tahun 2011,

jumlah balita yang meninggal adalah 128 balita. Sedangkan dengan

jumlah sasaran balita yang sama pada tahun 2012 terdapat 14 orang

balita yang meninggal sebelum usia 59 bulan.

Jumlah kematian anak balita meningkat pada tahun 2013

denganjumlah kematian balita sebesar 52 kasus kematian. Pada tahun

2014 jumlah kematian balita menjadi 18 kasus dan pada tahun 2015

jumlah kematian balita di Kota Tanjungbalai sebanyak 44 kasus.

Gambaran perkembangan kematian bayi dan balita dapat dilihat pada

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 33

tabel dan gambar di bawah ini.

Tabel 2.18.

Jumlah Kematian Bayi dan Balita Kota Tanjungbalai, 2011─2015

No Tahun Jumlah Kematian Bayi Jumlah Kematian Balita

1 2008 31 49

2 2009 25 30

3 2010 13 31

4 2011 114 128

5 2012 25 14

6 2013 35 52

7 2014 77 18

8 2015 36 44 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016

Gambar 2.14

Jumlah Kematian Bayi dan Balita di Kota Tanjungbalai

Tahun 2008-2015

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016

7. Angka Kematian Ibu (AKI)

Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari

indikator Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu

selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh

31 25 13

114

25 35

77

36

4930 31

128

14

52 18

44

0

50

100

150

200

250

300

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah Kematian Bayi dan Balita di Kota

Tanjungbalai Tahun 2008-2015

Jumlah Kematian Bayi Jumlah Kematian Balita

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 34

kehamilan, persalinandan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena

sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh,dll di setiap 100.000

kelahiran hidup.Indikator ini tidak hanya mampu menilai program

kesehatan ibu, terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat,

karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari

sisi aksesibilitas maupun kualitas.

AKI mengacu pada jumlah wanita yang meninggal dari suatu

penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau

penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama

kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah

melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000

kelahiran hidup. AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian

terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan

secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan

melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan

menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.

Gambar 2.14 menjelaskan bahwa angka kematian ibu yang

tertinggi diperoleh pada tahun 2011 yaitu sebanyak 13 orang yang terdiri

dari 3 kasus kematian pada ibu hamil berusia ≥ 35 tahun, 3 kasus

kematian pada ibu bersalin yang juga berusia ≥ 35 tahun dan 3 kasus

terjadi pada ibu nifas (2 kasus yang berusia 20-34 tahun dan 1 kasus

yang berusia ≥ 35 tahun). Pada tahun 2012 jumlah ibu yang meninggal

menurun menjadi hanya 6 orang, 4 orang meninggal pada saat hamil dan

2 orang meninggal pada saat bersalin. Pada tahun 2013 jumlah kematian

ibu meningkat kembali menjadi 10 kasus, diman 3 kasus kematian terjadi

pada ibu hamil, 6 kasus kematian ibu bersalin dan 1 kasus kematian ibu

nifas. Terjadi penurunan jumlah kematian ibu pada tahun 2014 menjadi

hanya 4 kasus yaitu 2 kasus pada ibu bersalin dan 2 kasus kematian ibu

pada masa nifas. Selanjutnya jumlah kematian ibu pada tahun 2015

relatif sama dengan tahun sebelumnya yakni sebanyak 4 orang dengan 1

kasus kematian ibu hamil dan 3 kasus kematian ibu nifas. Hal ini

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 35

menunjukkan bahwa cakupan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan

menyusui semakin membaik.Gambaran perkembangan kematian ibu

dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2. 14

Jumlah Kematian Ibu di Kota Tanjungbalai Tahun 2011-2015

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016

8. Umur Harapan Hidup (UHH)

Umur Harapan Hidup (UHH) digunakan juga untuk menilai derajat

kesehatan dan secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang

adanya peningkatan kualitas hidup masyarakat baik di kabupaten/kota,

provinsi maupun negara. Adanya perbaikan pada pelayanan kesehatan

melalui keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan dapat

diindikasikan dengan adanya peningkatan angka harapan hidup saat

lahir.

Gambar 2.15 menjelaskan perkembangan angka harapan hidup

penduduk Kota Tanjungbalaiyang berfluktuasi setiap tahunnya. Pada

tahun 2013-2014 angka harapan hidup mengalami penurunan signifikan

dari 64,42 tahun menjadi 61,40 tahun. Pada periode 2015 angka

harapan hidup Kota Tanjungbalai sedikit meningkat menjadi 61,90

13

6

10

4 4

0

2

4

6

8

10

12

14

2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah Kematian Ibu di Kota Tanjungbalai Tahun 2011-

2015

Jumlah Kematian Ibu

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 36

tahun. Dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumatera

Utara, Kota Tanjungbalai peringkat kedua terendah menurut Angka

Harapan Hidup. Hal ini tentunya menjadi evaluasi bagi pemerintah

daerah untuk melakukan peningkatan dalam pemeliharaan kesehatan

rakyatnya dengan penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai,

menjaga kecukupan gizi dan kesehatan lingkungan.

Gambar 2. 15

Perkembangan Angka Usia Harapan Hidup Kota Tanjungbalai

Tahun 2011-2015

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016

9. Pelayanan Imunisasi

Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan

imunisasi yaitu Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan.

Desa/kelurahan UCI adalah gambaran suatu desa/kelurahan dimana ≥

80% darijumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut

sudah mendapat imunisasi dasar lengkap.

Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi kepada bayi

umur 0 – 1 tahun (BCG, DPT, Polio, Hepatitis dan Campak), imunisasi

64,37 64,39

64,42

61,4

61,9

59

60

61

62

63

64

65

2011 2012 2013 2014 2015

Perkembangan Angka Usia Harapan Hidup

Kota Tanjungbalai Tahun 2011-2015

Angka Usia Harapan Hidup

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 37

untuk Wanita Usia Subur /Ibu Hamil (TT) dan imunisasi untuk anak SD

(kelas 1: DT dan kelas 2-3: TT), sedangkan kegiatan imunisasi

tambahan dilakukan atas dasar ditemukan masalah seperti Kelurahan

Non UCI, potensial/risti KLB, ditemukan/diduga adanya virus polio liar

atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis. Pencapaian UCI

(Universal Child Immunization) merupakan proksi terhadap cakupan

atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI

dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah

tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi

(herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi (PD3I). Dalam hal ini pemerintah mentargetkan

pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa/kelurahan. Suatu

desa/kelurahan telah mencapai target UCI apabila >80% bayi di

desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi lengkap. Untuk Kota

Tanjungbalai pada tahun 2016 sudah mendapat sertifikat UCI dari

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yang artinya >80% balita

yang tersebar di 31 kelurahan telah mendapat imunisasi lengkap.

2.2 Konsekuensi Pangan dan Gizi bagi Pembangunan

2.2.1. Pergeseran Tren Penyakit

Indonesia menghadapi beban gizi ganda atau double burden malnutrion

yaitu kurang gizi dan overnutrisi. Kurang nutrisi bisa menyebabkan penyakit

seperti anemia, kekurangan vitamin dan gondok. Di sisi lain kelebihan nutrisi

dapat menyebabkan obesitas yang berisiko memicu diabetes, penyakit jantung dan

pembuluh darah. Berdasarkan data WHO kematian akibat penyakit tidak menular

(PTM) menyumbang sekitar 60 % dari seluruh penyebab kematian, dan juga hasil

Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa 60 % kasus kematian di Indonesia

disebabkan oleh penyakit degenerative yaitu stroke, darah tinggi dan diabetes.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) seperti yang dilansir oleh Pusat

Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, kematian akibat Penyakit Tidak

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 38

Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan

terbesar akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua

pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular

seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan diabetes. Dalam jumlah total, pada

tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena penyakit

tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini. Di sisi lain,

kematian akibat penyakit menular seperti malaria, TBC atau penyakit infeksi

lainnya akan menurun, dari 18 juta jiwa saat ini menjadi 16,5 juta jiwa pada tahun

2030. Pada negara-negara menengah dan miskin PTM akan bertanggungjawab

terhadap tiga kali dari tahun hidup yang hilang dan disability (Disability

AdjustedLifeyears=DALYs) dan hampir lima kali dari kematian penyakit

menular, maternal, perinatal dan masalah nutrisi.

Prevalensi PTM berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013

antaralain hipertensi pada penduduk usia 18 tahun ke atas di Indonesia adalah

sebesar25,8%, Penyakit Jantung Koroner (PJK) penduduk usia 18 tahun ke atas

1,5%, gagal jantung 0,3%, gagal ginjal kronik 0,2%, batu ginjal 0,6%, rematik

24,7%, stroke 12,1%, cedera semua umur 8,2%, asma 4,5%, Penyakit Paru

Obstruksi Kronis (PPOK) penduduk usia 30 tahun ke atas 3,8%, kanker 1,8%,

diabetes mellitus 2,1%, hipertiroidpada penduduk usia 15 tahun ke atas

berdasarkan diagnosa 0,4% dan cedera akibat transportasi darat net 47,7%.

Pada sisi lain, di Indonesia terjadi kegemukan atau kelebihan gizi dengan

segala macam akibatnya yang disebabkan oleh pola makan.Kasus-kasus penyakit

infeksi saat ini sudah mengalami penurunan tapi muncul penyakit-penyakit yang

disebut tidak menular karena gaya hidup, terutama hipertensi atau tekanan darah

tinggi yang mengarah pada stroke dan serangan jantung. Selain itu masalah berat

badan yang berlebihan mulai dari anak-anak yang berkembang hingga usia tua

dan mencapai di atas 50 tahun mulai terserang diabetes, serangan jantung dan

tekanan darah tinggi. Riskesdas 2013 menunjukkan stroke bukan penyakit kelas

menengah ke atas namun berkaitan dengan kekurangan gizi kronis pada saat

periode kritis, 1000 HPK dan gaya hidup.

Tidak hanya mengalami beban ganda, Indonesia juga mengalami apa yang

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 39

disebut dengan nutrition transition yaitu pola hidup pedesaan yang mulai beralih

seperti perkotaan. Penyakit-penyakit yang awalnya banyak ditemui di kota

akhirnya merambah ke desa-desa akibat pola hidup tak sehat pada anak-anak yang

dampaknya bisa lebih berbahaya. Anak-anak yang kurang gizi sejak kecil berisiko

menyidap penyakit degeneratif saat menginjak usia dewasa muda. Penyebabnya

karena organ-organnya kurang berkembang dengan baik misalnya pankreas yang

lemah memicu munculnya diabetes.

Provinsi Sumatera Utara sendiri menghadapi beban ganda dalam

pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya beberapa penyakit menular, dipihak

lain penyakit tidak menular (degeneratif) sudah menunjukkan eksistensinya

ditambah lagi dengan munculnya penyakit menularbaru.

Cakupan program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular juga

mengalami peningkatan capaian walaupun penyakit infeksi menular masih tetap

menjadi masalah kesehatan yang menonjol terutama TB, Malaria, HIV/ AIDS,

DBD dan Diare disamping masih ditemukannya penyakit-penyakit menular

neglated tropical diseases yang seharusnya sudah dieleminasi. Diare merupakan

penyakit dengan frekuensi KLB yang cukup tinggi, bahkan cenderung meningkat

dari tahun ke tahun sampai tahun 2013.

Hasil Riskesdas 2013menggambarkan bahwabeberapa penyakit tidak

menular yang dapat dilihat kecenderungan dari tahun 2007 ke tahun 2013 adalah

prevalensi Diabetes Melitus berdasarkan wawancara, prevalensi hipertensi

berdasarkan wawancara dan pengukuran, prevalensi stroke dan

sendi/rematik/encok berdasarkan wawancara. Berdasarkan Profil kesehatan Dinas

Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2015 menunjukkan prevalensi

hypertensi sebesar 6,65 % dan persentase obesitas 23,65 %.

2.2.2. Peran dan Dampak Pangan dan Gizi dalam Pembangunan

Hal ini merupakan sebuah point yang penting untuk selalu diingat bahwa

perbaikan gizi merupakan long-term gain daridevelopment. Bank Dunia (2006)

menyatakanbahwa perbaikan gizi merupakan suatu investasi yang sangat

menguntungkan. Setidaknya ada tiga alasan suatu negara perlu melakukan

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 40

intervensi di bidang gizi. Pertama, perbaikan gizi memiliki „economic returns’

yang tinggi. Hal ini berkaitan dengan produktivitas SDM dalam sektor ekonomi;

kedua, intervensi gizi terbukti mendorong pertumbuhan ekonomi. SDM yang

produktif selanjutnya mampu meningkatkan agregat supply suatu wilayah di atas

natural rate of output melalui inovasi dan teknologi; dan ketiga, perbaikan gizi

membantu menurunkan tingkat kemiskinan melalui perbaikan produktivitas kerja,

pengurangan hari sakit, dan pengurangan biaya pengobatan.

Pada kondisi gizi buruk, penurunan produktivitas perorangandiperkirakan

lebih dari 10 persen dari potensi pendapatan seumur hidup dan secara agregat

menyebabkan kehilangan PDB antara 2-3 persen. Konferensi para ekonom di

Copenhagen tahun 2005 (Konsensus Kopenhagen) menyatakan bahwa intervensi

gizi menghasilkan keuntungan ekonomi („economic returns‟) tinggi dan

merupakan salah satu yang terbaik dari 17 alternatif investasi pembangunan

lainnya. Konsensus ini menilai bahwa perbaikan gizi, khususnya intervensi

melalui program suplementasi dan fortifikasi zat gizi mikro (memperbaiki

kekurangan zat besi, vitamin A, yodium, dan seng) memiliki keuntungan ekonomi

yang sama tingginya dengan investasi di bidang liberalisasi perdagangan,

penanggulangan malaria dan HIV, serta air bersih dan sanitasi.

Behman, Alderman dan Hoddinot (2004) dalam Bank Dunia (2006)

mengungkapkan bahwa Rasio Manfaat-Biaya (benefit-cost ratio) berbagai

program gizi, khususnya program suplementasi dan fortifikasi adalah sangat

tinggi, berkisar antara 4 hingga 520.

Tabel 2.11

Rasio Manfaat-Biaya (benefit-cost ratio) Berbagai Program Gizi

Jenis Program Intervensi BC-Ratio

a. Promosi ASI di rumah sakit 5-67

b. Program Pelayanan Anak Terpadu 9-16

c. Suplementasi Iodium pada Wanita 15-520

d. Suplementasi Vitamin A pada anak < 6 thn 4-43

e. Pemberian tablet besi untuk ibu hamil 24.7

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 41

f. Fortifikasi zat besi 176-200

g. Suplementasi zat besi pada ibu hamil 6-14

Sumber: Behrman, Alderman, and Hoddinott (2004) dalam Bank Dunia (2006)

Para ahli ekonomi berpendapat bahwa investasi ekonomi merupakan pra-

syarat utama untuk memperbaiki keadaan gizi masyarakat. Dari analisis hubungan

timbal balik antara kurang gizi dan kemiskinan, serta analisis ekonomi terhadap

keuntungan investasi gizi, diketahui bahwa perbaikan gizi dapat dilakukan tanpa

harus menunggu tercapainya tingkat perbaikan ekonomi tertentu. Hal inikarena

perubahan gizi bisa dianggap sebagai positif shock yang akan menggerakkan roda

perekonomian secara lebih cepat, bukannya hal yang sebaliknya.

Beberapa negara dengan PDB yang sama ternyata mempunyai angka

prevalensi gizi-kurang pada anak balita yang berbeda-beda. Zimbabwe yang

memiliki PDB lebih rendah dari Namibia tetapi ternyata memiliki status gizi anak

balita yang lebih baik. Demikian halnya dengan Cina, PDB per kapita negara ini

relatif lebih rendah dibanding negara-negara Asia lainnya namun memiliki

prevalensi balita gizi kurang paling rendah.

Sampai 1970-an banyak ahli ekonomi dan ahli perencanaan pembangunan,

termasuk Bank Dunia, mengartikan investasi dalam arti sempit. Investasi

pembangunan ekonomi lebih diartikan sebagai penanaman modal untuk

membangun industri barang dan jasa dalam rangka menciptakan lapangan kerja.

Titik berat investasi adalah untuk membangun prasarana ekonomi seperti jalan,

jembatan dan transportasi. Pada waktu itu jarang sekali para perencana

pembangunan memasukkan perbaikan gizi, kesehatan dan pendidikan sebagai

bagian suatu investasi ekonomi.

Perhatian Bank Dunia dan PBB terhadap pembangunan perbaikan gizi

dibuktikan dengan meningkatnya alokasi bantuan untuk proyek-proyek perbaikan

gizi di negara berkembang. Pada tahun 1980-an pinjaman untuk perbaikan gizi

hanya US$ 50 juta dan kemudian meningkat menjadi US$ 900 juta pada 1990-an.

Soekirman dkk (2003), berdasarkan data dari berbagai sumber juga

menyajikan informasi tentang unit cost dan cost-effectiveness berbagai program

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 42

gizi hasil studi di berbagai negara.

Tabel 2.12

Biaya per Unit dan Manfaat Ekonomi berbagai Program Pangan dan Gizi

Jenis Intervensi

Biaya Per Unit Dan Lokasi Manfaat

Ekonomi

Per 1 US$

Investasi

Biaya per

Unit

(US$/target)

Negara & Tahun

Kajian

A. Intervensi Pangan dan Gizi Di Masyarakat

1. Subsidi Pangan * Indonesia, 2004 0,9

2. Program Intervensi Gizi

Berbasis Masyarakat Sebagai

Bagian Dari Pelayanan

Kesehatan Dasar

8.01 Indonesia, 2004 2.6

3. Pendidikan Gizi 0.37 Indonesia, 2004 32.3

B. Intervensi Zat Gizi Mikro

4.Suntikan Iodium 0.49

0.14

0.21

Peru, 1978

Zaire, 1977

Indonesia, 1986

-

5. Iodinasi Air 0.04 Italia, 1986 -

6. Iodisasi Garam 0.04 India, 1987 28.0

7. Suplementasi Vitamin A 0.46-0.68 Haiti, 1978 50.0

8. Fortifikasi Vitamin A Pada

Gula 0.14 Guatemala, 1976 16.0

9. Suplementasi Besi Pada Ibu

Hamil 2.65-4.44

Tidak Disebut,

1980 24.7

10.Fortifikasi Besi Pada Garam 0.10 India, 1980

11.Fortifikasi Besi Pada Gula 0.10

0.80

Guatemala, 1980

Tidak Disebut,

1980

-

12.Fortifikasi Besi Pada Pangan

Pokok (Terigu) - - 84.1

C. Pemberian Makanan Tambahan

13. PMT Pada Anak Balita 3.99 Indonesia, 2004 1.4 Sumber: Soekirman dkk (2003). Situational Analysis of Nutrition Problems in Indonesia: Its

Policy, Programs and Prospective Development. Direktorat Gizi dan Bank Dunia

(Diolah dari berbagai sumber).*Behrman, Alderman, and Hoddinott (2004) dalam Bank

Dunia (2006)

2.3. Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Pembangunan Pangan dan Gizi

Dalam melaksanakan pembangunan ketahanan pangan di Kota

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 43

Tanjungbalai dilakukan melalui kebijakan umum dan kebijakan operasional.

Kebijakan umum dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara

bijaksana untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat melalui peningkatan

ketersediaan, penanganan kerawanan pangan, peningkatan sistem distribusi dan

stabilisasi harga pangan dan akses pangan, peningkatan pemenuhan kebutuhan

konsumsi dan pengembangan diversifikasi pangan, mutu dan keamanan pangan,

peningkatan efektivitas koordinasi kebijakan ketahanan pangan melalui Dewan

Ketahanan Pangan.

Sedangkan kebijakan operasional dilakukan dengan memperhatikan

faktor-faktor kunci keberhasilan yang ada guna terwujudnya tujuan dan sasaran

Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai, maka ditetapkan kebijakan yang

akan dijadikan pedoman di dalam melaksanakan kegiatan operasional peningkatan

ketahanan pangan dari aspek ketersediaan dan kerawanan pangan, distribusi dan

akses pangan dan konsumsi, mutu dan keamanan pangan.

2.3.1 Kebijakan terkait Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan

Kebijakan dalam aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, antara lain:

a. Optimalisasi pemanfaatan lahan irigasi yang ada serta perbaikan dan

pembangunan jaringan irigasi baru dan penghentian alih fungsi lahan melalui

penetapan aturan-aturan yang dilandasi hukum dalam bentuk Perda.

b. Pengembangan konservasi dan rehabilitasi lahan agar potensi lahan yang ada

dapat dipertahankan terutama di wilayah usaha berbasis pertanian,

peternakan, perkebunan, perikanan dan kehutanan dengan menerapkan

teknologi konservasi dan rehabilitasi.

c. Penyediaan sarana produksi dan permodalan secara 6 (enam) tepat, sehingga

dapat bermanfaat untuk petani bagi peningkatan produktivitas hasil.

d. Peningkatan keberdayaan masyarakat miskin yang berada dalam kondisi

kerawanan pangan kronis serta pengembangan jaringan pengaman pangan

bagi kelompok rawan pangan transien karena bencana alam dan sosial.

e. Pengefektifan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) serta irigasi

daerah rawan pangan.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 44

f. Pengembangan cadangan pangan pemerintah daerah dan masyarakat untuk

memberikan rasa aman bagi masyarakat yang menghadapi masalah pangan.

2.3.2. Kebijakan terkait Distribusi dan Akses Pangan

Untuk pengembangan distribusi dan akses pangan di Kota Tanjungbalai,

kebijakan yang diambil adalah melalui :

a. Peningkatan efisiensi dan kelancaran distribusi bahan pangan melalui

reformasi berbagai peraturan yang menghambat lalu lintas perdagangan,

pengembangan sarana dan prasarana distribusi serta pelayanan teknologi

pasca panen.

b. Peningkatan kemampuan masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam

menstabilkan harga bahan pangan antar waktu maupun antar wilayah.

c. Penguatan pangsa pasar yang bukan saja antar provinsi tetapi juga ekspor

serta pengembangan kemitraan untuk menjamin pemasaran hasil.

d. Menjaga stabilisasi harga pangan di tingkat produsen dan konsumen

terutama pada hari-hari besar keagamaan nasional dan panen raya.

2.3.3 KebijakanTerkait Konsumsi, Mutu dan Keamanan Pangan

Kebijakan terkait dengan konsumsi, mutu dan keamanan pangan di Kota

Tanjungbalai :

a. Mendorong diversifikasi pola konsumsi pangan masyarakat berbasis pangan

lokal agar hidup sehat dan produktif serta mendorong penurunan konsumsi

beras sebagai bahan pangan pokok masyarakat.

b. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang makanan melalui

peningkatan penganekaragaman konsumsi bahan pangan yang beragam,

bergizi, berimbang dan aman sejak usia dini.

c. Mendorong diversifikasi pola konsumsi pangan melalui peningkatan konsumsi

bahan pangan lokal yang berbasis pada nun beras.

d. Meningkatkan pembinaan keamanan pangan segar di tingkat petani dan

konsumen.

e. Meningkatkan kemampuan kelembagaan dan aparat daerah dalam penanganan

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 45

keamanan pangan segar.

2.3.4 Kebijakan Terkait Pelayanan Kesehatan

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat melalui pemberian pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan mutu

sumber daya manusia dan produktivitas yang dapat meningkatkan taraf hidup.

Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan kesehatan adalah meningkatnya

derajat kesehatan secara lebih merata yang berdampak kepada penurunan angka

kematian bayi dan balita, meningkatkan kesehatan ibu dan anak, meningkatkan

status gizi masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidup. Pelayanan

kesehatan memiliki fungsipreventif yaitu menjaga kesehatan masyarakat melalui

kegiatan layanan kesehatan berupa penyuluhan dan juga kegiatan lainnya yang

terkait danfungsi kuratifyaitu melayani masyarakat yang telah terinfeksi dan

menjadi sakit untuk diambil tindakan pengobatan. Sarana dan prasarana untuk

berjalannya layanan kesehatan dengan baik adalah komponen penting yang terus

diupayakan peningkatan ketersediaan dan kualitasnya.

Adapun kebijakan yang tertuang dalam Rencana Strategis Dinas

Kesehatan Kota Tanjungbalai 2016-2021 sebagai berikut :

1. Melaksanakan penyuluhan kesehatan, advokasi dan menggalang kemitraan

dengan berbagai pelaku pembangunan dengan meningkatkan promosi

kesehatan dan pemberdayaan masyarakat serta membudayakan PHBS

(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada setiap tatanan;

2. Peningkatan mutu pelatihan melalui akreditasi pelatihan dengan

meningkatkan jumlah dan kualitas kompetensi tenaga kesehatan melalui

diklat dan pelatihanserta mewujudkan ketepatan alokasi anggaran dalam

rangka pemenuhan sarana dan prasarana dan alat kesehatan yang sesuai

standar;

3. Membangun komitmen untuk memberi pelayanan kesehatan dengan

meningkatkan kemampuan manajemen dan pelayanan Puskesmas,

pemenuhan alkes yang bermutu di fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang

komprehensif, pengembangan upaya dan fasilitas pelayanan kesehatan yang

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 46

komprehensif untuk pencegahan kematian ibu dan anak, pengembangan

upaya dan fasilitas pelayanan kesehatan usia produktif dan usia lanjut serta

pengelolaan dan penyediaan data dan informasi kesehatan yang akurat;

4. Penerbitan perjanjian kerja sama dengan menjalin kerjasama dengan lintas

sektor dan membangun koordinasi dan komunikasi dengan lintas sektor;

5. Menyusun regulasi daerah dalam bentuk peraturan walikota yang dapat

menggerakkan OPD lain untuk berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan

berwawasan lingkungan dengan meningkatkan pengendalian penyakit dan

penyehatan lingkungan serta melakukan pemeriksaan dan penyediaan sanitasi

dasar serta advokasi pembangunan kesehatan berwawasan kesehatan;

6. Penguatan peningkatan peran Puskesmas dalam pencapaian kesehatan

berwawasan lingkungan dengan peningkatan hygiene dan sanitasi makanan.

2.3.4 Kebijakan Lintas Sektor (Intervensi Spesifik Gizi)

Pembangunan dan pengembangan pangan dan gizi yang tertuang dalam

dokumen RAD-PG Kota Tanjungbalai ini melibatkan banyak sektor (multisector

approach). Sinergisme program yang bersatu dalam satu misi yaitu pembangunan

dan pengembangan pangan dan gizi di Kota Tanjungbalai membuka peluang

untuk meningkatnya kinerja program baik masing-masing OPD maupun kinerja

keseluruhan tim multisektor pangan dan gizi di Kota Tanjungbalai.

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan lembaga terkait lainnya yang

terlibat serta memiliki peran dalam pembangunan dan pengembangan pangan dan

gizi masyarakat di Kota Tanjungbalai adalah:

1. BAPPEDA Kota Tanjungbalai;

2. Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai;

3. Dinas Pangan dan PertanianKota Tanjungbalai;

4. Dinas Perikanan Kota Tanjungbalai;

5. Dinas Pendidikan Kota Tanjungbalai;

6. Dinas Perdagangan dan PerindustrianKota Tanjungbalai;

7. Dinas Sosial Kota Tanjungbalai;

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 47

8. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Tanjungbalai;

9. Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan PermukimanKota Tanjungbalai;

10. Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Tanjungbalai;

11. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Tanjungbalai;

12. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan Kota Tanjungbalai;

13. Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Tanjungbalai.

2.4. Tantangan dan Hambatan Kunci

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, meningkatkan mutu sumber daya manusia dan produktivitas yang

dapat meningkatkan taraf hidup. Salah satu tolok ukur keberhasilan adalah

meningkatnya derajat kesehatan secara lebih merata yang berdampak kepada

penurunan angka kematian bayi dan balita, meningkatkan kesehatan ibu dan anak,

meningkatkan status gizi masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidup.

Dalam rangka melaksanakan pemberian pelayanan kesehatan kepada

masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal,

Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai dihadapkan pada beberapa tantangan dalam

melaksanakan tanggung jawabnya. Tantangan dalam memberikan pelayanan

kesehatan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Sarana dan prasarana Puskesmas belum sepenuhnya mendukung program-

program kesehatan;

2. Distribusi tenaga kesehatan belum merata dan kualitas sumberdaya manusia

kesehatan belum memadai;

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) belum membudaya di kehidupan

masyarakat;

4. Jumlah Penyakit Tidak Menular (PTM) semakin meningkat;

5. Belum terlindunginya masyarakat atas kecenderungan meningkatnya beban

pembiayaan kesehatan, disamping meningkatnya kebutuhan masyarakat

terhadap ketersediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau;

6. Tata ruang kota belum sepenuhnya berwawasan kesehatan.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 48

Adapun hambatan dalam melaksanakan pemberian pelayanan kesehatan

kepada masyarakat dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Kekurangan lahan untuk perluasan puskesmas;

2. Belum adanya kebijakan manajemen SDM yang berorientasi pada

peningkatan kerja;

3. Masyarakat belum mau merubah perilakunya terutama untuk tidak merokok

di dalam rumah;

4. Meningkatnya prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM);

5. Keterbatasan keuangan daerah untuk mengasuransikan semua

masyarakatnya dalam jaminan kesehatan;

6. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengikutsertakan dirinya dalam

asuransi kesehatan;

7. Belum adanya keseriusan pemerintah dalam penegakan peraturan dan

pengawasan yang terkoordinir dalam hal penerapan pembangunan

berwawasan kesehatan.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 49

RENCANA AKSI

MULTISEKTOR

3.1. Outcome utama, Output, dan Intervensi

Pembangunan pangan dan gizi adalah upaya yang dilaksanakan oleh

semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam rangka tercapainya

tujuan tersebut pembangunan pangan dan gizi harus dilaksanakan secara terarah,

berkesinambungan dan realistis.

Pemerintah Daerah dalam hal ini OPD/Instansi terkait bertanggungjawab

untuk mencapai indikator kinerja yang ditetapkan, namun dalam melaksanakan

usaha untuk mencapai target tersebut komponen non pemerintah, yaitu pelaku

usaha, media, mitra pembangunan dan masyarakat harus turut mengambil peran.

Adanya koordinasi dan kolaborasi yang baik antara Pemerintah dan non

pemerintah dengan tujuan yang sama akan meningkatkan kapasitas dan

meningkatkan efektivitas pekerjaan yang dilakukan.

Tujuan utama yang ingin diwujudkan dengan adanya perbaikan pangan

dan gizi dengan pendekatan Multi sektor adalah terbentuknya sumberdaya

manusia yang cerdas, sehat, produktif secara berkelanjutan dan berdaya saing

tinggi. Sedangkan outcome yang ingin dicapai dari upaya perbaikan pangan dan

gizi khususnya dalam bidang pangan dan gizi tercantum pada tabel 3.1.

BAB

3

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 50

Tabel 3.1

Indikator Outcome Perbaikan Pangan dan Gizi Kota Tanjungbalai

No Indikator Status Awal

(2014)

Target

RPJMD/RENSTRA

(2018)

Target RAD

PG (2019)

1. Produksi Padi (Ton)

2. Produksi Jagung (Ton)

3. Produksi Daging Sapi (Ton)

4. Produksi Ikan (Ton)

5. Konsumsi Ikan (kg/kap/Thn)

6. Ketersediaan Energi (kkal) dan

Protein (Gram)

7. Konsumsi Energi (kkal) dan

Protein (Gram)

8. Skor PPH

9. Angka Kematian Bayi (per

1.000 kelahiran Bayi)

10. Angka Kematian Ibu (per 1.000

kelahiran hidup)

11. Prevalensi Balita Gizi Buruk dan

Kurang (Persen)

12. Umur Harapan Hidup (Thn)

Dalam rangka pencapaian target indikator tersebut, diperlukan peran aktif

dari multi sektor. Pada tabel 3.2. ditampilkan alur pikir (logical framework)

peranan setiap stakeholders yang merupakan penjabaran dari Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tanjungbalai Tahun

2016-2021 dan Rencana Strategis (Renstra) OPD/Instansi tahun 2016-2021

lingkup Kota Tanjungbalai. Dikarenakan periodisasi RPJMD Kota Tanjungbalai

adalah Tahun 2016-2021 maka target pada tahun 2019 merupakan proyeksi

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 51

berdasarkan realisasi.

Tabel 3.2

Logical Framework RAD PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019

(Semua OPD/Instansi)

Impact

Peningkatan Kualitas SDM

Outcome :

1. Produksi Padi (Ton) mencapai.....

2. Produksi Jagung (Ton) mencapai .....

3. Produksi Daging Sapi (Ton) mencapai .....

4. Produksi Ikan (Ton) mencapai .....

5. Konsumsi Ikan (Kg/Kap/Thn) mencapai.....

6. Ketersediaan Energi (kkal) dan Protein (Gram) mencapai .......

7. Konsumsi Energi (kkal) dan Protein (Gram) mencapai ........

8. Skop PPH mencapai.......

9. Angka Kematian Bayi (per 1.000 kelahiran Bayi) mencapai.......

10. Angka Kematian Ibu (per 1.000 kelahiran hidup) mencapai.......

11. Prevalensi Balita Gizi Buruk dan Kurang (Persen) mencapai.......

12. Umur Harapan Hidup (Thn) mencapai.......

OPD/Instansi

Pelaksana

Input Output

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 52

1. Dinas Pangan

dan Pertanian

1) Peningkatan produksi Padi

2) Peningkatan produksi

jagung

3) Peningkatan produksi

daging

4) Pengembangan ketersediaan

pangan pokok karbohidrat

dan protein

5) Pengembangan lumbung

pangan masyarakat

6) Pembinaan dan

pemberdayaan Gapoktan

7) Peningkatan dan

pengembangan promosi

percepatan

penganekaragaman

konsumsi pangan

8) Gerakan Masyarakat

Mandiri Pangan (Gema

Pangan)

9) Sistem Kewaspadaan

Pangan dan Gizi (SKPG).

10) Pengembangan makanan

tradisional pangan lokal

11) Penguatan usaha kelompok

dalam rangka peningkatan

akses pangan

12) Pengembangan bibit unggul

13) Peningkatan dan

pengembangan tenaga

penyuluh

pertanian/perkebunan

Ketersediaan Pangan,

Akses Ekonomi dan

Pemanfaatan Pangan

2. Dinas

Perikanan

1) Peningkatan Produksi ikan

2) Konsumsi Ikan (kg/kap/Thn)

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 53

3. Dinas

Kesehatan

1) Pendampingan Kasus Gizi

Buruk

2) Penyediaan Pemberian

Makanan Tambahan Anak

Sekolah (PMT-AS)

3) Peningkatan Petugas

Konselor ASI bagi Petugas

Kesehatan Kab/ Kota.

4) Surveilans Gizi Kab/ Kota

5) Pemantauan anak 0-10

bulan dan anak usia sekolah

dasar yang mendapatkan

imunisasi dasar lengkap.

6) Pemantauan Status Gizi.

7) Pengadaan PMT ibu hamil

8) Distribusi Tablet Fe.

9) Penyediaan MP- ASI

10) Pengadaan PMT Ibu Hamil

11) Gerakan Percepatan

Perbaikan Gizi

12) Pendistribusian Kapsul

Vitamin A

13) Persentase desa yang

mencapai Universal Child

Immunisation (UCI)

14) Persentase cakupan

pengawasan sarana

produksi obat dan makanan

Konsumsi energi

danzatgizi tercukupi

terutama bagi

kelompokrentan

yaituremajaputri, Ibu

hamil

4. Dinas

Pendidikan

1) Pelatihan kompetensi siswa

berprestasi

Pengetahuan tentang

pentingnya gizi bagi siswa

5. Dinas

Perdagangan

dan

Perindustrian

1) Jumlah pasar yang

diintervensi Program Pasar

Aman dari Bahan

Berbahaya menjadi Pasar

Aman dari Bahan

Berbahaya

Pasar aman dari bahan

berbahaya

6. Dinas

Pemberdayaan

Masyarakat,

Perempuan &

KB

1) Peningkatan kesejahteraan

perempuan dan anak

2) Pembinaan lembaga

pemberdayaan perempuan

lanjut usia yang berbasis

gender

Kesejahteraan perempuan,

anak dan lanjut usia yang

berbasis gender

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 54

7. Dinas Sosial 1) Pelatihan keterampilan

berusaha bagi keluarga

miskin serta sosialisasi

pelayanan dan perlindungan

sosial, hukum bagi korban

eksploitasi, perdagangan

perempuan dan anak

2) Pelatihan keterampilan bagi

penyandang masalah

kesejahteraan sosial dan

kampanye sosial bagi PMKS

Meningkatnya

keterampilan dan adanya

usaha yang dimiliki bagi

keluarga miskin guna

mencapai keluarga mandiri

8. BAPPEDA Pembinaan dan Koordinasi RAD-

PG

Tersusunnya dokumen

RAD-PG

Terpantau dan

terevaluasinya RAD-PG

3.2. Prinsip dan Pendekatan Kunci

3.2.1 Pendekatan Multi Sektor

Intervensi spesifikgizi,melalui upayasektor kesehatan,hanya memiliki

kontribusi sebesar 30 persen dalam intervensi spesifik gizi. Meningkatkan

intervensisensitivegizimelaluisektorlainnyasangatdiperlukanuntukmencapaitar

get ini.Meskipun belum ada bukti yang menghitung estimasi secara tepat

kontribusi intervensi gizi sensitif terhadap pengurangan stunting, indikasi

awal menunjukkan bahwa perlindungan sosial, penguatan pertanian, serta

perbaikan air dan sanitasi lingkungan berkontribusi terhadap percepatan

perbaikan gizi (Franzo,2014).

InternationalConferenceonNutrition2telahmenyepakatidiperlukannyaaksiyang

terkoordinasi antar pelakudi semuasektor terkaityangharusdidukungmelalui

koordinasi lintas-sektor, kebijakan yang koheren, program dan inisiatif,

untuk mengatasibebangizidanmempromosikansistem

panganberkelanjutan(FAO, 2014).

Dalam rangka mengatasi permasalahan gizi diketahui bahwa intervensi

gizi spesifik yang sebagian besar dilaksanakan oleh sektor kesehatan dan

berpengaruh secara langsung merupakan yang paling efektif (Bhutta,2013).

Keberlanjutanintervensiini bergantung pada pelaksanaan intervensi gizi

sensitif, yang merupakan faktor mendasar yangmempengaruhistatus

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 55

gizi,intervensisensitivedilaksanakanolehsektor lainseperti pendidikan,

pertanian,pekerjaanumum/infrastruktur, dankesejahteraan sosial (WHO,2012).

Gambar berikut ini mengilustrasikan keterkaitan program spesifik dan

sensitif gizisertaperanmasing-masingsektor terkait.Padaprinsipnyaperansetiap

sektordikaitkandenganupayauntukmengatasipenyebab langsung masalahgizi,

yaitukonsumsimakananyangcukupsertapencegahandan penangananinfeksi.

Selanjutnyaadatiga faktoryangmempengaruhikedua faktorlangsungtersebutyaitu

akses terhadappangan,pola asuhserta aksesterhadap airbersih,sanitasilingkungan

yangbaik, danpelayanankesehatan.Sementaraperansektorkesehatanterutama

adalahpadapenyebablangsung,peransektor non-kesehatanmunculpadaketiga

faktor langsungtersebut.

Sumber:ModifikasiLancet2013“ExecutiveSummaryofThe MaternalandChildNutrition”

3.2.2. Sensitif Gender

Dalam upaya pemenuhan hak kesehatan anak, Pemerintah Kota

Tanjungbalai melakukan pendekatan multi sektor untuk menjamin

kelangsungan hidup Ibu, Bayi dan Anak melalui kegiatan Advokasi,

Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) tentang Gerakan Sayang Ibu (GSI)

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 56

serta pengembangan cakupan dan kualitas kelompok Bina Keluarga Remaja

(BKR). Dengan kerjasama/kemitraan yang dibangun antara Pemerintah

dengan Lembaga Masyarakat yang peduli terhadap kesehatan Ibu saat hamil,

melahirkan dan nifas serta terpenuhinya gizi anak mulai dari kandungan dan

balita, Pemerintah Kota Tanjungbalai antara lain berupaya memastikan

bantuan medis dan perawatan kesehatan yang diperlukan untuk semua anak

terutama dalam pengembangan perawatan kesehatan dasar, memberantas

penyakit, kekurangan gizi, kesehatan dan perawatan Ibu sebelum dan sesudah

melahirkan, memastikan semua golongan masyarakat terutama orangtua dan

anak-anak mendapatkan informasi, pendidikan dan dukungan dalam

penggunaan pengetahuan dasar tentang kesehatan anak dan gizi serta manfaat

pemberian ASI, kebersihan dan penyehatan lingkungan, serta pencegahan

kecelakaan, mengembangkan perawatan pencegahan dan bimbingan untuk

orangtua serta pendidikan dan pelayanan keluarga berencana. Demikian pula

halnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan jiwa anak serta

pengaruhnya terhadap tumbuh kembang anak.

Dalam upaya mengakselerasi terwujudnya kesetaraan dan keadilan

gender dalam semua bidang serta meningkatkan pembangunan yang berpihak

pada kepentingan terbaik bagi perempuan dan anak, perlu dikembangkan

suatu strategi untuk mencapai tujuan tersebut yang lebih dikenal dengan

istilah pengarusutamaan gender (PUG) dan pengarusutamaan hak anak

(PUHA). PUG dan PUHA merupakan strategi yang dibangun untuk

mengintegrasikan perspektif gender menjadi satu dimensi integral dari

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas

kebijakan dan program pembangunan. Pelaksanaan integrasi PUG ke dalam

siklus perencanaan dan penganggaran di tingkat pusat dan daerah diharapkan

dapat mendorong pengalokasian sumber daya pembangunan menjadi lebih

efektif, dapat dipertanggungjawabkandan adil dalam memberikan manfaat

pembangunan bagi seluruh penduduk Indonesia baik perempuan maupun laki-

laki, termasuk anak perempuan dan laki-laki.

Pelaksanaan PUG dan PUHA harus direfleksikan dalam proses

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 57

penyusunan kebijakan yang menjadi acuan perencanaan dan penganggaran

untuk menjamin program dan kegiatan yang dibuat oleh seluruh lembaga

pemerintah baik pusat maupun daerah menjadi responsif gender. Perencanaan

dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) merupakan perencanaan yang

disusun dengan mempertimbangkan empat aspek yaitu: akses, partisipasi,

kontrol dan manfaat yang dilakukan secara setara antara perempuan dan laki-

lakitermasuk anak perempuan dan laki-laki.

3.2.3. Kesetaraan

Kesenjangan pembangunan daerah merupakan fenomena universal di

semua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat pembangunannya.

Kesenjangan pembangunan antar wilayah yang tidak merata pada akhirnya

akan menimbulkan permasalahan yang dalam konteks makro sangat merugikan

proses pembangunan yang ingin dicapai. Ketidakseimbangan pembangunan

menghasilkan struktur hubungan antar wilayah yang membentuk satu interaksi

yang saling memperlemah.

Pada hakikatnya pembangunan harus bersifat adil, demokratis, terbuka,

partisipatif dan reintegrasi, sehingga kesenjangan pembangunan antar daerah

dapat segera teratasi. Untuk mengatasi kesenjangan antar daerah dalam rangka

pencapaian kesetaraan maka pemerintah daerah bertanggung jawab untuk

melakukan fasilitasi dan koordinasi.

Berbagai program yang dilaksanakan antara lain Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Program Keluarga Harapan (PKH) dan

berbagai program terkait lainnya.

3.2.4. Keberlanjutan

Menerapkan pembangunan yang berkelanjutan di setiap aspek

pembangunan. Termasuk sektor pertanian yang menghasilkan produk pangan

menerapkan produksi pangan yang berkelanjutan melalui pemanfaatan

sumberdaya alam dengan promosi diversifikasi tanaman, kalender tanam dan

pemanfaatan teknologi tepat guna.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 58

3.2.5. Kaitan dengan RPJMD

Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) KotaTanjungbalai

Tahun 2015-2019 merupakan rencana aksi yang tidak terpisahkan dari Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tanjungbalai Tahun

2016-2021. Sesuai dengan visi Kota Tanjungbalai Tahun 2016-2021 adalah

Mewujudkan Kota Tanjungbalai yang Berprestasi, Religius, Sejahtera,

Indah dan Harmonis. Pencapaian visi tersebut akan diwujudkan melalui 7 misi

yaitu:

1. Melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) untuk

mencapai prestasi di berbagai bidang pembangunan dengan mengedepankan

pelayanan publik yang prima.

2. Mewujudkan kehidupan umat beragama menuju masyarakat yang religius dan

berakhlaq mulia.

3. Meningkatkan perekonomian daerah dengan memanfaatkan potensi ekonomi

unggulan serta daya saing dalam rangka mendorong kemandirian menuju

masyarakat maju dan sejahtera.

4. Mewujudkan sumberdaya manusia melalui pembangunan pendidikan yang

berkualitas berbasis IPTEK dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

5. Mewujudkan penataan kota yang bersih, indah dan rapi dengan dukungan

infrastruktur yang baik dan berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan yang

berkelanjutan.

6. Membina kehidupan sosial politik masyarakat dalam rangka mewujudkan

kehidupan masyarakat yang demokratis dan harmonis dalam keanekaragaman

suku dan agama yang berpegang pada adat dan budaya.

7. Mewujudkan pemberdayaan masyarakat dan tatanan kehidupan sosial

masyarakat melalui penguatan peran keluarga.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 59

Pada misi ketiga berkaitan dengan pangan yaitu meningkatkan

perekonomian daerah dengan memanfaatkan potensi ekonomi unggulan serta daya

saing dalam rangka mendorong kemandirian menuju masyarakat maju dan

sejahtera. Sedangkan pada misi keempat berkaitan dengan sumberdaya manusia

yaitu mewujudkan sumberdaya manusia melalui pembangunan pendidikan yang

berkualitas berbasis IPTEK dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Berdasarkan misi ketiga dan keempat RPJMD Kota Tanjungbalai maka strategi

pembangunan daerah yang terkait dengan upaya peningkatan pangan dan gizi

adalah :

1) Meningkatkan aksesibilitas dan memeratakan pelayanan sosial ekonomi ke

seluruh daerah Kota Tanjungbalai;

2) Optimalisasi dan revitalisasi lahan dan sarana prasarana pertanian;

3) Peningkatan produksi dan produktivitas pertanian.

Sejalan dengan strategi pembangunan dalam RPJMD yang berkaitan

dengan pangan dan gizi maka arah kebijakan yang mendukung RAD PG adalah

sebagai berikut :

1) Peningkatan penganekaragaman pangan melalui penerapan teknologi bidang

ketahanan pangan.

2) Peningkatan pengendalian penyakit terkait dengan peternakan.

3) Peningkatan pencapaian target Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan.

4) Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) serta pengembangan data

dan informasi kesehatan berbasis daring (dalam jaringan ).

5) Peningkatan koordinasi penyediaan pelayanan dasar bidang kesehatan.

6) Peningkatan kualitas penerapan prosedur tetap bidang medis.

7) Peningkatan kualitas penyelenggaraan Pelayanan Jaminan Kesehatan bagi

masyarakat dan penduduk miskin.

8) Peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan.

9) Peningkatan status gizi masyarakat.

10) Pemberdayaan Masyarakat dalam mendorong peningkatan pembudayaan Pola

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 60

11) Peningkatan upaya pencegahan dan penanganan wabah/penyakit menular.

12) Pengembangan rumah sakit, puskesmas dan jaringannya melalui peningkatan

kapasitas RSUD serta peningkatan peran dan status puskesmas.

13) Peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit, puskesmas dan

jaringannya.

14) Fasilitasi pengembangan kapasitas tenaga medis dan non medis meliputi

peningkatan kemampuan teknis dan non teknis bidang kesehatan melalui

pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan dan berkelanjutan.

Untuk mengimplementasikan arah kebijakan tersebut maka dilaksanakan

melalui program-program pembangunan yang dilaksanakan oleh OPD Multi

sektor di Kota Tanjungbalai untuk mendukung tercapainya tujuan Rencana Aksi

Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 yaitu :

1) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

2) Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan)

3) Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat

4) Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan

5) Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan

6) Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan

7) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak

8) Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan

9) Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan

10) Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan

11) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

12) Program Perbaikan Gizi Masyarakat

13) Program Pengawasan Obat dan Makanan

14) Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

15) Program Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak

Menular

16) Program Upaya Kesehatan Masyarakat

17) Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 61

18) Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin

19) Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

20) Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

21) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita

22) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia

23) Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan

24) Program Pengembangan Lingkungan Sehat

25) Program Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan

3.2.6. Penguatan RAD PG

Rencana Aksi Daerah Pangan-Gizi (RAD P-G)Kabupaten/Kotamerupakan

pengejawantahan Rencana Aksi Daerah Pangan-Gizi (RAD P-G) Provinsi

Sumatera Utara yang selanjutnya akan diimplementasikan oleh semua Organisasi

Perangkat Daerah (OPD) di tingkatkabupaten/kota dan pemangku kepentingan

lainnya di tingkat kabupaten/kota melalui berbagai program dan kegiatan

pembangunan.Penguatan Rencana Aksi Daerah Pangan-Gizi (RAD P-G)

merupakan langkah-langkah yang ditempuh untuk melaksanakan Rencana Aksi

Daerah Pangan-Gizi (RAD P-G). Tahapan pelaksanaan penyusunan Rencana Aksi

Daerah Pangan-Gizi (RAD P-G) Multisektor Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019

dilakukan melalui beberapa tahapan yang diuraikan pada tabel berikut:

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 62

Tabel 3.3 Penguatan RAD-PG

Pelaksanaan di Kegiatan

Kota Tanjungbalai 1. Memperkuat legal aspek RAD-PG

Membentuk tim koordinasi di tingkat kota yang

terdiri dari lintas sektor.

Menetapkan dasar hukum RAD-PG melalui

Peraturan Walikota.

2. Perencanaan dan penganggaran

Penyusunan RAD-PG di tingkat kota

Sosialisasi RAD-PG kepada pemangku

kepentingan di tingkatkota.

Menyertakan program terkait intervensi gizi

sensitif dan spesifik dalam APBD dan

memastikan intervensi tersebut memperoleh

pendanaan yang memadai setiap tahunnya.

3. Implementasi

Melaksanakan intervensi gizi sensitif dan

spesifik oleh OPD dan pemangku

kepentingan lainnya dengan memperhatikan

pendekatan multi sektor dan pendekatan

lain yang tepat.

Membuat laporan tahunan pelaksanaan

RAD-PG di tingkatkota.

4. Monitoring dan Evaluasi

Melakukan pencatatan atau pengumpulan

data terkait target indikator utama yang

harus dicapai, dapat berupa data rutin

maupun survei.

Melaksanakan pertemuan atau forum dalam

rangka koordinasi dan evaluasi rutin lintas

sektor.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 63

KERANGKAPELAKSANAAN

RENCANA AKSI

4.1. Kerangka Kelembagaan

Prinsip pelaksanaan RAD-PG Multisektor di Kota Tanjungbalai adalah

collaborative actions dari lembaga-lembaga dalam rangka pendekatan multi-

sektor. Beberapa kelembagaan dan perannya dapat disampaikan sebagai berikut

ini.

4.1. Kerangka Kelembagaan

4.1.1. Struktur Organisasi

Tim Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD PG) Multisektor Kota

Tanjungbalai dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Walikota Tanjungbalai

Nomor 050/87/K/2017 tentang Pembentukan Tim Pengarah dan Tim Teknis

Rencana Aksi Daerah Pangan dan GiziKota Tanjungbalai Tahun 2015-2019. Tim

terdiri dari Tim Pengarah, Tim Teknis dengan susunan keanggotaan sebagai

berikut :

TIM PENGARAH :

Penanggung Jawab : Walikota Tanjungbalai

Ketua : Sekretaris Daerah Kota Tanjungbalai

Sekretaris : Kepala Bappeda Kota Tanjungbalai

Anggota : 1. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai

2. Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota

Tanjungbalai

3. Kepala Dinas Perikanan Kota Tanjungbalai

4. Kepala Dinas Pendidikan Kota Tanjungbalai

5. Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota

Tanjungbalai

6. Kepala Dinas Sosial Kota Tanjungbalai

BAB

4

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 64

7. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Kota Tanjungbalai

8. Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan

Permukiman Kota Tanjungbalai

9. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota

Tanjungbalai

10. Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga

Berencana Kota Tanjungbalai

11. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan,

Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan Kota Tanjungbalai

12. Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan

Pariwisata Kota Tanjungbalai.

TIM TEKNIS :

Ketua : Sekretaris Bappeda Kota Tanjungbalai

Sekretaris : Kabid Perencanaan Perekonomian Bappeda Kota

Tanjungbalai

Anggota : 1. Kabid Ketersediaan, Distribusi dan Cadangan

Pangan Dinas Pangan dan Pertanian Kota

Tanjungbalai

2. Kabid Penganekaragaman, Konsumsi dan

Keamanan Pangan Dinas Pangan dan

Pertanian Kota Tanjungbalai

3. Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas

Kesehatan Kota Tanjungbalai

4. Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan

Kota Tanjungbalai

5. Kabid Keluarga Berencana Dinas

Pengendalian Penduduk dan KB Kota

Tanjungbalai

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 65

6. Kabid Kualitas Hidup Perempuan dan

Kualitas Keluarga Dinas Pemberdayaan

Perempuan, Perlindungan dan Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan Kota Tanjungbalai

7. Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas

Sosial Kota Tanjungbalai

8. Kabid Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang Kota

Tanjungbalai

9. Kabid Teknologi Informasi Dinas Komunikasi

dan Informatika Kota Tanjungbalai

10. KabidPembinaan, Pelatihan, Penempatan

Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan

Kerja Dinas Ketenagakerjaan Kota

Tanjungbalai

11. Kabid Penelitian dan Pengembangan Bappeda

Kota Tanjungbalai

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

Kabid Sosial, Budaya dan Pemerintahan

Bappeda Kota Tanjungbalai

Kabid Perencanaan Infrastruktur dan

Kewilayahan Bappeda Kota Tanjungbalai

Kasubbid Perekonomian Bappeda Kota

Tanjungbalai

Kasubbid Pengembangan Usaha dan Investasi

Bappeda Kota Tanjungbalai

Kasubbid Analisis Pendanaan Bappeda Kota

Tanjungbalai

Kasubbag Program dan Keuangan

DinasPerikanan Kota Tanjungbalai

Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas

Kesehatan Kota Tanjungbalai

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 66

4.1.2. Tugas dan Tanggungjawab

Tim Pengarah:

1. Memberikan arahan dalam penyusunan RAD PG antara lain koordinasi

penyusunan, kebijakan yang perlu dimasukkan dalam RAD PG, serta kegiatan

prioritas yang diperlukan;

2. Menyampaikan laporan penyusunan RAD PG kepada Kepala Bappeda

Provinsi Sumatera Utara;

3. Memberikan arahan dalam pelaksanaan RAD PG termasuk kebijakan

pelaksanaan dan strategi melaksanakan kegiatan prioritas;

4. Memberikan arahan kebijakan pemantauan dan evaluasi;

5. Menyampaikan laporan hasil evaluasi kepada Kepala Bappeda Provinsi

Sumatera Utara.

Tim Teknis:

1. Bertanggung jawab terhadap kegiatan penyusunan RAD PG;

2. Melakukan penyusunan RAD PG mulai dari membuat jadwal dan rencana

kerja, mencari dan mengumpulkan bahan yang diperlukan, melakukan

penyusunan sampai menghasilkan draft untuk disampaikan kepada Tim

Pengarah;

3. Menyampaikan draft RAD PG kepada tim pengarah untuk proses lebih lanjut;

4. Mensosialisasi RAD PG kepada seluruh pemangku kepentingan di daerah;

5. Mengkoordinasikan dan melakukan pelaksanaan RAD PG;

6. Menjalankan strategi untuk peningkatan efektifitas pelaksanaan sesuai

masukan Tim Pengarah;

7. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pemantauan dan evaluasi;

8. Menyiapkan laporan hasil pemantauan dan evaluasi.

19. Kasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana

Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata

Kota Tanjungbalai.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 67

4.1.3. Keterlibatan Pemangku Kepentingan

Dalam rangka mengimplementasikan rencana aksi ini, terdapat pelaksana

dari pihak OPD Kota Tanjungbalai maupun instansi vertikal. Dalam

mempermudah pelaksanaan di lapangan, OPD/Instansi dapat dikelompokkan ke

dalam pilar:

1. Perbaikan Gizi Masyarakat, melibatkan Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan,

Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan serta DinasSosial.

2. Peningkatan Aksesibilitas Pangan yang Beragam, melibatkan Dinas Pangan

dan Pertanian, DinasPerikanan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian.

3. Peningkatan Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan, melibatkan Dinas

Kesehatan, Dinas Perdagangan dan Perindustrianserta Dinas Pangan dan

Pertanian.

4. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), melibatkan Dinas

Kesehatan dan Dinas Pendidikan.

5. Kelembagaan Pangan dan Gizi, melibatkan Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah dan Dinas Pangan dan Pertanian.

4.2. Strategi Pengembangan Kapasitas

Pengembangan kapasitas memiliki dimensi program dan dimensi

kelembagaan. Keduanya bermuara pada kemampuan untuk mencapai output

kegiatan secara efektif dan mampu menghasilkan dinamika konstruktif

pembangunan pangan dan gizi di Kota Tanjungbalai.

Pembangunan kapasitas dari dimensi program menunjukkan seberapa

strategis isu yang ditanggapi dengan program disusun. Program yang dialamatkan

pada isu yang sangat strategis akan menyembuhkan akar permasalahan dan

akhirnya membawa perubahan yang signifikan dan bahkan dinamika konstruktif

yang terjadi sebagai eksternalitas positif suatu program akan bergulir dalam long-

run. Ini akhirnya akan membawa multiplier yang besar dalam pembangunan dan

pengembangan pangan dan gizi di suatu wilayah.

Berdasarkan program yang telah dijalankan, suatu program misalnya telah

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 68

berlangsung dalam waktu lama namun memiliki efek yang kurang optimal bagi

perubahan positif perilaku masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya yang

dimiliki. Perilaku mengoptimalkan sumberdaya adalah advanced behavior yang

dengan didukung oleh informasi, pengetahuan operasionaldan juga komitmen

dengan menganggap bahwa memanfaatkan sumberdaya memiliki oportunitas

yang tinggi maka hal itu akan dapat dijalankan. Jika tidak ada persepsi dan respon

yang berasal dari internal masyarakat maka apa yang dilakukan masyarakat hanya

„meramaikan‟ program pemerintah tanpa dapat menumbuhkan motivasi akan

pentingnya hal itu dilakukan.

Dengan demikian, pembangunan dan pengembangan pangan dan gizi

memang harus „membumi‟ berangkat dari realitas (data yang akurat) dan

kemudian program disusun dengan prinsip partisipatif dengan menumbuhkan

modal sosial di masyarakat, termasuk di dalamnya adalah kepercayaan

masyarakat kepada program-program dan niat baik pemerintah dalam peningkatan

ketersediaan dan kualitas pangan dan gizi masyarakat.

Peningkatan kapasitas dalam dimensi kelembagaan memiliki simpul pada

social capital seluruh agen yang terlibat, baik pemerintah maupun masyarakat.

Peningkatan kapasitas lembaga memiliki ciri adanya peningkatan kemampuan

melakukan co-existence, co-operation, co-ordination, dan akhirnya

Collaboration. Dengan melakukan partnership atau sinkronisasi program/

kegiatan ini maka kapasitas dan kekuatan program untuk menjawab permasalahan

yang ada semakin meningkat dan ini berarti juga benefit yang bertambah besar

pada masyarakat.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 69

4.3. Strategi Advokasi

Advokasi adalah kombinasi dari desain dukungan individu dan sosial

untukmeningkatkan komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial,

dandukungan sistem untuk tujuan program kesehatan tertentu (WHO, 1998).

Advokasi merupakan strategi untuk mempengaruhi para pengambil keputusan

khususnya saat mereka menetapkan peraturan, mengatur sumber daya dan

mengambil keputusan-keputusan yang menyangkutmasyarakat. Agar

mencapai target yang telah ditetapkan, diperlukan pemenuhan kondisi dan

asumsi, sehingga target yang telah ditetapkan dapat tecapai. Untuk memenuhi

asumsi pengambil kebijakandan stakeholder yang terlibat sehingga diperoleh

pendanaan, sumber daya manusia yang cukup, metode intervensi yang tepatdan

peningkatan cakupan serta keberlanjutan intervensi yang dilakukan,

koordinasi antar pemerintah pusat dan daerah serta koordinasi lintas sektor

berjalan dengan baik. Pada Tabel 4.2 diperlihatkan strategi advokasi yang harus

dilakukan terhadap stakeholder terkait.

Tabel 4.2.

Strategi Advokasi Pelaksanaan RAD-PG

Stakeholder Strategi Frekuensi/Tahun

Pemerintah Pusat Policy brief, Pertemuan

advokasi berjenjang,

Workshop

Semesteran

Pemerintah Daerah Policy brief, Pertemuan

advokasi berjenjang,

Workshop

Semesteran

Masyarakat Policy brief, dengar

pendapat

Semesteran

DPRD Policy brief, Pertemuan

advokasi

Semesteran

Masyarakat Media, konseling Bulanan

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 70

4.4. Pendanaan Indikatif

Penting untuk mengetahui anggaran yang tersedia untuk pelaksanaan

program. Dengan demikian dapat diketahui jumlah dana yang diperlukan dan

ketersediaan dana sehingga apabila terjadi kekurangan dapat diketahui lebih

awal dan direncanakan untuk mencari alternatif pendanaan dari sumber lainnya.

Besar dana indikatif untuk program dan kegiatan hendaknya dimiliki pusat dan

daerah dan untuk pusat biasanya terdapat pada RPJMN dan Renstra K/L sedang

di daerah biasanya dianggarkan dalam APBD Provinsi dan APBD

Kabupaten/Kota.

Berdasarkan pogram/kegiatan yang telah tersusun sumber pendanaan

berasal dari alokasi dana Pemerintah Kota Tanjungbalai (APBD Kota

Tanjungbalai). Jumlah dana pada masing-masing OPD dan program yang terkait

di sajikan di lampiran dokumen ini.

4.5. Strategi Monitoring dan Evaluasi

Untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi perlu ditetapkan target atau

output yang ingin dicapai, siapa saja yang berperan, apa saja input dan proses

yang harus dilakukan. Secara garis besar informasi ini diperoleh dari logical

framework. Namun agar lebih terukur dipilih beberapa indikator kinerja utama

untuk setiap OPD yang terkait dengan pencapaian RAD-PG dan akan terus

dipantau pencapaiannya dalam kurun waktu tertentu. Indikator diperoleh dengan

memilih indikator kinerjanya yang berasal dari RPJMD maupun Renstra OPD

atau kegiatan lainnya yang relevan terhadap upaya perbaikan gizi dan berkaitan

dengan output dan outcome yang ingin dicapai. Indikator ini akan terus dipantau

dan dievaluasi sehingga dapat mendorong tercapainya output dan outcome dari

RAD-PG 2015-2019.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 71

PEMANTAUAN DAN EVALUASI

5.1. Indikator-Indikator Yang DipantauDan Dievaluasi

Indikator yang disusun dalam RAD-PG Multi SektorKota Tanjungbalai

terdiri dari indikator output dan indikator proses dengan rencana pembiayaan

definitivenya. Berikut adalah indikator-indikator output yang disusun dan perlu

dilakukan pemantauan setiap tahunnya dengan koordinasi yang dapat dilakukan

oleh BAPPEDA Kota Tanjungbalai mengundang seluruh OPD dan lembaga

terlibat.

Indikator proses merupakan indikator yang disusun sesuai dengan rencana

strategis masing-masing OPD. Terdapat 12 OPD/Instansi di tingkat pemerintah

daerah Kota Tanjungbalai yang terlibat dalam rencana aksi daerah pangan dan

gizi (RAD-PG) ini. Masing-masing dengan program yang dimilikinya terlibat

aktif dan berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan pangan dan gizi

di Kota Tanjungbalai. Penganggaran dari APBD Kota Tanjungbalai juga

disampaikan dalam dokumen ini sebagai bukti komitmen pemerintah daerah

terhadap perbaikan pangan dan gizi masyarakat. Rincian pembiayaan

program/kegiatan ini selanjutnya disajikan di lampiran dokumen ini.

5.2. Waktu dan Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi

Waktu dan pelaksanaan pemantauan dan Evaluasi dilaksanakan dua kali

dalam satu tahun yaitu pada pertengahan dan akhir tahun yang diikuti seluruh

pemangku kepentingan yang terkait dengan RAD-PG dandikoordinir oleh

Bappeda Kota Tanjungbalai.

5.3. Pelaporan Hasil Pemantauan dan Evaluasi

Pelaporan bertujuan untuk memberikan informasi tentang hasil

pelaksanaan RAD-PG, memberikan informasi tentang tantangan dan kebijakan

BAB

5

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 72

yang telah dilakukan sekaligus sebagai bahan sosialisasi dan advokasi rencana

aksi.

Pelaporan dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut :

1. Melakukan pertemuan koordinasi dalam rangka penyusunan laporan untuk

membahas dan menyepakati substansi yang akan dilaporkan.

2. Mengirim laporan kepada Bappeda Provinsi Sumatera Utara c/q Bidang

Ekonomi, yaitu Laporan Semester Satu dan Laporan Akhir Tahun.

Dinas Kesehatan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 73

Tabel 5.1 Daftar Kegiatan RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 yang Dimonitoring dan Dievaluasi

No Pilar Program/Kegiatan yang dimonitoring dan

Evaluasi

Indikator yang Dimonitoring dan

Evaluasi

Frekuensi Monitoring

Frekuensi Evaluasi

OPD/Instansi

1. Perbaikan Gizi Masyarakat

Program : Perbaikan Gizi Masyarakat Kegiatan : 1. Penyusunan peta

informasi masyarakat kurang gizi

2. Pemberian tambahan makanan dan vitamin

3. Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, dan Kekurangan Zat Gizi Mikro Lainnya

4. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi

5. Penyusunan Laporan Program Gizi

1. Persentase gizi buruk yang ditangani

2. Persentase ibu hamil mendapatkan Fe

3. Persentase ibu hamil KEK dan anemia yang mendapatkan PMT

4. Persentase anak 5-59 bulan yang mendapatkan Vitamin A

3 bulan sekali

6 bulan sekali Dinas Kesehatan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 74

Program : Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Kegiatan : 1. Penyemprotan/fogging

sarang nyamuk 2. Pelayanan vaksinasi bagi

balita dan anak sekolah 3. Pelayanan pencegahan

dan penanggulangan penyakit menular

4. Pencegahan penularan penyakit Endemik/Epidemik

5. Peningkatan imunisasi Bagi Calon Jemaah Haji

6. Peningkatan surveilance Epidemiologi dan penanggulangan wabah

7. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (ide) pencegahan dan pemberantasan penyakit

1. Persentase anak 0-10 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap

2. Persentase anak usia sekolah dasar (BIAS) yang mendapatkan imunisasi

3. Angka Non Acute Flaccid (AFP) pada anak usia<5 Tahun per 100.000 penduduk

4. Persentase desa yang mencapai Universal Child Immunisation (UCI)

3 bulan sekali

6 bulan sekali Dinas Kesehatan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 75

Program : Upaya Kesehatan Masyarakat Kegiatan : 1. Pelayanan kesehatan

penduduk miskin di puskesmas jaringannya

2. Revitalisasi sistem kesehatan

3. Peningkatan kesehatan masyarakat

4. Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan

5. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan

6. Penyelenggaraan penyehatan lingkungan

3 bulan sekali

6 bulan sekali Dinas Kesehatan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 76

Program : Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya Kegiatan : 1. Pelatihan keterampilan

berusaha bagi keluarga miskin

2. Pelatihan keterampilan bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial

Meningkatnya Keterampilan dan adanya usaha yang dimiliki bagi keluarga miskin guna mencapai keluarga mandiri

3 bulan sekali

6 bulan sekali Dinas Sosial

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 77

Program : Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Kegiatan : 1. Pelayanan dan

perlindungan sosial, hukum bagi korban eksploitasi, perdagangan perempuan dan anak

2. Pelaksanaan KIE konseling dan kampanye sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

3. Pelatihan keterampilan dan praktek belajar kerja bagi anak terlantar termasuk anak jalanan, anak cacat dan anak nakal

4. Peningkatan kualitas pelayanan, sarana dan prasarana rehabilitasi kesejahteraan sosial bagi PMKS

5. Penyaluran beras miskin/Madani kepada masyarakat

6. Sosialisasi Peningkatan Pemahaman Orangtua Anak Disabilitas

1. Jumlah sosialisasi yang telah dilakukan dalam pelayanan dan perlindungan sosial, hukum bagi korban eksploitasi, perdagangan perempuan dan anak

2. Jumlah pelaksanaan KIE konseling dan kampanye sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

3. Jumlah masyarakat yang menerima beras raskin/madani

3 bulan sekali

6 bulan sekali

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 78

Pelaksanaan pemenuhan hak perempuan Program : Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan Kegiatan : 1. Monitoring, Evaluasi dan

Pelaporan

Jumlah pembinaan, koodinasi, monitoring dan evaluasi peningkatan kualitas hidup/perlindungan perempuan

3 bulan sekali

6 bulan sekali BPMP & KB

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 79

Pelaksanaan pemenuhan hak anak Program : Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan Kegiatan : 1. Peningkatan

kesejahteraan perempuandan prestasi anak

2. Operasional Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID)

3. Pembinaan Lembaga Pemberdayaan Perempuan Lanjut Usia yang Berbasis Gender

4. Pembinaan Forum Anak 5. Praktek keterampilan

bagi ibu-ibu di kecamatan

6. Jambore Anak

1. Jumlah sosialisasi dan advokasi peraturan terkait kebijakan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak di Kota Tanjungbalai.

2. Jumlah dokumen/kebijakan daerah dibidang kesejahteraan dan perlindungan anak tingkat Kota Tanjungbalai

3. Peningkatan kemampuan perempuan lanjut usia yang berbasis gender agar mandiri.

4. Jumlah Forum Anak Kota Tanjungbalai yang dibentuk

5. Meningkatnya keterampilan dan adanya usaha yang dimiliki agar mandiri bagi ibu-ibu di kecamatan di Kota Tanjungbalai.

6. Jumlah pelaksanaan Jambore Anak

3 bulan sekali

6 bulan sekali BPMP & KB

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 80

Pelaksanaan Pemberdayaan Keluarga Sejahtera dan Berencana Program : Keluarga Berencana Kegiatan : 1. Pelayanan KIE 2. Peningkatan

Perlindungan Hak Reproduksi Individu

3. Pembinaan Keluarga

Berencana

4. Penilaian KB Lestari, Keluarga Harmonis, Kelompok UPPKS, BKB dan PLKB Teladan.

1. Jumlah kerjasama/kemitraan dibidang kualitas kelembagaan kelangsungan hidup ibu, anak dan bayi

2. Kerjasama/kemitraan tentang pencegahan HIV/AIDS dan bahaya penanggulangan NAPZA di Provinsi dan Kab/Kota

3. Jumlah UPPKS yang terbentuk dan yang mengikuti pameran pada hari keluarga nasional

3 bulan sekali

6 bulan sekali BPMP & KB

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 81

Program : Pelayanan Kontrasepsi Kegiatan : 1. Pelayanan pemasangan

kontrasepsi KB 2. Pelayanan KB medis

operasi

3. Pengadaan alat kontrasepsi dan obat side effect

1. Jumlah

masyarakat yang terlayani pemasangan kontrasepsi KB

2. Jumlah masyarakat yang terlayani KB medis operasi

3. Jumlah alat kontrasepsi dan obat side effect yang tersedia sesuai dengan dokumen pengadaan

3 bulan sekali

6 bulan sekali BPMP & KB

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 82

2. Peningkatan Aksesibilitas Pangan

Program: Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Kegiatan : 1. Penyusunan database

potensi produksi pangan

2. Pemantauan dan Analisis Akses Pangan Masyarakat

3. Pengembangan diversifikasi tanaman

4. Peningkatan mutu dan keamanan pangan

5. Monitoring, evaluasi dan pelaporan

1. Produksi dan Produktivitas Padi

2. Produksi dan Produktivitas Jagung

3. Produksi dan Produktivitas Kedelai

3 bulan sekali

6 bulan sekali Dinas Pertanian& Peternakan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 83

Program : Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan Kegiatan : 1. Promosi atas hasil

produksi pertanian/perkebunan unggulan daerah

2. Pengolahan informasi permintaan pasar atas hasil produksi pertanian/perkebunan masyarakat

Perbanyakan Benih Tanaman Pangan

3 bulan sekali

6 bulan sekali Dinas Pertanian& Peternakan

Program: Peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan Kegiatan : 1. Pengadaan sarana dan

prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna

2. Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna

Nilai Tukar Petani (NTP)

3 bulan sekali

6 bulan sekali Dinas Pertanian& Peternakan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 84

Program : Peningkatan Produksi Pertanian/perkebunan Kegiatan : 1. Pengembangan bibit

unggul pertanian/perkebunan

Perbanyakan benih bibit unggul pertanian/perkebunan

3 bulan sekali

6 bulan sekali Dinas Pertanian dan Peternakan

Program : Pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan Kegiatan : 1. Peningkatan kapasitas

tenaga penyuluh pertanian/perkebunan

2. Penyuluhan dan pendampingan bagi pertanian/perkebunan

1. Jumlah tenaga penyuluh pertanian/perkebunan yang mengikuti lembaga pendidikan

2. Jumlah kelompok petani/kebun yang mengikuti bimbingan dan pelatihan untuk meningkatkan keahlian agar lebih mandiri.

3 bulan sekali

6 bulan sekali Dinas Kelautan dan Perikanan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 85

Program : Pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Kegiatan : 1. Pendataan masalah

peternakan 2. Pemeliharaan kesehatan

dan Pencegahan penyakit menular ternak

3. Pengawasan perdagangan ternak antar daerah

3 bulan sekali

6 bulan sekali Dinas Pertanian & Peternakan

Program : Peningkatan produksi hasil peternakan Kegiatan : 1. Pembibitan dan

perawatan ternak

3 bulan sekali

6 bulan sekali Dinas Pertanian & Peternakan

Program : Peningkatan produksi peternakan Kegiatan :

1. Penyuluhan penerapan teknologi peternakan tepat guna

- 3 bulan sekali

6 bulan sekali Dinas Pertanian & Peternakan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 86

Program : Pengembangan perikanan tangkap Kegiatan : 1. Pendampingan pada

kelompok nelayan perikanan tangkap

2. Pengadaan Sarana Perikanan Tangkap

3. Pendampingan Teknis Alat Mesin Perikanan Tangkap

3 bulan sekali

6 bulan sekali nas Perikanan & Kelautan

Program : Optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan Kegiatan : 1. Pemberdayaan

Masyarakat Pengolahan dan Pemasaran Produksi Perikanan

3 bulan sekali

6 bulan sekali Dinas Perikanan & Kelautan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 87

3. Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan

Program : Obat dan Perbekalan Kesehatan Kegiatan : 1. pengadaan obat

perbekalan kesehatan 2. peningkatan pemerataan

obat dan perbekalan kesehatan

3. pembinaan teknis manajemen obat bagi pengelola puskesmas

Jumlah Komunitas yang diberdayakan

2 kali setahun

2 kali setahun

Dinas Kesehatan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 88

Program : Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan Kegiatan : 1. Fasilitasi Penyelesaian

Permasalahan-permasalahan Pengaduan Konsumen

2. Peningkatan Pengawasan Peredaran Barang dan Jasa

3. Pengawasan Ukuran, Takaran, Timbangan dan Perlengkapannya

4. Survey, Monitoring Penertiban Izin Usaha

5. Sosialisasi Cukai Tembakau

6. Pengawasan Cukai Tembakau

7. Sosialisasi Metrologi Legal

Jumlah pasar yang diintervensi

2 kali setahun

2 kali setahun

Dinas Perindustrian dan Perdagangan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 89

Program: Pengawasan Obat dan Makanan Kegiatan : 1. Peningkatan

pemberdayaan konsumen/masyarakat di bidang obat dan makanan

2. Peningkatan Manajemen Obat

3 bulan sekali

6 bulan sekali Dinas Kesehatan

Program : Pemberdayaan Masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan Kegiatan : 1. Pembinaan Kelompok

Masyarakat Swakarsa Pengamanan Sunberdaya Kelautan dan Perikanan

3 bulan sekali

6 bulan sekali Dinas Perikanan & Kelautan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 90

Program : Peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut Kegiatan : 1. Penyuluhan hukum

dalam pendayagunaan sumberdaya laut

2. Peningkatan Pengawasan Kelautan dan Perikanan

3 bulan sekali

6 bulan sekali Dinas Perikanan & Kelautan

Program : Peningkatan Kegiatan Budaya Kelautan dan Wawasan Maritim kepada Masyarakat Kegiatan : 1. Penyuluhan Budaya

Kelautan

3 bulan sekali

6 bulan sekali Dinas Perikanan & Kelautan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 91

Program : Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan Kegiatan : 1. Pembinaan Kelompok

dan Pengusahaan Perikanan

2. Penyediaan Sarana Penyuluhan Perikanan

3 bulan sekali

6 bulan sekali Dinas Perikanan & Kelautan

4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Program : Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan : 1. Pengembangan media

promosi dan informasi sadar hidup sehat

2. Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat

3. Peningkatan pendidikan tenaga penyuluh kesehatan

1. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan sehat

2. Persentase Desa Siaga Aktif

3 bulan sekali

6 bulan sekali Dinas Kesehatan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 92

Program : Pengembangan Lingkungan Sehat Kegiatan : 1. Penyuluhan

menciptakan lingkungan sehat

2. Sosialisasi kebijakan lingkungan sehat

3. Monitoring, evaluasi dan pelaporan

1. Persentase keluarga menghuni rumah yang memenuhi syarat kesehatan

2. Persentase keluarga menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan

3. Persentase Keluarga Menggunakan Air Bersih

Dinas Kesehatan

Program : Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Kegiatan : 1. Pembangunan sarana air

bersih dan sanitary 2. Pelatihan kompetensi

siswa berprestasi

3 bulan sekali

6 bulan sekali Dinas Pendidikan

5 Kelembagaan Pangan dan Gizi

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 93

Program : Peningkatan Kesejahteraan Petani Kegiatan : Pelatihan Petani dan Pelaku Agribisnis

3 bulan sekali

6 bulan sekali Dinas Pertanian & Peternakan

Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak Program: Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender (PUG) dan Anak Kegiatan: 1. Penyusunan Naskah

Akademik Raperda Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Daerah.

2. Advokasi Perencanaan Penganggaran Responsif Gender.

1. Jumlah dokumen/kebijakan daerah dibidang penguatan kelembagaan PUG.

2. Pembentukan Sekretariat PPRG Kota Tanjungbalai.

3 bulan sekali

6 bulan sekali BPMP &KB

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 94

Program : Pengembangan sistem penyuluhan perikanan Kegiatan : 1. Pembinaan Kelompok

dan Pengusahaan Perikanan

2. Penyediaan Sarana Penyuluhan Perikanan

3 bulan sekali

6 bulan sekali Dinas Perikanan & Kelautan

Program : Pengembangan Data/Informasi Kegiatan : Fasilitasi dan Koordinasi RAD Pangan dan Gizi Kota Tanjungbalai

Laporan Kegiatan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD PG) Kota Tanjungbalai

3 bulan sekali

6 bulan sekali Bappeda

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 95

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 96

LAMPIRAN RENCANA AKSI

Matriks Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) Kota Tanjungbalai Tahun 2016-2020

No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/

Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

1. Perbaikan Gizi Masyarakat

Program : Perbaikan Gizi Masyarakat Kegiatan : 1. Penyusunan peta

informasi masyarakat kurang gizi

2. Pemberian tambahan makanan dan vitamin

3. Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, dan Kekurangan Zat Gizi Mikro Lainnya

4. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi

5. Penyusunan Laporan Program Gizi

1. Persentase gizi buruk yang ditangani

Dinas Kesehatan

2. Persentase ibu hamil mendapatkan Fe

3. Persentase ibu hamil KEK dan anemia yang mendapatkan PMT

4. Persentase anak 5-59 bulan yang mendapatkan Vitamin A

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 97

No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/

Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Program : Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Kegiatan : 1. Penyemprotan/fog

ging sarang nyamuk

2. Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah

3. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

4. Pencegahan penularan penyakit Endemik/Epidemik

5. Peningkatan imunisasi Bagi Calon Jemaah Haji

6. Peningkatan surveilance Epidemiologi dan penanggulangan wabah

7. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (ide) pencegahan dan pemberantasan penyakit

1. Persentase anak 0-10 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap

2. Persentase anak usia sekolah dasar (BIAS) yang mendapatkan imunisasi

3. Angka Non Acute Flaccid (AFP) pada anak usia<5 Tahun per 100.000 penduduk

4. Persentase desa yang mencapai Universal Child Immunisation (UCI)

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 98

No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/

Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Program : Upaya Kesehatan Masyarakat Kegiatan : 1. Pelayanan

kesehatan penduduk miskin di puskesmas jaringannya

2. Revitalisasi sistem kesehatan

3. Peningkatan kesehatan masyarakat

4. Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan

5. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan

6. Penyelenggaraan penyehatan lingkungan

Program : Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya Kegiatan : 1. Pelatihan

keterampilan berusaha bagi keluarga miskin

2. Pelatihan keterampilan bagi penyandang

Meningkatnya Keterampilan dan adanya usaha yang dimiliki bagi keluarga miskin guna mencapai keluarga mandiri

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 99

No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/

Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

masalah kesejahteraan sosial

Program : Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Kegiatan : 1. Pelayanan dan

perlindungan sosial, hukum bagi korban eksploitasi, perdagangan perempuan dan anak

2. Pelaksanaan KIE konseling dan kampanye sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

3. Pelatihan keterampilan dan praktek belajar kerja bagi anak terlantar termasuk anak jalanan, anak cacat dan anak nakal

4. Peningkatan kualitas pelayanan, sarana dan prasarana rehabilitasi kesejahteraan sosial bagi PMKS

5. Penyaluran beras miskin/Madani kepada

1. Jumlah sosialisasi yang telah dilakukan dalam pelayanan dan perlindungan sosial, hukum bagi korban eksploitasi, perdagangan perempuan dan anak

2. Jumlah pelaksanaan KIE konseling dan kampanye sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

3. Jumlah masyarakat yang menerima beras raskin/madani

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 100

No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/

Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

masyarakat 6. Sosialisasi

Peningkatan Pemahaman Orangtua Anak Disabilitas

Pelaksanaan pemenuhan hak perempuan Program : Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan Kegiatan : 1. Monitoring,

Evaluasi dan Pelaporan

Jumlah pembinaan, koodinasi, monitoring dan evaluasi peningkatan kualitas hidup/perlindungan perempuan

Pelaksanaan pemenuhan hak anak Program : Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan Kegiatan : 1. Peningkatan

kesejahteraan perempuan dan prestasi anak

2. Operasional

Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID)

1. Jumlah sosialisasi dan advokasi peraturan terkait kebijakan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak di Kota Tanjungbalai.

2. Jumlah

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 101

No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/

Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

3. Pembinaan Lembaga Pemberdayaan Perempuan Lanjut Usia yang Berbasis Gender

4. Pembinaan Forum

Anak 5. Praktek

keterampilan bagi ibu-ibu di kecamatan

6. Jambore Anak

dokumen/kebijakan daerah dibidang kesejahteraan dan perlindungan anak tingkat Kota Tanjungbalai

3. Peningkatan kemampuan perempuan lanjut usia yang berbasis gender agar mandiri.

4. Jumlah Forum Anak Kota Tanjungbalai yang dibentuk

5. Meningkatnya keterampilan dan adanya usaha yang dimiliki agar mandiri bagi ibu-ibu di kecamatan di Kota Tanjungbalai.

6. Jumlah pelaksanaan Jambore Anak

Pelaksanaan Pemberdayaan Keluarga Sejahtera dan Berencana Program : Keluarga Berencana Kegiatan : 1. Pelayanan KIE

1. Jumlah kerjasama/kemitraan dibidang

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 102

No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/

Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

2. Peningkatan Perlindungan Hak Reproduksi Individu

3. Pembinaan

Keluarga Berencana

4. Penilaian KB

Lestari, Keluarga Harmonis, Kelompok UPPKS, BKB dan PLKB Teladan.

kualitas kelembagaan kelangsungan hidup ibu, anak dan bayi

2. Kerjasama/kemitraan tentang pencegahan HIV/AIDS dan bahaya penanggulangan NAPZA di Provinsi dan Kab/Kota

3. Jumlah UPPKS yang terbentuk dan yang mengikuti pameran pada hari keluarga nasional

Program :

Pelayanan Kontrasepsi Kegiatan : 1. Pelayanan

pemasangan kontrasepsi KB

2. Pelayanan KB

medis operasi

3. Pengadaan alat kontrasepsi dan obat side effect

1. Jumlah masyarakat yang terlayani pemasangan kontrasepsi KB

2. Jumlah masyarakat yang terlayani KB medis operasi

3. Jumlah alat kontrasepsi dan obat side effect yang tersedia sesuai dengan dokumen pengadaan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 103

No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/

Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

2. Peningkatan Aksesibilitas Pangan

Program: Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Kegiatan : 1. Penyusunan

database potensi produksi pangan

2. Pemantauan dan Analisis Akses Pangan Masyarakat

3. Pengembangan diversifikasi tanaman

4. Peningkatan mutu dan keamanan pangan

5. Monitoring, evaluasi dan pelaporan

1. Produksi dan Produktivitas Padi

2. Produksi dan Produktivitas Jagung

3. Produksi dan Produktivitas Kedelai

Program : Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan Kegiatan : 1. Promosi atas

hasil produksi pertanian/perkebunan unggulan daerah

2. Pengolahan informasi permintaan pasar atas hasil produksi

Perbanyakan Benih Tanaman Pangan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 104

No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/

Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

pertanian/perkebunan masyarakat

Program: Peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan Kegiatan : 1. Pengadaan sarana

dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna

2. Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna

Nilai Tukar Petani (NTP)

Program : Peningkatan Produksi Pertanian/perkebunan Kegiatan : 1. Pengembangan

bibit unggul pertanian/perkebunan

Perbanyakan benih bibit unggul pertanian/perkebunan

Program : Pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan Kegiatan : 1. Peningkatan

kapasitas tenaga penyuluh pertanian/perkeb

1. Jumlah tenaga

penyuluh pertanian/perkebunan yang mengikuti

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 105

No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/

Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

unan 2. Penyuluhan dan

pendampingan bagi pertanian/perkebunan

lembaga pendidikan

2. Jumlah kelompok petani/kebun yang mengikuti bimbingan dan pelatihan untuk meningkatkan keahlian agar lebih mandiri.

Program : Pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Kegiatan : 1. Pendataan

masalah peternakan

2. Pemeliharaan kesehatan dan Pencegahan penyakit menular ternak

3. Pengawasan perdagangan ternak antar daerah

Program : Peningkatan produksi hasil peternakan Kegiatan : 1. Pembibitan dan

perawatan ternak

Program : Peningkatan produksi peternakan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 106

No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/

Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kegiatan : 1. Penyuluhan

penerapan teknologi peternakan tepat guna

Program : Pengembangan perikanan tangkap Kegiatan : 1. Pendampingan

pada kelompok nelayan perikanan tangkap

2. Pengadaan Sarana Perikanan Tangkap

3. Pendampingan Teknis Alat Mesin Perikanan Tangkap

Program : Optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan Kegiatan : 1. Pemberdayaan

Masyarakat Pengolahan dan Pemasaran Produksi Perikanan

3. Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan

Program : Obat dan Perbekalan Kesehatan Kegiatan : 1. pengadaan

obatperbekalan kesehatan

Jumlah Komunitas yang diberdayakan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 107

No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/

Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

2. peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan

3. pembinaan teknis manajemen obat bagi pengelola puskesmas

Program : Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan Kegiatan : 1. Fasilitasi

Penyelesaian Permasalahan-permasalahan Pengaduan Konsumen

2. Peningkatan Pengawasan Peredaran Barang dan Jasa

3. Pengawasan Ukuran, Takaran, Timbangan dan Perlengkapannya

4. Survey, Monitoring Penertiban Izin Usaha

5. Sosialisasi Cukai Tembakau

6. Pengawasan Cukai Tembakau

7. Sosialisasi Metrologi Legal

Jumlah pasar yang diintervensi

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 108

No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/

Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Program: Pengawasan Obat dan Makanan Kegiatan : 1. Peningkatan

pemberdayaan konsumen/masyarakat di bidang obat dan makanan

2. Peningkatan Manajemen Obat

Program : Pemberdayaan Masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan Kegiatan : 1. Pembinaan

Kelompok Masyarakat Swakarsa Pengamanan Sunberdaya Kelautan dan Perikanan

Program : Peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut Kegiatan : 1. Penyuluhan

hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut

2. Peningkatan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 109

No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/

Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Pengawasan Kelautan dan Perikanan

Program : Peningkatan Kegiatan Budaya Kelautan dan Wawasan Maritim kepada Masyarakat Kegiatan : 1. Penyuluhan

Budaya Kelautan

Program : Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan Kegiatan : 1. Pembinaan

Kelompok dan Pengusahaan Perikanan

2. Penyediaan Sarana Penyuluhan Perikanan

4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Program : Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan : 1. Pengembangan

media promosi dan informasi sadar hidup sehat

2. Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat

3. Peningkatan pendidikan tenaga

1. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan sehat

2. Persentase Desa Siaga Aktif

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 110

No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/

Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

penyuluh kesehatan

Program : Pengembangan Lingkungan Sehat Kegiatan : 1. Penyuluhan

menciptakan lingkungan sehat

2. Sosialisasi kebijakan lingkungan sehat

3. Monitoring, evaluasi dan pelaporan

1. Persentase keluarga menghuni rumah yang memenuhi syarat kesehatan

2. Persentase keluarga menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan

3. Persentase Keluarga Menggunakan Air Bersih

Program : Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Kegiatan : 1. Pembangunan

sarana air bersih dan sanitary

2. Pelatihan kompetensi siswa berprestasi

5 Kelembagaan Pangan dan Gizi

Program : Peningkatan Kesejahteraan Petani Kegiatan : Pelatihan Petani dan Pelaku Agribisnis

Dinas Pangan & Pertanian

Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak

Dinas PM, P & KB

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 111

No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/

Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Program: Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender (PUG) dan Anak Kegiatan: 1. Penyusunan

Naskah Akademik Raperda Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Daerah.

2. Advokasi Perencanaan Penganggaran Responsif Gender.

1. Jumlah dokumen/kebijakan daerah dibidang penguatan kelembagaan PUG.

2. Pembentukan Sekretariat PPRG Kota Tanjungbalai.

Program : Pengembangan sistem penyuluhan perikanan Kegiatan : 1. Pembinaan

Kelompok dan Pengusahaan Perikanan

2. Penyediaan Sarana Penyuluhan Perikanan

Program : Pengembangan Data/Informasi Kegiatan : Fasilitasi dan Koordinasi RAD Pangan dan Gizi Kota Tanjungbalai

Laporan Kegiatan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD PG) Kota Tanjungbalai

-

-

1 Dokum

en

1 Dokumen

1 Dokumen

Bappeda

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 112

No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/

Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020