Upload
lamhanh
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu unsur keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh
ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, memiliki fisik yang
tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Hal ini sangat
ditentukan oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh
jumlah asupan pangan yang dikonsumsi. Oleh karena itu pemenuhan pangan dan
gizi untuk kesehatan warga negara merupakan investasi untuk peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Pengaturan tentang pangan tertuang dalam
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang menyatakan bahwa
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan
pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Pemenuhan hak atas pangan dicerminkan pada definisi ketahanan pangan
yaitu : “kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan,
yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif,
dan produktif secara berkelanjutan”. Kecukupan pangan yang baik mendukung
tercapainya status gizi yang baik sehingga akan menghasilkan generasi muda yang
berkualitas.
Pembangunan pangan dan gizi merupakan sebuah investasi strategis yang
akan memberikan dampak dalam jangka panjang bagi peningkatan kualitas dan
produktifitas sumberdaya manusia. Pengaruh pangan dan gizi begitu signifikan
sehingga pemerintah menetapkan program percepatan pangan dan gizi utamanya
BAB
1
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 2
pada 1000 hari pertama kehidupan (Perpres No. 42 Tahun 2013).
Berkaitan dengan rencana aksi nasional pangan dan gizi 2015-2019,
pendekatan multisektor menjadi pilihan pendekatan yang akan diterapkan.
Meskipun aspek kesehatan menjadi indikator dominan dalam output rencana aksi
pangan dan gizi, proses pencapaian aspek ini sangat membutuhkan dukungan dari
multi sektor yang saling bersinergi dalam program dan pelaksanaannya. Demikian
pula, aspek pemerataan akses pangan dan penggunaan pangan yang aman,
bergizi, dan beragam melalui program yang saling terintegrasi (multisektor)
merupakan perhatian utama agenda internasional dalam Sustainable Development
Goals (SDGs) dengan prinsipnya: “No one leave behind”.
Pembangunan pangan dan gizi secara nasional telah dimulai sejak tahun
2001 dengan program-program yang tersusun sebagai upaya pencapaian tujuan
Pembangunan Milenium (MDGs).Selanjutnya, pembangunan ketahanan pangan
dan gizi saat ini, 2016-2021, melanjutkan trend positif pembangunan pangan dan
gizi dengan pendekatan multisektor. Program-program kesehatan tetap menjadi
leading sector dalam peningkatan status kesehatan masyarakat ditunjang dengan
sinergisme program-program unit kerja lainnya dalam rangka memenuhi sufficient
conditions pencapaian status gizi masyarakat.
1.2 Tujuan Penyusunan RAD-PG
Tujuan umum penyusunan dokumen Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi
(RAD-PG) Multisektor Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019adalah sebagai
panduan yang diacu dan arahan yang diperhatikan bagi OPD, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, organisasi non pemerintah, institusi masyarakat dan pelaku lain
untuk berperan serta meningkatkan kontribusinya dalam upaya mewujudkan
ketahanan pangan dan perbaikan gizi di Kota Tanjungbalai.
Berikut tujuan khusus penyusunan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi
(RAD-PG) Multisektor Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019:
1. Meningkatkan pemahaman dan peran seluruh stakeholder dan masyarakat
untuk pemantapan ketahanan pangan dan perbaikan gizi Kota Tanjungbalai;
2. Meningkatkan koordinasi pembangunan ketahanan pangan dan perbaikan
gizi sehingga terjaga keterpaduan mulai dari aspek perencanaan,
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 3
implementasi, dan evaluasi dalam pembangunan pangan dan gizi di Kota
Tanjungbalai;
3. Meningkatkan kemampuan dalam menetapkan prioritas penanganan
masalah pangan dan gizi;
4. Menetapkan pilihan intervensi yang tepat sesuai kebutuhan Kota
Tanjungbalai;
5. Membangun dan mengoptimalkan lembaga pangan dan gizi Kota
Tanjungbalai;
6. Meningkatkan kemampuan dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan
pangan dan gizi di Kota Tanjungbalai.
1.3 Dasar Hukum Penyusunan RAD-PG
Dasar hukum penyusunan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-
PG) Multisektor Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, khususnya Pasal
63 ayat (3) yang menyebutkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah
menyusun rencana aksi Pangan dan Gizi setiap 5 (lima) tahun;
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya
Pasal 142 ayat (5) yang menyebutkan Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat melakukan upaya untuk mencapai status gizi yang baik;
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan
dan Gizi, khususnya pasal 1 ayat (1) yang mengatur ketahanan pangan dan
gizi serta Pasal 37 (ayat 1) yang mengatur tentang perbaikan Status Gizi
Masyarakat;
e. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi;
f. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019;
g. Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tanjungbalai Tahun 2016-2021.
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 4
PANGAN DAN GIZI
SEBAGAI INTERVENSI
PEMBANGUNAN
2.1 Situasi Pangan dan Gizi
2.1.1 Situasi Pangan
UU No 18 tahun 2012 menyatakan bahwa Negara berkewajiban
mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi Pangan
yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional
maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumber
daya, kelembagaan, dan budaya lokal.
Menurut UU no 18 Tahun 2012 Pasal 4, Penyelenggaraan Pangan
bertujuan untuk (1) meningkatkan kemampuan memproduksi Pangan secara
mandiri; (2) menyediakan Pangan yang beraneka ragam dan memenuhi
persyaratan keamanan, mutu, dan Gizi bagi konsumsi masyarakat; (3)
mewujudkan tingkat kecukupan Pangan, terutama Pangan Pokok dengan harga
yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat; (4)
mempermudah atau meningkatkan akses Pangan bagi masyarakat, terutama
masyarakat rawan Pangan dan Gizi; (5) meningkatkan nilai tambah dan daya
saing komoditas Pangan di pasar dalam negeri dan luar negeri; (6) meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang Pangan yang aman, bermutu, dan
bergizi bagi konsumsi masyarakat; (7) meningkatkan kesejahteraan bagi Petani,
Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Pelaku Usaha Pangan; dan (8) melindungi dan
mengembangkan kekayaan sumberdaya Pangan nasional.
Tujuan pertama penyelenggaraan pangan adalah penyediaan pangan bagi
BAB
2
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 5
masyarakat. Adapun situasi pangan Kota Tanjungbalai dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Ketersediaan Energi dan Protein
Ketersediaan pangan merupakan aspek penting dalam mewujudkan
ketahanan pangan. Penyediaan pangan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pangan bagi masyarakat, rumah tangga dan perseorangan secara berkelanjutan.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan meningkatkan kuantitas
serta kualitas konsumsi pangan, diperlukan target pencapaian angka
ketersediaan pangan per kapita per tahun sesuai dengan angka kecukupan
gizinya. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII Tahun 2004
merekomendasikan kriteria ketersediaan energi ditetapkan minimal 2200
kkal/kapita/hari untuk energi dan minimal 57 gram/kapita/hari untuk protein.
Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari 3 sumber, yaitu: 1)produksi
dalam negeri; 2) pemasokan pangan; 3) pengelolaan cadangan pangan.
Ketersediaan pangan dapat diamati pada berbagai tingkatan mencakup rumah
tangga,regional (kab/kota,provinsi)dan nasional. Penyediaan pangan yang
sesuai dengan kebutuhan gizipenduduk baik jumlah maupun mutunya
merupakan harapan setiap upaya pemenuhan kebutuhan pangan.
Tabel 2.1
Ketersediaan Energi dan Protein Penduduk Kota Tanjungbalai
Tahun 2014 -2015
No Tahun Uraian Proporsi
Nabati
Proporsi
Hewani Total
1 2014
Energi kkal/kap/hr
% 74,1 385,9 460,0
Protein kkal/kap/hr
% 15,1 65,6 80,7
2 2015
Energi kkal/kap/hr
% 76,2 380,2 456,4
Protein kkal/kap/hr
% 15,2 69,2 84,4 Sumber: Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai, 2016
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 6
Berdasarkan gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa ketersediaan energi di
Kota Tanjungbalai pada tahun 2014 sebesar460 kkal/kap/hr berada dibawah
kriteria energi minimal 2.200 kkal/kap/hr yangdirekomendasi WNPG VIII
Tahun 2004. Untuk tahun 2015 ketersediaan energi sebesar 456,4 kkal/kap/hr,
terjadi penurunan ketersediaan energi, hal ini disebabkan karena adanya
penurunan produksi beberapa komoditas pangan sumber energi di Kota
Tanjungbalai.
Gambar 2.1
Perkembangan Ketersediaan Energi (Kkal/kap/hr)
Tahun 2014-2015 di Kota Tanjungbalai
Sumber : Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai, 2016
Untuk protein, berdasarkan gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa tingkat
ketersediaan protein di Kota Tanjungbalai pada tahun 2014 sebesar 80,7 gr/kap/hr
melebihi rekomendasi angka kecukupan gizi WNPG VIII Tahun 2004 sebesar 57
gr/kap/hr. Tahun 2015 terjadi peningkatan ketersediaan protein sebesar 84,4
gr/kap/hr, hal ini disebabkan karena adanya peningkatan produksi beberapa
komoditas pangan sumber protein di Kota Tanjungbalai.
74,1 76,2
385,9 380,2
460 456,4
050
100150200250300350400450500
2014 2015
Ketersediaan Energi (Kkal/kap/hr)
Proporsi Nabati Proporsi Hewani Total
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 7
Gambar 2.2
Perkembangan Ketersediaan Protein (gr/kap/hr)
Tahun 2014-2015 di Kota Tanjungbalai
Sumber : Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai, 2016
Berdasarkan pedoman umum diversifikasi pangan yang dijadikan sebagai
dasar penyusunan Pola Pangan Harapan (PPH) Nasional maka kelompok pangan
yang dibutuhkan masyarakat meliputi: 1) padi-padian, 2) umbi-umbian, 3) pangan
hewani, 4) kacang-kacangan, 5) sayur dan buah, 6) biji berminyak, 7) lemak dan
minyak, 8) gula serta 9) kebutuhan lainnya seperti mineral.
Kelompok pangan yang dibutuhkan masyarakat yang pertama adalah padi-
padian, di Kota Tanjungbalai terdapat produksi padi sawah dengan irigasi
setengah teknis yang perkembangannya berfluktuasi setiap tahunnya. Lahan
sawah yang ada di Kota Tanjungbalai terdapat pada Kecamatan Datuk Bandar,
Datuk Bandar Timur dan Sei Tualang Raso.
Luas panen padi sawah pada Tahun 2015 mencapai 226 Ha dengan
produksi 1.063 Ton dan produktivitas 47,03 Kw/Ha. Panen padi di Kota
Tanjungbalai terjadi pada bulan Januari sampai Februari dan Agustus sampai
Desember. Gambar 2.2menunjukkan perkembangan produksi padi sawah di Kota
15,1 15,2
65,6 69,2
80,7 84,4
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
2014 2015
Ketersediaan Protein (gr/kap/hr)
Proporsi Nabati Proporsi Hewani Total
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 8
Tanjungbalai (ton) Tahun 2010-2015.
Gambar 2.2
Perkembangan Produksi Padi Sawah di Kota Tanjungbalai (ton)
Tahun 2010-2015
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tanjungbalai, 2016
Ketersediaan pangan adalah kondisi tersedianya pangan dari hasil produksi
dalam negeri dan cadangan pangan nasional serta impor apabila kedua sumber
utama tidak dapat memenuhi kebutuhan, dimana Pemerintah dan Pemerintah
Daerah bertanggungjawab atas ketersediaan pangan di daerah dan pengembangan
produksi pangan lokal di daerah. Penyediaan pangan diwujudkan untuk memenuhi
kebutuhan dan konsumsi pangan bagi masyarakat, rumah tangga dan
perseorangan secara berkelanjutan.
Gambar 2.3 menunjukkan ketersediaan bahan pangan strategis dalam hal ini
padi sawah di Kota Tanjungbalai (ton) dari Tahun 2013-2015.Perkembangan
ketersediaan padi sawah di Kota Tanjungbalai setiap tahunnya mengalami
peningkatan, pada tahun 2013 ketersediaan padi sawah sebesar 2248,8 ton
kemudian meningkat di tahun 2014 sebesar 2797 ton dan untuk tahun 2015
meningkat lagi sebesar 3751,2 ton, hal ini disebabkan oleh peningkatan produksi
padi sawah di Kota Tanjungbalai.
2552
14971134,6 1223,6
657
1063
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Perkembangan Produksi Padi Sawah di Kota
Tanjungbalai (ton) Tahun 2010-2015
Ton
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 9
Gambar 2.3
Ketersediaan Padi Sawah di Kota Tanjungbalai (ton)
Tahun 2013-2015
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tanjungbalai, 2016 (diolah)
Untuk mewujudkan ketersediaan pangan melalui pengembangan pangan
lokal, dimana pemerintah daerah menetapkan jenis pangan lokalnya. Penyediaan
pangan diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan dan konsumsi pangan bagi
masyarakat, rumah tangga dan perseorangan secara berkelanjutan. Produksi
pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah,
membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan/atau mengubah
bentuk pangan.
Untuk mewujudkan ketersediaan pangan melalui produksi pangandalam
negeri dilakukan dengan:
a. Mengembangkan produksi pangan yang bertumpu pada sumber daya,
kelembagaan dan budaya lokal;
b. Mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan;
c. Mengembangkan sarana, prasarana dan teknologi untuk produksi,
penanganan pascapanen, pengolahan dan penyimpanan pangan;
d. Membangun, merehabilitasi dan mengembangkan prasarana produksi pangan;
e. Mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif;
2248,8
2797
3751,2
0
1000
2000
3000
4000
2013 2014 2015
Ketersediaan Padi Sawah di Kota Tanjungbalai (ton)
Tahun 2013-2015
Ton
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 10
f. Membangun kawasan sentra produksi pangan.
Tabel 2.2
Perkembangan Produksi Bahan Pangan Strategis di
Kota Tanjungbalai (ton) Tahun 2013-2015
No Bahan Pangan
Strategis 2013 2014 2015
1 Padi Sawah 1223,6 657 1063
2 Ubi Kayu 493 493 54
3 Jagung 89,7 139 96
4 Kacang Panjang 426,3 533 175
5 Terong 200,1 315 127
6 Bayam 236,9 290 62
7 Cabai 195,7 225 199
8 Sawi 209,8 152 199
9 Kangkung 396,1 231 76
10 Ketimun 384,8 332 209
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tanjungbalai, 2016
Gambar 2.4
Perkembangan Produksi Bahan Pangan Strategis
di Kota Tanjungbalai (ton) Tahun 2013-2015
1223,6493
89,7 426,3 200,1 236,9 195,7 209,8 396,1 384,8
657
493
139
533315 290 225 152
231 332
1063
5496
175127 62 199 199 76 209
0500
100015002000250030003500
Perkembangan Produksi Bahan Pangan Strategis di
Kota Tanjungbalai (ton) Tahun 2013-2015
2013 2014 2015
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 11
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tanjungbalai, 2016
2. Perkembangan Konsumsi Energi dan Protein
Konsumsi pangan, baik secara kuantitas maupun kualitas, harus dipenuhi
agar setiap orang dapat hidup sehat, aktif dan produktif. Gambaran pemenuhan
kuantitas konsumsi pangan diketahui dari tingkat konsumsi energi dan protein
aktual terhadap Angka Kecukupan Gizi/AKG (rekomendasi WNPG Tahun
2004), yaitu Angka Kecukupan Energi (AKE) 2000 kkal/kapita/hari dan Angka
Kecukupan Protein (AKP) sebesar 52 gram/kapita/hari.
Tabel 2.3. Konsumsi Energi dan Protein Penduduk Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2011-2014
Tahun Konsumsi Energi (kkal/kap/hari)
Konsumsi Protein (gr/kap/hari)
2010 1.977,0 56,4 2011 1.993,6 57,6 2012 1.997,2 62,8 2013 1.995,4 55,8 2014 1.998,5 55,3
Sumber : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2016
Grafik 2.4. Konsumsi Energi Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010-2014 (Kkal/kapita/hari)
1.977,00
1.993,60
1.997,20
1.995,40
1.998,50
2010 2011 2012 2013 2014
Konsumsi Energi (Kkal/Kapita/Hari)
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 12
Sumber: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2016 (diolah)
Grafik 2.5. Ketersediaan Energi Penduduk Sumatera Utara Tahun 2011-2014
(gr/kapita/hari) Sumber: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2016 (diolah)
Tahun 2011-2013 konsumsi padi sawah mengalami stagnasi sebesar 108,8
ton namun tahun 2013-2015 mengalami fluktuasi.Gambar 2.6 menunjukkan
perkembangan konsumsi bahan pangan strategis dalam hal ini padi sawah di
Kota Tanjungbalai (ton) dari tahun 2012-2015.
Gambar 2.6
Perkembangan Konsumsi Padi Sawah
Di Kota Tanjungbalai (ton) Tahun 2011-2015
56,457,6
62,8
55,855,3
2010 2011 2012 2013 2014
Konsumsi Protein (gr/Kapita/Hari)
108,8 108,8108,8
128,3126,32
95
100
105
110
115
120
125
130
2011 2012 2013 2014 2015
Perkembangan Konsumsi Padi Sawah di Kota
Tanjungbalai (ton) Tahun 2011-2015
Ton
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 13
Sumber : Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai, 2016
3. Distribusi Pangan dan Harga Pangan
Distribusi pangan merupakan hal yang sangat penting dalam
menyalurkan bahan pangan dari produsen ke konsumen atau masyarakat.
Aspek distribusi pangan dituntut untuk menjawab tantangan atas kesenjangan
produksi dan konsumsi antar daerah dan antar waktu. Permasalahan distribusi
pangan secara fisik masih disebabkan oleh kurang memadainya kondisi sarana
dan prasarana (infrastruktur) di Kota Tanjungbalai. Fasilitas prasarana jalan,
pelabuhan dan sarana angkutan yang kurang memadai menyebabkan biaya
distribusi dari produsen ke konsumen menjadi mahal.
Akses masyarakat terhadap pangan secara umum cukup baik sesuai
dengan tingkat pendapatan masyarakat. Namun bagi masyarakat kurang
mampu, akses terhadap pangan pokok masih mengkhawatirkan karena
kemampuan daya beli yang rendah, meskipun secara fisik pangan tersedia
sampai ke daerah terpencil, namun jika kemampuan daya beli masyarakat
rendah maka akan menghambat untuk memperoleh pangan yang cukup.
Untuk harga pangan yang merupakan unsur paling utama dalam
distribusi, selama periode 2009 s/d 2013, secara umum terjadi kenaikan
walaupun beberapa komoditi terjadi fluktuasi secara tajam, seperti cabai merah
dan daging ayam ras. Kenaikan harga tertinggi terjadi pada komoditi telur
ayam buras dan minyak gorengyaitu 15,53 %dan 13,38 % per tahun.
Sedangkan peningkatan harga terendah terjadi pada komoditi daging ayam ras
yaitu 3,18 % per tahun (keadaan ini masih dapat ditolerir karena masih di
bawah 20 %).
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 14
Grafik 2.7. Perkembangan harga pangan 2009 – 2013 di Sumatera Utara Sumber: Renstra Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2016 (diolah)
4. Perkembangan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Kualitas dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan
aman ditunjukkan dengantingkat skor pola pangan harapan (PPH). PPH atau
desirable dietary pattern diperkenalkan pertama kali oleh FAO-RAPA dalam
pertemuan konsultasi FAO-RAPA di Bangkok pada tahun 1989. PPH
disarankan untuk digunakan bagi setiap negara dikawasan Asia Pasifik yang
dalam penerapannya perlu diadaptasi sesuai pola konsumsi pangan dan
kebutuhan gizi setempat.
PPH berguna (1) sebagai alat atau instrumen perencanaan konsumsi
pangan, ketersediaan pangan dan produksi pangan; (2) sebagai instrumen
evaluasi tingkat pencapaian konsumsi pangan, penyediaan pangan dan
produksi pangan, baik penyediaan dan konsumsi pangan; (3) dapat pula
digunakan sebagai basis pengukuran diversifikasi dan ketahanan pangan; (4)
sebagai pedoman dalam merumuskan kebijakan pangan dan gizi.
PPH sebagai instrumen dan indikator penting dalam perencanaan pangan
dan gizi di suatu wilayah diperlukan informasi tentang pola konsumsi energi
dan konsumsi pangan anjuran dengan mempertimbangkan : (1) pola konsumsi
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
2008
2009
2010
2011
2012
2013
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 15
pangan penduduk saat ini; (2) kebutuhan gizi yang dicerminkan oleh pola
kebutuhan energi (asumsi: dengan makan anekaragam pangan, kebutuhan akan
zat gizi lain akan terpenuhi); (3) mutu gizi makanan yang dicerminkan oleh
kombinasi makanan yang mengandung protein hewani, sayur dan buah; (4)
pertimbangan masalah gizi dan penyakit yang berhubungan dengan gizi; (5)
kecenderungan permintaan (daya beli); (6) kemampuan penyediaan dalam
konteks ekonomi dan wilayah.
Badan Urusan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian dan sektor
terkait serta pakar pangan dan gizi pada tanggal 31 Oktober 2000 menyepakati
penyempurnaan komposisi PPH untuk target perencanaan konsumsi penduduk
pada tingkat nasional di tahun 2020 seperti disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.5
Standar Ideal PPH Nasional Tahun 2020
No Kelompok
Pangan
PPH
FAO
PPH
Nasional
2020 (%)
Kisa-
ran
(%)
Kon-
sumsi
Energi
(Kkal)
Konsumsi
Bahan
Pangan
(gram/kap/ha
ri)
Bobot Skor
1 Padi-
padian 40.0 50.0 40-60 1100 300 0.5 25.0
2 Umbi-
umbian 5.0 6.0 0-8 132 100 0.5 2.5
3 Pangan
hewani 20.0 12.0 5-20 264 150 2.0 24.0
4 Kacang-
kacangan 6.0 5.0 2-10 110 35 2.0 10.0
5 Sayur dan
buah 5.0 6.0 3-8 132 250 5.0 30.0
6 Biji
berminyak 3.0 3.0 0-3 66 10 0.5 1.0
7 Lemak dan
minyak 10.0 10.0 5-15 220 25 0.5 5.0
8 Gula 8.0 5.0 2-8 110 30 0.5 2.5
9 Lainnya 3.0 3.0 0-5 66 - 0.0 0.0
Jumlah 100.0 100.0 100.0 2,200 - - 100.
0
Sumber: Departemen Pertanian, 2001
Masing-masing daerah (kabupaten/kota) mengadaptasi pola ini,
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 16
disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan masing-masing daerah dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan dan target pembangunan pangan nasional.
Patut dipahami pula bahwa PPH merupakan komposisi atau pola pangan dalam
bentuk persentase konsumsi energi yang dianjurkan (harapan) untuk hidup sehat,
tanpa memandang apakah pangan tersebut berasal dari produksi lokal (dalam
negeri) atau didatangkan dari negara/daerah lain (impor).
Tabel 2.6
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Berdasarkan Kinerja Pelayanan Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara
Sumber: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2016 (diolah)
Grafik 2.8. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Berdasarkan Kinerja Pelayanan Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara Sumber: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2016.
Pada gambar di atas rasio capaian pola pangan harapan berdasarkan
kinerja pelayanan Badan Ketahanan Pangan sangat fluktuatif. Pada tahun 2010
84,8 87,6 90,3 93 94
78,7 76,382,1 83,6 84,8
92,887,1 90,9 89,8 90,2
0
20
40
60
80
100
2010 2011 2012 2013 2014
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Berdasarkan Kinerja Pelayanan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara
Target Realisasi Rasio Capaian (%)
Tahun Target Realisasi Rasio Capaian (%)
2010 84,8 78,7 92,8 2011 87,6 76,3 87,1 2012 90,3 82,1 90,9 2013 93,0 83,6 89,8 2014 94,0 84,8 90,2
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 17
rasio capaian pola pangan harapan sebesar 92,8 persen dan pada tahun 2014
menurun menjadi 90,2 persen. Namun realisasi capaian PPH mengalami
peningkatan dari tahun 2010 sebesar 78,7 meningkat menjadi 84,4 pada tahun
2014. Namun, belum tercapainya target ditetapkan merupakan tantangan ke
depan.
Skor PPH yang rendah menunjukkan akses dan utilitas pangan yang
cenderung rendah. Secara logis, akses pangan yang rendah dapat bersumber
dari 2 (dua) hal utama yaitu ketersediaan pangan yang rendah dan atau daya
beli yang rendah. Implikasi dari ketersedian yang rendah dan daya beli yang
rendah di sisi lain merupakan representasi dari tingkat ketahanan pangan yang
rendah. Dengan kata lain, daerah tersebut mengalami rawan pangan.
Capaian PPH Provinsi Sumatera Utara dengan capaian PPH nasional
dapat disajikan pada tabel dan gambar berikut ini. Untuk konsumsi pangan
hewani, sayur dan buah, Umbi-umbian, gula dan buah/biji berminyak,
Sumatera Utara memiliki skor yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
nasional. Konsumsi padi-padian dan minyak dan lemak, Sumatera Utara
memiliki skor yang sama dengan nasional. Namun demikian, konsumsi
kacang-kacangan di Sumatera Utara (5,2) lebih rendah dibandingkan nasional
(5,4).
Tabel 2.7
Skor PPH Nasional dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013
Uraian PPH Nasional PPH Provinsi Sumatera Utara
Padi-padian 25 25 Umbi-umbian 1 1,6 Pangan hewani 16,5 20 Minyak dan Lemak 5 5,0 Buah/Biji Berminyak
0,7 1,0
Kacang-kacangan 5,4 5,2 Gula 1,8 2,4 Sayur dan Buah 20 23,5 Lain-lain 0 0,0
Sumber: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2016 (diolah)
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 18
Grafik 2.9. Perbandingan Skor PPH Nasional dan Provinsi Sumatera Utara Sumber: Badan Ketahanan PanganProvinsi Sumatera Utara, 2016.
5. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Ikan
Perkembangan produksi ikan menurut asal tangkapan di Kota
Tanjungbalai sepanjang tahun 2012 s/d 2016 secara keseluruhan mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Meningkatnya produksi perikanan tangkap
dan budidaya tak lepas dari bantuan pembinaan yang diberikan oleh
Pemerintah Kota Tanjungbalai, baik dalam bentuk pembinaan kelompok
masyarakat pesisir, pemberian bantuan sarana dan prasarana perikanan serta
bantuan alat tangkap kepada nelayan.
Selain penanganan aspek produktivitas perikanan, kebijakan lain yang
juga menjadi prioritas adalah pengawasan sumberdaya laut terdiri dari
penanganan dan penindakan terhadap kasus-kasus pelanggaran, seperti kasus
penangkapan ikan tanpa menggunakan izin penangkapan, penangkapan ikan di
luar areal penangkapan ikan dan kasus penangkapan ikan dengan
menggunakan bahan beracun dan aliran listrik (strum).
25
1
16,5
5
0,7
5,41,8
20
0
25
1,6
20
51
5,22,4
23,5
00
5
10
15
20
25
30
Skor PPH Nasional dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013
PPH Nasional PPH Provinsi Sumatera Utara
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 19
Tabel 2.7
Banyaknya Produksi Perikanan menurut Asal Tangkapan (Ton) di
Kota Tanjungbalai, 2012– 2016
No Tahun Laut Perairan
Umum Budidaya Jumlah
1 2012 36.629,00 35,38 43,94 36.708,32
2 2013 31.106,00 33,28 34,30 31.173,58
3 2014 32.849,00 17,57 31,29 32.897,86
4 2015 42.647,99 21,25 243,56 42.912,80
5 2016 33.873,00 17,23 183,56 34.073,79
Sumber: Dinas Perikanan Kota Tanjungbalai, 2016
Gambar 2.8
Produksi Perikanan menurut Asal Tangkapan di
Kota Tanjungbalai (ton) Tahun 2012-2016
Sumber : Dinas Perikanan Kota Tanjungbalai, 2016
43,94 34,30 31,29 243,56 183,5635,38 33,28 17,57 21,25 17,23
36.629,00
31.106,0032.849,00
42.647,99
33.873,00
36.708,32
31.173,5832.897,86
42.912,80
34.073,79
0,00
5.000,00
10.000,00
15.000,00
20.000,00
25.000,00
30.000,00
35.000,00
40.000,00
45.000,00
50.000,00
2012 2013 2014 2015 2016
Produksi Perikanan menurut Asal Tangkapan di
Kota Tanjungbalai (ton) Tahun 2012-2016
Budidaya Perairan Umum Laut Jumlah
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 20
Konsumsi ikan darat dan laut di Kota Tanjungbalai selama Tahun 2012-
2016 mengalami peningkatan. Pada Tahun 2012 konsumsi ikan darat sebesar
2,75 persen, menjadi 4,7 persen pada Tahun 2016. Konsumsi ikan laut pada
Tahun 2012 sebesar 24,6 persen menjadi 37,9persen pada Tahun 2016.
Tabel 2.7
Konsumsi Ikan Perkapita (kg/kapita/thn), 2012-2016
Tahun Konsumsi Ikan Jumlah
Darat Laut
2012 2,75 24,6 27,35
2013 2,9 25,8 28,7
2014 3,12 27,23 30,35
2015 4,5 37,2 41,7
2016 4,7 37,9 42,6
Sumber: Dinas Perikanan Kota Tanjungbalai, 2016
Gambar 2.9
Konsumsi Ikan Perkapita Pertahun di Kota Tanjungbalai
(kg/kapita/tahun) Tahun 2012-2016
Sumber : Dinas Perikanan Kota Tanjungbalai, 2016
2,75 2,9 3,12 4,5 4,7
24,6 25,8 27,23
37,2 37,9
27,35 28,7 30,35
41,7 42,6
0
10
20
30
40
50
2012 2013 2014 2015 2016
Konsumsi Ikan Perkapita Pertahun di Kota Tanjungbalai
(kg/kapita/tahun) Tahun 2012-2016
Darat Laut Jumlah
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 21
6. Perkembangan Keamanan Pangan
Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain
yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia
serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat
sehingga aman untuk dikonsumsi.
Khusus untuk produk pangan segar hasil pertanian, tuntutan akan adanya
suatu jaminan kepastian produk pertanian bermutu maupun aman menjadi
prioritas utama dalam perdagangan produk-produk pertanian secara luas.
Kondisi tersebut menjadikan kepastian mutu dan keamanan pangan menjadi
salah satu parameter daya saing produk pertanian. Tuntutan jaminan mutu dan
keamanan pangan hasil pertanianperlu diantisipasi dengan sebaik-baiknya agar
tidak menghambat kelancaran produksi maupun pemasaran komoditas pangan
hasil pertanian.
Dinas pangan dan pertanian Kota Tanjungbalai melakukan
pendampingan kepada pelaku produsen yaitu petani/poktan dan gapoktan
untuk meningkatkan pemahamannya terhadap sistem jaminan mutu dan
keamanan pangan serta memfasilitasi menerapkan sistem jaminan mutu untuk
menghasilkan produk hasil pertanian yang aman dan bermutu.Action nya
apa.....
7. Kondisi Rawan Pangan
Kota Tanjungbalai telahmelakukan upaya-upaya penanganan kerawanan
pangan melalui program-program yang disusun oleh Dinas Pangan dan
Pertanian Kota Tanjungbalai. Pada gambar 2.10 rasio capaian penanganan
daerah rawan pangan berdasarkan kinerja Dinas Pangan dan Pertanian Kota
Tanjungbalaimengalami fluktuatif. Pada tahun 2012 rasio capaian sebesar 80,0
persen meningkat menjadi 83,33 persen pada tahun 2016. Rasio capaian
tertinggi terjadi pada tahun 2014-2015 sebesar 100,0 persen, hal ini
menunjukkan bahwa realisasi sudah memenuhi target capaian yaitu 25 orang.
Perlu juga disadari bahwa kerawanan pangan bersifat dinamis dan
memiliki kecenderungan berfluktuasi antar waktu. Kelurahan yang tahan
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 22
pangan pada tahun ini bukan berarti bahwa kelurahan tersebut juga akan tahan
pangan pada tahun berikutnya. Dan terbukti bahwa kelurahan yang rawan
dengan bantuan pemerintah dapat menjadi tahan pangan melalui peningkatan
akses wilayah dan juga program pemberdayaan lainnya.
Tabel 2.8
Penanganan Daerah Rawan Pangan (Kelurahan) Berdasarkan Kinerja
Pelayanan Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai Tahun 2012-2016
Tahun Target Realisasi Rasio Capaian
(%)
2012 25 20 80,0
2013 25 20 80,0
2014 25 25 100,0
2015 25 25 100,0
2016 30 25 83,33 Sumber: Dinas Pangan dan PertanianKota Tanjungbalai, 2016 (diolah)
Gambar 2.10
Penanganan Daerah Rawan Pangan (Kelurahan) Berdasarkan Kinerja
Pelayanan Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai Tahun 2012-2016
Sumber : Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai, 2016
8. Permasalahan Dalam Pembangunan Ketahanan Pangan di Kota
Tanjungbalai
25 25 25 25 3020 20 25 25 25
80 80
100 100
83,33
0
20
40
60
80
100
120
2012 2013 2014 2015 2016
Penanganan Daerah Rawan Pangan (Kelurahan)
Berdasarkan Kinerja Pelayanan Dinas Pangan dan
Pertanian Kota Tanjungbalai Tahun 2012-2016
Target Realisasi Rasio Capaian
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 23
Permasalahan dalam pembangunan ketahanan pangan di Kota
Tanjungbalai (Renstra Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai 2016-
2021) berdasarkan tugas dan fungsi dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
Dalam upaya melanjutkan pembangunan ketahanan pangan yang
mengarah pada kemandirian pangan, masalah pangan global merupakan
krisis akses pangan yang terkait dengan masih tingginya angka kemiskinan
di dunia khususnya bagi negara-negara miskin dan berkembang, sehingga
apabila tidak diatasi bersama akan mengancam keamanan dunia bahkan
menimbulkan krisis sosial. Krisis pangan global yang melanda dunia saat ini
memang belum memberikan imbas yang relatif besar terhadap Indonesia
umumnya atau Kota Tanjungbalai khususnya. Hal ini disebabkan iklim di
Kota Tanjungbalai masih mendukung produksi pangan, namun ke depannya
kemandirian pangan akan menghadapi tantangan yang cukup serius baik
dari aspek ketersediaan dan kerawanan pangan, distribusi dan akses pangan,
penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan maupun aspek
manajemen ketahanan pangan, swasembada dan swasembada berkelanjutan
harus tetap diperhatikan untuk menjamin ketahanan pangan.
Untuk kebutuhan konsumsi penduduk, Kota Tanjungbalai masih
tergolong surplus tetapi penyiapan pangan sebagai antisipasi penanganan
cadangan pangan haruslah dilakukan. Sangatlah dibutuhkan cadangan
pangan masyarakat dan cadangan pangan pemerintah daerah untuk
antisipasi masalah kekurangan pangan terutama di daerah-daerah kantong
kemiskinan/rawan pangan maupun bencana alam transien. Meskipun
penyediaancadangan pangan adalah salah satu indikator Standart Pelayanan
Minimal (SPM) bidang ketahanan pangan, namun sampai saat ini hanya
beberapa daerah yang mempunyai cadangan pangan di wilayahnya.
Pengelolaan kelembagaan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat
belum berkembang secara optimal. Pembinaan dan pemberdayaan
kemandirian pangan kelurahan rawan pangan dan kelompok masyarakat
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 24
rawan pangan dihadapkan pada kendala sarana infrastruktur serta
kemampuan tenaga pendamping dan penyuluh lapangan, jumlah penduduk
rawan pangan masih cukup besar, meskipun telah menunjukkan tren yang
menurun.
b. Distribusi dan Akses Pangan
Kestabilan harga dan rendahnya efisiensi sistem pemasaran hasil-hasil
pangan pada saat ini merupakan kondisi yang kurang kondusif bagi
produsen maupun konsumen. Hal ini antara lain disebabkan karena
lemahnya disiplin dan penegakan peraturan untuk menjamin sistem
pemasaran yang adil dan bertanggungjawab, terbatasnya fasilitas perangkat
keras maupun lunak untuk membangun transparansi informasi pasar.
Penurunan harga pada saat panen raya cenderung merugikan petani,
sebaliknya pada saat tertentu pada musim paceklik dan hari-hari besar harga
pangan meningkat akan tetapi peningkatan harga tersebut tidak dinikmati
oleh petani produsen. Terbatasnya kelembagaan yang menyediakan
permodalan bagi petani dan prosedur penyaluran yang kurang
mengapresiasikan sifat usahatani dan resiko yang dihadapi, merupakan
kendala bagi berkembangnya usahatani. Kurang memadai sarana dan
prasarana fisik transportasi juga menjadi kendala bagi berkembangnya
industri hulu dan hilir sebagai wahana bagi peningkatan pendapatan petani
dan tingginya biaya tataniaga bahan pangan di beberapa daerah konsumen.
c. Konsumsi, Mutu dan Keamanan Pangan
Dalam mengembangkan produksi bahan pangan dan mengembangkan
diversifikasi pangan harus mengacu pada sumberdaya lokal dan budaya
lokal yang ada dan pola makan yang dianut oleh masyarakat. Kualitas dan
kuantitas konsumsi pangan sebagian besar masyarakat masih rendah, yang
dicirikan pada pola konsumsi pangan yang belum beragam, bergizi
seimbang dan aman. Kondisi tersebut tidak terlepas dari berbagai
permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan penganekaragaman
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 25
konsumsi pangan menuju pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi
seimbang dan aman, antara lain : 1) Keterbatasan kemampuan ekonomi
keluarga; 2) keterbatasan pengetahuan dan kesadaran tentang pangan dan
gizi; 3) adanya kecenderungan penurunan proporsi konsumsi pangan
berbasis sumberdaya lokal; 4) lambatnya perkembangan, penyebaran dan
penyerapan teknologi pengolahan lokal untuk meningkatkan kepraktisan
dalam pengolahan, nilai gizi, nilai ekonomi, nilai sosial, citra dan daya
terima; 5) adanya pengaruh globalisasi industri pangan siap saji yang
berbasis bahan impor, khususnya gandum; 6) adanya pengaruh nilai-nilai
budaya kebiasaan makan yang tidak selaras dengan prinsip konsumsi
pangan beragam, bergizi seimbang dan aman (B2SA).
Hasil pemantauan dan evaluasi menunjukkan bahwa masih banyak
permasalahan yang dihadapi dalam penanganan keamanan pangan, antara
lain : 1) kurangnya pengetahuan dan kepedulian masyarakat produsen dan
konsumen terhadap pentingnya keamanan pangan, terutama produk pangan
segar; 2) masih banyaknya petani belum memahami dan menerapkan cara-
cara budi daya dan produksi pertanian yang baik dan benar; 3) belum
efektifnya penanganan keamanan pangan, karena sistem yang
dikembangkan, SDM dan pedoman masih terbatas; 4) merebaknya
penyalahgunaan bahan kimia berbahaya untuk pangan segar; 5) standar
keamanan pangan untuk buah dan sayuran segar impor belum jelas
diterapkan, sehingga buah impor yang belum terjamin keamanan pangannya
masih mudah masuk ke dalam negeri; 6) belum adanya penerapan sanksi
yang tegas bagi pelanggar hukum dibidang pangan segar; 7) koordinasi
lintas sektor terkait dengan keamanan pangan belum optimal; dan 8) masih
rendahnya kesadaran pihak pegusaha/pengelola pangan untuk menerapkan
peraturan/standar yang telah ada.
2.1.2 Situasi Gizi
1. Balita Pendek/Stunting (TB/U)
Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek atau sangat
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 26
pendek.Stunting terjadi akibat kekurangan gizi dan penyakit berulang
dalam waktu lama pada masa janin hingga 2 (dua) tahun pertama
kehidupan seorang anak.
Stunting disebabkan oleh banyak faktor baikfaktor langsung dan
tak langsung. Faktor langsung ditentukan oleh asupan makanan, berat
badan lahir dan penyakit. Sedangkan faktor tak langsung seperti faktor
ekonomi, budaya, pendidikan dan pekerjaan,fasilitas pelayanan
kesehatan. Faktor sosial ekonomisaling berinteraksi satu dengan yang
lainnya seperti masukan zat gizi, berat badan lahir dan penyakitInfeksi
pada anak.Anak-anak yangmengalami stunting disebabkan kurangnya
asupan makanan dan penyakit yang berulang terutama penyakitinfeksi
yang dapat meningkatkan kebutuhan metabolik serta mengurangi nafsu
makan sehingga berdampak terjadi ketidaknormalan dalam bentuk tubuh
pendek meskipun faktor gen dalam sel menunjukkan potensi untuk
tumbuh normal.
Berdasarkan hasil survey Pemantauan Status Gizi (PSG) dapat
diketahui bahwa masalah gizi balita dibagi kedalam 4 permasalahan
yaitu berdasarkan Berat Badan (BB) yang sangat kurang (gizi buruk),
Berat Badan (BB) kurang (gizi kurang), Berat Badan (BB) lebih dan
Berat Badan (BB) normal (gizi baik).
Prevalensi status gizi balita berdasarkan Tinggi Badan Per Umur
(TB/U) di Kota Tanjungbalai Tahun 2016 menunjukkan angka 1,25
persenuntuk kriterianormal,12,5 persen untuk kriteria pendek dan 86,25
persen untuk kriteria sangat pendek.Untuk kriteria sangat pendek
prevalensi status gizi balita berdasarkan Tinggi Badan per Umur
(TB/U), balita dengan tinggi badan sangat pendek di Kota Tanjungbalai
adalah 86,25 persen/276 orangdari 320balita yang diperiksa. Nilai ini
menunjukkan bahwa status gizi balita berdasarkan Tinggi Badan per
Umur (TB/U), balita dengan tinggi badan sangat pendek untuk Kota
Tanjungbalai masuk dalam kategori buruk.
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 27
Tabel 2.9
Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Tinggi Badan per Umur (TB/U)
menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2016
No Kecamatan Puskesmas Status Gizi Berdasarkan Tinggi Badan per Umur (TB/U)
Normal % Pendek % Sangat Pendek %
1 TELUK NIBUNG
Teluk
Nibung 0 0 4 1,25 36 11,25
Sipori-pori 0 0 2 0,63 38 11,87
2 TANJUNGBALAI
UTARA
Kp.
Persatuan 0 0 15 4,69 25 7,81
Kp.Baru 3 0,94 6 1,87 31 9,69
3 SEI TUALANG
RASO
Sei
Tualang
Raso 0 0 2 0,63 38 11,87
4
TANJUNGBALAI
SELATAN
MU
Damanik 0 0 1 0,31 39 12,19
5
DATUK BANDAR
TIMUR
Semula
Jadi 1 0,31 1 0,31 38 11,88
6 DATUK BANDAR Datuk
Bandar 0 0 9 2,81 31 9,69
KOTA
TANJUNGBALAI
4 1,25 40 12,50 276 86,25
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 28
Gambar 2.12
Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan TB/U
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016
2. Balita Gizi Kurang /Underweigh (BB/U)
Prevalensi status gizi balita berdasarkan Berat Badan Per Umur
(BB/U) di Kota Tanjungbalai Tahun 2016 menunjukkan angka 1,56
persen untuk gizi buruk, 8,75 persen untuk gizi kurang, 89,69 persen
untuk gizi baik, 0 persen untuk gizi lebih. Dari semua kriteria masalah
gizi balita di Kota Tanjungbalai mendapat kategori Baik.
Tabel 2.8
Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan per Umur (BB/U)
menurut Kecamatan se – Kota Tanjungbalai Tahun 2016
No Kecamatan Puskesmas Status Gizi Berdasarkan Berat Badan per Umur (BB/U)
Buruk % Kurang % Baik % Lebih %
1 TELUK NIBUNG
Teluk
Nibung 0 0 5 1,56 35 10,94 0 0
Sipori-pori 0 0 2 0,63 38 11,87 0 0
2 TANJUNGBALAI
UTARA
Kp.
Persatuan 0 0 5 1,56 35 10,94 0 0
Kp.Baru 2 0,63 4 1,25 34 10,63 0 0
0 0 00,94
0 0 0,31 01,25 0,63
4,691,87
0,63 0,310,31 2,81
11,25 11,87
7,819,69
11,87 12,19 11,889,69
02468
101214
Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan TB/U
Normal Pendek Sangat Pendek
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 29
3 SEI TUALANG
RASO
Sei
Tualang
Raso 2 0,63 2 0,63 36 11,25 0 0
4
TANJUNGBALAI
SELATAN
MU
Damanik 0 0 1 0,31 39 12,19 0 0
5
DATUK BANDAR
TIMUR
Semula
Jadi 1 0,30 1 0,31 38 11,87 0 0
6 DATUK BANDAR Datuk
Bandar 0 0 8 2,5 32 10 0 0
KOTA
TANJUNGBALAI
5 1,56 28 8,75 287 89,69 0 0
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016
Gambar 2.11
Prevalensi Status Gizi Berdasarkan Berat Badan per Umur (BB/U)
Tahun 2016
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016
3. Balita Sangat Kurus dan Kurus/Wasting (BB/TB)
Klasifikasi status gizi balita berdasarkanberat badan per tinggi
badan (BB/TB) di Kota Tanjungbalai menunjukkan bahwa balita yang
masuk kategori normal untuk BB/TB sebesar 6,88 persen, balita yang
masuk kategorikurusadalah 93,12 persen/298 orang dari total balita yang
0 0 0 0,63 0,63 0 0,3 0
1,560,63
1,56 1,25 0,63 0,31 0,31
2,5
10,9411,87
10,94 10,6311,25
12,19 11,87
10
0
2
4
6
8
10
12
Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan per Umur (BB/U) Tahun 2016
Buruk Kurang Baik
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 30
diperiksa sebanyak 320 orang. Sedangkan di Kota Tanjungbalai tidak
terdapat status gizi balita berdasarkan Berat Badan per Tinggi Badan
(BB/TB) dengan status gizisangat kurus dan gemuk atau obesitas.
Tabel 2.10
Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan per Tinggi Badan
(BB/TB) Kecamatan se – Kota Tanjungbalai Tahun 2016
No Kecamatan Puskesmas
Status Gizi Berdasarkan Berat Badan per Tinggi Badan (BB/TB)
Sangat
Kurus
% Normal % Kurus
% Gemuk %
1 TELUK NIBUNG
Teluk
Nibung 0 0 2 0,63 38 11,88 0 0
Sipori-pori 0 0 2 0,63 38 11,88 0 0
2 TANJUNGBALAI
UTARA
Kp.
Persatuan 0 0 3 0,94 37 11,56 0 0
Kp.Baru 0 0 4 1,25 36 11,25 0 0
3 SEI TUALANG
RASO
Sei
Tualang
Raso
0 0 2 0,63 38 11,88 0 0
4
TANJUNGBALAI
SELATAN
MU
Damanik 0 0 0 0 40 12,5 0 0
5
DATUK BANDAR
TIMUR
Semula
Jadi 0 0 2 0,63 38 11,88 0 0
6 DATUK BANDAR Datuk
Bandar 0 0 7 2,19 33 10,31 0 0
KOTA
TANJUNGBALAI
0 0 22 6,88 298 93,13 0 0
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 31
Gambar 2. 13
Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan BB/TB
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016
4. Kurang Energi Kronis pada Ibu Hamil
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja
putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang
berlangsung lama atau menahun.Risiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai
kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko
KEK bilamana LILA <23,5 cm.
Dari data riskesdas PSG tahun 2016 menunjukkan bahwa Kota
Tanjungbalai memiliki prevalensi KEK Ibu Hamil 3,4% dengan
kategori ukuran LILA dibawah < 23,5 cm.
5. Menyusui ASI Eksklusif
ASI Eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada
bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain,
dari hasil PSG tahun 2016 untuk Kota Tanjungbalai bayi usia 0-6 bulan
yang mendapat ASI Eksklusif sebesar 6,2%.
6. Angka Kematian Bayi (AKB)
Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi (AKB)
0,63 0,63 0,94 1,25 0,63 0 0,632,19
11,88 11,88 11,56 11,25 11,88 12,5 11,8810,31
02468
101214
Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan BB/TB
Normal Kurus
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 32
merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat
kesehatan masyarakat, baik pada tataran provinsi maupun nasional.
Selain itu, program pembangunan kesehatan di Indonesia banyak
menitikberatkan pada upaya penurunan AKB. Angka Kematian Bayi
didapat dari jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran
hingga bayi belum mencapai umur satu tahun per 1000 Kelahiran Hidup.
Pada tahun 2010 terdapat 13 bayi meninggal di bawah satu tahun
dan pada tahun 2011 terjadi kenaikan yang signifikan menjadi 114
kematian bayi. Untuk tahun 2012 terdapat 25 bayi yang meninggal
sebelum usia 1 tahun. Tahun 2013 terjadi 35 kasus kematian bayi dan 49
kasus kematian neonatal. Pada tahun 2014 jumlah kematian bayi
meningkat menjadi 77 kasus. Pada tahun 2015 jumlah kematian bayi di
Kota Tanjungbalai sebanyak 36 kasus, menurun dari tahun 2014.
Peningkatan jumlah kematian bayi menjadi barometer kualitas pelayanan
kesehatan sehingga hal ini harus mendapat perhatian serius dari seluruh
jajaran yang terkait, mengingat program pembangunan kesehatan di
Indonesia banyak menitikberatkan pada upaya penurunan AKB. Hal ini
menunjukkan bahwa cakupan pelayanan kesehatan balita menjadi fokus
perhatian yang harus lebih ditingkatkan ke depan. Sedangkan untuk
Angka Kematian Balita didapat dari jumlah kematian yang terjadi pada
anak di usia 12-59 bulan. Pada tahun 2010 jumlah balita yang meninggal
sebanyak 31 orang. Dari 17.641 jumlah sasaran balita pada tahun 2011,
jumlah balita yang meninggal adalah 128 balita. Sedangkan dengan
jumlah sasaran balita yang sama pada tahun 2012 terdapat 14 orang
balita yang meninggal sebelum usia 59 bulan.
Jumlah kematian anak balita meningkat pada tahun 2013
denganjumlah kematian balita sebesar 52 kasus kematian. Pada tahun
2014 jumlah kematian balita menjadi 18 kasus dan pada tahun 2015
jumlah kematian balita di Kota Tanjungbalai sebanyak 44 kasus.
Gambaran perkembangan kematian bayi dan balita dapat dilihat pada
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 33
tabel dan gambar di bawah ini.
Tabel 2.18.
Jumlah Kematian Bayi dan Balita Kota Tanjungbalai, 2011─2015
No Tahun Jumlah Kematian Bayi Jumlah Kematian Balita
1 2008 31 49
2 2009 25 30
3 2010 13 31
4 2011 114 128
5 2012 25 14
6 2013 35 52
7 2014 77 18
8 2015 36 44 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016
Gambar 2.14
Jumlah Kematian Bayi dan Balita di Kota Tanjungbalai
Tahun 2008-2015
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016
7. Angka Kematian Ibu (AKI)
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari
indikator Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu
selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh
31 25 13
114
25 35
77
36
4930 31
128
14
52 18
44
0
50
100
150
200
250
300
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Kematian Bayi dan Balita di Kota
Tanjungbalai Tahun 2008-2015
Jumlah Kematian Bayi Jumlah Kematian Balita
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 34
kehamilan, persalinandan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena
sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh,dll di setiap 100.000
kelahiran hidup.Indikator ini tidak hanya mampu menilai program
kesehatan ibu, terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat,
karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari
sisi aksesibilitas maupun kualitas.
AKI mengacu pada jumlah wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah
melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000
kelahiran hidup. AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian
terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan
secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan
melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan
menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.
Gambar 2.14 menjelaskan bahwa angka kematian ibu yang
tertinggi diperoleh pada tahun 2011 yaitu sebanyak 13 orang yang terdiri
dari 3 kasus kematian pada ibu hamil berusia ≥ 35 tahun, 3 kasus
kematian pada ibu bersalin yang juga berusia ≥ 35 tahun dan 3 kasus
terjadi pada ibu nifas (2 kasus yang berusia 20-34 tahun dan 1 kasus
yang berusia ≥ 35 tahun). Pada tahun 2012 jumlah ibu yang meninggal
menurun menjadi hanya 6 orang, 4 orang meninggal pada saat hamil dan
2 orang meninggal pada saat bersalin. Pada tahun 2013 jumlah kematian
ibu meningkat kembali menjadi 10 kasus, diman 3 kasus kematian terjadi
pada ibu hamil, 6 kasus kematian ibu bersalin dan 1 kasus kematian ibu
nifas. Terjadi penurunan jumlah kematian ibu pada tahun 2014 menjadi
hanya 4 kasus yaitu 2 kasus pada ibu bersalin dan 2 kasus kematian ibu
pada masa nifas. Selanjutnya jumlah kematian ibu pada tahun 2015
relatif sama dengan tahun sebelumnya yakni sebanyak 4 orang dengan 1
kasus kematian ibu hamil dan 3 kasus kematian ibu nifas. Hal ini
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 35
menunjukkan bahwa cakupan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan
menyusui semakin membaik.Gambaran perkembangan kematian ibu
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2. 14
Jumlah Kematian Ibu di Kota Tanjungbalai Tahun 2011-2015
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016
8. Umur Harapan Hidup (UHH)
Umur Harapan Hidup (UHH) digunakan juga untuk menilai derajat
kesehatan dan secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang
adanya peningkatan kualitas hidup masyarakat baik di kabupaten/kota,
provinsi maupun negara. Adanya perbaikan pada pelayanan kesehatan
melalui keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan dapat
diindikasikan dengan adanya peningkatan angka harapan hidup saat
lahir.
Gambar 2.15 menjelaskan perkembangan angka harapan hidup
penduduk Kota Tanjungbalaiyang berfluktuasi setiap tahunnya. Pada
tahun 2013-2014 angka harapan hidup mengalami penurunan signifikan
dari 64,42 tahun menjadi 61,40 tahun. Pada periode 2015 angka
harapan hidup Kota Tanjungbalai sedikit meningkat menjadi 61,90
13
6
10
4 4
0
2
4
6
8
10
12
14
2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Kematian Ibu di Kota Tanjungbalai Tahun 2011-
2015
Jumlah Kematian Ibu
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 36
tahun. Dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumatera
Utara, Kota Tanjungbalai peringkat kedua terendah menurut Angka
Harapan Hidup. Hal ini tentunya menjadi evaluasi bagi pemerintah
daerah untuk melakukan peningkatan dalam pemeliharaan kesehatan
rakyatnya dengan penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai,
menjaga kecukupan gizi dan kesehatan lingkungan.
Gambar 2. 15
Perkembangan Angka Usia Harapan Hidup Kota Tanjungbalai
Tahun 2011-2015
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016
9. Pelayanan Imunisasi
Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan
imunisasi yaitu Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan.
Desa/kelurahan UCI adalah gambaran suatu desa/kelurahan dimana ≥
80% darijumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut
sudah mendapat imunisasi dasar lengkap.
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi kepada bayi
umur 0 – 1 tahun (BCG, DPT, Polio, Hepatitis dan Campak), imunisasi
64,37 64,39
64,42
61,4
61,9
59
60
61
62
63
64
65
2011 2012 2013 2014 2015
Perkembangan Angka Usia Harapan Hidup
Kota Tanjungbalai Tahun 2011-2015
Angka Usia Harapan Hidup
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 37
untuk Wanita Usia Subur /Ibu Hamil (TT) dan imunisasi untuk anak SD
(kelas 1: DT dan kelas 2-3: TT), sedangkan kegiatan imunisasi
tambahan dilakukan atas dasar ditemukan masalah seperti Kelurahan
Non UCI, potensial/risti KLB, ditemukan/diduga adanya virus polio liar
atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis. Pencapaian UCI
(Universal Child Immunization) merupakan proksi terhadap cakupan
atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI
dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah
tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi
(herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I). Dalam hal ini pemerintah mentargetkan
pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa/kelurahan. Suatu
desa/kelurahan telah mencapai target UCI apabila >80% bayi di
desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi lengkap. Untuk Kota
Tanjungbalai pada tahun 2016 sudah mendapat sertifikat UCI dari
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yang artinya >80% balita
yang tersebar di 31 kelurahan telah mendapat imunisasi lengkap.
2.2 Konsekuensi Pangan dan Gizi bagi Pembangunan
2.2.1. Pergeseran Tren Penyakit
Indonesia menghadapi beban gizi ganda atau double burden malnutrion
yaitu kurang gizi dan overnutrisi. Kurang nutrisi bisa menyebabkan penyakit
seperti anemia, kekurangan vitamin dan gondok. Di sisi lain kelebihan nutrisi
dapat menyebabkan obesitas yang berisiko memicu diabetes, penyakit jantung dan
pembuluh darah. Berdasarkan data WHO kematian akibat penyakit tidak menular
(PTM) menyumbang sekitar 60 % dari seluruh penyebab kematian, dan juga hasil
Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa 60 % kasus kematian di Indonesia
disebabkan oleh penyakit degenerative yaitu stroke, darah tinggi dan diabetes.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) seperti yang dilansir oleh Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, kematian akibat Penyakit Tidak
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 38
Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan
terbesar akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua
pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular
seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan diabetes. Dalam jumlah total, pada
tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena penyakit
tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini. Di sisi lain,
kematian akibat penyakit menular seperti malaria, TBC atau penyakit infeksi
lainnya akan menurun, dari 18 juta jiwa saat ini menjadi 16,5 juta jiwa pada tahun
2030. Pada negara-negara menengah dan miskin PTM akan bertanggungjawab
terhadap tiga kali dari tahun hidup yang hilang dan disability (Disability
AdjustedLifeyears=DALYs) dan hampir lima kali dari kematian penyakit
menular, maternal, perinatal dan masalah nutrisi.
Prevalensi PTM berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
antaralain hipertensi pada penduduk usia 18 tahun ke atas di Indonesia adalah
sebesar25,8%, Penyakit Jantung Koroner (PJK) penduduk usia 18 tahun ke atas
1,5%, gagal jantung 0,3%, gagal ginjal kronik 0,2%, batu ginjal 0,6%, rematik
24,7%, stroke 12,1%, cedera semua umur 8,2%, asma 4,5%, Penyakit Paru
Obstruksi Kronis (PPOK) penduduk usia 30 tahun ke atas 3,8%, kanker 1,8%,
diabetes mellitus 2,1%, hipertiroidpada penduduk usia 15 tahun ke atas
berdasarkan diagnosa 0,4% dan cedera akibat transportasi darat net 47,7%.
Pada sisi lain, di Indonesia terjadi kegemukan atau kelebihan gizi dengan
segala macam akibatnya yang disebabkan oleh pola makan.Kasus-kasus penyakit
infeksi saat ini sudah mengalami penurunan tapi muncul penyakit-penyakit yang
disebut tidak menular karena gaya hidup, terutama hipertensi atau tekanan darah
tinggi yang mengarah pada stroke dan serangan jantung. Selain itu masalah berat
badan yang berlebihan mulai dari anak-anak yang berkembang hingga usia tua
dan mencapai di atas 50 tahun mulai terserang diabetes, serangan jantung dan
tekanan darah tinggi. Riskesdas 2013 menunjukkan stroke bukan penyakit kelas
menengah ke atas namun berkaitan dengan kekurangan gizi kronis pada saat
periode kritis, 1000 HPK dan gaya hidup.
Tidak hanya mengalami beban ganda, Indonesia juga mengalami apa yang
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 39
disebut dengan nutrition transition yaitu pola hidup pedesaan yang mulai beralih
seperti perkotaan. Penyakit-penyakit yang awalnya banyak ditemui di kota
akhirnya merambah ke desa-desa akibat pola hidup tak sehat pada anak-anak yang
dampaknya bisa lebih berbahaya. Anak-anak yang kurang gizi sejak kecil berisiko
menyidap penyakit degeneratif saat menginjak usia dewasa muda. Penyebabnya
karena organ-organnya kurang berkembang dengan baik misalnya pankreas yang
lemah memicu munculnya diabetes.
Provinsi Sumatera Utara sendiri menghadapi beban ganda dalam
pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya beberapa penyakit menular, dipihak
lain penyakit tidak menular (degeneratif) sudah menunjukkan eksistensinya
ditambah lagi dengan munculnya penyakit menularbaru.
Cakupan program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular juga
mengalami peningkatan capaian walaupun penyakit infeksi menular masih tetap
menjadi masalah kesehatan yang menonjol terutama TB, Malaria, HIV/ AIDS,
DBD dan Diare disamping masih ditemukannya penyakit-penyakit menular
neglated tropical diseases yang seharusnya sudah dieleminasi. Diare merupakan
penyakit dengan frekuensi KLB yang cukup tinggi, bahkan cenderung meningkat
dari tahun ke tahun sampai tahun 2013.
Hasil Riskesdas 2013menggambarkan bahwabeberapa penyakit tidak
menular yang dapat dilihat kecenderungan dari tahun 2007 ke tahun 2013 adalah
prevalensi Diabetes Melitus berdasarkan wawancara, prevalensi hipertensi
berdasarkan wawancara dan pengukuran, prevalensi stroke dan
sendi/rematik/encok berdasarkan wawancara. Berdasarkan Profil kesehatan Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2015 menunjukkan prevalensi
hypertensi sebesar 6,65 % dan persentase obesitas 23,65 %.
2.2.2. Peran dan Dampak Pangan dan Gizi dalam Pembangunan
Hal ini merupakan sebuah point yang penting untuk selalu diingat bahwa
perbaikan gizi merupakan long-term gain daridevelopment. Bank Dunia (2006)
menyatakanbahwa perbaikan gizi merupakan suatu investasi yang sangat
menguntungkan. Setidaknya ada tiga alasan suatu negara perlu melakukan
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 40
intervensi di bidang gizi. Pertama, perbaikan gizi memiliki „economic returns’
yang tinggi. Hal ini berkaitan dengan produktivitas SDM dalam sektor ekonomi;
kedua, intervensi gizi terbukti mendorong pertumbuhan ekonomi. SDM yang
produktif selanjutnya mampu meningkatkan agregat supply suatu wilayah di atas
natural rate of output melalui inovasi dan teknologi; dan ketiga, perbaikan gizi
membantu menurunkan tingkat kemiskinan melalui perbaikan produktivitas kerja,
pengurangan hari sakit, dan pengurangan biaya pengobatan.
Pada kondisi gizi buruk, penurunan produktivitas perorangandiperkirakan
lebih dari 10 persen dari potensi pendapatan seumur hidup dan secara agregat
menyebabkan kehilangan PDB antara 2-3 persen. Konferensi para ekonom di
Copenhagen tahun 2005 (Konsensus Kopenhagen) menyatakan bahwa intervensi
gizi menghasilkan keuntungan ekonomi („economic returns‟) tinggi dan
merupakan salah satu yang terbaik dari 17 alternatif investasi pembangunan
lainnya. Konsensus ini menilai bahwa perbaikan gizi, khususnya intervensi
melalui program suplementasi dan fortifikasi zat gizi mikro (memperbaiki
kekurangan zat besi, vitamin A, yodium, dan seng) memiliki keuntungan ekonomi
yang sama tingginya dengan investasi di bidang liberalisasi perdagangan,
penanggulangan malaria dan HIV, serta air bersih dan sanitasi.
Behman, Alderman dan Hoddinot (2004) dalam Bank Dunia (2006)
mengungkapkan bahwa Rasio Manfaat-Biaya (benefit-cost ratio) berbagai
program gizi, khususnya program suplementasi dan fortifikasi adalah sangat
tinggi, berkisar antara 4 hingga 520.
Tabel 2.11
Rasio Manfaat-Biaya (benefit-cost ratio) Berbagai Program Gizi
Jenis Program Intervensi BC-Ratio
a. Promosi ASI di rumah sakit 5-67
b. Program Pelayanan Anak Terpadu 9-16
c. Suplementasi Iodium pada Wanita 15-520
d. Suplementasi Vitamin A pada anak < 6 thn 4-43
e. Pemberian tablet besi untuk ibu hamil 24.7
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 41
f. Fortifikasi zat besi 176-200
g. Suplementasi zat besi pada ibu hamil 6-14
Sumber: Behrman, Alderman, and Hoddinott (2004) dalam Bank Dunia (2006)
Para ahli ekonomi berpendapat bahwa investasi ekonomi merupakan pra-
syarat utama untuk memperbaiki keadaan gizi masyarakat. Dari analisis hubungan
timbal balik antara kurang gizi dan kemiskinan, serta analisis ekonomi terhadap
keuntungan investasi gizi, diketahui bahwa perbaikan gizi dapat dilakukan tanpa
harus menunggu tercapainya tingkat perbaikan ekonomi tertentu. Hal inikarena
perubahan gizi bisa dianggap sebagai positif shock yang akan menggerakkan roda
perekonomian secara lebih cepat, bukannya hal yang sebaliknya.
Beberapa negara dengan PDB yang sama ternyata mempunyai angka
prevalensi gizi-kurang pada anak balita yang berbeda-beda. Zimbabwe yang
memiliki PDB lebih rendah dari Namibia tetapi ternyata memiliki status gizi anak
balita yang lebih baik. Demikian halnya dengan Cina, PDB per kapita negara ini
relatif lebih rendah dibanding negara-negara Asia lainnya namun memiliki
prevalensi balita gizi kurang paling rendah.
Sampai 1970-an banyak ahli ekonomi dan ahli perencanaan pembangunan,
termasuk Bank Dunia, mengartikan investasi dalam arti sempit. Investasi
pembangunan ekonomi lebih diartikan sebagai penanaman modal untuk
membangun industri barang dan jasa dalam rangka menciptakan lapangan kerja.
Titik berat investasi adalah untuk membangun prasarana ekonomi seperti jalan,
jembatan dan transportasi. Pada waktu itu jarang sekali para perencana
pembangunan memasukkan perbaikan gizi, kesehatan dan pendidikan sebagai
bagian suatu investasi ekonomi.
Perhatian Bank Dunia dan PBB terhadap pembangunan perbaikan gizi
dibuktikan dengan meningkatnya alokasi bantuan untuk proyek-proyek perbaikan
gizi di negara berkembang. Pada tahun 1980-an pinjaman untuk perbaikan gizi
hanya US$ 50 juta dan kemudian meningkat menjadi US$ 900 juta pada 1990-an.
Soekirman dkk (2003), berdasarkan data dari berbagai sumber juga
menyajikan informasi tentang unit cost dan cost-effectiveness berbagai program
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 42
gizi hasil studi di berbagai negara.
Tabel 2.12
Biaya per Unit dan Manfaat Ekonomi berbagai Program Pangan dan Gizi
Jenis Intervensi
Biaya Per Unit Dan Lokasi Manfaat
Ekonomi
Per 1 US$
Investasi
Biaya per
Unit
(US$/target)
Negara & Tahun
Kajian
A. Intervensi Pangan dan Gizi Di Masyarakat
1. Subsidi Pangan * Indonesia, 2004 0,9
2. Program Intervensi Gizi
Berbasis Masyarakat Sebagai
Bagian Dari Pelayanan
Kesehatan Dasar
8.01 Indonesia, 2004 2.6
3. Pendidikan Gizi 0.37 Indonesia, 2004 32.3
B. Intervensi Zat Gizi Mikro
4.Suntikan Iodium 0.49
0.14
0.21
Peru, 1978
Zaire, 1977
Indonesia, 1986
-
5. Iodinasi Air 0.04 Italia, 1986 -
6. Iodisasi Garam 0.04 India, 1987 28.0
7. Suplementasi Vitamin A 0.46-0.68 Haiti, 1978 50.0
8. Fortifikasi Vitamin A Pada
Gula 0.14 Guatemala, 1976 16.0
9. Suplementasi Besi Pada Ibu
Hamil 2.65-4.44
Tidak Disebut,
1980 24.7
10.Fortifikasi Besi Pada Garam 0.10 India, 1980
11.Fortifikasi Besi Pada Gula 0.10
0.80
Guatemala, 1980
Tidak Disebut,
1980
-
12.Fortifikasi Besi Pada Pangan
Pokok (Terigu) - - 84.1
C. Pemberian Makanan Tambahan
13. PMT Pada Anak Balita 3.99 Indonesia, 2004 1.4 Sumber: Soekirman dkk (2003). Situational Analysis of Nutrition Problems in Indonesia: Its
Policy, Programs and Prospective Development. Direktorat Gizi dan Bank Dunia
(Diolah dari berbagai sumber).*Behrman, Alderman, and Hoddinott (2004) dalam Bank
Dunia (2006)
2.3. Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Pembangunan Pangan dan Gizi
Dalam melaksanakan pembangunan ketahanan pangan di Kota
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 43
Tanjungbalai dilakukan melalui kebijakan umum dan kebijakan operasional.
Kebijakan umum dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara
bijaksana untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat melalui peningkatan
ketersediaan, penanganan kerawanan pangan, peningkatan sistem distribusi dan
stabilisasi harga pangan dan akses pangan, peningkatan pemenuhan kebutuhan
konsumsi dan pengembangan diversifikasi pangan, mutu dan keamanan pangan,
peningkatan efektivitas koordinasi kebijakan ketahanan pangan melalui Dewan
Ketahanan Pangan.
Sedangkan kebijakan operasional dilakukan dengan memperhatikan
faktor-faktor kunci keberhasilan yang ada guna terwujudnya tujuan dan sasaran
Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai, maka ditetapkan kebijakan yang
akan dijadikan pedoman di dalam melaksanakan kegiatan operasional peningkatan
ketahanan pangan dari aspek ketersediaan dan kerawanan pangan, distribusi dan
akses pangan dan konsumsi, mutu dan keamanan pangan.
2.3.1 Kebijakan terkait Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
Kebijakan dalam aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, antara lain:
a. Optimalisasi pemanfaatan lahan irigasi yang ada serta perbaikan dan
pembangunan jaringan irigasi baru dan penghentian alih fungsi lahan melalui
penetapan aturan-aturan yang dilandasi hukum dalam bentuk Perda.
b. Pengembangan konservasi dan rehabilitasi lahan agar potensi lahan yang ada
dapat dipertahankan terutama di wilayah usaha berbasis pertanian,
peternakan, perkebunan, perikanan dan kehutanan dengan menerapkan
teknologi konservasi dan rehabilitasi.
c. Penyediaan sarana produksi dan permodalan secara 6 (enam) tepat, sehingga
dapat bermanfaat untuk petani bagi peningkatan produktivitas hasil.
d. Peningkatan keberdayaan masyarakat miskin yang berada dalam kondisi
kerawanan pangan kronis serta pengembangan jaringan pengaman pangan
bagi kelompok rawan pangan transien karena bencana alam dan sosial.
e. Pengefektifan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) serta irigasi
daerah rawan pangan.
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 44
f. Pengembangan cadangan pangan pemerintah daerah dan masyarakat untuk
memberikan rasa aman bagi masyarakat yang menghadapi masalah pangan.
2.3.2. Kebijakan terkait Distribusi dan Akses Pangan
Untuk pengembangan distribusi dan akses pangan di Kota Tanjungbalai,
kebijakan yang diambil adalah melalui :
a. Peningkatan efisiensi dan kelancaran distribusi bahan pangan melalui
reformasi berbagai peraturan yang menghambat lalu lintas perdagangan,
pengembangan sarana dan prasarana distribusi serta pelayanan teknologi
pasca panen.
b. Peningkatan kemampuan masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam
menstabilkan harga bahan pangan antar waktu maupun antar wilayah.
c. Penguatan pangsa pasar yang bukan saja antar provinsi tetapi juga ekspor
serta pengembangan kemitraan untuk menjamin pemasaran hasil.
d. Menjaga stabilisasi harga pangan di tingkat produsen dan konsumen
terutama pada hari-hari besar keagamaan nasional dan panen raya.
2.3.3 KebijakanTerkait Konsumsi, Mutu dan Keamanan Pangan
Kebijakan terkait dengan konsumsi, mutu dan keamanan pangan di Kota
Tanjungbalai :
a. Mendorong diversifikasi pola konsumsi pangan masyarakat berbasis pangan
lokal agar hidup sehat dan produktif serta mendorong penurunan konsumsi
beras sebagai bahan pangan pokok masyarakat.
b. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang makanan melalui
peningkatan penganekaragaman konsumsi bahan pangan yang beragam,
bergizi, berimbang dan aman sejak usia dini.
c. Mendorong diversifikasi pola konsumsi pangan melalui peningkatan konsumsi
bahan pangan lokal yang berbasis pada nun beras.
d. Meningkatkan pembinaan keamanan pangan segar di tingkat petani dan
konsumen.
e. Meningkatkan kemampuan kelembagaan dan aparat daerah dalam penanganan
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 45
keamanan pangan segar.
2.3.4 Kebijakan Terkait Pelayanan Kesehatan
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui pemberian pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan mutu
sumber daya manusia dan produktivitas yang dapat meningkatkan taraf hidup.
Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan kesehatan adalah meningkatnya
derajat kesehatan secara lebih merata yang berdampak kepada penurunan angka
kematian bayi dan balita, meningkatkan kesehatan ibu dan anak, meningkatkan
status gizi masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidup. Pelayanan
kesehatan memiliki fungsipreventif yaitu menjaga kesehatan masyarakat melalui
kegiatan layanan kesehatan berupa penyuluhan dan juga kegiatan lainnya yang
terkait danfungsi kuratifyaitu melayani masyarakat yang telah terinfeksi dan
menjadi sakit untuk diambil tindakan pengobatan. Sarana dan prasarana untuk
berjalannya layanan kesehatan dengan baik adalah komponen penting yang terus
diupayakan peningkatan ketersediaan dan kualitasnya.
Adapun kebijakan yang tertuang dalam Rencana Strategis Dinas
Kesehatan Kota Tanjungbalai 2016-2021 sebagai berikut :
1. Melaksanakan penyuluhan kesehatan, advokasi dan menggalang kemitraan
dengan berbagai pelaku pembangunan dengan meningkatkan promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat serta membudayakan PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada setiap tatanan;
2. Peningkatan mutu pelatihan melalui akreditasi pelatihan dengan
meningkatkan jumlah dan kualitas kompetensi tenaga kesehatan melalui
diklat dan pelatihanserta mewujudkan ketepatan alokasi anggaran dalam
rangka pemenuhan sarana dan prasarana dan alat kesehatan yang sesuai
standar;
3. Membangun komitmen untuk memberi pelayanan kesehatan dengan
meningkatkan kemampuan manajemen dan pelayanan Puskesmas,
pemenuhan alkes yang bermutu di fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang
komprehensif, pengembangan upaya dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 46
komprehensif untuk pencegahan kematian ibu dan anak, pengembangan
upaya dan fasilitas pelayanan kesehatan usia produktif dan usia lanjut serta
pengelolaan dan penyediaan data dan informasi kesehatan yang akurat;
4. Penerbitan perjanjian kerja sama dengan menjalin kerjasama dengan lintas
sektor dan membangun koordinasi dan komunikasi dengan lintas sektor;
5. Menyusun regulasi daerah dalam bentuk peraturan walikota yang dapat
menggerakkan OPD lain untuk berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan
berwawasan lingkungan dengan meningkatkan pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan serta melakukan pemeriksaan dan penyediaan sanitasi
dasar serta advokasi pembangunan kesehatan berwawasan kesehatan;
6. Penguatan peningkatan peran Puskesmas dalam pencapaian kesehatan
berwawasan lingkungan dengan peningkatan hygiene dan sanitasi makanan.
2.3.4 Kebijakan Lintas Sektor (Intervensi Spesifik Gizi)
Pembangunan dan pengembangan pangan dan gizi yang tertuang dalam
dokumen RAD-PG Kota Tanjungbalai ini melibatkan banyak sektor (multisector
approach). Sinergisme program yang bersatu dalam satu misi yaitu pembangunan
dan pengembangan pangan dan gizi di Kota Tanjungbalai membuka peluang
untuk meningkatnya kinerja program baik masing-masing OPD maupun kinerja
keseluruhan tim multisektor pangan dan gizi di Kota Tanjungbalai.
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan lembaga terkait lainnya yang
terlibat serta memiliki peran dalam pembangunan dan pengembangan pangan dan
gizi masyarakat di Kota Tanjungbalai adalah:
1. BAPPEDA Kota Tanjungbalai;
2. Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai;
3. Dinas Pangan dan PertanianKota Tanjungbalai;
4. Dinas Perikanan Kota Tanjungbalai;
5. Dinas Pendidikan Kota Tanjungbalai;
6. Dinas Perdagangan dan PerindustrianKota Tanjungbalai;
7. Dinas Sosial Kota Tanjungbalai;
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 47
8. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Tanjungbalai;
9. Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan PermukimanKota Tanjungbalai;
10. Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Tanjungbalai;
11. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Tanjungbalai;
12. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan Kota Tanjungbalai;
13. Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Tanjungbalai.
2.4. Tantangan dan Hambatan Kunci
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, meningkatkan mutu sumber daya manusia dan produktivitas yang
dapat meningkatkan taraf hidup. Salah satu tolok ukur keberhasilan adalah
meningkatnya derajat kesehatan secara lebih merata yang berdampak kepada
penurunan angka kematian bayi dan balita, meningkatkan kesehatan ibu dan anak,
meningkatkan status gizi masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidup.
Dalam rangka melaksanakan pemberian pelayanan kesehatan kepada
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal,
Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai dihadapkan pada beberapa tantangan dalam
melaksanakan tanggung jawabnya. Tantangan dalam memberikan pelayanan
kesehatan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Sarana dan prasarana Puskesmas belum sepenuhnya mendukung program-
program kesehatan;
2. Distribusi tenaga kesehatan belum merata dan kualitas sumberdaya manusia
kesehatan belum memadai;
3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) belum membudaya di kehidupan
masyarakat;
4. Jumlah Penyakit Tidak Menular (PTM) semakin meningkat;
5. Belum terlindunginya masyarakat atas kecenderungan meningkatnya beban
pembiayaan kesehatan, disamping meningkatnya kebutuhan masyarakat
terhadap ketersediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau;
6. Tata ruang kota belum sepenuhnya berwawasan kesehatan.
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 48
Adapun hambatan dalam melaksanakan pemberian pelayanan kesehatan
kepada masyarakat dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Kekurangan lahan untuk perluasan puskesmas;
2. Belum adanya kebijakan manajemen SDM yang berorientasi pada
peningkatan kerja;
3. Masyarakat belum mau merubah perilakunya terutama untuk tidak merokok
di dalam rumah;
4. Meningkatnya prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM);
5. Keterbatasan keuangan daerah untuk mengasuransikan semua
masyarakatnya dalam jaminan kesehatan;
6. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengikutsertakan dirinya dalam
asuransi kesehatan;
7. Belum adanya keseriusan pemerintah dalam penegakan peraturan dan
pengawasan yang terkoordinir dalam hal penerapan pembangunan
berwawasan kesehatan.
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 49
RENCANA AKSI
MULTISEKTOR
3.1. Outcome utama, Output, dan Intervensi
Pembangunan pangan dan gizi adalah upaya yang dilaksanakan oleh
semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam rangka tercapainya
tujuan tersebut pembangunan pangan dan gizi harus dilaksanakan secara terarah,
berkesinambungan dan realistis.
Pemerintah Daerah dalam hal ini OPD/Instansi terkait bertanggungjawab
untuk mencapai indikator kinerja yang ditetapkan, namun dalam melaksanakan
usaha untuk mencapai target tersebut komponen non pemerintah, yaitu pelaku
usaha, media, mitra pembangunan dan masyarakat harus turut mengambil peran.
Adanya koordinasi dan kolaborasi yang baik antara Pemerintah dan non
pemerintah dengan tujuan yang sama akan meningkatkan kapasitas dan
meningkatkan efektivitas pekerjaan yang dilakukan.
Tujuan utama yang ingin diwujudkan dengan adanya perbaikan pangan
dan gizi dengan pendekatan Multi sektor adalah terbentuknya sumberdaya
manusia yang cerdas, sehat, produktif secara berkelanjutan dan berdaya saing
tinggi. Sedangkan outcome yang ingin dicapai dari upaya perbaikan pangan dan
gizi khususnya dalam bidang pangan dan gizi tercantum pada tabel 3.1.
BAB
3
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 50
Tabel 3.1
Indikator Outcome Perbaikan Pangan dan Gizi Kota Tanjungbalai
No Indikator Status Awal
(2014)
Target
RPJMD/RENSTRA
(2018)
Target RAD
PG (2019)
1. Produksi Padi (Ton)
2. Produksi Jagung (Ton)
3. Produksi Daging Sapi (Ton)
4. Produksi Ikan (Ton)
5. Konsumsi Ikan (kg/kap/Thn)
6. Ketersediaan Energi (kkal) dan
Protein (Gram)
7. Konsumsi Energi (kkal) dan
Protein (Gram)
8. Skor PPH
9. Angka Kematian Bayi (per
1.000 kelahiran Bayi)
10. Angka Kematian Ibu (per 1.000
kelahiran hidup)
11. Prevalensi Balita Gizi Buruk dan
Kurang (Persen)
12. Umur Harapan Hidup (Thn)
Dalam rangka pencapaian target indikator tersebut, diperlukan peran aktif
dari multi sektor. Pada tabel 3.2. ditampilkan alur pikir (logical framework)
peranan setiap stakeholders yang merupakan penjabaran dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tanjungbalai Tahun
2016-2021 dan Rencana Strategis (Renstra) OPD/Instansi tahun 2016-2021
lingkup Kota Tanjungbalai. Dikarenakan periodisasi RPJMD Kota Tanjungbalai
adalah Tahun 2016-2021 maka target pada tahun 2019 merupakan proyeksi
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 51
berdasarkan realisasi.
Tabel 3.2
Logical Framework RAD PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019
(Semua OPD/Instansi)
Impact
Peningkatan Kualitas SDM
Outcome :
1. Produksi Padi (Ton) mencapai.....
2. Produksi Jagung (Ton) mencapai .....
3. Produksi Daging Sapi (Ton) mencapai .....
4. Produksi Ikan (Ton) mencapai .....
5. Konsumsi Ikan (Kg/Kap/Thn) mencapai.....
6. Ketersediaan Energi (kkal) dan Protein (Gram) mencapai .......
7. Konsumsi Energi (kkal) dan Protein (Gram) mencapai ........
8. Skop PPH mencapai.......
9. Angka Kematian Bayi (per 1.000 kelahiran Bayi) mencapai.......
10. Angka Kematian Ibu (per 1.000 kelahiran hidup) mencapai.......
11. Prevalensi Balita Gizi Buruk dan Kurang (Persen) mencapai.......
12. Umur Harapan Hidup (Thn) mencapai.......
OPD/Instansi
Pelaksana
Input Output
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 52
1. Dinas Pangan
dan Pertanian
1) Peningkatan produksi Padi
2) Peningkatan produksi
jagung
3) Peningkatan produksi
daging
4) Pengembangan ketersediaan
pangan pokok karbohidrat
dan protein
5) Pengembangan lumbung
pangan masyarakat
6) Pembinaan dan
pemberdayaan Gapoktan
7) Peningkatan dan
pengembangan promosi
percepatan
penganekaragaman
konsumsi pangan
8) Gerakan Masyarakat
Mandiri Pangan (Gema
Pangan)
9) Sistem Kewaspadaan
Pangan dan Gizi (SKPG).
10) Pengembangan makanan
tradisional pangan lokal
11) Penguatan usaha kelompok
dalam rangka peningkatan
akses pangan
12) Pengembangan bibit unggul
13) Peningkatan dan
pengembangan tenaga
penyuluh
pertanian/perkebunan
Ketersediaan Pangan,
Akses Ekonomi dan
Pemanfaatan Pangan
2. Dinas
Perikanan
1) Peningkatan Produksi ikan
2) Konsumsi Ikan (kg/kap/Thn)
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 53
3. Dinas
Kesehatan
1) Pendampingan Kasus Gizi
Buruk
2) Penyediaan Pemberian
Makanan Tambahan Anak
Sekolah (PMT-AS)
3) Peningkatan Petugas
Konselor ASI bagi Petugas
Kesehatan Kab/ Kota.
4) Surveilans Gizi Kab/ Kota
5) Pemantauan anak 0-10
bulan dan anak usia sekolah
dasar yang mendapatkan
imunisasi dasar lengkap.
6) Pemantauan Status Gizi.
7) Pengadaan PMT ibu hamil
8) Distribusi Tablet Fe.
9) Penyediaan MP- ASI
10) Pengadaan PMT Ibu Hamil
11) Gerakan Percepatan
Perbaikan Gizi
12) Pendistribusian Kapsul
Vitamin A
13) Persentase desa yang
mencapai Universal Child
Immunisation (UCI)
14) Persentase cakupan
pengawasan sarana
produksi obat dan makanan
Konsumsi energi
danzatgizi tercukupi
terutama bagi
kelompokrentan
yaituremajaputri, Ibu
hamil
4. Dinas
Pendidikan
1) Pelatihan kompetensi siswa
berprestasi
Pengetahuan tentang
pentingnya gizi bagi siswa
5. Dinas
Perdagangan
dan
Perindustrian
1) Jumlah pasar yang
diintervensi Program Pasar
Aman dari Bahan
Berbahaya menjadi Pasar
Aman dari Bahan
Berbahaya
Pasar aman dari bahan
berbahaya
6. Dinas
Pemberdayaan
Masyarakat,
Perempuan &
KB
1) Peningkatan kesejahteraan
perempuan dan anak
2) Pembinaan lembaga
pemberdayaan perempuan
lanjut usia yang berbasis
gender
Kesejahteraan perempuan,
anak dan lanjut usia yang
berbasis gender
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 54
7. Dinas Sosial 1) Pelatihan keterampilan
berusaha bagi keluarga
miskin serta sosialisasi
pelayanan dan perlindungan
sosial, hukum bagi korban
eksploitasi, perdagangan
perempuan dan anak
2) Pelatihan keterampilan bagi
penyandang masalah
kesejahteraan sosial dan
kampanye sosial bagi PMKS
Meningkatnya
keterampilan dan adanya
usaha yang dimiliki bagi
keluarga miskin guna
mencapai keluarga mandiri
8. BAPPEDA Pembinaan dan Koordinasi RAD-
PG
Tersusunnya dokumen
RAD-PG
Terpantau dan
terevaluasinya RAD-PG
3.2. Prinsip dan Pendekatan Kunci
3.2.1 Pendekatan Multi Sektor
Intervensi spesifikgizi,melalui upayasektor kesehatan,hanya memiliki
kontribusi sebesar 30 persen dalam intervensi spesifik gizi. Meningkatkan
intervensisensitivegizimelaluisektorlainnyasangatdiperlukanuntukmencapaitar
get ini.Meskipun belum ada bukti yang menghitung estimasi secara tepat
kontribusi intervensi gizi sensitif terhadap pengurangan stunting, indikasi
awal menunjukkan bahwa perlindungan sosial, penguatan pertanian, serta
perbaikan air dan sanitasi lingkungan berkontribusi terhadap percepatan
perbaikan gizi (Franzo,2014).
InternationalConferenceonNutrition2telahmenyepakatidiperlukannyaaksiyang
terkoordinasi antar pelakudi semuasektor terkaityangharusdidukungmelalui
koordinasi lintas-sektor, kebijakan yang koheren, program dan inisiatif,
untuk mengatasibebangizidanmempromosikansistem
panganberkelanjutan(FAO, 2014).
Dalam rangka mengatasi permasalahan gizi diketahui bahwa intervensi
gizi spesifik yang sebagian besar dilaksanakan oleh sektor kesehatan dan
berpengaruh secara langsung merupakan yang paling efektif (Bhutta,2013).
Keberlanjutanintervensiini bergantung pada pelaksanaan intervensi gizi
sensitif, yang merupakan faktor mendasar yangmempengaruhistatus
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 55
gizi,intervensisensitivedilaksanakanolehsektor lainseperti pendidikan,
pertanian,pekerjaanumum/infrastruktur, dankesejahteraan sosial (WHO,2012).
Gambar berikut ini mengilustrasikan keterkaitan program spesifik dan
sensitif gizisertaperanmasing-masingsektor terkait.Padaprinsipnyaperansetiap
sektordikaitkandenganupayauntukmengatasipenyebab langsung masalahgizi,
yaitukonsumsimakananyangcukupsertapencegahandan penangananinfeksi.
Selanjutnyaadatiga faktoryangmempengaruhikedua faktorlangsungtersebutyaitu
akses terhadappangan,pola asuhserta aksesterhadap airbersih,sanitasilingkungan
yangbaik, danpelayanankesehatan.Sementaraperansektorkesehatanterutama
adalahpadapenyebablangsung,peransektor non-kesehatanmunculpadaketiga
faktor langsungtersebut.
Sumber:ModifikasiLancet2013“ExecutiveSummaryofThe MaternalandChildNutrition”
3.2.2. Sensitif Gender
Dalam upaya pemenuhan hak kesehatan anak, Pemerintah Kota
Tanjungbalai melakukan pendekatan multi sektor untuk menjamin
kelangsungan hidup Ibu, Bayi dan Anak melalui kegiatan Advokasi,
Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) tentang Gerakan Sayang Ibu (GSI)
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 56
serta pengembangan cakupan dan kualitas kelompok Bina Keluarga Remaja
(BKR). Dengan kerjasama/kemitraan yang dibangun antara Pemerintah
dengan Lembaga Masyarakat yang peduli terhadap kesehatan Ibu saat hamil,
melahirkan dan nifas serta terpenuhinya gizi anak mulai dari kandungan dan
balita, Pemerintah Kota Tanjungbalai antara lain berupaya memastikan
bantuan medis dan perawatan kesehatan yang diperlukan untuk semua anak
terutama dalam pengembangan perawatan kesehatan dasar, memberantas
penyakit, kekurangan gizi, kesehatan dan perawatan Ibu sebelum dan sesudah
melahirkan, memastikan semua golongan masyarakat terutama orangtua dan
anak-anak mendapatkan informasi, pendidikan dan dukungan dalam
penggunaan pengetahuan dasar tentang kesehatan anak dan gizi serta manfaat
pemberian ASI, kebersihan dan penyehatan lingkungan, serta pencegahan
kecelakaan, mengembangkan perawatan pencegahan dan bimbingan untuk
orangtua serta pendidikan dan pelayanan keluarga berencana. Demikian pula
halnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan jiwa anak serta
pengaruhnya terhadap tumbuh kembang anak.
Dalam upaya mengakselerasi terwujudnya kesetaraan dan keadilan
gender dalam semua bidang serta meningkatkan pembangunan yang berpihak
pada kepentingan terbaik bagi perempuan dan anak, perlu dikembangkan
suatu strategi untuk mencapai tujuan tersebut yang lebih dikenal dengan
istilah pengarusutamaan gender (PUG) dan pengarusutamaan hak anak
(PUHA). PUG dan PUHA merupakan strategi yang dibangun untuk
mengintegrasikan perspektif gender menjadi satu dimensi integral dari
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan. Pelaksanaan integrasi PUG ke dalam
siklus perencanaan dan penganggaran di tingkat pusat dan daerah diharapkan
dapat mendorong pengalokasian sumber daya pembangunan menjadi lebih
efektif, dapat dipertanggungjawabkandan adil dalam memberikan manfaat
pembangunan bagi seluruh penduduk Indonesia baik perempuan maupun laki-
laki, termasuk anak perempuan dan laki-laki.
Pelaksanaan PUG dan PUHA harus direfleksikan dalam proses
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 57
penyusunan kebijakan yang menjadi acuan perencanaan dan penganggaran
untuk menjamin program dan kegiatan yang dibuat oleh seluruh lembaga
pemerintah baik pusat maupun daerah menjadi responsif gender. Perencanaan
dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) merupakan perencanaan yang
disusun dengan mempertimbangkan empat aspek yaitu: akses, partisipasi,
kontrol dan manfaat yang dilakukan secara setara antara perempuan dan laki-
lakitermasuk anak perempuan dan laki-laki.
3.2.3. Kesetaraan
Kesenjangan pembangunan daerah merupakan fenomena universal di
semua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat pembangunannya.
Kesenjangan pembangunan antar wilayah yang tidak merata pada akhirnya
akan menimbulkan permasalahan yang dalam konteks makro sangat merugikan
proses pembangunan yang ingin dicapai. Ketidakseimbangan pembangunan
menghasilkan struktur hubungan antar wilayah yang membentuk satu interaksi
yang saling memperlemah.
Pada hakikatnya pembangunan harus bersifat adil, demokratis, terbuka,
partisipatif dan reintegrasi, sehingga kesenjangan pembangunan antar daerah
dapat segera teratasi. Untuk mengatasi kesenjangan antar daerah dalam rangka
pencapaian kesetaraan maka pemerintah daerah bertanggung jawab untuk
melakukan fasilitasi dan koordinasi.
Berbagai program yang dilaksanakan antara lain Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Program Keluarga Harapan (PKH) dan
berbagai program terkait lainnya.
3.2.4. Keberlanjutan
Menerapkan pembangunan yang berkelanjutan di setiap aspek
pembangunan. Termasuk sektor pertanian yang menghasilkan produk pangan
menerapkan produksi pangan yang berkelanjutan melalui pemanfaatan
sumberdaya alam dengan promosi diversifikasi tanaman, kalender tanam dan
pemanfaatan teknologi tepat guna.
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 58
3.2.5. Kaitan dengan RPJMD
Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) KotaTanjungbalai
Tahun 2015-2019 merupakan rencana aksi yang tidak terpisahkan dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tanjungbalai Tahun
2016-2021. Sesuai dengan visi Kota Tanjungbalai Tahun 2016-2021 adalah
Mewujudkan Kota Tanjungbalai yang Berprestasi, Religius, Sejahtera,
Indah dan Harmonis. Pencapaian visi tersebut akan diwujudkan melalui 7 misi
yaitu:
1. Melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) untuk
mencapai prestasi di berbagai bidang pembangunan dengan mengedepankan
pelayanan publik yang prima.
2. Mewujudkan kehidupan umat beragama menuju masyarakat yang religius dan
berakhlaq mulia.
3. Meningkatkan perekonomian daerah dengan memanfaatkan potensi ekonomi
unggulan serta daya saing dalam rangka mendorong kemandirian menuju
masyarakat maju dan sejahtera.
4. Mewujudkan sumberdaya manusia melalui pembangunan pendidikan yang
berkualitas berbasis IPTEK dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
5. Mewujudkan penataan kota yang bersih, indah dan rapi dengan dukungan
infrastruktur yang baik dan berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan yang
berkelanjutan.
6. Membina kehidupan sosial politik masyarakat dalam rangka mewujudkan
kehidupan masyarakat yang demokratis dan harmonis dalam keanekaragaman
suku dan agama yang berpegang pada adat dan budaya.
7. Mewujudkan pemberdayaan masyarakat dan tatanan kehidupan sosial
masyarakat melalui penguatan peran keluarga.
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 59
Pada misi ketiga berkaitan dengan pangan yaitu meningkatkan
perekonomian daerah dengan memanfaatkan potensi ekonomi unggulan serta daya
saing dalam rangka mendorong kemandirian menuju masyarakat maju dan
sejahtera. Sedangkan pada misi keempat berkaitan dengan sumberdaya manusia
yaitu mewujudkan sumberdaya manusia melalui pembangunan pendidikan yang
berkualitas berbasis IPTEK dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Berdasarkan misi ketiga dan keempat RPJMD Kota Tanjungbalai maka strategi
pembangunan daerah yang terkait dengan upaya peningkatan pangan dan gizi
adalah :
1) Meningkatkan aksesibilitas dan memeratakan pelayanan sosial ekonomi ke
seluruh daerah Kota Tanjungbalai;
2) Optimalisasi dan revitalisasi lahan dan sarana prasarana pertanian;
3) Peningkatan produksi dan produktivitas pertanian.
Sejalan dengan strategi pembangunan dalam RPJMD yang berkaitan
dengan pangan dan gizi maka arah kebijakan yang mendukung RAD PG adalah
sebagai berikut :
1) Peningkatan penganekaragaman pangan melalui penerapan teknologi bidang
ketahanan pangan.
2) Peningkatan pengendalian penyakit terkait dengan peternakan.
3) Peningkatan pencapaian target Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan.
4) Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) serta pengembangan data
dan informasi kesehatan berbasis daring (dalam jaringan ).
5) Peningkatan koordinasi penyediaan pelayanan dasar bidang kesehatan.
6) Peningkatan kualitas penerapan prosedur tetap bidang medis.
7) Peningkatan kualitas penyelenggaraan Pelayanan Jaminan Kesehatan bagi
masyarakat dan penduduk miskin.
8) Peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan.
9) Peningkatan status gizi masyarakat.
10) Pemberdayaan Masyarakat dalam mendorong peningkatan pembudayaan Pola
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 60
11) Peningkatan upaya pencegahan dan penanganan wabah/penyakit menular.
12) Pengembangan rumah sakit, puskesmas dan jaringannya melalui peningkatan
kapasitas RSUD serta peningkatan peran dan status puskesmas.
13) Peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit, puskesmas dan
jaringannya.
14) Fasilitasi pengembangan kapasitas tenaga medis dan non medis meliputi
peningkatan kemampuan teknis dan non teknis bidang kesehatan melalui
pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan dan berkelanjutan.
Untuk mengimplementasikan arah kebijakan tersebut maka dilaksanakan
melalui program-program pembangunan yang dilaksanakan oleh OPD Multi
sektor di Kota Tanjungbalai untuk mendukung tercapainya tujuan Rencana Aksi
Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 yaitu :
1) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
2) Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan)
3) Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat
4) Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan
5) Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan
6) Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan
7) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak
8) Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
9) Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan
10) Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan
11) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
12) Program Perbaikan Gizi Masyarakat
13) Program Pengawasan Obat dan Makanan
14) Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
15) Program Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak
Menular
16) Program Upaya Kesehatan Masyarakat
17) Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 61
18) Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin
19) Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
20) Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
21) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
22) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia
23) Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
24) Program Pengembangan Lingkungan Sehat
25) Program Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan
3.2.6. Penguatan RAD PG
Rencana Aksi Daerah Pangan-Gizi (RAD P-G)Kabupaten/Kotamerupakan
pengejawantahan Rencana Aksi Daerah Pangan-Gizi (RAD P-G) Provinsi
Sumatera Utara yang selanjutnya akan diimplementasikan oleh semua Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) di tingkatkabupaten/kota dan pemangku kepentingan
lainnya di tingkat kabupaten/kota melalui berbagai program dan kegiatan
pembangunan.Penguatan Rencana Aksi Daerah Pangan-Gizi (RAD P-G)
merupakan langkah-langkah yang ditempuh untuk melaksanakan Rencana Aksi
Daerah Pangan-Gizi (RAD P-G). Tahapan pelaksanaan penyusunan Rencana Aksi
Daerah Pangan-Gizi (RAD P-G) Multisektor Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019
dilakukan melalui beberapa tahapan yang diuraikan pada tabel berikut:
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 62
Tabel 3.3 Penguatan RAD-PG
Pelaksanaan di Kegiatan
Kota Tanjungbalai 1. Memperkuat legal aspek RAD-PG
Membentuk tim koordinasi di tingkat kota yang
terdiri dari lintas sektor.
Menetapkan dasar hukum RAD-PG melalui
Peraturan Walikota.
2. Perencanaan dan penganggaran
Penyusunan RAD-PG di tingkat kota
Sosialisasi RAD-PG kepada pemangku
kepentingan di tingkatkota.
Menyertakan program terkait intervensi gizi
sensitif dan spesifik dalam APBD dan
memastikan intervensi tersebut memperoleh
pendanaan yang memadai setiap tahunnya.
3. Implementasi
Melaksanakan intervensi gizi sensitif dan
spesifik oleh OPD dan pemangku
kepentingan lainnya dengan memperhatikan
pendekatan multi sektor dan pendekatan
lain yang tepat.
Membuat laporan tahunan pelaksanaan
RAD-PG di tingkatkota.
4. Monitoring dan Evaluasi
Melakukan pencatatan atau pengumpulan
data terkait target indikator utama yang
harus dicapai, dapat berupa data rutin
maupun survei.
Melaksanakan pertemuan atau forum dalam
rangka koordinasi dan evaluasi rutin lintas
sektor.
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 63
KERANGKAPELAKSANAAN
RENCANA AKSI
4.1. Kerangka Kelembagaan
Prinsip pelaksanaan RAD-PG Multisektor di Kota Tanjungbalai adalah
collaborative actions dari lembaga-lembaga dalam rangka pendekatan multi-
sektor. Beberapa kelembagaan dan perannya dapat disampaikan sebagai berikut
ini.
4.1. Kerangka Kelembagaan
4.1.1. Struktur Organisasi
Tim Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD PG) Multisektor Kota
Tanjungbalai dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Walikota Tanjungbalai
Nomor 050/87/K/2017 tentang Pembentukan Tim Pengarah dan Tim Teknis
Rencana Aksi Daerah Pangan dan GiziKota Tanjungbalai Tahun 2015-2019. Tim
terdiri dari Tim Pengarah, Tim Teknis dengan susunan keanggotaan sebagai
berikut :
TIM PENGARAH :
Penanggung Jawab : Walikota Tanjungbalai
Ketua : Sekretaris Daerah Kota Tanjungbalai
Sekretaris : Kepala Bappeda Kota Tanjungbalai
Anggota : 1. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai
2. Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota
Tanjungbalai
3. Kepala Dinas Perikanan Kota Tanjungbalai
4. Kepala Dinas Pendidikan Kota Tanjungbalai
5. Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota
Tanjungbalai
6. Kepala Dinas Sosial Kota Tanjungbalai
BAB
4
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 64
7. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kota Tanjungbalai
8. Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman Kota Tanjungbalai
9. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota
Tanjungbalai
10. Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana Kota Tanjungbalai
11. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat
Kelurahan Kota Tanjungbalai
12. Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan
Pariwisata Kota Tanjungbalai.
TIM TEKNIS :
Ketua : Sekretaris Bappeda Kota Tanjungbalai
Sekretaris : Kabid Perencanaan Perekonomian Bappeda Kota
Tanjungbalai
Anggota : 1. Kabid Ketersediaan, Distribusi dan Cadangan
Pangan Dinas Pangan dan Pertanian Kota
Tanjungbalai
2. Kabid Penganekaragaman, Konsumsi dan
Keamanan Pangan Dinas Pangan dan
Pertanian Kota Tanjungbalai
3. Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas
Kesehatan Kota Tanjungbalai
4. Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan
Kota Tanjungbalai
5. Kabid Keluarga Berencana Dinas
Pengendalian Penduduk dan KB Kota
Tanjungbalai
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 65
6. Kabid Kualitas Hidup Perempuan dan
Kualitas Keluarga Dinas Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan dan Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan Kota Tanjungbalai
7. Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas
Sosial Kota Tanjungbalai
8. Kabid Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kota
Tanjungbalai
9. Kabid Teknologi Informasi Dinas Komunikasi
dan Informatika Kota Tanjungbalai
10. KabidPembinaan, Pelatihan, Penempatan
Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan
Kerja Dinas Ketenagakerjaan Kota
Tanjungbalai
11. Kabid Penelitian dan Pengembangan Bappeda
Kota Tanjungbalai
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Kabid Sosial, Budaya dan Pemerintahan
Bappeda Kota Tanjungbalai
Kabid Perencanaan Infrastruktur dan
Kewilayahan Bappeda Kota Tanjungbalai
Kasubbid Perekonomian Bappeda Kota
Tanjungbalai
Kasubbid Pengembangan Usaha dan Investasi
Bappeda Kota Tanjungbalai
Kasubbid Analisis Pendanaan Bappeda Kota
Tanjungbalai
Kasubbag Program dan Keuangan
DinasPerikanan Kota Tanjungbalai
Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas
Kesehatan Kota Tanjungbalai
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 66
4.1.2. Tugas dan Tanggungjawab
Tim Pengarah:
1. Memberikan arahan dalam penyusunan RAD PG antara lain koordinasi
penyusunan, kebijakan yang perlu dimasukkan dalam RAD PG, serta kegiatan
prioritas yang diperlukan;
2. Menyampaikan laporan penyusunan RAD PG kepada Kepala Bappeda
Provinsi Sumatera Utara;
3. Memberikan arahan dalam pelaksanaan RAD PG termasuk kebijakan
pelaksanaan dan strategi melaksanakan kegiatan prioritas;
4. Memberikan arahan kebijakan pemantauan dan evaluasi;
5. Menyampaikan laporan hasil evaluasi kepada Kepala Bappeda Provinsi
Sumatera Utara.
Tim Teknis:
1. Bertanggung jawab terhadap kegiatan penyusunan RAD PG;
2. Melakukan penyusunan RAD PG mulai dari membuat jadwal dan rencana
kerja, mencari dan mengumpulkan bahan yang diperlukan, melakukan
penyusunan sampai menghasilkan draft untuk disampaikan kepada Tim
Pengarah;
3. Menyampaikan draft RAD PG kepada tim pengarah untuk proses lebih lanjut;
4. Mensosialisasi RAD PG kepada seluruh pemangku kepentingan di daerah;
5. Mengkoordinasikan dan melakukan pelaksanaan RAD PG;
6. Menjalankan strategi untuk peningkatan efektifitas pelaksanaan sesuai
masukan Tim Pengarah;
7. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pemantauan dan evaluasi;
8. Menyiapkan laporan hasil pemantauan dan evaluasi.
19. Kasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata
Kota Tanjungbalai.
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 67
4.1.3. Keterlibatan Pemangku Kepentingan
Dalam rangka mengimplementasikan rencana aksi ini, terdapat pelaksana
dari pihak OPD Kota Tanjungbalai maupun instansi vertikal. Dalam
mempermudah pelaksanaan di lapangan, OPD/Instansi dapat dikelompokkan ke
dalam pilar:
1. Perbaikan Gizi Masyarakat, melibatkan Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan,
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan serta DinasSosial.
2. Peningkatan Aksesibilitas Pangan yang Beragam, melibatkan Dinas Pangan
dan Pertanian, DinasPerikanan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian.
3. Peningkatan Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan, melibatkan Dinas
Kesehatan, Dinas Perdagangan dan Perindustrianserta Dinas Pangan dan
Pertanian.
4. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), melibatkan Dinas
Kesehatan dan Dinas Pendidikan.
5. Kelembagaan Pangan dan Gizi, melibatkan Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah dan Dinas Pangan dan Pertanian.
4.2. Strategi Pengembangan Kapasitas
Pengembangan kapasitas memiliki dimensi program dan dimensi
kelembagaan. Keduanya bermuara pada kemampuan untuk mencapai output
kegiatan secara efektif dan mampu menghasilkan dinamika konstruktif
pembangunan pangan dan gizi di Kota Tanjungbalai.
Pembangunan kapasitas dari dimensi program menunjukkan seberapa
strategis isu yang ditanggapi dengan program disusun. Program yang dialamatkan
pada isu yang sangat strategis akan menyembuhkan akar permasalahan dan
akhirnya membawa perubahan yang signifikan dan bahkan dinamika konstruktif
yang terjadi sebagai eksternalitas positif suatu program akan bergulir dalam long-
run. Ini akhirnya akan membawa multiplier yang besar dalam pembangunan dan
pengembangan pangan dan gizi di suatu wilayah.
Berdasarkan program yang telah dijalankan, suatu program misalnya telah
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 68
berlangsung dalam waktu lama namun memiliki efek yang kurang optimal bagi
perubahan positif perilaku masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya yang
dimiliki. Perilaku mengoptimalkan sumberdaya adalah advanced behavior yang
dengan didukung oleh informasi, pengetahuan operasionaldan juga komitmen
dengan menganggap bahwa memanfaatkan sumberdaya memiliki oportunitas
yang tinggi maka hal itu akan dapat dijalankan. Jika tidak ada persepsi dan respon
yang berasal dari internal masyarakat maka apa yang dilakukan masyarakat hanya
„meramaikan‟ program pemerintah tanpa dapat menumbuhkan motivasi akan
pentingnya hal itu dilakukan.
Dengan demikian, pembangunan dan pengembangan pangan dan gizi
memang harus „membumi‟ berangkat dari realitas (data yang akurat) dan
kemudian program disusun dengan prinsip partisipatif dengan menumbuhkan
modal sosial di masyarakat, termasuk di dalamnya adalah kepercayaan
masyarakat kepada program-program dan niat baik pemerintah dalam peningkatan
ketersediaan dan kualitas pangan dan gizi masyarakat.
Peningkatan kapasitas dalam dimensi kelembagaan memiliki simpul pada
social capital seluruh agen yang terlibat, baik pemerintah maupun masyarakat.
Peningkatan kapasitas lembaga memiliki ciri adanya peningkatan kemampuan
melakukan co-existence, co-operation, co-ordination, dan akhirnya
Collaboration. Dengan melakukan partnership atau sinkronisasi program/
kegiatan ini maka kapasitas dan kekuatan program untuk menjawab permasalahan
yang ada semakin meningkat dan ini berarti juga benefit yang bertambah besar
pada masyarakat.
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 69
4.3. Strategi Advokasi
Advokasi adalah kombinasi dari desain dukungan individu dan sosial
untukmeningkatkan komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial,
dandukungan sistem untuk tujuan program kesehatan tertentu (WHO, 1998).
Advokasi merupakan strategi untuk mempengaruhi para pengambil keputusan
khususnya saat mereka menetapkan peraturan, mengatur sumber daya dan
mengambil keputusan-keputusan yang menyangkutmasyarakat. Agar
mencapai target yang telah ditetapkan, diperlukan pemenuhan kondisi dan
asumsi, sehingga target yang telah ditetapkan dapat tecapai. Untuk memenuhi
asumsi pengambil kebijakandan stakeholder yang terlibat sehingga diperoleh
pendanaan, sumber daya manusia yang cukup, metode intervensi yang tepatdan
peningkatan cakupan serta keberlanjutan intervensi yang dilakukan,
koordinasi antar pemerintah pusat dan daerah serta koordinasi lintas sektor
berjalan dengan baik. Pada Tabel 4.2 diperlihatkan strategi advokasi yang harus
dilakukan terhadap stakeholder terkait.
Tabel 4.2.
Strategi Advokasi Pelaksanaan RAD-PG
Stakeholder Strategi Frekuensi/Tahun
Pemerintah Pusat Policy brief, Pertemuan
advokasi berjenjang,
Workshop
Semesteran
Pemerintah Daerah Policy brief, Pertemuan
advokasi berjenjang,
Workshop
Semesteran
Masyarakat Policy brief, dengar
pendapat
Semesteran
DPRD Policy brief, Pertemuan
advokasi
Semesteran
Masyarakat Media, konseling Bulanan
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 70
4.4. Pendanaan Indikatif
Penting untuk mengetahui anggaran yang tersedia untuk pelaksanaan
program. Dengan demikian dapat diketahui jumlah dana yang diperlukan dan
ketersediaan dana sehingga apabila terjadi kekurangan dapat diketahui lebih
awal dan direncanakan untuk mencari alternatif pendanaan dari sumber lainnya.
Besar dana indikatif untuk program dan kegiatan hendaknya dimiliki pusat dan
daerah dan untuk pusat biasanya terdapat pada RPJMN dan Renstra K/L sedang
di daerah biasanya dianggarkan dalam APBD Provinsi dan APBD
Kabupaten/Kota.
Berdasarkan pogram/kegiatan yang telah tersusun sumber pendanaan
berasal dari alokasi dana Pemerintah Kota Tanjungbalai (APBD Kota
Tanjungbalai). Jumlah dana pada masing-masing OPD dan program yang terkait
di sajikan di lampiran dokumen ini.
4.5. Strategi Monitoring dan Evaluasi
Untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi perlu ditetapkan target atau
output yang ingin dicapai, siapa saja yang berperan, apa saja input dan proses
yang harus dilakukan. Secara garis besar informasi ini diperoleh dari logical
framework. Namun agar lebih terukur dipilih beberapa indikator kinerja utama
untuk setiap OPD yang terkait dengan pencapaian RAD-PG dan akan terus
dipantau pencapaiannya dalam kurun waktu tertentu. Indikator diperoleh dengan
memilih indikator kinerjanya yang berasal dari RPJMD maupun Renstra OPD
atau kegiatan lainnya yang relevan terhadap upaya perbaikan gizi dan berkaitan
dengan output dan outcome yang ingin dicapai. Indikator ini akan terus dipantau
dan dievaluasi sehingga dapat mendorong tercapainya output dan outcome dari
RAD-PG 2015-2019.
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 71
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
5.1. Indikator-Indikator Yang DipantauDan Dievaluasi
Indikator yang disusun dalam RAD-PG Multi SektorKota Tanjungbalai
terdiri dari indikator output dan indikator proses dengan rencana pembiayaan
definitivenya. Berikut adalah indikator-indikator output yang disusun dan perlu
dilakukan pemantauan setiap tahunnya dengan koordinasi yang dapat dilakukan
oleh BAPPEDA Kota Tanjungbalai mengundang seluruh OPD dan lembaga
terlibat.
Indikator proses merupakan indikator yang disusun sesuai dengan rencana
strategis masing-masing OPD. Terdapat 12 OPD/Instansi di tingkat pemerintah
daerah Kota Tanjungbalai yang terlibat dalam rencana aksi daerah pangan dan
gizi (RAD-PG) ini. Masing-masing dengan program yang dimilikinya terlibat
aktif dan berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan pangan dan gizi
di Kota Tanjungbalai. Penganggaran dari APBD Kota Tanjungbalai juga
disampaikan dalam dokumen ini sebagai bukti komitmen pemerintah daerah
terhadap perbaikan pangan dan gizi masyarakat. Rincian pembiayaan
program/kegiatan ini selanjutnya disajikan di lampiran dokumen ini.
5.2. Waktu dan Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi
Waktu dan pelaksanaan pemantauan dan Evaluasi dilaksanakan dua kali
dalam satu tahun yaitu pada pertengahan dan akhir tahun yang diikuti seluruh
pemangku kepentingan yang terkait dengan RAD-PG dandikoordinir oleh
Bappeda Kota Tanjungbalai.
5.3. Pelaporan Hasil Pemantauan dan Evaluasi
Pelaporan bertujuan untuk memberikan informasi tentang hasil
pelaksanaan RAD-PG, memberikan informasi tentang tantangan dan kebijakan
BAB
5
RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 72
yang telah dilakukan sekaligus sebagai bahan sosialisasi dan advokasi rencana
aksi.
Pelaporan dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut :
1. Melakukan pertemuan koordinasi dalam rangka penyusunan laporan untuk
membahas dan menyepakati substansi yang akan dilaporkan.
2. Mengirim laporan kepada Bappeda Provinsi Sumatera Utara c/q Bidang
Ekonomi, yaitu Laporan Semester Satu dan Laporan Akhir Tahun.
Dinas Kesehatan
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 73
Tabel 5.1 Daftar Kegiatan RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 yang Dimonitoring dan Dievaluasi
No Pilar Program/Kegiatan yang dimonitoring dan
Evaluasi
Indikator yang Dimonitoring dan
Evaluasi
Frekuensi Monitoring
Frekuensi Evaluasi
OPD/Instansi
1. Perbaikan Gizi Masyarakat
Program : Perbaikan Gizi Masyarakat Kegiatan : 1. Penyusunan peta
informasi masyarakat kurang gizi
2. Pemberian tambahan makanan dan vitamin
3. Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, dan Kekurangan Zat Gizi Mikro Lainnya
4. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi
5. Penyusunan Laporan Program Gizi
1. Persentase gizi buruk yang ditangani
2. Persentase ibu hamil mendapatkan Fe
3. Persentase ibu hamil KEK dan anemia yang mendapatkan PMT
4. Persentase anak 5-59 bulan yang mendapatkan Vitamin A
3 bulan sekali
6 bulan sekali Dinas Kesehatan
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 74
Program : Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Kegiatan : 1. Penyemprotan/fogging
sarang nyamuk 2. Pelayanan vaksinasi bagi
balita dan anak sekolah 3. Pelayanan pencegahan
dan penanggulangan penyakit menular
4. Pencegahan penularan penyakit Endemik/Epidemik
5. Peningkatan imunisasi Bagi Calon Jemaah Haji
6. Peningkatan surveilance Epidemiologi dan penanggulangan wabah
7. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (ide) pencegahan dan pemberantasan penyakit
1. Persentase anak 0-10 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap
2. Persentase anak usia sekolah dasar (BIAS) yang mendapatkan imunisasi
3. Angka Non Acute Flaccid (AFP) pada anak usia<5 Tahun per 100.000 penduduk
4. Persentase desa yang mencapai Universal Child Immunisation (UCI)
3 bulan sekali
6 bulan sekali Dinas Kesehatan
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 75
Program : Upaya Kesehatan Masyarakat Kegiatan : 1. Pelayanan kesehatan
penduduk miskin di puskesmas jaringannya
2. Revitalisasi sistem kesehatan
3. Peningkatan kesehatan masyarakat
4. Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan
5. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan
6. Penyelenggaraan penyehatan lingkungan
3 bulan sekali
6 bulan sekali Dinas Kesehatan
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 76
Program : Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya Kegiatan : 1. Pelatihan keterampilan
berusaha bagi keluarga miskin
2. Pelatihan keterampilan bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial
Meningkatnya Keterampilan dan adanya usaha yang dimiliki bagi keluarga miskin guna mencapai keluarga mandiri
3 bulan sekali
6 bulan sekali Dinas Sosial
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 77
Program : Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Kegiatan : 1. Pelayanan dan
perlindungan sosial, hukum bagi korban eksploitasi, perdagangan perempuan dan anak
2. Pelaksanaan KIE konseling dan kampanye sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
3. Pelatihan keterampilan dan praktek belajar kerja bagi anak terlantar termasuk anak jalanan, anak cacat dan anak nakal
4. Peningkatan kualitas pelayanan, sarana dan prasarana rehabilitasi kesejahteraan sosial bagi PMKS
5. Penyaluran beras miskin/Madani kepada masyarakat
6. Sosialisasi Peningkatan Pemahaman Orangtua Anak Disabilitas
1. Jumlah sosialisasi yang telah dilakukan dalam pelayanan dan perlindungan sosial, hukum bagi korban eksploitasi, perdagangan perempuan dan anak
2. Jumlah pelaksanaan KIE konseling dan kampanye sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
3. Jumlah masyarakat yang menerima beras raskin/madani
3 bulan sekali
6 bulan sekali
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 78
Pelaksanaan pemenuhan hak perempuan Program : Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan Kegiatan : 1. Monitoring, Evaluasi dan
Pelaporan
Jumlah pembinaan, koodinasi, monitoring dan evaluasi peningkatan kualitas hidup/perlindungan perempuan
3 bulan sekali
6 bulan sekali BPMP & KB
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 79
Pelaksanaan pemenuhan hak anak Program : Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan Kegiatan : 1. Peningkatan
kesejahteraan perempuandan prestasi anak
2. Operasional Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID)
3. Pembinaan Lembaga Pemberdayaan Perempuan Lanjut Usia yang Berbasis Gender
4. Pembinaan Forum Anak 5. Praktek keterampilan
bagi ibu-ibu di kecamatan
6. Jambore Anak
1. Jumlah sosialisasi dan advokasi peraturan terkait kebijakan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak di Kota Tanjungbalai.
2. Jumlah dokumen/kebijakan daerah dibidang kesejahteraan dan perlindungan anak tingkat Kota Tanjungbalai
3. Peningkatan kemampuan perempuan lanjut usia yang berbasis gender agar mandiri.
4. Jumlah Forum Anak Kota Tanjungbalai yang dibentuk
5. Meningkatnya keterampilan dan adanya usaha yang dimiliki agar mandiri bagi ibu-ibu di kecamatan di Kota Tanjungbalai.
6. Jumlah pelaksanaan Jambore Anak
3 bulan sekali
6 bulan sekali BPMP & KB
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 80
Pelaksanaan Pemberdayaan Keluarga Sejahtera dan Berencana Program : Keluarga Berencana Kegiatan : 1. Pelayanan KIE 2. Peningkatan
Perlindungan Hak Reproduksi Individu
3. Pembinaan Keluarga
Berencana
4. Penilaian KB Lestari, Keluarga Harmonis, Kelompok UPPKS, BKB dan PLKB Teladan.
1. Jumlah kerjasama/kemitraan dibidang kualitas kelembagaan kelangsungan hidup ibu, anak dan bayi
2. Kerjasama/kemitraan tentang pencegahan HIV/AIDS dan bahaya penanggulangan NAPZA di Provinsi dan Kab/Kota
3. Jumlah UPPKS yang terbentuk dan yang mengikuti pameran pada hari keluarga nasional
3 bulan sekali
6 bulan sekali BPMP & KB
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 81
Program : Pelayanan Kontrasepsi Kegiatan : 1. Pelayanan pemasangan
kontrasepsi KB 2. Pelayanan KB medis
operasi
3. Pengadaan alat kontrasepsi dan obat side effect
1. Jumlah
masyarakat yang terlayani pemasangan kontrasepsi KB
2. Jumlah masyarakat yang terlayani KB medis operasi
3. Jumlah alat kontrasepsi dan obat side effect yang tersedia sesuai dengan dokumen pengadaan
3 bulan sekali
6 bulan sekali BPMP & KB
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 82
2. Peningkatan Aksesibilitas Pangan
Program: Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Kegiatan : 1. Penyusunan database
potensi produksi pangan
2. Pemantauan dan Analisis Akses Pangan Masyarakat
3. Pengembangan diversifikasi tanaman
4. Peningkatan mutu dan keamanan pangan
5. Monitoring, evaluasi dan pelaporan
1. Produksi dan Produktivitas Padi
2. Produksi dan Produktivitas Jagung
3. Produksi dan Produktivitas Kedelai
3 bulan sekali
6 bulan sekali Dinas Pertanian& Peternakan
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 83
Program : Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan Kegiatan : 1. Promosi atas hasil
produksi pertanian/perkebunan unggulan daerah
2. Pengolahan informasi permintaan pasar atas hasil produksi pertanian/perkebunan masyarakat
Perbanyakan Benih Tanaman Pangan
3 bulan sekali
6 bulan sekali Dinas Pertanian& Peternakan
Program: Peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan Kegiatan : 1. Pengadaan sarana dan
prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
2. Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
Nilai Tukar Petani (NTP)
3 bulan sekali
6 bulan sekali Dinas Pertanian& Peternakan
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 84
Program : Peningkatan Produksi Pertanian/perkebunan Kegiatan : 1. Pengembangan bibit
unggul pertanian/perkebunan
Perbanyakan benih bibit unggul pertanian/perkebunan
3 bulan sekali
6 bulan sekali Dinas Pertanian dan Peternakan
Program : Pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan Kegiatan : 1. Peningkatan kapasitas
tenaga penyuluh pertanian/perkebunan
2. Penyuluhan dan pendampingan bagi pertanian/perkebunan
1. Jumlah tenaga penyuluh pertanian/perkebunan yang mengikuti lembaga pendidikan
2. Jumlah kelompok petani/kebun yang mengikuti bimbingan dan pelatihan untuk meningkatkan keahlian agar lebih mandiri.
3 bulan sekali
6 bulan sekali Dinas Kelautan dan Perikanan
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 85
Program : Pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Kegiatan : 1. Pendataan masalah
peternakan 2. Pemeliharaan kesehatan
dan Pencegahan penyakit menular ternak
3. Pengawasan perdagangan ternak antar daerah
3 bulan sekali
6 bulan sekali Dinas Pertanian & Peternakan
Program : Peningkatan produksi hasil peternakan Kegiatan : 1. Pembibitan dan
perawatan ternak
3 bulan sekali
6 bulan sekali Dinas Pertanian & Peternakan
Program : Peningkatan produksi peternakan Kegiatan :
1. Penyuluhan penerapan teknologi peternakan tepat guna
- 3 bulan sekali
6 bulan sekali Dinas Pertanian & Peternakan
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 86
Program : Pengembangan perikanan tangkap Kegiatan : 1. Pendampingan pada
kelompok nelayan perikanan tangkap
2. Pengadaan Sarana Perikanan Tangkap
3. Pendampingan Teknis Alat Mesin Perikanan Tangkap
3 bulan sekali
6 bulan sekali nas Perikanan & Kelautan
Program : Optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan Kegiatan : 1. Pemberdayaan
Masyarakat Pengolahan dan Pemasaran Produksi Perikanan
3 bulan sekali
6 bulan sekali Dinas Perikanan & Kelautan
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 87
3. Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan
Program : Obat dan Perbekalan Kesehatan Kegiatan : 1. pengadaan obat
perbekalan kesehatan 2. peningkatan pemerataan
obat dan perbekalan kesehatan
3. pembinaan teknis manajemen obat bagi pengelola puskesmas
Jumlah Komunitas yang diberdayakan
2 kali setahun
2 kali setahun
Dinas Kesehatan
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 88
Program : Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan Kegiatan : 1. Fasilitasi Penyelesaian
Permasalahan-permasalahan Pengaduan Konsumen
2. Peningkatan Pengawasan Peredaran Barang dan Jasa
3. Pengawasan Ukuran, Takaran, Timbangan dan Perlengkapannya
4. Survey, Monitoring Penertiban Izin Usaha
5. Sosialisasi Cukai Tembakau
6. Pengawasan Cukai Tembakau
7. Sosialisasi Metrologi Legal
Jumlah pasar yang diintervensi
2 kali setahun
2 kali setahun
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 89
Program: Pengawasan Obat dan Makanan Kegiatan : 1. Peningkatan
pemberdayaan konsumen/masyarakat di bidang obat dan makanan
2. Peningkatan Manajemen Obat
3 bulan sekali
6 bulan sekali Dinas Kesehatan
Program : Pemberdayaan Masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan Kegiatan : 1. Pembinaan Kelompok
Masyarakat Swakarsa Pengamanan Sunberdaya Kelautan dan Perikanan
3 bulan sekali
6 bulan sekali Dinas Perikanan & Kelautan
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 90
Program : Peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut Kegiatan : 1. Penyuluhan hukum
dalam pendayagunaan sumberdaya laut
2. Peningkatan Pengawasan Kelautan dan Perikanan
3 bulan sekali
6 bulan sekali Dinas Perikanan & Kelautan
Program : Peningkatan Kegiatan Budaya Kelautan dan Wawasan Maritim kepada Masyarakat Kegiatan : 1. Penyuluhan Budaya
Kelautan
3 bulan sekali
6 bulan sekali Dinas Perikanan & Kelautan
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 91
Program : Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan Kegiatan : 1. Pembinaan Kelompok
dan Pengusahaan Perikanan
2. Penyediaan Sarana Penyuluhan Perikanan
3 bulan sekali
6 bulan sekali Dinas Perikanan & Kelautan
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Program : Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan : 1. Pengembangan media
promosi dan informasi sadar hidup sehat
2. Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat
3. Peningkatan pendidikan tenaga penyuluh kesehatan
1. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan sehat
2. Persentase Desa Siaga Aktif
3 bulan sekali
6 bulan sekali Dinas Kesehatan
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 92
Program : Pengembangan Lingkungan Sehat Kegiatan : 1. Penyuluhan
menciptakan lingkungan sehat
2. Sosialisasi kebijakan lingkungan sehat
3. Monitoring, evaluasi dan pelaporan
1. Persentase keluarga menghuni rumah yang memenuhi syarat kesehatan
2. Persentase keluarga menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan
3. Persentase Keluarga Menggunakan Air Bersih
Dinas Kesehatan
Program : Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Kegiatan : 1. Pembangunan sarana air
bersih dan sanitary 2. Pelatihan kompetensi
siswa berprestasi
3 bulan sekali
6 bulan sekali Dinas Pendidikan
5 Kelembagaan Pangan dan Gizi
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 93
Program : Peningkatan Kesejahteraan Petani Kegiatan : Pelatihan Petani dan Pelaku Agribisnis
3 bulan sekali
6 bulan sekali Dinas Pertanian & Peternakan
Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak Program: Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender (PUG) dan Anak Kegiatan: 1. Penyusunan Naskah
Akademik Raperda Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Daerah.
2. Advokasi Perencanaan Penganggaran Responsif Gender.
1. Jumlah dokumen/kebijakan daerah dibidang penguatan kelembagaan PUG.
2. Pembentukan Sekretariat PPRG Kota Tanjungbalai.
3 bulan sekali
6 bulan sekali BPMP &KB
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 94
Program : Pengembangan sistem penyuluhan perikanan Kegiatan : 1. Pembinaan Kelompok
dan Pengusahaan Perikanan
2. Penyediaan Sarana Penyuluhan Perikanan
3 bulan sekali
6 bulan sekali Dinas Perikanan & Kelautan
Program : Pengembangan Data/Informasi Kegiatan : Fasilitasi dan Koordinasi RAD Pangan dan Gizi Kota Tanjungbalai
Laporan Kegiatan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD PG) Kota Tanjungbalai
3 bulan sekali
6 bulan sekali Bappeda
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 96
LAMPIRAN RENCANA AKSI
Matriks Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) Kota Tanjungbalai Tahun 2016-2020
No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1. Perbaikan Gizi Masyarakat
Program : Perbaikan Gizi Masyarakat Kegiatan : 1. Penyusunan peta
informasi masyarakat kurang gizi
2. Pemberian tambahan makanan dan vitamin
3. Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, dan Kekurangan Zat Gizi Mikro Lainnya
4. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi
5. Penyusunan Laporan Program Gizi
1. Persentase gizi buruk yang ditangani
Dinas Kesehatan
2. Persentase ibu hamil mendapatkan Fe
3. Persentase ibu hamil KEK dan anemia yang mendapatkan PMT
4. Persentase anak 5-59 bulan yang mendapatkan Vitamin A
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 97
No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Program : Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Kegiatan : 1. Penyemprotan/fog
ging sarang nyamuk
2. Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah
3. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
4. Pencegahan penularan penyakit Endemik/Epidemik
5. Peningkatan imunisasi Bagi Calon Jemaah Haji
6. Peningkatan surveilance Epidemiologi dan penanggulangan wabah
7. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (ide) pencegahan dan pemberantasan penyakit
1. Persentase anak 0-10 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap
2. Persentase anak usia sekolah dasar (BIAS) yang mendapatkan imunisasi
3. Angka Non Acute Flaccid (AFP) pada anak usia<5 Tahun per 100.000 penduduk
4. Persentase desa yang mencapai Universal Child Immunisation (UCI)
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 98
No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Program : Upaya Kesehatan Masyarakat Kegiatan : 1. Pelayanan
kesehatan penduduk miskin di puskesmas jaringannya
2. Revitalisasi sistem kesehatan
3. Peningkatan kesehatan masyarakat
4. Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan
5. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan
6. Penyelenggaraan penyehatan lingkungan
Program : Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya Kegiatan : 1. Pelatihan
keterampilan berusaha bagi keluarga miskin
2. Pelatihan keterampilan bagi penyandang
Meningkatnya Keterampilan dan adanya usaha yang dimiliki bagi keluarga miskin guna mencapai keluarga mandiri
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 99
No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
masalah kesejahteraan sosial
Program : Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Kegiatan : 1. Pelayanan dan
perlindungan sosial, hukum bagi korban eksploitasi, perdagangan perempuan dan anak
2. Pelaksanaan KIE konseling dan kampanye sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
3. Pelatihan keterampilan dan praktek belajar kerja bagi anak terlantar termasuk anak jalanan, anak cacat dan anak nakal
4. Peningkatan kualitas pelayanan, sarana dan prasarana rehabilitasi kesejahteraan sosial bagi PMKS
5. Penyaluran beras miskin/Madani kepada
1. Jumlah sosialisasi yang telah dilakukan dalam pelayanan dan perlindungan sosial, hukum bagi korban eksploitasi, perdagangan perempuan dan anak
2. Jumlah pelaksanaan KIE konseling dan kampanye sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
3. Jumlah masyarakat yang menerima beras raskin/madani
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 100
No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
masyarakat 6. Sosialisasi
Peningkatan Pemahaman Orangtua Anak Disabilitas
Pelaksanaan pemenuhan hak perempuan Program : Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan Kegiatan : 1. Monitoring,
Evaluasi dan Pelaporan
Jumlah pembinaan, koodinasi, monitoring dan evaluasi peningkatan kualitas hidup/perlindungan perempuan
Pelaksanaan pemenuhan hak anak Program : Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan Kegiatan : 1. Peningkatan
kesejahteraan perempuan dan prestasi anak
2. Operasional
Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID)
1. Jumlah sosialisasi dan advokasi peraturan terkait kebijakan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak di Kota Tanjungbalai.
2. Jumlah
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 101
No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
3. Pembinaan Lembaga Pemberdayaan Perempuan Lanjut Usia yang Berbasis Gender
4. Pembinaan Forum
Anak 5. Praktek
keterampilan bagi ibu-ibu di kecamatan
6. Jambore Anak
dokumen/kebijakan daerah dibidang kesejahteraan dan perlindungan anak tingkat Kota Tanjungbalai
3. Peningkatan kemampuan perempuan lanjut usia yang berbasis gender agar mandiri.
4. Jumlah Forum Anak Kota Tanjungbalai yang dibentuk
5. Meningkatnya keterampilan dan adanya usaha yang dimiliki agar mandiri bagi ibu-ibu di kecamatan di Kota Tanjungbalai.
6. Jumlah pelaksanaan Jambore Anak
Pelaksanaan Pemberdayaan Keluarga Sejahtera dan Berencana Program : Keluarga Berencana Kegiatan : 1. Pelayanan KIE
1. Jumlah kerjasama/kemitraan dibidang
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 102
No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2. Peningkatan Perlindungan Hak Reproduksi Individu
3. Pembinaan
Keluarga Berencana
4. Penilaian KB
Lestari, Keluarga Harmonis, Kelompok UPPKS, BKB dan PLKB Teladan.
kualitas kelembagaan kelangsungan hidup ibu, anak dan bayi
2. Kerjasama/kemitraan tentang pencegahan HIV/AIDS dan bahaya penanggulangan NAPZA di Provinsi dan Kab/Kota
3. Jumlah UPPKS yang terbentuk dan yang mengikuti pameran pada hari keluarga nasional
Program :
Pelayanan Kontrasepsi Kegiatan : 1. Pelayanan
pemasangan kontrasepsi KB
2. Pelayanan KB
medis operasi
3. Pengadaan alat kontrasepsi dan obat side effect
1. Jumlah masyarakat yang terlayani pemasangan kontrasepsi KB
2. Jumlah masyarakat yang terlayani KB medis operasi
3. Jumlah alat kontrasepsi dan obat side effect yang tersedia sesuai dengan dokumen pengadaan
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 103
No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2. Peningkatan Aksesibilitas Pangan
Program: Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Kegiatan : 1. Penyusunan
database potensi produksi pangan
2. Pemantauan dan Analisis Akses Pangan Masyarakat
3. Pengembangan diversifikasi tanaman
4. Peningkatan mutu dan keamanan pangan
5. Monitoring, evaluasi dan pelaporan
1. Produksi dan Produktivitas Padi
2. Produksi dan Produktivitas Jagung
3. Produksi dan Produktivitas Kedelai
Program : Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan Kegiatan : 1. Promosi atas
hasil produksi pertanian/perkebunan unggulan daerah
2. Pengolahan informasi permintaan pasar atas hasil produksi
Perbanyakan Benih Tanaman Pangan
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 104
No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
pertanian/perkebunan masyarakat
Program: Peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan Kegiatan : 1. Pengadaan sarana
dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
2. Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
Nilai Tukar Petani (NTP)
Program : Peningkatan Produksi Pertanian/perkebunan Kegiatan : 1. Pengembangan
bibit unggul pertanian/perkebunan
Perbanyakan benih bibit unggul pertanian/perkebunan
Program : Pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan Kegiatan : 1. Peningkatan
kapasitas tenaga penyuluh pertanian/perkeb
1. Jumlah tenaga
penyuluh pertanian/perkebunan yang mengikuti
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 105
No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
unan 2. Penyuluhan dan
pendampingan bagi pertanian/perkebunan
lembaga pendidikan
2. Jumlah kelompok petani/kebun yang mengikuti bimbingan dan pelatihan untuk meningkatkan keahlian agar lebih mandiri.
Program : Pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Kegiatan : 1. Pendataan
masalah peternakan
2. Pemeliharaan kesehatan dan Pencegahan penyakit menular ternak
3. Pengawasan perdagangan ternak antar daerah
Program : Peningkatan produksi hasil peternakan Kegiatan : 1. Pembibitan dan
perawatan ternak
Program : Peningkatan produksi peternakan
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 106
No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kegiatan : 1. Penyuluhan
penerapan teknologi peternakan tepat guna
Program : Pengembangan perikanan tangkap Kegiatan : 1. Pendampingan
pada kelompok nelayan perikanan tangkap
2. Pengadaan Sarana Perikanan Tangkap
3. Pendampingan Teknis Alat Mesin Perikanan Tangkap
Program : Optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan Kegiatan : 1. Pemberdayaan
Masyarakat Pengolahan dan Pemasaran Produksi Perikanan
3. Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan
Program : Obat dan Perbekalan Kesehatan Kegiatan : 1. pengadaan
obatperbekalan kesehatan
Jumlah Komunitas yang diberdayakan
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 107
No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2. peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan
3. pembinaan teknis manajemen obat bagi pengelola puskesmas
Program : Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan Kegiatan : 1. Fasilitasi
Penyelesaian Permasalahan-permasalahan Pengaduan Konsumen
2. Peningkatan Pengawasan Peredaran Barang dan Jasa
3. Pengawasan Ukuran, Takaran, Timbangan dan Perlengkapannya
4. Survey, Monitoring Penertiban Izin Usaha
5. Sosialisasi Cukai Tembakau
6. Pengawasan Cukai Tembakau
7. Sosialisasi Metrologi Legal
Jumlah pasar yang diintervensi
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 108
No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Program: Pengawasan Obat dan Makanan Kegiatan : 1. Peningkatan
pemberdayaan konsumen/masyarakat di bidang obat dan makanan
2. Peningkatan Manajemen Obat
Program : Pemberdayaan Masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan Kegiatan : 1. Pembinaan
Kelompok Masyarakat Swakarsa Pengamanan Sunberdaya Kelautan dan Perikanan
Program : Peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut Kegiatan : 1. Penyuluhan
hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut
2. Peningkatan
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 109
No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Pengawasan Kelautan dan Perikanan
Program : Peningkatan Kegiatan Budaya Kelautan dan Wawasan Maritim kepada Masyarakat Kegiatan : 1. Penyuluhan
Budaya Kelautan
Program : Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan Kegiatan : 1. Pembinaan
Kelompok dan Pengusahaan Perikanan
2. Penyediaan Sarana Penyuluhan Perikanan
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Program : Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan : 1. Pengembangan
media promosi dan informasi sadar hidup sehat
2. Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat
3. Peningkatan pendidikan tenaga
1. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan sehat
2. Persentase Desa Siaga Aktif
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 110
No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
penyuluh kesehatan
Program : Pengembangan Lingkungan Sehat Kegiatan : 1. Penyuluhan
menciptakan lingkungan sehat
2. Sosialisasi kebijakan lingkungan sehat
3. Monitoring, evaluasi dan pelaporan
1. Persentase keluarga menghuni rumah yang memenuhi syarat kesehatan
2. Persentase keluarga menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan
3. Persentase Keluarga Menggunakan Air Bersih
Program : Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Kegiatan : 1. Pembangunan
sarana air bersih dan sanitary
2. Pelatihan kompetensi siswa berprestasi
5 Kelembagaan Pangan dan Gizi
Program : Peningkatan Kesejahteraan Petani Kegiatan : Pelatihan Petani dan Pelaku Agribisnis
Dinas Pangan & Pertanian
Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak
Dinas PM, P & KB
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 111
No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
Instansi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Program: Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender (PUG) dan Anak Kegiatan: 1. Penyusunan
Naskah Akademik Raperda Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Daerah.
2. Advokasi Perencanaan Penganggaran Responsif Gender.
1. Jumlah dokumen/kebijakan daerah dibidang penguatan kelembagaan PUG.
2. Pembentukan Sekretariat PPRG Kota Tanjungbalai.
Program : Pengembangan sistem penyuluhan perikanan Kegiatan : 1. Pembinaan
Kelompok dan Pengusahaan Perikanan
2. Penyediaan Sarana Penyuluhan Perikanan
Program : Pengembangan Data/Informasi Kegiatan : Fasilitasi dan Koordinasi RAD Pangan dan Gizi Kota Tanjungbalai
Laporan Kegiatan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD PG) Kota Tanjungbalai
-
-
1 Dokum
en
1 Dokumen
1 Dokumen
Bappeda