BAB 1 (Repaired)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BAB 1 (Repaired)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangHerpes zoster atau shingles, dampa atau cacar ular telah dikenal sejak zamanYunani kuno. Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus yang sama dengan varisela, yaitu virus varisela zoster (VZV). Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela zosterdari infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer olehvirus. Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesivesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus kranialis.Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak adaPerbedaan angka kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan meningkatkan dengan peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara 2-5 per 1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun.Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui. Selama terjadi varisela, virus varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik dan di transportasikan secara sentripetal melalui serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten, virus tersebut tidak lagi menulardan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadiinfeksius. Herpes zoster pada umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasiruam varisela yang terpadat. Aktivasi virus varisela zoster laten diduga karena keadaantertentu yang berhubungan dengan imunosupresi, dan imunitas selular merupakan faktor penting untuk pertahanan pejamu terhadap infeksi endogen. Infeksi pada mata terjadi jika reaktivasi virus berada pada ganglion sensorisdari nervus trigeminus (N.V), meskipun masuknya virus dari luar juga mungkin dapatterjadi. Reaktivasi terjadi saat imunitas seluler terhadap virus menurun. Penyakit inijarang ditemukan pada anak-anak, tetapi terjadi konstan pada usia 20-50 tahun danlebih tinggi pada usia >60 tahun. Faktor risiko lainnya adalah pengobatan dengankortikosteroid, terapi radiasi, imunosupresi, transplantasi organ dan penyakit sistemikseperti SLE, AIDS, leukemia, atau lymphoma. Pada orang dewasa muda lebih seringterjadi reaktivasi dikarenakan penggunaan obat imunosupresif dan meningkatnya AIDSpada usia ini. Oleh sebab itu, karena herpes zoster dapat terjadi pada orang dengan AIDS, maka tes sindroma ini di indikasikan pada pasien dibawah 50 tahun. Komplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 10-15% kasus, komplikasi yangterbanyak adalah neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang persistensetelah krusta terlepas. Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun, tetapihampir 1/3 kasus terjadi pada usia di atas 60 tahun.Penyebaran dari ganglion yang terkena secara langsung atau lewat aliran darah sehingga terjadi herpes zoster generalisata. Hal ini dapat terjadi oleh karena defek imunologi karena keganasan atau pengobatan imunosupresi. Secara umum pengobatan herpes zoster mempunyai 3 tujuan utama yaitu:mengatasi infeksi virus akut, mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpeszoster dan mencegah timbulnya neuralgia paska herpetik. Prognosis umumnya baiktergantung pada factor predisposisi yang mendasari. Pada herpes zoster oftalmiku sprognosis tergantung pada perawatan dan pengobatan secara dini.

1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana Anatomi dan fisiologi kulit?2. Bagaimana definisi herpes zoester?3. Apakah epidemiologi herpes zoester?4. Apa etiologi herpes zoester?5. Bagaimana patofisiologi dan Pathway herpes zoester?6. Bagaimana tanda dan gejala herpes zoester?7. Apa manifestasi klinis herpes zoester?8. Bagaimana komplikasiherpes zoester ?9. pemeriksaan diagnostik herpes zoester?10. Bagaimana penatalaksanaan medis herpes zoester?11. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan klien dengan Herpes zoester?

1.3 Tujuan1. Menjelaskan Anatomi fisiologi kulit.2. Menjelaskan definisi herpes zoester .3. Menjelaskan epudemiologi herpes zoester.4. Menjelaskan etiologi herpes zoester.5. Menjelaskan patofisiologi dan Pathway herpes zoester.6. Menjelaskan tanda dan gejala herpes zoester7. Menjelaskan manifestasi klinis herpes zoester.8. Menjelaskankomplikasiherpes zoester9. Menjelaskan Pemeriksaan diagnostikherpes zoester.10. Menjelaskan penatalaksanaan medisherpes zoester.11. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan herpes zoester.

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi dan fisiologi kulit

Gambar 2.1 Penampang Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasainya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1.5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh.Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang (fair skin), pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genetalia orang dewasa.Demikian pada kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit yang elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang terdapat pada telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang lembut pada leher dan badan, dan berambut kasar terdapat pada kepala.Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu :1. Lapisan epidermis atau kutikel.2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin).3. Lapisan subkutis (hipodermis).Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.1. Lapisan epidermis terdiri atas : stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale.a. Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).b. Stratum lusidum terdapat langsung dibawah lapisan korneum, merupakan lapisan yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki.c. Stratum granulosum(lapisan kerato hialin) merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir-butir kasar dan terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas kerato hialin, mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki.d. Stratum spinosum(stratum Malphigi) atau disebut pula prickle cell layer (lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Diantara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan-jembatan antar sel (intercellular bridges) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau kreatin. Perlekatan antara jembatan-jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel-sel spinosum terdapat pula sel langerhans. Sel-sel Stratum spinosum mengandung banyak glikogen.e. Stratum basaleterdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersususn vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperi pagar (palisade). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu:1) Sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh jaringan antar sel.2) Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen (melanosomes).2. Lapisan ermiselaumm adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yakni:a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembulu darh.b. Pars retikulare, yaitu bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondrotin sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, membentuk ikatan (bundel) yang mengandung hidroksipolin dan hidroksisislin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Serabut estalin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan mengembang serta lebih elastis.3. Lapisan subkutisadalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabukela yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembulu darah, dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokalisasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3cm, di daerah kelopak mata dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan.Vaskularisasi di kulit juga di atur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian atas dermis (pleksus superfisial) dan yang terletak disubkutis (pleksus profunda). Pleksus yang di dermis dan bagian atas mengadakan anatomis di bagian dermis, pleksus yang di subkutis dan pars retikulare juga mengadakan anastomisis, di bagian ini pembulu darah mengalami pembesaran. Bergandengan dengan pembulu darah terdapat saluran getah bening.Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut, dan kuku.a. Kelenjar Kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas :1. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)Ada dua macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan sekret encer, dan kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental.Kelenjar ekrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu masa kehamilan dan baru berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Saluran kelenjar ini berbentuk spiral dan bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan terbanyak di telapak kaki, dahi dan aksila. Sekresi bergantung pada beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinegik, faktor panas, dan stres emosional.Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, areola mamae, pubis, labia minor dan saluran telinga luar. Fungsi apkrin pada manusia belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada waktu pubertas mulai besar dan mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa, biasanya pH sekitar 4-6,8.2. Kelenjar Minyak (glandula sebasea). Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak tangan dan kaki. Kelenjar minyak disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar minyak biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen dan akar rambut (folikel rambut). Sebelum mengandung trigleserida, asam lemak bebas,skualen, wax ester, dan kolestrol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen, pada anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar da banyak sera mulai berfungsi aktif.

2.2 Definisi Herpes ZoesterHerpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan awam populer atau lebih dikenal dengan sebutan dampa atau cacar air. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang akut pada bagian dermatoma (terutama dada dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster (virus yang juga menyebabkan penyakit varicella atau cacar/chickenpox).Herpes zoester biasanya menyerang pasien yang berusia lanjut. Virus varisela yang domain diaktifkan dan timbul vesikel-vesikel meradang unilateral di sepanjang satu dermatom. Kulit di sekitarnya mengalami edema dan perdarahan.keadaan ini biasanya didahului atau disertai nyeri hebat atau rasa terbakar. Meskipun setiap saraf dapat terkena, tetapi saraf torakal, lumbal atau kranial paling sering terserang.Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat, terutama terjadi pada orang tua yang khas ditandai adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersyarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dari nervus kranialis. Herpes zoster (shingles, cacar monyet) merupakan kelainan inflamatorik viral dimana virus penyebabnya menimbulkan erupsi vesikuler yang nyeri disepanjang distribusi saraf sensorik dari satu atau lebih ganglion posterior.

2.3 EpidemiologiHerpes ZoesterTerjadi diseluruh dunia; jarang pada orang berusia 50 tahun hingga insidensi per tahun adalah 10% pada usia >80 tahun. Lebih sering pada pasien dengan imunitas selular yang tertekan. Disebabkan oleh reaktivasi virus VZV laten pada ganglion saraf sensorik. Virus berjalan sepanjang saraf sensorik ke area kulit yang dipersarafinya dan menimbulkan vesikel dengan cara yang sama dengan cacar air. Depresi imunitas seluler akibat usia lanjut, penyakit, atau obat-obatan mempermudah reaktivasi. HZ pada anak kecil sehat mungkin berhubungan dengan perkembangan imunitas selular yang kurang efisien pada saat terjadi infeksi VZV primer, baik in utero maupun pascalahir.

2.4 Etiologi Herpes zosterReaktivasi virus varisela zoster, Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster . virus varicella zoster terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub unit proteinvirion yang lengkap dengan diameternya 150200 nm, dan hanya virion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic, deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 1421 hari.Herpes zoester disebabkan oleh infeksi virus varisela zoester(VVZ) dan tergolong virus berinti DNA. Virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae. Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik, dan sel tempat hidup laten diklasifikasikan ke dalam 3 subfamili yaitu alfa, beta, dan gamma. VVZ dalam subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang menimbukan lesi vaskular.Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi virus herpes alfa biasanya menetap dala bentuk laten di dalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase dan virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang terinfeksi.

Faktor Resiko Herpes zoster 1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri.2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan leukimia. 3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi. 4. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang. Faktor pencetuskambuhnya Herpes zoster1. Trauma / luka 2. Kelelahan 3. Demam 4. Alkohol 5. Gangguan pencernaan 6. Obat obatan 7. Sinar ultraviolet 8. Haid Stress.

2.5 Patofisiologi Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster) ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremianya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster.Patofisiologi herpes simpleks masih belum jelas, ada kemungkinan : Infeksi primer akibat transmisi virus secara langsung melalui jalur neuronal dari perifer ke otak melalui saraf Trigeminus atau Offactorius. Reaktivitas infeksi herpes virus laten dalam otak. Pada neonatus penyebab terbanyak adalah HSV-2 yang merupakan infeksi dari secret genital yang terinfeksi pada saat persalinan.

Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan syaraf tepi dan ganglion kranalis kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah persyarafan ganglion tersebut. Kadang virus ini juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranalis sehingga memberikan gejala-gejala gangguan motorik. Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes (penerima virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes, mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Virus akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion sensori setelah infeksi chickenpox pada masa anakanak. Sekitar 20% orang yang menderita cacar akan menderita shingles 3 selama hidupnya dan biasanya hanya terjadi sekali. Ketika reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area dermatom. Sesudah seseorang menderita cacar air, virus varisela-zoester yang diyakini sebagai penyebab terjadinya penyakit ini hidup secara inaktif (dormart) di dalam sel-sel saraf di dekat otak dan medula spinalis. Kemudian hari ketika virus yang laten ini mengalami reaktivasi, virus tersebut berjalan lewat saraf perifer ke kulit. Virus varisela yang dorman diaktifkan dan timbul vesikel-vesikel meradang unilateral di sepanjang satu dermatom. Kulit disekitarnya mengalami edema dan perdarahan. Keadaan ini biasanya didahului atau disertai nyeri hebat dan/ atau rasa terbakar. Meskipun setiap saraf dapat terkena, tetapi saraf torakal, lumbal, atau kranial agaknya paling sering terserang. Herpes zoester dapat berlangsung selama kurang lebih tingga minggu. Adanya keterlibatan saraf perifer secara lokal memberikan respons nyeri, kerusakan integritas jaringan terjadi akibat adanya vesikula. Respons sistemik memberikan manifestasi peningkatan suhu tubuh, perasaan tidak enak badan, dan gangguan gastrointestinal. Respons psikologis pada kondisi adanya lesi pada kulit memberikan respons kecemasan dan gangguan gambaran diri.

Kontak langsung dengan lesi akut penderitaan herpes zoster Virus varisela zoster (VVZ) di udara WOC

Sistem respiratorik

VVZ melalui lesi dipermukaan kulit dan mukosa

Nasofaring

Saraf sensoriReplikasi di kelenjar getah bening

Reticula endothelial system (res)

Gangguan sensoris (laten)Menyebar melalui aliran darah dan limfe

Replikasi

ViremiaViremia

ImunitasReaktivasiGanglion sensoris (laten)

Dinetralisi herpes zosterImunitasReaktivasi dinetralisir

Ganglion sensoris

Sutul dan batang otak

Saraf sensori

Kulit

Adanya reaksi inflamasiMultiplikasi sel epidermal

MakulaSuhu tubuh

PapulaMk : Hipertermi

PustulaVasikel

Mk : Gangguan kenyamanan, nyeri Erupsi dermal

Mk : kerusakan integritas kulit Krusta

Mk : HDR

2.6 Tanda dan Gejala Herpes Zoester a. Gejala prodomal1. Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung selama 1 4 hari.2. Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatige, malaise, nusea, rash, kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan kulit), neri, (rasa terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan. 3. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau hilang timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.4. Gejala yang mempengaruhi mata : Berupa kemerahan, sensitive terhadap cahaya, pembengkakan kelopak mata. kekeringan mata, pandangan kabur, penurunan sensasi penglihatan dan lain lain. b. Timbul erupsi kulit1. Kadang terjadi limfadenopati regional 2. Erupsi kulit hampir selalu unilateraldan biasanya terbatas pada daerah yang dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.3. Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papulpapul dan dalam waktu 1224 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta dalam 710 hari. Krusta dapat bertahan sampai 23 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga menghilang.4. Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 4 dan kadangkadang sampai hari ke 7 .5. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan jaringan parut (pitted scar) . 6. Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih sensitive terhadap nyeri yang dialami.

2.7 Manifestasi klinis Herpes ZoesterNyeri prodormal: lamanya kira-kira 2-3 hari, namun dapat lebih lama.a. Ruam Vesikel dengan eritema disekitarnya yang berlanjut menjadi pustul yang pecah dan kemudian terpisah.1. Lesi baru timbul 3-5 hari 2. Pecahnya vesikel serta pemisahan terjadi dalam 2-4 minggu b. Dermatom yang terlibat :1. Biasanya tunggal 2. Dermatom dorsolumbal merupakan lokasi yang paling sering terlibat (50%). Diikuti oleh trigeminal oftalmika, kemudian servikal dan sakral. Ekstermitas merupakan lokasi yang paling jarang terkena.c. Nyeri face akut, umum selama evolusi ruam.

2.8 Komplikasi Herpes zoster 1. Neuralgia Pasca Herpes zoster (NPH) merupakan nyeri yang tajam dan spasmodic (singkat dan tidak terus menerus) sepanjang nervus yang terlibat. Nyeri menetap di dermatom yang terkena setelah erupsi.2. Herpes zoster menghilang, batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul satu bulan setelah timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang dan menghilang spontan setelah 16 bulan.3. Gangren superfisialis, menunjukan Herpes zoster yang berat, mengakibatkan hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut. 4. Komplikasi mata, antara lain : keratitis akut, skleritis, uveitis, glaucoma sekunder, ptosis, korioretinitis, neuritis optika dan paresis otot penggerak bola mata. 5. Herpes zoster diseminata / generalisata 6. Komplikasi sitemik, antara lain : endokarditis, menigosefalitis, paralysis saraf motorik, progressive multi focal leukoenche phatopathy dan angitis serebral granulomatosa disertai hemiplegi (2 terkahir ini merupakan komplikasi herpes zoster optalmik).

2.9 Pemeriksaan diagnostik Herpes ZoesterTes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex: 1. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes zoster dan herpes simplex. 2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis herpes virus 3. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit Pemeriksaan histopatologik 4. Pemerikasaan mikroskop electron 5. Kultur virus6. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ 7. Deteksi antibody terhadap infeksi virus.8. Sitologi (64 % tz anak smear ditemukan sel raksasa yang multilokuler dan sel-sel akuntalitik).

2.10 Penatalaksanaan Medis Herpes Zoestera) Pengobatan topical 1. Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk mencegah vesikel pecah.2. Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20 menit.3. Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik (basitrasin / polysporin ) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x sehari

b) Pengobatan sistemik Drug of choice- nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral. Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap postherpetic neuralgia. Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara A, Vira A) dapat diberikan lewat infus intravena atau salep mata. Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan penyembuhan dan menekan respon immune. Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin diberikan untuk menyembuhkan priritus. 1. Penderita dengan keluhan mata Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat diobati dengan salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan.2. Neuralgia Pasca Herpes zoster 3. Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka dapat diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya : amitriptilin 10 75 mg/hari).4. Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian terpenting perawatan 5. Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak teratasi.

2.11 Asuhan keperawatan A. PengkajianPada bagian ini kita akan belajar tentang hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu pengkajian pada klien dengan herpes zoater. Sebelum melakukan pengkajian lebih lanjut, perawat perlu mencantumkan tanggal dan waktu pengkajian. Ini penting untuk dokumentasi asuhan keperawatan dan sebagai sumber informasi tentang kondisi klien saat ini.1. BiodataCantumkan semua identitas klien : umur (penyakit ini sering terjadi pada anak usia di atas 10 tahun atau kelompok dewasa), jenis kelamin (tidak ada perbedaan angka kejadian antara laki-laki dan perempuan).2. Keluhan UtamaAlasan yang sering membawa klien penderita herpes datang berobat ke rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lain adalah nyeri pada daerah terdapatnya vesikel berkelompok.3. Riwayat Penyakit SekarangBiasanya, klien mengeluh sudah beberapa hari demam dan timbul rasa gatal/nyeri pada dermatom yang terserang, klien juga mengeluh nyeri kepala dan badan terasa lelah. Pada daerah yang terserang, mula-mula timbul papula atau plakat berbentuk urtika, setelah 1-2 hari timbul gerombolan vasikula.4. Riwayat Penyakit KeluargaBiasanya, keluarga atau teman dekat ada yang menderita penyakit herpes zoster, atau klien pernah kontak dengan penderita varisela atau herpes zoster.5. Riwayat PsikologiPerlu dikaji bagaimana konsep diri klien terutama tentang gambaran/citra diri dan harga diri. Sering kali kita jumpai gangguan konsep diri pada klien. Hal ini karena herpes zoster merupakan penyakit merusak kulit dan mukosa, terutama pada kasus herpes zoster berat. Di samping itu, perlu dikaji tingkat kecemasan klien dan informasi pengetahuan yang dimiliki tentang penyakit ini.6. Kebutuhan Sehari-hariDengan adanya rasa nyeri, klien akan mengalami gangguan tidur/ istirahat dan juga aktivitas. Perlu di kaji juga tentang kebersihan diri klien dan cara perawatan diri; apakah alat-alat mandi/ pakaian bercampur dengan orang lain? .Seharusnya, alat mandi/ handuk dan pakaian tidak bercampur dengan orang lain.7. Pemeriksaan FisikPada klien dengan herpes zoster jarang, di temukan gangguan kesadaran, kecuali jika terjadi komplikasi infeksi lain. Tingkatan nyeri yang dirasakan oleh klien bersifat individual sehingga perlu dilakukan pemeriksaan tingkat nyeri dengan menggunakan skala nyeri. Apabila nyeri terasa hebat, tanda-tanda vital cenderung akan meningkat. Pada inspeksi kulit ditemukan adanya vesikel berkelompok sesuai dengan alur dermatom (ini tanda yang khas pada herpes zoster karena virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis ). Vesikel ini berisi cairan jernih yang kemudian menjadi keruh ( berwarna abu-abu ), dapat menjadi pustula dan krusta. Kadang ditemukan vesikel berisi nanah dan darah yang disebut herpes zoster hemorogik. Apabila yang terserang adalah ganglion kranialis, dapat ditemukan adanya kelainan motorik. Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas, misalnya kelinan pada wajah karena gangguan pada nervus trigeminus, nervus fasialis, dan oligus.8. Pemeriksaan LaboratoriumSitologi (64% zanck smear positif); adanya sel raksasa yang multilokuler dan sel-sek okantolitik.9. PenatalaksanaanTerapi pada kasus herpes zoster bergantung pada tingkat keparahannya. Terapi sistemik umumnya bersifat pada tingkat keparahannya. Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik, untuk nyerinya diberikan analgesik. Jika disertai infeksi sekunder, diberikan antibiotik asiklovir. Herpes zoster sangat cocok dengan oba asiklovir yang diminum. Dengan cepat, obat akan menhentikan munculnya lepuhan. Sebaiknya dberikan dalam 24-27 jam setelah terbentuknya lepuhan. Makin cepat diberikan, makin cepat khasiatnya. Obat itu harus diberikan dalam pengawasan dokter. Akupunturterkadang menolong meredakan rasa nyeri yang hebat pada neuralgia pasca-herpes. Akan tetapi, pengobatan harus dilakukan oleh dokter yang sudah terlatih untuk itu. Lebih cepat perawatan dimulai, makin besar kemungkinan berhasilnya.Obat oles.Ini bisa menolong kalau rasa nyeri yang timbul ringan atau jika keluar cairan.

B. Diagnosa Keperawatan1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan dan adanya lesi pada kulit2. Resiko penularan infeksi berhubungan dengan sifat menular organisme3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan reaksi inflamasi.4. Ketidakseimbangan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat, respon sekunder dari mual, muntah dan anoreksia.

C. Rencana Keperawatan NoTujuanIntervesiRasional

1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam nyeri hilang atau terkontrol

Kriteria hasil :Rasa nyeri berkurang atau hilang, klien bisa istirahat dengan cukup, ekspresi wajah tenang 1. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur.2. Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi berat.3. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor presipitasinya.1. Untuk mengetahui penyebab nyeri, dan mengetahui berapa lama nyeri berlangsung.2. Untuk mengantisipasi nyeri menjadi lebih berat/parah.3. agar mengetahui lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor presipitasi nyeri .

2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan tidak terjadi penularan infeksi

kriteria hasil :tidak terjadi tanda-tanda infeksi di daerah lesi lain, lesi yang ada di daerah lain kering. 1. Kaji adanya lesi (herpes) yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi sekunder2. Kaji sifat menular penyakit (misanya herpes, hepatitis B )3. Kaji proses penyakit1. Untuk mengetahui jenis luka2. Meminimalkan terjadinya penyebaran infeksi3. Untuk mengetahui dari dini terjadinya infeksi

3.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan integritas kulit tubuh kembali dalam waktu 7-10 hari.

Kriteria hasil :Mulai terjadi granulasi pada daerah lesi, tidak ada tanda-tanda infeksi, lesi mulai mengering1. Kaji ada atau tidaknya perluasan luka ke jaringan di bawah kulit dan pembentukan saluran sinus2. Kaji ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi luka setempat (nyeri saat palpasi, edema, pruritus, indurasi, hangat, bau busuk, eskar dan eksudat)3. Observasi atau catat ukuran, warna dan keadaan kulit di area sekitar luka.

1. Untuk mengetahui perluasan luka .2. Untuk megetahui tanda-tanda infeksi luka setempat (nyeri saat palpasi, edema, pruritus, indurasi, hangat, bau busuk, eskar dan eksudat).3. Mengetahui perkembangan luka pasien dan kulit di sekitarnya.

4.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan ketidakseimbangan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

Kriteria hasil : 1. Pasien dapat mempertahankan status malnutrisi yang adekuat.2. Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.3. Tidak terjadi penurunan berat badan lebih dari kg dalam 3 hari.4. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.5. Berikan pasien minuman dan kudapan bergizi, tinggi protein, tinggi kalori yang siap dikonsumsi.6. Meminimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah.1. Untuk mengetahui informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.2. Agar pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dengan seimbang.3. Untuk meminimalkan atau mengurangi faktor yang dapat memicu mual dan muntah

D. Implementasi Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)

E. Evaluasi 1. Terjadi penurunan respons nyeri2. Asupan nutrisi terpenuhi3. Terjadi penurunan suhu tubuh dalam batas normal4. Peningkatan gambaran diri (citra diri)5. Terpenuhinya informasi kesehatan

BAB IIIAPLIKASI KASUS A. KasusIbu R datang ke poliklinik RSUD Ciereng dengan keluhan timbul plenting-plenting berisi cairan yang trasa nyeri dan panas di punggng kiri sejak 3 hari yang lalu SMRS. Keluhan tersebut disertai panas dan nyeri di daerah luka, lemas, demam dan pusing kepala. Timbul plenting-plenting tersebut dirasa awalnya sebesar biji jagung berwarna kemerahan yang berisi cairan di punggung belakang namun lama kelamaan membesar dan menjalar sampai ke perut kiri selama 2 hari. Pasien juga mengeluh panas dan nyeri di daerah punggung kiri atau daerah luka dan demam yang tiba-tiba, selain itu pasien juga mengeluhkan badan yang terasa lemas dan pusing kepala. Pasien mengaku sudah kepuskesmas untuk mengobati sakitnya dan diberi obat salep dan tablet (pasien lupa namanya) tetapi tidak kunjung sembuh dan makin melebar. Pasien mengaku pernah menderita cacar air pada umur 25 tahun dan rutin meminum jamu Cap Becak sehari sekali.

B. Data KlinisNama: An. RUmur : 53 tahunJenis kelamin: PerempuanAlamat: Desa Kaling Sana rt 03/03 subangPendidikan : SLTA / SederajatPekerjaan : Ibu rumah tanggaSuku bangsa : SundaStatus : MenikahAgama : Islam Tanggal pemeriksaan : 12 april 20131. Pengkajiana. Riwayat kesehatan Keluhan utama Timbul plenting-plenting berisi cairan yang terasa nyeri dan panas di punggungkiri.

b. Riwayat kesehatan sekarangPasien datang ke poliklinik RSUD Ciereng dengan keluhan timbul plenting-plenting berisi cairan yang trasa nyeri dan panas di punggng kiri sejak 3 hari yang lalu SMRS. Keluhan tersebut disertai panas dan nyeri di daerah luka, lemas, demam dan pusing kepala. Timbul plenting-plenting tersebut dirasa awalnya sebesar biji jagung berwarna kemerahan yang berisi cairan di punggung belakang namun lama kelamaan membesar dan menjalar sampai ke perut kiri selama 2 hari. Pasien juga mengeluh panas dan nyeri di daerah punggung kiri atau daerah luka dan demam yang tiba-tiba, selain itu pasien juga mengeluhkan badan yang terasa lemas dan pusing kepala. Pasien mengaku sudah kepuskesmas untuk mengobati sakitnya dan diberi obat salep dan tablet (pasien lupa namanya) tetapi tidak kunjung sembuh dan makin melebar. Pasien mengaku pernah menderita cacar air pada umur 25 tahun dan rutin meminum jamu Cap Becak sehari sekali. c. Riwayat kesehatan dahulu Riwayat menderita penyakit cacar air sebelumnya diakui pasien pada umur 25 tahun.d. Riwayat kesehatan keluargaKeluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti ini sebelumnya.e. Riwayat alergi Klien tidak punya riwayat alergi obat maupun makanan, dan klien tidak pernah melakukan pemeriksaan alergi sebelumnya.f. Pemeriksaan Fisik1. Kesehatan umum : baikKeadaan gizi: baikVital signTB: 155cmBB: 50 kgPernapasan : 22x/ menitNadi: 84 x/ menitSuhu: 370 C

2. Pemeriksaan kepalaInspeksi Bentuk : simetris Rambut: warna rambut hitam, tidak ada ketombePalpasi: terdapat benjolan kecil 3. Pemeriksaan mata Inspeksi Konjungtiva : tidak anemisSclera : tidak ikterus4. Pemeriksaan hidung Inspeksi : bentuk hidung simetris, tidak ada polip maupun peradangan, tidak ada sekretPalpasi : terdapat nyeri tekan5. Pemeriksaan mulut Inspeksi : tidak terdapat tanda-tanda 6. Pemeriksaan telingaInspeksi : simetris kiri dan kananPalpasi : tidak ada nyeri tekan. Fungsi pendengaran normal.7. Pemeriksaan leher Inspeksi : tidak ada pembesaran getah beningPalpasi : tidak ada pembesaran getah bening kelenjar tiroid.8. Pemeriksaan kaki Inspeksi : terlihat ada vesikel Palpasi : adanya nyeri tekan9. Pemeriksaan thorak JantungInspeksi : iktus terlihatPalpasi : iktus terabaPerkusi : redupAuskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2 normal.Paru-paruInspeksi : simetris kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi10. Pemeriksaan abdomenInspeksi : normalAuskultasi : bising usus normal 15x / menit.Palpasi : terdapat nyeri tekanPerkusi : bunyi tympani untuk semua daerah abdomen

2. Analisa Data NODATA SUBJEKTIF DAN DATA OBJEKTIFMASALAHETIOLOGI

1

Ds :Klien mengatakanterasa nyeri dan panas di punggung kiri sejak 3 hari yang lalu. Disertai panas dan nyeri di daerah luka,lemas , demam dan pusing kepala.P : nyeri saat melakukan aktivitas.Q : nyeri seperti di pukul-pukul.R : punggung belakang dan menjalar sampai perut kiri.S : skala 6 .T : saat gerak sewaktu-waktu.

Do :Terjadi peradanagan yaitu adanya kemerahan pada punggung bagian belakang. TB: 155cmBB: 50 kgPernapasan : 22x/ menitNadi: 84 x/ menitSuhu: 370 C

Nyeri akut

Adanya krusta

2Ds :Klien mengeluhkan timbul plenting-plenting berisi cairan yang awalnya sebesar biji jagung berwarna kemerahan di punggung belakang lama kelamaan membesar dan menjalar sampai ke perut kiri .Do :Timbul plenting-plenting berisi cairan bukan PUS.

Gangguan integritas kulit

Adanya krusta

1.3 Prioritas diagnosa :1. Nyeri berhubungan dengan adanya krusta.2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya krusta.

1.4 Rencana Keperawatan (intervensi)NOTUJUAN DAN KRITERIA HASILINTERVENSI RASIONAL

1Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2X 24 jam,diharapkan nyeri akan berkurang bahkan hilang dengan skala 10 0. dengan hasil yang di harapkan :Menunjukkan tingkat nyeri yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5 : sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada)Ekpresi nyeri pada wajahGelisah atau ketegangan ototDurasi episode nyeriMerintih dan menangisGelisah

1. Gunakan tindakan pengendalian nyeri seperti distraksi, relaksasi, masase, dan pengompresan air hangat bila diperlukan sebelum nyeri menjadi berat.

2. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur.3. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor presipitasinya.1. Untuk mengantisipasi nyeri menjadi lebih berat/parah.

2. Untuk mengetahui penyebab nyeri, dan mengetahui berapa lama nyeri berlangsung.3. agar mengetahui lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor presipitasi nyeri .

2Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2X 24jam,diharapkan integritas kulit berkurang bahkan hilang dengan hasil yang di harapkan : menunjukkan integritas jaringan : kulit dan membran mukosa, yang dibuktikan oleh indikator berikut ( sebutkan 1-5 : gangguan esterm, berat, sedang, ringan atau tidak ada gangguan)1. Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar.2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.3. Oleskan lotion atau minyak/ baby oil pada daerah yang tertekan.4. Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali 1. Agar menhindari penekanan di daerah nyeri .2. Menjaga kebersihan kulit untuk menghindari terpaparnya kuman di daerah kulit.3. Untuk menghindari kulit kering .4. Mengembalikan kulit normal kembali.

4. ImplementasiNoHari/tanggal/jamPelaksanaan Evaluasi tindakan/ respon klien

1Selasa,13 april 2013Pukul 08.00 1. memberikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur.2. menggunakan tindakan pengendalian nyeri distraksi, relaksasi, masase, dan kompres air hangat bila diperlukan sebelum nyeri menjadi berat.3. Melakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor presipitasinya.1. Klien mengetahui informasi nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur.2. Klien dapat mengendalikan nyeri sebelum nyeri bertambah parah/berat.3. Klien mengetahui nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor presipitasinya.

Selasa,13 april 2013Pukul 08.301. Menganjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar.2. Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.3. Mengoleskan lotion atau minyak/ baby oil pada daerah yang tertekan.4. Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali1. Klien memakai pakaian yang tidak longgar lagi.2. Kulit klien menjadi bersih dan tidak lembab.3. Kulit klien tidak kering dan menjadi lembab.4. Klien menjalankan mobilisasi setiap 2 jam sekali.

1.7 EvaluasiNo Hari /tanggalCatatan perkembangan

1.Rabu , 16 April 2013S : Klien mengatakan nyeri menghilangO : pasien terlihat tidak merasa nyeriA : tujuan tercapaiP :pasien di berikan HE

2.Rabu , 16 april 2013S : Klien mengatakan tidak ada plenting-plenting berisi cairan O : pada saat palpasi kulit sudah tidak kasarA: tujuan tercapai P : pasien di berikan HE

BAB IVPENUTUP1.1 Simpulan 1. Pengertian dari Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan awam populer atau lebih dikenal dengan sebutan dampa atau cacar air. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang akut pada bagian dermatoma (terutama dada dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster (virus yang juga menyebabkan penyakit varicella atau cacar/chickenpox).2. Etiologi dari Herpes Zoster adalah reaktivasi virus varisela zoster, Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster . virus varicella zoster terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub unit proteinvirion yang lengkap dengan diameternya 150200 nm, dan hanya virion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic, deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 1421 hari.3. Patofisiologi dari Herpes Zoster adalah bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster) ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremianya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster.4. Tanda gejala nya adalah : (a). keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung selama 1 4 hari, (b). Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatige, malaise, nusea, rash, kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan kulit), neri, (rasa terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan, (c). Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau hilang timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit, (d). Gejala yang mempengaruhi mata : Berupa kemerahan, sensitive terhadap cahaya, pembengkakan kelopak mata. kekeringan mata, pandangan kabur, penurunan sensasi penglihatan dan lain lain.

1.2 SaranBerdasarkan uraian yang ada serta kesimpulan diatas, maka penulis mencoba mengajukan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan :1. Dalam memberikan asuhan keperawatan perlu adanya kerja sama tim baik dokter, perawat sebagai pelaksana, klien maupun keluarga klien untuk mendapatkan kemudahan di dalam pelaksanaan asuhan keperawatan demi terwujudnya mutu asuhan keperawatan yang lebih baik.2. Untuk masyarakat bisa lebih memahami dan mencegah terjadinya infeksi virus Herpes Zoster.

DAFTAR PUSTAKA

Price, sylvia A dan willson, loraine M. (2006). patoisiologi konsep klinis proses proses penyakit.Jakarta : EGC Brunner dan suddarth. (2006). buku ajar keperawatan medikal bedah volume 3, Jakarta : EGC.Marlyn E. Dongoes.Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3. EGC. Jakarta: 2000.Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/SMF, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, RSU. Dr. Soetomo Surabaya, 2004.Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahem. 2011. Buku saku diagnosa keperawatan : diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC

29