21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia untuk dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain di era globalisasi ini, telah melakukan berbagai upaya yang dijalankan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sejak beberapa periode pembangunan, pemerintah telah berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar lebih maju dan mandiri. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak terbatas pada kelompok usia produktif saja, melainkan pada seluruh siklus kehidupan manusia, sejak janin sampai usia lanjut. (Krisnatuti & Yenrina 2007) Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat terkait dengan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan mutu gizi yang 1

BAB 1 Siap Print

Embed Size (px)

Citation preview

4

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang

Negara Indonesia untuk dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain di era globalisasi ini, telah melakukan berbagai upaya yang dijalankan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sejak beberapa periode pembangunan, pemerintah telah berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar lebih maju dan mandiri. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak terbatas pada kelompok usia produktif saja, melainkan pada seluruh siklus kehidupan manusia, sejak janin sampai usia lanjut. (Krisnatuti & Yenrina 2007)

Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat terkait dengan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan mutu gizi yang seimbang. Pemenuhan kebutuhan gizi, terutama diperlukan sejak masa janin sampai anak berusia lima tahun. Pemenuhan gizi pada masa rawan sangat menentukan kualitas seseorang ketika mencapai usia produktif. Periode pertumbuhan otak yang paling kritis dimulai sejak janin sampai anak berusia dua tahun. Jadi, apabila pada masa tersebut seorang anak menderita kekurangan gizi dapat berpengaruh negatif terhadap jumlah dan ukuran sel otaknya, dan akan berakibat langsung terhadap kualitas sumber daya manusia yang bersangkutan. (Krisnatuti & Yenrina 2007)

Pertumbuhan optimal seorang anak dapat dicapai jika orang tua mempersiapkan dan melaksanakan pedoman pemberian makan bayi yang tepat, dengan gizi seimbang sejak bayi lahir hingga usia pertumbuhan. Ketidak tahuan tentang pemberian makanan pada bayi dan anak, dan adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak, khususnya pada anak umur dibawah 2 tahun. (Parentingislami, 2008).WHO(world health organization)/UNICEF(united nations of children's fund) merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan dalam upaya pencapaian tumbuh kembang optimal pada bayi, yaitu pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya Air Susu Ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. MP ASI harus mudah dicerna, harus disesusaikan dengan umur dan kebutuhan bayi dan MP ASI harus mengandung kalori dan mikronutrien yang cukup (Depkes, 2006).ASI adalah makanan pertama yang terbaik bagi bayi hingga usia 4-6 bulan, setelah itu bayi harus diperkenalkan dengan ragam makanan padat, meski ASI masih tetap diberikan hingga anak berumur dua tahun. Pemenuhan kebutuhan gizi terutama diperlukan sejak masa janin sampai anak berusia lima tahun, (Krisnatuti, 2000). Pada usia 6 bulan kebutuhan bayi akan zat gizi menjadi semakin bertambah dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi, sedangkan produksi ASI mulai menurun. Oleh karena itu, bayi sangat memerlukan makanan tambahan sebagai pendamping ASI (Djitowiyono, 2010).

Informasi yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA tentang Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat (RAPGM) Tahun 2010-2014, secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia berfluktuasi dan menunjukkan kecenderungan menurun selama 3 tahun terakhir dari tahun 2006-2008. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 06 bulan selama 3 tahun terakhir turun dari 62,2% tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008. Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% pada tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008. (Sentra Laktasi Indonesia, 2010).Pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2006-2007 hanya mencakup 67% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi, yakni, 54% pada bayi usia 2-3 bulan dan 19% pada bayi usia 7-9. Yang lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga 2 bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan (Sentra Laktasi Indonesia, 2010).

Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat (RAPGM) menyatakan tahun 2010-2014, cakupan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi beberapa hal, terutama masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI, belum adanya Peraturan Pemerintah tentang pemberian ASI serta belum maksimalnya kegiatan penyuluhan dan pembinaan kelompok pendukung terkait pemberian ASI maupun MP-ASI dan masih kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana KIE ASI dan MP-ASI. (DepKes, 2010)

MP-ASI adalah makanan tambahan yang di berikan kepada bayi berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan, selain MP-ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. Peranan MP-ASI sama sekali bukan untuk menggatikan ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI. Jadi, dalam hal ini MP-ASI berbeda dengan makanan sapihan karena makanan sapihan diberikan ketika bayi tidak lagi mengkonsumsi ASI. (Krisnatuti & Yenrina 2007)MP ASI harus diperhatikan dalam pemberiannya yaitu meliputi kapan MP-ASI harus diberikan, jenis bentuk dan jumlahnya (Krisnatuti, 2000). Pada saat bayi tumbuh dan menjadi lebih aktif, akan mencapai usia tertentu ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Dengan demikian, makanan tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total pada anak dengan jumlah yang didapatkan dari ASI. Pada usia enam bulan pencernaan bayi mulai kuat, sehingga pemberian makanan pendamping ASI harus setelah usia enam bulan. (Sentra Laktasi Indonesia, 2010).

MP ASI apabila sudah diberikan kepada bayi sejak dini(dibawah usia 4 bulan) maka asupan gizi yang dibutuhkan oleh bayi tidak sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu, system pencernaan bayi akan mengalami gangguan , seperti sakit perut,sembelit (susah buang air besar), dan alergi ( brinch 1984).

Bayi usia 0-6 bulan banyak yang diberi MP-ASI kemungkinan dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor pengetahuan. Pengetahuan adalah salah satu faktor intern yang mempengaruhi terbentuknya perilaku manusia, agar pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) berjalan baik maka diperlukan pengetahuan dan perilaku yang baik pula mengenai MP-ASI. (Notoatmodjo,2007)Pengetahuan pada dasarnya adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Perilaku kesehatan dipengaruhi pula oleh pengetahuan sebagai faktor predisposisi. Jika pengetahuan tentang MP-ASI baik diharapkan pula pada akhirnya perilaku terhadap pemberian MP-ASI juga baik. (Notoatmodjo, 2007).

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Sukabumi bahwa angka cakupan ASI eksklusif 0-6bulan tahun 2013 terdapat 3749 bayi mendapatkan ASI Eksklusif dari total sasaran bayi sebanyak 5146. Hal ini bisa di jelaskan pada tabel 1.1 berikut ini :tabel 1.1

Rekapitulasi Cakupan ASI Eksklusif 6 Bulan

di Kota Sukabumi Tahun 2013

NoPuskesmasSasaranJumlah%

1Selabatu23620386,02

2Sukabumi69238656,87

3Cipelang34022666,47

4Karang Tengah284284100

5Benteng38723761,42

6Sukakarya2608131,15

7Pabuaran21618786,57

8Tipar31725379,81

9Nangeleng24517270,2

10Gedong Panjang37023563,51

11Baros60560499,83

12Limus Nunggal31617354,74

13Cibeureum26013451,54

14Cikundul33630189,58

15Lembur Situ276276100

Jumlah5146374972,85

(sumber : Laporan Bulanan(LB3) Program Gizi kota Sukabumi tahun 2013)

Table 1.1 memperlihatkan bahwa jumlah terbanyak pemberian MP ASI di bawah usia 6 bulan terdapat di wilayah kerja puskesmas Sukakarya. Yaitu dari 260 bayi, yang mendapat ASI Eksklusif hanya 81 bayi, sisanya sudah di beri MP ASI sebelum usia 6 bulan. Hal ini bisa d lihat dari table 1.2.Tabel 1.2

Jumlah Bayi Yang diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin

Puskesmas Sukakarya Tahun 2013

NoBulanJumlah Bayi 6 Bulanjumlah Bayi Yang Diberi ASI eksklusif

LPL+P

LPL+P%%%

1JANUARI18624844,44233,331041,67

2FEBRUARI18321844,44133,33942,82

3MARET131326646,15646,151246,15

4APRIL101424220642,86833,33

5MEI11718327,27114,29422,22

6JUNI9716333,33114,29425

7JULI13152817,69320414,29

8AGUSTUS61117116,67436,36529,41

9SEPTEMBER1181919,090015,26

10OKTOBER161430212,517,14310

11NOVEMBER121123541,67436,36939,13

12DESEMBER1019296606601260

TOTAL1471192664631,293529,418130,45

Sumber : Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Sukakarya Kota Sukabumi 2013

Tabel 1.2 di atas menunjukan jumlah bayi usia 6 bulan yang diberikan ASI Ekslusif bayi laki-laki sebanyak 31,29%(46 bayi) dan bayi perempuan sebanyak 29,41%(35 bayi) total bayi yang diberikan ASI ekslusif sebanyak 30,45%(81 bayi) dari total seluruh bayi sebanyak 266 bayi. Pemberian MP ASI pada bayi d bawah 6 bulan sangat besar yakni dari 266 bayi hanya 81 bayi yg mendapat ASI Eksklusif dan sisanya sudah di beri MP ASI.

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui wawancara langsung terhadap 10 orang responden yaitu ibu yang mempunyai bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sukakarya, diperoleh data bahwa 5 orang ibu mengatakan tidak tahu apa itu MP ASI dan 5 orang ibu lainnya mengatakan tahu apa itu MPASI. 2 dari 5 orang ibu yang tidak mengetahui MPASI mengatakan bayinya sudah diberi pisang sejak usia 2 bulan, 1 orang ibu mengatakan memberikan bayinya susu formula sejak lahir karna ASInya tidak keluar, dan 2 orang ibu lainya mengatakan memberikan susu formula sejak usia 3 bulan. 4 dari 5 ibu yang mengetahui MPASI, memberikan MPASI pada usia 5 bulan, dan 1 ibu lainya memberikan MPASI ketika usia bayi sudah 6 bulan.

Hasil studi pendahuluan tersebut menunjukan faktor yang paling mempengaruhi pemberian MPASI sebelum bayi usia 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sukakarya adalah pengetahuan ibu yang kurang tentang ASI Eksklusif dan MPASI sehingga ibu memberikan MPASI pada bayinya di bawah usia 6 bulan.

Peran perawat sangatlah penting dalam mencapai kesejahteraan kesehatan masyarakat. Adapun peran perawat atau petugas kesehatan sebagai educator dilaksanakan dengan pemberian penkes untuk mencegah pemberian MPASI di bawah usia 6 bulan dengan meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan orang tua, sehingga terjadi perubahan tingkah laku dari orang tua. Mengingat pentingnya pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI sesuai usia maka petugas kesehatan terutama perawat komunitas harus memberikan penyuluhan kepada ibu dan keluarga.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 6-24 Bulan Tentang Makanan Pendamping ASI Dengan Ketepatan Waktu pemberian Makanan Pendamping ASI di Kelurahan Sukakarya Wilayah Kerja Puskesmas Sukakarya Kota SukabumiB. Rumusan Masalah

pada prinsipnya suatu penelitian tidak terlepas dari permasalahan sehingga perlu kiranya masalah tersebut untuk diteliti, dianalisis ,dan dipecahkan.

Setelah diketahui dan dipahami latar belakang masalahnya, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu: Apakah Ada Hubungan Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 6-24 Bulan Tentang Makanan Pendamping ASI Dengan Ketepatan Waktu Pemberian Makanan Pendamping ASI Di Kelurahan Sukakarya Wilayah Kerja Puskesmas Sukakarya Kota Sukabumi? C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu yang memiliki bayi usia 6-24 bulan tentang makanan pendamping ASI dengan ketepatan waktu pemberian makanan pendamping ASI di kelurahan Sukakarya wilayah kerja Puskesmas Sukakarya Kota Sukabumi.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

a. Diketahuinya pengetahuan ibu yang memiliki bayi usia 6-24 bulan tentang makanan pendamping ASI di Kelurahan Sukakarya wilayah kerja Puskesmas Sukakarya Kota Sukabumi.b. diketahuinya ketepatan waktu pemberian makanan pendamping ASI di Kelurahan Sukakarya wilayah Kerja Puskesmas Sukakarya Kota Sukabumi. c. Hubungan antara pengetahuan ibu yang memiliki bayi usia 6-24 bulan tentang makanan pendamping ASI dengan ketepatan waktu pemberian makanan pendamping ASI.D. Kegunaan PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan dan bermangfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan di antaranya sebagai berikut :

1. Bagi STIKES Kota Sukabumi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah literature bagi institusi pendidikan terutama dalam bidang keperawatan dan kesehatan yang berhubungan dengan pemberian makanan pendamping ASI dengan keteapatan waktu pemberian makanan pendamping ASI dan juga dapat menjadi bahan dalam kegiatan proses pembelajaran.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk penelitian lebih lanjut khususnya dalam hal ini ilmu keperawatan anak tentang makanan pendamping ASI.3. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan dalam ilmu keperawatan anak dalam keluarga tentang adanya hubungan pengetahuan ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI.

4. Bagi Tenaga Kesehatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada tenaga kesehatan khususnya perawat untuk meningkatkan penyuluhan tentang makanan pendamping ASI di masyarakat.E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan model konseptual yang berkaitan bagai mana seorang peneliti, menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa factor yang dianggap penting untuk masalah (sakaran dalam Hidayat,2007). MP-ASI atau Makanan Pendamping Air Susu Ibu adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 4-6bulan sampai bayi berusia 24bulan. Jadi, selain makanan pendamping ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. Peranan makanan pendamping ASI sama sekali bukan untuk menggantikan ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI. Jadi, dalam hal ini makanan pendamping asi berbeda dengan makanan sapihan karena makanan sapihan diberikan ketika bayi tidak lagi mengkonsumsi ASI.

Pada keadaan normal, ASI mengandung zat gizi yang cukup baik bagi pertumbuhan bayi sampai 4-6 bulan. Biasanya bayi yang sudah diberi makanan setengah padat pada umur kurang dari 4 bulan akan menyusu lebih sedikit. Hal ini disebabkan ukuran perut bayi masih kecil sehingga mudah pehuh, sedangkan kebutuhan gizi bayi belum terpenuhi. Akibatnya, proses pertumbuhan bayi akan tergangu. Sebaliknya, apabila bayi yang berumur lebih dari 6 bulan belum mengenal makanan lain selain ASI, pertumbuhan dan perkembangannya akan mengalami ganguan. Kemungkinan besar, bayi yang bersangkutan lebih sering menangis karena merasa lapar, yang jadi pertanyaan adalah makanan seperti apa yang harus diberikan kepada bayi dan kapan waktunya?Pengetahuan merupakan pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya, mata, hidung, telinga, dan sebagainya.

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat dalam bagan berikut ini:

BAGAN 1.1

Kerangka PemikiranHubungan Pengetahuan Ibu Yang memiliki bayi usia 6-24 Bulan Tentang Makanan Pendamping ASI Dengan Ketepatan Waktu Pemberian Makanan Pendamping ASI di Kelurahan Sukakarya Wilayah Kerja Puskesmas Sukakarya Kota Sukabumi

Keterangan :

: Faktor yang diteliti

: Hubungan

F. Hipotesis

Hipotesis di dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut, setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau di tolak(Notoatmodjo,2003)

Hipotesis dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI dengan ketepatan waktu pemberian makanan pendamping ASI di kelurahan Sukakarya wilayah kerja puskesmas Sukakarya kota Sukabumi.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut :

1. Hubungan Pengetahuan Ibu Yang memiliki Bayi Usia 6-24 Bulan tentang Makanan Pendamping ASI Dengan Ketepatan Waktu Pemberian Makanan Pendamping ASI di Kelurahan Sukakaya Wilayak Kerja Puskesmas Sukakarya kota SukabumiH : Tidak ada Hubungan Pengetahuan Ibu Yang memiliki Bayi Usia 6-24 Bulan Tentang Makanan Pendamping ASI Dengan Ketepatan Waktu Pemberian Makanan Pendamping ASI di Kelurahan Sukakarya Wilayah Kerja Puskesmas Sukakarya kota SukabumiH : Ada Hubungan Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 6-24 Bulan Tentang Makanan Pendamping ASI Dengan Ketepatan Waktu Pemberian Makanan Pendamping ASI di Kelurahan Sukakarya Wilayah Kerja Puskesmas Sukakarya kota Sukabumi

Ketepatan Waktu Pemberian MP-ASI

Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI

1