222
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan yang bermutu menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang kuat dan berwibawa, serta memiliki peranan yang sangat strategis dalam pembangunan peradaban bangsa Indonesia. Pendidikan telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam membangun peradaban bangsa Indonesia. Berbagai kajian dan pengalaman menunjukkan bahwa pendidikan memberi manfaat yang luas bagi kehidupan suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu sektor pembangunan sumber daya manusia yang harus ditingkatkan terus menerus untuk mencapai kesempurnaannya. Usaha yang dilakukan khususnya dalam sektor pendidikan telah banyak dilakukan tetapi hasilnya belum cukup membesarkan hati. Di samping itu banyak pula masalah yang muncul baik yang telah

BAB 1,2,3,4 baru

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 1,2,3,4 baru

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan yang

bermutu menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial

yang kuat dan berwibawa, serta memiliki peranan yang sangat strategis dalam

pembangunan peradaban bangsa Indonesia. Pendidikan telah memberikan kontribusi

yang cukup signifikan dalam membangun peradaban bangsa Indonesia. Berbagai

kajian dan pengalaman menunjukkan bahwa pendidikan memberi manfaat yang luas

bagi kehidupan suatu bangsa.

Pendidikan merupakan salah satu sektor pembangunan sumber daya

manusia yang harus ditingkatkan terus menerus untuk mencapai kesempurnaannya.

Usaha yang dilakukan khususnya dalam sektor pendidikan telah banyak dilakukan

tetapi hasilnya belum cukup membesarkan hati. Di samping itu banyak pula masalah

yang muncul baik yang telah diperkirakan sebelumnya maupun masalah yang

muncul akibat keberhasilan yang telah dicapai itu.

Masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini menyangkut masalah

kualitas pendidikan yang masih rendah dan kurang relevannya antara mutu hasil

pendidikan dengan tuntutan pembangunan akan tersedianya tenaga kerja yang

terampil dalam jumlah memadai untuk mengisi kesempatan kerja yang terbuka

ataupun mampu membuka lapangan kerja baru. Melihat gejala semakin

Page 2: BAB 1,2,3,4 baru

2

meningkatnya jumlah lulusan sekolah menengah dan perguruan tinggi yang

menganggur atau setengah menganggur, sungguh sangat mengkhawatirkan.

Engkoswara (1988 : 3-4) mengemukakan bahwa “permasalahan pokok dalam

dunia pendidikan di Indonesia adalah produktivitas pendidikan yang masih harus

ditingkatkan, namun dari banyak indicator yang paling dirasakan adalah soal mutu

atau kualitas pendidikan.”

Gaffar (1987 : 116) mengemukakan beberapa permasalahan pokok

pendidikan dari sudut perencanaan pendidikan. Permasalahan tersebut meliputi :

kualitas pendidikan, pengelolaan proses belajar mengajar tingkat mikro, pengawasan

dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan pada tingkat mikro tersebut, dan

lembaga pendidikan guru yang mempersiapkan guru dan tenaga kependidikan.

Permasalahan-permasalahan tersebut hamper terjadi pada setiap jenjang dan jenis

pendidikan. Khususnya untuk pendidikan kejuruan adalah bahwa lulusan Sekolah

Menengah Kejuruan belum dapat memenuhi persyaratan kerja. Salah satu kelemahan

Sekolah Menengah Kejuruan adalah kurang mampu dalam menghasilkan lulusan

yang siap pakai oleh Dunia Usaha/Industri.

Masalah kualitas atau mutu pendidikan telah lama menjadi bahan

perbincangan bagi dunia industri, politisi, masyarakat, orang tua, dan pendidik.

Kalangan dunia industri misalnya mengeluhkan tentang mutu tamatan sekolah yang

tidak siap pakai (Munadir dalam Abdul Hadis : 2010:69).

Lebih lanjut Joni dalam Abdul Hadis (2010:70) menjelaskan:

Suatu pendidikan yang bermutu/ berkualitas dapat dilihat dalam hubungannya dengan dunia kerja, yaitu bagaimana kesesuaian antara kecakapan dan keterampilan dengan tuntutan dunia kerja, bagaimana kesesuaian tamatan sekolah dalam hal jumlah dan kualifikasinya dengan kesempatan kerja, dan bagaimana keterserapan keluaran institusi pendidikan oleh dunia kerja. Dengan kata lain masalah efesiensi dan relevansi dunia pendidikan dengan dunia kerja berdampak langsung pada kualitas pendidikan

Page 3: BAB 1,2,3,4 baru

3

Dengan demikian bahwa dapat disimpulkan bahwa keluaran lembaga

pendidikan berupa tamatan/ lulusan dengan kapabilitas yang dikuasai sebagai buah

dari kegiatan belajar.

Pemerintah menyadari pentingnya pendidikan yang bermutu bagi bangsa

Indonesia. Oleh karenanya perhatian pemerintah tertuju kepada sekolah menengah

kejuruan ( SMK ) yang seharusnya menghasilkan calon calon tenaga kerja yang siap

diserap Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/ DI).

Sejalan dengan hal tersebut di atas, perubahan dari kurikulum 1994

(pendidikan model lama) menjadi kurikulum 2004 yang kemudian mendapat

pembaruan lagi yang disebut dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(pendidikan model baru), ini menjadikan salah satu dasar bagi sekolah terutama

SMK sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan

tenaga kerja tingkat menengah yang berpotensi untuk menghasilkan sumber daya

manusia yang berkualitas. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan

yang selama ini diterapkan dalam pendidikan model lama.

Lebih lanjut Indra Djati Sidi mengatakan kelemahan pendidikan model lama

umumnya berkisar pada konsep maupun pelaksanaannya. Berikut ini kelemahan

pendidikan kejuruan model lama:

Pertama, dilihat dari segi konsep, pendidikan kejuruan model konvensional

memiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut:

1. Penerapan pendekatan “ supply driven “ dimana totalitas penyelenggaraan

pendidikan kejuruan dilakukan secara sepihak hanya oleh Depdiknas;

Page 4: BAB 1,2,3,4 baru

4

2. Penerapan “ school- based model “ telah membuat anak didik tertinggal oleh

kemajuan dunia usaha/ industri ;

3. Pengajaran berbasis mata pelajaran telah membuat tidak jelas kompetensi yang

dicapainya;

4. Pendidikan kejuruan model berbasis sekolah kurang luwes/ kaku;

5. Tidak mengakui keahlian yang diperoleh dari luar sekolah;

6. Pendidikan kejuruan hanya menyiapkan tamatan untuk bekerja di sektor formal;

7. Pendidikan kejuruan merupakan “ dead-end career “ (terminal);

8. Kurang adanya integrasi antara pendidikan dan pelitihan kejuruan;

9. Guru kejuruan tidak memiliki pengalaman kerja industri;

10. Pengelolaan pendidikan kejuruan terlalu sentralistis;

11. Pembiayaan sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah (SMK Negeri) dan

sepenuhnya oleh siswa ( SMK Swasta ).

Kedua, dilihat dari segi praktik, pendidikan kejuruan model lama banyak

memiliki kelemahan. Yaitu, kurang mempersiakan siswanya untuk memasuki

lapangan kerja, tidak efisien, kurang mampu menjaga relevansi dengan perubahan

pasar kerja, kurang mutakhir, sukar berubah alias konservatif. Tamatan SMK sering

dikritik kurang mampu menikuti perubahan,karena mereka kurang dibekali hal-hal

berikut:

1. Keterampilan dasar ( baca, tulis, dengar, hitung, dan matematika );

2. Keterampilan berfikir (berfikir kreatif,pengambilan keputusan, pemecahan

masalah, belajar cara belajar, dan mampu mengemukakan alasan); dan

Page 5: BAB 1,2,3,4 baru

5

3. Kualitas kalbu (tanggung jawab, kejujuran, integritas, kerjasama, kerja keras,

disiplin, dan jiwa kewirausahaan).

Ketiga, Dilihat dari segi sistem, pendidikan yang berlaku di sekolah

kejuruan model konvensional kurang sesuai dengan tuntutan dunia usaha/ industri.

Perbedaan yang mendasar antara budaya sekolah dengan budaya industri ini tidak

harus terjadi sekiranya dunia usaha/ industri diikutsertakan secara aktif dalam

penyelenggaraan pendidikan kejuruan.

Keempat, dilihat dari tradisi, banyak kebiasaan salah yang dilakukan terus-

menerus oleh guru tanpa ada kesadaran bahwa apa yang dilakukan itu sebenarnya

salah. Di antara kebiasaan salah yang memerlukan koreksi tersebut

adalah:

1. Pelajaran praktik dasar, tidak diajarkan sesuai dengan prinsip dasar yang benar;

2. Membiarkan siswa menghasilkan mutu hasil kerja yang asal jadi;

3. Membiarkan siswa bekerja tanpa bimbingan dan pengawasan;

4. Membiarkan siswa bekerja tanpa memperhatikan keselamatan kerja.

Menyadari kelemahan-kelemahan tersebut di atas, maka upaya-upaya dalam

melakukan perubahan secara mendasar ( reformasi ) terhadap model

penyelenggaraan pendidikan kejuruan konvensional di Indonesia perlu dilakukan

agar dapat mengejar ketinggalan dalam penyiapan tamatan sekolah menengah

kejuruan yang berkualitas. Perubahan- perubahan yang mendasar itu diungkapkan

Slamet ( 1997:19 ) bahwa ” Pendidikan yang dilakukan melalui proses bekerja di

dunia kerja akan memberikan pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai dunia kerja

yang tidak mungkin atau sulit didapat di sekolah, antara lain pembentukan wawasan

Page 6: BAB 1,2,3,4 baru

6

mutu, wawasan keunggulan, wawasan pasar, wawasan nilai tambah, dan

pembentukan etos kerja.”

Oleh karena itu pendidikan dan pelatihan sudah seharusnya dirancang dan

dilaksanakan berdasarkan apa yang dapat dilakukan di tempat kerja yang diarahkan

kepada unjuk kerja sesuai dengan standar kompetensi yang dibutuhkan di dunia

kerja. Maka untuk mendapatkan kesesuaian atau relevansi dari apa yang dihasilkan

oleh dunia pendidikan dengan apa yang dibutuhkan dunia kerja, salah satu

perubahan dan pembaharuan pendidikan dan pelatihan, yakni “ pendidikan sistem

ganda/ dual system “. Salah satu kunci keberhasilan dan jaminan kualitas (quality

assurance) di dalam Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah kualitas yang relevan

dengan pekerjaan di dunia kerja.

Pemerintah menggulirkan kebijakan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) sejak

tahun 1994. Sasaran implementasi PSG adalah membentuk pendidikan keahlian

profesional yang diwujudkan dengan memadukan secara sistematik dan senantiasa

sinkron antara program pendidikan di SMK dengan program penguasaan keahlian

yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung pada dunia kerja.

Implementasi kebijakan Pendidikan Sistem Ganda sebagai pola utama

penyelenggaraan Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), merupakan salah

satu upaya untuk meningkatkan kualitas tamatan agar lebih sesuai dengan tuntutan

kebutuhan pembangunan nasional pada umumnya, dan kebutuhan ketenagakerjaan

pada khususnya, sebagai bagian tak terpisahkan dari kebijakan Link and Match yang

berlaku pada semua jenis dan jenjang pendidikan di Indonesia.

Page 7: BAB 1,2,3,4 baru

7

Implementasi kebijakan PSG yang selama ini telah dilaksanakan SMK di

seluruh Indonesia ternyata belum memenuhi harapan pemerintah dalam mewujudkan

kualitas lulusan SMK. Fenomena yang terjadi pembangunan sumber daya manusia

hampir di seluruh Indonesia saat ini belum mengarah kepada kondisi yang

diharapkan. Harapan pemerintah pada pendidikan sekolah menengah kejuruan atau

SMK yang menghasilkan lulusan yang langsung diserap lapangan kerja belum

memenuhi harapan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/ DI). Perlu diakui bahwa

sampai dengan berakhirnya abad ke-20 pengembangan sumber daya manusia di

Indonesia belum benar-benar mengarah kepada kondisi yang diharapkan (Prijanto,

2001: 604)

Lulusan SMK cukup banyak, akan tetapi lulusan yang mampu mandiri dan

bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya masih sangat sedikit (terbatas) .

Tidak heran jika siswa-siswa SMK yang telah tamat/lulus banyak yang tidak bekerja

atau menganggur, hal tersebut dikarenakan mereka belum mampu untuk

menciptakan lapangan kerja sendiri demikian juga mereka belum siap bekerja sesuai

dengan tuntutan dunia kerja. Kesiapan ini tampak dari mutu/ kualitas lulusan SMK

masih perlu ditingkatkan, baik dari kemandiriannya maupun dari tingkat

penalarannya. Lulusan yang diharapkan adalah lulusan yang terampil, cerdas, dan

berkeperibadian yang siap diserap dunia usaha dan dunia industri. Untuk mencapai

tujuan tersebut tentu saja pendidikan yang diberikan di Sekolah Menengah Kejuruan

harus match dengan keadaan sebenarnya di lapangan kerja.

Rendahnya kualitas lulusan siswa SMK saat ini menimbulkan pertanyaan

besar dalam dunia pendidikan. Sudah efektifkah kebijakan pemerintah tentang

Page 8: BAB 1,2,3,4 baru

8

Program pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang selama ini dilaksanakan di SMK ?

Sejalan dengan pertanyaan di atas perlu ada langkah-langkah konkret untuk

menganalisis kebijakan pelaksanaan program pendidikan sistem ganda (PSG) di

sekolah. Apa yang harus dipersiapkan oleh SMK agar dunia kerja memahami dan

mau mengambil bagian secara aktif dan terencana dalam program pendidikan sistem

ganda karena PSG merupakan bagian dari proses pendidikan yang implementatif

ditambah lagi bahwa keberhasilan sekolah menengah kejuruan diukur dari seberapa

banyak siswa yang telah tamat diterima dan bekerja sesuai dengan kompetensi yang

dimiliki dunia kerja. Bagaimana pengelolaan pelaksanaan PSG yang seharusnya

sehingga bisa meningkatkan kualitas tamatan yang relevan dengan kebutuhan

kompetensi di dunia kerja.

Atas dasar itulah peneliti mengangkat permasalahan tersebut ke dalam

sebuah penelitian tentang “ Pengaruh Implementasi Kebijakan Pendidikan

Sistem Ganda terhadap Kualitas Siswa di SMK Pasundan 1 Cimahi “.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka identifikasi masalah yang

akan dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda di SMK

pasundan 1 Cimahi ?

2. Berapa besar pengaruh implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda

terhadap kualitas siswa SMK pasundan 1 Cimahi ?

Page 9: BAB 1,2,3,4 baru

9

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini

antara lain;

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Sistem

Ganda di SMK Pasundan 1 Cimahi ?

2. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh implementasi kebijakan Pendidikan

Sistem Ganda terhadap kualitas siswa SMK Pasundan 1 Cimahi ?

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna:

1. Secara teoritis :

Bagi pengembangan ilmu pengetahuan sebagai pedoman oleh peneliti

selanjutnya yang ingin melanjutkan atau mengadakan penelitian sejenis.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dalam melakukan

pengkajian dan penelaahan untuk merumuskan masalah Pendidikan Sistem

Ganda.

Membuka wawasan pengetahuan tentang dunia Sekolah Menengah kejuruan

2. Secara praktis :

Bagi objek penelitian, dalam hal ini SMK Pasundan 1 Cimahi memberikan

kontribusi untuk menentukan strategi dalam mengelola Pendidikan Sistem

Ganda.

Page 10: BAB 1,2,3,4 baru

10

Sebagai bahan pertimbangan tentang kebijakan pendidikan Sistem Ganda

(PSG).

Memberikan bahan masukan untuk lebih meningkatkan bimbingan dan

pembinaan profesional guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar

mata pelajaran produktif.

membuka hubungan yang lebih luas dengan berbagai kalangan Dunia

Usaha/ Dunia Industri

Page 11: BAB 1,2,3,4 baru

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kebijakan

Kata kebijakan berasal dari bahasa Inggris policy yang dapat didefinisikan

sebagai berikut:

a. Merriam – Webster Online Dictionary (2010): a definite course or method of

action selected from among alternatives and in light of given conditions to guide

and determine present and future decisions.

b. Oxford English Dictionary (2010): a course or principle of action adopted or

proposed by an orgnization or individual.

c. Birkland (2005): a statement by government of what it intends to do or not to do.

d. Anderson (2003): relatively stable, purposive course of action followed by an

actor in dealing with a problem of matter of concern.

Berdasarkan paparan definisi tersebut maka dapat diartikan bahwa pada

suatu kebijakan terdapat arahan tindakan yang memiliki maksud dan ditetapkan oleh

seorang aktor dalam mengatasi suatu permasalahan. Kebijakan juga merupakan

serangkaian tindakan atau metode dari berbagai alternatif sebagai panduan untuk

menentukan keputusan di masa kini dan masa depan. Pemerintah bertindak sebagai

Page 12: BAB 1,2,3,4 baru

12

pemberi pernyataan tentang apa yang mau dilakukan atau tidak dilakukan. Selain itu,

kebijakan dapat pula berupa arahan atau pegangan dalam bertindak yang diadopsi

atau diajukan oleh suatu organisasi atau individu.

Menurut Hill (2005) suatu kebijakan dapat pula berupa serangkaian

tindakan yang melibatkan suatu jejaring putusan daripada putusan tunggal. Suatu

kebijakan bersifat dinamis yang berarti dapat saja berubah mengikuti perkembangan

arahan atau proses implementasi kebijakan masa kini. Sebuah kebijakan dapat pula

dilihat dari konteks rangkaian tindakan pada suatu periode tertentu tanpa melalui

putusan formal yang diambil sebelumnya. Di mana hal ini dapat saja terjadi apabila

kebijakan yang terbentuk merupakan output atau keluaran dari rngkaian tindakan

tersebut. Walaupun demikian suatu kebijakan tentunya tidak dapat menjadi suatu

kebijakan publik apabila belum diimplementasikan dalam suatu tindakan nyata.

2.1.2 Kebijakan Publik

Kebijakan publik menurut Dye dalam Dwiyanto Indiahono (2009:17) adalah

whatever governments choose to do or not to do. Maknanya Dye hendak menyatakan

bahwa apapun kebijakan pemerintah baik yang eksplisit maupun implisit merupakan

kebijakan. Pembicaraan tentang kebijakan memang tidak lepas dari kaitan

kepentingan antar kelompok, baik di tingkat pemerintahan maupun masyarakat

secara umum. Selain Dye, Mustopadidjaja,2002 mengemukakan bahwa kebijakan

publik adalah suatu keputusan yang dimaksudkan untuk tujuan mengatasi

permasalahan yang muncul dalam suatu kegiatan tertentu yang dilakukan oleh

instansi pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Beberapa

Page 13: BAB 1,2,3,4 baru

13

permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah sebagian disebabkan oleh kegagalan

birokrasi dalam memberikan pelayanan dan menyelesaikan persoalan publik.

Berdasarkan stratifikasinya, kebijakan publik dapat dilihat dari tiga

tingkatan, yaitu kebijakan umum (strategi), kebijakan manajerial, dan kebijakan

teknis operasional. Selain itu, dari sudut manajemen, proses kerja dari kebijakan

publik dapat dipandang sebagai serangkaian kegiatan yang meliputi (a) pembuatan

kebijakan, (b) pelaksanaan dan pengendalian, serta (c) evaluasi kebijakan.

2.1.3 Implementasi Kebijakan

Implementasi yang merupakan terjemahan dari kata “implementation”,

berasal dari kata kerja “to implement”. Menurut Webster’s Dictionary (dalam

Tachan, 2008: 29), kata to implement berasal dari bahasa Latin “implementum” dari

asal kata “impere” dan “plere”. Kata “implore” dimaksudkan “to fill up”,”to fill in”,

yang artinya mengisi penuh; melengkapi, sedangkan “plere” maksudnya “to

fill”,yaitu mengisi.

Dalam Webster’s Dictionary (dalam Tachan, 2008: 29) selanjutnya kata “to

implement” dimaksudkan sebagai: “(1) to carry into effect; accomplish. (2) to

provide with the means for carrying out into effect or fulfilling; to give practical

effect to. (3) to provideor equip with implements”.

Pertama, to implement dimaksudkan “membawa ke suatu hasil (akibat);

melengkapi dan menyelesaikan”. Kedua, to implement dimaksudkan “menyediakan

sarana (alat) untuk melaksanakan sesuatu”. Ketiga, to implement dimaksudkan

menyediakan atau melengkapi dengan alat”.

Page 14: BAB 1,2,3,4 baru

14

Apabila pengertian implementasi di atas dirangkaikan dengan kebijakan

publik, maka kata implementasi kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas

penyelesaian atau pelaksanaan suatu kebijakan publik yang telah ditetapkan/disetujui

dengan penggunaan sarana (alat) untuk mencapai tujuan kebijakan.

Dengan demikian, dalam proses kebijakan publik implementasi kebijakan

merupakan tahapan yang bersifat praktis dan dibedakan dari formulasi kebijakan

yang dapat dipandang sebagai tahapan yang bersifat teoritis. Anderson (dalam

Tachan, 2008: 30) mengemukakan bahwa: ”policy implementation is the application

of the policy by the government’s administrative machinery to the problem”.

Kemudian Edward III (dalam Tachan, 2008: 30) mengemukakakan bahwa:”Policy

implementation, …is the stage of policy making between the establishment of a

policy…and the consequences of the policy for the people whom it affects”.

Sedangkan Grindle (dalam Tachan, 2008: 30) mengemukakan bahwa:

“implementation – a general process of administrative action that can be

investigated at specific program level”.

Dari uraian di atas diperoleh suatu gambaran bahwa, implementasi

kebijakan publik merupakan proses kegiatan administratif yang dilakukan setelah

kebijakan ditetapkan/disetujui. Kegiatan ini terletak di antara perumusan kebijakan

dan evaluasi kebijakan. Implementasi kebijakan mengandung logika yang top-down,

maksudnya menurunkan/menafsirkan alternatif-alternatif yang masih abstrak atau

makro menjadi alternatif yang bersifat konkrit atau mikro. Sedangkan formulasi

kebijakan mengandung logika botton up, dalam arti proses ini diawali dengan

pemetaan kebutuhan publik atau pengakomodasian tuntutan lingkungan lalu diikuti

Page 15: BAB 1,2,3,4 baru

15

dengan pencarian dan pemilihan alternatif cara pemecahannya,kemudian diusulkan

untuk ditetapkan.

Keberhasilan implementasi kebijakan ternyata ditentukan oleh banyak

faktor atau variabel yang masing-masing berhubungan satu sama lain:

a. Edward III (1980) menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang dibutuhkan

dalam implementasi kebijakan publik, yaitu struktur birokrasi, sumber daya ,

komunikasi, dan disposisi.

b. Mazmanian dan Sabatier (1983) menyatakan bahwa terdapat 3 karakteristik utama

yang mempengaruhi implementasi kebijakan yaitu, karakteristik masalah,

karakteristik kebijakan, dan variabel lingkungan.

c. Grindle (1980) menyatakan bahwa keberhasilan implementasi kebijakan ditunjang

oleh 2 faktor utama yaitu, konten kebijakan dan konteks kebijakan.

d. Van Meter dan Van Horn (1975) menyatakan bahwa ada 5 variabel bebas yang

menentukan keberhasilan implementasi kebijakan, yaitu ukuran dan tujuan

kebijakan, sumber-sumber kebijakan, komunikasi atau organisasi, sikap para

pelaksana, dan lingkungan ( ekonomi, sosial, dan politik).

2.1.4 Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda

Kebijakan Program Pendidikan Sistem Ganda di SMK merupakan suatu

bentuk program pengembangan sumber daya manusia SMK dengan

mengintegrasikan pendidikan dan latihan secara terpadu sehingga akan menghasilkan

insan yang kompeten dan memiliki produktivitas yang tinggi di bidangnya masing-

masing.

Page 16: BAB 1,2,3,4 baru

16

Kebijakan ini bergulir sejak tahun 1994 yang ditetapkan dengan Keputusan

Mendikbud No. 323/U/1997 tentang penyelenggaraan pendidikan Sistem Ganda

pada SMK. Pada penelitian ini akan diteliti keberhasilan kebijakan pendidikan sistem

ganda yang diterapkan di SMK Pasundan 1 Cimahi dan pengaruhnya terhadap

peningkatan kualitas siswa.

Berhasil atau tidaknya implementasi kebijakan pendidikan sistem ganda

yang diterapkan di SMK Pasundan cimahi dapat diketahui dengan teori implementasi

kebijakan menurut Edward III (1980) yang menyatakan bahwa terdapat empat faktor

yang dibutuhkan dalam implementasi kebijakan publik, yaitu struktur birokrasi,

sumber daya , komunikasi, dan disposisi.

Keempat variabel di atas dalam model yang dibangun oleh Edward

memiliki keterkaitan satu dengan yang lain dalam mencapai tujuan dan sasaran

program/ kebijakan . semuanya saling bersinergi dalam mencapai suatu tujuan dan

satu variabel akan sangat mempengaruhi variabel yang lain. Model dari George C

Edward III ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Edward III,1980: 48

Gambar 2.1

Komunikasi

Sumber daya

Disposisi

Struktur Birokrasi

Implementasi

Page 17: BAB 1,2,3,4 baru

17

Model Implementasi Edward III

Model implementasi kebijakan menurut Edward III ini dapat digunakan

sebagai acuan untuk mengetahui keberhasilan implementasi kebijakan sistem ganda

yang diterapkan di SMK. Mengingat program kebijakan pendidikan sistem ganda

melibatkan seluruh komponen yang satu dengan lainnya saling mendukung akan

tercapainya tujuan dari kebijakan tersebut. Kebijakan pendidikan sistem ganda ini

sudah lama diterapkan dengan berbagai kendala teknis dan manajemen. Berbagai

kendala tersebut kemudian menyebabkan implementasi kebijakan pendidikan sistem

ganda hingga kini berjalan kurang efektif.

Berdasarkan uraian tersebut, teori Edward III (1980) akan sangat

mendukung penelitian tentang pengaruh implementasi kebijakan pendidikan sistem

ganda terhadap peningkatan kualitas siswa SMK. Teori ini menyebutkan bahwa ada

4 variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan dan proses implementasi

kebijakan, yaitu:

1. Struktur Birokrasi

Birokrasi merupakan salah-satu institusi yang paling sering bahkan secara

keseluruhan menjadi pelaksana kegiatan. Keberadaan birokrasi tidak hanya dalam

struktur pemerintah, tetapi juga ada dalam organisasi-organisasi swasta, institusi

pendidikan dan sebagainya. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu birokrasi diciptakan

hanya untuk menjalankan suatu kebijakan tertentu. Ripley dan Franklin dalam

Winarno (2005:149-160) mengidentifikasi enam karakteristik birokrasi sebagai hasil

pengamatan terhadap birokrasi di Amerika Serikat, yaitu:

Page 18: BAB 1,2,3,4 baru

18

a. Birokrasi diciptakan sebagai instrumen dalam menangani keperluan-keperluan

publik (public affair).

b. Birokrasi merupakan institusi yang dominan dalam implementasi kebijakan

publik  yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dalam setiap

hierarkinya.

c. Birokrasi mempunyai sejumlah tujuan yang berbeda.

d. Fungsi birokrasi berada dalam lingkungan yang kompleks dan luas.

e. Birokrasi mempunyai naluri bertahan hidup yang tinggi dengan begitu jarang

ditemukan birokrasi yang mati.

f. Birokrasi bukan kekuatan yang netral dan tidak dalam kendali penuh dari pihak

luar.

Implementasi kebijakan yang bersifat kompleks menuntut adanya kerjasama

banyak pihak. Ketika strukur birokrasi tidak kondusif terhadap implementasi suatu

kebijakan, maka hal ini akan menyebabkan ketidakefektifan dan menghambat

jalanya pelaksanaan kebijakan.

Berdasakan penjelasan di atas, maka memahami struktur birokrasi

merupakan faktor yang fundamental untuk mengkaji implementasi kebijakan publik.

Menurut Edwards III dalam Winarno (2005:150) terdapat dua karakteristik utama

dari birokrasi yakni: ”Standard Operational Procedure (SOP) dan fragmentasi”.

”Standard operational procedure (SOP) merupakan perkembangan dari

tuntutan internal akan kepastian waktu, sumber daya serta kebutuhan penyeragaman

dalam organisasi kerja yang kompleks dan luas”. (Winarno, 2005:150). Ukuran dasar

Page 19: BAB 1,2,3,4 baru

19

SOP atau prosedur kerja ini biasa digunakan untuk menanggulangi keadaan-keadaan

umum diberbagai sektor publik dan swasta. Dengan menggunakan SOP, para

pelaksana dapat mengoptimalkan waktu yang tersedia dan dapat berfungsi untuk

menyeragamkan tindakan-tindakan pejabat dalam organisasi yang kompleks dan

tersebar luas, sehingga dapat menimbulkan fleksibilitas yang besar dan kesamaan

yang besar dalam penerapan peraturan.

Berdasakan hasil penelitian Edward III yang dirangkum oleh Winarno

(2005:152) menjelaskan bahwa:

”SOP sangat mungkin dapat menjadi kendala bagi implementasi kebijakan baru yang membutuhkan cara-cara kerja baru atau tipe-tipe personil baru untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan. Dengan begitu, semakin besar kebijakan membutuhkan perubahan dalam cara-cara yang lazim dalam suatu organisasi, semakin besar pula probabilitas SOP menghambat implementasi”.”Namun demikian, di samping menghambat implementasi kebijakan SOP juga mempunyai manfaat. Organisasi-organisasi dengan prosedur-prosedur perencanaan yang luwes dan kontrol yang besar atas program yang bersifat fleksibel mungkin lebih dapat menyesuaikan tanggung jawab yang baru daripada birokrasi-birokrasi tanpa mempunyai ciri-ciri seperti ini”.

Sifat kedua dari struktur birokrasi yang berpengaruh dalam pelaksanaan

kebijakan adalah fragmentasi. Edward III dalam Winarno (2005:155) menjelaskan

bahwa ”fragmentasi merupakan penyebaran tanggung jawab suatu kebijakan kepada

beberapa badan yang berbeda sehingga memerlukan koordinasi”. Pada umumnya,

semakin besar koordinasi yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan, semakin

berkurang kemungkinan keberhasilan program atau kebijakan.

Fragmentasi mengakibatkan pandangan-pandangan yang sempit dari banyak

lembaga birokrasi. Hal ini akan menimbulkan konsekuensi pokok yang merugikan

bagi keberhasilan implementasi kebijakan. Berikut hambatan-hambatan yang terjadi

Page 20: BAB 1,2,3,4 baru

20

dalam fregmentasi birokrasi berhubungan dengan implementasi kebijakan publik

(Budi Winarno,2005:153-154):

”Pertama, tidak ada otoritas yang kuat dalam implementasi kebijakan

karena terpecahnya  fungsi-fungsi tertentu ke dalam lembaga atau badan yang

berbeda-beda. Di samping itu, masing-masing badan mempunyai yurisdiksi yang

terbatas atas suatu bidang, maka tugas-tugas yang penting mungkin akan terlantarkan

dalam berbagai agenda birokrasi yang menumpuk”.

”Kedua, pandangan yang sempit dari badan yang mungkin juga akan

menghambat perubahan. Jika suatu badan mempunyai fleksibilitas yang rendah

dalam misi-misinya, maka badan itu akan berusaha mempertahankan esensinya dan

besar kemumgkinan akan menentang kebijakan-kebijakan baru yang membutuhkan

perubahan”.

2. Sumber Daya

Syarat berjalannya suatu organisasi adalah kepemilikan terhadap

sumberdaya (resources). Edwards III (1980:11) mengkategorikan sumber daya

organisasi terdiri dari : “Staff, information, authority, facilities; building, equipment,

land and supplies”. Edward III (1980:1) mengemukakan bahwa sumberdaya tersebut

dapat diukur dari aspek kecukupannya yang didalamnya tersirat kesesuaian dan

kejelasan; “Insufficient resources will mean that laws will not be enforced, services

will not be provided and reasonable regulation will not be developed “.

“Sumber daya diposisikan sebagai input dalam organisasi sebagai suatu

sistem yang mempunyai implikasi yang bersifat ekonomis dan teknologis. Secara

Page 21: BAB 1,2,3,4 baru

21

ekonomis, sumber daya bertalian dengan biaya atau pengorbanan langsung yang

dikeluarkan oleh organisasi yang merefleksikan nilai atau kegunaan potensial dalam

transformasinya ke dalam output. Sedang secara teknologis, sumberdaya bertalian

dengan kemampuan transformasi dari organisasi”. (Tachjan, 2006:135)

Menurut Edward III dalam Agustino (2006:158-159), sumberdaya

merupakan hal penting dalam implementasi kebijakan yang baik. Indikator-indikator

yang digunakan untuk melihat sejauhmana sumberdaya mempengaruhi implementasi

kebijakan terdiri dari:

a. Staf. Sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf atau pegawai

(street-level bureaucrats). Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi

kebijakan, salah-satunya disebabkan oleh staf/pegawai yang tidak cukup

memadai, mencukupi, ataupun tidak kompeten dalam bidangnya. Penambahan

jumlah staf dan implementor saja tidak cukup menyelesaikan persoalan

implementasi kebijakan, tetapi diperlukan sebuah kecukupan staf dengan keahlian

dan kemampuan yang diperlukan (kompeten dan kapabel) dalam

mengimplementasikan kebijakan.

b. Informasi. Dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk

yaitu: pertama, informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan

kebijakan. Kedua, informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana

terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan.

c. Wewenang. Pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar perintah dapat

dilaksanakan secara efektif. Kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagi

para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara politik.

Page 22: BAB 1,2,3,4 baru

22

Ketika wewenang tidak ada, maka kekuatan para implementor di mata publik

tidak dilegitimasi, sehingga dapat menggagalkan implementasi kebijakan publik.

Tetapi dalam konteks yang lain, ketika wewenang formal tersedia, maka sering

terjadi kesalahan dalam melihat efektivitas kewenangan. Di satu pihak, efektivitas

kewenangan diperlukan dalam implementasi kebijakan; tetapi di sisi lain,

efektivitas akan menyurut manakala wewenang diselewengkan oleh para

pelaksana demi kepentingannya sendiri atau kelompoknya.

d. Fasilitas. Fasilitas fisik merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan.

Implementor mungkin mempunyai staf yang mencukupi, kapabel dan kompeten,

tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana dan prasarana) maka

implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil.

3. Disposisi

Menurut Edward III dalam Winarno (2005:142-143) mengemukakan

”kecenderungan-kecenderungan atau disposisi merupakan salah-satu faktor yang

mempunyai konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang efektif”. Jika

para pelaksana mempunyai kecenderungan atau sikap positif atau adanya dukungan

terhadap implementasi kebijakan maka terdapat kemungkinan yang besar

implementasi kebijakan akan terlaksana sesuai dengan keputusan awal. Demikian

sebaliknya, jika para pelaksana bersikap negatif atau menolak terhadap implementasi

kebijakan karena konflik kepentingan maka implementasi kebijakan akan

menghadapi kendala yang serius.

Bentuk penolakan dapat bermacam-macam seperti yang dikemukakan

Edward III tentang ”zona ketidakacuhan” dimana para pelaksana kebijakan melalui

Page 23: BAB 1,2,3,4 baru

23

keleluasaanya (diskresi) dengan cara yang halus menghambat implementasi

kebijakan dengan cara mengacuhkan, menunda dan tindakan penghambatan lainnya.

Menurut pendapat Van Metter dan Van Horn dalam Agustinus (2006:162):

”sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul permasalahan dan persoalan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan publik biasanya bersifat top down yang sangat mungkin para pengambil keputusan tidak mengetahui bahkan tak mampu menyentuh kebutuhan, keinginan atau permasalahan yang harus diselesaikan”.

Faktor-faktor yang menjadi perhatian Edward III dalam Agustinus (2006:159-160)

mengenai disposisi dalam implementasi kebijakan terdiri dari:

a. Pengangkatan birokrasi. Disposisi atau sikap pelaksana akan menimbulkan

hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila personel

yang ada tidak melaksanakan kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat

yang lebih atas. Karena itu, pengangkatan dan pemilihan personel pelaksana

kebijakan haruslah orang-orang yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang

telah ditetapkan, lebih khusus lagi pada kepentingan warga masyarakat.

b. Insentif merupakan salah-satu teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah

sikap para pelaksana kebijakan dengan memanipulasi insentif. Pada dasarnya

orang bergerak berdasarkan kepentingan dirinya sendiri, maka memanipulasi

insentif oleh para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana

kebijakan. Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan

menjadi faktor pendorong yang membuat para pelaksana menjalankan perintah

Page 24: BAB 1,2,3,4 baru

24

dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya memenuhi kepentingan pribadi atau

organisasi.

4. Komunikasi

Menurut Agustino (2006:157); ”komunikasi merupakan salah-satu variabel

penting yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik, komunikasi sangat

menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik”.

Implementasi yang efektif akan terlaksana, jika para pembuat keputusan mengetahui

mengenai apa yang akan mereka kerjakan. Infromasi yang diketahui para pengambil

keputusan hanya bisa didapat melalui komunikasi yang baik. Terdapat tiga indikator

yang dapat digunakan dalam mengkur keberhasilan variabel komunikasi. Edward III

dalam Agustino (2006:157-158) mengemukakan tiga variabel tersebut yaitu:

a. Transmisi. Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu

implementasi yang baik pula. Seringkali terjadi masalah dalam penyaluran

komunikasi yaitu adanya salah pengertian (miskomunikasi) yang disebabkan

banyaknya tingkatan birokrasi yang harus dilalui dalam proses komunikasi,

sehingga apa yang diharapkan terdirtorsi di tengah jalan.

b. Kejelasan. Komunikasi yang diterima oleh pelaksana kebijakan (street-level-

bureaucrats) harus jelas dan tidak membingungkan  atau tidak ambigu/mendua.

c. Konsistensi. Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi harus

konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau dijalankan. Jika perintah yang diberikan

sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di

lapangan.

Page 25: BAB 1,2,3,4 baru

25

Berdasarkan hasil penelitian Edward III yang dirangkum dalam Winarno

(2005:127) Terdapat beberapa hambatan umum yang biasa terjadi dalam transmisi

komunikasi yaitu:

”Pertama, terdapat pertentangan antara pelaksana kebijakan dengan perintah

yang dikeluarkan oleh pembuat kebijakan. Pertentangan seperti ini akan

mengakibatkan distorsi dan hambatan yang langsung dalam komunikasi kebijakan.

Kedua, informasi yang disampaikan melalui berlapis-lapis hierarki birokrasi. Distorsi

komunikasi dapat terjadi karena panjangnya rantai informasi yang dapat

mengakibatkan bias informasi. Ketiga, masalah penangkapan informasi juga

diakibatkan oleh persepsi dan ketidakmampuan para pelaksana dalam memahami

persyaratan-persyaratan suatu kebijakan”.

Menurut Winarno (2005:128) Faktor-faktor yang mendorong ketidakjelasan

informasi dalam implementasi kebijakan publik biasanya karena kompleksitas

kebijakan, kurangnya konsensus mengenai tujuan-tujuan kebijakan publik, adanya

masalah-masalah dalam memulai kebijakan yang baru serta adanya kecenderungan

menghindari pertanggungjawaban kebijakan.

Pertanyaan berikutnya, bagaimana menjabarkan distori atau hambatan

komunikasi? Proses implementasi kebijakan terdiri dari berbagai faktor yang terlibat

mulai dari manajemen puncak sampai pada birokrasi tingkat bawah. Komunikasi

yang efektif menuntut proses pengorganisasian komunikasi yang jelas ke semua

tahap tadi. Jika terdapat pertentangan dari pelaksana, maka kebijakan tersebut akan

diabaikan dan terdistorsi. Untuk itu, Winarno (2005:129) menyimpulkan: ”semakin

Page 26: BAB 1,2,3,4 baru

26

banyak lapisan atau aktor pelaksana yang terlibat dalam implementasi kebijakan,

semakin besar kemungkinan hambatan dan distorsi yang dihadapi”.

Dalam mengelola komunikasi yang baik perlu dibangun dan dikembangkan

saluran-saluran komunikasi yang efektif. Semakin baik pengembangan saluran-

saluran komunikasi yang dibangun, maka semakin tinggi probabilitas perintah-

perintah tersebut diteruskan secara benar.

Dalam kejelasan informasi biasanya terdapat kecenderungan untuk

mengaburkan tujuan-tujuan informasi oleh pelaku kebijakan atas dasar kepentingan

sendiri dengan cara mengintrepetasikan informasi berdasarkan pemahaman sendiri-

sendiri. Cara untuk mengantisipasi tindakan tersebut adalah dengan membuat

prosedur melalui pernyataan yang jelas mengenai persyaratan, tujuan,

menghilangkan pilihan dari multi intrepetasi, melaksanakan prosedur dengan hati-

hati dan mekanisme pelaporan secara terinci.

Faktor komunikasi sangat berpengaruh terhadap penerimaan kebijakan oleh

kelompok sasaran, sehingga kualitas komunikasi akan mempengaruhi dalam

mencapai efektivitas implementasi kebijakan publik. Dengan demikian, penyebaran

isi kebijakan melalui proses komunikasi yang baik akan mempengaruhi terhadap

implementasi kebijakan. Dalam hal ini, media komunikasi yang digunakan untuk

menyebarluaskan isi kebijakan kepada kelompok sasaran akan sangat berperan.

Berikut ini adalah Aplikasi Konseptual yang dikemukakan oleh Edward III

dalam perspektif implementasi kebijakan yang digambarkan dalam tabel berikut :

Tabel 2.1

Page 27: BAB 1,2,3,4 baru

27

Aplikasi Konseptual Model Edward III

Implementasi Perspektif Kebijakan

Aspek Ruang Lingkup

Komunikasi a. Siapakah implementor dan kelompok sasaran dari program kebijakan?

b. Bagaimana sosialisasi program/ kebijakan efektif dijalankan?

Sumber daya a. Kemampuan implementorb. Ketersediaan dana

Disposisi Karakter pelaksana:a. Tingkat komitmen kejujuranb. Tingkat demokratis

Struktur Birokrasi a. Ketersediaan SOP yang mudah dipahami

b. Struktur Organisasi /pengelola pelaksanaan kebijakan

2.1.5 Pendidikan Sistem Ganda

2.1.5.1 Pengertian Pendidikan Sistem Ganda/ Dual Based Program

Dual Based Program atau program berbaris ganda yang dioperasionalkan

dalam bentuk Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Menengah Kejuruan adalah suatu

kebijakan pemerintah dalam bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian

professional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di

sekolah dan program pengusaan keahlian yang di peroleh melalui kegiatan langsung

di dunia kerja, terserah untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional tertentu

(Pakpahan 1994:7). Hal ini juga senada dengan apa yang dikemukakan oleh Made

Page 28: BAB 1,2,3,4 baru

28

Wena (1996:16) bahwa : Pendidikan Sistem Ganda (magang) adalah suatu bentuk

penyelenggaraan pendidikan keahlian professional yang memadukan secara

sistematik dan sinkron pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang

diperoleh melalui kegiatan langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu

tingkat keahlian professional tertentu.

Sedangkan di sisi lain Wardiman Djojonegoro (2001:30) menyatakan bahwa

“ Program berbasis ganda di SMK merupakan suatu bentuk program pengembangan

sumber daya manusia SMK dengan mengintegrasikan pendidikan dan latihan secara

terpadu sehingga akan menghasilkan insane yang kompeten dan memiliki

produktivitas yang tinggi di bidangnya masing-masing”.

Hal ini sejalan dengan konsep pendidikan kecakapan hidup yang

dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, yang pada dasarnya

pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup ini diselenggarakan untuk

mempersiapkan peserta didik dengan bekal kecakapan hidup, baik untuk mengurus

dan mengendalikan dirinya sendiri,untuk berinteraksi di lingkungan sekolah dan

masyarakat maupun kecakapan untuk bekerja yang dapat dijadikan sebagai sumber

penghidupan (Hari Suderadjat, 2003:21). Dalam hal ini juga pendidikan dituntut

untuk dapat mengembangkan aspek kecakapan personal, kecakapan social,

kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional dari peserta didik sehingga

pendidikan di sekolah dapat memberikan bekal learning how to learn sekaligus

learning how to unlearn, artinya siswa atau peserta didik di sekolah tidak hanya

belajar dari teori tetapi juga belajar praktik yang ada kaitanya lagsung dengan

Page 29: BAB 1,2,3,4 baru

29

keterampilan yang harus mereka miliki (Tim Broad Based Education

Depdiknas,2000:7).

Dari beberapa definisi dan pendapat yang dikemukakan para ahli tersebut,

dapat disimpulkan bahwa program pendidikan berbasis ganda (Dual Based Program)

ini mengandung beberapa konsep, yaitu:

1. Program Pendidikan Berbasis ganda (dual Based program) terdiri dari gabungan

sub system pendidikan di sekolah dan sub system pendidikan di dunia

kerja/industri.

2. Program pendidikan Berbasis Ganda (dual Based Program) merupakan program

pendidikan yang secara khusus bergerak di dalam penyelenggaraan pendidikan

professional.

3. Penyelenggaraan program pendidikan di sekolah dan dunia kerja/ industry secara

sistematis dan sinkron sehingga mampu mencapai tujuan pendidikan yang telah

ditetapkan

4. Proses penyelenggaraan pendidikan di dunia kerja / industry lebih ditekankan

pada kegiatan bekerja sambil belajar (learning by doing)secara langsung pada

setting nyata.

Dengan demikian, dalam pengertian mengenai Program Pendidikan

Berbasis Ganda ( Dual based Program ) ini terdapat dua pihak yang terlibat yaitu

lembaga pendidikan sekolah dan lapangan kerja ( industri, perusahaan atau instansi

tertentu ) yang secara bersama-sama menyelenggarakan suatu program pendidikan

dan pelatihan kejuruan. Kedua belah pihak tersebut secara sungguh-sungguh terlibat

dan bertanggung jawab mulai dari tahap perencanaan program, tahap pelaksanaan,

Page 30: BAB 1,2,3,4 baru

30

sampai pada tahap evaluasi dan penentuan kelulusan peserta didik, serta upaya

pemasarannya.

2.1.5.2 Landasan Hukum Pelaksanaan Program Pendidikan Sistem Ganda

Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda akan menjadi salah satu bentuk

penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan sesuai dengan ketentuan pada

Undang-Undang Nomor2/1989 tentang Sistem pendidikan Nasional, dan peraturan

Pemerintah Nomor 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah, Kep.Mendikbud

No. 323/U/1997 tentang penyelenggaraan pendidikan Sistem Ganda pada SMK, dan

Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun1992 tentang Peranan masyarakat Dalam

Pendidikan Nasional, dan Kepmendikbud Nomor 08 /U/1993 tetntang Kurikulum

SMK, sebagi berikut:

1. Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui 2 (dua) jalur yaitu jalur

pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. [UUSPN,Bab IV,pasal

10,ayat(1)]

2. Penyelenggaraan sekolah menengah dapat bekerjasama dengan masyarakat

terutama dunia usaha dan para dermawan untuk memperoleh sumber daya dalam

rangka menunjang penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan.[ PP 29, Bab

XI, pasal 29, ayat (1)

3. Pengadaan dan pendayagunaan sumberdaya pendidikan di lakukan oleh

Pemerintah, masyarakat, dan / atau keluarga peserta didik. (UUSPN, Bab VIII,

pasal 33)

Page 31: BAB 1,2,3,4 baru

31

4. Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang seluas-luasnya

untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan Nasional.

[ UUSPN, Bab XIII, pasal 47, ayat ( 1 ) ]

5. Peranserta masyarakat dapat berbentuk pemberian kesempatan untuk

magang dan atau latihan kerja [PP 39,Bab III,pasal 4,butir ( 8 ) ]

6. Pemerintah dan Masyarakat menciptakan peluang yang lebih besar untuk

meningkatkan peranserta masyarakat dalam Sistem pendidikan Nasional [ PP 39,

Bab VI, pasal 8, ayat ( 2 ) ]

7. Pada sekolah menengah dapat dilakukan uji coba gagasan baru yangdiperlukan

dalam rangka pengembangan pendidikan menengah [ PP 29, Bab XIII, pasal 32,

ayat (2) ]

8. Sekolah Menengah Kejuruan dapat memilih pola penyelenggaraan pengajaran

sebagai berikut:

a. Menggunakan unit produksi sekolah yang beroperasi secara profesional sebagai

wahana pelatihan kejuruan.

b. Melaksanakan sebagian kelompok mata pelajaran keahlian kejuruan di sekolah,

dan sebagian lainnya di dunia usaha atau industri.

c. Melaksanakan kelompok mata pelajaran keahlian kejuruan sepenuhnya di

masyarakat, dunia usaha dan industri. (Kepmendikbud No.080/U/1993, BAB

IV,Butir c 1, urikulum SMK)

2.1.5.3 Bentuk Pendidikan Sistem Ganda

Page 32: BAB 1,2,3,4 baru

32

Praktik Kerja Industri atau disingkat menjadi Prakerin adalah bentuk dari

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) sebagai program bersama antara SMK dan Industri

yang dilaksanakan di dunia usaha, industri. Dalam Kurikulum SMK (Dikmenjur,

2008) disebutkan:

Prakerin adalah pola penyelenggaraan diklat yang dikelola bersama-sama antara SMK dengan industri/asosiasi profesi sebagai institusi pasangan (IP), mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi dan sertifikasi yang merupakan satu kesatuan program dengan menggunakan berbagai bentuk alternatif pelaksanaan , seperti day release, block release, dan sebagainya.

Kemudian dalam jurnal program Prakerin (1999: 1) dijelaskan bahwa

Prakerin adalah suatu komponen praktik keahlian profesi, berupa kegiatan secara

terprogram dalam situasi sebenarnya untuk mencapai tingkat keahlian dan sikap

kerja profesional yang dilakukan di industri.

Lebih lanjut dalam Undang-Undang Prakerin Dikmendikti, (2003)

diungkapkan bahwa Praktik Kerja Industri (Prakerin) adalah program wajib yang

harus diselenggarakan oleh sekolah khususnya sekolah menengah kejuruan  dan

pendidikan luar sekolah serta wajib diikuti oleh siswa/warga belajar.

Penyelenggaraan Praktik Kerja Industri akan membantu peserta didik untuk

memantapkan hasil belajar yang diperoleh di sekolah serta membekali siswa dengan

pengalaman nyata sesuai dengan program studi yang dipilihnya.

Pengertian Pendidikan Sistim Ganda, seperti yang tercantum dalam buku

Penyelenggaraan Sistem Ganda di Sekolah Menengah Kejuruan, Pusat

Pengembangan Penataran Guru Teknologi (1994,2), pengertian Pendidikan Sistem

Page 33: BAB 1,2,3,4 baru

33

Ganda adalah ”Suatu sistem pendidikan yang dikelola berdasarkan kemitraan antara

Dunia Usaha/ Dunia Industri (DU/DI) dengan Sekolah Menengah Kejuruan, program

bersama antara yang diorganisasikan melalui Majelis Sekolah (MS). Jadi disini

bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional, yang memadukan secara

sistematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dan program

penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di Dunia

Usaha/Dunia Industri, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional

tertentu”.

Dengan kata lain pendidikan keahlian dilaksanakan secara terpadu,

terstruktur dan terprogram dengan tujuan agar siswa memperoleh suatu tingkat

keahlian tertentu yaitu:

1. Di sekolah meliputi komponen pendidikan Normatif (pembentukan watak dan

kepribadian), komponen Adaptif (pembentukan kemampuan pengembangan diri)

dan komponen teori dan praktik dasar kejuruan.

2. Di dunia kerja (Praktik Kerja Industri) meliputi komponen praktik keahlian kerja,

sedapatnya sesuai dengan program keahlian yang dipilih siswa, untuk

memperoleh keahlian profesional, ketrampilan, disiplin dan etos kerja sesuai

dengan tuntutan dunia kerja.

Dari beberapa pernyataan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini

Prakerin didefenisikan sebagai penyelenggaraan pendidikan yang mengintegrasikan

kegiatan pendidikan (teori) di sekolah dengan kegiatan pendidikan (praktik) di dunia

industri. Dengan kata lain bahwa Praktik kerja industri adalah suatu strategi dimana

setiap siswa mengalami proses belajar melalui bekerja langsung (learning by doing)

Page 34: BAB 1,2,3,4 baru

34

pada pekerjaan yang sesungguhnya. Dengan praktik kerja industri ini peserta didik

memperoleh pengalaman dengan bahan kerja serta membiasakan diri dengan

perkembangan-perkembangan baru. Berikut ini digambarkan model-model

penyelenggaraan sistem pendidikan ganda yang dilaksanakan di SMK.

MODEL I

I II III(1) (1) (1)

(2) (2)

(5)(3) (3)

(4) (4)

Gambar 2.2

Model PelaksanaanProgram Pendidikan Sistem Ganda

(Dual Based Program)

Pembekalan Kemampuan Produktif di Dunia Usaha/Industri dilaksanakan

mulai tahun ketiga, sedang Kemampuan Dasar Kejuruan sepenuhnya dilaksanakan di

sekolah

MODEL II

I II III(1) (1) (1)

(2) (2) (5)

(3) (3)

(4) (4)

Page 35: BAB 1,2,3,4 baru

35

Gambar 2.3

Model PelaksanaanProgram Pendidikan Sistem Ganda

(Dual Based Program)

Pembekalan Kemampuan Produktif di Dunia Usaha/Industri dilaksanakan

mulai tahun ketiga, tapi industri sudah terlibat sejak tahun kedua untuk menangani

Kemampuan Dasar Kejuruan

MODEL III

I II III(1) (1) (1)

(2) (2)

(5)(3) (3)

(4) (4)

Gambar 2.4Model Pelaksanaan

Program Pendidikan Sistem Ganda(Dual Based Program)

Pembekalan Kemampuan Produktif dimulai sejak tahun pertama, yaitu

untuk menangani Kemampuan dasar Kejuruan, sedang Kemampuan Produktif

sepenuhnya diberikan pada tahun ketiga di Dunia Usaha/Industri

MODEL IV

I II III

Page 36: BAB 1,2,3,4 baru

36

(1) (1) (1) (1)

(2) (2) (2)

(5)(3) (3) (3)

(4) (4) (4)

Gambar 2.5Model-model Pelaksanaan

Program Pendidikan Sistem Ganda

(Dual Based Program)

Pembekalan Kemampuan Produktif sepenuhnya dilaksanakan di Dunia

Usaha/Industri pada tahun keempat, setelah kemampuan lainnya selesai diberikan di

sekolah

Adapun model pelaksanaan program Pendidikan Sistem Ganda ( Dual

Based Program) yang dilaksanakan pihak SMK Pasundan I Cimahi adalah model I

dan model III, dimana pembekalan kemampuan produktif di Dunia Usaha dan Dunia

Industri dilaksanakan mulai tahun ketiga awal, sedangkan kemampuan dasar

kejuruan sepenuhnya dilaksanakan di sekolah dan model III, pembekalan

kemampuan produktif dimulai sejak tahun pertama, yaitu untuk menangani

kemampuan dasar kejuruan, sedang kemampuan produktif sepenuhnya diberikan

pada tahun ketiga di Dunia Usaha dan Dunia Industri.

2.1.5.4. Tujuan Pendidikan Sistem Ganda

Page 37: BAB 1,2,3,4 baru

37

Segala kegiatan apapun bentuknya tentu mempunyai suatu tujuan tertentu.

Demikian juga halnya diadakannya Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Menengah

Kejuruan.

Pada dasarnya tujuan pokok pendidikan sistem ganda (PSG) adalah untuk

meningkatkan kualitas lulusan lembaga pendidikan kejuruan, dan berdasarkan

landasan hukum yang menjadi acuan pelaksanaan Program Pendidikan Berbasis

Ganda di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), maka tujuan penyelenggaraan

Program Pendidikan Berbasis Ganda yang dirumuskan oleh Direktorat pendidikan

Menengah Kejuruan (1994:7) adalah sebagai berikut:

a. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional (dengan tingkat

pengetahuan, keterampilan, dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan

kerja ).

b. memperkokoh " link and macth " antara sekolah dengan dunia kerja.

c. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang

berkualitas profesional.

d. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian

dari proses pendidikan.

Hal tersebut di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Made Wena

( 1996 : 77 ) yang menjelaskan bahwa ada empat prinsip utama dari sistem ganda

atau magang yaitu:

a. Membuat setting dunia kerja dan masyarakat sebagai lingkungan belajar bagi

para siswa

b. Menghubungkan pengalaman kerja dengan pengajaran akademik

Page 38: BAB 1,2,3,4 baru

38

c. Memberi peran para siswa secara konstruktif sebagai pekerja disertai tanggung

jawa riilnya, dan sebagai peserta didik dalam waktu yang bersamaan

d. Menanamkan hubungan masyarakat yang erat antara peserta didik dengan pekerja

dewasa yang bertindak sebagai mentor

Dilihat dari hal-hal tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan

utama dari program Pendidikan Sistem ganda adalah mengoptimalkan hasil

pembelajaran pada pendidikan kejuruan yang artinya usaha untuk mencapai tujuan

pendidikan kejuruan secara maksimal. Dengan kata lain berusa untuk menghasilkan

lulusan lembaga pendidikan kejuruan yang memiliki keterampilan sesuai dengan

tuntutan kebutuhan kerja di lapangan.

2.1.6 Program Kerja Pendidikan Sistem Ganda di SMK Pasundan I Cimahi

Lima belas tahun pengalaman melaksanakan program Pendidikan Sistem

Ganda pada SMK Pasundan Cimahi, telah memberikan pengalaman berharga bagi

seluruh pihak dan seluruh unsur yang terlibat dalam pengembangan dan

pelaksanaannya. Disatu sisi para pelaku dan pengelola program Sekolah Menengah

Kejuruan semakin yakin bahwa program Pendidikan Sistem Ganda adalah suatu

model penyelenggaraan pendidikan yang efektif peningkatan kualitas siswa Sekolah

Menengah Kejuruan.

Program Pendidikan Sistem Ganda dalam bentuk Praktik kerja industri /

prakerin ini menyadarkan semua pihak untuk keluar dari kebuntuan upaya

peningkatan mutu dan relevansi karena terbelenggu oleh bentuk penyelenggaraan

tradisional. Di sisi lain, masih menghadapi masalah berupa kelambanan gerak dan

Page 39: BAB 1,2,3,4 baru

39

laju pertumbuhan program Pendidikan Sistem Ganda. Kelambanan ini kebanyakan

bersumber dari pola pikir dan perilaku para pelaku dan pengelola program Sekolah

Menengah Kejuruan yang masih cenderung konservatif. Padahal program Pendidikan

Sistem Ganda yang mempunyai misi mengejar mutu dan menciptakan keunggulan

menuntut keterbukaan kita menerima nilai-nilai aru dan menuntut keberanian berpola

pikir baru untuk mampu memahami program Pendidikan Sistem Ganda secara pas.

Guna mengatasi berbagai permasalahan tersebut Sekolah Menengah Kejuruan

Pasundan Cimahi menyusun program kerja pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda

yang dapat diharapkan menjadi pedoman bagi para pengelola Pendidikan Sistem

Ganda.

Program kerja dalam pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda di SMK

Pasundan Cimahi sebagai upaya peningkatan kualitas Pendidikan Sistem Ganda

meliputi:

a. Pengembangan kurikulum Pendidikan Sistem Ganda

b. Sistem penerimaan siswa baru Pendidikan Sistem Ganda

c. Pengembangan hubungan Industri dan Institusi pasangan pada Pendidikan Sistem

Ganda

d. Memonitoring, evaluasi dan Sertifikasi kompetensi pada Pendidikan Sistem

Ganda.

Pelaksanaan program kerja Pendidikan Sistem Ganda tersebut diatas adalah

sebagai berikut:

1) Pengembangan kurikulum

Page 40: BAB 1,2,3,4 baru

40

Diartikan sebagai upaya untuk menetapkan kemampuan yang harus dikuasai

tamatan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja (standar kemampuan tamatan),

menentukan dan pengalaman belajar yang harus dialami oleh peserta didik agar

memperoleh pengetahuan dan pemahaman, pengembangan ketrampilan, mengubah

dan menginternalisasi sikap serta nilai-nilai sesuai dengan tuntutan profesionalisme

tenaga kerja industri.

2) Sistem Penerimaan Siswa Baru Pendidikan Sistem Ganda .

Mengandung pengertian adanya mekanisme penerimaan siswa baru yang

terstruktur dan terarah yang merupakan salah satu dari program Pendidikan Sistem

Ganda yang diselenggarakan secara bersama-sama antara SMK Pasundan Cimahi

dengan Institusi Pasangannya dengan tujuan untuk menyeleksi dan memilih calon

siswa yang mempunyai minat/bakat, pengetahuan dan ketrampilan untuk mengikuti

program pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan di SMK Pasundan Cimahi

dan Institusi Pasangan dibawah koordinasi Majelis Sekolah.

3) Pengembangan hubungan industri dan institusi pasangan pada Pendidikan Sistem

Ganda.

Pengembangan hubungan SMK Pasundan Cimahi dengan dunia kerja

adalah suatu upaya dan usaha sekolah dan Dunia Usaha/Industri secara bersama-

sama menetapkan jenis hubungan nyata dari hasil pemahaman tersebut masing-

masing pihak dapat secara nyata berperan untuk mengembangkan hubungannya

dengan lebih efektif dan efisien dengan tujuan:

Page 41: BAB 1,2,3,4 baru

41

a) Meningkatkan dan mengembangkan hubungan SMK dengan Dunia Usaha/

Industri agar bertanggung jawab terhadap peningkatan mutu pendidikan

menengah kejuruan khususnya pada SMK Pasundan Cimahi.

b) Secara bersama-sama menetapkan langkah konkrit untuk melaksanakan lebih

mantap bentuk dan jenis hubungan kerjasamanya.

4) Monitoring, Evaluasi dan Sertifikasi Kompetensi pada Pendidikan Sistem Ganda.

a) Monitoring

Guna memantau pelaksanaan kegiatan Prakerin, utamanya melihat

kesulitan/hambatan serta kekurangan yang ada untuk dicarikan upaya

pemecahannya serta perbaikannya, begitu pula untuk melihat kemajuan-

kemajuan yang dicapai siswa diadakan monitoring.

b) Evaluasi

Penilaian bagi siswa peserta Prakerin, sepenuhnya dilakukan oleh Dunia

Usaha/Industri, dalam hal ini instruktur yang ditujuk oleh Institusi.

Penilaian meliputi aspek, antara lain:

Ketrampilan kerja, yaitu pelaksanaan tugas yang diberikan

Sikap, meliputi inisiatip, disiplin, komunikasi, kerjasama, kejujuran.

c) Sertifikasi

Setiap akhir pelaksanaan Prakerin siswa mendapatkan sertifikasi Prakerin

yang dikeluarkan oleh masing-masing Dunia Usaha/Industri dimana siswa

melaksanakan Prakerin tersebut.

Page 42: BAB 1,2,3,4 baru

42

Nilai inilah yang digunakan sebagai data hasil dari Prakerin selanjutnya

dibandingkan dengan nilai hasil Ujian Akhir Nasional Produktif pada tahun

2009/2010

2.1.6.1 Persiapan Pelaksanaan Praktik Kerja Industri dalam Rangka

Pendidikan Sistem Ganda

Sebelum pelaksanaan Prakerin, perlu adanya persiapan-persiapan antara lain

meliputi:

1. Program Pelatihan

Dalam program pelatihan sistem ganda mengacu pada kurikulum SMK

2004, yaitu program Keahlian Kelompok Bisnis dan Manajemen, yang meliputi

Komponen dan Tujuan Pelatihan

Adapun macam komponen dan tujuan pelatihannya diuraikan sebagai

berikut :

a) Komponen pendidikan umum (Normatif)

Bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi warga negara yang baik,

memiliki karakter sebagai warga negara dan bangsa Indonesia.

b) Komponen Pendidikan Dasar Penunjang

Bertujuan untuk memberikan bekal penunjang bagi penguasaan keahlian

profesi, dan bekal kemampuan untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

c) Komponen Teori Kejuruan

Page 43: BAB 1,2,3,4 baru

43

Bertujuan untuk membekali pengetahuan tentang teknik dasar keahlian

kejuruan.

d) Komponen Praktik Dasar Profesi

Dimaksudkan berupa latihan kerja untuk menguasai teknik bekerja secara

baik dan benar sesuai tuntutan persyaratan keahlian profesi.

e) Komponen Praktik Keahlian Profesi

Dimaksudkan berupa kegiatan bekerja secara terprogram dalam situasi

sebenarnya, untuk mencapai tingkat keahlian dan sikap kerja profesional.

2. Komponen dan Pokok Bahasan Pendidikan Sistem Ganda

Komponen dan pokok bahasan dalam Pendidikan Sistem Ganda antara lain:

Diajarkan di sekolah, meliputi:

1. Komponen Pendidikan Umum (Normatif)

2. Komponen Pendidikan Dasar Penunjang atau Adaptif yaitu:

3. Komponen Teori Dasar Kejuruan yaitu;

a) Pengetahuan pokok bahan yang sesuai dengan program Keahlian masing-

masing.

b) Diberikan di Industri atau Unit Produksi (SMK)

c) Komponen Praktik Keahlian Profesi

d) Ketrampilan produktif dalam Bidang Spesialisasi yang relevan dengan program

keahlian.

2.1.6.2 Pemilihan Peserta Didik Prakerin

Page 44: BAB 1,2,3,4 baru

44

Mengingat kapasitas dan formasi Industri dan penerimaan siswa praktik

terbatas, untuk itu perlu dilakukan seleksi. Pada siswa dinyatakan diterima dan

memenuhi syarat sebagai peserta didik praktik, bilamana:

a. Sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan dengan surat keterangan dokter

b. Memiliki dalam bidang pengetahuan umum dan dasar

c. Memperlihatkan sikap dan disiplin belajar yang baik

d. Mendapat ijin dari orang tua atau dan yang mewakilinya, dengan menandatangani

Surat Persetujuan yang disediakan oleh pihak sekolah/ Industri.

e. Dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan jelas dan baik

2.1.6.3 Hak dan Kewajiban Siswa Prakerin

Dalam menyelenggarakan Prakerin peserta didik diharapkan memiliki ’Hak

dan Kewajiban” adalah sebagai berikut:

1. Hak peserta didik Prakerin yang meliputi:

a) Hak mendapat bimbingan/ pelatihan praktik sesuai dengan rencana program

yang disepakati dengan pihak sekolah.

b) Memperoleh jaminan kesehatan (Asuransi) dalam masa waktu

pelatihan/praktik.

c) Mendapat surat keterangan pengakuan profesi.

2. Kewajiban peserta didik Prakerin yang meliputi:

a) Melaksanakan semua program pelatihan/praktik kerja dengan penuh

antusias.

Page 45: BAB 1,2,3,4 baru

45

b) Mematuhi semua ketentuan yang berhubungan dengan program latihan

kerja dengan baik.

c) Mencatat dan melaporkan setiap pekerjaan yang dilakukan dalam Buku

Jurnal untukproses penelitian.

d) Mengikuti Tes/ Uji Profesi Pogram Keahlian Bidang Spesialisasi yang

dipraktikan.

2.1.6.4 Tugas dan Tanggung Jawab Sekolah dan Industri

Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda dilaksanakan di Sekolah dan

Industri. Dalam pelaksanaannya, kedua lembaga masing-masing memiliki tugas dan

tanggung jawab, sebagai berikut:

1. Pihak Sekolah

a) Meyakinkan pihak Industri/ Dunia Usaha untuk mau bekerjasama tentang

proyek Pendidikan Sistem Ganda.

b) Menyusun program pelatihan Pendidikan Sistem Ganda berdasarkan hasil

pemetaan (Aspek produktif) kurikulum SMK 1999.

c) Membuat perjanjian kontrak kerjasama dengan pihak Industri/ Dunia Usaha

menyangkut antara lain:

Jadwal dan lama waktu pelatihan/praktik

Metode/ sistem penyelenggaraan praktik

Monitoring dan sistem pengujian

Persyaratan lain yang menyangkut perjanjian kontrak Pendidikan Sistem

Ganda.

Page 46: BAB 1,2,3,4 baru

46

2. Pihak Industri/ Dunia Usaha

Bersama-sama dengan petugas POKJA PSG/ Prakerin:

a) Melaksanakan pelatihan dan bimbingan bagi siswa Prakerin

b) Melakukan penilaian secara kontinyu terhadap kegiatan siswa Prakerin

c) Memberi dorongan dan motivasi kepada siswa Prakerin

d) Memberi ”peringatan atau hukuman” kepada siswa sesuai dengan sifat

pelanggaran yang dilakukan pada waktu Praktik, setelah mereka mendapat

petunjuk kerja, baik secara lisan ataupun tertulis.

2.1.6.4 Permasalahan dan Pemecahan dalam Prakerin

Dalam pelaksanaan Prakerin tentu ada persoalan yang dihadapi, yaitu

meliputi:

A. Faktor-faktor penyebab atau penghambat/ kendala, antara lain:

a. Adanya Iinstitusi pasangan yang menghendaki surat izin resmi dalam

pelaksanaan Prakerin Sospol Kota Cimahi

b. Masih adanya anggapan bahwa pelaksanaan Prakerin mengganggu pekerjaan

Dunia Usaha/ Dunia Industri

c. Tidak semua jenis pekerjaan di Dunia Usaha/Dunia Industri diberikan kepada

siswa praktik

d. Adanya Institusi Pasangan yang meminta uang jaminan untuk pelaksanaan

Praktik Industri.

e. Di Dunia Usaha/ Industri belum ada program kegiatan praktik sehingga siswa

melaksanakan pekerjaan apa adanya.

Page 47: BAB 1,2,3,4 baru

47

B. Faktor-faktor pendukung/potensi yang ada serta peluang pemanfaatannya.

Adanya Institusi Pasangan yang memberikan kesempatan melaksanakan

praktik industri tak terjadwal/ sewaktu-waktu sesuai dengan tingkat kesibukan

lembaga tersebut, terlepas dari jadwal praktik yang ditetapkan oleh Majelis Sekolah

seperti di:

a. LPMP Jawa Barat

b. Ramayana Dept. Store

c. Giant Hyper Mart

d. Pemkot Cimahi

e. Departemen Sosial

f. Departemen Agama, dsb

Sekolah memanfaatkan kesempatan tersebut dengan mengijinkan siswa

sesuai dengan persyaratan yang diminta. Khususnya di Ramayana Dept. Store, selain

memberi kesempatan Prakerin tak terjadwal juga memberi kesempatan mengisi

lowongan pekerjaan khususnya bagi siswa yang telah melaksanakan praktik industri

di Perusahaan tersebut.

C. Alternatif-alternatif Pemecahan Masalah

Dalam mengatasi masalah-masalah yang ada dalam pelaksanaan Prakerin

perlu adanya pemecahan masalah yaitu dengan cara:

Page 48: BAB 1,2,3,4 baru

48

1. Negosiasi guru-guru SMK Pasundan 1 Cimahi ke Dunia Usaha/ Industri untuk

mengajukan permohonan pelaksanaan Prakerin dengan memberikan penjelasan

berbagai masalah dan perihal tentang Prakerin dalam Pendidikan Sistem Ganda.

2. Monitoring Kepala Sekolah dan Staf kelompok kerja Pendidikan Sistem Ganda

secara insidental ke Dunia Usaha/Industri dengan memberikan wawasan

kebijakan Dikmenjur khususnya pelaksanaan Prakerin.

3. Koordinasi Majelis Sekolah dengan Dunia Usaha/ Industri dalam berbagai

kegiatan, khususnya dalam pelaksanaan Prakerin.

4. Diikutsertakannya Dunia Usaha/Industri dalam kegiatan Diklat/Lokakarya dalam

rangka peningkatan pelaksanaan Praktik Kerja Industri.

2.1.7 Kualitas Siswa SMK

2.1.7.1 Pengertian Kualitas

Menurut Goetsch dan Davis dalam Fandy Tjipto & Anastasia Diana,

2002:4, kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,

jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau memiliki harapan.

Menurut Vincent Gaspersz (2002:5) kualitas didefinisikan sebagai totalitas

dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan

kebutuhan yang dispesifikasikan atau ditetapkan. Pengertian yang lain kualitas

adalah segala sesuatu yang menentukan kepuasan pelanggan dan upaya perubahan ke

arah perbaikan terus menerus.

Page 49: BAB 1,2,3,4 baru

49

Menurut Sutopo (2000:5), kualitas mengandung banyak pengertian, berikut

merupakan beberapa contoh pengertian kualitas.

1. Kesesuaian dengan persyaratan

2. Kecocokan untuk pemakaian

3. Perbaikan berkelanjutan

4. Bebas dari kerusakan/ cacat

5. Pemenuhan kebutuhan pelanggan sejak awal dan setiap saat

6. Melakukan segala sesuatu secara benar

7. Sesuatu yang membahagiakan pelanggan

Memperhatikan definisi kualitas yang disampaikan para ahli tersebut atas,

dapat ditarik pengertian bahwa kualitas pendidikan berhubungan dengan dua

pendekatan, yaitu pendekatan pertama, mendasarkan diri pada deskripsi mengenai

relevansi pendidikan dengan dunia kerja. Pendekatan kedua, diekspresikan dalam

ukuran-ukuran sikap, kepribadian, dan kemampuan intelektual yang sesuai dengan

harapan dan tujuan pendidikan nasional.

2.1.7.2 Pengertian Kualitas dan Hasil Belajar Mengajar

Abdul Hadis (2010: 97-98) menjelaskan bahwa menurut para ahli

pendidikan, kualitas atau mutu proses hasil belajar mengajar diartikan sebagai mutu

dari aktivitas mengajar yang dilakukan oleh guru dan mutu aktivitas belajar yang

dilakukan oleh peserta didik di kelas, di laboratorium, di bengkel kerja, di tempat

praktik ( DU/ DI ) dan di kancah belajar lainnya. Yang terwujud dalam bentuk hasil

Page 50: BAB 1,2,3,4 baru

50

belajar nyata yang dicapai oleh peserta didik berupa nilai rata-rata dari semua mata

pelajaran dalam satu semester.

2.1.7.3 Indikator Kualitas

Indikator kualitas siswa dalam pencapaian keberhasilan pendidikan dapat

dilihat dari perubahan perilaku itu sendiri. Dalam konteks pendidikan, Bloom

mengungkapkan tiga kawasan (domain) perilaku individu beserta sub kawasan dari

masing-masing kawasan, yakni : (1) kawasan kognitif; (2) kawasan afektif; dan (3)

kawasan psikomotor.

Taksonomi perilaku di atas menjadi rujukan penting dalam proses

pendidikan, terutama kaitannya dengan usaha dan hasil pendidikan. Segenap usaha

pendidikan seyogyanya diarahkan untuk terjadinya perubahan perilaku peserta didik

secara menyeluruh, dengan mencakup semua kawasan perilaku. Dengan merujuk

pada tulisan Gulo (2005), di bawah ini akan diuraikan ketiga kawasan tersebut

beserta sub-kawasannya.

A. Kawasan Kognitif

Kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau

berfikir/nalar terdiri dari :

1. Pengetahuan (knowledge)

 Pengetahuan merupakan aspek kognitif yang paling rendah tetapi paling mendasar.

Dengan pengetahuan individu dapat mengenal dan mengingat kembali suatu objek,

ide prosedur, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori, atau

kesimpulan.

Page 51: BAB 1,2,3,4 baru

51

Dilihat dari objek yang diketahui (isi) pengetahuan dapat digolongkan sebagai

berikut :

2. Pemahaman (comprehension)

Pemahaman atau dapat dijuga disebut dengan istilah mengerti merupakan kegiatan

mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui. Temuan-

temuan yang didapat dari mengetahui seperti definisi, informasi, peristiwa, fakta

disusun kembali dalam struktur kognitif yang ada. Temuan-temuan ini

diakomodasikan dan kemudian berasimilasi dengan struktur kognitif yang ada,

sehingga membentuk struktur kognitif baru.

3. Penerapan (application)

Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan

pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dikatakan menguasai

kemampuan ini jika ia dapat memberi contoh, menggunakan, mengklasifikasikan,

memanfaatkan, menyelesaikan dan mengidentifikasi hal-hal yang sama.

4. Penguraian (analysis)

Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan hubungan antar-

bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu peristiwa atau memberi

argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan.

5. Memadukan (synthesis)

Menggabungkan, meramu, atau merangkai berbagai informasi menjadi satu

kesimpulan atau menjadi suatu hal yang baru. Kemampuan berfikir induktif dan

konvergen merupakan ciri kemampuan ini.

6. Penilaian (evaluation)

Page 52: BAB 1,2,3,4 baru

52

Mempertimbangkan, menilai dan mengambil keputusan benar-salah, baik-buruk,

atau bermanfaat – tak bermanfaat berdasarkan kriteria - kriteria tertentu baik

kualitatif maupun kuantitatif.

B. Kawasan Afektif

Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti

perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, terdiri dari :

1. Penerimaan (receiving/attending)

2. Sambutan (responding)

3. Penilaian (valuing)

Pada tahap ini sudah mulai timbul proses internalisasi untuk memiliki dan

menghayati nilai dari stimulus yang dihadapi. Penilaian terbagi atas empat tahap

sebagai berikut :

4. Pengorganisasian (organization)

Pada tahap ini yang bersangkutan tidak hanya menginternalisasi satu nilai

tertentu seperti pada tahap komitmen, tetapi mulai melihat beberapa nilai yang

relevan untuk disusun menjadi satu sistem nilai. Proses ini terjadi dalam dua tahapan,

yakni :

5. Karakterisasi (characterization)

Karakterisasi yaitu kemampuan untuk menghayati atau mempribadikan

sistem nilai Kalau pada tahap pengorganisasian di atas sistem nilai sudah dapat

disusun, maka susunan itu belum konsisten di dalam diri yang bersangkutan. Artinya

mudah berubah-ubah sesuai situasi yang dihadapi. Pada tahap karakterisasi, sistem

itu selalu konsisten. Proses ini terdiri atas dua tahap, yaitu :

Page 53: BAB 1,2,3,4 baru

53

Generalisasi, yaitu kemampuan untuk melihat suatu masalah dari suatu sudut

pandang tertentu.

Karakterisasi, yaitu mengembangkan pandangan hidup tertentu yang

memberi corak tersendiri pada kepribadian diri yang bersangkutan

C. Kawasan Psikomotor

Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek

keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system)

dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari : (a) kesiapan); (b) peniruan (imitation);

(c) membiasakan (habitual); (d) menyesuaikan (adaptation) dan (e) menciptakan

(origination).

Kesiapan yaitu berhubungan dengan kesediaan untuk melatih diri tentang

keterampilan tertentu yang dinyatakan dengan usaha untuk melaporkan

kehadirannya, mempersiapkan alat, menyesuaikan diri dengan situasi,

menjawab pertanyaan.

Meniru adalah kemampuan untuk melakukan sesuai dengan contoh yang

diamatinya walaupun belum mengerti hakikat atau makna dari keterampilan

itu.

Membiasakan yaitu seseorang dapat melakukan suatu keterampilan tanpa

harus melihat contoh, sekalipun ia belum dapat mengubah polanya.

Adaptasi yaitu seseorang sudah mampu melakukan modifikasi untuk

disesuaikan dengan kebutuhan atau situasi tempat keterampilan itu

dilaksanakan.

Page 54: BAB 1,2,3,4 baru

54

Menciptakan (origination) di mana seseorang sudah mampu menciptakan

sendiri suatu karya.

2.1.7.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas/ Mutu Proses dan Hasil

Belajar Mengajar

Maslah kualitas/ mutu dalam dunia pendidikan merupakan kebutuhan yang

harus disampaikan dan dirasakan oleh siswa, guru, orang tua, masyarakat, dan para

stakeholders pendidikan ( pihak-pihak yang menaruh kepentingan terhadap

pendidikan )

Secara garis besar ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualita/ mutu

proses dan hasil belajar mengajar di kelas, yaitu faktor internal dan eksternal.

Adapun yang termasuk ke dalam faktor internal berupa: faktor psikologis, sosiologis,

dan fisiologis yang ada pada diri siswa dan guru. Sedangkan yang termasuk ke dalam

faktor eksternal ialah semua faktor yang mempengaruhi hasil belajar mengajar di

kelas selain faktor yang bersumber dari faktor guru dan siswa. Faktor-faktor

eksternal tersebut berupa faktor: masukan lingkungan, masukan peralatan, dan

masukan eksternal lainnya ( Klaumeier, et al dalam Abdul Hadis: 2010 ).

Kesemua faktor internal dan eksternal tersebut harus menjadi ‘ perhatian

guru dan siswa jika proses pendidikan di kelas ingin berhasil dengan baik. (Bruner

dalam Abdul Hadis: 2010). Kesemua faktor tersebut merupakan kondisi – kondisi

yang mempengaruhi proses dan hasil belajar (Gagne dalam Abdul Hadis: 2010).

Page 55: BAB 1,2,3,4 baru

55

Komponen-komponen yang mempengaruhi mutu proses dan hasil

pembelajaran di kelas dilihat dari perspektif komponen input, komponen proses dan

output pendidikan dan pembelajaran.

Yang termasuk komponen input yang mempengaruhi proses dan hasil

pembelajaran di kelas secara mikro dan mutu pendidikan secara makro ialah

komponen murid atau siswa sebagai peserta didik yang akan diproses dalam kegiatan

pembelajaran dan pendidikan. Selanjutnya yang termasuk ke dalam komponen

instrumental input yang mempengaruhi mutu proses dan hasil pembelajaran dan

pendidikan ialah mencakup: guru, kepala sekolah, prasarana pendidikan, sumber

belajar, media dan peralatan belajar, metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran.

Sedangkan yang termasuk ke dalam komponen output atau keluaran hasil

proses pembelajaran dan pendidikan adalah komponen lulusan atau alumni dari suatu

institusi pendidikan.

Menurut pendapat penulis dalm kaitan dengan fokus kajian penelitian ini,

faktor yang paling dominan yang mempengaruhi kualitas atau mutu hasil

pembelajaran dan pendidikan adalah komponen guru dan kepala sekolah. Guru

sebagai komponen yang bertanggung jawab atas keberhasilan mutu hasil

pembelajaran di kelas. Seorang guru merupakan ujung tombak pencapaian kualitas

pendidikan, ia harus pandai menerjemahkan apa yang dikehendaki dalam kurikulum.

Seorang guru harus kreatif dan inovatif dalam menyampaikan pembelajaran kepada

peserta didik. Tanggung jawab guru tidak hanya sekedar menyampaikan bahan ajar

saja tetapi yang lebih penting adalah bagaimana seorang guru harus bisa menjadikan

Page 56: BAB 1,2,3,4 baru

56

seorang siswa menjadi berguna di tengah-tengah masyarakat setelah mereka lulus

nanti.

Komponen kepala sekolah merupakan komponen utama yang menjadi

petunjuk ke arah mana pendidikan itu akan di bawa. Kepala sekolah merupakan

komando tertinggi yang harus memimpin dan merencanakan strategi apa yang harus

dirancang untuk menjadikan sebuah pembelajaran dan pendidikan menjadi

berkualitas atau bermutu. Sistem manajemen sekolah juga berpengaruh terhadap

keberhasilan proses dan hasil pembelajaran di sekolah.

Sekalipun faktor-faktor yang mempengaruhi mutu proses dan hasil

pembelajaran di sekolah dan mutu pendidikan secara umum sangat banyak, namun

jika dilihat dari faktor dominan yang berpengaruh terhadap mutu/ kualitas

pendidikan di antaranya faktor potensi siswa, profesionalisme pendidik, dan budaya

lembaga pendidikan.

2.1.8 Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Menengah

Kejuruan terhadap Kualitas Siswa SMK

Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda yang sekarang berbentuk praktik

kerja industri (prakerin) secara umum dapat meningkatkan wawasan, memberikan

ketrampilan, secara kreatif dapat dikembangkan oleh siswa dan guru sehingga

menghasilkan pola pemikiran kearah masa datang yang disebut keunggulan. Siswa

bisa mempraktikkan teori yang mereka dapatkan di sekolah dengan pengalaman

praktik langsung di tempat kerja. Pengalaman langsung di dunia kerja dapat

membentuk sikap dan perilaku para siswa. Selama di sekolah siswa diperlakukan

sebagai anak oleh gurunya tetapi di tempat praktik siswa diperlakukan sebagai orang

Page 57: BAB 1,2,3,4 baru

57

dewasa sama seperti karyawan lainnya. Hal ini menjadikan siswa SMK lebih mandiri

dalam bertindak dan berperilaku.

Para siswa lebih merasa dihargai sehingga mereka lebih bebas berkreasi

mengungkapkan idenya yang membentuk cakrawala pandang yang lebih maju.

Sehingga kemajuan-kemajuan tersebut mendorong kepada pertumbuhan sumber daya

manusia yang produktif. Maka harapan peningkatan mutu Sekolah Menengah

Kejuruan akan mendorong tercapainya peningkatan kinerja tenaga kerja Indonesia

dalam pembangunan bangsa.

Selain hal tersebut di atas, Program Pendidikan Sistem Ganda (PSG)

berpengaruh akan terbentuknya aspek moral kerja sumber daya manusia sebab dalam

Program pendidikan Sistem Ganda memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut;

1) Selama pelaksanaan PSG peserta didik tetap berstatus sebagai siswa, tetapi wajib

mengikuti semua tata tertib/ peraturan kerja yang berlaku diinstansi tempat siswa

tersebut melaksanakan Prakerin.

2) Memanfaatkan lingkungan kerja sebagai lingkungan belajar yang dapat digunakan

untuk menemukan bidang karir, untuk melatih ketrampilan sikap, etos kerja, dan

untuk menguasasi teori serta praktik kerja.

3) Mengembangkan pribadi, moral, sikap ketrampilan dan pikiran peserta didik

secara terpadu/utuh, sebab pengalaman di sekolah dikombinasikan dengan

pengalaman ditempat kerja dilakukan secara bersama sehingga terjadi

perkembangan secara terpadu.

4) Memberikan pengalaman sebagai pekerjaan dengan tanggung jawab yang nyata

dan konkrit.

Page 58: BAB 1,2,3,4 baru

58

Secara umum pelaksanaan PSG dapat meningkatkan wawasan, memberikan

ketrampilan secara kreatif dapat dikembangkan oleh siswa dan guru sehingga

menghasilkan pola pemikiran kearah masa datang yang disebut keunggulan.

Sehingga kemajuan-kemajuan tersebut mendorong kepada pertumbuhan Sumber

Daya Manusia yang produktif.

Dengan pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda di SMK setelah siswa lulus

sudah mempunyai keahlian profesional, ketrampilan, disiplin dan etos kerja sesuai

dengan tuntutan dunia kerja yang siap pakai sebagai Sumber Daya Manusia.

Jadi tenaga profesional/profesionalisme yang dimaksud dalah tamatan yang

mempunyai keahlian profesional, ketrampilan, disiplin dan etos kerja yang sesuai

dengan tuntutan dunia kerja/industri dalam hal ini dapat digunakan sebagai indikator

adalah kelulusan dalam menempuh Ujian Akhir Nasional Produktif dengan

memperoleh sertifikat kompetensi standar Nasional.

Dengan demikian diharapkan ada pengaruh positif antara pelaksanaan

Pendidikan Sistem Ganda terhadap peningkatan kualitas siswa SMK.

Dua strategi pengembangan yang dilaksanakan di SMK Pasundan Cimahi

adalah:

a. Strategi Sinkronisasi, yang dilaksanakan sebagai berikut:

1. Sekolah melakukan pemetaan standar kompetensi (profil kemampuan tamatan)

yang ada pada kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan, mengindentifikasi bahan

kajian kompenen, pendidikan, khususnya keterkaitan antara kemampuan

pokok/sub kemampuan, mata diklat dan pokok Bahasan/sub pokok bahasan.

Page 59: BAB 1,2,3,4 baru

59

2. Sekolah bersama Institusi Pasangan melakukan pemetaan jenis pekerjaan dan

industri/perusahaan, yaitu mengindentifikasi jenis-jenis ketrampilan kerja dari

pekerjaan-pekerjaan yang ada di dunia usaha/industri berikut kemampuan-

kemampuan yang dipersyaratkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.

3. Sekolah bersama industri melakukan analisis sinkronisasi isi kurikulum berupa

ketrampilan-ketrampilan yang harus dilakukan dikuasi siswa, disesuaikan dengan

ketrampilan kerja yang harus dilakukan pada pekerjaan yang ada di

industri/perusahaan. Langkah ini dimaksud untuk mengidentifikasi jenis-jenis

pekerjaan di dunia kerja yang relevan dengan ketrampilan-ketrampilan yang harus

dikuasai siswa sesuai dengan kurikulum.

4. Berdasarkan peta materi yang telah dipilah-pilah selanjutnya sekolah dan institusi

pasangan menyusun program pembelajaran yang akan dilaksanakan di sekolah

berupa Program Pengajaran dan Program Pembelajaran yang akan dilaksanakan di

industri/perusahaan.Dalam hal ini siswa peserta Praktik Kerja Industri di sekolah,

sudah dibekali kemampuan dasar sesuai dan ketrampilan dasar kejuruan dengan

jurusan dan program keahliannya.

Setiap siswa Sekolah Menengah Kejuruan mempunyai kemampuan

ketrampilan kejuruan sesuai dengan Bidang Keahliannya:

1) Program Keahlian Administrasi Perkantoran yaitu :

a. Juru tata usaha kantor

b. Juru tik

c. Asiparis/Agendaris

d. perator alat-alat kantor

Page 60: BAB 1,2,3,4 baru

60

e. Operator komputer

2) Program Keahlian Akuntansi yaitu :

a. Pemegang Buku

b. Kasir/Teller

c. Operator Komputer

d. Menyusun laporan keuangan

3) Program Keahlian Penjualan yaitu :

a. Pramuniaga

b. Tenaga pemasaran

c. Tenaga administrasi penjualan

d. Operator komputer

Sedangkan jadwal kegiatan pelaksanaan praktik kerja industri atau yang

disingkat dengan prakerin yang merupakan bentuk dari pelaksanaan pendidikan

sistem ganda ( PSG ) menggunakan sistem Blok Release, dan sesuai dengan hasil

kesepakatan bersama antara SMK Negeri dan SMK Swasta se-Kota Cimahi, maka

jadwal pelaksanaan Prakerin ( PSG ) di SMK Pasundan Cimahi dilaksanakan setiap

menginjak semester lima . Mulai tahun pelajaran 2009-2010 di SMK Pasundan 1

Cimahi, prakerin dilaksanakan pada akhir semester empat.

2.2 KERANGKA PEMIKIRAN

2.2.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Page 61: BAB 1,2,3,4 baru

61

Peningkatan mutu pendidikan menyangkut pengendalian komponen-

komponen pendidikan yang yang menunjang terpenuhinya mutu pendidikan yang

dibutuhkan dunia kerja. Komponen-komponen tersebut terdiri atas kebijakan dalam

mutu bidang pendidikan, kurikulum, pembelajaran, fasilitas pendidikan, peserta

didik, dan pendidik. Hasil dari proses pendidikan adalah kemampuan lulusan,

sedangkan kriteria mutu lulusan deskripsi kemampuan (kinerja) yang dituntut dunia

kerja.

Untuk memenuhinya, kesiapan kualitas SDM makin ditingkatkan. Jalurnya

juga turut dipersiapkan melalui sistem pendidikan yang disesuaikan untuk mampu

mengatasi kebutuhan sumber daya manusia. Perhatian pemerintahan tertuju pada

Sekolah menengah kejuruan (SMK).

Pendidikan kejuruan/ profesionalisme tidak sepenuhnya dapat dilakukan

oleh sekolah, keahlian profesional hanya mungkin dicapai melalui kegiatan langsung

melakukan pekerjaan yang sesungguhnya. Oleh sebab itu untuk mencapai

keprofesionalannya diperlukan suatu standar, yang memberikan gambaran tentang

apa yang dapat dilakukan di sekolah dan apa yang apa yang seharusnya dilakukan di

dunia kerja.

Program pendidikan Sistem Ganda merupakan kebijakan pemerintah dalam

bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional, yang memadukan secara

sistematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dan program

penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di Dunia

Usaha/Industri, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu.

Page 62: BAB 1,2,3,4 baru

62

Menurut Edward III dalam Indiahono (2009:33) bahwa Implementasi

kebijakan yang bersifat kompleks menuntut adanya kerjasama banyak pihak. Ketika

strukur birokrasi tidak kondusif terhadap implementasi suatu kebijakan, maka hal ini

akan menyebabkan ketidakefektifan dan menghambat jalannya pelaksanaan

kebijakan.

Lebih lanjut Edward III menjelaskan bahwa untuk mencapai keberhasilan

suatu implementasi kebijakan dipengaruhi empat variabel yang berperan sebagai

penentu pencapaian keberhasilan suatu kebijakan, di antaranya:

a. Komunikasi

b. Sumber daya

c. Disposisi

d. Struktur birokrasi

Oleh karena itu efektif atau tidaknya pelaksanaan kebijakan Pendidikan

Sistem Ganda bergantung pada bagaimana keempat faktor di atas bersinergi dalam

pelaksanaan kebijakan tersebut. Jika program Pendidikan Sistem Ganda dikelola

dengan baik maka tujuan yang diharapkan pemerintah akan mutu lulusan SMK yang

memiliki kompetensi profesionalisme tidak akan meleset.

Kompetensi profesionalisme tersebut diperoleh di sekolah dan di tempat

praktik / di dunia kerja . Tingkat keahlian tersebut yaitu:

1) Di sekolah meliputi komponen pendidikan Normatif ( pembentukan watak dan

kepribadian), komponen Adaptif (pembentukan kemampuan pengembangan diri)

dan komponen teori dan praktik dasar kejuruan.

Page 63: BAB 1,2,3,4 baru

63

2) Di dunia kerja (Praktik Kerja Industri) meliputi komponen praktik keahlian kerja,

sedapatnya sesuai dengan program keahlian yang dipilih siswa, untuk

memperoleh keahlian profesional, ketrampilan, disiplin dan etos kerja sesuai

dengan tuntutan dunia kerja.

Jadi dengan pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Menengah

Kejuruan siswa tidak hanya mendapat pengetahuan tetapi juga mendapat keahlian

yang profesional sesuai dengan bidangnya.

Komponen pendidikan umum ( normatif ), komponen pendidikan dasar

penunjang ( adaptif ), komponen teori kejuruan, komponen praktik dasar profesi

dapat dilaksanakan di sekolah atau di DUDI dengan bekerja sama dalam program

PSG, namun komponen praktik keahlian profesi hanya dapat dilakukan di dunia

usaha dan industri karena komponen praktik keahlian profesi memerlukan

kemampuan profesional.

Keseluruhan komponen tersebut diarahkan pada upaya memberikan

pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta sehingga hasilnya dapat terukur

sesuai kebutuhan dunia usaha dan industri.

Pada saat melaksanakan Pendidikan Sistem Ganda, siswa sudah dibiasakan

untuk berdisiplin, bertanggung jawab, bekerjasama dan bersikap jujur. Mereka

dibekali dengan pengetahuan, keahlian, dan ketrampilan yang sesuai dengan bidang

masing-masing Sehingga mereka sudah mempunyai keahlian profesional,

ketrampilan, disiplin dan etos kerja sesuai dengan tuntutan dunia kerja yang siap

pakai sebagai Sumber Daya Manusia.

Page 64: BAB 1,2,3,4 baru

64

Pendidikan Sistem Ganda diharapkan dapat meraih pencapaian

keberhasilan tamatan SMK yang diukur dengan adanya perubahan perilaku dalam

konteks pendidikan, yakni perilaku dalam kawasan kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sehingga perubahan perilaku tersebut mendorong kepada pertumbuhan sumber daya

manusia yang produktif dalam hal ini diharapkan terjadinya peningkatan kualitas

siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Maka harapan penigkatan mutu Sekolah

Menengah Kejuruan akan mendorong tercapainya peningkatan kinerja tenaga kerja

Indonesia dalam pembangunan bangsa.

Berdasarkan uraian di atas, penulis berasumsi bahwan ada pengaruh positif

antara pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda terhadap peningkatan kualitas siswa di

SMK . Sehingga dapat digambarkan model kerangka pemikiran sebagai berikut:

BAGAN KERANGKA PEMIKIRAN

Page 65: BAB 1,2,3,4 baru

65

Penjelasan :

Berhasil atau tidaknya pelaksanaan suatu kebijakan dipengaruhi oleh faktor

komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi (Edward III:1980). Dalam

rangka implementasi kegiatan PSG di Dunia Usaha dan Dunia Industri sekolah

harus menerapkan empat faktor tersebut agar bersinergi satu dengan lainnya

sehingga dapat membangun kemitraan yang baik dengan pihak Dunia Usaha dan

Dunia Industri dalam melaksanakan dan mengelola program pendidikan Sistem

Ganda ini, selain itu hal yang lebih utama dibutuhkan kesiapan siswa untuk mampu

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sesuai kebutuhan di dunia kerja dalam

Page 66: BAB 1,2,3,4 baru

66

penguasaan kemampuan normatif, kemampuan adaptif, kemampuan teori kejuruan,

kemampuan praktik dasar profesi, dan kemampuan praktik keahlian profesi.

Dengan kemitraan yang baik antara SMK dengan pihak Dunia Usaha dan

Dunia Industri, masyarakat dan lembaga yang berkepentingan dapat meningkatkan

antara kualitas lulusan dengan relevansi kebutuhan kopetensi di dunia kerja. Kualitas

lulusan dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan perilaku dalam konteks pendidikan

yang menurut Bloom terbagi atas 3 kawasan, yaitu: kawasan kognitif, kawasan

afektif, dan kawasan psikomotor.

2.3 Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah yang

diteliti kemudian harus diuji kebenarannya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto ( 1998:64 ) bahwa hipotesis adalah suatu

jawaban yang bersifat sementara terhadap suatu permasalahan penelitian sampai

terbukti melalui data yang terkumpul.

Selaras pendapat tersebut maka dari latar belakang masalah, perumusan

masalah, dan tujuan penelitian serta kerangka berpikir penelitian maka hipotesis

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Program Pendidikan Sistem Ganda di SMK Pasundan 1 Cimahi dilaksanakan

secara efektif.

2. Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda besar pengaruhnya terhadap

kualitas siswa SMK .

Page 67: BAB 1,2,3,4 baru

67

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Pelaksanaan penelitian akan difokuskan terhadap implementasi kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda ( PSG ) termasuk manajemen pelaksanaan (PSG) itu

sendiri dan kualitas siswa dalam hal ini yang dijadikan fokus adalah tingkat

kemampuan produktif siswa SMK Pasundan 1 Cimahi Program keahlian/ kompetensi

keahlian Administrasi Perkantoran Th.Pelajaran 2010/ 2011. Lokasi penelitian

Page 68: BAB 1,2,3,4 baru

68

adalah SMK Pasundan 1 yang terletak di Jl. Encep Kartawiria No. 97/ A Kota

Cimahi.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis. Metode

deskriptif analisis sebagaimana dikatakan Winarno (1995:140), adalah“ Memusatkan

diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah

yang aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian

dianalisis ”. Dengan demikian data yang diperoleh berupa tanggapan responden

terhadap indikator-indikator sub-variabel penelitian, disusun ke dalam tabulasi data

yang terdiri atas kolom-kolom: nomor, persyaratan yang berkaitan dengan indikator,

alternatif jawaban yang disediakan, nilai jawaban, dan jumlah nilai jawaban.

3.2.1 Desain penelitian

Desain penelitian atau paradigma penelitian menurut Sugiyono (2008 : 43)

diartikan:

Sebagai pola pikir yang menunjukan hubungan antar variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis dan teknik analisis statistik yang akan digunakan.

Penelitian ini memiliki dua variabel penelitian yaitu variabel X

(implementasi kebijakan) dan variabel Y (kualitas siswa). Adapun konsep desain

Page 69: BAB 1,2,3,4 baru

69

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Eksplanatoris, sedangkan jenis

penelitian yang dipergunakan adalah survei deskriptif.

Menurut Soehartono (1995:33), bahwa metode ekplanatoris adalah suatu

penelitian yang mempunyai tujuan untuk menguji hipotesis yang menyatakan

hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih dengan bias yang kecil dan

meningkatkan kepercayaan. Sedangkan survei deskriptif menurut Nasir (1999:63),

adalah suatu kegiatan penelitian yang meneliti status kelompok manusia, suatu objek,

suatu set,kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan

antara fenomena yang diteliti.

Disain penelitian secara konseptual diterjemahkan ke dalam diagram

paradigma penelitian di bawah ini:

Gambar 3.1Paradigma penelitian

Pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y

Penelitian ini terdiri atas dua jenis variabel yaitu :

Kualitas Siswa SMK Y

Implementasi Kebijakan PSG

X

Page 70: BAB 1,2,3,4 baru

70

1. Variabel bebas (x) adalah variabel yang menunjukkan adanya gejala atau

peristiwa sehingga diketahui pengaruhnya terhadap variabel terikat. Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah implementasi kebijakan PSG.

2. Variabel terikat (y) adalah hasil yang terjadi karena variabel bebas. Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kualitas siswa SMK.

3.2.2 Variabel Penelitian dan Operasional Variabel

Sugiyono (2008: 60), merumuskan bahwa variabel penelitian itu adalah

suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang maupun objek yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Pada dasarnya variabel penelitian dibedakan menjadi dua jenis variabel

yaitu bebas dan variael terikat. Variabel bebas disebut variabel x yaitu variabel yang

diselidiki pengaruhnya. Sedangkan variabel terikat atau disebut juga variabel kontrol,

variabel ramalan atau variabel y adalah variabel yang meramalkan yang timbul

dalam hubungannya dengan pengaruh dari variabel bebas.

Untuk itu dalam penelitian inipun juga digunakan dua variabel yaitu

variabel bebas dan variabel terikat atau variabel (x) dan variabel (y) antara lain:

a. Variabel bebas (x) dalam penelitian ini adalah Implementasi Kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda.

b. Variabel terikat (y) dalam penelitian ini adalah Kualitas Siswa SMK.

Tabel 3.1

Operasional Variabel Penelitian

NO VARIABEL DIMENSI INDIKATOR NO. ITEM

Page 71: BAB 1,2,3,4 baru

71

SOAL

1 Implementasi

Kebijakan (X)

Komunikasi

Sumber Daya

Disposisi

Struktur

Birokrasi

(Edward III)

Sosialisasi program

kebijakan dijalankan

Kejelasan program kebijakan

Media penyampaian

informasi

Kemampuan implementator

dalam menginformasikan

kebijakan

Kemampuan implementator

dalam melaksanakan

kebijakan

Dukungan publik terhadap

kebijakan

Fasilitas

Kejelasan dalam pemberian

tugas

Penghargaan terhadap

pelaksana kebijakan

Ketersediaan SOP

Struktur organisasi/pengelola

pelaksanaan kebijakan

1, 2, dan 3

4 dan 5

6

7 dan 11

8, 9, dan 10

12

13

14 dan 15

16 dan 17

19, 20, dan 21

18 dan 22

Page 72: BAB 1,2,3,4 baru

72

2 Kualitas Siswa

(Y)

Pengetahuan

Sikap

Keterampilan

(Teori Bloom)

Kemampuan dasar kejuruan

Kemampuan keahlian profesi

Kemampuan produktif

Sikap terhadap pekerjaan

Sikap terhadap tempat

praktik kerja

Sikap terhadap rekan kerja

Sikap dalam berpenampilan

Kesiapan

Kreativitas

Keterampilan dalam bekerja

1 dan 2

3,4,7, dan 8

5 dan 6

9, 11,dan 15

10,12,dan16

13 dan 14

17

18 dan 21

19 dan 22

20

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data variabel penelitian didapatkan dari data sekunder berupa

angket yang disebarkan kepada obyek penelitian. Sedangkan data primer didapatkan

melalui wawancara dengan Ketua Pokja PSG dan pengurus Bimbingan dan

Penyuluhan (BP) SMK Pasundan 1 Cimahi.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam melaksanakan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Page 73: BAB 1,2,3,4 baru

73

1. Studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku-buku atau bahan-bahan

tertulis yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan.

2. Studi lapangan, yaitu pengumpulan data yang langsung terjun ke lapangan dengan

cara sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan

lapangan terhadap obyek penelitian ataupun dengan pengamatan langsung

proses pelaksanaan PSG di Dunia Usaha dan Dunia Industri.

b. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data melalui peninggalan tertulis

seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil,

atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian

( Margono, 2003: 181). Dalam penelitian ini metode dokumentasi dilakukan

peneliti untuk mendapatkan data sekunder yaitu tentang nilai Ujian Produktif

sebagai gambaran yang menunjukan kualitas siswa setelah mengikuti PSG.

c. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab

para struktural terkait di Dunia Usaha dan Dunia Industri serta wawancara

dengan Pokja Pelaksana PSG SMK Pasundan 1 Cimahi.

d. Angket/ kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data primer yang ditujukan

kepada para responden untuk mengumpulkan data tentang dimensi-dimensi

implementasi kebijakan dan dimensi kualitas siswa SMK.

e. Penjaringan jawaban responden menggunakan angket dengan teknik Rating

Scale yaitu melakukan pengukuran pada tingkat skala ordinal atau berjenjang.

3.2.4 Teknik Pengukuran Data

Page 74: BAB 1,2,3,4 baru

74

Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji statistik dari data yang

dikumpulkan. Pengujian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan pengaruh

dimensi yang digambarkan variabel X terhadap variabel Y.

Sebelum kuesioner digunakan untuk mengumpilkan data maka terlebih

dahulu diuji validitas melalui construct validity dan reabilitas internal melalui

Consistency-test. Secara operasional uji validitas dilakukan dengan rumus korelasi

pearson.

Analisis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode

deskriptif. Dengan menggunakan pedoman Sitepu (1995:18) yang menyebutkan

bahwa:

1. Nilai indeks minimum, yaitu skor minimum dikali jumlah pertanyaan dikali

jumlah responden.

2. Nilai indeks maksimum, yaitu skor maksimum dikali jumlah pertanyaan dikali

jumlah responden.

3. Selisih antara nilai indeks maksimum dikurangi nilai indeks minimum, dengan

jenjang yang diinginkan yaitu sangat rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi.

Skala pengukuran yang digunakan menggunakan skala Likert maka variabel

yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut

dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa

pertanyaan atau pernyataan.

Page 75: BAB 1,2,3,4 baru

75

Jawaban setiap item instrumen mempunyai gradasi dari sangat setuju

sampai dengan tidak setuju. Kemudian setiap jawaban diberi skor dari skor tertinggi

sampai sangat terendah dengan kategori sebagai berikut:

TABEL 3.2

BOBOT NILAI PERNYATAAN

NO PERNYATAAN BOBOT NILAI

1 Sangat Setuju ( SS ) 5

2 Setuju ( S ) 4

3 Ragu-ragu ( R ) 3

4 Tidak Setuju ( TS ) 2

5 Sangat Tidak Setuju ( STS ) 1

Sumber : Sugiyono ( 2008: 136)

3.2.5 Populasi

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah siswa SMK Pasundan 1 Cimahi

Tahun Pelajaran 2010/ 2011, kelas XII jurusan/ kompetensi keahlian Administrasi

Perkantoran (AP) yang telah melaksanakan program PSG atau telah melaksanakan

Praktik Kerja Industri yaitu sebanyak 114 orang siswa yang terbagi atas 3 kelas yaitu

40 siswa pada XII AP 1, 38 siswa pada XII AP 2, dan 40 siswa pada XII AP 3.

Page 76: BAB 1,2,3,4 baru

76

Mengingat populasi yang akan diteliti adalah seluruh kelas XII AP, maka

teknik yang digunakan adalah teknik sensus, yaitu seluruh populasi dijadikan sampel/

responden penelitian.

3.2.6 Teknik Pengolahan Data

Teknik yang digunakan dalam pengolahan data bertujuan untuk menjawab

rumusan masalah yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Implementasi

Kebijakan terhadap Peningkatan Kualitas Siswa melalui serangkaian pengolahan

data dan analisis.

Untuk mengolah data penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Editing, yaitu penulis meneliti secara rinci terhadap angket yang akan disebarkan

kepada populasi yang ada. Hal ini dilakukan agar angket terhindar dari kesalahan

dan diharapkan diperoleh hasil yang objektif

b. Skoring, memberikan skor terhadap pernyataan yang ada pada angket

c. Tabulating, peneliti melakukan perhitungan terhadap hasil skor yang diperoleh

3.2.7 Uji Kualitas Data

Uji kualitas data dilakukan dengan cara:

1. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur cocok mengukur apa yang

ingin diukur. Jadi dapat dikatakan semakin tinggi validitas suatu alat ukur maka alat

ukur tersebut semakin mengenai sasarannya. Jika peneliti merupakan instrumen

Page 77: BAB 1,2,3,4 baru

77

(alat) ukur yang harus mengukur apa yang menjadi tujuan penelitian, maka rumus

koefesien korelasi yang dapat dipakai adalah Sugiyono (2004:182)

r xy¿ ∑ xy❑

√¿¿

Instrumen dikatakan valid, jika koefesien korelasi hasil penghitungan

mempunyai nilai lebih besar atau = 0,3 (angka kritis).

2. Uji Reliabilitas

Yaitu adanya derajat ketepatan atau keakuratan yang ditunjukkan oleh

instrumen penelitian. Teknik uji yang digunakan teknik korelasi belah dua dari

Sperman Borwn ( split half ) yang dikutip Sugiyono (2004:178) dengan persamaan

sebagai berikut: ri=2 rb

1−rb

Keterangan :

ri : Reliabilitas internal seluruh instrumen

rb : Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

Suatu instrumen variabel dikatakan reliabel jika nilai koefesien reliabilitas

bernilai positip. Makin besar nilai koefesien reliabilitas menunjukkan makin handal

instrumen variabel tersebut.

3.2.7.1 Methode Successive Interval

Sehubungan dengan data yang didapatkan melalui kuesioner dengan skala

Likert adalah data yang bersipat ordinal sedangkan syarat agar dapat diolah melalui

analisis jalur maka terlebih dahulu data dikonversikan ke dalam skala interval dengan

menggunakan MSI ( Methode of Successive Interval ) Harun Al-rasyid (1994 : 131 )

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Page 78: BAB 1,2,3,4 baru

78

1. Memperhatikan setiap item pernyataan atau pertanyaan

2. Untuk setiap item pernyataan atau pertanyaan, tentukan berapa banyak responden

yang mendapat skor 1,2,3,4,dan 5 yang disebut frekuensi (f)

3. Tentukan proporsi (P) dengan membagi setiap frekuensi dengan banyaknya

responden

4. Menghitung proporsi komulatif

5. Menghitung nilai Z setiap proporsi komulatif yang diperoleh dengan

menggunakan tabel normal

6. Menghitung nilai densitas normal yang sesuai dengan nilai Z

7. Hitung SV ( Scala value=nilai skala ) untuk setiap Z dengan rumus:

SV = (destinyatlower lim ¿ )−(destinyatupper lim ¿)

(areaunderupper lim ¿ )−(areaunderlower lim ¿)

Keterangan :

Destiny at lower limit : kepadatan batas bawah

Destiny at upper limit : kepadatan batas atas

Area under upper limit : daerah di bawah batas atas

Area under lower limit : daerah di atas batas bawah

8. Sesuaikan nilai skala ordinal ke interval, yaitu scala value yang nilainya terkecil

diubah menjadi sama dengan satu melalui transformasi berikut:

Transformed Scala Value = Scala Value + ( ScalaValueminimum ¿+1

3.2.7.2 Regresi Linier Sederhana

Regresi linier adalah metode statistika yang digunakan untuk membentuk

model hubungan antara variabel terikat (dependen; respon; Y) dengan satu atau lebih

Page 79: BAB 1,2,3,4 baru

79

variabel bebas (independen, prediktor, X). Apabila banyaknya variabel bebas hanya

ada satu, disebut sebagai regresi linier sederhana.

Bentuk Umum Regresi Linier Sederhana

Y = a + bX

Y : Subjek variabel terikat yang diproyeksikan

X : Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan

a : Nilai konstanta harga Y jika X = 0

b : Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan nilai

peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y

b=n .∑ XY−∑ X .∑Y

n .∑ X2−¿¿¿¿¿ a=

∑ Y−b .∑ X

n

Langkah – langkah menjawab regresi Sederhana:

Langkah 1. Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat

Langkah 2. Membuat Ha dan Ho dalam bentuk statistik

Langkah 3. Membuat tabel penolong untuk menghitung angka statistik

Langkah 4. Masukkan angka-angka statistik dari tabel penolong dengan rumus

b=n .∑ XY−∑ X .∑Y

n .∑ X2−¿¿¿¿¿ a=

∑ Y−b .∑ X

n

Langkah 5. Mencari Jumlah Kuadrat Regresi (JKReg [a]) dengan rumus

JKReg ( a)=¿ ¿¿¿

Langkah 6. Mencari jumlah kuadrat Regresi (JKReg [b∨a]) dengan rumus

JKReg [b∨a]= b.¿

Page 80: BAB 1,2,3,4 baru

80

Langkah 7. Mencari jumlah Kuadrat Residu (JKRes) dengan rumus

JKReg =∑Y 2 −JKReg [b|a ]−¿ JK Reg[a ]¿

Langkah 8. Mencari rata-rata jumlah Kuadrat Regresi RJKReg [a] dengan rumus

RJKReg [a] = JKReg [a]

Langkah 9. Mencari Rata-rata jumlah Kuadrat Regresi RJKReg [b|a ] dengan rumus

R JK Reg [ b|a ]=JK Reg [b|a]

Langkah 10. Mencari Rata-rata Jumlah Kuadrat Residu (RJKRes) dengan rumus

RJKRes=JK Res

n−2

Langkah 11. Menguji Signifikansi dengan rumus

thitung=unstandadized beta

standard error

Kaidah penghitungan Signifikansi:

Jika t hitung≥ ttabel , maka tolak Ho artinya signifikan dan

t hitung ≤ tFtabel , terima Ho artinya tidak signifikan

Dengan taraf signifikan : ❑cx=0,01 atau ❑cx=¿¿ 0,05

Carilah nilai t tabel menggunakan tabel t dengan rumus

t tabel=¿ t❑{¿¿ ¿

Langkah 12. Membuat kesimpulan

Page 81: BAB 1,2,3,4 baru

81

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum SMK Pasundan 1 Cimahi

Page 82: BAB 1,2,3,4 baru

82

SMK Pasundan Cimahi yang berdiri berdasarkan Izin Kanwil Depdikbud

Propinsi Jawa Barat tanggal 7 Februari 1977 Nomor 6028/PMK-UL/1977 semula

bernama SMEA Pasundan yang berlokasi di Padalarang. Berdasarkan SK Pengurus

YPDM Pasundan tanggal 31 Desember 1992 Nomor 70/I.i YPDMP/C/XII/1992, dan

rekomendasi Kepala Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Barat No. 183/I02.8h/.

MN/1998, lokasi belajar mengajar SMK Pasundan dipindahkan ke jalan Citeureup

97/A Cimahi yang berlokasi di bekas SGO Pasundan Cimahi, yang pada waktu itu

sudah berubah menjadi SMA Pasundan 3 Cimahi Pada tahun 1999 SMEA Pasundan

Cimahi berubah nama menjadi SMK Pasundan Cimahi.

Pada awal berdirinya SMK Pasundan Cimahi berlokasi di Cimareme di

bawah pimpinan Dr. H. Edi Djarkasih sejak tahun 1970- 1993 selanjutnya , SMK

Pasundan, berpindah ke Cimahi dan dipimpin oleh Drs. H. E. Komarudin dari tahun

1993-1996 yang kemudian jabatan kepala sekolah ini diteruskan oleh Drs. Dedy .PH,

dari tahun 1994 – 1995 dan pada tahun 1995 – 1996 dipimpin oleh Ali Hidayat , BA.

sejak tahun 1996 sampai 2005 Jabatan Kepala Sekolah dijabat oleh Aan Saprani,

Bc.Ak, Kemudian sejak Januari tahun 2006 sampai dengan Juli 2006 Jabatan PLt

Kepala Sekolah dipegang Drs. Djoehana I Widjaksana, PH, yang selanjutnya mulai

tahun pelajaran 2006/2007 sampai sekarang Jabatan Kepala Sekolah dipegang oleh

Drs. Rusyamsi, M.Pd. Mulai tahun pelajaran 2010 – 2011 SMK Pasundan Cimahi

berubah menjadi SMK Pasundan I Cimahi.

SMK Pasundan I Cimahi yang saat ini berjenjang akreditasi A, saat berdiri

hanya mempunyai satu Bidang Studi Kealian yaitu Bisnis dan Manajemen dengan

satu Program Keahlian yaitu Penjualan , yang pada saat ini berkembang menjadi

Page 83: BAB 1,2,3,4 baru

83

tiga Program Keahlian yaitu ; Akuntansi, Administrasi Perkantoran, dan Pemasaran.

Mulai tahun pelajaran 2008 – 2009 SMK Pasundan Cimahi membuka Bidang Studi

Keahlian baru yaitu Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan satu program

studi keahlian yaitu Teknik Komputer dan Jaringan. Mulai Tahun Pelajaran 2010/

2011 SMK Pasundan Cimahi berubah nama menjadi SMK Pasundan 1 Cimahi,

karena di Cimahi berdiri SMK pasundan Cimahi 2 dan 3.

Sejak berdiri sampai dengan saat ini SMK Pasundan Cimahi telah

meluluskan lebih dari 10.000 orang siswa yang sebagian besar sudah diserap di

dunia kerja. Bidang dunia kerja yang menyerap lulusan SMK Pasundan ini bervariasi

mulai dari BUMN, Instansi pemerintah, Industri sampai yang berwirausaha.

Berikut ini gambaran keadaan siswa dan guru di SMK Pasundan 1 Cimahi:

A. Keadaan Siswa SMK Pasundan 1 Cimahi Tahun 2010-2011

Tabel 4.1

Keadaan Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran

No Program KeahlianJumlah Siswa Tingkat

JumlahX XI XII

1. Akuntansi 74 105 75 254

Page 84: BAB 1,2,3,4 baru

84

2. Adm.Perkantoran 79 124 114 317

3. Penjualan 74 122 67 263

4. Teknik Komputer & Jaringan 72 80 34 186

Jumlah Keadaan Siswa 299 431 290 1020

B. Guru dan Pegawai Tata Usaha

Tabel 4.2

Keadaan Guru

No

.N a m a

Pendidikan Tertinggi/

Jurusan

Tugas Mengajar

Mata Diklat

1 Drs. Rusyamsi S.1/IKIP/Kepelatihan/1984 Penjaskes dan OR

I NORMATIF    

2 Iyus Darojat, S.Pd.I S.1/STAIN/PAI/2005 Pend.Agama, PPKn

3 Nanang I Solihat,S.Ag S.1/IAIN/B.Arab/1995 Pend.Agama

4 Nunung Nuryamah,S.Ag S.1/UNISBA/PAI/1993 Pend.Agama, BP/BK

5Aang Syarif

Rustaman,S.Pd.IS.1/UNINUS/PAI/2007 Pend.Agama

6 Ai Sukanah,S.Pd S.1/ STKIP/PMPKN/1996 PPKn

7 Dian Sopian, S.Pd S.1/STKIP/PKn/1999 PPKn

8 Ema Lesmawati,S.Pd S.1/UNPAS/PPKn/1999 PPKn,IPA

9 Sri Mulyani,S.Pd S.1/IKIP/B.Indonesia/2002 B.Indonesia

Page 85: BAB 1,2,3,4 baru

85

No

.

N a m a Pendidikan Tertinggi/

Jurusan

Tugas Mengajar

Mata Diklat

10 Dra.Hani Sumaryani S1/UNINUS/B.Indonesia/1987 B.Indonesia

11 Eti Kurniawati,S.Pd S.1/UNPAS/B.Indonesia/2000 B.Indonesia

12 Heri Nurdiansyah, S.Pd S.1/UNPAS/B.Indonesia/2007 B.Indonesia,Seni Budaya

13 Nenti Erawati, S.Pd S.1/STKIP/B.Indonesia/2008 B.Indonesia

14 Adeh,S.Pd S.1/STKIP/Pendor/2001 Penjaskes dan OR

15 Taufik Firmansyah, S.Pd S.1/STKIP/Penjas/2008 Penjaskes dan OR

16 Drs. Armand S.1/IKIP/Kepelatihan/1986 Penjaskes dan OR

17 Suhana Ningrat, S.Sn S.1/STSI/Seni Teater/2003 Seni Budaya

II ADAPTIF    

18 Yani Hindasah,S.Pd S.1/STKIP/B.Inggris/1999 B.Inggris

19 Ahmad Solihin, S.Pd S.1/STKIP/B.Inggris/2007 B.Inggris

20 Nunung Suhaeti, S.Pd S.1/IAIN/B.Inggris/2005 B.Inggris

21 Lina Supiatin, S.Pd S.1/UPI/B.Inggris/2001 B.Inggris

22 Ima Nurmayanti,S.Pd S.1/STKIP/Matematika/2001 Matematika

23 Umi Iswanti,S.Si S.1/UNISBA/Matematika/2004 Matematika

24 Rima Damayanti,ST,S.Pd S.1/STKIP/Matematika/2006 Matematika

25 Ati Rosmiati,S.Pd S.1/UNLA/Matematika/1994 Matematika

26 Wulan Indah Pratiwi UPI/Matematika/2009 Matematika

27 Kicky Uceu Wardani, S.Si S.1/UPI/Kimia/2001 KKPI, Fisika, Kimia

Page 86: BAB 1,2,3,4 baru

86

No

.

N a m a Pendidikan Tertinggi/

Jurusan

Tugas Mengajar

Mata Diklat

28 Yadi Hendradi,A.Md D.3/ AMIK/1999 KKPI, Produktif TKJ

29 Nanang Sariyono, ST S.1/UPI/Teknik Bangunan/2005 KKPI

30 Budi Syarif,S.Pd S.1/UNJANI/MIPA/2006 IPA

31 Drs. Sukandar S.1/IKIP/Fisika/1990 IPA

32 Annisa Yuniarahman,S.Pd S.1/UPI/Pend.Tata Niaga/2008 IPS

33 Iyan Budiaman R,SE S.1//UNINUS/Manajemen/1994 IPS

34 Dedi Haryono, S.Ip S.1/UNJANI/Fisip/2000 IPS

35 Yati Sumiati, S.Pd S.1/UNPAS/Akuntansi/2005 Kewirausahaan, Prod. Ak

36 Drs.Hidayat Supriadi S.1/IKIP/PDU/1991 Kewirausahaan

37 Hj. Tini Mariatini,S.Pd S.1/IKIP/PDU/1994 Kewirausahaan

38 Dra.Tita Siti Nuryati S.1/IKIP/PDU/Adm.Perkantoran/

1988

Kewirausahaan

III PRODUKTIF    

39 Ayi Hendayani,SE S1/UNJANI/Akuntansi/1998 Produktif Akuntansi

40 Noor Patriani E,S.Pd S1/UNLA/Akuntansi/1995 Produktif Akuntansi

41 Maria Sari, ST S.1/UPI/Pend.Akuntansi/2007 Produktif Akuntansi

42 Drs.A.Saeful Hidayat S1/IKIP/Ekper/1982 Produktif Akuntansi

43 Dra.Yeni Kartini S1/IKIP/Adpen/1988Produktif

Page 87: BAB 1,2,3,4 baru

87

No

.

N a m a Pendidikan Tertinggi/

Jurusan

Tugas Mengajar

Mata Diklat

Adm.Perkantoran

44 Dra.Hj.Tita Kospita S1/IKIP/Manajemen/1984 Produktif

Adm.Perkantoran

45 Betty Irawati,S.Pd S.1/IKIP/Ekonomi/2000 Produktif

Adm.Perkantoran

46 Dra.Kaesih S1/IKIP/Ekper/1984 Produktif

Adm.Perkantoran

47 Drs.Djafar S1/IKIP/Manajemen/1983 Produktif

Adm.Perkantoran

48 R.Kentias

Hariwidodo,S.Pd

S1/STKIP/B.Inggris/2005 Produktif Pemasaran

49 Tiktik Kartika,SE S1/UNPAS/Ekonomi/1993 Produktif Perdagangan

50 Furry Detty Nurbakti UPI/Man.Pemasaran Pariwisata Produktif Perdagangan

51 Yudha Hermana Pratama S.1/PASIM/Komp.Informatika/2001 Produktif TKJ

52 Alip Syahrudin, ST,MM S.2/STIE/Manajemen SDM/2007 Produktif TKJ

53 Kicky Uceu Wardani, S.Si S.1/UPI/Kimia/2001 Produktif TKJ

54 Mulyo Sudarso,S.kom. S.1/UNIKOM/Teknik

Informatika/2008

Produktif TKJ

IV MULOK

55 Dra.Hani Sumaryani S1/UNINUS/B.Indonesia/1987 B.Sunda

Page 88: BAB 1,2,3,4 baru

88

No

.

N a m a Pendidikan Tertinggi/

Jurusan

Tugas Mengajar

Mata Diklat

56 Drs.Uus Sutisna S1/IKIP/B.Jepang Bahasa jepang

V BP/BK

55 Maruti Puput Ismayanti,

S.Pd

S.1/UNJANI/Psikologi/2008 BP/BK

Tabel 4.3

Staf Tata Usaha dan Karyawan

No

.N a m a Jabatan

PendidikanTertinggi/

Jurusan

1 Leili Malihatun Kepala Tata Usaha MAN/1993

2 Siti Suhaeni Bendaharawan SMEA/1987

3 Noor Zaina Tata Usaha SMAN/1993

4 Lenny Nurnawati Tata Usaha SMAN/1993

5 Yani Aryani Tata Usaha D.1/SEKRETARIS/1990

6 Yani Mulyani Pustakawan SMK/Man.Bisnis/2000

7 Lukman Adiputra Pemb. Bendahara SMEAN/1964

8 Iyus Yusman Caraka SD/1970

9 Abdul Adjid Caraka SD/1991

Page 89: BAB 1,2,3,4 baru

89

No

.

N a m a Jabatan PendidikanTertinggi/

Jurusan

10 Yayan Tarkaya Caraka KPG/1986

11 Karsinah Caraka SD

12 Muhamad Satpam SD/1957

13 Yusup Caraka MA/2003

C. STRUKTUR ORGANISASI SMK PASUNDAN 1 CIMAHI

KEPALA SEKOLAHDrs.RUSYAMSI,M.Pd.

Page 90: BAB 1,2,3,4 baru

90

KEPALA TATA USAHALEILY MALIHATUN

WKS. KURIKULUMSRI MULYANI,S.Pd.

WKS. KESISWAANADEH,S.Pd.

WKS. HUMAS/HUBIDTIKTIK KARTIKA,S.E.

STAF. KURIKULUMDra.YENI KARTINI

PKS KESISWAAN:Drs. ARMANDDrs.MOCH.RAMDANDEDI, S.Pd.

PEMBINA OSISTAUFIQ F. S.Pd.

STAF.PEMB. OSISSUHANA NINGRAT,S.SN

KOORD.BP/BKNUNUNG N.,S.Ag.

STAFF. BP/ BKIYUS DAROJAT,S.Pd.I

KETUA K.K.ADM.PERK.BETTY IRAWATI,S.Pd.

KETUA K.K.AKUN.AYI H. ,S.E.

KETUA K.K.PEMASR.KENTIAS H.,S.Pd

KETUA K.K.TKJALIF,SPd. M.M.

Page 91: BAB 1,2,3,4 baru

91

Bagan 4.1

Struktur Organisasi SMK Pasundan 1 Cimahi

D. Visi dan Misi

SMK Pasundan 1 Cimahi mempunyai Visi dan Misi sebagai berikut:

Visi : “ Menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah yang mudah mendapat

pekerjaan sesuai dengan bidangnya pada masa kini maupun masa yang akan datang

sejalan dengan perkembangan IPTEK.”

b. Tahun 2010 terunggul di Kota Cimahi

c. Tahun 2015 terunggul di wilayah Priangan Barat

d. Tahun 2020 terunggul di Jawa Barat

Misi: Mengoptimalkan semua sumber daya yang ada di sekolah dan di luar sekolah

dalam upaya mewujudkan sekolah yang mandiri, menghasilkan lulusan yang mampu

berwirausaha dan berorientasi pada dunia kerja sesuai dengan perkembangan IPTEK

melalui pola Pendidikan Sistem Ganda sehingga :

a. dapat diterima oleh DU/DI

b. mampu berdikari

WALI KELAS

SISWA

Page 92: BAB 1,2,3,4 baru

92

c. dapat melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi.

4.1.2 Profil Responden

Seperti yang telah digambarkan di atas bahwa SMK Pasundan 1 Cimahi

memiliki empat kompetensi keahlian/ program keahlian, salah satu di antaranya

adalah kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran.

Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran merupakan salah satu

Kompetensi Keahlian yang paling banyak diminati siswa yang masuk ke SMK

Pasundan 1 Cimahi. Hal ini terbukti dengan jumlah siswa yang memilih Kompetensi

Keahlian tersebut setiap tahunnya selalu tinggi dibandingkan Kompetensi Keahlian

yang lainnya.

Minat siswa memilih Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran

disebabkan jenjang profesi lulusannya sebagai tenaga sekretaris. Selain itu

Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran menawarkan dunia kerja yang

menjanjikan, misalnya saja sebagai tenaga staf perkantoran.

Berikut ini gambaran jumlah siswa Kompetensi Keahlian Administrasi

Perkantoran pada Tahun Pelajaran 2010/ 2011:

Tabel 4.4

Keadaan Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran

Page 93: BAB 1,2,3,4 baru

93

KELAS X KELAS XI KELAS XII TOTAL

JUMLAH SISWA PER

ANGKATAN

80 118 114 312

4.2 Uji Kualitas Data ( Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian )

Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari

variabel : Implementasi Pendidikan Sistem ganda ( 22 item ) dan Kualitas Siswa ( 22

item ).

Agar instrumen penelitian ini layak digunakan instrumen yang akan

digunakan terlebih dahulu diujicobakan kepada 25 responden yang akan dijadikan

sampel penelitian (populasi)

Melalui pengujian reliabilitas teknik split half nampak bahwa masing-

masing instrumen pengukuran adalah reliabel dengan tingkat reliabilitas yang tinggi

(koefisien rata-rata di atas 0,8) dengan koefisien internal Spearman Brown sesuai

dengan yang direkomendasikan oleh Sugiyono ( 2008:185) yang menyatakan bahwa

batas minimum reliabilitas yang dapat diterima adalah koefisien positif

Reliabilitas untuk kuesioner masing-masing variabel disajikan pada tabel di

bawah ini :

Tabel 4.5 Reliabilitas

Variabel/subvariabel Reliabilitas Kriteria

Page 94: BAB 1,2,3,4 baru

94

Implementasi Kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda (X)

Kualitas Siswa (Y)

0,989

0,866

Reliabilitas Tinggi

Reliabilitas Tinggi

Sumber : Lampiran pengujian validitas reliabilitas

Pengujian tingkat validitas tiap item dipergunakan analisis item, artinya

mengkorelasikan skor tiap item dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor

item. Menurut Sugiyono (1999 : 46), item yang mempunyai korelasi positif dengan

skor total serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai

validitas yang tinggi pula.

Persyaratan minimum agar dapat dianggap valid apabila r = 0,3. Sehingga

apabila korelasi antar item dengan skor total kurang dari 0,3 maka item dalam

instrument tersebut dinyatakan tidak valid.

Adapun hasil uji coba mengenai tingkat validitas butir pertanyaan disajikan

dalam tabel berikut :

Tabel 4.6 Hasil Validitas Item Implementasi

Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda (X)No Item Tk Validitas Keterangan

Page 95: BAB 1,2,3,4 baru

95

X_1 0,725 Valid

X_2 0,679 Valid

X_3 0,744 Valid

X_4 0,648 Valid

X_5 0,579 Valid

X_6 0,573 Valid

X_7 0,707 Valid

X_8 0,721 Valid

X_9 0,576 Valid

X_10 0,390 Valid

X_11 0,599 Valid

X_12 0,580 Valid

X_13 0,683 Valid

X_14 0,597 Valid

X_15 0,771 Valid

X_16 0,679 Valid

X_17 0,744 Valid

X_18 0,648 Valid

X_19 0,616 Valid

X_20 0,573 Valid

X_21 0,707 Valid

X_22 0,598 Valid Sumber : Lampiran pengujian validitas reliabilitas

Tabel 4.7 Hasil Validitas Item Variabel Kualitas Siswa (Y)

No Item Tk Validitas Keterangan

Page 96: BAB 1,2,3,4 baru

96

X_1 0,611 Valid

X_2 0,321 Valid

X_3 0,756 Valid

X_4 0,640 Valid

X_5 0,573 Valid

X_6 0,630 Valid

X_7 0,533 Valid

X_8 0,593 Valid

X_9 0,591 Valid

X_10 0,466 Valid

X_11 0,614 Valid

X_12 0,557 Valid

X_13 0,481 Valid

X_14 0,552 Valid

X_15 0,543 Valid

X_16 0,323 Valid

X_17 0,400 Valid

X_18 0,503 Valid

X_19 0,621 Valid

X_20 0,582 Valid

X_21 0,520 Valid

X_22 0,441 Valid Sumber : Lampiran pengujian validitas reliabilitas

Berdasarkan tabel 4.6 dan tabel 4.7, diperoleh infromasi mengenai tingkat

validitas item mana saja yang dinyatakan valid dan digunakan untuk penelitian.

Hasil pengujian secara lengkap dapat dilihat pada lampiran.

Rekapitulasi tingkat validitas item pertanyaan instrumen penelitian disajikan

dalam tabel 4.8. berikut :

Tabel 4.8

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Item Pertanyaan Instrumen

Page 97: BAB 1,2,3,4 baru

97

QUESINOER/VARIABELVALID TIDAK VALID TOTAL

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Implementasi Kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda (X)

22 100 - - 22 100

Kualitas Siswa (Y) 22 100 - - 22 100 Sumber : Lampiran pengujian validitas reliabilitas

Dari tabel tersebut di atas, ternyata seluruh item pernyataan (100%)

merupakan item terpilih (valid).

4.3 Hasil Analisis dan Pembahasan

Deskripsi hasil penelitian ini berupaya untuk mengungkapkan variabel-

variabel yang diteliti dalam penelitian. Secara garis besar variabel penelitian dibagi

menjadi dua bagian yaitu variabel independent ( variabel bebas ) dan variabel

devenden ( variabel terikat ). Karena dalam penelitian ini menggunakan teknik

analisis dan dijelaskan dalam kedudukan yang sama.

Oleh karena itu pembahasan hasil penelitian akan diawali dengan variabel

bebas, Implementasi Kebijakan Program Pendidikan Sistem Ganda dan Kualitas

Siswa SMK.

4.3.1 Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda

Page 98: BAB 1,2,3,4 baru

98

Bagian ini akan menguraikan bagaimana gambaran Implementasi Kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda dengan kategori: komunikasi, sumber daya, disposisi, dan

struktur birokrasi.

Gambaran mengenai hal tersebut dapat dilihat dari pendapat responden

sebagai berikut:

Tabel 4.9Pendapat responden mengenai siswa yang akan melaksanakan Pendidikan

Sistem Ganda (PSG) harus diberikan penjelasan tentang kebijakan program PSG

Pendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 94 470 82.46

4 Setuju 11 44 9.65

3 Ragu-ragu 5 15 4.39

2 Tidak Setuju 4 8 3.50

1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.9 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan

dari kategori komunikasi dalam pemberian penjelasan tentang kebijakan program

PSG di SMK Pasundan 1 Cimahi sudah berjalan dengan baik.

Tabel 4.10

Page 99: BAB 1,2,3,4 baru

99

Pendapat responden mengenai sekolah mengundang Dunia Usaha/ Dunia Industri (DU/DI) untuk mensosialisasikan PSG

Pendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 52 260 45.61

4 Setuju 53 212 46.49

3 Ragu-ragu 6 18 5.26

2 Tidak Setuju 2 4 1.75

1 Sangat Tidak Setuju 1 1 0.88

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.10 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan

dari kategori komunikasi di SMK Pasundan 1 Cimahi dalam sosialisasi PSG dengan

pihak DU/ DI sudah dilaksanakan dengan baik.

Tabel 4.11Pendapat responden mengenai sebelum PSG siswa dibekali praktik perkantoran di

sekolahPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 94 470 82.46

4 Setuju 14 56 12.28

3 Ragu-ragu 5 15 4.39

2 Tidak Setuju 1 2 0.88

1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Page 100: BAB 1,2,3,4 baru

100

Berdasarkan tabel 4.11 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan

dari kategori komunikasi dalam pemberian pembekalan praktik perkantoran untuk

siswa SMK Pasundan 1 Cimahi yang akan melakukan PSG sudah dilaksanakan

dengan baik.

Tabel 4.12Pendapat responden mengenai pengembangan model kerja sama dalam pelaksanaan

PSG dengan pihak DU/DIPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 80 400 70.18

4 Setuju 22 88 19.30

3 Ragu-ragu 11 33 9.65

2 Tidak Setuju 1 2 0.88

1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.12 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan

dari kategori komunikasi dalam pengembangan model kerja sama dengan pihak DU/

DI dalam pelaksanaan PSG di SMK Pasundan 1 Cimahi sudah berjalan dengan baik.

Page 101: BAB 1,2,3,4 baru

101

Tabel 4.13Pendapat responden mengenai pembekalan sebagai persiapan PSG

Pendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 94 470 82.46

4 Setuju 11 44 9.65

3 Ragu-ragu 6 18 5.26

2 Tidak Setuju 2 4 1.75

1 Sangat Tidak Setuju 1 1 0.88

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.13 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan

dari kategori komunikasi dalampemberian pembekalan kepada siswa SMK Pasundan

1 Cimahi sebelum melaksanakan PSG sudah dilaksanakan dengan baik.

Tabel 4.14Pendapat responden mengenai sekolah bersama dengan DU/Di menetapkan media

komunikasi untuk mempermudah komunikasi selama PSGPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 67 335 58.77

4 Setuju 33 132 28.95

3 Ragu-ragu 12 36 10.53

2 Tidak Setuju 2 4 1.75

1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Page 102: BAB 1,2,3,4 baru

102

Berdasarkan tabel 4.14 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan

dari kategori komunikasi dalam kerja sama sekolah dengan pihak DU/ DI untuk

menetapkan media komunikasi yang digunakan dalam mempermudah komunikasi

selama PSG berlangsung sudah dilaksanakan dengan baik.

Tabel 4.15Pendapat responden mengenai pembimbing PSG memiliki kemampuan yang baik

dalam menjelaskan programPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 55 275 48.25

4 Setuju 50 200 43.86

3 Ragu-ragu 3 9 2.63

2 Tidak Setuju 5 10 4.39

1 Sangat Tidak Setuju 1 1 0.88

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 15 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan

dari kategori sumber daya guru pembimbing PSG di SMK Pasundan 1 Cimahi

memiliki kemampuan yang baik dalam menjelaskan program kepada siswa

Page 103: BAB 1,2,3,4 baru

103

Tabel 4.16Pendapat responden mengenai penetapan pelaksanaan PSG disesuaikan dengan latar

belakang bidang keahlian siswaPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 82 410 71.93

4 Setuju 22 88 19.30

3 Ragu-ragu 10 30 8.77

2 Tidak Setuju 0 0 0.00

1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.16 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan

dari kategori sumber daya dalam penentuan guru pembimbing PSG di SMK

Pasundan 1 Cimahi sudah dilaksanakan sesuai latar belakang keahlian guru tersebut.

Tabel 17Pendapat responden mengenai motivasi yang tinggi dimiliki pembimbing selama

mendampingi siswa dalam pelaksanaan PSGPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 43 215 37.72

4 Setuju 52 208 45.61

3 Ragu-ragu 17 51 14.91

2 Tidak Setuju 1 2 0.88

1 Sangat Tidak Setuju 1 1 0.88

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Page 104: BAB 1,2,3,4 baru

104

Berdasarkan tabel 4.17 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan

dari kategori sumber daya guru pembimbing di SMK Pasundan 1 Cimahi memiliki

motivasi yang tinggi.

Tabel 4.18Pendapat responden mengenai pembimbing siswa memiliki kemampuan yang baik

dalam menyelesaikan masalah siswa Pendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 78 390 68.42

4 Setuju 24 96 21.05

3 Ragu-ragu 12 36 10.53

2 Tidak Setuju 0 0 0.00

1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.18 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan

dari kategori sumber daya guru pembimbing di SMK Pasundan 1 Cimahi dalam

penyelesaian masalah yang dihadapi siswa sudah dalakukan dengan baik.

Page 105: BAB 1,2,3,4 baru

105

Tabel 4.19Pendapat responden mengenai pembimbing memiliki kemampuan yang baik dalam

mengarahkan siswaPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 74 370 64.91

4 Setuju 26 104 22.81

3 Ragu-ragu 10 30 8.77

2 Tidak Setuju 1 2 0.88

1 Sangat Tidak Setuju 3 3 2.63

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.19 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan

dari kategori sumber daya guru pembimbing di SMK Pasundan 1 Cimahi memiliki

kemampuan yang baik dalam mengarahkan siswanya.

Tabel 4.20Pendapat responden mengenai orang tua siswa ikut mendukung program PSG

Pendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 47 235 41.23

4 Setuju 56 224 49.12

3 Ragu-ragu 10 30 8.77

2 Tidak Setuju 1 2 0.88

1 Sangat Tidak Setuju 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Page 106: BAB 1,2,3,4 baru

106

Berdasarkan tabel 4.20 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan

dari kategori sumber daya dalam dukungan orang tua siswa di SMK Pasundan 1

Cimahi terhadap pelaksanaan kebijakan dipandang cukup baik.

Tabel 4.21Pendapat responden mengenai sekolah dan DU/DI menyediakan fasilitas untuk

pelaksanaan PSGPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 55 275 48.25

4 Setuju 45 180 39.47

3 Ragu-ragu 10 30 8.77

2 Tidak Setuju 3 6 2.63

1 Sangat Tidak Setuju 1 1 0.88

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.21 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan

dari kategori sumber daya dalam penyediaan fasilitas yang dibutuhkan selama

pelaksanaan PSG sudah diberikan dengan baik.

Page 107: BAB 1,2,3,4 baru

107

Tabel 4.22Pendapat responden mengenai sekolah menginformasikan kepada siswa tentang tata

tertib yang harus dilaksanakan selama PSGPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 60 300 52.63

4 Setuju 37 148 32.46

3 Ragu-ragu 15 45 13.16

2 Tidak Setuju 2 4 1.75

1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.22 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan

dari kategori disposisi dalam menginformasikan tata tertib selama pelaksanaan PSG

sudah dilaksanakan pihak sekolah dengan baik.

Tabel 4.23Pendapat responden mengenai sekolah dan DU/DI menunjuk dan menetapkan

pembimbing siswa selama melaksanakan PSGPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 55 275 48.25

4 Setuju 39 156 34.21

3 Ragu-ragu 20 60 17.54

2 Tidak Setuju 0 0 0.00

1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Page 108: BAB 1,2,3,4 baru

108

Berdasarkan tabel 4.23 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan

dari kategori disposisi dalam penetapan pembimbing siswa SMK Pasundan 1 Cimahi

yang akan melaksanakan PSG sudah dilaksanakan cukup baik.

Tabel 4.24Pendapat responden mengenai sekolah memberikan kewenangan penuh kepada

DU/DI dalam pelaksanaan PSGPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 51 255 44.74

4 Setuju 38 152 33.33

3 Ragu-ragu 18 54 15.79

2 Tidak Setuju 5 10 4.39

1 Sangat Tidak Setuju 2 2 1.75

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.24 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan

dari kategori disposisi dalam pendelegasian kewenangan secara penuh diberikan

pihak sekolah kepada pihak DU/ DI.

Page 109: BAB 1,2,3,4 baru

109

Tabel 4.25Pendapat responden mengenai pembimbing siswa secara berkala melakukan evaluasi

Pendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 56 280 49.12

4 Setuju 32 128 28.07

3 Ragu-ragu 21 63 18.42

2 Tidak Setuju 5 10 4.39

1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.25 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan

dari kategori disposisi mengenai pengawasan dan evaluasi siswa yang sedang

melaksanakan PSG sudah dilaksanakan guru pembimbing dengan baik.

Tabel 4.26Pendapat responden mengenai sekolah menyusun struktur organisasi kelompok kerja

PSGPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 28 140 24.56

4 Setuju 66 264 57.89

3 Ragu-ragu 15 45 13.16

2 Tidak Setuju 5 10 4.39

1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Page 110: BAB 1,2,3,4 baru

110

Berdasarkan tabel 4.26 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan

dari kategori struktur birokrasi di SMKPasundan 1 Cimahi sudah dibuat dengan

jelas.

Tabel 4.27Pendapat responden mengenai DU/DI menetapkan aturan yang jelas tentang

keselamatan kerjaPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 57 285 50.00

4 Setuju 38 152 33.33

3 Ragu-ragu 15 45 13.16

2 Tidak Setuju 4 8 3.51

1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.27 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan

dari kategori struktur birokrasi dalam masalah aturan keselamatan kerja sudah

diterapkan pihak DU/ DI dengan jelas.

Page 111: BAB 1,2,3,4 baru

111

Tabel 4.28Pendapat responden mengenai pembimbing memberitahu siswa tata tertib dan aturan

dalam kegiatan PSG di tempat praktik Pendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 70 350 61.40

4 Setuju 25 100 21.93

3 Ragu-ragu 17 51 14.91

2 Tidak Setuju 2 4 1.75

1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.28 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan

dari kategori struktur birokrasi mengenai tata tertib dan aturan PSG di DU/ DI sudah

diterapkan dengan baik.

Tabel 4.29Pendapat responden mengenai siswa mendapatkan Raport Skill Journal kegiatan

PSGPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 69 345 60.53

4 Setuju 45 180 39.47

3 Ragu-ragu 0 0 0.00

2 Tidak Setuju 0 0 0.00

1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Page 112: BAB 1,2,3,4 baru

112

Berdasarkan tabel 4.29 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan

dari kategori struktur birokrasi menyatakan bahwa semua siswa yang melaksanakan

PSG mendapatkan Raport Skill Journal .

Tabel 4.30Pendapat responden mengenai petunjuk pelaksanaan PSG di tempat kerja/ praktik

terlebih dahulu diberitahukan kepada siswaPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 70 350 61.40

4 Setuju 25 100 21.93

3 Ragu-ragu 14 42 12.28

2 Tidak Setuju 4 8 3.51

1 Sangat Tidak Setuju 1 1 0.88

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.30 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan

dari kategori struktur birokrasi dalam petunjuk pelaksanaan PSG di SMK Pasundan 1

Cimahi sudah dijelaskan sebelumnya kepada siswa.

4.3.2 Kualitas Siswa SMK Pasundan 1 Cimahi

Bagian ini akan menguraikan bagaimana gambaran kualitas siswa SMK

Pasundan 1 Cimahi, dilihat dari kategori: pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Gambaran mengenai hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :

Page 113: BAB 1,2,3,4 baru

113

Tabel 4.31Pendapat responden mengenai selalu memahami dalam melaksanakan seluruh

pekerjaan kantor sesuai prosedur yang benarPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 71 355 62.28

4 Setuju 24 96 21.05

3 Ragu-ragu 15 45 13.16

2 Tidak Setuju 2 4 1.75

1 Sangat Tidak Setuju 2 2 1.75

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.31 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kualitas siswa SMK

pasundan 1 Cimahi terhadap dimensi pengetahuan dalam aspek pekerjaan kantor

sudah dipahami siswa dengan baik.

Tabel 4.32Pendapat responden mengenai kemampuan untuk menyelesaikan soal-soal untuk

menginventarisir perbedaan-perbedaan pendekatan manajemen perkantoranPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 43 215 37.72

4 Setuju 51 204 44.74

3 Ragu-ragu 17 51 14.91

2 Tidak Setuju 2 4 1.75

1 Sangat Tidak Setuju 1 1 0.88

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Page 114: BAB 1,2,3,4 baru

114

Berdasarkan tabel 4.32 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kualitas siswa SMK

pasundan 1 Cimahi terhadap dimensi pengetahuan dalam aspek penyelesaian soal-

soal untuk menginventarisir perbedaan-perbedaan pendekatan manajemen

perkantoran mampu dilakukan siswa dengan baik.

Tabel 4.33Pendapat responden mengenai kemampuan menerima dan menyelesaikan tugas tepat waktu sesuai rencana dengan kreativitas serta daya nalar pegawai merupakan cermin

kemampuan pegawaiPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 56 280 49.12

4 Setuju 44 176 38.60

3 Ragu-ragu 14 42 12.28

2 Tidak Setuju 0 0.00

1 Sangat Tidak Setuju 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.33 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kualitas siswa SMK

pasundan 1 Cimahi terhadap dimensi pengetahuan dalam aspek pengerjaan tugas

mampu diselesaikan tepat waktu sesuai rencana.

Page 115: BAB 1,2,3,4 baru

115

Tabel 4.34Pendapat responden mengenai penyelesaian tugas dilakukan secara efektif dengan

hasil yang optimalPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 54 270 47.37

4 Setuju 44 176 38.60

3 Ragu-ragu 10 30 8.77

2 Tidak Setuju 4 8 3.51

1 Sangat Tidak Setuju 2 2 1.75

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.34 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kualitas siswa SMK

pasundan 1 Cimahi terhadap dimensi pengetahuan dalam aspek pengerjaan tugas

mampu dilakukan dengan efektif dengan hasil yang oftimal.

Tabel 4.35Pendapat responden mengenai mampu mengelola dan mengolah dokumen kantor

dengan baikPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 60 300 52.63

4 Setuju 49 196 42.98

3 Ragu-ragu 5 15 4.39

2 Tidak Setuju 0 0.00

1 Sangat Tidak Setuju 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Page 116: BAB 1,2,3,4 baru

116

Berdasarkan tabel 4.35 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kualitas siswa SMK

pasundan 1 Cimahi terhadap dimensi pengetahuan dalam aspek pengerjaan tugas

pengelolaan dokumen kantor mampu diselesaikan dengan baik.

Tabel 4.36Pendapat responden mengenai kemampuan mengendalikan surat dengan prosedur

yang benarPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 70 350 61.40

4 Setuju 30 120 26.32

3 Ragu-ragu 14 42 12.28

2 Tidak Setuju 0 0 0.00

1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.36 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kualitas siswa SMK

pasundan 1 Cimahi terhadap dimensi pengetahuan dalam aspek pengendalian surat

mampu dilakukan dengan prosedur yang benar.

Page 117: BAB 1,2,3,4 baru

117

Tabel 4.37Pendapat responden mengenai aktivitas kantor selalu dilakukan dengan teliti dan

tepatPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 82 410 71.93

4 Setuju 22 88 19.30

3 Ragu-ragu 9 27 7.89

2 Tidak Setuju 1 2 0.88

1 Sangat Tidak Setuju 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.37 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kualitas siswa SMK

pasundan 1 Cimahi terhadap dimensi pengetahuan dalam aspek aktivitas kantor

mampu dilakukan dengan teliti dan benar.

Tabel 4.38Pendapat responden mengenai bekerja sesuai prosedur dengan menerapkan sistem

kerja yang benarPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 68 340 59.65

4 Setuju 30 120 26.32

3 Ragu-ragu 13 39 11.40

2 Tidak Setuju 2 4 1.75

1 Sangat Tidak Setuju 1 1 0.88

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Page 118: BAB 1,2,3,4 baru

118

Berdasarkan tabel 4.38 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kualitas siswa SMK

pasundan 1 Cimahi terhadap dimensi pengetahuan dalam aspek penerapan sistem

kerja mampu dilakukan dengan prosedur yang benar.

Tabel 4.39Pendapat responden mengenai tanggap terhadap permasalahan dan selalu mencari

jawaban dalam memecahkan permasalahan adalah ciri pegawai yang aktifPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 62 310 54.39

4 Setuju 32 128 28.07

3 Ragu-ragu 15 45 13.16

2 Tidak Setuju 5 10 4.39

1 Sangat Tidak Setuju 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.39 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kualitas siswa SMK

pasundan 1 Cimahi terhadap dimensi sikap dalam aspek penyelesaian masalah

pekerjaan kantor mampu diselesaikan dengan baik.

Page 119: BAB 1,2,3,4 baru

119

Tabel 4.40Pendapat responden mengenai displin dan tepat waktu sebagai upaya penerapan

budaya di tempat kerjaPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 72 360 63.16

4 Setuju 27 108 23.68

3 Ragu-ragu 15 45 13.16

2 Tidak Setuju 0 0.00

1 Sangat Tidak Setuju 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.40 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kualitas siswa SMK

pasundan 1 Cimahi terhadap dimensi sikap dalam aspek penerapan budaya disiplin

dan tepat waktu di tempat kerja sudah dilaksanakan sesuai aturan

Tabel 4.41Pendapat responden mengenai teliti dan tepat dalam melakukan perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan kantor dalam hubungan organisasi di tempat praktik

Pendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 57 285 50.00

4 Setuju 45 180 39.47

3 Ragu-ragu 7 21 6.14

2 Tidak Setuju 5 10 4,39

1 Sangat Tidak Setuju 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Page 120: BAB 1,2,3,4 baru

120

Berdasarkan tabel 4.41 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kualitas siswa SMK

pasundan 1 Cimahi terhadap dimensi sikap dalam aspek perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan kantor mampu dilakukan siswa

dengan baik.

Tabel 4.42Pendapat responden mengenai sikap selalu berhati-hati dalam setiap pekerjaan pada

saat kerja sebagai bentuk kemampuan menjalankan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja

Pendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 55 275 48.25

4 Setuju 50 200 43.86

3 Ragu-ragu 8 24 7.02

2 Tidak Setuju 1 2 0.88

1 Sangat Tidak Setuju 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.43 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kualitas siswa SMK

pasundan 1 Cimahi terhadap dimensi sikap dalam aspek prosedur kesehatan dan

keselamatan kerja sudah diterapkan dengan baik.

Page 121: BAB 1,2,3,4 baru

121

Tabel 4.44Pendapat responden mengenai kerja sama tim/ kelompok selalu dilakukan dalam

melaksanakan PSGPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 50 250 43.86

4 Setuju 44 176 38.60

3 Ragu-ragu 11 33 9.65

2 Tidak Setuju 5 10 4.39

1 Sangat Tidak Setuju 4 4 3.51

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.45 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kualitas siswa SMK

pasundan 1 Cimahi terhadap dimensi sikap dalam aspek kerja sama tim/ kelompok

mampu dilakukan dengan baik.

Tabel 4.46Pendapat responden mengenai berkomunikasi dengan sesama dijalin dengan

harmonis dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan produktivitasPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 69 345 60.53

4 Setuju 40 160 35.09

3 Ragu-ragu 5 15 4.39

2 Tidak Setuju 0 0 0.00

1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Page 122: BAB 1,2,3,4 baru

122

Berdasarkan tabel 4.46 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kualitas siswa SMK

pasundan 1 Cimahi terhadap dimensi sikap dalam aspek berkomunikasi dengan

sesama mapu dijalankan dengan harmonis dan menyenangkan.

Tabel 4.47Pendapat responden mengenai sikap keingintahuan, semangat kerja, dan motivasi

yang tinggi merupakan bentuk sikap mental seorang pegawai yang produktifPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 75 375 65.79

4 Setuju 29 116 25.44

3 Ragu-ragu 5 15 4.39

2 Tidak Setuju 3 6 2.63

1 Sangat Tidak Setuju 2 2 1.75

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.47 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kualitas siswa SMK

pasundan 1 Cimahi terhadap dimensi sikap dalam aspek semangat kerja dan motivasi

yang tinggi mampu ditunjukkan dengan baik.

Page 123: BAB 1,2,3,4 baru

123

Tabel 4.48Pendapat responden mengenai sikap bermalas-malasan, tak acuh terhadap

lingkungan, bukan merupakan bagian penting dari sikap pegawaiPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 53 265 46.49

4 Setuju 38 152 33.33

3 Ragu-ragu 18 54 15.79

2 Tidak Setuju 0 0 0.00

1 Sangat Tidak Setuju 5 5 4.39

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.48 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kualitas siswa SMK

pasundan 1 Cimahi terhadap dimensi sikap malas dan tak acuh terhadap lingkungan

sekitar bukan merupakan sikap yang ditunjukkan siswa.

Tabel 4.49Pendapat responden mengenai selalu berpenampilan rapi dan menarik adalah cermin

dari seorang pegawai yang baikPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 69 345 60.53

4 Setuju 35 140 30.70

3 Ragu-ragu 7 21 6.14

2 Tidak Setuju 3 6 2.63

1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Page 124: BAB 1,2,3,4 baru

124

Berdasarkan tabel 4.49 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kualitas siswa SMK

pasundan 1 Cimahi terhadap dimensi sikap dalam aspek penampilan mampu

dilakukan dengan rapi dan menarik.

Tabel 4.50Pendapat responden mengenai pemanfaatan waktu dan penyelesaian tugas dilakukan

sesuai jadwal dengan capaian sesuai sasaranPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 68 340 59.65

4 Setuju 39 156 34.21

3 Ragu-ragu 5 15 4.39

2 Tidak Setuju 2 4 1.75

1 Sangat Tidak Setuju 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.50 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kualitas siswa SMK

pasundan 1 Cimahi terhadap dimensi keterampilan dalam aspek penyelesaian tugas

mampu dilakukan dengan tepat waktu dengan mencapai sasaran yang diinginkan.

Page 125: BAB 1,2,3,4 baru

125

Tabel 4.51Pendapat responden mengenai mampu memperbaiki kesalahan pekerjaan yang

dilakukan sebagai cermin pegawai yang kreatifPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 68 340 59.65

4 Setuju 31 124 27.19

3 Ragu-ragu 10 30 8.77

2 Tidak Setuju 5 10 4.39

1 Sangat Tidak Setuju 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.51 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kualitas siswa SMK

pasundan 1 Cimahi terhadap dimensi keterampilan dalam aspek penyelesaikan

kesalahan dalam melaksanakan tugas mampu diselesaikan dengan baik.

Tabel 4.52Pendapat responden mengenai kemampuan mengoperasikan peralatan dan mesin

kantor dengan baikPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 68 340 59.65

4 Setuju 31 124 27.19

3 Ragu-ragu 15 45 13.16

2 Tidak Setuju 0 0 0.00

1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Page 126: BAB 1,2,3,4 baru

126

Berdasarkan tabel 4.52 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kualitas siswa SMK

pasundan 1 Cimahi terhadap dimensi keterampilan dalam aspek pengoperasian

peralatan dan mesin kantor mampu dilaksanakan dengan baik.

Tabel 4.53Pendapat responden mengenai keceriaan dalam bekerja dan tidak mempersulit diri

dalam mengerjakan tugas sebagai cermin semangat kerja pegawaiPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 48 240 42.11

4 Setuju 51 204 44.74

3 Ragu-ragu 10 30 8.77

2 Tidak Setuju 5 10 4.39

1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0.00

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.53 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kualitas siswa SMK

pasundan 1 Cimahi terhadap dimensi keterampilan dalam aspek penyelesaian tugas

mampu dilaksanakan dengan semangat yang tinggi.

Page 127: BAB 1,2,3,4 baru

127

Tabel 4.54Pendapat responden mengenai penanganan sendiri perbaikan ringan pada peralatan

kantor yang terjadi selama praktik merupakan bentuk kreativitas pegawaiPendapat Frekuensi Skor Prosentase

5 Sangat Setuju 42 210 36.84

4 Setuju 58 232 50.88

3 Ragu-ragu 7 21 6.14

2 Tidak Setuju 4 8 3.51

1 Sangat Tidak Setuju 3 3 2.63

Jumlah 114 100 %

Sumber : data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4.54 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden

berpendapat positif. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kualitas siswa SMK

pasundan 1 Cimahi terhadap dimensi keterampilan dalam aspek penanganan

perbaikan ringan peralatan kantor mampu dilakukan sendiridengan baik.

Page 128: BAB 1,2,3,4 baru

128

4.3.3 Statistik Deskriptif

Hasil perhitungan rata-rata dan simpangan baku setiap variable diperoleh

hasil sebagai berikut :

Tabel 4.55

Descriptive Statistics

N MeanStd.

Deviation

Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda

114 4.4119 .19020

Kualitas Siswa 114 4.3892 .26875

Valid N (listwise) 114

Sumber : Hasil perhitungan statistik

Tabel 4.55 di atas menunjukkan skor rata-rata variabel Implementasi

Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda lebih tinggi dibandingkan Kualitas Siswa. Tabel

di atas juga menginformasikan bahwa variabel Kualitas Siswa mempunyai variasi

lebih tinggi dibandingkan variabel Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem

Ganda. Artinya dalam kondisi yang sebenarnya banyak siswa yang mempunyai

kualitas yang tinggi, tetapi juga banyak diantara mereka yang mempunyai kualitas

yang rendah.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai makna hasil

perhitungan statistik deskriptif di atas, selanjutnya dibandingkan dengan tabel

kriteria penafsiran kondisi variabel penelitian pada masing-masing variabel yang

diteliti. Model yang dipakai mengadaptasi model tentang pengontrolan kualitas

(J.Supranto, 2001) sebagai berikut :

Page 129: BAB 1,2,3,4 baru

129

Tabel 4.56

Kriteria penafsiran kondisi variabel penelitian

Rata-rata Skor Penafsiran4,2 – 5,0 Sangat Baik/Sangat Tinggi3,4 – 4,1 Baik/Tinggi2,6 – 3,3 Cukup Baik/CukupTinggi1,8 – 2,5 Buruk/Rendah1,0 - 1,7 Sangat Buruk/Sangat Rendah

Berdasarkan hasil perhitungan deskriptif dibandingkan dengan kriteria di

atas, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.57Kriteria Ketercapaian Skor tiap Variabel

Variabel Rata-rata Kriteria

Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda

4.4119 Sangat baik

Kualitas Siswa 4.3892 Sangat Baik

Sumber : Kuesioner diolah

Berdasarkan tabel di atas, telihat bahwa semua variabel dikategorikan sangat

tinggi.

4.3.4 Pengujian Pengaruh Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda

terhadap Kualitas Siswa SMK Pasundan 1 Cimahi

4.3.4.1 Hubungan antar Variabel

Berikut ini dikemukakan hasil pengolahan data mengenai keterkaitan antar

variabel yang diteliti, seperti disajikan dalam tabel berikut:

Page 130: BAB 1,2,3,4 baru

130

Tabel 4.58

Correlations

Komunikasi

Sumber

Daya Disposisi

Struktur

Birokrasi

Kualitas

Siswa

Komunikasi Pearson

Correlation

1 .103 .029 .115 .434**

Sig. (2-tailed) .277 .757 .224 .000

N 114 114 114 114 114

Sumber Daya Pearson

Correlation

.103 1 .174 .357** .392**

Sig. (2-tailed) .277 .064 .000 .000

N 114 114 114 114 114

Disposisi Pearson

Correlation

.029 .174 1 -.007 .270**

Sig. (2-tailed) .757 .064 .941 .004

N 114 114 114 114 114

Struktur

Birokrasi

Pearson

Correlation

.115 .357** -.007 1 .357**

Sig. (2-tailed) .224 .000 .941 .000

N 114 114 114 114 114

Kualitas Siswa Pearson

Correlation

.434** .392** .270** .357** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .004 .000

N 114 114 114 114 114

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber : hasil perhitungan SPSS 17

Korelasi menunjukkan indikasi awal adanya hubungan antar variabel. Dari

hasil perhitungan korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen

dengan model 2-tailed atau dua sisi diperoleh :

Page 131: BAB 1,2,3,4 baru

131

- Hubungan antara Komunikasi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan

Sistem Ganda dengan Kualitas Siswa memiliki koefisien korelasi sebesar

0,434. Hubungan tersebut signifikan, dimana sig.= 0,000 > 0,05. Maka

Komunikasi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda

berhubungan positif signifikan dengan Kualitas Siswa Jika Komunikasi

dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda lebih baik maka

kualitas siswa juga akan lebih baik, sebaliknya setiap penurunan kualitas

Komunikasi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda, akan

menurunkan kualitas siswa.

- Hubungan antara Sumber Daya dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan

Sistem Ganda dengan Kualitas Siswa memiliki koefisien korelasi sebesar

0,392. Hubungan tersebut signifikan, dimana sig.= 0,000 > 0,05. Maka

Sumber Daya dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda

berhubungan positif signifikan dengan Kualitas Siswa. Setiap kenaikan

Sumber Daya dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda akan

menaikan Kualitas Siswa, sebaliknya setiap penurunan Sumber Daya, akan

menurunkan Kualitas Siswa.

- Hubungan antara Disposisi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan

Sistem Ganda dengan Kualitas Siswa memiliki koefisien korelasi sebesar

0,270 Hubungan tersebut signifikan, dimana sig.= 0,004 < 0,05. Maka

Disposisi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda

Page 132: BAB 1,2,3,4 baru

132

berhubungan positif signifikan dengan Kualitas Siswa Setiap kenaikan

Disposisi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda akan

menaikan Kualitas Siswa, sebaliknya setiap penurunan Disposisi dalam

Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda, akan menurunkan

Kualitas Siswa.

- Hubungan antara Struktur Birokrasi dalam Implementasi Kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda dengan Kualitas Siswa memiliki koefisien korelasi

sebesar 0,357 Hubungan tersebut signifikan, dimana sig.= 0,000 < 0,05.

Maka Struktur Birokrasi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem

Ganda berhubungan positif signifikan dengan Kualitas Siswa. Setiap

kenaikan Struktur Birokrasi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan

Sistem Ganda akan menaikan Kualitas Siswa, sebaliknya setiap penurunan

Struktur Birokrasi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda,

akan menurunkan Kualitas Siswa.

Hubungan yang paling erat adalah hubungan antara Komunikasi dalam

Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda dengan Kualitas Siswa dengan

derajat hubungan yang sedang (korelasi diantara 0,400 – 0,599), sedangkan

hubungan paling lemah adalah hubungan antara Disposisi dalam Implementasi

Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda dengan Kualitas Siswa (korelasi aintara 0,200 –

0,399).

Page 133: BAB 1,2,3,4 baru

133

4.3.4.2 Metode Sucsesive Interval

Berikut ini adalah perhitungan MSI untuk item nomor 1 utuk variabel

Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda (X) :

No Skor Frekuensi Proporsi Proporsi Kumulatif

Density Nilai Z Skala Interval

1 2 4 0.035088 0.035088 0.077429 -1.81078 1 3 5 0.04386 0.078947 0.147183 -1.41219 1.616322 4 11 0.096491 0.175439 0.258185 -0.93289 2.056348 5 94 0.824561 1 0 3.519843

Cara mencari :

SV 2=0 , 000−0,0774290,035088−0,000

=-2 . 20671

SV 3=0,077429−0,1471830,078947−0,035088

=-1. 59041

SV 4=0,147183−0,2581850,175439−0,078947

=-1 . 15038

SV 5=0,258185−0,000

1−0,175439=1.105

x2 = (-2,2067 + 3,2067 = 1)

x3 = (-1,59041 + 3,2067 = 1,615)

x4 = (-1,15038 + 3,2067 = 2,055)

x5 = (0,313118+ 3,2067 = 3,519)

4.3.4.3 Pengujian Regresi Linier Berganda

Hasil perhitungan regresi melalui software SPSS 17, diperoleh hasil sebagai

berikut :

Page 134: BAB 1,2,3,4 baru

134

Y = -0.053 + 0,366X1+2,05X2+0,257X3+0,231X4Dimana :

Y = Kualitas Siswa

X1 = Komunikasi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda

X2 = Sumber Daya dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda

X3 = Disposisi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda

X4 = Struktur Birokrasi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda

Dari persamaan di atas dapat diartikan bahwa setiap peningkatan Komuniksai

dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda 1 satuan, maka akan

meningkatkan (karena nilainya positif) Kualitas Siswa sebesar 0,366. Sebaliknya

setiap penurunan Komunikasi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem

Ganda 1 satuan, maka akan menurunkan (karena nilainya positif) Kualitas Siswa

sebesar 0,366. Setiap peningkatan Sumber Daya dalam Implementasi Kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda 1 satuan, maka akan meningkatkan (karena nilainya

positif) Kualitas Siswa sebesar 0,205. Sebaliknya setiap penurunan Sumber Daya

dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda 1 satuan, maka akan

menurunkan (karena nilainya positif) Kualitas Siswa sebesar 0,205. Setiap

peningkatan Disposisi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda 1

satuan, maka akan meningkatkan (karena nilainya positif) Kualitas Siswa sebesar

0,257. Sebaliknya setiap penurunan Disposisi dalam Implementasi Kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda 1 satuan, maka akan menurunkan (karena nilainya positif)

Kualitas Siswa sebesar 0,257. Setiap peningkatan Struktur Birokrasi dalam

Page 135: BAB 1,2,3,4 baru

135

Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda 1 satuan, maka akan

meningkatkan (karena nilainya positif) Kualitas Siswa sebesar 0,231. Sebaliknya

setiap penurunan Struktur Birokrasi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan

Sistem Ganda 1 satuan, maka akan menurunkan (karena nilainya positif) Kualitas

Siswa sebesar 0,231. Pengaruh Komuniksai dalam Implementasi Kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda dengan Kualitas Siswa paling tinggi dibandingkan

pengaruh variable lainnya.

Untuk mengetahui pengaruh Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem

Ganda terhadap Kualitas Siswa perlu dilakukan pengujian statistik. Maka untuk

mengujinya akan menggunakan hipotesis statistik sebagai berikut :

1. Pengaruh Secara Simultan (Uji F)

Untuk menguji pengaruh Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi, dan Struktur

Birokrasi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda terhadap

Kualitas Siswa, digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : β1 = β2 = β3 = β4 =

0

: Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi,

dan Struktur Birokrasi dalam

Implementasi Kebijakan Pendidikan

Sistem Ganda tidak berpengaruh

signifikan terhadap Kualitas Siswa

H1 : H0 : β1,β2,β3,β4 ≠

0

: Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi,

dan Struktur Birokrasi dalam

Implementasi Kebijakan Pendidikan

Sistem Ganda berpengaruh signifikan

terhadap Kualitas Siswa.

Page 136: BAB 1,2,3,4 baru

136

Dengan kriteria uji : tolak H0 jika F hitung > F tabel atau sig (probability) <

0,05.

Tabel 4.61Hasil Pengujian Simultan Pengaruh Implementasi Kebijakan Pendidikan

Sistem Ganda terhadap Kualitas Siswa

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4.278 4 1.069 17.929 .000a

Residual 6.502 109 .060

Total 10.780 113

a. Predictors: (Constant), Struktur Birokrasi, Disposisi, Komunikasi, Sumber Daya

b. Dependent Variable: Kualitas Siswa

Sumber : Hasil perhitungan SPSS 17

Untuk menguji hipotesis tersebut, diperlukan harga-harga koefisien regresi.

Hasil perhitungan (pada lampiran) menunjukkan nilai F hitung adalah 17,929.

Dengan tingkat signifikansi (α) = 5 % derajat kebebasan (degree of freedom) df1 = 4

dan df2 (n-k-1)=114 – 4 – 1 = 109 dan pengujian dilakukan dengan dua sisi (2-tiled),

di peroleh t tabel sebesar 2,45.

Oleh karena F hitung > F tabel (17,929> 2,45) dan probablity = 0,000 <

0,05(5%), maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara simultan

Page 137: BAB 1,2,3,4 baru

137

(serempak) Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi, dan Struktur Birokrasi dalam

Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda berpengaruh signifikan terhadap

Kualitas Siswa.

2. Pengujian Secara Parsial

a. Pengaruh Komunikasi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda

terhadap Kualitas Siswa.

Untuk menguji pengaruh Komunikasi dalam Implementasi Kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda terhadap Kualitas Siswa, digunakan hipotesis sebagai

berikut :

H0 : β1 = 0 : Komunikasi dalam Implementasi Kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda tidak berpengaruh

signifikan terhadap Kualitas Siswa

H1 : β1 ≠ 0 : Komunikasi dalam Implementasi Kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda berpengaruh

signifikan terhadap Kualitas Siswa

Dengan kriteria uji : tolak H0 jika nilai sig. < 0,05 (5%) atau t (1) hitung > t

tabel dan menerima H0 jika nilai sig. > 0,05 (5%) atau t (1) hitung < t tabel

Tabel 4.62Hasil Pengujian Parsial Pengaruh Komunikasi dalam Implementasi Kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda terhadap Kualitas SiswaKoefisien

regresit hitung t tabel

Sig (Probability)

Kesimpulan

0,366 5,024 1,988 0,000Ho ditolak, terdapat pengaruh yang signifikan

Sumber : Hasil perhitungan SPSS 17

Page 138: BAB 1,2,3,4 baru

138

Untuk menguji hipotesis tersebut, diperlukan harga-harga koefisien regresi.

Hasil perhitungan (pada lampiran) menunjukkan nilai t hitung adalah 5,024. Dengan

tingkat signifikansi (α) = 5 % derajat kebebasan (degree of freedom) = n-k-1 atau

114 – 4 – 1 = 109 dan pengujian dilakukan dengan dua sisi (2-tiled), di peroleh t

tabel sebesar 1,988.

Oleh karena t hitung > t tabel (5,024> 1,988) dan probablity = 0,000 <

0,05(5%), maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Komunikasi dalam

Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda berpengaruh signifikan terhadap

Kualitas Siswa.

b. Pengaruh Sumber Daya dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem

Ganda terhadap Kualitas Siswa.

Untuk menguji pengaruh Sumber Daya dalam Implementasi Kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda terhadap Kualitas Siswa, digunakan hipotesis sebagai

berikut :

H0 : β2 = 0 : Sumber Daya dalam Implementasi Kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda tidak berpengaruh

signifikan terhadap Kualitas Siswa

H1 : β2 ≠ 0 : Sumber Daya dalam Implementasi Kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda berpengaruh

signifikan terhadap Kualitas Siswa

Dengan kriteria uji : tolak H0 jika nilai sig. < 0,05 (5%) atau t (2) hitung > t

tabel dan menerima H0 jika nilai sig. > 0,05 (5%) atau t (2) hitung < t tabel

Page 139: BAB 1,2,3,4 baru

139

Tabel 4.63Hasil Pengujian Parsial Pengaruh Sumber Daya dalam Implementasi

Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda terhadap Kualitas SiswaKoefisien

regresit hitung t tabel

Sig (Probability)

Kesimpulan

0,205 2,856 1,988 0,005Ho ditolak, terdapat pengaruh yang signifikan

Sumber : Hasil perhitungan SPSS 17

Untuk menguji hipotesis tersebut, diperlukan harga-harga koefisien regresi.

Hasil perhitungan (pada lampiran) menunjukkan nilai t hitung adalah 2,856. Dengan

tingkat signifikansi (α) = 5 % derajat kebebasan (degree of freedom) = n-k-1 atau

114 – 4 – 1 = 109 dan pengujian dilakukan dengan dua sisi (2-tiled), di peroleh t

tabel sebesar 1,988.

Oleh karena t hitung > t tabel (2,856 > 1,988) dan probablity = 0,005 <

0,05(5%), maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Sumber Daya dalam

Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda berpengaruh signifikan terhadap

Kualitas Siswa.

c. Pengaruh Disposisi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda

terhadap Kualitas Siswa.

Untuk menguji pengaruh Disposisi dalam Implementasi Kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda terhadap Kualitas Siswa, digunakan hipotesis sebagai

berikut :

H0 : β3 = 0 : Disposisi dalam Implementasi Kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda tidak berpengaruh

signifikan terhadap Kualitas Siswa

Page 140: BAB 1,2,3,4 baru

140

H1 : β3 ≠ 0 : Disposisi dalam Implementasi Kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda berpengaruh

signifikan terhadap Kualitas Siswa

Dengan kriteria uji : tolak H0 jika nilai sig. < 0,05 (5%) atau t (3) hitung > t

tabel dan menerima H0 jika nilai sig. > 0,05 (5%) atau t (3) hitung < t tabel

Tabel 4.64Hasil Pengujian Parsial Pengaruh Disposisi dalam Implementasi Kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda terhadap Kualitas SiswaKoefisien

regresit hitung t tabel

Sig (Probability)

Kesimpulan

0,157 2,902 1,988 0,004Ho ditolak, terdapat pengaruh yang signifikan

Sumber : Hasil perhitungan SPSS 17

Untuk menguji hipotesis tersebut, diperlukan harga-harga koefisien regresi.

Hasil perhitungan (pada lampiran) menunjukkan nilai t hitung adalah 2,902. Dengan

tingkat signifikansi (α) = 5 % derajat kebebasan (degree of freedom) = n-k-1 atau

114 – 4 – 1 = 109 dan pengujian dilakukan dengan dua sisi (2-tiled), di peroleh t

tabel sebesar 1,988.

Oleh karena t hitung > t tabel (2,902 > 1,988) dan probablity = 0,004 <

0,05(5%), maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Disposisi dalam

Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda berpengaruh signifikan terhadap

Kualitas Siswa.

Page 141: BAB 1,2,3,4 baru

141

d. Pengaruh Struktur Birokrasi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem

Ganda terhadap Kualitas Siswa.

Untuk menguji pengaruh Struktur Birokrasi dalam Implementasi Kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda terhadap Kualitas Siswa, digunakan hipotesis sebagai

berikut :

H0 : β4 = 0 : Sturktur Birokrasi dalam Implementasi

Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda tidak

berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Siswa

H1 : β4 ≠ 0 : Sturktur Birokrasi dalam Implementasi

Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda

berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Siswa

Dengan kriteria uji : tolak H0 jika nilai sig. < 0,05 (5%) atau t (4) hitung > t

tabel dan menerima H0 jika nilai sig. > 0,05 (5%) atau t (4) hitung < t tabel

Tabel 4.64Hasil Pengujian Parsial Pengaruh Sturktur Birokrasi dalam Implementasi

Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda terhadap Kualitas SiswaKoefisien

regresit hitung t tabel

Sig (Probability)

Kesimpulan

0,231 2,899 1,988 0,005Ho ditolak, terdapat pengaruh yang signifikan

Sumber : Hasil perhitungan SPSS 17

Untuk menguji hipotesis tersebut, diperlukan harga-harga koefisien regresi.

Hasil perhitungan (pada lampiran) menunjukkan nilai t hitung adalah 2,899. Dengan

tingkat signifikansi (α) = 5 % derajat kebebasan (degree of freedom) = n-k-1 atau

114 – 4 – 1 = 109 dan pengujian dilakukan dengan dua sisi (2-tiled), di peroleh t

tabel sebesar 1,988.

Page 142: BAB 1,2,3,4 baru

142

Oleh karena t hitung > t tabel (2,899 > 1,988) dan probablity = 0,005 <

0,05(5%), maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Sturktur Birokrasi

dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda berpengaruh signifikan

terhadap Kualitas Siswa.

Koefisien Determinasi (Square Multiple Corelation) merupakan koefisien

yang digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi variable independen terhadap

perubahan variable dependen. Hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien determinasi

sebesar 0,397. Nilai tersebut memiliki makna bahwa variasi pada variabel Kualitas

Siswa dapat dijelaskan sebesar 39,7% oleh variasi variabel Komunikasi, Sumber

Daya, Disposisi dan Struktur Birokrasi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan

Sistem Ganda. Sisanya sebesar 61,3 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

diteliti.

4.3.5 Pembahasan

1. Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda di SMK Pasundan 1

Cimahi

Hasil tanggapan responden tentang implementasi kebijakan Pendidikan

Sistem Ganda diperoleh skor rata-rata sebesar 4,4119 (tabel 4.55). Apabila skor

tersebut ditransformasikan ke dalam tabel 4.56 tentang Kriteria penafsiran kondisi

variabel penelitian, maka dapat dikatakan bahwa Implementasi Kebijakan

Page 143: BAB 1,2,3,4 baru

143

Pendidikan Sistem Ganda di SMK Pasundan 1 Cimahi dapat dikategorikan Sangat

baik. Kondisi seperti ini jelas merupakan hal yang diharapkan oleh berbagai pihak

termasuk sekolah (instansi), karena akan berefek kepada kualitas siswa. Pelaksanaan

program Pendidikan Sistem Ganda ( Dual Based Program) yang dilaksanakan pihak

SMK Pasundan I Cimahi adalah model I dan model III, dimana pembekalan

kemampuan produktif di Dunia Usaha dan Dunia Industri dilaksanakan mulai tahun

ketiga awal, sedangkan kemampuan dasar kejuruan sepenuhnya dilaksanakan di

sekolah dan model III, pembekalan kemampuan produktif dimulai sejak tahun

pertama, yaitu untuk menangani kemampuan dasar kejuruan, sedang kemampuan

produktif sepenuhnya diberikan pada tahun ketiga di Dunia Usaha dan Dunia

Industri. Banyak factor yang dapat mendukung terciptanya Implementasi Kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda yang baik, salah satunya adalah seperti yang dijelaskan

oleh Edward III dalam Indiahono (2009:33) bahwa Implementasi kebijakan yang

bersifat kompleks menuntut adanya kerjasama banyak pihak. Ketika strukur birokrasi

tidak kondusif terhadap implementasi suatu kebijakan, maka hal ini akan

menyebabkan ketidakefektifan dan menghambat jalannya pelaksanaan kebijakan.

2. Kualitas Siswa

Hasil tanggapan responden tentang kualitas siswa SMK Pasundan 1 Cimahi

diperoleh skor rata-rata sebesar 4,3892 (tabel 4.55). Apabila skor tersebut

ditransformasikan ke dalam tabel 4.56 tentang kriteria penafsiran variabel penelitian,

maka dapat dikatakan bahwa tingkat kualitas siswa dapat dikategorikan sangat baik

Page 144: BAB 1,2,3,4 baru

144

(tinggi). Dengan demikian aspek-aspek perilaku dalam kawasan kognitif, afektif, dan

psikomotor telah dapat diaktualisasikan oleh para siswa SMK Pasundan 1 Cimahi.

3. Pengaruh Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda terhadap

Kualitas Siswa SMK Pasundan 1 Cimahi

Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda terhadap kualitas siswa SMK

Pasundan 1 Cimahi baik secara simultan maupun secara parsial dengan resiko

kekeliruan 5%, kontribusinya mencapai 39,7%. Hasil penelitan sejalan dengan

pendapat Edward (1980) bahwa untuk mencapai keberhasilan suatu implementasi

kebijakan dipengaruhi empat variabel yang berperan sebagai penentu pencapaian

keberhasilan suatu kebijakan, di antaranya: Komunikasi, Sumber daya, Disposisi,

dan Struktur birokrasi. Oleh karena itu efektif atau tidaknya pelaksanaan kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda bergantung pada bagaimana keempat faktor di atas

bersinergi dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Jika program Pendidikan Sistem

Ganda dikelola dengan baik maka tujuan yang diharapkan pemerintah akan mutu

lulusan SMK yang memiliki kompetensi profesionalisme tidak akan meleset.

Sementara itu Klaumeier, et al dalam Abdul Hadis (2010) menjelaskan secara garis

besar ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualita/ mutu proses dan hasil

Page 145: BAB 1,2,3,4 baru

145

belajar mengajar di kelas, yaitu faktor internal dan eksternal. Adapun yang termasuk

ke dalam faktor internal berupa: faktor psikologis, sosiologis, dan fisiologis yang ada

pada diri siswa dan guru. Sedangkan yang termasuk ke dalam faktor eksternal ialah

semua faktor yang mempengaruhi hasil belajar mengajar di kelas selain faktor yang

bersumber dari faktor guru dan siswa. Faktor-faktor eksternal tersebut berupa faktor:

masukan lingkungan, masukan peralatan, dan masukan eksternal lainnya.

4.3.6 Keterbatasan

Dalam menyelesaikan penelitian di SMK Pasundan 1 Cimahi penulis

menghadapi beberapa keterbatasan, sehingga dalam penyajiannya masih banyak

kekurangan yang akan ditemui, keterbatasan tersebut diantaranya:

1. Generalisasinya lemah, dengan kata lain hasil studi ini tidak dapat

digeneralisasikan ke lain objek/tempat melainkan hanya dapat digunakan pada

SMK Pasundan 1 Cimahi saja. Karenanya untuk penelitian selanjutnya

sebaiknya memperluas generalisasi dengan melakukan penelitian di tempat yang

berbeda.

2. Koefisien determinasi untuk kualitas siswa dinilai kurang, hanya sebesar 37,5%,

sehingga terdapat kemungkinan ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi

kualitas siswa. Karenanya untuk penelitian selanjutnya perlu

mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas siswa.

Page 146: BAB 1,2,3,4 baru

146

TEMUAN-TEMUAN DI LAPANGAN

Berdasarkan penelitian pendahuluan dari pelaksanaan PSG tahun

2009/ 2010 di SMK Pasundan 1 Cimahi, bahwa implementasi kebijakan

pendidikan sistem ganda/ PSG dirasa masih belum efektif, penulis menemukan

beberapa indikator pernyataan masalah yang timbul dil lapangan. Indikator-

indikator masalah tersebut di antaranya sebagai berikut:

1. Belum efektifnya pengelolaan PSG yang dilaksanakan berdasarkan

kemitraan antara sekolah dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/

DI);

2. Berdasarkan pemetaan siswa yang melaksanakan PSG ternyata masih

banyak tempat praktik yang tidak relevan dengan kompetensi keahlian

(jurusan) siswa yang bersangkutan;

3. Masih kurangnya persiapan dalam pembekalan, mental fisik, etika,

ataupun kompetensi dasar yang dilakukan pihak sekolah (jurusan)

sebelum melepaskan siswa PSG;

4. Belum efektifnya pengawasan pelaksanaan PSG;

5. Belum efektifnya pemantauan dan penilaian yang dilakukan pihak sekolah

maupun pihak DU/ DI terhadap siswa yang melaksanakan PSG;

Page 147: BAB 1,2,3,4 baru

147

Uji kualitas data

Mengawali paparan tentang hasil penelitian dan pembahasan, terlebih

dahulu dikemukakan hasil uji veliditas dan reliabilitas angket penelitian. Dalam

penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, masalah validitas dan

reliabilitas alat ukur penelitian merupakan hal yang amat kritis. Valid dan tidaknya

alat pengumpulan data yang digunakan akan menentukan terhadap kualitas data yang

diperoleh. Karena itu, hal yang perlu diketahui sebelum data penelitian diolah dan

dianalisa lebih lanjut adalah

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab III, dalam penelitian ini ada 2

variabel yang diteliti, yaitu Implementasi Kebijakan Program Pendidikan Sistem

Ganda dan Kualitas Siswa SMK. Angket disebarkan pada siswa SMK Pasundan 1

Cimahi.

Angket disebarkan langsung oleh peneliti kepada responden dan setelah

diisi langsung dikumpulkan kembali oleh peneliti. Melalui cara ini diperoleh tingkat

pengembalian angket 100 %. Dengan demikian setelah angket terkumpul kemudian

kemudian dilakukan tabulasi data ke dalam tabel induk penelitian, selanjutnya

dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas dan hasil selengkapnya dilaporkan

dalam lampiran.

Page 148: BAB 1,2,3,4 baru

148