48
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan tanaman sebagai obat masih banyak dipakai oleh masyarakat dalam mengatasi berbagai jenis penyakit. Pengetahuan tentang tanaman obat pada umumnya diwariskan secara turun temurun, meskipun penggunaannya terkadang terbukti berkhasiat namun secara ilmiah pengetahuan empiris perlu dibuktikan dengan penelitian yang sistematis agar penggunaan tanaman obat menjadi lebih dapat dipertanggung jawabkan. Penelitian yang dapat dilakukan terhadap tanaman obat adalah melalui pendekatan fitokimia dan farmakologis. Pendekatan fitokimia yaitu penelusuran kimia aktif tanaman sedangkan pendekatan farmakologi melalui efek farmakologis yang muncul akibat penggunaan tanaman (Busman dan Fitriyasti, 2011). Indonesia merupakan salah satu dari beberapa negara di dunia yang cukup banyak mempraktikkan pengobatan tradisional, suatu metode penyembuhan 1

BAB 1,2,3,4,5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kjsgjxgsa

Citation preview

Page 1: BAB 1,2,3,4,5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penggunaan tanaman sebagai obat masih banyak dipakai oleh masyarakat

dalam mengatasi berbagai jenis penyakit. Pengetahuan tentang tanaman obat pada

umumnya diwariskan secara turun temurun, meskipun penggunaannya terkadang

terbukti berkhasiat namun secara ilmiah pengetahuan empiris perlu dibuktikan

dengan penelitian yang sistematis agar penggunaan tanaman obat menjadi lebih

dapat dipertanggung jawabkan. Penelitian yang dapat dilakukan terhadap tanaman

obat adalah melalui pendekatan fitokimia dan farmakologis. Pendekatan fitokimia

yaitu penelusuran kimia aktif tanaman sedangkan pendekatan farmakologi melalui

efek farmakologis yang muncul akibat penggunaan tanaman (Busman dan

Fitriyasti, 2011).

Indonesia merupakan salah satu dari beberapa negara di dunia yang cukup

banyak mempraktikkan pengobatan tradisional, suatu metode penyembuhan

penyakit yang dipercaya memiliki efek samping paling sedikit karena berasal dari

tumbuh-tumbuhan yang alami dan tanpa menggunakan bahan-bahan kimia.

Diantara sekian banyak tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk mengobati

berbagai macam penyakit adalah (Uncaria gambir Roxb) lebih sering disebut

gambir dan di Indonesia merupakan salah satu bahan yang telah dikonsumsi oleh

masyarakat tradisional sejak puluhan tahun yang lalu berawal dari kebiasaan

menginang/menyirih yang telah dikenal luas sejak sebelum abad ke-4 Masehi.

1

Page 2: BAB 1,2,3,4,5

Kegiatan ini banyak dilakukan baik di pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku

maupun Papua (Infiraj, 2011).

Menurut Fauziyah, Sa’adah dan Lamuningtyas (2009) kesehatan mulut

merupakan suatu hal yang penting bagi manusia terutama dalam pemeliharaan

gigi agar tidak rusak dan membusuk sehingga adanya bau mulut tentu akan

mengganggu pergaulan sehari-hari. Umumnya bau yang terjadi berasal dari

dalam mulut karena adanya pembusukan sisa makanan oleh bakteri yang ada di

dalam rongga mulut. Masalah kesehatan mulut yang sering dihadapi adalah

keluhan sakit gigi yang disebabkan oleh karies gigi dan penyakit jaringan

pendukung gigi.

Bakteri dimulut akan membentuk plak pada permukaan gigi sehingga gigi

berlubang, plak merupakan lengketan yang berisi bakteri dan jenis bakteri yang

dominan menyebabkannya adalah jenis Streptococcus mutans. Bakteri ini

mempunyai kemampuan untuk melakukan fermentasi karbohidrat menjadi asam,

menurunkan pH permukaan gigi dan menyebabkan demineralisasi (Fauziyah dkk,

2009)

Menurut Infiraj (2011), berdasarkan pengalaman empiris penggunaan

secara turun temurun, dan melalui berbagai pembuktian secara ilmiah, tanaman

gambir yang sering dikunyah bersama daun sirih dan kapur ini mempunyai efek

positif karena bahan yang dikinang termasuk gambir mengandung antiseptik dan

antioksidan yang mampu mengobati berbagai macam penyakit. Di bidang

kesehatan gigi dan mulut, berbagai penelitian membuktikan bahwa tanaman

gambir mengandung bahan antibakteri dan antifungi yang dapat mencegah

2

Page 3: BAB 1,2,3,4,5

pertumbuhan bakteri-bakteri penyebab karies dan penyakit periodontal seperti

yang diakibatkan Streptococcus mutans.

Katekin merupakan komponen utama yang terkandung dalam gambir,

merupakan senyawa polifenol yang termasuk dalam kelompok flavonoid yang

mempunyai sifat antioksidan dan antimikroba, sehingga wajar saja bila gambir

telah sejak lama digunakan masyarakat tradisional sebagai antiseptik, obat sakit

perut dan sebagai salah satu ramuan makan sirih yang dipercaya dapat

menyehatkan mulut dan gusi serta menguatkan gigi (TREE, 2010).

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui pengaruh ekstrak gambir terhadap bakteri Streptococcus mutans.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai

berikut “Apakah ada aktivitas antibakteri ekstrak gambir (Uncaria gambir)

terhadap bakteri Streptococcus mutans ?”

1.3. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak

gambir (Uncaria gambir) terhadap bakteri Streptococcus mutans.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dan melengkapi

data tentang aktivitas antibakteri ekstrak gambir (Uncaria gambir) terhadap bakteri

Streptococcus mutans.

3

Page 4: BAB 1,2,3,4,5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambir (Uncaria gambir Roxb)

Klasifikasi ilmiah dari gambir adalah Kingdom: Plantae; Order:

Gentianales; Family: Rubiaceae; Genus: Uncaria; Species: Uncaria Gambir;

Binomial Name: Uncaria gambir (W. Hunter) Roxb., 1824 (Wikipedia, 2012).

Gambar 1. Morfologi Tanaman Gambir Uncaria gambir Roxb. Sumber: (http://en.wikipedia.org/wiki/Uncaria_gambir)

Gambir (Uncaria gambir) termasuk dalam famili Rubiance (kopi-kopian).

Gambir merupakan tanaman perdu dengan tinggi rata-rata 1 s.d 3 meter,

batangnya tegak, bulat, percabangan simpodial, warna cokelat dan pucat, daunnya

tunggal, berhadapan, berbentuk lonjong, tepi bergerigi, pangkal bulat, ujung

meruncing, panjang 8 s.d 13 cm, lebar 4 s.d 7 cm, dan bewarna hijau, bunga

gambir adalah bunga majemuk, berbentuk lonceng, terletak di ketiak daun,

4

Page 5: BAB 1,2,3,4,5

panjang lebih kurang 5 cm, memiliki mahkota sebanyak 5 helai yang berbentuk

lonjong, dan berwarna ungu, buahnya berbentuk telur, panjang lebih kurang 1,5

cm dan bewarna hitam (Fauziyah, Sa’adah dan Lamuningtyas, 2009)

Menurut Fadhlya (2012), Indonesia merupakan negara pemasok gambir

dunia dengan persentase ekspor mencapai 80%, dimana gambir yang diekspor

tersebut berasal dari Provinsi Sumatera Barat pada daerah Kabupaten Lima Puluh

Kota (70%), Kabupaten Pesisir Selatan (25%), dan wilayah lain (5%). Permintaan

ekspor gambir terus mengalami peningkatan sepanjang tahun dengan negara

tujuan adalah Banglades, India, Pakistan, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, Perancis

dan Swiss.

Gambar 2. Gambir (Uncaria gambir Roxb).(Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2013)

Menurut Wibowo dan Waluyo (2002), gambir (Uncaria gambir)

merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang sudah sejak lama dikenal dan

dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. Gambir juga dimanfaatkan sebagai

bahan penyamak kulit untuk mencegah pembusukan, membuat kulit lebih lembut,

berwarna, tidak kaku dan awet. Selain digunakan sebagai obat sakit perut, bisul

5

Page 6: BAB 1,2,3,4,5

dan tenggorokan, penggunaan gambir yang umum dikenal pada makan sirih

adalah sebagai campuran bahan untuk penambah rasa nikmat walaupun pada saat

mula dimakan terasa pahit kemudian terasa manis. Sejalan dengan perkembangan

industri yang mengedepankan konsep kembali ke alam (back to nature), gambir

mulai banyak dibutuhkan sebagai bahan obat, kosmetik, batik, bir dan insektisida

nabati.

Berbagai potensi yang dimiliki gambir membuat permintaan akan tanaman

ini selalu meningkat. Volume ekspor tahun 2000 sebanyak 6.633 ton, meningkat

pada tahun 2004 menjadi 12.438 ton, terjadi peningkatan volume ekspor selama

kurun waktu 5 tahun. Data dari Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Barat (2011)

menyatakan bahwa pada tahun 2008 produksi gambir pada daerah potensi

terbanyak di Sumatera Barat yaitu Limapuluh Kota mencapai 9.997 ton dan

mengalami peningkatan pada tahun 2009 hingga mencapai 11.525 ton namun

pada tahun 2010 mengalami penurunan hingga 10.297 ton dan makin berkurang

hingga tahun 2011 (Fadhlya, 2012).

Gambir dihasilkan dari proses ekstraksi yaitu proses pengeluaran getah

yang terdapat di dalam daun dan ranting tanaman gambir dengan cara direbus,

diperas/dikempa, selanjutnya cairan getah diendapkan kemudian dipisahkan,

dicetak dan dikeringkan, sehingga diperoleh gambir (Wibowo dan Waluyo 2002).

Ekstrak gambir mengandung katekin sebagai komponen utama, suatu

senyawa polifenol, yang berpotensi sebagai antioksidan dan antibakteri.

Kandungan utama gambir meliputi tanin, katekin (tannin flavonoid) dan asam

katekhutanat (tannin yang berikatan dengan flavonoid). Bentuk ikatan tannin

mempunyai kemampuan antara lain bersifat bakteriostatik dan bakterisid pada

6

Page 7: BAB 1,2,3,4,5

organisme seperti Staphylococcus aureus, Staphylococcus pneumonia, Bacillus

anthracis dan gram negative seperti Salmonella typhii, Shigella dysentriae dan

Pseudomonas aureginos. Kemampuan ini juga didukung hasil penelitian secara in

vitro yang menyatakan bahwa gambir pada konsentrasi 1,25% 2,5% 5% dapat

menghambat pertumbuhan Streptococcus (Agusmawanti P, ....).

Gambir adalah ekstrak kering yang diperoleh dari daun dan ranting

tanaman gambir (Uncaria gambir), pada gambir yang sudah terstandarisasi

kandungan katekin adalah 90,56% (UJI Farma Andalas) dimana Katekin

berkhasiat sebagai antibakteri, hemostasis dan antioksidan (Lestari, Widjijono dan

Murdiastuti, 2009).

Umumnya gambir mengandung tidak lebih dari 34% bahan tidak larut

alkohol, 33% bahan tidak larut air dan sekitar 15% kadar air. Gambir tidak mudah

bercampur dengan alkaloid dan gelatin. Ekstrak gambir mengandung beberapa

komponen kimia yaitu katekin 7-33%, asam katekunamat 20-55%, pyrocatechol

20-30%, gambir flouresensi 1-3%, kateku merah 3-5%, quersetin 2-4%, fixed oil

1-2%, lilin 1-2% dan sedikit alkaloid (Catur, 2006).

Rincian komponen-komponen kimia gambir sebagai berikut :

1. Catechin biasa disebut juga dengan asam catechoat dengan rumus kimia

C15H14O6, tidak berwarna dan dalam keadaan murni sedikit tidak larut

dalam air dingin tetapi sangat larut dalam air panas, larut dalam alkohol

dan etil asetat, hampir tidak larut dalam koloform, benzen dan eter.

2. Asam Catechu Tannat merupakan anhidrat dari catechin, dengan

rumus kimia C15H12O5. Apabila catechin dipanaskan pada temperatur

1100C atau dengan cara memanaskan pada larutan alkali karbonat, ia akan

7

Page 8: BAB 1,2,3,4,5

kehilangan satu molekul air dan berubah menjadi Asam Catechu Tannat

yang merupakan serbuk berwarna cokelat kemerah-merahan, cepat larut

dalam air dingin, alkohol, tidak berwarna dalam larutan timah hitam

asetat.

3. Pyrocatechol merupakan hasil penguraian dari zat lain seperti catechin

dengan rumus molekul C6H6O2, bisa larut dalam air, alkohol, eter,

benzena, dan kloroform. Jika dipanaskan akan membentuk catechol;

membentuk warna hijau dengan FECI3 membentuk endapan dengan

Brom; larutannya dalam air cepat berwarna cokelat; dapat mereduksi

perak amoniak dan fehling.

4. Gambir Flouresensi merupakan bagian kecil dari gambir dan

memberikan flouresensi yang berwarna hijau, dapat dilihat apabila larutan

gambir dalam alkolhol dikocok dengan petrolium eter dalam suasana

sedikit basa.

5. Catechu Merah yaitu gambir yang memeberikan warna merah.

6. Quersetin adalah suatu zat yang berwarna kuning yang terdapat dalam

tumbuh-tumbuhan dan berupa turunan flavonol dengan rumus molekul

C15H10O7, disebut juga dengan melatin atau supheretin dan larut dalam

asam asetat glasial yang memberikan warna kuning, serta larut dalam air

dan alkohol, memberikan warna hijau dengan Fe3+ dan akan berubah

menjadi warna gelap dengan pemanasan.

7. Fixed Oil merupakan minyak yang sukar menguap.

8. Lilin (malam) terletak pada lapisan permukaan daun gambir. Merupakan

monoester dari suatu asam lemak dan alkohol.

8

Page 9: BAB 1,2,3,4,5

9. Alkaloid pada gambir terdapat 7 macam, yaitu dihidro gambirtaninna,

gambirdina, gambirtanina, gambirina, isogambirina, auroparina,

oksogambirtanin.

2.2. Antibakteri

Menurut Fauziyah dkk (2009), zat antibakteri adalah zat yang dapat

mengganggu pertumbuhan atau metabolisme bakteri. Berdasarkan aktivitasnya,

zat antibakteri dibedakan menjadi dua jenis yaitu yang memiliki aktivitas

bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) dan yang memiliki aktivitas

bakterisidal (membunuh bakteri).

Ada beberapa mekanisme senyawa antibakteri dalam mengendalikan

bakteri, antara lain mengubah dinding sel, mengubah permeabilitas sel,

mendenaturasi protein sel, menghambat kerja enzim, menghambat sintesis protein

dan menghambat sintesis asam nukleat. Suatu zat antibakteri harus berinteraksi

langsung dengan dinding sel bakteri untuk masuk ke dalam sel bakteri tersebut.

Komposisi dari dinding sel bakteri sangat mempengaruhi kemampuan zat

antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri (Catur, 2006).

Aktifitas antibakteri pada gambir bersifat bakteriostatik karena semakin

tinggi konsentrasi katekin, maka penghambatan terhadap pertumbuhan

Streptococcus mutans semakin besar. Sifat antibakteri pada gambir tidak lepas

dari komponen yang dikandungnya yaitu katekin dan asam katekhutanat (tanin).

Katekin dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri dan berperan juga

sebagai antikarsinogenik, sedangkan tanin memiliki khasiat sebagai antibakteri

dan antijamur.

9

Page 10: BAB 1,2,3,4,5

2.3. Bakteri Streptococcus mutans

Klasifikasi ilmiah dari Streptococcus mutans adalah Kingdom: Bacteria;

Phylum: Firmicutes; Class: Bacilli; Order Lactobacillales; Family:

Streptococcaceae; Genus: Streptococcus; Species: S. mutans; Binomial Name:

Streptococcus mutans Clarke 1924 (Wikipedia, 2013).

\

Gambar 2. Stain of S. mutans in thioglycollate broth culture. Sumber: (http://en.wikipedia.org/wiki/Streptococcus_mutans)

Menurut Catur (2006), sel Streptococcus mutans berbentuk lonjong/bulat

dengan diameter kurang dari 2 µm dan termasuk bakteri gram positif. Koloninya

berpasangan/berantai tidak bergerak dan tidak berspora. Metabolismenya secara

anaerob dan fakultatif anaerob. Bakteri ini memperbanyak diri pada suhu

optimum 370C selama 48 jam dalam media selektif.

Organisme asidogenik spesifik, yaitu yang berasal dari kelompok

Streptococcus mutans saat ini secara umum dianggap memiliki peranan khusus

dalam etiologi karies gigi. Streptococcus mutans merupakan salah satu pemicu

10

Page 11: BAB 1,2,3,4,5

karies karena bakteri ini memiliki enzim glikosiltransferase yang berperan sebagai

prekursor dalam perkembangan plak gigi, namun tidak semua plak gigi dapat

menyebabkan karies gigi (Hardiyati dan Hermiawati, 2005).

Streptococcus mutans pertama kali diisolasi dari plak gigi oleh Clarke

pada tahun 1924. Bakteri tersebut diklasifikasikan kedalam kingdom Monera,

divisi Firmucutes, kelas Bacilli, ordo Lactobacilaes, famili Streptococcaceae,

genus Streptococcus, dan Spesies Streptococcus mutans. Pada tahun 1890, Miller

melaporkan teori khemoparasitik karies gigi, teori ini kemudian disebut sebagai

hipotesis plak non-spesifik yang menggambarkan dekalsifikasi enamel sampai

terjadinya karies gigi sebagai dampak dari kumulatif produksi asam oleh bakteri

plak gigi. Streptococcus mutans menghasilkan dua enzim, yaitu

glukosiltransferase (Gtf) dan fruktosiltransferase (Ftf). Enzim ini bersifat spesifik

untuk substrat sukrosa dan fruktosa yang digunakan untuk sintesa glukan dan

fruktan (Gani, Tanzil dan Mangundjaja, 2006).

Jumlah Streptococcus mutans di dalam plak gigi dan air liur sangat

bervariasi, jumlah ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti diet, sukrosa,

pemberian fluor secara topikal, dan pemakaian antibiotik. Derajat infeksi

Streptococcus mutans dipengaruhi jumlah Streptococcus mutans baik komposisi

maupun jumlah aliran dan interaksi antimikroorganisme di dalam plak. Kadar

Streptococcus mutans dalam air liur berkisar 106 sampai 107 CFU (Colony

Forming Unit) per ml (Catur, 2006).

Menurut Pratiwi (2005), penelitian klasik Keyes tahun 1960 dan

Fitzsgerald and Keyes tahun 1960 pada binatang bebas kuman memperlihatkan

bahwa plak yang didominasi oleh kuman Streptococcus mutans dan Lactobacillus

11

Page 12: BAB 1,2,3,4,5

menyebabkan terbentuknya karies. Streptococcus mutans dan Lactobacillus

merupakan kuman yang kariogenik karena mampu segera membentuk asam dari

karbohidrat yang dapat diragikan. Kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam

suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya

membuat polisakarida ekstra sel. Polisakarida ekstra sel ini terutama terdiri dari

polimer glukosa yang menyebabkan matriks plak mempunyai konsistensi seperti

gelatin, akibatnya bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat

satu sama lain. Plak makin lama makin tebal, sehingga akan menghambat fungsi

saliva untuk melakukan aktivitas antibakterinya.

Menurut Sabir (2007), telah banyak penelitian yang membuktikan adanya

hubungan yang erat antara jumlah bakteri Streptococcus mutans pada saliva

dengan prevalensi karies gigi, hal ini disebabkan karena karakteristik dari bakteri

Streptococcus mutans yaitu mampu melakukan sintesis polisakarida ekstraseluler

glukan yang tidak larut dari sukrose, mampu menghasilkan asam laktat melalui

proses homo fermentasi, dan lebih bersifat asidogenik dibanding spesies

Streptococcus lainnya. Polisakarida ekstraseluler ini tidak mudah larut dalam air,

bersifat lengket sehingga memudahkan perlekatan Streptococcus mutans pada gigi

(Indrawati, 1999).

Menurut Indrawati (1999), beberapa alasan mengapa Streptococcus

mutans yang terdapat sebagai komensal rongga mulut disebut penting

hubungannya dengan karies gigi, dijelaskan sebagai berikut :

1. Dapat membuat enzim glucosyltransferase (GTF) yang menyebabkan

produksi glukan dari sukrosa. Glukan yang terbentuk merupakan masa

12

Page 13: BAB 1,2,3,4,5

seperti lumpur, pekat, tidak mudah larut, bersifat lengket, penting didalam

pembentukan plak.

2. Glukan yang mempunyai daya lekat merupakan satu tanda virulensi yang

karakteristik untuk Streptococcus mutans.

3. Sangat asidogenik sehingga dapat menyebabkan demineralisasi hidroksi

apatit dengan pH terminal 3-4 yang dapat menyebabkan karies gigi.

4. Dalam metabolisme sukrosa dapat mengubah glukosa menjadi

intracellular polysaccharide (IPS), sebagai bahan cadangan.

Streptococcus mutans dapat dibedakan dari Streptococcus lainnya melalui

kemampuan melakukan fermentasi manitol, sorbitol, bentuk koloni dan

kemampuan melakukan sintesis, dekstran, levan dan mutan (Boel, 2000).

13

Page 14: BAB 1,2,3,4,5

2.4. Kerangka Konseptual

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka disusun kerangka konseptual

dalam penelitian ini sebagai berikut:

2.5. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan adalah :

Ho : Tidak ada aktivitas antibakteri ekstrak gambir (Uncaria gambir

Roxb) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.

Ha : Ada aktivitas antibakteri ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb)

terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.

Ekstrak Gambir 20%

Ekstrak Gambir 30%

Ekstrak Gambir 40%

Ekstrak Gambir 50%

Ekstrak Gambir 60%

Ekstrak Gambir 80%

Streptococcus mutans

14

Page 15: BAB 1,2,3,4,5

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eksperimental

Laboratorium.

3.2. Variabel Penelitian

- Variabel terikat : Bakteri Streptococcus Mutans

- Variabel bebas : Ekstrak Uncaria gambir.

3.3. Defenisi Operasional Variabel

Variabel terikat: Bakteri Streptococcus mutans dalam penelitian ini

berperan sebagai spesimen yang akan diberikan perlakuan ekstrak Uncaria

gambir.

Variabel bebas: Variabel yang mempengaruhi dalam penelitian ini adalah

konsentrasi ekstrak Uncaria gambir dalam konsentrasi yang terdiri atas

20%, 30%, 40%, 50%, 60% dan 80%.

3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 dengan lokasi penelitian

dilakukan di Laboratorium Kimia Kopertis Wilayah X Padang, Sumatera Barat

dan Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta, DIY.

3.5. Alat dan Bahan

Berikut adalah perincian alat-alat dan bahan yang digunakan selama

penelitian.

15

Page 16: BAB 1,2,3,4,5

3.5.1. Alat-alat yang Digunakan

Lemari pengering (oven), pinset, timbangan analitik, cawan petri, ose,

plastik uap, kapas, kain kasa, autoclave, inkubator, tabung reaksi dan rak,

penggaris, vorteks, lumpang-alu, corong, botol gelap 2,5 liter, tabung erlenmeyer,

sendok kaca, rotavapor (Rotary Evaporator), kertas saring wathman, perforator

(pelubang media), densichek, petridish, pipet otomatis dan tip, lidi kapas steril.

3.5.2. Bahan-bahan yang Dipakai

Gambir, etanol (metanol teknis), biakan bakteri Streptococcus mutans,

alkohol 70%, medium agar darah atau Blood Agar Plate (BAP), aquadest steril,

NaCl 0,85%.

3.6. Pelaksanaan Penelitian

3.6.1. Pengambilan Gambir

Gambir didapat dari PT TEMIRAYASA Pasa Gadang Padang, Sumatra

Barat.

3.6.2. Maserasi dan Pembuatan Ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb)

Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara

merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada

temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk

menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam

cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Cairan penyari yang

digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lainnya. Endapan yang

diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Alam, Gemini dan Rahim, 2007;

Ditjen POM, 1986; Sudjadi, 1986).

16

Page 17: BAB 1,2,3,4,5

Prinsip rotavapor adalah proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya

dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan

penyari dapat menguap 5-100C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh

karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan

penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi

molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat

penampung (Sudjadi, 1986).

Gambir ditimbang dengan menggunakan timbangan digital 4 digit merek

Precisa XT 220A. Gambir sebanyak 539,9 gram. Kemudian ditumbuk dengan

menggunakan lumpang dan alu agar memperkecil molekul sehingga dapat

mempercepat proses maserasi gambir. Gambir yang telah ditumbuk dimasukan

kedalam tabung gelap 2,5 liter dan metanol teknis dituangkan sebanyak 1 liter

dengan menggunakan corong. Didiamkan selama 9 hari. Hasil maserasi gambir

selama 9 hari disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman kedalam

tabung erlenmeyer, lalu dilakukan rotavapor dengan alat rotary evaporator hingga

diperoleh hasil ekstrak gambir dengan kekentalan yang pekat.

3.6.3. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Gambir

Konsentrasi larutan gambir yang digunakan dalam penelitian ini adalah

20%, 30%, 40%, 50%, 60%, dan 80%. Bahan yang digunakan sebagai pelarut

ekstrak gambir adalah larutan fisiologis (NaCl 0,85%) (Setyaningrum, 2009) .

17

Page 18: BAB 1,2,3,4,5

Tabel 1. Pembuatan Konsentrasi Larutan Ekstrak Gambir.Ekstrak Gambir (gr) NaCl (ml) Volume akhir

(ml)Konsentrasi

(%)0,2 0,8 1 20

0,3 0,7 1 30

0,4 0,6 1 40

0,5 0,5 1 50

0,6 0,4 1 60

0,8 0,2 1 80

3.6.4. Pembuatan Medium Agar Darah

Larutkan 4,0 g bacto agar ke dalam 100 ml dan diaduk sampai rata,

dipanaskan sampai homogen. Kemudian bahan ini disterilkan dalam autoclave

suhu 121°C selama 15 menit 1 atm setelah itu medium didinginkan sampai 450C

(belum membeku) ditambahkan 3 ml darah dan diaduk sampai homogen, lalu

dituangkan ke dalam cawan petri steril sebanyak 15 ml dibiarkan sampai beku

(Busman dan Fitriyasti, 2011).

3.6.5. Pembuatan NaCl 0,85%

Timbang 0,85 gram NaCl, dilarutkan dengan 100 ml aquadest labu

erlenmeyer. Kemudian disterilkan dengan autoclave pada suhu 1210 C selama 15

menit (Setyaningrum, 2009).

3.6.6. Sterilisasi Alat

Alat-alat yang digunakan untuk pengujuian dicuci bersih dan dikeringkan.

Tabung reaksi, erlenmeyes, gelas ukur, vial, pipet ditutup mulutnya dengan kapas,

dibungkus dengan perkamen. Kemudian semua alat disterilkan di dalam autoclave

pada suhu 1210C dan tekanan 1 atm selama 15 menit. Pinset dan jarum ose

18

Page 19: BAB 1,2,3,4,5

disterilkan dengan cara flambier pada lampu spiritus. Laminar Air Flow cabinet

dibersihkan dan kemudian disterilkan dengan menyalakan lampu UV selama 5

menit. Lemari aseptis dibersihkan dari debu lalu disemprot dengan etanol 70%

dan dibiarkan selama 15 menit sebelum digunakan (Busman dan Fitriyasti, 2011)

3.6.7. Penyediaan Bakteri

Bakteri yang digunakan adalah Streptococcus mutans diperoleh dari Balai

Laboratorium Kesehatan Yogyakarta, DIY.

3.6.8. Suspensi Bakteri Streptococcus mutans

Mengambil satu ose koloni biakan bakteri Streptococcus mutans yang

berumur 24 jam. Masing-masing bakteri disuspensikan di dalam tabung dengan

air garam fisiologis (NaCl 0,85%) sampai didapatkan kekeruhan yang sesuai

dengan standar Brown III yaitu 0,5 ml. Standar kekeruhan diukur menggunakan

alat densicheck (Setyaningrum, 2009).

3.6.9. Uji Aktivitas Antibaketri

Pengujian aktivitas antibakteri dengan metoda difusi agar . Suspensi

mikroba uji ditanamkan secara merata pada media agar darah (BAP) dengan

menggunakan lidi kapas steril, media dilubangi dengan menggunakan perforator

dan ditetesi ekstrak gambir sebanyak 25µl/ml dengan pipet otomatis dan tip

kemudian diinkubasi selama 24 jam di inkubator. Setelah 24 jam diamati

pertumbuhan mikroba uji dan diukur diameter zona hambat. Sebagai kontrol

(konsentrasi gambir 0%) ditetesi dengan larutan NaCl fisiologis. Sebagai

pembanding untuk antibakteri digunakan amoksisilin (AMC).

19

Page 20: BAB 1,2,3,4,5

3.7. Alur Penelitian

Persiapan alat dan bahan penelitian, serta spesimen yang diperlukan

Pembuatan media Agar darah

Sterilisasi alat

Uji aktivitas antibakteri

Analisa data

Pengamatan diameter zona hambat

Penyediaan bakteri S. mutans

Suspensi bakteri S. mutans

Pengambilan gambir

Pembuatan ekstrak dan konsentrasi 20%, 30%, 40%, 50%, 60% dan 80%

Pembuatan larutan fisiologis NaCl 0,85%

20

Page 21: BAB 1,2,3,4,5

3.8. Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisa

secara deskriptif untuk menunjukkan hasil pengukuran diameter hambatan

dalam satuan millimeter.

2. Analisis Statistik

Data yang diperoleh dianalisa secara statistik dengan tingkat

signifikasi 5% dengan menggunakan aplikasi SPSS Uji ANOVA.

Pengambilan kesimpulan adalah sebagai berikut (Priyatno, 2009) :

1. Jika nilai F hitung lebih besar dari F tabel berarti ada pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat maka Ha diterima dan Ho

ditolak.

2. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 berarti pengaruh variabel

bebas terhadap variabel terikat tersebut adalah signifikan atau

bermakna.

21

Page 22: BAB 1,2,3,4,5

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian dengan judul ”Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Gambir

(Uncaria gambir Roxb) Terhadap Bakteri Streptococcus mutans” telah dilakukan

pada tanggal 13 Maret 2013 di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta dengan

ekstrak gambir pada konsentrasi 0%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60% dan 80%.

Diperoleh data hasil rata-rata diameter zona hambat terhadap pertumbuhan

bakteri Streptococcus mutans pada berbagai konsentrasi ekstrak gambir seperti

pada tabel berikut :

Tabel 2. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Gambir terhadap Bakteri Streptococcus mutans.

PercobaanDiameter Zona Hambat (mm) dalam Berbagai Konsentrasi Ekstrak

Gambir0% 20% 30% 40% 50% 60% 80% AMC

1 - 6,5 7,5 9 11 11,5 12,5 24,5

2 - 6 7 9,5 11,5 11 13 26

3 - 6 7 9 11,5 12 13 25,3

Rata-rata - 6,16 7,16 9,16 11,33 11,5 12,83 25,26

Tabel 2 terlihat hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak gambir terhadap

bakteri Streptococcus mutans. Pada percobaan (1) konsentrasi ekstrak gambir

0%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 80% dan amoksisilin dihasilkan 0 mm, 6,5 mm,

7,5 mm, 9 mm, 11 mm, 11,5 mm, 12,5 mm, 24,5 mm zona hambat pertumbuhan

bakteri Streptococcus mutans. Hasil percobaan (2) 0 mm, 6 mm, 7 mm, 9,5 mm,

11,5 mm, 11 mm, 13 mm, 26 mm zona hambat. Hasil percobaan (3) 0 mm, 6 mm,

7 mm, 9 mm, 11,5 mm, 12 mm, 13 mm, 25,3 mm zona hambat.

22

Page 23: BAB 1,2,3,4,5

Rata-rata diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus

mutans pada konsentrasi ekstrak gambir 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 80% dan

amoksisilin sebesar 6,16 mm, 7,16 mm, 9,16 mm, 11,33 mm, 11,5 mm, 12,83 mm

dan 25,26 mm.

Data hasil penelitian selanjutnya dilakukan analisis deskriptif dan analisis

statistik dengan taraf signifikan 5%.

4.1.1. Analisis Deskriptif

Data hasil penelitian dianalisa secara deskriptif dan ditampilkan dalam

bentuk tabel seperti dibawah ini.

Tabel 3. Hasil Uji Statistik Deskriptif Aktivitas Antibakteri Ekstrak Gambir terhadap Bakteri Streptococcus mutans.

VariabelKonsentrasi

Mean SD95 % CI

p valueLower Upper

20 % 6,167 0,289 5,450 6,884

30 % 7,167 0,289 6,450 7,884

40 % 9,167 0,289 8,450 9,884

50 % 11,333 0,289 10,616 12,050 0,000

60 % 11,500 0,500 10,258 12,742

80 % 12,833 0,289 12,116 13,550

AMC 25,267 0,751 23,402 27,131

Hasil uji statistik didapat nilai p=0,000, berarti pada alpha 5% dapat

disimpulkan ada perbedaan hasil diantara ketujuh model konsentrasi.

23

Page 24: BAB 1,2,3,4,5

4.1.2. Analisis Statistik

Mengetahui pengaruh antar kelompok berbagai konsentrasi ekstrak gambir

terhadap zona hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans digunakan Uji

Tukey. Hasilnya secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 5, sedangkan

ringkasannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Hasil Uji Tukey Aktivitas Antibakteri Ekstrak Gambir Terhadap Bakteri Streptococcus mutans

Konsentrasi Ekstrak Gambir 20% 30% 40% 50% 60% 80% AMC

20% - TS S S S S S

30% TS - S S S S S

40% S S - S S S S

50% S S S - TS S S

60% S S S TS - S S

80% S S S S S - S

AMC S S S S S S -

S= Signifikan TS= Tidak Signifikan

Uji Tukey pada tabel dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing-

masing konsentrasi ekstrak gambir, dengan signifikansi lebih kecil dari α

(0,000<0,05). Pada konsentrasi ekstrak gambir 20% dengan 30% dan 50% dengan

60% tidak signifikan karena nilai lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak tampak

adanya perbedaan yang nyata atau mempunyai pengaruh terhadap bakteri

Streptococcus mutans yang hampir sama. Sedangkan antar kelompok lainnya

didapatkan perbedaan yang nyata artinya mempunyai pengaruh yang nyata.

24

Page 25: BAB 1,2,3,4,5

Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan gambir terhadap pertumbuhan

bakteri Streptococcus mutans maka data yang telah diperoleh dianalisa secara

statistik dengan Uji Anova pada taraf signifikansi 5%. Hasil analisa dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 5. Hasil Uji Anova Aktivitas Antibakteri Ekstrak Gambir terhadap Bakteri Streptococcus mutans

Sum of Squares

df Mean Square F Sig.

Between Groups 728,292 6 121,382 690,792 0,000

Within Groups 2,460 14 0,176

Total 730,752 20

Tabel 5 menunjukkan nilai F hitung Streptococcus mutans sebesar 690,792

dengan signifikansi 0,000. Harga F tabel dengan df pembilang 6 dan df penyebut

14 diperoleh harga F tabel sebesar 3,344 untuk taraf kesalahan 5%. Dengan

demikian F hitung dibanding F tabel menunjukan bahwa F hitung lebih besar dari

F tabel (690,792>3,344). Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat maka Ha diterima dan Ho ditolak.

25

Page 26: BAB 1,2,3,4,5

4.2. Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

aktivitas antibakteri ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) pada beberapa

konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans yang dilakukan

secara laboratoris agar dapat ditentukan potensial suatu zat antibakteri dari gambir

yaitu katekin serta kepekaan bakteri terhadap konsentrasi yang akan diteliti.

Penelitian ini terbukti adanya aktivitas antibakteri pada ekstrak gambir.

Namun aktivitas antibakteri yang dimiliki oleh gambir adalah aktivitas

bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri), semakin tinggi konsentrasi

ekstrak gambir maka zona hambat terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans

semakin besar. Konsentrasi 0% ekstrak gambir terlihat tidak adanya aktivitas

bakteriostatik pada bakteri Streptococcus mutans sedangkan pada konsentrasi

20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 80% dan amoksisilin terlihat adanya aktivitas

bakteriostatik pada bakteri Streptococcus mutans. Aktivitas suatu antibakteri

dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, PH dan keberadaan bahan-bahan

organik selain itu, kemampuan dalam menghambat pertumbuhan kuman juga

dipengaruhi oleh konsentrasi. Jika konsentrasi antibakteri semakin tinggi maka

aktivitas antibakterinya akan semakin besar (Fauziyah dkk., 2009; Risnawati,

2008).

Pengaruh ekstrak gambir terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus

mutans juga dapat dilihat dari hasil uji Anova yang menunjukkan signifikansi

0,000 untuk taraf kesalahan 5% dan signifikansi lebih kecil dari α (0,000<0,05)

yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak ada aktivitas antibakteri ekstrak gambir

(Uncaria gambir Roxb) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.

26

Page 27: BAB 1,2,3,4,5

Mekanisme ekstrak gambir dalam Streptococcus mutans dikarenakan

adanya zat antibakteri yang terkandung di dalamnya. Zat antibakteri yang terdapat

dalam gambir adalah katekin, asam katekutanat, merah katekin, zat penyamak,

quersetin, lilin, serta alkaloid. Adanya kenaikan diameter zona hambat terhadap

pertumbuhan Streptococcus mutans diikuti dengan bertambah naiknya konsentrasi

dari ekstrak gambir. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan konsentrasi ekstrak

gambir juga diiringi dengan naiknya kandungan zat antibakteri ekstrak gambir

(Fauziyah dkk, 2009; Risnawati, 2008).

Gambir mengandung senyawa fungsional yang termasuk dalam golongan

senyawa polifenol. Senyawa polifenol dalam gambir terutama adalah katekin.

Polifenol alami merupakan metabolit sekunder tanaman tertentu, termasuk dalam

menyusun golongan tanin. Tanin dalam jumlah kecil dapat menghalangi

pertumbuhan mikroorganisme, sedangkan dalam jumlah yang besar dapat

berfungsi sebagai antibakteri (Fauziyah dkk, 2009).

Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak gambir mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Hal ini diduga karena adanya

kandungan senyawa kimia seperti katekin, asam katekutanat, alkaloid di dalam

gambir. Senyawa-senyawa itulah yang berperan sebagai bahan aktif yang dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Pertumbuhan bakteri

yang terhambat akibat suatu zat antibakteri dapat disebabkan oleh penghambatan

terhadap sintesis dinding sel, penghambatan terhadap fungsi membran sel,

penghambatan terhadap sintesis protein dan penghambatan terhadap sintesis asam

nukleat (Lucida dkk, 2007; Setyaningrum, 2009).

27

Page 28: BAB 1,2,3,4,5

Kerusakan yang dapat terjadi pada sel bakteri Streptococcus mutans akibat

pemberian ekstrak gambir adalah penghambatan terhadap sintesis dinding sel. Hal

ini karena adanya kandungan katekin yang merupakan senyawa polifenol.

Senyawa fenol dapat bersifat koagulator protein. Protein yang menggumpal tidak

dapat berfungsi lagi, sehingga dapat mengganggu pembentukan dinding sel bakteri.

Selain itu, daya antibakteri ekstrak gambir diduga juga berkaitan dengan adanya

senyawa alkaloid. Alkaloid adalah senyawa pahit yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri. Dengan adanya alkaloid dinding sel bakteri dirusak yaitu

merusak struktur dinding sel dengan cara menghambat pembentukannya. Dinding

sel bakteri gram positif terdiri atas peptidoglikan yang sangat tebal yang

memberikan kekakuan untuk mempertahankan keutuhan sel. Dinding sel bakteri

Streptococcus mutans terdiri dari peptidoglikan, polisakarida spesifik, protein, dan

asam lipoteichoic (Setyaningrum, 2009).

Streptococcus mutans memiliki asam lipoteichoic yang disintesis pada

membran sitoplasma bakteri yang diproduksi dari permukaan sel yang berfungsi

sebagai reseptor. Asam lipoteichoic sangat toksik untuk berbagai sel inang dan

memiliki kemampuan aktivitas biologi berspektrum luas. Dan memiliki antigen

karbohidrat yang terdapat pada dinding sel yang berfungsi sebagai kekebalan

tubuh (Setyaningrum, 2009).

Proses perakitan dinding sel bakteri diawali dengan pembentukan rantai

peptida yang akan membentuk jembatan silang peptida yang menggabungkan

rantai glikan dari peptidoglikan pada rantai yang lain sehingga menyebabkan

dinding sel terakit sempurna. Jika ada kerusakan pada dinding sel atau ada

hambatan dalam pembentukannya dapat terjadi lisis pada sel bakteri sehingga

28

Page 29: BAB 1,2,3,4,5

bakteri segera kehilangan kemampuan membentuk koloni dan diikuti dengan

kematian sel bakteri. Tanpa dinding sel, bakteri tidak dapat bertahan terhadap

pengaruh luar dan segera mati. Oleh karena itu, diduga adanya gangguan atau

penghambatan pada perakitan dinding sel utuh yang tepat efek dari ekstrak

gambir yang dapat menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri

(Setyaningrum, 2009).

Kemampuan ekstrak gambir dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Streptococcus mutans dapat dimanfaatkan sebagai antiseptik oral untuk mencegah

karies. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dapat menjadi sumber informasi

bagi masyarakat serta memacu peneliti lain untuk terus menggali manfaat gambir

sehingga gambir sebagai tanaman obat masyarakat Indonesia dapat terus

dikembangkan dan dilestarikan.

29

Page 30: BAB 1,2,3,4,5

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada pengaruh yang signifikan aktivitas antibakteri ekstrak gambir

(Uncaria gambir Roxb) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus

mutans.

2. Besarnya rata-rata diameter zona hambat pertumbuhan bakteri

Streptococcus mutans pada konsentrasi ekstrak gambir 20%, 30%, 40%,

50%, 60%, 80% dan amoksisilin sebesar 6,16 mm, 7,16 mm, 9,16 mm,

11,33 mm, 11,5 mm, 12,83 mm dan 25,26 mm.

3. Aktivitas antibakteri ekstrak gambir terhadap pertumbuhan bakteri

Streptococcus mutans yaitu aktivitas bakteriostatik (menghambat

pertumbuhannya).

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sediaan lain

dari gambir misalnya dalam bentuk rebusan dengan konsentrasi yang lebih

dinaikkan.

2. Perlu dilakukan penelitian mengenai aktivitas antibakteri ekstrak gambir

terhadap jenis bakteri lain yang menyebabkan infeksi pada rongga mulut

sehingga dapat mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang

mikrobiologi kedokteran gigi.

30

Page 31: BAB 1,2,3,4,5

3. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai bahan aktif yang terdapat

dalam ekstrak gambir untuk pengujian terhadap bakteri lain yang

menyebabkan infeksi.

31