75
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa Barat Komunikasi Politik Kelas IK-06 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya aktivitas politik akhir-akhir ini dalam hubungannya dengan penegakan demokrasi dan hak-hak asasi manusia, harus dibarengi dengan aktivitas riset atau penelitian. Riset adalah suatu proses pengumpulan dan interpretasi informasi secara sistematis untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu masalah. Riset berusaha menemukan dan mempelajari sesuatu, dan sekaligus menjadikan sebagai pengalaman yang mengasyikkan. Riset juga menjadi peralatan yang esensial untuk memahami kejadian atau peristiwa. Oleh sebab itu, riset atau penelitian dimaksudkan sebagai proses untuk menghasiklan pengetahuan baru yang lebih terstruktur, terorganisasi, sistematis dengan tingkat validitas yang lebih tinggi. Dengan hasil yang lebih terukur dibandingkan dengan cara-cara konvensional, potensi membuat kesalahan lebih kecil kemungkinannya. Bagi perusahaan atau lembaga-lembaga sosial yang bergerak dalam bidang pemasaran dan pelayanan public, misalnya Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305) Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia - Bandung 1

bab 1,2,3,4.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

komunikasi politik

Citation preview

Page 1: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya aktivitas politik akhir-akhir ini dalam hubungannya dengan penegakan

demokrasi dan hak-hak asasi manusia, harus dibarengi dengan aktivitas riset atau penelitian.

Riset adalah suatu proses pengumpulan dan interpretasi informasi secara sistematis untuk

meningkatkan pemahaman terhadap suatu masalah. Riset berusaha menemukan dan

mempelajari sesuatu, dan sekaligus menjadikan sebagai pengalaman yang mengasyikkan.

Riset juga menjadi peralatan yang esensial untuk memahami kejadian atau peristiwa. Oleh

sebab itu, riset atau penelitian dimaksudkan sebagai proses untuk menghasiklan

pengetahuan baru yang lebih terstruktur, terorganisasi, sistematis dengan tingkat validitas

yang lebih tinggi. Dengan hasil yang lebih terukur dibandingkan dengan cara-cara

konvensional, potensi membuat kesalahan lebih kecil kemungkinannya.

Bagi perusahaan atau lembaga-lembaga sosial yang bergerak dalam bidang

pemasaran dan pelayanan public, misalnya konsultan, lembaga pemerintahan, organisasi

pemerhati public, perusahaan asuransi, perusahaan media ( surat kabar, radio dan televisi ),

lembaga pendidikan, rumah sakit, pusat-pusat pelayanan sosial dan juga partai-partai politik

memerlukan adanya unit yang bisa melaksanakan tugas-tugas riset. Keberadaan unit riset

sangat diperlukan untuk mengumpulkan data atau informasi yang dapat dimanfaatkan

untuk :

1. Pengambilan keputusan (decision making) dalam penyusunan rencana atau revisi

program yang telah berjalan.

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 1

Page 2: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

2. Menentukan kebijakan dan strategi (policy and strategy) yang akan diambil.

3. Memenuhi kebutuhan khalayak atau pasar.

4. Efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program.

5. Pengembangan (development) insitusi.

Selain itu, bagi lembaga-lembaga penelitian ilmiah, hasil riset digunakan untuk :

1. Penemuan masalah (trouble spot)

2. Uji teori

3. Penyediaan informasi

4. Untuk kepentingan publikasi dan promosi.

Mengenai riset di bidang komunikasi politik sebenarnya baru dikenal di Indonesia

pada tahun 2003, sejalan dengan gerakan reformasi demokrasi untuk mengubah sistem

pemilihan presiden dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari sistem perwakilan menjadi

pemilihan langsung. Sebelumnya Partai Golkar sudah melakukannya, terutama dalam

membaca target khalayak yang menjadi sasaran pemilu, meski hal itu dilakukan secara tidak

terang-ternagan. Berbeda dengan negara-negara yang sudah lama melakukan pemilihan

umum secara langsung seperti Amerika Serikat, maka aktivitas riset di bidang komunikasi

politik juga sudah lama dikenal. Oleh sebab itu, pemilihan langsung memiliki efek terhadap

berkembangnya perusahaan-perusahaan terutama di bidang pendapat umum (opini publik)

untuk mendapatkan informasi tentang :

a. Calon atau kandidat yang akan diusung, apakah bisa diterima oleh publik atau tidak

b. Isi atau tema kampanye yang sekaligus menjadi program yang akan ditawarkan

c. Media kampanye yang akan digunakan

d. Sasaran yang menjadi target kampanye

e. Bentuk dan iklan politik yang akan digunakan

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 2

Page 3: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

f. Peranan tokoh formal dan informal dalam masyarakat.

Hasil riset yang diproses melalui cara-cara ilmiah memiliki kepercayaan yang tinggi

sehingga para tokoh-tokoh partai maupun para kandidat yang menggantungkan harapannya

pada lembaga-lembaga survey pendapat umum. Bagi para aktor politik yang sudah maniak

dengan data, hasil survey menjadi acuan dalam pengambilan strateg, tetapi juga sering

meninabobokan sehingga banyak diantara mereka kadang mengacuhkan. Dalam kondisi

seperti ini, selain para actor politik bisa membuat kesalahan, juga para penyelenggara

perusahaan survey kadang sulit memublikasikan hasil-hasil temuannya, karena dipandang

mengacaukan situasi pemilu atau pilkada. Akan tetapi, karena prinsip kebebasan dalam

berdemokrasi, hasil-hasil survey dengan bebas bisa dipublikasikan, sekalipun kadang terjadi

hasil riset antara satu perusahaan survey dengan perusahaan survey lainnya kontradiktif,

tetapi perbedaannya tidak begitu tajam.

Riset di bidang komunikasi politik senantiasa mengacu pada model komunikasi

politik dari Dan Nimmo, yakni Who Say What In Which Channel With Whom With What

Effect. Definisi dari model tersebut mengandung beberapa elemen dasar yang menjadi

bidang studi riset komunikasi politik, yakni Who yang menunjukkan siapa yang menjadi

aktor politik atau kandidat yang akan diusung maju dalam pemilu atau pilkada, Say What

apa yang diucapkan selama kampanye, apa tema dan isi program kampanye yang

ditawarkan, In Which Channel tentang saluran atau media apa mereka gunakan dalam

penyampaian program kampanye, apakah melalui media massa seperti televise, radio dan

surat kabar, apakah melalui tatap muka, jaringan keluarga, organisasi, kelompok sosial, atau

memakai media luar ruangan seperti spanduk, bendera, baliho dan simbol_simbol

komunikasi lainnya, With Whom kepada siapa-siapa yang menjadi target kampanye,

bagaimana bentuk khalayak yang dihadapi, apakah potensi untuk memilih atau tidak,

bagaimana sosio-demografik mereka, apakah mereka tergolong massa yang kritis atau

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 3

Page 4: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

massa yang memblelo saja, With What Effect dan apa pengaruh dari kampanye yang bisa

diperoleh, apakah calon pemilih sudah menetapkan pilihan diantara kandidat yang ada,

apakah ia tidak akan mengubah pilihannya lagi sampai hari pemungutan suara, dan apakah

memang ia memilih kandidat yang telah dikampanyekan.

Pertanyaan-pertanyaan diatas menjadi riset fokus komunikasi politik, yang biasa

digolongkan atas lima tipe, yaitu :

1. Penelitian tentang sumber yang biasa dikenal dengan istilah control analysis

2. Penelitian tentang pesan ( content analysis )

3. Penelitian tentang media ( media research )

4. Penelitian tentang khalayak ( audience research )

5. Penelitian tentang pengaruh ( effect analysis )

Disamping itu, para peneliti komunikasi sekarang lebih sensitive terhadap kekuatan

dan kelemahan dari berbagai pendekatan dan teknik-teknik metodologis. Perhatian teoretis

berkisar tentang pendekatan seperti proses, uses and gratification, difusi informasi, agenda

setting, teori kritis, pandangan konstuktivis, dan struktur sosial. Para peneliti juga

menerapkan serangkaian teknik dalam menjalankan tugasnya, antara lain : historis, kritikal,

analisis isi, eksperimenal, quasi experimental, survey dan desain bersampel kecil

( Nasution,1990).

Dalam pemilihan kepala daerah seperti gubernur dan bupati atau walikota sejak

Indonesia merdeka hanya dipilih melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah setempat, maka

menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 harus dilakukan pemilihan langsung.

Perubahan konstelasi sistem pemilihan ini menyebabkan semua pihak terutama di kalangan

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 4

Page 5: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

politisi dan elite daerah harus memasang kuda-kuda dengan baik jika mau ikut bertarung

dalam pemilihan pimpinan daerah.

Masalah krusial yang biasa timbul dalam pilkada sehingga bisa memicu terjadinya

tindak kekerasan atau anarkis, antara lain :

1. Terjadinya pemilihan langsung menyebabkan banyak tangan yang harus ikut campur,

mulai dari pemerintah, DPRD, partai politik, KPU, Petugas Pemungutan Suara (PPS), dan

pengawas independen (Panwaslu). Dengan banyaknya tangan yang menangani pilkada

membuat potensi konflik semakin tinggi.

2. Kalau pemilihan presiden dan wakil presiden suara terbanyak ditetapkan 50 persen

lebih, maka dalam UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 107 ayat 2 dinyatakan bahwa pasangan

calon yang memperoleh suara lebih dari 25 persen suara terbanyak akan dinyatakan sebagai

pemenang. Dengan demikian, dalam pemilihan gubernur dan bupati atau walikota bisa

memunculkan banyak calon sehingga tidak memperoleh suara mayoritas penuh.

3. Pemerintah daerah juga mengatur pilkada yang tertuang dalam peraturan

pemerintah, terutama bertanggung jawab atas dana dan anggaran pilkada.

4. Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya

Hukum Keberatan terhadap Penetapan Hasil Pilkada dan Pilwakada dari KPUD Provinsi dan

KPUD Kabupaten dan Kota, memungkinkan terjadinya pengajuan berbagai keberatan dari

pihak yang merasa dirugikan dalam pilkada. Dengan demikian, keputusan menang tidaknya

kandidat tergantung pada putusan Mahkamah Agung. Masalahnya sejauhmana para hakim

agung bisa berlaku objektif dalam menilai perkara politik tanpa menapikan realitas

lapangan, seperti halnya dalam kasus pilkada gubernur provinsi Maluku Utara, Sulawesi

Selatan, dan Sulawesi Tenggara.

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 5

Page 6: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Selain itu, dengan perubahan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 menjadi Undang-

Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tidak semata-mata mengubah

sistem perwakilan menjadi pemilihan langsung, tetapi juga perubahan posisi dan kedudukan

DPRD. Dalam UU No. 22/1999, DPRD berkedudukan sebagai lembaga legislatif local,

sedangkan dalam UU No. 32/2004 DPRD tidak lagi sebagai badab legislatif lokal, melainkan

bagian dari pemerintahan daerah. Melalui revisi undang-undang ini, hubungan antara DPRD

dan Kepala Daerah menjadi koordinatif. Berbeda sebelumnya yang member bobot

kekuasaan lebih besar pada DPRD dengan kewenangan memilih dan mengangkat kepala

daerah serta menerima atau menolak pertanggungjawaban kepala daerah.

Hasil pilkada langsung yang dilakukan pada 2005 menunjukkan banyaknya partai

yang kurang berhasil menghimpun suara pada pemilu legislatif 2004 justru sukses

mengantar calonnnya ke tampuk pemilu kekuasaan daerah. Sebaliknya partai besar justru

gagal menghimpun kembali suara konsisten yang mendukungnya. Terpilihnya kepala daerah

yang diusung partai dengan kursi minoritas atau tidak memiliki kursi di DPRD. Konflik

legislatif – eksekutif di Banyuwangi terus berlanjut dan berujung pada tuntutan DPRD agar

terpilih mengundurkan diri (Suwardiman; Kompas, 13 Juli 2006). Akan tetapi, pasangan ini

sangat sulit diturunkan karena mendapat legitimasi yang sangat kuat dari rakyat dan hanya

bisa diturunkan melalui pilkada berikutnya.

Sumber konflik terbesar pada umumnya berawal dari ketidakhati-hatian para

petugas pilkada dalam mencatat para warga yang berhak memilih sehingga ketika hari

pemungutan suara, mereka berbondong-bondong mendatangi dan memprotes KPU karena

tidak memperoleh kartu panggilan untuk memilih. Aksi brutal dan anarkis memang

diantisipasi bisa terjadi, namun dengan ketatnya pengamanan, bisa dikatakan pemilu daerah

dalam rangka pemilihan gubernur dan wakil gubernur serta bupati dan walikota di Indonesia

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 6

Page 7: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

bisa berjalan dengan lancer, meski cukup banyak protes sampai pada pengajuan keberatan

di tingkat Mahkamah Agung.

Aksi anarkis di berbagai daerah yang terkait dengan pemilihan kepala daerah serta

aksi-aksi perkelahian antarkelompok di masyarakat menunjukkan masih rendahnya

kesadaran masyarakat dalam berdemokrasi dan lemahnya wawasan kebangsaan. Kesadaran

masyarakat berdemokrasi baru sebatas lip service. Banyak contoh tentang hal itu. Di Aceh

pembakaran kantor KPU, di Makasar terjadi pengerusakan gedung Panwaslu. Di Maluku

Utara terjadi perbedaan perhitungan suara antara KPUD provinsi dengan KPU Pusat, di

Kabupaten Kaur Bengkulu massa merusak tiga kantor pemerintahan, dan membakar rumah

dinas Ketua DPRD karena tidak puas atas pelaksaan pilkada yang dilaksanakan pada 27 Juni

2005.

Jika dicermati kerawanan yang bisa memicu sumber konflik dalam pemilihan kepala

daerah, apakah itu di tingkat provinsi atau kabupaten dan kota, dapat diidentifikasikan

sebagai berikut :

Dampak pemekaran daerah sehingga menjadi ajang perebutan kekuasaan

dikalangan elit politik lokal.

Ketidakseimbangan populasi antara penduduk asli dengan para pendatang yang

relatif besar jumlahnya.

Isu money politik disebabkan tingkat kehidupan masyarakat di daerah yang relatif

rendah.

Sikap para saksi dan wakil partai yang mengusung calon tidak mau menandatangani

berita acara perhitungan suara.

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 7

Page 8: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Kekurangpahaman terhadap metode riset ilmiah melalui quick count sehingga

cenderung menilak hasil perhitungan dengan melakukan perhitungan sendiri yang

kurang didasari keakuratan data.

Administrasi kependudukan yang tidak tertib sehingga menimbulkan banyak protes

atas “surat panggilan pilkada” yang mereka tidak terima, atau ada tetapi di coblos

oleh orang lain.

Demokrasi sangat mahal biayanya karena sesungguhnya membangun demokrasi

sama dengan membangun peradaban. Demokrasi bukan hanya sebuah peristiwa pemilihan

yang dilakukan oleh mereka yang berhak memilih, tetapi lebih luas dari itu. Demokrasi harus

diikuti oleh kedewasaan berpolitik, penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia,

dilaksanakan secara bebas, jujur, dan terbuka. Oleh karena itu, penggunaan cara-cara

kekerasan untuk memaksakan kehendak melanggar prinsip demokrasi, sekalipun itu

dilakukan demi demokrasi. Demokrasi hanya mungkin dibangun dengan cara-cara yang

beradab, agar pondasinya menjadi kuat dan tahan dari segala goncangan. Selain itu, suatu

bentuk pendidikan berpolitik juga perlu dipelajari oleh masyarakat karena dengan adanya

pendidikan politik masyarakat akan mengetahui bagaimana cara berpolitik yang benar

sesuai dengan demokrasi.

1.2 Identifikasi Penulisan

Adapun identifikasi dalam penulisan laporan penelitian atau riset ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana preferensi masyarakat Kecamatan Antapani menjelang pemilihan

Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ?

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 8

Page 9: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

2. Bagaimana relevansi informasi politik yang didapat masyarakat Kecamatan Antapani

menjelang pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ?

3. Bagaimana derajat ketidak pastian pesan politik yang didapat masyarakat Kecamatan

Antapani pada pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ?

4. Bagaimana partisipasi politik masyarakat Kecamatan Antapani Kota Bandung

menjelang pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan

Penulisan laporan penelitian atau riset ini memiliki maksud dan tujuan yaitu sebagai

berikut :

1. Ingin mengetahui preferensi masyarakat Kota Bandung terhadap Pilkada Gubernur

Jawa Barat tahun 2013.

2. Ingin mengetahui informasi politik apa saja yang di dapat masyarakat Kota Bandung

menjelang Pilkada Gubernur Jawa Barat tahun 2013 .

3. Ingin mengetahui derajat ketidak pastian tentang pesan politik yang didapat

masyarakat Kota Bandung menjelang Pilkada Gubernur Jawa Barat tahun 2013

4. Ingin mengetahui partisipasi politik masyarakat Kota Bandung dalam Pilkada

Gubernur tahun 2013.

5. Memberikan pendidikan berpolitik pada masyarakat.

6. Untuk memenuhi tugas kelompok yang diberikan pada mata kuliah Komunikasi

Politik

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 9

Page 10: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

DAN KERANGKA TEORI

2.1 Metodologi Penelitian

2.1.1. Metode Survai

Sehubungan dengan semakin dekatnya pilkada Kota Bandung, maka pendekatan

yang digunakan harus mampu menggambarkan aspek-aspek yang komprehensif dan

mendalam untuk memperoleh analisis secara empirik sesuai dengan kenyataan yang ada.

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 10

Page 11: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Namun begitu, survai ini tidak dimaksudkan merepresentatifkan keseluruhan masyarakat

Kota Bandung, melainkan hanya merekam sebagian kecil saja.

Survai ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Bruce (1991: 43) metodologi ini

mengacu pada strategi penelitian seperrti observasi partisipan, wawancara mendalam,

partisipasi total ke dalam aktivitas mereka yang diselidiki, kerja lapangan dan sebagainya

yang memungkinkan peneliti memperoleh informasi tangan pertama mengenai masalah

sosial empiris yang hendak dipecahkan.

Dengan metode ini memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mampu

mengembangkan elemen-elemen keterangan yang analitis, konseptual dan bahkan

katagoris dari data itu sendiri dan bukan dari teknik-teknik yang dikonsepsikan sebelumnya.

Berdasarkan metode seperti ini, tipe penelitian/survai yang digunakan menjadi

bersifat deskriptif. Penelitian ini dipergunakan dalam upaya memecahkan atau meyelidiki

fenomena di dalam kontek kehidupan nyata, batas antara fenomena dan konteks tidak

nyata/tampak serta memanfaatkan multi sumber. Adapun tujuannya tiada lain untuk

memberikan gambaran tentang sesuatu keadaan secara obyektif melalui serangkaian

langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi data serta pengelolaan data dan analisisnya.

Dalam penelitian ini pun digunakan penelitian eksploratif yang mana dalam

penelitian ini bersifat terbuka, dan mencari-cari. Dengan metode penelitian deskriptif

eksploratif ini peneliti hendak melacak dinamika perilaku politik pemilih melalui peran dan

tuntutan masyarakat pemilih berperan aktif dalam kancah politik lokal sebagai body politik

daerah Kota Bandung.

2.1.2 Teknik Pengumpulan Data

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 11

Page 12: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam survai ini yaitu dengan

teknik-teknik: pertama, wawancara sebagai cara utama untuk mengumpulkan

data/informasi. Ini bisa dimengerti setidak-tidaknya karena dua alasan: dengan wawancara

peneliti dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami seseorang/subyek yang

diteliti, tetapi juga apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subyek penelitian (explicit

knowledge maupun tacit kwonledge); apa yang ditanyakan kepada informan bisa mencakup

hal-hal yang bersfiat lintas waktu yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang, dan

juga masa mendatang. Sedangkan dalam wawancara ini menggunakan wawancara tidak

berstruktur; dilakukan secara terang-terangan dan menempatkan informan sebagai sejawat

peneliti. Dalam pengumpulan data dengan teknik wawancara mendalam dengan sejumlah

pemilih dalam rangka mengumpulkan data primer.

Kedua, observasi langsung kepada masyarakat. Oleh karena untuk mengungkap

data-data yang diperlukan dicarikan melalui observasi di lapangan. Dalam hal ini

memungkinkan peneliti dapat merekam langsung perilaku-perilaku politik atau sikap politik

pemilih sebagaimana adanya. Ketiga, melakukan analisis melalui pengumpulan data-data

primer secara sistematis guna mempertajam analisis seperti mengidentifikasi unit observasi,

cara mengklasifikasi dengan variabel sebagai kreterianya.

2.1.3 Ruang Lingkup Survai

Ruang lingkup survai ini berada di wilayah Kota Bandung yang melingkupi 26

kecamatan dan 139 kelurahan, atau berdasarkan Daerah Pemilihan. Namun, karena

keterbatan ruang waktu dan biaya, maka survai ini untuk menentukan responden diambil

sampel secara acak pada satu kecamatan dan pada satu kecamatan tersebut hanya 10

responden saja, dengan tidak bermaksud menunjukkan keterwakilan seluruh masyarakat

Kota Bandung.

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 12

Page 13: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Adapun kecamatan yang dijadikan lokasi survai ini adalah kecamatan Antapani pada Kota

Bandung. Kemudian, ranah survai dipilih berdasarkan kategori-kategori atau satuan kajian

dalam masalah Pilkada langsung Kota Bandung. Satuan survai ini dilandasi oleh identifikasi

responden, dan identifikasi sang kandidat serta sikap politik responden dalam menentukan

pilihannya.

2.2 Teori dan Konsep Relevan

2.2.1 Pengertian Komunikasi Politik

Dalam kajian teoritis maka komunikasi politik berada dalam dunia ideal atau dunia

yang dicita-citakan. Atau dengan perkataan lain bahwa komunikasi politik berada dalam

wilayah Das Sollen (apa yang seharusnya). Secara Das Sollen komunikasi politik bersifat

normatif, proses komunikasi berada dalam ikatan-ikatan norma. Hukum-hukum komunikasi

menandai karakter ilmu ini sebagai ilmu yang menyoroti perilaku individu-individu di dalam

proses komunikasi dan bagaimana perubahan serta pembentukan sikap perilaku yang

diakibatkan oleh kegiatan komunikasi tersebut sekaligus dengan ikatan-ikatan normanya.

Kajian komunikasi politik bersifat spesifik, karena materi bahasan telah terarah pada topik

tertentu yaitu politik dan aspek-aspek yang tercakup di dalamnya.

Para pakar ilmu politik dan pakar ilmu komunikasi berupaya untuk memberikan

suatu pengertian tentang apa itu komunikasi politik. Sulit kiranya untuk menstandarisasi

satu pengertian yang dapat memenuhi semua disiplin ilmu, namun para pakar di dalam

merumuskan suatu pengertian telah berupaya secara maksimal sebagai sumbangan

(kontribusi) yang sangat berharga yang dapat memperkaya rujukan dunia ilmu pengetahuan

khususnya ilmu komunikasi.

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 13

Page 14: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Format pengertian yang muncul dalam visi (sisi pandang) beragam sesuai disiplin

ilmu yang melatar belakanginya. Maswadi Rauf seorang pakar politik menempatkan

komunikasi politik sebagai objek kajian ilmu politik, karena pesan-pesan yang disampaikan

dalam proses komunikasi bercirikan politik yaitu berkait kekuasaan negara, pemerintahan

dan aktivitas komunikator dalam kedudukan sebagai pelaku kegiatan politik.

Dalam kaiatan pengertian tersebut, Miswadi Rauf melihat komunikasi politik dari dua

dimensi, yaitu komunikasi politik sebagai sebuah kegiatan politik dan sebagai kegiatan

ilmiah.

Komunikasi sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian pesan-pesan yang

bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain. Kegiatan ini bersifat empirik,

karena dilakukan secara nyata dalam kehidupan sosial. Sedangkan sebagai kegiatan ilmiah,

komunikasi politik adalah salah satu kegiatan politik dalam sistem politik.

Pengertian dari pakar lain yaitu Rusadi Kantaprawira seorang pakar hukum, melihat

komunikasi politik dari sisi kegunaannya. Menurut Rusadi komunikasi politik adalah untuk

menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat, baik pikiran intern golongan,

instansi, asosiasi, ataupun sektor kehidupan politik masyarakat dengan sektor kehidupan

politik pemerintah.

Sisi pandang kedua pakar tersebut cukup member makna yang sangat berharga

untuk menyususn kerangka pengertian komunikasi politik secara definitif.

Astrid S. Soesanto dalam buku “Komunikasi Sosial di Indonesia” mengangkat suatu

formulasi pengertian komunikasi politik yang hampir diwarnai kajian ilmu hukum. Hal ini

tampak dari kalimat yang diturunkan dalam formulasi pengertiannya. Menurut Astrid

komunikasi politik “……adalah komunikasi diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 14

Page 15: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini dapat

mengikat semua warganya melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga-

lembaga politik”.

Dari kata-kata mengikat dan sanksi member isyarat bahwa disiplin ilmu hukum telah

memperkaya formulasi pengertian komunikasi politik yang diangkat Astrid, karena kedua

kata tersebut sebagai terminologi yang biasa digunakan dalam kajian ilmu hukum.

Formulasi pengertian yang sangat unik yaitu yang diangkat Dan Nimmo dalam buku

“Political Communication and Public Opinion in America” menyatakan sebagai berikut :

“….It’s a book of Political Communication (activity) consider political by virtue of its

consequences (actual and potential) which regulate human conduct under conditions of

conflict”.

Menurut Dan Nimmo buku komunikasi politik menggunakan istilah politik hanyalah

untuk mengartikan kegiatan orang secara kolektif yang mengatur perbuatan mereka di

dalam kondisi konflik sosial.

Keunikan formulasi pemikiran Dan Nimmo walaupun belum merupakan suatu

konstruksi pemikiran secara definitif tentang apa itu komunikasi politik yaitu tentang

kalimat dalam kondisi konflik sosial. Dalam ungkapan tersebut Dan Nimmo melihat kegiatan

politik dari situasi perselisihan (konflik). Padahal sebaliknya kehadiran komunikasi politik

adalah untuk mewujudkan kondisi sosial, kondisi pemerintahan dan kondisi negara dalam

keadaan tentram dan harmonis. Karena itu akan lebih jelas tentang pengertian komunikasi

politik apabila Dan Nimmo mengangkat buah pikiran Mark Roelofs.

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 15

Page 16: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Roelofs mengangkat buah pikirannya tentang komunikasi politik dalam kalimat

sederhana yang menyatakan bahwa komunikasi politik adalah pembicaraan tentang politik

atau kegiatan politik adalah berbicara.

Dari pengertian-pengertian yang diangkat oleh para pakar, baik pakar politik maupun

pakar komunikasi menunjukkan bahwa komunikasi politik berkait dengan struktur

kekuasaan atau struktur pemerintahan. Komunikasi politik berlangsung dalam suatu tatanan

sistem nilai, berada dalam pola keyakinan atau pola kepercayaan.

Apa yang dikemukakan oleh para pakar tersebut diats cukup untuk memberi

pedoman dalam membentuk suatu pengertian tentang apa itu komunikasi politik. Sebagai

suatu acuan dapat diformulasikan suatu pengertian tentang apa itu komunikasi politik,

sebagai berikut :

“Komunikasi politik adalah suatu proses dan kegiatan-kegiatan membentuk sikap

dan perilaku politik yang terintegrasi ke dalam suatu sistem politik dengan

menggunakan seperangkat simbol-simbol yang berarti”.

Pengertian tersebut menunjukkan pada sikap dan perilaku seluruh individu yang

berada dalam lingkup sistem politik, sistem pemerintahan atau sistem nilai baik sebagai

pemegang kekuasaan maupun sebagai masyarakat untuk terwujudnya suatu jalinan

komunikasi antara pemegang kekuasaan (pemerintah) dengan masyarakat yang mengarah

kepada sifat-sifat integratif.

Konstruksi pengertian tersebut mencerminkan suatu bangunan kehidupan negara

dan pemerintahan dengan segala kompleksitasnya di dalam mencapai tujuan negara,

sehingga akan tampak jelas perpaduan seluruh unsure yang ada dalam lingkup negara

sebagai produk komunikasi politik. Karena itu proses komunikasi politik bukan membahas

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 16

Page 17: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

suatu proses yang bersifat temporer atau situasional tertentu, namun bahasan komunikasi

politik akan menampakkan identitas keilmuan, baik sebagai ilmu murni (pure science) yang

bersifat ideal, maupun sebagai ilmu terapan (applied science) yang berada dalam dunia

empiris.

Sebagai ilmu terapan (applied science), maka bahasan komunikasi akan terus

berkembang sesuai dengan perubahan-perubahan dan peristiwa-peristiwa politik yang

terjadi atau sebagai akibat temuan-temuan teoritisi, produk berpikir dan hasil penelitian

para ilmuwan politik atau ilmuwan komunikasi.

2.2.2 Dimensi dan Tipe Partisipasi Politik

Orang mengambil bagian dalam politik dengan berbagai cara. Cara-cara itu berbeda

dalam tiga hal atau dimensi : gaya umum partisipasi, motif yang mendasari kegiatan mereka,

dan konsekuensi berpartisipasi pada peran seseorang dalam politik.

a. Gaya Partisipasi

Langsung atau Wakilan

Kentara atau tak kentara

Idividual atau kolektif

Sistematis atau acak

Terbuka atau tersembunyi

Berkomitmen atau tak berkomitmen

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 17

Page 18: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Derita atau kesenangan

b. Motif Partisipasi

Sengaja atau tidak sengaja

Rasional atau emosional

Kebutuhan psikologi atau sosial

Diarahkan dari dalam atau dari luar

Berpikir atau tanpa berpikir

c. Konsekuensi partisipasi

Fungsional atau disfungsional

Sinambung atau terputus

Mendukung atau menuntut

Meskipun daftar tentang gaya, motif dan konsekuensi partisipasi tampaknya

panjang, daftar itu belum lengkap. Yang dikemukakan oleh daftar itu ialah bahwa dalam

meneliti berbagai cara orang orang berpartisipasi dalam politik, begitu pula berapa banyak

yang mengambil bagian, kita perlu ingat bahwa orang yang melakukan tindakan politik yang

sama jenisnya, sikap dan motif politiknya sangat berbeda, dan mereka memperoleh

kepuasan dan kejengkelan yang berbeda dari politik. Dalam penelitian ada dua tipe utama

partisipasi politik yaitu dalam pemilihan umum dan di luar pemilihan umum.

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 18

Page 19: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

a. Partisipasi dalam pemilihan umum

Identifikasi dengan partai politik

Pendaftaran untuk memilih

Pemberian suara dalam pemilihan umum

Pengambilan bagian dalam kampanye

b. Partisipan bukan dalam pemilihan umum

Mengikuti informasi tentang politik

Masuk organisasi kepentingan umum dan politik

Menghubungi pejabat pemerintah

2.2.3 Keterkaitan Media Massa Dalam Komunikasi Politik

Dari berbagai riset sosial yang pernah dilakukan, ternyata media memainkan

peranan yang sentral dalam aktivitas politik. Hasil penelitian Dominik (1972) membuktikan

bahwa dari lima belas sumber informasi politik yang ditanyakan kepada responden, ternyata

ada sepuluh sumber yang diperoleh dari media, dan selebihnya dari sumber lain seperti

gereja, sekolah dan keluarga.

Melalui media massa bisa diketahui aktivitas para politisi, tentang pikiran-pikirannya,

pernyataan yang disampaikan, siapa yang menang dan siapa yang kalah, bagaimana strategi

lawan, berapa uang yang ia habiskan selama kampanye, bagaimana tampan kandidat, apa

yang ia janjikan kepada masyarakat, bagaimana kemampuan debatnya dan lain sebagainya.

Jelasnya, media berisi banyak informasi dan pendapat tentang politik. Oleh karena itu, orang

yang banyak mengikuti media memiliki perhatian yang tinggi terhadap aktivitas politik. Mass

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 19

Page 20: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

media is the primary source of political information, seperti yang dikatakan Jackson and

Beeck (1970).

Ada beberapa teori komunikasi yang dapat dijadikan acuan untuk melihat

keperkasaan media maupun kelemahan-kelemahannya mempersuasi masyarakat dalam

hubungan dengan aktivitas politik.

A. Teori Jarum Suntik ( Hypodermic Needle Theory )

Teori ini diangkat setelah melihat keberhasilan penggunaan radio dan media cetak

sebagai alat propaganda dalam Perang Dunia I, serta keberhasilan drama radio Orson Walles

ynag mengisahkan turunnya makhluk Mars ke atas bumi yang disramatisasi sehingga

membuat penduduk di kota Amerika jadi gempar. Teori jarum suntik berpendapat bahwa

khalayak sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk menolak informasi setelah ditembakkan

melalui media komunikasi. Khalayak terlena seperti kemasukan obat bius melalui jarum

suntik sehingga tidak bisa memiliki alternative untuk menentukan pilihan lain, kecuali apa

yang disiarkan oleh media. Teori ini juga digunakan pada saat pemilihan umum baik itu

untuk pemilihan presiden dan wakil presiden ataupun pemilihan kepala daerah seperti

gubernur dan bupati atau walikota. Teori ini juga dikenal dengan sebutan teori peluru

(bullet theory).

B. Teori Kepala Batu ( Obstinate Audience )

Teori ini dilandasi pemahaman psikologi bahwa dalam diri individu, ada kemampuan

untuk menyeleksi apa saja yang berasal dari luar dan tidak direspons begitu saja. Teori

kepala batu menolak teori jarum suntik atau teori peluru dengan alas an jika suatu informasi

ditembakkan dari media, mengapa khalayak tidak berusaha berlindung untuk menghindari

tembakan informasi itu ? Masyarakat atau khalayak memiliki hak untuk memilah informasi

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 20

Page 21: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

yang mereka perlukan dan informasi yang mereka tidak perlukan. Kemampuan untuk

menyeleksi informasi terdapat pada khalayak menurut perbedaan individu, persepsi, latar

belakang sosial dan budaya.

Perbedaan individu pada anak-anak cenderung lebih senang menonton film kartin

sementara perempuan lebih senang menonton sinetron atau telenovela. Perbedaan

persepsi diakibatkan oleh pengalaman individu, misalnya factor usia dan factor-faktor

psikologis turut menentukan jenis bacaan dalam surat kabar maupun jenis tayangan dalam

televisi. Perbedaan sosial budaya dapat dilihat dari segi pendidikan, ekonomi, etnis, agama,

dan kedudukan dalam masyarakat. Orang yang berpendidikan cenderung lebih senang

membaca surat kabar yang memiliki banyak ulasan, demikian juga halnya menonton televise

lebih senang pada siaran acara berita daripada hiburan.

C. Teori Kegunaan dan Kepuasan ( Uses ang Gratification Theory )

Teori ini diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz pada tahun 1974 lewat

bukunya The Uses of Mass Communication; Current Perspective on Gratification Research.

Teori ini banyak berkaitan dengan sikap dan perilaku konsumen, bagaimana mereka

menggunakan media untuk mencari informasi tentang apa saja yang mereka butuhkan.

Dalam praktik politik teori ini banyak digunakan oleh para politisi. Misalnya bagaimana Bill

Clinton mempelajari cara debat Kennedy ketika ingin tampil debat dengan Bush dalam

pemilihan presiden Amerika 1992.

D. Teori Lingkar Kesunyian ( Spiral of Silence Theory )

Di Indonesia, ketika pemerintahan Soeharto berlangsung, terutama satu decade

menjelang kejatuhannya banyak sekali opini publik berkembang di tingkat bawah, tetapi

tidak bisa terangkat karena bertentanagn dengan opini mayoritas di tingkat atas. Akibatnya

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 21

Page 22: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

muncul banyak humor politik di kalangan masyarakat yang tidak dipublikasikan dala media

massa. Misalnya istilah Tosiba diplesetkan Tommy, Sigit dan Bambang, AIDS ( Aku Ingin

Ditelpon Soeharto), dan sebagainya. Bahaya opini public yang mengalami lingkar

keheningan seperti ini bisa menjadi bom waktu yang setiap saat bisa meletus dan

melahirkan kerusuhan.

E. Teori Penanaman ( Cultivation Theory )

Di bidang politik, teori ini memiliki pengaruh yang besar bagi para penonton dengan

menggambarkan ( tertanam ) dalam jiwa , siakp, dan perilaku mereka, bahwa partai yang

banyak tampil di televise diasosiasikan sebagai partai besar dan berpengaruh, sekalipun

dalam kampanye, cameramen televise merekayasa dengan hanya meliput tempat-tempat

kerumunan massa. Dari factor penanaman media terhadap jiwa para pemirsa member

pengaruh yang besar terhadap pemilih. Oleh karena itu, tidak heran jika aktor sekaliber

Ronald Reagan dan Arnold Schwarzenegger bisa terpilih sebagai presiden dan walikota di

Amerika. Demikian juga Joseph Estrada terpilih sebagai presiden dan Bon Revilla sebagai

senator di Filipina. Di Indonesia berkat pengaruh sejumlah aktor dan artis misalnya Rano

Karno, Ajie Massaid, Dede Yusuf, Marissa Haque, Miing Gumilar sangat dikenal masyarakat

sehingga bisa terpilih sebagai anggota parlemen. Selain teori ini berhasil dalam

menanamkan pengaruh pada jiwa pemirsa, teori ini banyak mendapat kritik terutama dalam

liputan yang bersifat palsu.

F. Teori Agenda Setting ( Agenda Setting Theory )

Teori ini mengakui bahwa media member pengaruh terhadap khalayak dalam

pemilihan presiden melaui penayangan berita, isu, citra, maupun penampilan kandidat itu

sendiri. Dalam konteks politik, partai-partai dan para aktor politikn akan berusaha

mempengaruhi agenda media untuk mengarahkan pendapat umum dalam pembentukan

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 22

Page 23: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

image. Dengan menonjolkan isu, citra, dan karakteristik tertentu kandidat, media ikut

memberikan sumbangan yang signifikan dalam melakukan konstruksi persepsi public dalam

pengambilan keputusan, apakah akan ikut memilih dan siapa yang akan dipilih.

2.2.4 Pengertian Pendapat Umum

Di Malaysia pada tahun 1983 pernah dilakukan riset dengan mengikutsertakan para

mahasiswa dari Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Kebangsaan dan Institut Teknologi

Mara. Para mahasiswa diminta untuk menanyai sekirat 2.000 orang apa yang mereka

maksudkan dengan pendapat umum ( public opinion) ? Pertanyaan ini ternyata

menimbulkan jawaban yang berbeda satu sama lainnya.

Beberapa pengertian yang mereka maksudkan pendapat umum, antara lain :

1. Berita atau informasi yang banyak diketahui dan dipermaslahkan oleh masyarakat.

2. Pendapat mayoritas penduduk.

3. Pikiran orang banyak yang menjadi bahan perdebatan.

4. Pendapat orang banyak yang dikumpulkan menjadi satu setelah dimusyawarahkan.

5. Apa yang dipikirkan oleh anggota masyarakat disampaikan lewat media komunikasi.

6. Pendapat orang banyak yang disampaikan untuk kepentingan bersama.

Pengertian yang disampaikan orang banyak mengenai pendapat umum di atas, tidak

jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh para pakar pendapat umum sebelumnya.

Public opinion refers to people’s attitude on an issue when they are members of the

same social group. (Leonard W. Doob).

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 23

Page 24: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Public opinion is composed of personal opinions playing upon one another. (Emery S.

Bogardus).

“Public opinion as people expressing themselves so strongly for or against something

that their views are likely to affect goverment action” (Floyd Allport). Dalam konteks

politik, Allport menyatakan bahwa pendapat-pendapat pribadi (private opinion)

menjadi pendapat publik (public opinion) jika sikap atau hal-hal yang di ekspresikan

itu ada hubungannya dengan kekuasaan pemerintah atau politik sebab tidak semua

pernyataan atau ekspresi pribadi memiliki kaitan dengan politik.

Pendapat umum adalah kompleks preferensi yang dinyatakan sejumlah orang

tertentu mengenai isu yang menyangkut kepentingan umum. (Bernard Henessy).

Dari pendapat para pakar di atas, ternyata diantar mereka juga tidak ada kata

sepakat apa yang dimaksud dengan pendapat umum. Akan tetapi, dari pendapat itu secara

substansif minimal mengandung arti berikut :

Adanya isu yang diawali ketidaksepakatan, yakni adanya pro dan kontra.

Isu melahirkan dua bentuk masyarakat, yaitu masyarakat yang peduli pada isu itu

lalu membuat pendapat, sementara masyarakat yang tidak peduli lalu diam.

Pendapat dinyatakan dalam bentuk verbal.

Ada kelompok kolektivitas terlibat, namun sifatnya tidak permanen.

Jika pendapat-pendapat tersebut dikombinasikan, dapat ditarik pengertian sebagai

berikut :

“ Pendapat umum ialah gabungan pendapat perseorangan mengenai suatu isu yang

dapat mempengaruhi orang lain, serta memungkinkan seseorang dapat

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 24

Page 25: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

mempengaruhi pendapat-pendapat tersebut. Ini berarti pendapat umum hanya bisa

terbentuk kalu menjadi bahan pembicaraan umum, atau jika banyak orang penting

(elite) mengeluarkan pendapat mereka tentang suatu isu sehingga bisa menimbulkan

pro dan kontra di kalangan anggota masyarakat ”.

Menurut Leonard W. Doob, sutu isu baru dapat dikatakan pendapat umum setelah

masyarakat menyatakan pendapatnya. Sepanjang pendapat itu sifatnya perorang, ia baru

menjadi pendapat pribadi. Namun, perlu diketahui bahwa pendapat pribadi tidak dapat

dipisahkan dengan pendapat umum sebab pendapat umum dibangun berdasarkan

pendapat perorangan (pribadi) terhadap isu yang diminati oleh orang banyak. Jadi pendapat

pribadi bisa saja menjadi bagian dari pendapat umum jika seseorang ikut terlibat dalam

membicarakan masalah yang banyak dibicarakan media massa. Misalnya kebijakan

pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (bbm), atau keputusan Bupati

untuk merelokasi pedagang kaki lima (PKL). Demikian juga halnya hasil riset yang dilakukan

melaui jajak pendapat oleh orang yang tidak dikenal juga dapat dinilai sebagai pendapat

umum.

Contoh lain pendapat umum yang pernah merebak di Indonesia adalah isu poligami

yang dilakukan oleh ustad kondang Aa’ Gym di penghujung tahun 2006. Keputusan untuk

melakukan poligami Aa’ Gym telah menimbulkan sikap pro dan kontra di kalangan

masyarakat, sampai-sampai Presiden SBY turun tangan dengan memanggil Menteri

Pemberdayaan Perempuan, Dr. Mutia Hatta dan Direktur Jendral Pembinaan Masyarakat

Islam Departemen Agama RI, Prof. Dr. Nasaruddin Umar untuk merumuskan kembali

Undang-Undang No.1 tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah (PP) No.10 tentang

Perkawinan. Protes dan sikap masyarakat yang begitu gencar, sampai telepon selular

Presiden dan Ibu Negara penuh dengan pesan singkat (SMS).

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 25

Page 26: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

2.2.5 Pilkada Langsung: Ruang Partisipasi Politik Rakyat

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung, merupakan bagian integral

perwujudan demokrasi politik di Daerah, dengan harapan besarnya adalah adanya keinginan

untuk segera melakukan perubahan tatanan sosial politik di daerah. Tradisi pemilihan

Kepala Daerah selama ini oleh badan legislatif, nyata berdasarkan undang-undang yang

sedang berlaku dewasa ini telah ditinggalkan, dan memulai meneratas sebuah tata

kehidupan politik yang lebih baik. Maksudnya, pemilihan Kepala Daerah sadar atau tidak

sadar adalah merupakan test case bagi bangsa Indonesia dalam pembelajaran demokrasi di

daerah. Sehingga tingkat kedewasaan, dan keadilan berpolitik, tampak dengan jelas

terkuak/terbuka. Dan pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung sebagai ruang

partisipasi politik rakyat untuk memilih figur pemimpin di daerahnya.

Memperhatikan hal itu, sangat menarik di satu sisi dikaitkan dengan proyeksi

pencerahan politik masa depan bangsa Indonesia dengan nilai-nilai pendidikan politik dari

proses pemilihan Kepala Daerah secara langsung sebagai salah satu entry pointuntuk proses

pencerahan nalar politik rakyat Indonesia, khususnya masyarakat Kota Bandung ini.

Pilkada, di dalamnya merupakan satu kriteria krusial dalam mengukur kadar

demokrasi sebuah politik. Kadar atau kualitas demokratisasi sebuah negara bangsa (daerah)

diukur dengan ada tidaknya pemilu yang mengabsahkan pemerintahan itu. Dalam pemikiran

tersebut, ada kesadaran yang harus dibangun, yaitu praktek pilkada secara langsung akan

menjadi indikator formal dari demokratisasi politik. Sedangkan sisi substansial politik,

kualitas demokrasi sebuah negara bangsa/daerah menjamin kesejahteraan rakyat.

Sebagai nilai substansial pilkada secara langsung, mesti mencerminkan adanya

kebebasan rakyat dan sirkulasi kekuasaan secara transparan, adil dan beradab. Dalam

bahasa lain, pemilihan umum/pilkada secara langsung (demokratis) adalah mampu

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 26

Page 27: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

menampung aspirasi, menghasilkan stabilitas pemerintahan (daerah) sebagai modal untuk

membangun berbagai dimensi kehidupan secara sehat.

Berdasarkan sudut pandang sosiologi politik, pilkada langsung adalah merupakan

fakta yang tak bisa diabaikan dalam meningkatkan kualitas demokrasi masyarakat sebuah

negara bangsa itu sendiri. Pilkada secara langsung sebagai pelembagaan demokrasi lokal

dengan penguatan partisipasi aktif rakyat; dan memberikan kebebasan atau tidak menjebak

rakyat pemilih untuk “membeli” figurnya karena memang diperkenalkan secara luas kepada

khalayak sebagai body politic.

Di samping itu, tata pemerintahan (good governance) yang baik mengharuskan

pemerintah menjamin warganya untuk memperoleh akses yang sama pada semua bidang

seperti bidang politik yang diatur dalam UUD 1945. Pembangunan demokrasi yang kokoh,

Robert Dahl (1978) menawarkan dengan cara melakukan penguatan demokratisasi di

tingkat lokal. Tanpa pemberdayaan demokrasi pada tingkat lokal, maka kerangka demokrasi

pada tingkat nasional akan rapuh. Untuk mewujudkan demokrasi pada tingkat lokal dapat

dilakukan dengan cara menggulirkan kebijakan yang bernuansa desentralisasi politik. Atau

devolusi kekuasaan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Hal ini dipertegas

oleh Smoke (1996) mengatakan desentralisasi sebagai evolusi adalah ”devolution of power

from central to local goverment”. Atau desentralisasi adalah ”the transfer of power, from

top level to lower level, in a teritorial hierarchy which could be one government within a

State, or offices within a large organitation.

Desentralisasi dalam tataran lebih luas, bahwa pemerintahan pusat tidak hanya

sekedar memberikan kewenangan terhadap pemerintahan daerah, namun juga

memberikan penguatan demokrasi lokal (local democracy), di mana kedudukan dan

keterlibatan warganegara dalam setiap proses dan pengambilan keputusan di tingkat lokal

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 27

Page 28: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

benar-benar berjalan signifikan. Dengan demikian, Pilkada langsung merupakan titik awal

perubahan menuju democratic governance (tata kelola pemerintahan yang demokratis).

Dengan kata lain, guliran perubahan dengan derasnya semangat demokratisasi tersebut,

telah membawa gelombang politik yang signifikan dalam hal demokratisasi lokal, yakni

pemilihan kepala daerah secara langsung (Pilkadal) yang sebelum-sebelumnya hanya oleh

beberapa gelintir orang yang ada di DPRD.

2.2.6 Politisi, Artis dan Selebriti

Hubungan antara politisi dengan artis yang sudah berjalan sekian lama. Hubungan

itu hampir sama dengan hubungan antara politisi dengan wartawan (media). Di satu sisi

politisi dengan wartawan (media). Di satu sisi politisi memerlukan artis dalam menggalang

massa di alun-alun atau tempat terbuka. Massa senang sekali mendengar nyanyian dari para

artis, apalagi jika yang datang adalah selebritis sehingga mereka sering kehilangan kendali,

terbawa arus massa dalam pengaruh lagu dan musik. Seorang artis belum tentu selebritis,

tetapi pada umumnya selebritis berasal dari kalanganpenyanyi, bintang film (movie star),

super model, bintang lapangan (sportman-sportwomen), presenter TV, musisi, dan politisi.

Seorang selebritis selain karena kemampuannya dalam bidang tertentu, terutama

music dan olahraga, memiliki wajah yang telegenic atau camera face dalam televisi, meski

tidak ada jaminan bahwa wajah camera face kadang dalam kenyataannya tidak seindah

dengan tampilan dalam layar kaca. Oleh karena itu, sesorang selebritis selain tampil karena

kemampuan dalam bidang tertentu, juga dibesarkan oleh citra (image) yang dibentuk oleh

liputan media. Mc Nair dalam bukunya Introduction to Political Communication (2003)

membandingkan selebritis dengan pahlawan. Seorang pahlawan dikenal karena sepak

terjangnya membela kepentingan orang banyak melalui kemampuan dirinya (self capability)

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 28

Page 29: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

sehingga ia merupakan seorang bigman, tetapi seorang selebritis justru dikenal berkat

liputan media sehingga ia menjadi bigname.

Gejala selebritis sebenarnya merupakan fenomena baru dalam dunia opini publik,

terutama setelah munculnya media televisi. Oleh sebab itu, ada yang beranggapan bahwa

selebriti baru muncul sekitar 1950-an setelah televise digunkan sebagai media hiburan dan

kampanye dalam masyarakat Amerika. Bagi seorang politisi yang cerdas dan memiliki

hubungan yang baik dengan wartawan, berpotensi mengeksploitasi media dengan

pernyataan-pernyataan politiknya yang menarik untuk mempublikasikan. Demikian juga

halnya dengan para artis yang memiliki manajer yang cedas harus memiliki hubungan

dengan media jika ingin merebut citra.

Dalam praktik politik, teknik-teknik untuk untuk menarik perhatian khalayak juga

banyak dilakukan dengan mendatangkan pelawak dan artis. Di AS misalnya, ratu talk show

Oprah Winfrey telah dimanfaatkan oleh calon Presiden AS 2008 Barrack Obama. Kehadiran

Oprah di panggung kampanye Obama menjadi daya tarik sebagian besar dari 18.500 orang

yang dating.

Dalam catatan KPU tentang daftar calon anggota DPR RI, ada sejumlah artis atau

selebriti yang ikut jadi calon dan sekaligus sebagai juru kampanye, misalnya dari PDIP

tercatat Marissa Haque dan Dedy Sutomo, dari Golkar tercatat Reny Jayusman dan Nurul

Arifin, dari PAN Dede Yusuf, PPP Emilia Contessa, Partai Demokrat ada pelawak Nurul

Qomar, Adjie Massaid, Anna Tairas, serta Putri Indonesia Angelina Sondakh, PDK Muchsin

Alatas, Partai Patriot ada Marini dan Hengki Tornado, dan lain sebagainya.

Menjelang pemilu Legislatif 2009, partai-partai politik berusaha menggalang para

artis dan kalangan selebritis dengan memasang namanya untuk jadi caleg. Sejauhmana pro-

kontra pencalonan para artis ini, Kompas melakukan survey tanggal 13-14 Agustus 2008

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 29

Page 30: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

terhadap 837 responden di sepuluh kota besar mulai dari ujung barat Indonesia sampai

Jayapura di Papua. Ternyata rata-rata responden tidak setuju atas pencalonan itu dalam

rangka pemberian pendidikan politik kepada masyarakat. Dan hanya ibu-ibu rumah tangga

yang member nilai 44,3 persen yang setuju, tetapi lebih dari itu mereka juga tidak setuju.

Kehadiran oleh para selebritis oleh Prisgunanto (2008) dinilai para kandidat terjebak

untuk mendongkrak populeritasnya guna mengarahkan pemilih (voter). Keberadaan artis

dahulu dalam politik, terutama di masa orde baru dianggap hanya “gula-gula” atau pemanis

sebagai penyokong atau pendukung (endorser) dalam program partai politik, terutama

kampanye. Oleh karena itu, kehadiran mereka bisa menggerogoti dan membodohi

pemahaman sebenarnya terhadap pendidikan politik bangsa. Keandalan selebritis sifatnya

begitu bias dan dapat membentur pemahaman semu terhadap makna sesungguhnya dunia

politik yang ada.

Mengapa masyarakat sampai terbius oleh kehadiran selebritis ini. Menurut Erving

Goffman dan Kenneth Burke bahwa dunia ini seperti layaknya panggung sandiwara, dimana

setiap orang memiliki lakon dan alur cerita yang jelas (Mulyana dalam Prisgunanto, 2008).

Manusia dalam upaya memahami identitas diri biasanya akan memposisikan dimana lakon

mereka dalam kehidupan ini yang mereka anggap panggung dan setting. Mereka penuh

fantasi dan khayalan yang baik yang tidak terakomodasi dalam kelompok politik. Oleh

karena itu, mereka melihat cerita yang dilakoni para artis dalam drama sebagai

pengejawantahan diri pada dunia nyata.

Para artis diidolakan oleh mereka sebagai figure yang memahami hidup mereka

mulai dari masyarakat tingkat bawah, menengah, sampai ke tingkat atas. Padahal dalam

dunia nyata para artis melakoni hidup kadang bertolak belakang apa yang dicitrakan dalam

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 30

Page 31: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

media massa. Beberapa diantara mereka terjebak dalam tindak kriminal narkoba,

perselingkuhan, kawin cerai, dililit utang sampai gantung diri karena kehidupan glamor.

Nilai selebritis dianggap begitu berdaya mengerahkan dan menggiring khalayak.

Sosok artis begitu dikenal dan popular oleh rakyat karena kemampuan media massa yang

andal dalam melancarkan kultivasi informasinya. Pencarian akan panggung dramaturgi yang

baru, yakni dunia selebritis dan artis yang dianggap mampu memberikan angin segar pada

harapan baru dan pembuaian yang memang dicari rakyat. Dunia selebritis dianggap lebih

mampu mengakomodasikan fantasi dan khayalan yang ada di kepala mereka. Para selebritis

dan artis begitu jujur dan polos dalam gambaran scenario, ditambah wajah cantik (blasteran

indo, hidung mancung, rambut dicat pirang dan kulit putih) menjadi idola. Memang,

begitulah yang diinginkan partai politik, yakni mengarahkan orang untuk memilih dan

memberikan kepercayaan kepada partainya untuk memimpin negara.

Menarik pengakuan seorang anggota DPR, bahwa kehadiran mereka di lembaga

legislatif tidak didasarkan oleh profesionalisme sebagai politisi, melainkan hanya sebagai

bunga-bunga, dan penggembira. Mereka terbiasa datang, duduk, tanda tangan, lalu pergi

dan meninggalkan tugas-tugas pembahasan undang-undang yang menjadi tugas anggota

dewan. Begitulah dunia politik jika diwarnai pernik-pernik selebritis.

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 31

Page 32: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

BAB III

SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian

Adapun subjek penelitian atau riset dalam laporan penelitian atau riset ini terdiri dari

10 orang warga masyarakat Kecamatan Antapani Kota Bandung.

3.1.1 Data Informan

Data-data dari informan adalah sebagai berikut :

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 32

Page 33: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

1. Nama : R. Herry Satria Saputra

Alamat : Jl. Plered 6 No. 5

Kel. Antapani Tengah Kec. Antapani Kota Bandung

Pekerjaan : Wiraswata / Bendahara RT

Umur : 54 Tahun

Pendidikan Terakhir : SLTA

Agama : Islam

Deskripsi : “ menurut saya calon gubernur yang akan saya pilih adalah

pak Dada Rosada ”

2. Nama : Ayu S. Al hakim

Alamat : Jl. Plered 6 No. 5

Kel. Antapani Tengah Kec. Antapani Kota Bandung

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga ( wiraswasta )

Umur : 27 Tahun

Pendidikan Terakhir : D3

Agama : Islam

Deskripsi : “ Biasanya saya mendapat informasi tentang pemilihan

gubernur ini yaitu dari televisi dan lingkungan tempat tinggal ”

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 33

Page 34: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

3. Nama : Nani Kurniasih

Alamat : Jl. Plered 6 No. 5

Kel. Antapani Tengah Kec. Antapani Kota Bandung

Pekerjaan : Wiraswasta

Umur : 52 Tahun

Pendidikan Terakhir : SLTA

Agama : Islam

Deskripsi : “ Saya tidak begitu tertarik dengan informasi politik karena

tidak mengerti tentang politik ”

4. Nama : Rudy James

Alamat : Jl. Plered 1 No. 15

Kel. Antapani Tengah Kec. Antapani Kota Bandung

Pekerjaan : Karyawan Swasta / Ketua RT

Umur : 54 Tahun

Pendidikan Terakhir : S1

Agama : Islam

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 34

Page 35: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Deskripsi : “ Saya tidak bergabung dalam organisasi masyarakat atau

partai politik”

5. Nama : Rinjani Saraswati Putri

Alamat : Jl. Plered 1 No. 15

Kel. Antapani Tengah Kec. Antapani Kota Bandung

Pekerjaan : Mahasiswi

Umur : 20 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Agama : Islam

Deskripsi : “ Yang saya kenal dari daftar itu adalah bapak Ahmad

Heryawan ”

6. Nama : Rini Endang

Alamat : Jl. Plered 1 No. 15

Kel. Antapani Tengah Kec. Antapani Kota Bandung

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 35

Page 36: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Umur : 54 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Agama : Islam

Deskripsi : “ Biasanya saya mendapat informasi tentang pemilihan

gubernur ini ya dari spanduk-spanduk yang ada di pinggir

jalan”

7. Nama : Hendartini

Alamat : Jl. Plered 3 No. 4

Kel. Antapani Tengah Kec. Antapani Kota Bandung

Pekerjaan : PNS ( Guru )

Umur : 52 Tahun

Pendidikan Terakhir : S1

Agama : Islam

Deskripsi : “ Pesan politik yang seperti spanduk di pinggir jalan sih bisa

juga mempengaruhi pemilih ”

8. Nama : Arga Putra R

Alamat : Jl. Plered 3 No. 1

Kel. Antapani Tengah Kec. Antapani Kota Bandung

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 36

Page 37: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Pekerjaan : Freelance Fotografer

Umur : 23 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Agama : Islam

Deskripsi : “ Kalau saya biasanya dapat informasi tentang pemilihan

gubernur ya dari televisi gitu seperti berita “

9. Nama : Gilang

Alamat : Jl. Plered 3 No. 7

Kel. Antapani Tengah Kec. Antapani Kota Bandung

Pekerjaan : Mahasiswa

Umur : 22 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Agama : Islam

Deskripsi : “ Kalau menurut saya calon gubernur yang akan saya pilih

adalah Rieke Diah Pitaloka atau Oneng ”

10. Nama : Reyner Hidayat

Alamat : Jl. Raya Plered No. 2

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 37

Page 38: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Kel. Antapani Tengah Kec. Antapani Kota Bandung

Pekerjaan : Wiraswasta

Umur : 61 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMU

Agama : Islam

Deskripsi : “ Saya tidak tertarik terhadap informasi politik tahun 2013 ”

3.2 Objek Penelitian

3.2.1 Profil Singkat Kota Bandung

Kota Bandung (kotamadya) adalah ibu kota provinsi Jawa Barat. Kota Bandung

secara geografis terletak antara 107 Bujur Timur and 6 55 Lintang Selatan. Wilayah Kota

Bandung sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung, sebelah timur berbatasan

dengan Kabupaten Bandung, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung

sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung. Luas wilayah Kota

Bandung 167,45 km2 dan terbagi menjadi dua puluh enam kecamatan. Jumlah

penduduknya mencapai 2.771.138 jiwa. Gedung sate adalah gedung tempat dimana

Gubernur yang menjabat berkantor, dan gubernur yang menjabat pada periode 2008-2013

ini adalah Ahmad Heryawan.

3.1.2 Pemilih Aktif Masyarakat Kota Bandung

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 38

Page 39: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Seringkali persoalan dalam pemilihan pilkada langsung di beberapa daerah terjadi

ketidakpuasan, karena salah satunya memang pemutakhiran data selalu menjadi persoalan

yang signifikan dalam pemilihan tersebut, ada yang tidak terdaftar dan ada pula yang tidak

mendapat panggilan. Dengan kata lain, persoalan daftar pemilih selama pilkada, acapkali

mendulang protes dari berbagai pihak. Karena peserta pemilih tidak tercantum dalam daftar

pemilih tetap, dan bahkan tidak mendapatkan kartu pemilih, sehingga berakibat terjadi

konflik yang berujung pada proses pengadilan.

Pendaftaran daftar pemilih memiliki peranan strategis, oleh karena berdampak ke

seluruh aspek pelaksanaan pilkada tersebut, baik itu logistik, keuangan, tingkat partisipasi

politik, manajemen dan sejenisnya. Dan di sisi lain yang membuat suksesnya pilkada faktor

yang menjadi penentu ialah faktor pemilih, baik dalam artikuantitas maupun kualitas.

Aspek kuantitas ini berkait erat terhadap seseorang yang sudah berhak memilih dan

dipilih. Oleh karena itu, up dating data (pemutakhiran data) para pemilih sangat penting

untuk dilakukan. Dalam arti, bahwa menggunakan data waktu pemilihan presiden tahun

2009, tidak cukup, karena peserta pemilih sudah mengalami perubahan, apakah karena

pindah, berubah status (seperti TNI/ POLRI yang sudah pensiun dan menjadi penduduk sipil,

ada yang berumur 17 tahun pada hari pemilihan, belum berumur 17 tahun namun sudah

kawin, telah meninggal dunia, dan sebagainya).

Data pemilih tersebut berpeluang besar mengalami perubahan, karenanya

pemutahiran data harus dilakukan secara berkesinambungan sampai pelaksanaan pilkada

langsung. Kegagalan memutakhiran data penduduk akan berakibat pada banyaknya pemilih

yang tidak akan memperoleh kartu pemilih dan hak pilih.

Dari aspek kualitas, tentu saja pemilih harus diupayakan untuk menggunakan hak

pilihnya sebagai warga negara yang baik. Sebagaimana banyak dilansir, perlu persiapan

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 39

Page 40: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

pendataan pemilih agar pesta demokrasi dapat terwujud dengan baik dan menjadi

kemuaan bersama dan apa yang bebar-benar diinginkan oleh rakyat.

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 40

Page 41: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian atau Riset

Hasil dari penelitan atau riset yang menggunakan metode wawancara kepada 10

informan warga masyarakat Kecamatan Antapani Kota Bandung adalah sebagai berikut :

4.1.1 Bagaimana preferensi masyarakat Kecamatan Antapani menjelang pemilihan

Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ?

Siapa calon gubernur yang anda kenal dari daftar nama yang kami sediakan ?

Jawaban :

Informan 1 : “ Yang saya kenal yaitu Dada Rosada, Dede Yusuf dan Daday Hudaya”

Informan 2 : “ Untuk bakal calon gubernur yang saya kenal adalah Rieke Diah Pitaloka,

Dada Rosada, Dede Yusuf dan Rachel Maryam ”

Informan 3 : “ Yang saya kenal dari daftar nama itu adalah Dada Rosada, Dede Yusuf dan

Daday Hudaya ”

Informan 4 : “ Dari daftar tersebut yang saya kenal itu Dada Rosada dan Dede Yusuf ”

Informan 5 : “ Yang saya kenal dari daftar itu adalah bapak Ahmad Heryawan ”

Informan 6 : “ Dari daftar tersebut yang saya kenal itu Dede Yusuf, Ahmad Heryawan dan

Rachel Maryam ”

Informan 7 : “ Untuk bakal calon gubernur yang saya kenal itu sih Kang Yance ”

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 41

Page 42: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Informan 8 : “ Bakal calon yang saya kenal dari daftar itu Rieke Diah Pitaloka ”

Informan 9 : “ Untuk saya yang kenal dari daftar tersebut adalah Rieke Diah Pitaloka atau

Oneng dan Rachel Maryam ”

Informan 10 : “ Yang saya kenal bakal calon tersebut itu Rieke Diah Pitaloka dan Dede

Yusuf ”

Menurut anda siapa yang akan anda pilih diantara nama-nama calon gubernur

tersebut ?

Jawaban :

Informan 1 : “Menurut saya calon gubernur yang akan saya pilih adalah pak Dada

Rosada”

Informan 2 : “Kalau untuk calon gubernur yang akan saya pilih adalah Dede Yusuf”

Informan 3 : “Untuk calon gubernur yang akan saya pilih mungkin saya akan memilih

Dada Rosada ”

Informan 4 : “Untuk calon gubernur yang akan saya pilih dari daftar tersebut itu

kemungkinan besar itu Dada Rosada”

Informan 5 : “Bakal calon gubernur yang saya pilih adalah bapak Ahmad Heryawan”

Informan 6 : “Kalau menurut saya ya saya akan memilih Dede Yusuf kayaknya mah”

Informan 7 : “Untuk pilihan saya itu akan memilih Kang Yance”

Informan 8 : “Dalam pemilihan gubernur yang akan saya pilih sesuai daftar tadi itu Rieke

Diah Pitaloka”

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 42

Page 43: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Informan 9 : “Kalau menurut saya calon gubernur yang akan saya pilih adalah Rieke Diah

Pitaloka atau Oneng ”

Informan 10 : “Untuk pilihan saya pada calon gubernur, pilihan saya adalah Dede Yusuf”

4.1.2 Bagaimana relevansi informasi politik yang didapat masyarakat Kecamatan Antapani

menjelang pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ?

Bagaimana ketertarikan anda terhadap informasi politik tahun 2013 ?

Jawaban :

Informan 1 : “Kalau saya mah tidak begitu tertarik ya alasannya the tidak terlalu mengerti

soal politik juga”

Informan 2 : “Untuk ketertarikan sih tidak tertarik dengan dunia politik ya hanya selintas

saja melihat siaran televisi yang menurut saya semakin semrawut saja”

Informan 3 : “ Saya tidak begitu tertarik dengan informasi politik karena tidak mengerti

tentang politik ”

Informan 4 : “Menurut saya kurang tertarik alasannya itu kurang menarik soalnya terlalu

banyak masyarakat yang dikecewakan karena janji-janji yang muluk-muluk”

Informan 5 : “Kalau saya tertarik karena itu tantangan saya sebagai mahasiswa agar

dapat turut serta membangun daerah terutama Jawa Barat”

Informan 6 : “Saya mah karena ibu rumah tangga saya tidak tertarik dengan informasi

politik karena membuat saya pusing ”

Informan 7 : “Hal-hal tentang ketertarikan dalam informasi politik say amah biasa-biasa

saja, tertarik tidak, tidak tertarik juga tidak”

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 43

Page 44: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Informan 8 : “Kalau untuk masalah ketertarikan informasi politik sih jujur saya tidak

tertarik”

Informan 9 : “Untuk masalah informasi politik itu saya tidak tertarik ”

Informan 10 : “Saya tidak tertarik terhadap informasi politik tahun 2013”

Biasanya anda mendapat informasi darimana tentang pemilihan gubernur ini ?

Jawaban :

Informan 1 : “Kalau untuk informasi seperti itu saya dapatnya dari lingkungan sekitar

rumah”

Informan 2 : “Biasanya saya mendapat informasi tentang pemilihan gubernur ini yaitu

dari televisi dan lingkungan tempat tinggal”

Informan 3 : “Saya mah sama seperti suami saya dapat informasi tentang seperti itu ya

dari lingkungan sekitar”

Informan 4 : “Biasanya saya dapatkan informasi tentang pilkada itu dari surat kabar dan

media elektronik”

Informan 5 : “Biasanya sih saya bisa dapat informasi itu dari browsing di internet dan

baca-baca koran”

Informan 6 : “Biasanya saya mendapat informasi tentang pemilihan gubernur ini ya dari

spanduk-spanduk yang ada di pinggir jalan”

Informan 7 : “Informasi pemilihan gubernur mah saya biasanya ya banyakan dari televisi

dan koran”

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 44

Page 45: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Informan 8 : “Kalau saya biasanya dapat informasi tentang pemilihan gubernur ya dari

televisi gitu seperti berita”

Informan 9 : “Untuk informasi seperti itu saya mendapatkannya itu melalui spanduk-

spanduk di jalanan dan baliho-baliho”

Informan 10 : “Saya mengetahui informasi tentang gubernur itu melalui televisi”

4.1.3 Bagaimana derajat ketidak pastian pesan politik yang didapat masyarakat

Kecamatan Antapani pada pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ?

Apakah anda bergabung ke dalam organisasi masyarakat ataukah partai politik ?

Jawaban :

Informan 1 : “Untuk partai politik sih saya tidak bergabung tetapi sya menjadi bendahara

RT mungkin organisasi seperti RT yang saya ikut bergabung”

Informan 2 : “Saya teh tidak ikut bergabung dalam organisasi-organisasi seperti itu”

Informan 3 : “Kalau saya tidak ikut gabung sama organisasi”

Informan 4 : “Saya tidak bergabung dalam organisasi masyarakat atau partai politik”

Informan 5 : “Saya mah gak ikut organisasi masyarakat ataupun partai politik”

Informan 6 : “Tidak bergabung saya dalam organisasi masyarakat atau partai”

Informan 7 : “Saya sih tidak ikut bergabung dalam organisasi masyarakat paling hanyan

kumpulan ibu-ibu arisan saja”

Informan 8 : “Saya tidak ikut karena saya kurang tertarik sih dengan organisasi seperti

itu”

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 45

Page 46: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Informan 9 : “Organisasi masyarakat atau partai politik mah saya tidak ikut seperti itu”

Informan 10 : “Saya tidak bergabung dalam organisasi masyarakat ataupun partai politik”

Apakah pesan politik seperti spanduk yang berada di pinggir jalan bisa

mempengaruhi ?

Jawaban :

Informan 1 : “Menurut saya sih bisa mempengaruhi masyarakat ”

Informan 2 : “Untuk spanduk-spanduk di pinggir jalan bisa saja mempengaruhi”

Informan 3 : “Ya tentu saja bisa mempengaruhi karena sering dilihat oleh masyarakat”

Informan 4 : “Kalau menurut saya sih sebetulnya kurang menarik soalnya terlalu banyak

partai politik”

Informan 5 : “Bisa, karena menurut saya orang-orang yang lewat jalan tersebut akan

melihat spanduk tersebut”

Informan 6 : “Bisa sekali kan banyak orang yang melihat spanduk itu”

Informan 7 : “Pesan politik yang seperti spanduk di pinggir jalan sih bisa juga

mempengaruhi pemilih”

Informan 8 : “Kalau menurut saya sih tidak bisa malah itu lebih mempengaruhi

lingkungan karena membuat lingkungan menjadi kotor dan kumuh karena

banyak spanduk yang tidak tertata rapi”

Informan 9 : “Bisa saja karena saja juga mendapat informasi tentang pemilihan dan

calon-calon tersebut dari spanduk di pinggir jalan”

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 46

Page 47: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Informan 10 : “Untuk saya mah tidak bisa mempengaruhi Karen terlalu muluk-muluk”

4.1.4 Bagaimana partisipasi politik masyarakat Kecamatan Antapani Kota Bandung

menjelang pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ?

Apakah anda sering terlibat diskusi tentang Gubernur ?

Jawaban :

Informan 1 : “Saya tidak pernah terlibat diskusi tentang Gubernur karena belum terlalu

tersorot siapa calonnya”

Informan 2 : “Saya tidak pernah terlibat diskusi karena saya kebanyakan sering dirumah

untuk mengasuh anak”

Informan 3 : “Saya tidak pernah ikut-ikut diskusi tentang gubernur”

Informan 4 : “Untuk diskusi tentang Gubernur saya tidak pernah ikut diskusi tentang

gubernur ini”

Informan 5 : “Tidak pernah ikut tentang diskusi Gubernur”

Informan 6 : “Saya sih tidak pernah terlibat diskusi-diskusi tentang gubernur”

Informan 7 : “Saya mah tidak pernah terlibat diskusi-diskusi tentang gubernur tersebut”

Informan 8 : “Saya tidak pernah ikut diskusi tentang gubernur”

Informan 9 : “Saya tidak pernah ikutan terlibat karena saya tidak kenal”

Informan 10 : “Saya sih tidak pernah terlibat diskusi tentang gubernur”

Apakah anda pernah golongan putih (golput) pada pemilihan umum ?

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 47

Page 48: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Jawaban :

Informan 1 : “Tidak pernah, karena sebagai warga negara yang baik kita punya hak untuk

memilih”

Informan 2 : “Tidak pernah sih, karena kita sebagai warga negara yang baik harus punya

kebebasan untuk memilih”

Informan 3 : “Tidak pernah, karena saya ingin menjadi warga negara yang baik”

Informan 4 : “Alhamdulillah belum pernah, hal itu adalah hak kita untuk memilih siapa

pemimpin kita”

Informan 5 : “Tidak pernah, karena saya ingin menggunakan hak saya dan saya akan

memilih dan member kesempatan kepada gubernur yang saya pilih untuk

memimpin Jawa Barat”

Informan 6 : “Tidak pernah, ya itu merupakan hak asasi bagi kita untuk memilih siapa

gubernur kita”

Informan 7 : “Golput saya tidak pernah, karena saya harus memberikan suara saya untuk

masa depan Jawa Barat ”

Informan 8 : “Saya pernah Golput sih karena saya tidak tertarik pada calon gubernurnya”

Informan 9 : “Saya pernah golput karena saya tidak pada kenal dengan kandidatnya”

Informan 10 : “Saya belum pernah golput karena saya mendukung salah satu dari kandidat

tersebut”

Apakah pada Pilkada Gubernur tahun 2013 anda akan memberikan hak suara ?

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 48

Page 49: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Jawaban :

Informan 1 : “Ya, agar berjalan lancar”

Informan 2 : “iya karena saya ingin menjadi WNI yang baik dan taat kewajiban”

Informan 3 : “Pasti, agar berjalan lancer juga”

Informan 4 : “Ya jelas dong, karena memilih adalah hak kita semua”

Informan 5 : “Ya, karena saya sangat suka dengan kinerja Bapak Ahmad Heryawan”

Informan 6 : “Iya, karena sebagai warga negara yang baik ikut mensukseskan pilkada itu”

Informan 7 : “iya saya akan memberikan suara saya pada pilkada mendatang”

Informan 8 : “Insya Allah jika diberi umur saya akan memberikan hak suara saya”

Informan 9 : “Kalau saya sih bagaimana nanti saja”

Informan 10 : “Iya saya memberikan suara saya karena ada pilihan”

4.2 Pembahasan

Secara etimologis, partisipasi berasal dari bahasa latin pars yang artinya bagian dan

capere, yang artinya mengambil, sehingga diartikan “mengambil bagian”. Dalam bahasa

Inggris, participate atau participation berarti mengambil bagian atau mengambil peranan.

Sehingga partisipasi berarti mengambil bagian atau mengambil peranan dalam aktivitas atau

kegiatan politik suatu negara.

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 49

Page 50: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Dalam UU No. 32/2004 jo PP No. 6/2005 sebagai landasan pelaksanaan pilkada

langsung tidak tersurat bahwa pengesahan hasil pemilihan harus mempertimbangkan

persentase jumlah pendaftar pemilih terhadap penduduk usia hak memilih (17 tahun atau

sudah menikah) atau jumlah pemilih atau pendaftar. Yang ada hanya persentase jumlah

suara yang memilih dari seluruh jumlah pemilih. Seperti yang tersurat dalam pasal 95 bahwa

pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang memperoleh suara lebih 50%

(ayat 1), atau pasangan yang memperoleh 30% suara dan memiliki suara terbesar (ayat 2)

dari jumlah suara sah ditetapkan sebagai pasangan calon terpilih.

Dalam penelitian melalui metode wawancara yang mengambil sampel dari 10

informan pada Kecamatan Antapani Kota Bandung telah diperoleh hasilya. Dari hasil

tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat Kota Bandung mengetahui daftar nama bakal

calon gubernur yang telah disediakan oleh kami adalah Rieke Diah Pitaloka, Dada Rosada,

Dede Yusuf, Kang Yance, Ahmad Heryawan, Daday Hudaya dan Rachel Maryam. Untuk bakal

calon yang akan dipilih oleh para responden adalah Dada Rosada, Dede Yusuf, Ahmad

Heryawan, Rieke Diah Pitaloka dan kang Yance. Sedangkan untuk ketertarikan pada

informasi politik pada tahun 2013 mayoritas bahkan hamper seluruhnya respoden tidak

tertarik dengan informasi politik 2013 tersebut.

Untuk memperoleh dan mendapat informasi tentang pemilihan gubernur responden

banyak memperoleh dari media cetak seperti Koran dan media elektronik seperti televisi,

namun ada sebagian responden juga memperoleh informasi tersebut dari lingkungan sekitar

rumah. Para responden sebagian besar tidak bergabung dalam organisasi masyarakat yang

berkaitan dengan politik atau bahkan responden tidak ada yang bergabung dengan partai

politik. Untuk pesan politik seperti spanduk di pinggir jalan menurut para responden yang

sebagian besar berpendapat bisa mempengaruhi para pemilih atau masyarakat untuk

pilkada 2013.

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 50

Page 51: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Dalam hal keterlibatan diskusi tentang gubernur ini para responden banyak yang

tidak pernah mengikuti atau terlibat dalam diskusi atau forum tentang gubernur. Pada

pemilihan sebelumnya para responden sebagian besar tidak pernah menjadi golongan putih

(golput) dengan alas an sebagai warga negara yang baik bisa memberikan hak suara dan

mensukseskan pilkada Jawa Barat, namun diantaranya juga pernah menjadi golongan putih

(golput) karena tidak tertarik dan tidak mengenal kandidat yang mencalonkan diri sebagai

gubernur. Untuk Pilkada Gubernur Jawa Barat tahun 2013 mendatang responden akan

memberikan hak suaranya untuk memilih pemimpin yang mereka inginkan yang sesuai

dengan pilihan pribadi.

Dengan keberagaman status sosial,pendidikan,pekerjaan maka perlu diadakannya

pendidikan politik pada masyarakat. Pendidikan politik yang diberikan pada dasarnya

merupakan suatu jenis pendidikan yang harus dilakukan secara kontinu dan tidak akan

pernah selesai, dengan demikian masyarakat perlu ditingkatkan pengetahuan politiknya,

disamping untuk menjaga dan melestarikan keberadaan negara, juga agar dapat menjadi

insan politik yang menyadari perannya, mengetahui hak serta mempunyai tanggung jawab

dalam kehidupan bernegara. Pendidikan politik merupakan masalah yang kompleks, untuk

itu pelaksanaannya harus dilakukan secara terus menerus dan konsisten sehingga akan

menciptakan masyarakat yang menyadari akan hak dan tanggung jawab serta kewajiban-

kewajiban sebagai warga negara. Keberhasilan demokrasi ditentukan dalam orientasi politik

yang menjadi tujuan pilkada Gubernur tersebut.

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 51

Page 52: bab 1,2,3,4.doc

Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa

Barat

Komunikasi Politik Kelas IK-06

Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia - Bandung 52